PENGEMBANGAN KONTRAK KERJA SAMA PENGELOLAAN SUMUR TUA DI INDONESIA. Oleh : Rizky Sulaksono*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN KONTRAK KERJA SAMA PENGELOLAAN SUMUR TUA DI INDONESIA. Oleh : Rizky Sulaksono*"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN KONTRAK KERJA SAMA PENGELOLAAN SUMUR TUA DI INDONESIA Oleh : Rizky Sulaksono* Sari Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 01 Tahun 2008, yang dimaksud dengan sumur tua adalah sumur-sumur minyak bumi yang dibor sebelum tahun 1970 dan pernah diproduksikan serta terletak pada lapangan yang tidak diusahakan pada suatu wilayah kerja yang terikat Kontrak Kerja Sama dan tidak diusahakan lagi oleh Kontraktor. Sumur tua ini sekarang menjadi ekonomis akibat harga minyak yang melambung tinggi. Sumur-sumur tua di Indonesia terdapat kurang lebih sumur, antara lain 3623 sumur berada di Sumatera bagian selatan, 3143 sumur di Kalimantan Timur, 2496 sumur di Jawa Tengah, Timur, dan Madura, 2392 sumur di Sumatera bagian utara, 1633 sumur di Sumatera bagian tengah, 100 sumur di Kalimantan bagian selatan, 208 sumur berada di Papua dan sebanyak 229 sumur di Seram. Sumur tua dapat diusahakan oleh atas ketentuan-ketentuan yang berlaku. Model kontrak kerja sama yang digunakan adalah Cost & dan Bagi Hasil. Cost & yaitu Kontraktor memberikan fee sebagai imbalan kepada per barrel. Sedangkan Kontrak Bagi Hasil, share contractor yang telah di-split dengan Pemerintah di-split kembali untuk dan Kontraktor segala operation cost dibebankan ke Kontraktor sebagai operation cost Kontraktor. dan share sangat mempengaruhi tingkat keekonomisan sumur tua tersebut sehingga harus diketahui fee minimum dan share minimum yang mesti diberikan kepada. Kata kunci : Peraturan Menteri ESDM No. 01 Tahun 2008, Cost and, PSC, usaha sumur tua Abstract According to Minister Regulation of Energy and Mineral Resources No. 01 Year 2008, old well is wells which are drilled before 1970 and ever produced in the working area of cooperation contract and not produced anymore by the contractor. Old wells nowadays become valuable because the crude oil price is high. Old wells in Indonesia are about wells, they are 3623 wells ini south of Sumatera, 1633 wells ini middle of Sumatera, 2392 wells ini north of Sumatera, 3143 wells in east of Kalimantan, 100 wells in south of Kalimantan, 2496 wells ini middle, east of Java, Madura, 208 wells ini Papua and 229 wells in Seram. The old wells are produced by based on term of agreements. Cooperation contract which is used is Cost & model and Sharing Mode. In the Cost & model, Contractor pay fee to for producing oils. And for Sharing Model, Contractor share that is after splitted with Government that splitted again for revenue and Contractor revenue and all operation cost of become operation cost of Contractor. and share of are impacting the economic value of old well, therefore must know the minimum fee and minimum share to be given to. Keywords : Minister Regulation of Energy and Mineral Resources No. 01 Year 2008, Cost and, PSC, old well business *)Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Institut Teknologi Bandung PENDAHULUAN Kenaikan harga minyak yang melonjak pesat mengakibatkan minyak sangatlah berharga. Sehingga sumur-sumur tua yang tadinya ditinggalkan karena tidak ekonomis, sekarang kembali dibuka dan diproduksikan kembali karena dengan harga minyak yang tinggi sekarang ini, pengembangan sumur-sumur tua ini menjadi ekonomis. Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 03 Tahun 2008 tentang pedoman tata cara pengembalian bagian wilayah kerja yang tidak dimanfaatkan oleh kontraktor kontrak kerja sama dalam rangka peningkatan produksi minyak dan gas bumi dijelaskan bahwa kontraktor berkewajiban untuk mengembangkan setiap penemuan lapangan/struktur yang mengandung minyak dan gas bumi pada wilayah kerjanya dan atau mengusahakan kembali lapangan/struktur yang pernah diproduksikan. Dalam hal mengusahakan kembali lapangan/struktur yang pernah diproduksikan, kontraktor dapat menunjuk badan usaha atau bentuk usaha tetap lain kepada menteri untuk mengembangkan lapangan/struktur tersebut atau kontraktor mengembalikan lapangan/struktur kepada menteri. Beberapa regulasi telah dirubah berkaitan dengan pengelolaan sumur-sumur tua. Di antaranya adalah Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Rizky Sulaksono, Sem II 2007/2008 1

2 Mineral (ESDM) Nomor 01 Tahun 2008 yang menggantikan Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 1285.K/30/M.PE/1996 mengenai pedoman pengusahaan pertambangan minyak bumi pada sumur-sumur tua yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan peraturan perundang-undangan di bidang minyak dan gas bumi. Menurut Peraturan Menteri ESDM Nomor 01 Tahun 2008, sumur tua adalah sumur-sumur minyak bumi yang dibor sebelum tahun 1970 dan pernah diproduksikan serta terletak pada lapangan yang tidak diusahakan pada suatu wilayah kerja yang terikat Kontrak Kerja Sama dan tidak diusahakan lagi oleh kontraktor. Dalam hal kontraktor tidak mengusahakan lagi, KUD atau BUMD dapat mengusahakan dan memproduksikan minyak bumi dari sumur tua dengan persetujuan Menteri. Pelaksanaan usaha dan produksi minyak bumi yang dilakukan KUD atau BUMD dilakukan berdasarkan perjanjian dengan kontraktor. SUMUR-SUMUR TUA DI INDONESIA Pemerintah Indonesia menawarkan sekitar 13 ribu sumur tua kepada untuk diproduksi kembali melalui kontrak kerja sama dengan Kontraktor KKS dan PT. PERTAMINA. Saat ini setidaknya terdapat sumur tua minyak bumi aktif sebanyak 745 sumur dan non aktif sebanyak sumur. Sebagian besar berada pada wilayah kerja PT. PERTAMINA dan sebagian lainnya berada di wilayah kerja Kontraktor KKS. Sumur-sumur tua yang berjumlah total sumur tersebar di seluruh wilayah Indonesia., dapat dilihat pada Tabel 1. Antara lain, 3623 sumur berada di Sumatera bagian selatan, 3143 sumur di Kalimantan Timur, 2496 sumur di Jawa Tengah, Timur, dan Madura, 2392 sumur di Sumatera bagian utara, 1633 sumur bagian tengah, 100 sumur di Kalimantan bagian selatan 208 sumur berada di Papua dan sebanyak 229 sumur di Seram. Tabel 1. Jumlah Sumur Tua di Indonesia Wilayah Jumlah Sumur Sumatera bagian utara 2392 Sumatera bagian tengah 1633 Sumatera bagian selatan 3623 Kalimantan bagian timur 3143 Kalimantan bagian selatan 100 Jawa Tengah-Timur-Madura 2496 Papua 208 Seram 229 Total Pembukaan sumur-sumur tua di Indonesia untuk diharapkan dapat menambah produksi minyak Indonesia sebesar 5 ribu sampai 12 ribu bbl/day. PENGUSAHAAN SUMUR TUA Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No. 01 Tahun 2008, untuk mengusahakan sumur tua harus mengajukan permohonan kepada kontraktor dengan tembusan menteri, dirjen, dan BP migas dengan melampirkan dokumen administratif dan teknis. Permohonan tersebut didasarkan atas rekomendasi dari Pemerintah Kabupaten/Kota dan disetujui oleh Pemerintah Propinsi. Untuk dokumen administratif meliputi : 1. Akte pendirian dan perubahannya yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang. 2. Surat Tanda Daftar Perusahaan. 3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). 4. Surat Keterangan Domisili. 5. Rekomendasi dari Pemerintah Kabupaten/Kota dan disetujui oleh Pemerintah Propinsi setempat. 6. Surat pernyataan tertulis di atas materai mengenai kesanggupan memenuhi ketentuan perundang-undangan. Sedangkan untuk dokumen teknis meliputi : 1. Peta lokasi sumur tua yang dimohonkan. 2. Jumlah sumur yang dimohonkan. 3. Rencana memproduksikan minyak bumi termasuk usulan imbalan jasa. 4. Rencana program keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup termasuk penanggung jawab pelaksanaan. 5. Kemampuan keuangan. Jangka waktu perjanjian untuk memproduksikan minyak bumi paling lama 5 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 5 tahun. Perjanjian memproduksikan minyak bumi ini paling sedikit memuat : 1. Jumlah dan lokasi sumur tua yang akan diproduksi. 2. Imbalan jasa memproduksi minyak bumi. 3. Jangka waktu, perpanjangan dan pengakhiran perjanjian. 4. Alat bantu mekanik dan teknologi yang digunakan. 5. Tenaga kerja. 6. Mutu dan spesifikasi minyak bumi. 7. Titik penyerahan minyak bumi. 8. Aspek keselamatan dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup. 9. Penyelesaian perselisihan. Untuk pengelolaan sumur tua terdapat dua jenis, yang membedakan jenis pengelolaan ini adalah teknologi yang mendukungnya, yaitu : 1. Teknologi Konvensional 2. Teknologi Tepat Guna Teknologi Konvensional Teknologi konvensional yang sekarang ini digunakan seperti pada sumur-sumur tua di Cepu adalah metode sumur timba manual dan mekanis. Metode sumur timba manual merupakan teknologi Rizky Sulaksono, Sem II 2007/2008 2

3 yang paling sederhana yang dapat digunakan untuk memproduksikan fluida dari sumur-sumur tua. Metode ini tidak memerlukan biaya investasi yang besar dan sangat mudah dalam pengoperasiannya. Akan tetapi disamping kesederhanaan dan kemurahan dalam investasi, teknologi ini memiliki beberapa kekurangan dimana produksi akan sangat terbatas karena sangat bergantung pada tenaga kerja manusia dan memerlukan ruang untuk dapat menarik kabel/kawat baja (yang menarik timba sampai kepermukaan sumur) sepanjang/sejauh kedalaman sumur. Metode sumur timba mekanis merupakan modifikasi dari metode sumur timba manual dimana tenaga kerja manusia diganti dengan mesin. Kelebihan teknologi ini adalah kinerja produksi tidak tergantung kekuatan tenaga kerja manusia dan tidak memerlukan ruang/space untuk menarik kabel baja karena kabel baja tidak perlu ditarik sejauh kedalaman sumur akan tetapi diubah menjadi digulung oleh mesin. Metode ini memerlukan biaya investasi tambahan berupa mesin penarik yang dapat berupa mesin mobil/truk yang memiliki kekuatan sebesar beban penimbaan Untuk diagram alir proses produksi sumur tua dengan teknologi konvensional dapat dilihat pada Gambar 1 dan untuk skema produksinya dapat dilihat pada Gambar 2 untuk sumur timba manual dan Gambar 3 untuk sumur timba mekanis. OK Timba : - Manusia - Truck Ada Kedalaman OK Tidak Bersihkan Sumur Sumur Casing Tidak Ditinggal, cari sumur lainnya Minyak Rp Gambar 1. Proses Produksi Sumur Tua dengan Teknologi Konvensional Skema Sumur Timba Manual Tidak Bersihkan sumur Pasang Casing Timba : - Manusia - Truck Gambar 2. Skema Sumur Timba Manual Skema Sumur Timba Mekanis Gambar 3. Skema Sumur Timba Mekanis Teknologi Tepat Guna Metode sumur Jet Pump merupakan modifikasi alternatif metode yang dapat digunakan dengan beberapa kelebihan yaitu produksi dapat dilakukan secara terus menerus sehingga dapat diharapkan produksi menjadi lebih tinggi dan kontinyu sepanjang waktu. Teknologi ini digunakan untuk mengatasi keterbatasan teknologi konvensional yang saat ini masih sederhana. Meskipun demikian, diperlukan investasi yang cukup besar untuk aplikasinya. Dengan teknologi ini sebenarnya masih dimungkinkan proses peningkatan produksi lanjutan menggunakan pembersihan sumur (acidizing). PROSEDUR PEMANFAATAN SUMUR TUA Berikut adalah prosedur pemanfaatan sumur tua : a. Pemilihan sumur yang akan dibuka b. Persiapan lokasi c. Pelaksanaan pembersihan/pembukaan sumur d. Pengurasan e. Produksi Pemilihan sumur yang akan dibuka Pemilihan sumur ini berdasarkan pada data geologi dan data sumur yang ada, meliputi : a. Sejarah produksi masa lalu/sebelum ditinggalkan b. Kedalaman sumur c. Profil sumur d. Kendala yang ada (kondisi sumur terakhir) Persiapan lokasi Setelah dilakukan pemilihan sumur, dilakukan persiapan lokasi antara lain : a. Pembersihan lokasi sumur b. Pembuatan jalan menuju lokasi sumur c. Pembuatan cellar d. Pembuatan bak penampung minyak hasil produksi Pelaksanaan pembersihan/pembukaan sumur Kondisi sumur tua yang ada dalam kondisi tertutup tanah, batu, maupun benda-benda lain Rizky Sulaksono, Sem II 2007/2008 3

4 seperti pipa, besi, dll, sehingga perlu dibersihkan agar kondisi sumur seperti kondisi semula. KUD/ BUMD Kontraktor KKS Pemerintah Pengurasan Setelah pembersihan sumur, tahap selanjutnya adalah pengurasan, tujuan pengurasan adalah untuk membersihkan cairan lumpur dan air yang ada di dalam sumur. Pengurasan ini dilakukan sampai fluida keluar dari dalam sumur. Cost & Bagi Hasil Sumur Tua PSC Produksi Setelah pengurasan selesai dan minyak mulai ikut terproduksi, maka tahap selanjutnya adalah produksi minyak. Untuk teknologi konvensional proses produksinya adalah dengan cara cairan (minyak dan air) dimasukkan ke dalam bak pemisah sekaligus sebagai penampung minyak, yang selanjutnya dipompa dengan menggunakan pompa alcon ke truck tangki untuk dibawa ke PPM (pusat penampungan minyak). Alat yang digunakan pada tahap produksi ini adalah: a. Truk b. Timba c. Seling timba d. Bak pemisah/penampung e. Pompa Alcon Sedangkan untuk penggunaan teknologi tepat guna, setelah pengurasan selesai dan minyak mulai ikut terproduksi, kemudian pompa penguras di cabut dan diganti dengan Alat Produksi Tepat Guna (APTG). Alatnya terdiri dari : a. Pompa submersible b. Panel pompa c. Kabel pompa d. Riser pipe 1.5 galvanis medium A e. Kawat pengaman (seling) f. Genset Keuntungan dari penggunaan teknologi tepat guna ini adalah : a. Lebih aman dibandingkan dengan menggunakan teknologi konvensional b. Minyak tidak tercecer kemana-mana c. Lingkungan menjadi bersih d. Gas dapat dilokalisir e. Sederhana dan mudah pemasangan f. Spare part mudah g. Kerusakan bisa langsung ditangani di lapangan h. Debit disesuaikan dengan influx sumur i. Biaya operasional murah MODEL KONTRAK SUMUR TUA Berdasarkan Peraturan Menteri No. 01 Tahun 2008 tentang pedoman pengusahaan pertambangan minyak bumi pada sumur tua, perjanjian memproduksi minyak bumi adalah perjanjian yang dibuat antara Kontraktor KKS dengan untuk memproduksi minyak bumi. Pada Gambar 4 dapat dilihat model kontrak sumur tua. Gambar 4. Model Kontrak Sumur Tua Berdasarkan Peraturan Menteri No. 01 Tahun 2008 bekerja di bawah Kontraktor KKS dengan mendapatkan imbalan dari Kontraktor KKS. Kontrak yang digunakan adalah Cost & dan Bagi Hasil. Pada kontrak Cost &, Kontraktor memberikan fee kepada sebagai imbalan dalam memproduksikan minyak dengan harga yang disepakati. ini menjadi operation cost bagi Kontraktor. Pada kontrak bagi hasil, yang di-split antara Kontraktor dengan adalah total income Kontraktor, dan semua biaya operasi dari ditanggung oleh kontraktor sebagai operation cost Kontraktor. Lamanya kontrak antara dengan Kontraktor KKS ditentukan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 01 Tahun 2008 yaitu selama 5 tahun, dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 5 tahun. Model Kontrak Cost & dapat dilihat pada Gambar 5, dan untuk model Kontrak Bagi Hasil dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 5. Model Kontrak Cost and antara Kontraktor KKS dengan BUMD/KUD, dan PSC antara Pemerintah dan Kontraktor KKS Rizky Sulaksono, Sem II 2007/2008 4

5 Domestic Market Obligation (DMO) DMO adalah sejumlah minyak yang disisihkan yaitu sebesar 25% dari share Kontraktor yang dibeli oleh Pemerintah dengan harga 10% dari harga pasar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Tax Pajak yang mesti dibayarkan kepada Pemerintah. Untuk Kontraktor dikenakan pajak sebesar 44%, sedangkan dikenakan pajak usaha sebesar 30%. PERHITUNGAN KEEKONOMISAN PENGELOLAAN SUMUR TUA Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui keekonomisan suatu usaha adalah : (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), dan POT (Pay Out Time). Gambar 6. Model Kontrak Bagi Hasil antara Kontraktor KKS dengan BUMD/KUD, dan PSC antara Pemerintah dan Kontraktor KKS Gross Revenue Gross Revenue ini merupakan pendapatan kotor yang merupakan perkalian produksi minyak dengan harga minyak. Untuk, Gross Revenue merupakan imbalan yang diterima dari Kontraktor. First Tranche Petroleum (FTP) FTP merupakan penyisihan minyak pertama yaitu sebesar 20% dari produksi disisihkan sebelum dikurangin biaya operasi dibagi antara Pemerintah dan Kontraktor. Cost Recovery Cost recovery merupakan penggantian biaya oleh Pemerintah kepada Kontraktor yang meliputi non capital, depresiasi, operating cost, dan unrecovered. Untuk sumur tua, cost recovery hanya operation cost. Equity to be Split (ES) Hasil produksi yang telah dikurangi oleh cost recovery dan FTP untuk kemudian dibagi sesuai dengan perjanjian antara Pemerintah dan Kontraktor. Pembagian hasil antara Pemerintah dengan Kontraktor sesuai dengan perjanjian yang ditentukan. Di Indonesia pembagian hasilnya adalah 85:15 (Pemerintah : Kontraktor). (Net Present Value) Nilai absolut keuntungan proyek sumur tua. yang didiskon dengan faktor diskon tertentu (dalam hal ini digunakan faktor diskon 10%, sama dengan rata-rata suku bunga pinjaman saat ini). IRR (Internal Rate of Return) Perhitungan keuntungan relatif proyek didasarkan atas persentasi pengembalian investasi. Jika IRR lebih besar atau sama dengan nilai minimum keuntungan yang dipersyaratkan, menunjukkan proyek layak diambil, demikian pula sebaliknya. Angka minimum yang dipersyaratkan dalam kajian ini ditetapkan sebesar 15%, yaitu tingkat pengembalian rata-rata proyek hilir migas. POT (Pay Out Time) Tahun yang menunjukkan pengeluaran modal sudah dapat direcover dari pendapatan proyek. Untuk data perhitungan dapat dilihat berikut ini pada Tabel 2 : Tabel 2. Data Perhitungan Cost & Data Nilai Harga Minyak $ 100 /bbl $ 15/bbl Operation Cost Kontraktor $ 2/bbl Operation Cost $ 10/bbl FTP 20 % DMO 25 % Discount Rate 10 % Kontraktor KKS Tax 44 % Tax 30 % Kontraktor KKS 15 % Government 85 % Capital $ Non Capital $ Rizky Sulaksono, Sem II 2007/2008 5

6 Data produksi merupakan data hipotetik dengan tingkat penurunan 15 % per tahun dapat dilihat pada Tabel 3 : Tabel 3. Data Produksi Tahun Produksi (bbl/day) Semua investasi dikeluarkan oleh, hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 4 : Tabel 4. Hasil Perhitungan Cost & Pemerintah Kontraktor $1,853, $256, $111, IRR 44% POT 16.3 bulan Dilihat dari IRR yang lebih besar dari minimum IRR sebesar 15%, pengelolaan sumur tua ini ekonomis untuk dilakukan. Berikut ini data yang digunakan untuk model bagi hasil antara dengan Kontraktor dapat dilihat pada Tabel 5 : Tabel 5. Data Perhitungan Bagi Hasil Data Nilai Harga Minyak $ 100 /bbl Operation Cost Kontraktor $ 2/bbl Operation Cost $ 10/bbl FTP 20 % DMO 25 % Discount Rate 10 % Kontraktor KKS Tax 44 % Tax 30 % Kontraktor KKS 15 % Government 85 % 25% Kontraktor 75% Capital $ Non Capital $ Data produksi yang digunakan sama dengan data produksi untuk model kontrak Cost & pada Tabel 3. Hasil perhitungan untuk kontrak Bagi Hasil dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini : Tabel 6. Hasil Perhitungan Kontrak Bagi Hasil Pemerintah Kontraktor $1,921, $516, $101, IRR 34% POT 18.1 Hasil dari perhitungan kontrak bagi hasil menunjukkan IRR yang lebih besar dari minimumnya tetapi lebih rendah dari IRR pada kontrak Cost &, ini disebabkan share yang rendah untuk harga minyak $100/bbl dan laju produksi minyak 30 bbl/day. PENENTUAN FEE MINIMUM DAN MAKSIMUM PADA MODEL COST & FEE Untuk menentukan fee minimum dan maksimum diperlukan sensitivitas perhitungan dengan beberapa variable yang dirubah, diantaranya adalah harga minyak, produksi, dan fee. Tabel 7 berikut ini adalah data sensitivitas yang digunakan. Tabel 7. Data Sensitivitas Nilai Harga Minyak $100 - $130/bbl Produksi bbl/day $12 - $24/bbl Indikator fee minimum adalah IRR sebesar minimum IRRnya yaitu 15%. Sedangkan fee maksimum ditentukan dari besar yang tidak boleh melebihi Kontraktor. Grafik pada Gambar 7 menunjukkan IRR untuk harga minyak $100/bbl dan produksi awalnya 30 bbl/day, dapat dilihat fee minimumnya adalah $13.74/bbl. minimum ini digunakan untuk produksi yang sama, dan harga minyak tidak mempengaruhi fee minimum tersebut. Gambar 7. Grafik IRR Untuk Harga Minyak $100/bbl dan Harga minyak menentukan fee maksimum yang dapat diberikan Kontraktor kepada. Dapat dilihat pada grafik di Gambar 8 yang menunjukkan fee maksimum untuk harga minyak $100/bbl dan produksi 30 bbl/day yaitu pada Rizky Sulaksono, Sem II 2007/2008 6

7 perpotongan Kontraktor dengan sebesar $20.38/bbl Untuk, IRR, dan POT dapat dilihat hasilnya pada Tabel 9 dan Tabel 10. Tabel 9. Nilai Pada Saat Minimum atau Maksimum untuk Produksi Awal 30 bbl/day Pemerintah Kontraktor $1,875, $262, $83, $1,760, $232, $222, $1,968, $253, $253, $2,177, $275, $275, $2,386, $298, $298, Gambar 8. Grafik Kontraktor dan Untuk Harga Minyak $100/bbl dan Bila harga minyak naik, maka Kontraktor pun ikut naik sehingga perpotongan Kontraktor dengan pun ikut naik, dapat dilihat pada grafik pada Gambar 9. Tabel 10. Nilai IRR dan POT Pada Saat Minimum atau Maksimum untuk IRR POT (bulan) % % % % % 5.8 Apabila produksi minyak lebih besar, maka terjadi perubahan fee minimum dan maksimum. Dapat dilihat pada Gambar 10, untuk produksi awal minyak 40 bbl/day diperoleh fee minimum yang lebih rendah dari produksi awal 30 bbl/day yaitu sebesar $12.8/bbl. Gambar 9. Grafik Kontraktor dan Untuk Dilihat dari Gambar 9, nilai fee maksimum yang didapat untuk produksi awal 30 bbl/day dan harga minyak $110/bbl adalah $21.39/bbl, untuk harga minyak $120/bbl adalah $22.39/bbl, dan untuk harga minyak $130/bbl adalah $23.39/bbl. Hasil selengkapnya untuk produksi awal 30 bbl/day dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Minimum dan Maksimum untuk Harga Minyak Minimum Maksimum Gambar 10. Grafik IRR Untuk Harga Minyak $100/bbl dan Produksi 40 bbl/day Untuk fee maksimum yang didapat, ternyata fee maksimum untuk produksi awal 40 bbl/day sama dengan fee maksimum untuk produksi awal 30 bbl/day, ini dapat dilihat pada Gambar 11. Rizky Sulaksono, Sem II 2007/2008 7

8 Gambar 11. Grafik Kontraktor dan Untuk Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 11, 12, dan 13. Gambar 12. Grafik IRR Untuk Harga Minyak $100/bbl dan Produksi 50 bbl/day Tabel 11. Minimum dan Maksimum untuk Harga Minyak Minimum Maksimum Tabel 12. Nilai Pada Saat Minimum atau Maksimum untuk Produksi Awal 40 bbl/day Pemerintah Kontraktor 12.8 $2,523, $355, $82, $2,346, $307, $307, $2,625, $337, $337, $2,903, $367, $367, $3,182, $397, $397, Tabel 13. Nilai IRR dan POT Pada Saat Minimum atau Maksimum untuk IRR POT (bulan) % % % % % 4.4 Untuk produksi awal 50 bbl/day, fee minimum dan maksimum dapat dilihat pada Gambar 12 dan 13, dan Tabel 14. Gambar 13. Grafik Kontraktor dan Untuk Produksi Awal 50 bbl/day Tabel 14. Minimum dan Maksimum untuk Produksi Awal 50 bbl/day Harga Minyak Minimum Maksimum Untuk, IRR, dan POT pada saat fee minimum atau maksimum dapat dilihat hasilnya pada Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 14. Nilai Pada Saat Minimum atau Maksimum untuk Produksi Awal 50 bbl/day Pemerintah Kontraktor $3,170, $448, $82, $2,933, $384, $384, $3,281, $421, $421, $3,629, $459, $459, $3,977, $497, $496, Rizky Sulaksono, Sem II 2007/2008 8

9 Tabel 15. Nilai IRR dan POT Pada Saat Minimum atau Maksimum untuk Produksi Awal 50 bbl/day IRR POT (bulan) % % % % % 3.5 Dapat dilihat dari hasil sensitivitas bahwa fee minimum akan turun seiring dengan naiknya laju produksi awal dan tidak dipengaruji oleh harga minyak. Sedangkan fee maksimum akan naik seiring dengan naiknya harga minyak, tetapi menunjukkan angka yang sama apabila laju produksi awal berubah. Cashflow Cost & dapat dilihat pada Lampiran A-1 dan hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B-1 PENENTUAN SHARE MINIMUM DAN MAKSIMUM PADA KONTRAK BAGI HASIL Dengan cara yang sama dengan penentuan fee minimum dan maksimum untuk model kontrak Cost &, dapat didapat juga share minimum dan maksimum pada model kontrak Bagi Hasil. Untuk laju produksi awal 30 bbl/day untuk harga minyak tertentu, share minimum dapat dilihat pada Gambar 14 dan Tabel 16. Terlihat bahwa semakin tinggi harga minyak, semakin rendah share yang dibutuhkan untuk mencapai minimum IRR. Untuk share maksimum laju produksi awal 30 bbl/day, dapat dilihat pada Gambar 15, 16, 17, dan 18, dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 17. Gambar 15. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 30 bbl/day dan Harga Minyak $100/bbl Gambar 16. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 30 bbl/day dan Harga Minyak $110/bbl Gambar 14. Grafik IRR Untuk Tabel 16. Minimum Untuk Harga Minyak Minimum Kontraktor % 79.50% % 81.66% % 83.40% % 84.50% Rizky Sulaksono, Sem II 2007/2008 9

10 Tabel 18. Nilai Pada Saat Minimum Untuk Laju Alir KUD/ BUMD Pemerintah Kontraktor 20.50% $1,924, $531, $82, % $2,151, $558, $82, % $2,377, $585, $82, % $2,604, $613, $82, Untuk IRR dan POT pada saat share minimum adalah sama yaitu IRR sebesar 15% dan POT 22.5 bulan. Gambar 17. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 30 bbl/day dan Harga Minyak $120/bbl Tabel 19. Nilai Pada Saat Maksimum Untuk Laju Alir KUD/ BUMD Pemerintah Kontraktor 82.00% $1,874, $331, $331, % $2,098, $347, $347, % $2,321, $362, $362, % $2,545, $377, $377, Tabel 20. Nilai IRR dan POT Pada Saat Maksimum untuk KUD/ BUMD IRR POT (bulan) 82.00% 212% % 223% % 233% % 244% 4.6 Gambar 18. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 30 bbl/day dan Harga Minyak $130/bbl Untuk laju produksi awal 40 bbl/day untuk harga minyak tertentu, share minimum dapat dilihat pada Gambar 19 dan Tabel 21. Tabel 17. Maksimum Untuk Harga Minyak Maksimum Kontraktor % 18.00% % 23.25% % 27.52% % 31.05% Dari hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa semakin tinggi harga minyak maka semakin rendah share maksimumnya. Untuk nilai, IRR, dan POT pada saat share maksimum atau minimum dapat dilihat pada Tabel 18, 19 dan 20. Gambar 19. Grafik IRR Untuk Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

11 Tabel 21. Minimum Untuk Harga Minyak Minimum Kontraktor % 84.60% % 86.22% % 87.55% % 88.63% Untuk share maksimum laju produksi awal 40 bbl/day, dapat dilihat pada Gambar 20, 21, 22, dan 23, dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 22. Gambar 22. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 40 bbl/day dan Harga Minyak $120/bbl Gambar 20. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 40 bbl/day dan Harga Minyak $100/bbl Gambar 23. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 40 bbl/day dan Harga Minyak $130/bbl Gambar 21. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 40 bbl/day dan Harga Minyak $110/bbl Tabel 22. Maksimum Untuk Harga Minyak Maksimum Kontraktor % 18.00% % 23.25% % 27.52% % 31.05% Dari hasil tersebut di atas, dapat dilihat bahwa perubahan laju produksi awal minyak tidak mempengaruhi share maksimum. Untuk nilai, IRR, dan POT pada saat share maksimum atau minimum dapat dilihat pada Tabel 23, 24 dan 25. Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

12 Tabel 23. Nilai Pada Saat Minimum Untuk Laju Alir KUD/ BUMD Pemerintah Kontraktor 15.40% $2,571, $730, $83, % $2,873, $766, $83, % $3,175, $803, $82, % $3,477, $839, $82, Untuk IRR dan POT pada saat share minimum adalah sama yaitu IRR sebesar 15% dan POT 22.5 bulan. Tabel 24. Nilai Pada Saat Maksimum Untuk Laju Alir KUD/ BUMD Pemerintah Kontraktor 82.00% $2,499, $442, $442, % $2,797, $462, $462, % $3,095, $483, $482, % $3,393, $503, $503, Tabel 25. Nilai IRR dan POT Pada Saat Maksimum untuk KUD/ BUMD IRR POT (bulan) 82.00% 289% % 303% % 318% % 332% 3.5 Tabel 26. Minimum Untuk Harga Minyak Minimum Kontraktor % 87.70% % 88.97% % 90.04% % 90.90% Untuk share maksimum laju produksi awal 50 bbl/day, dapat dilihat pada Gambar 25, 26, 27, dan 28, dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel 27. Gambar 25. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 50 bbl/day dan Harga Minyak $100/bbl Untuk laju produksi awal 50 bbl/day untuk harga minyak tertentu, share minimum dapat dilihat pada Gambar 24 dan Tabel 26. Gambar 24. Grafik IRR Untuk Produksi Awal 50 bbl/day Gambar 26. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 50 bbl/day dan Harga Minyak $110/bbl Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

13 Tabel 28. Nilai Pada Saat Minimum Untuk Laju Alir Produksi Awal 50 bbl/day KUD/ BUMD Pemerintah Kontraktor 12.30% $3,218, $929, $82, % $3,596, $974, $83, % $3,973, $1,020, $82, % $4,351, $1,066, $83, Untuk IRR dan POT pada saat share minimum adalah sama yaitu IRR sebesar 15% dan POT 22.5 bulan. Gambar 27. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 50 bbl/day dan Harga Minyak $120/bbl Gambar 28. Grafik Kontraktor dan Untuk Laju Produksi Awal 50 bbl/day dan Harga Minyak $130/bbl Tabel 27. Maksimum Untuk Produksi Awal 50 bbl/day Harga Minyak Maksimum Kontraktor % 18.00% % 23.25% % 27.52% % 31.05% Dari hasil tersebut di atas, share maksimum sama dengan share maksimum untuk laju produksi awal 30 bbl/day dan 40 bbl/day sehingga dapat dikatakan bahwa perubahan laju produksi awal minyak tidak mempengaruhi share maksimum. Untuk nilai, IRR, dan POT pada saat share maksimum atau minimum dapat dilihat pada Tabel 28, 29 dan 30. Tabel 29. Nilai Pada Saat Maksimum Untuk Laju Alir Produksi Awal 50 bbl/day KUD/ BUMD Pemerintah Kontraktor 82.00% $3,124, $553, $552, % $3,497, $578, $578, % $3,869, $603, $603, % $4,242, $629, $629, Tabel 30. Nilai IRR dan POT Pada Saat Maksimum untuk KUD/ BUMD IRR POT (bulan) 82.00% 366% % 384% % 401% % 419% 2.8 Untuk perhitungan cashflow dapat dilihat pada Lampiran A-2 dan hasil selengkapnya pada Lampiran B-2. PERBANDINGAN KONTRAK COST & FEE DAN KONTRAK BAGI HASIL Perbandingan kontrak ini dilakukan untuk nilai IRR yang sama, salah satunya adalah pada saat minimum IRR yaitu 15%. Untuk perbandingan model Cost & dengan model Bagi Hasil pada laju alir produksi 30 bbl/day dapat dilihat pada Tabel 31, 32, dan 33 serta Gambar 29. Tabel 31. Pemerintah dan Kontraktor Untuk Laju Kontrak Cost & Harga Minyak IRR Pemerintah Kontraktor % $1,875, $262, % $2,102, $289, % $2,328, $316, % $2,555, $344, Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

14 Tabel 32. Pemerintah dan Kontraktor Untuk Laju Kontrak Bagi Hasil Harga Minyak IRR KUD/ BUMD Pemerintah Kontraktor % 20.50% $1,924, $531, % 18.34% $2,151, $558, % 16.60% $2,377, $585, % 15.50% $2,604, $613, Tabel 34. Pemerintah dan Kontraktor Untuk Laju Kontrak Cost & Harga Minyak IRR Pemerintah Kontraktor % 12.8 $2,523, $355, % 12.8 $2,825, $392, % 12.8 $3,127, $428, % 12.8 $3,429, $465, Tabel 35. Pemerintah dan Kontraktor Untuk Laju Kontrak Bagi Hasil Harga Minyak IRR KUD/ BUMD Pemerintah Kontraktor % 20.50% $2,571, $730, % 18.34% $2,873, $766, % 16.60% $3,175, $803, % 15.50% $3,477, $839, Gambar 29. Grafik Perbandingan Antara Model Cost & dan Bagi Hasil Tabel 33. Total Untuk Kontrak Cost & dan Bagi Hasil Untuk Laju Harga Minyak IRR Total Cost & Total Bagi Hasil Selisih % $2,221, $2,538, $317, % $2,475, $2,792, $317, % $2,729, $3,046, $317, % $2,982, $3,300, $317, Dari Tabel 33, dapat dilihat bahwa total untuk model Cost & lebih kecil dari Total bagi hasil dikarenakan pada model Cost &, operation cost tidak menjadi bagian dari operation cost Kontraktor. Untuk perbandingan model Cost & dengan model Bagi Hasil pada laju alir produksi 40 bbl/day dapat dilihat pada Tabel 34, 35, dan 36 serta Gambar 30. Gambar 30. Grafik Perbandingan Antara Model Cost & dan Bagi Hasil Tabel 36. Total Untuk Kontrak Cost & dan Bagi Hasil Untuk Laju Harga Minyak IRR Total Cost & Total Bagi Hasil Selisih % $2,961, $3,384, $423, % $3,300, $3,723, $423, % $3,638, $4,061, $423, % $3,977, $4,400, $423, Dari Tabel 36 dapat dilihat bahwa semakin tinggi laju produksi awal selisihnya semakin besar, diakibatkan laju produksi awal yang lebih besar Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

15 sehingga operation cost naik. Untuk hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Model kontrak pengelolaan sumur tua yang digunakan adalah model kontrak Cost & dan model kontrak Bagi Hasil. 2. Untuk model kontrak Cost &, Kontraktor memberikan imbalan berupa fee yang menjadi operation cost Kontraktor yang akan menjadi cost recovery Kontraktor tetapi operation cost tidak dibebankan ke Kontraktor. 3. minimum yang diberikan adalah sesuai dengan minimum IRR yaitu 15%, untuk laju produksi awal 30 bbl/day sebesar $13.74/bbl, untuk laju produksi awal 40 bbl/day sebesar $12.8/bbl, untuk laju produksi awal 50 bbl/day sebesar $12.24/bbl. Seiring dengan naiknya laju produksi, fee minimum menjadi lebih rendah, fee minimum ini tidak bergantung kepada harga minyak. 4. maksimum yang diberikan adalah apabila Kontraktor sama dengan. maksimum ini dipengaruhi oleh harga minyak, tetapi tidak bergantung dengan laju produksi awalnya. Untuk harga minyak $100/bbl fee maksimum $20.38/bbl, untuk harga minyak $110/bbl fee maksimum $21.39/bbl, untuk harga minyak $120/bbl fee maksimum $22.41/bbl, untuk harga minyak $130/bbl fee maksimum $23.42/bbl. Semakin tinggi harga minyak, semakin tinggi juga fee maksimum. 5. Untuk model kontrak Bagi Hasil, operation cost dibebankan ke Kontraktor yang nantinya menjadi cost recovery. Untuk pembagian hasilnya, contractor share setelah di-split dengan pemerintah kemudian di-split lagi untuk. 6. minimum agar memenuhi minimum IRR bergantung pada laju produksi awal minyak dan harga minyak tersebut. Semakin tinggi harga minyak semakin rendah share minimum, dan semakin tinggi produksi juga semakin rendah share minimum. Untuk hasilnya dapat dilihat pada Tabel 16, 21, dan Seperti halnya fee maksimum, share maksimum juga dibatasi oleh Kontraktor yaitu apabila sama dengan Kontraktor. maksimum ini hanya dipengaruhi oleh harga minyak saja, tidak dipengaruhi oleh laju produksi awalnya. Untuk harga minyak $100/bbl share maksimum adalah 82%, untuk harga minyak $110/bbl share maksimum adalah 76.75%, untuk harga minyak $120/bbl share maksimum adalah 73.48%, untuk harga minyak $130/bbl share maksimum adalah 68.95%. 8. Total model kontrak Cost & lebih rendah dari total model bagi hasil dikarenakan operation cost tidak menjadi bagian dari operation cost Kontraktor. Semakin besar laju produksi semakin besar pula operation cost dan selisih total antara Cost & dengan Bagi Hasil pun semakin besar. 9. Kontrak yang lebih baik adalah Kontrak Bagi Hasil karena total yang lebih besar dari Cost &, tetapi dalam pelaksanaannya lebih sulit karena mesti dilakukan pengawasan pembagian hasil antara Kontraktor dengan. Saran 1. Perlu dikaji lebih lanjut apabila tidak memiliki modal cukup dan Kontraktor dapat memberikan pinjaman modal ke dan pembayaran cicilannya langsung dibebankan ke penghasilan. 2. Perlu dikaji lebih lanjut apabila fee dan operation cost menjadi bagian dari operation cost Kontraktor pada model kontrak Cost &. 3. Perlu dikaji lebih lanjut manfaat dari sumur tua ini untuk Pemerintah Kota/Kabupaten dan Pemerintah Propinsi. DAFTAR NOTASI Q = laju produksi, bbl/day P = harga minyak, $/bbl = net present value, $ ES = equity to be split, $ IRR = internal rate of return, % POT = pay out time, bulan DAFTAR PUSTAKA 1. Partowidagdo, Widjajono. Manajemen dan Ekonomi Minyak dan Gas Bumi, Penerbit Program Studi Pembangunan Pasca Sarjana ITB, Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

16 2. Arsegianto. Ekonomi Minyak dan Gas Bumi, Diktat Kuliah Teknik Perminyakan ITB, Simamora, Rudi. Hukum Perminyakan, Penerbit Djambatan, Johnston, Daniel. Petroleum Fiscal Systems and Production Sharing Contracts, PernWwll Publishing Company, Seba, Richard. Economic of Worldwide Petroleum Production, OGCI and Petro Skills Publication, Undang-Undang Republik Indonesia No.22 Tahun Peraturan Menteri ESDM No. 01 Tahun Peraturan Menteri ESDM No. 03 Tahun Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

17 Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

18 LAMPIRAN A-1 Perhitungan Cashflow Kontrak Cost & A. Harga Minyak 100 $/bbl Pemerintah $1,853, B. Operating Cost 10 $/bbl Kontraktor $ 256, C. Operating Cost Contractor 2 $/bbl $ 111, D. 15 $/bbl IRR 44% E. FTP 20% POT 16.3 bulan F. DMO 25% G. Discount Rate 10% H. Contractor 15% I. Government 85% J. Contractor Tax 44% K. Tax 30% Tahun (0) Produksi (bbl/day) (1) Gross Revenue (2) Capital Non Capital (3) Operating Cost Contractor (4) FTP (5) Cost Recovery (6) Recovery (7) Equity to Be Split (8) Contractor (9) Government (10) DDMO (11) Contractor Taxable Income (12) 0 20,000 30, ,095, ,250 21, , , , , , ,069 65, ,788 52, , ,613 18, , , , , , ,308 56, ,970 44, , ,671 15, , , , , , ,912 47,680 85,824 37, , ,870 13, , , , , , ,175 40,528 72,951 32, ,597 85,740 11, ,319 97,171 97, ,106 96, ,649 34,449 62,008 27,284 Contractor Tax (13) Expenditure Gross Revenue (14) Operating Cost (15) Taxable Income (16) Tax (17) Government Cashflow (18) Contractor Cashflow (19) Cashflow (20) Government Cummulative Cashflow Contractor Cummulative Cashflow Cummulative Cashflow (20) -50, , ,500 54,750 16, ,754 88,421 38, ,754 88,421-11, ,613 93,075 46,538 13, ,791 75,158 32,576 1,183, ,579 20, ,671 79,114 39,557 11, ,222 63,884 27,690 1,645, ,464 48, ,870 67,247 33,623 10, ,889 54,302 23,536 2,038, ,765 72, ,740 57,160 28,580 8, ,955 46,156 20,006 2,372, ,922 92,133 0 (2) = (1)*A*365 (8) = (2)-(5)-(7) (14) = (3) (21) = IF(20a)*(20b)<0 then (0b)-((20a)/(20b)-(20a)) else 0 (3) = (1)*D*365 (9) = (8)*(H/(1-J)) (15) = (1)*B (4) = (1)*C*365 (10) = (8)-(9) (16) = (14)-(15) (5) = (2)*E (11) = (F)*(H/(1-J))*0.9*(2) (17) = (16)*K (6) = (3)+(4) (12) = (9)-(11) (18) = (10)+(11)+(13)+(17) (7) = IF(6)>(2) then (2)-(5) else (6) (13) = (12)*J (19) = (12)-(13)+(7) POT (21) Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

19 LAMPIRAN A-2 Perhitungan Cashflow Kontrak Bagi Hasil A. Harga Minyak 100 $/bbl Pemerintah $1,921, B. Operating Cost 10 $/bbl Kontraktor $ 516, C. Operating Cost Contractor 2 $/bbl $ 101, D. FTP 20% IRR 34% E. DMO 25% POT 18.1 bulan F. Discount Rate 10% G. Contractor 15% K. Contractor 75% H. Government 85% L. 25% I. Contractor Tax 44% J. Tax 30% Tahun (0) Produksi (1) Gross Revenue (2) Capital Non Capital Operating Cost Contractor (3) FTP (4) Cost Recovery (5) Recovery (6) Equity to Be Split (7) Contractor (8) Government (9) 0 20,000 30, ,095, , , , , , , , ,585 65,993 83,592 36, , , , , , , , , ,147 56,094 71,053 31, ,138 94, ,228 94,937 94, , , , ,075 47,680 60,395 26, ,467 80, ,493 80,696 80, , , ,792 91,864 40,528 51,336 22, ,597 68, ,319 68,592 68, , , ,574 78,084 34,449 43,635 19,200 Contractor Revenue (10) DDMO (11) Contractor Taxable Income (12) Contractor Tax (13) Expenditure Gross Revenue (14) Tax (15) Government Cashflow (16) Contractor Cashflow (17) Cashflow (18) Government Cummulative Cashflow Contractor Cummulative Cashflow Cummulative Cashflow (19) -50,000 49,862 14, , ,211 34, , ,211-15, ,382 12, , ,480 29,668 1,226, ,691 14, ,025 10, , ,758 25,218 1,705, ,448 39, ,621 9, , ,444 21,435 2,112, ,892 61, ,028 7, ,030 93,027 18,220 2,458, ,920 79,443 0 (2) = (1)*A*365 (8) = (7)*(G/(1 - I)) (14) = (8) - (10) (3) = (1)*(B + C)*365 (9) = (7) - (8) (15) = (14)*J (4) = (1)*D*365 (10) = (8)*K (16) = (9) + (11) + (13) + (15) (5) = (3) (11) = (E)*(G/(1-I))*0.9*(2) (17) = (12) - (13) + (6) (6) = IF(5)>(2) then (2) - (4) else (5) (12) = (10) - (11) (18) = (14) -(15) (7) = (2) - (4) - (6) (13) = (12)*I (21) = IF(19a)*(19b)<0 then (0b)-((19a)/(19b)-(19a)) else 0 POT (20) Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

20 LAMPIRAN B-1 Hasil Perhitungan Kontrak Cost & Harga Minyak 100 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor $1,875, $262, $83, % $1,853, $256, $111, % $1,836, $251, $133, % $1,819, $246, $155, % $1,801, $241, $177, % $1,784, $237, $199, % $1,760, $230, $230, % $1,749, $227, $244, % 7.1 Harga Minyak 110 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor $1,968, $253, $253, % $1,958, $250, $266, % 6.5 Harga Minyak 120 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor $2,177, $275, $275, % $2,167, $272, $288, % 6.0 Harga Minyak 120 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor $2,386, $298, $298, % $2,376, $295, $310, % 5.6 Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

21 Harga Minyak 100 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor 12.8 $2,523, $355, $82, % $2,495, $348, $118, % $2,471, $341, $148, % $2,448, $335, $177, % $2,425, $328, $207, % $2,402, $322, $236, % $2,378, $316, $266, % $2,346, $307, $307, % $2,332, $303, $325, % 5.3 Harga Minyak 110 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor $2,625, $337, $337, % $2,611, $333, $355, % 4.9 Harga Minyak 120 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor $2,903, $367, $367, % $2,889, $363, $385, % 4.5 Harga Minyak 130 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor $3,182, $397, $397, % $3,168, $394, $414, % 4.2 Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

22 Harga Minyak 100 $/bbl Produksi Awal 50 bbl/day IRR POT Pemerintah Kontraktor $3,170, $448, $82, % $3,148, $442, $111, % $3,119, $435, $148, % $3,089, $427, $185, % $3,060, $419, $222, % $3,031, $411, $259, % $3,002, $403, $296, % $2,973, $395, $333, % $2,933, $384, $384, % $2,915, $379, $407, % 4.3 Harga Minyak 110 $/bbl Produksi Awal 50 bbl/day IRR POT Pemerintah Kontraktor $3,281, $421, $421, % $3,263, $417, $444, % 3.9 Harga Minyak 120 $/bbl Produksi Awal 50 bbl/day IRR POT Pemerintah Kontraktor $3,629, $459, $459, % $3,612, $454, $481, % 3.6 Harga Minyak 130 $/bbl Produksi Awal 50 bbl/day IRR POT Pemerintah Kontraktor $3,977, $497, $496, % $3,960, $492, $518, % 3.4 Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

23 LAMPIRAN B-2 Hasil Perhitungan Kontrak Bagi Hasil Harga Minyak 100 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor 20.50% $1,924, $531, $82, % % $1,921, $516, $101, % % $1,916, $500, $121, % % $1,912, $484, $141, % % $1,908, $467, $161, % % $1,904, $451, $182, % % $1,900, $435, $202, % % $1,896, $419, $222, % % $1,892, $403, $242, % % $1,874, $331, $331, % % $1,868, $306, $364, % 4.8 Harga Minyak 110 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor 18.34% $2,151, $558, $82, % % $2,149, $552, $90, % % $2,145, $534, $113, % % $2,140, $516, $135, % % $2,136, $498, $158, % % $2,131, $480, $180, % % $2,127, $461, $203, % % $2,122, $443, $226, % % $2,118, $425, $248, % % $2,113, $407, $271, % % $2,108, $389, $293, % % $2,098, $347, $347, % % $2,095, $335, $361, % 4.8 Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

24 Harga Minyak 120 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor 16.60% $2,377, $585, $82, % % $2,374, $572, $99, % % $2,369, $552, $124, % % $2,364, $532, $149, % % $2,359, $512, $174, % % $2,354, $492, $199, % % $2,349, $472, $224, % % $2,344, $452, $249, % % $2,339, $432, $274, % % $2,334, $412, $299, % % $2,321, $362, $362, % % $2,314, $332, $399, % 4.3 Harga Minyak 130 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor 15.50% $2,604, $613, $82, % % $2,598, $591, $109, % % $2,593, $570, $136, % % $2,587, $548, $164, % % $2,582, $526, $191, % % $2,576, $504, $218, % % $2,571, $482, $246, % % $2,565, $460, $273, % % $2,560, $438, $301, % % $2,555, $416, $328, % % $2,545, $377, $377, % % $2,538, $351, $410, % 4.2 Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

25 Harga Minyak 100 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor 15.40% $2,571, $730, $83, % % $2,566, $710, $107, % % $2,561, $688, $134, % % $2,555, $667, $161, % % $2,550, $645, $188, % % $2,545, $623, $215, % % $2,539, $602, $242, % % $2,534, $580, $269, % % $2,529, $559, $296, % % $2,523, $537, $323, % % $2,499, $442, $442, % % $2,496, $429, $458, % 3.8 Harga Minyak 110 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor 13.78% $2,873, $766, $83, % % $2,872, $760, $90, % % $2,866, $736, $120, % % $2,860, $712, $150, % % $2,854, $688, $180, % % $2,848, $664, $211, % % $2,842, $640, $241, % % $2,836, $615, $271, % % $2,830, $591, $301, % % $2,824, $567, $331, % % $2,817, $543, $361, % % $2,797, $462, $462, % % $2,793, $447, $482, % 3.6 Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

26 Harga Minyak 120 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor 12.45% $3,175, $803, $82, % % $3,172, $789, $99, % % $3,165, $762, $133, % % $3,159, $736, $166, % % $3,152, $709, $199, % % $3,145, $682, $233, % % $3,139, $656, $266, % % $3,132, $629, $299, % % $3,125, $602, $333, % % $3,119, $576, $366, % % $3,112, $549, $399, % % $3,095, $483, $482, % % $3,092, $469, $499, % 3.5 Harga Minyak 130 $/bbl IRR POT Pemerintah Kontraktor 11.37% $3,477, $839, $82, % % $3,472, $818, $109, % % $3,465, $789, $145, % % $3,457, $760, $182, % % $3,450, $730, $218, % % $3,443, $701, $255, % % $3,435, $672, $291, % % $3,428, $643, $328, % % $3,421, $614, $364, % % $3,414, $584, $401, % % $3,406, $555, $437, % % $3,393, $503, $503, % % $3,384, $468, $547, % 3.2 Rizky Sulaksono, Sem II 2007/

KOMERSIALITAS. hasil ini, managemennya seluruhnya dipegang oleh BP migas, sedangkan

KOMERSIALITAS. hasil ini, managemennya seluruhnya dipegang oleh BP migas, sedangkan KOMERSIALITAS 1 Sistem Kontrak Bagi Hasil Kontrak bagi hasil adalah bentuk kerjasama antara pemerintah dan kontraktor untuk melaksanakan usaha eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya migas berdasarkan prinsip

Lebih terperinci

PERUBAHAN PROFIT SHARING MENJADI PRODUCTION SHARING PADA CONTRACT PSC GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI, DAYA TARIK INVESTOR DAN DEBIROKRATISASI OPERASI

PERUBAHAN PROFIT SHARING MENJADI PRODUCTION SHARING PADA CONTRACT PSC GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI, DAYA TARIK INVESTOR DAN DEBIROKRATISASI OPERASI PERUBAHAN PROFIT SHARING MENJADI PRODUCTION SHARING PADA CONTRACT PSC GUNA MENINGKATKAN EFISIENSI, DAYA TARIK INVESTOR DAN DEBIROKRATISASI OPERASI Rudi Rubiandini R.S, Andrias Darmawan, Herbert Sipahutar

Lebih terperinci

COST & FEE Model Alternatif Kontrak Kerja Sama Migas

COST & FEE Model Alternatif Kontrak Kerja Sama Migas IATMI 2005-39 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2005 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 16-18 November 2005. COST & FEE Model Alternatif Kontrak Kerja

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN IV.1 Prinsip Perhitungan Keekonomian Migas Pada prinsipnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada: - Profil produksi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS KEEKONOMIAN PENGEMBANGAN COALBED METHANE (CBM) DI INDONESIA DENGAN BERBAGAI MODEL PRODUCTION SHARING CONTRACT (PSC) BERBASIS JOINT STUDY PADA LAPANGAN CBM X Abstrak Arif Budi Ariyanto, Siti Nuraeni

Lebih terperinci

KEASLIAN KARYA ILMIAH...

KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERUNTUKAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP KONTRAK PRODUCTION SHARING. Oleh: KUSWO WAHYONO

PRINSIP-PRINSIP KONTRAK PRODUCTION SHARING. Oleh: KUSWO WAHYONO PRINSIP-PRINSIP KONTRAK PRODUCTION SHARING Oleh: KUSWO WAHYONO 1 PRODUCTION SHARING CONTRACT Produksi setelah dikurangi cost recovery dibagi antara Pemerintah dan Kontraktor berdasarkan suatu persentase

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT

STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 STUDI KELAYAKAN KEEKONOMIAN PADA PENGEMBANGAN LAPANGAN GX, GY, DAN GZ DENGAN SISTEM PSC DAN GROSS SPLIT William

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B Sebelum dilakukan perhitungan keekonomian dari pengusahaan Gas Metana- B sesuai dengan prosedur penelitian yang telah diuraikan pada Bab III, kita harus melakukan

Lebih terperinci

Bab III Kajian Kontrak Pengusahaan dan Harga Gas Metana-B

Bab III Kajian Kontrak Pengusahaan dan Harga Gas Metana-B Bab III Kajian Kontrak Pengusahaan dan Harga Gas Metana-B Bab ini membahas pemodelan yang dilakukan untuk pengembangan kontrak dan harga Gas Metana-B di Indonesia dengan melakukan review terhadap model

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... KATA PENGANTAR... ABSTRAK...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan disuatu lokasi lapangan sumur gas Segat di propinsi Riau dan Jakarta. Penelusuran data dilakukan di Jakarta yang merupakan kantor

Lebih terperinci

TAKARIR. = Pipa Selubung. = Pipa Produksi

TAKARIR. = Pipa Selubung. = Pipa Produksi TAKARIR Break Event Point Cost Recovery Casing Declining Balance Dry Gas First Tranche Petroleum Flow Line Gross Revenue Higher Rate of Income Tax Net Present Value Off Shore On Shore Packer Payback Period

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK BUM1 PADA SUMUR TUA

PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK BUM1 PADA SUMUR TUA MEhtTERl ENERGI BAN UMBER DAYA MINERAL REPldBLlK INDONESIA PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK BUM1 PADA SUMUR TUA MENTERI

Lebih terperinci

Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008

Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008 Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008 Latar Belakang : 1. Defisit Neraca APBN tiap tahun serta kenaikan harga BBM. Disisi lain indonesia masih menghasilan minyak

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi Studi ini adalah untuk mengevaluasi model kontrak dan harga Gas Metana-B di Indonesia. Beberapa model kontrak mulai dari model Kontrak PSC Konvensional, model kontrak negara lain

Lebih terperinci

Pajak Perusahaan Migas dan Traktat Pajak Kenapa Ribut?

Pajak Perusahaan Migas dan Traktat Pajak Kenapa Ribut? Pajak Perusahaan Migas dan Traktat Pajak Kenapa Ribut? Benny Lubiantara Agustus 2011 Beberapa bulan yang lalu, kita melihat di mass media isu mengenai masalah pembayaran pajak perusahaan minyak. Karena

Lebih terperinci

KAJIAN KONTRAK MIGAS NON COST RECOVERY TUGAS AKHIR. Oleh: AULIA NUGRAHA SAPUTRA NIM

KAJIAN KONTRAK MIGAS NON COST RECOVERY TUGAS AKHIR. Oleh: AULIA NUGRAHA SAPUTRA NIM KAJIAN KONTRAK MIGAS NON COST RECOVERY TUGAS AKHIR Oleh: AULIA NUGRAHA SAPUTRA NIM 12202035 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar SARJANA TEKNIK pada Program Studi Teknik Perminyakan

Lebih terperinci

ANALISA KEEKONOMIAN PENGEMBANGAN SHALE HIDROKARBON DI INDONESIA

ANALISA KEEKONOMIAN PENGEMBANGAN SHALE HIDROKARBON DI INDONESIA ANALISA KEEKONOMIAN PENGEMBANGAN SHALE HIDROKARBON DI INDONESIA Muhammad Aulia Rizki Agsa 1), Trijana Kartoatmodjo 2), Siti Nuraeni E. Sibuea 3) 1) Mahasiswa Teknik Perminyakan Universitas Trisakti 2)

Lebih terperinci

ERA BARU MIGAS INDONESIA:

ERA BARU MIGAS INDONESIA: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Temu Netizen ke-8 ERA BARU MIGAS INDONESIA: Investasi dan Kontrak Gross Split Migas Selasa, 20 Februari 2018 1 Realisasi dan Rencana Investasi Sektor Energi dan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA KELAYAKAN PERPANJANGAN KONTRAK BLOK XO DENGAN SISTEM PRODUCTION SHARING CONTRACT (PSC)

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISA KELAYAKAN PERPANJANGAN KONTRAK BLOK XO DENGAN SISTEM PRODUCTION SHARING CONTRACT (PSC) ANALISA KELAYAKAN PERPANJANGAN KONTRAK BLOK XO DENGAN SISTEM PRODUCTION SHARING CONTRACT (PSC) Fataninda Dwi Kesumaputri, Syamsul Irham Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Indonesia

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 09 010 Depletion Premium : Tinjauan Teori, Hukum, dan Penerapan Pada Kontrak

Lebih terperinci

Analisis Ekonomi Pemilihan Electric Submersible Pump Pada Beberapa Vendor

Analisis Ekonomi Pemilihan Electric Submersible Pump Pada Beberapa Vendor Analisis Ekonomi Pemilihan Electric Submersible Pump Pada Beberapa Vendor Economic Analysis of Electric Submersible Pump Selection on Multiple Vendors Muhammad Ariyon Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN DEPLETION PREMIUM DALAM ANALISIS KEEKONOMIAN PROYEK MINYAK DAN GAS BUMI

KAJIAN PENERAPAN DEPLETION PREMIUM DALAM ANALISIS KEEKONOMIAN PROYEK MINYAK DAN GAS BUMI KAJIAN PENERAPAN DEPLETION PREMIUM DALAM ANALISIS KEEKONOMIAN PROYEK MINYAK DAN GAS BUMI Oleh: Agus Rendi Wijaya * Sari Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam yang tidak terbaharukan dan memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional

BAB I PENDAHULUAN. sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumber pendapatan dari sektor minyak dan gas bumi. Pengusahaan kekayaan alam ini secara konstitusional didasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi

Lebih terperinci

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada profil produksi migas yang akan dihasilkan, biaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis Perlakuan perpajakan..., Rusfin Molid Alamsyah, FISIP UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis Perlakuan perpajakan..., Rusfin Molid Alamsyah, FISIP UI, 2009 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

Lebih terperinci

Hasil Studi Dan Analisis

Hasil Studi Dan Analisis Bab V Hasil Studi Dan Analisis V.1 Kasus Awal Kasus Awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Lapangan X yang memiliki empat buah sumur. Model reservoir dengan empat buah sumur sebagai kasus awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semangat melakukan eksplorasi sumber daya alam di Indonesia adalah UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

Lebih terperinci

PERMEN ESDM NO. 08 TAHUN 2017 KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT BAGIAN HUKUM DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI

PERMEN ESDM NO. 08 TAHUN 2017 KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT BAGIAN HUKUM DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI PERMEN ESDM NO. 08 TAHUN 2017 KONTRAK BAGI HASIL GROSS SPLIT BAGIAN HUKUM DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI 1 1 I LATAR BELAKANG 2 2 Kondisi Hulu Migas Saat ini 1. Skema PSC Cost Recovery kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR

Lebih terperinci

UU Nomor 22 Tahun 2001 dan Peran BP Migas dalam Regulasi Industri Migas di Indonesia Oleh Morentalisa. Eksplorasi: Plan of Development (POD)

UU Nomor 22 Tahun 2001 dan Peran BP Migas dalam Regulasi Industri Migas di Indonesia Oleh Morentalisa. Eksplorasi: Plan of Development (POD) UU Nomor 22 Tahun 2001 dan Peran BP Migas dalam Regulasi Industri Migas di Indonesia Oleh Morentalisa Kegiatan Hulu Migas Survey Umum Pembagian Wilayah Kerja (WK) Tanda tangan kontrak Eksplorasi: Eksploitasi

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1130, 2016 KEMEN-ESDM. Kilang Minyak. Skala Kecil. Pembangunan. Pelaksanaan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2016

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136, No.305, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Pasca Operasi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15

Lebih terperinci

STANDARD PELAYANAN PUBLIK (SPP) PELAYANAN PERIJINAN DAN REKOMENDASI BIDANG MIGAS

STANDARD PELAYANAN PUBLIK (SPP) PELAYANAN PERIJINAN DAN REKOMENDASI BIDANG MIGAS SKPD : Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah STANDARD PELAYANAN PUBLIK (SPP) PELAYANAN PERIJINAN DAN REKOMENDASI BIDANG MIGAS No Jenis Pelayanan Persyaratan Prosedur Pelayanan Waktu

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PENGUMUMAN PEMENANG LELANG PENAWARAN LANGSUNG WILAYAH KERJA MIGAS TAHAP II TAHUN 2010 DAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PENGUMUMAN PEMENANG LELANG PENAWARAN LANGSUNG WILAYAH KERJA MIGAS TAHAP II TAHUN 2010 DAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PENGUMUMAN PEMENANG LELANG PENAWARAN LANGSUNG WILAYAH KERJA MIGAS TAHAP II TAHUN 2010 DAN LELANG PENAWARAN LANGSUNG WILAYAH KERJA GAS METANA BATUBARA TAHUN 2010

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN KONTRAK DAN HARGA GAS METANA BATUBARA (COALBED METHANE/CBM) DI INDONESIA TESIS

ANALISIS KEBIJAKAN KONTRAK DAN HARGA GAS METANA BATUBARA (COALBED METHANE/CBM) DI INDONESIA TESIS ANALISIS KEBIJAKAN KONTRAK DAN HARGA GAS METANA BATUBARA (COALBED METHANE/CBM) DI INDONESIA TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh

Lebih terperinci

Kata Kunci : Faktor Perolehan, simulasi reservoir, sumur berarah, analisa keekonomian.

Kata Kunci : Faktor Perolehan, simulasi reservoir, sumur berarah, analisa keekonomian. PENGEMBANGAN LAPANGAN X DENGAN SUMUR BERARAH MELALUI SIMULASI RESERVOIR DAN ANALISA KEEKONOMIAN Jesta* Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D.** Sari Lapangan X merupakan lapangan minyak dengan jenis reservoir

Lebih terperinci

FORMAT SURAT SETORAN PAJAK PENGHASILAN MINYAK BUMI DAN/ATAU GAS BUMI SURAT SETORAN PAJAK MIGAS (SSP MIGAS)

FORMAT SURAT SETORAN PAJAK PENGHASILAN MINYAK BUMI DAN/ATAU GAS BUMI SURAT SETORAN PAJAK MIGAS (SSP MIGAS) 2012, No.544 14 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/PMK.02/2012 TENTANG TATA CARA PENYETORAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA DARI KEGIATAN USAHA HULU MINYAK BUMI DAN/ATAU

Lebih terperinci

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN TAHUN PAJAK PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MIGAS

LAMPIRAN KHUSUS SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN TAHUN PAJAK PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BAGI KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA MIGAS LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-28/PJ/2011 TENTANG : BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BAGI WAJIB PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN DI BIDANG USAHA HULU

Lebih terperinci

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah No No.116, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kontrak Bagi Hasil Gross Split. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2017 TENTANG KONTRAK

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diundangkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan

BAB I PENDAHULUAN. Diundangkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diundangkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menjadi awal tonggak reformasi kegiatan usaha hulu migas di Indonesia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi. Ekplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA OPERASI YANG DAPAT DIKEMBALIKAN DAN PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN DI BIDANG USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Pre

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut Pemerintah adalah Pre No.99, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Minyak. Gas Bumi. Aceh. Pengelolaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5696). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN Izin Usaha Niaga BBN PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN Izin Usaha Niaga BBN PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA Prosedur

Lebih terperinci

TINJAUAN HASIL LAPORAN EITI SEKTOR MIGAS TAHUN Disampaikan oleh : Direktur Pembinaan Program Migas

TINJAUAN HASIL LAPORAN EITI SEKTOR MIGAS TAHUN Disampaikan oleh : Direktur Pembinaan Program Migas DIREKTORAT JENDERAL MINYAK DAN GAS BUMI TINJAUAN HASIL LAPORAN EITI SEKTOR MIGAS TAHUN 2012-2013 Disampaikan oleh : Direktur Pembinaan Program Migas Pada Acara Sosialisasi & Seminar EITI Meningkatkan Partisipasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Dalam melakukan penafsiran dalam klausul PSC tentang tarif Branch

BAB V PENUTUP. 1. Dalam melakukan penafsiran dalam klausul PSC tentang tarif Branch BAB V PENUTUP V.1 KESIMPULAN Dari uraian dan pembahasan yang telah dilakukan, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam melakukan penafsiran dalam klausul PSC tentang tarif Branch Profit Tax

Lebih terperinci

Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS

Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS Kebijakan Perpajakan Terkait Importasi Barang Migas KKKS Persen Kontribusi thp Pen Dom & Harga Minyak US$ per Barel Produksi Minyak Bumi ribu BOPD PERAN MIGAS DALAM APBN 100 1800 90 80 1600 70 60 1400

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka 5 Bab II Tinjauan Pustaka II.1. Potensi Cadangan Minyak Blok Cepu Secara geologi kawasan blok Cepu termasuk dalam cekungan jawa timur laut yang termasuk salah satu mandala cekungan migas tertua di dunia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

FORMAT SURAT SETORAN PAJAK PENGHASILAN MINYAK BUMI DAN/ATAU GAS BUMI SURAT SETORAN PAJAK MIGAS (SSP MIGAS)

FORMAT SURAT SETORAN PAJAK PENGHASILAN MINYAK BUMI DAN/ATAU GAS BUMI SURAT SETORAN PAJAK MIGAS (SSP MIGAS) LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 79/PMK.02/2012 TENTANG : TATA CARA PENYETORAN DAN PELAPORAN PENERIMAAN NEGARA DARI KEGIATAN USAHA HULU MINYAK BUMI DAN/ATAU GAS BUMI DAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

Izin Usaha Niaga Gas Bumi Yang Memiliki Fasilitas Jaringan Distribusi PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA

Izin Usaha Niaga Gas Bumi Yang Memiliki Fasilitas Jaringan Distribusi PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA Izin Usaha Niaga Gas Bumi Yang Memiliki Fasilitas Jaringan Distribusi PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA Prosedur Memperoleh

Lebih terperinci

TINJAUAN EKONOMI KEIKUTSERTAAN BUMD BLORA DALAM PROGRAM PARTICIPATING INTEREST (PI) BLOK CEPU TESIS

TINJAUAN EKONOMI KEIKUTSERTAAN BUMD BLORA DALAM PROGRAM PARTICIPATING INTEREST (PI) BLOK CEPU TESIS TINJAUAN EKONOMI KEIKUTSERTAAN BUMD BLORA DALAM PROGRAM PARTICIPATING INTEREST (PI) BLOK CEPU TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA (TRADER)

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA (TRADER) Izin Usaha Niaga Gas Bumi Yang Tidak Memiliki Fasilitas Jaringan Distribusi PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA (TRADER) PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN SURVEI UMUM DALAM KEGIATAN USAHA

Lebih terperinci

Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas

Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas Disampaikan Dalam FGD Tranparansi Dana Bagi Hasil (DBH) Industri Ekstraktif Batam, 09 April 2018 1 II DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BERSAMA SUMBER DAYA ALAM MINYAK DAN GAS BUMI DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN INVESTASI THE CORAL HOTEL DI SURAKARTA

STUDI KELAYAKAN INVESTASI THE CORAL HOTEL DI SURAKARTA STUDI KELAYAKAN INVESTASI THE CORAL HOTEL DI SURAKARTA Investment Feasibility Study Of The Coral Hotel At Surakarta Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Bab IV Pembahasan dan Analisa

Bab IV Pembahasan dan Analisa 39 Bab IV Pembahasan dan Analisa IV.1. Evaluasi Ekonomi Dalam hasil perhitungan keekonomian dengan mempergunakan harga minyak dunia pada saat ini sebesar US$ 100 / barrel, menunjukan nilai indikator ekonomi

Lebih terperinci

TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA

TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA 1. Kesinambungan kebijakan fiskal (fiscal sustainability) secara makro 2. Mengoreksi ketimpangan vertikal (vertical imbalance) antara Pusat dan Daerah 3. Mengoreksi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produksi minyak bumi, salah satunya dengan menerapkan teknologi Enhanched Oil Recovery (EOR) pada lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional Eksplorasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional Eksplorasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional Eksplorasi dan Produksi (Pertamina EP) merupakan salah satu anak perusahaan PT Pertamina (Persero) yang

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 GAS BUMI 2.1.1 Proses Pembentukan Gas Bumi. Jutaan tahun silam, organisme yang mati mengalami pembusukan oleh jasad renik (mikroorganisme). Sisa-sisa organisme itu mengendap

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pada bab ini menguraikan tentang pelaksanaan penelitian telah dilakukan berupa pengumpulan dan pengolahan data. Data yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Izin Usaha Niaga Umum Hasil Olahan PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM HASIL OLAHAN

Izin Usaha Niaga Umum Hasil Olahan PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM HASIL OLAHAN Izin Usaha Niaga Umum Hasil Olahan PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM HASIL OLAHAN PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA Prosedur Memperoleh Izin Usaha Sementara 1. Badan Usaha

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi yang semakin meningkat dan kenaikan harga minyak yang melonjak pesat dari tahun ke tahun mengakibatkan minyak sangatlah berharga, sehingga sumur-sumur

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

Contoh Tabel Input-Output untuk Sistem Perekonomian dengan Dua Sektor Produksi. Alokasi Output Permintaan Antara Sektor Produksi Struktur Input 1 2

Contoh Tabel Input-Output untuk Sistem Perekonomian dengan Dua Sektor Produksi. Alokasi Output Permintaan Antara Sektor Produksi Struktur Input 1 2 BAB II Kajian Pustaka II.1 Analisis input output II.1.1 Tabel Input-Output Hubungan timbal balik dan saling keterkaitan antara satuan kegiatan (sektor) perekonomian dengan sektor lain secara menyeluruh

Lebih terperinci

Fundamental of Oil and Gas Business Valuation

Fundamental of Oil and Gas Business Valuation Fundamental of Oil and Gas Business Valuation Oil and Gas Economics Techniques and Application Course http;//explorerealoptions.com The Investment Environment 1 Cash Intensive 3 High Uncertainty And Risk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

Izin Usaha Niaga Terbatas LNG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS LNG

Izin Usaha Niaga Terbatas LNG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS LNG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS LNG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA Prosedur Memperoleh Izin Usaha 1. Badan Usaha mengajukan permohonan Izin Usaha kepada Menteri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri yang berhubungan dengan sistem distribusi fluida tentunya memerlukan instrumen untuk mengalirkannya. Untuk fluida termampatkan maka diperlukan kompresor,

Lebih terperinci

9 Fenomena Hulu Migas Indonesia, Peluang Memperbaiki Iklim Investasi dengan Kontrak Migas Gross Split

9 Fenomena Hulu Migas Indonesia, Peluang Memperbaiki Iklim Investasi dengan Kontrak Migas Gross Split 9 Fenomena Hulu Migas Indonesia, Peluang Memperbaiki Iklim Investasi dengan Kontrak Migas Gross Split #Kelebihan PSC Gross Split #Model Gross Split Pertama di Dunia April, 2017 Ariana Soemanto, ST, MT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup menarik dan menguntungkan tentu saja akan mendorong para pengusaha untuk masuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pastinya berdampak pula pada para produsen atau supplier alat-alat berat tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pastinya berdampak pula pada para produsen atau supplier alat-alat berat tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan industri alat berat dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat seiring dengan berkembangnya pembangunan industri secara global. Hal ini pastinya berdampak

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan Data dan Perhitungan

Bab III Pengolahan Data dan Perhitungan 24 Bab III Pengolahan Data dan Perhitungan Pengembangan lapangan Cepu Blok Area E (762.8 km 2 ) atau lebih dikenal lapangan Banyu-urip merupakan tahap pertama dari lima tahapan pengembangan blok Cepu,

Lebih terperinci

Izin Usaha Niaga Terbatas Bahan Bakar Minyak PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS BBM

Izin Usaha Niaga Terbatas Bahan Bakar Minyak PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS BBM Izin Usaha Niaga Terbatas Bahan Bakar Minyak PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS BBM PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA Prosedur Memperoleh Izin Usaha Sementara 1. Badan

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER IATMI 520 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 5 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 1618 November 5. INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER Ir. Oetomo Tri Winarno,

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005. MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005 Tentang PERSYARATAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN IZIN USAHA DALAM KEGIATAN USAHA

Lebih terperinci

Pengaruh Cost Recovery terhadap Pendapatan Perusahaan dan Goverment Take pada PT Chevron Pacific Indonesia

Pengaruh Cost Recovery terhadap Pendapatan Perusahaan dan Goverment Take pada PT Chevron Pacific Indonesia Kasman Arifin ZA, Iqbal Maulana Arifin Pengaruh Cost Recovery terhadap Pendapatan Perusahaan dan Goverment Take pada PT Chevron Pacific Indonesia JAM 12, 4 Diterima, Januari 2014 Direvisi, Maret 2014 Juni

Lebih terperinci

Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan atas FTP

Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan atas FTP LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-20/PJ/2017 TENTANG : TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS FIRST TRANCHE PETROLEUM Contoh Penghitungan Pajak Penghasilan atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal No.480, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Mekanisme Pengembalian Biaya Investasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN III.1 Sejarah Umum Perusahaan PT Akar Golindo adalah perusahaan yang bekerja untuk melakukan eksplorasi serta produksi minyak dan gas. Perusahaan ini didirikan di Jakarta

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI. Oleh: Bambang Rusamseno

PENGHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI. Oleh: Bambang Rusamseno Journal of Applied Business and Economics Volume 1 Nomor 2 Januari 2015 PENGHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI ABSTRAK Oleh: Bambang Rusamseno Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGEMBANGAN LAPANGAN X DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI RESERVOIR DAN ANALISIS KEEKONOMIAN TUGAS AKHIR. Oleh: IKHWANUSHAFA DJAILANI NIM

OPTIMASI PENGEMBANGAN LAPANGAN X DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI RESERVOIR DAN ANALISIS KEEKONOMIAN TUGAS AKHIR. Oleh: IKHWANUSHAFA DJAILANI NIM OPTIMASI PENGEMBANGAN LAPANGAN X DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI RESERVOIR DAN ANALISIS KEEKONOMIAN TUGAS AKHIR Oleh: IKHWANUSHAFA DJAILANI NIM 122417 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Lebih terperinci

3.1. TAHAP PENELITIAN

3.1. TAHAP PENELITIAN BAB III METODOLOGI 3.1. TAHAP PENELITIAN Dalam pelaksanaan penulisan penelitian ini, dilakukan metodologi yang saling berkaitan antara operasional keja terminal penerima LNG dengan industri yang bisa bersimbiosis

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI

IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI IX. INVESTASI DAN EVALUASI EKONOMI Suatu pabrik layak didirikan jika telah memenuhi beberapa syarat antara lain safety-nya terjamin dan dapat mendatangkan profit. Investasi pabrik merupakan dana atau modal

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA Izin Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA Izin Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN

Lebih terperinci