PENERAPAN KEBIJAKAN PEMBATASAN JUMLAH TKI INFORMAL TERHADAP REMITTANCE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : PENDEKATAN FSAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN KEBIJAKAN PEMBATASAN JUMLAH TKI INFORMAL TERHADAP REMITTANCE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : PENDEKATAN FSAM"

Transkripsi

1 i PENERAPAN KEBIJAKAN PEMBATASAN JUMLAH TKI INFORMAL TERHADAP REMITTANCE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : PENDEKATAN FSAM OLEH MEDITIARI WIKAN DIANNINGTYAS H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ii RINGKASAN MEDITIARI WIKAN DIANNINGTYAS. Penerapan Kebijakan Pembatasan TKI Informal Terhadap Remittance dan Implikasinya Terhadap Perekonomian Indonesia : Pendekatan FSAM (dibimbing oleh TANTI NOVIANTI). Remittance adalah dana transfer dari luar negeri ke Indonesia yang pada umumnya merupakan uang transfer yang diperoleh dari tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Remittance merupakan salah satu sumber cadangan devisa Indonesia yang cukup penting, dimana memiliki proporsi paling besar kedua setelah penghasilan dari sektor minyak bumi dan gas alam. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, kontribusi remittance terhadap cadangan devisa negara memiliki tren yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Di beberapa negara berkembang, seperti Indonesia telah mengirimkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menghasilkan remittance dalam jumlah yang cukup besar setiap tahunnya namun belum mendapatkan perlindungan yang optimal dari pemerintah. Hal ini yang menyebabkan kesejahteraan tenaga kerja yang terbengkalai yaitu terlihat seringkali adanya aksi kekerasan, pelecehan seksual, upah yang tidak dibayarkan kepada pekerja, tingkat upah yang dibawah standar, serta aksi-aksi lain yang merugikan para pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri. Banyaknya aksi kekerasan yang menimpa para tenaga kerja Indonesia (TKI) tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan suatu kebijakan dalam melindungi para tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri yaitu dengan kebijakan pembatasan tenaga kerja informal ke luar negeri (moratorium TKI). Kebijakan pembatasan tersebut dilakukan oleh pemerintah dan ditujukan kepada negara-negara tujuan para TKI yang memiliki tingkat kekerasan terhadap TKI Indonesia tertinggi serta negara yang tidak menyetujui tingkat upah tenaga kerja yang diajukan pemerintah Indonesia kepada negara yang bersangkutan. Kebijakan pembatasan ini dilakukan kepada tenaga kerja informal karena tenaga kerja informal yang memiliki potensi kerugian terbesar baik dari segi jam kerja yang kurang jelas, upah tenaga kerja yang terkadang tidak dilunasi serta prosedur kerja yang tidak disepakati diawal. Dengan banyaknya potensi-potensi kerugian yang akan diterima oleh calon tenaga kerja Indonesia yang dikirimkan ke luar negeri tersebut, pemerintah berupaya untuk mengalihkan pengiriman tenaga kerja Indonesia yang sifatnya informal menjadi formal. Kebijakan pembatasan tenaga kerja informal tersebut telah berlaku sejak tahun 2009 dan diberlakukan pada salah satu negara tujuan TKI yaitu Malaysia. Dengan adanya kebijakan pembatasan tenaga kerja Indonesia informal ini akan berpengaruh terhadap remittance dari para tenaga kerja Indonesia. Berdasarkan survei Bank Indonesia, tenaga kerja Indonesia informal yang memiliki kecenderungan mengirimkan remittance sebesar 70 persen dari jumlah remittance dimana presentase tersebut memiliki proporsi terbesar dibandingkan dengan remittance tenaga kerja sektor formal dan profesional. Dengan adanya pembatasan tenaga kerja Indonesia informal ke luar negeri akan berdampak juga terhadap devisa Indonesia yang sebagian besar berasal dari remittance.

3 Penelitian ini menganalisis dampak dari penerapan kebijakan pembatasan tenaga kerja informal Indonesia terhadap remittance dan implikasinya terhadap perekonomian Indonesia dengan melakukan beberapa simulasi yang terkait dengan adanya kebijakan pembatasan tenaga kerja informal Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia terkait dengan remittance dengan tabel SNSEF Kemudian data sekunder pendukung lainnya yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS), Departemen tenaga kerja dan Transmigrasi (DEPNAKERTRANS), dan Badan Nasional Perlindungan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Financial Social Accounting Matriks yang dilengkapi dengan tabel FSNSE 2005 kemudian menggunakan analisis efek pengganda neraca yang dipergunakan untuk melihat keterkaitan antara variabel eksogen terhadap variabel endogennya. Analisis efek pengganda ini juga digunakan dalam simulasi yang terdapat dalam penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan lima simulasi. Simulasi pertama adalah pengiriman TKI dalam keadaan normal atau Business as Usual (BAU). Pada Simulasi ke-dua, diberlakukannya kebijakan pembatasan TKI sebesar ribu TKI ke salah satu negara tujuan TKI yaitu Malaysia. Simulasi ketiga yaitu kebijakan pembatasan TKI informal diiringi dengan kompensasi kepada faktor produksi dan rumah tangga. Simulasi ke-empat yaitu kebijakan pembatasan TKI Informal yang diiringi kompensasi pemerintah melalui sektor bangunan. Dan simulasi ke-lima adalah kebijakan pembatasan TKI informal diiringi dengan kompensasi kepada aktifitas produksi dan injeksi kepada rumah tangga desa miskin. Hasil penelitian yang dilakukan menemukan bahwa adanya kebijakan pembatasan tenaga kerja Indonesia telah menurunkan remittance Rp dari pengiriman remittance dalam keadaan normal. Dalam keadaan normal jumlah tenaga kerja Indonesia yang dikirimkan keluar negeri sebesar 21 persen dari nilai pengiriman TKI pada tahun sebelumnya. Namun dengan adanya kebijakan pembatasan tenaga kerja informal yang dilakukan oleh pemerintah membatasi tenaga kerja Indonesia sebesar ribu TKI. Berdasarkan hasil simulasi yang telah dilakukan, pada simulasi pertama yaitu dalam keadaan normal keseluruhan akun faktor produksi, institusi dan aktifitas produksi menunjukkan angka yang positif sedangkan pada simulasi kedua setelah diberlakukannya kebijakan pembatsan TKI informal oleh pemerintah terlihat bahwa terdapat angka negatif di seluruh akun baik faktor produksi, institusi maupun aktifitas produksi. Untuk itu perlu adanya kompensasi dari pemerintah untuk mengurangi dampak negatif tersebut. Pada simulasi ketiga yaitu apabila kompensasi diberikan ke pada rumah tangga dan faktor produksi, terlihat bahwa masih terdapat nilai negatif pada hampir keseluruhan akun, untuk itu perlu adanya simulasi lanjutan dengan simulasi ke-empat. Simulasi ke-empat apabila kompensasi dilakukan melalui sektor bangunan. Berdasarkan simulasi keempat tersebut masih terlihat nilai negatif pada akun-akun tersebut. Pada simulasi ke-lima yaitu dengan kompensasi kepada aktifitas produksi dan rumah tangga dengan proporsi rumah tangga desa miskin sebesar Rp , terlihat bahwa dengan simulasi tersebut berhasil menghilangkan nilai negatif pada seluruh akun faktor produksi, institusi dan aktivitas produksi. iii

4 iv PENERAPAN KEBIJAKAN PEMBATASAN JUMLAH TKI INFORMAL TERHADAP REMITTANCE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : PENDEKATAN FSAM OLEH MEDITIARI WIKAN DIANNINGTYAS H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 v Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Registrasi Pokok : Penerapan Kebijakan Pembatasan TKI Informal Terhadap Remittance dan Implikasinya Terhadap Perekonomian Indonesia : Pendekatan FSAM : Meditiari Wikan Dianningtyas : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Tanti Novianti, M. Si NIP Mengetahui, Kepala Departemen Ilmu Ekonomi Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP Tanggal Kelulusan :

