PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET SEBAGAI BENTUK REVITALISASI KAWASAN PADAT PENDUDUK DI SURYAKENCANA, BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET SEBAGAI BENTUK REVITALISASI KAWASAN PADAT PENDUDUK DI SURYAKENCANA, BOGOR"

Transkripsi

1 PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET SEBAGAI BENTUK REVITALISASI KAWASAN PADAT PENDUDUK DI SURYAKENCANA, BOGOR Oleh : ARIF APRIANTO A DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET SEBAGAI BENTUK REVITALISASI KAWASAN PADAT PENDUDUK DI SURYAKENCANA, BOGOR Oleh ARIF APRIANTO A Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

3 RINGKASAN ARIF APRIANTO. Perencanaan Lanskap Pedestrian Shopping Street sebagai Bentuk Revitalisasi Kawasan Padat Penduduk di Suryakencana Bogor. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR Perencanaan kawasan pedestrian shopping street merupakan salah satu bentuk studi perencanaan suatu revitalisasi kawasan padat penduduk menjadi suatu kawasan baru yang dapat meningkatkan kualitas fisik, lingkungan, dan visual tapak. Selain itu perencanaan kawasan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pemukim di dalamnya, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Bagi pemerintah Kota Bogor, diharapkan hasil studi ini dapat berguna bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor. Lokasi studi perencanaan ini terletak pada kawasan pemukiman sekitar daerah perniagaan Jalan Suryakencana dan Jalan Roda, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Luas tapak penelitian adalah ±41,6 ha dengan jumlah penduduk jiwa dengan kepadatan penduduk sebesar 281,45 jiwa/ha. Kawasan ini memiliki kepadatan dan jumlah penduduk yang sangat tinggi karena terletak pada kawasan niaga dan terdapat akses masuk yang mudah ke dalam tapak. Masyarakat pada tapak didominasi oleh penduduk dengan golongan usia produktif. Masyarakat pada lokasi studi tinggal dalam suatu lokasi permukiman yang padat dengan kondisi bangunan yang kurang baik. Kondisi ini menjadi halangan bagi mereka dalam beraktivitas terutama dalam menyalurkan aktivitas sosialisasi dan rekreasi mereka. Kurangnya kepemilikan pekarangan dan ruang terbuka umum bagi masyarakat menyebabkan kedua aktivitas tersebut dilakukan di jalan- jalan umum. Proses perencanaan pada studi ini meliputi beberapa tahapan menurut Gold (1980) dengan beberapa penyesuaian Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh baik dari pengamatan langsung di lapang, wawancara, pengambilan gambar, maupun studi pustaka yang dapat mendukung studi. Data yang digunakan dalam studi meliputi data sosial dan data fisik kawasan. Data sosial masyarakat meliputi:kondisi demografis pemukim yang diperoleh melalui studi pustaka dari pihak pemerintah daerah yang terkait. Data ini untuk mengetahui jumlah penduduk yang menetap, golongan umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan dari masyarakat pemukim. Hal ini akan berkaitan dengan studi perilaku dan kondisi dari masyarakat pemukim, dimana dapat berpengaruh langsung terhadap pemanfaatan lanskap yang akan direncanakan. Aktivitas masyarakat pemukim diperoleh melalui survey dan pengamatan langsung pada tapak. data ini kemudian dispasialkan ke dalam bentuk peta aktivitas yang akan menunjukan intensitas serta lokasi aktivitas dari masyarakat pemukim. Kebutuhan dan keinginan masyarakat diperoleh melalui wawancara dengan beberapa masyarakat pemukim untuk menginventarisasi keinginan masyarakat terhadap hasil akhir perencanaan tapak. Kegiatan ini juga menjadi peran serta aktif masyarakat dalam proses perencanaan tapak.

4 Untuk data fisik kawasan, data yang diperoleh berupa data tata guna lahan yang diperoleh melalui pengamatan lapang dan disesuaikan dengan peta tapak dari dinas yang terkait. Keinginan masyarakat adalah agar tercipta suatu kawasan baru yang dapat meningkatkan kualitas fisik dan visual lingkungan serta kualitas hidup mereka. Perencanaan kawasan niaga berupa kawasan pedestrian shopping street dan kawasan hunian vertikal dan penyediaan fasilitas- fasilitas umum menjadi alternatif pemecahan masalah tersebut. Peran serta aktif masyarakat dalam tahapan perencanaan ini menjadi masukan dan pertimbangan dalam tahapan studi. Konsep perencanaan kawasan baru ini terbagi ke dalam empat sub konsep perencanaan yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street, tata ruang total, ruang terbuka dan fasilitas penunjang. Perencanaan tata ruang umum membagi ruang ke dalam tiga jenis fungsi ruang yaitu ruang bangunan umum, hunian, dan ruang terbuka. Untuk ruang terbuka sendiri terbagi lagi ke dalam fungsi ruang terbuka umum bagi pengunjung tapak dan penghuni rumah susun, jalur pedestrian, dan ruang terbuka hijau berupa taman dan ruang terbuka hijau konservasi. Aspek- aspek yang dibandingkan antara lain: Pertambahan luas ruang terbuka hijau, perbaikan lingkungan sosial, perbaikan kualitas lingkungan, perbaikan aktivitas ekonomi pada tapak, perbaikan kualitas visual, dan perbaikan intensitas infrasturuktur. Dari perbandingan keenam aspek tersebut diperoleh konsep yang akan digunakan adalah konsep kedua yang memiliki jumlah poin paling besar dari perbandingan tersebut. Perencanaan kawasan niaga dan hunian baru yang terpadu memerlukan keterlibatan antara pemerintah kota, perencana, pelaksana, dan masyarakat sendiri. Hal ini penting dilakukan agar hasil yang didapat sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat pengguna tapak dan rencana alternatif dari pihak perencana. Penyediaan fasilitas- fasilitas penunjang sangat dibutuhkan untuk mendukung segala aktivitas yang berlangsung pada tapak.

5 PERENCANAAN PEDESTRIAN SHOPPING STREET SEBAGAI BENTUK REVITALISASI PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI SURYAKENCANA, BOGOR (Planning of Pedestrian Shopping Street as a Revitalitation for High Density Settlement in Suryakencana, Bogor) Arif Aprianto 1 / Dr. Ir. Aris Munandar, MS 2 1 Mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap 2 Staf Pengajar Arsitektur Lanskap Abstract This research study has been conducted with a purpose to plan an economic area, entitled Pedestrian Shopping Street. It is a concept of an economic area built in a residence region which will create a proper living environment in social and economic aspect as well as psichological, towards the community within. This idea is also expected to contribute the increament of real regional revenue. The restructuring of overpopulated residence is needed to create an area which not only provide a space to live but also a business area which will stimulate economic growth for the surroundings. The space utilization in a pedestrian concept of the developed countries is used as the prototype of this project. And the implementations in those countries has occured a good result. Moreover, choosing to build a pedestrian concept as the center of commerce and service will create more open spaces than buldings concept. Keyword: pedestrian, settlement, open space

6 Judul Nama NRP Proram Studi : PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET SEBAGAI BENTUK REVITALISASI KAWASAN PADAT PENDUDUK DI SURYAKENCANA, BOGOR : Arif Aprianto : A : Arsitektur Lanskap Menyetujui, Dr.Ir Aris Munandar,MS NIP: Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr NIP: Tanggal Lulus:

7 RIWAYAT HIDUP Arif Aprianto lahir di Jakarta 9 April 1984 merupakan putra pertama dari tiga bersaudara pasangan Jupriyanto dan Ely Amaliah. Pendidikan dasar diselesaikan di SDN 04 Pagi, Jakarta pada tahun Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 161 Jakarta dan pada tahun 2002 menyelesaikan pendidikannya di SMU Negeri 47 Jakarta. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Arsitektur Lanskap melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa studi penulis menjadi Asisten Mata Kuliah Dasardasar Arsitektur Lanskap pada tahun ajaran 2006/2007. Penulis juga aktif pada Unit Kegiatan Mahasiswa Paduan Suara Mahasiswa Agriaswara IPB. Pada tahun kepengurusan 2003/2004 dan 2004/2005 penulis menjadi pengurus pada Departemen Pengembangan Sumberdaya Manusia. Bersama paduan suara tersebut, pada tahun 2005 penulis meraih Gold Diplome dan Silver Diplome untuk kategori Folksong dan Mixed Choir pada The 4 th International Choir Competition and Festival yang diadakan di Wernigerode, Jerman. Penulis kembali meraih dua buah Golden Diplome untuk kategori Mixed Choir dan Folksong pada The 11 th Budapest International Choir Competition and Festival, di Hungaria bersama PSM Agriaswara.

8 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasul Allah SWT yang paling mulia Muhammad SAW. Penelitian ini berjudul Perencanaan Lanskap Pedestrian Shopping Street sebagai Bentuk Revitalisasi Kawasan Padat Penduduk di Suryakencana Bogor. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan S1 pada Program Studi Arsitektur Lanskap. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada banyak pihak yang telah membantu jalannya penelitian ini: 1. Bapak dan ibu atas segala curahan kasih sayang, doa, usaha, dan airmata untuk penulis. Kepada Fandy & Tati, dan Deny untuk persaudaraannya. 2. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku dosen pembimbing skripsi untuk semua ilmu, arahan, dan pertolongan yang sangat berguna. 3. Dr. Ir. Nurhayati HSA, MSc dan Ir. Vera Dian Damayanti, MLA selaku dosen penguji atas segala masukan yang berguna. 4. Ir. Indung Sitti Fatimah, Msi selaku dosen pembimbing akademik untuk semua nasehat dan semangat yang diberikan. 5. Dosen danstaf Departemen Arsitektur Lanskap. 6. Dinas Tata Kota dan Pertamanan Kota Bogor atas dukungan dan kemudahan dalam memperoleh data. 7. Harlan Taufik, SP dan Asep Aryanto, STP yang selalu siap repot dan ada saat dibutuhkan bantuannya. 8. My Bridge: Ary, Paulina, Hestie, Helmy, Budya, Dhiemas, Pute, Inge, Hardy, Fahmi, dan Hilma. Sahabat- sahabat ku yg selalu siap menghibur dikala susah dan yang selalu berbagi keceriaan. 9. Teman-teman Arsitektur Lanskap 2002, terima kasih untuk kerja sama dan persahabatannya. 10. Teman-teman menyanyiku di PSM Agria Swara IPB. Terlalu banyak kenangan manis saat berada di antara kalian. Untuk Mas Arvin, smoga ilmu yang mas punya jadi berkah selalu.

9 11. Teman-teman Infinito Singers yang selalu ceria dan hobi makan. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya. Semoga apa yang telah dilakukan bernilai ibadah dalam pandangan Allah SWT dan mendapat pahala, amin. Bogor, Januari 2010 Penulis

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x I. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitan... 2 Manfaat Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 5 Permukiman Padat Kumuh... 5 Kondisi dan Permasalahan Masyarakat pada Permukiman Padat... 6 Revitalisasi Kawasan... 8 Pedestrian Walk... 9 Pedestrian Shopping Street III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Batasan Studi Tahapan Penelitian Bentuk Hasil Studi IV. DATA, ANALISIS DAN SINTESIS Aspek Sosial Masyarakat Pengguna Tapak Aspek Fisik Kawasan Sintesis V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Rencana Lanskap Pedesrian Shopping Street Rencana Tata Ruang Total Rencana Ruang Terbuka Rencana Fasilitas VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 59

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Jenis, Bentuk, Satuan, Tipe, dan Sumber Data Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kecamatan Bogor Tengah Tabel 3. Kelas Usia Penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah...23 Tabel 4. Jenis Pekerjaan Penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah..24 Tabel 5. Aktivitas Ruang Luar Tabel 6.Tabulasi Keingininan Masyarakat terhadap Perubahan dan Perbaikan Tapak...28 Tabel 7. Perbandingan Kondisi Eksisting Tapak dengan Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat...30 Tabel 8. Jenis Fasilitas Umum pada Lokasi Studi Tabel 9. Permasalahan, dan Pemecahan Masalah pada Tapak... 35

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir... 4 Gambar 2. Lokasi Studi Gambar 3. Delineasi Tapak Sebelum Perencanaan Gambar 4. Metodologi penelitian Gambar 5. Kondisi Eksisting Jalan Roda Gambar 6. Aktivitas pada Tapak Gambar 7. Kondisi eksisting pada Tapak Gambar 8. Kondisi Lingkungan yang Diharapkan Gambar 9. Konsep Gambar 10. Aspek enclosure pada tapak diciptakan oleh vegetasi Gambar 11. Rencana peruntukan ruang pada area pedestrian shopping street Gambar 12. Area display produk kerajinan Gambar 13. SITEPLAN Gambar 14. Ruang Terbuka Utama Gambar 15. Ruang Terbuka Utama

13 1 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kebutuhan hidup manusia yang paling mendasar adalah kebutuhan akan tempat tinggal. Dalam pemenuhan kebutuhannya tersebut, manusia berupaya untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak bagi diri dan keluarganya. Pengelompokan tempat tinggal tersebut dikenal dengan istilah permukiman. Permukiman inipun idealnya juga harus memberikan lingkungan hidup yang layak bagi orang- orang yang tinggal di dalamnya. Dalam Suparlan (2000) dijelaskan bahwa dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dengan lingkungan permukimannya, terlihat bahwa kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang dipengaruhi oleh kualitas permukiman dimana masyarakat tersebut tinggal. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan baik dari segi estetika maupun kebersihan dan mempunyai daya dukung yang seimbang dan baik terhadap jumlah penduduk yang tinggal di atasnya. Kota merupakan area terbangun dengan struktur jalan- jalan, dan sebagai suatu pemukiman yang terpusat pada suatu area dengan kepadatan tertentu yang membutuhkan sarana dan pelayanan pendukung yang lengkap (Branch, 1985). Dijelaskan lagi, kebersihan perkotaan, bangunan, ruang terbuka, vegetasi dan perancangan perkotaan merupakan unsur fisik perkotaan yang mendukung kualitas estetika kota. Dalam perkotaan terdapat tiga tingkatan aktivitas, yaitu: kegiatan yang terjadi di atas atau dekat dengan permukaan tanah, instalasi infrastruktur di bawah tanah dan aktivitas di ruang kosong atau angkasa. Permukiman merupakan jenis aktivitas yang pertama. Ketersediaan lahan di perkotaan sebagai tempat tinggal kini menjadi suatu permasalahan karena meningkatnya jumlah penduduk, baik secara demografis maupun proses migrasi, meningkatkan pula kebutuhan akan tempat tinggal. Namun peningkatan kebutuhan tersebut tidak diimbangi oleh ketersediaan lahan

14 2 yang dimiliki oleh kota tersebut, akibatnya timbulah permukiman padat kumuh yang sangat tidak layak baik secara ekologis maupun estetika. Penataan kembali permukiman padat pemukim ini sangat diperlukan terutama dalam hal peningkatan kualitas hidup masyarakat di dalamnya termasuk peningkatan aktivitas ekonomi. Lingkungan ditata kembali sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu kawasan baru yang dapat memberikan nilai tambah bagi kualitas dan taraf hidup manusia yang tinggal di dalamnya baik dari segi sosial, ekonomi, maupun psikologisnya, juga bagi pemerintahan kota dalam hal peningkatan ekonomi dan pendapatan asli daerah. Penataan ulang kawasan permukiman padat dilakukan dengan tujuan menciptakan suatu kawasan yang tidak hanya menyediakan ruang sebagai tempat tinggal tapi juga menyediakan ruang sebagai tempat usaha yang memiliki nilai ekonomis seperti kawasan di sekitarnya. Pemilihan bentuk ruang pedestrian dilatarbelakangi oleh fakta bahwa bentuk pedestrian sudah banyak diterapkan oleh banyak negara maju sebagai alternatif pemanfaatan ruang. Pedestrian juga menciptakan lebih banyak ruang- ruang terbuka dibandingkan dengan bangunan gedung sebagai pusat aktivitas niaga dan jasa. Bentuk ruang pedestrian juga dapat menghilangkan kesan kaku dan terkurung bagi pengguna yang disebabkan oleh bangunan berupa gedung dan perubahan selera masyarakat yang cenderung menyukai aktivitas luar ruangan dalam menyalurkan kebutuhan rekreasinya. Tujuan Studi ini bertujuan untuk merencanakan suatu kawasan jalur pejalan kaki sebagai kawasan ekonomi di dalam kawasan permukiman, yang dapat memberikan lingkungan hidup yang layak baik dari segi sosial, ekonomi dan psikologis bagi orang- orang yang tinggal di dalamnya dan memberikan tambahan nilai ekonomi bagi pendapatan asli daerah.

15 3 Manfaat Hasil studi ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak Pemerintah Kota Bogor mengenai perencanaan kawasan ekonomi dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dan bermanfaat pula dalam perkembangan ilmu Arsitektur Lanskap khususnya lanskap perkotaan. Kerangka Pikir Perencanaan lanskap pedestrian shopping streets ini dipengaruhi oleh dua aspek yang berpengaruh di dalam tapak. Dua aspek tersebut adalah aspek sosial masyarakat (pengguna tapak) dan aspek fisik kawasan (lokasi tapak). Aspek sosial masyarakat yang dipertimbangkan antara lain kondisi demografis, aktivitas sehari- hari serta kebutuhan dan keinginan pengguna terhadap tapak di masa yang akan datang. Kedua aspek tersebut kemudian diterjemahkan dalam bentuk spasial ruang yang disebut peta sosial masyarakat. Aspek fisik kawasan diperlukan dalam proses perencanaan guna mengetahui pola tata guna lahan kawasan. Pola tata guna lahan ini membentuk rancangan spasial yang disebut peta fisik kawasan. Perencanaan kawasan pedestrian shopping streets ini diharapkan dapat menciptakan suatu kondisi yang lebih baik dari tapak sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan- kebutuhan pengguna tapak di dalamnya, baik bagi pemukim maupun pendatang. Kerangka pikir studi perencanaan lanskap pedestrian shopping streets dapat dilihat pada Gambar 1.

16 4 PERMUKIMAN PADAT Aspek Sosial Masyarakat (Pengguna Tapak) Aspek Fisik Kawasan (Lokasi Tapak) Kondisi Demografis Aktivitas Harian Kebutuhan Masa Depan Tata Guna Lahan Peta Sosial Peta Fisik KONSEP Pedestrian way PERENCANAAN Pedestrian Shopping Street Gambar 1. Kerangka Pikir Perencanaan

17 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Permukiman Padat Kumuh Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang mendukung prikehidupan dan penghidupan. Selanjutnya lagi didefinisikan bahwa permukiman merupakan sumber informasi tentang manusia dan aktivitasnya dalam suatu habitat (Van der Zee, 1986). Permukiman merupakan kelompok tempat tinggal yang berada di sekitar ruang terbuka yang dapat digunakan secara bersama. Ukuran suatu lingkungan permukiman relatif besar dimana di dalamnya mencakup lebih dari 1200 keluarga, dan dipusatkan oleh sarana umum seperti sekolah, taman, dan pusat perbelanjaan. Gibberd dalam Simonds (1978) menjelaskan permukiman pada dasarnya merupakan kelompok sosial yang terbentuk dengan sendirinya dan tidak dapat diciptakan oleh seorang perencana. Yang dapat dilakukan oleh seorang perencana adalah membuat ketentuan mengenai kebutuhan-kebutuhan fisik utama serta merancang suatu daerah dimana dapat membuat penghuninya menghargai nilai kehidupan pada suatu tempat yang berbeda dengan tempat lainnya serta menyediakan sarana sosial seperti lapangan bermain dan fasilitas pendidikan. Permukiman padat kumuh merupakan suatu kawasan pemukiman yang terabaikan baik dari segi penyediaan fasilitas pendukung maupun daya dukung lingkungan terhadap kebutuhan orang- orang yang tinggal di dalamnya. Dalam Saefuddin dan Kusumoarto (2005) dijelaskan bahwa permukiman padat kumuh adalah kawasan pemukiman yang mempunyai ciri- ciri antara lain, kondisi prasarana dan sarana dasar yang kurang memadai, kondisi bangunan dan lokasi yang kurang layak serta kondisi sosial ekonomi penghuni yang rendah. Bappedalda DKI Jakarta menyatakan bahwa suatu permukiman dikatakan padat jika per hektarnya dihuni lebih dari 500 jiwa. Permukiman padat kumuh muncul akibat ketidakseimbangan antara peningkatan jumlah penduduk dengan peningkatan sarana dan prasarana pemukiman yang mengakibatkan merosotnya kondisi fisik lingkungan.

18 6 Berkenaan dengan kebutuhan hidup, semua manusia memiliki kebutuhan dasar yang sama antar individunya (Porteous,1977), yakni kebutuhan fisiologi dasar, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan bersosialisasi, kebutuhan penghargaan diri, kebutuhan akan kreativitas maupun keindahan, dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya. Kawasan padat kumuh tidak dapat mengakomodasikan semua atau sebagian besar dari kebutuhan mendasar ini. Hampir semua negara bekembang tidak cukup memiliki sumber daya untuk memulai program pembangunan perumahan yang bertujuan untuk menyediakan perumahan dengan standar yang memadai untuk sebagian besar penduduknya. Pendapatan perkapita yang relatif rendah menjadi hambatan utama sehingga subsidi pemerintah akan sangat tinggi. Kondisi seperti inilah yang belum dapat teratasi saat ini di negara berkembang (Lippsmeier, 1980). Kondisi dan Permasalahan Masyarakat pada Permukiman Padat Permukiman kumuh merupakan permukiman yang terjadi atau tumbuh secara spontan tanpa adanya perencanaan yang jelas. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya kebutuhan akan lahan tempat tinggal yang semakin tinggi. Permukiman seperti ini biasanya tidak memiliki struktur yang jelas dalam tata ruangnya dan memiliki kepadatan yang tinggi per meter perseginya serta prasarana yang sangat kurang dalam mendukung aktivitas orang- orang yang tinggal di dalamnya (Lippsmeier, 1980). Lingkungan permukiman yang padat mengakibatkan kurang atau tidak tersedianya ruang gerak bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya. Dalam Hester (1984) dijelaskan bahwa masyarakat dalam lingkungan ini merupakan masyarakat dengan golongan ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dapat dilihat dari cara mereka bersosialisasi, merefleksikan dirinya dan aktivitas rekreasi yang dilakukan di depan rumah, pinggir jalan, perempatan dan jalan- jalan umum. Dalam McHarg (1969) disebutkan bahwa faktor sosial ekonomi sangat berpengaruh pada kawasan ini seperti, pendapatan, tingkat kemiskinan, tenaga kerja, kualitas tempat tinggal, kepadatan dan jumlah penduduk, dan menimbulkan stress bagi orang- orang yang tinggal di dalamnya.

19 7 Umumnya, dalam suatu lingkungan permukiman perlu terdapat sebuah ruang terbuka umum yang berfungsi sebagai tempat melakukan aktivitas rekreasi, berkumpul, pendidikan dan penghubung antar beberapa lokasi dalam maupun sekitar tapak (Hester, 1984). Kondisi ideal seperti inilah yang belum dapat terpenuhi pada kawasan permukiman padat penduduk karena sebagian besar lahannya digunakan sebagai tempat tinggal. Terdapat empat permasalahan utama yang ditemukan dalam permukiman yaitu kualitas permukiman, harga rumah relatif terhadap pendapatan, kualitas lingkungan, dan diskriminasi rasial (White dalam Catanese dan Snyder, 1988). Kualitas lingkungan mengacu pada berbagai hal, meliputi kualitas lingkungan fisik, kualitas sarana dan prasarana umum, dan prilaku anti-sosial. Prasarana umum menunjuk pada barang-barang modal yang secara langsung dimiliki, disewa-beli, atau dengan suatu cara dikendalikan oleh pemerintah, dan selama jangka waktu panjang (lebih dari satu tahun) menyebabkan terjadinya arus pendapatan dan biaya. Prasarana ini terdiri dari fasilitas- fasilitas umum seperti jalan raya, jembatan, sistem drainase, dan bangunan umum. Prasarana umum mempunyai dampak besar terhadap taraf atau mutu kehidupan masyarakat, pola pertumbuhan, dan prospek perkembangan ekonominya. (Stein dalam Catanese dan Snyder, 1988). Akibatnya tidak terpenuhinya kebutuhan dasar yang paling mendasar yaitu kebutuhan fisiologis (Maslow dalam Porteous,1977) Secara fisik, masalah yang sering ditemukan dalam kawasan ini antara lain adalah masalah saluran pembuangan, MCK dan sanitasi, serta ketertiban wilayah. Masalah saluran pembuangan berhubungan langsung dengan pengelolaan sampah, dimana sering dijumpai banyak sampah menyumbat aliran air kotor sehingga menyebabkan masalah- masalah seperti air menggenang dan mengeluarkan bau tidak sedap. Lingkungan yang padat juga berpengaruh dalam lokasi penampungan kotoran (septic tank) yang terlalu dekat dengan lokasi sumur resapan air sehingga sanitasi tidak terjamin pada kawasan ini. Masalah-masalah ini merepresentasikan belum terpenuhinya kebutuhan dasar yang paling mendasar yaitu kebutuhan fisiologis (Maslow dalam Porteous, 1977). Ketertiban wilayah merupakan satu masalah sosial yang sering ditemui dalam kawasan ini yang diakibatkan oleh kemajemukan masyarakat yang tinggal di dalamnya sehingga tak jarang

20 8 menimbulkan bentrokan- bentrokan sosial ataupun pelanggaran peraturan- peraturan maupun hukum- hukum yang berlaku pada kawasan tersebut. Revitalisasi Kawasan Peningkatan kepadatan penduduk yang diiringi dengan meningkatnya permintaan akan kawasan pemukiman membutuhkan kecermatan dari pemerintah dan pihak perencana kota dalam merencanakan pengembangan kota sehingga menghindarkan dari timbulnya kawasan- kawasan kumuh di tengah maupun di sekitar kota. Apabila di dalam ataupun di sekitar kota telah terbentuk suatu kawasan pemukiman kumuh maka perlu dilakukan suatu tindakan revitalisasi atau penataan ulang perkotaan guna meningkatkan nilai lingkungan baik secara ekologis maupun visual sehingga kawasan tersebut layak untuk ditinggali. Suatu langkah yang sangat dibutuhkan dalam penataan kembali ini adalah perencanaan kota yang memunculkan kembali suatu paradigma baru tata ruang kota yang manusiawi dan berkelanjutan (Saefuddin dan Kusumoarto, 2005). Dalam Simonds (1983) disebutkan bahwa lingkungan hidup yang ideal adalah lingkungan yang dapat mengurangi atau bahkan menghindarkan tegangan- tegangan yang terjadi antar masyarakat yang tinggal di dalamnya sehingga tercipta perkembangan yang optimum dalam hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, alam, dan sesamanya. Revitalisasi sendiri bertujuan untuk menciptakan suatu kawasan baru yang sesuai dengan teori pemukiman yang sebenarnya dan juga untuk menciptakan suatu kawasan yang dapat memberikan nilai tambah, terutama dari segi ekonomi, bagi masyarakat maupun pemerintah kota sehingga meningkatkan taraf hidup penghuninya dengan menatanya kembali dari kondisi awal yang tidak sesuai dengan teori. Selain itu revitalisasi juga bertujuan untuk menciptakan suatu kawasan yang dapat dikatakan bermakna saat orang- orang yang berada di dalamnya merasa nyaman (Weinheimer III, 1997). Revitalisasi diarahkan ke dalam pengembangan kawasan yang berkelanjutan. Revitalisasi yang mengarah pada perkembangan ekonomi kawasan bertujuan untuk menciptakan kawasan ekonomi baru bagi kota sehingga dapat menambah pemasukan bagi kota. Terdapat empat area komersil menurut Eisner,

21 9 Gallion, dan Eisner (1993) yaitu, central business district yang melayani kebutuhan vital dan utama dari perkotaan serta menjadi pusat perekonomian kota tersebut. Yang kedua adalah small business district yang berfungsi sebagai kawasan perekonomian kota- kota satelit. Tipe yang ketiga merupakan tipe yang diwakili oleh area pertokoan dan perbelanjaan yang jauh dari kota. Yang terakhir, merupakan unit komersil terkecil, yaitu pusat ketetanggaan yang menyediakan aktivitas perekonomian berupa pusat perbelanjaan dalam skala kecil. Pada umumnya bentuk mal merupakan bentuk umum dari kawasan ini dimana area tersebut dirancang bagi kepentingan pedestrian yang bebas dari kendaraan (Eisner, et al., 1993). Elemen- elemen penting dalam tahapan revitalisasi adalah elemen fisik dari kawasan tersebut, politik dari pemerintah pusat, ekonomi, dan kondisi atau suasana lingkungan kawasan itu sendiri ( APA, 2002 ). Elemen- elemen tersebut menjadi fokus pemikiran dalam perencanaan revitalisasi suatu kawasan. Saat ini kriteria dari kualitas lingkungan fisik tempat tinggal kita harus dibangun dari tiga kriteria yang saling berkaitan yaitu; struktur, dimana di dalamnya terdapat bangunan, jalan, utilitas dan fasilitas terbangun lainnya; ruang terbuka khusus pejalan kaki; dan tapak alami yang diwakili oleh bentuk lahan, batuan, tanaman, air dan lain sebagainya (Lippsmeier, 1980). Pedestrian Walk Pedestrian walk merupakan jalur pejalan kaki yang disediakan untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan dan kenyamanan pejalan kaki tersebut (Direktorat Jenderal Bina Marga, 1995). Dalam Simonds (1983) disebutkan bahwa karakter dari pedestrian walk diibaratkan seperti aliran air atau sungai yang pergerakannya mencari hambatan terkecil demi mencapai aspek fungsional dan estetik. Dua faktor utama dari pedestrian walk antara lain adalah faktor orientasi dan faktor negosiasi. Faktor yang pertama berkaitan dengan pedestrian walk sebagai landmark (ciri khas dari suatu wilayah dimana terdapat pedestrian walk tersebut di dalamnya), formalitas (pedestrian walk sebagai footways yang secara tidak langsung mengatur perilaku pejalan kaki yang berjalan di atasnya,

22 10 implementasinya dapat berupa penggunaan perkerasan dengan pola- pola tertentu), dan material (penggunaan material- material dalam pedestrian walk tersebut). Faktor yang kedua berkaitan dengan konflik- konflik yang terjadi antar pengguna pada pedestrian walk tersebut. Harris dan Dines (1988) menyebutkan bahwa sistem sirkulasi terbagi ke dalam dua kategori, yaitu sistem sirkulasi yang telah memiliki struktur dasar sehingga hanya perlu meningkatkan estetikanya saja dan sistem sirkulasi yang belum memiliki struktur atau bahkan belum ada sirkulasinya sehingga perlu direncanakan sesuai dengan fungsinya. Perencanaan pedestrian walk merupakan suatu proses yang kompleks dalam mengidentifikasi permasalahan- permasalahan yang potensial dan solusi- solusi yang memungkinkan dengan menganalisis keadaan fisik tapak, ekonomi dan sumberdaya sosial (Brambilla dan Longo, 1977 ). Pedestrian Shopping Streets Salah satu cara dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kota Bogor adalah tersedianya kawasan ekonomi pada satu titik dalam kota. Kawasan tersebut dapat berupa koridor maupun area. Dalam bentuk koridor dapat berupa kawasan pinggir jalan utama ataupun pada jalur pedestrian. Pedestrian Shopping Streets merupakan kawasan perekonomian, umumnya perdagangan, yang membatasi jumlah atau laju kendaraan sehingga pengguna utama kawasan ini adalah pejalan kaki. Secara umum Pedestrian Shopping Streets mampu mengurangi kepadatan kendaraan, menjaga stabilitas perdagangan barang- barang retail dalam kota, mendorong aktivitas pejalan kaki umumnya wanita, anak- anak, maupun orang tua, meningkatkan penghargaan publik bagi kawasan bersejarah, dan ikut memberikan kontribusi bagi kepentingan pengelolaan pusat kota dalam menetralkan dampak migrasi penduduk dari luar (Berdichevsky, 1984). Pada perencanaan, perlu diperhatikan berbagai aspek, salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan berubah menurut waktu dan harus ditentukan berbeda-beda untuk setiap lokasi. Kebutuhan ini tergantung pada standar yang berlaku, kebudayaan, tuntutan ekonomi, dan faktor- faktor setempat lainnya (Lippsmeier, 1980). Tujuan dari penggunaan lahan komersial antara lain adalah untuk melayani

23 11 kebutuhan berbelanja masyarakat secara efisien dan lazim dengan menyediakan fasilitas pusat perbelanjaan (Eckbo, 1964). Penampilan dari Pedestrian Shopping Streets ini tidak hanya terbatas pada segi pengendalian jumlah dan laju kendaraan, perekonomian, maupun pelestarian lanskapnya saja tetapi juga menyangkut aspek fungsi kesehatan mental pengguna (Gehl and Gehl, dalam Berdichevsky, 1984). Selanjutnya dikatakan pula dalam Gehl and Gehl (1966a,1966b) bahwa fungsi kesehatan mental dari ruang publik adalah memuaskan kebutuhan sosial. Gaya hidup aktivitas ruang terbuka ini berakar dari budaya selatan Eropa, dalam penggunaan mereka akan lapangan terbuka, pasar, monumen, archway, dan cafe- cafe terbukti dapat memuaskan kebutuhan masyarakatnya akan kontak sosial, termasuk di dalamnya aktivitas window shopping dan aktivitas rekreasi lainnya, pertukaran pengetahuan antar sesama, dukungan, dan penegasan status pada area publik tersebut. Penggunaan lain Pedestrian Shopping Streets dapat menjadi tempat penyelenggaraan festival dengan mengambil tema pada event tertentu seperti Lebaran, Natal, Tahun Baru, dan lain sebagainya. Penyelenggaran kegiatan seni juga dapat dilakukan pada Pedestrian Shopping Streets ini dimana kawasan ini bisa berfungsi sebagai panggung atau teater terbuka. Dalam Hester (1984) dijelaskan bahwa ruang terbuka umum juga merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Menyangkut dengan pernyataan tersebut, Pedestrian Shopping Streets dapat menjadi alternatif bagi penyediaan ruang terbuka umum. Brambilla dan Longo (1977 ) menjelaskan bahwa konsep free-zone atau sistem pedestrian walk telah diterapkan pada ruang- ruang dalam kehidupan kota seperti pada taman taman, plaza, dan jalan- jalan kota. Pedestrian walk sendiri terbagi atas : 1. Pedestrian District Pada pedestrian jenis ini lalu lintas kendaraan dari sebagian daerah perkotaan ditiadakan dengan mempertimbangkan unit arsitektural, komersil, dan sejarah.

24 12 2. Pedestrian Streets Pada pedestrian jenis ini kendaraan bermotor ditiadakan atau dilarang masuk sepanjang waktu kecuali kendaraan- kendaraan yang berkepentingan dalam perawatan dan pengelolaan tapak tersebut. Seluruh badan jalan ditutup dengan perkerasan, jalan keluar masuk tapak dekat dengan akses transportasi umum. 3. Partial Pedestrianization Pada pedestrian jenis ini terjadi pengurangan jenis kendaraan bermotor, khususnya kendaraan pribadi karena prioritas utama kawasan ini adalah pejalan kaki. Jalur pejalan kaki diperlebar dan jalur kendaraan bermotor dipersempit, maksimal dua jalur. Pada kawasan ini laju kendaraan dibatasi pada kecepatan tertentu.

25 III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor dengan mengambil sampel lokasi pada kawasan padat pemukim Jalan Roda, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah. Penelitian dilakukan pada beberapa titik pengamatan dari kawasan tersebut (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan dari Maret 2007 sampai Maret 2008 dan dilanjutkan dengan penyusunan laporan akhir. Lokasi Studi Gambar 2. Lokasi Studi Batasan Studi Studi ini dibatasi pada pengaturan ruang luar kawasan permukiman padat Jalan Roda. Perencanaan dilakukan untuk menghasilkan suatu alternatif kawasan Pedestrian Shopping Streets yang dapat mengakomodasi kebutuhan pemukim dan pendatang pada tapak dan meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Bogor. Hasil akhir perencanaan kawasan ini berupa rencana tertulis dan rencana grafis.

26 Tahapan Perencanaan Proses perencanaan pada studi ini meliputi beberapa tahapan menurut Gold (1980) dengan beberapa penyesuaian, antara lain : 1. Persiapan Studi Pada tahapan ini dilakukan perumusan masalah, studi pustaka, serta pembuatan usulan studi dalam bentuk proposal penelitian dan perijinan pada pihak- pihak terkait, diantaranya adalah pihak Fakultas Pertanian dan Departemen Arsitektur Lanskap dan Kelurahan Babakan Pasar, guna melaksanakan studi perencanaan lanskap ini. Pada tahap ini diperolaeh hasil berupa izin melaksanakan penelitian dan pengenalan tapak. Lokasi dipilih adalah daerah permukiman yang memiliki potensi pengembangan. Potensi fisik yang dimiliki oleh lokasi ini adalah jalurjalur gang yang dapat dikembangkan menjadi jalur pedestrian. Selain itu lokasi jg berada di dekat daerah perekonomian Kota Bogor. Selain potensi fisik, terdapat juga potensi potensial dimana pada tapak terdapat kelas usia produktif yang tidak atau belum bekerja. Pengembangan kawasan permukiman menjadi kawasan ekonomi ini diharapkan mebuka lapangan kerja dan menekan angka pengangguran. Dalam RDTRK Bogor (2000) dijelaskan bahwa kawasan ini masuk ke dalam daftar kelurahan dengan tingkat kepadatan tertinggi. Penggunaan lahan untuk kawasan ini adalah sebagian besar untuk permukiman dan sisanya sebagai kawasan perniagaan dan penyediaan jasa. Pengembangan kawasan ini dilakukan dengan merencanakan suatu hunian vertikal dengan distribusi penyebaran penduduk dengan pengembangan kawasan permukiman diarahkan ke arah selatan Kecamatan Bogor Selatan, ke arah utara Kecamatan Bogor Barat, ke arah timur Kecamatan Bogor Timur, ke arah timur dan utara Kecamatan Bogor Utara, dan ke arah utara dari Kecamatan Tanah Sareal (Rencana Detail Tata Ruang Kota Bogor, 2000).

27 Kawasan Suryakencana berbatasan langsung dengan Jalan Otto Iskandar Dinata, Jalan Bondongan, Jalan Batutulis, dan Jalan Suryakencana. Kawasan ini terletak di kota Bogor, Propinsi Jawa Barat yang memiliki letak astronomis pada 106 o BT 106 o BT dan 6 o LS 6 o LS. Ketinggian kota ini dari permukaan laut berkisar antara 190 m 350 m dengan kelerengan sebesar 0 15 % dan sebagian kecil %. Suhu udara ratarata kota ini adalah 26 o C dengan kelembaban rata- rata 20 %. Lokasi studi berada di bawah wilayah administratif Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah. Luas tapak adalah 41,6 ha dengan kepadatan penduduk 281,45 jiwa/ ha. Tapak lokasi studi terletak di pusat Kota Bogor dan dekat dengan Pasar Bogor serta Pusat Perniagaan Suryakencana. Jalur sirkulasi pada tapak banyak dilalui oleh orang menuju Pasar Bogor dan Pusat Perniagaan Suryakencana. Kemudahan aksesibilitas tersebut menjadi daya tarik bagi orang- orang unutuk bermukim dan melakukan kegiatan perdagangan dan jasa pada tapak. Akses langsung dapat dilakukan melalui Jalan Suryakencana yang merupakan jalan dengan jalur satu arah menuju kawasan Sukasari, Bogor dari Jalan Otto Iskandar Dinata. Untuk masuk ke dalam lokasi, dapat melalui Jalan Roda I dan Roda II yang berbatasan langsung dengan Jalan Roda. Terdapat jaringan jalan berupa gang yang terdapat di dalam lokasi studi. 2. Pengumpulan Data Pengumpulan data meliputi aspek sosial pengguna dan aspek fisik kawasan. Pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka, survey lapang, wawancara serta pengambilan gambar untuk mendukung studi. Studi pustaka diperoleh dari sumber- sumber pustaka yang terdapat di perpustakaan kampus dan website- website dari internet seperti dan Survey lapangan

28 dilakukan dengan peninjauan langsung ke dalam tapak untuk memperoleh data eksisting tapak, dalam kegiatan ini juga dilakukan wawancara lisan terhadap beberapa warga setempat untuk mengetahui pendapat mereka mengenai studi ini. Pengambilan gambar berupa foto pada lokasi studi dilakukan untuk memperoleh gambar eksisting lokasi studi. Seperti terlihat pada Gambar 1, delineasi tapak terbagi atas tiga kategori yaitu daerah permukiman, ruang tidak terpakai (no.1), dan pusat aktivitas (no.2). Gambar 1. Delineasi Tapak Sebelum Perencanaan. Data dikelompokan dalam bentuk nominal, deskriptif, kategorik, dan grafis, yang masing-masing dibagi ke dalam dua tipe, yaitu data primer hasil survei langsung berupa foto dan hasil wawancara lisan terhadap warga, serta data sekunder yang diperoleh dari pustaka tersedia. Data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1. Pada tahap ini diperoleh hasil berupa data yang diperlukan untuk penelitian dan pengenalan tapak lebih dalam. 3. Analisis dan Sintesis Analisis pada proses ini dilakukan dengan melakukan kegiatan menguraikan secara deskriptif data yang diperoleh dalam bentuk

29 gambar dan tulisan. Analisis data berfungsi untuk menemukan potensi dan kendala dari tapak, dimana potensi yang ada dipertahankan dan dikembangkan dan kendala yang ditemukan dicari alternatif penanggulangan yang terbak untuk menciptakan keteraturan yang lebih baik. Kegiatan analisis meliputi pengolahan dan pengkajian data terkait yang telah ada berupa foto dan hasil wawancara lisan terhadap warga. Analisis dilakukan pada aspek sosial pengguna dan aspek fisik kawasan menghasilkan peta sosial dan peta fisik kawasan. Dari aspek sosial dianalisis mengenai kelas usia pemukim, jenis pekerjaan, dan pola aktivitas. Sintesis merupakan hasil dari analsis yang dikembangkan sebagai masukan untuk mendapatkan hasil perencanaan yang sesuai dengan yang diinginkan. Sintesis dilakukan berdasarkan data yang diperoleh pada tapak maupun hasil wawancara dengan warga setempat serta dengan memperhatikan aspek sosial maupun aspek fisik aspek sosial dan fisik kawasan dengan konsep yang telah dikembangkan sehingga menghasilkan suatu model block plan serta peta zonasi kawasan. Sintesis dilakukan untuk menghasilkan pemecahan masalah jika ditemukan kekurangan pada tapak dan pengembangan jika tapak memiliki kelebihan. 4. Konsep Setelah data yang tersedia dikelompokan, penentuan konsep pengembangan kawasan ditetapkan. Konsep terbagi atas konsep dasar dan pengembangan konsep. Pengembangan konsep terbagi ke dalam empat sub-konsep, yaitu konsep pedestrian shopping streets, konsep tata ruang, konsep ruang terbuka, dan konsep fasilitas. 5. Perencanaan Proses perencanaan adalah alat sistematik yang digunakan untuk menentukan saat awal, keadaan yang diharapkan, dan cara terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan dengan menilai setiap objek melaluli pengamatan yang berinspirasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa

30 perencanaan juga merupakan suatu proses dalam menyelesaikan masalah melaluli konsep yang tegas untuk menciptakan lingkungan serta cara hidup yang lebih baik bagi manusia (Simonds,1983). Tahapan ini dilakukan untuk menghasilkan rencana lanskap Pedestrian Shopping Streets yang mencakup perancangan ulang tata ruang, fasilitas penunjang dan ruang terbuka untuk menunjang aktivitas yang terjadi di dalamnya. Perencanaan kawasan ini mengacu pada konsep yang telah ditetapkan sebelumnya. Output dari studi ini berupa rencana grafis kawasan pedestrian shopping street dan rencana ruang terbuka. Jenis Data Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh baik dari pengamatan langsung di lapang, wawancara, pengambilan gambar, maupun studi pustaka yang dapat mendukung studi (Tabel 1). Data yang digunakan dalam studi meliputi data sosial dan data fisik kawasan. Data sosial masyrakat meliputi: 1. Kondisi demografis pemukim yang diperoleh melalui studi pustaka dari pihak pemerintah daerah yang terkait. Data ini untuk mengetahui jumlah penduduk yang menetap, golongan umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan dari masyarakat pemukim. Hal ini akan berkaitan dengan studi perilaku dan kondisi dari masyarakat pemukim, dimana dapat berpengaruh langsung terhadap pemanfaatan lanskap yang akan direncanakan. 2. Aktivitas masyarakat pemukim diperoleh melalui survey dan pengamatan langsung pada tapak. data ini kemudian dispasialkan ke dalam bentuk peta aktivitas yang akan menunjukan intensitas serta lokasi aktivitas dari masyarakat pemukim. 3. Kebutuhan dan keinginan masyarakat diperoleh melalui wawancara dengan beberapa masyarakat pemukim untuk menginventarisasi keinginan masyarakat terhadap hasil akhir perencanaan tapak. Keinginan masyarakat ini dapat dilihat pada Tabel 6 pada bab

31 berikutnya. Kegiatan ini juga menjadi peran serta aktif masyarakat dalam proses perencanaan tapak. Untuk data fisik kawasan, data yang diperoleh berupa data tata guna lahan yang diperoleh melalui pengamatan lapang dan disesuaikan dengan peta tapak dari dinas yang terkait. Bentuk Hasil Studi Hasil studi ini berupa suatu perencanaan kawasan Pedestrian Shopping Street yang mencakup: 1. Rencana Tertulis Deskripsi rencana lanskap Pedestrian Shopping Street, Deskripsi rencana tata ruang pada lanskap, Deskripsi rencana ruang terbuka pada tapak, Deskripsi rencana fasilitas penunjang. 2. Rencana Grafis Rencana lanskap Pedestrian Shopping Street: Rencana tata ruang pada tapak, Rencana ruang terbuka pada tapak.

32 Tabel 1. Jenis, Bentuk, Satuan, Tipe, dan Sumber Data KELOMPOK DAN JENIS DATA BENTUK DATA SATUAN DATA TIPE DATA SUMBER DATA DATA SOSIAL MASYARAKAT 1. Kondisi Demografis Jumlah Penduduk Nominal Jiwa Sekunder Pemerintah Daerah Setempat Kelas Usia Kategorik Jiwa Sekunder Pemerintah Daerah Setempat Tingkat Pendidikan Kategorik Jiwa Sekunder Pemerintah Daerah Setempat Jenis Pekerjaan Kategorik Jiwa Sekunder Pemerintah Daerah Setempat 2. Aktivitas Aktivitas Penduduk Deskriptif Primer Survei dan Wawancara Peta Aktivitas Peta Primer Survei dan Wawancara 3. Kebutuhan dan Keinginan Kebutuhan dan Keinginan Pengguna Tapak Deskriptif Primer Survei dan Wawancara dan Diskusi DATA FISIK KAWASAN 1. Tata Guna Lahan Sirkulasi Deskriptif Primer Verifikasi Peta Dinas dan Pemetaan Pengukuran Tanah Perumahan Deskriptif Primer Verifikasi Peta Dinas dan Pemetaan Pengukuran Tanah Ruang Terbuka Deskriptif Primer Verifikasi Peta Dinas dan Pemetaan Pengukuran Tanah Fasilitas Umum Deskriptif Verifikasi Peta Dinas dan Pemetaan Pengukuran Tanah

33 PERSIAPAN STUDI Perumusan masalah, pembuatan usulan studi, perijinan PENGUMPULAN DATA 1. ASPEK SOSIAL MASYARAKAT Kondisi Demografis, Aktivitas harian, dan Keinginan di Masa yang Akan Datang 2. ASPEK FISIK KAWASAN Tata Guna Lahan ANALISIS DAN SINTESIS 1. Peta Sosial Masyarakat dan Peta Fisik Kawasan 2. Zonasi Kawasan KONSEP Konsep Pedestrian Shopping Streets PERENCANAAN RENCANA LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREETS DAN HUNIAN VERTIKAL Gambar 3. Metodologi penelitian.

34 22 IV. DATA, ANALISIS DAN SINTESIS Studi perencanaan lanskap pedestrian shopping street ini mengambil kawasan pada daerah perniagaan dan permukiman Suryakencana, Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah, Bogor. Lokasi studi perencanaan merupakan bagian dari Kelurahan Babakan Pasar yang merupakan kelurahan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi. lokasi yang strategis dengan Pasar Bogor dan kawasan perniagaan Suryakencana menyebabkan lokasi ini mempunyai daya tarik yang cukup besar sebagai lokasi permukiman dan banyak dipilih oleh golongan masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah. Akibatnya, kondisi tapak saat ini menjadi daerah permukiman padat penduduk dengan tingkat kepadatan 282 jiwa/ha dengan luas wilayah mencapai 41,6 ha. Tabel 2. Kepadatan Penduduk Kecamatan Bogor Tengah Kelurahan Luas Wilayah (ha) Kepadatan Penduduk (jiwa/ha) Babakan ,3 66, ,3 65,9 Sempur ,2 153,8 152,1 153,9 154,8 Tegallega ,6 128,4 125,6 127,8 127,5 Babakan Pasar , Gudang ,7 273,6 273,5 284,9 270 Paledang ,9 65,5 65,3 65,1 Panaragan ,8 284, ,6 Pabaton 63 65,7 64,2 65,5 66,8 64,9 Kebon Kelapa ,5 206,3 206,2 207,3 207,1 Cibogor ,6 181,5 181,8 181,1 181,9 Ciwaringin ,1 123,8 123,6 125,6 122,2 Jumlah ,6 127,9 127,4 128,4 127,2 Sumber : Kota Bogor Dalam Angka, 2000 Dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota Bogor (2005) mengenai kependudukan, disebutkan bahwa Kelurahan Babakan Pasar termasuk dalam wilayah yang perlu pengaturan jumlah penduduk. Dalam pengembangan kawasan perniagaan dan jasa kebijaksanaannya telah diatur dalam RDTRK Bogor.Untuk mendukung sektor perekonomian Kota Bogor, maka kebijaksanaan pengembangan perdagangan dan jasa yaitu:

35 1. Penempatan diatur berdasarkan skala kegiatannya dan sesuai dengan potensi serta karakteristik daerahnya. 2. Pengaturan tata ruangnya dapat dikelompokkan berdasarkan pada skala kegiatan atau sifat kegiatan dan pelayanan. 3. Penataan dan pembinaan pedagang kali lima (PKL). Mengenai hal ini, lokasi studi merupakan kawasan yang strategis bagi pusat perniagaan dan jasa dikarenakan lokasi dan aksesnya yang mudah karena dekat dengan jalur tol Jakarta- Bogor dan berada pada area pusat Kota Bogor dekat dengan Kebun Raya Bogor. Perencanaan lanskap kawasan ini juga memperhatikan dan mempertimbangkan aspek sosial dan diharapkan dapat melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Peran serta masyarakat dalam studi ini sebagai sumber informasi mengenai kondisi tapak baik fisik dan sosial yang dibutuhkan dalam tahapan studi. Masyarakat juga memberi pendapat dan masukan mengenai studi perencanaan tapak ini melalui wawancara lisan tentang keinginan mereka terhadap tapak ke depannya. Menurut Pemerintah Kota Bogor (2005), kebijaksanaan pengembangan kegiatan permukiman agar terpadu dengan kegiatan lainnya adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan kawasan permukiman diarahkan ke arah Selatan Kecamatan Bogor Selatan, ke arah Utara dari kecamatan Bogor Barat, ke arah Timur dari Kecamatan Bogor Timur, ke arah Timur dan Utara dari Kecamatan Bogor Utara dan ke arah Utara dari Kecamatan Tanah Sareal dengan konsep 1 : 3: 6 2. Perbaikan, peremajaan dan pengaturan keserasian dengan tata ruang bagi permukiman yang telah ada serta relokasi permukiman di daerah bantaran sungai. 3. Pembangunan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah diarahkan secara vertikal (rumah susun). Lokasi studi ini memiliki kesamaan kebijakan dengan kawasan pada beberapa kelurahan yang terdapat pada Kecamatan Bogor Tengah. Beberapa kawasan tersebut berada pada Kelurahan Ciwaringin, Kebon Kelapa, Paledang, Tegalega,

36 24 dan Pabaton yang telah ditetapkan sebagai kawasan yang memiliki fasilitas perdagangan dan jasa. Kesamaan yang lain dengan lokasi studi adalah kawasankawasan tersebut bersisian dengan kawasan permukiman padat sehingga memiliki masalah- masalah sosial yang sama pula. Arah dari studi ini terhadap tapak adalah perbaikan, peremajaan dan pengaturan keserasian dengan tata ruang bagi permukiman yang telah ada di daerah bantaran sungai. Hal ini sesuai dengan tujuan Pemerintah Kota Bogor nomor dua dalam Rencana Detail Tata Ruang Kota Bogor (2005). Aspek Sosial Masyarakat dan Pengguna Tapak Kondisi demografis masyarakat merupakan aspek penting dalam proses perencanaan karena berkaitan dengan kondisi penduduk pada lokasi studi, mencakup jumlah, jenis pekerjaan, dan aktivitas. Lokasi penelitian terletak dalam wilayah administratif Kelurahan Babakan Pasar menempati posisi paling atas dalam tingkat kepadatan penduduk per hektar yaitu sebesar 282 jiwa/ha. Lokasi penelitian sendiri mempunyai jumlah penduduk jiwa dengan mayoritas kelas usia produktif. Kondisi tapak yang didominasi oleh kelompok kerja menggambarkan keadaan masyarakat dimana sebagian besar waktunya banyak digunakan untuk bekerja. Tabel 3. Kelas Usia Penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah. Kelas Usia Jumlah 0-5 tahun 652 jiwa 6 18 tahun jiwa tahun jiwa tahun jiwa > 50 tahun 719 jiwa Sumber: Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2000 Pada lokasi penelitian pola penyebaran permukiman tidak merata. Pemukiman memusat pada area yang dibatasi oleh Jalan Roda I dan Jalan Roda II, sementara itu penyebaran permukiman sepanjang Jalan Roda tidak sepadat pada area tadi. Tingkat kepadatan yang tinggi, baik bangunan untuk bermukim maupun

37 jumlah penduduknya, pada area yang dibatasi oleh Jalan Roda I dan Jalan Roda II menyebabkan tapak terlihat sangat tidak teratur. Kehidupan masyarakat pada lingkungan dengan intesitas kepadatan tinggi seperti yang terdapat pada tapak, berpotensi menimbulkan konflik lebih besar dibandingkan dengan lingkungan yang memiliki initensitas kepadatan lebih rendah. Hal ini diakibatkan lahan terbatas yang ditempati oleh jumlah penduduk yang tinggi menciptakan peluang yang tinggi pula terhadap munculnya masalah akibat frekuensi interaksi sosial maupun singgungan- singgungan sosial yang tinggi. Jenis pekerjaan penduduk dalam tapak terbagi ke dalam tiga kelompok besar yaitu bekerja, pelajar dan pengangguran. Kelompok yang bekerja menempati posisi pertama disusul oleh pelajar dan tidak/ belum bekerja. Kelompok yang bekerja terbagi lagi ke dalam sektor formal dan informal dimana sektor formal memiliki angka perbandingan yang lebih tinggi. Tabel 4. Jenis Pekerjaan Penduduk Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah. Pegawai Negeri Karyawan Swasta Pelajar dan Mahasiswa Jenis Pekerjaan Wiraswasta: berdagang, bengkel, rumah makan, dll Tidak Bekerja karena Menganggur Tidak Bekerja karena Bukan Usia Produktif Jumlah jiwa jiwa jiwa 624 jiwa 942 jiwa jiwa Sumber: Kelurahan Babakan Pasar Tahun 2000; bagian yang diblok menunjukan segmen usia yang membutuhkan akomodasi. Dapat dilihat pada tapak bahwa terdapat beberapa penduduk yang memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, baik yang menetap maupun tidak. Hal ini dapat dilihat pada tapak dari adanya warung- warung sederhana, gerobak dagang maupun aktivitas penduduk yang mencirikan bahwa pekerjaan mereka adalah pedagang. Kegiatan persiapan sebelum berdagang biasanya dilakukan di dalam rumah masing- masing maupun memakai jalur sirkulasi umum seperti gang- gang depan rumah.

38 26 Kelompok belum/ tidak bekerja didominasi oleh kaum perempuan yang berprofesi sebagi ibu rumah tangga dan anak- anak. Aktivitas yang dilakukan biasanya adalah duduk- duduk bercengkerama dan dilakukan pada saat siang hari dimana pada waktu itu mayoritas suami mereka sedang bekerja. Kegiatan ini biasa dilakukan di teras rumah masing- masing maupun pada fasilitas- fasilitas umum yang ada di lingkungan tempat tinggal mereka. Pengangguran juga masuk dalam kelompok penduduk belum/ tidak bekerja. Pengangguran berpotensi menimbulkan masalah sosial dalam masyarakat. Tindakan-tindakan yang biasa dilakukan umumnya adalah sesuatu yang bersifat negatif dan menimbulkan kerugian bagi anggota masyarakat lainnya di sekitar mereka. Hal ini disebabkan usia mereka yang relatif muda sehingga membutuhkan penyaluran energi ke arah yang positif. Aktivitas masyarakat biasanya terpusat pada aktivitas sore dan malam hari. Hal ini disebabkan mayoritas dari penduduk umumnya memiliki aktivitas rutin pada siang hari seperti bekerja dan sekolah sehingga waktu luang yang dimiliki hanya pada waktu sore dan malam hari. Pemusatan aktivitas pada sore dan malam hari juga didukung oleh aktivitas perdagangan seperti warung-warung tenda mulai buka pada waktu-waktu ini. Walaupun begitu aktivitas pada pagi dan siang hari masih dapat ditemukan terutama pada sepanjang Jalan Roda yang merupakan akses utama kawasan ini. Kegiatan yang dilakukan umumnya adalah kegiatan yang bersifat pemenuhan terhadap kebutuhan sosialisasi yang biasa dilakukan di teras- teras rumah, pinggir jalan, fasilitas-fasilitas umum jalan. Masyarakat pada lokasi studi umumnya termasuk ke dalam masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Hal ini dapat dilihat dari jenis pekerjaan dan tingkat ekonomi mereka. Tingkat kepadatan penduduk yang tinggi pada lokasi juga menyebabkan aktivitas banyak dilakukan di ruang luar seperti jalan maupun ruang terbuka lainnya baik yang kepemilikannya bersifat pribadi maupun milik umum yang dikelola pemerintah. Dalam Tabel 5. dapat dilihat pola aktivitas pada ruang luar dari penduduk.

39 Gb 5. Kondisi Eksisting Jalan Roda Aktivitas pengguna tapak non pemukim tidak jauh berbeda dengan penduduk setempat. Umumnya kegiatan yang dilakukan mengarah pada kegiatan jual beli maupun jasa mengingat kawasan ini merupakan kawasan perniagaan dan jasa. Pemusatan waktu juga biasa terjadi pada sore dan malam hari walaupun tak jarang pada pagi dan siang hari aktivitas tersebut banyak dijumpai. Pengguna tapak non pemukim sifatnya tidak rutin seperti para pemukim pada umumnya. Hal ini dikarenakan pengguna tapak non pemukim mendatangi tapak hanya unutk tujuan- tujuan tertentu pada waktu tertentu pula. Pengguna tapak non pemukim biasanya berasal dari dalam Kota Bogor sendiri maupun dari luar Kota Bogor yang sedang melakukan kunjungan. Tujuan mereka seperti telah dijelaskan di awal adalah lebih banyak beraktivitas dalam kegiatan perniagaan dan jasa, baik sebagai pedagang dan penyedia jasa maupun sebagai pembeli atau konsumen. Aktivitas para pengguna tapak non pemukim biasanya bukan bersifat pemenuhan kebutuhan sosialisasi tapi lebih ke arah pemenuhan kebutuhan jasmani maupun rohani. Pemenuhan kebutuhan rohani telah diakomodasi dengan adanya masjid, gereja dan klenteng di dalam tapak. Kebutuhan dan keinginan masyarakat merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan kawasan pedestrian shopping street ini. Faktor sosial tersebut merupakan bentuk peran serta dari masyarakat dalam proses perencanaan. Semakin besar peran serta masyarakat maka semakin besar pula rasa memiliki mereka terhadap tapak dan keinginan mereka untuk mewujudkan tapak baru yang lebih baik dari segi sosial maupun fisiknya. Selain

40 28 itu peran serta masyarakat juga mencerminkan seberapa besar kebutuhan dan keinginan mereka terhadap tapak yang baru. Kebutuhan dan keinginan masyarakat baik pemukim maupun non pemukim terhadap perencanaan kawasan ini adalah ingin terciptanya suatu kawasan baru yang lebih berkualitas terutama dari segi fisik kawasan. Masyarakat mengharapkan agar tapak baru ini dapat meningkatkan penghasilan mereka melalui perencanaan kawasan niaga pada tapak. Mereka juga mengharapkan adanya suatu ruang terbuka yang dapat megakomodasi aktivitas rekreasi para pemukim. Tabel 5. Aktivitas Ruang Luar Ruang Aktivitas Ruang Luar Fungsi Waktu Pengguna A1 A2 B1 B2 C1 C2 Jalan Utama Bersosialisasi Sosial Siang, malam Duduk- duduk Rekreasi, Siang sosial Bermain Rekreasi, Pagi, siang sosial Bermain gitar Rekreasi, Siang, sosial malam Persiapan Ekonomi Pagi, siang dagang Jual beli Ekonomi Pagi, siang malam Gang Bersosialisasi Sosial Siang, malam Duduk- duduk Rekreasi, Siang sosial Bermain Rekreasi, Pagi, siang sosial Bermain gitar Rekreasi, Siang, sosial malam Persiapan Ekonomi Pagi, siang dagang Teras dan Bersosialisasi Sosial Siang, halaman malam rumah Duduk- duduk Rekreasi, Siang sosial Persiapan Ekonomi Pagi, siang dagang Sumber: hasil pengamatan dan wawancara pada tapak (2006) Keterangan: A1- Anak- anak laki; A2- Anak- anak perempuan; B1- Remaja laki; B2- Remaja perempuan; C1- Dewasa laki; C2- Dewasa perempuan Pagi ( ) Siang ( ) Malam ( )

41 Masyarakat menginginkan pada tapak yang baru nanti tersedia fasilitasfasilitas penunjang dan pemenuhan kebutuhan mereka baik yang bersifat jasmani maupun rohani (Tabel 6). Dalam hal ini pemenuhan kebutuhan akan ruang terbuka sangat mereka harapkan terutama untuk menunjang aktivitas sosialisasi mereka. Kebutuhan akan ruang terbuka ini dapat berupa taman maupun lapangan olahraga yang dapat digunakan oleh masyarakat dari segala golongan usia. Lapangan olahraga diharapkan mampu digunakan untuk beragam jenis olahraga seperti bulu tangkis, voli, basket dan futsal dengan jumlah yang memadai. Ruang terbuka yang berfungsi dengan baik akan menciptakan suatu hubungan langsung diantara ruang dan orang-orang yang berada disekelilingnya (Rogers,1999). Hester (1984) menjelaskan beberapa hal yang menyebabkan terjadinya perbedaan aktivitas dalam kehidupan masyarakat sehari-hari adalah perbedaan kelas sosial, usia, etnik dan budaya serta perbedaan lokasi dan wilayah, pada tapak sebelumnya terdapat tempat ibadah berupa masjid/ mushola dan gereja. Tabel 6. Keingininan Masyarakat terhadap Perubahan dan Perbaikan Tapak. Perubahan pada Tapak Keinginan Masyarakat Setuju Tidak Setuju Tidak Tahu Ruang Terbuka Hijau 15-3 Perbaikan drainase Relokasi permukiman Fasilitas rekreasi dan sosialisasi Kegiatan perekonomian di dalam tapak Perbaikan sirkulasi Penataan ruang terbuka hijau juga diharapkan dapat menciptakan sebuah kualitas lingkungan yang baik dari sebelumnya. Kebutuhan akan kenyamanan dapat dipenuhi dengan penataan ruang terbuka hijau ini. Penyediaan tanamantanaman peneduh sangat diharapakan untuk menciptakan iklim mikro yang nyaman, selain itu tanaman- tanaman hias juga menjadi kebutuhan untuk dinikmati terutama untuk kebutuhan psikologis para pengguna tapak.

42 30 Gambar 6. Aktivitas pada Tapak Satu hal penting yang tidak dapat diabaikan pula adalah penataan utilitas pada tapak terutama untuk tiga jenis utilitas yaitu listrik, air, dan telepon. Fasilitas penerangan sangat berkaitan dengan penyediaan jaringan listrik. Dalam tapak yang baru, diharapkan fasilitas penerangan dapat berfungsi selain memberikan penerangan pada tapak tapi juga dapat menjaga kemanan dan keselamatan pengguna tapak treutama pada waktu malam hari. Selain fungsi utama tersebut, fungsi estetika juga diharapkan dapat menambah semarak suasana tapak dengan menghadirkan araksi- atraksi pencahayaan. Untuk jaringan air, diharapkan agar pemenuhan kebutuhan akan air bersih dapat terus tersedia secara lancar. Selain pemenuhan akan kebutuhan air bersih, penanganan terhadap limbah buangan dan pengelolaan limbah cair agar dapat ditangani dengan baik. Penataan saluran pembuangan diperbaiki dengan menambah kedalamannya, dibuat dengan cor beton dan diberi kawat pengaman serta di bagian atasnya ditutup dengan papan sehingga bisa dipakai untuk meletakan tanaman-tanaman dalam pot. Hal ini bertujuan agar tidak menimbulkan gangguan-gangguan seperti mampet, banjir dan menimbulkan bau ataupun pemandangan yang kurang sedap. Untuk jalur sirkulasi berupa jalan, mereka mengharapkan agar terjadi pelebaran jalan dan pengawasan penggunaan jalan agar fungsi utama jalan hanya

43 sebagai jalur sirkulasi saja. Selain itu perbaikan kualitas fisik jalan juga sangat diharapkan terutama dalam pemilihan material jalan agar dipilih material yang awet dan kuat. Untuk pengelolaan segala fasilitas pada tapak, mulai dari perancangan, pengelolaan dan pendanaan diharapkan dikelola oleh pemerintah maupun perencana secara baik dan menjadi tanggung jawab pemerintah dan pengelola. Tapi tidak menutup kemungkinan juga masyarakat akan turut berperan serta aktif dalam tahapan pengelolaan ini. Dari hasil analisis kebutuhan dan keinginan masyarakat pada lokasi studi dapat diambil kesimpulan pada Tabel 7. Tabel 7. Perbandingan Kondisi Eksisting Tapak dengan Kebutuhan dan Keinginan Masyarakat No Sarana Aktivitas Fasilitas 1. Ruang Terbuka Kondisi Eksisting Kebutuhan keinginan dan Olahraga, bermain, berkumpul, bersosialisasi, kegiatan rumah tangga, istirahat Olahraga, bermain, berkumpul, bersosialisasi, istirahat 2. Jalur jalan Kondisi Eksisting Jual beli, bermain, berkumpul, sosialisasi, persiapan dagang Kebutuhan keinginan dan Sirkulasi Tidak ada Lapangan olahraga, taman lingkungan Tidak ada Perbaikan kualitas material perkerasan, pencahayaan, peneduh Aspek Fisik Kawasan Tata guna lahan pada tapak penelitian terbagi ke dalam ruang terbangun seperti rumah, fasilitas umum (masjid/mushola, gereja, sekolah dasar, toko) dan ruang tidak terbangun seperti jalan raya dan ruang terbuka. Penggunaan lahan sebagai tempat tinggal menempati proporsi tertinggi. Kondisi pemukiman pada tapak sangat tinggi dan padat yang diakibatkan jumlah penduduk yang besar pada luas lahan yang terbatas. Luasan tiap-tiap rumah antar satu pemilik dengan pemilik yang lain juga sangat beragam. Jarak antar rumah hampir berdempetan dan mayoritas rumah penduduk tidak memiliki halaman depan akibat tidak

44 32 tersedianya lahan yang cukup. Akibatnya, kondisi lingkungan serta pemukiman kurang memadai. Kondisi jalan dan drainase pada daerah ini juga sangat buruk. Lebar gang hanya sebesar 1,5-2 meter akibat padatnya pemukiman. Pada Gambar.7 dapat dilihat kondisi eksisting tapak yang padat dengan kondisi jalan yang buruk. Begitu pula dengan saluran air yang rata- rata hanya selebar cm yang berpotensi untuk terjadinya banjir akibat daya tampung dan aliran air yang rendah. Terdapat perbedaan ketinggian kontur pada lokasi studi. Kawasan timur dan timur laut lokasi mempunyai ketinggian kontur lebih rendah dibanding bagian barat. Bagian tapak yang menurun agak curam membatasi dua bagian tapak lainnya yang relatif landai. Kemiringan lahan pada tapak tidak menjadi hambatan bagi para pengguna tapak dan dapat menjadi potensi tersendiri pada tapak. Penggunaan tapak sebagai fasilitas umum menempati posisi kedua. Fasilitas-fasilitas yang ada dapat berupa fasilitas yang diberikan dan dikelola oleh negara seperti bangunan pelayanan pemerintahan, sekolah dasar, puskesmas maupun yang secara swadaya dibangun oleh masyarakat seperti fasilitas peribadatan, warung, toko dan taman kanak-kanak. Jenis dan keterangan mengenai fasilitas umum yang terdapat pada tapak dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Jenis Fasilitas Umum pada Lokasi Studi No. Jenis Fasilitas Umum Keterangan Jumlah 1. Fasilitas Peribadatan Masjid (1), mushola (2), gereja (1), 5 buah vihara (1) 2. Fasilitas Pelayanan kantor RW (1) 1 buah Pemerintah 3. Fasilitas Pendidikan TK (1), SD (1) 2 buah 4. Fasilitas Kesehatan Posyandu (1), klinik dokter (2), apotek 4 buah (1) 5. Fasilitas Perekonomian Toko (9), warung (4), rumah makan (3) 16 buah Sumber: Survei Lapang (2006) Ketersediaan ruang terbuka hijau pada tapak sangatlah kurang bahkan bisa dikatakan tidak ada. Vegetasi yang ditemukan pada tapak biasanya ditemukan

45 dalam bentuk pekarangan dengan luasan yang tidak terlalu luas dan tidak semua rumah memiliki pekarangan, hanya beberapa rumah di pinggir jalan saja. Vegetasi berupa pohon ditemukan tidak dalam bentuk mengelompok melainkan tumbuh secara individu. Keberadaan tanaman eksisting tersebut sangat kurang mengingat kawasan ini kawasan padat penduduk yang amat membutuhkan tingkat kenyamanan tinggi terutama dalam hal kenyaman iklim mikro. Hal ini terjadi karena sebagian besar penggunaan lahan adalah untuk permukiman. Gambar 7. Kondisi Eksisting pada Tapak Lokasi studi berada pada jalur jalan arteri utama dan sekunder menyebabkan lokasi studi mudah dijangkau baik dengan kendaraan bermotor maupun pejalan kaki. Kondisi jalan yang kurang baik juga menjadi kendala akibat jalan yang bergelombang menyebabkan arus kendaraan kurang lancar dan adanya pusat perniagaan yang berpotensi menimbulkan kemacetan. Kemudahan akses ini pula yang menjadi penyebab tingginya tingkat kepadatan penduduk pada lokasi studi. Kondisi trotoar pada beberapa bagian jalan juga sudah mulai rusak ditambah lagi dengan penggunaan trotoar sebagai tempat berjualan membuat kenyaman para pejalan kaki sedikit terganggu. Kondisi jalan dan trotoar yang rusak biasanya berupa retakan maupun bagian jalan yang bolong sehingga

46 34 berpotensi menimbulkan genangan air jika hujan. Kondisi jalan dan trotoar pada saat ini membutuhkan perbaikan baik dari segi kualitas fisik maupun visualnya. Pada tapak juga tidak tersedia ruang terbuka umum yang dapat mengakomodasi aktivitas sosilalisasi dan rekreasi bagi para penduduk. Hal ini menjadi penyebab beberapa aktivitas sosialisasi dan rekreasi masyarakat dilakukan pada jalan- jalan umum. Fasilitas yang adapun tidak dapat mendukung segala aktivitas sosialisasi dan rekreasi tersebut. Beberapa aktivitas sosialisasi dilakukan di tempat ibadah yang terdapat pada tapak dan rumah- rumah penduduk. Sintesis Berdasarkan hasil analisis secara deskriptif dan spasial maka diperoleh deskripsi masalah lingkungan pada tapak serta peta alternatif penyelesaian permasalahan menuju lingkungan yang lebih baik, sehat, dan nyaman. Permasalahan yang terdapat pada tapak adalah permasalahan sosial dan fisik. Permasalahan sosial yang terjadi antara lain jumlah penduduk yang tinggi pada lahan yang terbatas dan aktivitas-aktiviatas sosial penduduk yang dilakukan tidak pada tempat yang seharusnya. Perlu diadakan pengaturan ruang pada tapak terutama ruang untuk pemukiman yang nantinya jumlahnya akan banyak berkurang. Pengaturan ruang ini berfungsi untuk menghindari ketegangan yang terjadi di dalam masyarakat sehingga bisa tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, alam dan sesamanya (Simonds, 1983). Pengaturan ruang pada tapak akan menghasilkan terjadinya perubahan pola aktivitas dari orang- orang yang tinggal di dalamnya. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas rekreasi yang tadinya dilakukan pada tempat-tempat seperti jalanan umum atau gang-gang, kini mereka memiliki lahan tersendiri berupa ruang terbuka yang dapat mengakomodasi aktivitas rekreasi tersebut. Seperti telah dijelaskan dalam Hester (1984) pada umumnya suatu lingkungan permukiman perlu memiliki sebuah ruang terbuka umum yang berfungsi sebagai tempat bersosialisasi dan rekreasi. Dengan adanya ruang terbuka ini diharapkan terpenuhinya kebutuhan fisiologis dasar dari masyarakat (Porteous,1977).

47 Perubahan pola penggunaan lahan yang tadinya mayoritas berupa lahan permukiman, yang memiliki pemasukan lebih sedikit bagi pendapatan asli daerah kota Bogor, menjadi suatu lahan niaga yang mayoritas aktivitasnya adalah pada kegiatan niaga ataupun jasa sehingga pemasukan bagi pendapatan asli daerah akan jauh lebih meningkat. Satu contohnya adalah pemasukan dari segi pajak daerah, pada lahan permukiman pemasukan pajak hanya berasal dari Pajak Bumi dan Bangunan saja, tetapi pada kawasan Pedestrian Shopping Street ini pemasukan pajak dapat berasal tidak hanya dari Pajak Bumi dan Bangunan saja tetapi juga ada tambahan dari Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan objek- objek pajak lainnya. Pemecahan masalah pada tapak dilakukan berdasarkan masukan dari masyarakat pemukim maupun pengguna tapak non pemukim dengan pertimbangan terhadap kondisi fisik dan aspek teknis. Hasil analisis terhadap aspek sosial masyarakat diperoleh fakta bahwa tapak terbagi ke dalam dua kategori, yaitu tapak dengan kondisi ruang yang baik dan tapak dengan kondisi ruang yang buruk. Tapak dengan kondisi ruang yang baik memiliki kepadatan penduduk lebih rendah dibandingkan dengan yang kondisi ruangnya buruk. Kepadatan penduduk yang tinggi menyebabkan tingginya resiko terjadi konflik dan singgungan-singgungan sosial masyarakat pemukimnya. Hal ini juga mempengaruhi pola perilaku pemukimnya yang cenderung mengarah pada ketidakteraturan. Sementara tapak dengan kondisi ruang yang baik memiliki kepadatan rendah dan penataan bangunan dengan kondisi yang cenderung lebih rapi dan teratur. Tapak dengan kondisi ruang yang lebih teratur berada pada jalur jalan utama yang merupakan akses utama pada tapak. Seperti telah dijelaskan dalam Lippsmeier (1980) bahwa kriteria kualitas lingkungan fisik tempat tinggal dibangun dari tiga kriteria yang berkaitan yaitu struktur,ruang terbuka khusus dan tapak alami maka analisis fisik pada tapak membagi tapak ke dalam dua kategori tata guna lahan yaitu lahan terbangun dan tidak terbangun. Lahan terbangun berupa area permukiman dan bangunan umum. Sementara itu lahan tidak terbangun berupa jalur sirkulasi dan ruang terbuka hijau dengan presentasi yang amat kecil. Dari hasil analisis yang didapat dapat ditarik kesimpulan bahwa tapak pada lokasi studi ini sangat memerlukan ruang terbuka

48 36 hijau. Selain perlunya ketersediaan lahan untuk ruang terbuka hijau, perlu juga adanya perbaikan fisik dan penambahan fasilitas umum pada tapak. Permasalahan, dan pemecahan masalah pada tapak disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Permasalahan, dan Pemecahan Masalah pada Tapak No. Aspek Data Permasalahan Pemecahan masalah 1. Sosial Peningkatan kebutuhan akan ruang Penyedian ruang terbuka hijau pada terbuka hijau. tapak. Peningkatan kebutuhan akan ruang Penyedian ruang terbuka umum terbuka dan fasilitas umum penunjang pada tapak dengan fasilitas aktivitas sosial masyarakat pemukim penunjang yang memadai. maupun pengguna tapak non pemukim. Peningkatan kebutuhan akan rasa aman, kenyamanan, dan keselamatan beraktivitas pada tapak. 2. Fisik Lebar jalan pada tapak tidak memadai. Lebar jalan 3 meter dan lebar gang 1,5 2 meter terlalu sempit. Saluran drainase sering mampet akibat lebarnya terlalu sempit dan dangkal. Lebar saluran drainase 30-45cm dengan kedalaman 30 cm. Ruang pandang terbatas akibat padatnya permukiman. Titik- titik penerangan daerah rawan kurang. Penerangan hanya terdapat pada jalan kolektor per 20 meter. Penerangan pada gang memanfaatkan cahaya dari penerangan dalam rumah. Tidak tersedianya ruang terbuka umum untuk aktivitas. Penataan tata letak fasilitas untuk meningkatkan rasa aman, kenyamanan, dan keselamatan dalam beraktivitas pada tapak Perbaikan kualitas fisik jalan berupa perbaikan kualitas material dan pelebaran jalan serta melakukan penghijauan pada jalan. Perbaikan sistem dan kualitas drainase pada tapak dengan membuat saluran drainase bawah tanah. Perbaikan kualitas visual pada tapak baik dari segi soft material maupun hard materialnya. Penyedian fasilitas penerangan jalan, gang, dan pada ruang- ruang terbuka umum. Penyediaan lampu jalan per 10 meter. Penambahan ketersediaan ruang terbuka umum dan ruang terbuka hijau.

49 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya kegiatan ekonomi dan rekreasi dari penggunanya. Studi ini juga merencanakan suatu lanskap yang dapat mengakomodasi suasana ketetanggaan (neighborhood) pada kawasan permukiman padat. Melalui tahap perencanaan ini diharapkan tercipta suatu lanskap yang dapat mengakomodasi kegiatan ekonomi dan rekreasi pada kawasan tersebut dan dapat menjadi ruang terbuka alternatif dalam kawasan. Konsep dasar perencanaan pedestrian shopping streets ini tidak hanya memperhatikan kualitas visual dan peningkatan aktivitas ekonomi saja, tetapi juga memperhatikan masalah kualitas lingkungan dan sosial. Dalam studi ini, skenario konsep tata ruang yang akan direncanakan pada tapak dibagi menjadi empat sub-konsep. Skenario konsep tata ruang tersebut nantinya akan membandingkan aspek- aspek sebagai berikut: a. Pertambahan luas ruang terbuka hijau, b. Perbaikan lingkungan sosial, c. Perbaikan kualitas lingkungan, d. Perbaikan aktivitas ekonomi pada tapak, e. Perbaikan kualitas visual, dan f. Perbaikan intensitas infrastruktur. Keenam aspek tersebut diukur berdasarkan kualitas aspek-aspek tersebut. Lalu dibandingkan antara konsep yang akan dikembangkan dengan kondisi eksisting tapak untuk menciptakan suatu lanskap yang lebih baik dibandingkan lanskap sebelumnya. Pengembangan Konsep Konsep dasar perencanaan pedestrian shopping streets ini terbagi ke dalam empat sub-konsep, yaitu konsep pedestrian shopping streets, konsep tata ruang, konsep ruang terbuka, dan konsep fasilitas.

50 38 a. Konsep tata ruang total Pengembangan konsep dasar ke dalam sub-konsep ini bertujuan untuk mendapatkan penataan ruang yang efisien sehingga dapat mengakomodasikan kebutuhan dan keinginan pengguna. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan perbaikan kondisi dan kualitas lingkungan kawasan dan juga kualitas kehidupan masyarakat pengguna tapak maupun masyarakat yang tinggal di sekitar tapak. Pengembangan konsep tata ruang total ini mengacu pada kebijakan pemerintah setempat tentang RDTRK Bogor (2000) yang telah ditetapkan. Berdasarkan hal tersebut tapak dibagi ke dalam tiga jenis ruang yaitu ruang bangunan umum, ruang pemukiman dan ruang terbuka. Dalam studi perencanaan ini akan dilakukan perencanaan terhadap ruang bangunan umum dan ruang terbuka pada tapak. Gambar 8. Kondisi Lingkungan yang Diharapkan Ruang permukiman direncanakan tetap pada fungsinya sebagai area permukiman. Perencanaan dilakukan pada perbaikan kualitas lingkungannya saja seperti perbaikan jalur jalan dan penambahan vegetasi untuk menambah estetika area tersebut (Gambar.8). Ruang bangunan umum adalah ruang permukiman yang direncanakan akan berbagi fungsi dengan ruang ekonomi berupa kawasan industri rumah tangga. Bangunan umum akan mengalami perubahan bentuk muka bangunan. Perubahan bentuk ini bertujuan menunjang kegiatan ekonomi yang akan terjadi di dalam tapak seperti bentuk etalase display produk. Ruang terbuka hijau direncanakan menyatu dengan ruang terbuka utama, dimana ruang terbuka hijau ini berbagi fungsi dengan ruang terbuka utama

51 39 sebagai area rekreasi dan memperbaiki kualitas lingkungan. Selain itu penanaman vegetasi di sepanjang sisi jalan, dari Jalan Roda I sampai Jalan Roda II diharapkan dapat memperbaiki kualitas lingkungan kawasan ini. b. Konsep pedestrian shopping streets Pengembangan konsep ini bertujuan untuk menciptakan lanskap pedestrian yang dapat menjadi lanskap penunjang bagi kegiatan ekonomi dalam peningkatan pendapatan asli daerah Kota Bogor dan sebagai ruang terbuka alternatif bagi aktivitas-aktivitas pengguna tapak seperti aktivitas rekreasi, berjalan kaki, window shopping dan lain sebagainya. Jenis pedestrian yang ditetapkan dalam perencanaan ini adalah jenis pedestrian street, dimana kendaraan bermotor dilarang masuk kecuali yang berkepentingan dalam pengelolaan tapak. Pedestrian shopping street ini dibagi ke dalam dua jenis lokasi perniagaan, yaitu perniagaan yang memerlukan bangunan sebagai penunjang aktivitasnya dan perniagaan yang tidak memerlukan bangunan atau lebih dikenal dengan kaki lima. Akses pedestrian dalam perencanaan ini pun dekat dengan jalan umum. Dalam Simonds (1983) disebutkan bahwa karakter dari pedestrian walk diibaratkan seperti aliran air atau sungai yang pergerakannya mencari hambatan terkecil demi mencapai aspek fungsional dan estetik. Jalur pedestrian yang masuk ke dalam kawasan permukiman berfungsi sebagai akses ke area industri rumah tangga dan display produk-produknya. Lebar jalur pedestrian ini disesuaikan dengan kondisi tapak yang sudah ada sehingga tidak ada penambahan atau pengurangan lebar jalan. Area niaga di dalam tapak diharapkan dapat menjadi alternatif lokasi niaga yang biasanya berlokasi di pinggir jalan. c. Konsep ruang terbuka Konsep ruang terbuka dibuat untuk menciptakan hubungan yang harmonis antar pengguna tapak dan masyarakat yang tinggal di sekitar tapak seperti yang telah direncanakan. Ruang terbuka yang berfungsi dengan baik akan menciptakan suatu hubungan langsung antara ruang dan orang-orang yang berada di dalamnya (Rogers, 1999). Disebutkan pula oleh Hester (1984) bahwa penyediaan terbuka

52 40 umum dalam lingkungan permukiman sangat penting dilakukan karena merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Berdasarkan konsep hierarki ruang terbuka, ruang terbuka dalam studi perencanaan ini akan terbagi ke dalam dua jenis, yaitu ruang terbuka utama dan ruang terbuka pelengkap. Ruang terbuka utama adalah ruang terbuka yang dapat mengakomodasi aktivitas-aktivitas penggunanya terutama masyarakat sekitar tapak dan pengunjung. Aktivitas pada ruang terbuka ini adalah aktivitas pasif dan aktif. Ruang terbuka utama memiliki radius pelayanan mencakup seluruh tapak yang direncanakan. Dalam ruang terbuka ini disediakan fasilitas olahraga seperti lapangan olahraga (lapangan voli dan bulutangkis) dan jogging track. Sedangkan untuk aktivitas pasif disediakan fasilitas berupa gazebo dan tempat duduk-duduk. Ruang terbuka utama berbagi fungsi dengan ruang terbuka hijau, dimana ruang terbuka hijau ini mengelilingi fasilitas-fasilitas pada ruang terbuka utama ini. Yang kedua adalah rung terbuka pelengkap. Ruang terbuka ini memiliki luas yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan luas ruang terbuka utama sehingga ruang terbuka ini memiliki radius pelayanan yang lebih sempit pula. Letak ruang terbuka pelengkap ini terdapat di dalam tapak dan hanya berfungsi sebagai ruang aktivitas pasif. Fasilitas yang disediakan pada ruang terbuka ini adalah fasilitas yang hanya mendukung aktivitas pasif seperti tempat dudukduduk. d. Konsep fasilitas Konsep fasilitas dalam perencanaan kawasan ini dibuat untuk mendukung fungsi dan aktivitas pada tiap-tiap ruang yang telah direncanakan. Konsep fasilitas pada bangunan umum adalah fasilitas yang bersifat fisik yang dapat mendukung berlangsungnya aktivitas komersil, jasa, edukasi, perkantoran, ibadah, dan keamanan dalam tapak. Jenis fasilitas pada ruang ini antara lain pertokoan, sekolah, perkantoran, rumah ibadah, fasilitas kesehatan dan fasilitas penunjang lainnya. Konsep fasilitas pada ruang terbuka didasarkan pada jenis ruang terbuka tersebut. Untuk jenis ruang terbuka utama, fasilitas yang disediakan merupakan

53 41 fasilitas fisik yang dapat mendukung kegiatan rekreasi dan sosial seperti lapangan olahraga, permainan dan fasilitas berupa tempat duduk-duduk dan jogging track. Ruang terbuka pelengkap fasilitas yang disediakan berupa fasilitas yang mengakomodasi aktivitas pasif yaitu bangku dan lampu penerangan. Untuk jenis ruang terbuka sebagai pedestrian, fasilitas fisik yang disediakan bertujuan agar pengunjung merasa betah dan nyaman berada di dalam tapak. Fasilitas yang disediakan dapat berupa fasilitas yang bersifat estetika seperti penyediaan bak-bak tanaman, permainan pola perkerasan dan fasilitasfasilitas seperti penunjuk arah, penerangan, tempat beristirahat dan fasilitas penunjang lainnya. Untuk semua fasilitas fisik penunjang aktivitas aktif dan pasif dipilih material yang kuat dan tahan lama (Harris and Dines,1988)

54 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street, perencanaan tata ruang pada tapak, perencanaan ruang terbuka, dan perencanaan fasilitas penunjang. Dengan adanya pengembangan konsep ke dalam empat sub konsep tersebut diharapkan nantinya akan tercipta suatu lanskap baru yang lebih baik dari segi kualitas fisik maupun sosialnya. Rencana Lanskap Pedestrian Shopping Street Pengembangan konsep ini bertujuan untuk menciptakan lanskap pedestrian yang dapat menjadi lanskap penunjang bagi kegiatan ekonomi dalam peningkatan pendapatan asli daerah Kota Bogor dan sebagai ruang terbuka alternatif bagi aktivitas-aktivitas pengguna tapak seperti aktivitas rekreasi, berjalan kaki, window shopping dan lain sebagainya. Dalam pengembangannya, perencanaan kawasan ini akan memakai luasan tapak paling besar dari lokasi studi. Lokasi berada pada area permukiman antara Jalan Roda I dan Jalan Roda II. Bangunan yang disediakan ditata berderet mengikuti pola koridor yang telah ada sebelumnya. Bangunan-bangunan ini merupakan bangunan rumah yang sudah ada sebelumnya dan telah dilakukan perbaikan bentuk muka bangunan guna memperbaiki tampilan kawasan tersebut. Pembagian kawasan dalam perencanaan kawasan ini ditentukan berdasarkan jenis aktivitas niaga yang ditawarkan. Kawasan yang akan direncanakan antara lain kawasan industri rumah tangga yang terbagi kedalam kategori kuliner (restoran, kafe, toko makanan ringan), kerajinan tangan khas, dan produk non-kerajinan. Selain terbagi ke dalam dua kategori tersebut, kawasan pedestrian ini juga terbagi ke dalam peruntukan area yaitu area display/niaga dan area produksi dari produk-produk tersebut. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pengunjung dalam mendapatkan barang-barang kebutuhan dan jasa yang diperlukan karena adanya pengelompokan jenis-jenis perniagaan dan jasa.

55 43 Penataan kaki lima dilakukan dengan pemberlakuan waktu operasional untuk mereka menggelar dagangannya. Konsep untuk kaki lima ini adalah konsep bazar, dimana dilakukan pada hari- hari dan waktu tertentu. Pemberlakuan waktu operasional ini bertujuan untuk mengatur ketertiban dari pedagang kaki lima itu sendiri. Pengaturan waktu operasional pedagang kaki lima berdasarkan pertimbangan-pertimbangan seperti beberapa hari kerja, atau hari-hari perayaan khusus lain. Pedagang kaki lima menempati lokasi pada Jalan Roda, Jalan Roda I dan II, sehingga pada waktu-waktu tersebut kendaraan dilarang masuk ke kawasan ini. Pemilihan hari kerja bertujuan untuk memperpanjang waktu kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kota Bogor. Pasar kaki lima pada kawasan ini diharapkan dapat menjadi atraksi menarik bagi para wisatawan. Pemilihan waktu operasional dimulai dari sore hari hingga dini hari menjelang pagi. Pada waktuwaktu ini, aktivitas perniagaan yang menggunakan sarana bangunan diatur waktu buka tutupnya agar tidak bentrok dengan pasar kaki lima. Perencanaan desain arsitektur bangunan dan perkerasan lahan disesuaikan dengan kondisi eksisting tapak dimana pembangunan bangunan baru diminimalisasikan. Dalam perencanaan kawasan ini, bangunan eksisting akan tetap dipertahankan keberadaan dan kepemilikannya. Bangunan eksisting yang sudah ada hanya akan mengalami perbaikan bentuk muka bangunan saja sehingga dapat lebih menarik pengunjung yang datang. Bangunan eksisting yang mengalami perubahan fungsi menjadi tempat niaga akan mengalami penambahan lantai ke atas untuk mengganti ruang yang terpakai. Ruang terbuka pedestrian ini didesain agar orang yang ada di dalamnya tidak mengalami kejenuhan ataupun terjadi kemonotonan. Desain material perkerasan pada setiap jarak tertentu dilakukan agar menimbulkan suatu kejutan sehingga pengguna tapak tidak merasa jenuh melalui permainan pola perkerasan maupun fasilitas di atasnya. Perencanaan ruang terbuka pedestrian ini selain memperhatikan aspek fisik dan sosial kondisi awal tapak dan skenario konsep yang telah ditetapkan, terdapat beberapa aspek lagi yang dijadikan pertimbangan dalam studi ini. Aspekaspek tersebut antara lain adalah imageability, legibility, enclosure, linkage,

56 44 transparency, dan complexity. Keenam aspek tersebut menjadi pertimbangan dasar dalam studi perencanaan ini. Tabel 7. Aspek yang Dibandingkan Pada Tapak Sebelum dan Sesudah Perencanaan. Aspek yang Sebelum Perencanaan Setelah Perencanaan Keterangan Dibandingkan Imageability Legibility Enclosure Linkage Trasparency Complexity Tidak ada ciri khas pada tapak. Jaringan jalan yang ruwet tanpa penunjuk arah. Diciptakan oleh bangunan tempat tinggal. Ruang permukiman dihubungkan oleh jaringan jalan di dalamnya. Kondisi tapak sempit, pandangan terbatas. Tapak didominasi oleh bangunan tempat tinggal. Konsep pedestrian shopping street di dalam tapak. Ada penunjuk arah, navigasi warna, perencanaan jalur pedestrian yang mudah diakses. Diciptakan oleh vegetasi dan bangunan pada tapak. Jalur pedestrian yang dapat saling menghubungkan tiap area yang direncanakan di dalam tapak. Jalur pedestrian yang sederhana tidak berkelok-kelok sehingga tidak menghalangi pandangan. Penambahan elemen lanskap seperti vegetasi, perencanaan taman lingkungan, Ciri khas tapak sehingga mudah diingat. Kemudahan navigasi dalam tapak. Definisi visual tapak melalui elemen vertikal. Koneksi antar ruang. Kualitas mengakses pemandangan dari dan ke tapak. Keragaman lingkungan fisik. Imageability berkaitan dengan kemampuan tapak dalam menciptakan suatu pemandangan yang berbeda dan khas serta mudah dingat oleh pengunjung yang datang. Suatu tapak dapat memiliki kemampuan ini apabila terdapat elemen fisik yang spesifik dan memiliki susunan yang mampu menarik perhatian, menimbulkan perasaan dan menciptakan suatu kenangan. Dalam studi perencanaan ini, aspek imageability lebih diarahkan pada bentuk akhir dari perencanaan yaitu suatu pedestrian shopping street yang merupakan suatu konsep baru bagi aktivitas perniagaan, jasa, dan rekreasi yang dapat dilakukan dalam waktu yang besamaan. Telah disebutkan sebelumnya bahwa ruang pedestrian shopping street ini nantinya akan terbagi ke dalam dua area yaitu: area niaga dan produksi kuliner, dan area niaga dan produksi barang-barang kerajinan dan kebutuhan lainnya.

57 45 Aspek legibility merupakan aspek yang mengarah pada kemudahan navigasi ke dalam maupun di dalam tapak. Jaringan pedestrian yang akan dibuat dalam studi perencanaan ini akan dibuat secara simpel dan sederhana, yaitu berupa jalur jalan yang sudah ada sebelumnya atau eksisting. Untuk kemudahan navigasi di dalam tapak digunakan konsep warna pada perkerasan tapak dan pengarah jalan yang mudah dimengerti. Untuk akses ke dalam tapak, tapak terletak pada suatu kawasan yang aksesibilitasnya sangat mudah yaitu berada di sisi jalan kolektor di tengah kota. Enclosure merupakan definisi visual dari tapak yang dijelaskan melalui elemen vertikal pada tapak tersebut seperti dinding, bangunan atau pohon. Ruang dengan elemen vertikal yang proporsional dengan elemen horisontalnya dapat menciptakan efek ruang dari tapak tersebut dengan kualitasnya masing- masing. Untuk menghindari kesan terkurung di dalam tapak, bangunan infrastruktur yang ada dibuat tidak melebihi dua lantai. Keberadaan bangunan ini diimbangi dengan lebar jalur pedestrian sehingga tercipta suatu ruang yang proporsional. Gambar 10. Aspek enclosure pada tapak diciptakan oleh vegetasi. Konsep pedestrian shopping street ini bertujuan untuk menciptakan suatu konsep rekreasi dan belanja pada ruang terbuka secara bersamaan. Maka dari itu, setiap toko yang ada pada kawasan pedestrian ini diwajibkan memiliki bentuk muka bangunan yang dapat memudahkan pengunjung mengakses pemandangan dari dan ke luar tapak. Kemudahan dalam mengakses pemandangan dari maupun

58 46 ke tapak merupakan definisi dari aspek tranparency yang berkaitan dengan kualitas desain tapak tersebut. Antar ruang dalam kawasan pedestrian shopping street ini akan dihubungkan oleh suatu jaringan pedestrian yang terpadu dimana tiap bangunan, ruang terbuka, dan jalur pedestrian itu sendiri terkoneksi dengan baik tanpa menciptakan lanskap yang membingungkan. Jalur pedestrian ini mengikuti kondisi eksisting yang sudah ada sehingga tidak diperlukan penambahan jalur baru. Koneksi antar ruang ini berkaitan dengan kualitas lanskap dari aspek linkage yang memberikan kemudahan akses antar ruang tersebut. Kompleksitas yang terdapat di dalam tapak bergantung pada keragaman dari lingkungan fisik, jumlah dan jenis gedung, keragaman ornamen dan gaya arsitektur, elemen lanskap serta aktivitas yang terjadi di dalamnya. Kondisi fisik pada tapak telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Dalam tapak yang baru kondisi ini akan diperbaiki dengan pembagian tata guna lahan di dalam tapak. Pembagian tata guna lahan tersebut dikelompokan berdasarkan jenis aktivitas yang ada di dalamnya. Sungai yang berada pada sisi tapak merupakan contoh lain dari keragaman yang dimiliki oleh tapak. Keragaman aktivitas jelas dapat terlihat di dalam tapak. Aktivitas yang diharapkan adalah aktivitas niaga, sosialisasi dan rekreasi. Aktivitas ini dapat ditemui pada area permukiman maupun area pedestrian. Aktivitas yang terdapat pada area pedestrian merupakan dari pengembangan konsep rekreasi dan belanja pada ruang terbuka secara bersamaan. Area pedestrian shopping street terbagi ke dalam enam segmen dimana tiap segmennya memiliki fungsi untuk mendukung aktifitas yang berbeda satu sama lain (Gambar.11). Pembagian area tersebut bertujuan untuk memudahkan navigasi pengunjung dalam tapak. Tiap segmen mendukung jenis aktifitas yang berbeda, aktifitas tersebut terbagi ke dalam dua kategori yaitu aktifitas niaga dan produksi dari produk-produk kuliner dan produk-produk kerajinan dan nonkerajinan. Area niaga merupakan area display dan jual-beli dari produk-produk tersebut, sedangkan area produksi merupakan area dimana barang-barang yang akan ditawarkan dan dijual diproduksi.

59 47 Gambar 11. Rencana peruntukan ruang pada area pedestrian shopping street. Aktifitas pengunjung pada area niaga (Segmen 1, 5, dan 6) diarahkan pada aktifitas perdagangan. Produk yang ditawarkan merupakan produk hasil produksi dari area produksi (Segmen 2, 3, dan 4) ataupun produk yang berasal dari luar kawasan ini. Pada area produksi pengunjung dapat melihat dan ikut serta dalam proses produksi komoditas yang tersedia sehingga fungsi kawasan ini selain sebagai kawasan rekreasi dan niaga dapat pula menjadi kawasan edukasi. Gambar 12. Area display produk kerajinan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA Permukiman Padat Kumuh Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992, permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup, di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET SEBAGAI BENTUK REVITALISASI KAWASAN PADAT PENDUDUK DI SURYAKENCANA, BOGOR

PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET SEBAGAI BENTUK REVITALISASI KAWASAN PADAT PENDUDUK DI SURYAKENCANA, BOGOR PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET SEBAGAI BENTUK REVITALISASI KAWASAN PADAT PENDUDUK DI SURYAKENCANA, BOGOR Oleh : ARIF APRIANTO A 34202027 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep 37 V. KONSEP Konsep Dasar Konsep dasar dalam perencanaan ini adalah merencanakan suatu lanskap pedestrian shopping streets yang dapat mengakomodasi segala aktivitas yang terjadi di dalamnya, khususnya

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A

KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A KONSEP STREET FURNITURE KAMPUS INSTITUT PERTANIAN BOGOR DRAMAGA INDRA SAPUTRA A34203039 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRA SAPUTRA. A34203039.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION. Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN BANTARAN SUNGAI BERBASIS BIOREGION Oleh : ARIN NINGSIH SETIAWAN A34203031 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A

SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A i SKRIPSI KAJIAN LANSKAP RUANG TERBUKA DI RT 01/08, KELURAHAN BARANANGSIANG, KECAMATAN BOGOR TIMUR, KOTA BOGOR MIFTAHUL FALAH A34203053 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A

PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN. Disusun oleh: DENI HERYANI A PRA DESAIN LANSKAP UNIVERSITAS MATHLA UL ANWAR SEBAGAI BOTANICAL GARDEN Disusun oleh: DENI HERYANI A34203018 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DENI

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A

PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN. Oleh: Syahroji A PERANCANGAN ULANG JALUR HIJAU JALAN BARAT-TIMUR KOTA BARU BANDAR KEMAYORAN Oleh: Syahroji A34204015 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN SYAHROJI. Perancangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan, perumahan, dan pemukiman pada hakekatnya merupakan pemanfaatan lahan secara optimal, khususnya lahan di perkotaan agar berdaya guna dan berhasil guna sesuai

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A

PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A PERENCANAAN LANSKAP WISATA SEJARAH DAN BUDAYA KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO, KABUPATEN SEMARANG MUTIARA SANI A34203015 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PERENCANAAN

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A

ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK. Oleh: Medyuni Ruswan A ANALISIS PENGARUH ELEMEN LANSKAP TERHADAP KUALITAS ESTETIKA LANSKAP KOTA DEPOK Oleh: Medyuni Ruswan A34201045 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL Rencana Lanskap Berdasarkan hasil analisis data spasial mengenai karakteristik lanskap pemukiman Kampung Kuin, yang meliputi pola permukiman, arsitektur bangunan

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A

PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI. Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A Skripsi PEMELIHARAAN LANSKAP KAWASAN PERMUKIMAN PURI MAYANG KELURAHAN MAYANG MANGURAI, KECAMATAN KOTA BARU, KOTA JAMBI Oleh : ANGGIE OCTAVIANI A34203012 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN PASAR TERAPUNG SUNGAI BARITO KOTA BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA OLEH: MOCH SAEPULLOH A44052066 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A

PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A PENGELOLAAN PEMELIHARAAN LANSKAP DI KAWASAN PERMUKIMAN SENTUL CITY, BOGOR, JAWA BARAT SARI INDAH OKTAVIARNI A34204018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA. Oleh: PUTERA RAMADHON A PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN BERTEMA (THEME PARK) DI DUNIA FANTASI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL JAKARTA UTARA DKI JAKARTA Oleh: PUTERA RAMADHON A34204046 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT

PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT PERANCANGAN LANSKAP AGROWISATA IKAN HIAS AIR TAWAR DI BALAI PENGEMBANGAN BENIH IKAN CIHERANG KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Oleh: GIN GIN GINANJAR A34201029 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Luaran Kegunaan

PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Luaran Kegunaan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Terbuka Hijau (RTH) memiliki fungsi ekologis dan sosial. Salah satu RTH yang dimiliki oleh Kota Bogor yaitu Kebun Raya Bogor (KRB). Selain sebagai RTH, KRB juga memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemukiman kumuh merupakan masalah yang dihadapi oleh hampir semua kota kota besar di Indonesia bahkan kota-kota besar di negara berkembang lainnya. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A

PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR. Oleh : Annisa Budi Erawati A PERENCANAAN LANSKAP JALUR PENCAPAIAN KAWASAN AGROWISATA PADA AGROPOLITAN CIPANAS, CIANJUR Oleh : Annisa Budi Erawati A34201035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI

KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI KAJIAN LANSKAP PERTIGAAN JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR INDAH CAHYA IRIANTI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN INDAH CAHYA IRIANTI. A44050251.

Lebih terperinci

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA

KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA KAJIAN PENCAHAYAAN LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR ARSYAD KHRISNA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN ARSYAD KHRISNA A44052252. Kajian Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman

Lebih terperinci

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA

STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA STUDI ELEMEN MENTAL MAP LANSKAP KAMPUS UNIVERSITAS INDONESIA, DEPOK HADRIAN PRANA PUTRA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN HADRIAN PRANA PUTRA.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN GERABAH DI DESA BANYUMULEK, KECAMATAN KEDIRI, LOMBOK BARAT Oleh : RINRIN KODARIYAH A 34201017 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG. Oleh Mufidah Atho Atun A

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG. Oleh Mufidah Atho Atun A PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA ISLAM SUNAN BONANG Oleh Mufidah Atho Atun A34204020 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN MUFIDAH ATHO ATUN.

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A

PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA. Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A PERENCANAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL SEGENTER, PULAU LOMBOK, SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA Oleh MUHAMMAD IMAM SULISTIANTO A34201037 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan perkotaan yang begitu cepat, memberikan dampak terhadap pemanfaatan ruang kota oleh masyarakat yang tidak mengacu pada tata ruang kota yang

Lebih terperinci

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI

PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI PENGARUH REKLAME TERHADAP KUALITAS ESTETIK LANSKAP JALAN LINGKAR KEBUN RAYA BOGOR RAKHMAT AFANDI DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 Judul Nama NRP : Pengaruh

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A

PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A PERANCANGAN LANSKAP SEKOLAH ISLAM TERPADU UMMUL QURO BERDASARKAN KONSEP TAMAN ISLAMI FISQA TASYARA A34203058 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Dengan ini

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan 1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504

Lebih terperinci

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semarang merupakan ibukota propinsi Jawa Tengah yang berada pada kawasan pesisir pantai utara Jawa. Kota Semarang yang berada di pesisir pantai menempatkan penduduknya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A

EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A EVALUASI ASPEK FUNGSI DAN KUALITAS ESTETIKA TANAMAN LANSKAP KEBUN RAYA BOGOR (Kasus : Pohon dan Perdu) IPAH NAPISAH A34204014 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS TATA RUANG, TATA BANGUNAN, DAN PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN FATUBESI KEC. KOTA LAMA KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kelurahan Fatubesi merupakan salah satu dari 10 kelurahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Pariwisata dikenal sebagai suatu bentuk rangkaian kegiatan kompleks yang berhubungan dengan wisatawan dan orang banyak, serta terbentuk pula suatu sistem di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

KANTOR SEWA DENGAN TEMA PERKANTORAN TAMAN DI JAKARTA

KANTOR SEWA DENGAN TEMA PERKANTORAN TAMAN DI JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik KANTOR SEWA DENGAN TEMA PERKANTORAN TAMAN DI JAKARTA Diajukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan

Lebih terperinci

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR

STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR STUDI DAYA DUKUNG BIOFISIK KAWASAN REKREASI KEBUN RAYA BOGOR Oleh : YAYAT RUHIYAT A34201018 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YAYAT RUHIYAT. Studi

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU. Diajukan Oleh : Rr. Sarah Ladytama L2B LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( LP3A ) SHOPPING MALL DI BUKIT SEMARANG BARU (Berkonsep Nuansa Taman Dengan Penekanan Desain Arsitektur Post Modern) Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan kondisi perekonomian nasional mendorong orientasi pembangunan Kota DKI Jakarta kearah barang dan jasa. Reorientasi mendorong dikembangkannya paradigma

Lebih terperinci

4/AGIZ.200' PENGARUH TAMAN LINGKUNGAN TERHADAP SURU UDARA SEKIT ARNY A. CITRA INDA HARTl A

4/AGIZ.200' PENGARUH TAMAN LINGKUNGAN TERHADAP SURU UDARA SEKIT ARNY A. CITRA INDA HARTl A 4/AGIZ.200'-1 097 PENGARUH TAMAN LINGKUNGAN TERHADAP SURU UDARA SEKIT ARNY A CITRA INDA HARTl A02499033 DEPARTEMEN BUDI DAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2004 RINGKASAN CITRA INDA

Lebih terperinci

Perancangan Ruang Terbuka Rumah Susun Tambora, Jakarta Barat. (Di bawah bimbingan SIT1 NURISJAH).

Perancangan Ruang Terbuka Rumah Susun Tambora, Jakarta Barat. (Di bawah bimbingan SIT1 NURISJAH). FRZIANI KEMALAPUTRI. Perancangan Ruang Terbuka Rumah Susun Tambora, Jakarta Barat. (Di bawah bimbingan SIT1 NURISJAH). Kebijaksanaan pembangunan mmah susun mempakan salah satu strategi dalam usaha-usaha

Lebih terperinci

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN

PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN PERENCANAAN KAMPUNG BERBASIS LINGKUNGAN (ECOVILLAGE) DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON BANTEN (Kasus Kampung Cimenteng, Desa Taman Jaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten)

Lebih terperinci

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture

Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR Penataan Bukit Gombel, Semarang dengan Bangunan multifungsi Penekanan pada Green Architecture Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA Dalam pembahasan bab ini akan menjelaskan persepsi dan preferensi masyarakat, analisis gap dan analisis kuadran. Dari hasil

Lebih terperinci

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang publik merupakan ruang terbuka maupun tertutup yang berfungsi sebagai tempat terjadinya interaksi sosial, ekonomi dan budaya. Di wilayah perkotaan, ruang publik

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH

ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH 56 ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan hasil inventarisasi maka dari faktor-faktor yang mewakili kondisi tapak dianalisis sehingga diketahui permasalahan yang ada kemudian dicari solusinya sebagai

Lebih terperinci

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik).

RINGKASAN. Denpasar, bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). RINGKASAN INE NILASARI. Perencanaan Lanskap Jalan Westertz By Pass di Kotamadya Denpasar, Bali @i bawah bimbingan Nurhajati A. Mattjik). Jalan Western By Pass dengan panjang keseluruhan.t 13 km merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat perbankan dan pusat perindustrian menuntut adanya kemajuan teknologi melalui pembangunan

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan)

EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan) EVALUASI PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) GARDA EMAS (Studi Kasus UMKM Penghasil Sandal Di Kecamatan Bogor Selatan) Oleh BUDI LENORA A14304055 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT Oleh Nia Kurniawati Hidayat A14304086 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta

Lebih terperinci

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG

PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN PEMUKIMAN NELAYAN TAMBAK LOROK SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA

IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA IDENTIFIKASI MASALAH PERMUKIMAN PADA KAMPUNG NELAYAN DI SURABAYA Vippy Dharmawan 1, Zuraida 2 1+2 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo Nomor 59 Surabaya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumahan dan pemukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina dan dikembangkan

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A

PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO. Oleh DIDIK YULIANTO A PERSEPSI KUALITAS ESTETIKA DAN EKOLOGI PADA JALUR WISATA ALAM TAMAN NASIONAL GEDE PANGRANGO Oleh DIDIK YULIANTO A34202008 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTIT UT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN 23 BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Desain Lanskap kampus Fakultas Seni Rupa dan Desain menitikberatkan pada sebuah plaza dengan amphitheatre di bagian tengah kampus yang menghubungkan semua gedung

Lebih terperinci

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A

ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A ANALISIS MANFAAT RUANG TERBUKA HIJAU UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS EKOSISTEM KOTA BOGOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GIS ARIEV BUDIMAN A34203009 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI

BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI BAB I KONDISI PINGGIRAN SUNGAI DELI Keadaan sungai Deli yang sekarang sangat berbeda dengan keadaan sungai Deli yang dahulu. Dahulu, sungai ini menjadi primadona di tengah kota Medan karena sungai ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan tingginya kepadatan penduduk dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN II. 1. Umum Ujung Berung Regency merupakan perumahan dengan fasilitas hunian, fasilitas sosial dan umum, area komersil dan taman rekreasi. Proyek pembangunan perumahan

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN LINGGAWASTU DI BANDUNG

RUMAH SUSUN LINGGAWASTU DI BANDUNG RUMAH SUSUN LINGGAWASTU DI BANDUNG LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR SEMESTER II 2007/2008 Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur Oleh: DIAN HERDIAN 152 04 016 PROGRAM

Lebih terperinci