Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen D-Loop DNA Mitokondria Sapi Benggala

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen D-Loop DNA Mitokondria Sapi Benggala"

Transkripsi

1 BioSMART ISSN: X Volume 5, Nomor 2 Oktober 2003 Halaman: Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen D-Loop DNA Mitokondria Sapi Benggala Identification of polymorphisme on the D-Loop region mitochondrial DNA of Benggala cattle TINA CHRISTIANTI, SUTARNO, NITA ETIKAWATI Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta Diterima: 12 Agustus Disetujui: 11 Maret 2003 ABSTRACT The objectives of this research were to detect genetic variation on the D-loop region of bovine mitochondrial DNA and know the genetic diversity of Benggala cattle. PCR-RFLP (Polymerase chain reaction-restriction fragment length polymorphism) was used to detect polymorphism on the D-loop region of the mitochondrial DNA. DL and DR primers used to amplify the d-loop region of mitochondrial DNA was designed using Primer Designer Program. Amplification of the region using DL and DR primer could produce a specific single band with fragment size of 1142 bp. The digestion was done by PstI restriction enzyme to detect the polymorphic region. The genetic diversity of Benggala cattle was analyzed by Nei. The result of this research showed that there was genetic variation on the D- loop region of mitochondrial DNA. Restriction with PstI restriction enzyme resulted two kinds of haplotype, they were haplotype A which was not cut by PstI restriction enzyme resulted in fragment size of 1142 bp, and haplotype B, that were cut into two fragments by PstI restriction enzyme to produce fragment size of 142 bp and 1000 bp. Genetic diversity of D-loop region of the bovine mitochondrial DNA was This variation occured due to the lost of PstI restriction site at the D-loop region of the bovine mitochondrial DNA. Key words: D-loop region of mitochondrial DNA, PCR-RFLP, genetic variation. PENDAHULUAN DNA mitokondria merupakan salah satu bentuk DNA yang terdapat di dalam sitoplasma. Mitokondria merupakan pusat dari sintesis energi di dalam sel. Semua reaksi metabolisme sangat tergantung pada ketersediaan energi. Di dalam mitokondria banyak sekali terjadi reaksi metabolisme, sehingga di dalamnya juga banyak terdapat enzim-enzim yang mempengaruhi proses metabolisme dan sebagian enzim itu dikodekan oleh DNA mitokondria (Sutarno, 1999). DNA mitokondria banyak dijadikan penanda untuk mengetahui adanya variasi genetik, karena selain mudah diekstraksi, DNA mitokondria mempunyai ukuran yang relatif kecil sehingga mudah dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh (Shadel dan Clayton, 1997). Selain itu DNA mitokondria mempunyai kecepatan mutasi sepuluh kali lebih cepat dari DNA inti (Hecht, 1990; Rahman et al., 1993; Brown et al., 1979 dalam Ishida et al., 1994). DNA mitokondria hewan mengandung gen-gen yang mengkodekan 13 polipeptida yang terlibat dalam reaksi fosforilasi oksidasi bersama-sama dengan 12S dan 16S RNA ribosom dan 22 transfer RNA yang diperlukan untuk ekspresi mrna (Hecht, 1990; Rahman et al., 1993; Eledath dan Hines, 1996; Shadel dan Clayton, 1997; Sutarno et al., 2002). Di dalam DNA mitokondria juga terdapat fragmen yang tidak mengkodekan protein yang disebut fragmen Displacement-loop (D-loop). Menurut Andersson et al. (1982), fragmen D-loop mempunyai panjang 1142 bp. Fragmen D-loop ikut bertanggung jawab atas terjadinya proses transkripsi dan replikasi (Ron et al., 1993; Lindberg, 1989). Fragmen D-loop berpengaruh terhadap fertilitas pada ternak (Sutarno et al., 2002), produksi susu dan prosentase lemak pada susu (Ron et al., 1993; Schutz et al., 1994), dan berpengaruh juga pada kesehatan ternak (Schutz et al., 1994). Polimorfisme pada DNA mitokondria dilaporkan terjadi pada kuda (Ishida et al., 1994), pada biri-biri (Heindleder et al., 1991), pada kambing (Upholt dan Dawid, 1977); pada sapi Eropa, Asia dan Afrika (Loftus et al., 1994) dan pada kerbau (Bhat et al., 1990). Polimorfisme pada DNA mitokondria diketahui mempunyai pengaruh terhadap fenotipe, seperti keterlibatannya dalam berbagai penyakit degeneratif (Wallace et al., 1995; Rahman et al., 1993), proses penuaan (Miquel, 1991; Wallace et al., 1995; Linnane et al.,1992) dan sifat-sifat produksi (Lindberg, 1989; Sutarno et al., 2002; Ron et al., 1993; Schutz et al., 1994; Mannen et al., 1998). Penelitian tentang variasi genetik DNA mitokondria sudah banyak dilaporkan, tetapi penelitian tentang variasi genetik DNA mitokondria khususnya pada fragmen D-loop sapi pedaging di Indonesia masih jarang dilakukan (Sutarno, 1999). BAHAN DAN METODE Waktu dan tempat penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2002 s.d. Januari 2003 di Laboratorium Pusat Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta

2 74 BioSMART Vol. 5, No. 1, Oktober 2003, hal Bahan dan alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Sampel darah sapi benggala sebanyak 50 individu, litium heparin, Wizard Genomic DNA Purification Kit dari Promega (cell lysis solution, nuclei lysis solution, RNAse, protein Presipitat solution, DNA rehidration solution), etanol 70%, isopropanol, PCR Core System I dari Promega (dntps, MgCl2, Taq DNA polimerase, 10X buffer Reaction Taq DNA Polymerase), Agarose (Promega), Buffer Tris acetic EDTA 1X, enzim restriksi PstI (Invitrogen), blue loading dye, ethidium bromida, parafilm, distilled water, kertas tissue, primer D-loop yang terdiri dari Primer D-L: 5 -TAGTGCTAATACCAACGGCC-3 dan Primer D-R: 5 -AGGCATTTTCAGTGCCTTGC-3, aquadest steril, kristal es, nuclease free water (Promega), Kertas Film instant Polaroid tipe 57, 100 bp DNA ladder dari Promega. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Tabung mikrosentrifus, sentrifus (Hettich), satu set mikropipet (ukuran 20 µl, 200 µl, 1000 µl), microtips 20 µl, 200 µl dan 1000 µl, tabung effendorf 1,5 ml (Axygen), Tabung PCR 0,6 ml, tabung venoject, satu set alat elektroforesis horisontal dan power supply (Consort), inkubator, Gel doc 2000 (Bio Rad), lemari pendingin suhu 4 O C, autoclave (Ogawa Saiki Co.), vortek mixer (Gemma Industrial Corp.), microwave, erlenmeyer, freezer suhu -20 O C, gelas ukur, sarung tangan, aluminium foil, penangas air (Julabo), Transilluminator, timbangan elektrik (Denver Instrument), GeneAmp PCR System 2400 Thermo Cycler (Parkin Elmer), Polaroid instant camera, alat pembuat kristal es (Cornelius). Cara kerja Ekstraksi DNA DNA diekstraksi dari total darah sapi dengan teknik Wizard Genomic Purification System (Promega, Madison USA). Reaksi PCR DNA yang didapat langsung digunakan untuk reaksi PCR yang dilakukan dengan mesin PCR (GeneAmp PCR system 2400 Thermo cycler, Perkin Elmer). Fragmen D- loop DNA mitokondria diamplifikasi dengan menggunakan primer DL dan DR (Gambar 1.). D-L: 5 -TAGTGCTAATACCAACGGCC-3 D-R: 5 -AGGCATTTTCAGTGCCTTGC-3 Reaksi dilakukan pada campuran sebanyak 25 µl yang berisi 200 µm dari masing-masing dntps, 2 mm MgCl 2, 10X buffer reaksi Taq DNA polymerase, 1.5 unit Taq DNA Polymerase, 0.15 µm dan 200 ng DNA template dalam 0.6 ml tabung PCR. Kondisi reaksi PCR untuk fragmen D-loop DNA mitokondria adalah sebagai berikut: Satu tahap reaksi denaturasi awal pada suhu 94 O C selama 5 menit, diikuti dengan 30 siklus amplifikasi yang masing-masing siklus terdiri terdiri dari: denaturasi pada suhu 94 O C selama 45 detik, annealing pada suhu 58 O C selama 45 detik dan ekstensi pada suhu 72 O C selama 1 menit; diikuti satu tahap polimerasi final pada suhu 72 O C selama 5 menit. Gambar 1. Diagram yang menunjukkan letak primer D-L dan D- R yang digunakan untuk mengamplifikasi Fragmen D-loop DNA mitokondria (Sutarno, 1999) Analisis RFLP Fragmen hasil reaksi amplifikasi PCR digunakan untuk reaksi digesti dengan enzim restriksi. Daerah D-loop DNA mitokondria hasil amplifikasi dengan PCR didigesti dengan menggunakan enzim restriksi PstI. Hasil amplifikasi D- Loop dari DNA mitokondria yang terdiri dari 8 µl dimasukkan ke dalam tabung effendorf yang steril. Master mix dibuat dengan campuran enzim restriksi PstI, buffer REact II dan Nuclease free water. Master mix sebanyak 12 µl (0,5 µl enzim PstI, 2 µl buffer REact II, 9.5 µl Nuclease free water) ditambahkan ke dalam masing-masing tabung yang berisi DNA hasil amplifikasi dan diinkubasi pada suhu 37 O C selama 6 jam atau semalam. Elektoforesis Fragmen restriksi kemudian dielektroforesis pada bak elektroforesis dengan menggunakan 1% gel agarose. Ethidium Bromida ditambahkan dengan konsentrasi 0,12 µg/ml sehingga DNA dapat divisualisasi di bawah sinar ultra violet. Elektroforesis dilakukan selama 90 menit pada tegangan 55 volt, lama waktu running tergantung konsentrasi gel dan voltase. Setelah elektroforesis, DNA divisualisasi di bawah sinar ultra violet dalam ruang gelap, dan kemudian diambil gambarnya dengan menggunakan Gel Doc 2000 yang menggunakan filter merah. Analisis data Diversitas genetik pada fragmen D-loop DNA mitokondria dianalisis dengan menggunakan penghitungan menurut Nei (Baker dan Manwell, 1991) dengan rumus: H = 1 - J dan J = ( A 2 + B 2 ) H = Diversitas haplotipe A = Frekuensi haplotipe A B = Frekuensi haplotipe B

