ANALISIS KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PESISIR
|
|
- Fanny Sugiarto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS KEBIJAKAN BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN PESISIR Ode Siti Andini Ladamay, Maria Anityasari, Budisantoso Wirjodirdjo Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ABSTRAK Fluktuasi dan ketidakstabilan harga minyak dunia serta pengaruh krisis ekonomi global memberikan tekanan besar kepada perekonomian Indonesia. Sebagai bentuk langkah penyesuaian terhadap harga minyak dunia dan pengurangan beban besaran subsidi, pemerintah pada akhirnya harus menaikkan harga BBM. Kenaikan tersebut berpengaruh besar pada hampir semua sektor, karena memicu peningkatan biaya produksi dan operasional. Salah satu kelompok masyarakat yang memperoleh dampak langsung dari kenaikan harga BBM adalah masyarakat nelayan pesisir. Nelayan adalah komunitas dengan tingkat pendapatan terendah dibandingkan sektor usaha lain. Salah satu tindakan pemerintah untuk meredam gejolak itu adalah dengan menggunakan Bantuan Langsung Tunai (BLT). Dalam penelitian ini akan dilakukan suatu analisis kefektivitasan kebijakan BLT menggunakan sebuah instrumen pemodelan dinamis yang dapat digunakan oleh pembuat kebijakan dimana model tersebut mampu memberikan peringatan dini ( early warning) atas dampak kebijakan penentuan harga BBM dalam usaha untuk mengantisipasi terjadinya penurunan tingkat pendapatan kelompok masyarakat nelayan pesisir. Setelah dilakukan validasi, didapatkan kesimpulan bahwa, Pada level harga BBM saat ini (premium Rp 4500,-), kesejahteraan masyarakat nelayan cukup rendah. Adanya Bantuan Langsung Tunai (BLT) sebesar Rp tidak signifikan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan. Salah satu solusinya adalah dengan diberikannya subsidi BBM sekitar 28% atau Rp agar nelayan tetap dapat mencukupi kebutuhan hidupnya untuk harga saat ini. Kata kunci: BLT, Sistem Dinamik, Nelayan Pesisir. PENDAHULUAN Permintaan minyak dunia telah meningkat cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mengakibatkan fluktuasi harga yang tidak terkendali. Fenomena fluktuasi harga minyak dunia ini bisa dicermati dalam 10 tahun tahun terakhir. Pada tahun 2007, kondisi ini semakin parah dengan tingkat kenaikan yang sangat tajam, melewati angka US$ 100 per barel, bahkan hampir menyentuh US$140 per barel pada Juni 2008 (Yusgiantoro, 2008). Walaupun tingkat permintaan minyak dunia di sempat menurun akibat resesi global yang dipicu oleh melemhanya perekonomian Amerika Serikat, penurunan ini tertutupi oleh meningkatnya konsumsi minyak dari negara negara seperti Cina, Amerika Latin, India, dan Timur Tengah selama kurun waktu tersebut (Sunarsip, 2008). Gejolak harga minyak mentah dunia dan krisis ekonomi global inilah yang kemudian berpengaruh pada turunnya kondisi ekonomi Indonesia sehingga pemerintah melakukan upaya penyelamatan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) melalui kebijakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) (Bappenas,
2 2008) terhadap harga di luar negeri. Naiknya harga BBM berpengaruh besar pada seluruh sektor, terutama pada turunnya tingkat penghasilan yang diterima. Karenanya, pengaruh kenaikan BBM pada permasalahan kesejahteraan kelompok masyarakat menjadi sangat penting untuk diangkat dalam penelitian. Jumlah masyarakat prasejahtera yang berada dibawah garis kemiskinan berdasarkan data Biro Pusat Statistik Prop. Jatim (2009) mencapai 35 juta orang atau sekitar 15,4% dari jumlah total penduduk Indonesia. Kelompok masyarakat ini memperoleh dampak langsung dari kenaikan harga BBM, khususnya masyarakat nelayan pesisir, dimana BBM merupakan komponen penting dalam kegiatan operasional mereka yang pada akhirnya berpengaruh pada harga jual hasil laut. Di sisi lain, kenaikan biaya operasional tidak diimbangi oleh peningkatan daya beli. Nelayan adalah komunitas