Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi"

Transkripsi

1 Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

2 Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar

3 Ciri-ciri Konseling Kelompok Ada konselor (bisa lebih dari satu) Bersifat terapiutik, dilaksanakan untuk memberikan dorongan, pemahaman dan membantu klien mengatasi masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari Berfokus pada pemikiran dan tingkah laku yang disadari; klien dalam keadaan normal; yang sedang tidak mengalami gangguan fungsi-fungsi kepribadian Umumnya untuk jangka pendek atau menengah

4 JUMLAH ANGGOTA KELOMPOK Efektif : 5 10 < dari 5: ada 1 orang yang mendominasi, dinamika kelompok kurang hidup > 10: terjadi anak kelompok di dalam kelompok; sulit dalam pengelolaan

5 WAKTU PELAKSANAAN Sesi: tergantung masalah Frekuensi: 1 3 kali seminggu Durasi: 60 90/sesi

6 TAHAP KONSELING KELOMPOK Pembentukan kelompok Orientasi dan eksplorasi Tahap transisi Tahap kohesivitas dan produktivitas Tahap konsolidasi dan terminasi Tindak lanjut

7 PEMBENTUKAN KELOMPOK Syarat anggota: Kesamaan permasalahan Minat/inisiatif sendiri Kemauan berpartisipasi dalam proses kelompok Mampu berpartisipasi dalam proses kelompok

8 ORIENTASI DAN EKSPLORASI Perkenalan Penggalian harapan Tujuan yang ingin dicapai Pembentukan aturan kelompok Peran konselor: membantu menegaskan tujuan & makna kelompok, mengajak anggota bertanggung jawab & berpartisipasi dalam kelompok

9 TAHAP TRANSISI Konselor mulai meminta setiap peserta untuk menceritakan problemnya masing-masing Anggota kelompok mulai terbuka; bisa terjadi kecemasan, resistensi, konflik, ambivalensi, keengganan

10 TAHAP KOHESIVITAS DAN PRODUKTIVITAS Pembukaan diri yang lebih besar, (kohesivitas terbentuk) Konselor mulai mendorong peserta untuk memikirkan alternatif-alternatif pemecahan masalah (produktivitas)

11 TAHAP KONSOLIDASI DAN TERMINASI Kesimpulan solusi Implementasi rencana tindakan

12 TINDAK LANJUT DAN EVALUASI Evaluasi setelah beberapa waktu masa pelaksanaan di lapangan

13 HAMBATAN KONSELING KELOMPOK Konselor harus mampu memberi perhatian pada setiap anggota Dapat terhenti bila proses kelompok tidak berjalan Informasi yang terbatas apakah sso lebih tepat masuk dalam konseling kelompok atau individual Rasa tidak percaya pada sesama anggota kelompok

14 KETERBATASAN KONSELING KELOMPOK Tidak cocok bagi individu yang: Dalam keadaan krisis Memiliki masalah yang sangat confidential Memiliki kecemasan berbicara yang sangat besar Sangat lemah dalam hubungan interpersonal Insight terbatas Membutuhkan perhatian yang sangat besar

15 MANFAAT KONSELING KELOMPOK Masalahnya terpecahkan Berbagi informasi Belajar bersosialisasi Modelling Belajar hubungan interpersonal Kesempatan katarsis Responsibility

16 FGD Diskusi yang tidak ditata ketat dan tidak formal yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dan membahas suatu permasalahan yang ada dalam kelompok/masyarakat guna mendapatkan solusi

17 Karakteristik FGD Dipimpin seorang pemandu (fasilitator) Anggota kelompok: 6 10 orang Dapat dilakukan berulang pada beberapa kelompok peserta yang bermasalah sama Untuk intervensi biasanya dihadirkan narasumber (seorang ahli/profesional) yang akan membahas proses dan hasil diskusi

18 CONTOH FGD Bagaimana menyikapi teman-teman yang mengalami kenakalan remaja? Bagaimana strategi menghadapi tugastugas kuliah yang semakin banyak? Bagaimana sikap terhadap para penderita AIDS?

19 LANGKAH-LANGKAH FGD Menentukan peserta Menyusun panduan diskusi Menetapkan pemandu, pencatat, observer dan narasumber Menyiapkan form untuk pencatatan Melaksanakan diskusi Pembahasan oleh narasumber

20 MENYUSUN PANDUAN DISKUSI Perkenalan Membina keakraban Pendalaman Penutupan

21 PERKENALAN Pemandu menjelaskan maksud diskusi Menggambarkan apa yang akan dilakukan Meminta peserta memperkenalkan diri (agar peserta nyaman) Pemandu lebih banyak yang berbicara Waktu: 10 menit.

22 MEMBINA KEAKRABAN Pemandu mengajukan pertanyaan yang mudah dijawab peserta sehingga mendorong peserta untuk mulai bicara dalam suasana kelompok Pemandu hanya bicara sedikit, peserta mulai memainkan peran yang lebih aktif Waktu: 10 menit

23 PENDALAMAN Pemandu memusatkan pada materi pokok untuk diskusi Menghidupkan pembicaraan, menggali perasaan dan tanggapan peserta Peserta lebih banyak bicara dibanding pemandu Pemandu membimbing arah diskusi namun tidak bersikap menggiring Waktu: 60 menit

24 PENUTUPAN Pemandu merangkum persamaan dan perbedaan pendapat dari peserta Peserta diminta untuk mempertegas, memperjelas atau menambah Membuat kesimpulan Pemandu lebih banyak bicara Waktu: 10 menit

25 PERAN PEMANDU Mendorong peserta untuk bicara dan mengungkapkan pendapat serta perasaan tentang pokok masalah Memandu arah diskusi

26 KARAKTERISTIK PEMANDU Luwes, fleksibel, mudah beradaptasi dengan peserta Terampil berkomunikasi Menimbulkan rasa nyaman dan percaya bagi peserta Memahami pokok permasalahan Pendengar yang baik Tidak terjebak untuk memberikan nasehat, pendapat.

27 PENCATATAN Tentukan hal-hal apa saja yang perlu dicatat dan diobservasi Nama peserta Persamaan dan perbedaan kelompok Kesimpulan hasil

28 TEMPAT DAN PENGATURAN Pilih tempat yang menimbulkan rasa aman dan nyaman Saling mendengar satu sama lain Mudah dicapai peserta Tempat duduk yang memungkinkan pemandu bisa melihat seluruh peserta Para peserta bisa saling melihat

29 SELF HELP GROUP Kelompok yang berisi orang yang memiliki masalah yang sama yang bertujuan untuk self-improvement dalam rangka mengatasi masalah yang sedang mereka hadapi Pertemuan rutin dari orang-orang yang memiliki permasalahan, simtom, kondisi yang sama yang saling berbagi & belajar satu sama lainnya untuk memperoleh perspektif baru mengenai problemnya.

30 FOKUS SHG Perubahan pikiran Perubahan perasaan Perubahan perilaku Perubahan proses-proses ketidaksadaran Mengembangkan ketrampilan baru

31 CONTOH SHG Kelompok alkoholik Kelompok ibu-ibu dengan kelahiran anak pertama Kelompok karyawan dengan stressor kerja tinggi

32 KARAKTERISTIK SHG Efektif: 6 10 orang dalam kelompok Lebih bersifat prevensi sekunder & tersier Berlangsung beberapa sesi Didampingi profesional bila diperlukan.

33 LANGKAH-LANGKAH SHG Menetapkan harapan/tujuan kelompok untuk self improvement Sharing pengalaman antar anggota (berat, lama dan frekuensi problem) Analisis problem Menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang Membuat treatment plan Menjalankan rencana Mengevaluasi hasilnya

34 PHYSICAL CONDITION Ruangan rapi Ventilasi baik Suhu tidak terlalu dingin atau panas Pencahayaan Posisi duduk: U atau tapal kuda

35 Nilai Lebih SHG Memungkinkan untuk berbagi perasaan satu sama lain (marah, sedih kecewa, sakit hati). Adanya penderitaan yang sama memungkinkan terbentuknya rasa memiliki kelompok (kohesivitas). Atmosfir dalam SHG memungkinkan adanya unconditional acceptance.

36 Terapi Kelompok Fokus pada remediasi, treatment dan rekonstruksi kepribadian Terapi kelompok adalah suatu proses reedukasi terhadap kesadaran (concious) ataupun ketidak sadaran (unconcious) baik dimasa sekarang ataupun dimasa lalu. Tujuan dari terapi kelompok adalah suatu perubahan struktur kepribadian baik kecil ataupun besar. Anggota kelompok : orang-orang penderita gangguan emosi, nurotik, psikotik ataupun perilaku menyimpang.

37 Dalam terapi kelompok terapis menggunakan suatu kemampuan verbal, suatu teknik untuk terjadi regresi ke pengalaman awal, dinamika ketidaksadaran, atau juga membantu klien untuk mengalami kembali situasi traumatik. Sehingga dapat memungkinkan terjadinya katarsis. Membantu klien mengkoreksi pengalaman emosional dan belajar membuat keputusan.

38 Fokus : 1. Kejadian dimasa lampau 2. Dinamika katidaksadaran 3. Rekonstruksi kepribadian 4. Pengembangan pola baru perilaku

39 1. Gestalt Group therapy 2. Behavioral Group Therapy 3. Cognitive Behavioral Group Therapy 4. Rational Emotive Behavior Group Therapy 5. Reality Group Therapy, dll

SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY (SFBGT)

SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY (SFBGT) 43 MODUL SOLUTION FOCUSED BRIEF GROUP THERAPY (SFBGT) Untuk Perilaku Agresif Remaja Oleh : Danang Setyo Budi Baskoro 44 Solution Focused Brief Group Therapy Untuk Perilaku Agresif Remaja Pengertian Solution

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id dita.lecture@gmail.com INTERVENSI? Penggunaan prinsip-prinsip psikologi untuk menolong orang mengalami masalah-masalah

Lebih terperinci

Rencana Perkuliahan Intervensi Kelompok (3 SKS) Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi. Ganjil 2013/2014

Rencana Perkuliahan Intervensi Kelompok (3 SKS) Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi. Ganjil 2013/2014 Rencana Perkuliahan Intervensi (3 SKS) Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi Ganjil 2013/2014 A. IDENTITAS Mata Kuliah : Intervensi Semester : 5 Jumlah SKS : 3 SKS B. DESKRIPSI Hal yang dipelajari dalam

Lebih terperinci

GROUP THERAPY. KBK BLOK KLINIS 8 April Widya Risnawaty, M.Psi., Psi., Psikoterapis

GROUP THERAPY. KBK BLOK KLINIS 8 April Widya Risnawaty, M.Psi., Psi., Psikoterapis GROUP THERAPY KBK BLOK KLINIS 8 April 2014 Widya Risnawaty, M.Psi., Psi., Psikoterapis Group Therapy? Group therapy merupakan proses interpersonal yang dipimpin oleh profesional yang terlakh di bidangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan yang lainnya pasti membutuhkan kerjasama. Ketergantungan manusia satu dengan yang lain merupakan

Lebih terperinci

Menggunakan bahasa yang selaras untuk membangun Rapport. Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi., Psikolog

Menggunakan bahasa yang selaras untuk membangun Rapport. Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi., Psikolog Menggunakan bahasa yang selaras untuk membangun Rapport Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi., Psikolog Definisi Rapport Faktor yang memengaruhi resistensi Bagaimana mengatasi resistensi? Menggunakan bahasa

Lebih terperinci

Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi 1. Menerima rasa sakit karena kehilangan 2. Ekspresi yang terbuka mengenai rasa kehilangan, kesedihan, permusuhan dan rasa bersalah 3. Memahami perasaan yang di alami berhubungan

Lebih terperinci

Small Groups in Counseling and Therapy. Sigit Sanyata 07 Juni 2009

Small Groups in Counseling and Therapy. Sigit Sanyata 07 Juni 2009 Small Groups in Counseling and Therapy Sigit Sanyata 07 Juni 2009 Konseling kelompok? Konseling kelompok? Kita perlu belajar Perubahan dalam konseling Perasaan Pikiran Perilaku Bahagia Konsep konseling

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem

Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konseling Berbasis Problem Konseling berbasis problem:

Lebih terperinci

METODE DAN JENIS PELATIHAN

METODE DAN JENIS PELATIHAN METODE DAN JENIS PELATIHAN Perubahan bekerja setiap saat dan salah satu tanda organisasi yang hebat adalah mereka memiliki komitmen untuk terus-menerus melatih dan mendidik orang-orangnya sehingga mereka

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING KELOMPOK

LAYANAN KONSELING KELOMPOK sugiyatno@uny.co.id LAYANAN KONSELING KELOMPOK Program Studi Bimbingan Konseling FIP Universitas Negeri Yogyakarta 2010 Konseling Proses membantu individu mengatasi hambatan2 perkembangan dirinya dan utk

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:

Lebih terperinci

KONSELING. Oleh: Muna Erawati

KONSELING. Oleh: Muna Erawati TAHAPAN dan TEKNIK KONSELING Oleh: Muna Erawati Tujuan Konseling Insight: mendapat pemahaman mengenai asal muasal dan perkembangan kesulitan emosi, lalu meningkat pada peningkatan kapasitas pengendalian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING Setelah menyajikan data hasil lapangan maka peneliti melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING Pada bab ke empat ini peneliti akan menguraikan analisis dari data penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi interpersonal

Lebih terperinci

Intervensi Psikososial

Intervensi Psikososial PSIKOSOSIAL SEBAGAI ISU POKOK LAYANAN Intervensi Psikososial Agus Suriadi Materi Pokok Kuliah...! Pengertian intervensi psikososial Permasalahan-permasalahan psikososial Tujuan dari intervensi psikososial

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING PENGEMBANGAN ISTRUMEN EVALUASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Instrumen dan Media Bimbingan Konseling Dosen Pengampu:

Lebih terperinci

Group COUNSELING NANANG ERMA GUNAWAN

Group COUNSELING NANANG ERMA GUNAWAN Group COUNSELING NANANG ERMA GUNAWAN Manfaat ketua pada sebuah proses kelompok Membantu (help) Mengajar (teach) Mensupervisi (Supervisory) Siapa yang sering menggunakan? Konselor Psikolog Pekerja Sosial

Lebih terperinci

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi

Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Membangun Ketrampilan Memfasilitasi Fasilitasi menjelaskan proses membawa satu kelompok melalui cara pembelajaran, atau berubah dengan cara yang mendorong semua anggota kelompok tersebut, untuk berpartisipasi.

Lebih terperinci

Konseling Keluarga. Adhyatman Prabowo, M.Psi

Konseling Keluarga. Adhyatman Prabowo, M.Psi Konseling Keluarga Adhyatman Prabowo, M.Psi Materi: Definisi konseling keluarga Tujuan konseling keluarga Prinsip-prinsip konseling keluarga Genogram Perkembangan konseling keluarga Klasifikasi konseling

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 116 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan Teknik Permainan Dialog untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa MI Ma arif NU Pucang Sidoarjo Dalam bahasan

Lebih terperinci

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 179 LAMPIRAN 180 181 A. Pedoman Wawancara NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan 1. Perkenalan dan Rapport 2. Riwayat Penyakit 3. Dampak penyakit terhadap kehidupan secara keseluruhan 4. Aspek Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimen dengan model rancangan penelitian yang digunakan adalah pretest-posttest control group design (Neuman,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive 121 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka di sini peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

Lebih terperinci

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan Teori dan Teknik Konseling Nanang Erma Gunawan nanang_eg@uny.ac.id Konselor memiliki daya terapeutik Diri konselor adalah sebagai instrumen Memiliki pengetahuan mengenai: - teori kepribadian dan psikoterapi

Lebih terperinci

KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA :

KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA : KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA : 081-5687-1604 NB : Materi ini telah TIM RDRM persentasikan di Dinas Kesehatan Kota Semarang 2017 About Me Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat senantiasa berhubungan dengan individu lainnya atau dengan kata lain melakukan

Lebih terperinci

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG

PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG PRE PLANNING TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITA SESI I: PENGENALAN ORANG Topik Sesi ke Terapis Sasaran Tempat : TAK Orientasi Realita : I (Pengenalan Orang) : 5 orang mahasiswa Fak. Keperawatan

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING

PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 PEDOMAN PRAKTIKUM KONSELING Identitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku Cyberbullying Seorang Remaja Di wonocolo Surabaya Adapun proses pelaksanaan konseling keluarga dalam mengatasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tak akan terlepas dari kodratnya, yaitu manusia sebagai makhluk sosial, yang mana ia harus hidup berdampingan dengan manusia lainnya dan sepanjang hidupnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Subyek diteliti oleh penulis berjumlah 3 (tiga) siswa yaitu MD, FL dan BS. Ketiga siswa ini mempunyai nilai rata-rata cukup baik. Ketiga

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING

PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING PERSPEKTIF DAN MAKNA PENDEKATAN KONSELING Esensi Konseling Suatu proses hubungan untuk membantu orang lain, yang terbangun dalam suatu hubungan tatap muka antara dua orang individu (klien yang menghadapi

Lebih terperinci

Teknik Presentasi Informasi, meliputi ceramah/kuliah, konferensi/diskusi, media audiovisual, pembelajaran jarak jauh/kursus korespondensi, internet

Teknik Presentasi Informasi, meliputi ceramah/kuliah, konferensi/diskusi, media audiovisual, pembelajaran jarak jauh/kursus korespondensi, internet Perubahan bekerja setiap saat dan salah satu tanda organisasi yang hebat adalah mereka memiliki komitmen untuk terusmenerus melatih dan mendidik orang-orangnya sehingga mereka memiliki pengetahuan yang

Lebih terperinci

Cognitive Behavior Modification. Disiapkan oleh : Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

Cognitive Behavior Modification. Disiapkan oleh : Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi Cognitive Behavior Modification Disiapkan oleh : Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi Pokok bahasan Definisi Cognitive Behavior Definisi Cognitive Behavior Modification Macam-macam Cognitive Behavior

Lebih terperinci

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran) A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus

Lebih terperinci

PSYCHODINAMIC AND HUMANISTIC PSYCHOTHERAPY. Kuliah 6

PSYCHODINAMIC AND HUMANISTIC PSYCHOTHERAPY. Kuliah 6 PSYCHODINAMIC AND HUMANISTIC PSYCHOTHERAPY Kuliah 6 TRANSFERENCE AND COUNTERTRANSFERENCE Tugas psikoanalis: memahami sumber dan arti simptom klien serta membantu klien untuk melakukan hal yang sama dengan

Lebih terperinci

TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI

TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI, NEED ASESSMENT & PENYUSUNAN RANCANGAN PROGRAM PSIKOEDUKASI DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id TEKNIK-TEKNIK PSIKOEDUKASI DISKUSI KASUS Peserta mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien Dalam konteks teori consumer behaviour, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman pasien setelah mendapatkan pelayanan rumah sakit. Kepuasan

Lebih terperinci

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN A. DEFINISI TAK Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang

Lebih terperinci

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai BAB IV ANALISIS ISLAMIC COGNITIVE RESTRUCTURING DALAM MENANGANI KONSEP DIRI RENDAH SEORANG SISWA KELAS VIII DI SMP KHADIJAH SURABAYA A. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Seorang Siswa Kelas VIII Mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Tergantung Variabel Bebas : Kohesivitas kelompok : Konseling Kelompok B. Definisi operasional 1. Kohesivitas Kelompok Kohesivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

Konseling Kelompok. Pertemuan ke-13

Konseling Kelompok. Pertemuan ke-13 Konseling Kelompok Pertemuan ke-13 Pengantar Konseling kelompok memungkinkan konselor menghadapi bbrp konseli - dg keuntungan biaya yg lebih murah dmn proses kelompok jg memiliki keuntungan dg tjdnya keunikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kemandirian Belajar 1. Pengertian Kemandirian Belajar Hiemstra yang dikutip Darmayanti (2004) menyatakan tentang kemandirian belajar sebagai bentuk belajar yang memiliki tanggung

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1313 Psikolgi Pembelajaran

DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING. WPK1313 Psikolgi Pembelajaran DIPLOMA PSIKOLOGI ISLAM DAN KAUNSELING WPK1313 Psikolgi Pembelajaran Minggu 3 Pensyarah: Ustazah Dr Nek Mah Bte Batri PhD Pendidikan Agama Islam (UMM) PhD Fiqh Sains & Teknologi (UTM) Aplikasi dan penerapan

Lebih terperinci

Asesmen, Mengembangkan Sasaran dan Terminasi dalam konseling. Adhyatman Prabowo, M.Psi

Asesmen, Mengembangkan Sasaran dan Terminasi dalam konseling. Adhyatman Prabowo, M.Psi Asesmen, Mengembangkan Sasaran dan Terminasi dalam konseling Adhyatman Prabowo, M.Psi Tujuan Asesmen Memberikan pendekatan yang sistematik untuk memperoleh dan mengorganisasi informasi yang relevan tentang

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas. 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam Bab berikut dipaparkan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan dan pertanyaan penelitian, tujuan peneltian dan manfaat penelitian. A. Latar

Lebih terperinci

MEMBIMBING MAHASISWA. Agus Taufiq Jurusan PPB FIP UPI 2010

MEMBIMBING MAHASISWA. Agus Taufiq Jurusan PPB FIP UPI 2010 MEMBIMBING MAHASISWA MELALUI STATEGI KELOMPOK Agus Taufiq Jurusan PPB FIP UPI 2010 Hakikat Bimbingan kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan

Lebih terperinci

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10 MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Problem Solving Counseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 10 MK 61033 Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog Abstract Modul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan ini pula dapat dipelajari perkembangan ilmu dan teknologi yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, melalui pendidikan akan terbentuk manusia yang cerdas. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. gunakan dalam menghadapi situasi stressfull (dalam Smet, 1994).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. gunakan dalam menghadapi situasi stressfull (dalam Smet, 1994). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Definisi Coping Stress Coping stress menurut Lazarus dan Folkman (1984) adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Guru dihadapkan pada karakterisktik siswa yang beraneka ragam dalam kegiatan pembelajaran. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajar secara lancar dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitiannya adalah lapangan (Field Research). Yaitu penelitian yang terjun langsung ke lapangan untuk menggali, data dan

Lebih terperinci

Melakukan Pendampingan yang Efektif

Melakukan Pendampingan yang Efektif Kegiatan 3: Simulasi Pendampingan Menggunakan Panduan (70 menit) (1) Fasilitator membagikan Handout Peserta 2.1: Lima Langkah Pendampingan yang Efektif, peserta mempelajarinya, kemudian fasilitator memberi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MODEL KONSELING KARIR TERHADAP SEORANG MANTAN PENDERITA SKIZOFRENIA LIPONSOS DI KEPUTIH SURABAYA

BAB IV ANALISIS MODEL KONSELING KARIR TERHADAP SEORANG MANTAN PENDERITA SKIZOFRENIA LIPONSOS DI KEPUTIH SURABAYA BAB IV ANALISIS MODEL KONSELING KARIR TERHADAP SEORANG MANTAN PENDERITA SKIZOFRENIA LIPONSOS DI KEPUTIH SURABAYA A. Analisis Proses Model Konseling Karir Terhadap Seorang Mantan Penderita Skizofrenia Liponsos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis, Komunikasi berasal dari kata kerja bahasa Latin, Communicare, artinya memberitahukan, menyampaikan. Communicatio, artinya hal memberitahukan; pemberitahuan;

Lebih terperinci

TUGAS INSTRUMEN EVALUASI PROSES KONSELING MODEL STAKE

TUGAS INSTRUMEN EVALUASI PROSES KONSELING MODEL STAKE TUGAS INSTRUMEN EVALUASI PROSES KONSELING MODEL STAKE Mata Kuliah Pengembangan Instrumen dan MediaBimbingan dan Konseling Dosen Pengampu Prof.Edi Purwanta, M.Pd & Dr.Ali Muhtadi Oleh: Liza Lestari (16713251041)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu fase negatif pada masa remaja adalah social antagonism atau konflik

BAB I PENDAHULUAN. salah satu fase negatif pada masa remaja adalah social antagonism atau konflik 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bukanlah hanya untuk mencerdaskan siswa di bidang akademik saja, namun pendidikan juga harus mampu mendidik siswa siswi menjadi manusia yang lebih

Lebih terperinci

PENERAPAN MODIFIKASI PERILAKU. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi

PENERAPAN MODIFIKASI PERILAKU. Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi PENERAPAN MODIFIKASI PERILAKU Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi Sebutkan contoh penerapan Modifikasi Perilaku yang Anda ketahui?! POKOK BAHASAN Penerapan Modifikasi Perilaku dalam area: 1. Gangguan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya.

Bab 5 PENUTUP. 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd. a. Ayah Hd melakukan poligami. contoh yang baik bagi anaknya. 78 Bab 5 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya kebencian Hd terhadap ayahnya adalah: a. Ayah Hd melakukan poligami. b. Ayahnya kurang perhatian dikala istrinya (ibu Hd

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sementara rekomendasi hasil penelitian difokuskan pada upaya sosialisasi hasil 244 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini dipaparkan kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan merupakan inferensi dari temuan empiris dan kajian pustaka. Sementara rekomendasi hasil penelitian

Lebih terperinci

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes

KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KONSELING ( KIP/K ) RURY NARULITA SARI, SST., M.Kes PENGERTIAN KOMUNIKASI Proses penyampaian pikiran atau perasaan dalam bentuk pendapat/ informasi melalui kata-kata, gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Sejak manusia dilahirkan, manusia sudah membutuhkan kasih sayang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses

BAB I PENDAHULUAN. sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran merupakan proses perubahan dalam perilaku sebagai interaksi antara dirinya dan lingkungannya. Keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar

BAB I PENDAHULUAN. guru pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada siswa yang menggunakan prosedur, cara dan bahan agar individu mampu mandiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak dan masa dewasa. Dimana pada masa ini remaja memiliki kematangan emosi, sosial, fisik dan psikis.

Lebih terperinci

ANNE HAFINA JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FIP UPI. ANNE HAFINA Jurusan PPB FIP UPI

ANNE HAFINA JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FIP UPI. ANNE HAFINA Jurusan PPB FIP UPI OLEH ANNE HAFINA JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FIP UPI PADA PENGUASAAN KETERAMPILAN KONSELING AKAN MEMBAWA PROSES KONSELING MENJADI EFEKTIF MD.DAHLAN (1987) MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KONSELING

Lebih terperinci

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 05, No. 01, 2015 ------------------------------------------------------------------------------- Hlm. 108 117 Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan

Lebih terperinci

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif.

2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab. 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses yang aktif. COACHING PROSES Pengertian : 1). Pemberdayaan kualitas potensial mahasiswa 2). Fokus pada kesadaran pada proses pembelajaran dan tanggung jawab 3). Peran dosen tidak mengajari tetapi menstimulasi proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel dalam penelitian ini adalah : BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel tergantung (dependent variable/ effectual variable) : kualitas hidup 2. Variabel bebas (independent

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI

Psikologi Konseling. Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Psikologi Konseling Modul ke: Pengertian, Tujuan, Proses, dan Karakteristik Konselor Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Kontrak Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Psikologi Konseling Modul ke: Review Materi dan Praktikum Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Konseling sebagai hubungan membantu

Lebih terperinci

Psikologi Konseling Adhyatman Prabowo, M.Psi. Kompetensi konselor & Karakteristik klien

Psikologi Konseling Adhyatman Prabowo, M.Psi. Kompetensi konselor & Karakteristik klien Psikologi Konseling Adhyatman Prabowo, M.Psi Kompetensi konselor & Karakteristik klien KEPRIBADIAN KONSELOR 1. Spontanitas Kemampuan konselor untuk merespon peristiwa dalam situasi seperti yang dilihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL. Disusun Oleh : Anggi Permana

MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL. Disusun Oleh : Anggi Permana 122 MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL Disusun Oleh : Anggi Permana 14320102 123 PENDAHULUAN Manual ini berisikan sebuah panduan terapi yang dirancang

Lebih terperinci

Teknik Pembimbingan dan Dasar-dasar konseling. Ika Adita Silviandari, S.Psi., M.Psi Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi Ulifa Rahma, S.Psi., M.

Teknik Pembimbingan dan Dasar-dasar konseling. Ika Adita Silviandari, S.Psi., M.Psi Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi Ulifa Rahma, S.Psi., M. Teknik Pembimbingan dan Dasar-dasar konseling Ika Adita Silviandari, S.Psi., M.Psi Ari Pratiwi, S.Psi., M.Psi Ulifa Rahma, S.Psi., M.Psi Sub Pokok Bahasan : Teknik (tahapan) pembimbingan Definisi konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.

KONSEP DASAR. Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. KONSEP DASAR Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagianbagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis

BAB IV ANALISIS DATA. data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini, konselor selaku konselor akan melakukan analisis terhadap data-data yang sudah diperoleh dan dijelaskan pada bab-bab sebelumnya. Analisis ini dimaksudkan agar dapat menyintesikan

Lebih terperinci

Berikut adalah analisis dari hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan

Berikut adalah analisis dari hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan 124 5.1.2 Analisis Hasil Wawancara Berikut adalah analisis dari hasil penelitian yang didapat dari wawancara dengan kelima informan: Dari penelitian penulis mendapatkan bahwa konselor melakukan strategi

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA A. Pendekatan Psikoanalisis Aliran psikoanalisis dipelopori oleh Sigmund Freud pada tahun 1896. Dia mengemukakan bahwa struktur kejiwaan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pelajaran matematika merupakan pengetahuan dasar, dan kompetensi penunjang bagi pelajaran lainnya yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Undang undang

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) Pelayanan Pendidikan di Sekolah Administratif / Manajemen Pembelajaran Perkembangan individu yang optimal dan mandiri Konseling (Naskah Akademik ABKIN, 2007)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Profil Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa SMK Taruna

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Profil Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa SMK Taruna 82 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Profil Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa SMK Taruna Bhakti Depok Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Mahasiswa Jurusan BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN. perolehan data pengembangan paket.

BAB IV ANALISIS DATA. Mahasiswa Jurusan BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN. perolehan data pengembangan paket. 98 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data tentang Pengembangan Paket Pelatihan Grooming bagi Mahasiswa Jurusan BKI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam pembahasan ini ada dua point

Lebih terperinci