6 vi PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Juli Meditiari Wikan Dianningtyas H

7 vii RIWAYAT PENULIS Penulis bernama Meditiari Wikan Dianningtyas yang lahir di salah satu kota di Jawa Tengah yaitu kota Solo, pada tanggal 27 Juli Tahun Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dari pasangan Bp. Ir. Sartono Hardjosoemarto dan Ibu. Dra. Aprilian Sulianti. Alhamdulilah jenjang pendidikan penulis dapat dilalui tanpa hambatan yang berarti, penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN 03 pagi Pesanggrahan, Jakarta Selatan, pada tahun 2001 Kemudian dilanjutkan ke SLTPN 177 Jakarta pada tahun 2001 hingga tahun 2004, setelah menyelesaikan pendidikan SLTP, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMAN 47 Jakarta. Penulis menyelesaikan pendidikan SMAnya pada tahun 2007 dan melanjutkannya pada Institut Pertanian Bogor. Penulis masuk IPB melalui jalur PMDK IPB atau lebih dikenal dengan sebutan USMI dan pada tahun pertama melewati TPB (Tingkat Persiapan Bersama). Setelah melewati Tahap Persiapan Bersama, penulis diterima dalam program mayor Ilmu Ekonomi, FEM, IPB. Selain mayor Ilmu Ekonomi, penulis juga berhasil menyelesaikan minor Ilmu Komunikasi Pemberdayaan Manusia, FEMA, IPB. Penulis memilih mayor Ilmu E konomi atas inisiatif pribadi, karena dengan ilmu ekonomi yang dipelajari dapat langsung diimplemetasikan dalam kehidupan dimana tidak terlepas dari kegiatan ekonomi. Penulis juga memilih minor Komunikasi agar dapat mensosialisasikan ilmu ekonomi yang didapatkan semasa perkuliahan kepada masyarakat. Karena dengan adanya cara berkomunikasi yang baik dengan komunikan akan memudahkan dalam mentransfer ilmu ekonomi yang didapatkan semasa kuliah kepada orang lain. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa kegiatan mahasiswa seperti OMI (Olimpiade Mahasiswa IPB), IAC (IPB Art Contest), 2nd Esspreso, dan Masa perkenalan Fakultas dan Departemen. Selain aktif pada kegiatan kepanitiaan, penulis juga aktif dalam kegiatan ukm mahasiswa yaitu kegiatan seni tari FEM (COAST) serta kegiatan seni tari saman IPB yaitu Bungong Puteh. Penulis juga telah mengisi beberapa acara kampus sebagai penari. Kemudian penulis juga berhasil menjadi Finalis FEM Ambasador pada tahun 2009.

8 viii KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Kebijakan Pembatasan TKI Informal Terhadap Remittance dan Implikasinya terhadap Perekonomian Indonesia : Pendekatan FSAM. Remittance merupakan salah satu penyumbang dalam devisa di Indonesia, Remittance umumnya disumbangkan oleh tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri atau lebih dikenal dengan TKI. Namun kesejahteraan para penyumbang devisa ini kurang mendapat perhatian khusus sehingga sering terjadi aksi kekerasan serta pelecehan seksual yang dialami oleh para TKI. Sebagai upaya pemerintah untuk mengatasi persoalan tersebut pemerintah melakukan suatu kebijakan guna membatasi tenaga kerja Informal atau TKI ke luar negeri. Sehingga saya rasa penelitian mengenai hal tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk dijabarkan lebih lanjut. Selain itu penulisan skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik memberikan bantuan, perhatian, doa dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, ucapan Terima Kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya, penulis sampaikan kepada: 1. Allah SWT, Atas segala rahmatnya serta petunjukknya serta segala kebesaran dan keajaiban yang diberikan kepada saya sampai dengan hari ini. 2. Bapak Tony Irawan, M.app. Ec selaku dosen pembimbing pertama saya yang harus menyelesaikan studi Doctoral di German dan Ibu Tanti Novianti, M.Si selaku dosen pembimbing kedua saya yang telah memberikan ilmu-ilmu serta nasehat yang sangat berguna demi berkembangnya pemikiran saya.

9 ix 3. Bapak Alla Asmara, M.Si selaku dosen penguji utama dan Bapak Deniey Adi Purwanto, MSE selaku komisi pendidikan yang telah memberikan saran-saran dan masukan agar penulisan skripsi ini menjadi lebih baik. 4. Kedua orang tua saya, Bp. Ir. Sartono dan Ibu Dra. Aprilian Sulianti yang selalu memberikan doa dan dukungannya selama ini. Juga ucapan terimakasih kepada Mba Tara Setyanningtyas, SE dan Mas Arif Purnama L.K, S.Komp yang telah memberikan cara-cara serta saran yang mendukung penulisan skripsi ini. Ucapan terimakasih pula disampaikan untuk Fela Rizki Wardana, ST yang selalu setia memberikan masukan, dukungan, serta saran-saran demi terwujudnya skripsi ini. 5. Teman-teman seperjuangan Tony Rangers 44 Rini, Jessica (Bang jes), dan Fanny yang selama ini saling mendukung satu sama lainnya pada saat bimbingan serta bersama-sama dalam mencari data demi terwujudnya penulisan skripsi ini. 6. Teman-teman terdekat yang selalu bersama, Tity, Dinda, Noby, dan Dadi makasih ya telah melewatkan hari-hari yang indah selama tiga tahun berada di IE. Serta teman-teman IE44 yang selalu memberikan semangat, tukar pemikiran, lawakan-lawakan yang menghibur serta sharing mengenai suatu hal yang baru selama ini (Amboi, Ajeng, Michele, Ica, Lica, Acuy, Sari (Ncek), Ayie, Ranin, Nancy, Ranty, Fifi). 7. Seluruh Teman-teman IE 44 yang tidak dapat disebutkan satu persatu dimana telah saling mensupport satu sama lainnya serta telah bersamasama selama tiga tahun di Departemen Ilmu Ekonomi dan meninggalkan kesan-kesan yang berarti selama perjalanan usia. 8. Teman-teman kosan Pink Corner (Yunko, Anti, RW, Iren, Karin, Memel) yang telah mendengar keluhan, serta berbagi saran dan nasehat selama tiga tahun berada di IPB, serta adik-adik kosan Pink House yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. 9. Teman-teman IE 45, IE 46 dan IE 47 yang tidak dapat saya sebutkan satupersatu trimakasih atas bantuannya selama ini. Serta terimakasih untuk teman-teman satu perguruan tari saman (Bungong puteh) Atas kerja samanya selama ini. Adik-adik kelasku yang selalu bersama dalam kelas

10 x minor (Niear, Arni, Ajeng,dll) serta adik-adik kelas lintas departemen yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu terimakasih atas persahabatan kalian. 10. Pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini namun tidak dapat dijabarkan satu-persatu. Saya menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Semua saran dan kritik dari berbagai pihak adalah hal yang sangat berharga dalam penyempurnaan skripsi ini. Meskipun demikian, apabila terdapat kesalahan dalam peneltian serta penulisan skripsi ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berdedikasi dalam penulisan skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis serta pihak lain yang membutuhkannya. Bogor, Juli 2011 Meditiari Wikan Dianningtyas H

11 i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Teori Definisi Tenaga Kerja Indonesia Kurva Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja (Supply-Demand Labour Model) Model Wage Narrowing and Efficiency Gains Definisi Remittance Definisi kompensasi (Compensation) Financial Social Accounting Matrix (FSAM) Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran... 35

