ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM FILM ALICE IN WONDERLAND DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM FILM ALICE IN WONDERLAND DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS"

Transkripsi

1 ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM FILM ALICE IN WONDERLAND DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Penerjemahan Oleh Ari Wahyuni S PROGRAM STUDI LINGUISTIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

2 commit ii to user

3 commit iii to user

4 commit iv to user

5 PERSEMBAHAN Tesis ini saya persembahkan untuk: Papa, Mama, dan adik saya tercinta Terimakasih atas doa yang tak pernah putus, atas semua dukungan & cintanya selama ini. I love you more, and much more everyday. My future husband and children commit v to user

6 MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Al Inshira 94: 6) Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang- orang yang khusyu. (Al Baqarah: 45) Bersabarlah kepada setiap orang, tetapi lebih bersabarlah kepada dirimu sendiri. Janganlah gelisah karena ketidaksempurnaanmu, dan bangunlah selalu dengan perkasa dari suatu kejatuhan. (NN) commit vi to user

7 KATA PENGANTAR Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan anugerah berupa kesehatan, kekuatan, dan kemampuan, serta senantiasa memberikan petunjuk dan perlindungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah menjadi tuntunan dan panutan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Tesis ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan S2 di Program Studi Linguistik Minat Utama Penerjemahan, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak dalam penyusunan tesis ini. Dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana UNS, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh dan menyelesaikan pendidikan di Program Pascasarjana UNS. 2. Prof. Drs. M.R. Nababan, M.Ed., M.A., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Linguistik UNS dan Pembimbing I, yang memberi bimbingan, waktu, tenaga bagi penulis dalam proses penyelesaian tesis ini. 3. Dra. Diah Kristina, M.A., Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi Linguistik UNS, atas bimbingan dan arahan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. 4. Dr. Sri Marmanto, M.Hum. selaku Pembimbing II, yang selalu sabar dalam memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan yang sangat bermanfaat bagi penulis selama menyelesaikan tesis ini. 5. Seluruh Dosen Program Studi Linguistik Pascasarjana UNS yang telah memberi ilmu dan cakrawala berpikir yang luas kepada penulis, sehingga penulis dapat meraih gelar sarjana S2. 6. Para informan penelitian: Bapak Herianto Nababan dan Prof Dr. Djatmika, M.A. yang bersedia meluangkan waktu dan tenaga untuk menyediakan data sebagai bagian bahan kajian dalam penelitian ini. commit vii to user

8 7. Keluargaku tersayang: Papa, Mama, dan adikku Rizky yang tak henti- hentinya memberikan cinta, doa, dan segala macam bentuk dukungan pada penulis sepanjang hidup. 8. Sahabat-sahabatku tersayang: Mbak Irma, Arum, Retno dan Nurul, terimakasih atas segala support, doa, perhatian, dan bantuannya yang tak pernah putus selama ini. Sahabat- sahabatku di Salita: Lelya, Alfi, Antin, Dina, Nisa, Ratna, Yunis, Nila, Nita, Ifa, dll yang tidak sempat saya sebut satu- persatu yang selalu membantu dan menemani. Terimakasih untuk Bob the flying partner, teman seperjuangan dan rekan terbaik selama detik- detik terakhir penyusunan tesis ini. Yetty, Fera, Mbak Retno, Bu Indah, Mas Singgih, Shafa, Sari, serta seluruh rekan mahasiswa program studi linguistik penerjemahan angkatan 2010, 2011, 2012, dan semua orang yang pernah memberikan keceriaan, dukungan, dan bantuan sehingga penulis tetap bersemangat dalam menjalani perkuliahan dan dalam penyusunan tesis ini. Semoga Allah membalas semua kebaikan pihak-pihak di atas dengan memberikan kesehatan, kesabaran, dan kekuatan untuk meraih mimpi dan kebahagiaan masing- masing. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis akan selalu menerima saran, masukan, maupun kritikan yang bersifat membangun dari para pembaca. Surakarta, 7 Agustus 2014 Penulis commit viii to user Ari Wahyuni

9 DAFTAR ISI Persetujuan Pembimbing... ii Pengesahan Tim Penguji... iii Pernyataan... iv Persembahan... v Motto... vi Kata Pengantar... vii Daftar Isi... ix Daftar Tabel... xii Daftar Gambar... xiii Daftar Lampiran... xiv Daftar Singkatan... xv Abstrak... xvi Abstract... xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Batasan Masalah... 7 C. Rumusan Penelitian... 8 D. Tujuan Penelitian... 8 E. Manfaat Penelitian... 8 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori 1. Definisi Penerjemahan Makna dalam Penerjemahan a. Propositional Meaning b. Expressive Meaning c. Presupposed Meaning d. Evoked Meaning commit ix to user

10 3. Definisi Metode, Strategi, dan Teknik Penerjemahan Teknik Penerjemahan Penilaian Kualitas Terjemahan Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan Pragmatik Tindak Tutur (Speech Act) Tindak Tutur Direktif Klasifikasi menurut Holmes Klasifikasi menurut Allan B. Kerangka Pikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Validitas Data F. Sampel dan Teknik Sampel G. Teknik Analisis Data H. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pendahuluan B. Hasil Penelitian Deskripsi Data Berdasarkan Bentuk dan Fungsi Direktif Teknik Penerjemahan Penilaian Kualitas Terjemahan C. Pembahasan Bentuk tindak tutur direktif dan teknik penerjemahan Dampak Teknik Penerjemahan terhadap Kualitas Terjemahan commit x to user

11 3. Analisis Tema Kultural BAB V Simpulan Dan Saran A. Simpulan B. Saran Daftar Pustaka Lampiran commit xi to user

12 DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Skala Keakuratan Tabel 2.2. Skala Keberterimaan Tabel 2.3. Skala Keterbacaan Tabel 3.1 Skala Penilaian Keakuratan Tabel 3.2. Skala Penilaian Keberterimaan Tabel 3.3 Contoh Data Tabel 3.4 Contoh Bukan Data Tabel 3.5. Contoh Analisis Taksonomik Tabel 3.6. Contoh Analisis Komponensial Tabel 4.1. Bentuk Direktif dan Persentasenya Tabel 4.2. Teknik Penerjemahan Tunggal Tabel 4.3. Teknik Penerjemahan Ganda Tabel 4.4. Persentase Data Akurat Tabel 4.5. Persentase Data Kurang Akurat Tabel 4.6. Presentase Data Tidak Akurat Tabel 4.7. Presentase Data Berterima Tabel 4.8. Presentase Data Kurang Berterima Tabel 4.9. Presentase Data Tidak Berterima Tabel 4.10.Tabel Komponensial Tabel Frekuensi Penggunaan Teknik Penerjemahan Tabel Bentuk Direktif dan Teknik Penerjemahan Tabel Kualitas Terjemahan Varian Tunggal Tabel Kualitas Terjemahan Varian Kuplet commit xii to user

13 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Kerangka Pikir Gambar 3.1. Trianggulasi Sumber Data Gambar 3.2. Trianggulasi Metode Gambar 3.3. Skema Analisis Spradley commit xiii to user

14 DAFTAR LAMPIRAN L-1 Lembar Kuesioner L-1 Hasil Penilaian Tingkat Keakuratan L-2 Hasil Penilaian Tingkat Keberterimaan L-3 Konteks Situasi commit xiv to user

15 DAFTAR SINGKATAN BSu BSa : Bahasa Sumber : Bahasa Sasaran commit xv to user

16 Ari Wahyuni. S Analisis Teknik Penerjemahan Tindak Tutur Direktif dalam Film Alice in Wonderland dan Pengaruhnya Terhadap Kualitas Terjemahan. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. M. Nababan, M.Ed, M.A, Ph.D., Pembimbing II: Dr. Sri Marmanto, M.Hum. Minat Utama Linguistik Penerjemahan, Program Studi Linguistik, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Penelitian ini merupakan kajian di bidang penerjemahan yang bertujuan untuk (1) menentukan bentuk tindak tutur direktif yang digunakan dalam film Alice in Wonderland, (2) mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah untuk menerjemahkan tindak tutur direktif, dan (3) mendeskripsikan dampak teknik penerjemahan tindak tutur direktif dalam film Alice in Wonderland terhadap kualitas penerjemahan yang mencakup keakuratan dan keberterimaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang bersifat terpancang pada kasus tunggal. Sumber data penelitian ini adalah dokumen berupa naskah asli film Alice in Wonderland beserta terjemahannya dan 3 orang rater yang bertugas untuk menilai keakuratan dan keberterimaan hasil terjemahan. Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer terdiri dari tindak tutur direktif beserta terjemahannya dan hasil dari kuesioner sekaligus wawancara mendalam rater mengenai tingkat keakuratan dan keberterimaan terjemahan. Data sekunder didapat dari internet yang berupa artikel sinopsis film Alice in Wonderland dan review penonton. Pengumpulan data dilakukan melalui analisis dokumen, kuesioner, dan wawancara mendalam. Pemilihan sampel data dilakukan dengan teknik purposif sampling. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Terdapat 6 bentuk tindak tutur direktif yaitu requestive 13,99%, question 13,99%, requirement 53,89%, prohibitive 3,63%, advice 5,70%, dan warning 8,81%. (2) Dari 193 data temuan pada penelitian ini, ditemukan sebanyak 12 macam teknik penerjemahan yaitu teknik harfiah 39,62%, kesepadanan lazim 23,11%, reduksi 13,21%, modulasi 6,60%, amplifikasi linguistik 3,77%, borrowing 3,77%, transposisi 2,83%, adaptasi 2,36%, generalisasi 2,36%, kreasi diskursif 0,94%, partikularisasi 0,94%, dan deletion 0,47%. (3) Terjemahan tindak tutur direktif pada penelitian ini memiliki tingkat keakuratan dan keberterimaan yang cenderung tinggi. Penilaian tingkat keakuratan menunjukkan nilai sebesar 91, 71% sedangkan penilaian tungkat keberterimaan menunjukkan nilai 90, 16%. Terdapat dua data yang mengalami pergeseran bentuk direktif. Meskipun demikian, dampak penggunaan teknik terhadap kualitas terjemahan menunjukkan sebagian besar makna direktif dapat menghasilkan terjemahan yang akurat dan berterima. Kata kunci: teknik penerjemahan, tindak tutur direktif, keakuratan, keberterimaan. xvi

