BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. keluarga, kasus ragu ayah ( disputed paternity) semakin lama semakin banyak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. keluarga, kasus ragu ayah ( disputed paternity) semakin lama semakin banyak"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Sengketa asal usul insidennya cukup tinggi didalam masyarakat, tetapi hanya sedikit kasus yang meminta bantuan dokter untuk pembuktiannya. Hal ini dikarenakan kasus sengketa asal usul dianggap aib sehingga cendrung dirahasiakan. Dalam masyarakat Indonesia, diantara banyak kasus sengketa keluarga, kasus ragu ayah ( disputed paternity) semakin lama semakin banyak dijumpai. Masyarakat semakin menyadari bahwa setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan informasi mengenai asal usul mereka. Pengetahuan mengenai ayah dan ibu kandung seorang anak mempunyai pengaruh bagi pihak yang terkait yakni menyangkut pemberian hak tertentu kepada anak seperti hak atas pengasuhan, hak santunan biaya hidup dan hak warisan (Atmadja, 2009). Perkembangan disiplin ilmu forensik sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Biologi molekuler forensik berkembang secara pesat menjadi suatu disiplin ilmu tersendiri dan mempengaruhi sistem penegakan hukum dan peradilan karena penerapannya yang sangat berguna. Perkembangan ini juga diikuti oleh isu-isu sosioetikolegal terhadap pemanfaatan luas biologi molekuler forensik (Rapley dan Whitehouse, 2007). Sejak setengah abad yang lalu terjadi perkembangan pesat biologi molekuler yang membuat para ilmuwan mampu memeriksa sekuen Deoxyribose Nucleic Acid (DNA). Polimorfisme DNA dapat dideteksi menggunakan southern 1

2 2 blot, yang kemudian berlanjut dengan dimulainya analisis terhadap lokus polimorfisme tersebut (Goodwin, 2007). Biologi molekuler forensik dikenal juga sebagai genetika forensik. Perkembangan yang sangat menggembirakan dalam sejarah genetika forensik adalah dengan ditemukannya proses amplifikasi regio spesifik DNA dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Proses PCR pertama kali dikemukakan oleh Mullis (1983), seorang ahli kimia yang bekerja di Cetus Corporation, Amerika Serikat. Perkembangan PCR diikuti perkembangan semua aspek dalam bidang biologi molekuler. Berdasarkan temuan PCR yang signifikan ini, Mullis mendapat penghargaan Nobel untuk bidang kimia pada tahun PCR meningkatkan sensitifitas analisis DNA ketingkat profil DNA bisa didapatkan dari sejumlah kecil sel. PCR juga ikut mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi profil, dan bisa digunakan pada DNA yang telah terdegradasi, serta memungkinkan untuk menganalisis beberapa polimorfisme pada genom (Goodwin, 2007). Dengan perkembangan teknologi PCR, penggunaan polimorfisme DNA sebagai salah satu metode untuk identifikasi personal semakin meningkat dan reliabel. Pengulangan dua, tiga, empat, dan lima basa dari sekuen DNA dapat digunakan sebagai sebagai metode identifikasi dan pertalian genetik seseorang. Pemeriksaan STR mempunyai diskriminasi tinggi sebagai penanda genetik dalam identifikasi, khususnya dalam menilai hubungan kekeluargaan seseorang (Hammond, 1994).

3 3 Aplikasi pertama PCR pada bidang forensik adalah analisis Single Nucleotide Polymorphisms (SNP) pada lokus DQα. Hal ini segera diikuti oleh analisis Short Tandem Repeats (STR) yang pada saat ini merupakan penanda genetik yang sangat lazim digunakan dalam bidang forensik (Goodwin, 2007). STR merupakan metode analisis polimorfisme genetik terbaru dalam bidang genetika forensik, yang diperkenalkan pertama kali sekitar tahun 1990 dan sekarang menjadi modal utama di setiap laboratorium forensik diseluruh dunia. Hampir semua kasus forensik melibatkan analisis polimorfisme STR. Kekuatan diskriminasi STR akan meningkat dengan memadukan sampai 16 lokus STR dengan PCR tunggal. Sensitifitas tes rutin ini juga memperlihatkan kemajuan, karena bisa dimulai dengan 100 template awal (Collins et al., 2000; Whitaker et al., 2001; Krenke et al., 2002; Goodwin, 2007). Terdapat ribuan STR yang potensial digunakan dalam analisis forensik. Lokus-lokus STR terdapat pada seluruh genom manusia termasuk 22 buah kromosom autosomal dan kromosom seks X serta Y. Mayoritas lokus yang digunakan dalam bidang genetika forensik adalah pengulangan tetranukleotida, yaitu mempunyai motif empat pasangan basa berulang. STR memenuhi persyaratan sebagai penanda forensik secara memuaskan, karena mereka kuat, bisa menganalisis materi biologis yang cukup luas, hasilnya pada berbagai laboratorium mudah dibandingkan, mempunyai kekuatan diskriminasi yang tinggi, khususnya jika dianalisis dengan sejumlah besar lokus simultan/ multiplexing (Goodwin, 2007).

4 4 Pada banyak negara didunia database DNA forensik sudah tersedia dengan baik. Di Amerika Serikat, terdapat Combined DNA Index System (CODIS) yang berisi profil DNA seseorang, terutama para pelaku dan korban kejahatan. Jumlah profil DNA seseorang yang menjadi database Amerika Serikat bervariasi mulai dari ribuan hingga ratusan ribu. Kebanyakan dari profil DNA tersebut berasal dari tempat kejadian perkara (Reid et al., 2008). Institusi atau negara yang berbeda mengeluarkan standar yang berbeda pula, dan dari tahun ke tahun mengalami perkembangan dalam hal konsep statistika maupun teknologi. Sampai saat ini belum dapat disepakati standar lokus STR untuk identifikasi. Di negara-negara yang belum memiliki basis penelitian yang memadai, biasanya digunakan salah satu standar seperti CODIS atau ESS. Di Indonesia cendrung menggunakan CODIS karena meningkatnya kerjasama dengan institusi kepolisian Amerika Serikat (Syukriani, 2012). Penelitian frekuensi alel terhadap populasi Indonesia dilakukan oleh Untoro et al. (2009) untuk mendapatkan database 13 CODIS DNA yang berguna untuk perhitungan paternity index dan juga matching probability dari aplikasi teknologi DNA. Pada penelitian tersebut diambil sampel dari 402 orang. Sebanyak 322 orang yang tak berhubungan diambil dari bagian barat Indonesia dan 80 orang berasal dari bagian timur Indonesia. Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa frekuensi alel untuk populasi Indonesia adalah spesifik dan berbeda dari populasi Asia lainnya serta juga ditemukan mikrovarian. Kasus ragu ayah merupakan kasus yang mencari pembuktian ayah kandung dari seorang anak. Sebagai contoh yang termasuk dalam kategori ini

5 5 adalah kasus imigrasi, kasus klaim keayahan oleh seorang wanita, kasus perselingkuhan dan kasus incest (Atmadja, 2009). Beberapa penelitian terdahulu menemukan bahwa kemungkinan menemukan hubungan ayah-anak (paternitas) bila hanya menggunakan sistem ABO, MNS dan Rhesus adalah 50-60%. Bila menggunakan semua sistem maka kemungkinannya meningkat menjadi diatas 90%. Hukum Mendel yang digunakan tetap berdasarkan probabilitas, sehingga penentuan keayahan dari seorang anak tidak dapat dipastikan, namun sebaliknya kita dapat memastikan seseorang adalah bukan ayah seorang anak (paternity exclusion) (Budiyanto, 1997). Di Amerika Serikat, menurut The American Association of Blood Bank (AABB), pada tahun 2003 didapatkan lebih dari kasus paternitas yang diperiksa pada setiap tahunnya. Tujuan pemeriksaan parentage /paternity testing tersebut dibuat berdasarkan kesamaan alel antara anak dengan ayah yang dicurigai ketika banyak penanda genetik diperiksa. Jadi hasil akhir dari paternity testing adalah inklusi atau eksklusi (Butler, 2005). Manfaat utama dari pemeriksaan hubungan kekeluargaan adalah untuk menentukan derajat kemungkinan ( likelihood) dari seseorang mempunyai orangtua yang sama dengan orang lain. Pada kasus satu atau kedua orangtua anak tidak ada atau tidak bersedia untuk diperiksa, maka tidak memungkinkan untuk memecahkan kasus kekeluargaan hanya dengan menggunakan STR autosomal konvensional, karena profil genetik diantara saudara bisa sangat berbeda sesuai hukum Mendel (Immel et al., 2011).

6 6 Terdapat tantangan terkait jurisprudensi identifikasi DNA. Di Indonesia masih sulit mengakses putusan pengadilan negeri hingga pengadilan tinggi, maka sulit untuk melacak sejauh mana pemeriksaan DNA dapat diterima dipengadilan. Didalam sistem hukum Amerika Serikat dikenal istilah uji Frye untuk menjamin bahwa hanya bukti ilmiah yang reliable saja yang dapat diterima sebagai bukti dipengadilan. Untuk menambah keyakinan kesimpulan pemeriksaan DNA di pengadilan, analisis statistika genetika populasi sangat diperlukan (Syukriani, 2012). Setelah hasil pemeriksaan STR diinterpretasi, selanjutnya dilakukan analisis untuk menentukan kesimpulan. Ada tiga macam kesimpulan dalam identifikasi forensik khususnya pada kasus ragu ayah yaitu eksklusi, inklusi dan tidak dapat disimpulkan. Kesimpulan eksklusi memberikan keyakinan 100% sementara kesimpulan inklusi membutuhkan analisis statistika genetika populasi untuk mendapatkan paternity index/likelihood ratio. Angka estimasi frekuensi alel yang telah dikoreksi dimasukkan kedalam rumus perhitungan untuk kalkulasi probability of paternity. Pada kasus trio standar paternitas (anak, ibu, dan terduga ayah), kasus duo (anak dan terduga ayah tanpa ibu), kasus ragu orang tua dan lain sebagainya dapat digunakan perhitungan manual dan melalui aplikasi komputer (Fung dan Hu, 2008; Syukriani,2012). Salah satu aplikasi software komputer tentang paternitas adalah EasyDNA yang dikemukakan oleh Fung (2013). EasyDNA merupakan empat buah program komputer yang dikembangkan untuk menyelesaikan kasus paternitas dan kekeluargaan berdasarkan kalkulasi statistik untuk terduga ayah, terduga ayah

7 7 tanpa DNA typing, incest dan orang hilang. Program komputer EasyDNA sangat aplikabel dan memberikan manfaat terhadap pemecahan kasus paternitas (Fung dan Hu, 2008). Kebutuhan akan uji paternitas telah berkembang secara pesat menjadi sebuah lahan industri baru. Di Amerika Serikat dikembangkan Federation Bureau of Investigation Combined DNA Index System Short Tandem Repeats (FBI CODIS STR) untuk uji paternitas. Solusi statistik untuk metode ini disebut paternity index (PI) (Kobilinsky, 2007). Tes tambahan dengan penanda garis keturunan DNA kromosom Y (Y - STR) dan DNA mitokondria sangat berguna untuk mengeksklusi individu yang tidak berhubungan. Penanda DNA autosomal seperti 13 lokus STR pada setiap individu memiliki setengah informasi genetik yang berasal dari ayah dan setengahnya lagi berasal dari ibu. Y-STR dan DNA mitokondria mewakili penanda garis keturunan seseorang. Kedua jenis tipe DNA ini diturunkan dari generasi ke generasi tanpa perubahan (kecuali mutasi). Garis keturunan maternal bisa dilacak melalui sekuen DNA mitokondria, sedangkan garis keturunan paternal didapatkan melalui penanda kromosom Y (Butler, 2005; Reid et al., 2008). The International Society for Forensic Genetics (ISFG) merupakan organisasi internasional yang bertanggungjawab untuk mempromosikan pengetahuan ilmiah dibidang analisis penanda genetik untuk tujuan forensik. ISFG beranggotakan lebih dari 800 orang anggota dari 50 negara. Beberapa

8 8 rekomendasi formal berasal dari hasil penelitian ISFG diantaranya penggunaan penanda STR, penanda mtdna dan penanda Y-STR (Butler, 2005). The Paternity Testing Commission (PTC) dari ISFG sudah membuat rekomendasi biostatistik yang didasarkan pada standar ISO dan rekomendasi ISFG sebelumnya tentang investigasi genetik terhadap kasus paternitas. Pada set sebelumnya ISFG merekomendasikan evaluasi biostatistik paternitas berdasarkan prinsip likelihood ratio atau paternity index. PTC menyarankan agar setiap laboratorium paternitas mengadopsi cara ini didalam menyelesaikan kasus paternitas (Gjertson et al., 2007). Selain paternity index (likelihood ratio) dan probability of paternity (posterior probability), perhitungan probability of exclusion/exclusion probability atau power of exclusion (PE/EP) dari laki-laki random pada kasus paternitas juga digunakan oleh ilmuwan dan laboratorium. Exclusion probability dapat dihitung tanpa genotip terduga ayah. Exclusion of probability dapat juga dihitung pada kasus duo tanpa ibu. Notasi EP digunakan pada kasus khusus sedangkan PE dapat digunakan untuk semua kasus (Fung dan Hu, 2008). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mencari gambaran kasus ragu ayah dan melakukan analisis paternity index/probability of paternity berdasarkan frekuensi alel Indonesia yang diperiksa di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito/Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian dilakukan terhadap hasil DNA fingerprint seluruh kasus paternitas dan kemudian dilakukan analisis statistik genetika populasi untuk mendapatkan kesimpulan.

9 9 B.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan mengenai studi kekeluargaan (kinship) untuk mengetahui hubungan keayahan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah tentang gambaran kasus ragu ayah dan analisis paternity index/probability of paternity berdasarkan frekuensi alel Indonesia menggunakan metode DNA fingerprint di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito/Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. C. Pertanyaan Penelitian Bagaimanakah gambaran kasus ragu ayah dan analisis paternity index/probability of paternity berdasarkan frekuensi alel Indonesia menggunakan metode DNA fingerprint di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito/Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta? D.Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui gambaran kasus ragu ayah dan analisis paternity index/probability of paternity berdasarkan frekuensi alel Indonesia menggunakan metode DNA fingerprint di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr. Sardjito/Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. E. Keaslian Penelitian Banyak penelitian dibidang genetika forensik untuk menentukan hubungan paternitas seorang anak dengan terduga ayah. Penelitian tentang metode STR sebagai baku emas dalam pemeriksaan identifikasi DNA, khususnya kasus ragu

10 10 ayah sudah banyak dipublikasikan. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh El-Alfy dan El-Hafez (2012) tentang uji paternitas dengan analisis STR multiplex (ABI PRISM 310 Genetic Analyser) terhadap sampel orang Mesir mendapatkan hasil bahwa STR merupakan alat pemeriksaan genetik yang reliabel dan kuat serta mempunyai peranan sentral dalam masyarakat untuk memecahkan masalah kekeluargaan dan forensik. Ye et al. (2013) menganjurkan penggunaan SNPSTR sebagai salah satu modalitas dalam identifikasi forensik karena akan memberikan nilai signifikansi yang lebih daripada pemeriksaan SNP maupun STR secara terpisah. Sementara itu, Yoo et al. (2011) melakukan pengembangan data bank terhadap orang-orang Korea dengan 15 STR autosomal, hal ini didorong oleh telah berhasilnya Amerika Serikat mengembangkan CODIS dan Inggris dengan national DNA database. Pengembangan ini merupakan salah satu bentuk kemajuan database Korea dan diharapkan dapat berguna untuk bidang forensik. Penelitian yang dilakukan oleh Bǿrsting et al. (2006) pada 50 kasus trio paternitas di Denmark dengan menggunakan STR, VNTR dan SNP untuk mendapatkan paternity index. Didapatkan bahwa paternity index dari 15 lokus STR empat kali lebih tinggi daripada 7 VNTR dan tujuh belas kali lebih tinggi daripada 52 SNP. Sebuah penelitian dilakukan oleh Moroni et al. (2008) menggunakan 3 buah set STR (penanda 15, 10 dan 9) dan 14 database dari populasi Afrika, Amerika, Asia dan Eropa dengan menggunakan 100 sampel trio paternitas di Finlandia untuk mendapatkan paternity index dan sebagainya. Sampel dibagi atas

11 11 sampel trio (anak, ibu dan terduga ayah) dan duo (data yang diolah hanya anak dan terduga ayah) dan didapatkan hasil bahwa pada kasus trio tidak terdapat perbedaan statistik yang bermakna, sedangkan pada kasus duo penggunaan 15 STR direkomendasikan. Penelitian lain yang menggunakan bukti DNA seperti yang dilakukan oleh Lee et al. (2000). Dilakukan perbandingan kasus trio dengan duo tanpa ibu paternitas dan disimpulkan bahwa untuk mendapatkan probability of exclusion dan probability of paternity dari kasus duo harus lebih hati-hati dan level diskriminasinya harus berbeda dari kasus trio. Penelitian oleh Toscanini et al. (2009) di Argentina menemukan bahwa terdapat perbedaan statistik bermakna paternity index jika dilakukan antara set data berbeda (trio dan duo paternitas). Sementara itu penelitian oleh Fung et al. (2006) mengemukakan tentang aspek analisis statistik berbasis komputer yang memainkan peranan penting dalam menyelesaikan kasus paternitas yakni melalui software EasyDNA. Penelitian oleh Cὄlicata (2004) yang dilakukan pada tahun di Argentina terhadap 31 kasus paternity testing mendapatkan bahwa hanya kerabat derajat pertama dari terduga ayah tidak ada atau saudara atau saudara tiri saja yang memungkinkan diteliti untuk mendapatkan hasil yang diharapkan. Pada 19 kasus terduga ibu ada. Pada keseluruhan kasus peneliti bisa menentukan hubungan biologis antara anak dengan kerabat dari terduga ayah sehingga profil genetik ayah sesungguhnya bisa didapatkan. Penelitian Reid et al. (2008) untuk menentukan hubungan persaudaraan ( sibship) dengan menggunakan dua cara yaitu derajat alel yang sama dan pendekatan kecocokan kinship, mendapatkan

12 12 hasil bahwa tidak mudah menemukan persaudaraan sebenarnya dengan menggunakan dua metode diatas pada data populasi yang besar. Balloch et al. (2008) melaporkan sebuah kasus trio paternitas dengan dua buah ketidakcocokan antara alel anak dengan terduga ayah menggunakan 15 lokus STR, sehingga disimpulkan sebagai eksklusi. Pada pemeriksaan 12 lokus Y-STR didapatkan kecocokan pada semua alel antara anak dengan terduga ayah. Pada keadaan seperti ini, kemungkinan terjadinya mutasi pada alel ayah maupun ibu harus diperhitungkan. Penelitian terhadap dua buah kasus reverse paternity determination oleh Mixich et al. (2004) di Romania menyimpulkan bahwa jika terduga ayah tidak ada, maka pemeriksaan DNA anggota keluarga terduga ayah yang lainnya harus dilakukan. Penelitian tentang exclusion power dilakukan oleh Schaller et al. (2006) pada 107 kasus trio paternitas di Argentina. Pada penelitian yang menggunakan 11 lokus STR ini didapatkan hasil bahwa total exclusion power adalah 0,99973 dan D13S317 merupakan lokus dengan exclusion power tertinggi (0,6183). Pada kesimpulan hasil pemeriksaan STR inconclusive, Pinto et al. (2013) menganjurkan agar dilakukan extent analysis dari STR untuk mendapatkan bukti yang kuat. Pada kasus yang ditelitinya dia melakukan strategi analisis a priori odds pada sejumlah inkompabilitas Mendellian yang diharapkan dan nilai yang diharapkan untuk likelihood ratio. Dari sekian banyak penelitian, belum pernah ada penelitian yang membahas tentang gambaran kasus ragu ayah dan analisis paternity index/probability of paternity berdasarkan frekuensi alel Indonesia menggunakan

13 13 DNA fingerprint di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr.sardjito/fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. F.Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para klinisi dan para penegak hukum dalam memutuskan kasus sengketa keayahan. Bagi keluarga klien akan membantu untuk menjelaskan tentang kedudukan dan hak anak seperti hak pengasuhan, hak santunan biaya hidup dan hak warisan. Penelitian ini juga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang forensik genetik, yang nantinya juga dapat dijadikan acuan dalam pemilihan metode dan penyusunan berbagai protokol penyelesaian kasus ragu ayah di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP dr.sardjito/fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK PERANAN TES DNA DALAM IDENTIFIKASI FORENSIK

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK PERANAN TES DNA DALAM IDENTIFIKASI FORENSIK REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK PERANAN TES DNA DALAM IDENTIFIKASI FORENSIK KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO RSUP DR. KARIADI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengukuran kemiripan profil DNA manusia yang dibangun didesain untuk mengukur kemiripan profil DNA manusia antara profil DNA seseorang dengan data-data profil DNA yang tersimpan

Lebih terperinci

BAB II DNA dan CODIS 13

BAB II DNA dan CODIS 13 BAB II DNA dan CODIS 13 2.1. DNA (DEOXYRIBONUCLEIC ACID) DNA merupakan singkatan dari Deoxyribonucleic Acid [4]. Susunan lengkap DNA yang berisikan seluruh data dan instruksi dalam mengkontrol seluruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sel pada tubuh memiliki DNA yang sama dan sebagian besar terdapat pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sel pada tubuh memiliki DNA yang sama dan sebagian besar terdapat pada BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. DNA (Deoxyribonuleic Acid) Deoxyribonucleic acid (DNA) adalah suatu materi yang terdapat pada tubuh manusia dan semua makhluk hidup yang diwarisi secara turun menurun. Semua

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEKERABATAN POPULASI MELAYU CINA DARATAN BERDASARKAN 13 LOKUS STRs ndna

HUBUNGAN KEKERABATAN POPULASI MELAYU CINA DARATAN BERDASARKAN 13 LOKUS STRs ndna Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia The Indonesian Association of Forensic Medicine Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan 2017 Proceeding Annual Scientific Meeting 2017 HUBUNGAN KEKERABATAN POPULASI MELAYU

Lebih terperinci

Penerapan Teknologi DNA dalam Identifikasi Forensik

Penerapan Teknologi DNA dalam Identifikasi Forensik Pendahuluan Penerapan Teknologi DNA dalam Identifikasi Forensik Kartika Ratna Pertiwi Staf Pengajar pada Jurdik Biologi FMIPA UNY Email: doktertiwi@gmail.com Kata forensik berarti berhubungan dengan ruang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar belakang. orang yang sudah meninggal, kegunaan golongan darah lebih tertuju pada 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Golongan darah sistem ABO yang selanjutnya disebut golongan darah merupakan salah satu indikator identitas seseorang. Pada orang hidup, golongan darah sering digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah Berdasarkan aspek pewilayahan Kalimantan Tengah mempunyai potensi besar untuk pengembangan peternakan dilihat dari luas lahan 153.564 km 2 yang terdiri atas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Secara global, luka bakar adalah masalah serius. bagi kesehatan masyarakat. Diperkirakan

PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Secara global, luka bakar adalah masalah serius. bagi kesehatan masyarakat. Diperkirakan BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Secara global, luka bakar adalah masalah serius bagi kesehatan masyarakat. Diperkirakan 195.000 kematian terjadi setiap tahun akibat luka bakar itu sendiri

Lebih terperinci

PENENTUAN SIMILARITAS DAN VARIABILITAS GENETIK PADA KELUARGA ETNIS JAWA DAN ARAB DENGAN DNA FINGERPRINT DI MALANG, JAWA TIMUR, INDONESIA

PENENTUAN SIMILARITAS DAN VARIABILITAS GENETIK PADA KELUARGA ETNIS JAWA DAN ARAB DENGAN DNA FINGERPRINT DI MALANG, JAWA TIMUR, INDONESIA PENENTUAN SIMILARITAS DAN VARIABILITAS GENETIK PADA KELUARGA ETNIS JAWA DAN ARAB DENGAN DNA FINGERPRINT DI MALANG, JAWA TIMUR, INDONESIA Nila Kartika Sari 1) 1) Program Studi Pendidikan Biologi, IKIP Budi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang I. PENDAHULUAN Kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang (Emilia, dkk., 2010). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rantai globin, yaitu gen HBA yang menyandi α-globin atau gen HBB yang

BAB I PENDAHULUAN. rantai globin, yaitu gen HBA yang menyandi α-globin atau gen HBB yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia merupakan kelainan genetik dengan pola pewarisan autosomal resesif yang disebabkan karena adanya mutasi pada gen penyandi rantai globin, yaitu gen HBA yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI KEAMANAN BERBASIS DNA PADA JARINGAN GPRS DAN 3G SKRIPSI

RANCANG BANGUN APLIKASI KEAMANAN BERBASIS DNA PADA JARINGAN GPRS DAN 3G SKRIPSI RANCANG BANGUN APLIKASI KEAMANAN BERBASIS DNA PADA JARINGAN GPRS DAN 3G SKRIPSI Oleh : JUSRIL A. HIDAYAT 04 04 03 0563 DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008 RANCANG BANGUN

Lebih terperinci

BAB 7 KEMUNGKINAN 18 MARET 2010 BAMBANG IRAWAN

BAB 7 KEMUNGKINAN 18 MARET 2010 BAMBANG IRAWAN BAB 7 KEMUNGKINAN 18 MARET 2010 BAMBANG IRAWAN PENGANTAR Salah satu sifat ilmiah adalah terukur Dalam genetika transmisi atau genetika Mendel pengukuran berkaitan dengan perbandingan fenotip dan perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya harga daging sapi mengakibatkan beredarnya isu bakso sapi yang dicampur dengan daging tikus. Akibat dari tingginya harga daging sapi, ada pedagang bakso yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemoglobinopati adalah kelainan pada sintesis hemoglobin atau variasi struktur hemoglobin yang menyebabkan fungsi eritrosit menjadi tidak normal dan berumur pendek.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1 DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1 Kromosom Meiosis Dan Mitosis Biokimia Sifat Keturunan Apakah Gen Itu? Regulasi Gen Mutasi Gen, Alel, dan Lokus Pewarisan Sederhana atau Mendel Keterpautan (Linkage) Inaktivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam secara umum telah dilakukan secara turun temurun meskipun dalam jumlah kecil skala rumah tangga, namun usaha tersebut telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh manusia (Suhartini dan Nur 2005 dalam Granada 2011),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Babi domestik (Sus scrofa) merupakan hewan ternak yang dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut Sihombing (2006), daging babi sangat digemari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS DNA PADA LOKUS D1S80 UNTUK UJI PATERNITAS/MATERNITAS PADA SAMPEL ETNIS MELAYU, DAYAK DAN TIONGHOA DI KOTA PONTIANAK

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS DNA PADA LOKUS D1S80 UNTUK UJI PATERNITAS/MATERNITAS PADA SAMPEL ETNIS MELAYU, DAYAK DAN TIONGHOA DI KOTA PONTIANAK 0 NASKAH PUBLIKASI ANALISIS DNA PADA LOKUS D1S80 UNTUK UJI PATERNITAS/MATERNITAS PADA SAMPEL ETNIS MELAYU, DAYAK DAN TIONGHOA DI KOTA PONTIANAK RAKHMIANA I11109004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS

Lebih terperinci

ALEL OLEH : GIRI WIARTO

ALEL OLEH : GIRI WIARTO ALEL OLEH : GIRI WIARTO Sejarah Singkat Dengan adanya Mutasi,sering dijumpai bahwa pada suatu lokus didapatkan lebih dari satu macam gen. Mendel tidak dapat mengetahui adanya lebih dari satu alel yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (TKP) seringkali menjadi kunci penting bagi pihak kepolisian dan pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. (TKP) seringkali menjadi kunci penting bagi pihak kepolisian dan pengadilan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi forensik merupakan tindakan mengenali suatu barang bukti, baik berupa spesimen biologis maupun benda lainnya pada investigasi kriminal untuk kepentingan

Lebih terperinci

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

PENGENALAN BIOINFORMATIKA PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) PENGENALAN BIOINFORMATIKA Oleh: Syubbanul Wathon, S.Si., M.Si. Pokok Bahasan Sejarah Bioinformatika Istilah-istilah biologi Pangkalan data Tools Bioinformatika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perserikatan Bangsa Bangsa telah mendirikan FAO Global Strategy for the Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan mengatur pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang paling sering dijumpai di dunia maupun di Indonesia (Thompson, 2007; Adham et al., 2012). Insidensi

Lebih terperinci

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat sekarang ini memberikan dampak yang besar terhadap kinerja manusia khususnya dalam bekerja. Segala sesuatu yang dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia,

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Chronic myelogenous leukemia (CML) merupakan keganasan hematologi yang ditandai dengan meningkatnya sel myeloid (Perrotti et al., 2010). Di Asia, CML merupakan keganasan

Lebih terperinci

DNA FINGERPRINT. SPU MPKT B khusus untuk UI

DNA FINGERPRINT. SPU MPKT B khusus untuk UI DNA FINGERPRINT SPU MPKT B khusus untuk UI 1 Pengertian umum Bioteknologi : seperangkat teknik yang memanfaatkan organisme hidup atau bagian dari organisme hidup, untuk menghasilkan atau memodifikasi produk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia saat ini mengalami peningkatan yang diiringi dengan kesadaran masyarakat akan pemenuhan kebutuhan gizi. Bahan pangan asal hewan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah

I. PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Hingga saat ini jati masih menjadi komoditas mewah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jati (Tectona grandis Linn. f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan diminati oleh banyak orang, baik dalam maupun luar negeri.

Lebih terperinci

Paramita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2012

Paramita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2012 MK. GENETIKA (BIOLOGI SEM 4) Kuswandi* FMIPA UNY 2012 Email *: paramita@uny.ac.id 2 1. From Mendel to DNA 2. The double helix 3. Genomics 4. The impact of genetic engineering 5. Model organisms 6. The

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Amplifikasi silang jenis Mindi Amplifikasi DNA merupakan proses penggandaan DNA dimana basa penyusun DNA direplikasi dengan bantuan primer. Primer merupakan potongan rantai

Lebih terperinci

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN Darda Efendi, Ph.D Nurul Khumaida, Ph.D Sintho W. Ardie, Ph.D Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta, IPB 2013 Marka = tanda Marka (marka biologi) adalah sesuatu/penanda

Lebih terperinci

KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD)

KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD) KERAGAMAN GENETIK POPULASI INDUK ABALONE (Haliotis diversicolor) ASAL SELAT BALI DENGAN MENGGUNAKAN PENANDA Random Amplified Polimorphic DNA (RAPD) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai

Lebih terperinci

TUGAS BIOMOLEKULER SINGLE NUCLEOTIDE POLYMORPHISM

TUGAS BIOMOLEKULER SINGLE NUCLEOTIDE POLYMORPHISM TUGAS BIOMOLEKULER SINGLE NUCLEOTIDE POLYMORPHISM OLEH Ni Nyoman Trisna Dewi NIM: 1214068105 PPDS I ILMU PENYAKIT SARAF UNIVERSITAS UDAYANA 2013 PENDAHULUAN Dampak dari bioteknologi yang tidak sedikit

Lebih terperinci

FREKUENSI ALEL, HETEROZIGOSITAS DAN MIGRASI ALEL PADA POPULASI ETNIS JAWA DAN MADURA DI MALANG DAN MADURA, JAWA TIMUR, INDONESA

FREKUENSI ALEL, HETEROZIGOSITAS DAN MIGRASI ALEL PADA POPULASI ETNIS JAWA DAN MADURA DI MALANG DAN MADURA, JAWA TIMUR, INDONESA FREKUENSI ALEL, HETEROZIGOSITAS DAN MIGRASI ALEL PADA POPULASI ETNIS JAWA DAN MADURA DI MALANG DAN MADURA, JAWA TIMUR, INDONESA Nikmatul Iza 1) 1) Program Studi Pendidikan Biologi, FPIEK, IKIP Budi Utomo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan kemampuan berpikir. Ranah afektif merupakan ranah yang

I. PENDAHULUAN. dengan kemampuan berpikir. Ranah afektif merupakan ranah yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil proses pembelajaran terdiri atas 3 ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif merupakan ranah penalaran yang lebih dikenal dengan kemampuan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau PENGANTAR Latar Belakang Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau Wild Mallard). Proses penjinakan telah terjadi berabad-abad yang lalu dan di Asia Tenggara merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan. obesitas sebagai suatu keadaan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan. obesitas sebagai suatu keadaan akumulasi lemak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan obesitas sebagai suatu keadaan akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan yang menimbulkan risiko gangguan terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman dioecious. Jenis kelamin betina menjamin keberlangsungan hidup suatu individu, dan juga penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Leukemia akut merupakan 30-40% dari keganasan pada masa anak-anak. Insiden

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Leukemia akut merupakan 30-40% dari keganasan pada masa anak-anak. Insiden BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia akut merupakan 30-40% dari keganasan pada masa anak-anak. Insiden rata-rata 4-4,5 kasus/tahun/100.000 anak dibawah 15 tahun (Ugrasena, 2006). Secara luas terapi

Lebih terperinci

PEMBUKTIAN ANAK DENGAN BAPAK BIOLOGISNYA MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO : 46/PUU-8/2010

PEMBUKTIAN ANAK DENGAN BAPAK BIOLOGISNYA MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO : 46/PUU-8/2010 PEMBUKTIAN ANAK DENGAN BAPAK BIOLOGISNYA MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO : 46/PUU-8/2010 Diah Ayu Sulistiya Ningrum Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Gresik ABSTRAK Pasca terbitnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasar pangan yang semakin global membawa pengaruh baik, namun masyarakat patut berhati-hati dengan bahan makanan dalam bentuk olahan atau mentah yang sangat mudah didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan budaya dan suku yang beragam, dimana kondisi lingkungan geografis antara suku yang satu dengan suku yang lainnya berbeda. Adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Diabetes Mellitus (DM), atau lebih dikenal dengan istilah kencing manis, merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberi dampak positif dengan meningkatnya kinerja dan efektivitas kerja pada

BAB 1 PENDAHULUAN. memberi dampak positif dengan meningkatnya kinerja dan efektivitas kerja pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi informasi pada saat ini sudah berkembang pesat dan memberi dampak positif dengan meningkatnya kinerja dan efektivitas kerja pada aktivitas sehari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh kokoh, leher pendek, paruh ramping dan cere berdaging. Distribusi burung Famili Columbidae tersebar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang tinggi. Ikan mas dibudidayakan untuk tujuan konsumsi, sedangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu spesies ikan yang cukup luas dibudidayakan dan dipelihara di Indonesia adalah ikan mas dan koi (Cyprinus carpio) karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.

Lebih terperinci

Undang-undang Diskriminasi Status Keluarga & Saya

Undang-undang Diskriminasi Status Keluarga & Saya Undang-undang Diskriminasi Status Keluarga & Saya 1T: Apakah Undang-undang Diskriminasi Status Keluarga (Family Status Discrimination Ordinance (FSDO)) itu? 1J: FSDO adalah undang-undang antidiskriminasi

Lebih terperinci

GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono

GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : 12.30 14.20 Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono ISI KONTRAK PERKULIAHAN DESKRIPSI TUJUAN STRATEGI MENGAJAR TUJUAN KOMPETENSI JUMLAH TATAP

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi permasalahan utama di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang jika tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan dengan populasi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan dengan populasi manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan populasi manusia yang beranekaragam baik suku, budaya, bahasa, dan lain-lain. Keadaan geografis dari suku-suku yang berbeda

Lebih terperinci

KERAGAMAN Musa acuminata Colla LIAR DENGAN PENDEKATAN MORFOLOGI DAN MOLEKULER

KERAGAMAN Musa acuminata Colla LIAR DENGAN PENDEKATAN MORFOLOGI DAN MOLEKULER KERAGAMAN Musa acuminata Colla LIAR DENGAN PENDEKATAN MORFOLOGI DAN MOLEKULER SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Sains (S.Si) Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. Cross sectional

Lebih terperinci

ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau

ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau terancam. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi

Lebih terperinci

57 konsentrasi pada profil sitogenetik kromosom Y penderita. Berdasarkan hal ini, maka dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran abnormalitas kr

57 konsentrasi pada profil sitogenetik kromosom Y penderita. Berdasarkan hal ini, maka dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran abnormalitas kr 56 BAB 6 RINGKASAN Ambigus genitalia adalah suatu kelainan yang ditandai dengan adanya organ genitalia eksterna yang tidak jelas lakilaki atau perempuan, atau mempunyai gambaran kedua jenis kelamin. Kelainan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : Soroh Pande, DNA Mikrosatelit, Kecamatan Seririt

Abstrak. Kata Kunci : Soroh Pande, DNA Mikrosatelit, Kecamatan Seririt Abstrak Soroh Pande merupakan salah satu dari soroh/klan di dalam masyarakat Bali yang tersebar di seluruh pulau Bali termasuk di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng. Penelitian soroh Pande ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering. terjadi di dunia dan kejadiannya bertambah terutama pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering. terjadi di dunia dan kejadiannya bertambah terutama pada BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi di dunia dan kejadiannya bertambah terutama pada negara berkembang. Kanker payudara sendiri adalah kanker

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tersebar luas di Daratan Asia Tenggara, Lempeng Sunda, Kepulauan Filipina, dan daerah Wallacea Selatan. Monyet ekor panjang di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Unit kehidupan terkecil dari manusia adalah sel, rata-rata manusia terdiri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Unit kehidupan terkecil dari manusia adalah sel, rata-rata manusia terdiri 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DNA Unit kehidupan terkecil dari manusia adalah sel, rata-rata manusia terdiri dari 100 triliun sel. Setiap sel berfungsi menghasilkan enzim, protein, dan memproses energi.

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008).

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Diabetes merupakan penyebab kematian nomor 6 di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2002 dan peringkat ke 5 di seluruh dunia (Fauci et al., 2008). Sekitar 30%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Peningkatan kasus infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) memerlukan deteksi cepat untuk kepentingan diagnosis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan mas merupakan salah satu ikan dengan penyebaran dan domestikasi terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia dan dari lokai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU

IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU IMPLEMENTASI PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN RESTORATIVE JUSTICE DI TINGKAT PENYIDIKAN DI TINJAU DARI UU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK (STUDI KASUS POLRESTA SURAKARTA) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DNA Mitokondria Tubuh manusia tersusun atas sel yang membentuk jaringan, organ, hingga sistem organ. Dalam sel mengandung materi genetik yang terdiri dari DNA dan RNA. Molekul

Lebih terperinci

Pengaruh Paparan Formalin Dalam Berbagai Kadar Terhadap DNA Muskulus Psoas Mayor Dengan Pemeriksaan Metode PCR Lokus CSF1PO, D5S818, D13S317, D21S11

Pengaruh Paparan Formalin Dalam Berbagai Kadar Terhadap DNA Muskulus Psoas Mayor Dengan Pemeriksaan Metode PCR Lokus CSF1PO, D5S818, D13S317, D21S11 6 Pengaruh Paparan Formalin Dalam Berbagai Kadar Terhadap DNA Muskulus Psoas Mayor Dengan Pemeriksaan Metode PCR Lokus CSF1PO, D5S818, D13S317, D21S11 Warih Wilianto, Ahmad Yudianto Departemen Ilmu Kedokteran

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asam deoksiribonukleat atau deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan salah satu jenis asam nukleat yang membawa ribuan gen yang menentukan sifat tertentu dari satu generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi kesehatan dunia, WHO, baru-baru ini membunyikan tanda bahaya untuk mewaspadai serangan berbagai penyakit infeksi. Pada tahun-tahun terakhir ini, wabah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Kejahatan merupakan perilaku anti sosial dan juga gejala sosial yang bersifat universal. Pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, hingga kejahatan-kejahatan

Lebih terperinci

TEST χ 2 (CHI SQUARE)

TEST χ 2 (CHI SQUARE) TEST χ 2 (CHI SQUARE) Hukum Mendel telah menjelaskan bagaimana suatu keturunan memiliki perbandingan-perbandingan tertentu. Dalam perkawinan monohibrid, dihibrid maupun polihibrid dapat dijelaskan perbandingan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUKTIAN SEORANG ANAK LUAR KAWIN TERHADAP AYAH BIOLOGISNYA MELALUI TES DNA

PROSES PEMBUKTIAN SEORANG ANAK LUAR KAWIN TERHADAP AYAH BIOLOGISNYA MELALUI TES DNA PROSES PEMBUKTIAN SEORANG ANAK LUAR KAWIN TERHADAP AYAH BIOLOGISNYA MELALUI TES DNA Sanny Budi Kusuma I Gusti Ngurah Wairocana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini berjudul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis),

I. PENDAHULUAN. hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah. kekayaan plasma nutfah (keanekaragaman genetik di dalam jenis), I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati sangat tinggi (megabiodiversity). Keanekaragaman hayati adalah ketersediaan keanekaragaman sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tipe 2 pada dekade-dekade terakhir ini (Abdullah et al., 2010). Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tipe 2 pada dekade-dekade terakhir ini (Abdullah et al., 2010). Indonesia sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama diabetes tipe 2. Peningkatan jumlah penduduk dengan obesitas berkontribusi terhadap meningkatnya prevalensi diabetes tipe 2 pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi-teknologi yang adapun bermacam-macam. Perkembangan teknologi. teknologi canggih yang memudahkan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi-teknologi yang adapun bermacam-macam. Perkembangan teknologi. teknologi canggih yang memudahkan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan zaman teknologipun semakin maju. Teknologi-teknologi yang adapun bermacam-macam. Perkembangan teknologi tersebut tidak hanya melahirkan

Lebih terperinci

GENETIKA. : Agus Hery Susanto. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2011

GENETIKA. : Agus Hery Susanto. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2011 GENETIKA Oleh : Agus Hery Susanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2011 Hak Cipta 2011 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. i ii vi ix x xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.. 1 B. Rumusan Masalah. 5 C. Pertanyaaan Penelitian.. 5 D.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 38 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu penyakit saraf dan genetika 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr.

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam Uraian Materi Variasi Genetik Terdapat variasi di antara individu-individu di dalam suatu populasi. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan genetis. Mutasi dapat meningkatkan frekuensi alel pada individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi semakin merisaukan segala pihak. Wikipedia mendefinisikan kriminalitas adalah segala sesuatu perbuatan manusia yang

Lebih terperinci

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) REPLIKASI DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Debbie S. Retnoningrum Sekolah Farmasi, ITB Pustaka: 1. Glick, BR and JJ Pasternak, 2003, hal. 27-28; 110-120 2. Groves MJ, 2006, hal. 40 44 3. Brown TA, 2006,

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditas penting kedua dalam ekonomi tanaman pangan di Indonesia setelah padi/beras. Akan tetapi dengan berkembang pesatnya industri peternakan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia merupakan kelompok kelainan genetik yang diakibatkan oleh mutasi yang menyebabkan kelainan pada hemoglobin. Kelainan yang terjadi akan mempengaruhi produksi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. sekresi atau kerja insulin atau keduanya sehingga menyebabkan peningkatan

BAB I. PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. sekresi atau kerja insulin atau keduanya sehingga menyebabkan peningkatan BAB I. PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik akibat gangguan sekresi atau kerja insulin atau keduanya sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia)

Lebih terperinci

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi Para Pihak pada Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati, selanjutnya disebut

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas

BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN. V. I. Kesimpulan. 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas BAB V. KESIMPULAN, SARAN, DAN RINGKASAN V. I. Kesimpulan 1. Frekuensi genotip AC dan CC lebih tinggi pada kelompok obesitas dibandingkan dengan kelompok normal namun secara statistik tidak berbeda signifikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Studi Arkeologis dan Genetik Masyarakat Bali

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Studi Arkeologis dan Genetik Masyarakat Bali BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Studi Arkeologis dan Genetik Masyarakat Bali Masyarakat Bali saat ini merupakan hasil perkembangan masyarakat Bali yang menghuni Bali sejak zaman prasejarah. Hal tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tentang genetika (Boujema et al, 2010). Sehubungan dengan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tentang genetika (Boujema et al, 2010). Sehubungan dengan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama dua setengah tahun dari abad ke-20, materi genetika semakin menjadi bagian penting dari biologi. Ketersediaan produk dan banyaknya aplikasi teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Varietas unggul padi telah tersebar di seluruh dunia untuk dijadikan bibit yang digunakan oleh para petani. Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan lebih dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Megalocytivirus merupakan salah satu genus terbaru dalam famili Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan kerugian ekonomi serta kerugian

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER Sunaryati Sudigdoadi Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahuwa ta

Lebih terperinci

APAKAH INI DITURUNKAN?

APAKAH INI DITURUNKAN? APAKAH INI DITURUNKAN? Apakah ini diturunkan? Ini merupakan pertanyaan umum yang diungkapkan dalam kaitannya dengan banyaknya macam kelainan/ cacat. Sayangnya, jawaban untuk sebagian besar cacat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kontribusi terhadap rata-rata hasil pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan kontribusi terhadap rata-rata hasil pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Eksistensi Pendidikan dan pengajaran diakui oleh masyarakat sebagai sarana pencerahan bangsa dan berperan menyiapkan sumber daya manusia. Sejalan perkembangan

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam (selanjutnya disebut "Para Pihak"),

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam (selanjutnya disebut Para Pihak), MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM MENGENAI KERJASAMA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang mudah dikenali dan distribusinya tersebar luas di dunia. Dominan hidupnya di habitat terestrial. Kelimpahan

Lebih terperinci