3 CHRISTIANTI dkk. DNA mitokondria sapi benggala 75 HASIL DAN PEMBAHASAN Fragmen D-loop DNA mitokondria diamplifikasi dengan menggunakan primer D-L dan D-R. Ketepatan kondisi reaksi PCR serta ketepatan primer yang dirancang (D-L dan D-R) dengan program primer designer memberikan produk PCR yang sangat spesifik dengan hanya terbentuknya satu pita DNA sepanjang 1142 bp sesuai dengan yang diharapkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar PstI. Keterangan: 1: 100 bp DNA ladder (Promega), 6: Kontrol (hasil PCR), 2: Haplotipe B, 3, 5: Haplotipe A. Fragmen hasil restriksi dengan enzim restriksi PstI ada yang tidak terpotong (haplotipe A) dan ada pula yang terpotong menjadi 2 fragmen (haplotipe B), yang masingmasing sebesar 142 bp dan 1000 bp. Situs restriksi yang dihasilkan dari reaksi digesti diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1. Situs restriksi yang dihasilkan dari reaksi digesti dengan menggunakan enzim restriksi PstI terhadap 1142 bp fragmen D- loop DNA mitokondria sapi benggala. Enzim PstI Allel (Haplotipe) A B Jumlah situs restriksi 0 1 Ukuran fragmen (Kbp) , bp 1500 bp 1000 bp 400 bp Pengukuran frekuensi haplotipe fragmen D-loop DNA mitokondria sapi benggala diperlihatkan pada Tabel 2. Tabel 2. Frekuensi haplotipe dari sapi benggala. Haplotipe Jenis (breed) A B Benggala Gambar 2. Fotograf gel agarosa yang menunjukkan spesifitas hasil PCR fragmen D-loop DNA mitokondria sapi benggala yang terdiri dari 1142 bp. Keterangan: 1, 2: Hasil PCR sapi benggala. 3.: 100 bp DNA ladder (Promega). Hasil amplifikasi PCR pada fragmen D-loop DNA mitokondria digunakan untuk reaksi digesti dengan enzim restriksi PstI. Pada sapi benggala ditemukan adanya variasi pada fragmen D-loop DNA mitokondria. Gambar 3 menunjukkan adanya polimorfisme pada fragmen D-loop DNA mitokondria dengan menggunakan enzim restriksi PstI. Keterangan: A: haplotipe umum, yang tidak terpotong oleh enzim restriksi PstI. B: haplotipe yang jarang ditemukan, yang terpotong oleh enzim restriksi PstI. Pengukuran diversitas haplotipe standar pada fragmen D-loop DNA mitokondria sapi benggala diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3. Diversitas genetik sapi benggala. Jenis (breed) Diversitas haplotipe (d) Benggala bp 1000 bp 1142 bp 142 bp Gambar 3. Fotograf dari gel agarose memperlihatkan adanya polimorfisme DNA pada 1142 bp fragmen D-loop DNA mitokondria yang dideteksi dengan mengunakan enzim restriksi Analisis polimorfisme pada fragmen D-loop DNA mitokondria sapi benggala dilakukan dalam 3 tahap yaitu, ekstraksi DNA, amplifikasi DNA dengan PCR dan pemotongan DNA target dengan enzim restriksi. DNA mitokondria diekstrak dengan menggunakan teknik Wizard Genomic Purification System, Promega. Dengan teknik tersebut DNA mitokondria mempunyai kemurnian yang tinggi. Fragmen D-loop DNA mitokondria yang dihasilkan melalui amplifikasi dengan PCR mempunyai spesifitas yang tinggi dengan terbentuknya satu band saja. Hasil PCR yang baik dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kemurnian DNA hasil ekstraksi, ketepatan pemilihan primer yang digunakan serta ketepatan kondisi PCR. Kontaminasi DNA hasil ekstraksi oleh protein atau zat-zat yang lain bisa menyebabkan gagalnya reaksi PCR. Primer merupakan bagian penting dalam reaksi PCR karena primer merupakan inisiator pada sintesis DNA target. Program Primer designer digunakan untuk mendesain primer D-L dan D-R yang digunakan untuk reaksi PCR. Primer

4 76 BioSMART Vol. 5, No. 1, Oktober 2003, hal tersebut telah memenuhi syarat-syarat dalam seleksi primer seperti terdiri dari 20 basa, kandungan G/C nya 50%, kemungkinan terbentuknya struktur sekunder dalam primer adalah kecil dan 2 basa pada 3 basa terakhir terdiri dari G/C. Ketepatan kondisi PCR juga sangat mempengaruhi hasil dari reaksi PCR. Ketepatan kondisi PCR ditentukan oleh ketepatan campuran reaksi dan ketepatan kondisi suhu pada masing-masing siklus. Untuk itu diperlukan adanya optimalisasi kondisi PCR sehingga dihasilkan produk hasil PCR yang spesifik sesuai dengan yang diharapkan. Kemajuan di bidang Molekuler telah banyak membantu dan banyak memberikan laporan tentang variasi genetik pada tingkat DNA. PCR-RFLP merupakan teknik RFLP yang memanfaatkan amplifikasi DNA dengan PCR yang mampu mendeteksi adanya variasi genetik dalam waktu yang relatif singkat. PCR sangat spesifik karena hanya DNA target saja yang dihasilkan. PCR dapat menghasilkan DNA dalam jumlah banyak dalam waktu yang relatif singkat. PCR dapat mengamplifikasi DNA beberapa atau bahkan hanya satu molekul DNA saja dalam waktu singkat (White, 1996). RFLP merupakan teknik yang banyak digunakan dalam mempelajari variasi inter maupun antar spesies dengan memanfaatkan enzim restriksi. Gabungan antara PCR dan RFLP dapat mendeteksi adanya variasi genetik dengan akurat (Sutarno,1999). Reaksi digesti dilakukan dengan cara menambahkan enzim restriksi PstI, nuklease free water dan buffer enzim ke dalam tabung yang berisi DNA hasil amplifikasi. Hasil digesti dengan enzim restriksi PstI didapatkan dua macam haplotipe, haplotipe A yang merupakan haplotipe yang sering ditemukan (tidak terpotong oleh enzim restriksi PstI) dan haplotipe B yang merupakan haplotipe yang jarang ditemukan (terpotong menjadi dua buah fragmen oleh enzim restriksi PstI). Frekuensi haplotipe A adalah 0,74 dan haplotipe B adalah 0,16. Besarnya frekuensi haplotipe ini menunjukkan frekuensi kemunculan dari masingmasing haplotipe dari sampel yang diteliti. Diversitas genetik sapi benggala adalah 0,4269, angka ini merupakan indeks keragaman dari fragmen D-loop DNA mitokondria pada populasi sapi benggala yang diteliti. Banyak atau sedikitnya variasi genetik pada populasi sapi benggala ini dapat disebabkan karena tinggi rendahnya perkawinan acak, migrasi dan seleksi dalam populasi sapi benggala. Jika dalam satu populasi prosentase terjadinya perkawinan sekerabat (inbreeding) tinggi maka akan terjadi pembatasan pertukaran gen dari beberapa spesies yang melakukan perkawinan sehingga diversitas genetiknya rendah. Tetapi jika dalam suatu populasi banyak terdapat perkawinan yang tidak sekerabat (outbreeding) maka tingkat diversitas genetiknya akan tinggi karena banyaknya pertukaran gen sehingga individu yang dihasilkan mempunyai banyak variasi. Migrasi menyebabkan banyaknya pertukaran gen pada individu-individu yang melakukan perkawinan dalam suatu populasi, sehingga akan banyak terjadi banyak variasi (gen yang dihasilkan bervariasi). Seleksi bisa menyebabkan rendahnya variasi dalam suatu populasi karena dengan seleksi maka adanya pertukaran gen akan terbatasi. Pengukuran terhadap diversitas genetik pada tingkat haplotipe cukup untuk digunakan