17 Ari Wahyuni. S An Analysis of Translation techniques of Directives in the Film entitled Alice in Wonderland and the Effects towards Translation Quality. 1 st Supervisor: Prof. Dr. M. Nababan, M.Ed, M.A, Ph.D.. 2 nd Supervisor: Dr. Sri Marmanto, M.Hum. Linguistics Graduate Program, Sebelas Maret University. ABSTRACT This research is the study of translation that aims to: (1) determine type of directives used in the film Alice in Wonderland, (2) describe translation techniques used by the translator to translate the directives into target text, (3) describe the effects of translation techniques of directives in the film Alice in Wonderland towards translation quality which includes accuracy and acceptability. This research is qualitative descriptive and focuses on single case study. The source of data of this research is a document in the form of film entitled Alice in Wonderland as well as the transcript and the subtitle and the 3 raters who give rates to the accuracy and acceptability of the translation product. Data of this research consist of two kinds data which are primary and secondary data. Primary data consist of directives with the subtitle and the result of questionnaire and deep interview with the raters regarding accuracy and acceptability levels of the translation. Secondary data were obtained from internet which include the synopsis of the film Alice in Wonderland along with some reviews from viewers. The data collection was carried out through document analysis, questionnaire, and deep interview. The data were taken by using purposive sampling technique. The results are as follows: (1) There are 6 kinds of directives which are requestive 13,99%, question 13,99%, requirement 53,89%, prohibitive 3,63%, advice 5,70%, and warning 8,81%. (2) From 193 data found in this research, there are 12 translation techniques. They are literal 39,62%, establish equivalence 23,11%, reduction 13,21%, modulation 6,60%, linguistic amplification 3,77%, borrowing 3,77%, transposition 2,83%, adaptation 2,36%, generalisation 2,36%, discursive creation 0,94%, particularization 0,94%, and deletion 0,47%. (3) translation quality assesment of directive in this research shows high result. The accuracy levels shows 91, 71% while acceptability shows 90, 16%. There are two data shift in the form of directives. However, the influence of technique used towards translation quality shows that most of the meaning of directives in the source text is translated accurately in the target text and the result of its translation is grammatically accepted. Keywords: translation technique, directives, accuracy, acceptability. xvii

18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerjemahan dewasa ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga banyak kita jumpai di berbagai bidang kehidupan di negara kita. Mulai dari bidang pendidikan, sosial budaya, pariwisata, hingga dunia hiburan tidak dapat dilepaskan dari ilmu penerjemahan. Berbagai macam hasil dari penerjemahan dapat kita temui dengan mudah saat ini, baik itu bersumber dari media tulis maupun media elektronik, maupun media online. Sebagai contoh, di media tulis banyak terdapat terjemahan novel- novel asing, terjemahan buku- buku ilmu pengetahuan berbahasa Inggris, majalah anak- anak bilingual, majalah pariwisata bilingual dan masih banyak lagi. Di media elektronik seperti televisi, banyak dijumpai iklan komersial dari luar negeri. Begitu juga dengan film anak- anak hingga dewasa berkategori box office yang pasti memiliki fasilitas bilingual. Tak ketinggalan media online yang saat ini menyediakan berbagai bentuk informasi baik itu dari luar negeri maupun dalam negeri. Semua itu merupakan produk dari penerjemahan. Dari fenomena tersebut di atas, dapat kita lihat bahwa ilmu penerjemahan memainkan peranan penting dalam setiap segi kehidupan di era modern ini. Hal ini karena penerjemahan dapat menjembatani perbedaan antara dua bahasa yang berbeda, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Keduanya memiliki aturan- aturan kebahasaan yang berbeda. Seperti diungkapkan oleh Larson (1998: 3) yang menyatakan bahwa menerjemahkan pada dasarnya adalah mengubah suatu bentuk menjadi bentuk lain. bentuk yang dimaksudkan adalah bahasa baik verbal maupun non-verbal. Dengan kata lain, ilmu penerjemahan pada dasarnya mengatasi perbedaan yang ada antara bentuk bahasa satu dengan bahasa lainnya. Definisi penerjemahan lainnya yang dinyatakan oleh Nida dan Taber (1982: 12) menerangkan bahwa penerjemahan menciptakan kembali makna dalam bahasa sasaran suatu padanan alami yang paling mendekati pesan dalam bahasa sumber, pertama dalam makna dan kedua dalam gaya. Sedangkan menurut Catford (1978: 20), penerjemahan adalah penggantian materi tekstual dalam suatu bahasa dengan materi tekstual yang padan dalam bahasa lain. Dari berbagai definisi tersebut, dapat ditarik kesimpulan 1

19 2 bahwa penerjemahan sesungguhnya merupakan pemindahan makna yang terkandung pada suatu bentuk bahasa ke dalam bentuk bahasa lain secara padan dan alami. Salah satu lahan produktif dari penerjemahan yang banyak kita jumpai di dunia hiburan saat ini adalah film. Film, terutama film asing telah menjadi sarana hiburan yang sangat menarik sekaligus dapat menjadi wahana edukasi bagi sebagian besar masyarakat kita. Selain merupakan suatu bentuk karya seni yang menghibur, film juga sangat bermanfaat karena dapat memberikan informasi, pengetahuan, pembelajaran dari seluruh penjuru dunia. Keberadaannya sangat ditunjang dengan adanya penerjemahan. Penerjemahan film biasanya terdiri atas dua jenis, yaitu dengan dubbing (sulih suara) dan dengan subtitle (pengalihan pesan dalam bentuk teks). Jenis penerjemahan film dengan dubbing biasanya digunakan bila hasil akhir yang dikehendaki berupa lisan sama seperti film produksi aslinya. Namun, apabila hasil akhir yang dikehendaki berupa teks tertulis, maka jenis subtitle yang akan digunakan. Meskipun demikian, berbagai faktor lain juga mempengaruhi pemilihan ini. Banyaknya film- film asing yang masuk ke negara kita dalam selang waktu yang relatif singkat memungkinkan subtitle sebagai sarana yang tepat dalam penerjemahan film. Hal ini disebabkan jenis dubbing (sulih suara) membutuhkan biaya, dan waktu yang tidak sedikit bila dibandingkan dengan subtitle. Selain itu, ada hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam membuat suatu terjemahan film. Hal tersebut adalah audience atau penonton film. Bila audience-nya balita hingga anak- anak biasanya akan menggunakan teknik penerjemahan dubbing karena akan lebih memudahkan mereka dalam mengikuti jalan cerita film tanpa harus membaca teks subtitle. Hal ini disebabkan oleh tingkat kecepatan membaca audience balita hingga anak- anak yang masih rendah. Sedangkan bila penontonnya adalah orang dewasa maka biasanya menggunakan teknik subtitle karena orang dewasa memiliki tingkat kecepatan membaca jauh lebih baik daripada anak- anak. Sehubungan dengan dua jenis teknik penerjemahan pada film tersebut, penulis tertarik untuk menjadikan subtitle pada film sebagai objek penelitian dalam tesis ini. Salah satu aspek yang menarik untuk dijadikan bahan kajian dalam penerjemahan subtitle film adalah bentuk- bentuk tindak tutur atau yang dikenal sebagai speech act. Tindak tutur (speech act) merupakan salah satu bagian ilmu Pragmatik yang menarik untuk dikaji keterkaitannya dengan penerjemahan subtitle film. Tindak tutur membahas tentang makna tuturan atau intention (maksud) yang terkandung dalam suatu tuturan.

20 3 Dengan kata lain, dalam suatu tindak tutur pembicara tidak hanya memberi informasi, ide, atau gagasan melainkan juga melakukan sesuatu, seperti diungkapkan oleh Yule (1996: 47): Actions performed through utterances are called speech acts Dari definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa tindak tutur (speech acts) merupakan tindakan yang dilakukan melalui tuturan seseorang, atau tuturan yang dimaksudkan agar pendengar melakukan sesuatu. Lebih lanjut menurut Searle, dalam komunikasi terdapat beberapa macam tindak tutur yang memiliki fungsi masing- masing, antara lain yaitu: meminta, menyuruh, berterima kasih, mengeluh, meminta maaaf, dan lain- lain (1976: 17). Salah satu kategori tindak tutur yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah direktif. Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan oleh pembicara agar si pendengar melakukan sesuatu (Searle dalam Levinson, 1983: 240). Direktif dapat berupa memerintah, memohon, dan memberi saran. Direktif dipilih karena film yang yang akan diteliti sebagian besar menceritakan tentang kehidupan kerajaan dengan ratu sebagai pemimpinnya, sehingga mengusung konsep Ratu sebagai atasan dan pelayan sebagai bawahannya. Dalam menjalankan kekuasaannya sang Ratu jahat banyak menggunakan tindak tutur direktif kepada siapa saja, mulai dari pelayan hingga musuh besarnya yang bernama Alice. Selain itu banyak pula ditemukan direktif tokoh- tokoh lainnya yang bermain di dalam film ini. Dalam penerjemahan film, tentu ada pengalihan pesan dari Bahasa Sumber (Bsu) ke Bahasa Sasaran (Bsa). Terkait dengan tindak tutur tentu saja pesan yang dialihkan ke dalam Bsa haruslah sama dengan pesan yang terkandung dalam Bsu yaitu intention (maksud) dari pembicara. Artinya, dalam menerjemahkan tindak tutur tertentu, intention (maksud) yang terkandung dalam BSu tidak boleh berubah jenis maupun fungsinya setelah menjadi BSa. Sehingga, bukan hanya bentuk tindak tuturnya yang dialihkan tapi juga makna yang terkandung dari tindak tutur tersebut. Seorang penerjemah harus bisa memperhatikan hal tersebut sehingga ia bisa menjembatani perbedaan antara kedua bahasa dengan menghasilkan terjemahan yang berkualitas tanpa mengubah pesan yang terkandung dalam Bsu. Sehubungan dengan makna yang terkandung dalam terjemahan tindak tutur, penggunaan teknik penerjemahan sangatlah penting. Teknik penerjemahan adalah suatu

21 4 cara yang digunakan oleh penerjemah untuk dapat menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan bahasa sumbernya. Teknik penerjemahan adalah keputusan yang diambil oleh penerjemah dalam proses menerjemahkan suatu teks. Menurut Molina dan Albir (2002: 509), teknik penerjemahan memiliki lima karakteristik sebagai berikut: 1. Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan 2. Teknik penerjemahan diklasifikasikan dengan cara membandingkan antara teks bahasa sumber (BSu) dengan bahasa sasaran (BSa) 3. Teknik penerjemahan mempengaruhi tataran mikro teks 4. Teknik penerjemahan bersifat diskursif dan kontekstual 5. Teknik penerjemahan bersifat fungsional Terkait dengan hasil terjemahan yang berkualitas atau tidak, ada suatu hal yang perlu diperhatikan yaitu tentang penilaian mutu/ kualitas terjemahan. Dalam penilaian kualitas terjemahan ada beberapa aspek yang perlu ditinjau, yaitu aspek keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan. Ketiga aspek ini sangat penting dalam menentukan apakah suatu produk terjemahan dapat menjalankan dengan baik fungsinya sebagai alat komunikasi. Aspek keakuratan berhubungan dengan akurat atau tidaknya pengalihan pesan teks dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Keberterimaan berhubungan dengan masalah terjemahan tersebut sesuai atau tidak dengan kaidah dan budaya yang berlaku dalam bahasa sasaran. Sedangkan aspek keterbacaaan menyangkut masalah terjemahan tersebut dapat dipahami dengan mudah atau tidak oleh pembaca sasaran. Aspek kualitas terjemahan inilah yang akan dikaji dalam penelitian ini lebih lanjut yaitu tentang bagaimanakah kualitas terjemahan tindak tutur direktif dalam film yang berjudul Alice in Wonderland. Berikut adalah contoh tindak tutur direktif dan analisis terjemahannya dalam film: (1) Bsu : Off with his head! Bsa : Potong kepalanya! Tuturan tersebut adalah tindak tutur direktif yang dilakukan oleh Red Queen. Red Queen mendapati salah satu pelayannya telah mencuri kue tart miliknya. Ia kemudian memerintahkan prajuritnya untuk memenggal kepala si pelayan. Pada hasil terjemahan Bsu Off with his head! diterjemahkan menjadi Potong kepalanya!. Pada terjemahan di atas, penerjemah menggunakan teknik kesepadanan lazim. Teknik ini menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim seperti terdapat pada kamus

22 5 Inggris- Indonesia dimana frase off with berarti lepas (dari). Seperti nampak pada Potong kepalanya! kata potong sudah lazim digunakan dalam bahasa Indonesia walaupun dari segi keberterimaan kata potong tersebut masih terkesan kasar. Data diatas merupakan salah satu data yang memiliki penilaian akurat dan berterima dari rater. Walaupun dari segi keberterimaan kata potong terkesan kasar pada suatu percakapan, namun dilihat dari konteksnya, dimana kedudukan penutur adalah seorang ratu jahat, maka pilihan kata tersebut menjadi berterima dalam kaidah bahasa sasaran. Contoh terjemahan tersebut merupakan suatu fenomena terjemahan yang menarik yang akan dibahas lebih lanjut. (2) Bsu : Go to his house and collect the little ones. BSa : Pergi ke rumahnya dan ambil anak- anaknya. Tuturan tersebut lanjutan dari tindak tutur direktif pada contoh pertama di atas yang dilakukan oleh Red Queen setelah dia mengetahui siapa yang telah mencuri kue tartnya. Dia memerintahkan prajuritnya untuk mengambil anak- anak pelayan yang telah mencuri tersebut untuk dijadikan kecebong panggang. Klausa go to his house pada BSu diartikan menjadi pergi ke rumahnya dan klausa collect the little ones menjadi ambil anak- anaknya pada BSa. Pada tuturan ini penerjemah menggunakan teknik harfiah. Teknik ini menerjemahkan kata demi kata. Data tersebut diatas memiliki penilaian akurat dan berterima dari ketiga rater. Penggunaan teknik harfiah dan pilihan kata- kata pada tuturan tersebut menghasilkan terjemahan yang baik karena memiliki kualitas yang tinggi. Walaupun menggunakan teknik penerjemahan sederhana yaitu harfiah, namun tetap menghasilkan kualitas baik dimana pesan tetap tersampaikan dan sesuai dengan kaidah bahasa sasaran.hal ini merupakan suatu fenomena penerjemahan yang menarik. (3) Bsu : I think you ll do best to keep your visions to yourself. Bsa : Kurasa sebaiknya kau tak beri tahu bayanganmu ke siapapun. Tuturan tersebut dilakukan oleh Hamish kepada Alice saat mereka sedang berdansa di halaman pada acara keluarga Hamish. Saat itu Alice asyik melihat burung yang sedang terbang sehingga tidak sengaja menabrak pasangan lain yang sedang berdansa. Alice mengatakan bahwa dia sedang berkhayal membayangkan seandainya bisa terbang. Hamish lalu menasehatinya. Pada tuturan BSu Hamish menasehati Alice agar menjaga bayangannya untuk disimpan sendiri seperti berikut..keep your visions

23 6 to yourself Pada BSa, penerjemah mengubahnya menjadi kau tak beri tahu bayanganmu ke siapapun. Pada tuturan ini penerjemah menggunakan teknik modulasi. Dapat dilihat bahwa terjadi pengubahan sudut pandang pada BSa. Data tersebut memiliki penilaian akurat, namun kurang berterima dari dua orang rater. Dilihat dari pemilihan katanya, kata visions menjadi kurang berterima ketika diterjemahkan menjadi bayanganmu. Kata khayalanmu dirasa lebih tepat untuk menggantikannya. Sedangkan pemilihan teknik modulasi yang digunakan penerjemah dirasa sudah tepat untuk menerjemahkan BSu ke dalam BSa. Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini sebelumnya dilakukan oleh Adventina Putranti (2007) dalam tesis berjudul Kajian Terjemahan Tindak Ilokusi Ekspresif dalam Teks Terjemahan Film American Beauty. Penelitian ini meneliti salah satu tindak ilokusi yaitu ekspresif dan bagaimana kaitannya dengan penerjemahan. Penelitian kedua yang merupakan research gap adalah penelitian yang dilakukan oleh Ardianna Nuraeni (2008) dalam tesis berjudul Perbandingan Terjemahan Tindak Tutur Mengeluh dalam Film Bad Boys II yang ditayangkan di Stasiun Televisi dan di VCD. Penelitian ini meneliti salah satu tindak tutur yang tergolong dalam ekspresif yaitu tindak tutur mengeluh dan bagaimana kualitas terjemahan dari dua sumber tersebut. Penelitian yang ketiga berjudul Analisis Terjemahan Tuturan Karakter Spongebob dalam komik Amazing Journey dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia oleh Rahmat Wisudawanto (2012). Penelitian ini meneliti beberapa jenis tindak tutur ilokusi yaitu asertif, direktif, ekspresif, dan komisif serta bagaimana kualitas terjemahannya. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Singgih Daru Kuncara (2012) yang menulis penelitian berjudul Analisis Terjemahan Tindak tutur Direktif pada Novel The Godfather karya Mario Puzo dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini mengkaji tentang penerapan fungsi ilokusi tindak tutur direktif dalam novel The Godfather, penggunaan teknik penerjemahan, dan dampaknya terhadap kualitas hasil terjemahannya. Dari hasil penelitiannya, ditemukan delapan fungsi ilokusi direktif. Fungsi tersebut antara lain memerintah, menyarankan, meminta, memohon, melarang, menasihati, membujuk, dan menyilakan. Selain itu, ditemukan sebanyak 12 teknik penerjemahan. Terkait beberapa penelitian di atas, penulis masih memiliki kesempatan untuk melengkapi penelitian yang berkaitan tentang tindak tutur. Oleh karena penelitian yang

24 7 sebelumnya belum meneliti tentang tindak tutur direktif pada subtitle film, penelitian ini akan berfokus pada tindak tutur direktif pada subtitle film yang berjudul Alice in Wonderland. Selain itu, klasifikasi direktif yang digunakan akan difokuskan pada teori dan klasifikasi yang lebih sistematis dimana penelitian sebelumnya belum menggunakan teori dan klasifikasi tersebut. Tindak tutur direktif tersebut akan dikaitkan dengan penerapan teknik penerjemahan, kemudian dianalisis bagaimana kualitas terjemahannya yang meliputi keakuratan dan keberterimaan. B. Batasan Masalah Agar penelitian ini menjadi fokus dan tidak melebar maka penulis perlu melakukan pembatasan permasalahan. Menurut jenisnya, tindak tutur diklasifikasikan menjadi 5 jenis yaitu representatif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi. Sehubungan dengan klasifikasi tersebut, penelitan ini hanya akan mengkaji terjemahan tindak tutur berjenis direktif pada tuturan tokoh- tokoh di dalam film Alice in Wonderland pada versi VCD. Selanjutnya penelitian ini akan membahas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah, dan kualitas terjemahannya. Sedangkan analisis kualitas dibatasi hanya pada keakuratan dan keberterimaan saja. Keterbacaan tidak disertakan karena data- datanya hanya berupa ujaran pendek yang tatarannya lebih kecil daripada paragraf. Selain itu, lokasi penelitian dibatasi pada film berjudul Alice in Wonderland versi VCD. Penelitian sebelumnya yang mengkaji tindak tutur direktif adalah Analisis Terjemahan Tindak tutur Direktif pada Novel The Godfather karya Mario Puzo dan Terjemahannya dalam Bahasa Indonesia. Penelitian ini mengkaji penerapan fungsi ilokusi tindak tutur direktif. Fungsi tersebut antara lain memerintah, menyarankan, meminta, memohon, melarang, menasihati, membujuk, dan menyilakan. Sehubungan dengan penelitian yang mengkaji tindak tutur direktif, penelitian pada Novel The Godfather tersebut berfungsi sebagai pendukung pada penelitian ini. Selanjutnya penelitian tindak tutur direktif dalam film Alice in Wonderland ini akan membahas bentuk- bentuk direktif yang berbeda dengan fungsi ilokusi tindak tutur direktif pada Novel The Godfather tersebut.