12 ii III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI FINANSIAL (SNSEF) Analisis Efek Pengganda Neraca Simulasi Kebijakan Beserta Interpretasinya Simulasi Peningkatan Jumlah Pengiriman TKI dalam Keadaan Normal (Business as usual) Penerapan Kebijakan Pembatasan TKI Informal ke Salah Satu Negara Tujuan TKI yaitu sebesar TKI Kebijakan Pembatasan TKI Informal yang Diiringi Kompensasi Terhadap Rumah Tangga dan Faktor Produksi Kebijakan Pembatasan TKI Informal yang Diiringi Kompensasi yang Dilakukan oleh Pemerintah Melalui Sektor Bangunan Kebijakan Pembatasan TKI Informal Diiringi dengan Kompensasi Kepada Aktivitas Produksi dan Injeksi Kepada Rumah Tangga Desa Miskin IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Tenaga Kerja Indonesia Jumlah TKI Berdasarkan Negara Tujuan TKI TKI Informal dan Tujuan Pengiriman Tenaga Kerja Indonesia dan Lapangan pekerjaan Tenaga Kerja Indonesia Informal dan Remittance Tenaga Kerja Indonesia dan Kontribusi Terhadap Remittance Tenaga Kerja Indonesia Informal dan Jumlah Devisa yang Dihasilkan dari Remittance Kebijakan Pembatasan Tenaga Kerja Indonesia Informal Landasan kebijakan pembatasan Tenaga Kerja Informal... 61

13 iii Perubahan Pendapatan yang Diterima oleh Faktor Produksi Perubahan Pendapatan yang Diterima oleh Institusi (Rumah Tangga) Perubahan Pendapatan yang Diterima oleh Aktivitas Produksi (Sektor) V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 83

14 iv DAFTAR TABEL Tabel Halaman 3. 1 Nilai Injeksi Remittance Terhadap Peningkatan TKI Sebesar 21 persen dalam FSAM Presentase Alokasi Injeksi Remittance dan Besaran Shock pada Faktor Produksi dan Rumah Tangga dalam Tabel FSAM Selisih Remittance Akibat Adanya Pembatasan Pengiriman TKI Sebesar Jiwa Total Kompensasi pada Rumah Tangga dan Faktor Produksi Total Kompensasi ke Sektor Bangunan (Infrastruktur) Total Kompensasi ke Aktivitas Produksi Proporsi Pengiriman TKI Berdasarkan Negara Tujuan TKI Perubahan Pendapatan yang Diterima oleh Faktor Produksi Akibat Aliran Dana Remittance Berdasarkan Pengganda FSAM Perubahan Pendapatan yang Diterima oleh Institusi (Rumah Tangga) Perubahan Pendapatan yang Diterima oleh Aktivitas Produksi (Sektor)... 78

15 v DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. 1 Jumlah TKI di Wilayah Asia Pada Tahun Kurva Permintaan Tenaga Kerja Kurva Penawaran Tenaga Kerja Model Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja Wage Narrowing and Efficiency Gains Kerangka Dasar SNSE Kerangka Dasar SNSEF Alur Kerangka Pemikiran Presentase Base Stock TKI Tahun Rekapitulasi Remittance Nasional... 58

16 vi DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Klasifikasi Faktor Produksi Tabel FSAM Klasifikasi Institusi Tabel FSAM Klasifikasi Aktivitas Produksi Tabel FSAM Matriks Multiplier FSAM

17 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang sangat besar, hal ini terlihat dari jumlah penduduk yang menduduki peringkat ke empat di dunia dengan total jumlah penduduk sampai dengan tahun 2010 sebanyak 237,641 juta jiwa (BPS, 2010). Total populasi penduduk di Indonesia memiliki tren yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data yang diperoleh melalui World Bank total populasi penduduk Indonesia pada tahun 1990 sebanyak juta jiwa sedangkan total penduduk Indonesia pada tahun 2009 sebanyak juta jiwa, berdasarkan data tersebut terlihat adanya peningkatan jumlah total populasi penduduk Indonesia. Sedangkan untuk rata-rata pertumbuhan populasi penduduk yang dihitung setiap lima tahun sekali sebesar 1,1 persen pada tahun 2009 (Word Bank, 2011) 1. Total populasi penduduk di Indonesia yang cenderung meningkat setiap tahunnya sehingga perlu diiringi dengan adanya ketersediaan lapangan pekerjaan yang memadai oleh pemerintah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada tahun 2009, terdapat kenaikan jumlah lapangan pekerjaan hampir di seluruh sektor kecuali sektor kontruksi yang menurun sebanyak orang dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi sebanyak orang. Sedangkan lapangan pekerjaan untuk sektor perdagangan mengalami kenaikan terbesar yaitu orang, kemudian sektor jasa kemasyarakatan naik sebanyak orang dan 1 External Countries East Asia Pacific INDONESIA[2011]

18 2 sektor pertanian naik sebanyak orang. Kenaikan jumlah lapangan pekerjaan pada tahun 2009 pada hampir seluruh sektor tersebut akan dibandingkan dengan tingkat pengangguran yang terdapat di Indonesia pada tahun tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) bahwa jumlah pengangguran terbuka pada tahun 2009 menurun sebesar orang jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran terbuka pada tahun Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa adanya kenaikan lapangan pekerjaan di Indonesia dapat mengurangi tingkat pengangguran pada tahun tersebut. Data Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada tahun 2009 melaporkan bahwa jumlah pekerja dengan tingkat pendidikan tamatan sekolah dasar memiliki jumlah yang terbesar sejak tahun 2007 hingga tahun 2009 yaitu sebanyak 56, 37 juta orang pekerja tahun 2007 dan 55,43 juta orang pekerja pada tahun Jumlah pekerja tamatan SD tersebut merupakan pekerja terbanyak jika dibandingkan dengan pekerja tamatan SMP, SMK, SMA, Diploma dan Universitas sejak tahun 2007 hingga tahun Lapangan kerja yang tersedia bagi pekerja tamatan sekolah dasar pada umumnya adalah sektor pertanian dan jasa kemasyarakatan (TNP2K, 2009). Sektor pertanian memiliki kecenderungan penghasilan yang relatif kecil karena pada umumnya sektor pertanian di Indonesia didominasi oleh kepemilikan lahan-lahan keluarga yang sifatnya lahan terbatas dan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pangan keluarga sedangkan untuk jasa kemasyarakatan juga tidak memberikan hasil upah yang besar bagi pekerja. Tingkat upah tenaga kerja yang cenderung kecil serta 2 [2009]

19 3 keinginan untuk meningkatkan taraf hidup mereka menyebabkan para tenaga kerja Indonesia tersebut untuk mencari lapangan pekerjaan lainnya di luar negeri. Para tenaga kerja yang mencari pekerjaan di luar negeri tersebut dikenal dengan Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) pada tahun 2010, jumlah gaji yang diperoleh TKI yang bekerja di luar negeri baik sektor formal maupun informal lebih besar dibandingkan dengan gaji pekerja di dalam negeri. Data Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) tahun 2010 menyatakan jumlah gaji yang diperoleh tenaga kerja informal di luar negeri berkisar Rp per bulan. Sedangkan untuk tenaga kerja formal yang bekerja di luar negeri mencapai lebih dari Rp Rp per bulan. Sedangkan untuk pekerja dalam negeri yang bekerja di sektor informal hanya sebesar Rp Rp per bulan dan untuk pekerja dalam negeri sektor formal berpenghasilan berkisar Rp Rp per bulan. 3 Adanya perbedaan tingkat upah pekerja baik sektor informal maupun formal di dalam negeri dan di luar negeri inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) bahwa pengiriman TKI ke luar negeri berkisar orang pekerja per bulan. Tenaga kerja Indonesia tersebut dikirimkan ke 29 negara yang tersebar di seluruh dunia. Namun proporsi pengiriman TKI tersebut lebih banyak di wilayah Asia. Wilayah pengiriman TKI 3 [o1 Desember 2009]