dengan tingkat pendapatan terendah dibandingkan sektor usaha lain (BPS Jatim, 2008). Sebagai konsekuensi dari kebijakan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri yang ditetapkan stabil, lebih rendah dan tidak mengikuti harga minyak mentah di pasaran internasional maka kenaikan harga minyak mentah dunia mengakibatkan beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) semakin berat karena pemerintah harus melakukan subsidi. Disisi lain, realitas subsidi BBM justru salah sasaran karena lebih banyak dinikmati oleh kelompok berpendapatan menengah dan atas, yaitu sekitar 20% masyarakat kelompok terkaya menikmati hampir 50% subsidi BBM. Sementara 20% masyarakat termiskin hanya menikmati 5,15% subsidi BBM. Selain itu dengan semakin besarnya subsidi BBM mengakibatkan berbagai program untuk masyarakat miskin menjadi tidak mungkin dilaksanakan (Bappenas, 2009). Kenaikan harga BBM selama ini justru memberikan dampak bagi masyarakat miskin yang rentan ketahanan ekonominya. Harga bahan dasar kebutuhan hidup meningkat tajam sedangkan pendapatan tidak beranjak sehingga daya beli menurun. Untuk mengurangi beban masyarakat miskin, maka salah satu program pemerintah adalah pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT). Besarnya BLT adalah Rp per bulan per rumah tangga sasaran. Bentuk uang tunai diberikan untuk mencegah turunnya daya beli masyarakat miskin yang disebabkan oleh naiknya harga BBM (Bappenas, 2009). Penelitian ini akan melakukan kajian analisis efektivitas kebijakan BLT menggunakan sebuah instrumen pemodelan dinamis. Hasil kajian dapat digunakan oleh pembuat kebijakan sebagai bentuk peringatan dini ( early warning) atas dampak kebijakan penentuan harga BBM dalam usaha untuk mengantisipasi terjadinya penurunan tingkat pendapatan kelompok masyarakat nelayan pesisir. PENYUSUNAN MODEL SISTEM DINAMIK Model dibuat untuk menganalisis evektifitas dari BLT dan pengaruh perubahan harga BBM terhadap pendapatan masyarakat nelayan pesisir. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan km garis pantai, dimana sekitar 70% wilayah teritorialnya berupa laut (Simanungkalit dkk., 2002). Hal ini menyebabkan sebagian besar masyarakat tinggal dan menempati daerah sekitar wilayah pesisir dan menggantungkan hidupnya sebagai nelayan (Pical, 2003). Jumlah nelayan Indonesia mencapai lebih dari 16.2 juta jiwa, dimana 92% adalah nelayan tradisional (Satria, 2010). Me nurut Wahyuningsih dkk. (1997) karakteristik masyarakat nelayan pesisir tradisional di Indonesia dapat dijelaskan dalam tiga bagian, yaitu : A-26-2
3 1) Nelayan juragan, merupakan nelayan pemilik perahu dan alat penangkap ikan yang mampu merekrut para nelayan pekerja sebagai pembantu dalam usahanya menangkap ikan di laut. Nelayan ini mempunyai tanah yang digarap pada waktu musim paceklik. Nelayan juragan ada tiga macam yaitu nelayan juragan laut, nelayan juragan darat yang mengendalikan usahanya dari daratan, dan orang yang memiliki perahu, alat penangkap ikan dan uang tetapi bukan nelayan asli. 2) Nelayan pekerja, yaitu nelayan yang tidak memiliki alat produksi dan modal, tetapi memiliki tenaga yang dijual kepada nelayan juragan untuk membantu menjalankan usaha penangkapan ikan di laut. Nelayan ini disebut juga nelayan penggarap atau sawi (awak perahu nelayan). Hubungan kerja antara nelayan ini berlaku perjanjian tidak tertulis yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Hasil tangkapan di laut dibagi menurut peraturan tertentu yang berbeda-beda antara juragan yang satu dengan juragan lainnya, setelah dikurangi semua biaya operasi. 3) Nelayan pemilik, merupakan nelayan yang kurang mampu. Nelayan ini hanya mempunyai perahu kecil untuk keperluan dirinya sendiri dan alat penangkap ikan sederhana, karena itu disebut juga nelayan perorangan atau nelayan miskin. Nelayan ini tidak memiliki tanah untuk digarap pada waktu musim paceklik. Model Analisis BLT Nelayan Pesisir (Stock and Flow Diagram) Stock and flow diagram dibuat berdasarkan diagram sebab akibat dengan variabel sebagai variabel utama. Model dinamik utama dari pendapatan masyarakat pesisir ditunjukkan pada Gambar 1 Variabel utama selain harga BBM dan subsidi BLT yang dimunculkan adalah pendapatan nelayan yang dilambangkan dengan variabel untuk masingmasing karakteristik/ jenis nelayan. Simpanan adalah pendapatan bersih nelayan, yaitu jumlah total pendapatan yang sudah dikurangi dengan jumlah total pengeluaran per periode. Simpanan dalam model sistem dinamik merupakan aliran materi (level) yang dipengaruhi oleh laju (rate) pendapatan dikurangi oleh laju pengeluaran. Pengeluaran didapat dari jumlah total biaya kebutuhan sehari-hari, biaya kesehatan, biaya pendidikan, biaya perawatan kapal dan serta biaya operasional untuk berlayar per masing-masing jenis nelayan. Sedangkan pendapatan adalah jumlah total pendapatan yang didapatkan dari hasil melaut dan profesi diluar nelayan baik dari nelayan maupun dari istri nelayan. Pendapatan dari hasil melaut diperoleh dari penjualan hasil tangkapan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dimana jumlah hasil tangkapan bergantung pada musim dan seberapa sering nelayan berlayar (periode melaut). A-26-3
4 <biaya berangkat kursin> <jumlah orang kursin per kapal> multiply satuan perhari <Time> inflasi perhari inflasi per tahun harga BBM premium biaya perawatan kapal dan nelayan juragan kursin> <biaya kebutuhan sehari-hari per kepala> biaya operasi kursin per kepala biaya pendidikan <inflasi perhari> nelayan buruh kursin> biaya kebutuhan sehari-hari per kepala multiply pengaruh harga bbm terhadap kebutuhan sehari2 <pendapatan buruh perorang> pengeluaran buruh Gambar 1. Model Utama Analisis BLT pada Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Pesisir Tabel 1 Formulasi Model Utama No Variabel Formulasi unit Nelayan Jaring 1 Simpanan nelayan INTEG (pendapatan -pengeluaran,1e+006) 2 Pendapatan 3 Pengeluaran pengeluaran pemilik kapal kursin rata2 jumlah anggota keluarga multiply satuan1 pemilik kapal kursin pendapatan pemilik kapal kursin buruh kursin multiply satuan2 <pendapatan istri pemilik kapal > <BLT> <pendapatan lain buruh > kursin buruh kursin < pemilik kapal kursin> <pendapatan juragan perorang> pendapatan buruh <pendapatan buruh kursin perorang> pendapatan buruh pendapatan pemilik kapal buruh <pendapatan istri pemilik kapal> < buruh > buruh BLT <pendapatan juragan kursin perorang> pemilik kapal pengeluaranburuh pengeluaran pemilik kapal <biaya berangkat > <jumlah orang per perahu> multiply satuan4 <inflasi perhari> nelayan multiply satuan3 <BLT> < nelayan > <pendapatan lain buruh kursin> rata2 <biaya pendidikan> nelayan buruh > <pendapatan lain > <pendapatan nelayan perorang> <rata2 jumlah anggota keluarga> multiply satuan biaya operasi per kepala pendapatan nelayan > <biaya pendidikan> pengeluaran (pendapatan perorang nelayan +pendapatan lain )*multiply satuan4 biaya operasi per kepala+biaya pendidikan*int(rata2 jumlah anggota keluarga/2)+"biaya kebutuhan sehari-hari per kepala"*rata2 jumlah anggota keluarga+biaya kesehatan nelayan / hari / hari Dalam model ini perubahan akan dilakukan pada dua variabel, yaitu perubahan harga BBM seperti pada grafik Gambar 2 serta memasukan unsur BLT pada pendapatan nelayan sebesar Rp per bulannya. Sedangkan nelayan yang mendapatkan BLT adalah nelayan buruh dammar dan kursin, nelayan jarring dan nelayan. nelayan nelayan > nelayan juragan > <biaya berangkat > biaya operasi per kepala <biaya perawatan kapal dan > <biaya kebutuhan sehari-hari per kepala> <inflasi perhari> nelayan pengeluaran nelayan <rata2 jumlah anggota keluarga> <biaya berangkat > <jumlah orang per perahu> <pendapatan perorang nelayan > biaya operasi per kepala pendapatan <biaya kebutuhan sehari-hari per kepala> <jumlah orang per perahu> multiply satuan perharii <multiply satuan4> <BLT> <pendapatan lain > <inflasi perhari> A-26-4
5 Gambar 2. Perubahan Harga BBM Selama Kurun Waktu (Sumber: Widarto, 2009) 6 M 3 M 0-3 M Perubahan kondisi pada model dilakukan dengan mengubah-ubah nilai parameter pada variabel harga BBM mengikuti perubahan harga selama kurun waktu Penambahan variabel BLT serta perubahan formulasi pada pendapatan nelayan dapat dilihat pada Gambar 2. Dari perubahan kondisi pada kedua variabel yang dilakukan dihasilkan output simulasi yang berbeda. Tujuan awal pemberian BLT adalah sebagai kompensasi kenaikan harga BBM untuk menjaga agar pendapatan masyarakat tidak mengalami penurunan yang signifikan dari pendapatan sebelum harga BBM dinaikan. Dari hasil simulasi Gambar 3(a) diketahui bahwa pendapatan buruh nelayan semakin turun bahkan mencapai nilai minus walaupun pemberian BLT sudah dilaksanakan. Penurunan tingkat pendapatan ini disebabkan karena pemberian BLT tidak sebanding dengan efek kenaikan harga BBM pada faktor-faktor lain misalnya pada naiknya harga kebutuhan sehari-hari dan biaya operasional melaut. Biaya kebutuhan sehari-hari per orang seperti yang terlihat pada Gambar 3(b) naik sekitar 45% dari biaya awal Rp 6000 menjadi Rp 8580 pada saat harga BBM Rp buruh kursin 10,000 8,500 7,000 5,500 biaya kebutuhan sehari-hari per kepala -6 M Time (day) buruh kursin : 5000 buruh kursin : 5500 buruh kursin : 6000 buruh kursin : 4500 buruh kursin : Current (a) (b) Gambar 3 (a) Hasil Simulasi Skenario BLT untuk Buruh Kursin (b) Kenaikan Biaya Kebutuhan Sehari-hari per Orang. 4, Time (day) "biaya kebutuhan sehari-hari per kepala" : 5000 "biaya kebutuhan sehari-hari per kepala" : 5500 "biaya kebutuhan sehari-hari per kepala" : 6000 "biaya kebutuhan sehari-hari per kepala" : 4500 "biaya kebutuhan sehari-hari per kepala" : Current /(day*orang) /(day*orang) /(day*orang) /(day*orang) /(day*orang) A-26-5
6 Namun, program BLT tidak disarankan untuk dilaksanakan apalagi secara terus menerus. Selain tidak mendidik, program ini hanya akan menimbulkan efek ketergantungan dan tidak adanya kemauan untuk berusaha. Pemberian Subsidi Khusus untuk Nelayan <musim> <harga BBM premium> <subsidi khusus BBM nelayan> lama berlayar multiply keberangkatan nelayan berdasarkan musim harga BBM solar pulse 15 hari sekali kebutuhan BBM kebutuhan BBM kursin jumlah orang kursin per kapal kebutuhan BBM lama berlayar kursin <multiply keberangkatan nelayan berdasarkan musim> kebutuhan BBM lama berlyar ekspektasi biaya perawatan alat untuk untuk tiap akan brangkat biaya berangkat biaya berangkat kursin jumlah orang per perahu lama berlayar kebutuhan air per hari per orang dalam biaya berangkat biaya berangkat ekspektasi biaya perawatan alat untuk tiap akan brangkat jumlah orang per perahu Gambar 4. Model Skenario BBM Khusus Nelayan kebutuhan makan per hari per orang ekspektasi biaya perawatan alat untuk kursin tiap akan brangkat <kebutuhan makan per hari per orang> <harga BBM solar> jumlah orang per perahu ekspektasi biaya perawatan alatuntuk tiap akan brangkat <kebutuhan air per hari per orang dalam > Pemberian subsidi khusus ini adalah dengan mengubah harga BBM pada model sesuai dengan harga BBM subsidi, dimana nilainya bisa sama dengan harga saat ini yaitu Rp dan atau dengan menambah subsidi dari harga saat ini yaitu menurunkan harga BBM kurang dari Rp Perubahan harga dilakukan dengan mengubah-ubah jumlah subsidi yang akan diberikan kepada nelayan sehingga diketahui berapa kira-kira jumlah subsidi yang harus diberikan dan bagaimana pengaruhnya terhadap nelayan. Batas pada model yang dijadikan patokan penambahan subsidi BBM adalah saat dimana nelayan tidak mencapai nilai minus dan atau pada saat dapat kembali pada posisi seimbang. Harga BBM yang terpengaruh adalah BBM untuk jenis solar yang memang diperlukan untuk operasional nelayan dan hanya berlaku untuk nelayan, artinya harga BBM ditempat lain tidak akan ikut berubah. Langkah ini dilakukan dengan menambahkan variabel subsidi pada model Gambar 4 di atas yang kemudian berpengaruh pada biaya operasional melaut. Berdasarkan Gambar 5, dengan menambah subsidi sekitar 12% dari harga BBM saat ini (Rp.4.500) hanya menaikan nelayan sekitar 1%. Subsidi harus dinaikan setidaknya sekitar 28% atau sekitar Rp agar nelayan tetap dapat mencukupi kebutuhannya, yaitu tidak berada di daerah minus, sama dengan nol dan atau dapat kembali ke posisi minimal nol walaupun sudah berada di daerah minus. A-26-6
7 8 M nelayan 4 M 0-4 M -8 M Time (day) nelayan : Current nelayan : 2000 nelayan : 1500 nelayan : 1000 nelayan : 500 Gambar 5. Hasil Simulasi Skenario untuk BBM Subsidi KESIMPULAN Penelitian ini melakukan kajian pengaruh BLT terhadap tingkat kesejahteraan nelayan. Dari hasil analisis diatas, pemberian BLT sebesar Rp ,00 berpengaruh tidak signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat nelayan. Dari hasil simulasi, diketahui bahwa pendapatan buruh nelayan semakin turun bahkan mencapai nilai minus walaupun pemberian BLT sudah dilaksanakan. Penurunan tingkat pendapatan ini disebabkan karena pemberian BLT tidak sebanding dengan efek kenaikan harga BBM pada faktor-faktor lain misalnya pada naiknya harga kebutuhan sehari-hari dan biaya operasional melaut. Selain itu, penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa penghapusan subsidi BBM akan berdampak kepada penurunan nelayan hingga mencapai dua kali lipat dari kondisi awal pada saat BBM masih disubsidi. Kondisi ini terjadi karena harga BBM yang cenderung berubah-ubah mengikuti perubahan harga minyak dunia memicu naiknya biaya operasional dan biaya kebutuhan sehari-hari. Ketika harga BBM menjadi sangat mahal, nelayan tidak akan melaut karena biaya operasional menjadi sangat tinggi sehingga pendapatan akan berkurang. Sementara itu, pengeluaran untuk biaya kebutuhan sehari-hari tetap dikeluarkan tetapi dengan jumlah yang lebih tinggi dari kebutuhan awal. Untuk pengembangan penelitian, topik menarik untuk dikaji adalah bagaimana seharusnya pola subsidi yang diberikan pemerintah kepada nelayan terkait dengan kenaikan harga BBM. Kajian ini bisa menggunakan hasil penelitian ini sebagai base model. REFERENSI Bambang, A. N. (2005) Analysis of Family Prosperity and Income Contribution of Fisherman's Wives at Cilacap Village, Cilacap. Journal of Coastal Development, 9, Bappeda Kab. Lamongan (2010) Akses secara online pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Lamongan. Diakses pada tanggal Mei Bappenas (2008) Alternatif Kebijakan untuk Menghadapi Kenaikan Harga Minyak Dunia. Jakarta, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappenas. A-26-7
8 Bappenas (2009) Program Bantuan Langsung Tunai Kepada Rumah Tangga Sasaran. Jakarta, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Bappenas. BPS Jatim (2008) Produk Domestik Regional Bruto Provinsi-Provinsi di Indonesia Menurut Lapangan Usaha. Surabaya, Biro Pusat Statistik Jawa Timur. BPS Jatim (2009) Data Makro Sosial dan Ekonomi Jawa Timur Tahun Surabaya, Biro Pusat Statistik Jawa Timur. BPS Kab. Lamongan (2009) Lamongan dalam Angka Lamongan, Biro Pusat Statistik Kabupaten Lamongan. Dep. ESDM (2008) Dibayangi Laju Penurunan Produksi Permintaan Minyak Dunia. Departemen Energi Sumber Daya Mineral, Akses online pada diakses Juli Disbudpar (2009) Tempat Pelelangan Ikan. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lamongan, Akses online pada diakses tanggal 26 Mei Muhammadi, Aminullah, E. & Soesilo, B. (2001) Analisis Sistem Dinamis: Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen, Jakarta, UMJ Press. Pical, V.J. (2003) Sistem Pembinaan Masyarakat Nelayan dalam Perspektif Pembangunan Perikanan yang Berkelanjutan di Indonesia. Program Pasca Sarja, Institut Pertanan Bogor. Satria, Arif (2010) Tepatkah Strategi Modernisasi Nelayan? Antara News. Akses online pada Diakses tanggal 12 Juni Simanungkalit, Resosudarmo, B. P., Hartono, T., Ahmad, N.I.L., Subiman, Olivia, A., Noegroho (2002) Analisa Penentu Sektor Prioritas Di Kelautan Dan Perikanan Indonesia. Jurnal Pesisir dan lautan Volume 4 No.3 tahun 2002 Sunarsip (2008) Melawan Spekulasi Harga Minyak Dunia. Jakarta, Dimuat pada Koran Jakarta tanggal 24 Juli Wahyuningsih, Elizabeth, T., Gurning, & Edhie, W. (1997). Budaya Kerja Nelayan Indonesia di Jawa Tengah (Kasus Masyarakat Nelayan Desa Wonokerto Kulon Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Kebudayaan. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. Bagian Proyek Pengkajian dan Pembinaan Kebudayaan Masa Kini. Jakarta Widarto, M. A. (2009) Akses online pada Diakses pada Juni Yusgiantoro, P. (2008) Harga Minyak Dunia Meluncur ke 50 Dolar. Jakarta, Dimuat pada Harian Suara Karya tanggal 14 Nopember A-26-8
BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan
19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) sangat penting dan berpengaruh terhadap kestabilan perekonomian di masyarakat. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bogor, April Penulis
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil alamin, puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-nya, shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan gagasan tertulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009, namun rakyat Indonesia masih mempercayakan kepemimpinan negeri ini lima tahun kedepan
Lebih terperinciBEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013
BEBAN SUBSIDI BBM DALAM APBN TAHUN 2013 I. PENDAHULUAN Dalam Undang-undang No.19 Tahun 2012 tentang APBN 2013, anggaran subsidi BBM dialokasikan sebesar Rp193,8 triliun meningkat Rp56,4 triliun bila dibandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK
LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK BIDANG EKONOMI DAN KEBIJAKAN PUBLIK STRATEGI KEBIJAKAN PENGENDALIAN INFLASI DI DAERAH PASCA KEBIJAKAN BARU SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) : Studi di Provinsi D.I.Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan salah satu indikator penting dalam perekonomian suatu negara. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki pulau terbanyak di dunia. Dengan banyaknya pulau di Indonesia, maka banyak pula masyarakat yang memiliki mata pencaharian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio
Lebih terperinciGagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem
Gagasan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Nelayan melalui Pendekatan Sistem Sugeng Hartono 1 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Bogor 1 Sugeng.ug@gmail.com 1. Pendahuluan Nelayan
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima tahun kedepan kepada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terbukti dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono periode pertama berakhir tahun 2009, namun rakyat Indonesia masih mempercayakan kepemimpinan negeri ini lima tahun kedepan kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlindungan, hiburan dan kebutuhan hidup lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia selama hidupnya selalu melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhannya, baik berupa kebutuhan akan makanan, pakaian, tempat perlindungan, hiburan dan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciPENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR
PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program Studi Sarjana Teknik Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Krisis perekonomian tersebut telah mengakibatkan kondisi
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Krisis moneter yang berlangsung di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah memporakporandakan seluruh aspek kehidupan bangsa terutama sendi-sendi perekonomian nasional.
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF REKOMENDASI. ertama, mengingat pengukuran kapal penangkap ikan dilakukan oleh
RINGKASAN EKSEKUTIF REKOMENDASI Berdasarkan dari hasil kajian ini, rekomendasi tentang evaluasi pelaksanaan Pungutan Hasil Perikanan (PHP) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) perikanan sebagai berikut:
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam PDB (Produk Domestik Bruto) nasional Indonesia. Kontribusi sektor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan bagi Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, baik dalam skala lokal, regional maupun negara, dimana sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi dan industri telah memacu pertumbuhan konsumsi enerji yang cukup tinggi selama beberapa dasawarsa terakhir di dunia, sehingga mempengaruhi
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciSIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,
Lebih terperinciBantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012
1. Pendahuluan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) 2012 Pemerintah akan mengalokasikan dana tunai sebesar Rp 25,6 triliun kepada 18,5 juta keluarga miskin atau 74 juta jiwa sebagai kompensasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdampak pada tingkat pengangguran seperti yang dijelaskan oleh teori trade-off
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam menganalisis perekonomian sebuah negara selain pertumbuhan ekonomi dan pengangguran. Inflasi juga sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antara inflasi dan pengangguran mulai menarik perhatian para ekonom pada akhir tahun 1950an, ketika A W Phillips dalam tulisannya dengan judul The Relationship
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Nelayan Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut. Komunitas nelayan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada
1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997-1998 memberikan dampak pada keuangan Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa krisis mempengaruhi Anggaran Pendapatan
Lebih terperinciIV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA
49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam yang dimiliki oleh Negara ini sungguh sangat banyak mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan
Lebih terperinciVII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output
VII. ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PADA USAHA PEMBENIHAN IKAN PATIN 7.1. Kerangka Skenario Perubahan Harga Input dan Output Perubahan-perubahan dalam faktor eksternal maupun kebijakan pemerintah
Lebih terperinciBukan berarti rencana tersebut berhenti. Niat pemerintah membatasi pembelian atau menaikkan harga BBM subsidi tidak pernah berhenti.
Pengantar: Pemerintah kembali akan menaikkan harga BBM. Berbagai opsi dilempar ke masyarakat. Berbagai penolakan pun muncul. Kenaikan itu ditunda beberapa kali. Ada apa sebenarnya di balik rencana itu?
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciSkenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya
1 Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya Dewi Indiana dan Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng. Teknik Industri, Fakultas
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perikanan di laut sekitar 5,8 juta km 2, yang terdiri dari perairan kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta km
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang cukup berpotensi untuk menyokong penyelenggaraan pembangunan suatu bangsa. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Lebih terperinciSUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan masih menjadi masalah yang mengancam Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta jiwa yang berarti sebanyak 16,58
Lebih terperinciBukuGRATISinidapatdiperbanyakdengantidakmengubahkaidahsertaisinya.
EdisiBukuSaku Bersama-samaSelamatkanUangRakyat Disusunoleh: Tim SosialisasiPenyesuaianSubsidi BahanBakarMinyak JokoSulistyo(TataLetak) Komikoleh: @irfanamalee(creativedirector) ZahraSafirah(Naskah) Isnaeni(Ilustrator)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia atau bumi adalah planet ketiga dari matahari yang merupakan planet terpadat dan terbesar kelima dari delapan planet dalam tata surya yang digunakan sebagai tempat
Lebih terperinciBuku GRATIS ini dapat diperbanyak dengan tidak mengubah kaidah serta isinya
Edisi Tanya Jawab Bersama-sama Selamatkan Uang Bangsa Disusun oleh: Tim Sosialisasi Penyesuaian Subsidi Bahan Bakar Minyak Sampul Depan oleh: Joko Sulistyo & @irfanamalee dkk. Ilustrator oleh: Benny Rachmadi
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan. Tidak meratanya distribusi
Lebih terperinciMencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia
SEMINAR NASIONAL Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia ENNY SRI HARTATI Auditorium Kampus Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie Rabu, 24 September 2014 INSTITUTE FOR DEVELOPMENT OF
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan masyarakat demokratis, yang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.
45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya perekonomian, karena dalam
Lebih terperinciTeks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak
Teks Tantangan Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Struktur Kalimat Pengantar, isu, masalah Besaran subsidi energi pada tahun anggaran 2014 mencapai 297,4 triliun. Angka tersebut didasarkan pada realisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk melakukan kegiatan ekonomi di dalamnya. Kota Bandung juga memiliki jumlah penduduk yang banyak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tren yang fluktiasi dengan indikator-indikator yang mempengaruhinya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada periode sebelumnya yaitu 2010-2014, pembangunan ekonomi Indonesia difokuskan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), dalam kurun waktu 4 tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan nasional dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dikembangkan dan dikelola sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama beberapa tahun terakhir (2005-2009), ekonomi Indonesia membaik dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 5,5 persen. Namun kinerja itu masih jauh jika dibanding
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil komoditas pertanian berupa padi. Komoditas padi dikonsumsi dalam bentuk beras menjadi nasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui
Lebih terperinciDinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Putri Amelia dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Bakosurtanal,
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO
Perencanaan Energi Provinsi Gorontalo 2000-2015 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI UNTUK SEKTOR PERIKANAN DI PROVINSI GORONTALO Hari Suharyono Abstract Gorontalo Province has abundace fishery sources, however the
Lebih terperinciCatatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah
Catatan Atas Harga BBM: Simulasi Kenaikan Harga, Sensitivitas APBN dan Tanggapan terhadap 3 Opsi Pemerintah I. Pendahuluan Harga Minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) merupakan salah satu
Lebih terperinciUka Wikarya. Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat,
Kajian Kebijakan BBM Bersubsidi Oleh: Uka Wikarya Pengajar dan Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi, Universitas it Indonesia Yayasan Institut Indonesia untuk Ekonomi
Lebih terperinciDampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (Apbd) Pada Pemerintah Kota Tasikmalaya
Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-01-25 Dampak Inflasi Terhadap Anggaran Pendapatan Dan
Lebih terperinciANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA
ANALISIS KEBERADAAN TRADEOFF INFLASI DAN PENGANGGURAN (KURVA PHILLIPS) DI INDONESIA Abstract Inflasi dan pengangguran adalah masalah pelik yang selalu dihadapi oleh Negara Indonesia terkait belum berkualitasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan (Archipelagic state) terbesar di dunia. Jumlah Pulaunya mencapai 17.506 dengan garis pantai sepanjang 81.000 km. Kurang lebih 60%
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat, telah dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah menjadi barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia yang semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi yang terjadi di dalam masyarakat yang memiliki angka tingkat mobilitas yang tinggi, kebutuhan transportasi menjadi hal yang penting bagi kelangsungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan kemiskinan, banyaknya jumlah anak dalam keluarga dan pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nelayan adalah suatu masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dengan mata pencaharian utama memanfaatkan sumber daya alam yang terdapat di dalam laut baik itu berupa
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu mempermudah hidup manusia. Untuk dapat dipergunakan sebagai mana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin
Lebih terperinciR E F E R E N S I No. 07/ REF/ V/ BAN/ 2008
R E F E R E N S I No. 07/ REF/ V/ BAN/ 2008 KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) ALASAN PEMERINTAH MENAIKKAN HARGA BBM 1. Tingginya harga minyak dunia yang hampir menembus US$120/ barel, diperkirakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang sangat penting dalam perekonomian setiap negara, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Krisis ekonomi yang terjadi
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua
BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah ini terkandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional adalah masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dikembangkan dan dikelola sumberdaya yang tersedia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Uang mempermudah manusia untuk saling memenuhi kebutuhan hidup dengan cara melakukan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan faktor penting dalam proses pembangunan yakni sebagai penyedia tenaga kerja. Namun dengan kondisi tenaga kerja dalam jumlah banyak belum menjamin bahwa
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH TAHUN 2014 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Periode RPJMD Kabupaten Temanggung Tahun 2008-2013 beserta semua capaian kinerjanya
Lebih terperincifaktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu negara sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, ketersediaan sumber daya, teknologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sektor perikanan dan kelautan (Nontji, 2005, diacu oleh Fauzia, 2011:1).
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dan kekurangan dana (Mishkin, 2009). Bank memiliki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang menerima simpanan dan membuat pinjaman serta sebagai lembaga perantara interaksi antara pihak yang kelebihan dana dan kekurangan
Lebih terperinci