III. METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 36 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Landasan Filosofis Pemanfaatan sumber daya perikanan PULL tanpa memperhatikan proses alam dalam menyediakan sumber daya perikanan tersebut adalah suatu perbuatan yang tidak dapat digunakan sebagai dasar dalam pemanfaatannya. Pertimbangan yang hanya melihat kebutuhan manusia saja merupakan egoisme sepihak manusia terhadap alam yang memberi kehidupan kepadanya. Oleh karena itu, pada prinsipnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah suatu konsep yang seyogyanya digunakan sebagai dasar filosofis dalam mengisi kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan PULL di Sumatera Selatan. Secara mendasar arti pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Konsep pembangunan berkelanjutan juga merupakan konsep yang mencoba memadukan antara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup serta pembangunan (dalam hal ini pemanfaatan sumber daya perikanan PULL). Oleh karena itu, permasalahan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup (termasuk sumber daya perikanan PULL) adalah permasalahan yang menyangkut semua anggota masyarakat dan masa depan yang panjang. Namun demikian, pembangunan berkelanjutan tidak berarti tidak ada pembangunan atau pertumbuhan sama sekali. Dalam hal ini, ada beberapa prinsip dasar yang dapat mengarahkan dan membimbing para pemangku kepentingan untuk mencapai pembangunan yang benar-benar berkelanjutan. Dalam penelitian ini digunakan kerangka analisis kelembagaan yang didasarkan atas prinsip pembangunan perikanan berkelanjutan. Terkait dengan hal ini, maka prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan akan dapat terwujud jika didukung oleh pemerintahan yang baik (good governance). Pemerintahan dikategorikan baik jika sumber-sumber daya dan masalah-masalah sosial dapat dikelola secara efektif dan efisien, melalui suatu kelembagaan yang menjamin kepentingan semua para pemangku kepentingan. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan harus memiliki ciri-ciri antara lain memiliki perspektif jangka panjang, berlakunya hubungan keterkaitan (interdependency) antar pelaku-pelaku

2 37 alam, dan buatan manusia. Disamping itu, memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi masa depan memenuhi kebutuhannya. Pembangunan berkelanjutan yang dimaksudkan berorientasi pada tiga dimensi, yakni keberlanjutan atau pertumbuhan ekonomi (economic growth), keberlanjutan kesejahteraan yang adil dan merata (social progress), dan keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan seimbang (ecological balance). Lebih tepatnya dalam interaksi ini, lingkungan hidup adalah sebagai pendukung keberlanjutan kehidupan rumah tangga yang pada akhirnya bermuara kepada kegiatan perekonomian. Dengan demikian, dalam pembangunan harus diperhatikan dua hal penting: pertama, menjaga kelenturan sistem biologi dan fisik terhadap perubahan; dan kedua, menjaga kelenturan dan kapasitas dinamis sistem untuk beradaptasi terhadap perubahan. 3.2 Kerangka Pemikiran Perubahan politik Nasional, termasuk desentralisasi pada prinsipnya berpengaruh terhadap kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Perubahan yang terjadi dimulai dengan adanya perubahan sistem pemerintahan di wilayah negara Republik Indonesia, dengan diberlakukannya UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Perubahan yang terjadi pada sistem pemerintahan tersebut berpangaruh terhadap akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan PULL di wilayah Kabupaten OKI, Sumatera Selatan. Dengan demikian, terjadi perubahan penguasaan atas sumber daya perikanan PULL yang ada, sesuai dengan perubahan yang terjadi pada sistem pemerintahan yang ada. Hal ini semua merupakan perubahan kelembagaan yang mengakibatkan terjadinya social inequality. Pada tahap selanjutnya social inequality yang terjadi mengakibatkan adanya perubahan pada kelimpahan sumber daya perikanan PULL, yang pada gilirannya juga kembali akan menghasilkan social inequality berupa kemiskinan pada masyarakat nelayan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa social inequality tidak saja merupakan produk, tetapi juga merupakan penghasil suatu

3 38 permasalahan seperti polusi, konsumsi berlebih, degradasi sumber daya, rusaknya habitat, dan percepatan pertumbuhan penduduk (Bell, 1998). Terkait dengan pengelolaan terhadap sumber daya perikanan PULL dan masyarakat di suatu wilayah tertentu, pola pengelolaan dengan sistem lelang lebak lebung meskipun tujuannya baik, tetapi mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan tersebut antara lain adalah diizinkannya warga yang bukan nelayan ikut serta dalam pelelangan hak usaha penangkapan ikan (Zain, 1982). Hal ini menyebabkan hak usaha penangkapan ikan pada sumber daya perikanan PULL di Kabupaten Ogan Komering Ilir diperoleh pemilik modal yang tidak berprofesi sebagai nelayan sama sekali (Arifin, 1972; Nasution et al., 1992; Sripo, 2002). Dalam kondisi demikian, nelayan memperoleh hak penangkapan ikan bukan lagi secara langsung dari pemerintah, melainkan membayar sewa kepada pemilik modal. Dampak lebih lanjut adalah objek lelang PULL yang sebagian besar dibeli oleh bukan nelayan secara langsung, maka terjadi sistem penjualan areal penangkapan ikan secara terpisah-pisah oleh pemenang lelang. Dalam hal ini, meskipun harga perairan menjadi semakin tinggi, nelayan tetap akan berusaha untuk mendapatkan keuntungan dari usaha penangkapan yang mereka lakukan pada masa satu tahun yang sedang berjalan, sekalipun harus melaksanakan penangkapan terhadap seluruh jenis dan ukuran ikan yang ada di perairan yang mereka kuasai selama satu tahun tersebut. Dengan demikian sewa perairan yang meningkat tersebut dibebankan terhadap sumber daya perikanan PULL atau populasi ikan yang ada pada perairan tersebut. Ini merupakan gambaran dampak kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung, yang secara langsung ataupun tidak langsung akan menurunkan tingkat pendapatan nelayan. Dengan kata lain, meskipun nilai hasil tangkapan ikan yang diperoleh nelayan tinggi, tetapi pendapatan nelayan tetap saja rendah. Bahkan dengan adanya beban bunga uang yang berasal dari peningkatan sewa perairan dan biaya operasional penangkapan ikan, maka masyarakat nelayan terjerat dalam kemiskinan. Oleh karena itu, kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung mengakibatkan semakin sempitnya akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan PULL, terjadinya degradasi kondisi

4 39 sumber daya perikanan PULL dan kemiskinan masyarakat nelayan, yang secara skematis dikemukakan pada Gambar 1. Kebijakan Nasional di Bidang Tata Pemerintahan Desa (UU No. 5 Tahun 1979) Tatanan dan Sistem Pemerintahan pada Tingkat Propinsi, Kabupaten, Kecamatan (Perda Propinsi, Perda Kabupaten, Perdes) Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Perikanan Lelang Lebak Lebung (Teori Keberlanjutan Kelembagaan Ostrom, 1990: 2008) Alternatif Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Perikanan Lebak Lebung Yang Adaptif (Welcomme, 1979; 1985; Ilyas et al, 1990; Pomeroy, 1994; Nikijuluw, 1998). Semakin Sempitnya Akses Masyarakat Nelayan Terhadap Sumber daya Perikanan (Teori Akses, Ribot dan Peluso, 2003) Degradasi Kondisi Sumber daya Perikanan Perairan Umum Lebak Lebung (Dahuri, 2003; Charles, 2001). Kemiskinan Masyarakat Nelayan Perairan Umum Lebak Lebung (Bell, 1998; Beteille, 1977; BPS, 2006; Sumarwan, 1993) Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Perikanan Lelang Lebak Lebung dan Kemiskinan Masyarakat Nelayan.

5 40 Berdasarkan landasan filosofis dan kerangka pemikiran yang dikemukakan, maka konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan pokok bahasan dikemukakan pada Tabel 1. Tabel 1. Konsep dan teori yang akan digunakan dalam penelitian kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan. Pokok Bahasan Efektifitas kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung. Degradasi kondisi sumber daya perikanan lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan. Alternatif kelembagaan adaptif dalam mengatur pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung. Konsep dan Teori Keberlanjutan kelembagaan (Ostrom, 1990; 2008). Akses (Ribbot dan Peluso, 2003). Pengelolaan Sumber daya Perikanan Berkelanjutan (Dahuri, 2003; Charles, 2001). Social Inequality (Bell, 1998; Beteille, 1977). Kemiskinan Pangan Rumah Tangga Masyarakat Nelayan (BPS, 2006; Sumarwan, 1993). Pengelolaan Sumber daya Perikanan (Welcomme and Henderson, 1976; Welcomme, 1979;1985; Ilyas et al., 1990) Ko-manajemen (Pomeroy, 1994; Nikijuluw, 1998). 3.3 Paradigma, Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma sosiologi Durkheimian. Masalah sentral dalam analisis sosiologi Durkheimian adalah menjelaskan keteraturan sosial yang mendasar yang berhubungan dengan proses-proses sosial yang meningkatkan integrasi dan solidaritas, dalam perspektif fungsional (Johnson, 1986). Durkheim mengemukakan bahwa analisisnya harus berdasarkan data empiris mengenai masyarakat, bukan data individual. Dengan demikian data yang berasal dari individual harus menjadi suatu kondisi yang menjadi milik masyarakat melalui suatu verifikasi secara jenuh di dalam masyarakat yang diteliti.

6 41 Dijelaskan pula dalam Johnson (1986) pada bagian lainnya bahwa suatu fakta sosial yang menjadi bahasan dijelaskan menggunakan fakta sosial lainnya. Dalam penelitian ini fakta sosial yang utama diteliti dan digali adalah efektifitas kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung dengan penjelasan fakta sosial lainnya. Fakta sosial lainnya yang menjadi penjelas efektifitas kelembagaan tersebut adalah akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung. Tambahan pula fakta sosial penjelas lainnya adalah degradasi kondisi sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung dan kondisi kemiskinan masyarakat nelayan yang menangkap ikan di perairan umum lebak lebung tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif atau postpositivisme. Pendekatan kualitatif dilakukan pada pokok bahasan yang terkait dengan efektifitas kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung dan akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung. Pada pokok bahasan ini studi kualitatif yang dilakukan adalah terkait dengan kelembagan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung pada 2 (dua) periode pemerintahan. Kemudian juga dilakukan pada kondisi akses masyarakat nelayan yang mewakili 2 (dua) periode kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Di lain pihak, pendekatan kuantitatif dilakukan pada pokok bahasan yang terkait dengan degradasi kondisi sumber daya perikanan lelang lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan. Kondisi sumber daya perikanan yang diteliti mewakili 2 (dua) periode kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Sementara survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat nelayan di pedesaan perairan umum lebak lebung dilakukan pada 2 (dua) tahun kegiatan usaha penangkapan ikan, yaitu tahun 2008 dan Kasus yang diteliti adalah kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, dan perubahannya sejak awal terbentuk hingga saat dilakukannya penelitian ini. Kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan yang dipedomani dalam pemanfaatan sumber daya perikanan PULL ini adalah Perda No. 9 Tahun 2005 tentang Lelang Lebak Lebung di wilayah Kabupaten

7 42 OKI, Sumatera Selatan beserta perubahannya. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa penelitian ini memberikan peluang yang sangat kecil bagi peneliti untuk mengontrol atau mempengaruhi gejala atau peristiwa sosial yang diteliti (Yin, 2004). Secara ringkas masing-masing metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan berdasarkan pokok bahasan yang ditetapkan, dikemukakan pada Tabel 2. Tabel 2. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan. Pokok Bahasan Efektifitas kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung. Degradasi kondisi sumber daya perikanan lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan. Alternatif kelembagaan adaptif dalam mengatur pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung. Metode Penelitian Studi kasus kelembagan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung pada 2 periode pemerintahan. Studi kasus kondisi akses masyarakat nelayan yang mewakili 2 periode kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Survey kondisi sumber daya perikanan yang mewakili 2 periode kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Survey pendapatan dan pengeluaran konsumsi rumah tangga masyarakat nelayan di pedesaan perairan umum lebak lebung. Sintesa terhadap hasil analisis pada seluruh pokok bahasan dikaitkan dengan konsep dan teori pengelolaan sumber daya perikanan berkelanjutan dan pengelolaan pola ko-manajemen (Welcomme and Henderson, 1976; Welcomme, 1979;1985; Ilyas et al., 1990; Pomeroy, 1994; Nikijuluw, 1998). Penelitian yang dilakukan juga terkait dengan peristiwa atau gejala kontemporer dalam kehidupan yang rill, yaitu terkait dengan kehidupan masyarakat nelayan yang melaksanakan usaha penangkapan ikan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Dalam hal ini pendapatan dan

8 43 kemiskinan konsumsi rumah tangga masyarakat nelayan merupakan gambaran keterkaitannya terhadap fungsi kelembagaan lelang lebak lebung yang ada dan berlaku saat ini. Disamping itu, untuk mendapatkan data yang terkait dengan kondisi sumber daya perikanan dan pendapatan serta kemiskinan rumah tangga masyarakat nelayan juga dilakukan studi literatur dan survei. 3.4 Lokasi Penelitian dan Unit Analisis Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Propinsi Sumatera Selatan. Lokasi dan unit analisis penelitian dibedakan berdasarkan studi kasus dan survei yang dilakukan untuk memenuhi tujuan penelitian ini. Pada studi kasus yang berkaitan dengan pokok bahasan pertama dan kedua, unit analisis adalah kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung dilakukan dalam wilayah Kabupaten OKI, Sumatera Selatan. Kelembagaan yang dimaksud adalah Peraturan Daerah (Perda) No. 9 Tahun 2005 dan Perda Kabupaten OKI No.9 Tahun 2008 beserta aturan tambahan yang terkait yang diberlakukan dalam wilayah Kabupaten OKI saat ini. Unit analisis yang digunakan berkaitan dengan studi untuk menganalisis pokok bahasan ketiga adalah rumah tangga dengan tujuan melihat keterkaitan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lebak lebung terhadap kondisi sumber daya perikanan PULL, yaitu kondisi sumber daya perikanan di wilayah desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Dalam hal ini dilakukan survei untuk pengumpulan data yang terkait dengan kondisi sumber daya perikanan PULL. Kemudian untuk kemiskinan dilakukan pengumpulan data yang terkait dengan pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat nelayan di desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang. Unit analisis yang berkaitan dengan pokok bahasan keempat adalah wilayah Kabupaten OKI, dengan tujuan melakukan sintesis terhadap analisis yang dihasilkan pada pokok bahasan pertama, kedua dan ketiga kaitannya dengan pengelolaan sumber daya perikanan PULL berkelanjutan dan pengelolaan dengan pengelolaan yang menerapkan pola ko-manajemen.

9 44 Keterangan: = Pusat lokasi penelitian. Gambar 2. Lokasi Penelitian Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Perikanan Lelang Lebak Lebung dan Kemiskinan Nelayan. 3.5 Batas Analisis Ruang lingkup penelitian dapat juga merupakan acuan kerja penelitian. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa ruang lingkup penelitian merupakan salah satu unsur pokok yang perlu dipedomani dalam mengerjakan penelitian yang akan dilaksanakan, bahkan sampai dengan penulisan laporannya (Creswell, 1994). Dengan demikian, akan terdapat petunjuk yang jelas dalam melaksanakan dan melaporkan hasil kegiatan penelitian, termasuk tabulasi dan analisis data. Berdasarkan pertanyaan penelitian dan sesuai dengan kerangka pemikiran penelitian yang telah dikemukakan, maka ruang lingkup penelitian, yang menjadi batas-batas analisis dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut; Pertama, terkait dengan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung yang terjadi sejak awal keberadaannya pada masa pemerintahan Marga hingga saat ini dan keterkaitannya terhadap akses

10 45 masyarakat nelayan dalam memanfaatkan sumber daya perikanan, maka batas analisis dibedakan atas 3 (tiga) periode pemerintahan, yaitu; a. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Marga yaitu pengelolaan lelang lebak yang ada sejak keberadaannya pada masa pemerintahan Marga hingga dihapuskannya system pemerintahan tersebut sekitar tahun tahun b. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kabupaten yaitu pengelolaan lebak lebung yang ada sejak diserahkannya ke pemerintah kabupaten hingga tahun tahun 2008 (menggunakan Perda No. 9 Tahun 2005). c. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan kabupaten yang dimulai dengan adanya pembagian kewenangan pengelolaan pada pemerintah desa dan masyarakat pada sebagian areal perairan umum lebak lebung yang diberlakukan sejak tahun 2009 (menggunakan Perda No. 9 Tahun 2008). Kedua, pengaruh kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung terhadap degradasi kondisi sumber daya perikanan PULL, maka batas analisis dibedakan atas 2 (dua) periode tahun pengamatan yang mewakili 2 (dua) periode pemerintahan yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif apakah terjadi degradasi kondisi sumber daya perikanan. Dua periode pemerintahan tersebut, yaitu; a. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Marga hingga dihapuskannya sistem pemerintahan tersebut sekitar tahun tahun b. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kabupaten sejak 1983 hingga tahun Ketiga, pengaruh kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung terhadap kemiskinan masyarakat nelayan PULL, maka batas analisis dilakukan dengan membandingkan pendapatan rumah tangga dan persentase pengeluaran pangan terhadap total pendapatan rumah tangga masyarakat nelayan.