25 8 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bentuk tindak tutur direktif apa sajakah yang digunakan tokoh-tokoh dalam film berjudul Alice in Wonderland? 2. Apa sajakah teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah untuk menerjemahkan tindak tutur direktif tokoh- tokoh dalam film Alice in Wonderland? 3. Bagaimana dampak teknik penerjemahan tindak tutur direktif tokoh-tokoh dalam film Alice in Wonderland terhadap kualitas penerjemahannya yang mencakup keakuratan dan keberterimaan? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menentukan bentuk tindak tutur direktif yang digunakan tokoh-tokoh dalam film berjudul Alice in Wonderland. 2. Mendeskripsikan teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah untuk menerjemahkan tindak tutur direktif tokoh- tokoh dalam film Alice in Wonderland. 3. Mendeskripsikan dampak teknik penerjemahan tindak tutur direktif tokoh- tokoh dalam film Alice in Wonderland terhadap kualitas penerjemahannya yang mencakup keakuratan dan keberterimaan. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan research gap yang telah disebutkan di atas, dimana penelitian pada Novel The Godfather mengkaji penerapan fungsi ilokusi tindak tutur direktif dengan temuan fungsi memerintah, menyarankan, meminta, memohon, melarang, menasihati, membujuk, dan menyilakan. Sementara itu penelitian tindak tutur direktif dalam film Alice in Wonderland ini terfokus pada bentuk- bentuk direktif dan penggunaan teori direktif yang berbeda dengan penelitian direktif pada Novel The Godfather, maka diharapkan penelitian ini dapat melengkapi dan mendukung penelitian sebelumnya tentang bentuk- bentuk tindak tutur direktif dan teknik penerjemahannya. Selanjutnya

26 9 penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi yang mendalam tentang analisis tindak tutur direktif yang terdapat pada subtitle film animasi 3D berjudul Alice in Wonderland. Yang ketiga, penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan secara lengkap dampak teknik penerjemahan yang digunakan pada tindak tutur direktif terhadap kualitas terjemahan. Yang terakhir, penelitian ini diharapkan dapat membantu para penerjemah film khususnya untuk dapat menghasilkan terjemahan film yang berkualitas, yang tidak mengubah bentuk dan makna suatu tindak tutur dari bahasa sumber ke bahasa sasaran sehingga dapat dipahami maknanya dengan mudah oleh para konsumen film. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada para konsumen film pada umumnya, tentang bagaimana bentuk terjemahan film yang baik dan mana yang tidak.

27 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori Sub bab ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu: Definisi Penerjemahan, Makna dalam Penerjemahan, Definisi Metode, Strategi, dan Teknik Penerjemahan, Jenis- Jenis Teknik Penerjemahan, Penilaian Kualitas Terjemahan, Teori Pragmatik, Tindak Tutur dan Tindak Tutur Direktif. 1. Definisi Penerjemahan Penerjemahan merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang merupakan proses pengalihan bahasa sumber (BSu) ke bahasa sasaran (BSa). Seperti menurut Catford, translation is an operation performed on a language: a process of substituting a text in one language for a text in another (1978). Dengan kata lain menurut definisi tersebut penerjemahan adalah suatu proses mengalihkan suatu teks dari bahasa satu ke bahasa yang lain. Larson mengungkapkan bahwa penerjemahan adalah proses perubahan bentuk, translation is basically a change of form. When we speak the form of a language, we are referring to the actual words, phrases, clauses, sentences, paragraphs, etc., which are spoken or written In translation the form of the source language is replaced by the form of the receptor (target) language (1998: 3). Definisi tersebut menyatakan bahwa dalam penerjemahan, bentuk atau struktur teks dari bahasa sumber dapat berubah setelah diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran. Hal ini tidak dapat dihindari karena baik bahasa sumber maupun bahasa sasaran memiliki struktur kebahasaan yang berbeda. Di lain pihak Newmark mengungkapkan bahwa penejemahan merupakan proses memindah makna suatu teks ke dalam bahasa sasaran tanpa mengubah maksud dari si penulis teks tersebut,...it is rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text (1988: 5). Dalam definisi yang lain Catford (1965) dalam Machali (2000: 5) mengungkapkan bahwa penerjemahan adalah pemindahan materi tekstual secara sepadan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, the replacement of textual 10

28 11 material in one language (SL) by equivalent textual material inanother language (TL). Sedangkan menurut Nida dan Taber, penerjemahan adalah menentukan kesepadanan bahasa sasaran sealamiah mungkin dengan bahasa sumber, translating consists in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source-language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style. (1982: 12). Kesepadanan yang dimaksud bukan hanya pada makna dan pesan yang terkandung melainkan juga pada gaya dan bentuknya. Dari dua definisi terakhir, dapat ditarik definisi secara umum bahwa penerjemahan tidak hanya tentang pengalihan materi suatu teks baik dari segi bentuk maupun makna ke dalam bahasa sasaran, tetapi juga mencakup masalah kesepadanan. Kesepadanan dalam bahasa sasaran juga menjadi aspek penting yang menentukan kealamiahan suatu teks terjemahan. 2. Makna dalam Penerjemahan Makna memainkan peranan penting dalam penerjemahan karena selain sebagai komponen utama dalam suatu teks yang harus ditransfer ke dalam bahasa saasaran, juga terkait erat dengan masalah kesepadanan. Menurut Larson, untuk menghasilkan terjemahan teks yang baik, makna dalam bahasa sumber harus dapat ditransfer ke bentuk bahasa sasaran sesuai makna yang dimaksud secara alamiah (1998: 6). Menurut Cruse dalam Baker (1992: 13-17), makna terbagi menjadi 4: a. Propositioal Meaning The propositional meaning of a word or an utterance arises from the relation between it and what it refers to or describes in a real or imaginary world, as conceived by the speakers of the particular language to which the word or utterance belongs. It is the type of meaning which provides the basis on which we can judge an utterance as true or false. Menurut definisi diatas, propositional meaning merupakan makna yang merujuk pada arti yang sesungguhnya yang dapat kita jumpai dalam kamus pada umumnya. Sebagai contoh dalam kamus Inggris- Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Shadily (1996) kata sword berarti pedang. Kata ini tidak seharusnya digunakan untuk menyebut kata pisau.

29 12 b. Expressive Meaning Expressive meaning cannot be judged as true or false. This is because it relates to the speaker s feelings or attitude rather than to what words and utterances refer to. Menurut Cruse, Expressive meaning tidak terletak pada arti yang terdapat di dalam kamus, melainkan tergantung pada apa yang dirasakan saat membaca atau mendengar kata itu. Sehingga dua atau lebih kata bisa memiliki proportional meaning yang sama tetapi berbeda expressive meaning-nya. Seperti pada kata- kata kill, murder, slay yang memiliki arti sama yaitu membunuh. Ketiga kata tersebut pada dasarnya sama namun bila digunakan dalam konteks yang berbeda maka akan memiliki expressive meaning yang berbeda pula. Kata kill bisa digunakan pada objek manusia atau hewan. Murder biasanya hanya digunakan pada manusia, sedangkan kata slay dalam The American Heritage Dictionary of English Language (2011) bermakna mebunuh secara kejam. Seperti contoh kata slay dalam kalimat The brave man slay a dragon c. Presupposed Meaning Presupposed meaning arises from co-occurrence restrictions, i.e. restrictions on what other words or expression we expect to see before or after a particular lexical unit. Menurut Cruse, Presupposed meaning muncul karena adanya batasanbatasan yang ada. Ada dua macam batasan: a) Selectional restriction Selectional restriction adalah fungsi dari propositional meaning sebuah kata. Seperti diungkapkan Cruse, Selectional restirctions are deliberately violated in the case of figurative language but are otherwise strictly observes. (ibid: 14). Menurutnya, selectional restriction biasanya dilanggar pada bahasa kiasan atau metafora. b) Collocational restriction Collocational restriction pada dasarnya adalah batasan yang acak dan subyektif. Seperti diungkapkan Cruse, These are semantically arbitrary restrictions which do not follow logically from the propositional meaning

30 13 of a word. Sebagai contoh, teeth are brushed dalam Bahasa Inggris, tetapi dalam Bahasa Jerman dan Italia, brushed diganti dengan polished. (ibid:14-15). d. Evoked Meaning Menurut Cruse, evoked meaning timbul dari adanya keberagaman dialek dan register. A dialect is a variety of language which has currency within a specific community or group of speakers. Menurutnya, dialek dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu secara geographical, temporal, dan social. Sedangkan register adalah a variety of language that a language user considers appropriate to a specific situation. Macam register sendiri dibedakan menjadi tiga: a) Field of discourse: This is an abstract term for what is going on that is relevant to the speaker s choice of linguistic items. Different linguistic choices are made by different speakers depending on what kind of action other than the immediate action of speaking they see themselves as participating in. Menurut Cruse, field berarti keadaan yang sedang terjadi yang melatar belakangi si penutur menggunakan variasi bahasa. Sebagai contoh, tindak tutur direktif tidak hanya digunakan untuk menyuruh seseorang melakukan sesuatu, tetapi juga berfungsi untuk melarang, memberi nasihat, atau menegur. b) Tenor of discourse Tenor of discourse is an abstract term for the relationships between the people taking part in the discourse. The language people use varies depending on such interpersonal relationship as mother/ child, doctor/ patient, or superior/ inferior in status. Cruse menyatakan bahwa tenor of discourse adalah hubungan antar pelaku percakapan. Hubungan itu bisa berupa hubungan keluarga, kekerabatan, hubungan antara atasan dan bawahan, maupun hubungan antara orang berstatus sosial tinggi dengan yang rendah.

31 14 c) Mode of discourse Mode of discourse is an abstract term for the role that the language is playing (speech, essay, lecture, instructions) and for its medium of transmission (spoken or written). Mode of discourse menurut definisi diatas adalah fungsi dari bahasa yang digunakan (seperti dalam pidato, karangan, kuliah, atau instruksi) dan media transmisi (baik secara lisan maupun tulisan). Berbagai macam makna yang telah disebutkan diatas merupakan bagian dari makna leksikal. Menurut Baker lexical meaning of a word or lexical unit may be thought of as the spesific value it has in a particular linguistic system and the personality it acquires through usage within that system (1992: 12). Dengan kata lain, makna leksikal sebuah kata merupakan makna yang terdapat dalam kata tersebut, yang mengacu pada kekhususan komponen linguistiknya. 3. Definisi Metode, Strategi, dan Teknik Penerjemahan Teknik menurut Machali meliputi dua hal penting, yaitu hal yang bersifat praktis dan diberlakukan terhadap tugas tertentu. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa teknik penerjemahan berkaitan dengan permasalahan praktis penerjemahan dan pemecahannya (2000:77). Sedangkan Molina Albir (2002: 506) mengungkapkan bahwa diantara para ahli penerjemahan terdapat definisi dan klasifikasi yang tumpang- tindih antara teknik dengan metode dan strategi penerjemahan. Terminological diversity and the overlapping of terms make it difficult to use these terms and to be understood. The same concept is expressed with different names and the classifications vary, covering different areas of problem. In one classification one term may over-lap another in different system of classification. Perbedaan terminologi, dan klasifikasi yang tumpang tindih ini coba diatasi Molina Albir dengan membuat konsep tersendiri. Menurutnya, metode yang merupakan bagian dari proses penerjemahan, adalah pemilihan cara menerjemahkan secara garis besar yang mempengaruhi keseluruhan terjemahan, translation method refers to the way a particular translation process is carried out in terms of the translator objective. i.e., a global option that affects the whole text (ibid: 507).

32 15 Sedangkan teknik menggambarkan hasil akhir dan hanya mempengaruhi sebagian kecil dari terjemahan. Lebih lanjut, menurut Molina dan Albir (ibid: 508) metode akan mempengaruhi bagaimana cara suatu teks pada tataran mikro diterjemahkan (teknik penerjemahan), the translation method affects the way micro units of the text are translated: the translation techniques. Sebagai contoh, jika tujuan dari sebuah metode penerjemahan adalah menghasilkan metode foreignisasi, maka borrowing akan menjadi teknik penerjemahan yang akan sering dipakai. Dalam melakukan proses menerjemahkan, selain metode, penerjemah juga akan menggunakan strategi. Albir (dalam Molina dan Albir, 2002:508) menjelaskan bahwa strategi diperlukan untuk mengatasi masalah dalam proses penerjemahan, strategies are the procedures (conscious or unconscious, verbal or nonverbal) used by the translator to solve problems that emerge when carrying out the translation process with a particular objective in mind. Selanjutnya Molina dan Albir mengungkapkan bahwa strategi membuka jalan untuk menemukan pemecahan masalah yang tepat yang disebut juga sebagai teknik penerjemahan. Definisi teknik penerjemahan itu sendiri diuntarakan oleh Molina dan Albir (ibid: 509) sebagai berikut: A technique is the result of a choice made by a translator, its validity will depend on various questions related to the context, the purpose of the translation, audience expectation, etc. Menurut definisi tersebut, teknik penerjemahan merupakan hasil akhir dari proses menerjemahkan yang dilakukan oleh seorang penerjemah. Teknik meliputi sebagian kecil dari proses menerjemahkan dan hanya mempengaruhi bagian- bagian tertentu dari keseluruhan terjemahan. Dari ketiga konsep diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses penerjemahan ketiga konsep yang meliputi metode, strategi, dan teknik memiliki peranan yang penting dan saling berkaitan satu sama lain. 4. Teknik Penerjemahan Teknik penerjemahan sebagaimana telah dijelaskan oleh Molina dan Albir sebelumnya, adalah hasil akhir dari proses menerjemahkan yang mempengaruhi bagian- bagian tertentu dari keseluruhan terjemahan. Teknik

33 16 penerjemahan merupakan suatu cara untuk menganalisis dan mengklasifikasi bagaimana suatu terjemahan dapat sepadan dengan teks sumbernya. Teknik penerjemahan memiliki lima karakteristik sebagai berikut: 1. Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan 2. Teknik penerjemahan diklasifikasikan dengan cara membandingkan antara teks bahasa sumber (BSu) dengan bahasa sasaran (BSa) 3. Teknik penerjemahan mempengaruhi tataran mikro teks 4. Teknik penerjemahan bersifat diskursif dan kontekstual 5. Teknik penerjemahan bersifat fungsional (Molina dan Albir, 2002: 509) Berikut adalah 18 jenis teknik penerjemahan yang dikemukakan oleh Molina Albir (2002: ): 1. Adaptasi (adaptation) Adaptasi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara mengganti unsur budaya pada BSu dengan unsur budaya pada BSa yang memiliki kesamaan dan atau akrab bagi pembaca sasaran. Sebagai contoh, istilah winter dalam Bahasa Inggris apabila diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia dapat digantikan dengan istilah musim penghujan. 2. Amplifikasi (amplification) Teknik ini dilakukan penerjemah dengan cara mengeksplisitkan atau memparafrase suatu istilah atau informasi yang implisit dalam BSu. Teknik ini mirip dengan teknik penambahan atau gain. Sebagai contoh istilah Haloween dapat diparafrase menjadi haloween, perayaan tahunan di Amerika setiap tanggal 28 Oktober untuk mengusir roh- roh jahat. 3. Peminjaman (borrowing) Teknik ini dilakukan penerjemah dengan cara meminjam istilah atau kata dalam BSu. Peminjaman ini bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu peminjaman murni (pure borrowing) dan peminjaman yang dinaturalisasi (naturalized borrowing). Contoh dari pure borrowing adalah kata mouse yaitu alat bantu pada

34 17 komputer yang diterjemahkan menjadi mouse. Sedangkan contoh dari naturalized borrowing misalnya kata television yang diterjemahkan menjadi televisi. 4. Kalke (calque) Teknik penerjemahan ini dilakukan penerjemah dengan cara menerjemahkan kata atau frase BSu secara literal. Sebagai contoh frase interest rate yang diterjemahkan menjadi tingkat suku bunga. 5. Kompensasi (compensation) Teknik ini dilakukan penerjemahan dengan cara memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stilistik teks Bsu di tempat lain dalam teks Bsa. Hal ini dilakukan karena pengaruh stilistik (gaya) BSu tidak dapat diterapkan pada BSa. Contoh dari teknik kompensasi adalah a pair of trousers yang diterjemahkan menjadi sebuah celana panjang. 6. Deskripsi (description) Teknik deskripsi merupakan teknik penerjemahan yang dilakukan dengan cara menggantikan sebuah istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya. Sebagai contoh, istilah panettone yang diterjemahkan menjadi kue tradisional Italia yang dimakan pada saat Tahun Baru. 7. Kreasi diskursif (discursive creation) Teknik penerjemahan ini biasanya menampilkan kepadananan sementara dalam BSa yang terkadang keluar dari konteks. Teknik ini dilakukan penerjemah untuk menarik pembaca sasaran. Biasanya teknik ini digunakan untuk menerjemahkan judul film atau judul buku. Sebagai contoh judul film Harry Potter and the Sorcerer s Stone yang diterjemahkan menjadi Harry Potter dan Batu Bertuah. 8. Padanan lazim (establish equivalence) Teknik penerjemahan ini merupakan teknik untuk menggunakan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari).

35 18 Contoh teknik padanan lazim misalnya kata introduction yang berarti pendahuluan. 9. Generalisasi (generalization) Teknik penerjemahan ini menggunakan istilah yang lebih umum atau lebih netral pada BSa (subordinat) daripada BSu yang bersifat spesifik (superordinat). Sebagai contoh istilah penthouse yang diterjemahkan menjadi tempat tinggal. 10. Amplifikasi linguistik (linguistic amplification) Teknik penerjemahan ini dilakukan dengan cara dengan menambah unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa. Teknik ini lazim diterapkan dalam pengalih bahasaan secara konsekutif atau dalam sulih suara (dubbing). Contoh dari teknik ini misalnya pada kalimat Don t do that yang diterjemahkan menjadi Jangan lakukan hal bodoh itu. 11. Kompresi linguistik (linguistic compression) Teknik penerjemahan ini dilakukan dengan cara mensintesa unsur-unsur linguistik dalam teks Bsa. Teknik ini biasa diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan simultan atau dalam penerjemahan teks film. Contoh teknik ini misalnya pada klausa go away! yang diterjemahkan menjadi pergilah!. 12. Penerjemahan harfiah (literal translation) Teknik ini adalah teknik yang dilakukan oleh penerjemah dengan cara menerjemahkan ungkapan kata demi kata. Sebagai contoh ungkapan Killing two birds with one stone yang diterjemahkan ke dalam BSa menjadi Membunuh dua burung dengan satu batu. 13. Modulasi (modulation) Teknik penerjemahan ini dilakukan penerjemah dengan cara mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan teks sumber. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural. Sebagai

36 19 contoh, kalimat i cut my finger diterjemahkan ke dalam BSa menjadi jariku teriris, bukan aku memotong jariku. 14. Partikularisasi (particularization) Teknik ini dilakukan penerjemah dengan cara menggunakan istilah yang lebih konkret atau presisi, dari superordinat ke subordinat. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi. Contoh teknik ini misalnya frase air transportation yang diterjemahkan menjadi pesawat terbang. 15. Reduksi (reduction) Teknik reduksi dilakukan penerjemah dengan cara memadatkan informasi teks Bsu dalam Bsa. Teknik ini menjadikan informasi yang eksplisit dalam BSu menjadi implisit dalam BSa. Sebagai contoh kalimat The month of fasting yang diterjemahkan menjadi Ramadhan. 16. Subtitusi (subtitution) Teknik subtitusi merupakan suatu teknik penerjemahan yang merujuk pada pengubahan unsur-unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat). Sebagai contoh bahasa isyarat dalam bahasa Arab, yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi terima kasih. 17. Transposisi (transposition) Teknik transposisi dilakukan dengan cara merubah kategori gramatikal. Teknik ini merupakan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit. Sebagai contoh, kata kerja dalam teks Bsu diubah menjadi kata benda dalam teks Bsa, misalnya kalimat He gives me a kiss yang diterjemahkan menjadi Dia menciumku. 18. Variasi (variation) Teknik ini dilakukan dengan cara mengubah unsur-unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik: perubahan tona tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan naskah drama.

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa

TEKNIK PENERJEMAHAN BSu BSa TEKNIK PENERJEMAHAN Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari ke, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa maupun kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002), teknik penerjemahan

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH TABU DALAM FILM BERJUDUL THE HURT LOCKER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH TABU DALAM FILM BERJUDUL THE HURT LOCKER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN ISTILAH TABU DALAM FILM BERJUDUL THE HURT LOCKER DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Jenjang Magister Program Studi

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN METAFORA, SIMILE, DAN PERSONIFIKASI DALAM NOVEL THE KITE RUNNER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS

TEKNIK PENERJEMAHAN METAFORA, SIMILE, DAN PERSONIFIKASI DALAM NOVEL THE KITE RUNNER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS 1 TEKNIK PENERJEMAHAN METAFORA, SIMILE, DAN PERSONIFIKASI DALAM NOVEL THE KITE RUNNER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

TERJEMAHANNYA DALAM SUBTITLE FILM KUNGFU PANDA I

TERJEMAHANNYA DALAM SUBTITLE FILM KUNGFU PANDA I ANALISIS IMPERATIVE SENTENCES DAN KUALITAS TERJEMAHANNYA DALAM SUBTITLE FILM KUNGFU PANDA I TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Linguistik Penerjemahan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MENGANDUNG TUTURAN BERJANJI DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL A FAREWELL TO ARMS KARYA ERNEST HEMINGWAY TESIS

PERBANDINGAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MENGANDUNG TUTURAN BERJANJI DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL A FAREWELL TO ARMS KARYA ERNEST HEMINGWAY TESIS PERBANDINGAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MENGANDUNG TUTURAN BERJANJI DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL A FAREWELL TO ARMS KARYA ERNEST HEMINGWAY TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS

KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS KAJIAN TERJEMAHAN UNGKAPAN BUDAYA DALAM KISAH SENGSARA YESUS KRISTUS PADA ALKITAB DUA BAHASA YANG BERJUDUL ALKITAB KABAR BAIK GOOD NEWS TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN REPORTING VERB DALAM BUKU CERITA ANAK THE GUM TREE VALLEY STORIES DAN KUALITAS TERJEMAHANNYA TESIS

ANALISIS TERJEMAHAN REPORTING VERB DALAM BUKU CERITA ANAK THE GUM TREE VALLEY STORIES DAN KUALITAS TERJEMAHANNYA TESIS ANALISIS TERJEMAHAN REPORTING VERB DALAM BUKU CERITA ANAK THE GUM TREE VALLEY STORIES DAN KUALITAS TERJEMAHANNYA TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi

Lebih terperinci

PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA

PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA PERGESERAN TERJEMAHAN PEMARKAH KOHESI SUBSTITUSI DAN ELIPSIS DALAM NOVEL SISTERS KARYA DANIELLE STEEL DAN TERJEMAHANNYA KE BAHASA INDONESIA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin

BAB II LANDASAN TEORI. A. Bahasa Mandarin BAB II LANDASAN TEORI A. Bahasa Mandarin 1. Definisi Bahasa Mandarin Bahasa mandarin merupakan salah satu bahasa yang paling sering bei digunakan di dunia ini. Dalam pengertian luas, Mandarin berarti 北

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA ANALISIS STRATEGI KESANTUNAN TINDAK TUTUR PERMINTAAN (REQUEST) DALAM NOVEL BREAKING DAWN DAN TERJEMAHANNYA AWAL YANG BARU (Kajian Terjemahan Dengan Pendekatan Teori Pragmatik) TESIS Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri atas dua subbab yaitu simpulan dan saran. Bagian simpulan memaparkan tentang keseluruhan hasil penelitian secara garis besar yang meliputi strategi

Lebih terperinci

Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Istilah Budaya Dalam Film Percy Jackson And The Olympians The Lightning Thief.

Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Istilah Budaya Dalam Film Percy Jackson And The Olympians The Lightning Thief. Analisis Teknik dan Kualitas Terjemahan Istilah Budaya Dalam Film Percy Jackson And The Olympians The Lightning Thief. TESIS Di susun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program

Lebih terperinci

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Umi Dwi Lestari PERNYATAAN NIM : S131108011 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis dengan judul Analisis Terjemahan Hubungan Konjungtif (HK): Bentuk

Lebih terperinci

Tesis. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Penerjemahan

Tesis. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Linguistik Minat Utama Linguistik Penerjemahan ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN MAJAS HIPERBOLA DALAM NOVEL THE LORD OF THE RINGS: THE TWO TOWERS DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Kajian Terjemahan dengan Pendekatan Stilistika) Tesis Disusun

Lebih terperinci

ANALISIS EKSPLISITASI MANASUKA DALAM BUKU DONGENG TERJEMAHAN BERJUDUL KISAH-KISAH PENGANTAR TIDUR PUTRI

ANALISIS EKSPLISITASI MANASUKA DALAM BUKU DONGENG TERJEMAHAN BERJUDUL KISAH-KISAH PENGANTAR TIDUR PUTRI ANALISIS EKSPLISITASI MANASUKA DALAM BUKU DONGENG TERJEMAHAN BERJUDUL KISAH-KISAH PENGANTAR TIDUR PUTRI DISNEY DAN DAMPAKNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

KAJIAN TERJEMAHAN STRUKTUR DAN POLA PENGEMBANGAN TEMA PADA ARTIKEL FLEEING TERROR, FINDING REFUGE KE DALAM BAHASA INDONESIA TESIS

KAJIAN TERJEMAHAN STRUKTUR DAN POLA PENGEMBANGAN TEMA PADA ARTIKEL FLEEING TERROR, FINDING REFUGE KE DALAM BAHASA INDONESIA TESIS KAJIAN TERJEMAHAN STRUKTUR DAN POLA PENGEMBANGAN TEMA PADA ARTIKEL FLEEING TERROR, FINDING REFUGE KE DALAM BAHASA INDONESIA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFTY SHADES OF GREY Desi Zauhana Arifin, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Program PASCASARJANA UNS dezauhana@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS TUTURAN TOKOH TINKER BELL DALAM FILM TINKER BELL AND THE LOST TREASURE DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

ANALISIS TUTURAN TOKOH TINKER BELL DALAM FILM TINKER BELL AND THE LOST TREASURE DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA ANALISIS TUTURAN TOKOH TINKER BELL DALAM FILM TINKER BELL AND THE LOST TREASURE DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh: SRI LESTARI K1212066 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang orang menghadapi kesulitan dalam memahami isi atau makna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terjemahan dapat dipahami sebagai sebuah proses penyampaian pesan dalam sumber bahasa tertentu yang ditransformasikan ke dalam bahasa lain agar dapat dipahami oleh

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR ILOKUSI KALIMAT TANYA PADA KOMIK LAND OF BLACK GOLD DAN NEGERI EMAS HITAM

ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR ILOKUSI KALIMAT TANYA PADA KOMIK LAND OF BLACK GOLD DAN NEGERI EMAS HITAM ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR ILOKUSI KALIMAT TANYA PADA KOMIK LAND OF BLACK GOLD DAN NEGERI EMAS HITAM (Kajian Terjemahan dengan Pendekatan Pragmatik) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik, merupakan sebuah ilmu yang mepelajari tentang bahasa secara verbal. Tentunya ilmu bahasa atau sering disebut linguistik memiliki cabangcabang ilmu bahasa,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan 282 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari dua bagian, yaitu simpulan dan saran. Simpulan menyajikan keseluruhan hasil penelitian ini, yakni maksim prinsip kerjasama (cooperative principles) dalam

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN KLAUSA KOMPLEKS DALAM CERITA PENDEK THE SNOW OF KILIMANJARO DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN TESIS

ANALISIS TERJEMAHAN KLAUSA KOMPLEKS DALAM CERITA PENDEK THE SNOW OF KILIMANJARO DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN TESIS ANALISIS TERJEMAHAN KLAUSA KOMPLEKS DALAM CERITA PENDEK THE SNOW OF KILIMANJARO DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN BUKU BIOLOGY FOR JUNIOR HIGH SCHOOL BILINGUAL: BAHASA INGGRIS INDONESIA TESIS. Oleh

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN BUKU BIOLOGY FOR JUNIOR HIGH SCHOOL BILINGUAL: BAHASA INGGRIS INDONESIA TESIS. Oleh TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN BUKU BIOLOGY FOR JUNIOR HIGH SCHOOL BILINGUAL: BAHASA INGGRIS INDONESIA TESIS Oleh NASIR BINTANG 127009030/LNG 117009008/LN TESIS FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NOVEL SANG GODFATHER KARYA MARIO PUZO

ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NOVEL SANG GODFATHER KARYA MARIO PUZO ANALISIS TERJEMAHAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA NOVEL SANG GODFATHER KARYA MARIO PUZO TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Penerjemahan Oleh:

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN SIMILE DALAM NOVEL ANGELS & DEMONS KE DALAM MALAIKAT & IBLIS (Pendekatan Stilistika) TESIS

ANALISIS TERJEMAHAN SIMILE DALAM NOVEL ANGELS & DEMONS KE DALAM MALAIKAT & IBLIS (Pendekatan Stilistika) TESIS ANALISIS TERJEMAHAN SIMILE DALAM NOVEL ANGELS & DEMONS KE DALAM MALAIKAT & IBLIS (Pendekatan Stilistika) TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga

BAB I PENDAHULUAN. Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membaca buku bermanfaat bagi manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa sekalipun. Manfaat yang dapat diperoleh antara lain sebagai hiburan, penghilang stres, dan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 109 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dipaparkan tentang simpulan dan saran yang didapat setelah melakukan analisis data berupa majas ironi dan sarkasme dalam novel The Return of Sherlock Holmes dan

Lebih terperinci

LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM

LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM LOSS DAN GAIN PADA TERJEMAHAN BUKU HUKUM THE CONCEPT OF LAW KARYA H. L. A HART KE DALAM VERSI BAHASA INDONESIA KONSEP HUKUM TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya metafora adalah suatu bentuk kekreatifan makna dalam menggunakan bahasa saat berkomunikasi baik bahasa lisan maupun bahasa tulisan. Di dalam berbahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni kegiatan mengubah bentuk bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dalam The Merriam Webster Dictionary

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Verba Aksi Verba aksi adalah kata kerja yang menyatakan perbuatan atau tindakan, atau yang menyatakan perbuatan, tindakan, gerak, keadaan dan terjadinya sesuatu (Keraf,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian penerjemahan yang bersifat deskriptif-kualitatif dengan studi kasus terpancang. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA POLITIK DALAM BUKU TEKS CIVIC CULTURE DAN TERJEMAHANNYA BUDAYA POLITIK

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA POLITIK DALAM BUKU TEKS CIVIC CULTURE DAN TERJEMAHANNYA BUDAYA POLITIK Bidang Ilmu: 613/Humaniora LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL STRATEGI PENERJEMAHAN ISTILAH-ISTILAH BUDAYA POLITIK DALAM BUKU TEKS CIVIC CULTURE DAN TERJEMAHANNYA BUDAYA POLITIK Drs. Zainal Arifin, M.Hum.

Lebih terperinci

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART TAYANGAN TELEVISI DAN CD TESIS IDAWATI SITUMORANG /LNG

TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART TAYANGAN TELEVISI DAN CD TESIS IDAWATI SITUMORANG /LNG TEKNIK PENERJEMAHAN DAN TINGKAT KEWAJARAN TINDAK TUTUR KELUHAN DALAM FILM A MAN APART TAYANGAN TELEVISI DAN CD TESIS Oleh IDAWATI SITUMORANG 127009036/LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era kemajuan teknologi dewasa ini semakin banyak terjemahan bahasa dari tingkat kata, frasa hingga teks untuk menyampaikan makna teks bahasa sumber (TSu) ke dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya

BAB I PENDAHULUAN. bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel Higurashi no Ki merupakan salah satu karya penulis terkenal bernama Hamuro Rin. Pria kelahiran Kitakyushu, Jepang ini memulai debutnya sebagai penulis pada tahun

Lebih terperinci

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak tutur merupakan tind yang dilakukan oleh penutur terhadap mitra tutur dengan suatu tujuan dan maksud. Dalam pragmatik tindak tutur dibagi menjadi tiga

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

ANALISIS PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA TERJEMAHAN KALIMAT DALAM TEKS DESKRIPSI, REKON DAN EKSPOSISI PADA SITUS MEDIA ONLINE BBC

ANALISIS PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA TERJEMAHAN KALIMAT DALAM TEKS DESKRIPSI, REKON DAN EKSPOSISI PADA SITUS MEDIA ONLINE BBC ANALISIS PERGESERAN BENTUK DAN MAKNA TERJEMAHAN KALIMAT DALAM TEKS DESKRIPSI, REKON DAN EKSPOSISI PADA SITUS MEDIA ONLINE BBC (Kajian Terjemahan dengan Pendekatan Systemic Functional Linguistics) TESIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita

BAB I PENDAHULUAN. Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang anak yang sudah terbiasa dibacakan ataupun membaca buku cerita sendiri bisa menjadikannya sebagai sahabat. Buku cerita memberikan informasi kepada anak tentang

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENJAWAB DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL PRIDE AND PREJUDICE

ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENJAWAB DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL PRIDE AND PREJUDICE ANALISIS TEKNIK PENERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN MENJAWAB DALAM DUA VERSI TERJEMAHAN NOVEL PRIDE AND PREJUDICE Paramita Widya Hapsari Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia paramitawh10@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN DALAM SUBTITLE FILM JANE EYRE VERSI SERIAL TV BBC TESIS

ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN DALAM SUBTITLE FILM JANE EYRE VERSI SERIAL TV BBC TESIS digilib.uns.ac.id ANALISIS TEKNIK, METODE, DAN IDEOLOGI PENERJEMAHAN DALAM SUBTITLE FILM JANE EYRE VERSI SERIAL TV BBC TESIS Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang dikumpulkan baik berupa penelitian, jurnal maupun hasil penelitian lainnya, ditemukan beberapa penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kerangka teori yang digunakan. 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Joseph Priestley ( ): Language is a method of conveying our ideas

BAB I PENDAHULUAN. oleh Joseph Priestley ( ): Language is a method of conveying our ideas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memiliki fungsi sebagai alat atau sarana untuk menyampaikan pesan berupa informasi, ide atau gagasan yang kita miliki kepada orang lain sebagai bagian dari proses

Lebih terperinci

KAJIAN TERJEMAHAN NOVEL HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS VERSI BUKU DAN VERSI INTERNET (Penjelasan Istilah Khusus) TESIS

KAJIAN TERJEMAHAN NOVEL HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS VERSI BUKU DAN VERSI INTERNET (Penjelasan Istilah Khusus) TESIS digilib.uns.ac.id 1 KAJIAN TERJEMAHAN NOVEL HARRY POTTER AND THE DEATHLY HALLOWS VERSI BUKU DAN VERSI INTERNET (Penjelasan Istilah Khusus) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian

Bab 2. Landasan Teori. Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian Bab 2 Landasan Teori Pada bab ini, penulis akan mengemukakan beberapa teori mengenai pengertian penerjemahan dan metode penerjemahan yang akan digunakan untuk menganalisis data pada Bab 3. Seperti dikutip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penerjemahan bisa mencakup beberapa pengertian. Ahli linguistik telah memberi banyak definisi tentang penerjemahan, diantaranya: (1) bidang ilmu secara umum,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dikemukakan beberapa kajian teori yang berhubungan dengan penelitian ini. Kajian teori, meliputi teori tentang teknik penerjemahan serta penilaian kualitas terjemahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang dirasakannya melalui hasil karya tulisnya kepada para pembacanya. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komik merupakan salah satu karya sastra. Dengan membaca karya sastra termasuk melakukan proses komunikasi antara pengarang dengan pembaca. Pengarang komik ingin menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks suatu bahasa ke bahasa yang lain. Teks yang diterjemahkan disebut Teks Sumber (Tsu) dan bahasanya

Lebih terperinci

PERBEDAAN MAKNA KATA-KATA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA MELAYU PATTANI YANG DIGUNAKAN OLEH MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PERBEDAAN MAKNA KATA-KATA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA MELAYU PATTANI YANG DIGUNAKAN OLEH MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PERBEDAAN MAKNA KATA-KATA BAHASA INDONESIA DENGAN BAHASA MELAYU PATTANI YANG DIGUNAKAN OLEH MAHASISWA THAILAND DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA Tesis Diajukan Kepada Program Studi Magister Pengkajian

Lebih terperinci

Chairunnisa, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Chairunnisa, Djatmika, Tri Wiratno Magister Linguistik Penerjemahan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN KESANTUNAN POSITIF DALAM NOVEL THE HOST KARYA STEPHENIE MEYER DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS TERJEMAHAN Chairunnisa, Djatmika, Tri Wiratno Magister

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR A. Definisi Penerjemahan Sesungguhnya penerjemahan sudah cukup lama dikenal dalam komunikasi antarmanusia. Ada berbagai definisi penerjemahan sebagaimana telah

Lebih terperinci

MOTTO. - David McCullough Jr.

MOTTO. - David McCullough Jr. i ii iii MOTTO Climb mountains not to plant your flag, but to embrace the challenge, enjoy the air and behold the view.climb it so you can see the world, not so the world can see you - David McCullough

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

AN ANALYSIS OF DIFFICULTY LEVEL IN TRANSLATING METAPHORICAL EXPRESSION FOUND IN READER S DIGEST

AN ANALYSIS OF DIFFICULTY LEVEL IN TRANSLATING METAPHORICAL EXPRESSION FOUND IN READER S DIGEST AN ANALYSIS OF DIFFICULTY LEVEL IN TRANSLATING METAPHORICAL EXPRESSION FOUND IN READER S DIGEST A Thesis Presented as Partial Fulfillment of the Requirements to Obtain the Sarjana Sastra Degree in the

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting dalam kehidupan untuk menciptakan komunikasi yang baik di antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan berbahasa memiliki

Lebih terperinci

EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO

EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO EQUIVALENCE STRATEGIES IN TRANSLATING SLANG IN THE NOVEL AKEELAH AND THE BEE BY SAPARDI DJOKO DAMONO A THESIS BY RINA SARI NAINGGOLAN REG. NO. 080705042 DEPARTMENT OF ENGLISH FACULTY OF CULTURAL STUDIES

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa sangatlah penting, karena merupakan penghubung dalam setiap pergaulan dan mempengaruhi kehidupan untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Pada setiap bangsa,

Lebih terperinci

TERJEMAHAN ISTILAH BUDAYA PADA NOVEL THE GOOD EARTH DALAM BAHASA INDONESIA TESIS. Oleh MERRY NOVITA /LNG

TERJEMAHAN ISTILAH BUDAYA PADA NOVEL THE GOOD EARTH DALAM BAHASA INDONESIA TESIS. Oleh MERRY NOVITA /LNG TERJEMAHAN ISTILAH BUDAYA PADA NOVEL THE GOOD EARTH DALAM BAHASA INDONESIA TESIS Oleh MERRY NOVITA 137009030/LNG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016 TERJEMAHAN ISTILAH BUDAYA PADA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA. Terjemahan Beranotasi Buku Just Tell Me What to Say ke Bahasa Indonesia TESIS IKA KARTIKA AMILIA NPM

UNIVERSITAS INDONESIA. Terjemahan Beranotasi Buku Just Tell Me What to Say ke Bahasa Indonesia TESIS IKA KARTIKA AMILIA NPM UNIVERSITAS INDONESIA Terjemahan Beranotasi Buku Just Tell Me What to Say ke Bahasa Indonesia TESIS IKA KARTIKA AMILIA NPM 0706182192 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI LINGUISTIK DEPOK JULI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini menarik minat pemerhati bahasa khususnya di bidang penerjemahan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya festival film yang memberikan penghargaan untuk kategori film bahasa asing terbaik dapat menambah manfaat pemakaian lebih dari satu bahasa dalam sebuah

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) WILDASARI NIM 110388201136

Lebih terperinci

KAIDAH PERGESERAN TERJEMAHAN KATEGORI AJEKTIVA DAN ADVERBIA BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA

KAIDAH PERGESERAN TERJEMAHAN KATEGORI AJEKTIVA DAN ADVERBIA BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL KAIDAH PERGESERAN TERJEMAHAN KATEGORI AJEKTIVA DAN ADVERBIA BAHASA INGGRIS KE BAHASA INDONESIA Oleh Dra. Dwi Haryanti, M.Hum. Drs. Zainal Arifin, M. Hum. DIBIAYAI OLEH PROYEK

Lebih terperinci

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana

ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK. Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana 1 ILOKUSI DALAM WACANA KAOS OBLONG JOGER: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK Agus Surya Adhitama Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Udayana Abstract There are many ways to create a communication

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BENTUK DAN FUNGSI TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Diajukan Oleh:

Lebih terperinci

ANALISIS CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI BANJAR TESIS. Oleh : Budi Setyo Nugroho NIM

ANALISIS CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI BANJAR TESIS. Oleh : Budi Setyo Nugroho NIM ANALISIS CAMPUR KODE PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DI BANJAR TESIS Oleh : Budi Setyo Nugroho NIM 1420104002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

PENGARUH KESADARAN MEREK TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN NIAT BELI ULANG. (Studi pada Konsumen Produk Sepatu Merek Converse tipe Chuck Taylor

PENGARUH KESADARAN MEREK TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN NIAT BELI ULANG. (Studi pada Konsumen Produk Sepatu Merek Converse tipe Chuck Taylor PENGARUH KESADARAN MEREK TERHADAP PROSES PEMBENTUKAN NIAT BELI ULANG (Studi pada Konsumen Produk Sepatu Merek Converse tipe Chuck Taylor di Kecamatan Jebres Solo) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Jepang adalah salah satu negara yang kerap dijadikan acuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi, dibalik kemajuan teknologinya yang pesat

Lebih terperinci

Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes

Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes digilib.uns.ac.id Analisis Teknik Dan Kualitas Terjemahan Kalimat Tanya pada Subtitle Film Sherlock Holmes TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Linguistik Minat Utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya

BAB I PENDAHULUAN. tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Clay dalam arti yang sesungguhnya adalah tanah liat, namun selain terbuat dari tanah liat, clay juga ada yang terbuat dari bermacam-macam bahan tetapi adonannya memiliki

Lebih terperinci

KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA KOMIK ANAK DONALD DUCK DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA

KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA KOMIK ANAK DONALD DUCK DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA KESANTUNAN TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA KOMIK ANAK DONALD DUCK DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA 1 Nurlaila, 2 Endang Purwaningsih, Hendro Firmawan nurlaila@staff.gunadarma.ac.id; e_purwaningsih@staff.gunadarma.ac.id;

Lebih terperinci

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP KRISTEN 4 SURAKARTA

ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP KRISTEN 4 SURAKARTA ANALISIS KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA TEKS BERITA SISWA KELAS VIII SMP KRISTEN 4 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: Angel Kurnia Wulansari K1212005 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFITY SHADES OF GREY

ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFITY SHADES OF GREY ANALISIS TERJEMAHAN EUFEMISME ORGAN DAN AKTIFITAS SEKSUAL DALAM NOVEL FIFITY SHADES OF GREY TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Linguistik Minat utama

Lebih terperinci

CHAPTER III RESEARCH METHODOLOGY. A. Research Type and Design. This research is descriptive qualitative. According to Subroto (1992: 23) he

CHAPTER III RESEARCH METHODOLOGY. A. Research Type and Design. This research is descriptive qualitative. According to Subroto (1992: 23) he CHAPTER III RESEARCH METHODOLOGY A. Research Type and Design This research is descriptive qualitative. According to Subroto (1992: 23) he states that descriptive method study is the investigating of language

Lebih terperinci

ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT DALAM SURAT SPONSOR COMPASS INTERNATIONAL FOUNDATION (KAJIAN IDEOLOGI, METODE, TEKNIK PENERJEMAHAN DAN KUALITASNYA)

ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT DALAM SURAT SPONSOR COMPASS INTERNATIONAL FOUNDATION (KAJIAN IDEOLOGI, METODE, TEKNIK PENERJEMAHAN DAN KUALITASNYA) ANALISIS TERJEMAHAN KALIMAT DALAM SURAT SPONSOR COMPASS INTERNATIONAL FOUNDATION (KAJIAN IDEOLOGI, METODE, TEKNIK PENERJEMAHAN DAN KUALITASNYA) Anastasia Inda Nugraheni, M.R. Nababan, Djatmika Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sesuatu yang bersifat universal karena tidak memedulikan warna kulit, ras, agama, bangsa dan negara. Bahasa merupakan perwujudan suatu konsep

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI Tinjauan pustaka bertujuan untuk menggambarkan batasan yang digunakan untuk dijadikan pembahasan. Adapun yang menjadi pembahasan dalam penelitian ini adalah:

Lebih terperinci

TERJEMAHAN TEKS IKLAN PRODUK KECANTIKAN DAN PERAWATAN TUBUH BERBAHASA INGGRIS DI MAJALAH WANITA KE DALAM BAHASA INDONESIA

TERJEMAHAN TEKS IKLAN PRODUK KECANTIKAN DAN PERAWATAN TUBUH BERBAHASA INGGRIS DI MAJALAH WANITA KE DALAM BAHASA INDONESIA TERJEMAHAN TEKS IKLAN PRODUK KECANTIKAN DAN PERAWATAN TUBUH BERBAHASA INGGRIS DI MAJALAH WANITA KE DALAM BAHASA INDONESIA (Kajian Ideologi, Metode, Teknik Penerjemahan, dan Kualitasnya) TESIS Untuk memenuhi

Lebih terperinci

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3

KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 KETIDAKAKURATANNYA MENGANALISA TERJEMAHAN DALAM SUBTITLE BAHASA INDONESIA UNTUK FILM TOY STORY 3 Samsul Hadi, Ismani STKIP PGRI Pacitan samsulhadi.mr@gmail.com, ismanipjkr@gmail.com ABSTRAK. Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki sistem fonologi dan tata bahasanya sendiri, yang membedakannya dari bahasa lain. Oleh karena itu, masyarakat pemakai bahasa membutuhkan satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Silalahi (2009) dalam disertasinya yang berjudul Dampak Teknik, Metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Silalahi (2009) dalam disertasinya yang berjudul Dampak Teknik, Metode BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data yang dikumpulkan baik berupa skripsi dan jurnal penelitian, ditemukan penelitian yang menganalisis mengenai penerjemahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pada kajian pustaka dicantumkan beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. pemasalahan yang diteliti, teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. pemasalahan yang diteliti, teori yang digunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam sebuah penelitian, diperlukan sebuah konsep yang terdiri atas latar belakang pemasalahan yang diteliti, teori yang digunakan dalam menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang digunakan untuk berkomunikasi atau berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa sangat beranekaragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR PKn DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA MTs N DI KABUPATEN KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 PEDAN

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 PEDAN PENERAPAN METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP NASIONALISME DAN PRESTASI BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMP NEGERI 1 PEDAN TESIS Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA PADA SLOGAN STASIUN TELEVISI NASIONAL DI INDONESIA

ANALISIS MAKNA PADA SLOGAN STASIUN TELEVISI NASIONAL DI INDONESIA 1 ANALISIS MAKNA PADA SLOGAN STASIUN TELEVISI NASIONAL DI INDONESIA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) oleh : SISWOKO AJI 1101040017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: DANANG TRI ATMOJO A

Diajukan Oleh: DANANG TRI ATMOJO A ANALISIS KEBUTUHAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KETERAMPILAN MEMBACA DI SMK BHINNEKA KARYA SURAKARTA Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Bahasa menjadi alat komunikasi utama yang berperan sangat penting. Saat berkomunikasi,

Lebih terperinci

THE FLOUTED OF MAXIMS AT CARTOON MOVIE ENTITLED MONSTER UNIVERSITY THESIS BY FANIA RATNA ADELIA

THE FLOUTED OF MAXIMS AT CARTOON MOVIE ENTITLED MONSTER UNIVERSITY THESIS BY FANIA RATNA ADELIA THE FLOUTED OF MAXIMS AT CARTOON MOVIE ENTITLED MONSTER UNIVERSITY THESIS BY FANIA RATNA ADELIA 105110101111112 STUDY PROGRAM OF ENGLISH DEPARTEMENT OF LANGUAGES AND LITERATURES FACULTY OF CULTURAL STUDIES

Lebih terperinci

KAJIAN TINDAK TUTUR MASYARAKAT DI TEMPAT PELAYANAN PUBLIK (KECAMATAN, KANTOR POS DAN KUD) DI KECAMATAN DAYEUHLUHUR KABUPATEN CILACAP PERIODE NOVEMBER

KAJIAN TINDAK TUTUR MASYARAKAT DI TEMPAT PELAYANAN PUBLIK (KECAMATAN, KANTOR POS DAN KUD) DI KECAMATAN DAYEUHLUHUR KABUPATEN CILACAP PERIODE NOVEMBER KAJIAN TINDAK TUTUR MASYARAKAT DI TEMPAT PELAYANAN PUBLIK (KECAMATAN, KANTOR POS DAN KUD) DI KECAMATAN DAYEUHLUHUR KABUPATEN CILACAP PERIODE NOVEMBER 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat

Lebih terperinci

Abstrak. ix Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. ix Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini studi deskriptif mengenai gaya kepemimpinan section head PT. Daya Adira Mustika Bandung khususnya pada divisi H1, H2, dan H3. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai

Lebih terperinci