Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh"

Transkripsi

1 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Teori dan Teknik-Teknik Konseling Gestalt Therapy dan Behavior Therapy. Kompetensi Mampu memahami Gestalt Therapy and Behavior Therapy.

2 Latar Belakang Pendahuluan Gestalt Therapy Pendekatan Gestalt adalah terapi humanistik eksistensial yang berlandaskan premis, bahwa individu harus menemukan caranya sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu ingin mencapai kedewasaan.tujuan dasar pendekatan ini adalah agar klien mencapai kesadaran tentang apa yang mereka rasakan dan lakukan serta belajar bertanggung jawab atas persaan, pikiran, dan tindakan sendiri. Selanjutnya, pendekatan ini juga dianggap pendekatan yang hidup dan mempromosikan pengalaman langsung bukan sekedar membicarakan permasalahan dalam konseling. Oleh karena itu, pendekatan ini disebut juga experiental dimana klien merasakan apa yang mereka rasakan, pikirkan, dan lakukan pada saat klien berinteraksi dengan orang lain (Corey, 1986). Landasan Filosofis Gestalt 1. Perspektif Fenomenologi (The Phenomenological Perspective) Fenomenologi adalah disiplin ilmu yang bertujuan membantu individu mengambil jarak dari cara berpikir yang biasa dilakukan individu, sehingga mereka dapat mengatakan perbedaan apa yang sebenarnya dirasakan pada situasi sekarang dan apa hanya sebagai residu masa lalu (Idhe, 1977). Pendekatan Gestalt memperlakukan hal-hal yang secara sebjektif dirasakan individu pada saat ini dan apa yang secara objektif terobsesi sebagai data yang nyata dan penting (Yotnef, 1993). 2. Pespektif Teori Medan (The Field Theory Perspective) Landasan ilmiah perspektif fenomenologi pendekatan Gestalt adalah teori medan (field theory). Field Theory adalah metode untuk mengeksplorasi apa yang dideskripsikan keseluruhan (the whole field) kejadian yang sedang dirasakan bukan menganalisis kejadian berdasarkan bagian-bagia tertentu (Yotnef, 1993). 3. Pespektif Eksistensial (The Existential Perspective) Existentialism adalah dasar dari metode fenomenologi yang berfokus pada eksistensi individu, hubungan dengan orang lain serta kesenangan dan kesakitan yang langsug dirasakan (Yotnef, 1993). Sebagian besar manusia berpikir secara konvensional yaitu cara berpikir yang ambigu atau menghindari pemahaman dan pengakuan tentang bagiamana dunianya. 2 Agustini, M.Psi., Psikolog

3 Pandangan tentang Manusia menurut Gestalt Pandangan pendekatan Gestalt terhadap manusia dipengaruhu oleh filsafat eksistensial dan fenomenologi. Asumsi dasar pendekatan Gestalt tentang manusia adalah bahwa individu dapat mengatasi sendiri permasalahannya dalam hidup terutama bila mereka menggunakan kesadaran akan pengalaman yang sedang dialami dan dunia sekitarnya. Gestalt berpendapat bahwa individu memiliki masalah karena menghindari masalah. Oleh karena itu pendekatan Gestalt mempersiapkan individu dengan intervensi dan tantangan untuk membantu klien mencapai integrasi diri dan menjadi lebih autentik (Corey, 1993). Pendekatan Gestalt berpendapat bahwa individu yang sehat secara mental adalah: 1. Individu yang dapat mempertahankan kesadaran tanpa dipecah oleh berbagai stimulasi dari lingkungan yang dapat mengganggu perhatian individu. Orang tersebut dapat secara penuh dan jelas mengalami dan mengenali kebutuhannya dan alternatif potensi lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. 2. Individu yang dapat membedakan konflik dan masalah yang dapat diselesaikan dan tidak dapat diselesaikan. 3. Individu yang dapat mengambil tanggung jawab atas hidupnya. 4. Individu yang dapat berfokus pada satu kebutuhan yang lain (the ground), sehingga ketika kebutuhan itu terpenuhi disebut juga Gestalt yang sudah lengkap (Thompson et al., 2004). Konsep Dasar Gestalt 1. Di Sini dan Sekarang (Here and Now) Pearl mengatakan bahwa ''kekuatan ada pada masa kini ("power is in the present''). Pendekatan ini mengutamakan masa sekarang, segala sesuatu tidak ada kecuali yang ada pada masa sekarang (the now), karena masa lalu telah berlalu dan masa depan belum sampai hanya masa sekarang yang penting. Hal ini karena dalam pendekatan Gestalt mengapresiasi pengalaman pada masa kini (Corey, 1986). Menurut Gestalt, kebanyakan orang kehilangan kekuatan masa sekarang. Alih-alih menghargai pengalaman masa sekarang, individu menginvestasikan energinya untuk mengeluh tentang kesalahan masa lalu dan bergulat pada resolusi dan rencana masa depan yang tidak ada ujungnya. Oleh karena itu, kekuatan individu untuk melihat masa sekarang menjadi berkurang dan bahkan hilang. 3 Agustini, M.Psi., Psikolog

4 2. Lapisan Neurosis (Layers of Neurosis) Menurut pandangan Gestalt, individu memiliki lima lapisan neurosis dalam dirinya yang diumpamakan seperti kulit bawang yang berlapis-lapis. Bila individu ingin mencapai kematangan psikologis, maka harus mengupas lima lapisan neurosis ini. Lapisan-lapisan neurosis yang menyebabkan gangguan perkembangan psikologis adalah: a. Lapisan Phony (the phony layer) Terdiri dari reaksi terhadap orang lain dengan cara yang steriotip dan tidak autentik. Pada level ini individu bermain dan kehilangan perannya. Dengan bertingkah laku sebagai pribadi yang bukan dirinya, individu hidup dalam fantasi yang diciptakan oleh diri sendiri dan orang lain. b. Lapisan Phobic (The phobic layer) Pada tahap ini individu berusaha menghindari kesakitan emosional yang berhubungan dengan melihat hal-hal dalam diri yang sebenarnya dipilih untuk dihindari. Pada poin ini individu cenderung untuk resisten menerima diri sendiri. c. Lapisan impase (The impase layer) Pada tahap ini individu mengalami kemacetan dalam perkembangan. Individu menganggap bahwa ia tidak bisa bertahan hidup (survival), karena individu merasa tidak memiliki sumber dan potensi untuk berkembang tanpa dukungan lingkungan. Individu cenderung berusaha memanipulasi lingkungan untuk melihat, mendengar, merasa, berpikir dan mengambil keputusan untuk dirinya. Pada tahap ini individu sering merasakan perasaan kematian (a sense of deadness) dan merasa hampa. Bila individu berharap untuk merasa hidup, ia harus melewati tahap ini. d. Lapisan implosif (The implosive layer) Lapisan dimana individu dapat menerima bahwa ia mengalami perasaan kematian dan kehampaan, kemudian ia menghadapinya dan tidak menghindarinya, maka lapisan implusifnya mulai terbuka. e. Lapisan eksposif (The explosive layer) Lapisan dimana individu melakukan kontak dengan perasaan kematian dan kehampaan kemudian melepaskan phony roles dan kepura-puraan, maka individu melepaskan energi yang besar yang selama ini dipertahankan dengan berpura-pura menjadi orang yang bukan diriya sebenarnya. 4 Agustini, M.Psi., Psikolog

5 Tujuan Konseling Tujuan konseling Gestalt adalah menciptakan ekspeimen dengan klien untuk membantu klien: 1. Mencapai kesadaran atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya. Kesadaran itu termasuk di dalamnya, insight, penerimaan diri, pengetahuan tentang lingkungan, tanggung jawab terhadap pilihannya. 2. Kemampuan untuk melakukan kontak dengan orang lain. 3. Memiliki kemampuan mengenali, menerima mengekspresikan perasaan, pikiran, dan keyakinan dirinya. Peran dan Fungsi Konselor Dalam proses konseling Gestalt, konselor memiliki peran dan fungsi yang unik, yaitu: 1. Konselor memfokuskan pada perasaan, kesadaran, bahasa tubuh, hambatan energi, dan hambatan untuk mencapai kesadaran yang ada pada klien. 2. Konselor adalah ''artistic participant'' yang memiliki peranan dalam menciptakan hidup baru klien. 3. Konselor berperan sebagai projection screen. 4. Konselor harus dapat membaca dan menginterpretasi bentuk-bentuk bahasa yang dilontarkan klien. Tahap-Tahap Konseling Ketika seorang konselor ingin mengggunakan konseling Gestalt, ia harus menyadari bahwa klien itu unik dan selalu berevolusi sepanjang waktu. Hal ini berimplikasi bahwa diagnosis yang dibuat bersifat fleksibel. Dengan demikian tahap awal yang dilakukan konselor dalam menggunakan konseling Gestalt adalah mempertimbangkan kesuaian konseling Gestalt dengan klien, serta kemampuan konselor dalam menerapkan tahap-tahap dan teknik-teknik pendekatan Gestalt. Tiap-tiap tahap memiliki prioritas dan tujuan tertentu 5 Agustini, M.Psi., Psikolog

6 yang membantu konselor dalam mengorganisasikan proses konseling. Tahapan-tahapan tersebut yaitu: 1. Tahap Pertama (the beginning phase) Pada tahap ini konselor menggunakan metode fenomenologi untuk meningkatkan kesadaran klien, menciptakan hubungan dialogis mendorong keberfungsian klien secara sehat dan menstimulasi klien untuk menngembangkan dukungan pribadi dan lingkungannya (Joyce & Sill, 2001) 2. Tahap Kedua (clearing the ground) Pada tahap ini proses konseling berlanjut pada strategi-strategi yang lebih spsifik. Klien mengeksplorasi berbagai introyeksi, berbagai modifikasi kontak yang dilakukan dan unfinished business. Peran konselor adalah secara berkelanjutan mendorong dan membangkitkan keberanian klien mengungkapkan ekspresi pengalaman dan emosiemosinya dalam rangka katarsis dan menawarkan klien untuk melakukan berbagai eksperimen untuk meningkatkan kesadarannya, tanggung jawab pribad, dan memahami unfinished business. 3. Tahap Ketiga (the existential encounter) Pada tahap ini ditandai dengan aktivitas yang dilakukan klien dengan mengeksplorasi masalahnya secara mendalam dan membuat perubahan-peubahan yang cukup signifikan. Tahap ini merupakan fase tersulit karena pada tahap ini klien menghadapi kecemasankecemasannya sendiri, ketidakpastian, dan ketakutan-ketakutan yang selama ini terpendam dalam diri. 4. Tahap Keempat (integration) Pada tahap ini klien mulai dapat mengatasi krisis-krisis yang dieksplorasi sebelumnya dan mulai mengintegrasikan keseluruhan diri (self), pengalaman dan emosi-emosinya dalam perspektif yang baru. Klien telah mampu menerima ketidakpastian, kecemasan, dan ketakutannya serta menerima tanggung jawab atas kehidupannya sendiri. 5. Tahap Kelima (ending) Pada tahap ini klien siap untuk memulai kehidupan secara mandiri tanpa supervisi konselor. 6 Agustini, M.Psi., Psikolog