20 4 di Asia yaitu meliputi Malaysia, Singapura, Taiwan, Korea, Brunei Darussalam, dan Asia Barat. Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) melaporkan bahwa sampai dengan bulan Juni 2010 penyaluran TKI terbesar adalah ke kawasan Asia yaitu sebesar 58,1 persen. Proporsi pengiriman TKI terbesar adalah pengiriman TKI ke Malaysia sebesar 1,9 juta orang TKI. Sumber : BNP2TKI, 2010 Gambar 1. 1 Jumlah TKI di Wilayah Asia Pada Tahun 2011 Jumlah pengiriman TKI tersebut sangatlah besar jika dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Taiwan, Hongkong dan Singapura yang masingmasing sebesar 182 ribu orang, 167 ribu orang dan 132 ribu orang TKI. Sedangkan untuk penyebaran negara tujuan TKI lainnya yaitu meliputi daerah Eropa dan Timur Tengah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Nasional Perlindungan dan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) tahun 2010, bahwa proporsi jumlah TKI berdasarkan katagori jenis pekerjaan yang paling mendominasi adalah pekerjaan informal yaitu sebesar 65,9 persen yang kemudian diikuti dengan tenaga kerja formal sebesar 30,3 persen dan terakhir tenaga kerja profesional

21 5 sebesar 3,8 persen. Rendahnya proporsi pengiriman tenaga kerja professional tersebut dikarenakan sangat minimnya tenaga ahli atau tenaga kerja profesional yang dimiliki oleh Indonesia mengingat angka pendidikan di Indonesia khususnya pedesaan yang belum terlalu pesat jika dibandingkan negara asing lainnya. Berdasarkan data Susenas (Survei Sensus Nasional) yang dilakukan oleh BPS pada tahun 2002 sampai dengan tahun 2004 bahwa angka melek huruf di Indonesia telah mencapai lebih dari 90 persen namun tingkat pendidikan tertinggi (TPT) di Indonesia didominasi oleh lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu sebanyak penduduk dan penduduk yang tidak beijazah yaitu sebanyak penduduk. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa angka melek huruf di Indonesia yang terbilang tinggi namun tidak diimbangi dengan adanya tenaga kerja yang terdidik sehingga jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor profesional di luar negeri sangatlah minim. Tingginya pengiriman TKI ke luar negeri memberikan dampak positif terhadap cadangan devisa Indonesia. Jumlah cadangan devisa Indonesia meningkat salah satunya disebabkan oleh remittance yang dikirimkan oleh para TKI untuk keluarga mereka di dalam negeri. Remittance atau remitansi nasional tersebut sebagian besar mengalir pada sektor rumah tangga kemudian sebagian kecil lainnya mengalir pada perusahaan, bank sentral dan pemerintah (Bank Indonesia, 2005). Dengan mengalirmya remittance tersebut ke daerah pedesaan dapat mendorong kehidupan perekonomian di daerah pedesaan sehingga terciptalah pertumbuhan ekonomi pedesaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia bahwa total remittance nasional pada tahun 2005 mencapai Rp dan jumlah remittance yang mengalir ke sektor rumah tangga

22 6 adalah Rp Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa remittance yang mengalir ke Indonesia langsung ditujukan atau dikirimkan kepada keluarga dari para tenaga kerja Indonesia yang berada di Indonesia yang pada umumnya berada di daerah pedesaan. Kebijakan moratorium yang dilakukan pemerintah sejak bulan Agustus 2009 ke beberapa negara tujuan TKI di wilayah Asia seperti Malaysia telah memberikan dampak terhadap remittance. Menurut Kepala Biro Humas Bank Indonesia 4, remittance selama tahun 2009 relatif tidak berubah dari tahun-tahun sebelumnya dan hanya di topang oleh kenaikan gaji TKI di beberapa negara Timur Tengah dan negara Asia. Kenaikan gaji tersebut terjadi akibat penyesuaian gaji yang terus diupayakan oleh BNP2TKI terhadap negara-negara yang menjadi negara tujuan TKI. Penyesuaian gaji yang diupayakan oleh BNP2TKI tersebut dilakukan oleh BNP2TKI dalam meningkatkan kesejahteraan para TKI yang bekerja di luar negeri. 1.2 Perumusan Masalah Penerapan kebijakan moratorium yang ditetapkan pemerintah sejak bulan Agustus tahun 2009 ditujukan untuk melindungi para TKI yang bekerja di luar negeri. Mengingat aksi kekerasan serta pelanggaran Hak Azazi Manusia (HAM) yang sering kali diterima para TKI di luar negeri, maka Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi yang dibantu oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) memberlakukan kebijakan untuk membatasi jumlah pengiriman tenaga kerja informal ke negara-negara yang 4 BI: Pengiriman TKI turun jumlah remittance stagnan[14 Mei 2010]

23 7 menjadi tujuan TKI. Kebijakan pembatasan jumlah tenaga kerja informal ini dilakukan sampai dengan batas waktu yang tidak dapat ditentukan. Hal ini dikarenakan pemeritah menunggu adanya nota kesepakatan (Memorandum Of Understanding) yang diajukan oleh pemerintah Indonesia dengan negara-negara yang menjadi tujuan dari para TKI agar tenaga kerja informal asal Indonesia diberikan waktu kerja yang jelas serta jaminan hukum yang lebih baik di negara tujuan agar aksi kekerasan yang merugikan TKI tidak terulang kembali. Jumlah tenaga kerja Indonesia yang dikirimkan ke luar negeri meningkat setiap tahunnya namun peningkatan tenaga kerja tersebut mulai terhambat dengan adanya pembatasan tenaga kerja informal ke luar negeri. Adanya pembatasan jumlah tenaga kerja keluar negeri tentu akan memberikan dampak terhadap aliran dana remittance ke Indonesia. Peningkatan jumlah aliran dana remittance dari tahun ke tahun cenderung melambat dan hanya ditopang dari adanya penyesuaian upah TKI semenjak diterapkannya kebijakan moratorium tenaga kerja informal ke luar negeri. Remittance TKI ini mendapat perhatian yang besar dari pemerintah dikarenakan remittance mampu memberikan devisa yang besar namun paling efisien dibandingkan penghasil devisa negara lainnya. Berdasarkan pemaparan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kontribusi TKI terhadap devisa Indonesia dan sebaran TKI berdasarkan lokasi negara tujuan? 2. Bagaimanakah dampak pembatasan TKI informal terhadap perekonomian indonesia, dilihat dari total pendapatan negara, distribusi aliran dana remittance dan keterkaitan terhadap sektor rumah tangga?

24 8 3. Bagaimanakah dampak penerapan opsi kebijakan kompensasi dan moratorium yang dilakukan oleh pemerintah? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan telah diuraikan diatas, tujuan dari dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis kontribusi Tenaga Kerja Indonesia yang dikirim ke luar negeri terhadap devisa dan sebaran TKI berdasarkan lokasi negara tujuan. 2. Menganalisis dampak penerapan pembatasan tenaga kerja informal terhadap total output negara serta keterkaitan antar sektor lainnya. 3. Menganalisis dampak dari penerapan opsi kebijakan kompensasi serta penerapan kebijakan pembatasan TKI yang diberikan oleh pemerintah terhadap sektor rumah tangga. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif serta manfaat bagi pihak yang terkait diantaranya: 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk mengimplementasikan ilmu yang didapat selama masa perkuliahan. 2. Bagi Akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kebijakan pembatasan tenaga kerja informal Indonesia terhadap aliran dana remittance ke Indonesia.

25 9 3. Bagi Pemerintah, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk penerapan kebijakan yang akan diterapkan. Serta sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan terkait dengan pembatasan pengiriman tenaga kerja informal ke luar negeri. 4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai pengaruh kebijakan pembatasan tenaga kerja informal terhadap aliran dana remittance ke Indonesia. 1.5 Ruang Lingkup Fokus penelitian ini adalah menganalisis penerapan kebijakan pembatasan tenaga kerja informal terhadap aliran dana remittance serta implikasinya terhadap perekonomian Indonesia. Dalam penelitian ini juga akan disimulasikan beberapa kebijakan kompensasi untuk mencegah terjadinya permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia. Kemudian juga melihat hubungan aliran dana remittance terhadap aktivitas produksi, institusi dan faktor produksi. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang didapatkan dari Bank Indonesia, Badan Pusat Statistika (BPS), Departemen Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Depnakertrans), Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) serta sumber data lainnya. Dalam pengolahan data penelitian ini menggunakan metode FSAM (Financial Social Accounting Matrix). FSAM ini memilki nama lain SNSEF (Sistem Neraca Sosial Accounting Matrix Financial). Proses pembentukan SNSEF 2005 ini menggunakan data dari SNSE pada tahun 2000.

26 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Definisi Tenaga Kerja Indonesia Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas (lihat hasil Sensus Penduduk 1971, 1980 dan 1990). Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih (BPS, 2011). Berdasarkan deifinisi tersebut, maka tenaga kerja dapat di persempit maknanya menjadi tenaga kerja di suatu wilayah tertentu atau suatu negara. Maka Tenaga Kerja Indonesia adalah seluruh penduduk yang berada dalam usia kerja serta berpotensi dalam memproduksi barang dan jasa, baik yang sedang bekerja di dalam negeri maupun penduduk yang bekerja di luar negeri serta bekerja di sektor formal maupun informal. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.23/MEN/XII/2008 tentang Asuransi Tenaga Kerja Indonesia pada Pasal 1 dapat mendefinisikan pengertian dari TKI. Pada ayat ke-1 yang berbunyi calon Tenaga Kerja Indonesia, yang selanjutnya disebut calon TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan. Kemudian pada ayat ke-2 tenaga kerja Indonesia, yang selanjutnya disebut TKI adalah setiap warga negara

27 11 Indonesia yang memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Berdasarkan peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi tersebut, sangat jelas terlihat bahwa TKI merupakan perkerjaan yang baik dan dapat mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Namun, istilah TKI seringkali dikonotasikan sebagai pekerja kasar. Sedangkan nama lain dari TKI perempuan yang bekerja pada sektor informal di luar negeri sering kali disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW). Sebagian besar tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri bergerak di sektor informal, hal ini mengingat bahwa tingginya jumlah populasi penduduk di Indonesia namun tidak diimbangi oleh pemerataan pendidikan khususnya bagi masyarakat pedesaan. Padahal masyarakat pedesaan inilah yang banyak menjadi tenaga kerja migrant ke luar negeri atau lebih dikenal dengan TKI. Terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh para TKI informal tersebut memicu terjadinya berbagai aksi kekerasan yang terjadi di luar negeri. Selain itu keadaan TKI diperburuk dengan minimnya kebijakan perlindungan hukum yang lebih baik di negara tujuan. Klasifikasi tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu tenaga kerja formal, tenaga kerja informal dan tenaga kerja profesional. Pengklasifikasian TKI tersebut sangat diperlukan pada saat pengiriman tenaga kerja ke luar negeri yang biasa dilakukan oleh Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Berdasarkan klasifikasi TKI tersebut, tenaga kerja kerja formal dan tenaga kerja profesionalah yang memiliki jaminan HAM serta kepastian upah yang jauh lebih baik bila dibandingakan dengan tenaga kerja informal. Namun terlepas dari

28 12 pengklasifikasian tenaga kerja tersebut, seluruh tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri sangatlah berjasa besar bagi peningkatan jumlah devisa negara kita dari tahun ke tahun Kurva Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja (Supply-Demand Labour Model) Permintaan tenaga kerja memiliki kemiringan yang negatif dari kiri atas ke kanan bawah. Kurva permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan (derived demand) dari kurva permintaan di pasar produk (Priyarsono, 2007). Bentuk kurva permintaan tersebut bergantung pada MRP (Marginal Revenue Product) dari output terhadap input tenaga kerja dalam proses produksi. Marginal Revenue Product adalah tambahan penerimaan yang diperoleh perusahaan ketika perusahaan meningkatkan outputnya sebesar satu unit. Tambahan output yang diproduksi oleh perusahaan menyebabkan tambahan penerimaan maka perusahaan akan memutuskan menambah jumlah outputnya. Untuk tingkat modal dan harga output tertentu, marginal produk tenaga kerja (MPL) akan turun ketika jumlah pekerja meningkat yang digunakan oleh perusahaan semakin meningkat. Fenomena ini dalam teori mikro ekonomi dikenal dengan The Law Diminishing Marginal Productivity. Sebagai akibatnya kurva permintaan tenaga kerja berbentuk miring ke kanan bawah seperti pada (Gambar 2.1) Marginal produk tenaga kerja (MPL) adalah tambahan output yang diperoleh oleh perusahaan ketika perusahaan menambah satu unit tenaga kerja. Posisi dari kurva permintaan tenaga kerja dapat berubah (ke kiri atas ataupun ke kanan bawah). Arah pergeseran tersebut bergantung pada tingkat kapital yang digunakan dan harga

29 13 output (P) yang terjadi di pasar. Kaitan antara harga output dengan pergeseran kurva permintaan tenaga kerja adalah apabila harga output di pasar meningkat maka kurva permintaan tenaga kerja akan bergeser ke kanan. Sebaliknya, jika harga output di pasar turun maka kurva permintaan tenaga kerja bergeser ke kiri. W (upah) VMPP L = D L = MPPL X L D (L) = MPL Sumber : Mc Cann, (2001:176) Gambar 2. 1 Kurva Permintaan Tenaga Kerja Pada (Gambar 2.1) fungsi permintaan tenaga kerja dilambangkan dengan (DL) dimana memiliki nilai yang sama dengan Value Marginal Physical Product Labour (VMPPL) yang merupakan nilai marginal tenaga kerja. VMPPL diperoleh dari hasi perkalian antara MPPL (Marginal Physical Product) dengan L (labour). Penawaran tenaga kerja memiliki kemiringan yang positif, dimana kurva penawaran tenaga kerja sekaligus menggambarkan tingkat upah riil. Hal ini didasarkan pada dual decision hypothesis (Clower, 1965). Berdasarkan hipotesis tersebut para tenaga kerja akan menggunakan kriteria tingkat upah riil dalam menentukan jumlah jam kerja yang ditawarkan, tingkat upah yang mereka inginkan dan jumlah barang dan jasa yang akan dikonsumsi. Untuk memahami dual decision hypothesis dapat dijelaskan menggunakan bantuan (Gambar 2.2) L

30 14 Berdasarkan (Gambar 2.2) diasumsikan bahwa individu mengkonsumsi dua jenis barang berdasarkan kegunaannya, yakni waktu luang dan barang/jasa dalam satu minggu yang digunakan untuk waktu luang (bersantai, berekreasi, atau kegiatan lainnya yang bertujuan untuk bersenang-senang), sedangkan sumbu horizontal menggambarkan jumlah barang/jasa yang ingin dikonsumsi oleh pekerja I. Jumlah minimum jam yang digunakan untuk waktu luang adalah sebesar minimum untuk waktu luang yang dapat dikonsumsi H, sedangkan jumlah jam kerja yang dimiliki oleh rumah tangga terletak di titik F. Dengan demikian, jumlah total jam yang digunakan oleh pekerja untuk bekerja per minggu adalah sebesar F H. Berdasarkan kerangka kerja diatas dapat digunakan teori garis anggaran dan kurva indiveren untuk memahami hubungan penawaran tenaga kerja dengan harga tenaga kerja. F C U1 U2 WAKTU KERJA L L L U3 S(L) H C L1 L2 L3 Jumlah barang yang dikonsumsi oleh individual ( I Sumber : McCann, (2001: 177) Gambar 2. 2 Kurva Penawaran Tenaga Kerja

31 15 Dengan penggabungan kedua prinsip permintaan dan penawaran tenaga kerja, sehingga dapat dibangun model dasar pasar tenaga kerja seperti pada (Gambar 2.3) Pada gambar tersebut terlihat bahwa di pasar tenaga kerja upah riil terdapat pada sumbu vertikal sedangkan jumlah pekerja digambarkan pada sumbu horizontal. Kurva permintaan yang memiliki kemiringan yang negatif dilambangkan dengan D sedangkan kurva penawaran yang memiliki kemiringan negatif dilambangkan dengan S (L). Pada (Gambar 2.2) keseimbangan tercapai pada saat tingkat upah riil sebesar w* pada posisi tersebut jumlah tenaga kerja yang diminta sama dengan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan (L*). Dalam kerangka neoklasik tingkat pekerja sebesar (L*) menunjukkan kondisi full employment pada tingkat upah yang berlaku di pasar. Pada kondisi tersebut tidak ada pengangguran yang terpaksa (involuntary unemployment) karena angkatan keja yang tidak bekerja merupakan perbedaan antara populasi total T dengan tingkat pekerja (L*) merupakan orang-orang yang menganggur secara sukarela. W S (L) W* D (L) L* L Sumber : Mc Cann, (2001:179) Gambar 2. 3 Model Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

32 Model Wage Narrowing and Efficiency Gains Model Wage Narrowing and Efficiency Gains merupakan suatu model dalam ekonomi ketenagakerjaan yang menggambarkan kombinasi pasar tenaga kerja antar dua negara yang berbeda, namun adanya perbedaan tingkat upah antara kedua negara tersebut menyebabkan terjadinya migrasi dari negara dengan tingkat upah yang rendah ke negara yang memiliki tingkat upah yang lebih tinggi. Sebagai contoh masalahnya adalah kasus migrasi tenaga kerja Indonesia ke luar negeri sebagai TKI. Tenaga kerja Indonesia melakukan migrasi sebagai tenaga kerja di luar negeri dikarenakan tingkat upah di Indonesia lebih rendah jika dibandingkan dengan negara lainnya yang menjadi negara tujuan TKI. Bila kita ambil tingkat upah tenaga kerja informal di Indonesia pada tahun 2009 yaitu berkisar antara Rp sampai dengan Rp dan apabila dibandingkan dengan upah tenaga kerja informal di negara tujuan TKI seperti Arab Saudi dimana tenaga kerja informal di negara tersebut mendapatkan tingkat upah lebih kurang Rp pada tahun 2003 padahal pemerintah Arab saudi telah meningkatkan upah para buruh migran sejak tahun 2007 sebanyak 33 persen dari upah sebelumnya. Hal ini tentu saja sangatlah signifikan perbedaannya jika dibandingkan dengan tenaga kerja dari Indonesia. Tingginya tingkat upah di luar negeri inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya migrasi tenaga kerja dari dalam negeri ke luar negeri.

33 17 Wage W b Wage W g c We Wm m i j e Negara A (Malaysia) f Quantity of labour k l Negara B (Indonesia) Quantity of Labour Sumber : Borjas, 1996 Gambar 2. 4 Wage Narrowing and Efficiency Gains Dengan adanya perbedaan tingkat upah di negara A dan di negara B yaitu sesuai dengan (Gambar 2.4), negara A merupakan negara dengan pendapatan tinggi seperti Malaysia sedangkan negara B merupakan negara dengan pendapatan yang rendah seperti Indonesia. Berdasarkan grafik tersebut dapat dijelaskan bahwa migrasi tenaga kerja terjadi karena rendahnya upah. Tenaga kerja yang berada pada Indonesia dimana negara tersebut memiliki tingkat upah yang rendah akan melakukan migrasi ke negara di Malaysia dimana tingkat upah di negara tersebut lebih tinggi dibandingkan di Indonesia. Dengan adanya perpindahan tenaga kerja dari negara yang berupah rendah ke negara yang berupah tinggi akan menyebabkan meningkatnya output domestik negara yang berupah rendah. Namun dengan adanya perpindahan tenaga kerja tersebut akan menurunkan upah rata-rata di negara yang memiliki tingkat upah tinggi dan hal ini akan menimbulkan efek yang berkebalikan di negara yang berupah rendah.

34 18 Berdasarkan (Gambar 2.3), huruf ebcf merupakan keuntungan output pada negara yang berupah tinggi (Malaysia) akan melebihi kekurangan pada huruf kijl pada negara yang berupah rendah (Indonesia). Sehingga nilai kombinasi output dari dua negara tersebut akan meningkat Definisi Remittance Remittance adalah jasa pengiriman uang atau penerimaan oleh pekerja di luar negeri dengan negara asalnya 5. Beberapa negara berkembang termasuk Indonesia mendapatkan ekses positif terhadap perekonomiannya dari aktivitas remittance ini. Negara-negara di Afrika dan Asia mendapatkan proporsi yang cukup besar dalam GNP nya dari aktivitas remittance. Remittance dapat disebut sebagai pendapatan non operasional bagi bank. Remittance merupakan tranfer atau kiriman uang dari luar negeri 6. Remittance dapat dibedakan menjadi dua yaitu transfer atau kiriman uang dari luar negeri (inward remittance) dan tranfer atau kiriman uang dari dalam negeri keluar negeri (outward remittance). Berdasarkan data yang diperoleh dari World Bank, remittance menjadi aliran masuk keuangan di posisi kedua setelah dana bantuan dari luar negeri. Bank Dunia memperkirakan pada tahun 2006 tercapai angka US$250 miliar remittance ke negara-negara berkembang. Remittance adalah dana yang dibawa masuk oleh pekerja migrant ke negaranya asalnya. Remittance merupakan salah satu sumber daya ekonomi yang paling besar bagi negara, terutama negara berkembang atau negara dunia ketiga. Menurut World Bank, remittance merupakan penghasilan 5 [13 Maret 2011] 6 Remittance TKI Sumber Pendapatan Non operasional Perbankan [21 Januari 2011]

35 19 terbesar kedua negara-negara berkembang. Oleh karena itu, tingkat kemiskinan di sebuah negara dapat menurun dengan adanya remittance. Banyaknya fakta-fakta yang menyatakan bahwa dengan menghabiskan aliran dana remittance mengeluarkan kemiskinan dan kurangnya kesempatan investor dari pendatang migrant. Pada umumnya remittance dikonsumsi setiap harinnya oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya ataupun untuk konsumsi lainnya. Johnshon dan Whitelaw (1970) mengatakan bahwa 96 persen remittance dihabiskan untuk membantu keluarga dan teman-teman terdekat, 12 persen untuk keperluan sekolah, dan hanya 3,6 persen untuk investasi pertanian (Connell, 1976). Berdasarkan studi tersebut dinyatakan bahwa sebagian besar remittance hanya digunakan untuk keperluan konsumsi sedangkan untuk keperluan investasi tidak mencapai 10 persen dari keseluruhan alokasi dana. Menurut ekonom Bank Dunia (2009), Dominique van der Mensbrugghe berdasarkan survey menunjukkan bahwa remittance menurunkan jumlah kemiskinan rumah tangga di dunia 7. Selain itu menurut Word Bank pada akhir tahun 2006, diketahui jumlah remittance mencapai hampir US$250 miliar sehingga terjadi peningkatan sekitar 40 persen dari tahun sebelumnya sekitar US$167 miliar. Diperkirakan bahwa jumlah remittance akan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa remittance akan membawa pengaruh luas baik bagi penerima dana tersebut maupun keluarga pekerja migran. 7 [01 Maret 2009]

