APAKAH INI DITURUNKAN?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APAKAH INI DITURUNKAN?"

Transkripsi

1 APAKAH INI DITURUNKAN? Apakah ini diturunkan? Ini merupakan pertanyaan umum yang diungkapkan dalam kaitannya dengan banyaknya macam kelainan/ cacat. Sayangnya, jawaban untuk sebagian besar cacat adalah kita tidak tahu, karena tidak cukupnya data yang telah dikumpulkan dan dianalisis untuk memungkinkan dibuatnya suatu keputusan. Secara bertahap situasi akan membaik seiring dengan penelitian yang dilakukan. Untuk melakukan penelitian atau studi seperti itu, pengertian tentang pewarisan Mendel (Bab 1), genetika populasi (Bab 5), model multifaktor (Bab 6), dan statistika dasar diperlukan. Tujuan dari bab ini adalah untuk menunjukkan bagaimana pengetahuan pada permasalahan ini dapat diterapkan pada prakteknya untuk menginvestigasi cara penurunan suatu cacat. Studi tersebut sangat penting untuk dilaksanakan, tidak hanya dari sudut pandang kedokteran hewan, tapi juga karena meningkatnya minat para peneliti medis dalam mencari pemahaman mengenai penurunan penyakit pada hewan yang dapat dijadikan sebagai model pada penyakit manusia. Bukti Umum untuk Etiologi Genetika Jika gen memberikan sumbangan pada etiologi suatu kelainan, maka, seperti didiskusikan pada Bab 6, akan ada hubungan positif antara peluang seorang individu menjadi terjangkit dan sejauh mana seorang individu mempunyai gen yang sama dengan individu yang sudah terjangkit. Implikasi praktis yang paling penting dari hubungan ini terlihat pada keluarga dan bangsa. Anggota dari keluarga yang sama memiliki lebih banyak gen yang sama daripada anggota dari keluarga yang berbeda, serta Pengantar ke Genetika Veteriner

2 anggota dari bangsa yang sama memiliki lebih banyak gen yang sama daripada anggota dari bangsa yang berbeda. Jika kejadian suatu kelainan lebih sering pada beberapa keluarga daripada keluarga lainnya dalam satu bangsa, atau jika kejadiannya lebih sering pada beberapa bangsa daripada bangsa lainnya, satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa ada kontribusi genetik pada etiologi suatu kelainan. Tentu saja, bukti mengenai variasi kejadian diantara keluarga dan/atau diantara bangsa tidak membuktikan kontribusi genetika pada etiologi, karena faktor lingkungan yang sama pada anggota keluarga dan/atau bangsa mungkin cukup dipertimbangkan untuk variasi kejadian yang terobservasi. Oleh karena itu, langkah pertama dalam upaya menghilangkan pengaruh lingkungan dari pengaruh genetika adalah menghilangkan atau membiarkan pengaruh dari faktor lingkungan. Ini dapat dilakukan hanya setelah dilakukan sebuah investigasi yang mendetail terhadap semua faktor lingkungan yang diperkirakan mempengaruhi terjadinya suatu kelainan. Susahnya pendekatan ini adalah bahwa seorang peneliti sering tidak mempunyai indikasi awal mengenai faktor-faktor apa saja yang harus diteliti: setiap yang datang ke pikiran menjadi sesuatu yang mungkin penting untuk diteliti, untuk menentukan mana yang penting (jika ada). Dalam banyak kasus, variasi antar bangsa dan variasi dalam bangsa berhubungan secara langsung. Sindrom malignant hyperthermia (MHS: lihat Bab 6 dan 9), misalnya, mempunyai etiologi genetic lengkap di dalam bangsa babi, yang masing-masing karena homozigositas untuk alel resesif. Ada juga variasi yang signifikan pada kejadian antar bangsa, mulai lebih dari 50% pada bangsa Pietrain sampai pada yang kurang dari 5% pada Large White, dan variasi antar bangsa ini dapat dijelaskan karena perbedaan frekuensi alel resesif pada bangsa yang berbeda. Akan tetapi hubungan tersebut tidak mesti terjadi. Faktanya, ada kontribusi genetika pada etiologi dalam beberapa bangsa yang berbeda tidak serta merta mengindikasikan bahwa ada perbedaan genetika di antara bangsa-bangsa. Berlanjut dengan MHS sebagai contoh, terbukti bahwa jika alel resesif terjadi dengan frekuensi yang sama pada dua bangsa, maka tidak akan ada variasi antara kedua bangsa yang berbeda tersebut tapi akan masih terdapat perbedaan yang signifikan di setiap bangsa. Bukti umum terakhir yang menunjukkan kontribusi genetika pada etiologi adalah ketika kelainan yang sama atau mirip diturunkan pada spesies hewan lainnya, atau pada manusia. Tipe kelainan gen tunggal yang diterangkan pada Bab 3 secara jelas menerangkan permasalahan ini, dan juga pada penurunan warna dan pola bulu, seperti yang diterangkan pada Bab 12. Tentu saja ada pengecualian pada aturan ini, dan kita harus mengamatinya secara terus menerus; tetapi aturan umum telah berjalan Apakah Ini Diturunkan - 161

3 dengan baik. Kita dapat menuju satu tahap lebih jauh dengan lokus terpaut- X (X-linked loci), dan memprediksi secara meyakinkan bahwa jika suatu lokus tertentu terpaut-x pada suatu spesies mamalia, maka itu akan terkait juga pada kromosom X pada semua spesies mamalia. Empat Tipe Pewarisan Mendelian Sederhana Jika suatu kelainan masih diturunkan dalam sebuah keluarga (familial), setelah menghilangkan atau membiarkan semua faktor lingkungan, tahap selanjutnya adalah menentukan apakah data yang tersedia terkait dengan salah satu dari empat tipe pewarisan Mendelian sederhana: dominan autosom, resesif autosom, dominan terpaut kromosom X, dan resesif terpaut kromosom X. Berpedoman pada pengetahuan pola penurunan Mendelian (Bab 1) dan genetika populasi (Bab 5), dimungkinkan untuk merancang sebuah daftar kriteria yang, digabungkan semuanya, menghasilkan sebuah bentuk pola penurunan. Kriteria yang relevan pada setiap pola penurunan dirangkum di bawah ini. Dominan Autosom 1. Cacat dipindahkan dari generasi ke generasi tanpa satu generasipun terlewati. 2. Setiap turunan cacat setidaknya mempunyai satu tetua cacat, kecuali dalam kasus mutan baru. 3. Turunan normal dari tetua cacat menghasilkan anak normal hanya saat dikawinkan dengan yang normal, dan semuanya sama untuk seluruh turunannya. 4. Kira-kira jumlah jantan dan betina cacat adalah sama. 5. Jika cacat jarang tapi tidak letal, sebagian besar perkawinan yang menghasilkan turunan cacat adalah normal x cacat (aa x Aa), yang dalam setiap kasus perkawinan adalah bahwa ½ untuk setiap jenis kelamin anak tabg dihasilkan adalah cacat. 6. Jika kelainan bersifat letal, itu akan sangat jarang terjadi, yang secara sporadis kejadiannya sama dengan dua kali tingkat mutasi. Resesif Autosom 1. Cacat bisa tidak terjadi setiap generasi. 2. Seluruh anak dari dua tetua cacat akan cacat. 3. Kira-kira jumlah jantan dan betina cacat adalah sama. 4. Jika cacatnya jarang: Pengantar ke Genetika Veteriner

4 (i) sebagian besar individu cacat memiliki kedua tetua normal; (ii) sebagian besar perkawinan yang menghasilkan turunan cacat adalah Bb x Bb, untuk frekuensi segregasi ¼;* (iii) carrier (Bb) biasanya kawin dengan homozigot normal (BB); yang menghasilkan ½ carrier di antara turunannya; jika kemudian seekor pejantan carrier dikawinkan dengan anak betinanya, atau dengan anak betina dari pejantan carrier lain, ½ perkawinan adalah Bb x Bb; dimana frekuensi segregasinya adalah ½ x ¼ = 1/8; (iv) perkawinan antara ternak cacat dengan ternak normal yang tidak mempunyai hubungan kerabat biasanya menghasilkan turunan normal; (v) perkawinan ternak cacat x normal yang menghasilkan turunan cacat adalah bb x Bb, yang dalam kasus ini frekuensi segregasinya ½; (vi) rata-rata hubungan genetika antara tetua normal dari individu cacat lebih besar dibandingkan tetua normal yang belum menghasilkan individu cacat. (Alasan untuk ini adalah bahwa semakin besar hubungan genetika antara dua individu, semakin cenderung mereka untuk menjadi carrier pada gen mutan yang sama; lihat Bab 13.) Dominan Terpaut-X 1. Jantan cacat jika dikawinkan dengan betina normal menurunkan cacat pada seluruh anak betinanya tapi tidak pada anak jantan. 2. Kecuali cacatnya sangat umum, betina cacat jika dikawinkan dengan jantan normal menurunkan cacat pada rata-rata ½ anak jantan dan ½ anak betinanya. 3. Jika cacat jarang, kejadian betina rata-rata dua kali pada jantan, dalam populasi umum. 4. Setiap turunan cacat mempunyai setidaknya satu tetua cacat, kecuali pada kasus mutan baru. Resesif Terpaut-X 1. Cacat tidak terjadi pada setiap generasi. 2. Seluruh turunan dari kedua tetua cacat akan cacat. 3. Kejadiannya akan lebih rendah pada betina dibandingkan pada jantan, dengan kejadian cacat pada betina kira-kira sebanding dengan kuadrat dari kejadian pada jantan, pada populasi umum 4. Jika cacat jarang: (i) sebagian besar individu cacat adalah jantan, dan merupakan hasil perkawinan antara tetua normal. Apakah Ini Diturunkan - 163

5 (ii) sebagian besar perkawinan yang menghasilkan turunan cacat adalah X D X d x X D Y, dimana frekuensi segregasinya adalah 0 pada betina dan ½ pada jantan;* (iii) jantan cacat jika dikawinkan dengan betina normal tidak berkerabat, tidak menurunkan cacat pada keturunannya, tapi seluruh anak betinanya carrier; (iv) betina cacat jika dikawinkan dengan jantan normal menurunkan cacat pada seluruh anak jantan tapi tidak pada anak betina. Meskipun demukian seluruh anak betinanya carrier. Mempelajari dan Menganalisis Data Silsilah Dalam beberapa kasus, lebih mudah memulainya dengan menggambar silsilah atau pohon keluarga. Silsilah menjadi sangat informatif jika digambar dalam format standar, menggunakan simbul yang digambarkan pada Gambar 7.1a. Sebuah contoh silsilah diberikan pada Gambar 7.1b, dalam kasus ini untuk hereditary multiple exostosis dalam keluarga kuda. Membentuk silsilah dalam masalah ini bisa membantu memberi kesan awal bagaimana cacat tertentu diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dari Gambar 7.1b, misalnya, terbukti bahwa jantan dan betina adalah cacat dalam proporsi yang kira-kira sama (enam jantan dan lima betina dalam generasi IV), bahwa perkawinan cacat x cacat bisa menghasilkan betina normal, dan bahwa perkawinan cacat x normal yang tak berkerabat memberikan kenaikan proporsi cukup tinggi pada turunan cacat. Pengamatan ke dua di atas tidak sesuai dengan bentuk pewarisan terpaut-x maupun dengan pewarisan resesif autosom, tapi seluruh tiga pengamatan sesuai dengan dominan autosom. Setelah diuji pada sisilah seperti ditunjukkan pada Gambar 7.1b, kesimpulan sementara yang dapat dihasilakan adalah bahwa cacat yang ditanyakan, yaitu multiple exostosis pada kuda, merupakan suatu kondisi dominan autosom, dengan aumsi bahwa III-1 adalah mutan baru. Kesimpulan ini kemudian bisa diujikan berdasarkan data lebih lanjut. Permasalahan yang terkait dengan penggambaran silsilah adalah, pertama, bahwa ini menyita waktu, dan kedua, bahwa dalam kasus ternak, kejadian perkawinan antar kerabat dekat sering menghasilkan banyak garis saling menyilang yang sulit diinterpretasikan. Meskipun ada kelemahannya, silsilah bisa cukup berguna, dan sering digambar selama tahap awal dari suatu penyelidikan pada cacat yang diwariskan. Untungnya, beberapa paket perangkat lunak saat ini telah tersedia untuk keperluan ini (sumber terdaftar pada Bacaan lebih lanjut) Pengantar ke Genetika Veteriner

6 Gambar 7.1. (a) Simbul-simbul yang digunakan dalam silsilah. Proband adalah individu cacat yang dari individu ini keluarganya menjadi perhatian investigator; (b) Silsilah menunjukkan pola pewarisan eksostosis multiple pada kuda. Analisis Segregasi Jika data pada cacat tertentu secara umum tampak terkait dengan satu diantara empat kelompok kriteria yang diuraikan di atas, langkah selanjutnya adalah menentukan secara lebih spesifik apakah data sesuai dengan masing-masing pewarisan model Mendelian sederhana. Ini dilakukan dengan analisis segregasi. Jika perkawinan terencana secara spesifik dapat diatur, hal ini merupakan persoalan sederhana untuk menguji mode tertentu dari pewarisan sifat, dengan membandingkan frekuensi segregasi yang diharapkan, yang tersedia pada Tabel 1.3 dan 1.4 dalam Bab 1, dengan frekuensi segrerasi yang diperoleh. Sebagai contoh, jika cacat dianggap sebagai resesif autosom, seluruh individu normal yang telah menghasilkan satu atau lebih turunan cacat pasti carrier. Jika perkawinan diantara carrier yang telah diketahui diatur secara spesifik, kita menduga ¼ dari seluruh turunan adalah cacat, yaitu frekuensi segregasi yang diharapkan adalah Akan tetapi, dalam beberapa situasi, tidak mungkin mengatur perkawinan diantara carrier yang telah diketahui dan mengamati seluruh keturunan yang dihasilkan. Alih-alih, ini lebih umum untuk perkawinan yang diperhatikan peneliti setelah kejadian, dan kemudian hanya jika turunan cacat dihasilkan. Hal ini memasukkan bias ke dalam data, sebab perkawinan carrier X carrier tersebut tidak menghasilkan turunan cacat yang Apakah Ini Diturunkan - 165

7 secara otomatis dikeluarkan dari data. Hasilnya adalah jika cacat disebabkan alel resesif autosom, diharapkan frekuensi segregasi lebih besar dari Ini karena seluruh turunan cacat telah dimasukkan ke dalam data, tapi tidak seluruh turunan normal. Keberadaan bias ini diketahui pada tahun 1912, dan sejak itu banyak metode tentang analisis segregasi telah berkembang untuk mengatasinya. Contoh hasil perhitungan dengan metode terbaik diberikan pada Lampiran 7.1 Veterinary Genetics. Meskipun bentuk paling sederhana dari analisis segregasi itu sendiri sangat mudah, dalam prakteknya seringkali ada kesulitan yang ditemui oleh para peneliti dalam upaya menentukan apakah cacat itu Mendelian atau bukan. Misalnya, merupakan hal yang biasa ditemukan bahwa ketika beberapa hasil obervasi sesuai dengan kriteria umum untuk sifat keturunan tertentu, beberapa lainnya tidak cocok. Kesalahan pengelompokan fenotipe, seperti yang telah dibahas pada Bab 6, adalah satu alasan yang mungkin. Begitu juga kejadian mutasi baru dan variasi usia ternak saat cacat fenotipe tampak (yaitu variabel usia pada awalnya). Demikian juga, kesulitan bisa timbul dari pewarisan terbatas pada jenis kelamin, heterogenitas genetik, inaktivasi-x, fenokopi, antisipasi genetik yang terkait dengan ulangan trinukleotida yang tidak stabil (semua telah dibahas pada Bab 3), dan pencetakan genom (Bab 1). Dalam kasus pencetakan, misalnya, carrier dari alel cacat resesif menunjukan cacat jika alel normal tidak aktif. Sumber komplikasi potensial lainya adalah jika cacat dihasilkan dari mutasi DNA mitokondria, sebab mitokondria diturunkan dari betina tapi tidak pernah dari jantan. Metode yang lebih kompleks dari analisis segregasi telah dikembangkan untuk hewan-hewan tertentu (disebut kasus sporadis) dan untuk kerumitan lainnya. Masalahnya adalah semakin banyak faktor kerumitan diakomodasi dalam analisis segregasi, metode analisis menjadi lebih kompleks dan hasilnya menjadi lebih terbuka untuk diperdebatkan. Kenyatannya, kita sering mencapai tahap yang digambarkan pada Bab 6, dimana klaim gen tunggal harus dikualifikasi dengan cara-cara tertentu sehingga hal itu akan lebih mudah untuk mengganggap cacat sebagai multifaktor; dalam beberapa kasus, klaim gen tunggal yang dianggap paling berperan tidak digunakan. Pada kondsi seperti ini, tujuan analisis segregasi sebaiknya berubah dari tes sederhana untuk pewarisan gen tunggal, ke tes untuk mengetahui adanya satu atau lebih gen yang membuat kontribusi yang relatif besar pada variasi liabilitas dari cacat multifaktor. Sebuah metode baru yang melakukan analisis seperti itu didasarkan pada teknik statistika yang disebut Markov chain Monte Carlo (MCMC), yang menggunakan simulasi stokastik untuk menduga parameter. Ini tampaknya jauh lebih baik dibandingkan metode lain, dan lebih menjanjikan. Dalam beberapa kasus, analisa segregasi Pengantar ke Genetika Veteriner

8 kompleks telah mendeteksi adanya gen tunggal dari pengaruh yang relatif besar yang kemudian diidentifikasi pada level molekular. Seperti telah disebutkan pada Bab 6, dengan semakin banyak penanda DNA yang terpetakan tersedia pada ternak domestik, analisis segregasi kompleks pada cacat fenotipe itu saja digantikan dengan analisis keterpautan (linkage analysis) yang dilakukan secara gabungan pada cacat fenotipe dan genotipe-berdasar-penanda DNA. Pendekatan MCMC juga menunjukkan hal yang menjanjikan di wilayah ini. Akhirnya gabungan analisis fenotipe/penanda akan menghantarkan pada identifikasi banyak gen berkontribusi munculnya cacat (lihat Bab 11). Bacaan Lebih Lanjut Telaah Huston, K. (1993). Heritability and diagnosis of congenital abnormalities in food animals. Veterinary Clinics of North America - Food Animal Practice, 9, (1), Patterson, D. F., Aguirre, G. A., Fyfe, J. C., Giger, U., Green, P. L., Haskens, M. E., Jezyk, P. F., and Meyers-Wallen, V. N. (1989). Is this a genetic disease? Journal of Small Animal Practice, 30, Pidduck, H. (1985). Is this disease inherited? A discussion paper with some guidelines for canine conditions. Journal of Small Animal Practice, 26, Thrusfield, M. (1988). Is it hereditary? Journal of Small Animal Practice, 29, , , Perangkat Lunak Untuk Silsilah Curtis, D. (1990). A program to draw pedigrees using LINKAGE or LINKSYS data files. Annals of Human Genetics, 54, Fenger, K. and Sorensen, S.A. (1986). ADOXI-PLOT: a computer program for plotting pedigrees illustrating autosomal dominant and X-linked inheritance. Computer Methods and Programs in Biomedicine, 23, Kahn, C. E. (1990). Family Structure--a general program for displaying complex pedigree data. Computer Methods and Programs in Biomedicine, 33, Newton, C. M. (1993). An interactive graphics system for real-time investigation and multivariate data portrayal for complex pedigree data systems. Computers and Biomedical Research, 26, Apakah Ini Diturunkan - 167

9 Analisis Segregasi dan Keterpautan Elston, R. C. (1992). Segregation and linkage analysis. Animal Genetics, 23, Knott, S. A., Haley, C.S., and Thompson, R. (1992). Methods of segregation analysis for animal breeding data. Heredity, 68, , Morton, N. E. (1993). Genetic epidemiology. Annual Review of Genetics, 27, Thomas, D. C. and Cortessis, V. (1992). A Gibbs sampling approach to linkage analysis. Human Heredity, 42, Pengantar ke Genetika Veteriner

CACAT KELUARGA BUKAN KARENA GEN TUNGGAL

CACAT KELUARGA BUKAN KARENA GEN TUNGGAL CACAT KELUARGA BUKAN KARENA GEN TUNGGAL Banyak cacat penting bersifat familial cacat ini mengenai anggota keluarga, yang berarti bahwa kejadian antar kerabat dari ternak yang cacat lebih besar daripada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1

DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1 DAFTAR ISI 1 GENETIKA DASAR 1 Kromosom Meiosis Dan Mitosis Biokimia Sifat Keturunan Apakah Gen Itu? Regulasi Gen Mutasi Gen, Alel, dan Lokus Pewarisan Sederhana atau Mendel Keterpautan (Linkage) Inaktivasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN FRM/FMIPA/062-01 18 Februari 2011 1. Fakulltas/Program Studi : MIPA / Prodi Pendidikan Biologi Prodi Biologi 2. Mata Kuliah/Kode

Lebih terperinci

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL GENETIKA DAN HUKUM MENDEL Pengertian Gen Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika dan Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa substansi hereditas yang dinamakan

Lebih terperinci

BAB 7 KEMUNGKINAN 18 MARET 2010 BAMBANG IRAWAN

BAB 7 KEMUNGKINAN 18 MARET 2010 BAMBANG IRAWAN BAB 7 KEMUNGKINAN 18 MARET 2010 BAMBANG IRAWAN PENGANTAR Salah satu sifat ilmiah adalah terukur Dalam genetika transmisi atau genetika Mendel pengukuran berkaitan dengan perbandingan fenotip dan perbandingan

Lebih terperinci

Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel

Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel Hukum Mendel yang sering dikonotasikan dengan hukum pewarisan didasarkan pada prinsip-prinsip segregasi (Hk.Mendel I) dan penggabungan kembali (Hk. Mendel II) gen-gen

Lebih terperinci

Mengatur perkembangan dan metabolisme individu. (pada peristiwa apa peran ini dapat dilihat/terjadi? ).

Mengatur perkembangan dan metabolisme individu. (pada peristiwa apa peran ini dapat dilihat/terjadi? ). HEREDITAS Hubungan antara gen, DNA, Kromosom & Hereditas Pengertian hereditas? Melalui apa sifat diturunkan? Apa itu gen? Bagaimana hubungan antara gen dengan DNA? Bagaimana hubungan antara gen dengan

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam Uraian Materi Variasi Genetik Terdapat variasi di antara individu-individu di dalam suatu populasi. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan genetis. Mutasi dapat meningkatkan frekuensi alel pada individu

Lebih terperinci

GEN TUNGGAL DALAM POPULASI

GEN TUNGGAL DALAM POPULASI GEN TUNGGAL DALAM POPULASI Cacat gen tunggal sangat jarang dan sehingga tidak terlalu penting untuk diperhatikan. Akan tetapi, kadang-kadang cacat karena gen tunggal mencapai frekuensi tinggi di antara

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN 1. ANALISIS KORELASI Mempelajari hubungan antara dua sifat yang diamati atau mengukur keeratan (derajat)hubungan antara dua peubah. 2. ANALISIS REGRESI

Lebih terperinci

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID TERMINOLOGI P individu tetua F1 keturunan pertama F2 keturunan kedua Gen D gen atau alel dominan Gen d gen atau alel resesif Alel bentuk alternatif suatu gen yang terdapat

Lebih terperinci

Penerapan Peluang Diskrit, Pohon, dan Graf dalam Pewarisan Sifat Ilmu Genetika

Penerapan Peluang Diskrit, Pohon, dan Graf dalam Pewarisan Sifat Ilmu Genetika Penerapan Peluang Diskrit, Pohon, dan Graf dalam Pewarisan Sifat Ilmu Genetika Imam Prabowo Karno Hartomo NIM : 13507123 Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pendahuluan. GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan

Pendahuluan. Pendahuluan. GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan GENETIKA DASAR Teori Kromosom tentang Pewarisan Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 08 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi

Lebih terperinci

Hukum Mendel. Dr. Pratika Yuhyi Hernanda

Hukum Mendel. Dr. Pratika Yuhyi Hernanda Hukum Mendel Dr. Pratika Yuhyi Hernanda Gregory Mendel The father of genetics Mengajar di Brunn Modern School, Vienna, Austria Bagaimana pewarisan sifat itu bekerja? Apa yang sebenarnya diturunkan dari

Lebih terperinci

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG. Tujuan : Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan frekuensi alel dan gen.

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG. Tujuan : Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan frekuensi alel dan gen. PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG Tujuan : Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan frekuensi alel dan gen. PENDAHULUAN Pada tahun 1908, ahli Matematika Inggris G.H. Hardy dan seorang ahli

Lebih terperinci

Pola Pewarisan Sifat. Pola Pewarisan Sifat

Pola Pewarisan Sifat. Pola Pewarisan Sifat Pola Pewarisan Sifat Pola Pewarisan Sifat Setiap makhluk hidup/organisme menurunkan/mewariskan sifat-sifat khas kepada keturunannya Di mana terletak informasi pewarisan sifat? Bagaimana cara makhluk hidup

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GENETIK DAN LINGKUNGAN PADA CACAT WARISAN. Pengendalian lingkungan pada cacat warisan Pengantar ke Genetika Veteriner

PENGENDALIAN GENETIK DAN LINGKUNGAN PADA CACAT WARISAN. Pengendalian lingkungan pada cacat warisan Pengantar ke Genetika Veteriner PENGENDALIAN GENETIK DAN LINGKUNGAN PADA CACAT WARISAN Pada Bab 10 kita telah melihat bahwa ada variasi genetik pada inang untuk daya tahan terhadap parasit dan patogen, dan telah kita lihat bagaimana

Lebih terperinci

LAPORAN GENETIKA SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA

LAPORAN GENETIKA SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA LAPORAN GENETIKA SIMULASI PERSILANGAN MONOHIBRIDA KELOMPOK DIHIBRID 1. AGUSTINA ADHI SURYANI 4401412055 2. AMALIA TRISTIANA 4401412063 3. DINULLAH ALHAQ 4401412126 ROMBEL 01 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : KELOMPOK : III ( TIGA )

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : KELOMPOK : III ( TIGA ) LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA ACARA 2 SIMULASI HUKUM MENDEL NAMA : HEPSIE O. S. NAUK NIM : 1506050090 KELOMPOK : III ( TIGA ) JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2017

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA Genetika merupakan salah satu bidang ilmu biologi yang mempelajari tentang pewarisan sifat atau karakter dari orang tua kepada anaknya. Ilmu genetika modern meliputi beberapa

Lebih terperinci

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA

KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA 35 KARAKTERISASI, KERAGAMAN POLA WARNA, CORAK TUBUH DAN GENETIK KUDA LOKAL SULAWESI UTARA Pendahuluan Populasi kuda lokal di Sulawesi Utara memiliki karakteristik baik morfologi maupun pola warna tubuh

Lebih terperinci

GENETIKA/ GENETICS Subject Code: D Credits

GENETIKA/ GENETICS Subject Code: D Credits GENETIKA/ GENETICS Subject Code: D0014050 3 Credits Lecturers: 1. Andin Vita Amalia, S.Si., M.Sc. 2. Fidia Fibriana, S.Si., M.Sc. andien_smart@yahoo.co.uk fidiafibriana@gmail.com 085712795958 085727261089

Lebih terperinci

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen

Kromosom, DNA, Gen, Non Gen, Basa Nitrogen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung Mata Kuliah : Biologi Umum Kode MK : Bio 612101 Tahun Ajaran : 2014/2015 Pokok Bahasan : Genetika Jani Master, M.Si.

Lebih terperinci

Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel

Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel Aplikasi Kombinatorial dan Peluang Diskrit Untuk Menyelesaikan Masalah-Masalah dalam Hukum Pewarisan Mendel Andri Rizki Aminulloh 13506033 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

Gambar 1. 7 sifat kontras yang terdapat pada tanaman ercis

Gambar 1. 7 sifat kontras yang terdapat pada tanaman ercis 2. PEWARISAN SIFAT A. SEJARAH PEWARISAN SIFAT Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia adalah orang yang pertama kali melakukan mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas.

Lebih terperinci

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi Apabila kita mengawinkan sapi Bali, maka anaknya yang diharapkan adalah sapi Bali bukan sapi madura. Demikian

Lebih terperinci

Penerapan Prinsip Peluang Diskrit, Graf, dan Pohon dalam Bidang Pembiakan

Penerapan Prinsip Peluang Diskrit, Graf, dan Pohon dalam Bidang Pembiakan Penerapan Prinsip Peluang Diskrit, Graf, dan Pohon dalam Bidang Pembiakan Georgius Rinaldo Winata / NIM: 13509030 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

BIOLOGI SET 07 POLA HEREDITAS 2 DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA A. TAUTAN/LINKAGE

BIOLOGI SET 07 POLA HEREDITAS 2 DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA A. TAUTAN/LINKAGE 07 MATERI DAN LATIHAN SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA BIOLOGI SET 07 POLA HEREDITAS 2 A. TAUTAN/LINKAGE Tautan gen merupakan salah satu penyimpangan terhadap hukum Mendel. Pada peristiwa ini, dua gen atau lebih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science e-journal FAPET UNUD e-journal Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com email: jurnaltropika@unud.ac.id Universitas Udayana PENURUNAN SIFAT WARNA

Lebih terperinci

POLA PEWARISAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER BELAJAR GENETIKA

POLA PEWARISAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER BELAJAR GENETIKA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 POLA PEWARISAN PENYAKIT HIPERTENSI DALAM KELUARGA SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Lebih terperinci

ALEL OLEH : GIRI WIARTO

ALEL OLEH : GIRI WIARTO ALEL OLEH : GIRI WIARTO Sejarah Singkat Dengan adanya Mutasi,sering dijumpai bahwa pada suatu lokus didapatkan lebih dari satu macam gen. Mendel tidak dapat mengetahui adanya lebih dari satu alel yang

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB. I PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung merupakan komoditas penting kedua dalam ekonomi tanaman pangan di Indonesia setelah padi/beras. Akan tetapi dengan berkembang pesatnya industri peternakan, dimana

Lebih terperinci

- - PEWARISAN SIFAT - - sbl5gen

- - PEWARISAN SIFAT - - sbl5gen - - PEWARISAN SIFAT - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian sbl5gen Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara downloadnya.

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Pewarisan Sifat Autosomal, Variasi Genetik, Desa Subaya, Inbreeding

ABSTRAK. : Pewarisan Sifat Autosomal, Variasi Genetik, Desa Subaya, Inbreeding ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variasi dan frekuensi alel penentu ciri-ciri pada wajah dan cuping, berdasarkan ada tidaknya cuping melekat, alis menyambung, lesung pipi dan lidah menggulung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak

Lebih terperinci

Penerapan Kombinatorial dan Peluang Diskrit serta Pohon pada Analisis Genetik

Penerapan Kombinatorial dan Peluang Diskrit serta Pohon pada Analisis Genetik Penerapan Kombinatorial dan Peluang Diskrit serta Pohon pada Analisis Genetik Freddi Yonathan NIM : 13509012 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Pewarisan Sifat pada Makhluk Hidup

Pewarisan Sifat pada Makhluk Hidup Bab 5 Sumber: chromosome6.com Pewarisan Sifat pada Makhluk Hidup Hasil yang harus kamu capai: memahami kelangsungan hidup makhluk hidup. Setelah mempelajari bab ini, kamu harus mampu: mendeskripsikan konsep

Lebih terperinci

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD Nama : Angga Rio Pratama Kelas : S1 TI 2C NIM : 10.11.3699 Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 Peluang Usaha Pengembangbiakan Love Bird (

Lebih terperinci

Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN

Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN Dasar Genetik Tanaman Penyerbuk Silang Heterosigot dan heterogenous Satu individu dan individu lainnya genetis berbeda Keragaman

Lebih terperinci

Keterpautan (Linkage) Penemuan Keterpautan Gen. Penemuan Keterpautan Gen KETERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM

Keterpautan (Linkage) Penemuan Keterpautan Gen. Penemuan Keterpautan Gen KETERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM Keterpautan (Linkage) KETERPAUTAN DAN PEMETAAN KROMOSOM Oleh: Dr. Dirvamena Boer 081 385 065 359 Universitas Haluoleo, Kendari dirvamenaboer@yahoo.com http://dirvamenaboer.tripod.com AaBb x AaBb 9:3:3:1

Lebih terperinci

SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1

SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1 SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1 - Mempelajari penggabungan acak gamet jantan dan betina dari F1 pada saat pembuahan Pendahuluan Teori

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ayam Klasifikasi bangsa ayam menurut Myers (2001) yaitu kingdom Animalia (hewan); filum Chordata (hewan bertulang belakang); kelas Aves (burung); ordo Galliformes; famili Phasianidae;

Lebih terperinci

KERAGAMAN KUANTITATIF

KERAGAMAN KUANTITATIF KERAGAMAN KUANTITATIF Mayoritas sifat-sifat yang menarik dalam program pemuliaan hewan bervariasi secara kontinyu dalam arti bahwa hewan tersebut tidak dapat diklasifikasikan menjadi kelas-kelas yang berbeda.

Lebih terperinci

SIMBOL SILSILAH KELUARGA

SIMBOL SILSILAH KELUARGA SIMBOL SILSILAH KELUARGA Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan teori tentang pewarisan sifat perolehan 2. Menjelaskan Hukum Mendel I 3. Menjelaskan Hukum Mendel II GENETIKA Genetika

Lebih terperinci

DASAR FISIOLOGI PEWARISAN SIFAT. Suhardi, S.Pt.,MP

DASAR FISIOLOGI PEWARISAN SIFAT. Suhardi, S.Pt.,MP DASAR FISIOLOGI PEWARISAN SIFAT Suhardi, S.Pt.,MP Gene-tika Genetika: cabang biologi yg berurusan dgn hereditas dan vareasi. Hereditas adalah pewarisan watak dari induk ke keturunannya baik secara biologis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi karena banyak disukai oleh masyarakat.

Lebih terperinci

Definisi Genetika. Genetika Sebelum Mendel. GENETIKA DASAR Pendahuluan dan Genetika Mendel

Definisi Genetika. Genetika Sebelum Mendel. GENETIKA DASAR Pendahuluan dan Genetika Mendel Definisi Genetika GENETIKA DASAR Pendahuluan dan Genetika Mendel Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari

Lebih terperinci

ILMU GENETIKA PENGERTIAN GENETIKA

ILMU GENETIKA PENGERTIAN GENETIKA ILMU GENETIKA PENGERTIAN GENETIKA Genetika disebut juga ilmu keturunan. Ilmu ini mempelajari berbagai aspek yang menyangkut pewarisan sifat, bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan dari generasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 1 PERKAWINAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID BESERTA RASIO FILALNYA

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 1 PERKAWINAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID BESERTA RASIO FILALNYA LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR 1 PERKAWINAN MONOHIBRID DAN DIHIBRID BESERTA RASIO FILALNYA OLEH: KELOMPOK I 1. FANENI INTAN HARTIKA 11312241001 2. NOVIASTRI HERDINAWATI 11312241002 3. OKAFANI SARI MULIAWATI

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen FSHR Alu-1 Amplifikasi fragmen gen FSHR Alu-1 dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR) dilakukan dengan kondisi annealing 60 C selama 45 detik dan diperoleh produk

Lebih terperinci

Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects

Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects Deskripsi Mata KuliahCourse Subjects Sebagai seorang dosen, Prof. Cece mengajar beberapa mata kuliah yang terkait dengan bidang keahliannya yaitu di bidang pemuliaan dan genetika ternak. Untuk program

Lebih terperinci

IIA. MENDELIAN GENETICS

IIA. MENDELIAN GENETICS MK. GENETIKA (Biologi sem 4) IIA. MENDELIAN GENETICS Paramita Cahyaningrum Kuswandi* FMIPA UNY 2012 Email* : paramita@uny.ac.id 2 Introduction I. Monohybrid Cross II. Dihybrid Cross III. Trihybrid Cross

Lebih terperinci

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh

terkandung di dalam plasma nutfah padi dapat dimanfaatkan untuk merakit genotipe padi baru yang memiliki sifat unggul, dapat beradaptasi serta tumbuh PEMBAHASAN UMUM Kebutuhan pangan berupa beras di Indonesia terus meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Akan tetapi di masa datang kemampuan pertanian di Indonesia untuk menyediakan beras

Lebih terperinci

GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono

GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : 12.30 14.20 Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono ISI KONTRAK PERKULIAHAN DESKRIPSI TUJUAN STRATEGI MENGAJAR TUJUAN KOMPETENSI JUMLAH TATAP

Lebih terperinci

Pemuliaan Tanaman dan Hewan

Pemuliaan Tanaman dan Hewan Pemuliaan Tanaman dan Hewan Apakah kamu tahu bahwasanya dewasa ini makin banyak macam-macam tanaman dan hewan apa itu pemuliaan tanaman dan hewan? Berbagai macam tanaman dan hewan yang memiliki bibit unggul

Lebih terperinci

Luisa Diana Handoyo, M.Si.

Luisa Diana Handoyo, M.Si. Luisa Diana Handoyo, M.Si. Cabang ilmu genetika yang mempelajari gen-gen dalam populasi dan menguraikan secara matematik akibat dari keturunan pada tingkat populasi. Populasi adalah suatu kelompok individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan hasil perikanan yang beranekaragam, sehingga mendatangkan devisa negara yang cukup besar terutama dari

Lebih terperinci

KOMBINATORIAL DALAM HUKUM PEWARISAN MENDEL

KOMBINATORIAL DALAM HUKUM PEWARISAN MENDEL KOMBINATORIAL DALAM HUKUM PEWARISAN MENDEL Fransisca Cahyono (13509011) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Gen. GENETIKA DASAR Mutasi Gen

Pendahuluan. Pendahuluan. Mutasi Gen. GENETIKA DASAR Mutasi Gen Pendahuluan GENETIKA DASAR Mutasi Gen Oleh: Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP: 081 385 065 359 e-mail: dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi di http://dirvamenaboer.tripod.com

Lebih terperinci

Simbol untuk suatu gen

Simbol untuk suatu gen P F Fenotip Genotip Istilah Simbol untuk suatu gen Homozigot Heterozigot Pengertian Singkatan dari kata Parental, yang artinya induk Singkatan dari kata Filial, yang artinya keturunan Karakter atau sifat

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP ANATOMI, FISIOLOGI, DAN GENETIKA. : Memahami garis besar materi perkuliahan

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP ANATOMI, FISIOLOGI, DAN GENETIKA. : Memahami garis besar materi perkuliahan Pertemuan ke : 1 : Memahami garis besar materi perkuliahan : 1. Ruang lingkup mata kuliah anatomi, fisiologi, dan genetika 2. Kontrak perkuliahan Pendahuluan Apersepsi tentang anatomi, Diskusi LCD fisioologi,

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM

VII. PEMBAHASAN UMUM VII. PEMBAHASAN UMUM Ketahanan terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum dilaporkan terdapat pada berbagai spesies cabai diantaranya Capsicum baccatum (AVRDC 1999; Yoon

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK AYAM KUB Sifat Kualitatif Warna Bulu, Shank dan Comb

III. KARAKTERISTIK AYAM KUB Sifat Kualitatif Warna Bulu, Shank dan Comb III. KARAKTERISTIK AYAM KUB-1 A. Sifat Kualitatif Ayam KUB-1 1. Sifat Kualitatif Warna Bulu, Shank dan Comb Sifat-sifat kualitatif ayam KUB-1 sama dengan ayam Kampung pada umumnya yaitu mempunyai warna

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri

Lebih terperinci

Penerapan Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Sifat pada Manusia

Penerapan Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Sifat pada Manusia Penerapan Kombinatorial dalam Hukum Pewarisan Sifat pada Manusia hmad Fauzul Yogiandra / 13513059 Program Studi Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi andung, Jl. Ganesha

Lebih terperinci

Rerata. Variance = Ragam. Varian/ragam (S 2 ) : Standar Deviasi : s = s 2

Rerata. Variance = Ragam. Varian/ragam (S 2 ) : Standar Deviasi : s = s 2 II. KOMPONEN VARIAN SIFAT KUANTITATIF Kuswanto, 2012 1.Statistik sifat kuantitatif Karena sifat kuantitatif akan membentuk distribusi kontinyu dari penotip, maka sifat-sifat tersebut dianalisis dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR, WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA

PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR, WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA 454 Jurnal Prodi Pendidikan Biologi Vol 6 No 7 Tahun 2017 PENGEMBANGAN MODUL PENGAYAAN GENETIKA BERBASIS FENOMENA KRETINISME DI DESA SIGEDANG, KEJAJAR, WONOSOBO UNTUK KELAS XII IPA Oleh : Galuh Ajeng Antasari

Lebih terperinci

GENETIKA DASAR Perluasan Analisis Mendelian dan Interaksi Gen

GENETIKA DASAR Perluasan Analisis Mendelian dan Interaksi Gen GENETIKA DASAR Perluasan Analisis Mendelian dan Interaksi Gen Oleh Dr. Ir. Dirvamena Boer, M.Sc.Agr. HP 08 385 065 359 e-mail dirvamenaboer@yahoo.com Fakultas Pertanian, Universitas Haluoleo, Kendari Dipublikasi

Lebih terperinci

MINGGU VI UJI CHI SQUARE. Dyah Maharani, Ph.D.

MINGGU VI UJI CHI SQUARE. Dyah Maharani, Ph.D. MINGGU VI UJI CHI SQUARE Dyah Maharani, Ph.D. PENGERTIAN CHI-SQUARE Chi square adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi observasi atau yang benar-benar terjadi dengan frekuensi

Lebih terperinci

Topik 9 Genetika Kuantitatif

Topik 9 Genetika Kuantitatif Topik 9 Genetika Kuantitatif 9.1. Sifat Kuantitatif Sejauh ini pembicaraan tentang suatu fenotipe diasumsikan menggambarkan fenotipenya. Fenotipe sifat-sifat demikian mudah dibedakan, misalnya wama kulit

Lebih terperinci

PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA. OLEH Dr. Hasnar Hasjim

PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA. OLEH Dr. Hasnar Hasjim PENGANTAR GENETIKA DASAR HUKUM MENDEL ISTILAH DALAM GENETIKA OLEH Dr. Hasnar Hasjim 1.PENGANTAR GENETIKA Genetika adalah ilmu yang mempelajari sifat keturunan yang diwariskan kepada anak cucu dan variasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PERFORMANS GENETIK + LINGKUNGAN NILAI EKONOMIS KUALITATIF KUANTITATIF PRODUKSI SUSU PRODUKSI DAGING

PENDAHULUAN PERFORMANS GENETIK + LINGKUNGAN NILAI EKONOMIS KUALITATIF KUANTITATIF PRODUKSI SUSU PRODUKSI DAGING Suhardi, S.Pt.,MP 1 PENDAHULUAN PERFORMANS GENETIK + LINGKUNGAN KUALITATIF KUANTITATIF KEMAMPUAN NILAI EKONOMIS KESEMPATAN PRODUKSI SUSU PRODUKSI DAGING 2 HUKUM HARDY WEINBERG Populasi mendelian yang berukuran

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN MATERI INTERAKSI GEN

MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN MATERI INTERAKSI GEN MODUL PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN 2015 3. MATERI INTERAKSI GEN Setiap gen memiliki pekerjaan sendiri-sendiri untuk menumbuhkan karakter tapi ada beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen

Lebih terperinci

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MEDAN AREA FAKULTAS PERTANIAN

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MEDAN AREA FAKULTAS PERTANIAN KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS MEDAN AREA FAKULTAS PERTANIAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER SEMESTER GANJIL T.A. 2016/2017 MATA KULIAH SEMESTER : GENETIKA : III (GANJIL)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

EMBRIOLOGI DAN GENETIKA PERKEMBANGAN : POLA PEWARISAN SIFAT. Kelompok 1. Anggota Kelompok : Intan Anindita Suseno

EMBRIOLOGI DAN GENETIKA PERKEMBANGAN : POLA PEWARISAN SIFAT. Kelompok 1. Anggota Kelompok : Intan Anindita Suseno EMBRIOLOGI DAN GENETIKA PERKEMBANGAN : POLA PEWARISAN SIFAT Kelompok 1 Anggota Kelompok : Muhammad Andhika Nur B04120146 Desi Purwanti B04120108 Intan Anindita Suseno B04120114 Andi Ibrahim Risyad B04120177

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mahoni dan mimba. Hasil seleksi primer yang dilakukan terhadap 13 primer spesifik dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Amplifikasi silang jenis Mindi Amplifikasi DNA merupakan proses penggandaan DNA dimana basa penyusun DNA direplikasi dengan bantuan primer. Primer merupakan potongan rantai

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1. Fakultas / Program Studi : FMIPA / Biologi 2. Mata Kuliah / Kode : Genetika Molekuler / SBG 252 3. Jumlah SKS : Teori = 2

Lebih terperinci

Please prepare your mind and ASSALAMUALAIKUM. spirit, because now, we will learn about.

Please prepare your mind and ASSALAMUALAIKUM. spirit, because now, we will learn about. Please prepare your mind and ASSALAMUALAIKUM. spirit, because now, we will learn about. Prinsip-Prinsip Hereditas By Ida Rosiana Ketika Kau bercrmin dan memperhatikan wajahmu dengan seksama, dipastikan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MIPA SILABI FRM/FMIPA/063-01 18 Februari 2011 Fakulltas : MIPA Program Studi : Prodi Pendidikan Biologi dan Prodi Biologi Mata Kuliah/Kode : BIC 223 Jumlah SKS :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ulat Sutera (Bombyx mori L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Ulat Sutera (Bombyx mori L.) TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutera (Bombyx mori L.) Ulat sutera merupakan serangga yang termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera, yang mencakup semua jenis kupu dan ngengat. Ulat sutera adalah serangga holometabola,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Makmur,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. IPA dan mengetahui kualitas modul yang disusun. Fenomena kretinisme di Desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. IPA dan mengetahui kualitas modul yang disusun. Fenomena kretinisme di Desa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan modul pengayaan berbasis fenomena kretinisme di Desa Sigedang, Kejajar, Wonosobo untuk siswa kelas XII IPA dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Pewarisan Sifat. meliputi

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Pewarisan Sifat. meliputi Bab 5 Pewarisan Sifat Banyak sifat yang dimiliki makhluk hidup yang menurun dari induk kepada keturunannya, sehingga sifat orang tua dapat muncul pada anaknya atau bahkan sifat-sifat tersebut muncul pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat dominan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Ciamis, Jawa Barat Kabupaten Ciamis merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki luasan sekitar 244.479 Ha. Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) tersebar luas di Daratan Asia Tenggara, Lempeng Sunda, Kepulauan Filipina, dan daerah Wallacea Selatan. Monyet ekor panjang di Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN ACARA III PERSILANGAN MONOHIBRID Semester : Ganjil 2015 Oleh : Sungging Birawata A1L114097 / Rombongan 14 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia adalah kelainan genetik bersifat autosomal resesif yang ditandai dengan menurunnya kadar hemoglobin dalam darah individu. Eritrosit mengandung hemoglobin

Lebih terperinci

PEWARISAN SIFAT (HUKUM MENDEL I DAN II)

PEWARISAN SIFAT (HUKUM MENDEL I DAN II) PEWARISAN SIFAT (HUKUM MENDEL I DAN II) MENDELIAN INHERITANCE MENDELIAN INHERITANCE Mendel mempelajari pada kacang kapri (Pisum sativum) terutama pada variasi bentuk dan warna ditandai dengan hubungan

Lebih terperinci

MODUL E-LEARNING PEWARISAN SIFAT. IPA SMP/MTs KELAS IX ISTIQOMAH

MODUL E-LEARNING PEWARISAN SIFAT. IPA SMP/MTs KELAS IX ISTIQOMAH MODUL E-LEARNING PEWARISAN SIFAT IPA SMP/MTs KELAS IX ISTIQOMAH KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-nya, sehingga dapat menyusun bahan ajar modul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Babi domestik (Sus scrofa) merupakan hewan ternak yang dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut Sihombing (2006), daging babi sangat digemari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies cabai yang telah dikenal, diantaranya C. baccatum, C. pubescent,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia kedelai

Lebih terperinci

POPULASI TANAMAN ALLOGAM

POPULASI TANAMAN ALLOGAM POPULASI TANAMAN ALLOGAM TUJUAN PRAKTIKUM 1. Untuk mengetahui komposisi genetik dari tanaman allogame dan segregasidari keturunannya 2. Untuk mengetahui pengaruh seleksi terhadap perubahan komposisi genetik

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK

SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK SILABUS MATA KULIAH MAYOR TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK PTP101 Dasar Produksi Ternak 3(2-3) Mata kuliah ini memberikan pengetahuan kepada mahasiswa untuk dapat menjelaskan, memahami tentang arti, fungsi jenis

Lebih terperinci