GAMBARAN PERILAKU BULLYING DAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 4 JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN PERILAKU BULLYING DAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 4 JAKARTA"

Transkripsi

1 GAMBARAN PERILAKU BULLYING DAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERILAKU BULLYING PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 4 JAKARTA Jasmine Nadhilah Lisa Ratriana Chairiyati Universitas Bina Nusantara, nadhilahjasmine@yahoo.co.id ABSTRAK In the school environment, the students are expected to learn safely and comfortably. But today it is rife with bullying behavior in schools. Are often the bullying is considered reasonable by many parties, including teachers and students by either the victim or perpetrator of bullying. The study used a descriptive quantitative method where in obtaining the data using questionnaires adapted (Amalia Dina, 2010) and construct a theory that according to the variables. Measured dimensions of the two variables is the difference (in economics, race and gender), tradition, seniority, families do not in harmony, the school situation that is not harmonious, individual characteristics, understanding the value of one of the victim, physical, non-physical, as well as damage a victim s thing. Of the 50 respondents who captured the data obtained 25 respondents have a high norm. Of the 25 respondents were cultural factors becomes the highest reason for doing the bullying and the lower factor were individual characteristic. While the physical and non-physical behavior into bullying behavior is most often performed. This data processing techniques using SPSS 20 and Microsoft Excel. Keyword : Perception of Bullying Factors, Bullying Behavior, Students, School Dalam lingkungan sekolah, para siswa diharapkan dapat belajar dengan aman dan nyaman. Namun dewasa ini marak terjadi perilaku bullying dalam sekolah. Kerapkali bullying dianggap hal yang wajar oleh banyak pihak, termasuk oleh para guru dan siswa baik itu korban atau pelaku bullying. Penelitian menggunakan metode kuantitatif deskriptif dimana dalam mendapatkan data responden dengan menggunakan kuesioner hasil adaptasi (Dina Amalia, 2010) dan mengkonstruk teori yang sesuai dengan variabel. Dimensi yang diukur dari kedua variabel tersebut adalah perbedaan (dalam ekonomi, ras dan gender), tradisi, senioritas, keluarga yang tidak rukun, situasi sekolah yang tidak harmonis, karakteristik individu, pemahaman nilai yang salah atas korban, fisik, non-fisik, serta merusak barang korban. Dari 50 responden yang diambil datanya didapatkan 25 responden memiliki norma yang tinggi. Dari 25 responden tersebut faktor tradisi menjadi alasan tertinggi melakukan bullying dan faktor paling rendah

2 adalah faktor karakter individu. Sedangkan perilaku nonfisik dan fisik menjadi perilaku bullying yang paling sering dilakukan. Teknik pengolahan data ini menggunakan SPSS 20 dan Microsoft Excel. Kata Kunci Sekolah : Faktor Penyebab Terjadinya Bullying, Perilaku Bullying, Siswa, PENDAHULUAN Sekolah merupakan salah satu sarana untuk mendapatkan pendidikan, seperti dijelaskan di dalam UUD 1945 pasal 31 bahwasannya setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Sekolah merupakan sebuah konteks penting bagi perkembangan moral (Santrock, 2007). Banyak orangtua mempercayakan sekolah sebagai tempat anaknya mendapatkan pendidikan. Dalam lingkungan sekolah banyak sekali interaksi yang terjadi antar warganya baik dalam kegiatan belajar mengajar ataupun interaksi sosial dengan lingkungan. Lingkungan sekolah merupakan salah satu bentuk mikrosistem dimana lingkungan tempat individu menghabiskan banyak waktu baik itu keluarga, teman sebaya, sekolah, dan lingkungan sekitar individu (Santrock, 2009). Siswa bukanlah penerima pengalaman pasif, melainkan seseorang yang berinteraksi secara timbal balik dengan orang lain dan membantu membentuk mikrosistem (Bronfenbrenner dalam Santrock, 2009). Banyaknya interaksi di sekolah dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya hal - hal yang tidak menyenangkan. Salah satunya yang sering dialami para siswa adalah bullying. Bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan / kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang / kelompok dimana korbannya tidak mampu membela atau mempertahankan dirinya karena lemah secara fisik dan mental (SEJIWA, 2008). Bullying adalah tindakan negatif dan seringkali bersifat agresif atau sebuah tindakan atau serangkaian tindakan manipulatif oleh satu orang atau lebih orang terhadap orang lain yang biasanya dilakukan selama beberapa periode waktu. Bullying bersifat kasar dan didasarkan pada ketidakseimbangan kekuasaan (Sullivan, Cleary, & Sullivan, 2005). Bullying merupakan masalah kesehatan masyarakat yang universal dan memiliki dampak besar bagi remaja (Craig, 2009). Bullying sudah seperti menjadi sebuah budaya dalam lingkungan sekolah. Terkadang guru tidak menyadari bahwa perilaku bullying sedang terjadi di depan matanya. Sayangnya, banyak guru yang menanggapinya dengan tidak serius karena menganggap bahwa ini adalah hal yang sudah biasa dilakukan. Selain itu, banyak pihak terkait dalam sekolah baik itu siswa ataupun guru menganggap ini hanyalah sebuah tradisi dari sekolah itu sendiri. Sehingga tidak ada pihak yang hendak menyelesaikan tradisi sekolah yang negatif ini. Selain itu, umumnya masyarakat Indonesia baru memperhatikan masalah bullying jika ada korban terluka parah dan ada orangtua yang berani melaporkan ke pihak yang berwajib atau sudah terjadi korban fatal karena ada yang meninggal (Sarwono & Meinarno, 2009). Selain dari pihak guru, bullying dianggap biasa oleh korban sendiri. Adanya skema kognitif menjelaskan bahwa korban memiliki persepsi pelaku melakukan bullying karena tradisi, balas dendam karena diperlakukan sama (menurut korban laki laki), ingin menunjukkan kekuasaan, marah karena korban berperilaku tidak sesuai dengan yang diharapkan, mendapatkan kepuasan (menurut korban perempuan) dan iri hati (menurut korban perempuan). Adapun korban juga mempersepsikan dirinya sendiri menjadi korban bullying karena berpenampilan menyolok, tidak berperilaku dengan sesuai, perilaku dianggap tidak sopan, dan menganggap ini semua hanyalah tradisi (Riauskina dkk dalam Trevi, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengalaman yang terjadi pada diri siswa sehingga membentuk persepsi siswa untuk melakukan bullying (Amalia, 2010). Dari penelitian di tahun 2008 pada responden di tiga kota besar di Indonesia ditemukan bahwa responden di Jakartalah yang paling banyak mempersepsikan adanya kekerasan di sekolah, yaitu sebanyak 72,7% dibanding dengan Jogjakarta dan Surabaya yang masing - masing hanya 63,8% dan 67,2%. Responden di Jakarta juga merupakan responden tertinggi yang mempersepsi kekerasan dalam bentuk bullying, yaitu sebanyak 32,1% responden, sementara dua kota lannya hanya 22,7% dan 17,9% (Sejiwa,2008 Laporan Penelitian Bullying di 3 Kota Besar Indonesia : Jakarta Penulis dalam Heniono).

3 Perilaku bullying dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk. Dijelaskan bahwa bentuk bullying terbagi menjadi 3, yaitu fisik, non - fisik, serta termasuk merusak barang (Sullivan, Cleary, & Sullivan, 2005). Dalam penelitian yang dilakukan Lai, Ye, & Chang (2008) disebutkan bahwa perilaku nonfisik merupakan perilaku yang paling sering dilakukan oleh negara di warga Asia. Sedangkan untuk factor factor penyebab terjadinya perilaku bullying adalah perbedaan kelas (senioritas), ekonomi, agama, gender, etnisitas / rasisme; tradisi senioritas; keluarga yang tidak rukun; situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif; karakter individu / kelompok seperti dendam atau iri hati, adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik seksual, dan untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan teman sepermainannya (peer group); dan persepsi nilai yang salah atas perilaku korban (Morrison, Rigby, Field, Sullivan, Pearce dalam Astuti, 2008). Siswa kelas XI SMA/SMK dianggap sebagai sasaran sampel yang tepat mengingat pada umumnya pada umur tersebut siswa berada pada tahap perkembangan remaja. Siswa kelas XI juga merupakan masuk kategori middle student yang melakukan bullying karena adik kelas dan teman bisa menjadi korban bullying (Sullivan, Cleary, & Sullivan, 2005). Sampel yang dipilih berasal dari salah satu sekolah menengah kejuruan di wilayah Jakarta Barat yaitu SMK Muhammadiyah 4. Pemilihan sekolah tersebut didasarkan oleh salah satu pemberitaan yang mengatakan bahwa sekolah ini beberapa kali terlibat tawuran (Salim, 2013). Tawuran dianggap sebagai salah satu indikasi bahwa perilaku bullying menjadi budaya di sekolah. Selain tawuran, hal yang terjadi pada SMK Muhammadiyah 4 dari hasil wawancara dengan pihak guru adalah seringnya terjadi ejekan - ejekan. Ejekan merupakan salah satu bentuk bullying yang sering terjadi, namun kerapkali pihak yang terlibat menganggap hal itu merupakan hal biasa. Menurut guru di SMK Muhammadiyah, bullying menjadi salah satu masalah di sekolah ini. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai faktor penyebab terjadinya bullying dan perilaku bullying pada siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 4 Jakarta. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunkan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif lebih berdasarkan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penaksiran kuantitatif yang kokoh (Umar, 2009). Tipe penelitian ini merupakan penelitian non - eksperimental. Penelitian non-eksperimental merupakan penelitian dimana peneliti tidak melakukan manipulasi terhadap variabel yang terlibat di dalamnya (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2008). Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2010) metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perilaku yang sering dilakukan dan factor tertinggi yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying. Teknik sampling yang digunakan untuk penelitian ini adalah dengan non - probabilitas dimana dengan cara ini semua elemen populasi belum tentu memiliki peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel karena ada bagian tertentu secara sengaja tidak dimasukkan untuk mewakili populasi (Umar, 2009). Terdapat beberapa teknik sampling yang menjadi bagian dari non - probabilitas, dimana yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling yaitu sampel yang diambil berdasarkan ciri ciri, sifat dan karakteristik serta pertimbangan kriteria kriteria tertentu (Kumar, 2011). Untuk alat ukur yang digunakan untuk melihat faktor penyebab terjadinya bullying adalah hasil adaptasi dari penelitian sebelumnya. Ini merupakan pernyataan alasan yang mendorong ketika siswa melakukan bullying. Hal ini dapat dilihat dari faktor terjadinya bullying menurut Astuti (2008). Sedangkan untuk perilaku bullyng dengan membuat alat tes berdasarkan bentuk perilaku bullying menurut Sullivan (2005). Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku bullying adalah alat ukur yang dibuat untuk penelitian ini berdasarkan 3 macam bentuk perilaku bullying menurut Sullivan, Cleary, & Sullivan (2005) dengan mengukur frekuensi dari setiap perilaku. Peneliti menggunakan dua metode uji validitas. Uji validitas tersebut adalah dengan Face Validity dan Content Validity. Face Validity menggambarkan seberapa baik suatu tampilan instrumen pengukuran mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan untuk Content Validity berkaitan dengan seberapa memadai isi dari sampel uji pengetahuan, keterampilan, atau perilaku yang ingin diukur dari tes (Bordens & Abbot, 2008). Content validity dapat dilakukan dengan expert judgement. Menghitung

4 reliabilitas digunakan analisa Cronbach s Alpha (Syaifuddin, 2008). Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai Cronbach s Alpha> dari 0,60. Dengan menggunakan SPSS 20, hasil yang didapat untuk reliabilitas masing - masing alat ukur setelah pilot study dan item yang tidak valid. Dalam mengolah data, peneliti menggunakan SPSS 20 dan Microsoft Excel. Skor yang diolah telah didapat, nantinya akan dicari mean untuk mengkategorikan subjek ke dalam norma yang sudah ditentukan. Gambaran mengenai subjek dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif pada SPSS 20. HASIL DAN BAHASAN Berdasarkan data yang sudah terhimpun dari subjek penelitian, peneliti kemudian melakukan pengolahan data untuk kemudian melakukan deskripsi subjek penelitian berdasarkan perilaku bullying dan factor penyebab terjadinya perilaku bullying. Gambar 4.1 Norma Perilaku Bullying Data yang sudah diproses dengan bantuan Microsoft Excel dan SPSS 20 akan menghasilkan gambaran-gambaran dari kedua variabel. Untuk variabel perilaku bullying jika total skor yang diperoleh siswa > mean yang diperoleh, maka dikategorikan memiliki norma yang tinggi. Mean yang diperoleh dari perilaku bullying sebesar 30,06. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa 25 siswa memiliki skor > mean yang artinya siswa tersebut memiliki norma yang tinggi dan diasumsikan sering melakukan bullying. Oleh karena itu 25 siswa yang memiliki norma tinggi ini yang akan digunakan pada proses data selanjutnya. Gambar 4.2 Bentuk Bullying

5 Dari 25 data tersebut, akan dilihat 3 bentuk perilaku bullying yang sering dilakukan siswa. 3 bentuk perilaku bullying tersebut akan dilihat yang sering dilakukan oleh siswa. Jika skor siswa > mean, maka dikategorikan sering melakukan perilaku tersebut. Dari hasil olah data SPSS, diperoleh nilai mean sebesar 14,32 untuk merusak barang. Menurut gambaran diatas, didapatkan bahwa ada 11 siswa yang memiliki skor > mean untuk bullying merusak barang. Untuk nilai mean yang diperoleh dari bentuk nonfisik sebesar 5,32 dan bentuk fisik sebesar 15,36. Menurut gambaran diatas ada 13 siswa yang memiliki skor > mean untuk bullying nonfisik dan fisik. Oleh karena itu, perilaku nonfisik dan fisik menjadi perilaku yang sering dilakukan oleh 25 siswa tersebut Gambar 4.4 Perbedaan Perilaku Nonfisik berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil gambaran dengan menggunakan metode deskriptif, didapatkan hasil mean sebesar 5,8 dari 10 siswa laki-laki untuk perilaku merusak barang. Sedangkan untuk mean siswa perempuan sebesar 5 dari 15 siswa perempuan. Berdasarkan hasil tersebut, mean siswa laki-laki lebih tinggi dibandingkan siswa perempuan untuk perilaku nonfisik. Gambar 4.5 Perbedaan Perilaku Fisik berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil gambaran dengan menggunakan metode deskriptif, didapatkan hasil mean sebesar 15,1 dari 10 siswa laki-laki untuk perilaku merusak barang. Sedangkan untuk mean siswa perempuan sebesar 15,53 dari 15 siswa perempuan. Berdasarkan hasil tersebut, mean siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan siswa laki-laki untuk perilaku fisik.

6 Tabel 4.4 Gambaran Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku Bullying Faktor Penyebab bullying Mean Perbedaan ekonomi, ras, gender, agama 2,032 Tradisi 2,52 Senioritas 2,12 Keluarga yang tidak rukun 2,06 Situasi sekolah yang tidak harmonis (diskriminatif) 2,22 Karakteristik Individu 2,01 Pemahaman nilai yang salah atas korban 2,30 Untuk proses pengolahan data variabel faktor penyebab terjadinya bullying, dari total skor setiap subjek diperoleh hasil mean setiap subjek. Hasil mean tiap subjek tersebut kemudian ditotal dengan mean subjek lainnya secara kesuluruhan untuk kemudian dicari hasil mean seluruhnya. Mean tertinggi, merupakan faktor yang paling tinggi yang menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying. Dari hasil olah data tersebut, didapatkan hasil mean dari setiap faktor. Faktor tertinggi penyebab bullying di SMK Muhammadiyah adalah faktor tradisi dengan perolehan mean 2,52. Sedangkan faktor terendah adalah karakteristik individu dengan perolehan mean sebesar 2,01. Pada penelitian ini, diperoleh bahwa ada 25 siswa yang memiliki skor > mean. Jika skor tersebut > mean maka dikategorikan sebagai pelaku bullying karena siswa tersebut bisa dikatakan sering melakukan bullying. Dari 25 siswa tersebut didapatkan bahwa bentuk perilaku fisik dan nonfisik merupakan bentuk perilaku tertinggi yang dilakukan oleh siswa kelas XI SMK Muhammadiyah 4. Bullying nonfisik menurut Lai, Ye, & Chang (2008) negara-negara asia pasifik lebih cenderung melakukan bullying nonfisik seperti mengejek, name-calling, dan lainnya. Dari mean yang didapatkan bahwa perilaku fisik siswa perempuan lebih tinggi dari siswa lakilaki. Sedangkan untuk perilaku nonfisik siswa laki-laki lebih tinggi dilakukan oleh siswa perempuan. Hal ini berbeda dari beberapa penelitian dan spekulasi bahwa biasanya siswa perempuan biasanya lebih sering melakukan perilaku nonfisik dan biasanya siswa laki - laki lebih sering melakukan perilaku fisik. Hal ini bisa saja terjadi mengingat adanya item perilaku fisik lebih cenderung cocok dilakukan perempuan seperti saya tidak segan menjambak rambut... Untuk perilaku nonfisik sendiri, item yang ada sangat sedikit. Pada faktor penyebab bullying tradisi merupakan faktor tertinggi disusul faktor pemahaman nilai yang salah atas korban. Riauskina (dalam Trevi, 2012) juga menjelaskan bahwa tradisi adalah alasan melakukan bullying. Dalam Sarwono & Meinarno (2009) juga dikatakan bahwa banyak guru yang menganggap tidak serius perilaku bullying dan menganggap hal biasa. Hal ini bisa menjadi bukti bahwa bullying sudah seperti tradisi karena pihak guru juga menganggap hal biasa. Untuk faktor pemahaman yang salah atas nilai korban merupakan sendiri yang merupakan faktor tertinggi kedua adalah faktor yang memang banyak terjadi oleh siswa dan pelaku. Faktor pemahaman nilai yang salah atas korban adalah ketika pelaku bullying menganggap perilaku / korban itu sendiri dianggap salah. Seperti yang dinyatakan Riauskina (dalam Trevi, 2012) bahwa beberapa korban menganggap pelaku marah terhadap korban karena korban berperilaku tidak sesuai diharapkan. Selain itu, hal - hal seperti melabrak korban karena alasan korban salah sering dilakukan oleh kakak kelas terhadap adik kelas seperti ketika MOS (Masa Orientasi Siswa).

7 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil yang sudah didapatkan dan dijelaskan dari bab sebelumnya, ada beberapa kesimpulan yang diperoleh. Dari 7 faktor bullying yang ada, 2 faktor memiliki frekuensi tertinggi sebanyak 33 siswa. Faktor tersebut adalah faktor senioritas dan keluarga. Dari 50 siswa, 25 siswa memiliki skor diatas mean sehingga 25 siswa ini dkategorikan sering melakukan bullying. Dari 25 siswa tersebut didapatkan bahwa perilaku nonfisik dan merusak barang paling banyak dilakukan oleh 13 siswa. Berikut ini adalah saran yang ditujukkan untuk penelitian selanjutnya yaitu sebaiknya ditambah lagi jumlah sampel menjadi beberapa sekolah di satu wilayah agar lebih menggambarkan wilayah tersebut. Selain itu, bisa dilakukan kontrol untuk mengetahui subjek yang benar-benar pelaku dari bullying tersebut. Karena jika dapat pelaku bullying, bisa diteliti lebih jauh seperti faktor yang paling mempengaruhi bullying atau bentuk bullying yang paling sering dilakukan oleh pelaku. Selain itu penelitian bisa menggunakan alat ukur yang lebih valid dan reliable atau memperbaiki alat ukur yang sudah ada. Untuk saran praktis, pihak sekolah bisa melakukan sosialisai perilaku yang sering dilakukan siswa yang dianggap bullying. Selain itu pihak sekolah juga mensosialisasikan apa dampak dari perilaku bullying. Hal ini untuk menyadarkan pentingnya pengetahuan tentang bullying sendiri agar siswa dan juga guru bisa sedikit demi sedikit mengetahui perihal bullying yang sebenarnya merupakan hal negatif yang harus segera diminimalisir

8 REFERENSI Astuti, P. R. (2008). Meredam Bullying 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan pada Anak. Jakarta: PT. Grasindo. Bordens, K. S., & Abbot, B. B. (2008). Research Design and Methods A Process Approach Seventh Edition. New York: McGraw Hill. Craig, W. d. (2009). A Cross-national Profile of Bullying and Victimization Among Adolescents in 40 Countries. International Journal of Public Health Vol 54, Kumar, R. (2011). Research methodology: a step-by-step guide for beginners. London: Sage Publication Ltd. Lai, S. L., Ye, R., & Chang, K. P. (2008). Bullying in Middle Schools : An Asian-Pasific Regional Study. Asia Pasific Education Review Vol.9, No.4, Salim, H. J. (2013, Agustus 19). Liputan 6. Dipetik September 2014, 2014, dari Santrock, J. W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Salemba Humanika. Santrock, J. W. (2007). Remaja Edisi Sebelas Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. SEJIWA. (2008). Bullying : Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: PT. Grasindo. Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B. N. (2008). Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif & RND. Bandung: Alfabeta. Sullivan, K., Cleary, M., & Sullivan, G. (2005). Bullying in Secondary Schools. London: Paul Chapman Publishing. Syaifuddin, A. (2008). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trevi, W. S. (2012). Sikap Siswa Kelas X SMK Y Tangerang Terhadap Bullying. Jurnal Psikologi Vol 10 Nomor 1, Umar, H. (2009). Metode Penelitian untuk Skripsi dan TTesis Bisnis Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers. Amalia, D. (2010). Hubungan Persepsi tentang Bullying dengan Intensi Melakukan Bullying Siswa SMA Negeri 82 Jakarta. Skripsi S1. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta. Heniono, S C. (2010). Hubungan antara Persepsi terhadap Kohesivitas Kelompok dengan Perilaku Bullying pada Siswa SMA di Jakarta Barat. Skripsi S1. Universitas Indonesia, Depok.

9 RIWAYAT PENULIS Nama : Jasmine Nadhilah Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 7 April 1992 Pendidikan : S1 Psikologi Universitas Bina Nusantara

PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT

PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) Radhita Syam Prima Mutiara 1, Helma 2, Joni Adison 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, akan dibahas mengenai metodelogi penelitian yang meliputi Variabel Penelitian & Definisi Operasional, Subyek Penelitian & Tehnik Sampling, Desain Penelitian, Alat

Lebih terperinci

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP KECENDERUNGAN BULLYING PADA SD PADAMU NEGERI MEDAN. Reflina Sinaga Surel:

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP KECENDERUNGAN BULLYING PADA SD PADAMU NEGERI MEDAN. Reflina Sinaga Surel: PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP KECENDERUNGAN BULLYING PADA SD PADAMU NEGERI MEDAN Reflina Sinaga Surel: sinagareflina@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengaruh

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Empati didefinisikan sebagai reaksi-reaksi individu terhadap situasi yang terlihat pada orang lain. Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran derajat empati mahasiswa perokok Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini berbagai masalah tengah melingkupi dunia pendidikan di Indonesia. Salah satunya yang cukup marak akhir-akhir ini adalah kasus kekerasan atau agresivitas baik

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI. Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M. STUDI DESKRIPTIF MENGENAI GAMBARAN SELF-ESTEEM PADA SISWA SMA PELAKU BULLYING FRESHKA JULIE HARDI Drs. Amir Sjarif Bachtiar, M.Si 1 Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran ABSTRACT During adolescence,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior).

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel Terikat. keterlambatan (withdrawal behavior). BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional 3.1.1.1 Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu penelitian yang dilakukan dalam satu waktu tertentu. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akademik, bahkan menjadi rumah kedua bagi anak. Namun, kenyataannya justru

BAB I PENDAHULUAN. akademik, bahkan menjadi rumah kedua bagi anak. Namun, kenyataannya justru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap anak adalah semua bentuk tindakan menyakitkan secara fisik atau emosional, penyalahgunaan seksual, trafiking, penelantaran, eksploitasi yang mengakibatkan

Lebih terperinci

3. METODE PE ELITIA Partisipan Penelitian

3. METODE PE ELITIA Partisipan Penelitian 32 3. METODE PE ELITIA Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai desain penelitian, partisipan penelitian (meliputi karakteristik partisipan, teknik pengambilan sample, dan jumlah partisipan), instrumen

Lebih terperinci

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Self Esteem Korban Bullying 115 SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara) Stefi Gresia 1 Dr. Gantina Komalasari, M. Psi 2 Karsih, M. Pd 3 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

Kata kunci : perilaku hidup sehat dan outcome expectancies

Kata kunci : perilaku hidup sehat dan outcome expectancies Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat di Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek

Lebih terperinci

ABSTRACT Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT The study, entitled Effect of Attachment to God ( ATG ) on Forgiveness of Christian / Catholic s High School Students Bandung to their peers, aims to obtain an overview of the effect of ATG s

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN

PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN Perbedaan Keterampilan Sosial (Afrian Budiarto) 512 PERBEDAAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA AKTIF DAN PASIF ORGANISASI KESISWAAN DI SMP NEGERI 2 BINANGUN DIFFERENCE SOCIAL SKILLS STUDENTS ACTIVE AND PASSSIVE

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu:

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Peneliti menggunakan dua variabel dalam penelitian ini, yaitu: A. Variabel X: academic locus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 1.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi operasional Konformitas adalah perilaku ikut-ikutan individu terhadap individu atau kelompok lain.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah prokrastinasi akademik sebagai

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA

PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG METODE PENGAJARAN DOSEN DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA KEPERAWATAN STIKES AISYIYAH SURAKARTA Sri Hartutik, Irma Mustikasari STIKES Aisyiyah Surakarta Ners_Tutty@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian berjudul Studi Deskriptif mengenai Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan Pada Siswa Kelas XI SMA "X" Cirebon dilaksanakan untuk mengetahui gambaran orientasi masa depan bidang pendidikan

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai orientasi masa depan bidang pendidikan pada siswa kelas II SMAN X Cimahi. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan yang menyangkut kegiatan operasional penelitian dari karakteristik subyek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINDAKAN BULLYING DI SEKOLAH DENGAN SELF ESTEEM SISWA

HUBUNGAN TINDAKAN BULLYING DI SEKOLAH DENGAN SELF ESTEEM SISWA HUBUNGAN TINDAKAN BULLYING DI SEKOLAH DENGAN SELF ESTEEM SISWA 1 Mega Ayu Septrina 2 Cheryl Jocelyn Liow 3 Febrina Nur Sulistiyawati 4 Inge Andriani 1 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN III. 1. Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan, maka permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

Lebih terperinci

tertentu dimana tindakan yang dilakukan menyakitkan dan didasari oleh ketidakseimbangan kekuasaan. Kasus-kasus bullying sering terjadi di sekolah dan

tertentu dimana tindakan yang dilakukan menyakitkan dan didasari oleh ketidakseimbangan kekuasaan. Kasus-kasus bullying sering terjadi di sekolah dan PERBEDAAN KEBUTUHAN BERAFILIASI PADA SISWA SMA KORBAN BULLYING DITINJAU DARI JENIS KELAMIN 1 Mega Ayu Septrina 2 Seto Mulyadi Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma 1 mega.septrina@gmail.com, 2 kakseto_288@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. 2010). Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif. Data diambil

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif. Data diambil BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan rancangan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif. Data diambil melalui pemberian

Lebih terperinci

Bab 3 Desain Penelitian

Bab 3 Desain Penelitian Bab 3 Desain Penelitian Bab ini akan menjabarkan variabel penelitian (definisi operasional dan hipotesis), responden penelitian, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian. 3.1 Variabel

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran mengenai orientasi masa depan bidang pekerjaan pada mahasiswa/i yang mengontrak mata kuliah Metodologi Penelitian Lanjutan Fakultas

Lebih terperinci

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS V DI SDSN BENDUNGAN HILIR 09 PAGI JAKARTA DENGAN SISWA KELAS V DI SDN 30/IX TEMPINO

PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS V DI SDSN BENDUNGAN HILIR 09 PAGI JAKARTA DENGAN SISWA KELAS V DI SDN 30/IX TEMPINO PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS V DI SDSN BENDUNGAN HILIR 09 PAGI JAKARTA DENGAN SISWA KELAS V DI SDN 30/IX TEMPINO Dwi Anggun Herdyan Partiwi & Antonina Pantja Juni Wulandari Universitas Bina

Lebih terperinci

4. METODOLOGI PENELITIAN

4. METODOLOGI PENELITIAN 4. METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai metodologi dimulai dengan menjelaskan populasi dan sampel dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel dan Definisi Operasional Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstruk dengan

Lebih terperinci

Bab 3. Metode Penelitian

Bab 3. Metode Penelitian Bab 3 Metode Penelitian 3. 1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3. 1. 1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel 1 : Persepsi Stres Definisi Operasional : Tinggi rendahnya persepsi terhadap stres

Lebih terperinci

Kata kunci : Adversity Quotient, dimensi Adversity Quotient (Control, Ownership and Origin, Reach, Endurance), siswa kelas sepuluh SMA X Di Magelang

Kata kunci : Adversity Quotient, dimensi Adversity Quotient (Control, Ownership and Origin, Reach, Endurance), siswa kelas sepuluh SMA X Di Magelang ABSTRAK Penelitian ini menggunakan teori Adversity Quotient (Stoltz,2000) untuk mengetahui gambaran derajat Adversity Quotient siswa kelas sepuluh SMA X. Pemilihan sampel menggunakan metode Cluster Sampling.

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DWI NINGSIH ARIANI Dr. Maya Rosmayati Ardiwinata, M. Si 1 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat. 0 BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di wilayah Kota Bandung Jawa Barat.. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 24 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah 113 pasang antara siswa kelas tujuh (56 siswa laki-laki dan 57 siswa perempuan) yang berasal dari dua SMP di Bekasi

Lebih terperinci

Abstract

Abstract PERSEPSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 1 PATAMUAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Vionirita Sewasa 1), Erman Har 2), dan Azrita 2)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iii. ABSTRACT...iv. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI...viii. DAFTAR TABEL...xii. DAFTAR BAGAN...xiii. DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iii. ABSTRACT...iv. KATA PENGANTAR...v. DAFTAR ISI...viii. DAFTAR TABEL...xii. DAFTAR BAGAN...xiii. DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris Pada Siswa SMA X Bandung. Penelitian ini dilakukan pada seluruh siswa SMA X. Tujuannya

Lebih terperinci

ABSTRAK. vi Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vi Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Studi Deskriptif Mengenai Kohesivitas pada Anggota Tim Hoki Universitas X Bandung. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif terhadap 55 anggota

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Ethnic Identity pada mahasiswa dengan etnis Simalungun di Bandung. Dalam penelitian ini menggunakan teori Ethnic Identity dari Jean S. Phinney,1990.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian dan prosedur penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah membandingkan dua atau lebih kelompok

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai variabel penelitian dan hipotesis, subjek penelitian dan teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: deskriptif, attachment to God, siswa SMA. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: deskriptif, attachment to God, siswa SMA. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kemampuan kognitif remaja yang mulai mampu berpikir abstrak memungkinkannya untuk membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran model Attachment to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah sedang hangat dibicarakan. Perilaku agresif dan kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MENURUT PENDAPAT PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL

FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MENURUT PENDAPAT PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL Faktor Faktor Pendukung Keterlaksanaan...(Hassan Munawar A.)2 FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MENURUT PENDAPAT PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 25 3. METODE PENELITIAN Pada bagian ketiga ini, peneliti akan menjelaskan mengenai permasalahan penelitian, hipotesis penelitian, variabel-variabel penelitian, tipe dan desain penelitian, partisipan penelitian,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di

BAB I PENDAHULUAN. ukuran fisik, tapi bisa kuat secara mental (Anonim, 2008). Bullying di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku bullying adalah sebuah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok. Pihak yang kuat disini

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian 39 BAB 3 Metode Penelitian Bab ini akan membahas metode penelitian yang terdiri atas perumusan masalah, hipotesis penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian, alat ukur atau instrumen akan yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran konsep diri pada siswa kelas XII yang mengambil jurusan IPA dan IPS di SMA X Bandung beserta dimensi-dimensi konsep diri serta kaitannya dengan

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui informasi yang dapat menjelaskan mengenai gambaran kemandirian remaja bungsu SMA Negeri X di Bandung berdasarkan tiga aspek kemandirian Steinberg (2002),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasional. Pendekatan pendekatan kuantitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, validitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul hubungan antara persepsi siswa terhadap penerapan student centered learning dan komponen school engagement di SMA X kota Bandung, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Variabel yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu dimensi humor styles dan kepuasan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional 25 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional penelitian. Pembahasan mengenai bagaimana penelitian ini dilaksanakan, subjek yang diteliti serta aspek-aspek

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini berjudul Studi Deskriptif mengenai Student Centered Learning yang Diterapkan pada Siswa di SMA X Bandung. Student Centered Learning (SCL) merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, namun dikarenakan penelitian ini bukan bertujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANGTUA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG PELECEHAN SEKSUAL PADA ANAK REMAJA DI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Pritha Fajar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel 1 : Motivasi penggunaan Twitter Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG.

ANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG. ANALISIS KEPUASAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM SISWA KELAS XI IPA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMAN 5 PADANG Irmai Yusrita 1), Nawir Muhar 2), Azrita 2) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Self Disclosure pada mahasiswa tahun pertama Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. Rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri

METODOLOGI PENELITIAN. Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 3.1.1 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti, yang ciriciri dan keberadaannya diharapkan mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. teori yang dikembangkan oleh Coloroso (2006:43-44), yang mengemukakan

BAB III METODE PENELITIAN. teori yang dikembangkan oleh Coloroso (2006:43-44), yang mengemukakan BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel. Perilaku Bullying Secara operasional, definisi bullying dalam penelitian ini mengacu pada teori yang dikembangkan oleh Coloroso (006:43-44),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif. Dimana pada penelitian ini hanya menggambarkan, menjelaskan atau meringkaskan berbagai kondisi, situasi, fenomena

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KEKERASAN YANG TERJADI TERHADAP ANAK DI SEKOLAH PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI KOTA TEGAL Deby Priscika Putri 1, Sigid Kirana Lintang Bhima 2, Saebani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena remaja akan berpindah dari anak-anak menuju individu dewasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan periode perkembangan yang sangat banyak mengalami krisis dalam perkembangannya. Masa ini sering juga disebut dengan masa transisi karena remaja

Lebih terperinci

iv Universitas Kristen Maranatha

iv Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Psychological Well-Being pada pensiunan bank X di Kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode Accidental Sampling dan didapatkan sampel berjumlah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif yang bersifat korelasional, yakni penelitian yang meneliti tentang ada tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui derajat self-efficacy belief pada siswa kelas XI. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey dan pengambilan data melalui kuesioner.

Lebih terperinci

GAMBARAN MOTIVASI PELAKU BULLYING PADA PELAJAR SMA DAN PT KOTA BESAR DI INDONESIA

GAMBARAN MOTIVASI PELAKU BULLYING PADA PELAJAR SMA DAN PT KOTA BESAR DI INDONESIA GAMBARAN MOTIVASI PELAKU BULLYING PADA PELAJAR SMP, SMA DAN PT DI TIGA KOTA BESAR DI INDONESIA (Bullying Motivation Among High School and College Student in Three Big Cities in Indonesia) SKRIPSI ANDY

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan perilaku seksual pada siswa SMP X di kota Bandung. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, dan

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran body image dari anggota Hansamo Modern Dance di Komunitas BKC Kota Bandung. Teori yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Teori

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: intrinsic value of work, salary / financial benefits, professional training, work environment, and labor market considerations.

ABSTRACT. Keywords: intrinsic value of work, salary / financial benefits, professional training, work environment, and labor market considerations. ABSTRACT Factors - Factors that Affect the Career Selection of Certified Public Accountants for Accounting Students at Maranatha Christian University. The purpose of this study was to investigate and analyze

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui derajat resilience pada guru pendamping bagi siswa berkebutuhan khusus di SD X Bandung. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PEMAHAMAN MATA KULIAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI

ANALISIS GENDER MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PEMAHAMAN MATA KULIAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI ANALISIS GENDER MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP PEMAHAMAN MATA KULIAH PEMERIKSAAN AKUNTANSI Ika Hari Mardiyani 1) Rispantyo 2) Djoko Kristianto 3) 1, 2, 3) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian Pada bab ini akan menjelaskan metode penelitian yang mencakup definisi operasional, desain penelitian, teknik sampling, lokasi penelitian serta prosedur selama penelitian berlangsung.

Lebih terperinci

Kata Kunci: Sekolah Engagement, metode deskriptif, Convenience sampling.

Kata Kunci: Sekolah Engagement, metode deskriptif, Convenience sampling. Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk menentukan Sekolah Keterlibatan siswa reguler SMP Inklusi "X" di kota Bandung. Judul penelitian ini adalah "Studi Deskriptif Tentang Sekolah Keterlibatan siswa reguler

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP PEMBELAJARAN AKTIVITAS AIR DI SMP NEGERI 2 KLATEN

PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP PEMBELAJARAN AKTIVITAS AIR DI SMP NEGERI 2 KLATEN Persepsi Siswa Kelas... (Septyan W. Adhitama) 1 PERSEPSI SISWA KELAS VIII TERHADAP PEMBELAJARAN AKTIVITAS AIR DI SMP NEGERI 2 KLATEN PERCEPTION OF EIGHT GRADE STUDENT TOWARDS WATER ACTIVITY LEARNING AT

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat penelitian serta mengulas secara singkat mengenai prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Adolescence (remaja) merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia, karena masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II ORIENTASI TUJUAN DAN NILAI TUGAS

BAB II ORIENTASI TUJUAN DAN NILAI TUGAS DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X

PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X PENGARUH MEDIA SOSIAL (YOUTUBE) TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS REMAJA DI YAYASAN PENDIDIKAN X KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh: ENDAH WAHYUNINGSIH

Lebih terperinci

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui gambaran mengenai derajat Student Engagement pada mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas X Bandung. Pemilihan sampel menggunakan teknik stratified

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Panggungharjo Kecamatan Sewon Bantul dengan pertimbangan bahwa di. dibanding dengan desa lain di Kecamatan Sewon.

BAB III METODE PENELITIAN. Panggungharjo Kecamatan Sewon Bantul dengan pertimbangan bahwa di. dibanding dengan desa lain di Kecamatan Sewon. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Lokasi tempat penelitian yang dipilih peneliti adalah Desa Panggungharjo Kecamatan Sewon Bantul dengan pertimbangan bahwa di

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 23 3. METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Adapun isi dari metode penelitian adalah permasalahan, hipotesis, dan variabel yang

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 42 4. METODE PENELITIAN Bab metode penelitian ini membahas mengenai responden penelitian, peneliti, tipe dan desain penelitian, alat ukur penelitian, cara pengolahan data, metode pengumpulan data, dan

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Penelitian. 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional

Bab 3 Metode Penelitian. 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Bab 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesa 3.1.1 Variabel Penelitian dan Devinisi Operasional Variabel 1 (V1) dalam penelitian ini adalah motivasi kerja.definisi operasional dari motivasi

Lebih terperinci