DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN
|
|
- Inge Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR ISI JUDUL DAFTAR ISI... BAB I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang... I.II Masalah... I.III Tujuan... I.IV Manfaat... BAB II. ISI II.I Tinjauan Pustaka Skabies... BAB III. MATERI DAN METODE III.I Materi... III.II Metode... BAB IV. HASIL KUNJUNGAN RUMAH IV.I. Hasil Anamnesis dan Pengamatan IV.II Resume... BAB V. ANALISIS MASALAH BAB VI. PENUTUP VI.I Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat di tengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainnya (rumah sakit swasta maupun negeri). Fungsi puskesmas adalah mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive 1
2 Health Care Service yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus dikembangkan oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public health service). Fungsi puskesmas menurut keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama. Dalam beberapa kasus yang ada, laporan kasus skabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas higienis pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek. Rasa gatal yang ditimbulkannya terutama waktu malam hari, secara tidak langsung juga ikut mengganggu kelangsungan hidup masyarakat terutama tersitanya waktu untuk istirahat tidur, sehingga kegiatan yang akan dilakukannya disiang hari juga ikut terganggu. Jika hal ini dibiarkan berlangsung lama, maka efisiensi dan efektifitas kerja menjadi menurun yang akhirnya mengakibatkan menurunnya kualitas hidup masyarakat. 1 I.II I.III I.IV Masalah Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan skabies Bagaimana fungsi keluarga menurut ilmu kedokteran keluarga dalam mendukung penyembuhan pasien Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menangani skabies Tujuan Mengetahui penyebab penyakit skabies Mengetahui epidemiologi penyait skabies Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit skabies Mengetahui cara mendiagnosis penyakit skabies Mengetahui cara penanganan penyakit skabies Manfaat Mampu mendeteksi dini penyakit skabies Mampu mendiagnosa penyakit skabies Mampu melakukan penyuluhan tentang penyakit skabies Mampu melakukan upaya pencegahan penyakit skabies Mampu melakukan pengobatan terhadap penderita skabies Menghindari komplikasi penyakit skabies 2
3 BAB II ISI II.I Tinjauan Pustaka Skabies Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabieivarian hominis dan produknya. 2 Epidemiologi Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. 2 Menurut Departemen Kesehatan RI prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 1986 adalah 4,6 % - 12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Di bagian Kulit dan Kelamin FKUI/RSCM pada tahun 1988, dijumpai 704 kasus skabies yang merupakan 5,77 % dari seluruh kasus baru. Pada tahun 1989 dan 1990 prevalensi skabies adalah 6 % dan 3,9 %. 1 Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual). 2 Etiologi 3
4 Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. 3 Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara mikron x mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni mikron x mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. 3 Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 12 hari. 2 Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. 2 Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. 3 Patogenesis Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang 4
5 terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau. 2 Cara Penularan Penyakit scabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Yang paling sering adalah kontak langsung dan erat atau dapat pula melalui alatalat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat pula ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan, bahwa scabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama. 1 Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama di satu tempat yang relatif sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. 1 Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama, di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid. 1 Gejala Klinis Terdapat empat tanda khas pada penederita yang mengalami scabies. Diagnosis dapat 5
6 dibuat dengan menemukan dua dari empat tanda khas tersebut. Gejala khas dari skabies adalah sebagai berikut 1 Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 1 Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier). 1 Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. 1 Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. 1 Klasifikasi Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain : Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated). Terdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga 6
7 sangat sukar ditemukan. 5 Skabies incognito. Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain. 5 Skabies nodular. Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal.nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila.nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies.pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid. 5 Skabies yang ditularkan melalui hewan. Pada negara tertentu, ada skabies yang ditularkan dari hewan. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia. 5 Skabies Norwegia. Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembang biak dengan mudah. 5 Skabies pada bayi dan anak. Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. 5 Skabies karena terbaring di tempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. 5 7
8 Pemeriksaan Penunjang Teknik pemeriksaan pada scabies Kerokan kulit Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan menggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop. 5 Usap (Swab kulit) Mengambil tungau dengan jarum Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi. 5 Kuretasi terowongan (kuret dermal) Burrow ink test Identifikasi terowongan bisa dibantu dengan cara mewarnai daerah lesi dengan tinta hitam. Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama menit. Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk zigzag. 5 Uji tetrasiklin Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan fluoresensi kuning keemasan pada kanalikuli. 5 Epidermal shave biopsy Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur secara mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara menggunakan pisau dan berhatihati dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah mikroskop. 5 8
9 Pemeriksaan histopatologik Biopsi irisan dengan pewarnaan HE Menyikat Dengan sikat dilakukan penyikatan pada daerah yang terinfeksi dan ditampung diselembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar. 5 Terapi Obat yang baik dan tepat untuk digunakan pada kasus skabies adalah efektif terhadap semua stadium tungau, kemudian tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian, dan mudah diperoleh serta harganya murah. Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati. Berikut adalah beberapa medikamentosa yang dapat digunakan. Permetrin. Merupakan obat pilihan untuk saat ini, tingkat keamanannya cukup tinggi, mudah pemakaiannya dan tidak mengiritasi kulit. Dapat digunakan di kepala dan leher anak usia kurang dari 2 tahun. Penggunaannya dengan cara dioleskan pada seluruh tubuh (leher ke bawah) lebih kurang 8 jam kemudian dicuci bersih. 2 Malation. Malation 0,5 % dengan daasar air digunakan selama 24 jam. Pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian. 2 Emulsi Benzil-benzoas (20-25 %). Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Sering terjadi iritasi dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. 2 Sulfur. 9
10 Dalam bentuk parafin lunak, sulfur 10 % secara umum aman dan efektif digunakan. Dalam konsentrasi 2,5 % dapat digunakan pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3 malam. 2 Monosulfiran. Tersedia dalam bentuk lotion 25 %, yang sebelum digunakan harus ditambah 2 3 bagian dari air dan digunakan selam 2 3 hari. 2 Gama Benzena Heksa Klorida (gameksan). Kadarnya 1 % dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan dan jarang terjadi iritasi.tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian. 2 Krotamiton 10 % dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan. Mempunyai 2 efek sebagai antiskabies dan antigatal. 2 Prognosis Dengan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan yang tepat juga dengan menghilangkan faktor predisposisi salah satunya higenitas tubuh, maka penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik. Penyakit ini tidak mengancam jiwa pada umumnya, sehingga prognosis kehidupan baik. Fungsi tubuh diharapkan dapat kembali dengan sempurna setelah pengobatan yang adekuat, dan kekambuhan diharapkan dapat dicegah sempurna setelah upaya pencegahan dilaksanakan di lingkungan pasien. 1 10
11 BAB III MATERI DAN METODE III.I Materi Data Riwayat Keluarga/Family Folder Family Folder adalah salah satu teknik pencatatan yang digunakan untuk mengetahui status kesehatan suatu keluarga dalam masyarakat, dengan menggunakan prinsip dokter keluarga, yaitu seorang pasien merupakan pintu masuk menuju kesehatan keluarganya. Jadi, melalui pengamatan pada seorang pasien, kita juga harus mengetahui status kesehatan pada setiap individu keluarganya. Pada Family Folder ini kita dapat melihat adanya faktor lingkungan yang sangat berperan pada perkembangan suatu penyakit, keadaan tempat tinggal yang kita amati, lingkungan sekitarnya yang dapat menunjang munculnya agent maupun malah mendukung host sehingga penyakit tidak muncul. Selain dipengaruhi lingkungan, juga dipengaruhi oleh faktor keturunan, mekanisme pertahanan tubuh, umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, macam pekerjaan dan kebiasaan hidup. Oleh karena itu pada Family Folder juga dicantumkan hal tersebut. Puskemas adalah sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Oleh karena itu, pengisian Family Folder dilakukan pada pasien yang datang ke Puskesmas, guna mengetahui secara langsung kesehatan perorangan maupun masyarakat yang berada di sekitar Puskesmas tersebut. III.I Metode Wawancara Pasien Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000 responden, sedangkan pada sampel kecil teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif). Wawancara terbagi atas wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur artinya peneliti telah mengetahui dengan pasti apa informasi yang ingin digali dari informasi yang ingin digali dari responden sehingga daftar pertanyaan sudah dibuat secara sistematis. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder, kamera foto, dan 11
12 material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan secara spesifik, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang ingin digali dari responden. BAB IV HASIL KUNJUNGAN RUMAH IV.I Hasil Anamnesis dan Pengamatan Puskesmas Nomor register : - Data riwayat keluarga: 1. Identitas Pasien : Puskesmas Loji a. Nama : An. M b. Umur : 15 tahun c. Jenis kelamin : laki-laki d. Pekerjaan : tidak bekerja e. Pendidikan : SMP f. Alamat : Kampung Munjul 02/06, Desa Cintalaksana Kecamatan Tegalwaru g. Telepon : - 2. Riwayat Biologis Keluarga a. Keadaan kesehatan sekarang : baik 12
13 b. Kebersihan perorangan : kurang c. Penyakit yang sering diderita : tidak ada d. Penyakit keturunan : tidak ada e. Penyakit kronis yang menular : tidak ada f. Kecacatan anggota keluarga : tidak ada g. Pola makan : cukup teratur h. Pola istirahat : baik i. Jumlah anggota keluarga : 4 orang 3. Psikologis Keluarga a. Kebiasaan buruk : ayah merokok 1 bungkus/hari b. Pengambilan keputusan : ayah c. Ketergantungan obat : tidak ada d. Tempat mencari pelayanan kesehatan : puskesmas Loji e. Pola rekreasi : kurang 4. Keadaan rumah/lingkungan a. Jenis bangunan : permanen b. Lantai rumah : keramik c. Luas rumah : 80 m 2 d. Penerangan : baik e. Kebersihan : cukup f. Ventilasi : baik g. Dapur : ada h. Jamban keluarga : ada i. Sumber air minum : air sumur j. Sumber pencemaran air : tidak ada k. Pemanfaatan perkarangan : ada l. Sistem pembuangan air limbah : tidak ada m. Tempat pembuangan sampah : ada n. Sanitasi lingkungan : cukup baik 5. Spiritual Keluarga a. Ketaatan beribadah : cukup b. Keyakinan tentang kesehatan : cukup 6. Keadaan Sosial Keluarga a. Tingkat pendidikan : cukup b. Hubungan antar anggota keluarga : baik c. Hubungan dengan orang lain : baik d. Kegiatan organisasi sosial : baik e. Keadaan ekonomi : kurang 13
14 7. Kultural Keluarga Adat yang berpengaruh : tidak adat yang berpengaruh 8. Daftar Anggota Keluarga No Daftar Keluarga Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Pokok Tingkat Pendidikan Terakhir Hubungan 1. Tn Budi L 38 th Petani SD Ayah 2. Ny Endah P 36 th Petani SD Ibu 3. An Evi P 12 th Pelajar SD Anak 9. Keluhan utama : Bentol-bentol kemerahan pada sela-sela jari kaki 10. Keluhan tambahan : Rasa gatal terutama malam hari 11. Riwayat penyakit sekarang Bentol-bentol kemerahan pada sela jari tangan dan kaki sejak ± 2 hari SMRS. Menurut pasien, keluhan bentol disertai rasa gatal yang membuat pasien sering menggaruk-garuk daerah yang berbentol. Pasien sering terbangun malam hari untuk menggaruk daerah tersebut. Keluhan bentol dan gatal di daerah kemaluan disangkal. Keluarga tidak memiliki riwayat memelihara hewan peliharaan di rumah. Pasien juga selalu mandi 2x sehari. Riwayat anggota keluarga lain yang mengalami keluhan serupa disangkal, namun pasien mengatakan ada tetangga dan teman sekolahnya yang mengalami keluhan serupa. 12. Riwayat penyakit dahulu : - tidak ada alergi obat dan makanan - tidak ada riwayat menderita penyakit kulit sebelumnya 13. Pemeriksaan fisik : - frekuensi nadi 78 x/menit - suhu 36.6 C - frekunsi pernapasan 20 x / menit 14. Pemeriksaan penunjang : tidak ada 14
15 15. Diagnosis penyakit : skabies 16. Diagnosis keluarga : menurut keterangan pasien dan orang tuanya keluarga tidak ada yang menderita sakit kulit dan gatal-gatal di rumah 17. Anjuran penatalaksanaan penyakit a. Promotif Penyuluhan tentang definisi skabies, gejala skabies, faktor-faktor risiko terjadinya skabies dan pencegahan skabies misal dengan penyuluhan tentang kebersihan tempat tidur, kebersihan badan, dan hidup sehat. b. Preventif Meyakinkan keluarga pasien untuk mencuci kasur, karpet, pakaian-pakaian pasien dengan air panas dan dijemur seharian dibawah terik matahari. Mencari adanya anggota keluarga lain serta tetangga yang memiliki keluhan serupa untuk dibersihkan pakaian dan tempat tidurnya serta diberikan pengobatan c. Kuratif Jika ditemukan kasus, dapat dilakukan pengobatan dini agar penyakit tersebut tidak menjadi parah. Terapi yang dapat diberikan adalah Klofeniramin Maleat 2mg 3x1 dan salep 24. Serta mengedukasi cara pemakaian obat, terutama salep 2-4 untuk tidak mandi selama 3 hari berturut-turut, dan obat dioleskan pada sela jari kaki dan tangan sebanyak 3 kali tiap hari. d. Rehabilitatif Pada pasien perlu dilakukan tindakan rehabilitatif yakni melihat dan merawat bekas 18. Prognosis garukan akibat gatal scabies. Mengedukasi orangtua pasien agar menjaga perilaku anak dari menggaruk-garuk sela jari. a. Penyakit : Jika pasien teratur memakai salep dan kebersihan rumah yang baik maka prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et bonam). b. Keluarga :Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga serta mendukung kesehatan pasien dapat membuat suasana keluarga yang sehat jasmani dan rohani dan prognosisnya baik untuk pasien juga keluarganya. c. Masyarakat :Untuk masyarakat sekitar pasien tinggal, karena skabies yang diderita pasen menular, maka prognosisnya dubia ad malam IV.II Resume Telah diperiksa seorang anak laki-laki, bernama M, dengan keluhan bentol kemerahan 15
16 pada sela jari tangan dan kaki di sertai rasa gatal terutama malam hari. Awalnya ibu pasien hanya menduga gatal biasa dan hanya diberikan bedak dan obat gatal, namun kondisi pasien tidak kunjung membaik. Akhirnya ibu pasien membawa anaknya ke Puskesmas Loji akibat sakitnya yang tidak sembuh. BAB V ANALISIS MASALAH 1. Analisa Kasus Seorang pasien anak laki-laki berusia 15 tahun datang ke Puskesmas Loji dengan ibunya. Pada tanggal dilakukan kunjungan rumah untuk melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik berupa pemeriksaan luka garuk dan bagian yang gatal serta melihat kondisi rumah pasien, dan didapatkan keterangan bahwa An. M sudah menderita skabies sejak 2 hari terakhir. Pasien tinggal di pemukiman padat penduduk. 2. Analisa Kunjungan Rumah a. Kondisi pasien Kondisi pasien dalam keadaan baik. Pasien mengeluhkan gatal dan luka bekas garukan disekitar kaki. b. Pendidikan Pasien berada di bangku pendidikan tingkat SMP c. Keadaan rumah Lokasi :Jarak antara rumah yang satu dengan yang lain tidak rapat, dipisahkan oleh jalan setapak. Kondisi :Jenis bangunan rumah pasien adalah permanen. Rumah terbuat dari batu bata, lantainya terbuat dari keramik, beratap genteng. Rumah tampak bersih dan 16
17 rapi. Luas rumah : 80 m 2. d. Pembagian rumah Rumah terdiri dari 1 tingkat, terdiri dari 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, 1 kamar mandi, dan 1 jamban. e. Ventilasi Terdapat ventilasi yang baik pada rumah pasien. f. Penerangan Penerangan cukup karena sinar matahari dapat masuk melewati ventilasi rumah. g. Kebersihan Kebersihan dalam rumah cukup.namun didalam rumah masih terdapat debu h. Sanitasi dasar Sumber air minum berasal dari air sumur, dan air tersebut digunakan untuk keperluan memasak, mencuci dan mandi. Terdapat satu kamar mandi dan kakus yang digunakan hanya untuk keluarga pasien. Kamar mandi bersebelahan dengan dapur dan dijadikan sebagai tempat untuk mencuci peralatan masak dan pakaian. 3. Analisa Fungsi Keluarga a. Keadaan Biologis Dalam keluarga pasien saat ini, yang menderita skabies adalah pasien. b. Keadaan Psikologis Hubungan pasien dengan semua anggota keluarga terjalin dengan baik. Semua keluarga turut bekerja sama dan pasien terlihat bahagia dengan keluarga yang dimilikinya. c. Keadaan Sosiologis Pasien suka bermain dengan anggota keluarga dan teman-temanya di sekitar lingkungan rumah. d. Keadaan Religius Semua anggota keluarganya menjalankan ibadah mereka dengan baik. 17
18 BAB V PENUTUP V.I Kesimpulan dan saran Berdasarkan data riwayat keluarga diatas kesimpulan yang dapat diambil adalah keadaan kesehatan keluarga pasien sekarang baik, disarankan untuk tindakan pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit masih perlu diperhatikan, perlu dilakukan pembenahan baik dari segi keadaan biologis maupun psikologi keluarga, keadaan rumah/lingkungan atau pun sosial keluarga. Dari data pasien didapatkan pula bahwa pasien tidak mengetahui penyakit yang dideritanya, cara mengobatinya, serta dampaknya bagi kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan kurangnya pengetahuan, sikap dan perilaku pasien dan keluarganya untuk membersihkan tempat tidur dan lingkungan rumahnya. Dalam hal ini promosi kesehatan dalam bentuk kegiatan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien terhadap penyakitnya perlu dilakukan. DAFTAR PUSTAKA 1 Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V, Jakarta : FKUI Handoko,Ronny P. Skabies. Dalam Juanda A. Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit 18
19 Kulit dan Kelamin.Edisi kelima. Catakan ketujuh. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Tulus S, Erwin S, Faisal Y:Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI Burkhart CN, Burkhart CG. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller A, Leffel DJ, Wolff K, et al. Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine. 8 th Ed. United States of America. The McGraw-Hill Companies, Inc; p Cordoro KM, James WD. Scabies. Accessed on: Available at: 19
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 2.1.1 Definisi Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei varian hominis, yang penularannya terjadi secara kontak langsung (Harahap,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998)
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gambaran Umum Skabies 1.1 Definisi Skabies berasal dari bahasa Perancis yaitu scabo, menggaruk (Beth, 1998) adalah penyakit kulit yang menular disebabkan oleh Sarcoptes scabiei
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Skabies 1. Definisi Skabies (gudik) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya (Ronny, 2007). 2. Morfologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan S. scabiei varietas hominis. 1-3 Istilah skabies berasal dari bahasa Latin yang berarti
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. SKABIES A.1. Pengertian Skabies Skabies adalah penyakit kulit akibat investasi dan sensitisasi oleh tungau Sarcoptes scabei. Skabies tidak membahayakan bagi manusia. Adanya rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat
Lebih terperinciLAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1. Edwin
LAPORAN KASUS PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN PENDEKATAN DOKTER KELUARGA DI PUSKESMAS JELAMBAR 1 Edwin 102012096 Diabetes Melitus Dm tipe 1 Diabetes yang bergantung pada insulin di mana tubuh kekurangan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
Lebih terperinciSCABIOSIS. Oleh. Laporan Kasus Mandiri Koasistensi Magang II di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih-SUMUT
Laporan Kasus Mandiri Koasistensi Magang II di Loka Penelitian Kambing Potong Sei Putih-SUMUT SCABIOSIS Oleh ESKAYANTI PASARIBU, SKH NIM. 1302101020091 Di bawah bimbingan Drh. Anwar FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Kejadian Scabies 1.1. Pengertian Scabies Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran
Lebih terperinciSkripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad Sarjana S-1 KEPERAWATAN. Diajukan Oleh : NURMA RAHMAWATI J
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT SKABIES TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENDERITA DALAM PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-AMIN PALUR KABUPATEN SUKOHARJO Skripsi
Lebih terperinciA. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya
A. Pendahuluan Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Skabies 1. Pengertian Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitasi tungau Sarcoptes Scabiei varian hominis dan produknya pada tubuh (Djuanda,2007).
Lebih terperinci6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan...
6. Laporan Hasil Uji Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Kelas 1 Medan... 7. Lembar Kuesioner Pengumpulan Data Pengaruh Sanitasi Lingkungan
Lebih terperincigatal-gatal (Yulianus, 2005). Walaupun tidak sampai membahayakan jiwa, penyakit skabies perlu mendapatkan perhatian karena tingkat penularannya yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan merupakan segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan penyakit (Timmreck,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran agama Islam dengan cara non klasikal.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang. disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var.
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit kulit pada manusia yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. hominis (Habif et al., 2011). Penyakit ini menular dari manusia ke manusia melalui
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Skabies 1. Gambaran kejadian skabies Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei dan produknya (Djuanda, 2007). Menurut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Heukelbach et al. 2006). Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, di segala usia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies adalah penyakit yang disebabkan oleh ektoparasit, yang umumnya terabaikan sehingga menjadi masalah kesehatan yang umum di seluruh dunia (Heukelbach et al. 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis Atopik (DA) adalah penyakit inflamasi pada kulit yang bersifat kronis dan sering terjadi kekambuhan. Penyakit ini terjadi akibat adanya kelainan pada fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi di masyarakat. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua golongan umur. Penyakit kulit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh
Lebih terperinciPROFIL SKABIES DIPOLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012
PROFIL SKABIES DIPOLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 1 I Made Erik Sastra Gunawan 2 Renate T. Kandou 2 Herry E.J. Pandaleke 1 Kandidat Skripsi
Lebih terperinciBAB II TINAJUAN PUSTAKA
BAB II TINAJUAN PUSTAKA 2.1. Personal Hygiene Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yaitu: personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Berbagai program telah dilaksanakan oleh pemerintah guna menurunkan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan yang besar dihampir semua negara
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan
Lebih terperinciPEDIKULOSIS KAPITIS PEDIKULOSIS. Young lices PEDIKULOSIS PEDICULUS KAPITIS. Ordo Phthiraptera 5/2/2011. Tidak bersayap
PEDIKULOSIS PEDIKULOSIS KAPITIS infeksi pedikulosis pada rambut dan kulit kepala yang disebabkan oleh pediculus humanus var. capitis, Gejala utamanya gatal pada kepala, bisa disertai dengan papul eritema
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Scabies 1. Definisi Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes scabei, yang termasuk dalam kelas Arachnida. Tungau ini berukuran sangat
Lebih terperinciMasalah Kulit Umum pada Bayi. Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra.
Masalah Kulit Umum pada Bayi Kulit bayi sangatlah lembut dan membutuhkan perawatan ekstra. Brosur ini memberikan informasi mendasar tentang permasalahan kulit yang lazimnya dijumpai pada usia dini sebagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Konsep Dasar Skabies a. Definisi Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes scabiei varian
Lebih terperinciBAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)
BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis
Lebih terperinciLEMBAR INFORMASI. D III Keperawatan Malang, oleh karena itu mohon kesediaan untuk menjadi
Lampiran 2 LEMBAR INFORMASI Kepada Yth, Saudara/i Di tempat Saudar/i yang saya hormati, Saya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Malang Progam Studi D III Keperawatan Malang yang sedang dalam proses penyelesaian
Lebih terperinciGambar 1. Perluasan lesi pada telapak kaki. 9
BAB 3 DISKUSI Larva migrans adalah larva cacing nematoda hewan yang mengadakan migrasi di dalam tubuh manusia tetapi tidak berkembang menjadi bentuk dewasa. Terdapat dua jenis larva migrans, yaitu cutaneous
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Skabies
11 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Skabies Determinan penyakit skabies tidak terlepas dari faktor host (manusia), agent (tungau), dan environment (lingkungan).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit skabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei. dengan keluhan gatal terutama pada malam hari yang ditandai dengan adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit kulit yang masih sering di jumpai di Indonesia dan tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat (Sudirman, 2006). Skabies adalah penyakit kulit
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Masyarakat Sub Pokok Bahasan : SPAL yang memenuhi standar kesehatan. Sasaran : Waktu : Tempat : I. A. Tujuan Instruksi Umum Setelah mengikuti
Lebih terperinciPENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA
PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP TIMBULNYA SKABIES ( GUDIK ) PADA SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan meraih derajat Sarjana Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku untuk membersihkan diri sangatlah penting dalam upaya mencegah kesakitan dan mencegah terjangkitnya penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan kurangnya
Lebih terperinciEFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI
EFEKTIVITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN SANTRI PONDOK PESANTREN DI JAKARTA SELATAN MENGENAI SARCOPTES SCABIEI Christy Elaine a dan Saleha Sungkar b a Program Studi: Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia perlu menjaga kebersihan diri dan lingkungan agar sehat,tidak bau, tidak menyebarkan kotoran atau menyebabkan penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. PHBS
Lebih terperinciLAPORAN KASUS MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG PENYUSUN LAPORAN Nama :Cahya Daris Tri Wibowo NIM : H2A008008 Tanda tangan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabies varian hominis dan produknya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Skabies 2.1.1 Definisi Penyakit Skabies Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabies varian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang hygiene adalah dasar tentang kebersihan dan akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi
Lebih terperinciMODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS
MODUL PROBLEM BASED LEARNING KELAS REGULER SISTEM INDRA KHUSUS Modul Ilmu Kesehatan Kulit &Kelamin Diberikan Pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran UNHAS Disusun oleh dr. Asnawi Madjid, Sp.KK, MARS,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skabies adalah penyakit menular disebabkan infestasi dan sensitasi Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Skabies disebut juga the itch, seven year itch, Norwegian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kulit banyak dijumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis (Utomo, 2004). Iklim tersebut dapat mempermudah perkembangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anatomi Dan Histologi Kulit 2.1.1.1 Anatomi Kulit merupakan organ terbesar tubuh, terdiri dari lapisan sel di permukaan, disebut
Lebih terperinciPendekatan Kedokteran Keluarga pada Penatalaksanaan Skabies Anak Usia Pra-Sekolah
Laporan Kasus Pendekatan Kedokteran Keluarga pada Penatalaksanaan Skabies Anak Usia Pra-Sekolah Muchtarudin Mansyur,* Andreas Ari Wibowo,** Annie Maria,** Arie Munandar,** Arif Abdillah,** Aseanne Femelia
Lebih terperinciBAB VII SKABIES. Universitas Gadjah Mada 1
BAB VII SKABIES Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dengan benar tentang penyakit scabies, penyebab, diagnosis, pengobatan dan cara penyembuhannya. Subpokok Bahasan 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan diperkirakan lebih dari 300 juta orang setiap tahunnya terinfeksi dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Skabies merupakan penyakit infestasi ektoparasit pada manusia yang disebabkan Sarcoptes scabiei varietas hominis (S. scabiei). 1-3 Penyakit ini tersebar di
Lebih terperinciObat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes
Obat Luka Diabetes Pada Penanganan Komplikasi Diabetes Obat Luka Diabetes Untuk Komplikasi Diabetes Pada Kulit Diabetes dapat mempengaruhi setiap bagian tubuh Anda, termasuk juga kulit. Sebenarnya, permasalahan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan
Lebih terperinciPERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA
PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN SKABIES DI KAMAR PADAT DAN KAMAR TIDAK PADATDI PONDOK PESANTREN MODERN ISLAM PPMI ASSALAAM SURAKARTA SKRIPSI Untukmemenuhisebagianpersyaratan Mencapaiderajatsarjana S-1 Oleh :
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoatmodjo(2011),pengetahuan mempunyai enam tingkatan,yaitu:
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu,penginderaan terjadi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain:
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini antara lain: 1. Jumlah santri Pondok Pesantren An Nawawi yang terdiagnosis menderita penyakit skabies
Lebih terperinciAll about Tinea pedis
All about Tinea pedis Tinea pedis? Penyakit yang satu ini menyerang pada bagian kulit. Sekalipun bagi kebanyakan orang tidak menyakitkan, gangguan kulit yang satu ini boleh dikata sangat menjengkelkan.
Lebih terperinciEtiology dan Faktor Resiko
Etiology dan Faktor Resiko Fakta Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C (HCV). Virus hepatitis C merupakan virus RNA yang berukuran kecil, bersampul, berantai tunggal, dengan sense positif Karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Sehat adalah hak asasi bagi setiap makhluk hidup baik fisik maupun mental. Menurut WHO (World Health Organization) sehat adalah suatu keadaan sehat jasmani, rohani,
Lebih terperinciTEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT
TEAM BASED LEARNING MODUL BINTIL PADA KULIT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas Disusun Oleh: dr. Idrianti Idrus, Sp.KK, M.Kes Dr. dr. Khairuddin Djawad, Sp.KK(K), FINSDV SISTEM
Lebih terperinciBAB III RESUME KEPERAWATAN
BAB III RESUME KEPERAWATAN A. Pengkajian Asuhan Keperawatn Keluarga dilakukan pada tanggal 20 Juni 2010 pada keluarga Tn. L (45 th), dengan alamat Sambiroto kecamatan Tembalang, Semarang. Keluarga ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Kesehatan 1. Pengertian Pendidikan secara umum menurut Notoadmodjo (2007) adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka melakukan
Lebih terperinciPENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS. Edwin C4
PENANGANAN DAN PENCEGAHAN TUBERKULOSIS Edwin 102012096 C4 Skenario 1 Bapak M ( 45 tahun ) memiliki seorang istri ( 43 tahun ) dan 5 orang anak. Istri Bapak M mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabies varian hominis dan produknya.
8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Skabies 2.1.1. Definisi Penyakit Skabies Penyakit Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes sabies varian hominis
Lebih terperinciSKABIES. Sri Adila Nurainiwati* Abstrack
68 Vol. 7 No. 15 Desember 2011 SKABIES Sri Adila Nurainiwati* Abstrack Scabies is a human skin infestation caused by the infestations and sensitization of the parasitic Sarcoptes scabiei var. hominis.
Lebih terperinciAPA ITU TB(TUBERCULOSIS)
APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah
Lebih terperinciBAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601
Lebih terperinciHubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016
Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016 The Relation of Personal Hygiene with The Incidence of Scabies at Al Falah
Lebih terperinciPENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES
PENGARUH KEBIASAAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN SKABIES Mujib Hannan, Program Studi Ilmu Keperawatan UNIJA Sumenep, e-mail;mujib@wiraraja.ac.id Syaifurrahman Hidayat, Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciMateri Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru
1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciPERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU
PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih cenderung tinggi, menurut world health organization (WHO) yang bekerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan salah satu penyakit kronis yang tidak menular. Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5% penduduk dunia, dan beberapa indicator telah menunjukkan
Lebih terperinciPTIRIASIS VERSIKOLOR
Case Report Session PTIRIASIS VERSIKOLOR Oleh: Fitria Ramanda 0910312137 Miftahul Jannah Afdhal 1010312064 Preseptor: dr. Sri Lestari, Sp. KK (K), FAADV, FINSDV BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RSUP
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Skabies adalah penyakit kulit yag disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Skabies 2.1.1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yag disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes Scabiei varietas hominis dan produknya (Djuanda, 2008).
Lebih terperinciLEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan
LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesantren. Istilah pondok, mungkin berasal dari kata funduk, dari bahasa Arab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pesantren merupakan induk dari pendidikan Islam di Indonesia, didirikan karena adanya tuntutan dan kebutuhan zaman dan hal ini bisa dilihat dari perjalanan sejarah.
Lebih terperinciPENJELASAN PENELITIAN. : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor
Lampiran 1 PENJELASAN PENELITIAN Judul Penelitian Peneliti : Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawatan Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kecamatan Medan Johor : Annisah Sepwika Sari NIM :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enterobius vermicularis atau cacing kremi adalah salah satu jenis cacing usus yang masih tinggi angka kejadian infeksinya di masyarakat. Penyakit ini mempunyai daerah
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Pembangunan kesehatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364
Lebih terperinciPANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI
PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI I. DATA UMUM : Tanggal Konseling : No. Rekam Medik : Nama : Umur : Nama orang tua/kk : Pekerjaan : Alamat RT/RW/RK : Kelurahan/Desa : II. IDENTIFIKASI
Lebih terperinciFAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA PESANTREN DI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2007 TESIS. Oleh MUZAKIR /AKK
1 FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA PESANTREN DI KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2007 TESIS Oleh MUZAKIR 047023015/AKK SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008
Lebih terperinciPengaruh Pengetahuan dengan Pencegahan Penyebaran Penyakit Skabies. The Impact of Knowledge to The Prevention of The Spread of Scabies Disease
Pengaruh Pengetahuan dengan Pencegahan Penyebaran Penyakit Skabies Maldiningrat Prabowo 1, Betta Kurniawan 2 1 Mahasiswa,Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran,
Lebih terperincidan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku dan satunya dilaksanakan melalui pencegahan dan pemberantasan penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota
34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Buol termasuk di Kecamatan Biau Kabupaten Buol Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tengah, dengan Luas wilayah 17,9 KM². Kelurahan Buol
Lebih terperinciPENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR.
PENGARUH SANITASI LINGKUNGAN DAN PERILAKU SEHAT SANTRI TERHADAP KEJADIAN SKABIES DI PONDOK PESANTREN KABUPATEN PASURUAN JAWA TIMUR Kuspriyanto*) Abstrak : Skabies dikenal sebagai penyakit gudiken yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT SCABIES PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN AS AD OLAK KEMANG SEBERANG KOTA JAMBI TAHUN 2014 Eko ¹,Marta²* 1,2 STIKes Prima Prodi Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi parasit merupakan penyakit yang angka kejadiannya cukup tinggi di negara berkembang. Salah satu penyakit yang paling sering
Lebih terperinciNanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan, Universitas Dian Nuswantoro Semarang, 2014 ABSTRAK
Hubungan Karakteristik, Faktor Lingkungan dan Perilaku dengan Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Darul Amanah Desa Kabunan Kecamatan Sukorejo Kabupaten Kendal Nanda Intan Windi Hapsari Fakultas Kesehatan,
Lebih terperinciYang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak)
Pengkajian Sistem Integumen I. Riwayat Kesehatan a. Keluhan Utama Yang paling sering : Itching (Pruritus) Ekimosis Dryness Lumps (Bengkak) Lesions Massa b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu Beberapa penyakit
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.17 No.3 Tahun 2017
FAKTOR RISIKO HYGIENE PERORANGAN SANTRI TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KULIT SKABIES DI PESANTREN AL- BAQIYATUSHSHALIHAT TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2017 Parman 1, Hamdani, Irwandi Rachman, Angga Pratama Abstract
Lebih terperinciTUGAS SISTEM INTEGUMEN
TUGAS SISTEM INTEGUMEN PENGKAJIAN PADA PASIEN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS TINEA KRURIS Oleh : MUHAMMAD FAHRI NIM: 108 STYC 15 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Lebih terperinci