11 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis data yang diperlukan. Data sekunder diperoleh melalui lembaga ataupun individu (sebagai representasi lembaga) yang terkait dengan topik penelitian ini, yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Pemerintah Kecamatan Sirah Pulau Padang, Desa Berkat dan Kantor Lembaga Adat yang ada di Kabupaten OKI (Kota Kayu Agung). Secara rinci jumlah informan yang digunakan dalam penelitian ini dikemukakan pada Tabel 3. Tabel 3. Sebaran informan pada penelitian kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan. No Nama Lembaga Informan (orang) 1 Kantor Lembaga Adat Marga di Kayu Agung 1 2 Kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) 4 3 Petugas dinas di Kab OKI yang mengetahui informasi tentang lelang lebak lebung di masa pemerintahan 2 Marga. 4 Kantor Pemerintah Kabupaten OKI (Kantor Bupati) yang terkait dengan Panitia Pengawas Lelang. 2 5 Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Resort Kecamatan (KCD) Kecamatan Sirah Pulau Padang. 1 6 Kepala Desa dan perangkat desa, yang terkait dengan pelaksanaan lelang lebak lebung di Desa Berkat, 4 Kecamatan Sirah Pulau Padang 7 Badan Perwakilan Desa, yang terkait dengan pelaksanaan lelang lebak lebung di Desa Berkat. 3 8 Mantan Pasirah, Mantan Kerio, Mantan Pembarab, terkait dengan pengaturan dan pelaksanaan lelang 3 lebak lebung di wilayah Kec. S.P.Padang. 9 Tokoh Masyarakat Desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang 2 10 Pengurus Perkumpulan Tani Nelayan terkait dengan pengaturan dan pelaksanaan lelang lebak lebung di 2 Desa Berkat Kecamatan Sirah Pulau Padang Jumlah Informan 24 Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode wawancara. Wawancara dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat nelayan, petugas pemerintah daerah di berbagai kantor dinas terkait, mantan Kepala Marga

12 47 (Pasirah), petugas di kecamatan dan di kantor Kepala Desa. Termasuk pula didalamnya adalah informan yang dianggap mengetahui keberadaan data dan informasi yang terkait dengan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Responden nelayan yang ditetapkan secara acak (populasi masyarakat nelayan relatif homogen) adalah 32 orang. Daftar responden nelayan didapatkan berdasarkan sensus parsial yang dilakukan Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSE KP) pada tahun Tabel 4. Topik Data Penelitian Kelembagaan Pengelolaan Sumber daya Perikanan Lelang Lebak Lebung dan Kemiskinan Masyarakat Nelayan. Pokok Bahasan Efektifitas kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung. Degradasi kondisi sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan. Alternatif kelembagaan adaptif pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan PULL. Topik Data Aturan terkait lelang lebak lebung, termasuk penanggung jawab lelang, panitia pegawas lelang, panitia pelaksana lelang, peserta pelelangan, penawar lelang, pemenang lelang, penetapan objek lelang, pengumuman lelang, pelaksanaan pelelangan, cara pembayaran, harga standar, pajak (retribusi). Hak dan kewajiban pemenang lelang, pembagian hasil lelang, penyidik, dan sanksi. Upaya konservasi, sistem pengawasan sumber daya perikanan, dan mekanisme penyelesaian konflik. Identifikasi keuntungan dari kepentingan masing-masing aktor. Identifikasi mekanisme masing-masing aktor yang meliputi perolehan, pengendalian, dan pemeliharaan alur dan distribusi keuntungan. Analisis dominasi dan hubungan kekuasaan yang mendasari mekanisme akses yang melibatkan institusiinstitusi dimana keuntungan diperoleh. Produksi ikan dan kelangkaan jenis-jenis ikan PULL serta perubahan ukuran individu jenis-jenis ikan ekonomis penting pada 2 periode yang dibedakan. Perubahan dominasi habitat, perubahan dominasi spesies ikan bernilai ekonomis penting pada 2 periode yang dibedakan. Pendapatan dan pengeluaran rumah tangga yang dikemukakan berdasarkan kelompok pengeluaran konsumsi pangan dan non pangan selama satu tahun; Sintesa terhadap hasil analisis data yang terkait dengan seluruh pokok bahasan dalam hubungannya dengan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum secara berkelanjutan dan penerapan pola pengelolaan ko-manajemen.

13 48 Wawancara dilakukan baik secara terstruktur, maupun tidak terstruktur yang dipandu dengan kuesioner dan topik data sesuai dengan pokok bahasan yang dikemukakan dalam penelitian ini. Berdasarkan pengelompokan data yang dikumpulkan, maka beberapa metode digunakan agar data yang terkumpul didapatkan secara benar. Ringkasan topik data yang diteliti berdasarkan pokok bahasan penelitian, dikemukakan pada Tabel 4. Dalam kaitannya dengan kemiskinan masyarakat nelayan dikumpulkan data pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat nelayan pada tahun 2008 dan 2009 di desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang. Dalam hal ini dilakukan survei terstruktur yang dipandu kuesioner. Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan yang terkait dengan pendapatan usaha penangkapan ikan dan pengeluaran rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat nelayan. Desa ini dipilih menggunakan kriteria bahwa desa tersebut dapat mewakili ekosistem perairan umum lebak lebung di wilayah Kabupaten OKI, baik ekosistem sungai, lebak lebung dan rawa kesemuanya ada dalam satu wilayah perairan umum lebak lebung Mentate III yang berada di wilayah desa tersebut. 3.7 Metode Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Analisis data kualitatif merupakan penelusuran terhadap pernyataan-pernyataan umum tentang hubungan antar berbagai kategori data, untuk membangun teori substantif yang berasal dari data yang tersedia (Marshall dan Rossman, 1989). Hal ini sejalan dengan pendapat Patton (1990), yang menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisirnya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Oleh karena itu, pekerjaan menganalisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan, data yang didapat berdasarkan keperluan yang terkait dengan pertanyaan penelitian, dan kemudian diinterpretasikan serta dikemukakan dalam deskripsi analisis. Berkaitan dengan permasalahan validitas internal dalam penelitian kualitatif, maka agar hasil penelitian ini dapat diyakini sebagai sebuah kebenaran, dan dapat dipercaya (sekalipun derajat kebenaran dalam penelitian kualitatif tidak dapat ditetapkan secara pasti), maka peneliti akan menerapkan prinsip

14 49 pengamatan berulang, mempertimbangkan masukan sumber data dan informasi, sebagaimana dimaksudkan oleh Moleong (2004). Pada tahap akhir, hasil penelitian diverifikasi kepada subjek penelitian dan pihak-pihak terkait dalam pengumpulan data penelitian ini. Verifikasi dilakukan melalui kegiatan diskusi kelompok terarah (focus group discussion; FGD). Kegiatan FGD dilakukan di aula Kantor Kepala Desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Verifikasi data yang dilakukan menghadirkan perwakilan dari berbagai sumber data, termasuk masyarakat nelayan, kepala desa, dan lembaga terkait lainnya. Sebagai informasi tambahan bahwa peneliti pernah tinggal dan bermukim di pemukiman masyarakat nelayan di perairan umum Lubuk Lampam, Kecamatan Pedamaran, Kab. OKI selama kurang lebih satu tahun pada periode tahun dan penulis dapat menggunakan bahasa daerah setempat. Khusus untuk desa Berkat sudah diteliti oleh penulis sejak tahun 2006 hingga saat ini, dan berfungsi sebagai laboratorium lapang kantor penulis (Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan). Kemudian sejak tahun 1989 hingga saat ini penulis aktif melaksanakan kegiatan penelitian di bidang sosial budaya dan kelembagaan di wilayah perairan umum lainnya di Indonesia, terutama Propinsi Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Papua Barat. 3.8 Batasan Operasional Penelitian Pada batasan operasional penelitian dikemukakan definisi, pengertian maupun konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa batasan operasional yang dimaksud adalah sebagai berikut: a) Konsep kelembagaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelembagaan sebagai tata kelola dan organisasi yang merupakan suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan adat-istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting. Dalam hal ini, mengatur hubungan teknis dan sosial antar dan intra komunitas nelayan, pemerintah daerah dan

15 50 swasta (pemilik modal), yang didasarkan suatu aturan main dalam bentuk peraturan lelang lebak lebung. b) Perubahan kelembagaan yang dimaksudkan dalam penelitian adalah perubahan dalam kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan PULL yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) periode yaitu; 1. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Marga hingga dihapuskannya sistem pemerintahan tersebut sekitar tahun tahun Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan Kabupaten yaitu sejak tahun 1983 hingga tahun tahun 2008 (menggunakan Perda No. 9 Tahun 2005). 3. Pengelolaan yang dilakukan pada masa pemerintahan kabupaten yang dimulai dengan adanya pembagian kewenangan pengelolaan pada pemerintah desa dan masyarakat pada sebagian areal perairan umum lebak lebung yang diberlakukan sejak tahun 2009 hingga sekarang (menggunakan Perda No. 9 Tahun 2008). c) Kondisi sumber daya perikanan PULL yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kondisi sumber daya perikanan PULL yang ditunjukkan dengan beberapa variabel yang diamati yaitu perubahan produktivitas perairan per satuan luas, produktivitas ikan hasil tangkapan per upaya yang dilakukan, kelangkaan suatu jenis ikan, perubahan kualitas lingkungan PULL, dan lainlain sesuai dengan ketersediaan data yang tercakup dalam wilayah kabupaten OKI. d) Kemiskinan masyarakat nelayan adalah kondisi yang digambarkan dari pendapatan dan pengeluaran rumah tangga masyarakat nelayan pada tahun 2008 dan Masyarakat nelayan yang dijadikan contoh kasus adalah masyarakat nelayan di desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir (Kab. OKI), Sumatera Selatan. 3.9 Ikhtisar Pada prinsipnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah suatu konsep yang seyogyanya digunakan sebagai dasar filosofis dalam mengisi kelembagaan

16 51 pengelolaan sumber daya perikanan PULL di Sumatera Selatan. Permasalahan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup (termasuk sumber daya perikanan PULL) adalah permasalahan yang menyangkut semua anggota masyarakat dan masa depan yang panjang. Dalam penelitian ini digunakan kerangka analisis kelembagaan yang didasarkan atas prinsip pembangunan perikanan berkelanjutan. Pemerintahan dikategorikan baik jika sumber-sumber daya dan masalah-masalah sosial dapat dikelola secara efektif dan efisien, melalui suatu kelembagaan yang menjamin kepentingan semua para pemangku kepentingan. Penelitian ini merupakan penelitian sosiologi dengan bidang kajian kelembagaan, sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung (PULL) dan masyarakat nelayan. Kasus penelitian ini yaitu kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, dan perubahannya sejak awal terbentuk hingga saat dilakukannya penelitian ini. Kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan yang dipedomani dalam pemanfaatan sumber daya perikanan PULL ini adalah Perda No. 9 Tahun 2005 tentang Lelang Lebak Lebung di wilayah Kabupaten OKI, Sumatera Selatan beserta perubahan dan keterkaitannya. Pengumpulan data dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan jenis data yang diperlukan. Data sekunder diperoleh melalui lembaga ataupun individu (sebagai representasi lembaga) yang terkait dengan topik penelitian ini, yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Pemerintah Kecamatan Sirah Pulau Padang, Desa Berkat dan Kantor Lembaga Adat yang ada di Kabupaten OKI (Kota Kayu Agung). Pengumpulan data primer dilakukan melalui metode wawancara. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dari masyarakat nelayan, petugas pemerintah daerah di berbagai kantor dinas terkait, mantan Kepala Marga (Pasirah), petugas di kecamatan dan di kantor Kepala Desa. Termasuk pula didalamnya adalah informan yang dianggap mengetahui keberadaan data dan informasi yang terkait dengan kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung. Wawancara dilakukan baik secara terstruktur, maupun tidak terstruktur yang akan dipandu dengan

17 52 kuesioner dan topik data sesuai dengan pokok bahasan yang dikemukakan dalam penelitian ini. Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif. Pekerjaan menganalisis data adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, dan mengkategorikan, data yang didapat berdasarkan keperluan yang terkait dengan pertanyaan penelitian, dan kemudian diinterpretasikan serta dikemukakan dalam deskripsi analisis. Berkaitan dengan permasalahan validitas internal dalam penelitian kualitatif, maka agar hasil penelitian ini dapat diyakini sebagai sebuah kebenaran, dan dapat dipercaya (sekalipun derajat kebenaran dalam penelitian kualitatif tidak dapat ditetapkan secara pasti), maka peneliti akan menerapkan prinsip pengamatan berulang, mempertimbangkan masukan sumber data dan informasi. Pada tahap akhir, hasil penelitian diverifikasi kepada subjek penelitian dan pihakpihak terkait dalam pengumpulan data penelitian ini.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan umum sungai dan rawa adalah perairan umum air tawar yang memiliki ciri spesifik, yang berbeda dengan perairan umum air tawar lainnya. Perairan umum sungai dan

Lebih terperinci

VIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG

VIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG 126 VIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG 8.1 Pembelajaran Dari Sistem Lelang Lebak Lebung Berdasarkan data dan informasi yang didapatkan

Lebih terperinci

VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG

VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG 101 VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG Akses dapat bermakna sebagai kemampuan dan karena itu permasalahan akses dapat dilihat dalam tatanan hubungan

Lebih terperinci

V. EFEKTIFITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN LELANG LEBAK LEBUNG,

V. EFEKTIFITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN LELANG LEBAK LEBUNG, 77 V. EFEKTIFITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN LELANG LEBAK LEBUNG, Efektifitas kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung dalam hal ini dikemukakan dalam bentuk

Lebih terperinci

VII. DEGRADASI KONDISI SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG DAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN

VII. DEGRADASI KONDISI SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG DAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN 112 VII. DEGRADASI KONDISI SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG DAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN Degradasi sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Salinan Peraturan Desa Berkat No. 01 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lebak, Lebung dan Sungai yang Tidak Dilelang.

Lampiran 1. Salinan Peraturan Desa Berkat No. 01 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lebak, Lebung dan Sungai yang Tidak Dilelang. 155 Lampiran 1. Salinan Peraturan Desa Berkat No. 01 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lebak, Lebung dan Sungai yang Tidak Dilelang. PERATURAN DESA DESA BERKAT, KECAMATAN SIRAH PULAU PADANG, KABUPATEN OGAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian METODE PENELITIAN Penelitian ini akan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam terhadap fenomena strategi nafkah rumah tangga miskin dan pilihan strategi nafkah yang akan dijalankannya. Penelitian

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 5,8 juta km 2 (Dahuri et al. 2002).

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan telah menjadi komitmen masyarakat dunia. Pada saat ini, beberapa negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia, telah menerima konsep

Lebih terperinci

Nama WAKATOBI diambil dengan merangkum nama. ngi- wangi, Kaledupa. dan Binongko

Nama WAKATOBI diambil dengan merangkum nama. ngi- wangi, Kaledupa. dan Binongko OU MATAHORA BANK IKAN UNTUK PERIKANAN BERKELANJUTAN DI DESA MATAHORA KECAMATAN WANGI-WANGI SELATAN KABUPATEN WAKATOBI Oleh : Anggun Ciputri Pratami (8220) Dian Ekawati (8224) Musriani (8242) SMA Negeri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan untuk menelusuri lebih jauh alur sejarah desa, pola pemanfaatan

Lebih terperinci

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian. BAB III METODA PENELITIAN 3.. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Agustus 20. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Luwu, di 7 (tujuh) kecamatan yaitu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesisir dan laut Indonesia merupakan wilayah dengan potensi keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Sumberdaya pesisir berperan penting dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 51 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teori Selama ini, pengelolaan sumberdaya perikanan cenderung berorientasi pada pertumbuhan ekonomi semata dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara besar-besaran

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL PENGEMBANGAN INOVASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN WADUK DAN SITU DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN NELAYAN

LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL PENGEMBANGAN INOVASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN WADUK DAN SITU DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN NELAYAN LAPORAN AKHIR TAHUN MODEL PENGEMBANGAN INOVASI KELEMBAGAAN PENGELOLAAN WADUK DAN SITU DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN NELAYAN TIM PENELITI : Dr. Asnawi Risna Yusuf, M.Si Ir. Zahri

Lebih terperinci

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan tempat dilatarbelakangi oleh tujuan penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data untuk memperoleh pemahaman

Lebih terperinci

PERDA KABUPATEN KAYONG UTARA NO.1, LD.2011/NO.1 SETDA KABUPATEN KAYONG UTARA : 22 HLM

PERDA KABUPATEN KAYONG UTARA NO.1, LD.2011/NO.1 SETDA KABUPATEN KAYONG UTARA : 22 HLM BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN PERDA KABUPATEN KAYONG UTARA NO.1, LD./NO.1 SETDA KABUPATEN KAYONG UTARA : 22 HLM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA BANGUNAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Sinar Resmi, Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan C1 Penentuan Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan Dwi Putri Heritasari dan Rulli Pratiwi Setiawan Perencanaan Wilayah dan Kota,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman mendalam tentang strategi yang dirumuskan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Pacitan dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan subsektor perikanan tangkap semakin penting dalam perekonomian nasional. Berdasarkan data BPS, kontribusi sektor perikanan dalam PDB kelompok pertanian tahun

Lebih terperinci

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah yang memberikan kontribusi produksi perikanan yang sangat besar dan tempat aktivitas manusia paling banyak dilakukan; bahkan menurut

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN BA B PENDAHULUAN I 1.1. Latar Belakang Sebagai bangsa yang besar dengan kekayaan potensi sumber daya alam yang luar biasa, sebenarnya Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi pelaku ekonomi

Lebih terperinci

3. METODOLOGI ' ' ' ' ' Tg. Gosong. Dongkalang ' ' ' ' '

3. METODOLOGI ' ' ' ' ' Tg. Gosong. Dongkalang ' ' ' ' ' 3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Pasi, tepatnya di Desa Bontolebang, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan dengan fokus pada proses

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DESA BANGSAL KECAMATAN PAMPANGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DESA BANGSAL KECAMATAN PAMPANGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DESA BANGSAL KECAMATAN PAMPANGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LEBAK LEBUNG DAN SUNGAI DALAM DESA BANGSAL DESA BANGSAL KECAMATAN PAMPANGAN KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN

SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN 2016/08/11 07:58 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN OKI (11/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Penyuluhan merupakan bagian dari upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata bergerak dari tiga aktor utama, yaitu masyarakat (komunitas

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata bergerak dari tiga aktor utama, yaitu masyarakat (komunitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata bergerak dari tiga aktor utama, yaitu masyarakat (komunitas lokal) yang berperan sebagai informal business unit, sektor swasta sebagai formal business unit,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESA

II. TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESA 11 II. TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESA 2.1 Konsep, Fungsi dan Pengembangan Kelembagaan Istilah kelembagaan merupakan terjemahan dari kata institution yang terdapat dalam setiap kehidupan masyarakat, baik

Lebih terperinci

[Type the document subtitle]

[Type the document subtitle] PENGAKUAN KEBERADAAN KEARIFAN LOKAL LUBUK LARANGAN INDARUNG, KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU DALAM PENGELOLAAN DAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP [Type the document subtitle] Suhana 7/24/2008 PENGAKUAN

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 29 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lokasi pencadangan pembangunan HTR di Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang yang secara administratif terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 25 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kampung Saporkren, Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat (lampiran satu). Penentuan lokasi penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Masalah utama dalam upaya mempertahankan dan mengembangkan lahan pertanian adalah penurunan kualitas lahan dan air. Lahan dan air merupakan sumber daya pertanian yang memiliki peran

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu

METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Lokasi dan Waktu METODE KAJIAN Sifat dan Tipe Kajian Komunitas Rancangan penelitian yang dilakukan dalam melakukan kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Kulango Kabupaten Buol Provinsi Sulawesi Tengah. Dengan judul penelitian Kajian bentuk dan makna simbolik

Lebih terperinci

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2 KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN Pertemuan 2 BERBAGAI KESATUAN HIDUP 1. Keluarga 2. Golongan/ kelompok 3. Masyarakat INDIVIDU Sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, satuan terkecil dan terbatas Individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas laut dan jumlah pulau yang besar. Panjang garis pantai Indonesia mencapai 104.000 km dengan jumlah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU 1 PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGAWASAN KONSERVASI SUMBER DAYA IKAN DI PERAIRAN UMUM KABUPATEN KAPUAS HULU DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam dan alur sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan data sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Strategi Kajian Batas-batas kajian atau penelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005) terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 29 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuntitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif dengan menggunakan survei melalui instrumen kuesioner untuk mengetahui

Lebih terperinci

Perkembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Perairan Umum Lebak Lebung

Perkembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Perairan Umum Lebak Lebung ISSN : 1978-4333, Vol. 02, No. 02 6 Perkembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Perairan Umum Lebak Lebung Zahri Nasution 1 Ringkasan Keterbatasan analisis ekonomi (parsial dan ahistoris) yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian ilmiah yang dimaksudkan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian ilmiah yang dimaksudkan untuk 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini diarahkan untuk memahami dan mengeksplorasi lebih dalam bagaimana istri mengatasi masalah pasca kematian suami. Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem di wilayah pesisir yang kompleks, unik dan indah serta mempunyai fungsi biologi, ekologi dan ekonomi. Dari fungsi-fungsi tersebut,

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lebak 2005-2025 disusun dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah yang diharapkan dapat dicapai pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Desentralisasi sebagai suatu fenomena yang bertujuan untuk membawa kepada penguatan komunitas pada satuan-satuan pembangunan terkecil kini sudah dicanangkan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola setiap sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN LAPORAN TEKNIS JUDUL PENELITIAN EVALUASI DAMPAK INDUSTRIALISASI PERIKANAN PADA KAWASAN MINAPOLITAN UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN (Perairan Umum Daratan) Tim Penelitian : Zahri Nasution

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Tabel 1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung

METODE KAJIAN. Tabel 1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat di Kelurahan Campaka Kecamatan Andir Kota Bandung METODE KAJIAN Kajian pengembangan masyarakat ini dilaksanakan di kelurahan Campaka kecamatan Andir kota Bandung dengan pertimbangan Kelurahan Campaka merupakan kelurahan yang telah tersentuh program-program

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di wilayah adminsitratif Provinsi Riau (Gambar 3.1). Penelitian dilaksanakan pada tahun 2005 hingga tahun 2007.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan dalam memperoleh data, jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

KONDISI WILAYAH DAN KEBIJAKAN NASIONAL

KONDISI WILAYAH DAN KEBIJAKAN NASIONAL 53 IV. KONDISI WILAYAH DAN KEBIJAKAN NASIONAL 4.1 Kondisi Geografi dan Demografi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) memiliki luas 19.023,47 km 2 dengan kepadatan penduduk sekitar 35 jiwa/km 2. Kabupaten

Lebih terperinci

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE

11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 257 11 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS KEBERLANJUTAN KOTA TERNATE 11.1 Pendahuluan Perikanan tangkap merupakan salah satu aktivitas ekonomi yang sangat kompleks, sehingga tantangan untuk memelihara

Lebih terperinci

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian

METODE KAJIAN. Proses dan Metode Kajian 23 METODE KAJIAN Proses dan Metode Kajian Tahap Proses Kajian. Kegiatan Kajian dilaksanakan melalui tiga tahap. Tahap pertama, Praktek Lapangan I dilaksanakan di Gampong Telaga Tujuh pada tanggal 26 Desember

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menilai keberhasilan pembangunan dan upaya memperkuat daya saing ekonomi daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan pemanfaatan lahan antara masyarakat adat dan pemerintah merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Salah satu kasus yang terjadi yakni penolakan Rancangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 88 I. PENDAHULUAN Kawasan pesisir memerlukan perlindungan dan pengelolaan yang tepat dan terarah. Keseimbangan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan hidup menjadi tujuan akhir yang berkelanjutan. Telah

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN MERANTI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian tentang Ketahanan pangan yang mendukung perubahan lingkungan di komunitas RW. 10 Kelurahan Leuwigajah, Kampung Adat Cireundeu menggunakan metode penelitian kualitatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN AKHIR 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kabupaten Jayapura Tahun 2013-2017 merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah yang harus ada dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 33 METODOLOGI Lokasi Penelitian Penelitian mengenai Rencana Penataan Lanskap Kompleks Candi Muara Takus sebagai Kawasan Wisata Sejarah dilakukan di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang banyak memiliki wilayah perbatasan dengan negara lain yang berada di kawasan laut dan darat. Perbatasan laut Indonesia berbatasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (survey). Pendekatan kualitatif menekankan pada proses-proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki 18 306 pulau dengan garis pantai sepanjang 106 000 km (Sulistiyo 2002). Ini merupakan kawasan pesisir terpanjang kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia yang merupakan negara kepulauan (17.508 pulau) dan merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki garis pantai terpanjang kedua setelah Brasil.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertambahan penduduk yang tinggi banyak terjadi di negara berkembang seperti Indonesia, telah menghabiskan surplus sumberdaya alam yang diperuntukkan bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan data sebagaimana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

I. PENDAHULUAN. Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era desentralisasi pasca disahkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 (UU RI No. 22 Tahun 1999) yang kemudian lebih disempurnakan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata 6 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Pariwisata merupakan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN ! III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Kenagarian IV Koto Palembayan, Sumatera Barat. Kenagarian ini termasuk ke dalam tipe ke-2 yaitu satu nagari yang terpecah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang makhluk hidup lain sebagai bagian dari komunitas hidup. Semua spesies hidup memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian Metode penelitian dilakukan melalui analisis deskriptif, yaitu suatu metode pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Analisis deskriptif ini dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG LELANG LEBAK LEBUNG KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG LELANG LEBAK LEBUNG KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG LELANG LEBAK LEBUNG KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN, Menimbang : a. b. bahwa dalam

Lebih terperinci

commit to user BAB III METODE PENELITIAN

commit to user BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini masuk ke dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan menggunakan data empiris. (Masyhuri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam upaya melaksanakan konsep pembangunan yang berkelanjutan maka pada Repelita VI pemerintah Indonesia menyisihkan 10% dari ekosistem yang masih utuh untuk dijadikan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang besar dan memiliki berbagai potensi sumber daya baik nasional maupun aras lokal. Sumberdaya tersebut semestinya harus dikelola secara bijak

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKE HOLDER) WADUK SEMPOR DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN YANG BERKELANJUTAN. Fuquh Rahmat Shaleh*

ANALISIS PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKE HOLDER) WADUK SEMPOR DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN YANG BERKELANJUTAN. Fuquh Rahmat Shaleh* ANALISIS PEMANGKU KEPENTINGAN (STAKE HOLDER) WADUK SEMPOR DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERAIRAN YANG BERKELANJUTAN Fuquh Rahmat Shaleh* Fakultas Perikanan Universitas Islam Lamongan Jl. Veteran no. 53A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian

PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian PENDEKATAN LAPANG Strategi Penelitian Penelitian tentang karakteristik organisasi petani dalam tesis ini sebelumnya telah didahului oleh penelitian untuk menentukan klasifikasi organisasi petani yang ada

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL

ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL ANALISIS KETERKAITAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG DENGAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN TRADISIONAL (Studi Kasus Kelurahan Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Propinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2

KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN. Pertemuan 2 KONSEP DASAR SOSIOLOGI PERDESAAN Pertemuan 2 BERBAGAI KESATUAN HIDUP 1. Individu 2. Keluarga 3. Golongan/ kelompok 4. Masyarakat INDIVIDU Sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, satuan terkecil dan

Lebih terperinci

BAB IV DISKUSI TEORITIK

BAB IV DISKUSI TEORITIK BAB IV DISKUSI TEORITIK Teori yang digunakan dalam analisa ini bermaksud untuk memahami apakah yang menjadi alasan para buruh petani garam luar Kecamatan Pakalmelakukan migrasi ke Kecamatan Pakal, Kota

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah. Hasil penting

RINGKASAN EKSEKUTIF. Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah. Hasil penting RINGKASAN EKSEKUTIF Survei Tenaga Kesehatan Papua: Hasil penelitian di empat daerah Pada saat pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1968, puskesmas berfungsi sebagai

Lebih terperinci

Strategi Kependudukan Sebagai Landasan Rencana Pembangunan BAB I PENDAHULUAN

Strategi Kependudukan Sebagai Landasan Rencana Pembangunan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya

Lebih terperinci

TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara.

TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara. REALISASI PENDAPATAN PAJAK REKLAME DALAM PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 1998 DI KABUPATEN WONOGIRI (Studi Kasus Di Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Wonogiri) TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci