BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal Pada pembelajaran larutan penyangga dengan metode praktikum untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis, perlu terlebih dahulu dilakukan pengembangan prosedur praktikum. Pengembangan prosedur praktikum ini didasarkan pada beberapa aspek, yaitu kemudahan pengerjaannya, kecukupan waktunya, ketersediaan alat dan bahan, keekonomisan alat dan bahan, serta kesesuaian dengan tujuan praktikum. Terdapat tujuh sub indikator keterampilan berpikir kritis yang ingin ditingkatkan dalam penelitian ini. Ketujuh sub indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Sub indikator keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini merujuk pada kurikulum berpikir kritis dari Ennis (1985) yang seluruhnya terdiri atas lima kelompok keterampilan berpikir kritis yang dapat dijabarkan lagi menjadi 12 indikator dan 51 sub indikator. Sub-sub indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dalam pembelajaran ini, dipilih sesuai dengan konsep-konsep yang ada dalam pokok bahasan larutan penyangga. Dalam hal ini dibatasi hanya pada mengidentifikasi larutan penyangga dan bukan penyangga pada larutan garam dapur, soda kue dan cairan dalam buah kaleng melalui metode praktikum berbasis material lokal. Selain beberapa aspek yang dikemukakan sebelumnya, prosedur praktikum yang dikembangkan juga dibuat sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini diantaranya 46

2 47 dilakukan dengan cara membuat deskripsi terhadap praktikum yang akan dilakukan yaitu identifikasi larutan penyangga. Prosedur tersebut juga dirancang untuk memuat hal-hal utama saja, sehingga siswa mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Tabel 4.1 Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Larutan Penyangga melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal No. Kelompok Indikator Sub Indikator 1. Memberikan penjelasan sederhana 2. Membangun keterampilan dasar Memfokuskan pertanyaan Bertanya dan menjawab pertanyaan Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan Memberikan penjelasan sederhana Mempertimbangkan kesesuaian sumber Melaporkan hasil observasi 3. Menyimpulkan Menginduksi dan mempertimbangkan hasil induksi Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki 4. Memberikan pertimbangan lanjut 5. Mengatur strategi dan taktik Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi Menentukan suatu tindakan Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja Merumuskan solusi alternatif Untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan waktu yang diperlukan siswa dalam mengerjakan LKS, terlebih dahulu LKS tersebut diujicobakan kepada siswa. Adapun siswa yang dipakai untuk uji coba tersebut adalah siswa-siswa

3 48 diluar subjek yang akan diteliti tetapi mempunyai karakteristik yang serupa dengan subjek penelitian. Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan kelompok kemampuan siswa. Pengelompokkan siswa tersebut didasarkan pada data nilai rata-rata dua kali nilai ulangan harian kimia pada materi sebelumnya. Dari ke-32 siswa dibagi menjadi tiga kelompok yaitu siswa kelompok tinggi sebanyak 6 orang (19%), kelompok sedang 2 orang (62%), dan kelompok rendah 6 orang (19%). Selama praktikum siswa dibimbing agar dapat melakukan praktikum dengan baik dan benar. Beberapa permasalahan yang muncul diselesaikan oleh siswa itu sendiri melalui arahan dan diskusi bersama antara siswa dengan guru. Siswa pun diajak untuk berpikir mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil praktikum. Setelah pembelajaran dilakukan siswa dihadapkan pada soal-soal tes untuk mengetahui keterampilan berpikir kritis siswa, yakni berupa soal-soal tes keterampilan berpikir kritis. Indikator yang diujikan adalah soal tes keterampilan berpikir kritis yang berjumlah 14 soal dari 7 sub indikator (masing-masing sub indikator terdiri dari 2 soal) dengan bentuk soal pilihan ganda beralasan yang diberikan sebelum dan sesudah praktikum agar dapat terlihat perubahan kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Soal-soal tes keterampilan berpikir kritis diberikan kepada siswa untuk memperoleh gambaran tentang keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan

4 49 siswa melalui metode praktikum sebelum dan sesudah pembelajaran, kemudian dianalisis peningkatannya. B. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal 1. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah Untuk data peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada masing-masing kelompok tinggi, sedang dan rendah dapat dilihat pada gambar 4.1 Nilai Persentase (%) Pretes Postes N-Gain 1 Tinggi Sedang Rendah Kategori Kelompok Siswa Gambar 4.1 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Masing- Masing Kelompok Siswa Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa nilai N-Gain untuk siswa kelompok tinggi sebesar 51% dan ditafsirkan bahwa siswa kelompok tinggi mengalami peningkatan keterampilan berpikir kritis dalam tingkat sedang. Pada siswa kelompok sedang nilai N-Gain yang didapatnya yaitu sebesar 42% dan termasuk dalam kategori peningkatan sedang. Sedangkan pada siswa kelompok rendah nilai N-Gain diraih sebesar 28% yang termasuk

5 5 dalam kategori peningkatan rendah. Hal ini menggambarkan siswa kelompok tinggi mengalami peningkatan yang cukup besar didukung oleh kemampuan kognitifnya yang tinggi sehingga dapat lebih mudah untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Begitu pula dengan siswa kelompok sedang yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya dengan baik. Meskipun kelompok rendah tafsirannya berada pada kategori peningkatan rendah, namun hal ini tetap menunjukkan bahwa adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis yang dicapai. Keadaan ini menggambarkan adanya kemampuan kelompok rendah untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kogut (1995) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan. Schafersman (1991) mengemukakan bahwa kegiatan praktikum merupakan wahana pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa. Ia mengatakan science laboratory exercise are all excelent for teaching critical thinking. Hal senada dikemukakan Jones (1996) yang mengatakan berpikir kritis salah satunya dapat dilakukan melalui kegiatan praktikum. Dengan melihat persentase nilai rata-rata skor pretes dan postes, maka peningkatan keterampilan berpikir seluruh siswa dapat dilihat pada Gambar 4.2

6 51 Nilai Persentase (%) Pretes Postes N-Gain Gambar 4.2 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Seluruh Siswa Data tersebut menggambarkan bahwa secara keseluruhan siswa mengalami peningkatan dari nilai pretes ke postesnya. Peningkatan tersebut ditafsirkan dari nilai N-Gainnya sebesar 41% dan termasuk pada kategori sedang. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran dengan metode praktikum berbasis material lokal dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara keseluruhan. Untuk mengetahui apakah peningkatan keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan siswa tersebut bermakna atau tidak, dan merupakan dampak pembelajaran atau bukan, maka dilakukan uji statistik berupa uji t, dengan maksud untuk mengetahui signifikansi antara skor pretes dan postes. Namun, uji t baru dapat dilakukan apabila skor pretes dan postes berdistribusi normal. Dengan demikian, sebelum uji t dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas terhadap data pretes dan postes melalui uji chi-square.

7 52 Hasil uji-square dan uji t dilakukan dengan menggunakan program SPSS 18 diketahui hasil uji chi square dikatakan berdistribusi normal apabila X 2 hitung < X 2 tabel pada taraf signifikansi (α) =,5 dengan derajat kebebasan (db) = n-1. Sementara itu hasil uji chi-squre terhadap skor pretes menunjukkan bahwa X 2 hitung = 17,5 dengan derajat kebebasannya sebesar 11 dan taraf sigifikansi,5, diperoleh X 2 tabel(,95) = 19,7 dan hasil uji chi-square terhadap skor postes memiliki harga X 2 hitung = 7,81. Pada db 12 dan taraf signifikasi,5 diperoleh harga X 2 tabel (.95) = 21,. Karena kedua data skor pretes dan postes mempunyai harga X 2 hitung < X 2 tabel, maka berarti kedua data tersebut berdistribusi normal. Dengan demikian uji t dapat dilakukan. Setelah dilakukan uji t didapat nilai t hitung sebesar -12,776. Melalui uji kesamaan rata-rata dua ujung, dengan N = 32, db = 32-1 = 31, pada α =,5 diperoleh t tabel(,95) = 1,7. Melalui kurva normal diketahui bahwa nilai t hitung berada di daerah penolakan Ho. Hal ini menunjukkan bahwa skor pretes memiliki perbedaan yang signifikan dengan rata-rata skor pretes. Dari hasil uji t diperoleh bukti bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode praktikum berbasis material lokal dapat membantu meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa terhadap materi larutan penyangga secara signifikan. 2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis pada Masing-masing Indikator Untuk setiap indikator keterampilan berpikir kritis yang diujikan, data peningkatan kelas yang diperoleh dari hasil tes sebelum dan sesudah pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 4.3

8 53 12 Nilai Persentase (%) Pretes Postes N-Gain Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Keterangan : 1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Memberikan penjelasan sederhana 3. Mempertimbangkan kesesuaian sumber 4. Melaporkan hasil observasi 5. Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan 6. Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja 7. Merumuskan solusi alternatif Gambar 4.3 Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa untuk Setiap Sub Indikator Gambar 4.3 tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada semua indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dengan persentase N-Gain yang berbeda-beda. Data tersebut secara umum dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan yang cukup baik di setiap sub indikator keterampilan berpikir kritis. Bila dilihat dari kenaikan per-indikator, maka peningkatan yang paling tinggi terdapat pada indikator mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dengan persentase N-Gain sebesar 83% dan yang paling rendah adalah indikator mengidentifikasi dan menangani

9 54 ketidakbenaran yang disengaja dengan N-Gain sebesar 2% dan indikator merumuskan solusi alternatif sebesar 26%, sedangkan keempat indikator lainnya berada pada tingkat sedang, yaitu keterampilan memberikan penjelasan sederhana dengan nilai N-Gain sebesar 65%, keterampilan mempertimbangkan kesesuaian sumber sebesar 63%, keterampilan melaporkan hasil observasi sebesar 48% dan keterampilan menarik kesimpulan dari hasil penyelidikkan sebesar 36%. Keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan diketahui banyak mengalami peningkatan, sedangkan keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja mengalami tingkat peningkatan yang paling rendah. Jika dilihat dari segi pemahamannya, keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja merupakan sub indikator yang paling sulit untuk dipahami karena menuntut siswa untuk mengevaluasi hasil pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain berikut alasannya sekaligus dapat memberikan gagasan-gagasan dalam memperbaikinya. Pada keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, siswa mengalami peningkatan yang paling tinggi karena dalam keterampilan ini siswa memiliki kemampuan yang bagus untuk mengidentifikasi pertanyaanpertanyaan yang sesuai dengan pernyataan dalam soal. Hal ini menggambarkan bahwa hampir seluruh siswa memiliki pengetahuan dan pengalaman belajar yang cukup baik untuk dapat menguasai keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan.

10 55 C. Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal Selain menilai tingkat peningkatan yang dicapai pada setiap kelompok siswa maupun pada masing-masing sub indikator keterampilan berpikir kritis, juga dilakukan analisis terhadap penguasaan keterampilan berpikir kritis untuk setiap masing-masing sub indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan maupun untuk setiap kategori kemampuan siswa. 1. Penguasan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Kelompok Tinggi, Sedang dan Rendah Penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap kelompok untuk masing-masing indikatornya diwakili oleh dua soal dan dapat dilihat dari pencapaian skor untuk setiap nomor soal postes. Setelah postes dilaksanakan, maka hasil pencapaian skor pada setiap kelompok dapat ditunjukkan oleh Gambar 4.4. Gambar 4.4 memberikan informasi bahwa penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa kelompok tinggi menunjukkan pencapaian keterampilan berpikir kritis yang baik. Terdapat satu sub indikator yang mencapai persentase sebesar 1% yaitu pada keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, tiga sub indikator yang telah mencapai kategori sangat baik yaitu, memberikan penjelasan sederhana, mempertimbangkan kesesuaian sumber, dan melaporkan hasil observasi, dua sub indikator keterampilan berpikir kritis mencapai kategori baik, yaitu menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki dan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja serta satu sub indikator keterampilan berpikir kritis yang mencapai kategori cukup, yaitu merumuskan solusi alternatif.

11 56 Hal ini menegaskan bahwa siswa kelompok tinggi rata-rata memiliki keterampilan berpikir kritis yang tinggi pula. Salah satu indikator mencapai nilai yang sempurna, yaitu indikator mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan karena indikator tersebut mudah diterapkan dan dimengerti oleh siswa Nilai Persentase (%) Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Keterangan : 1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Memberikan penjelasan sederhana 3. Mempertimbangkan kesesuaian sumber 4. Melaporkan hasil observasi 5. Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan 6. Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja 7. Merumuskan solusi alternatif Gambar 4.4 Pengusaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelompok Tinggi Gambar 4.5 menggambarkan bahwa penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa kelompok sedang mencapai hasil yang baik, bahkan tiga sub indikator mencapai hasil yang sangat baik, yaitu pada keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan, memberikan penjelasan sederhana, dan mempertimbangkan kesesuaian sumber, dua diantaranya mencapai kategori

12 57 pencapaian yang baik, yaitu pada keterampilan melaporkan hasil observasi dan menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki. Dua sub indikator lainnya seperti mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja dan merumuskan solusi alternatif memiliki kategori cukup Nilai Persentase (%) Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Keterangan : 1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Memberikan penjelasan sederhana 3. Mempertimbangkan kesesuaian sumber 4. Melaporkan hasil observasi 5. Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan 6. Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja 7. Merumuskan solusi alternatif Gambar 4.5 Pengusaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelompok Sedang Gambar 4.6 menunjukkan pencapaian keterampilan berpikir kritis yang baik pada siswa kelompok rendah. Terdapat dua sub indikator yang mencapai hasil yang sangat baik, yaitu pada keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dan memberikan penjelasan sederhana, tiga sub indikator berada pada kategori baik, yaitu pada keterampilan mempertimbangkan kesesuaian sumber,

13 58 melaporkan hasil observasi, dan menarik kesimpulan dari hasil penyelidikkan. Keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja dan keterampilan merumuskan solusi alternatif berada pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa kelompok sedang dan kelompok rendah hanya memiliki perbedaan yang tipis, walaupun tetap berada di bawah siswa kelompok sedang terutama dalam keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja. Hal ini mungkin disebabkan karena baik siswa kelompok sedang maupun rendah kurang dapat menangani ketidakbenaran yang dilakukan dalam praktikum. Nilai Persentase (%) Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Keterangan : 1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Memberikan penjelasan sederhana 3. Mempertimbangkan kesesuaian sumber 4. Melaporkan hasil observasi 5. Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan 6. Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja 7. Merumuskan solusi alternatif Gambar 4.6 Pengusaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelompok Rendah

14 59 Dari ketiga kelompok kategori siswa, semuanya mencapai kategori yang sangat baik dalam keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dan keterampilan memberikan penjelasan sederhana. Keadaan ini menggambarkan bahwa baik siswa kelompok tinggi, sedang, maupun rendah menyenangi kegiatan yang berhubungan dengan mengidentifikasi pertanyaan serta memberikan penjelasan sederhana dalam kegiatan praktikum yang dilakukan. Bila dilakukan studi komparatif dari ketiga kelompok tersebut, maka rata-rata nilai dari postes masing-masing dapat digambarkan pada Gambar 4.7. Nilai Persentase (%) Tinggi Sedang Rendah Kategori Kelompok Siswa Gambar 4.7 Penguasaan Keteranpilan Berpikir Kritis pada Setiap Kelompok Siswa Gambar di atas memperlihatkan bahwa rata-rata penguasaan keterampilan berpikir kritis yang memiliki skor tertinggi adalah kelompok tinggi sebesar 83%, kemudian kelompok sedang mencapai 77%, dan kelompok rendah mencapai 69%. Dari data tersebut diketahui bahwa kelompok tinggi mempunyai tingkat

15 6 keterampilan berpikir kritis yang paling tinggi bila dibandingkan dengan kelompok sedang dan kelompok rendah, namun kelompok sedang dan kelompok rendah berada pada kriteria yang sama, yaitu baik. Keadaan ini menggambarkan bahwa keterampilan berpikir kritis yang dikembangan berpengaruh pada kelompok rendah sehingga dapat mencapai tingkat penguasaan yang baik. Penulis berasumsi bahwa tingkat kognitif yang rendah tetap dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya dengan baik. Hal ini senada dengan yang dinyatakan oleh Piaget dalam Dahar (1996) bahwa dengan meningkatnya kemampuan berpikir dari kemampuan dasar ke jenjang berpikir kompleks, maka tingkatan intelektual juga akan meningkat, karena setiap individu mengalami perkembangan tingkatan-tingkatan intelektual, dimana tingkatan sebelumnya terintegrasi dalam tingkatan intelektual berikutnya. 2. Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis pada Masing-masing Sub Indikator Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa terdapat tujuh sub indikator keterampilan berpikir kritis yang diteliti dalam penelitian ini. Dari ketujuh indikator tersebut ternyata pencapaian siswa dalam memperoleh nilai dari setiap indikator sangat bervariasi. Di bawah ini akan dijelaskan lebih rinci tentang penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa pada setiap indikator. 1) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan Penguasaan keterampilan berpikir kritis siswa pada sub indikator mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dilihat melalui pertanyaan nomor

16 61 1 dan 2 pada tes keterampilan berpikir kritis. Adapun sebaran penguasaan siswa pada sub indikator ini setelah pembelajaran diperlihatkan pada Gambar Nilai Persentase (%) Tinggi Sedang Rendah SB B C K SK Kategori Kemampuan Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang Gambar 4.8 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Mengidentifikasi atau Merumuskan Pertanyaan Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa seluruh siswa baik pada kelompok tinggi, sedang maupun rendah memiliki kemampuan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dengan kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan keterampilan mengidenfikasi atau merumuskan pertanyaan setiap siswa sangat baik, berarti indikator ini pada dasarnya tergolong mudah untuk setiap kelompok.

17 62 Dalam hal ini, sebagian besar mampu menjawab pertanyaan nomor 1 dan 2 dengan baik berikut dengan alasannya, dibuktikan pada jawaban siswa terhadap pertanyaan nomor 1 dari kelompok tinggi, sedang, dan rendah di bawah ini : a) Jawaban siswa nomor absen 16 (Kelompok Tinggi) Jawaban : B (benar) Alasan : Karena tujuan siswa tersebut melakukan percobaan adalah untuk mengetahui kapasitas larutan penyangga b) Jawaban siswa nomor absen 23 (Kelompok Sedang) Jawaban : B (benar) Alasan : Karena hal yang menentukan dalam percobaan tersebut adalah jumlah larutan asam yang mempengaruhi ph. c) Jawaban siswa nomor absen 32 (Kelompok Rendah) Jawaban : B (benar) Alasan : Karena siswa ingin mengetahui kapasitas Ketiga kelompok tersebut mampu menguraikan alasan dengan jelas dan mudah dimengerti. Hal ini membuktikan bahwa ketiga kelompok siswa mampu mencerna bahasa soal dengan sangat baik dan menguasai keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan yang dikembangkan. 2) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Memberikan penjelasan sederhana Pada sub indikator memberikan penjelasan sederhana ini dapat dilihat dari tes kemampuan keterampilan berpikir kritis nomor 3 dan 4. Secara lebih rinci, sebaran sub indikator tersebut digambarkan pada Gambar 4.9. Dari Gambar 4.9 dapat terlihat ternyata sama seperti pada sub indikator sebelumnya, yaitu mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dimana hampir seluruhnya nilai siswa dari masing-masing kategori kelompok berada pada kategori yang sangat baik, dan sedikit dari kelompok sedang dan kelompok

18 63 rendah yang berada pada kategori baik. Keadaan ini menggambarkan bahwa ketiga kelompok kategori siswa tersebut mampu dengan baik menguasai keterampilan memberikan penjelasan sederhana. Nilai Persentase (%) SB B C K SK Kategori Kemampuan Tinggi Sedang Rendah Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang Gambar 4.9 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Memberikan Penjelasan Sederhana Pengembangan sub indikator memberikan penjelasan sederhana dapat dilihat melalui jawaban siswa untuk pertanyaan nomor 3 dan 4, yaitu : 3) Seorang siswa ingin membuktikan tentang materi larutan penyangga yang baru saja ia pelajari di sekolah. Cairan pada minuman kaleng sari buah diuji ph nya, kemudian ditambahkan beberapa tetes larutan soda api (NaOH), setelah itu ia menguji kembali ph minuman kaleng tersebut, ternyata hasilnya tidak jauh beda dari yang sebelum ditambahkan larutan soda api. Manakan uraian yang dapat menjelaskan kejadian tersebut? a. Terdapat kesalahan pada alat ukur ph yang digunakan karena tidak mengubah ph minuman kaleng setelah penambahan larutan soda api b. Minuman kaleng sari buah bukan merupakan larutan penyangga

19 64 c. Penambahan larutan soda api tidak menimbulkan reaksi untuk minuman kaleng sari buah d. Minuman kaleng sari buah masih dapat diminum setelah penambahan larutan soda api karena ph nya tidak berubah secara signifikan e. Minuman kaleng sari buah merupakan larutan penyangga yang dapat mempertahankan ph dari penambahan larutan soda api Alasan :... 4) Guru ingin menunjukkan percobaan identifikasi larutan penyangga untuk menentukan kapasitas larutan penyangga. Pada larutan NaHCO 3 dengan konsentrasi tertentu ditambahkan beberapa tetes indikator bahan alam ekstrak kol merah, warna larutan NaHCO 3 menjadi hijau. Setelah penambahan 1 tetes larutan basa, larutan NaHCO 3 tetap berwarna hijau, dan pada penambahan 2 tetes larutan basa larutan NaHCO 3 berubah menjadi warna kuning. Manakah uraian yang dapat menjelaskan percobaan tersebut? a. Larutan NaHCO 3 tersebut telah terbukti sebagai larutan penyangga karena ph-nya tidak dapat berubah dengan penambahan basa b. Larutan NaHCO 3 tersebut merupakan larutan penyangga dengan kapasitas kurang dari 2 tetes larutan basa c. Larutan NaHCO 3 tersebut bukan merupakan larutan penyangga yang dapat mempertahankan ph pada penambahan sejumlah basa d. Larutan NaHCO 3 tersebut merupakan larutan penyangga yang bersifat basa e. Larutan NaHCO 3 tersebut merupakan larutan penyangga yang sangat baik dalam mempertahankan ph Alasan :... Pada pertanyaan nomor 3, keterampilan memberikan penjelasan sederhana diteliti melalui cara siswa memberikan penjelasan mengenai penambahan basa ke dalam larutan yang bersifat asam. Sedangkan pada pertanyaan nomor 4, menuntut siswa untuk memberikan penjelasan mengenai penambahan basa ke dalam larutan yang bersifat basa. Siswa yang mengerti akan konsep larutan penyangga akan dapat dengan baik memberikan penjelasan mengenai hal ini. Di bawah ini merupakan jawaban nomor 3 pada setiap kategori kelompok siswa. a) Jawaban siswa nomor absen 16 (Kelompok Tinggi) Jawaban : E (benar) Alasan : Karena ph minuman buah kaleng tidak berubah banyak. Soda api yang ditambahkan dinetralisir oleh asam lemah yang terdapat pada minuman kaleng.

20 65 b) Jawaban siswa nomor absen 23 (Kelompok Sedang) Jawaban : E (benar) Alasan : Karena ph pada minuman kaleng sari buah setelah ditambahkan beberapa tetes NaOH hasilnya tidak jauh beda, sehingga merupakan larutan penyangga. c) Jawaban siswa nomor absen 32 (Kelompok Rendah) Jawaban : E (benar) Alasan : Karena ph buah kaleng hampir tidak berubah. Dari ketiga jawaban masing-masing kelompok tersebut, menunjukkan bahwa hampir seluruh siswa dapat memberikan jawaban serta alasan yang jelas pada sub indikator keterampilan berpikir kritis yang satu ini. Keadaan ini juga dapat menggambarkan bahwa ketiga kelompok siswa tersebut menguasai konsep materi larutan penyangga. 3) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Mempertimbangkan kesesuaian sumber Pada sub indikator mempertimbangkan kesesuaian sumber dari soal nomor 5 dan 6 menggambarkan bahwa kemampuan siswa hampir seluruhnya berada pada kategori sangat baik, namun masih terdapat siswa yang berada pada kategori cukup dan kurang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dari Gambar 4.1 terlihat bahwa sama seperti dua sub indikator sebelumnya, pada kelompok tinggi seluruh siswa dapat menguasai keterampilan berpikir kritis mempertimbangkan kesesuaian sumber, sedangkan pada kelompok sedang terdapat hampir seluruh siswa berada pada kategori sangat baik dan sebagian kecil berada pada kategori cukup. Sementara itu siswa kelompok rendah sebagian besar berada pada kategori sangat baik dan hampir separuhnya berada pada kategori kurang.

21 66 Penyebaran katerampilan mempertimbangkan kesesuaian sumber ini dapat dikatakan kurang merata, karena terdapat hampir separuh dari kelompok rendah yang berada dalam kategori kurang. Keadaan ini menggambarkan bahwa dari kemampuan kognitif yang kurang masih belum dapat menguasai keterampilan berpikir kritis dalam mempertimbangkan kesesuaian sumber. 12 Nilai Persentase (%) Tinggi Sedang Rendah SB B C K SK Kategori Kemampuan Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang Gambar 4.1 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Mempertimbangkan Kesesuaian Sumber Perbedaan ini diantaranya disebabkan karena hampir separuh dari siswa kelompok rendah ini kurang dapat memberikan jawaban benar dalam memilih alternatif jawaban dan memberikan alasan. Di bawah ini adalah petikan wawancara dalam menggali alasan untuk jawaban nomor 3.

22 67 P : OK. Kalau nomor 5, kenapa kamu pilih option A? S : Kan H 2 SO 4 dapat teruarai menjadi ion-ion nya. Dari jawaban tersebut tampak bahwa siswa kelompok rendah mengalami kesulitan dalam memahami soal keterampilan berpikir kritis tersebut. Hal ini senada seperti yang diungkapkan oleh Hanaswati (2) yang menyatakan bahwa dalam hal berpikir kritis, siswa dituntut untuk menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan. 4) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Melaporkan Hasil Observasi Penguasaan sub indikator melaporkan hasil observasi diketahui melalui jawaban siswa pada pertanyaan nomor 7 dan 8. Untuk lebih jelasnya, terlihat pada Gambar Pada Gambar 4.11 terlihat bahwa pada keterampilan melaporkan hasil observasi ini, sebaran pada kelompok tinggi, sedang dan rendah terlihat lebih merata. Kelompok tinggi hampir seluruh siswa tetap berada di kategori sangat baik, walaupun terdapat sebagian kecil berada pada kategori baik. Kelompok sedang sebagian besar berada pada kategori sangat baik, sebagian kecil berada pada kategori baik, cukup serta kurang. Sementara itu, siswa kelompok rendah sebagian kecil berada pada kategori sangat baik, separuhnya berada pada kategori baik, dan hampir separuhnya berada pada kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan melaporkan hasil observasi siswa setiap siswa cukup memadai. Namun dibandingkan dengan kelompok rendah,

23 68 masih terdapat siswa kelompok sedang yang berada pada kategori kurang serta hampir separuh kelompok rendah berada pada kategori baik. Keadaan ini menggambarkan bahwa minat siswa kelompok rendah dalam keterampilan melaporkan hasil observasi lebih baik dibandingkan pada kelompok sedang Nilai Persentase (%) Tinggi Sedang Rendah 1 5 SB B C K SK Kategori Kemampuan Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang Gambar 4.11 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Melaporkan Hasil Observasi Pada keterampilan melaporkan hasil observasi ini, siswa yang sungguhsungguh memperhatikan dan aktif dalam kegiatan praktikum sesuai petunjuk praktikum akan mengetahui hal-hal yang harus diamati oleh siswa. Selain melalui jawaban siswa terhadap tes keterampilan berpikir kritis, digali pula kemampuan berpikir kritis siswa melalui wawancara. Di bawah ini adalah petikan wawancara dalam menggali alasan untuk jawaban nomor 3.

24 69 P : Sekarang kalau nomor 7, kenapa kamu pilih option A? S1 : Karena menurut saya bu, option A tuh yang paling penting bu untuk mengidentifikasi larutan penyangga atau bukan, bener ga sih bu? P : Memang option yang lain gak penting yah? S1 : Penting sih bu, tapi kan ada kata harus bu, jadi option A tuh memang yang sangat menentukan untuk mengidentifikasi larutan penyangga. S2 : Sebenarnya saya bingung bu karena kalau menurut saya semua data itu penting, tapi karena untuk mengidentifikasi berarti option A yang paling penting. S3 : Kan perubahan warna menunjukkan adanya perubahan ph, jadi kalo warnanya berubah drastis berarti bukan larutan penyangga. 5) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Menarik Kesimpulan dari Hasil Penyelidikan Pada sub indikator menarik kesimpulan dari hasil penyelidikkan dapat diketahui dari soal no 9 dan 1. Secara lebih rinci sebaran siswa pada sub indikator menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan diperlihatkan seperti pada Gambar Gambar 4.12 menggambarkan bahwa sebagian besar dari siswa kelompok tinggi berada pada kategori sangat baik, akan tetapi justru hampir separuhnya memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Hal ini terlihat sangat mencolok mengingat pada sub indikator sebelumnya, siswa kelompok tinggi hampir selalu berada di dalam kategori sangat baik dan baik. Keadaan ini memberi gambaran bahwa beberapa siswa kelompok tinggi masih belum dapat menguasai keterampilan menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki. Pada siswa kelompok sedang, terlihat lebih beragam dan tersebar untuk semua kategori. Separuh siswa kelompok sedang memiliki kemampuan dengan kategori sangat baik, sebagian kecil memiliki kemampuan dengan kategori baik, sebagian kecil lagi memiliki

25 7 kemampuan dengan kategori cukup dan sebagian kecil lainnya memiliki kemampuan dengan kategori kurang Nilai Persentase (%) SB B C K SK Kategori Kemampuan Tinggi Sedang Rendah Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang Gambar 4.12 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Menarik Kesimpulan dari Hasil Penyelidikan Pada kelompok rendah, separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori sangat baik, hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori baik, dan sebagian kecil memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Kenyataan ini menunjukkan bahwa baik kelompok tinggi, sedang maupun rendah, terdapat beberapa siswa yang masih kurang mampu untuk menguasai keterampilan menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan. Dalam keterampilan menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan ini siswa dituntut untuk mengamati dengan sungguh-sungguh, dan dapat menghubungkan fenomena yang satu

26 71 dengan yang lainnya dalam melakukan praktikum. Hal ini senada seperti yang dikatakan oleh Sutrisno (dalam Asriyani, 28), bahwa definisi dari menarik kesimpulan (inferring) adalah kemampuan untuk menghubungkan berbagai petunjuk (clus) dan fakta atau informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang terumuskan. Sebagian besar siswa dari kelompok tinggi, sedang maupun rendah berada dalam kategori yang sangat baik, meskipun ada beberapa siswa dari masingmasing kelompok yang memiliki kemampuan kategori kurang. Hal ini tergambar dari hasil wawancara beberapa orang siswa yang mampu dengan baik menjawab benar dan memberikan alasan yang jelas dan mudah dimengerti pada tes keterampilan berpikir kritis untuk soal nomor 9. P : Lalu nomor 9 mengapa kamu pilih option A? S1 : Dari hasil perhitungan bu, ada sisa di asam lemah pada siswa A. S2 : Dihitung bu, ada sisa di asam lemah punya yang siswa A. S3 : Karena larutan yang dicampurkan siswa A punya sisa di asam lemah bu, itu artinya dia yang dapet larutan penyangga bu. 6) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Mengidentifikasi dan Menangani Ketidakbenaran yang Disengaja Penguasaan indikator ini diketahui melalui jawaban siswa pada pertanyaan nomor 7 dan 8, dimana penguasaan dari setiap kelompok cukup tersebar dari setiap kategori. Untuk lebih jelasnya dapat terlihat pada Gambar Dari Gambar 4.13 terlihat bahwa separuh dari kelompok tinggi memiliki kemampuan dengan kategori baik, sebagian kecil memiliki kemampuan dengan kategori sangat baik, sebagian kecil lagi memiliki kemampuan cukup, dan sebagian kecil lainnya memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Pada

27 72 siswa kelompok sedang, hanya sebagian kecil yang memiliki kemampuan dengan kategori sangan baik, hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori baik, hampir separuhnya lagi memliki kemampuan dengan kategori cukup, hampir separuh lainnya memiliki kategori kurang dan sebagian kecil dengan kemampuan kategori sangat kurang Nilai Persentase (%) Tinggi Sedang Rendah 1 5 SB B C K SK Kategori Kemampuan 5 Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang Gambar 4.13 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Mengidentifikasi dan Menangani Ketidakbenaran yang Disengaja Pada kelompok rendah, sebagian kecil memiliki kemampuan dengan kategori baik, hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori cukup dan separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Dengan tersebarnya kategori yang diperoleh siswa, menunjukkan minat siswa yang

28 73 beragam terhadap aktivitas praktikum pada sub indikator mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja. Pada keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja ini memang membutuhkan penalaran yang cukup tinggi, maka untuk mencapai kemampuan yang memadai dibutuhkan pengalaman belajar yang baik. Jadi pada umumnya hanya siswa-siswa yang tekun belajar yang mampu melakukannya, sedangkan dengan kemampuan kognitif rendah, kurang mempunyai potensi dalam menangani masalah yang dihadapi dan biasanya cenderung menyerahkan solusinya kepada siswa kelompok tinggi atau kelompok sedang. Sub indikator mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja ditunjukkan oleh soal nomor 11 dan 12, yaitu : 1. Seorang siswa sedang melakukan percobaan identifikasi larutan penyangga pada cairan dalam buah kaleng. Ke dalam larutan tersebut ditambahkan indikator fenoftalein sebanyak 2 tetes. Larutan tersebut tetap tidak berwarna. Setelah itu ditambahkan larutan asam untuk menguji apakah cairan dalam buah kaleng dapat mempertahankan ph atau tidak. Diketahui trayek ph indikator fenoftalein 8,3 1, (tak berwarna merah jambu) Bagaimana pendapatmu terhadap langkah-langkah percobaan yang dilakukan siswa tersebut? a. Setuju dengan langkah-langkah percobaan tersebut b. Seharusnya sampel diuji juga dengan penambahan larutan basa untuk lebih akurat c. Larutan penyangga tersebut tidak dapat diidentifikasi dengan penambahan larutan asam saja d. Indikator yang digunakan tidak tepat karena tidak dapat membedakan warna larutan asam dengan netral e. Sampel larutan penyangga yang digunakan kurang jenisnya, seharusnya minimal tiga jenis larutan agar dapat dibandingkan dengan baik Alasan : Seorang siswa mendapatkan tugas untuk mengidentifikasi larutan penyangga. Ia ingin memeriksa sampel cairan yang ia temukan. Ia menempatkan sampel tersebut ke dalam dua gelas (gelas A dan gelas B) masing-masing sebanyak 1 ml. Setelah itu, siswa tersebut langsung meneteskan larutan asam ke dalam sampel dalam gelas A sebanyak 2 tetes dan larutan basa ke dalam gelas B sebanyak 2 tetes. Kemudian ia menguji

29 74 ph sampel pada gelas A ternyata ph-nya 8,7 dan menguji ph isi gelas B ternyata ph-nya 8,9. Bagaimana pendapatmu terhadap langkah-langkah percobaan yang dilakukan siswa? a. Setuju dengan langkah-langkah percobaan tersebut b. Seharusnya ph awal sampel diuji juga agar diketahui perubahan ph sebelum dan sesudah penambahan larutan asam atau basa c. Seharusnya sampel yang didapat dilarutkan dahulu dengan air agar menjadi sampel siap uji d. Sampel tersebut tidak dapat diidentifikasi sebagai larutan penyangga dengan menggunakan percobaan tersebut e. Perbandingan ph yang tidak signifikan pada penambahan larutan asam dan larutan basa tersebut menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan larutan penyangga Alasan :... Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja ini menyulitkan separuh dari kelompok rendah dan sebagian kecil dari kelompok sedang dengan kategori sangat kurang. Di bawah ini adalah cuplikan jawaban tes kemampuan keterampilan berpikir kritis nomor 11 dari salah seorang siswa kelompok sedang dan kelompok rendah. a) Jawaban siswa nomor absen 15 (kelompok sedang) Jawaban : A (salah) Alasan : Langkah-langkahnya sudah benar, saya setuju. b) Jawaban siswa nomor absen 4 (kelompok rendah) Jawaban : D (benar) Alasan : Bingung. 7) Keterampilan Berpikir Kritis pada Sub Indikator Merumuskan Solusi Alternatif Kemampuan siswa dalam merumuskan solusi alternatif ditunjukkan berdasarkan pertanyaan nomor 13 dan 14. Seperti pada sub indikator keterampilan mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja, maka jawaban siswa yang diperoleh juga sangat bervariasi, yaitu tersebar hampir

30 75 pada semua kategori kemampuan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Gambar Nilai Persentase (%) Tinggi Sedang Rendah 5 SB B C K SK Kategori Kemampuan Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang SK = Sangat Kurang Gambar 4.14 Sebaran Penguasaan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Sub Indikator Merumuskan Solusi Alternatif Dari Gambar 4.14 terlihat bahwa pada kelompok tinggi hampir separuh siswa memiliki kemampuan merumuskan solusi alternatif dengan kategori sangat baik, sebagian kecil memiliki kemampuan dengan kategori baik, sebagian kecil lagi memiliki kemampuan dengan kategori cukup dan hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Pada siswa kelompok sedang, sebagian kecil memiliki kemampuan merumuskan solusi alternatif dengan kategori sangat baik, hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori baik, hampir separuhnya lagi memiliki kemampuan dengan

31 76 kategori cukup, dan sebagian kecil lainnya memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Pada kelompok rendah sebagian kecil memiliki kemampuan merumuskan solusi alternatif dengan kategori sangat baik, sebagian kecil lagi memiliki kemampuan dengan kategori baik, hampir separuh siswa memiliki kemampuan dengan kategori cukup dan separuh lainnya memiliki kemampuan dengan kategori kurang. Keadaan ini menggambarkan bahwa dari masingmasing kelompok kategori siswa, tidak yang dominan dalam menguasai keterampilan merumuskan solusi alternatif. Pertanyaan nomor 13 dalam tes keterampilan berpikir kritis menuntut siswa untuk mendapatkan bahan pengganti yang dapat dijadikan sebagai larutan penyangga. Sedangkan pada pertanyaan nomor 14, siswa diharapkan mampu menentukan alternatif dalam percobaan idenfikasi larutan penyangga. Berikut ini, cuplikan jawaban dari siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah. a) Jawaban siswa nomor absen 16 (Kelompok Tinggi) Jawaban : C (benar) Alasan : Karena memang harus ada sisa di yang lemahnya. b) Jawaban siswa nomor absen 14 (Kelompok Sedang) Jawaban : C (benar) Alasan : Ada sisa di asam lemahnya. c) Jawaban siswa nomor absen 32 (Kelompok Rendah) Jawaban : C (benar) Alasan : Harus ada sisa di asam lemah. Dari ketiga jawaban masing-masing kelompok tersebut, sebenarnya siswa memahami apa yang harus dilakukan, namun pada kenyataanya masih terdapat banyak jawaban yang salah, hal ini dikarenakan adanya salah melakukan perhitungan dalam menentukan larutan yang merupakan larutan penyangga.

32 77 Dari ketujuh indikator yang telah dijelaskan di atas, diperoleh bahwa seluruh siswa kelompok tinggi, sedang dan rendah menguasai keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan dengan kategori yang sangat baik. Untuk membuktikan hal itu, dapat terlihat lebih jelas melalui skala perbandingan dari setiap sub indikator keterampilan berpikir kritis yang ditunjukkan oleh Gambar Keterangan : 1. Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan 2. Memberikan penjelasan sederhana 3. Mempertimbangkan kesesuaian sumber 4. Melaporkan hasil observasi 5. Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan 6. Mengidentifikasi ikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja 7. Merumuskan solusi alternatif Gambar Nilai Rata-Rata Siswa pada Setiap Sub Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Gambar tersebut ebut menunjukkan bahwa sub indikator keterampilan mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan mencapai persentase tertinggi yaitu sebesar 96%, sedangkan sub indikator keterampilan mengidentifikasi dan

33 78 menangani ketidakbenaran yang disengaja mencapai persentase terendah yaitu sebesar 51%. Sementara itu, tingkat pencapaian siswa pada setiap indikator adalah sebagai berikut : (1) Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan memiliki kategori sangat baik (2) Memberikan penjelasan sederhana memiliki kategori sangat baik (3) Mempertimbangkan kesesuaian sumber memiliki kategori sangat baik (4) Melaporkan hasil observasi memiliki kategori baik (5) Menarik kesimpulan dari hasil penyelidikan memiliki kategori baik (6) Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja memiliki kategori cukup (7) Merumuskan solusi alternatif memiliki kategori cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Berpikir Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan berpikir seseorang dapat mengolah berbagai informasi yang diterimanya dan mengembangkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir tidak pernah lepas dari aktivitas kehidupan manusia sehari-hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir tidak pernah lepas dari aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Berpikir Berpikir tidak pernah lepas dari aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia adalah cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang secara khusus mempelajari tentang struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Data Uji Coba Instrumen Tes Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes uraian yang sebelumnya diujicobakan terlebih dahulu kepada peserta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain selain menigkatkan mutu pendidikan. Hal ini dikarenakan kualitas mutu pendidikan menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian berupa hasil pretest, posttest,dan dokumentasi. Data hasil pretest (sebelum diberi perlakuan) dan pottest

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen semu dengan desain satu kelas sebagai kelas kontrol dan satu kelas sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil pengolahan data penelitian dan pembahasannya berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini adalah penjelasan operasionalnya: 1. Model Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terhadap data penelitian yang dijabarkan berdasarkan rumusan masalah penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terhadap data penelitian yang dijabarkan berdasarkan rumusan masalah penelitian 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang diperoleh serta pembahasan terhadap data penelitian yang dijabarkan berdasarkan rumusan masalah penelitian yang dijabarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam

BAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah dapat memberikan bekal ilmu kepada peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pra eksperimen (pre experimental design) dengan desain kelompok tunggal pretes dan postes (one group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Tes Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan suatu (pikiran, pengetahuan, dan sebagainya) agar menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data hasil penelitian diperoleh dari hasil tes uraian berupa pretest yang dilakukan sebelum pembelajaran dan posttest yang dilakukan setelah proses

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Pada penelitian ini digunakan metode penelitian weak eksperimen dengan desain The One-Group Pretest-Postes Design (Fraenkel, J. R. & Wallen, N.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika diharapkan memberikan pengalaman sains langsung kepada siswa untuk memahami fisika secara utuh,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Weak experiment yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa. Metode Weak

Lebih terperinci

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si., dan Dra. Siti Darsati, M,Si. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi memberikan dampak yang besar dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Munculnya berbagai macam teknologi hasil karya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan dari masing-masing variabel

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/ Semester : XI / 2 Pertemuan : 1-3 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Pertemuan : 1 Standar Kompetensi :Memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang termasuk ke dalam rumpun bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Seiring dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. materi, sarana, serta prasarana belajar. Variabel bebas adalah lembar kerja siswa A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan metode penelitian quasi eksperimen karena tidak semua variabel ekstra dapat dikendalikan oleh peneliti. Variabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kimia kelas XI IPA 2 SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung nilai penguasaan konsep pada materi pokok asam basa pada tahun pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi. eksperimen dengan one group pre-test and post-test design.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi. eksperimen dengan one group pre-test and post-test design. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan one group pre-test and post-test design. Pada metode ini diperlukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan yang harus dipecahkan. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi pembelajaran dan pembahasannya. Dalam penelitian ini digunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen 1 sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses Sains. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains adalah ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah enam orang siswa SMA kelas XI IPA yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengembangan potensi diri diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

Lampiran I. Permasalahan Bisakah kita menentukan ph dari larutan asam dan basa hanya dengan menggunakan kertas lakmus? Berikan alasannya!

Lampiran I. Permasalahan Bisakah kita menentukan ph dari larutan asam dan basa hanya dengan menggunakan kertas lakmus? Berikan alasannya! Lampiran 3 112 INTRUKSI 1. Setiap siswa harus membaca penuntun praktikum ini dengan seksama. 2. Setelah alat dan bahan siap tersedia, laksanakanlah percobaan menurut prosedur percobaan. 3. Setelah melakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh penggunaan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh penggunaan 35 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh penggunaan metode discovery terhadap kemampuan generik sains siswa pada materi pokok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di

I. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu ini mempelajari berbagai fenomena alam yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN.

DAFTAR ISI... JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL. xiii. DAFTAR LAMPIRAN. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...... LEMBAR PENGESAHAN...... PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR. i ii iii iv v viii xi DAFTAR TABEL. xiii DAFTAR LAMPIRAN. xiv BAB I PENDAHULUAN..

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Penguasaan Konsep Fluida statis Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 15 soal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Isi dan tujuan mata pelajaran kimia SMA, pembelajaran kimia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pre-experimental design atau eksperimen semu. Disebut demikian karena eksperimen

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data kualitas keterampilan memberikan penjelasan sederhana peserta didik. Sebagaimana dijabarkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN...

BAB I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii HAK CIPTA... iii PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya (Suryabrata, 2005 : 38). Dalam penelitian ini peneliti ingin 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen yang bertujuan memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

III. METODELOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 III. METODELOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Kotaagung, Tanggamus Tahun Ajaran 01-013 yang berjumlah 98 siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep Penilaian penguasaan konsep siswa dilakukan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk tes pilihan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa melalui

BAB III METODE PENELITIAN. kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa melalui 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah kuasi eksperimen untuk menelaah peningkatan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa melalui pembelajaran inkuiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Cijati beralamat di Kecamatan Majalengka Kulon Kabupaten Majalengka. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Penelitian ini memiliki 3 variabel, yaitu model pembelajaran SETS, kemampuan berpikir kritis,dan sikap ilmiah. Dari ketiga variabel tersebut yang menjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Hasil Uji Instrumen Sebelum instrumen soal digunakan dalam penelitian, maka instrumen yang telah dibuat oleh peneliti diujicobakan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu faktor, dua sampel, dan satu kovariabel. Satu faktor yang dimaksud

BAB III METODE PENELITIAN. satu faktor, dua sampel, dan satu kovariabel. Satu faktor yang dimaksud BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelititan yang termasuk dalam jenis penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen adalah suatu jenis penelitian yang temuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung, diperoleh data rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA TERPADU untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No 6 Tahun 2007 menerapkan sistem

Lebih terperinci

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012 BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012 Hal-0 Instruksi Pastikan bahwa nama dan kode peserta Anda sudah tertulis pada halaman pertama lembar soal dan lembar

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang didapatkan dari penelitian ini yaitu hasil pretest dan posttest. Hasil pretest digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002). Metode yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002). Metode yang digunakan 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Arikunto, 2002). Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Gadingrejo tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 128 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia masih dianggap sulit oleh beberapa siswa (Sirhan, 2007). Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan dalam memahami ilmu

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang terdiri dari sebaran dan peningkatan pemahaman siswa dengan penjabaran masing-masing indikator baik pada kelas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pre eksperiment dengan desain pretespostes satu kelompok, one design group pretest-postest (Arikunto, 2002). Penelitian

Lebih terperinci

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 1 No.2 November 2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING DAN LEARNING (CTL) Rika Rostikaningsih, Uba Umbara, Ir. Irmakhamisah. STKIP Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya dengan membaca, menulis, atau mendengarkan. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan BB III METODOLOGI PEELITI. Desain dan Metode Penelitian Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan penelitian pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagarajan (dalam Trianto, 010),

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN. data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil uji coba tes. Data hasil uji

BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN. data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil uji coba tes. Data hasil uji BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian dan Analisis Setelah melakukan penelitian, diperoleh data hasil penelitian berupa data validitas tes yang dikembangkan dan data hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan materi dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab IV ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab IV ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab IV ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang perbandingan prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 4 Cianjur yang beralamat di Jl. Adi Sucipta No. 2 Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Populasi

Lebih terperinci

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR I. TUJUAN 1. Memahami prinsip kerja dari percobaan. 2. Menentukan konsentrasi dari NaOH dan Na 2 CO 3. 3. Mengetahui kegunaan dari titrasi dengan indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dan berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dan berinteraksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses menyiapkan siswa agar mampu beradaptasi dan berinteraksi dalam kehidupan nyata yang artinya bahwa pendidikan diberikan kepada siswa untuk mengikuti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metodologi penelitian yang digunakan meliputi metode penelitian, desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, definisi operasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa kelas XI IPA adalah mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan. larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

I. PENDAHULUAN. siswa kelas XI IPA adalah mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan. larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari memiliki peranan yang sangat penting. Di dalam tubuh makhluk hidup larutan penyangga berperan menjaga ph di dalam cairan

Lebih terperinci

C. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan, penulis menyusun alur penelitian seperti pada Gambar 3.

C. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan, penulis menyusun alur penelitian seperti pada Gambar 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010). Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember semester ganjil tahun. pelajaran 2013/2014 di SMP Muhammadiyah 1 Gisting.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember semester ganjil tahun. pelajaran 2013/2014 di SMP Muhammadiyah 1 Gisting. 30 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 di SMP Muhammadiyah 1 Gisting. B. Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta Lampiran 3 95 INTRUKSI 1. Setiap siswa harus membaca penuntun praktikum ini dengan seksama. 2. Setelah alat dan bahan siap tersedia, laksanakanlah percobaan menurut prosedur percobaan. 3. Setelah melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM

ANALISIS KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS XI PADA MATERI HIDROLISIS GARAM DENGAN MODEL LEARNING CYCLE 5E DAN METODE PRAKTIKUM SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

BAB III METODE PENELITIAN. penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berkaitan dengan penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Kondisi Sebelum Penelitian SMA NU 01 Hasyim Asy ari Tarub merupakan salah satu sekolah menengah atas yang berada di kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang difokuskan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang difokuskan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang difokuskan pada penggunaan pendekatan Open-ended terhadap kemampuan berpikir kritis pada pembelajaran

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM SAMPEL AIR TEH

PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM SAMPEL AIR TEH SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENDIDIKAN KIMIA Kontribusi Penelitian Kimia Terhadap Pengembangan Pendidikan Kimia PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM

Lebih terperinci

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T.

PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN 1 MEDAN T. Vol., No., Mei PENGARUHMODEL PEMBELAJARANINQUIRY TRAINING TERHADAPHASILBELAJARSISWA PADAMATERI POKOK ELASTISITAS KELAS XI SEMESTER I DI MAN MEDAN T.P 3/ Fitriani dan Alkhafi Maas Siregar Program Studi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Persada Bandar Lampung, Tahun Ajaran 2012-2013 yang berjumlah 128 siswa dan tersebar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga komponen utama, yaitu:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA sebanyak 5 kelas

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA sebanyak 5 kelas III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA sebanyak 5 kelas di SMA Negeri 14 Bandar Lampung tahun pelajaran 014/015 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pre-eksperimental dengan one shot case study. Pada penelitian ini suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen semu. (McMillan & Shumacher, 001). Tahap studi pendahuluan dimulai dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan prosedur praktikum hukum kekekalan massa yang efektif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan prosedur praktikum hukum kekekalan massa yang efektif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Alur Penelitian Pengembangan prosedur praktikum hukum kekekalan massa yang efektif dilakukan dengan eksperimen di laboratorium melalui tahap-tahap sebagai berikut:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kemajuan suatu Negara dalam berbagai sektor. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sudah mulai berkembang.

Lebih terperinci

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA SUB-MATERI ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK MODEL MENTAL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (TDM-POE)

2015 PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA SUB-MATERI ASAM BASA DENGAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK MODEL MENTAL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (TDM-POE) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemahaman konsep merupakan suatu kemampuan mengkonstruksi makna atau pengertian suatu konsep berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki atau mengintegrasikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swadhipa Natar pada semester genap

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swadhipa Natar pada semester genap 26 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swadhipa Natar pada semester genap tahun ajaran 2011/2012. Waktu penelitian pada bulan Mei 2012. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan menggunakan metode penelitian Quasy-experiment, one group pretes-postes design,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan

Lebih terperinci

Setelah melakukan kegiatan di LKS ini kalian mampu mengetahui cara mengukur tingkat derajat keasaman suatu zat.

Setelah melakukan kegiatan di LKS ini kalian mampu mengetahui cara mengukur tingkat derajat keasaman suatu zat. 1 Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan di LKS ini kalian mampu mengetahui cara mengukur tingkat derajat keasaman suatu zat. 2 Asam, Basa dan Garam Ketika mencicipi bahan makanan seperti jeruk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini, diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini merupakan upaya untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang

Lebih terperinci