HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambaran Umum Wilayah Penelitian"

Transkripsi

1 49 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian Letak Geografi Kabupaten Kebumen terletak pada 7,27 0 7,50 0 Lintang Selatan dan 109, ,50 0 Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Kebumen meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banjarnegara dan Wonosobo, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Purworejo. Kabupaten Kebumen terdiri atas 26 kecamatan, yang terbagi atas 449 desa dan 11 kelurahan dengan jumlah Rukun Warga (RW) sebanyak dan Rukun Tetangga (RT). Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kebumen (Distannak Kabupaten Kebumen, 2011). Berdasarkan administratifnya lokasi penelitian meliputi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Buayan, Rowokele, dan Ayah, dengan pertimbangan berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen bahwa pada tiga kecamatan tersebut terdapat empat kelas kemampuan kelompok tani yang masih aktif. Kecamatan Buayan terdiri dari 20 desa dan 96 kelompok tani dengan rincian 57 kelompok tani kelas Pemula, 29 kelompok tani kelas Lanjut, 9 kelompok tani kelas Madya dan 1 kelompok tani kelas Utama. Kecamatan Rowokele terdiri dari 11 desa dan 80 kelompok tani dengan rincian 56 kelompok tani kelas Pemula, 16 kelompok tani kelas Lanjut, 7 kelompok tani kelas Madya dan 1 kelompok tani kelas Utama. Kecamatan Ayah terdiri dari 18 desa dan 96 kelompok tani dengan rincian 52 kelompok tani kelas Pemula, 31 kelompok tani kelas Lanjut, 12 kelompok tani kelas Madya dan 1 kelompok tani kelas Utama. Topografi Wilayah Topografi wilayah Kabupaten kebumen bervariasi mulai dari pantai dataran rendah, perbukitan, sampai dataran tinggi dengan ketinggian berkisar m dpl. Berdasarkan strata tanah, Kabupaten Kebumen terbagi atas 3 strata yaitu: strata pantai di bagian selatan merupakan sentra padi gogo, palawija, kedele, jagung, dan kacang tanah, hortikultura semangka, kelapa, peternakan sapi serta nelayan. Strata dataran rendah di bagian tengah mulai dari perbatasan Purworejo sampai dengan Cilacap, Banyumas, dengan komoditas utama adalah padi sawah, kedele dan kacang hijau serta mangga dan kelapa. Strata pegunungan di bagian utara yang berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara, pengembangan tanaman terdiri dari komoditas tanaman perkebunan (cengkeh, lada, nilam, tembakau), serta tanaman komoditi kehutanan, peternakan dan perikanan darat. Berdasarkan jenis tanahnya, Kabupaten Kebumen terdiri atas 3 bagian, yaitu: bagian selatan meliputi Kecamatan Mirit, Ambal, Klirong, Petanahan, dan Puring merupakan tanah berstruktur pasir, regosol kelabu kecoklatan yang Bagian tengah meliputi Kecamatan Prembun, Kutowinangun, Kebumen,

2 50 Pejagoan, Adimulyo, Sruweng, Karanganyar, dan Gombong, jenis tanahnya Aluvial Hidromorf, Asosiasi Gley humus rendah, dan Aluvial Kelabu. Bagian utara/urut gunung dengan jenis tanah podzolik merah kuning dan meliputi Kecamatan Padureso, Alian, Sadang, Karanggayam, Sempor, Rowokele, dan Ayah. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis tanah menentukan jenis komoditas utama yang diusahakan oleh petani (Distannak Kabupaten Kebumen 2011). Jenis tanah ini menentukan komoditas yang diusahakan oleh petani. Pola Usahatani Pola usahatani di Kabupaten Kebumen keadaannya sangat beragam sesuai kondisi ekosistem dan agroklimat setempat. Pada lahan basah terbagi atas 3 kategori yaitu sawah berpengairan teknis, ½ teknis dan tadah hujan. Sedangkan untuk lahan kering terbagi atas lahan kering daerah datar/pantai dan lahan kering daerah pegunungan. Pola usahatani secara rinci adalah sebagai berikut (Distannak Kabupaten Kebumen, 2011): (a) Pola usahatani lahan basah/sawah berpengairan meliputi musim tanam I pada bulan Oktober s/d Februari usahatani padi sawah, musim tanam II pada bulan Maret s/d Juni usahatani padi sawah dan musim tanam III pada bulan Juli s/d September usahatani palawija kedele, kacang hijau, dan jagung. (b) Pola usahatani lahan tadah hujan. Musim tanam I (November s/d Maret) usahatani padi sawah, musim tanam II (April s/d Juli ) usahatani palawija, musim tanam III (Agustus s/d September) usahatani sayuran, tetapi hanya sebagian kecil. (c) Pola tanam lahan urut gunung meliputi musim tanam I (Oktober s/d Februari) usahatani padi gogo, jagung, kedele, ketela pohon,. Musim tanam II (Maret s/d September) usahatani palawija dan sayuran, tetapi hanya sebagian kecil. Penduduk Penduduk Kabupaten Kebumen berjumlah jiwa, terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan usia produktif (15-64 tahun) dan tidak produktif (0-14 tahun dan > 65 tahun), penduduk Kabupaten Kebumen terdiri dari jiwa usia produktif, dan jiwa usia tidak produktif (BPS Kabupaten Kebumen, 2009). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia produktif jumlahnya lebih banyak dibanding usia tidak produktif yaitu selisih jiwa atau 23,81 persen. Berdasarkan tingkat pendidikan formal, penduduk Kabupaten Kebumen terdiri dari orang tidak/belum tamat SD, orang tamat SD, orang tamat SLTP, orang tamat SLTA, 11,568 orang tamat akademi, orang tamat sarjana (BPS Kabupaten Kebumen, 2009). Data ini menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Kebumen (30,14 persen) memiliki tingkat pendidikan formal tamat SD.

3 Sarana Prasarana Panjang jalan di Kabupaten Kebumen ada 610,20 km. Apabila dilihat dari jenis permukaannya maka dari jumlah tersebut 518,39 km merupakan jalan yang sudah diaspal dan 60,58 km merupakan jalan yang sudah diperkeras dengan kerikil, sisanya 31,23 km merupakan jalan tanah. Dilihat dari kondisi jalannya, 480,51 km kondisi jalannya baik, jalan yang kondisinya sedang 89,69 km, dan sisanya yang 40,00 km dalam kondisi rusak (BPS Kabupaten Kebumen 2009). Kelembagaan formal dan informal Kelembagaan di Kabupaten Kebumen terdiri dari kelembagaan formal dan informal. Kelembagaan formal terdiri dari: Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT). Kelembagaan informal Kelompok Tani sebanyak kelompok tani. Adapun kelembagaan penunjang yang terkait dengan kegiatan penyuluhan meliputi : 23 Koperasi Unit Desa, 116 Koperasi Tani, 353 Tempat Pelayanan Koperasi/TPK, 271 Kios Saprotan, 45 Kios Sapronak, BRI Unit Desa (31 unit), Regu Pengendali Hama/RPH (12 regu), Perguruan tinggi (3 unit), Pasar umum (73 unit), Poultry shop (9 unit), Sentra Pelayanan IB (11 unit), dan 8 buah distributor pupuk (Distannak Kabupaten Kebumen 2011). Perilaku berkelompok Sesuai dengan kepentingannya, kelompok dapat memiliki berbagai fungsi. Kedalam (internal), kelompok dapat berfungsi sebagai alat bagi pembentukan nilai dan perilaku yang diharapkan pada diri anggotanya. Sedangkan keluar, kelompok dapat menjadi alat untuk memperbaiki masyarakat luas yang menjadi sistem eksternalnya. Secara internal, Colley (1909) diacu dalam Suharno (2009) membuktikan pengaruh kelompok terhadap anggotanya, yaitu adanya peningkatan perasaan solidaritas dan integritas anggota dalam kelompok, sehingga peranan kelompok ( kita ) menjadi lebih besar daripada peranan subkelompok ( kami ) dan individu anggotanya ( saya ). Hartford (1971) diacu dalam Suharno (2009) menunjukkan bukti pengaruh kelompok keluar sistemnya, yaitu penggunaan kelompok untuk memperbaiki masyarakat. Kelompok kecil dapat menjadi jembatan penghubung antara individu dengan organisasi yang lebih besar, kemudian dapat mengatur dan merubah organisasi yang lebih besar atau masyarakat di luar kelompok tersebut. Kelompok tani sebagai bagian dari kelompok sosial yang lebih luas (masyarakat) memiliki pengertian sebagai kumpulan petani, peternak dan pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Pengertian ini memberikan ciri-ciri yang ada pada sebuah kelompok tani, yaitu: (1) saling mengenal, akrab dan saling percaya diantara sesama anggota, (2) mempunyai pandangan dan kepentingan yang sama dalam berusahatani, (3) memiliki kesamaan dalam tradisi dan atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi maupun sosial, bahasa, pendidikan dan ekologi, serta (4) ada pembagian tugas dan tanggung jawab sesama anggota berdasarkan kesepakatan bersama. Ditengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, tantangan dan tuntutan terhadap fungsi kelompok tani juga semakin meningkat. 51