dalam mempelajari polimorfisme pada tingkat DNA. Studi tentang variasi genetik lebih akurat dibandingkan studi protein, karena perubahan basa penyusun asam nukleat belum tentu merubah produk protein yang dihasilkan sebagai ekspresi dari gen, sehingga adanya variasi DNA belum tentu ditunjukkan oleh adanya variasi protein. Polimorfisme ditemukan pada fragmen D-loop DNA mitokondria dengan enzim restriksi PstI, yang mana penemuan ini mengkonfirmasi penemuan yang dilaporkan terdahulu (Sutarno, 1999; Sutarno et al., 2002). Menurut Anderson et al (1982), fragmen D-loop sepanjang 1142 bp terletak pada posisi basa antara dan 404, dan mempunyai situs restriksi PstI pada posisi basa ke Apabila didigesti dengan enzim restriksi PstI akan terpotong menjadi 2 fragmen yang terdiri dari 142 bp dan 1000 bp. Variasi yang terjadi pada fragmen D-loop DNA mitokondria disebabkan karena hilangnya situs restriksi PstI sehingga fragmen D-loop DNA mitokondria tidak terpotong oleh enzim restriksi PstI. Variasi pada fragmen D-loop DNA mitokondria dapat muncul karena mutasi, seleksi alam, juga perkawinan. Mutasi gen merupakan faktor penentu timbulnya variasi genetik. Mutasi adalah berubahnya susunan dari gen suatu individu yang meliputi substitusi nukleotida, insersi dan delesi (Sutarno, 1999). Mutasi gen dapat disebabkan oleh adanya pengaruh zat kimia contohnya gas methan, pengaruh fisik seperti suhu yang tinggi, serta radiasi sinar ultra violet. Terjadinya variasi pada fragmen D-loop DNA mitokondria dapat berpengaruh pada fragmen lain dalam DNA mitokondria itu sendiri. Fragmen D-loop merupakan daerah non coding yaitu daerah yang tidak mengkodekan protein, tetapi menurut Lindberg (1989), fragmen D-loop merupakan inisiator terjadinya proses transkripsi dan replikasi, sehingga jika pada fragmen D-loop DNA mitokondria terjadi variasi maka kemungkinan fragmen lain dalam DNA mitokondria juga akan mengalami variasi. Variasi genetik pada jenis yang sama adalah sangat penting, karena berhubungan dengan variasi pada fenotipe. Variasi pada fenotipe bisa terjadi karena adanya variasi genetik atau variasi lingkungan atau karena keduanya, yaitu variasi genetik dan lingkungan. Adanya variasi pada D- loop DNA mitokondria dapat berefek pada fenotipe. Schutz et al. (1994), melaporkan adanya substitusi pada basa nomer 169 yang berhubungan dengan produksi susu dan prosentase lemak. Variasi pada D-loop juga dapat berpengaruh pada reproduksi (Sutarno et al., 2002). Untuk mempelajari pengaruh DNA mitokondria terhadap fenotipe diperlukan pencatatan data fenotipe dari beberapa generasi. Variasi yang terjadi pada DNA mitokondria juga dapat menyebabkan penyakit dan penuaan (Miquel, 1991). Penelitian-penelitian pada berbagai penyakit degeneratif kronis pada manusia yang melibatkan otak, jantung, otot dan kelenjar endokrin menunjukkan bahwa penyebab terjadinya penyakit-penyakit tersebut adalah mutasi pada DNA mitokondria (Wallace et al., 1995). Mutasi patogenik yang pertama ditemukan yaitu penyakit Leber's Hereditary Optic Neuropathy (LHON) yang diketemukan oleh Wallace et al. (1988) yang terjadi karena adanya mutasi pada NADH dehidrogenase sub unit 4 pada DNA mitokondria. Penyakit Myoclone Ephilepsy and Ragged-

5 CHRISTIANTI dkk. DNA mitokondria sapi benggala 77 Red Fiber (MERRF) terjadi karena adanya mutasi pada salah satu gen yang mengkodekan RNA transfer pada DNA mitokondria. Sedangkan Kearns-Sayre Syndrome (KSS) yang juga disebabkan karena mutasi mengakibatkan penderita kehilangan fungsi penglihatan dan pendengaran (Klug dan Cummings, 1996). Populasi sapi benggala terdapat hampir di semua daerah di Indonesia dan merupakan salah satu ras domestik di Indonesia. Populasi sapi benggala kebanyakan terdapat di Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Sumatra. Besar populasi sapi benggala adalah 10% dari total populasi sapi di Indonesia (Wiryosuhanto, 1996). Pengetahuan tentang variasi genetik ini mempunyai aplikasi pada penyilangan dan genetika. Aplikasi dari variasi genetik dapat digunakan untuk identifikasi hewan, analisis silsilah, pemetaan gen, juga untuk identifikasi penanda/marker yang mengendalikan sifat-sifat yang diinginkan. Semua sifat yang nampak dipengaruhi oleh informasi genetik yang dibawa oleh DNA, sehingga variasi DNA berhubungan dengan variasi fenotipe. Oleh karena itu variasi genetik dapat digunakan sebagai dasar dalam seleksi hewan melalui teknik yang dikenal dengan Marker assisted selection (MAS) atau seleksi berdasarkan penanda gen (Sellier, 1994; Beattie, 1994). Variasi genetik juga dapat digunakan untuk konservasi jenis pada hewan. Adaptasi yang terjadi terhadap keadaan lingkungan dapat menghasilkan kombinasi allel unik yang spesifik untuk jenis tertentu, dan keadaan ini sangat sulit dibentuk kembali. Jenis-jenis yang sangat berbeda dengan jenis yang lainnya perlu untuk dilestarikan karena gen-gen dan kombinasi gen-gen yang mereka bawa mungkin sekali sangat bermanfaat di masa datang. KESIMPULAN Polimorfisme ditemukan pada fragmen D-loop DNA mitokondria sapi benggala dengan mengguna-kan enzim restriksi PstI. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi pada fragmen D-loop DNA mitokondria sapi benggala. Diversitas haplotipe sapi benggala sebesar 0,4269. DAFTAR PUSTAKA Anderson, S., M.H.L. Debruijn, A.R. Coulson, I.C. Eperon, F. Sanger, and I.G. Young Complete sequence of bovine mitochondrial DNA: Conserved feature of mamalian mitochondrial genome. Journal of Molecular Biology 156: Baker, C.M.A., and C. Manwell Population genetics, molecular markers and gene conservation of bovine breed. In: C.G. Hickman (ed.). Cattle Genetic Resources Amsterdam: Elsevier Science Publiser B.V. Beattie, C.W Livestock genome maps. Tends in Genetics 10: Bhat, P.P., B.P. Mishra, and P.N. Bhat Polymorphism of mitochondrial DNA (mtdna) in cattle and buffaloes. Biochemical Genetics 28: Eledath, F.M., and H.C. Hines Detection of nucleotide variation in the D-loop region of bovine mitochondrial DNA using PCR-based methodologies. Animal Genetics 27: Hecth, H Studies on mitochondrial DNA in farm animal. In: Geldermann, H. and F. Ellendorff (ed.). Genome Analysis in Domestic Animals. New York: VCH. Weinheim. Heindleder, S., W. Hecht, V. Dzapo, and R. Wassmuth Ovine mitochondrial DNA: Restiction enzym analysis, mapping, and sequencing data. Animal Genetics 23: Heindleder, S., W. Hecht, and R. Wassmuth Restriction enzym analysis of cytoplasmic genetic variation in sheep. Journal Animal Breeding Genetic Ishida, N., T. Hasegawa, K. Takeda, M. Sakagami, A. Onishi, S. Inameru, and M. Komatsu Polymorphic sequence in the D-loop region of equine mitochondrial DNA. Animal Genetics 25: Klug, W.S., and M.R. Cummings Essential of Genetics. 2 nd ed. Prentice-Hall. Inc. New Jersey. Lindberg, G.L Sequence Heterogeneity of Bovine Mitochondrial DNA. Iowa; Iowa State University. Linnane, A.W., A. Baumer, C. Zhang, and P. Nagley Mitochondrial DNA mutation and the ageing process: Bioenergy and pharmacological intervention. Mutation Research 275: Loftus, R.T., A. Baumer, R.J. Maxwell, H. Preston, C. Zhang, and S. Marzuki Mitochondrial genetic variation in Europe, Africa and Indian Cattle. Animal Genetics 25: Mannen, H., T. Kojima, K. Oyama, F. Mukai, T. Ishida, and S. Tsuji Effect of mitochoindrial DNA variation on carcass traits of Japanese Black cattle. Journal Animal Science 76: Miquel, J An intergrated theory of aging as the result of mitochondrial DNA mutation in differentiated cells. Archipes of Gerontology and Geriatri 12: Rahman, S., D.R. Tharburn, R. Blok, and H.M.M. Dahl Mitochondrial and human disease. Today Life Science. October: Ron, M., O. Yoffe, and J.I. Weller sequence variation in D-loop mtdna of cow lineage selected for high and low maternal effect on milk production. Animal Genetics 24: Schutz, M.M., A.E. Freeman, G.L. Lindberg, C.M. Koehler, and D.C. Nbitz The effect of mitochondrial DNA on milk production and health of dairy cattle. Livestock Production Science 37: Sellier, P The future role of molecular genetics in the ciontrol of meat production and meat quality. Meat Science Shadel, G.S. and D.A. Clayton Mitochondrial DNA maintenance in vertebrata. Annual Review of Biochemistry 66: Sutarno Polimorfisme DNA Mitokondria dari Berbagai Jenis Sapi Pedaging di Western Australia dan Bali. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Sutarno, J.M. Cummins, J. Greeff, and A.J. Lymbery Mitochondrial DNA polymorphism and fertility in beef cattel. Theriogenology 6485: 1-8. Upholt, W.B, and I.B. Dawid Mapping of mitochondrial DNA of individual sheep and goats rapid evolution in the D-loop region. Cell 11: Wallace, D.C., M.T. Lott, M.D. Brown, K. Huoponen, and A. Torroni Human mitochondrial genome database. The Human Data Base project. Emory: Department of Gentics and Molecular Medicine Emory. University of Atlanta. GA. USA. emory.edu/mitomap.html (15 April 1996). White, T.J The future of PCR technology: Diversivication of technologies and application. Trend in Biotechnology 14: Wiryosuhanto, S Bali cattle- Their economic important in Indonesia. ACIAR Proceeding 75:

Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen ND-5 DNA Mitokondria Sapi Benggala dan Madura dengan Teknik PCR-RFLP

Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen ND-5 DNA Mitokondria Sapi Benggala dan Madura dengan Teknik PCR-RFLP B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 4, Nomor 1 Januari 2003 Halaman: 1-6 Identifikasi Polimorfisme pada Fragmen ND-5 DNA Mitokondria Sapi Benggala dan Madura dengan Teknik PCR-RFLP Identification

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

Polimorfisme DNA pada Lokus-2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Madura

Polimorfisme DNA pada Lokus-2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Madura B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 4, Nomor 1 Januari 2003 Halaman: 7-11 Polimorfisme DNA pada Lokus-2 Gen Hormon Pertumbuhan Sapi Madura DNA polymorphism at locus-2 of growth hormone gene

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

Identifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala

Identifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 3, Nomor 1 Januari 2002 Halaman: 169-173 Identifikasi dan Karakterisasi Polimorfisme Gen Hormon Pertumbuhan pada Sapi Bali, Sapi Madura dan Sapi Benggala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK

THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK ISSN: 1412-033X THIS PAGE INTENTIONALLY LEFT BLANK PENERBIT: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ALAMAT PENERBIT/REDAKSI: Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta 57126. Telp. +62-271-663375;

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria

Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Kolokium Departemen Biologi FMIPA IPB: Ria Maria Ria Maria (G34090088), Achmad Farajallah, Maria Ulfah. 2012. Karakterisasi Single Nucleotide Polymorphism Gen CAST pada Ras Ayam Lokal. Makalah Kolokium

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi

KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP. Skripsi KERAGAMAN GENETIK KAMBING BOER BERDASARKAN ANALISIS SEKUEN DNA MITOKONDRIA BAGIAN D-LOOP Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan di Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Biokimia, Program Studi Kimia, Institut Teknologi Bandung. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST MspI) Amplifikasi fragmen gen calpastatin (CAST MspI) pada setiap bangsa sapi dilakukan dengan menggunakan mesin thermal cycler (AB Bio System) pada

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL

ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL ISSN 1907-9850 ANALISIS VARIASI NUKLEOTIDA DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA PADA SATU INDIVIDU SUKU BALI NORMAL Ketut Ratnayani, I Nengah Wirajana, dan A. A. I. A. M. Laksmiwati Jurusan Kimia FMIPA Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein Sapi Friesian Holstein (FH) merupakan bangsa sapi yang paling banyak terdapat di Amerika Serikat, sekitar 80-90% dari seluruh sapi perah yang berada di sana.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah.

METODE. Materi. Tabel 1. Jumlah Sampel DNA yang Digunakan dan Asal Pengambilan Sampel Darah. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH

MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Materi Sapi Perah FH 62 MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan, yaitu dari bulan Oktober 2009 sampai dengan Juni 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler,

Lebih terperinci

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok

Lebih terperinci

ANALISIS JARAK GENETIK DAN FILOGENETIK KAMBING JAWA RANDU MELALUI SEKUEN DAERAH DISPLACEMENT LOOP (D-LOOP) DNA MITOKONDRIA.

ANALISIS JARAK GENETIK DAN FILOGENETIK KAMBING JAWA RANDU MELALUI SEKUEN DAERAH DISPLACEMENT LOOP (D-LOOP) DNA MITOKONDRIA. ANALISIS JARAK GENETIK DAN FILOGENETIK KAMBING JAWA RANDU MELALUI SEKUEN DAERAH DISPLACEMENT LOOP (D-LOOP) DNA MITOKONDRIA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Peternakan

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA

GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA GAMBARAN RESTRICTION FRAGMENT LENGTH POLYMORPHISM (RFLP) GEN SITOKROM b DNA MITOKONDRIA DARI SEMBILAN SPESIES IKAN AIR TAWAR KONSUMSI DENNY SAPUTRA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Sampel yang digunakan dalam penelitian 12 METODE PEELITIA Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan April 2010, bertempat di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau PENGANTAR Latar Belakang Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau Wild Mallard). Proses penjinakan telah terjadi berabad-abad yang lalu dan di Asia Tenggara merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara umum telah dilakukan secara turun temurun meskipun dalam jumlah kecil skala rumah tangga, namun usaha tersebut telah

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Sampel Pengambilan Sampel Ekstraksi DNA Primer MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Nopember 2010. Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetik Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3 Amplifikasi gen Pit1 exon 3 pada sapi FH yang berasal dari BIB Lembang, BBIB Singosari, BPPT Cikole,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Gen GH exon 3 pada kambing PE, Saanen, dan PESA (Persilangan PE dan Saanen) berhasil diamplifikasi menggunakan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Panjang fragmen

Lebih terperinci

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Lampiran 1. Data dan analisis karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. 1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU

ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU ISOLASI DNA DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN D-LOOP MITOKONDRIAL PADA IKAN Ompok hypophthalmus (Bleeker, 1846) DARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Della Rinarta, Roza Elvyra, Dewi Indriyani Roslim Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini.

Metodologi Penelitian. Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. Bab III Metodologi Penelitian Metode, bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan pada bab ini. III.1 Rancangan Penelitian Secara garis besar tahapan penelitian dijelaskan pada diagram

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis

Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis Deteksi DNA Seara Visual Dengan Teknik Elektroforesis Laurencius Sihotang I. Tujuan 1. Mempelajari 2. Mendeteksi DNA yang telah di isolasi dengan teknik spektrofotometrik 2. mengetahui konsentrasi dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR)

IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) IDENTIFIKASI DAGING TIKUS PADA PRODUK ASAL HEWAN DENGAN MENGGUNAKAN TEHNIK POLIMERASE CHAIN REACTION (PCR) Srihanto, E.A, Setiaji, G, Rumpaka, R dan Firwantoni Balai Veteriner Lampung Jalan Untung Suropati

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan membuat gambaran secara sistematis,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN PITUITARY SPECIFIC POSITIVE TRANSCRIPTION FACTOR 1 (PIT1) PADA KERBAU LOKAL (Bubalus bubalis) DAN SAPI FH (Friesian-Holstein) SKRIPSI RESTU MISRIANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah berlangsung sejak bulan Januari 2012 - Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi, Lab. Optik, Lab. Genetika dan Lab. Biologi Molekuler Jurusan

Lebih terperinci

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen Calpastatin (CAST AluI) Amplifikasi fragmen gen CAST AluI dilakukan dengan menggunakan mesin PCR dengan kondisi annealing 60 0 C selama 45 detik, dan diperoleh produk

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian Bab III Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan, dimulai dengan pengumpulan sampel, kemudian lysis sel untuk mendapatkan template DNA, amplifikasi DNA secara

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi dan Struktur Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. Mitokondria berfungsi sebagai organ respirasi dan pembangkit energi dengan

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE A.

III. MATERI DAN METODE A. III. MATERI DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2015. Proses isolasi DNA, simplex-pcr dan duplex-pcr dilaksanakan di Sub Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

The Origin of Madura Cattle

The Origin of Madura Cattle The Origin of Madura Cattle Nama Pembimbing Tanggal Lulus Judul Thesis Nirmala Fitria Firdhausi G352080111 Achmad Farajallah RR Dyah Perwitasari 9 Agustus 2010 Asal-usul sapi Madura berdasarkan keragaman

Lebih terperinci

K. Ratnayani, Sagung Chandra Yowani, dan Liangky Syane S. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK

K. Ratnayani, Sagung Chandra Yowani, dan Liangky Syane S. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran ABSTRAK AMPLIFIKASI FRAGMEN 0,4 KB DAERAH D-LOOP DNA MITOKONDRIA LIMA INDIVIDU SUKU BALI TANPA HUBUNGAN KEKERABATAN DENGAN METODE POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) K. Ratnayani, Sagung Chandra Yowani, dan Liangky

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii R.Br dan Rafflesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),

Lebih terperinci

AMPLIFIKASI IN VITRO DAN IN VIVO FRAGMEN 0,4 KB D-LOOP mtdna SAMPEL FORENSIK

AMPLIFIKASI IN VITRO DAN IN VIVO FRAGMEN 0,4 KB D-LOOP mtdna SAMPEL FORENSIK AMPLIFIKASI IN VITRO DAN IN VIVO FRAGMEN 0,4 KB D-LOOP mtdna SAMPEL FORENSIK Mukhammad Asy ari*, A. Saifuddin Noer** * Laboratorium Biokimia jurusan Kimia FMIPA UNDIP Semarang ** Laboratorium Rekayasa

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Riset Biomedik

Lebih terperinci