IDENTIFIKASI PENYAKIT PADI DAN ANTHURIUM MENGGUNAKAN WAVELET DENGAN KLASIFIKASI K-NEAREST NEIGHBORS ARVIANTO CANDRA WICAKSANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI PENYAKIT PADI DAN ANTHURIUM MENGGUNAKAN WAVELET DENGAN KLASIFIKASI K-NEAREST NEIGHBORS ARVIANTO CANDRA WICAKSANA"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI PENYAKIT PADI DAN ANTHURIUM MENGGUNAKAN WAVELET DENGAN KLASIFIKASI K-NEAREST NEIGHBORS ARVIANTO CANDRA WICAKSANA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2 ABSTRACT ARVIANTO CANDRA WICAKSANA. Identification Leaf Disease On Anthurium and rice Using Wavelet With K-Nearest Neighbors. Supervised by YENI HERDIYENI. Leaf disease on Anthurium and rice can inflict financial loss to farmers. Eradication of the diseases can done, determining the type of disease is still difficult. This research proposed a new study on measuring for automatically identification of plant disease based on leaf image with the input of digital image. Detection process started with feature extraction using Haar wavelet transform and the identification process using the k-nearest Neighbor (k-nn). This study, used the image which consists of seven hundred images, divided into seven classes consisting of 80% for training data and 20% for test data. The experimental result showed that identification of plant disease with leaf anthurium using k-nn is better than that of leaf anthurium and rice. The experimental result show that the accuracy system is 72.8%. Keywords: Wavelet Transformation, Classification, K-Nearest Neighbors, Image Processing 3

3 IDENTIFIKASI PENYAKIT PADI DAN ANTHURIUM MENGGUNAKAN WAVELET DENGAN KLASIFIKASI K-NEAREST NEIGHBORS ARVIANTO CANDRA WICAKSANA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Departemen Ilmu Komputer DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

4 Judul : Identifikasi Penyakit Padi dan Anthurium Menggunakan Wavelet dengan Klasifikasi K- Nearest Neighbors Nama : Arvianto Candra Wicaksana NRP : G Menyetujui: Pembimbing Dr. Yeni Herdiyeni, S.Si, M.Kom. NIP Mengetahui: Ketua Departemen Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.sc. NIP Tanggal Lulus: iv

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sragen Jawa Tengah pada tanggal 30 November 1986 dari ayah Drs. Edy Roseno MM. dan ibu Dyah Indriawati BSc, S.Sos. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2005 penulis lulus dari SMA Yadika 5 Jakarta Barat dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Diploma IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Tahun 2008 penulis lulus dari Diploma IPB dan pada tahun yang sama diterima di Ekstensi Ilmu Komputer IPB, Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. v

6 PRAKATA Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta ala atas segala curahan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Topik tugas akhir yang dipilih dalam penelitian adalah Identifikasi Penyakit Padi dan Anthurium Mengggunakan wavelet dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbors. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini, antara lain: 1 Seluruh keluarga besar penulis, khususnya kepada kedua orang tua penulis tercinta. Ibu dan Bapak, serta adik penulis atas segala cinta kasih, doa, kesabaran, dukungan, dan dorongan semangat kepada penulis selama ini. 2 Ibu Dr.Yeni Herdiyeni, S.Si, M.Kom selaku pembimbing atas bimbingan dan arahannya selama pengerjaan tugas akhir ini. 3 Bapak Sony Hartono Wijaya S.Kom, M.Kom dan bapak Aziz Kustiyo S.Si, M.Kom atas kesediaannya menjadi penguji penelitian ini. 4 Teman-teman satu bimbingan atas kerjasamanya selama penelitian. 5 Seluruh teman-teman seperjuangan ekstensi Ilmu Komputer angkatan 3 yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, namun besar harapan penulis bahwa apa yang telah dikerjakan dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak. Bogor, Juli 2011 Arvianto Candra Wicaksana vi

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR LAMPIRAN... viii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 Ruang Lingkup... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 1 Anthurium... 1 Padi... 2 Representasi Citra Digital... 3 Tingkat Abu-abu (Grayscale)... 4 Ekstraksi Ciri (Feature Extraction)... 4 Tekstur... 4 Wavelet... 4 Transformasi Wavelet... 5 Wavelet Haar... 5 Dekomposisi Haar... 6 Klasifikasi K-Nearest Neighbors... 6 METODE PENELITIAN... 7 Data Penelitian... 7 Praproses... 7 Pembagian Data... 7 Ekstraksi Ciri Tekstur Penyakit... 7 Algoritma Dekomposisi Wavelet... 8 Algoritma Rekonstruksi Wavelet... 8 Klasifikasi Menggunakan K-Nearest Neighbors... 8 Evaluasi Hasil Klasifikasi... 8 Lingkungan Pengembangan... 8 HASIL DAN PEMBAHASAN... 8 Ekstraksi Ciri Tekstur... 9 Dekomposisi Wavelet Haar... 9 Identifikasi Penyakit... 9 Hasil Pengujian Data Anthurium dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbors... 9 Hasil Pengujian Data Padi dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbors Hasil Pengujian Data Anturium dan Padi dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbors Perbandingan Ketiga Jenis Data Latih KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

8 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tanaman Hias Anthurium Bercak Coklat Pada Anthurium Bercak Kuning Pada Anthurium Daun Keriting Pada Anthurium Penyakit Blast Penyakit Bercak Coklat Penyakit Hawar Daun Bakteri Penyakit Tungro Fungsi Koordinat Sebagai Representasi Citra Digital Model Penyimpanan Piksel Pada Buffer Memori Operasi Pengubahan Citra 24 bit (a) Wave (Gelombang), (b) Wavelet (a) Struktur Piramid Level 1, (b) Dekomposisi Wavelet Haar Fungsi Penskalaan Haar φφ(t) Fungsi Penskalaan Haar φφ(t) Dekomposisi Wavelet Haar 2D Bank Filter Haar Algoritma Piramida Mallat Bank Filter Haar 8x8 Menggunakan Algoritma Piramida Mallat Metodologi Penelitian Citra Dekomposisi level Citra Dekomposisi Level Citra Dekomposisi Level Akurasi Pengenalan Setiap Kelas Anthurium Akurasi Pengenalan Anthurium Akurasi Setiap Kelas padi Akurasi Pengenalan Padi Akurasi Pengenalan Tanaman Anthurium dan Padi Grafik Rasio Pengenalan Anturium dengan Padi Perbandingan Hasil Akurasi DAFTAR TABEL Halaman 1 Hasil Data Anthurium dengan K-NN Hasil Data Padi dengan K-NN Hasil Data Tanaman Anthurium dan Padi dengan K-NN DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1Algoritma Dekomposisi dan Rekonstruksi Wavelet Contoh Citra Yang Digunakan Dalam Masing-masing Kelas Atar Muka Program Tabel Confusion Matrik Penyakit Tanaman Anthurium dan Padi Tabel Hasil Pengujian Daun data Anthurium Tabel Hasil Pengujian Data Padi Tabel Hasil pengujian Daun data Anthurium dan Padi viii

9 Latar Belakang PENDAHULUAN Berbagai penyakit pada tanaman hias anthurium dan padi dapat merugikan petani khususnya dalam aspek ekonomis yang menyebabkan rendahnya kualitas produksi penjualan, sehingga mempengaruhi perekonomian dan kehidupan petani. Identifikasi penyakit pada daun yang cukup sulit dan kesalahan mendeteksi awal penyakit dapat menyebabkan kerusakan pada daun bahkan dapat membuat daun mati, oleh karena itu dibutuhkan sebuah alat bantu komputer untuk membantu penyelesain masalah tersebut. Penelitian tentang deteksi penyakit dalam perkembangannya sudah dilakukan untuk berbagai jenis penyakit pada manusia seperti diagnosi tumor tulang, jantung dan penyakit lainnya. Akan tetapi, penelitian tentang deteksi penyakit pada tanaman masih sedikit dilakukan. Penelitian sebelumnya tentang identifikasi daun berpenyakit dilakukan oleh Weizheng (2008) sedangkan untuk mendeteksi tepi pada daun dilakukan oleh Gu (2005). Penelitian Weizheng menerapkan metode Grading untuk menentukan penyakit pada daun berdasarkan pengolahan citra, sedangkan penelitian Gu (2005) melakukan pengelompokan jenis daun yang diperoleh dari kombinasi transformasi wavelet dan interpolasi gaussian. Penelitian ini melakukan identifikasi penyakit pada daun tanaman hias anthurium dan padi dengan menerapkan transformasi wavelet untuk ekstraksi ciri tekstur. Kemudian melakukan klasifikasi hasil ekstraksi tekstur yang telah didapat sebelumnya dengan menggunakan K-Nearest Neighbors (K-NN). Diharapkan identifikasi penyakit daun dengan metode K-NN akan meningkatkan akurasi klasifikasi, sehingga identifikasi yang dihasilkan dapat lebih akurat. Tujuan Penelitian bertujuan untuk membuat suatu desain dan implementasi sistem deteksi penyakit pada daun anthurium dan padi dengan masukan berupa citra digital. Ruang Lingkup Data penelitian diambil di Balai Penelitian Tanaman Hias Segunung, Cipanas Jawa Barat dengan munggunakan kamera digital. Data yang diambil adalah daun yang terkena penyakit, yang difokuskan pada tanaman hias anthurium dan padi. Anthurium TINJAUAN PUSTAKA Tanaman hias secara garis besar dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu tanaman taman (landscaped plant) dan tanaman penghias rumah (house plant). Di antara jenis tanaman hias yang banyak diminati adalah anthurium. Anthurium merupakan tanaman asli dari daerah tropis yang telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Anthurium termasuk keluarga Araceae yang mempunyai perakaran yang banyak, batang dan daun yang kokoh, serta bunga berbentuk ekor. Tanaman berdaun indah ini masih berkerabat dengan sejumlah tanaman hias populer semacam aglaonema, philodendron, keladi hias, dan alokasia. Dalam keluarga Araceae, Anthurium adalah genus dengan jumlah jenis terbanyak. Diperkirakan ada sekitar jenis anggota marga anthurium. Gambar 1Tanaman Hias Anthurium. Anthurium merupakan salah satu tanaman hias dalam ruangan yang memiliki daya tarik tersendiri karena bentuk daun dan bunganya unik. Ada dua macam anthurium, yaitu anthurium daun dan anthurium bunga. Anthurium daun dinikmati karena keindahan daunnya sedangkan anthurium bunga karena keindahan bunganya (Fatihagriculture 2007). Tanaman anthurium memiliki dua macam bunga yaitu bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan ditandai oleh adanya benangsari, sedangkan bunga betina ditandai oleh adanya lendir. Biji diperoleh dengan menyilangkan bunga jantan dan bunga betina. Dengan menggunkan jentik, bunga sari diambil dan dioleskan sampai rata di bagian lendir pada bunga betina (Tabloidgallery 2007). Penyakit yang menyerang tanaman anthurium biasanya disebabkan oleh hama dan bakteri, berikut adalah beberapa penyakit yang dibahas pada penelitian ini: 1

10 1. Bercak Daun Pada tanaman hias anthurium, penyakit bercak daun harus diwaspadai dan biasanya sangat ditakuti oleh penghobi. Daun yang terkena penyakit ini tampak kekuning-kuningan dengan bercak-bercak berwarna coklat (Gambar 2). Bila dibiarkan, lama-lama bercak itu berubah sedikit kehitaman. Serangan itu disebabkan karena bakteri pseudomonas cichorii dan xanthomonas campestris. Kedua bakteri tersebut hadir melalui luka di daun. Penyakit itu dapat diatasi menggunakan bakterisida berbahan aktif mancozeb. dengan larutan fungisida. Anakan yang muncul nantinya diharapkan akan menjadi tanaman yang sehat. 3. Daun Keriting Penyakit daun keriting sering dijumpai dalam anthurium. Ciri anthurium yang terserang menampakan gejala daun mengeriting (Gambar 4). Bila daun diraba terasa sedikit bergelombang, warna daun anthurium pun mengalami gradasi. Semakin ke arah pinggir daun tampak semakin hijau muda, kemungkinan penyakit tersebut dampak serangan virus atau mungkin anthurium tersebut tersebut kekurangan kalsium karena kalsium di dalam tubuh tanaman mempengaruhi kekerasan dinding sel. Gambar 2 Bercak Coklat Pada Anthurium. 2. Bercak Kuning Bercak kuning sering menyerang anthurium dan telah menjadi penyakit yang menakutkan bagi pekebun dan penghobi. Anthurium yang terserang penyakit bercak kuning umumnya sulit disembuhkan, karena penyakit ini sangat cepat menyebar ke seluruh tanaman. Mula-mula muncul noktah kecil berwarna kuning pada daun yang semakin lama semakin lebar, hingga seluruh permukaan daun anthurium tertutup warna kuning (Gambar 3). Setelah satu daun terserang, maka daun-daun yang lain tinggal menunggu giliran, sampai semua kuning dan akhirnya tidak bisa diselamatkan. Gambar 3 Bercak Kuning Pada Anthurium. Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti penyebab penyakit ini. Para petani menganggap penyakit ini bersifat multifactor seperti media terlalu lembab, aliran udara tidak lancar, komposisi media kurang tepat dan kelebihan pupuk kandang. Meski belum pasti disebabkan oleh jamur, tetapi pengendalian dengan menggunakan fungisida patut dicoba. Cara paling ekstrim yang bisa dilakukan adalah menggunduli semua daun tanaman yang terserang, lalu menyemprot Gambar 4 Daun Keriting Pada Anthurium. Bila kekurangan kalsium dinding sel akan melemah. Solusinya adalah cukup dengan teratur menyiram, karena kemungkinan unsur kalsium yang sudah ada dalam media ataupun pupuk yang diberikan tidak larut sehingga sulit di serap tanaman. Padi Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies, tersebar di daerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Padi berasal dari dua benua Oryza fatua Koenigdan dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari Afrika barat. Penyakit yang menyerang tanaman padi biasanya disebabkan oleh hama dan bakteri, berikut adalah beberapa penyakit yang dibahas pada penelitian ini: 1. Blas (leaf blast) Penyakit Blas (leaf blast) disebabkan oleh jamur pathogen Pyricularia Grisae (Gambar 5). Penyakit blas menimbulkan dua gejala khas, yaitu blas daun dan blas leher. Blas daun merupakan bercak coklat kehitaman, berbentuk belah ketupat, dengan pusat bercak berwarna putih, sedangkan blas leher berupa bercak coklat kehitaman pada pangkal leher yang dapat 2

11 mengakibatkan leher malai tidak mampu menopang malai dan patah. Untuk mengantisipasi perubahan ras blas yang sangat cepat dan dengan cara pemupukan NPK yang tepat (Syam et al. 2007). Gambar 5 Penyakit Blast. 2. Bercak coklat (brown spot) Penyakit bercak coklat dapat menyebabkan kematian tanaman muda dan menurunkan kualitas gabah. Penyakit bercak coklat disebabkan oleh jamur Helmintosporium oryzae pada pertanaman Bercak (Gambar 6). Gambar 6 Penyakit Bercak Coklat. Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah bercak bewarna coklat, berbentuk oval sampai bulat yang berukuran sebesar biji wijen pada permukaan daun, pelepah atau pada gabah. penyakit ini dapat berkembang pada tanaman yang masih sangat muda. Penyakit dapat dikendalikan secara efektif dengan varietas tahan dan melalui pemupukan dengan 250 kg urea, 100 kg SP36, dan 100 kg KCI (Syam et al. 2007). 3. Hawar daun bakteri (bacterial leaf blight) Hawar Daun Bakteri (HDB) disebabkan oleh Xanthomonas Oryzae pv (Gambar 7). Penyakit HDB menghasilkan dua gejala khas, yaitu kresek dan hawar. Kresek adalah gejala yang terjadi pada tanaman berumur <30 hari (pesemaian atau yang baru dipindah). Daundaun berwarna hijau kelabu, melipat, dan menggulung. Sementara, hawar merupakan gejala yang paling umum dijumpai pada pertanaman yang telah mencapai fase tumbuh anakan sampai fase pemasakan. Gambar 7 Penyakit Hawar Daun Bakteri. Penyait dapat dikendalikan dengan pupuk NPK dalam dosis yang tepat. Bila memungkinkan, hindari penggenangan air yang terus-menerus, seperti 1 hari digenangi dan 3 hari dikeringkan (Syam et al. 2007). 4. Tungro Tungro merupakan salah satu penyakit penting pada padi sangat merusak. Gejala serangan tungro yang menonjol adalah perubahan warna daun dan tanaman tumbuh kerdil (Gambar 8). Warna daun tanaman sakit bervariasi dari sedikit menguning sampai jingga. Tingkat kekerdilan tanaman juga bervariasi dari sedikit kerdil sampai sangat kerdil. Gejala khas ini ditentukan oleh tingkat ketahanan varietas, kondisi lingkungan, dan fase tumbuh saat tanaman terinfeksi. Penyakit tungro ditularkan oleh wereng hijau. Gambar 8 Penyakit Tungro. Penyakit tungro dapat dikendalikan melalui pergiliran varietas tahan yang memiliki tetua berbeda, pengaturan waktu tanam, sanitasi dengan menghilangkan sumber tanaman sakit, dan penekanan populasi wereng hijau dengan insektisida (Syam et al. 2007). Representasi Citra Digital Citra didefinisikan sebagai suatu fungsi dua dimensi f(x,y), dengan x, y merupakan koordinat spasial, dan f disebut sebagai kuantitas bilangan skalar positif yang memiliki maksud secara fisik ditentukan oleh sumber citra. Suatu citra digital yang diasumsikan dengan fungsi f(x,y) direpresentasikan dalam suatu fungsi koordinat berukuran M x N. Variabel M adalah baris dan N adalah kolom sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 9. 3

12 Gambar 9 Fungsi Koordinat Sebagai Representasi Citra Digital Setiap elemen dari array matriks disebut image element, picture element, pixel, atau pel (Gonzales 2004). Tingkat Abu-abu (Grayscale) Citra Grayscale merupakan citra digital yang hanya memiliki satu nilai kanal pada setiap pixelnya, dengan kata lain bagian red=green=blue. Nilai tersebut digunakan untuk menunjukkan tingkat intensitas. Warna yang dimiliki adalah warna dari hitam, keabuan, dan putih. Tingkatan keabuan di sini merupakan warna abu dengan berbagai tingkatan dari hitam hingga mendekati putih (Darma 2010). Proses Grayscale ini bertujuan untuk mengubah citra RGB menjadi citra abu-abu. Pemilihan pemrosesan pada tingkat abu-abu ini dipilih karena lebih sederhana, yaitu hanya menggunakan sedikit kombinasi warna dan dengan citra abu-abu dirasakan sudah cukup untuk memproses citra yang semula berupa RGB colour dengan tingkat abu-abu. Pengubahan citra RGB ke citra abu-abu YUV dengan mengambil komponen Y (luminance) dapat dilakukan dengan mengalikan komponen R, G, B dari nilai taraf intensitas tiap piksel RGB dengan konstanta (0.299R,0.587G,0.11B). Gambar 10 Model Penyimpanan Piksel Pada Buffer Memori (Rivai 2005). Ekstraksi Ciri (Feature Extraction) Ekstraksi ciri adalah proses mengambil ciriciri yang terdapat pada objek di dalam citra. Ekstraksi ciri diklasifikasikan ke dalam tiga tingkat yaitu low-level, middle-level, dan highlevel. Low-level feature merupakan ekstraksi ciri berdasarkan isi visual seperti warna dan tekstur, middle-level feature merupakan ekstraksi tiap objek dalam citra dan mencari hubungannya, sedangkan high-level feature merupakan ekstraksi ciri berdasarkan informasi semantik yang terkandung dalam citra (Osadebey 2006). Ekstraksi ciri sangat bermanfaat untuk analisis dan proses citra selanjutnya. Ekstraksi ciri pada umumnya memanfaatkan komponen informasi pada citra yaitu berdasarkan warna, bentuk, dan tekstur. Tekstur Tekstur adalah gambaran visual dari sebuah permukaan atau bahan. Dalam computer vision, tekstur dicirikan dengan variasi intensitas pada sebuah citra. Variasi intensitas dapat disebabkan oleh kekasaran atau perbedaan warna pada suatu permukaan. Tekstur juga merupakan properti dari area. Properti-properti dari tekstur citra meliputi : keseragaman, kepadatan, kekasaran, keberaturan, linearitas, keberarahan, dan frekuensi. Penampilan tekstur dipengaruhi oleh skala dan arah pandangan serta lingkungan dan kondisi pencahayaan (Darma 2010). Wavelet Wavelet adalah suatu teknik matematika yang bermanfaat untuk analisis numerik dan manipulasi dari 1 atau 2 dimensi sinyal. Transformasinya beroperasi seperti suatu mikroskop untuk menguji detail partisi sinyal ke dalam komponen frekuensi yang berbeda, lalu memetakan ke koefisien yang memiliki energi yang berbeda (Jones et al. 1999). Wavelet berbeda dengan wave (gelombang), wave adalah sebuah fungsi yang bergerak naik turun ruang dan waktu secara periodik (Gambar 12 a), sedangkan wavelet merupakan gelombang yang dibatasi atau terlokalisasi (Sripathi 2003) (Gambar 12 b). Dapat dikatakan sebagai gelombang pendek. Wavelet ini mengonsentrasikan energinya dalam ruang dan waktu sehingga cocok untuk menganalisis sinyal yang sifatnya sementara saja. Gambar 11 Operasi Pengubahan Citra 24 bit. 4

13 Gambar 12 (a) Wave (gelombang), (b) Wavelet Transformasi Wavelet Wavelet merupakan sebuah basis, basis wavelet berasal dari sebuah fungsi penskalaan atau dikatakan juga sebuah scaling function. wavelet ini disebut dengan mother wavelet karena wavelet yang lainnya lahir dari hasil penskalaan, dilasi, dan pergeseran mother wavelet (Darma 2010). Fungsi penskalaan φφ memiliki persamaan : φ (1) ( t ) = 2 h0 ( k) φ(2t k) k H 0 menyatakan koefisien penskalaan atau koefisien transformasi atau koefisien dari tapis (filter), sedangkan k menyatakan indeks dari koefisien penskalaan. Angka 0 pada h 0 hanya menunjukkan jenis koefisien (tapis), yang menyatakan pasangan dari jenis koefisien lainnya. Pasangan tersebut didefinisikan dalam fungsi wavelet φφberikut ini : ϕ( t ) = 2 h1 ( k) φ(2t k) k (2) H 0 dan h 1 adalah koefisien transformasi berpasangan. h 0 disebut juga sebagai low pass sedangkan h 1 disebut sebagai high pass. H 0 berkaitan dengan proses perataan (averages) sedangkan h 1 berkaitan dengan proses pengurangan (differences). Perataan dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata dua pasang data dengan persamaan : pp = xx+yy 2, (3) sedangkan pengurangan dilakukan dengan persamaan : pp = xx yy 2 (4) Koefisien-koefisian h 0 dan h 1 dapat ditulis sebagai berikut : h 0 = (h 0 (0), h 0 (1)) = 1 2, 1 2 yang berkaitan dengan persamaan (3), dan h 1 = (h 1 (0), h 1 (1)) = 1 2, 1 2 yang berkaitan dengan persamaan (4). Dengan kata lain, h 0 adalah koefisien penskalaan karena menghasilkan skala yang berbeda dari citra aslinya, sedangkan h 1 adalah wavelet yang menyimpan informasi penting untuk proses rekonstruksi. Transformasi wavelet mempunyai kemampuan membawa keluar ciri khusus pada suatu gambar yang diproses. Pada transformasi wavelet, sebuah gambar didekomposisi menjadi subgambar pada frekuensi dan orientasi yang berbeda, yaitu low-low (LL), low-high (LH), high-low (HL), dan high-high (HH) (Gambar 13a). Gambar 13 (a) Struktur Piramid Level 1, (b) Dekomposisi Wavelet Haar. Wavelet Haar Wavelet Haar adalah metode wavelet yang pertama kali diajukan oleh Alfred Haar pada tahun wavelet Haar merupakan metode wavelet yang paling sederhana dan mudah untuk diimplementasikan. Untuk mengekstrak ciri-ciri tekstur dengan transformasi Haar wavelet, dilakukan proses perataan (averages) untuk mendapatkan bagian dari gambar yang berfrekuensi rendah dan dilakukan proses pengurangan (differences) untuk mendapatkan bagian dari gambar yang berfrekuensi tinggi (Darma 2010). Koefisien h 0 = (h 0 (0), h 0 (1)) = 1 2, 1 2 (tapis low pass) dan h 1 = (h 1 (0), h 1 (1)) = 1 2, 1 2 (tapis high pass) merupakan fungsi basis wavelet Haar. Dekomposisi (transformasi) perataan dan pengurangan sama halnya dengan melakukan dekomposisi citra dengan wavelet Haar. Kedua tapis tersebut bersifat ortogonal namun tidak ortonormal. Tapis Haar yang bersifat ortogonal dan juga ortonormal adalah : h 0 = 1, 1 (5) 2 2 h 1 = 1, 1 (6) 2 2 Fungsi penskalaan Haar diperoleh dari substitusi h 0 ke dalam persamaan (1), sehingga dihasilkan persamaan sebagai berikut : φφ(tt) = φφ(2tt) + φφ(2tt 1) (7) 5

14 Di mana : 1 bbbbbbbb tt εε[0,1) φφ(tt) = 0 uuuuuuuuuu kkkkkkkkkkkkkk llllllllllllll Gambar fungsi penskalaan Haar φφ(t) ditunjukkan pada Gambar 14. Proses dekomposisi Haar menerapkan bank filter dengan h 0 = h 1 = 1/ 2 sebagai koefisien low-pass yang menghasilkan citra pendekatan, dan g 0 = 1/ 2, g 1 = -1/ 2 sebagai koefisien high-pass yang menghasilkan citra detil. Adapun bank filter Haar dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 14 Fungsi Penskalaan Haar φφ(t) Substitusi h 1 ke dalam persamaan (2), akan menghasilkan : φφ(tt) = φφ(2tt) + φφ(2tt 1), (8) yang merupakan fungsi wavelet Haar di mana : 1 bbbbbbbb tt εε [0,1/2) φφ(tt) = 1 bbbbbbbb tt εε [1/2,1) 0 uuuuuuuuuu kkkkkkkkkkkkkk llllllllllllll Gambar fungsi penskalaan Haar φφ(t) ditunjukkan pada Gambar 15. Gambar 17 Bank filter Haar. Stephane Mallat memperkenalkan cara mudah untuk menghitung hasil dekomposisi dengan menggunakan algoritme piramida Mallat, algoritme tersebut dapat ditunjukkan pada Gambar 18 (Stollnitz et al. 1995). Mallat memberi nilai koefisien low-pass, h 0 = h 1 = 1/2 dan koefisien high-pass, g 0 = 1/2, g 1 = -1/2, sehingga bank filter Haar menjadi seperti yang ditunjukkan Gambai 19, variabel a i merupakan citra pendekatan, c i merupakan citra detil, dan s i adalah himpunan bilangan yang akan di dekomposisi. Gambar 15 Fungsi Penskalaan Haar φφ(t) Dekomposisi Haar Proses dekomposisi sinyal dengan metode transformasi Haar wavelet ini bisa digunakan dalam transformasi citra dengan cara menerapkan dekomposisi wavelet secara 2D. Proses dekomposisi wavelet secara 2D dibentuk melalui 1D transformasi Haar wavelet. Wavelet 2D dapat dihitung dengan menerapkan sebuah transformasi 1D ke semua baris dari input citra (terhadap panjang citra/dimensi x), lalu mengulangnya pada semua kolom (terhadap lebar citra/dimensi). Seperti contoh pada Gambar 16 yang menunjukkan level pertama dari transformasi wavelet 2D, dengan notasi yang bersesuaian pada citra. Gambar 16 Dekomposisi Wavelet Haar 2D. Gambar 18 Algoritme Piramida Mallat. Gambar 19 Bank Filter Haar 8x8 Menggunakan Algoritme Piramida Mallat. Inti dari piramida Mallat untuk dekomposisi level 1 adalah nilai a i diperoleh dengan rumus aaaa = si+si+1, dan nilai c i diperoleh dengan 2 rumus c i = s i-a i. S i adalah piksel citra yang diambil perkolom Kemudian hasil dari dekomposisi kolom didekomposisi kembali perbaris. Klasifikasi K-Nearest Neighbors K-Nearest Neighbor merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pengklasifikasian. Prinsip kerja K-Nearest Neighbor (K-NN) adalah mencari jarak terdekat 6

15 antara data yang akan dievaluasi dengan K tetangga (neighbor) terdekatnya dalam data pelatihan menggunakan rumus euclidian (Clifford 2006). Jarak euclide merupakan salah satu dari pengukuran kemiripan yang sederhana. Hasil dari perhitungan euclide digunakan untuk menentukan kemiripan antara data latih dan data uji. Kecocokan dilihat dari nilai (jarak) yang paling minimum. Secara matematis, Jarak euclide antara dua titik pada bidang dirumuskan sebagai berikut : dd ii = nn ii=1 (XX iiii PP jj ) 2 (9) Dengan : di = Jarak sampel X ij = Data sampel pengettahuan P j = Data input var ke-j n = Jumlah sampel. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan proses, yaitu pengambilan data, praproses yang meliputi pemotongan citra yang terfokus pada penyakit, ekstraksi ciri tekstur pada citra daun, klasifikasi data dengan K-NN dan penghitungan tingkat akurasi. Tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian ini diilustrasikan pada Gambar 20. Pelatihan Data Latih Ekstraksi Ciri Wavelet Klasifikasi KNN Model Mulai Koleksi data Citra Praproses IdentifikasiPenyakit PerhitunganAkurasi Pengujian Data Uji Ekstraksi Ciri Wavelet Proses Pencocokan Selesai Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian berupa citra daun yang berpenyakit yang terdiri atas 700 citra berformat JPEG dan berukuran 200 x 150 piksel yang dikelompokkan ke dalam 7 kelas yang setiap kelasnya terdiri atas 100 citra, dari data citra terdiri atas 3 kelas penyakit anthurium yaitu bercak daun, bercak kuning dan daun keriting sedangkan 4 kelas penyakit padi yaitu leaf blast, brown spot, hawar daun dan tungro. Citra didapat dari Balai Penelitian Segunung Cipanas Jawa Barat. Praproses Pada tahap awal praproses, dilakukan pemotongan (cropping) citra untuk mendapatkan objek tanaman berpenyakit. Untuk citra yang akan diekstraksi dengan menggunakan wavelet Haar, mode warna citra diubah menjadi grayscale. Grayscale digunakan untuk menyederhanakan model gambar. Pada awalnya gambar terdiri dari 3 layer matriks yaitu R- layer, G-layer dan B-layer. Sehingga untuk melakukan proses-proses selanjutnya tetap diperhatikan tiga layer di atas. Untuk mengubah gambar berwarna yang mempunyai nilai matriks masing-masing R, G, dan B menjadi gambar Grayscale maka konversi dilakukan dengan pengubahan komposisi sebagai berikut: GGGGGGGGGGGGGGGGGG = αααα + ββββ + δδδδ (10) Dengan nilai α=0.299, β=0.587 dan δ=0.11, Fungsi dari format warna gray ini adalah untuk memudahkan proses selanjutnya karena apabila format gambar RGB digunakan maka nilai yang dihasilkan akan bervariasi. Pembagian Data Pembagian data dibagi menjadi dua bagian, yaitu data pelatihan dan pengujian dengan proprosi 80% untuk data latih dan 20% untuk data. Ekstraksi Ciri Tekstur Penyakit Proses ekstraksi tekstur pada penelitian ini menggunakan transformasi wavelet Haar pada level 2, sebelum masuk ke tahap ekstraksi, citra diubah ke dalam mode warna Grayscale. Ekstraksi ciri dilakukan untuk menentukan nilai vektor yang digunakan sebagai penciri dengan dimensi yang lebih kecil. Gambar 20 Metodologi Penelitian 7

16 Algoritme Dekomposisi Wavelet Dekomposisi wavelet Haar dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Transformasi linear digunakan untuk mengubah ruang warna secara linear menjadi warna dasar. Karena citra yang dikompresi merupakan citra dengan nilai ruang warna dasar R=G=B, maka warna dasar akan sama dengan citra awal (Grayscale), dengan nilai pixel berkisar pada Bila input citra adalah citra berwarna (nilai R, G, dan B berbeda), maka terlebih dahulu dilakukan proses transformasi ke citra Grayscale. 2 Pada citra Grayscale kemudian dilakukan proses transformasi gelombang yang akan menghasilkan empat komponen matriks yaitu komponen diagonal (CD1), komponen horizontal (CH1), komponen vertical (CV1), dan komponen aproksimasi (CA1) Komponen aproksimasi disimpan ke media penyimpanan agar komponen ini tidak berubah. 3 Pada komponen-komponen hasil transformasi (selain komponen aproksimasi) dilakukan proses kuantisasi. Tujuan proses kuantisasi ini adalah untuk mengurangi jumlah variasi (redundansi) data pada komponen-komponen hasil transformasi selain komponen aproksimasi. 4 Proses terakhir adalah proses pengkodean (kompresi) terhadap komponen-komponen hasil kuantisasi. Hasil pengkodean bersama dengan komponen aproksimasi disimpan sebagai suatu file yang terkompresi. Algoritma Rekonstruksi Wavelet Rekonstruksi wavelet Haar dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Membaca data atau file terkompresi gelombang singkat. 2 Melakukan proses decoding dan dilanjutkan proses kuantisasi balik (de-quantization) untuk mengembalikan data yang sebelumnya dikuantisasi saat proses kompresi. Proses ini akan memperoleh kembali komponen-komponen detail, horizontal, dan vertikal. 3 Menggabungkan seluruh komponen hasil tahap 2 dengan komponen aproksimasi. 4 Melakukan transformasi gelombang singkat balik (invers Wavelet transformation) terhadap komponen-komponen hasil tahap 3. 5 Proses terakhir adalah melakukan proses transformasi linear balik untuk menghasilkan ruang warna sesuai dengan citra semula sehingga diperoleh kembali citra semula dengan sifat lossy. Klasifikasi Menggunakan K-Nearest Neighbors Setelah melakukan transformasi wavelet kemudian citra aproximasi yang dihasilkan dari transformasi wavelet level 2 direkonstruksi ke citra semula, kemudian citra tersebut akan diklasifikasikan menggunakan K-Nearest Neighbors (K-NN). Konsep dasar dari K-NN adalah mencari jarak terdekat antara data yang akan dievaluasi dengan K tetangga terdekatnya dalam data pelatihan. Berikut adalah algoritme dari K-NN (Song et al. 2007) : 1 Menentukan nilai K. 2 Menghitung jarak data pada setiap data training dengan eucledian. 3 Mendapatkan K data yang memiliki jarak terdekat. Evaluasi Hasil Klasifikasi Kinerja Model K-NN akan ditentukan dan dibandingkan melalui besaran akurasi yang berhasil dicapai. Akurasi dapat dihitung dengan persamaan berikut : Akurasi = dddddddd uuuuuu bbbbbbbbbb kkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk jjjjjjjjjj h dddddddd uuuuuu Lingkungan Pengembangan 100% (11) Sistem ini dikembangkan dan diimplementasikan dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut : 1 Perangkat Keras : Intel core tm 1.5 GHz (2 CPUs), Memori 2 GB, Hard Disk kapasitas 160 GB. 2 Perangkat Lunak : Windows 7 sebagai sistem operasi, Matlab 7.7 Photoshop CS 3 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengimplementasikan transformasi wavelet Haar level dua. Hasil dari citra aproximasi transformasi level dua direkontruksi ke citra semula. Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah citra dari daun anthurium dan padi dengan tujuh kelas citra, dimana tiap-tiap kelas memiliki 100 buah citra dengan format yang sama yaitu JPEG. 8

17 Ekstraksi Ciri Tekstur Hasil dari ekstraksi ciri tekstur untuk seluruh citra yang ada di data training adalah sebuah matriks berukuran , karena terdapat 560 buah citra di data training, sedangkan dalam data testing terdapat sebuah matriks berukuran 140 x dan setiap citra direpresentasikan dengan sebuah vektor yang memiliki elemen sebanyak 1 x Dekomposisi Wavelet Haar Pada percobaan ini diterapkan praproses menggunakan dekomposisi wavelet Haar. Data yang digunakan mengalami proses dekomposisi hingga level dua (Gambar 21). Citra hasil dekomposisi yang digunakan pada proses pengenalan penyakit adalah citra aproximasi level dua. Contoh citra untuk tiap level dekomposisi dapat dilihat pada Gambar 22 dan Gambar 23. dan data anthurium dengan padi. Dalam setiap percobaan perbandingan data latih dan data uji sebesar 80% dan 20%. Semua data latih dan uji melalui tahap dekomposisi wavelet Haar level 2, setelah itu data latih diklasifikasikan sesuai dengan kelas penyakitnya masing-masing, untuk melakukan pengujian dilakukan klasifikasi K-NN. Hasil Pengujian Data Anthurium dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbors Metode klasifikasi yang digunakan adalah K-NN. Citra latih anthurium yang telah diekstraksi ciri dipergunakan sebagai basis data pelatihan. Hasil pengujian citra dengan ekstraksi ciri wavelet Haar dan klasifikasi K- NN dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 24. Berdasarkan tabel dan gambar tersebut maka dapat dilihat bahwa citra dapat dikenali oleh sistem dengan cukup baik. Dengan rata-rata K tetangga terdekat dari K=2 sampai dengan K=7 mencapai 75%. Tabel 1 Hasil Data Anthurium dengan K-NN Gambar 21 Citra Dekomposisi level 2. Kelas Benar BK BD DK JJJJJJJJJJJJ k= k= k= k= k= k= Sample K-NN Dengan : BK = Bercak Kuning BD = Bercak Daun DK = Daun Keriting Gambar 22 Citra Dekomposisi Level 1. Grafik akurasi pengenalan anthurium dari klasifikasi K-NN setiap kelas tanaman anthurium ditunjukkan pada Gambar % Gambar 23 Citra Dekomposisi Level 2. Penelitian ini melibatkan proses ekstraksi ciri terhadap data citra penyakit yang akan dideteksi, yang menghasilkan pola ciri citra penyakit. Ekstraksi citra menggunakan wavelet Haar. Setelah dilakukan proses alihragam berulang kali, menunjukkan wavelet Haar level 2 yang paling baik. Sehingga untuk ekstraksi ciri pada penelitian ini digunakan wavelet Haar level 2. Identifikasi Penyakit Penelitian ini dilakukan dengan tiga data latih yaitu, data latih anthurium, data latih padi, Akurasi 80% 60% 40% 20% 0% K=2 K=3 K=4 K=5 K=6 K=7 K Tetangga Gambar 24 Akurasi Pengenalan Setiap Kelas Anthurium Grafik akurasi pengenalan citra anthurium dengan klasifikasi K-NN, ditunjukkan pada Gambar 25. BK BD DK 9

18 100% 100% 80% 80% Akurasi 60% 40% 20% 0% K=2 K=3 K=4 K=5 K=6 K=7 K Tetangga Akurasi 60% 40% 20% 0% K=2 K=3 K=4 K=5 K=6 K=7 K Tetangga SP LE TR HD Gambar 25 Akurasi Pengenalan Anthurium. Berdasarkan pada Gambar 25 diperoleh akurasi pengenalan data anthurium untuk K tetangga terdekat dari K=2 sampai K=7 berturut-turut adalah 75%, 83%, 73%, 75%, 71%, dan 71%. Terlihat bahwa K=3 untuk K tetangga terdekat memperoleh akurasi terbesar mencapai 83%, dengan akurasi penyakit bercak daun 65%, bercak kuning 90%, dan daun keriting 95%. Hasil Pengujian Data Padi dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbors Metode klasifikasi yang digunakan adalah K-NN. Citra latih padi yang telah diekstraksi ciri dipergunakan sebagai basis data pelatihan. Hasil pengujian citra dengan ekstraksi ciri wavelet Haar dan klasifikasi K-NN dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 26. Berdasarkan tabel dan gambar tersebut maka dapat dilihat bahwa citra dapat dikenali oleh sistem dengan cukup baik. Dengan rata-rata K tetangga terdekat dari K=2 sampai dengan K=7 mencapai 79%. Tabel 2 Hasil Data Padi dengan K-NN Kelas Benar SP LE TR HD Jumlah k= k= k= k= k= k= Sample K-NN dengan : SP = Brown Spot LE = Leaf Blast TR = Tungro HD = Hawar Daun. Grafik akurasi pengenalan anthurium dari klasifikasi K-NN setiap kelas tanaman anthurium ditunjukkan pada Gambar 26. Gambar 26 Akurasi Setiap Kelas padi Grafik akurasi pengenalan citra padi dengan klasifikasi K-NN, ditunjukkan pada Gambar 25. Akurasi 100% 80% 60% 40% 20% 0% K=2 K=3 K=4 K=5 K=6 K=7 K Tetangga Gambar 27 Akurasi Pengenalan Padi Berdasarkan pada Gambar 27 diperoleh akurasi pengenalan data padi untuk K tetangga terdekat dari K=2 sampai K=7 berturut-turut adalah 80%, 78.75%, 78.75%, 80%, 77.5%, dan 76.25%. Terlihat bahwa K=2 dan K=5 untuk tetangga terdekat memperoleh akurasi terbesar mencapai 80%, dengan akurasi penyakit Brown Spot 100%, Leaf Blast 75%, Tungro 90%, dan Hawar daun 55% pada K=2, sedangkan akurasi penyakit pada K=5 Brown Spot 100%, Leaf Blast 60%, Tungro 85%, dan Hawar daun 70%. Hasil Pengujian Data Anturium dan Padi dengan Klasifikasi K-Nearest Neighbors Metode klasifikasi yang digunakan adalah K-NN. Citra latih tanaman anthurium dan padi yang telah diekstraksi ciri dipergunakan sebagai basis data pelatihan. Hasil pengujian citra dengan ekstraksi ciri Wavelet Haar dan klasifikasi K-NN dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 28. Berdasarkan tabel dan gambar tersebut maka dapat dilihat bahwa citra dapat dikenali oleh sistem dengan cukup baik. Dengan rata-rata K tetangga terdekat dari K=2 sampai dengan K=7 mencapai 71%. 10

19 Tabel 3 Hasil Data Tanaman Anthurium dan Padi dengan K-NN K-NN Kelas Benar BK BD DK SP LE TR HD Jumlah k= k= k= k= k= k= Sample Akurasi 100% 80% 60% 40% 20% 0% K=2 K=3 K=4 K=5 K=6 K=7 K Tetangga BK BD DK SP LE TR HD Gambar 28 Akurasi pengenalan Tanaman Anthurium dan Padi Grafik akurasi kebenaran dari klasifikasi K- NN tanaman anthurium dan padi, yaitu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 25. Akurasi 100% 80% 60% 40% 20% 0% K=2 K=3 K=4 K=5 K=6 K=7 K Tetangga Gambar 29 Grafik Rasio Pengenalan Anturium dengan Padi. Berdasarkan pada Gambar 29 diperoleh akurasi pengenalan data tanaman anthurium dan padi untuk K tetangga terdekat dari K=2 sampai K=7 berturut-turut adalah 70%, 71.4%, 72.8%, 71.4%, 71.4%, dan 68.5%. Terlihat bahwa K=4 untuk K tetangga terdekat memperoleh akurasi terbesar mencapai 72.8%, dengan akurasi penyakit bercak daun 80%, bercak kuning 65%, daun keriting 80%, Brown Spot 95%, Leaf Blast 55%, Tungro 90%, dan Hawar daun 50%. Terliahat pada hasil pengenalan tersebut dengan K tetangga terdekat K=4 Untuk penyakit Leaf Blast dan tungro memiliki akurasi yang cukup rendah yaitu di bawah 60% sehingga sangat mempengaruhi hasil akhir dari akurasi. Perbandingan Ketiga Jenis Data Latih Dari ketiga jenis data latih yaitu, data latih anthurium, data latih padi, dan data anthurium dengan padi secara garis besar menyatakan hasil akurasi identifikasi penyakit menggunakan wavelet dan klasifikasi K-Nearest Neighbors bahwa data latih menggunakan anthurium lebih baik dibandingkan dengan data latih padi maupun data latih anthurium dengan padi, hal ini dikarenakan citra uji di luar citra latih tergantung pada jarak terdekat dan jumlah anggota kelas yang terbanyak pada basis data. Berdasarkan Gambar 30 terlihat bahwa hasil akurasi dengan wavelet dengan klaifikasi K- Nearest Neighbors memiliki akurasi yang cukup baik dengan data latih anthurium, padi dan gabungan anthurium dan padi yang mencapai akurasi lebih dari 70%. 11

20 Akurasi Gambar 30 Perbandingan Hasil Akurasi Pada klasifikasi K-Nearest Neighbors dengan data uji anthurium, padi, dan gabungan antara anthurium dengan padi semakin besar nilai k yang diambil, maka semakin besar pula kesalahan klasifikasi yang terjadi. Hal ini dikarenakan semakin besar nilai k, maka daerah batas keputusan juga semakin lebar. Semakin lebar daerah batas keputusan, maka kemungkinan terjadi kesalahan semakin tinggi. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mulai dari tahap perancangan hingga pengujian yang dilakukan pada sistem pengolahan citra untuk mendeteksi penyakit pada daun anthurium dan padi, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1 Rancangan sistem identifikasi penyakit padi dan anthurium menggunakan wavelet dengan klasifikasi K-Nearest Neighbors (K- NN) bekerja dengan baik walaupun terjadi beberapa kesalahan dalam pengenalan. 2 Akurasi pengenalan citra penyakit anthurium dan padi dengan menggunakan K-Nearest Neighbors menghasilkan tingkat keakurasian sebesar 72.8%. 3 Proses dekomposisi wavelet Haar penghitungannya sederhana, sehingga mudah dimengerti, karena kesederhanaannya ini juga waktu komputasi menjadi lebih cepat. Kesederhanaan dan kemudahan dalam proses penghitungan itulah yang menjadi keunggulan dari induk wavelet Haar. Saran 100% 80% 60% 40% 20% 0% 83% 80% 72.80% Anthurium Padi Anthurium & Padi Tanaman Pengembangan yang dapat dilakukan pada penelitian ini antara lain : 1 Basis wavelet yang digunakan pada penelitian hanya wavelet Haar. Pengembangan selanjutnya dapat dilakukan perbandingan dengan basis wavelet yang lain seperti Coiflets, Symlets, Biortogona, dan Daubechies. 2 Menambahkan jumlah data citra yang lebih banyak dengan berbagai variasi tanaman sebagai koleksi data untuk data training. 3 Perlu dilakukan penelitian untuk perbandingan hasil klasifikasi dengan menggunakan metode klasifikasi yang lain. DAFTAR PUSTAKA Clifford John Euclidean Distance Matrix. (Akses : 14 desember 2010). Fatihagriculture Budidaya Anthurium. (Akses : 15 Januari 2010). Gonzalez RC et al Digital Image Processing Using Matlab. New Jersey : Pearson Prentice Hall. Gu Xiao et al Leaf Recognition Based on The Combination of Wavelet Transform and Coussian Interpolation. China: Department of Automation, University of Science and Technology. Haryanti Rivai Pengenalan ciri-ciri tekstur kecacatan kain sutera dengan menggunakan metode gaussian markov random field dengan klasifikasi SOM Kohonen, ITS, Surabaya. Jones C.L et al Wavelet packet Computation of the Hurst Exponent. Swinburne University of Technology, Australia. Osadebey ME Integrated Content-Based Image Retrieval Using Texture, Shape and Spatial Information [thesis]. Umea: Department of Applied Physics and Electronics, Umea Univercity. Putra Darma. 2010, Pengenalan Citra Digital. Yogyakarta : C.V Andi Offset. Song Y et al. 2007, IKNN: Informative K- Nearest Neighbor Pattern Classification, pringer-verlag Berlin Heidelberg. Stollnitz Eric J et al Wavelet for Computer Graphics: A Primer Part 2. University of Washington. 12

21 let/article/wavelet1.pdf (Akses 14 Desember 2010). Syam M et al Masalah Lapang Hama Penyakit Hara pada Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (3). Bogor: Puslitbang Pertanian Tanaman Pangan. Sripathi Deepika Efficient Implementations of Discrete Wavelet Transform using FPGAs. Florida State University. Tabloidgallery Budidaya Tanaman Anthurium. (Akses : 15 Januari 2010). Weizheng Shen et al Grading Method of Leaf Spot Disease Based on Image Processing. China : Northeast Agricultural University. 13

22 LAMPIRAN 14

23 Lampiran 1Algoritma dekomposisi dan Rekonstruksi Wavelet Dekomposisi Wavelet Rekonstroksi Wavelet 15

24 Lampiran 2 Contoh citra yang digunakan dalam dalam masing-masing kelas 1. Kelas Bercak Kuning 2. Kelas Becak Daun 3. Kelas daun Keriting 4. Kelas Brown Spot 16

25 5. Kelas Leaf Blast 6. Kelas Hawar daun 7. Kelas Tungro 17

26 Lampiran 3 Atar muka program 18

27 Lampiran 4 Tabel confusion Matriks Penyakit Tanaman Anthurium dan Padi Data Bercak Daun Becak Kuning Daun Keriting Bercak Daun Bercak Kuning Daun Keriting Brown Spot Leaf Blast Tungro Hawar Daun Brown Spot Leat Blast Tungro Hawar Daun

28 Lampiran 5 Tabel hasil Pengujian Daun data Anthurium Citra Uji Hasil Klasifikasi K-NN K=2 K=3 K=4 K=5 K=6 K=7 Bercak Daun 1 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 2 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Daun 3 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 4 Bercak Daun BercakKuning DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Bercak Daun 5 DaunKeriting BercakKuning DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Bercak Daun 6 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 7 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 8 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 9 Bercak Daun DaunKeriting Bercak Daun DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Bercak Daun 10 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 11 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 12 BercakKuning DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Bercak Daun 13 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 14 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 15 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 16 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Bercak Daun 17 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 18 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Daun 19 Bercak Daun BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Daun 20 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Kuning 1 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 2 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 3 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 4 Bercak Daun BercakKuning Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Kuning 5 Bercak Daun BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 6 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Kuning 7 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 8 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 9 BercakKuning BercakKuning Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Kuning 10 Bercak Daun BercakKuning Bercak Daun BercakKuning Bercak Daun Bercak Daun Bercak Kuning 11 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 12 BercakKuning BercakKuning Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Kuning 13 Bercak Daun BercakKuning Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Kuning 14 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 15 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Kuning 16 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 17 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 18 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 19 BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning BercakKuning Bercak Kuning 20 Bercak Daun BercakKuning Bercak Daun BercakKuning Bercak Daun Bercak Daun Daun Keriting 1 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 2 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 3 Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun Bercak Daun 20

29 Citra Uji Hasil Klasifikasi K-NN K=2 K=3 K=4 K=5 K=6 K=7 Daun Keriting 4 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 5 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 6 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 7 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 8 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 9 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 10 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 11 BercakKuning DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 12 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 13 BercakKuning DaunKeriting BercakKuning DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 14 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 15 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 16 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 17 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 18 Bercak Daun DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 19 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting Daun Keriting 20 DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting DaunKeriting 21

100% Akurasi = (11) Lingkungan Pengembangan

100% Akurasi = (11) Lingkungan Pengembangan Algoritme Dekomposisi Wavelet Dekomposisi wavelet Haar dapat dijelaskan sebagai berikut : 1 Transformasi linear digunakan untuk mengubah ruang warna secara linear menjadi warna dasar. Karena citra yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA. Latar Belakang. Anthurium

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA. Latar Belakang. Anthurium Latar Belakang PENDAHULUAN Berbagai penyakit pada tanaman hias anthurium dan padi dapat merugikan petani khususnya dalam aspek ekonomis yang menyebabkan rendahnya kualitas produksi penjualan, sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Serangan penyakit pada tanaman padi dan anthurium merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan hasil. Hama dan penyakit tanaman padi dan anthurium merupakan salah satu faktor penting

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA K-NEAREST NEIGHBORS

PENGUKURAN KINERJA K-NEAREST NEIGHBORS PENGUKURAN KINERJA K-NEAREST NEIGHBORS DAN SELF ORGANIZING MAPS MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM UNTUK IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN (STUDI KASUS : TANAMAN PADI DAN ANTHURIUM) MUHAMMAD IRFANSYAH DEPARTEMEN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Operator descriptor Tabel 1 Operator descriptor Operator (P, R) Ukuran Blok (piksel) Kuantisasi Sudut (8, 1) 3 x 3 45 derajat (8, 2) 5 x 5 45 derajat (16, 2) 5 x 5 22.5 derajat (24, 3) 7 x 7 15 derajat Penentuan ukuran blok

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: b. Memori : 8192 MB. c. Sistem Model : Lenovo G40-45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: b. Memori : 8192 MB. c. Sistem Model : Lenovo G40-45 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Hardware a. Prosesor : AMD A8-6410 APU (4 CPUs), ~2.0 GHz b. Memori : 8192

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAUN SHOREA MENGGUNAKAN KNN BERDASARKAN KOMPONEN WARNA DENGAN PRAPROSES DISCRETE WAVELET TRANSFORM SEPTY KURNIAWATI MASYHUD

IDENTIFIKASI DAUN SHOREA MENGGUNAKAN KNN BERDASARKAN KOMPONEN WARNA DENGAN PRAPROSES DISCRETE WAVELET TRANSFORM SEPTY KURNIAWATI MASYHUD IDENTIFIKASI DAUN SHOREA MENGGUNAKAN KNN BERDASARKAN KOMPONEN WARNA DENGAN PRAPROSES DISCRETE WAVELET TRANSFORM SEPTY KURNIAWATI MASYHUD DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian telapak kaki yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

EKSTRASI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN LOCAL BINARY PATTERN UNTUK IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN PADI DAN ANTHURIUM BERBASIS WEBSITE TOMY KURNIAWAN

EKSTRASI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN LOCAL BINARY PATTERN UNTUK IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN PADI DAN ANTHURIUM BERBASIS WEBSITE TOMY KURNIAWAN EKSTRASI TEKSTUR CITRA MENGGUNAKAN LOCAL BINARY PATTERN UNTUK IDENTIFIKASI PENYAKIT TANAMAN PADI DAN ANTHURIUM BERBASIS WEBSITE TOMY KURNIAWAN DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. T. C. Ling, dkk., (2008) dalam penelitiannya Automated Pavement

BAB II STUDI PUSTAKA. T. C. Ling, dkk., (2008) dalam penelitiannya Automated Pavement 5 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka T. C. Ling, dkk., (2008) dalam penelitiannya Automated Pavement Imaging Program (APIP) for Pavement Cracks Classification and Quantification A Photogrammetric

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi berisi tahapan-tahapan yang dilakukan

Lebih terperinci

EKSTRAKSI JALAN SECARA OTOMATIS DENGAN DETEKSI TEPI CANNY PADA FOTO UDARA TESIS OLEH: ANDRI SUPRAYOGI NIM :

EKSTRAKSI JALAN SECARA OTOMATIS DENGAN DETEKSI TEPI CANNY PADA FOTO UDARA TESIS OLEH: ANDRI SUPRAYOGI NIM : EKSTRAKSI JALAN SECARA OTOMATIS DENGAN DETEKSI TEPI CANNY PADA FOTO UDARA (Menggunakan Transformasi Wavelet Untuk Penghalusan Citra ) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pertemuan 2 Representasi Citra /29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEMU KEMBALI CITRA TEKSTUR MENGGUNAKAN ROTATED WAVELET FILTER

IMPLEMENTASI TEMU KEMBALI CITRA TEKSTUR MENGGUNAKAN ROTATED WAVELET FILTER IMPLEMENTASI TEMU KEMBALI CITRA TEKSTUR MENGGUNAKAN ROTATED WAVELET FILTER M. Jamaluddin 1, Nanik Suciati 2, Arya Yudhi Wiajaya 3 1,2,3 Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto

LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT. Tulus Sepdianto LOGO PEMBERIAN TANDA AIR MENGGUNAKAN TEKNIK KUANTISASI RATA-RATA DENGAN DOMAIN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT Tulus Sepdianto 1206100002 PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan internet secara global Distribusi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-3230m CPU @ 2.60GHz b. Memori : 4.00 GB c.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra (image) adalah kombinasi antara titik, garis, bidang, dan warna untuk menciptakan suatu imitasi dari suatu obyek, biasanya obyek fisik atau manusia. Citra dapat

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi GUI GUI diimplementasikan sesuai dengan program pengolah citra dan klasifikasi pada tahap sebelumya. GUI bertujuan untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TRANSFORMASI HAAR WAVELET UNTUK DETEKSI CITRA JERUK NIPIS YANG BUSUK

IMPLEMENTASI TRANSFORMASI HAAR WAVELET UNTUK DETEKSI CITRA JERUK NIPIS YANG BUSUK IMPLEMENTASI TRANSFORMASI HAAR WAVELET UNTUK DETEKSI CITRA JERUK NIPIS YANG BUSUK Lidya Andriani Sunjoyo 1 R. Gunawan Santosa 2 Kristian Adi Nugraha 3 lidya.andriani@ti.ukdw.ac.id gunawan@staff.ukdw.ac.id

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Yurista Sulistyawati BPTP Balitbangtan NTB Disampaikan dalam Workshop Pendampingan UPSUS Pajale, 18 April 2017 PENDAHULUAN Provinsi NTB: Luas panen padi

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep yang mendasari ekstraksi unsur jalan pada citra inderaja. Uraian mengenai konsep tersebut dimulai dari ekstraksi jalan, deteksi tepi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia dengan menggunakan metode Gabor Filter dan Algoritma

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. manusia dengan menggunakan metode Gabor Filter dan Algoritma BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berikut merupakan desain penelitian yang akan digunakan pada proses rancang bangun aplikasi sistem pengenalan pola fraktur tengkorak manusia dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD

ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD ANALISA KOMPRESI CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE HADAMARD Eva Haryanty, S.Kom. ABSTRAK Kompresi data adalah proses mengubah suatu input data menjadi data lain dengan format berbeda dan ukuran yang lebih

Lebih terperinci

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL BERDASARKAN CIRI TEKSTUR MENGGUNAKAN WAVELET

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL BERDASARKAN CIRI TEKSTUR MENGGUNAKAN WAVELET CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL BERDASARKAN CIRI TEKSTUR MENGGUNAKAN WAVELET Nana Ramadijanti RG. Computer Vision, Program Studi Teknologi Informasi, Politeknik Elektronika Negri Surabaya E-mail: nana@eepis-its.edu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Analisis dan perancangan sistem ini ditujukan untuk memberikan gambaran secara umum mengenai aplikasi yang akan dibuat. Hal ini berguna untuk menunjang pembuatan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN. Yogyakarta, Yang menyatakan, Fiddin Yusfida A la

HALAMAN PERNYATAAN. Yogyakarta, Yang menyatakan, Fiddin Yusfida A la HALAMAN PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Fiddin Yusfida A la NIM : 20120140018 Program studi : Teknik Informatika Fakultas : Teknik Jenis karya : Skripsi Judul karya : Deteksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebagai tinjauan pustaka, berikut beberapa contoh penelitian yang sudah dilakukan oleh para peneliti yang dapat digunakan sebagai acuan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Tahapan proses penelitian ditunjukkan pada Gambar 15 berikut. Mulai 96 citra stomata Ekstraksi fitur - RGB & Skala Keabuan Ekstraksi fitur - Wavelet

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kebutuhan-kebutuhan yang digunakan dalam membuat program ini. Setelah semua kebutuhan selesai di analisa, maka penulis akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. dari masalah pattern recognition, yang pada umumnya berguna untuk 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar / Umum Landasan teori dasar / umum yang digunakan dalam penelitian ini mencakup teori speaker recognition dan program Matlab. 2.1.1 Speaker Recognition Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis

Lebih terperinci

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan

dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan dengan metode penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 9. Data Citra Tumbuhan Gambar 8 Struktur PNN. 1. Lapisan pola (pattern layer) Lapisan pola menggunakan 1 node untuk setiap data pelatihan yang digunakan.

Lebih terperinci

Model Citra (bag. 2)

Model Citra (bag. 2) Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: BAB III Pelaksanaan Penelitian Pada bab ini dibahas pelaksanaan ekstraksi unsur jalan secara otomatis yang terdiri dari tahap persiapan dan pengolahan data. Tahap persiapan yang terdiri dari pengambilan

Lebih terperinci

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE

PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE PERBANDINGAN KINERJA EKSTRAKSI FITUR TINGKAT RENDAH MENGGUNAKAN METODE Gray Level Co-occurrence Matrix (GLCM) dan GABOR FILTER DALAM PENGENALAN MOTIF BATIK OLEH : ANUGRAH SURADIPURWO NIM : 41508110061

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Penelitian mengenai pengenalan wajah termotivasi oleh banyaknya aplikasi praktis yang diperlukan dalam identifikasi wajah. Pengenalan wajah sebagai salah satu dari teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem ini hanya menggunakan beberapa perangkat keras yang umum digunakan, seperti mikrofon, speaker (alat pengeras suara), dan seperangkat komputer

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki + 30.000 spesies tumbuh-tumbuhan ([Depkes] 2007). Tumbuh-tumbuhan tersebut banyak yang dibudidayakan sebagai tanaman hias. Seiring

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

EKSTRAKSI CIRI CITRA TELAPAK TANGAN DENGAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT HAAR MENGGUNAKAN PENGENALAN JARAK EUCLIDEAN

EKSTRAKSI CIRI CITRA TELAPAK TANGAN DENGAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT HAAR MENGGUNAKAN PENGENALAN JARAK EUCLIDEAN EKSTRAKSI CIRI CITRA TELAPAK TANGAN DENGAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT HAAR MENGGUNAKAN PENGENALAN JARAK EUCLIDEAN Ilina Khoirotun Khisan Iskandar *), R. Rizal Isnanto, and Ajub Ajulian Zahra Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Seiring berkembangnya teknologi, digitalisasi sidik jari sudah sering digunakan, terutama pada passport, ID Card, visa dan dokumen lainnya. Karena kapasitas penyimpanan untuk menyimpan sidik jari

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka 23 BAB II Tinjauan Pustaka II.1. Pengolahan Citra Digital Citra yang diperoleh dari lingkungan masih terdiri dari warna yang sangat komplek sehingga masih diperlukan proses lebih lanjut agar image tersebut

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK Pengolahan citra digital merupakan proses yang bertujuan untuk memanipulasi dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM Program aplikasi ini dirancang dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Visual C# 2008 Express Edition. Proses perancangan menggunakan pendekatan Object Oriented

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi =

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi = 6 Kelas Target Sidik jari individu 5 0000100000 Sidik jari individu 6 0000010000 Sidik jari individu 7 0000001000 Sidik jari individu 8 0000000100 Sidik jari individu 9 0000000010 Sidik jari individu 10

Lebih terperinci

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini Wawan Kurniawan Jurusan PMIPA, FKIP Universitas Jambi wwnkurnia79@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Pencocokan Citra Digital

Pencocokan Citra Digital BAB II DASAR TEORI II.1 Pencocokan Citra Digital Teknologi fotogrametri terus mengalami perkembangan dari sistem fotogrametri analog hingga sistem fotogrametri dijital yang lebih praktis, murah dan otomatis.

Lebih terperinci

Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan

Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan Teady Matius Surya Mulyana tmulyana@bundamulia.ac.id, teadymatius@yahoo.com Teknik Informatika Universitas Bunda Mulia Abstrak

Lebih terperinci

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma Representasi Citra Bertalya Universitas Gunadarma 2005 Pengertian Citra Digital Ada 2 citra, yakni : citra kontinu dan citra diskrit (citra digital) Citra kontinu diperoleh dari sistem optik yg menerima

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Supatman (2008), dalam penelitian yang berjudul Identifikasi Tekstur Citra Bubuk Susu Menggunakan Alihragam Gelombang-Singkat Untuk Mendeteksi

Lebih terperinci

MATEMATIKA DI BALIK CITRA DIGITAL

MATEMATIKA DI BALIK CITRA DIGITAL MATEMATIKA DI BALIK CITRA DIGITAL Hendra Gunawan Tulisan ini membahas bagaimana matematika berperan dalam pemrosesan citra digital, khususnya pengolahan dan penyimpanan citra dalam bentuk digital secara

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KUALITAS INDUK GURAME DENGAN METODE WAVELET DAN K-NN

SISTEM PENGENALAN KUALITAS INDUK GURAME DENGAN METODE WAVELET DAN K-NN ISBN : 978-979-19888-1-0 Prosiding : SEMINAR NASIONAL 2012 SISTEM PENGENALAN KUALITAS INDUK GURAME DENGAN METODE WAVELET DAN K-NN Fitri Astutik1 1, IKG Darma Putera2 2, I Nyoman Satya Kumara3 3, Budi Darmawan4

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Junia Kurniati Computer Engineering Department Faculty of Computer Science Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KLASIFIKASI TEKSTUR DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA PAKET WAVELET

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KLASIFIKASI TEKSTUR DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA PAKET WAVELET PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK KLASIFIKASI TEKSTUR DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA PAKET WAVELET Sarwosri, Rully Soelaiman, dan Esther Hanaya Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

Ekstraksi Ciri Berbasis Wavelet Untuk Membedakan Bakteri Lactobacillus Bulgaricus Dan Streptococcus Thermophilus Pada Yogurt

Ekstraksi Ciri Berbasis Wavelet Untuk Membedakan Bakteri Lactobacillus Bulgaricus Dan Streptococcus Thermophilus Pada Yogurt Ekstraksi Ciri Berbasis Wavelet Untuk Membedakan Bakteri Lactobacillus Bulgaricus Dan Streptococcus Thermophilus Pada Yogurt Andi Sri Irtawaty 1, Adhi Susanto, Indah Soesanti 3 Jurusan Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation

Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation Aplikasi Pembesaran Citra Menggunakan Metode Nearest Neighbour Interpolation Daryanto 1) 1) Prodi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jember Email: 1) daryanto@unmuhjember.ac.id

Lebih terperinci

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan. BLAS (BLAST) Patogen penyebab blas: Pyricularia grisea P. oyzae Cavara Magnaporthe grisea Magnaporthe oryzae Peyakit blas berkembang terbawa udara melalui konidia cendawan yang mungkin berasal dari inang.

Lebih terperinci

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Pembentukan Citra. Bab Model Citra Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

PERBAIKAN KUALITAS CITRA BERWARNA DENGAN METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT)

PERBAIKAN KUALITAS CITRA BERWARNA DENGAN METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) PERBAIKAN KUALITAS CITRA BERWARNA DENGAN METODE DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) ABSTRAK Silvester Tena Jurusan Teknik Elektro Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana Jl. Adisucipto- Penfui

Lebih terperinci

KOMPRESI IMAGE DALAM SOURCE CODING MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET

KOMPRESI IMAGE DALAM SOURCE CODING MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET KOMPRESI IMAGE DALAM SOURCE CODING MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI WAVELET NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik Jurusan

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN

PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN PENGENALAN POLA BENTUK BUNGA MENGGUNAKAN PRINCIPLE COMPONENT ANALYSIS DAN K-NN Herfina 1) 1) Program Studi Ilmu Komputer, FMIPA Universitas Pakuan Jl. Pakuan PO BOX 452, Ciheuleut Bogora email : herfinario@yahoo.com

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Biometrik adalah ilmu untuk menetapkan identitas seseorang berdasarkan ciri fisik, kimia, ataupun tingkah laku dari orang tersebut. Dewasa ini, biometrik telah menjadi suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan digital watermarking. Watermarking bekerja dengan menyisipkan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan digital watermarking. Watermarking bekerja dengan menyisipkan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi digital serta internet yang cukup pesat telah memberi kemudahan dalam mengakses dan mendistribusikan berbagai informasi dalam format digital,

Lebih terperinci

3.2.1 Flowchart Secara Umum

3.2.1 Flowchart Secara Umum BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Sistem Tahapan analisis merupakan tahapan untuk mengetahui dan memahami permasalahan dari suatu sistem yang akan dibuat. Dalam aplikasi menghilangkan derau

Lebih terperinci

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom.

Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [ ] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom. Penyusun Tugas Akhir Alvian Adi Pratama [5106100108] Dosen Pembimbing Diana Purwitasari, S.Kom, M.Sc. Dr. Eng. Nanik Suciati, S.Kom., M.Kom. Latar Belakang Batik merupakan harta kebudayaan Indonesia yang

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,

Lebih terperinci

Karakteristik Spesifikasi

Karakteristik Spesifikasi Sinyal yang masuk difilter ke dalam sinyal frekuensi rendah (low-pass filter) dan sinyal frekuensi tinggi (high-pass filter) Lakukan downsampling pada kedua sinyal tersebut Low-pass frekuensi hasil downsampling

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Berikut adalah beberapa definisi dari citra, antara lain: rupa; gambar; gambaran (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sebuah fungsi dua dimensi, f(x, y), di mana x dan y adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : CBIR, GLCM, Histogram, Kuantisasi, Euclidean distance, Normalisasi. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : CBIR, GLCM, Histogram, Kuantisasi, Euclidean distance, Normalisasi. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Content-Based Image Retrieval (CBIR) adalah proses untuk mendapatkan suatu citra berdasarkan konten-konten tertentu, konten yang dimaksud dapat berupa tekstur, warna, bentuk. CBIR pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. akurasi =.

dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. akurasi =. dan 3. Jumlah partisi vertikal (m) dari kiri ke kanan beturut-turut adalah 1, 2, 3, 4, dan 5. Gambar 5 Macam-macam bentuk partisi citra. Ekstraksi Fitur Pada tahap ini semua partisi dari citra dihitung

Lebih terperinci

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Nur Nafi iyah 1, Yuliana Melita, S.Kom, M.Kom 2 Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Email: nafik_unisla26@yahoo.co.id 1, ymp@stts.edu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal,

BAB II LANDASAN TEORI. Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Citra Digital Citra digital sebenarnya bukanlah sebuah data digital yang normal, melainkan sebuah representasi dari citra asal yang bersifat analog [3]. Citra digital ditampilkan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR Zulkifli Dosen Tetap Fakultas Ilmu Komputer Universitas Almuslim Email : Zulladasicupak@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di bidang informasi spasial dan fotogrametri menuntut sumber data yang berbentuk digital, baik berformat vektor maupun raster. Hal ini dapat

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) Pramuda Akariusta Cahyan, Muhammad Aswin, Ir., MT., Ali Mustofa, ST., MT. Jurusan

Lebih terperinci