4 52 Kelompok tani saat ini dan kedepan diharapkan dapat berfungsi sebagai unit belajar, unit usaha, unit kerjasama, dan unit percontohan atau unit informasi dan teknologi. Melalui pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut, diharapkan kelompok tani tidak lagi terlalu bergantung pada bantuan pemerintah atau pihak-pihak lain selain atas dasar kerjasama yang saling menguntungkan. Review Kelompok Tani di Kabupaten Kebumen Berdasarkan data kelembagaan petani Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kebumen memiliki jumlah kelompok tani terbanyak kedua setelah Kabupaten Magelang (Setbakorluh Provinsi Jawa Tengah 2011). Jumlah kelompok tani di Kabupaten Kebumen sebanyak kelompok tani yang tersebar di 26 kecamatan. Berdasarkan klasifikasi kelas kemampuan kelompok tani, kelompok tani diklasifikasikan kedalam empat kelas yaitu kelas Pemula, Lanjut, Madya, dan Utama. Komposisi kelompok tani di Kabupaten Kebumen berdasarkan kelas kamampuannya terdiri dari: 636 kelompok tani kelas Pemula (32,89 persen), kelompok tani kelas Lanjut (54,08 persen), 235 kelompok tani kelas Madya (12,15 persen), dan 17 kelompok tani kelas Utama (0,88 persen) (Distannak Kabupaten Kebumen, 2012). Data tersebut menunjukkan sebagian besar kelompok tani (1.682 kelompok tani atau sebesar 86,97%) masih merupakan kelompok tani kelas Pemula dan Lanjut. Hal ini mencerminkan bahwa kelompok tani yang ada belum berfungsi efektif sebagai media interaksi petani dalam meningkatkan kesejahteraannya. Tabel 8 menunjukkan jumlah kelompok tani di Kabupaten Kebumen sampai dengan Juni 2012 sebanyak kelompok dengan komoditas utama adalah padi. Kelompok tani yang selama ini tumbuh terkonsentrasi di 10 (sepuluh) kecamatan yaitu Kecamatan Puring (112 kelompok tani), Ambal (112 kelompok tani), Ayah (96 kelompok tani), Buayan (96 kelompok tani), Sempor (96 kelompok tani), Petanahan (96 kelompok tani), Sruweng (96 kelompok tani), Alian (87 kelompok tani), Karang Gayam (86 kelompok tani) dan Rowokele (80 kelompok tani). Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen kecamatan yang memiliki empat kelas kemampuan kelompok tani yang masih aktif dan dapat dapat mewakili kondisi Kabupaten Kebumen adalah Kecamatan Buayan, Rowokele, dan Ayah sehingga ketiga kecamatan tersebut dipilih sebagai lokasi penelitian.

5 53 Tabel 8 Distribusi kelompok tani di Kabupaten Kebumen (data s/d Juni 2012) No. Kecamatan Jumlah kelompok tani Komoditas utama 1. Ayah 96 Padi 2. Rowokele 80 Padi 3. Buayan 96 Padi 4. Gombong 48 Padi 5. Sempor 96 Padi 6. Puring 112 Padi 7. Petanahan 96 Padi 8. Klirong 80 Padi 9. Adimulyo 80 Padi 10. Karang Anyar 48 Padi 11. Karang Gayam 86 Padi 12. Sruweng 96 Padi 13. Pejagoan 64 Padi 14. Kebumen 80 Padi 15. Karang Sambung 80 Padi 16. Sadang 40 Padi 17. Bulus Pesantren 80 Padi 18. Ambal 112 Padi 19. Mirit 76 Padi 20. Bonorowo 36 Padi 21. Prembun 48 Padi 22. Padureso 48 Padi 23. Poncowarno 41 Padi 24. Kutowinangun 64 Padi 25. Alian 87 Padi 26 Kuwarasan 64 Padi Jumlah Sumber: Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen (2012) Berdasarkan data keadaan umum kelompok tani di lokasi penelitian, menunjukkan bahwa kelompok tani Kelas Madya dan Utama berdiri antara tahun 1978 sampai 1984, sedangkan kelompok tani Kelas Pemula dan Lanjut berdiri antara tahun 2006 hingga Kelompok tani Kelas Pemula dan Lanjut merupakan kelompok tani yang relatif baru terbentuk. Jumlah anggota kelompok terbesar merupakan kelompok tani Kelas Pemula dan Lanjut sebanyak 45 orang, sedangkan kelompok tani yang memiliki jumlah anggota terkecil merupakan kelompok tani Kelas Utama yaitu sebanyak 27 orang. Jumlah anggota kelompok tani akan menentukan kemampuan ketua kelompok tani dalam memobilisasi sumberdaya yang dimiliki guna mengatasi permasalahan yang ada, memenuhi kepentingan atau tujuan kelompok. Keadaan umum kelompok tani di lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 9 berikut.

6 54 Tabel 9 Keadaan umum kelompoktani di lokasi penelitian berdasarkan kelas kemampuan kelompok tani No. Kelas kemampuan kelompok tani Nama kelompok tani Desa Kecamatan Tahun berdiri Jumlah anggota (orang) 1. Pemula Mitra Agro Nogoraji Buayan Pemula Pakarti Kreteg Rowokele Saribumi 3. Pemula Candi Wulan Candirenggo Ayah Lanjut Rukun Rogodono Buayan Santoso 5. Lanjut Kismorahayu Bumi Agung Rowokele Lanjut Tani Maju Bulurejo Ayah Madya Karya Utama Purbowangi Buayan Madya Eling Jaya Pring Tutul Rowokele Madya Kedung Jaya Kedung Weru Ayah Utama Sri Mulyo Rogodadi Buayan Utama Pulungsari Redisari Rowokele Utama Pucung Mangunweni Ayah Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Kebumen (2012) Jika ditinjau dari latar belakang berdirinya kelompok tani, memiliki sejarah yang berbeda. Secara garis besar latar belakang atau dasar berdirinya kelompok tani yang diamati dapat dikelompokkan kedalam dua golongan. Pertama, kelompok yang berdiri karena ada dorongan dari luar, baik karena ada program bantuan paket kredit maupun dorongan dari penyuluh pertanian setempat. Kelompok tani Kelas Pemula dan Kelas Lanjut termasuk golongan ini. Kedua, kelompok tani yang terbentuk karena dorongan dari dalam, atau masyarakat atau petani itu sendiri. Kelompok tani Kelas Madya dan Kelas Utama termasuk golongan kedua. Berdasarkan struktur kepengurusan, pada kelompok tani Kelas Madya dan Kelas Utama ternyata jauh lebih lengkap dibanding dengan kelompok tani Kelas Lanjut dan Kelas Pemula. Struktur kepengurusan kelompok tani Kelas Pemula maupun Kelas Lanjut hanya meliputi: (1) Ketua, (2) Sekretaris, (3) Bendahara, (4) Seksi Saprodi dan Pemasaran. Struktur kepengurusan kelompok tani Kelas Pemula dan Kelas Lanjut seperti tampak pada Gambar 2.

7 55 Ketua Sekretaris Bendahara Seksi Saprodi dan Pemasaran Gambar 2 Struktur kepengurusan pada kelompok tani Kelas Pemula dan Kelas Lanjut Struktur kepengurusan kelompok tani Kelas Madya dan Kelas Utama dapat dikatakan lengkap seperti tampak pada Gambar 3. Pembina Ketua Pelindung Wkl. Ketua Sekretaris Bendahara Seksi Usaha Tani Seksi Permodalan Seksi Pengolahan Seksi Sarana Prasarana Produksi Seksi Pemasaran Seksi Informasi /Teknologi Gambar 3 Struktur kepengurusan pada kelompok tani Kelas Madya dan Kelas Utama

8 56 Berdasarkan penjelasan dari pengurus kelompok tani Kelas Madya dan Kelas Utama, pada awal didirikan, struktur kepengurusan hanya terdiri dari ketua dan anggota. Selanjutnya berkembang menjadi ketua, sekretaris dan bendahara. Struktur organisasi terbaru dilengkapi dengan seksi-seksi yaitu seksi usaha tani, permodalan, pengolahan, sarana dan prasarana produksi, pemasaran dan informasi/teknologi. Kendala yang dihadapi oleh kelompok-kelompok tersebut dalam menjalankan organisasi kepengurusannya adalah terbatasnya sumberdaya manusia yang memadai. Tingkat pendidikan formal pengurus umumnya rendah, terkecuali untuk beberapa pengurus kelompok tani Kelas Madya dan Kelas Utama. Sebagai contoh pada kelompok tani Pulung Sari Desa Redisari Kecamatan Rowokele yang merupakan kelompok tani Kelas Utama, terdapat 1 (satu) orang pengurusnya berpendidikan sarjana (S1). Salah satu kiat yang dijalankan oleh kelompok tani tersebut dalam mengatasi kelangkaan sumberdaya manusia pengurusnya adalah mencoba memadukan pengalaman berorganisasi kemasyarakatan yang dimiliki oleh ketua kelompok tani selama ini dengan semangat dari anggota pengurus yang potensial. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, kegiatan yang dilakukan kelompok tani meliputi kegiatan sosial (pengajian, kesenian, kerja bakti), kegiatan agribisnis (pengadaan sarana prasarana produksi/saprodi hingga pemasaran hasil) serta kegiatan lainnya seperti simpan pinjam, rapat anggota, pembagian air, pemeliharaan fasilitas irigasi dilakukan secara teratur dengan melibatkan seluruh anggota. Keteraturan tersebut membuat mereka dapat mengatur curahan waktu kerjanya dengan pola yang relatif tetap dari musim ke musim. Keuntungan yang diperoleh dari keteraturan tersebut adalah mereka dapat mengatur dan mencurahkan waktu luangnya pada pekerjaan di luar usahatani, sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilannya. Selain itu mereka tidak menutup diri dari perubahan atau perkembangan lingkungan yang terjadi, sehingga kegiatan yang semula hanya mengatur usahatani saja dapat berkembang dengan kegiatankegiatan lainnya seperti simpan pinjam uang, pengadaan sarana produksi bersama, pengolahan dan pemasaran produk secara bersama sama. Kegiatan kelompok tani bervariasi, dari kegiatan yang terkait dengan pertanian sampai kegiatan yang tidak terkait dengan pertanian. Namun demikian, semuanya masih dalam rangka memajukan kelompok tani. Rincian kegiatan umum dari sebagian besar kelompok tani menurut kelas kemampuan kelompok tani dari kelas terendah sampai dengan kelas tertinggi dapat dilihat pada uraian berikut: Kelompok Tani kelas Pemula, kegiatannya berkisar pada: (1) pertemuan rutin (selapanan, bulanan), (2) arisan, (3) simpan-pinjam, dan (4) pengadaan sarana produksi pertanian. Kelompok Tani kelas Lanjut, kegiatannya berkisar pada: (1) pertemuan rutin (selapanan, bulanan), (2) arisan, (3) simpan-pinjam, (4) pengadaan sarana produksi pertanian, (5) kerja kelompok/arisan kerja, (6) persewaan peralatan non-pertanian (pecah-belah, tikar, dan sebagainya), (7) perbenihan, dan (8) pengendatian hama dan penyakit tanaman. Kelompok Tani kelas Madya, kegiatannya berkisar pada: (1) pertemuan rutin (selapanan, bulanan), (2) arisan, (3) simpan-pinjam, (4) pengadaan sarana produksi pertanian, (5) kerja kelompok/arisan kerja, (6) persewaan peralatan nonpertanian (pecah-belah, tikar, dan sebagainya), (7) perbenihan, dan

9 (8) pengendatian hama dan penyakit tanaman, (9) persewaan peralatan pertanian (sprayer, mesin pompa air diesel, dan sebagainya), dan (10) warung kelompok/koperasi. Kelompok Tani kelas Utama, kegiatannya berkisar pada: (1) pertemuan rutin (selapanan, bulanan), (2) arisan, (3) simpan-pinjam, (4) pengadaan sarana produksi pertanian, (5) kerja kelompok/arisan kerja, (6) persewaan peralatan non-pertanian (pecah-belah, tikar, dan sebagainya), (7) perbenihan, dan (8) pengendatian hama dan penyakit tanaman, (9) persewaan peralatan pertanian (sprayer, mesin pompa air diesel, dan sebagainya), (10) warung kelompok/koperasi dan (11) menjalin kerjasama dengan pihak swasta. 57 Penilaian Kelas Kemampuan Kelompok Tani Kemampuan kelompok tani merupakan kapasitas/kompetensi yang dimiliki oleh kelompok tani dalam menjalankan fungsinya sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi dalam mengembangan usahatani. Berdasarkan kemampuannya, kelompok tani diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) peringkat kelas yaitu kelas Pemula, kelas Lanjut, kelas Madya, dan kelas Utama. Penilaian kemampuan kelompok tani berdasarkan pada Keputusan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian No. 168/Per/SM.170/J/11/11, tanggal 18 November 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompoktani. Petunjuk dimaksudkan untuk memberikan acuan kepada penyelenggara penyuluhan dalam melaksanakan penilaian kemampuan kelompoktani sehingga diperoleh tingkat perkembangan dan klasifikasi kemampuan kelompoktani. Prinsip penilaian kemampuan kelompok tani adalah: sahih (valid), objektif, keterandalan (reliable), relevan, dan efisien. Penilaian kemampuan kelompok tani dirumuskan dan disusun dengan pendekatan aspek managemen dan aspek kepemimpinan, yang meliputi : (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, (c) pelaksanaan, (d) pengendalian dan pelaporan, (e) pengembangan kepemimpinan Kelompoktani. Lima aspek penilaian itulah yang disebut Lima Kemampuan Kelompoktani atau Panca Kemampuan Kelompoktani disingkat Pakem Poktan. Pakem Poktan didasarkan pada fungsi-fungsi kelompoktani sebagai kelas belajar, wahana kerjasama, dan unit produksi (BPPSDMP 2011). Adapun penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang merupakan pengembangan dari aspek dan indikator Pakem Poktan dengan total nilai kemampuan kelompoktani adalah Nilai maksimum pada masing-masing aspek adalah sebagai berikut : Kemampuan merencanakan kegiatan, dengan nilai maksimum indikator : 200 Kemampuan mengorganisasikan kegiatan, dengan nilai maksimum indikator : 100 Kemampuan melaksanakan kegiatan, dengan nilai maksimum indikator : 400 Kemampuan melakukan pengendalian dan pelaporan, nilai maksimum indikator : 150 Kemampuan mengembangkan kepemimpinan kelompok, nilai maksimum indikator: 150. Klasifikasi kemampuan kelompoktani didasarkan pada hasil penilaian (nilai) sebagai berikut: kelompok tani Kelas Pemula, dengan nilai 0-250, kelompok tani Kelas Lanjut, dengan nilai Kelompok tani Kelas Madya dengan nilai , dan kelompok tani Kelas Utama dengan nilai

10 58 Pengukuhan Kelas Kelompoktani dilaksanakan berdasarkan pengklasifikasian hasil penilaian, yaitu dengan pemberian sertifikat yang ditandatangani oleh Kepala Desa, Camat, Bupati/Walikota sesuai klasifikasi kelas kemampuan kelompok. Kelas Pemula, sertifikat ditandatangani oleh Kepala Desa; Kelas Lanjut, sertifikat ditandatangani oleh Camat; Kelas Madya dan Utama, sertifikat ditandatangani oleh Bupati/Walikota. Penilaian dilaksanakan mulai bulan Januari, kemudian dilaporkan perkembangan hasil penilaian setiap satu tahun sekali mulai bulan September, secara berjenjang dari desa/kelurahan ke Balai Penyuluhan Kecamatan, kemudian dari Balai Penyuluhan Kecamatan ke Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian (Bapelluh) Kab/Kota, dari Bapelluh Kab/Kota ke Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian (Bakorluh) Provinsi, dari Sekretariat Bakorluh Provinsi ke Pusat Penyuluhan Pertanian Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Jakarta (BPPSDMP 2011). Setiap tingkatan wilayah administrasi penyelenggara dan pelaksana penyuluhan pertanian disusun organisasi penyelenggara penilaian kelompoktani, yaitu: (1) Tim Penilaian Tingkat Desa/Kelurahan, terdiri dari: ketua adalah penyuluh pertanian setempat, sekretaris adalah penyuluh pertanian swadaya; (2) Tim Pelaksana Penilaian Tingkat Kecamatan, ketua adalah pimpinan Balai Penyuluhan Kecamatan, sekretaris penyuluh pertanian senior di Balai Penyuluhan, dan anggota adalah penyuluh pertanian setempat; (3) Tim Pelaksana Penilaian Tingkat Kabupaten/Kota: ketua adalah Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan/Kelembagaan Penyuluh Kabupaten/Kota, sekretaris adalah Kepala Bidang/Bagian yang menangani kelembagaan petani di kabupaten/kota, dan anggota kepala seksi/sub bagian yang menangani kelembagaan tani dan kelompok jabatan fungsional pertanian di kabupaten/kota. (4) Tim Pembina Penilaian Tingkat Provinsi: ketua adalah Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan/ Kelembagaan Penyuluhan Propinsi, sekretaris adalah Kepala Bidang/ Bagian yang menangani kelembagaan petani, dan anggota adalah Kepala Seksi/SubBagian yang menangani kelembagaan tani dan Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian Provinsi.

11 59 Faktor Internal Petani Anggota Kelompok Tani Faktor internal petani anggota adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh petani anggota yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya. Faktor internal petani anggota kelompok tani yang diamati pada penelitian ini meliputi: (1) umur, (2) pendidikan formal, (3) luas lahan, (4) motivasi, (5) pengalaman berusahatani, (6) jumlah tanggungan keluarga, dan (7) kekosmopolitan. Umur Umur petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia responden dihitung dari lahir hingga saat penelitian, dinyatakan dalam tahun. Umur responden dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan penggolongan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu: (1) Kurang produktif ( 65 tahun), (2) Produktif (50 s/d 64 tahun), dan (3) Sangat produktif (15 s/d 49 tahun). Berdasarkan hasil penelitian, distribusi responden berdasarkan umur disajikan pada Tabel 10. Kelas kemampuan poktan Tabel 10 Distribusi responden berdasarkan umur Kurang produktif ( 65 thn) Kategori umur Produktif (50 s/d 64 thn) Sangat produktif (15 s/d 49 thn) % % % KP (n=30) 9 30, , ,33 KL (n=30) 4 13, , ,67 KM (n=30) 2 6, , ,33 KU (n=30) 1 3, , ,33 Total (n=120) 16 13, , ,17 Catatan : KP : Kelompok tani kelas Pemula, KL : Kelompok tani kelas Lanjut KM : Kelompok tani kelas Madya, KU : Kelompok tani kelas Utama Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa umur petani yang menjadi responden dalam penelitian ini bervariasi antara 27 tahun sampai 75 tahun. Pada Kelompok tani kelas Pemula, mayoritas petani (43,33 persen) termasuk kategori umur sangat produktif yaitu berumur antara 15 tahun sampai 49 tahun. Hal ini sesuai dengan komposisi penduduk menurut usia produktif berdasarkan penggolongan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dibagi dalam 4 (empat) kategori (Umar 2011) yaitu; (1) usia kurang produktif 65 tahun ke atas, (2) usia produktif tahun, (3) usia sangat produktif tahun dan usia tidak produktif 0 14 tahun. Pada Kelompok tani kelas Lanjut sebanyak 60,00 persen merupakan petani usia produktif. Sebagian petani anggota Kelompok tani kelas Madya (50,00 persen) berusia produktif. Pada Kelompok tani kelas Utama, mayoritas petani (53,33 persen) tergolong usia produktif.

12 60 Hasil penelitian pada Tabel 10 menunjukkan bahwa dari 120 responden mayoritas (47,50 persen) berusia produktif (50-64 tahun). Hal tersebut mengindikasikan bahwa anggota kelompok mampu menjalankan aktifitas usahatani, sehingga diharapkan dapat memberikan hasil berkualitas dan produksi tinggi yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan petani. Hasil uji beda nonparametrik Kruskal-Wallis tidak menunjukkan adanya perbedaan umur antara petani anggota kelompok tani Kelas Pemula, Lanjut, Madya, dan Utama. Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah lamanya pendidikan formal (proses belajar mengajar disekolah atau sederajat) yang pernah ditempuh/dicapai oleh responden. Pengukuran berdasarkan jumlah tahun respoden mengikuti pendidikan di bangku sekolah. Pendidikan formal responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Rendah, (2) Sedang, dan (3) Tinggi. Kategori rendah berkisar tidak sekolah sampai dengan tamat/lulus Sekolah Dasar (SD). Kategori sedang berkisar tidak lulus SLTP sampai dengan lulus SLTA. Kategori tinggi untuk pendidikan diatas SLTA. Berdasarkan hasil penelitian, distribusi responden berdasarkan pendidikan formal disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan pendidikan formal Kelas kemampuan poktan Rendah ( SD ) Kategori pendidikan formal Menengah ( SLTP s/d SLTA) Tinggi (> SLTA) % % % KP (n=30) 15 50, ,67 1 3,33 KL (n=30) 22 73, ,67 0 0,00 KM (n=30) 15 50, ,67 1 3,33 KU (n=30) 9 30, , ,33 Total (n=120) 61 50, ,17 6 5,00 Catatan : KP : Kelompok tani kelas Pemula, KL : Kelompok tani kelas Lanjut KM : Kelompok tani kelas Madya, KU : Kelompok tani kelas Utama Tingkat pendidikan formal petani responden beragam dari yang tidak sekolah sampai perguruan tinggi. Pada kelompok tani kelas Pemula, mayoritas (50,00 persen) berada pada kategori pendidikan rendah yaitu tidak sekolah sampai dengan tamat SD. Demikan halnya pada kelompok tani kelas Lanjut, mayoritas (73,33 persen) berada pada kategori pendidikan rendah. Pada kelompok tani kelas Madya, separuh petani (50,00 persen) tergolong pendidikan rendah. Pada Kelompok tani kelas Utama, mayoritas petani (56,67 persen) memiliki pendidikan formal menengah yaitu tamat SLTP hingga tamat SLTA. Hasil uji beda nonparametrik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

13 pendidikan formal antara petani anggota kelompok tani Kelas Pemula, Lanjut, Madya, dan Utama. Anggota kelompok tani kelas Pemula, Lanjut dan Madya mayoritas pendidikan kategori rendah atau SD kebawah. Sedangkan anggota kelompok tani kelas Utama mayoritas berpendidikan menengah yaitu lulus SLTP hingga SLTA. Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa secara keseluruhan, mayoritas petani yang menjadi responden memiliki pendidikan formal rendah (50,83 persen), yaitu yang berpendidikan SD, tidak tamat SD atau tidak sekolah. Pendidikan merupakan salah satu indikator untuk melihat mutu sumberdaya petani anggota kelompok tani. Secara teoritis semakin tinggi pendidikan formal seseorang, maka semakin mudah untuk memahami informasi yang diterima. Secara mental pendidikan formal berfungsi untuk menyiapkan seseorang menghadapi tantangan hidup yang selalu berubah-ubah. Mardikanto (2009) menyatakan bahwa pendidikan petani umumnya mempengaruhi cara dan pola pikir petani dalam mengelola usahatani. Pendidikan yang relatif tinggi menyebabkan petani lebih dinamis. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin efisien bekerja dan semakin banyak mengetahui cara-cara atau teknik bertani yang lebih baik dan menguntungkan. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Mosher 1966 (Papilaya 1998) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor pelancar dalam pembangunan pertanian, faktor pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat perubahan sikap manusia tradisional menjadi manusia modern, atau dari sikap tradisional ke mentalis komersil. Luas Lahan Luas lahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah satuan luas lahan yang diusahakan responden untuk berusahatani, dinyatakan dalam satuan hektar (Ha). Pengukuran berdasarkan perhitungan luas lahan yang digunakan untuk usahataninya, kemudian di konversi atau satuan setempat ke dalam satuan Ha. Kategori kepemilikan lahan menurut Sastraatmaja (2010) adalah dikategorikan rendah jika kepemilikan lahan 0,1 0,5 Ha. Klasifikasi luas lahan garapan menurut Sayogyo (1977) dalam Drakel (2008) dibagi menjadi tiga kategori yaitu kategori luas lahan sempit jika lahan yang dimilikinya kurang dari 0,5 Ha. Sedangkan lahan sedang jika luasnya 0,5 sampai 1 Ha, dan lahan garapan yang luas jika memiliki luas lahan garapan lebih dari 1 Ha. Berdasarkan kategori tersebut, hasil penelitian distribusi responden berdasarkan luas lahan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan luas lahan Kategori luas lahan Kelas kemampuan poktan Sempit (< 0,5Ha ) Sedang ( 0,5 s/d 1,00 Ha) Luas (> 1,00Ha) % % % KP (n=30) 15 50, ,67 1 3,33 KL (n=30) 22 73, ,67 0 0,00 KM (n=30) 15 50, ,67 1 3,33 KU (n=30) 9 30, , ,33 Total (n=120) 61 50, ,17 6 5,00 Keterangan: KP : Kelompok tani kelas Pemula, KL : Kelompok tani kelas Lanjut KM : Kelompok tani kelas Madya, KU : Kelompok tani kelas Utama 61

14 62 Luas penguasaan lahan petani responden berkisar antara 0,07 hektar sampai dengan 2,00 hektar. Penguasaan lahan tersebut ada yang berada pada satu lokasi dan lebih dari satu lokasi, dengan status kepemilikan lahan beragam yaitu milik sendiri, milik orang tua, milik orang lain atau bagi hasil, sewa dan gadai. Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 120 responden, mayoritas responden atau 82,50 persen memiliki luas lahan sempit yaitu kurang dari 0,50 Ha. Besar kecilnya luas lahan yang dimiliki oleh petani akan mempengaruhi aktivitas masyarakat dalam melakukan pengelolaan usahatani. Petani anggota kelompok yang menguasai lahan sempit hanya mengusahakan satu komoditas yaitu padi sawah sehingga berpengaruh tahadap tingkat pendapatan petani anggota kelompok. Lahan yang dikelola oleh petani anggota terdiri dari lahan sawah dan lahan darat (ladang). Komoditas utama yang diusahakan oleh anggota kelompok adalah padi sawah, sedangkan lahan darat (ladang) yang dikelola, ditanami palawija seperti ubi jalar dan ubi kayu. Motivasi Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan atau alasan dalam diri responden yang merangsang melakukan tindakan. Pengukuran motivasi berdasarkan pernyataan responden mengenai motif responden bergabung dalam kelompoktani, kebutuhan responden yang ingin dipenuhi selama bergabung menjadi anggota kelompoktani, dan harapan yang diinginkan oleh responden setelah bergabung menjadi anggota kelompok. Motif berkelompok dibagi menjadi tiga kategori yaitu: skor 1 jika tidak ada motivasi apapun, skor 2 jika ingin mendapat pengakuan dari anggota yang lain, skor 3 jika motifnya menambah teman/bersosialisasi dan tempat untuk mengembangkan usahatani. Kebutuhan responden dinilai dari : skor 1 jika sekedar berkumpul bersama teman, skor 2 jika kebutuhannya untuk mendapatkan teman berdiskusi tentang usahatani, skor 3 jika kebutuhan berkelompok untuk memperoleh bantuan sarana produksi, teknologi, pasar, dan informasi pengembangan usahatani. Indikator harapan diukur dari: (1) harapan untuk menjalin kerjasama antar anggota dengan lebih erat, (2) harapan untuk mengetahui informasi tentang pemasaran, (3) harapan menambah pendapatan keluarga, menambah pengetahuan, sikap dan ketrampilan usahatani. Motivasi dibagi menjadi tiga kategori yaitu: Rendah (tidak ada motivasi apapun, sekedar berkumpul bersama teman, menjalin kerjasama antar anggota dengan lebih erat); kategori Sedang (motif mendapat pengakuan dari anggota yang lain, kebutuhannya untuk mendapatkan teman berdiskusi tentang usahatani, harapan untuk mengetahui informasi tentang pemasaran) dan kategori Tinggi (motifnya menambah teman/bersosialisasi dan tempat untuk mengembangkan usahatani, kebutuhan berkelompok untuk memperoleh bantuan sarana produksi, teknologi, pasar, dan informasi pengembangan usahatani, harapan menambah pendapatan keluarga, menambah pengetahuan, sikap dan ketrampilan usahatani). Berdasarkan nilai capaian skor, kategori rendah pada kisaran skor 3 sampai 5, kategori sedang pada kisaran skor 6 sampai 7, dan kategori tinggi pada kisaran skor 8 sampai 9. Berdasarkan hasil penelitian, distribusi responden berdasarkan motivasi disajikan pada Tabel 13.

15 63 Kelas kemampuan poktan Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan motivasi Kategori motivasi Rendah (skor 5) Sedang (skor >5 s/d 7) Tinggi (skor > 7) % % % KP (n=30) 0 0, , ,00 KL (n=30) 0 0, , ,00 KM (n=30) 0 0,00 2 6, ,33 KU (n=30) 0 0,00 0 0, ,00 Total (n=120) 0 0, , ,83 Keterangan : Skor minimal = 3 Skor maksimal = 9 KP : Kelompok tani kelas Pemula, KL : Kelompok tani kelas Lanjut KM : Kelompok tani kelas Madya, KU : Kelompok tani kelas Utama Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 120 responden, mayoritas responden (90,83 persen) mempunyai motivasi yang tergolong tinggi, dan tidak ada petani yang memiliki motivasi rendah. Dapat dikatakan bahwa mayoritas petani memiliki motivasi yang tinggi dalam berusahatani. Hal ini mengindikasikan bahwa usahatani dinilai masih menarik dan menguntungkan. Suparno (2000) mengemukakan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu kalau mengharapkan akan melihat hasil, memiliki nilai (value) atau manfaat. Perasaan berhasil akan menimbulkan motivasi seseorang untuk mempelajari sesuatu. Selain itu, seseorang akan termotivasi untuk belajar jika yang dipelajari mendatangkan keuntungan. Keuntungan dimaksud dapat berupa nilai ekonomi maupun sosial. Motivasi dalam penelitian ini meliputi motif berkelompok, kebutuhan yang ingin dicapai melalui kelompok, dan harapan yang diinginkan setelah mengikuti kelompok. Sebagian besar anggota bergabung menjadi anggota kelompok untuk menambah teman atau bersosialisasi dan tempat untuk mengembangkan usahatani, kebutuhan yang ingin dipenuhi adalah untuk memperoleh bantuan sarana produksi, teknologi, pasar, dan informasi pengembangan usahatani. Harapan yang diinginkan anggota setelah masuk kelompok adalah menambah pendapatan keluarga, menambah pengetahuan, sikap, dan ketrampilan usahatani. Pengalaman Berusahatani Pengalaman berusahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya responden terlibat langsung dalam berusahatani padi sawah. Pengukuran berdasarkan hitungan jumlah tahun responden melaksanakan usahatani. Pengalaman berusahatani responden dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Sedikit, (2) Cukup, dan (3) Banyak. Kategori sedikit berkisar dari 1 sampai 5 tahun, kategori cukup berkisar dari 6 sampai 25 tahun, dan kategori banyak lebih dari 25 tahun. Tabel 14 menyajikan distribusi responden berdasarkan pengalaman berusahatani. Petani responden memiliki pengalaman berusahatani beragam dari 2 tahun sampai dengan 60 tahun. Petani yang sudah banyak memiliki pengalaman

16 64 berusahatani lebih banyak merupakan petani anggota Kelompok tani kelas Utama (43,33 persen) dibanding petani anggota Kelompok tani kelas Pemula (36,67 persen), kelas Lanjut (36,67 persen), dan kelas Madya (33,33 persen). Hal ini dapat dikatakan bahwa ada beberapa petani anggota kelompok tani kelas Utama yang memiliki pengalaman lebih banyak dibandingkan petani anggota kelompok tani kelas Madya, Lanjut, dan Pemula. Aktifitas utama anggota kelompok tani di lokasi penelitian adalah menanam padi pada dua kali musim tanam dalam setahun, dan satu kali musim tanam palawija. Produktivitas rata-rata padi dalam setahun berkisar 6-9 kwintal per Ha. Adapun varietas padi yang ditanam merupakan varietas yang direkomendasikan oleh pemerintah dan sesuai spesifik lokalita. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 14, mayoritas petani (55,83 persen) memiliki pengalaman berusahatani tergolong cukup, yaitu antara 5 tahun sampai dengan 25 tahun. Dengan pengalaman yang tergolong cukup tersebut, maka dalam menerima informasi, petani cenderung membandingkan dengan pengalaman usahatani yang telah dialami. Mardikanto (2009) menyatakan bahwa pengalaman seorang petani akan mempengaruhi mereka dalam mengelola usahatani yang dilakukan. Hal ini secara tidak langsung berpengaruh pada proses pengambilan keputusan, sehingga petani yang memiliki pengalaman berusahatani lebih lama cenderung sangat selektif dalam proses pengambilan keputusan. Selengkapnya data tentang pengalaman berusahatani responden disajikan pada Tabel 14 berikut. Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan pengalaman berusahatani Kategori pengalaman berusahatani Kelas kemampuan poktan Sedikit ( 5 tahun) Cukup (> 5 s/d 25th) Banyak (> 25 th) % % % KP (n=30) 3 10, , ,67 KL (n=30) 2 6, , ,67 KM (n=30) 1 3, , ,33 KU (n=30) 2 6, , ,33 Total (n=120) 8 6, , ,50 Keterangan : KP : Kelompok tani kelas Pemula, KL : Kelompok tani kelas Lanjut KM : Kelompok tani kelas Madya, KU : Kelompok tani kelas Utama Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya anggota keluarga tinggal dalam satu rumah atau berada diluar rumah dan menjadi tanggung jawab kepala keluarga. Pengukuran berdasarkan jumlah orang yang menjadi tanggungan kepala keluarga, dengan menggunakan skala ordinal. Jumlah tanggungan keluarga dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) Sedikit, (2) Cukup, dan (3) Banyak. Kategori sedikit berkisar dari 1 sampai 3 orang per kepala keluarga (KK), kategori sedang berkisar dari 4 sampai 5 orang per KK, dan kategori banyak berkisar dari 6 sampai 7 orang. Hasil penelitian tentang distribusi petani berdasarkan jumlah tanggungan keluarga disajikan pada Tabel 15.

17 65 Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Kelas kemampuan poktan Sedikit (1-3 org/kk) Kategori jumlah tanggungan keluarga Sedang (4-5 org/kk) Banyak (> 5 org/kk) % % % KP (n=30) 16 53, , ,67 KL (n=30) 18 60, ,33 2 6,67 KM (n=30) 18 60, ,67 1 3,33 KU (n=30) 13 43, ,00 2 6,67 Total (n=120) 65 54, , ,33 Keterangan : KP : Kelompok tani kelas Pemula, KL : Kelompok tani kelas Lanjut KM : Kelompok tani kelas Madya, KU : Kelompok tani kelas Utama Petani responden memiliki jumlah tanggungan keluarga beragam dari 1 orang sampai dengan 7 orang. Tabel 15 menunjukkan pada Kelompok tani kelas Pemula, mayoritas petani (53,55 persen) memiliki jumlah tanggungan keluarga yang tergolong sedikit yaitu 1-3 orang/kk. pada Kelompok tani kelas Lanjut, mayoritas petani (60,00 persen) memiliki jumlah tanggungan keluarga yang tergolong sedikit. Pada kelompok tani kelas Madya, mayoritas petani (60,00 persen) memiliki sedikit jumlah tanggungan keluarga. Pada Kelompok tani kelas Utama, separuh petani responden (50,00 persen) memiliki jumlah tanggungan keluarga kategori sedang yaitu 4-5 orang/kk. Jumlah tanggunangan keluarga merupakan salah satu indikator dalam menentukan aktivitas masyarakat (Drakel 2008) berkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Tabel 15 menunjukkan bahwa dari 120 responden, mayoritas petani (54,17 persen) memiliki sedikit tanggungan keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa umumnya petani anggota kelompok tani di sini telah berkeluarga. Petani yang berusia tahun kebanyakan memiliki keluarga yang telah mandiri, anakanaknya telah memiliki keluarga sendiri dan memilih untuk hidup sendiri. Kekosmopolitan Kekosmopolitan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah frekuensi aktivitas responden dalam mencari informasi yang berkaitan dengan pengembangan usahatani ke luar sistem sosialnya, ke desa lain atau ke kota dalam satu minggu, satu bulan, atau satu tahun terakhir. Kekosmopolitan dibagi menjadi tiga kategori yaitu: (1) kategori rendah jika tidak pernah mencari informasi tentang usahatani di luar sistem sosialnya, (2) kategori sedang jika kadang-kadang mencari informasi usahatani di luar sistem sosialnya dengan frekuensi kurang dari 3 kali dalam setahun, dan (3) kategori tinggi jika sering mencari informasi usahatani di luar sistem sosialnya dengan frekuensi lebih dari 4 kali dalam setahun. Berdasarkan nilai capaian skor, kategori rendah jika capaian skor 1 sampai dengan 1,67, kategori sedang pada capaian skor > 1,67 sampai dengan 2,33, dan kategori tinggi pada capaian skor > 2,33.

18 66 Pada Kelompok tani kelas Pemula mayoritas petani responden memiliki kekosmopolitan kategori rendah sampai sedang (100,00 persen). Mayoritas responden pada Kelompok tani kelas Lanjut (56,67 persen) memiliki kekosmopolitan yang tergolong sedang. Demikian halnya dengan kelas Madya, mayoritas responden (63,33 persen) memiliki kekosmopolitan kategori sedang. Tidak jauh berbeda dengan kelas Utama, mayoritas responden atau sebanyak 76,67 persen memiliki kekosmopolitan kategori sedang, namun terdapat petani responden pada Kelompok tani kelas Madya dan Utama yang memiliki kekosmopolitan kategori tinggi masing-masing sebanyak 10,00 persen. Hal ini memberikan gambaran bahwa ada beberapa anggota Kelompok tani kelas Utama dan kelas Madya sering berpergian ke luar desa dalam mengakses informasi. Hal ini didukung oleh sarana dan prasarana transportasi yang tersedia dan letak desa yang tidak terlalu jauh dari jalan umum. Hasil uji nonparametrik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kekosmopolitan antara petani anggota kelompok tani Kelas Pemula, Lanjut, Madya, dan Utama. Distribusi petani berdasarkan kekosmopolitan disajikan pada Tabel 16. Kelas kemampuan poktan Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan kekosmopolitan Rendah (skor 1,67) Kategori kekosmopolitan Sedang (skor >1,67 s/d 2,33) Tinggi (skor > 2,33) % % % KP (n=30) 15 50, ,00 0 0,00 KL (n=30) 13 43, ,67 0 0,00 KM (n=30) 8 26, , ,00 KU (n=30) 4 13, , ,00 Total (n=120) 40 33, ,67 6 5,00 Keterangan : KP : Kelompok tani kelas Pemula, KL : Kelompok tani kelas Lanjut KM : Kelompok tani kelas Madya, KU : Kelompok tani kelas Utama Tabel 16 menunjukkan bahwa dari total petani responden, mayoritas petani ( 61,67 persen) memiliki kekosmopolitan yang tergolong sedang. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar anggota kelompok tani jarang berpergian ( 3 kali per tahun) ke luar desa untuk mengakses informasi yang berkaitan dengan pengembangan usahatani. Atau dapat dikatakan bahwa upaya petani anggota untuk mencari informasi yang berkaitan dengan pengembangan usahatani yang dibutuhkan, belum dilaksanakan secara serius. Informasi pengembangan usahatani yang dibutuhkan biasanya diperoleh dari ketua kelompok tani ataupun penyuluh pertanian. Hasil uji beda nonparametrik Kruskal- Wallis menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada tingkat pendidikan formal dan kekosmopolitan petani anggota di ke empat kelas kelompok tani Pemula, Lanjut, Madya dan Utama.

19 67 Faktor Eksternal Petani Anggota Kelompok Tani Faktor eksternal petani anggota adalah keadaan atau kondisi yang mempengaruhi petani yang berasal dari luar dirinya. Faktor eksternal yang berhubungan dengan persepsi petani anggota kelompok tani yang diamati dalam penelitian ini meliputi: (1) ketersediaan informasi, (2) peran penyuluh, (3) keterlibatan anggota, dan (4) manfaat yang diperoleh anggota dari kelompok tani. Ketersediaan Informasi tentang Usahatani Ketersediaan informasi usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat ketersediaan media tertentu sebagai sumber informasi tentang usahatani, terdiri dari: (a) media elektronik: TV, radio, internet, hp; (b) media non-elektronik: poster, brosur, majalah, buku; (c) interpersonal: penyuluh, petani lain di luar kelompok, petani lain dalam kelompok. Ketersediaan informasi dibagi menjadi tiga kategori yaitu: kategori rendah jika tidak pernah mengakses TV, radio, internet, hp, tidak pernah mengakses poster, brosur, majalah, buku, tidak pernah berinteraksi dengan pedagang, tengkulak, penyuluh, petani lain di luar kelompok, petani lain dalam kelompok. Kategori sedang jika frekuensi mengakses informasi usahatani melalui TV, radio, internet dan hp kurang dari 1 jam per hari, frekuensi akses informasi melalui media non elektronik poster, brosur, majalah, buku kurang dari 2 kali dalam 6 bulan, menjalin komunikasi dengan pedagang, tengkulak, penyuluh, petani lain di luar kelompok, petani lain dalam kelompok hanya 1 kali dalam sebulan. Kategori tinggi jika frekuensi mengakses informasi tentang usahatani melalui TV, radio, internet dan hp lebih dari 2 jam per hari, frekuensi akses informasi usahatani melalui media non elektronik poster, brosur, majalah, buku lebih dari 3 kali dalam 6 bulan, menjalin komunikasi dengan pedagang, tengkulak, penyuluh, petani lain di luar kelompok, petani lain lain dalam kelompok minimal 2 kali dalam sebulan. Berdasarkan nilai capaian skor, kategori rendah jika capaian skor 1 sampai dengan 18,33; kategori sedang jika capaian skor > 18,33 s/d 25,67; dan kategori tinggi jika capaian skor > 25,67. Berdasarkan Tabel 17, dari total petani anggota Kelompok tani kelas Pemula, mayoritas petani (90,00 persen) memiliki ketersediaan informasi usahatani kategori rendah, sebagian kecil (10,00 persen) memiliki ketersediaan informasi usahatani kategori sedang. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas ketersediaan informasi usahatani petani anggota Kelompok tani kelas Pemula adalah rendah. Ketersediaan informasi usahatani petani anggota Kelompok tani kelas Lanjut menunjukkan bahwa mayoritas petani (80,00 persen) kategori rendah, seperlima (20,00 persen) terkategori sedang, dan tidak ada yang kategori tinggi. Secara keseluruhan, ketersediaan informasi tentang usahatani petani anggota Kelompok tani kelas Lanjut termasuk kategori rendah yaitu tidak pernah mengakses TV, radio, internet, hp, tidak pernah mengakses poster, brosur, majalah, buku, tidak pernah berinteraksi dengan pedagang, tengkulak, penyuluh, petani lain di luar kelompok, petani lain dalam kelompok. Distribusi petani berdasarkan ketersediaan informasi usahatani disajikan pada Tabel 17 berikut ini.

20 68 Tabel 17 Distribusi responden berdasarkan ketersediaan informasi usahatani Kelas kemampuan poktan Rendah (skor 18,33) Kategori ketersediaan informasi usahatani Sedang (skor >18,33 s/d 25,67) Tinggi (skor > 25,67) % % % KP (n=30) 27 90, ,00 0 0,00 KL (n=30) 24 80, ,00 0 0,00 KM (n=30) 12 40, ,67 1 3,33 KU (n=30) 10 33, ,33 1 3,33 Total (n=120) 73 60, ,50 2 1,67 Keterangan : KP : Kelompok tani kelas Pemula, KL : Kelompok tani kelas Lanjut KM : Kelompok tani kelas Madya, KU : Kelompok tani kelas Utama Pada Kelompok tani kelas Madya, ketersediaan informasi tentang usahatani menunjukkan bahwa kurang dari setengah (40,00) kategori rendah, lebih dari setengah (56,67 persen) kategori sedang, dan sebagian kecil (3,33 persen) kategori tinggi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas ketersediaan informasi usahatani petani anggota Kelompok tani kelas Lanjut (96,67 persen) adalah rendah hingga sedang. Ketersediaan informasi petani anggota Kelompok tani kelas Utama menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga (33,33 persen) kategori rendah, lebih dari separuh (63,33 persen) kategori sedang, dan sebagian kecil (3,33 persen) kategori tinggi. Secara keseluruhan, ketersediaan informasi mayoritas petani anggota Kelompok tani kelas Madya dan Utama termasuk kategori sedang yaitu frekuensi mengakses informasi melalui TV, radio, internet dan hp kurang dari 1 jam per hari, frekuensi akses informasi melalui media non elektronik poster, brosur, majalah, buku kurang dari 2 kali dalam 6 bulan, menjalin komunikasi dengan pedagang, tengkulak, penyuluh, petani lain di luar kelompok, petani lain dalam kelompok hanya 1 kali dalam sebulan. Hasil uji beda nonparametrik Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa petani anggota kelompok tani Kelas Pemula, Lanjut, Madya, dan Utama memiliki penilaian yang berbeda terhadap ketersediaan informasi usahatani. Semakin tinggi kelas kemampuan kelompok tani, ketersediaan informasi usahatani anggotanya semakin baik, artinya anggota kelompok tani semakin sering mengakses informasi tentang usahatani melalui media elektronik, non elektronik dan interpersonal. Tabel 17 menunjukkan bahwa dari 120 petani responden, mayoritas petani atau 60,83 persen memiliki ketersediaan informasi tentang usahatani tergolong rendah. Untuk media elektronik, informasi tentang usahatani diperoleh melalui TV, radio, internet, dan hand phone dengan rata-rata frekuensi 1 jam per hari dalam 6 bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa informasi tentang usahatani yang berasal dari media elektronik berupa siaran radio masih jarang menyiarkan hal-hal yang berhubungan dengan informasi di bidang pertanian. Media televisi swasta juga jarang menyiarkan informasi usahatani yang sesuai kebutuhan para petani.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian 26 METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan metode survai untuk menjelaskan hubungan antara variabel-variabel penelitian melalui pengujian hipotesis. Penelitian survai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan masyarakat seutuhnya, termasuk juga pembangunan di bidang pertanian sebagai upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Wilayah 1. Kecamatan Sekampung Udik Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan Sekampung Udik merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP)

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP) BPS KABUPATEN KEBUMEN No. 25/12/ Th. XVI, 2 Desember 2013 HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 KABUPATEN KEBUMEN (ANGKA TETAP) RUMAH TANGGA PETANI GUREM TAHUN 2013 SEBANYAK 185.613 RUMAH TANGGA, TURUN 14,85 PERSEN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan 46 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Makarti Desa Makarti merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa ini terdiri dari

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 67 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Wilayah Penelitian dilakukan di Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur yaitu di Desa Pakusari Kecamatan Pakusari. Desa Pakusari memiliki lima Dusun yaitu Dusun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Piyaman merupakan salah satu Desa dari total 14 Desa yang berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Desa Piyaman berjarak sekitar

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petir, sebelah Selatan berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Profil Desa Cibunian 4.1.1 Keadaan Alam dan Letak Geografis Desa Cibunian merupakan salah satu desa di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 47 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak geografis, topografi, dan pertanian Kabupaten Lampung Selatan Wilayah Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Alam 1. Letak geografis dan batas administrasi Desa Banjararum merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 41 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Gandus terletak di Kota Palembang Provinsi Sumatera Selatan. Kecamatan Gandus merupakan salah satu kawasan agropolitan di mana

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 68 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Kondisi Geografis Kecamatan Cigombong Kecamatan Cigombong adalah salah satu daerah di wilayah Kabupaten Bogor yang berjarak 30 km dari Ibu Kota Kabupaten, 120 km

Lebih terperinci

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo

BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO. A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo BAB III PETANI DAN HASIL PERTANIAN DESA BENDOHARJO A. Monografi dan Demografi Desa Bendoharjo Di bawah ini penulis akan sampaikan gambaran umum tentang keadaan Desa Bendoharjo Kecamatan Gabus Kabupaten

Lebih terperinci

Dr. Ato Suprapto, MS

Dr. Ato Suprapto, MS KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas Rahmat dan Ridho-Nya sehingga terselesaikannya Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kemampuan Kelompoktani Tahun 2011. Penerbitan

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Citapen 4.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Desa Citapen merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ciawi.Secara geografis

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

pertanian di Kabupaten Kebumen Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha berbadan hukum di Kabupaten Kebumen Tahun

pertanian di Kabupaten Kebumen Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha berbadan hukum di Kabupaten Kebumen Tahun Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Kebumen Tahun 2013 sebanyak 215.560 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Kebumen Tahun 2013 sebanyak 1 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR 4.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kabupaten Rokan Hilir merupakan hasil pemekaran Kabupaten Bengkalis dengan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum dan Geografis Penelitian dilakukan di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa Lebak Muncang ini memiliki potensi yang baik dalam

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non

IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG. memiliki luas lahan pertanian sebesar 3.958,10 hektar dan luas lahan non IV. KEADAAN UMUM DESA KALIURANG A. Letak Geografis Wilayah Kecamatan Srumbung terletak di di seputaran kaki gunung Merapi tepatnya di bagian timur wilayah Kabupaten Magelang. Kecamatan Srumbung memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Kondisi Umum Desa Kemukten 5.1.1 Letak Geografis Desa Kemukten secara administratif terletak di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan alam, keadaan pendududuk, keadaan sarana perekonomia dan keadaaan pertanian di Desa Sukerojo adalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR MANJUNTO 2014 Statistik Daerah Kecamatan Air Manjunto 2014 Halaman i

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR. membuat sungai dari sebelah barat (Sungai Sampan), sedang yang muda 31 BAB II KONDISI WILAYAH DESA SEMPOR A. Sejarah Desa Sempor Pada jaman dahulu kala ada dua orang putra Eyang Kebrok, namanya belum diketahui mendapat perintah untuk membuat sungai. Putra yang tua membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Demografi Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor Desa Citeko merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Cisarua. Desa Citeko memiliki potensi lahan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH V. GAMBARAN UMUM POTENSI WILAYAH 5.1. Kondisi Umum Kecamatan Leuwisadeng Kecamatan Leuwi Sadeng merupakan kecamatan yang terletak di Leuwi Sadeng, Kabupaten Bogor. Kecamatan Leuwi Sadeng terdiri dari 8

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN Karakteristik umum dari responden pada penelitian ini diidentifikasi berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan, tingkat pendidikan, pendapatan di luar usahatani

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Boalemo, Di lihat dari letak geografisnya, Kecamatan Wonosari

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang

KEADAAN UMUM DAERAH. Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografi dan Topografi Kecamatan Wonosari merupakan Ibukota Kabupaten Gunungkidul, yang memiliki luas sebesar 7551 Ha (BPS, 2015). Kecamatan Wonosari terbagi menjadi 14

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Desa ini memiliki luas

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Desa ini memiliki luas IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Fisik Desa Plumbon merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Karangsambung, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Desa ini memiliki luas daerah sebesar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB V GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Karakteristik Wilayah Kecamatan Pacet merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Kecamatan ini berada di bagian utara kota Cianjur. Wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Lampung. Secara geografis Kabupaten Pesawaran terletak antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Belitung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 sejak tanggal 25 Februari

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS

V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS V GAMBARAN UMUM DESA CIMANGGIS 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Bogor memiliki kuas wilayah 299.428,15 hektar yang terbagi dari 40 kecamatan. 40 kecamatan dibagi menjadi tiga wilayah yaitu wilayah

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI BAB VII FAKTOR-FAKTOR PENDORONG KEBERHASILAN PENGORGANISASIAN KEGIATAN USAHATANI 7.1 Keragaan Kelembagaan Kelompok Tani Sauyunan Keragaan adalah penampilan dari kelompok tani yang termasuk suatu lembaga,

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA DAN TATACARA PENDATAAN PENDUDUK MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 33 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Pituruh 4.1.1 Letak Geografis Secara administratif Kecamatan Pituruh terbagi menjadi 49 desa. Batasbatas wilayah kecamatan adalah sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. geografis, keadaan penduduk, keadaan pertanian yang ada di Desa

KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. geografis, keadaan penduduk, keadaan pertanian yang ada di Desa IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan umum wilayah penelitian menjelaskan tentang keadaan geografis, keadaan penduduk, keadaan pertanian yang ada di Desa Ambarketawang dan profil Gapoktan Ambarketawang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Keadaan Fisik Desa penelitian ini merupakan salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Luas wilayah desa ini sebesar 155,125 ha didominasi oleh hamparan

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendekatan pembangunan

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Ciamis berada pada 108 20' sampai dengan 108 40' Bujur Timur dan 7 40'20" Lintang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2013 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci