Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit skabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. dengan keluhan gatal terutama pada malam hari yang ditandai dengan adanya kelainan pada kulit berupa papula, vesikula, urtikaria, dan krista. Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang rendah, hygiene perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak bersih, perilaku yang tidak mendukung kesehatan, serta kepadatan penduduk. Faktor yang paling dominan adalah kemiskinan dan higienitas perorangan yang jelek di negara berkembang, dan merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak menderita penyakit skabies ini (Carruthers, 1978 ; Kabulrachman, 1992). Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997). Diperkirakan sanitasi lingkungan yang buruk di Pondok Pesantren (Ponpes) merupakan faktor dominan yang berperan dalam penularan dan tingginya angka prevalensi penyakit skabies diantara santri di Ponpes (Dinkes Jatim, 1997). Dalam penelitian ini dilakukan observasi dan studi analisa untuk mengetahui prevalensi skabies yang terjadi pada siswa Pondok Pesantren Darul Mujahadah serta faktor-faktor lingkungan (sanitasi Ponpes, hygienitas perorangan, dan perilaku) yang mempengaruhinya. Sebelumnya belum pernah ada penelitian mengenai masalah ini pada Ponpes tersebut.

16 Rumusan Masalah Sanitasi lingkungan yang buruk selain higienitas perorangan dan faktor pendukung lainnya merupakan faktor dominan yang berperan dalam penularan dan tingginya angka prevalensi penyakit skabies, terutama di lingkungan pesantren. Berapakah prevalensi skabies pada santri di Ponpes Darul Mujahadah Tegal, serta faktor apa saja yang berperan nyata dalam kejadian tersebut? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan umum Mengetahui prevalensi skabies pada siswa Pondok Pesantren Darul Mujahadah tahun 2009 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga dapat digunakan sebagai tindakan preventif dalam mencegah terjadinya skabies, dan pada akhirnya dapat menurunkan prevalensi kejadian skabies pada siswa Pondok Pesantren Darul Mujahadah Tujuan khusus 1. Mengetahui prevalensi penderita skabies pada siswa & siswi Pondok Pesantren Darul Mujahadah. 2. Mengetahui faktor-faktor penyebab dan penularan skabies pada siswa Pondok Pesantren Darul Mujahadah Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi dan edukasi kesehatan bagi warga Ponpes Darul Mujahadah Tegal khususnya dan masyarakat sekitarnya pada umumnya. 2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya mengenai skabies di lingkungan Ponpes tersebut khususnya.

17 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Penyakit Kulit Skabies Skabies di Indonesia Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var, hominis dan produknya. Prevalensi penyakit skabies di Indonesia adalah sekitar 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997). Penyakit ini masih menjadi masalah tidak saja di daerah terpencil, tetapi juga di kota-kota besar bahkan di Jakarta (Tabri, 2003). Di Indonesia, kasus skabies cukup tinggi ketika zaman penjajahan Jepang berlangsung. Penduduk kesulitan memperoleh makanan, pakaian dan sarana pembersih tubuh pada saat itu, sehingga kasus scabies cepat menular dari anak-anak hingga dewasa (Partosoedjono, 2003). Sebanyak 915 dari 1008 (90,8%) orang terserang skabies di Desa Sudimoro, Kecamatan Turen, Malang (Poeranto, 1997) Perbandingan penderita lakilaki dan perempuan adalah 83,7% : 18,3%. Data penderita skabies yang terhimpun dari klinik Penyakit Kulit dan Kelamin, Rumah Sakit Palang Merah Indonesia (RS PMI) Bogor dari tahun , masing-masing enam betas pasien (2000); delapan betas pasien (2001); tujuh pasien (2002); delapan pasien (2003) dan lima pasien (2004). Data-data di atas menunjukkan bahwa penderita skabies di Indonesia masih cukup tinggi Sarcoptes scabiei, morfologi, dan cara penularannya Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, orto Ackarima, super family Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var.hominis. selain yang juga terdapat pada kambing dan babi (Handoko, 2007).

18 4 Secara morfologik, merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya, yang betina berkisar antara mikron x mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni mikron x mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Gbr.1 Tungau Sarcoptes scabiei (Sumber : /skanbies/index.html) Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai

19 5 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari (Handoko, 2007). Gbr.2 Siklus hidup tungau Sarcoptes scabiei (Sumber : Menurut CDC tahun 2008, tungau Sarcoptes scabiei melalui 4 tahap pertumbuhan dalam siklus hidupnya : telur, larva, nimfa, dewasa. 1. Tungau betina meninggalkan 2-3 telur sehari di bawah kulit. Telur berbentuk oval dan mempunyai panjang 0,10-0,15 mm. menetas dalam 34 hari. 2. Setelah menetas, larva bermigrasi ke permukaan kulit luar dan bersembunyi di dalam lapisan stratum korneum. Dalian kecil dikenal

20 6 dengan sebutan kantong perubahan kulit. Stadium larva, yang muncul dari telur hanya memiliki 3 pasang kaki dan bertahan sekitar 3-4 hari. 3. Kemudian larva berubah menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki. Perubahan bentuk ini sedikit lebih besar dibanding dengan stadium larva sebelum nanatinya akan berubah ke bentuk dewasa. Larva dan nimfa sering ditemukan di kantung-kantung kulit (molting pouches) atau dalam folikel rambut yang kelihatannya sama dengan bentuk dewasa namun ukurannya lebih kecil. 4. Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran panjang betina antara 0,30-0,45 mm dan lebar 0,25-0,35 mm. dan ukuran jantan sedikit lebih dari setengah ukuran betina. Perkawinan terjadi tungau jantau secara aktif masuk ke terowongan yang telah dibuat oleh tungau betina. Setelah terjadi kopulasi, tungau jantan mati atau dapat bertahan hidup beberapa hari dalam terowongan. Tungau betina keluar permukaan kulit dan mencari tempat yang cocok untuk membuat terowongan yang baru untuk meletakkan telur-telurnya. Siklus hidup dari telur telur sampai menjadi dewasa berlangsung satu bulang (CDC, 2008). Cara penularan (transmisi) 1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. 2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal dan lain-lain Faktor-faktor yang berperan terhadap penyakit skabies Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain : sosial ekonomi yang rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual).

21 Patogenesis Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sellkreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder (Handoko, 2007). Menurut Handoko tahun 2007 ada 4 tanda cardinal : 1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala, penderita ini bersifat sebagai pembawa. 3. Adanya terowongan (kanalikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul dan vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Terowongan yang berkelok-kelok umumnya ditemukan pada penderita kulit putih dan sangat jarang di Indonesia (Margono, 1998). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu : sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mame (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria),

22 8 perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Gbr.3 Tungau yang hidup dalam terowongan (Sumber : Prof. Dr. R.S. Siregar Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, edisi ) 4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal tersebut. Ada pendapat yang mengatakan penyakit ini merupakan the great imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai diagnosis banding adalah : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis dan lain-lain Penatalaksanaan skabies Pengobatan Syarat obat yang ideal : 1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau. 2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik. 3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian. 4. Mudah diperoleh dan harganya murah.

23 9 Pengobatan melibatkan seluruh anggota keluarga yang harus diobati (termasuk penderita yang hiposensitisasi) guna mencegah penularan lebih lanjut (Handoko, 2007). Jenis obat topikal : 1. Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunanya tidak boleh kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakain dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang dari 2 tahun. 2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering member iriasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. 3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) kadarnya 1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang member iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil, karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu kemudian. 4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal; harus dijauhkan dari mata, mulut dan uretra. 5. Permetrin dengan kadar 5% dalam krim, kurang toksik disbanding gameksan, efektivitasnya sama, aplikasi hanya sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi di bawah umur 2 bulan. 2. Higienitas perorangan dan lingkungan 3. Edukasi dan penyuluhan kesehatan masyarakat

24 Kerangka Konsep 2.3. Definisi Operasional Variabel Independent 1. Higiene personal Meliputi frekuensi mandi, sabun dan handuk yang dipergunakan, cuci tangan setelah kegiatan, dan mencuci pakaian. Pengamatan penelitian dilakukan dengan melihat pola higiene dari masing-masing personal yang mempengaruhi timbulnya penyakit kulit skabies. 2. Sanitasi lingkungan Terdiri dari penyediaan air bersih, ketersediaan jamban, pengelolaan sampah, system pembuangan air limbah, sanitasi dan kepadatan pemondokan, sanitasi ruang belajar dan sanitasi masjid Ponpes. Dalam hal ini akan dilakukan dengan melihat sanitasi lingkungan pondok. Sehingga dapat dinilai pengaruh kebersihan terhadap timbulnya penyakit kulit skabies.

25 11 3. Perilaku santri Mencakup pengetahuan, sikap dan praktek yang mencegah penularan penyakit scabies yang akan dilakukan dengan menilai pengetahuan, sikap dan praktek siswa untuk mencegah penyakit skabies Variabel Dependent Prosentase atau prevalensi kejadian skabies.

26 12 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian ini berupa penelitian deskriptif analitik cross sectional untuk mengetahui prevalensi skabies pada siswa Pondok Pesantren Darul Mujahadah dan faktor-faktor yang mempengaruhi Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Darul Mujahadah Kabupaten Tegal Provinsi Jawa Tengah pada bulan Oktober tahun Populasi dan Sampel Sampel adalah siswa Pondok Pesantren Darul Mujahadah sebagai subyek penelitian yang dipilih secara acak dengan memenuhi kriteria inklusi yang ditentukan. Kriteria Inklusi 1. Seluruh siswa Pondok Pesantren Darul Mujahadah dan bersedia mengikuti penelitian. 2. Siswa yang menunjukkan gejala klinis skabies atau memenuhi criteria diagnosis skabies. Kriteria Eksklusi 1. Siswa yang menunjukkan gejala-gejala klinis penyakit kulit lain. 2. Siswa dengan penyakit berat lainnya Teknik Pengambilan Sampel Penelitian Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara simpel random sampling (cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi). Daftar nama seluruh siswa

27 13 Pondok Pesantren Darul Mujahadah dikumpulkan, selanjutnya dilakukan pengambilan nama siswa-siswi secara acak. Subjek yang didapat dan memenuhi kriteria inklusi pada hari dan tanggal yang telah ditentukan dilakukan skrining serta mengisi kuesioner Besar Sampel Jumlah sampel (n) = ((Zα)2 x p x (1-p)) d2 = ((1,96)2 x 0,27 x (0.73) 0,12 = 76 orang Keterangan: n : Besar sampel penelitian yang dibutuhkan Za : Dengan menggunakan interval kepercayaan 95% = 1,96 d : absolut precission/ kesalahan maksimum yang masih ditolelir = 0,1 P 3.4. : prevalensi skabies yang diperkirakan = 27% Cara Kerja Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua bagian, yaitu penelitian mengenai prevalensi skabies dan faktor yang mempengaruhi terjadinya skabies. Penelitian ini dimulai dengan menentukan subyek penelitian yang dipilih secara simple random sampling sehingga didapat nama-nama siswa yang akan dilakukan dalam penelitian. Langkah berikutnya adalah melakukan skrining dengan observasi secara langsung dan selanjutnya menyebarkan kuesioner pada siswa tersebut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya skabies.

28 14 Pengisian Lembar Persetujuan (Informed Consent) oleh Pimpinan Ponpes Simple Random Sampling Pendataan Subjek Penelitian Skrining dengan melakukan Pemeriksaan Fisik Tanda-Tanda Skabies Mengisi Kuesioner Pengolahan Data 3.5. Managemen Data Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner (tentang gejala & faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit skabies) oleh responden dan dengan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan diagnosis oleh peneliti Analisa data Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dimasukan ke dalam program SPSS dan dilakukan analisa statistik non parametrik komparatif atau asosiatif antar variabel dengan uji Mann Whitney Etika Penelitian Semua subjek penelitian akan diberikan penjelasan secara lisan dan tertulis mengenai tujuan dan cara penelitian. Penelitian ini akan dijalankan setelah mendapat persetujuan secara sukarela (informed consent) dari responden. Subjek yang akan diteliti berhak menolak untuk tidak mengikuti penelitian.

29 15 BAB 4 HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Subjek Tabel 4.1. Sebaran Responden Secara Umum Karakteristik Subjek Jenis Kelamin Pendidikan Umur Efloresensi Skabies (Dari 47 responden yang mengalami skabies) Jumlah responden yang tidak terkena scabies Klasifikasi Jumlah sampel (n = 76) Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan MTs (SLTP) MA (SLTA) 42 orang 34 orang 64 orang 12 0rang 55,3 % 44,7 % 84,2 % 15,8 % 11 tahun 12 tahun 13 tahun 14 tahun 15 tahun 11 orang 19 orang 14 orang 17 orang 9 orang 14,5 % 25 % 18,4 % 22,4 % 11,8 % 16 tahun 17 tahun 18 tahun Papula 2 orang 2 orang 2 orang 27/47 2,6 % 2,6 % 2,6 % 57,4 % Vesikula 17/47 36,2 % Pustula 14/47 29,8 % Krusta 10/47 29/76 21,3 % 38,16 % Dari hasil tabel di atas didapatkan bahwa ; 1. Dari 76 responden yang diteliti didapatkan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (55,3%). 2. Sebagian besar responden (84,2%) sekolah tingakat menengah (MTs) dan sisanya sekolah di tingkat atas (MA). 3. Umur responden terbanyak adalah 12 tahun (25%). 4. Dari hasil pemeriksaan (efloresensi) terhadap santri yang mengalami skabies, manifestasi klinis terbanyak berupa papul (57,4 %). 5. Jumlah responden yang tidak menunjukkan gejala skabies sebanyak (38,16 %).

30 Data Subjek & Sampel Prevalensi Skabies Tabel 4.2 Prevalensi Skabies Diagnosis Frekuensi Persentase Skabies Bukan Skabies ,8 % 38,2 % Jumlah % Gambar 4. Diagram Prevalensi Skabies Pemeriksaan fisik kulit terhadap 76 orang santri Ponpes Darul Mujahadah Kabupaten Tegal menunjukkan bahwa prevalensi penyakit skabies adalah 47 santri (61,8%). Prevalensi ini lebih rendah jika dibandingkan dengan prevalensi penyakit skabies di sebuah Ponpes di Jakarta yang mencapai 78,70% atau di Ponpes Kabupaten Pasuruan Jawa Timur sebesar 66,70% (Kuspriyanto, 2002). Dengan demikian tampak bahwa penyakit skabies merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang perlu diperhatikan pada santri Ponpes. Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang tinggi serta dapat mengganggu

31 17 ketenangan pada waktu istirahat, terutama pada waktu tidur di malam hari. (Handoko, 2007) Higiene Perorang Penilaian higiene perorang dalam penelitian ini meliputi antara lain frekuensi mandi, memakai sabun, pakaian, handuk secara bergantian. Tabel 4.3 Prosentase Higienitas Perorang Responden Higienitas perorang Frekuensi Persentase Baik 35 46,1 % Buruk 41 53,9 % Jumlah % Mean Median 12,36 13 Keterangan : Dikatakan seseorang mempunyai personal hygiene yang baik apabila memenuhi 4 kriteria pada definisi operasional di atas yaitu mencakup frekuensi mandi 2 kali atau lebih dalam sehari serta sama sekali tidak menggunakan sabun, pakaian maupun handuk secara bersama-sama atau bergantian. Dikatakan buruk apabila tidak memenuhi syarat yang disebutkan dalam kriteria personal hygiene yang baik. Pada penelitian ini, keempat variabel ditransformasikan menjadi variable personal hygiene, kemudian diperoleh nilai mean 12,36 dan median 13. hasil data responden yang angkanya di bawah 12 dimasukkan ke dalam kategori higinitas perorang buruk, sedangkan hasil data responden yang mempunyai nilai di atas 13 dimasukkan ke dalam kategori higinitas perorang yang baik. Dari tabel diatas didapatkan bahwa sekitar 46,1 % responden mempunyai personal hygiene yang baik. Sedangkan, sekitar 53,9 % responden mempunyai personal hygiene yang buruk.

32 18 Tabel 4.4 Prevalensi skabies dihubungkan dengan higienitas perorang Higinitas perorang Buruk Baik Diagnosis skabies Bukan skabies Skabies Total Total 11 (37,9 %) 18 (62,1 %) 29 (100%) 24 (51,1 %) 23 (48,9 %) 47 (100 %) 35 (46 %) 41 (53,9 %) 76 (100 %) Gambar 5. Hubungan Higienitas Perorang dengan Kejadian Skabies Dari hasil data di atas, penderita skabies dengan tingkat higiene perorang buruk didapatkan 24 responden (51,1%), sedangkan penderita skabies dengan tingkat higiene perorang baik didapatkan 23 responden (48,9%). Dari kelompok responden yang tergolong higiene perorangnya baik terkena skabies sebanyak 23/41 (56,10%) dibandingkan yang tidak terkena skabies sebanyak 18/41 (43,90%). Hal tersebut dapat terjadi karena seseorang yang sudah memiliki higienitas baik tetapi tidak ditunjang dengan perilaku yang baik juga guna menghindari risiko penularan skabies, seperti sering kontak dengan penderita skabies, tidur bersama dan berhimpitan dengan penderita skabies.

33 19 Pada kelompok responden yang higienitas perorangnya buruk, 24/35 (68,57%) lebih banyak terkena skabies dibandingkan dengan yang bukan skebies 11/35 (31,43%) Higienitas perorang sangat berperan sebagai faktor risiko gejala serta penularan skabies. Hal ini dinyatakan oleh Handoko bahwa salah satu faktor yang mendukung perkembangan penyakit kulit skabies adalah higienitas perorang yang buruk.(handoko, 2007). Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa responden yang memiliki higienitas perorang yang buruk lebih besar terkena gejala-gejala penyakit skabies dibandingkan dengan responden yang memiliki higienitas perorang yang baik Sanitasi Lingkungan Ponpes Sanitasi lingkungan Ponpes yang diteliti meliputi parameter sanitasi kamar tidur (asrama) dan sanitasi kamar mandi. Tabel 4.5 Gambaran sanitasi lingkungan Sanitasi Lingkungan Frekuensi Persentase Baik 34 29,3 % Buruk 42 36,2 % Jumlah 76 65,5 % Missing system 34,5 % Dari tabel di atas didapatkan bahwa yang tergolong dalam kelompok sanitasi baik sebesar 29,3% dan yang tergolong dalam sanitasi buruk sebesar 36,2 %. Penyediaan air bersih merupakan kunci utama sanitasi kamar mandi yang berperan terhadap penularan penyakit skabies pada para santri Ponpes, karena penyakit Skabies merupakan penyakit yang berbasis pada persyaratan air bersih (water washed disease) yang dipergunakan untuk membasuh anggota badan sewaktu mandi (Azwar, 1995). Kebutuhan air bersih untuk mandi, mencuci dan kebutuhan kakus Ponpes berasal dari sumur yang menggunakan pompa air.

34 20 Terdapat perbedaan kebersihan antara kebersihan kamar mandi dan kamar tidur (asrama) pada santri laki-laki dan santri wanita. Dimana kamar mandi dan asrama wanita lebih bersih dibandingkan dengan kamar mandi dan asrama laki-laki. Tabel 4.6 Hubungan sanitasi lingkungan dengan skabies Diagnosis scabies Total Bukan skabies Skabies Sanitasi Lingkungan Buruk Baik Total 4 (13,8 %) 38 (80,9 %) 42 (55,3 %) 29 (100%) 47 (100 %) 76 (100 %) 25 (86,2 %) 9 (19,1 %) 34 (44,7 %) Gambar 6. Hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies Dari hasil data di atas, penderita skabies dengan tingkat sanitasi yang buruk didapatkan 38 responden (80,9 %), sedangkan penderita skabies dengan tingkat higiene perorang baik didapatkan 9 responden (19,1%). Dari kelompok responden dengan sanitasi lingkungannya yang baik terkena skabies sebanyak 9/34 (26,47%) dibandingkan yang tidak terkena skabies sebanyak 25/34 (73,53%).

35 21 Pada kelompok responden dengan sanitasi lingkungannya buruk, 38/42 (90,48%) lebih banyak terkena skabies dibandingkan dengan yang bukan skebies 4/42 (9,52%) Sanitasi lingkungan sangat berperan sebagai faktor risiko gejala serta penularan skabies. Menurut Handoko bahwa salah satu faktor yang mendukung perkembangan penyakit kulit skabies adalah sanitasi lingkungan yang buruk (Handoko, 2007). Sesuai dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa responden yang tinggal dengan sanitasi yang buruk lebih besar risiko terkena penyakit skabies dibanding dengan responden yang tinggal dengan sanitasi lingkungan yang baik Perilaku Sehat Perilaku sehat diukur melalui tiga parameter yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap penyakit skabies. Perilaku yang tidak mendukung tersebut diantaranya adalah sering memakai baju atau handuk secara bergantian dengan teman, tidur bersama dan berhimpitan dalam satu tempat tidur. Tabel 4.7 Perbandingan perilaku sehat yang baik dan buruk Perilaku sehat Frekuensi Persentase Mean Median Perilaku sehat baik Perilaku sehat buruk ,1 % 53,9 % 21,59 22 Total % Keterangan : Dikatakan seseorang mempunyai perilaku sehat yang baik apabila memenuhi kriteria higienitas perorang yang baik ditambah dengan mengetahui cara penularan skabies, tidak kontak dengan penderita skabies (misal berjabat tangan dan tidur bersama secara berhimpitan),

36 22 frekuensi menjemur 2-3 kali dalam sebulan serta lama menjemur yang lebih dari 6 jam. Dikatakan buruk apabila tidak memenuhi syarat kriteria yang disebutkan di atas. Pada penelitian ini, keempat variabel ditransformasikan menjadi variable perilaku sehat, kemudian diperoleh nilai mean 21,59 dan median 22. Hasil data responden yang angkanya di bawah 21 dimasukkan ke dalam kategori perilaku sehat buruk, sedangkan hasil data responden yang mempunyai nilai di atas 22 dimasukkan ke dalam kategori seseorang dengan perilaku sehat yang baik. Dari tabel di atas didapatkan bahwa sebanyak 35 responden (46,1%) mempunyai perilaku sehat yang baik, sedangkan sebanyak 41 responden (53,9%) mempunyai perilaku sehat yang buruk. Tabel 4.8 Hubungan Perilaku Sehat dengan Kejadian Skabies Diagnosis scabies Total Bukan scabies Skabies Perilaku Sehat Buruk Baik 9 (31%) 20 (69%) 26 (55,3%) 21 (44,7%) 35 (46,1%) 41 (53,9%) Total 29 (100%) 47 (100%) 76 (100%)

37 23 Gambar 7. Hubungan perilaku sehat dengan kejadian skabies Dari tabel di atas, didapatkan bahwa responden dengan perilaku sehat yang buruk terkena penyakit skabies sebanyak 26 responden (55,3%), sedangkan responden dengan perilaku sehat yang baik terkena penyakit skabies sebanyak 21 responden (44,7%). Pada kelompok responden dengan perilaku sehat baik sebanyak 21/41 (51,22%) mengalami skabies, dan sebesar 20/41 (48,78%) termasuk dalam golongan bukan skabies. Hasil ini tidak sesuai dengan teori, dimana seharusnya seseorang yang mempunyai perilaku sehat baik akan semakin terhindar dari penyakit skabies. Pada kelompok responden dengan perilaku sehat buruk, sebanyak 26/35 (74,29%) mengalami skabies dan sekitar 9/35 (25,71%) termasuk dalam golongan bukan skabies. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang dengan perilaku sehat yang buruk akan lebih mudah terkena penyakit skabies dibanding dengan seseorang yang mempunyai perilaku sehat yang baik.

38 Analisa Statistik Pengaruh higienitas perorang terhadap gejala skabies Tabel 4.9 Uji normalitas diagnosis scabies a. Lilliefors Significance Correction Tests of Normality Personal higine yg sdh dikelompokkan buruk baik Kolmogorov-Smirnova Statistic Df Sig Dari tebel diatas didapatkan nilai p = 0,000 yang menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal. Setelah ditransformasi didapatkan nilai kemaknaan (p) sebesar 0,00. karena nilai p kurang dari 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa variable tran_ph mempunyai sebaran yang tidak normal. Karena sebaran data tidak normal, maka selanjutnya dilakukan uji non parametrik menggunakan uji Mann-Whitney (untuk 2 kelompok tidak berpasangan) Tabel 4.10 Uji hipotesis Test Statisticsa diagnosis scabies Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) p =.268 a. Grouping Variable: Personal higine yg sdh dikelompokkan Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai angka p = 0,268. karena nilai p > 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara seseorang yang mempunyai higienitas perorang yang baik dengan seseorang yang mempunyai higienitas perorang yang buruk terhadap timbulnya penyakit skabies.

39 Pengaruh sanitasi lingkungan terhadap gejala skabies Tabel 4.11 Uji normalitas sanitasi yang sudah dikelompokkan D a r diagnosis scabies i a. Lilliefors Significance Buruk Baik Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig Correction Dari tabel diatas didapatkan nilai p = 0,000 yang menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal. Setelah ditransformasi didapatkan nilai kemaknaan (p) sebesar 0,00. karena nilai p kurang dari 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa variable tran_sanitasi mempunyai sebaran yang tidak normal. Karena sebaran data tidak normal, maka selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney. Tabel 4.12 Uji Hipotesis (pengaruh sanitasi lingkungan terhadapa skabies) Test Statisticsa diagnosis scabies Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed).000 a. Grouping Variable: sanitasi yang sudah dikelompokkan Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai angka p = 0,00. karena nilai p < 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara seseorang yang hidup dengan sanitasi lingkungan yang baik dengan seseorang yang hidup dengan sanitasi lingkungan yang buruk terhadap timbulnya penyakit skabies.

40 26 Selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variable tersebut. Tabel 4.13 Uji Korelasi Sanitasi lingkungan dengan Skabies Correlations Spearman's rho diagnosis scabies Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N sanitasi yang Correlation sudah Coefficient dikelompokkan Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). diagnosis skabies sanitasi yang sudah dikelompokkan -.655** ** Dari hasil tabel di atas, diperoleh nlai (p) 0,00 yang menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat kebersihan sanitasi lingkungan dengan skabies adalah bermakna. Nilai korelasi Spearman (r) sebesar -0,655 menunjukkan bahwa arah korelasi negative yang berarti semakin rendah sanitasi lingkungan maka semakin besar risiko terjadinya penyakit skabies, dengan kekuatan korelasi yang kuat. Hal ini menunjukkan sanitasi lingkungan merupakan faktor utama yang dapat mempengaruhi terjadinya skabies dengan kekuatan korelasi yang kuat. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penemuan Isa (2005) yang menyatakan bahwa faktor sanitasi lingkungan berperan terhadap tingginya prevalensi penyakit scabies di kalangan santri Ponpes di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

41 Pengaruh perilaku sehat terhadap gejala skabies Tabel 4.14 Uji normalitas perilaku sehat yang sudah dikelompokkan diagnosis scabies a. Lilliefors D Correction Significance Kolmogorov-Smirnova Statistic df Sig. buruk baik a Dari tabel diatas didapatkan nilai p = 0,000 yang menunjukkan bahwa distribusi data tidak normal. Setelah ditransformasi didapatkan nilai kemaknaan (p) sebesar 0,00. karena nilai p kurang dari 0,05 maka diambil kesimpulan bahwa variable tran_ps mempunyai sebaran yang tidak normal. Karena sebaran data tidak normal, maka selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney. Tabel 4.15 Uji Hipotesis Test Statisticsa Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Grouping Variable: perilaku sehat yang sudah dikelompokkan diagnosis scabies Hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai angka significancy 0,04. karena nilai p < 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara seseorang yang mempunyai perilaku sehat yang baik dengan seseorang yang mempunyai perilaku sehat yang buruk terhadap timbulnya penyakit skabies.

42 28 Selanjutnya dilakukan uji korelasi untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variable tersebut. Tabel 4.16 Uji Korelasi Correlations a Spearma n's rho D diagnosis skabies diagnosis scabies perilaku sehat yang sudah dikelompokkan -.237* * Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N perilaku sehat yang Correlation sudah Coefficient dikelompokkan Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Dari hasil tabel di atas, diperoleh nlai (p) 0,04 yang menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat perilaku sehat dengan skabies adalah bermakna. Nilai korelasi Spearman (r) sebesar -0,237 menunjukkan bahwa arah korelasi negative yang berarti semakin buruk perilaku sehat seseorang maka kemungkinan terkena penyakit scabies semakin besar, dengan kekuatan korelasi yang lemah. Hal ini berarti bahwa perilaku sehat merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya scabies dengan kekuatan korelasi yang lemah. Pengaruhnya tidak terlalu signifikan atau bukan menjadi penyebab utama terhadap timbulnya penyakit skabies.

43 29 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis data penelitian disimpulkan bahwa faktor sanitasi lingkungan dan perilaku sehat yang berperan terhadap tingginya prevalensi penyakit scabies di kalangan para santri Pondok Pesantren Darul Mujahadah. 2. Higienitas perorangan tidak berpengaruh terhadap prevalensi kasus skabies di Pondok Pesantren Darul Mujahadah Kabupaten Tegal Saran 1. Perlu dilakukan validasi data kuesioner & penentuan scoring kuesioner. 2. Pada pelaksanaan pengambilan data perlu dipikirkan kendala-kendala yang mungkin akan ditemui di lapangan, sehingga dapat mengantisipasi/menghindari terjadinya kesalahan dalam.data. 3. Penggunaan SPSS sebagai salah satu alat dalam menganalisa data banyak memiliki keterbatasan-keterbatasan, sehingga memungkinkan terdapat data yang missing value. 4. Untuk mendapatkan hasil yang baik, pengambilan data/sampel hendaknya dilakukan berulang (repetitive sampel). 5. Hindari hal-hal yang dapat menyebabkan data kurang baik, seperti salah interpretasi dalam menjawab pertanyaan kuesioner, faktor-faktor yang mempengaruhi missing value data, dsb

44 30 DAFTAR PUSTAKA Anonim Sanitasi Pondok Pesantren di Jawa Timur. Surabaya: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Carruthers, R Treatment of Skabies and Pediculosis. Medical Proggress 5 (12) : Handoko, R Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia diakses pada hari Kamis, 9 September Kabulrachman Pengaruh Lingkungan dan Pencemaran Terhadap Penyakit Kulit. Majalah Kedokteran Indonesia 42 (5): Margono. S Parasitologi Kedokteran. Edisi ketiga. Jakarta. : Balai Penerbit FKUI Partosoedjono, S Scabies dan kualitas sanitasi masyarakat. Kompas, Jum'at, 05 September Poeranto, s et al Pengobatan dengan gamexan pada penderita scabiosis di pondok pesantren Al Munawwariyyah Sudimoro, Malang. Majalah Kedokteran Unibraw. 13(2) : Sungkar, S Skabies. Majalah Kedokteran Indonesia 47 (01) : Tabri F Skabies pada bayi dan anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Kurniati DD, editor. Infeksi kulit pada bayi dan anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI,.p

45 31 LAMPIRAN 1. DAFTAR TABEL Frequencies Statistics Personal higine yg sdh dikelompokkan N Valid 76 Missing Percentiles Personal higine yg sdh dikelompokkan Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent buruk baik Total

46 32 Frequencies Statistics sanitasi yang sudah dikelompokkan N Valid 76 Missing 40 Mean Median Mode 1.00 Std. Deviation Minimum 1.00 Maximum 2.00 Percentiles Sanitasi yang sudah dikelompokkan Cumulative Frequency Valid Missing Total Percent Valid Percent Percent buruk Baik Total System

47 33 Frequencies Statistics Perilaku sehat N Valid 76 Missing 0 Mean Std. Error of Mean Median Mode Std. Deviation Minimum Maximum Perilaku sehat yang sudah dikelompokkan Cumulative Frequency Valid Percent Valid Percent Percent buruk baik Total

48 34 Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N Missing Percent N Total Percent N Percent diagnosis skabies * Personal higine yg sdh % 0.0% % dikelompokkan Diagnosis skabies * Personal higine yg sdh dikelompokkan Crosstabulation Personal higine yg sdh dikelompokkan buruk diagnosis bukan skabies skabies Count % within diagnosis skabies Scabies Count % within diagnosis skabies Total Count % within diagnosis skabies baik Total % 62.1% 100.0% % 48.9% 100.0% % 53.9% 100.0%

49 35 Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N diagnosis skabies * sanitasi yang sudah dikelompokkan Missing Percent 76 N 65.5% Total Percent 40 N 34.5% Percent % Diagnosis skabies * sanitasi yang sudah dikelompokkan Crosstabulation sanitasi yang sudah dikelompokkan buruk diagnosis skabies bukan skabies Count % within diagnosis skabies skabies Count % within diagnosis skabies Total Count % within diagnosis skabies baik Total % 86.2% 100.0% % 19.1% 100.0% % 44.7% 100.0%

50 36 Crosstabs Case Processing Summary Cases Valid N diagnosis skabies * Perilaku yang sudah dikelompokkan Missing Percent % N Total Percent 40 N 34.5% Percent % Diagnosis skabies * Perilaku yang sudah dikelompokkan Crosstabulation Perilaku yang sudah dikelompokkan Perilaku buruk diagnosis skabies bukan skabies Count Perilaku baik Total % 69.0% 100.0% % 44.7% 100.0% % 53.9% 100.0% % within diagnosis skabies skabies Count % within diagnosis skabies Total Count % within diagnosis skabies

51 37 2. FOTO Gb.1 Papul milier pada jari-jari tangan dan lipatan jari. Gb.2 Pustule pada interdigiti 1 dekstra.

52 38 Gb.3 Papul, vesikel dan pustule serta krusta berwarna kehijauan Gb.4 Pustule dan krusta di lipatan bokong Gb.5 Pustule di skrotum

53 39 Gb.6 Tempat mencuci pakaian siswa Gb.7 Kamar mandi siswa

54 40 Gb.8 Toilet siswa Gb.9 Pompa Air Gb.10 Tempat mencuci pakaian siswi

55 41 Gb.11 Asrama Laki-laki Gb.12 Asrama wanita

56 42 3. KUISIONER Kuisioner Nama : Jenis Kelamin : Alamat : Hasil Pemeriksaan : Sekolah : Umur : No. Telp : Tanda tangan : Skabies / Normal (coret yang tidak perlu ) Petunjuk : pilihlah jawaban yang sesuai dengan memberi tanda silang (x)! 1. Apakah anda merasakan gatal-gatal yang terutama dirasakan pada malam hari? a. Ya b. Tidak 2. Apakah teman atau keluarga anda ada yang mengalami keluhan serupa dengan anda? a. Ya b. Tidak 3. Apakah anda pernah berjabat tangan dengan orang lain yang mengalami skabies (gudikan)? a. Ya b. Tidak c. Jarang d. Sering

57 43 4. Apakah anda pernah atau sering tidur bersama dengan teman atau orang yang mengalami gudikan? a. Ya b. Tidak c. Jarang d. Sering 5. Apakah anda pernah memakai pakaian teman anda? a. Ya b. Tidak c. Jarang d. Sering 6. Apakah anda pernah memakai handuk teman anda? a. Ya b. Tidak c. Jarang d. Sering 7. Apakah anda pernah memakai sabun teman anda? a. Ya b. Tidak c. Jarang d. Sering 8. Berapa kali anda mandi dalam sehari? a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali 9. Berapa kali anda menjemur kasur dalam 1 bulan? a. 1 kali b. 2 kali

58 44 c. 3 kali 10. Berapa lama anda menjemur kasur? a. < 6 jam b. > 6 jam 11. Berasal dari manakah sumber penyediaan air di Pondok Pesantren? a. Sumur b. Kolam c. Sungai 12. Apakah anda tahu bagaimana mencegah timbulnya penyakit skabies (gudikan)? a. Tahu b. Tidak tahu

59 45 4. RIWAYAT HIDUP RIWAYAT HIDUP Nama : Yasin Tempat, Tgl Lahir : Mekkah, 10 April 1987 Jenis Kelamin : Laki - laki Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jl. Purwa no.1 RT 02 RW 09 Suradadi Tegal Jawa Tengah Tlp/ Hp : yasin_100487@yahoo.co.id/ yasin100487@gmail.com Riwayat Pendidikan : 1. SDN 02 Suradadi Tegal ( ) 2. MTs PP Modern Selamat Kendal ( ) 3. SMAN 02 Pemalang ( ) 4. S 1 Pendidikan Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2005-sekarang)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Skabies 1. Definisi Skabies (gudik) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (Ronny, 2007). 2. Morfologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gambaran Umum Skabies 1.1 Definisi Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998) adalah penyakit kulit yang menular disebabkan oleh Sarcoptes scabiei

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 2.1.1 Definisi Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung (Harahap,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia.

II. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. II. TINJAUAN PUSTAKA A. SKABIES A.1. Pengertian Skabies Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat

Lebih terperinci

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG AIR MINUM DAN PERILAKU SISWA DALAM PENCEGAHAN DIARE DI SDN PANUNGGANGAN 01 KECAMATAN PINANG KOTA TANGERANG

KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG AIR MINUM DAN PERILAKU SISWA DALAM PENCEGAHAN DIARE DI SDN PANUNGGANGAN 01 KECAMATAN PINANG KOTA TANGERANG KUESIONER HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG AIR MINUM DAN PERILAKU SISWA DALAM PENCEGAHAN DIARE DI SDN PANUNGGANGAN 01 KECAMATAN PINANG KOTA TANGERANG A. Petunjuk Pengisian 1. Adik-adik dimohon untuk mengisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah perkembangan

Lebih terperinci

KUESIONER. A. Data Umum. No. : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan : Alamat : : Kasus/Kontrol **(coret yang tidak perlu) B.

KUESIONER. A. Data Umum. No. : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan : Alamat : : Kasus/Kontrol **(coret yang tidak perlu) B. 81 A. Data Umum KUESIONER No. : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Pendidikan : Alamat : Responden : Kasus/Kontrol **(coret yang tidak perlu) B. Data Khusus Keterangan : Untuk jawaban a diberi nilai 1 Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua golongan umur. Penyakit kulit

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI

EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI Christy Elaine a dan Saleha Sungkar b a Program Studi: Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Lampiran LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN HUBUNGANPERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN INFEKSI PENYAKIT KULIT DISEBABKAN OLEH SARCOPTESSCABIEI DI PONDOK PESANTREN RAUDHATUL ULUM KABUPATEN BENER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara non klasikal.

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN Lampiran 1 INSTRUMEN PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN KELUARGA IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KAMPUNG BOJONG KELURAHAN RAWABUAYA TAHUN 2014 PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya A. Pendahuluan Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE SANTRI DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KULIT INFEKSI SKABIES DAN TINJAUAN SANITASI LINGKUNGAN PESANTREN DAREL HIKMAH KOTA PEKANBARU TAHUN 2011 IDENTITAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden :

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. No. Responden : LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN No. Responden : A. Data umum : 1. Nama : 2. Tempat, tanggal lahir: 3. Umur : Tahun 4. Jenis kelamin : 5. Alamat : 6. Nomor Hp : 7. Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Sofya Azharni Tempat / Tanggal Lahir : Manna/ 7 April 1994 Agama : Islam Alamat : Jalan Dr.Picauly No.6 Medan 20154 Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar Negeri 17

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa

BAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit kulit yang masih sering di jumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Sudirman, 2006). Skabies adalah penyakit kulit

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBYEK PENELITIAN Selamat Pagi/Siang, Saya Desi Khairunnisa, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saya akan melakukan

Lebih terperinci

(2) Jenis Kelamin : 1. Laki-laki Perempuan. (3) Kelompok Usia : tahun tahun B. Pemeriksaan Kategori Massa Tubuh

(2) Jenis Kelamin : 1. Laki-laki Perempuan. (3) Kelompok Usia : tahun tahun B. Pemeriksaan Kategori Massa Tubuh 1 Lampiran 1 No.Kartu : Tanggal :,2016 DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA HUBUNGAN SKOR PUFA/pufa DENGAN INDEKS MASSA TUBUH PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN

Lebih terperinci

6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...

6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan... 6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan... 7. Lembar Kuesioner Pengumpulan Data Pengaruh Sanitasi Lingkungan

Lebih terperinci

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN LAMPIRAN LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Yogyakarta, Kepada Yth. Sdr Responden Di tempat Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Diah Rahmawati NIM : 20130320102 merupakan mahasiswa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Standar IMT pada anak laki-laki usia 6-12 tahun. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Standar IMT pada anak laki-laki usia 6-12 tahun. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Standar IMT pada anak laki-laki usia 6-12 tahun Lampiran 2 Standar IMT pada anak perempuan usia 6-12 tahun Lampiran 3 Tanggal Pemeriksaan :... No. Kartu : DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI

Lebih terperinci

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016

Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 The Relation of Personal Hygiene with The Incidence of Scabies at Al Falah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian 59 Lampiran 2. Persetujuan Etik Penelitian 60 61 Lampiran 3. Kuesioner PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index) Petunjuk: Pertanyaan-pertanyaan berikut ini berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes

I. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Skabies 1. Gambaran kejadian skabies Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei dan produknya (Djuanda, 2007). Menurut

Lebih terperinci

LAMPIRAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

LAMPIRAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 42 LAMPIRAN KARAKTERISTIK RESPONDEN Jenis Kelamin Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Laki - Laki 21 50.0 50.0 50.0 Valid Perempuan 21 50.0 50.0 100.0 Total 42 100.0 100.0 Umur Responden

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: 1. Jumlah santri Pondok Pesantren An Nawawi yang terdiagnosis menderita penyakit skabies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia perlu menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. PHBS

Lebih terperinci

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU

PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent)

LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) LAMPIRAN LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis (Habif et al., 2011). Penyakit ini menular dari manusia ke manusia melalui

Lebih terperinci

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.

BAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan

Lebih terperinci

usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jenis_kelamin

usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid jenis_kelamin LAMPIRAN Karakteristik Responden Frequencies Statistics usia jenis_kelamin N Valid 38 38 Missing 0 0 Frequency Table usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 9 17 44.7 44.7 44.7 10

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap

BAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Lampiran 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap Jenis Kelamin : Didi Anthoni Wirawan : Laki-laki Tempat/Tanggal Lahir : Medan/28 Juni 1994 Warga Negara Status Agama Alamat : Indonesia : Belum Menikah : Buddha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya. Masyarakat diharapkan mampu berperan sebagai pelaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemauan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan S. scabiei varietas hominis. 1-3 Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti

Lebih terperinci

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES

PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES Mujib Hannan, Program Studi Ilmu Keperawatan UNIJA Sumenep, e-mail;mujib@wiraraja.ac.id Syaifurrahman Hidayat, Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Maya Diana S Tempat, Tanggal Lahir : Pariaman, 8 Mei 1994 Alamat Agama Jenis Kelamin : Jl. Universitas No. 48 Medan : Islam : Perempuan Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar

Lebih terperinci

2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik, teliti, dan benar. 3. Berilah tanda ceklis ( ) pada salah satu jawaban yang menurut saudara benar.

2. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik, teliti, dan benar. 3. Berilah tanda ceklis ( ) pada salah satu jawaban yang menurut saudara benar. 102 Lampiran 1. Kuesioner Penelitian HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN KELANCARAN PRODUKSI ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MATITI KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang hygiene adalah dasar tentang kebersihan dan akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi

Lebih terperinci

* Merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kepatuhan

* Merupakan pertanyaan yang digunakan untuk mengukur kepatuhan KUESIONER No. identitas responden : I. Jawablah pertanyaan dengan memberi tanda silang ( X ) 1. Apakah anda pernah lupa untuk minum obat?* 2. Apakah anda pernah melewatkan jadwal pengambilan obat untuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI

LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI Penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku vulva hygiene pada ibu hamil di Unit KIA Puskesmas Kamal 2 Jakarta Barat. Prevalensi penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan yang besar dihampir semua negara

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERKENALAN

KUESIONER PENELITIAN PERKENALAN KUESIONER PENELITIAN PERKENALAN Assalamualaikum, Selamat Pagi/Siang/. Nama saya adalah. Saya adalah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Universitas Esa Unggul yang sedang mengadakan penelitian tentang Perilaku

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI JUDUL DAFTAR ISI... BAB I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang... I.II Masalah... I.III Tujuan... I.IV Manfaat... BAB II. ISI II.I Tinjauan Pustaka Skabies... BAB III. MATERI DAN METODE III.I Materi...

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kejadian Scabies 1.1. Pengertian Scabies Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN GANGGUAN PSIKOLOGI PADA TENAGA KERJA TERPAPAR KEBISINGAN DI UNIT BOILER PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR.

Lebih terperinci

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH

Lampiran III : Tabel Frekuensi. Frequency Table. Universitas Sumatera Utara. Infeksi kecacingan STH Lampiran III : Tabel Frekuensi Frequency Table Infeksi Valid Positif Negatif Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent 49 64.5 64.5 64.5 27 35.5 35.5 100.0 76 100.0 100.0 Valid 1 2 Umur Responden

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA DEMOGRAFIS

LAMPIRAN 1 DATA DEMOGRAFIS LAMPIRAN 1 DATA DEMOGRAFIS 1. PERLAKUAN 1 A. Usia Statistics usia N Valid 10 Missing 0 usia Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid 7.00 3 30.0 30.0 30.0 8.00 6 60.0 60.0 90.0 9.00 1 10.0

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan menjadi Responden. T. Tangan Responden : Peneliti : Restiana Simorangkir

Lembar Persetujuan menjadi Responden. T. Tangan Responden : Peneliti : Restiana Simorangkir Lampiran 1 Lembar Persetujuan menjadi Responden Saya mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Hubungan Kecerdasan Emosional Perawat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNA AIR SUMUR DENGAN KELUHAN KESEHATAN DAN PEMERIKSAAN KUALITAS AIR SUMUR PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA DUMAI TAHUN 2011 IDENTITAS RESPONDEN 1. Nomor Responden

Lebih terperinci

PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER

PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER PENGARUH EDUKASI DAN KONSELING TERHADAP ANGKA KEJADIAN SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL HASAN JEMBER SKRIPSI Oleh Petrina Theda Philothra NIM 102010101087 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN LAMPIRAN 1 Selamat sejahtera, LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Perkenalkan nama saya Sivakumar Yoganathan, saat ini saya menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi. Saya

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran I KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KELUHAN KULIT PADA PEMULUNG DAN GAMBARAN FASILITAS SANITASI DI TPA TERJUN KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2013 Keterangan

Lebih terperinci

LAMPIRAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

LAMPIRAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL LAMPIRAN LAMPIRAN I Kuesioner Balita DI KECAMATAN SEPATAN TIMUR TANGERANG PROGRAM STUDI ILMU GIZI 2016 Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul

Lebih terperinci

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN. Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat...

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN. Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat... Lampiran 1 INFORMASI KEPADA ORANG TUA/ WALI SUBJEK PENELITIAN Kepada Yth, Bapak/ Ibu/ Sdr... Orang Tua/ Wali Ananda... Alamat... Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/ Ibu/ Sdr dapat mengizinkan ananda......untuk

Lebih terperinci

Naskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian

Naskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian 53 LAMPIRAN 1 Naskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian Yth, Bapak/ Ibu/ Saudara/ i. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, saya dr. Wan Tisya Muhaira yang sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Dengan hormat, Sehubungan dengan kegiatan penelitian yang saya lakukan tentang Hubungan antara Pelaku Bullying dengan Prestasi Belajar pada Remaja

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Izin Etik Penelitian

Lampiran 1. Surat Izin Etik Penelitian LAMPIRAN 42 Lampiran 1. Surat Izin Etik Penelitian Lampiran 2. Lembar Permohonan Menjadi Responden LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Responden yang terhormat, Perkenalkan saya mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

BAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan 58 BAB 1 : PEMBAHASAN 1.1 Keterbatasan Peneliti Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, seperti metodologi, penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan

Lebih terperinci

: Citra Mega Kharisma Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 27 Mei 1992

: Citra Mega Kharisma Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 27 Mei 1992 LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Citra Mega Kharisma Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 27 Mei 1992 Agama : Islam Alamat : Jalan Beringin V, nomor 2, Gaperta, Helvetia, Medan Riwayat Pendidikan : 1.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilks Test. Case Processing Summary. sebelum perlakuan % %

LAMPIRAN. Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilks Test. Case Processing Summary. sebelum perlakuan % % LAMPIRAN Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan Uji Shapiro Wilks Test Explore [DataSet0] Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent sebelum perlakuan 1 10 50.0% 10

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN KEPADA ORANG TUA / WALI PESERTA PENELITIAN. Pendidikan Dokter Spesialis Kulit di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

NASKAH PENJELASAN KEPADA ORANG TUA / WALI PESERTA PENELITIAN. Pendidikan Dokter Spesialis Kulit di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Lampiran. NASKAH PENJELASAN KEPADA ORANG TUA / WALI PESERTA PENELITIAN Selamat pagi/siang. Perkenalkan nama saya dr. Sudarsono. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Kulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pesantren merupakan induk dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman dan hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 15 LAMONGAN HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERILAKU PENCEGAHAN SKABIES DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA SISWI KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 5 LAMONGAN Lilis Maghfuroh, S.Kep., Ns., M.Kes.*, Fenty Dwi Anggraini**

Lebih terperinci

KUESIONER. Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Kanker Serviks Dan Perilaku Pencegahan Kanker Serviks Di SMA Negeri 1 Kei Kecil

KUESIONER. Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Kanker Serviks Dan Perilaku Pencegahan Kanker Serviks Di SMA Negeri 1 Kei Kecil KUESIONER Hubungan Pengetahuan Remaja Tentang Kanker Serviks Dan Perilaku Pencegahan Kanker Serviks Di SMA Negeri 1 Kei Kecil Pengantar : Kuesioner ini adalah untuk penulisan skripsi, yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN KepadaYth : Responden Di Tempat. Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Robisani Nasution NIM : 10.02.093 Adalah mahasiswa Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian dari: Nama peneliti : Dwi Arisca Putri Nim : 2013-33-033

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SKABIES BERDASARKAN TANDA KARDINAL PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH TINGKAT II PESANTREN DARUL ULUM BANYUANYAR TAHUN AJARAN

KARAKTERISTIK SKABIES BERDASARKAN TANDA KARDINAL PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH TINGKAT II PESANTREN DARUL ULUM BANYUANYAR TAHUN AJARAN KARAKTERISTIK SKABIES BERDASARKAN TANDA KARDINAL PADA SISWA MADRASAH TSANAWIYAH TINGKAT II PESANTREN DARUL ULUM BANYUANYAR TAHUN AJARAN 2010-2011 SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA

Lebih terperinci

Pengaruh Pengetahuan dengan Pencegahan Penyebaran Penyakit Skabies. The Impact of Knowledge to The Prevention of The Spread of Scabies Disease

Pengaruh Pengetahuan dengan Pencegahan Penyebaran Penyakit Skabies. The Impact of Knowledge to The Prevention of The Spread of Scabies Disease Pengaruh Pengetahuan dengan Pencegahan Penyebaran Penyakit Skabies Maldiningrat Prabowo 1, Betta Kurniawan 2 1 Mahasiswa,Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

: Desiliani Silalahi Tempat /Tanggal Lahir : Bagan Batu / 18 September 1989

: Desiliani Silalahi Tempat /Tanggal Lahir : Bagan Batu / 18 September 1989 37 LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama : Desiliani Silalahi Tempat /Tanggal Lahir : Bagan Batu / 18 September 1989 Agama : Islam Alamat : Jl. Sei Padang 138 I Medan Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri 18

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian. Hubungan Status Fungsional dengan Konsep Diri Pasien Stroke. di RSUP Haji Adam Malik Medan

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian. Hubungan Status Fungsional dengan Konsep Diri Pasien Stroke. di RSUP Haji Adam Malik Medan Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian No. Res. Hubungan Status Fungsional dengan Konsep Diri Pasien Stroke di RSUP Haji Adam Malik Medan Saya yang bernama Lady Diana Puspita Dewi/111101043

Lebih terperinci

Jika Tidak darimana Bapak/Ibu memperoleh air bersih? Sebutkan

Jika Tidak darimana Bapak/Ibu memperoleh air bersih? Sebutkan Lampiran 1 (Kuesioner) PENGARUH KARAKTERISTIK SUMUR TERHADAP KADAR TIMBAL (PB) PADA AIR SUMUR GALI PENDUDUK DISEKITAR INDUSTRI DAUR ULANG AKI DI DESA BANDAR KHALIFAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Scabies 1. Definisi Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. 1. Lampiran 1 : Lembar Persetujuan untuk Menjadi Responden. 2. Lampiran 2 : Kuesioner Skor DNS (Dabetic Neuropathy Symptom)

LAMPIRAN. 1. Lampiran 1 : Lembar Persetujuan untuk Menjadi Responden. 2. Lampiran 2 : Kuesioner Skor DNS (Dabetic Neuropathy Symptom) 49 LAMPIRAN 1. Lampiran 1 : Lembar Persetujuan untuk Menjadi Responden 2. Lampiran 2 : Kuesioner Skor DNS (Dabetic Neuropathy Symptom) 3. Lampiran 3 : Hasil Penelitian 4. Lampiran 4 : Surat Keterangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh

BAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN KEPADA PESERTA PENELITIAN

NASKAH PENJELASAN KEPADA PESERTA PENELITIAN LAMPIRAN 1. NASKAH PENJELASAN KEPADA PESERTA PENELITIAN Selamat pagi/siang. Perkenalkan nama saya dr. Irina Damayanti. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu

Lebih terperinci

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang

gatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit (Timmreck,

Lebih terperinci

ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL)

ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) LAMPIRAN 1 KUESIONER KONSEP DIRI dan ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) KUESIONER Oleh : Jein Sulastri Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi Keperawatan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2012 Kata

Lebih terperinci

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) SURAT PERYATAA PERSETUJUA UTUK IKUT SERTA DALAM PEELITIA (IFORMED COSET) ng bertanda tangan dibawah ini: a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : o. KTP/lainnya: Dengan sesungguhnya menyatakan bahwa: setelah

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Copy lembar permohonan surat pengantar menuju RS Paru Surabaya

LAMPIRAN. Lampiran 1. Copy lembar permohonan surat pengantar menuju RS Paru Surabaya LAMPIRAN Lampiran 1. Copy lembar permohonan surat pengantar menuju RS Paru Surabaya 44 Lampiran 2. Copy lembar permohonan ijin kepada RS Paru Surabaya 45 Lampiran 3. Copy ethical clearance 46 Lampiran

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 2, Juni 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SANTRI TENTANG PENYAKIT SCABIES DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES Ida Nuryani Ani Rosita Nindy Yunitasari 05Idanur95@gmail.com ABSTRAK Scabies merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei varietas hominis dan produknya. Seluruh siklus

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) LAMPIRAN LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent) Assalamualaikum Wr. Wb. Dengan hormat, Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Uji Normalitas. NPar Tests. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Item N 233. Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation 8.

Uji Normalitas. NPar Tests. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Item N 233. Normal Parameters a,,b Mean Std. Deviation 8. Uji Normalitas NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Item N 233 Normal Parameters a,,b Mean 16.6738 Std. Deviation 8.68888 Most Extreme Differences Absolute.082 Positive.082 Negative -.049 Kolmogorov-Smirnov

Lebih terperinci