36 Definisi kompensasi (Compensation) Menurut seorang ahli ekonomi Andrew F. Sikula (1990) mengatakan pengertian dari kompensasi adalah A compensation is anything that constitutes or is regarded as an equivalent or recompense (Hasibuan, 2000). Dengan kata lain kompensasi adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap sebagai suatu balas jasa atau sejenisnya kepada suatu lembaga atau suatu negara. Menurut ahli lainnya yaitu menurut Edwin B. Flippo kompensasi adalah Wages is defined as the adequate and equitable enumeration of personnel for their constribution to organizational objectives (Hasibuan, 2000). Dengan kata lain upah atau imbalan yang didefinisikan sebagai balas jasa yang adil dan layak diberikan kepada para pekerja atas jasanya dalam mencapai tujuan organisasi. Kompensasi dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu (1) imbalan ekstrinsik dan (2) imbalan intrinsik. Imbalan ekstrinsik dapat dibedakan menjadi dua. Imbalan ekstrinsik adalah imbalan yang diberikan kepada sebuah organisasi, lembaga, pekerja yaitu baik berupa sejumlah uang maupun imbalan ekstrinsik berupa benefit atau tunjangan pelengkap. Imbalan ekstrinsik yang berupa sejumlah uang meliputi gaji, upah, honor, bonus, insentif, komisi dll. Sedangkan untuk imbalan ekstrinsik berupa benefit meliputi uang cuti, uang makan, uang transportasi, uang pensiun, rekreasi, beasiswa, jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK). Imbalan intrinsik adalah imbalan yang dapat diterima oleh pekerja namun tidak berbentuk fisik dan hanya dapat dirasakan berupa kelangsungan pekerjaan, jenjang karir yang jelas, kondisi lingkungan kerja yang baik bagi pekerja, serta pekerjaan yang menarik bagi pekerja.

37 Financial Social Accounting Matrix (FSAM) Social Accounting Matrix (SAM) dalam terminologi Indonesia disebut sebagai Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE). SNSE merupakan salah satu perangkat data ekonomi makro yang dapat mengukur masalah pemerataan pendapatan, sebagai salah satu indikator kesejahteraan masyarakat (BPS, 2008). SNSE tidak saja mampu menggambarkan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat tetapi juga mampu menggambarkan keterkaitan antar variabel-variabel ekonomi dan sosial tersebut (BPS, 2005). Social Accounting Matrix ini pertama kali diperkenalkan oleh Richard Stone dari Cambridge University of England. Pemikirannya tersebut bermula dari dua distribusi pendapatan lain yaitu distribusi pendapatan rumah tangga dan pendapatan faktorial yang tidak dapat dijelaskan dengan baik menggunakan metode I-O. Untuk melengkapai kekurangan model I-O tersebut akhirnya dikembangkan sebuah model keseimbangan umum lainnya yaitu Social Accounting Matrix (SAM). SNSE adalah suatu sistem data yang memuat data-data sosial dan ekonomi dalam suatu perekonomian (Thorbecke, 1988). Sedangkan menurut Pyatt dan Round (1988) SAM merupakan suatu kerangka data yang bersifat keseimbangan umum (general equilibrium) yang dapat menggambarkan perekonomian secara menyeluruh dan dapat menghubungkan berbagai aspek sosial dan ekonomi dalam negara yang bersangkutan. Dalam pembuatan SAM, sumber-sumber datanya berasal dari tabel I-O, statistik pendapatan nasional, serta ststistik pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Oleh sebab itulah SAM terlihat lebih lengkap jika dibandingkan dengan tabel input-output dan statistik pendapatan nasional dengan menunjukkan berbagai transaksi dalam suatu perekonomian. Jika dibandingkan

PENERAPAN KEBIJAKAN PEMBATASAN JUMLAH TKI INFORMAL TERHADAP REMITTANCE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : PENDEKATAN FSAM

PENERAPAN KEBIJAKAN PEMBATASAN JUMLAH TKI INFORMAL TERHADAP REMITTANCE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : PENDEKATAN FSAM i PENERAPAN KEBIJAKAN PEMBATASAN JUMLAH TKI INFORMAL TERHADAP REMITTANCE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : PENDEKATAN FSAM OLEH MEDITIARI WIKAN DIANNINGTYAS H14070069 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi penduduk yang sangat besar, hal ini terlihat dari jumlah penduduk yang menduduki peringkat ke empat di dunia dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun Jenis data 38 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data tabel FSNSE pada tahun 2005. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Definisi Tenaga Kerja Indonesia Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H

ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H ANALISIS PERANAN USAHA KECIL DAN MENENGAH SEKTOR INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH ANGGI DESTRIA H14050283 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010, sebanyak 237.641.326

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan

VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan 300 VIII. SIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi dan simulasi kebijakan peramalan tentang dampak kebijakan migrasi terhadap pasar kerja dan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS ENERGI INDUSTRI MENENGAH-BESAR INDONESIA OLEH HARRY GUSTARA PAMBUDI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS ENERGI INDUSTRI MENENGAH-BESAR INDONESIA OLEH HARRY GUSTARA PAMBUDI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS ENERGI INDUSTRI MENENGAH-BESAR INDONESIA OLEH HARRY GUSTARA PAMBUDI H14054200 DEPERTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA

ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA ANALISIS KENAIKAN EKSPOR DI SEKTOR PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA OLEH APSARI DIANING BAWONO H14103060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA OLEH SITI ADELIANI H14103073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi 131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN RUMAH TANGGA MENJADI MISKIN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 OLEH MASFUFAH H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN RUMAH TANGGA MENJADI MISKIN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 OLEH MASFUFAH H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN RUMAH TANGGA MENJADI MISKIN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008 OLEH MASFUFAH H14094010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara dan memiliki peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H14053044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H

IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H IDENTIFIKASI DAN PERAN SEKTOR UNGGULAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH GITA IRINA ARIEF H14050032 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini akan menganalisis dampak dari injeksi pengeluaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada sektor komunikasi terhadap perekonomian secara agregat melalui sektor-sektor

Lebih terperinci

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. RINGKASAN RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. Negara Indonesia mempunyai kandungan sumberdaya alam berlimpah salah

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN PENGURANGAN PENGANGGURAN DI INDONESIA 1976 2006 OLEH ARDIANTI NIKEN MUSLIKHAH H 14104067 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) OLEH BUDI KURNIAWAN H14094019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangan akan faktor tenaga kerja, negara berkembang membutuhkan tenaga kerja ahli dengan kemampuan khusus, dim

Setiap negara memiliki kelebihan dan kekurangan akan faktor tenaga kerja, negara berkembang membutuhkan tenaga kerja ahli dengan kemampuan khusus, dim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antara negara adalah bentuk dari perdamaian dunia, negaranegara melakukan hubungan kerjasama satu sama lain demi memenuhi kepentingan nasional masing-masing

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H

PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE Penerapan Analisis Shift-Share. Oleh MAHILA H PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN KARAWANG PERIODE 1993-2005 Penerapan Analisis Shift-Share Oleh MAHILA H14101003 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output)

ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output) ANALISIS KETERKAITAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP SEKTOR-SEKTOR LAIN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA (Analisis Input Output) OLEH BUDI PRATAMA H14053285 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

Boks 1 Hasil Survei Nasional Pola Remitansi TKI di Nusa Tenggara Barat

Boks 1 Hasil Survei Nasional Pola Remitansi TKI di Nusa Tenggara Barat Boks 1 Hasil Survei Nasional Pola Remitansi TKI di Nusa Tenggara Barat Latar Belakang Tenaga Kerja Indonesia terus memberikan sumbangan yang signifikan dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). Menurut

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI DAN MENGURANGI KETIMPANGAN PENDAPATAN DI PEMERINTAH ACEH OLEH AGUS NAUFAL H14052333 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR.