7 Teknik-Teknik Konseling Gestalt Terdapat beberapa teknik bahasa, permainan, dan fantasi yang dapat digunakan untuk mempertahankan orientasi pada masa sekarang (present time - time rientation). Kursi Kosong (empty chair) Teknik kursi kosong bertujuan untuk membantu mengatasi konflik interpersonal dan intrapersonal (Thompson, et al., 2004). Teknik ini membantu klien untuk keluar dari proses introyeksi. Pada teknik ini konselor menggunakan dua kursi. Konselor meminta klien untuk duduk di satu kursi dan berperan sebagai topdog. Kemudian berpindah ke kursi lainnya dan menjadi underdog. Diaolog dilakukan secara bersinambungan pada dua peran tersebut. Dengan teknik ini, introyeksi akan terlihat dan klien dapat merasakan konflik yang ia rasakan secara lebih real. Konflik tersebut akan dapat diselesaikan dengan penerimaan dan integrasi antara kedua peran tersebut. Teknik ini membantu klien untuk merasakan perasaannya tentang konflik perasaan dengan mengalami secara penuh (Corey, 1986). Pendahuluan Pendekatan Behavioral (Behavioral Therapy) Pendekatan behavioral didasari oleh hasil eksperimen yang melakukan investigasi tentang prinsip-prinsip tingkah laku manusia. Eksperimen tersebut menghasilkan teknikteknik spesifik dalam pendekatan ini yang dipelopori oleh beberapa tokoh behaviorisme yang terpercaya. Tokoh behaviorisme yang melahirkan teknik-teknik konseling antara lain: Skinner, Watson, Pavlov, dan Bandura. Pendekatan tingkah laku atau behavioral menekankan pada dimensi kognitif individu dan menawarkan berbagai metode yang berorientasi pada tindakan (action oriented) untuk membantu mengambil langkah yang jelas dalam mengubah tingkah laku. Istilah modifikasi perilaku (behavior modification) dan pendekatan (behavior approach) banyak digunakan secara bersamaan dengan makna yang sama. Konseling behavioral memiliki asumsi dasar bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari, tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru, dan manusia memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Selain itu, manusia dipandang sebagai individu yang mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, mengatur serta dapat mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain (Walker & Shea, 1988).. 7 Agustini, M.Psi., Psikolog

8 Trend I: Classical Conditioning Trend pertama dalam pendekatan behavioral adalah classical conditioning yang banyak dijadikan referensi adalah Ivan Petrovich Pavlov. Hasil penelitian Pavlov yang terkenal adalah tentang refleks berkondisi (conditional reflex) dengan sebutan proses kondisioning klasik. Penelitiannya menggunakan anjing yang dalam keadaan lapar ditempatkan pada ruang kedap suara. Dihadapan anjing diletakkan meja untuk melakukan tempat makanan yang mudah dijangkau anjing. Pada leher dipasang alat pada kelenjar ludahnya yang dihubungkan dengan selang sehingga saat air liur yang keluar dapat ditampung dan diukur dengan menggunakan gelas ukuran. Proses kondisioning pada penelitian ini adalah stimulus yang digunakan bunyi bel dan makanan. Pada percobaan pertama, tahapannya adalah Conditionng Stimulus (CS) berupa bunyi bel, Unconditioning Stimulus (US) adalah makanan, Unconditionng Response (UR) adalah air liur. Ketika percobaan pertama, bel dibunyikan dan tidak menghasilkan air liur. Ketika percobaan pertama, bel dibunyikan dan tidak menghasilkan air liur, makanan menghasilkan air liur. Kemudian pada percobaan kedua proses kondisioning, CS berupa bel diikuti pemberian US berupa makanan dengan diulang sebanyak 10 sampai 20 kali. Setelah terbentuk asosiasi antara CS dan US. Ketika CS berupa bel dibunyikan tanpa US yaitu makanan, diikuti CR yaitu keluar air liur. Pada penelitian ini jarak waktu pemberian CS dan US serta penghentian pemberian US mengakibatkan terjadi proses penghapusan (extinction) yaitu ketika CS dan US telah membentuk CR, proses ini disebut tahap akisisi (acquisition stage). Bila jarak waktu antara CS dan US selama 18 detik, maka terjadi penurunan CR, seperti pada percobaan ke satu. Kehadiran CS tanpa diikuti US secara terus-menerus akan melemahkan CR. Hal ini disebut dengan penghapusan (extinction). Akan tetapi setelah fase laten, bila proses ini diulang dengan jarak waktu 1 atau 2 detik antara CS1 dan US2, maka akan kembali terjadi CR. dengan demikian CS + US = CR. Dalam hal ini US memperkuat munculnya CR, maka US berfungsi sebagai positive reinforcement. Pavlov menemukan bahwa fase penurunan bersifat temporer karena pada saat setelah periode istirahat selama 30 menit. CS langsung diikuti munculnya CR. Peristiwa ini disebut spontaneous recovery. Penerapan roses kondisioning dapat dilakuakn dengan berhasil pada anjing, monyet, dan manusia. Trend II: Operant Conditioning Trend kedua adalah operant conditioning. Operant behavior terdiri dari tingkah laku yang beroperasi dilingkungan yang menghasilkan konsekuensi. Pada classical conditioning, 8 Agustini, M.Psi., Psikolog

9 organisme dipandang sebagai responden yang aktif. Contoh tingkah lalu operan adalah membaca, menulis, menyetir, dan makan dengan menggunakan alat (Corey, 1986). Operant conditioning awalnya dikembangkan E.L.Thorndike. Prinsip-prinsip operant conditioning yaitu reinforcer diasosiasikan dengan respons karena respons itu beroperasi memberi reinforcement. Respons tersebut disebut tingkah laku operan (operant behavior). Dalam percobaan ini menggambarkan bila tingkah laku operan sebelumnya belum pernah dimiliki keitika ia melakukan tingkah laku tersebut dan mendapat hadiah (reinforcement) maka tingkah laku tersebut berpeluang untuk sering terjadi. Tokoh lain yang mengembangkan operant conditioning adalah B.F. Skinner yanga berpendapat bahwa tingkah laku yang dikontrol berdasarkan pada prisnsip operant conditioning yang memiliki asumsi bahwa perubahan tingkah laku diikuti dengan kosekuensi (Corey, 1986). Operant conditionong memusatkan pada akibat tingkah laku sehingga disebut juga instrumental conditioning. Skinner percaya bahwa tingkah laku yang paling berarti adalah tingkah laku operan dan tingkah laku ini dikontol oleh akibat-akibatnya yang diistilahkan dengan reinforcer atau punisher (Rosjidan, 1994). Asumsi dasar operant conditioning tentang tingkah laku antara lain: tingkah laku mengikuti hukum atau prinsip tertentu, tingkah laku dapat diramalkan, tingkah lau dapat dikontrol aau dimanipulasi, tingkah laku dikontrol dengan teknik analisis fungsional dalam bentuk hubungan sebab akibat dan bagaimana suatu respon timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu yang dikontrol penyebabnya. Trend III: Kognitif Trend ketiga pada pendekatan behavioral adalah trend kognitif. Para behavioristik baik yang beraliran classical conditionong maupun operant conditioning menyampingkan konsep yang memediasi tingkah laku seperti pikiran, sikap, dan nilai. Hal ini mungkin disebabkan sebagai reaksi keras terhadap pendekatan psiodinamika yang berorientasi pada insight (insight oriented). Pada trend ketiga ini tokoh yang terkenal adalah Albert Bandura dalam teori belajar sosial. Bandura berpandangan bahwa manusia dapat berpikir dan mengatur tingkah lakunya sendiri. Manusia dan lingkungan saling mempengaruhi dan fungsi kepribadian melibatkan interaksi satu orang dengan orang lainnya. Teori belajar sosial didasarkan pada konsep saling menentukan (reciprocal determinism), tanpa penguatan (beyond reinforcement) dan pengaturan diri atau berpikir (self regulational cognition). Teori belajar sosial berpandangan determinis resiprokal dalam menjelaskan interaksi timbal balik antara individu - lingkungan - tingkah laku. Selanjutnya teori ini menggunakan reinforcement dengan mengamati dan mengulang apa yang dilihat. Tingkah 9 Agustini, M.Psi., Psikolog

10 laku ditentukan oleh antisipasi terhadap kosekuensi. Teori ini juga menekankan pada kognisi dan regulasi diri. Manusia sebagai pribadi dapat mengatur lingkungan, dapat menciptakan dukungan kognitif, dan dapat melihat kosekuensi bagi tingkah laku sendiri. Pandangan tentang Manusia Pendekatan behavioral didasarkan pada pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yang menekankan pada pentingnya pendekatan sistematik dan berstruktur pada konseling (Rosjidan, 1994). Pendekatan behavioral berpandangan bahwa setiap tingkah laku dapat dipelajari. Proses belajar tingkah laku adalah melalui kematangan dan belajar (Rosjidan, 1994). Selanjutnya tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru. Manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkah lakunya sendiri, dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi perilaku orang lain. Konsep Dasar Salah satu studi yang paling dalam perkembangan pendekatan behavioral adalah studi yang dilakukan oleh Watson dan Reyner (1920) yang menggunakan anak sebagai subyek tentang rasa takut yang dipelajari (conditioned). Saran-saran penelitian ini menjadi teknikteknik ini dalam konseling behavioral (Rosjidan, 1994). Pada kenyataannya, konseling membutuhkan penguasaan metode dan teknik-teknik ilmiah yang melandasi konselor dalam merencanakan, melakasanakan, dan mengevaluasi prose konseling. Ciri-ciri konseling behavioral yang dikemukakan oleh Krumboltz (1965) adalah sebagai berikut: 1. Proses Pendidikan Konseling merupakan proses pendidikan. Dengan kata lain, konseling membantu klien mempelajari tingkah laku baru untuk memecahkan masalahnya. 2. Teknik Dirakit Secara Individual Teknik konseling yang digunakan pada setiap klien berbeda-beda bergantung pada masalah dan karakteristik klien. Dalam proses konseling, penentuan tujuan konseling, proses asesmen, dan teknik-teknik dibangun oleh klien dengan bantuan konselor (Rosjidan, 1994). 10 Agustini, M.Psi., Psikolog

11 3. Metodologi Ilmiah Konseling behavioral dilandasi oleh metode ilmiah dalam melakukan asesmen dan evaluasi konseling. Konseling ini menggunakan observasi sistematis, kuantifikasi data, dan kontrol yang tepat (Rosjidan, 1994). Tujuan Konseling Tujuan konseling behavioral berorientasi pada pegubahan atau modifikasi perilaku klien, yang diantaranya untuk: 1. Menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar. 2. Penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif. 3. Memberi pengalaman belajar yang adaptif namun belum dipelajari. 4. Membantu klien membuang respon-respon yang lama yang merusak diri atau maladaptif dan mempelajari respons-respons yang baru yang lebih sehat dan sesuai (adjustive). 5. Klien belajar perilaku baru dan mengaliminasi peilaku yang maladaptif, memperkua, serta mempertahankan perilaku yang diinginkan. 6. Penetapan tujuan dan tingkah laku serta upaya pencapaian sasaran dilakukan bersama antara klien dam konselor. Peran dan Fungsi Konselor Peran konselor dalam konseling behavioral berperan aktif, direktif, dan menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan solusi dari persoalan individu. Konselor behavior berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli yang mediagnosa tingkah laku yag maladaptif dan menentukan prosedur yang mengatasi persoalan tingkah laku individu. Dalam proses konseling, klien menemukan tingkah laku apa (what) yang akan diubah, sedangkan konselor menemukan cara yang digunakan untuk mengubahnya (how). Selain itu, konselor juga sebagai model bagi klien. Bandura mengatakan bahwa sebagian besar proses belajar terjadi melalui pengalaman langsung yang didapat melalui observasi langsung terhadap tingkah laku orang lain. Ia berpendapat bahwa dasar fudamental proses belajar tinkah laku adalah imitasi, dengan demikian konselor adalah model signifikan bagi kliennya (Corey, 1986). 11 Agustini, M.Psi., Psikolog

12 Tahap-Tahap Konseling Tingkah laku yang bermasalah dalam konseling behavioral adalah tingkah laku yang berlebihan (excessive) dan tingkah laku yang kurang (deficit). Tingkah laku yang berlebihan seperti merokok, terlalu banyak main games, dan sering memberi komentar dikelas. Adapun tingkah laku yang defisit adalah terlambat masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas, dan bolos sekolah. Tingkah laku excessive dirawat dengan menggunakan teknik konseling untuk menghilankan atau mengurangi tingkah laku, sedangkan tingkah deficit diterapi dengan menggunakan teknik meningkatkan tingkah laku. Konseling behavioral memiliki empat tahap yaitu: 1. Melakuakn Asesmen (Assessment) Tahap ini bertujuan untuk menemukan apa yang dilakukan oleh klien pada saat ini. Asesmen dilakukan adalah aktivitas nyata, perasaan, dan pikiran klien. Dalam kegiatan asesmen konselor melakukan analisis ABC yaitu A= Antecedent (pencetus perilaku), B= Behavioral (perilaku yang dipermasalahkan), C= Consequence (konsekuensi atau akibat perilaku tersebut). 2. Implementasi Teknik (technique Implementation) Setelah tujuan konseling dirumuskan, konselor dan klien menentukan strategi belajar yang terbaik untuk membantu klien mencapai perubahan tingkah lalu yang diinginkan. Konselor dan klien memgimplementasikan teknik-teknik konseling sesuai dengan masalah yang dialami oleh klien. Dalam implementasi teknik konselor membandingkan perubahan tingkah laku antara baseline data dengan data intervensi. 3. Evaluasi dan Pengakhiran (Evaluation - Termination) Evaluasi konseling behavioral merupakan proses yang berkesinambungan. Evaluasi dibuat atas dasar apa yang klien perbuat. Tingkah laku klien digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas konselor dan efektivitas tertentu dari teknik yang digunakan. Terminasi lebih dari sekedar mengakhiri konseling. 12 Agustini, M.Psi., Psikolog

13 Daftar Pustaka Palmer, Stephen (Ed)., (2010). Konseling dan Psikoterapi. Introduction to Counselling and Psichoterapy. Komalasari, G., Wahyuni, E., Karsih (2011). Teori dan Teknik Konseling. PT. Indeks. 13 Agustini, M.Psi., Psikolog

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy

Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Gestalt Therapy and Behavior Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Gestalt Therapy Pendekatan Gestalt:

Lebih terperinci

MATERI PENDEKATAN KONSELING PERILAKU

MATERI PENDEKATAN KONSELING PERILAKU MATERI PENDEKATAN KONSELING PERILAKU 1. Latar Belakang Konseling behavior dikembangkan sejak 1950-an dan 1960-an. Konseling tersebut merupakan pemisahan yang radikal dari psikoanalisis yang berlaku saat

Lebih terperinci

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi

Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Modul ke: Sejarah dan Aliran-Aliran Psikologi Behaviorisme Fakultas Psikologi Dra. Anna Amanah, Psi., MSi. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi Tokoh Tokoh: Ivan P. Pavlov 1849 1936 John Broadus

Lebih terperinci

Behavior and Social Learning Theory

Behavior and Social Learning Theory MODUL 4 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1 Behavior and Social Learning Theory Materi yang akan di bahas: a. Pendekatan Umum Teori b. Penekanan pada Perilaku Belajar c. Hukum Universal d. Teori Belajar Modern e.

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional

Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Analisis Transaksional Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Analisis Transaksional (TA): Model

Lebih terperinci

Terapi & Konseling Gestalt

Terapi & Konseling Gestalt TERAPI & KONSELING GESTALT Persiapan untuk Proses Perjalanan dan Field Theory i ii Terapi & Konseling Gestalt TERAPI & KONSELING GESTALT Triantoro Safaria Persiapan untuk Proses Perjalanan dan Field Theory

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 12 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

Konsep-konsep Modifikasi Perilaku. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi Konsep-konsep Modifikasi Perilaku Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi POKOK BAHASAN 1. Dasar Pemikiran 2. Definisi Modifikasi Perilaku 3. Perilaku 4. Pendekatan behavioristik 5. Prinsip dasar Modifikasi

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) Penguatan (+) Stimulus Respon Reinforcment Penguatan (-) Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat timbulnya respons. Reinforcement bisa

Lebih terperinci

Social Learning Theory

Social Learning Theory Modul ke: 04Fakultas Erna PSIKOLOGI Social Learning Theory Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si Program Studi Psikologi Pendekatan Umum Teori P E R I L A K U o B S E R V A T I O N A l Teori Belajar Tradisional

Lebih terperinci

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI Oleh: Alimul Muniroh 1 Abstrak Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang mendasar sebagai hasil dari pengalaman di sebuah organisasi/ lembaga

Lebih terperinci

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran.

Teori-teori Belajar. Teori Behavioristik. Afid Burhanuddin. Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran. Teori-teori Belajar Teori Behavioristik Afid Burhanuddin Belajar Mengajar Kompetensi Dasar Memahami teori-toeri belajar dan implementasinya dalam proses pembelajaran Indikator Memahami hakikat teori pembelajaran

Lebih terperinci

Teori Belajar Behavioristik

Teori Belajar Behavioristik Teori Belajar Behavioristik Pandangan tentang belajar : Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan paradigma S-R (stimulus- respon) Ciri-ciri teori belajar behavioristik : a. Mementingkan

Lebih terperinci

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Modul ke: Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Punishment, stimulus control, respondent conditioning Fakultas Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality

Lebih terperinci

PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO PENGARUH KONSELING INDIVIDUAL BEHAVIORISTIK TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMA NEGERI 2 LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO Oleh : Melisa R. Hasanati Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri

Lebih terperinci

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung

antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang tergantung Teori teori Behaviorisme 1. Classical Conditioning, Ivan Pavlov (1849 1936) Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia yang menemukan hubungan antara stimulus dan respon. Menurut Pavlov respon dari seseorang

Lebih terperinci

Untuk pemahaman yang lebih mendalam, perlu diuraikan definisi belajar tersebut melalui penjelasan dari komponen-komponen dan istilah-istilah serta

Untuk pemahaman yang lebih mendalam, perlu diuraikan definisi belajar tersebut melalui penjelasan dari komponen-komponen dan istilah-istilah serta WHAT IS LEARNING? Belajar adalah salah satu bidang kajian terpenting dalam psikologi dan merupakan suatu konsep yang benar-benar sulit didefinisikan. Dalam American Heritage Dictionary, belajar diartikan

Lebih terperinci

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner

B.F. Skinner. Pendekatan Psikologi Skinner B.F. Skinner Teori Kepribadian Behaviorisme Pendahuluan Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologis yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913. Seperti halnya psikoanalisa, behaviorisme

Lebih terperinci

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Modul ke: 03 Ainul Fakultas Psikologi Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Punishment, stimulus control, respondent conditioning Mardiah, S.Psi, M.Sc. Program Studi Psikologi Punishment Adanya

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konseling Berbasis Problem Konseling berbasis problem:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 116 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Permainan Dialog untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MI Ma arif NU Pucang Sidoarjo Dalam bahasan

Lebih terperinci

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen

Lebih terperinci

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari Konsep Behavioral Therapy KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR Dyesi Kumalasari Dyesi91kumalasari91@gmail.com Abstrak Artikel ini mendiskripsikan tentang

Lebih terperinci

SKINNER TIGA ASUMSI DASAR SKINNER

SKINNER TIGA ASUMSI DASAR SKINNER 3 SKINNER Minat utama Skinner adalah pada analisis eksperimental atas tingkah laku. Skinner melakukan penelitian pada tikus atau burung merpati. Di samping itu, Skinner juga menerapkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

Pertemuan 5 PENDEKATAN TRANSORIENTASIONAL

Pertemuan 5 PENDEKATAN TRANSORIENTASIONAL Pertemuan 5 PENDEKATAN TRANSORIENTASIONAL Mempelajari psikologi individu melalui fungsi biologi/tubuh Fokus : Bagaimana tubuh mempengaruhi perilaku, perasaan dan pikiran seseorang Biologi mempengaruhi

Lebih terperinci

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme TEORI behaviorism Ada dua jenis pengkondisian: Tipe S : respondent conditioning (pengkondisian responden) identik dengan pengkondisian klasik. Menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons

Lebih terperinci

Konseling Individual Pendekatan Behavioral Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Belajar Siswa

Konseling Individual Pendekatan Behavioral Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Belajar Siswa Konseling Individual Pendekatan Behavioral Untuk Meningkatkan Penyesuaian Diri Belajar Siswa 67 KONSELING INDIVIDUAL PENDEKATAN BEHAVIORAL (Token Ekonomi dan Pengaturan Diri) UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016 Kompetensi Inti : Memahami teori belajar dan prinsip pembelajaran yang dapat diterapkan pada Pendidikan Anak Usia Dini Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU

TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU TEORI BELAJAR TINGKAH LAKU 1. Teori Belajar Tingkah Laku (Behaviorisme) Paham behaviorisme memandang belajar sebagai perkayaan/penambahan materi pengetahuan (material) dan atau perkayaan pola-pola respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Teori Konseling Behavioral konseling

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Teori Konseling Behavioral konseling BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah sebuah aset yang penting di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena bagaimana pun tidak ada bangsa yang maju tanpa diiringi pendidikan yang bermutu. Pendidikan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktorfaktor

KONSEP DASAR. Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktorfaktor KONSEP DASAR Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh faktorfaktor dari luar Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini

Lebih terperinci

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt

Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Teori Teori Belajar: Behaviorisme, Kognitif, dan Gestalt Jika menelaah literatur psikologi, kita akan menemukan sejumlah teori belajar yang bersumber dari aliran aliran psikologi. Di bawah ini akan dikemukakan

Lebih terperinci

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah

Lebih terperinci

Pengantar Modifikasi Perilaku

Pengantar Modifikasi Perilaku Modul ke: 01 Ainul Fakultas Psikologi Pengantar Modifikasi Perilaku Pengertian, Sejarah, Review Psikologi belajar, Ruang lingkup, Manfaat mempelajari Modifikasi Perilaku Mardiah, S.Psi, M.Sc. Program Studi

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Pertemuan ke-2 1 Pemerolehan vs Pembelajaran Pemerolehan memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama, seorang anak penutur asli, sedangkan belajar bahasa

Lebih terperinci

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI

MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI MEMAHAMI TEORI-TEORI PERILAKU BELAJAR DALAM ORGANISASI Alimul Muniroh Institut Agama Islam Tarbiyatut Tholabah Lamongan, Indonesia E-mail: alimulmuniroh1@gmail.com Abstract: Learning is a fundamental process

Lebih terperinci

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT BAB I PENDAHULUAN Konseling atau Terapi Gestalt dikembangkan dari sumber dan pengaruh tiga disiplin ilmu yang sangat berbeda, yaitu Psikoanalisis yang dikembangkan oleh Wilhelm Reih, Fenomenologi Eksistensialisme

Lebih terperinci

PANDUAN REFLEKSI/PENGAMATAN PRAKTIK PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL FASE PROSES KONSELING

PANDUAN REFLEKSI/PENGAMATAN PRAKTIK PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL FASE PROSES KONSELING PANDUAN REFLEKSI/PENGAMATAN PRAKTIK PENDEKATAN KONSELING BEHAVIORAL FASE-FASE PROSES KONSELING Konselor Klien Pengamat Petunjuk : Berilah tanda silang pada jenjang skala yang disediakan sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA Pendahuluan Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab

Lebih terperinci

Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku

Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku Modul ke: 12 Rizka Fakultas Psikologi Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku Restrukturisasi kognisi, relaksasi, dan desensitisasi Putri Utami, M.Psi Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Restukturisasi

Lebih terperinci

LEARNING OLEH: ASEP SUPENA

LEARNING OLEH: ASEP SUPENA LEARNING OLEH: ASEP SUPENA BELAJAR (LEARNING) PROSES PERUBAHAN YANG RELATIF PERMANEN PADA PENGETAHUAN ATAU TINGKAH LAKU YANG DISEBABKAN OLEH SUATU PENGALAMAN (Woolfolk, 2004) BELAJAR (LEARNING) Perubahan

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SELF-MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN DATANG TEPAT WAKTU KE SEKOLAH

PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SELF-MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN DATANG TEPAT WAKTU KE SEKOLAH 53 PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK SELF-MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN DATANG TEPAT WAKTU KE SEKOLAH (Single Subject Research 1 Siswa Kelas X di SMK Negeri 30

Lebih terperinci

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah

A. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah A. Konsep Dasar Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Percaya Diri Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang berfungsi pentingnya kehidupan manusia, karena dengan kepercayaan diri

Lebih terperinci

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Problem Solving Counseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK 61033 Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog Abstract Modul

Lebih terperinci

PRA KATA. Agus Supriyanto, M.Pd.

PRA KATA. Agus Supriyanto, M.Pd. i PRA KATA Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan buku panduan ini. Panduan ini merupakan acuan, pedoman, maupun petunjuk dalam pemberian layanan konseling

Lebih terperinci

AWAL MUNCULNYA TEORI BEHAVIORISME

AWAL MUNCULNYA TEORI BEHAVIORISME TEORI BEHAVIORISTIK KELOMPOK 2 ABRAR YUSRA (5115153527) ACHMAD RIZQI AGFIAN (5115152309) ARI PRABOWO (5115152234) CITRATRI AYUNINGTIAS (5115152673) DHIMAZ IDRIS (5115151820) EKA MARDIANA (5115154962) ENCIK

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL-TEKNIK TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN SISWA PADA SITUASI PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS

PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL-TEKNIK TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN SISWA PADA SITUASI PEMBELAJARAN DI DALAM KELAS 100 Penerapan Pendekatan Behavioral-teknik Token Ekonomi Untuk Meningkatkan Perilaku Disiplin Siswa... PENERAPAN PENDEKATAN BEHAVIORAL-TEKNIK TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU DISIPLIN SISWA PADA

Lebih terperinci

KONSEP KOGNISI SOSIAL - BANDURA

KONSEP KOGNISI SOSIAL - BANDURA 5 KONSE KOGNISI SOSIA - BANDURA A. KONSE KOGNISI SOSIA ENANG KERIBADIAN Menurut Bandura, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan perilaku, namun prinsip tersebut harus

Lebih terperinci

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer Modul ke: Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer Cognitive Social Learning Psychology Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Teoretikus dari pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Konsep Tentang Terapi Behavior 1. Pengertian Terapi Behavior Terapi behavior adalah penerapan aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar.

Lebih terperinci

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan Bimbingan dan Konseling OLEH : EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING INDIVIDU MELALUI TEKNIK OPERANT CONDITIONING TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS XI APK DI SMKN 2 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR SKINNER

TEORI BELAJAR SKINNER TEORI BELAJAR SKINNER A. ALIRAN PSIKOLOGI TINGKAH LAKU (BEHAVIOR) Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang

Lebih terperinci

Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner

Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner Teori belajar : Analisis perilaku BF Skinner Biografi BF Skinner Burrhus Frederic Skinner lahir 1904 di Pennsylvania Ayahnya seorang pengacara dan politisi ternama, ibunya seorang ibu rumah tangga Skinner

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh pendidikan guna mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

Lebih terperinci

PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR

PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR PENGANTAR DAN TEORI ALIRAN BEHAVIOUR A. KONSEP & LINGKUP PSIKOLOGI KEPRIBADIAN Sebuah teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sekitar apa, bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakikat Motivasi Belajar Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan. Sebab, seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. KONSEP DASAR Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagianbagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan Teori belajar diterapkan ke perilaku manusia setelah behaviorisme yang dipelopori oleh psikologi Amerika, J.B. Watson melakukan riset terhadap anak yang bernama Albert

Lebih terperinci

BAB III TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM TERAPI BEHAVIORAL

BAB III TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM TERAPI BEHAVIORAL BAB III TEKNIK TOKEN ECONOMY DALAM TERAPI BEHAVIORAL A. Pengertian Behavioral 1. Pengertian behavioral Behavioral adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi mencakup pengertian yang luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional

KONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional KONSEP DASAR Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika

Lebih terperinci

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Tujuan Pembelajaran Mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan Pengertian Pembelajaran Menjelaskan ciri-ciri

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I

Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Dasar-Dasar Perilaku Manusia O L E H M U N A E R A W A T I, S. P S I, M. S I Psikologi itu apa? Psikologi berasal dari dua kata dalam bahasa Latin yaitu psyche =jiwa dan logos =ilmu Psikologi adalah studi

Lebih terperinci

Tes Inventori. Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 07

Tes Inventori. Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh 07 MODUL PERKULIAHAN Tes Inventori Pengertian, Kegunaan dan Metode Tes Kepribadian Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 07 A61616BB Riblita Damayanti S.Psi., M.Psi Abstract

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERILAKU. (Alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus) Oleh Edi Purwanta Staf Pengajar PLB FIP UNY

MODIFIKASI PERILAKU. (Alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus) Oleh Edi Purwanta Staf Pengajar PLB FIP UNY MODIFIKASI PERILAKU (Alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus) Oleh Edi Purwanta Staf Pengajar PLB FIP UNY Pengertian Modifikasi Perilaku Eysenk dalam Soetarlinah Soekadji (1983) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M. TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Belajar dan Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Parno, M.Si oleh Yunida Ekawati 110321406344 Zul Farida Arini 110321406367 Elies

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Psikologi Konseling Modul ke: Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kontrak Belajar

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PBPP46201 Modifikasi Perilaku Disusun oleh: Zera Mendoza, M.Psi, Psikolog PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran) A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus

Lebih terperinci

Behaviorisme. Disusun oleh: Dr. phil. Hana Panggabean

Behaviorisme. Disusun oleh: Dr. phil. Hana Panggabean Behaviorisme Disusun oleh: Dr. phil. Hana Panggabean Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang

Lebih terperinci

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I

Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Oleh : Muh. Mustakim, M.Pd.I Hakikat Belajar Belajar merupakan proses mencapai berbagai dan sikap untuk bekal hidup di masa mendatang. macam kompetensi, Belajar adalah proses mendapatkan perubahan dalam

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN THEORY OF LEARNING ACCORDING TO EDUCATIONAL PSYCHOLOGY ABSTRACT

TEORI BELAJAR DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN THEORY OF LEARNING ACCORDING TO EDUCATIONAL PSYCHOLOGY ABSTRACT Jurnal Sosial Humaniora ISSN 2087-4928 Volume 4 Nomor 2, Oktober 2013 62 TEORI BELAJAR DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN THEORY OF LEARNING ACCORDING TO EDUCATIONAL PSYCHOLOGY RK Rusli 1a dan MA Kholik 1 1 Program

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Konseling.

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Konseling. EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORAL (BEHAVIORAL THERAPY) TEKNIK PENGUATAN POSITIF (POSITIVE REINFORCEMENT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK KELAS X-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem

E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kem TEORI BELAJAR Rosita E.K., M.Si E.E.L. THORNDIKE Belajar merupakan peristiwa asosiasi antara stimulus (S) dengan respon (R) Supaya tercapai hubungan antara S dengan R, dibutuhkan kemampuan untuk melakukan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 13 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. 1. Identifikasi kasus pada siswa "X" dengan self efficacy rendah.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA. 1. Identifikasi kasus pada siswa X dengan self efficacy rendah. 57 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Penyajian Data 1. Identifikasi kasus pada siswa "X" dengan self efficacy rendah. Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus dan gejala-gejala yang tampak pada

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY)

CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) Biografi CARL ROGERS (CLIENT CENTERED THERAPY) 1. Carl Rogers dilahirkan di Illionis 8 Januari 1902 USA. 2. Ia menaruh perhatian atas ilmu pengetahuan alam dan biologi. Pengaruh filsafat J. Deway mendorong

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN

KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN Oleh : Dra. Nelly Nurmelly, MM (Widyaiswara Muda Balai Diklat Keagamaan Palembang) ABSTRACT : Bimbingan dan Konseling merupakan

Lebih terperinci

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku

Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Modul ke: 02 Ainul Fakultas Psikologi Prinsip dan prosedur dasar modifikasi perilaku Positive reinforcement, conditioned reinforcement, extinction, intermittent reinforcement Mardiah, S.Psi, M.Sc. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengambangkan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dasar Filsafi Carl Rogers Mengenai Manusia Manusia

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Modul ke: Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendekatan Kognitif Terapi kognitif: Terapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal 1. Pengertian Komunikasi Komunikasi mencakup pengertian yang luas dari sekedar wawancara. Setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu, sehingga

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA Ertik Indrawati, Setyorini dan Sumardjono Padmomartono Program Studi S1

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Lanjut

Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Lanjut Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Lanjut Oleh : LUGTYASTYONO BN 9810500081 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN S U R A K A R T A 2011 1. Apa pengertian

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1313 Psikolgi Pembelajaran

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1313 Psikolgi Pembelajaran DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK1313 Psikolgi Pembelajaran Minggu 3 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh Sains & Teknologi (UTM) Aplikasi dan penerapan

Lebih terperinci

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01 Rahmawati Z, M.I.Kom kontrak perkuliahan TUGAS : 40 % MID : 30 % UAS : 30 % KEAKTIFAN : BONUS NILAI TAMBAHAN TUGAS DIKUMPULKAN ON TIME darumzulfie@gmail.com

Lebih terperinci