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR. KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR Oleh: NUR AZMI AFIANTI A14301087 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output)

ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) ANALISIS PERANAN JASA PARIWISATA DAN SEKTOR PENDUKUNGNYA DALAM PEREKONOMIAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Analisis Input-Output) OLEH DWI PANGASTUTI UJIANI H14102028 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang

METODE PENELITIAN. menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data sekunder adalah data yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Menurut Sugiyono (2005:129) pengumpulan data dilakukan dengan berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA OLEH RONI AKMAL H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA OLEH RONI AKMAL H 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA OLEH RONI AKMAL H14103902 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H14050206 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sektor penting yang berfungsi bagi pemenuhan kebutuhan manusia yang kian hari kian bertambah. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009

KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 BADAN PUSAT STATISTIK No. 75/12/Th. XII, 1 Desember 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN INDONESIA AGUSTUS 2009 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Agustus 2009 mencapai 113,83 juta orang, bertambah 90 ribu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN UPAH MINIMUM PROPINSI (UMP) TERHADAP INVESTASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) JAWA BARAT Oleh : ROLAS TE SILALAHI A14304008 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PENAWARAN PADI DAN PERMINTAAN INPUT PADI DI INDONESIA PERIODE OLEH RENNY FITRIA SARI H

ANALISIS RESPONS PENAWARAN PADI DAN PERMINTAAN INPUT PADI DI INDONESIA PERIODE OLEH RENNY FITRIA SARI H ANALISIS RESPONS PENAWARAN PADI DAN PERMINTAAN INPUT PADI DI INDONESIA PERIODE 1969-2006 OLEH RENNY FITRIA SARI H14051387 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H

DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM TERHADAP KINERJA SEKTORAL (Analisis Tabel I-O Indonesia Tahun 2005) OLEH TRI ISDINARMIATI H14094022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 No. 62/11/13/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sumatera Barat Agustus 2017 Agustus 2017: Tingkat Pengangguran Terbuka

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H

ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H ANALISIS PENGARUH EKSPOR-IMPOR KOMODITAS PANGAN UTAMA DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN TERHADAP NERACA PERDAGANGAN INDONESIA OLEH Y U S U F H14103064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONES SIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWA ARAN OLEH I MADE SANJAYA H14053726 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PROYEKSI

Lebih terperinci

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H

DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H DAMPAK OTONOMI DAERAH TERHADAP PEMEKARAN PROVINSI BANTEN OLEH CITRA MULIANTY NAZARA H14102010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN CITRA MULIANTY

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN UPAH MINIMUM TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Danny Nur Febrianica 115020107111012 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H14051312 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN 2013 Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014 Statistik Dasar UU NO. 16 TAHUN 1997 (TENTANG STATISTIK) Statistik yang pemanfaatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi Junaidi, Junaidi; Z,Zulfanetti; Hardiani, Hardiani ABSTRAK Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi ketenaga kerjaan di Provinsi Jambi yang mencakup

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI SULAWESI BARAT KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS No. 69/11/76/Th.X, 7 November AGUSTUS : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SULAWESI BARAT SEBESAR 3,33 PERSEN Penduduk usia kerja di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H

PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H PERCOBAAN EKONOMI UNTUK MENGKAJI KINERJA SISTEM PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL OLEH IKA SARI WIDAYANTI H14103029 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA ASURANSI PENDIDIKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH DENGAN SIMULASI PERCOBAAN EKONOMI OLEH NILAM PUTRI H

KAJIAN KINERJA ASURANSI PENDIDIKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH DENGAN SIMULASI PERCOBAAN EKONOMI OLEH NILAM PUTRI H KAJIAN KINERJA ASURANSI PENDIDIKAN KONVENSIONAL DAN SYARIAH DENGAN SIMULASI PERCOBAAN EKONOMI OLEH NILAM PUTRI H14104004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF PEKERJA OLEH DILA VINDAYANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF PEKERJA OLEH DILA VINDAYANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA DARI PERSPEKTIF PEKERJA OLEH DILA VINDAYANI H14104123 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H14102044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SARI SAFITRI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H

STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H STUDI KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI PERAH RAKYAT DI WILAYAH KABUPATEN BOGOR OLEH AGITA KIRANA PUTRI H14104071 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja

Lebih terperinci

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT FEBRUARI 2017 Angkatan kerja pada Februari 2017 sebanyak 22,64 juta orang, naik sekitar 0,46 juta orang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian ini diambil acuan dari penelitian terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL

TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL TUGAS AKHIR SEMESTER GANJIL PERLINDUNGAN BURUH MIGRAN SESUAI AMANAT SILA KEDUA PANCASILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB Oleh : Nama : Aula Datun Nafi ah NIM : 11.02.8064 Kelompok : A Program Studi :

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H14102059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kebijakan Revitalisasi Perkeretaapian Terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi.

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Kebijakan Revitalisasi Perkeretaapian Terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi. BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Kebijakan Revitalisasi Perkeretaapian Terhadap Pendapatan Faktor Produksi, Institusi, dan Sektor Produksi. Sub bab ini akan membahas tentang analisis hasil terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENERIMAAN DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA PROVINSI DI INDONESIA. Oleh Noviyani H

HUBUNGAN PENERIMAAN DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA PROVINSI DI INDONESIA. Oleh Noviyani H HUBUNGAN PENERIMAAN DENGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA PROVINSI DI INDONESIA Oleh Noviyani H14103053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H

ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H ANALISIS BANK LENDING CHANNEL DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA OLEH DESY ANDRIYANI H14103010 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 74/11/35/Th. XIV, 7 November 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,21 PERSEN Jumlah angkatan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 78//35/Th. XIII, 5 November 05 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 05 AGUSTUS 05: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,47 PERSEN Jumlah angkatan kerja di

Lebih terperinci

ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARIF RAHMAN H

ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARIF RAHMAN H ANALISIS EKSISTENSI PERSISTENSI PENGANGGURAN DI INDONESIA OLEH ARIF RAHMAN H14104062 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN ARIF RAHMAN. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan kemampuan menciptakan lapangan kerja sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI Oleh YORI AKMAL A14302024 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE 1971-2006 OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H14050232 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.32/05/64/Th.XVIII, 5 Mei 2015 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR FEBRUARI 2015 *) Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2015 mencapai 1,65 juta orang yang

Lebih terperinci

ANALISIS PEREKONOMIAN DAN POTENSI WILAYAH PASCA PEMEKARAN KABUPATEN KUTAI OLEH YOGI ANDI WIBOWO H

ANALISIS PEREKONOMIAN DAN POTENSI WILAYAH PASCA PEMEKARAN KABUPATEN KUTAI OLEH YOGI ANDI WIBOWO H ANALISIS PEREKONOMIAN DAN POTENSI WILAYAH PASCA PEMEKARAN KABUPATEN KUTAI OLEH YOGI ANDI WIBOWO H14052630 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PRA DAN PASCA OTONOMI DAERAH DI PROPINSI DKI JAKARTA ( ) OLEH ESTI FITRI LESTARI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PRA DAN PASCA OTONOMI DAERAH DI PROPINSI DKI JAKARTA ( ) OLEH ESTI FITRI LESTARI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PRA DAN PASCA OTONOMI DAERAH DI PROPINSI DKI JAKARTA (1996-2004) OLEH ESTI FITRI LESTARI H14102060 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) merupakan bukti bahwa pemerintah belum mampu mengatasi masalah pengangguran di dalam negeri. Fenomena ini tampil sebagai solusi

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci