PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM SAMPEL AIR TEH
|
|
- Irwan Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENDIDIKAN KIMIA Kontribusi Penelitian Kimia Terhadap Pengembangan Pendidikan Kimia PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM SAMPEL AIR TEH Teti Slifiyati, Yuni Priyatni, Asep Kadarohman, Wiwi Siswaningsih Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pada pembelajaran pemanis buatan melalui praktikum penentuan kadar natrium siklamat dalam sample air teh untuk mengetahui tingkat kognitif (C1, C2 dan C3) dan keterampilan penggunaan alat praktikum pada setiap kelompok prestasi siswa. Penelitian pada aspek kognitif ini untuk mengetahui gambaran mengenai aspek kognitif jenjang C1,C2 dan C3 sedangkan pada keterampilan alat dibatasi pada keterampilan menggunakan gelas ukur, pipet volumetri, buret dan labu Erlenmeyer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah kelompok praktikum siswa SMA kelas 2 yang dibagi menjadi 10 kelompok terdiri atas tiga kelompok prestasi tinggi, empat kelompok prestasi sedang dan tiga kelompok prestasi rendah. Instrumen yang digunakan adalah lembar kerja siswa (LKS), pokok uji uraian dan lembar observasi keterampilan penggunaan alat praktikum dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek kognitif jenjang C1 pada kelompok prestasi tinggi diperoleh hasil sangat baik (90 %) dan pada kelompok prestasi rendah juga diperoleh hasil sangat baik (81,25 %) dan pada kelompok prestasi sedang diperoleh hasil baik (80 %). Sedangkan pada jenjang C2 pada kelompok prestasi tinggi diperoleh hasil cukup (48 %) dan pada kelompok prestasi sedang juga diperoleh hasil cukup (41,5 %), sedangkan pada kelompok prestasi rendah diperoleh hasil kurang (33,5 %). Pada aspek kognitif C3 pada kelompok prestasi tinggi diperoleh hasil sangat baik (81,5 %), untuk kelompok prestasi sedang diperoleh hasil baik (69,13 %) sedangkan pada kelompok prestasi rendah diperoleh hasil baik (65 %) sedangkan, keterampilan penggunaan alat untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah memiliki kategori kemampuan tergolong baik. 1
2 Dalam kurikulum SMA/MA 1994 dikatakan bahwa fungsi mata pelajaran kimia antara lain adalah mengembangkan keterampilan proses, sikap dan menumbuhkan nilai yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan kreativitas siswa. Apabila dikaji lebih lanjut fungsi dan tujuan pembelajaran kimia sudah mencakup hakekat IPA (sains), yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah dan produk ilmiah. Sains merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar melalui penyelidikkan, penyusunan dan pengajuan gagasan. Bidang studi sains adalah program untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada peserta didik serta rasa menghargai dan mengakui akan kebenaran Allah SWT beserta ciptaan- Nya. Oleh karena itu dalam pembelajaran sains kegiatan seperti pengalaman, penyelidikan, penyusunan dan pengajuan gagasan dalam membangun pengetahuan itu sangat diperlukan. Menurut Galton dan Harlen dalam Siti Rostina (2000), kebermaknaan pembelajaran sains sangat ditentukan oleh keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Untuk itu perlu disusun suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara penuh. Untuk hal tersebut tugas guru bukan hanya memberikan pengetahuan melainkan menyiapkan situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengadakan percobaan, serta menemukan fakta dan konsep sendiri, dengan harapan siswa dapat mengembangkan atau menggunakan PENDAHULUAN pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengacu pada belajar menurut kontrukstivisme. Pembelajaran dengan metode praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan percobaan baik secara perorangan ataupun secara kelompok dalam memahami konsepkonsep Kimia. Metode praktikum berfungsi sebagai salah satu faktor utama kegiatan pembelajaran dalam menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip yang dikembangkan. Tetapi kegiatan praktikum yang sudah dilaksanakan kurang menekankan pada keterampilan siswa dalam menggunakan alat praktikum, seolah-olah kegiatan praktikum hanya merupakan kegiatan rutin saja tanpa siswa memahami hakekat praktikum itu sendiri. Dan di sisi lain pembelajaran konsep dengan metode praktikum merupakan solusi yang baik. Konsep ini memerluka n pendekatan mengajar yang banyak melibatkan keaktifan siswa dan memberikan pengalaman belajar secara langsung, dan hal ini dapat diberikan melalui metode praktikum. Karena dengan menggunakan metode praktikum siswa dapat melihat, mengamati, mengidentifikasi, dan membuktikan sendiri secara langsung zat-zat aditif yang terkandung dalam suatu bahan makanan tertentu. Melalui kegiatan praktikum diharapkan siswa akan mampu memahami konsep kimia dengan lebih baik dan mengaplikasikan pengetahuan yang 2
3 dimilikinya melalui praktikum dalam kehidupan. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan kognitif dan penggunaan keterampilan alat siswa dalam pembelajaran pemanis buatan melalui penentuan kadar natrium siklamat dalam sampel minuman air teh dengan metode praktikum. MASALAH Sesuai dengan latar belakang masalah yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini adalah, Bagaimanakah aspek kognitif dan keterampilan menggunakan alat praktikum siswa dalam pembelajaran pemanis buatan mela lui penentuan kadar Na-siklamat dengan metode praktikum? TUJUAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang aspek kognitif yang terjadi pada setiap kelompok prestasi dan penguasaan keterampilan penggunaan alat praktikum yang terjadi pada setiap kelompok prestasi siswa SMU kelas 2 dalam pembelajaran pemanis buatan dengan metoda praktikum. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode deskritif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan a. Memberikan skor Penilaian tes tertulis berbentuk essay diberikan dalam bentuk skor yang merupakan rentangan dari skala nilai yang sesuai dengan bobot yang. METODOLOGI PENELITIAN secara objektif dalam suatu deskripsi situasi (Ali, 1982). Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. ditentukan. Kriteria penilaian jawaban siswa berdasarkan Margaret McNay (1993) dalam Journal of Research in Science Teaching Tabel 1 Kriteria Penilaian Perorangan Katagori Kemampuan Skor Kriteria Jawaban Siswa Kosong; mengulang Tidak memiliki aspek kognitif 0 pertanyaan; jawaban tidak (TMAK) relevan dan tidak jelas Memiliki aspek Kognitif cukup (MAKC) 3 1 Jawaban benar tetapi tidak disertai alasan, atau hanya
4 Memiliki aspek kognitif baik (MAKB) (Sumber : McNay, 1993) b. Menafsirkan data skor siswa dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.5, kemudian menafsirkan 2 sebagian Jawaban benar dan disertai alasan, lengkap pemahaman siswa dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut ini: Tabel 2 Penafsiran Harga Persentase Persentase (%) Tafsiran Kualitatif 0 Tidak Ada 0 25 Sebagian Kecil Hampir Keseluruhan 50 Separuhnya Sebagian besar Hampir Seluruhnya 100 Seluruhnya Koentjaraningrat, 98 C. Menafsirkan data skor siswa dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.6, kemudian menafsirkan pemahaman siswa dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut ini: Tabel 3. Skala Kategori Kemampuan No Nilai (%) Kategori Kemampuan Samgat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang Muhibin Syah, 1995 Diskusi dan Pembahasan Aspek Kognitif Berdasarkan hasil analisis pada pokok uji yang memiliki jenjang C1 Kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan pada pokok uji nomor 1 ini dipengaruhi oleh kemampuan mengingat siswa akan pengertian dari zat aditif ini. Kemampuan mengingat ini merupakan tingkatan paling rendah dalam taksonomi Bloom sehingga setiap anak dapat menjawab pertanyaan pada jenjang ini dengan mudah. Selain itu tingkat perkembangan kognitif siswa SMA telah mencapai tahap operasi formal (Piaget, dalam Dahar : 1996). Berdasarkan hasil wawancara pada anak diperoleh bahwa mereka 4
5 menganggap mudah pelajaran kimia yang ada hubungannya dengan teori dan zat aditif ini banyak sekali hubungannya dengan teori. Ada sebagian kecil (10 %) dari kelompok tinggi dan rendah yang menuliskan struktur pemanis buatan sedikit menyalahi aturan penulisan lambang atom. Dimana penulisan atom oksigen yang seharusnya ditulis dengan huruf O kapital, pada jawaban siswa ditulis dengan huruf o kecil, selain itu penulisan lambang atom natrium yang seharusnya ditulis dengan lambang Na, pada jawaban siswa ditulis dengan lambang NA. Ketidakmampuan siswa dalam menuliskan struktur pemanis buatan yang benar menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak dapat menuliskan atribut dan aturan yang dimiliki oleh suatu konsep (Dahar, 1996). Ketidakmampuan siswa untuk menuliskan struktur pemanis buatan ini disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam penulisan rumus kimianya. (Lihat Gbr. 1. Grafik Ketercapaian Aspek Kognitif Siswa pada Jenjang C1 ) Berdasarkan hasil analisis pada pokok uji yang memiliki jenjang C2 Pencapaian tingkat MAKB pada pokok uji no 5a hanya diperoleh oleh sebagian kecil dari kelompok prestasi tinggi, sedangkan pada kelompok prestasi sedang dan rendah tidak ada, hal ini menunjukkan bahwa pada siswa kelompok tinggi tersebut telah mampu menghubungkan beberapa konsep yang telah dipelajarinya untuk menjawab pokok uji. Pencapaian siswa pada pokok uji ini sebagian besar siswa memberikan jawaban yang tidak lengkap. Jawaban yang diberikan siswa pada umumnya penambahan HCl hanya akan membuat suasana asam tetapi tidak menjelaskan mengapa harus ditambahkan larutan asam. Untuk pokok uji no 5b, pada kelompok prestasi tinggi hampir keseluruhan telah dapat menghubungkan beberapa konsep yang telah dipelajari untuk menjawab pokok uji ini. Siswa pada kelompok ini telah memiliki konsep terdefinisi dan terhindar dari konsep salah (miskonsepsi). Dengan adanya praktikum dapat menghindarkan siswa dari verbalisme. Pada pokok uji 9 terlihat bahwa hanya sebagian kecil yang dapat menjawab dengan benar dan lengkap sesuai dengan jawaban yang dituntut pada pokok uji. Sedangkan sebagian besar siswa lainnya tidak dapat menjawab pertanyaan ini dengan lengkap. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan siswa dalam menjawab pokok uji bentuk uraian seperlunya saja dan pendek. Pada pokok uji jenjang C2 ini mampu membedakan kelompok prestasi sedang dan rendah. Rendahnya ketercapaian kemampuan kognitif ini disebabkan karena kemampuan siswa untuk mengaitkan satu konsep dengan konsep lain kurang. (Lihat Gbr. 2. Grafik Ketercapaian Aspek Kognitif Siswa pada Jenjang C2) Pada pokok uji jenjang C3 Pada pokok uji no 6 diperoleh data yang cukup menarik, dimana sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pokok uji dengan lengkap. Hal ini disebabkan ketidakmampuan siswa dalam menghubungkan konsepkonsep yang telah dipelajarinya. Selain itu kesulitan juga dialami siswa 5
6 disebabkan kurang dikuasainya konsep dasar kimia. Sesuai dengan pendapat Tressna (1988) bahwa konsep ilmu kimia memiliki generalisasi dan keabstrakan yang tinggi, maka banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahaminya. Ketidakmampuan siswa dalam menghubungkan konsep dasar ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nakhleh (1992), bahwa : siswa-siswa pada umumnya mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia. Hal ini dimungkinkan karena kebanyakan siswa yang tidak dapat mengkonstruksi pemahaman konsepkonsep dasar kimia pada awal mereka belajar. Padahal konsep dasar merupakan jembatan untuk mempelajari konsep selanjutnya. Konsep-konsep yang kompleks dalam IPA hanya dapat dipelajari jika konsep-konsep lebih besar yang ikut dalam pembentukan konsep-konsep baru, telah benar-benar dipahami (Tressna : 1988). Pada pokok uji no 7, menunjukkan bahwa hampir selurunya siswa dapat menjawab dengan benar dan lengkap pada pokok uji ini. Hal ini berarti hasil belajar yang harus dicapai pada pokok uji ini telah tercapai. Dimana siswa telah sanggup dilingkungannya (Rostina, 2000). Keterampilan Penggunaan Alat Praktikum Hasil penelitian keterampilan penggunaan alat praktikum akan disajikan dalam tabel dan grafik beserta pembahasannya. Untuk keterampilan menggunakan gelas ukur ini dapat dilihat bahwa siswa pada umumnya menerapkan dan mengabstraksikan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru.. Konsep-konsep zat aditif pada makanan yang dipelajari siswa dapat pula diperoleh prinsipnya. Hal ini penting artinya, sebab prinsip kimia (IPA) merupakan suatu pernyataan yang berbentuk kesimpulan, dan mencerminkan kaitan antara dua konsep atau lebih yang dapat diterapkan kepada lebih dari suatu fenomena serta memiliki nilai prediktif dan menjelaskan (Dahar, 1996) Pada pokok uji no 8 menunjukkan bahwa kemampuan antara kelompok prestasi sedang dan rendah sama. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan praktikum telah mampu menuntun kelompok prestasi rendah untuk menerapkan pengetahuannya ke dalam situasi baru. Ada juga siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan ini karena siswa tidak dapat menerapkan konsep, persamaan, ide dan hukum dalam sebuah situasi baru. Padahal dari kegiatan praktikum yang mereka lakukan diharapkan dapat memupuk daya kreativitas agar tanggap terhadap masalah-masalah yang ada. (Lihat Gbr. 3. Grafik Ketercapaian Aspek Kognitif Siswa pada Jenjang C3) memiliki kemampuan kategori tergolong baik. Dari hasil wawancara yang dilakukan, gelas ukur bukan merupakan alat baru bagi mereka, karena pada praktikum-praktikum sebelumnya pernah menggunakan gelas ukur. Untuk keterampilan penggunaan pipet volumetri tidak ada 6
7 yang termasuk dalam kategori kemampuan baik. Hal ini disebabkan pipet volumetri merupakan alat yang baru mereka lihat dan gunakan, sehingga banyak keterampilan menggunakan pipet volumetri yang tidak dilakukan. Pada keterampilan menggunakan buret hasilnya dimana dapat dilihat bahwa persentase kemampuan kelompok tinggi jauh lebih besar dari kelompok sedang dan rendah. Dan kelompok rendah persentasenya paling kecil. Dari hasil wawancara yang dilakukan ternyata tingkat ketelitian siswa pada kelompok tinggi dalam menggunakan buret sangat baik. Sedangkan pada kelompok sedang dan rendah mereka takut dan terlalu berhati-hati menggunakan buret dikarenakan di awal dikatakan bahwa buret termasuk salah satu alat yang mahal, sehingga banyak keterampilan menggunakan buret yang tidak mereka lakukan. Pada keterampilan menggunakan labu Erlenmeyer hasilnya hampir sama dengan keterampilan menggunakan pipet volumetri, dimana kelompok rendah pesentasenya lebih besar dan sedang banyak melakukan kesalahan pada cara menggunakan labu Erlenmeyer ketika titrasi. Sebagian besar mereka melakukan titrasi dilakukan berdua, satu orang memegang labu Erlenmeyer dan satu orang memegang kran tutup buret. Sedangkan kelompok rendah sebagian besar benar dalam menggunakan labu Erlenmeyer ketika titrasi. Data-data yang diperoleh dari uraian-uraian di atas akan lebih jelas bila didistribusikan ke dalam bentuk grafik batang di bawah ini : Ket 1 Ket 2 Ket 3 Ket 4 Tinggi Sedang Rendah Keterangan : Ket 1 = Keterampilan menggunakan gelas ukur Ket 2 = Keterampilan menggunakan pipet volumetri Ket 3 = Keterampilan menggunakan buret 7
8 Ket 4 = Keterampilan menggunakan labu erlenmeyer Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini serta pembahasannya maka dapat ditarik kesimpulan: Kelompok prestasi tinggi Aspek kognitif jenjang C1 (ingatan) memperoleh hasil sangat baik. Aspek kognitif jenjang C2 (pemahaman) memperoleh hasil cukup Aspek kognitif jenjang C3(aplikasi) memperoleh hasil sangat baik Keterampilan menggunakan gelas ukur termasuk dalam kategori kemampuan baik Keterampilan menggunakan pipet volumetri termasuk dalam kategori kemampuan cukup. Keterampilan menggunakan buret termasuk dalam kategori kemampuan baik Keterampilan menggunakan labu erlenmeyer termasuk dalam kategori kemampuan kurang Kelompok prestasi sedang Aspek kognitif jenjang C1 (ingatan) memperoleh hasil baik Aspek kognitif jenjang C2 (pemahaman) memperoleh hasil cukup Aspek kognitif jenjang C3(aplikasi) memperoleh hasil baik Kesimpulan dan Saran Keterampilan menggunakan gelas ukur termasuk dalam kategori kemampuan baik Keterampilan menggunakan pipet volumetri termasuk dalam kategori kemampuan cukup Keterampilan menggunakan buret termasuk dalam kategori kemampuan cukup Keterampilan mengguna kan labu erlenmeyer termasuk dalam kategori kemampuan cukup Kelompok prestasi rendah Aspek kognitif jenjang C1 (ingatan) memperoleh hasil sangat baik Aspek kognitif jenjang C2 (pemahaman) memperoleh hasil kurang Aspek kognitif jenjang C3 (aplikasi) memperoleh hasil sangat baik Keterampilan menggunakan gelas ukur termasuk dalam kategori kemampuan baik Keterampilan menggunakan pipet volumetri termasuk dalam kategori kemampuan kurang Keterampilan menggunakan buret termasuk dalam kategori kemampuan sangat kurang Keterampilan menggunakan labu erlenmeyer termasuk dalam kategori kemampuan kurang Ali, M (1982). Penelitian Kependidikan Prosedur dan Daftar Pustaka Strategi. Bandung: P T Remaja Rosdakarya 8
9 Dahar, Ratna Wilis.(1996). Teori Teori Belajar. Edisi ke-2. Jakarta: P T Erlangga Koentjaraningrat. (1990). Metode- Metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta : Gramedia Pustaka McNay, M & Mad Melville, K W (1993). Childeren s Skill in Making Predictions and Their Understanding of what Prediction Means : A Develpmental Study. Journal of Research in Science Teaching: 30 (6) Nakleh, M B (1992). Why some Student don t Learn Chemistry. Journal of Chemistry Education, 69(3) ( ) Rostina, Sitti (2000). Analisis Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran Zat Aditif pada Makanan dengan Metode Praktikum. Tesis PPs UPI. Tidak diterbitkan Semiawan, C.,dkk. (1994). Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia Syah, Muhibbin. (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosda Karya 2
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMU KELAS II PADA PEMBELAJARAN KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM ABSTRAK
KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMU KELAS II PADA PEMBELAJARAN KESETIMBANGAN KIMIA MELALUI METODE PRAKTIKUM Dra. Gebi Dwiyanti, MSi dan Dra. Wiwi Siswaningsih, MSi Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas
Lebih terperinciPENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Jurnal Pengajaran MIPA, FPMIPA UPI. Volume 12, No. 2, Desember 2008. ISSN:1412-0917 PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
Lebih terperinci1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran keterampilan proses sains siswa pada sub pokok bahasan sifatsifat
Lebih terperinciMISKONSEPSI DAN SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN LEMAK MELALUI PRAKTIKUM PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN
MISKONSEPSI DAN SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN LEMAK MELALUI PRAKTIKUM PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN Asep Kadarohman, Nahadi, dan Mira Ratna Asri M. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas Pendidikan
Lebih terperinciPRAKTIKUM POLIMERISASI NILON 6,10 SKALA SEMIMIKRO DAN KETERAMPILAN MENAFSIRKAN SISWA SMA KELAS 3
SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENDIDIKAN KIMIA Kontribusi Penelitian Kimia Terhadap Pengembangan Pendidikan Kimia PRAKTIKUM POLIMERISASI NILON 6,10 SKALA SEMIMIKRO DAN KETERAMPILAN MENAFSIRKAN SISWA
Lebih terperinciKETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM ABSTRAK
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KELAS X DAN XI PADA PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODA PRAKTIKUM Dra. Gebi Dwiyanti, M.Si., dan Dra. Siti Darsati, M,Si. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI ABSTRAK
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. memaparkan suatu fenomena dalam pembelajaran dengan ukuran-ukuran statistik
26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif memaparkan suatu fenomena dalam pembelajaran dengan ukuran-ukuran statistik seperti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal penting yang dibutuhkan manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat mengetahui dan melakukan hal baru. Pendidikan tidak hanya berorientasikan pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain masalah yang timbul dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah dapat memberikan bekal ilmu kepada peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir
Lebih terperinciANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd. Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad***
ANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad*** * Dosen Jurusan Pend. Kimia FPMIPA UPI ** Dosen Sekolah
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA di SMA DENGAN MODEL CTL
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VI Pemantapan Riset Kimia dan Asesmen Dalam Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 21 Juni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu kemampuan
Lebih terperinciANALISIS KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI IPA SMA ISLAM SAMARINDA PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS MELALUI METODE EKSPERIMEN
ANALISIS KETRAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI IPA SMA ISLAM SAMARINDA PADA POKOK BAHASAN HIDROLISIS MELALUI METODE EKSPERIMEN!"#$% ABSTRAK Keterampilan proses sains merupakan kemampuan siswa dalam melakukan
Lebih terperinci*Korespondensi, tel : ,
Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E (LEARNING CYCLE 5E) DISERTAI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika diharapkan memberikan pengalaman sains langsung kepada siswa untuk memahami fisika secara utuh,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai
Lebih terperinciDESKRIPSI KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN
47 DESKRIPSI KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN BIOLOGI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM PADA MATA KULIAH TAKSONOMI TUMBUHAN Titin FKIP Pendidikan Biologi Universitas Tanjungpura, Pontianak
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal Pada pembelajaran larutan penyangga dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE
MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIK SISWA DENGAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE Kartika Yulianti Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA - Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setyabudhi 229, Bandung
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERBASIS KELAS PADA PEMBELAJARAN KIMIA
PENGEMBANGAN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS BERBASIS KELAS PADA PEMBELAJARAN KIMIA Nahadi 1, Wiwi Siswaningsih 2, dan Entin Watiningsih 3 1, 2 Dosen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA, Universitas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,
Lebih terperinciKECAKAPAN HIDUP SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATERI REAKSI REDOKS
KECAKAPAN HIDUP SISWA SMA PADA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATERI REAKSI REDOKS Siti Darsati, Gebi Dwiyanti, dan Cincin Cintami ABSTRAK Pada penelitian ini pembelajaran kontekstual reaksi redoks dilaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia adalah materi pelajaran yang terdiri dari konsep-konsep yang sebagian besar bersifat abstrak (Erlina, 2011:631). Selain itu, ilmu kimia mempelajari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu ini mempelajari berbagai fenomena alam yang berkaitan dengan
Lebih terperinciPENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA
PENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA Antina Delhita, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tujuan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Langkah-Langkah Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh produk berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada asam basa. Untuk
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA Oleh : Arrofa Acesta Dosen PGSD FKIP Universitas Kuningan ABSTRAK Penelitian Tindakan Kelas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses pembelajaran. Pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 diorientasikan untuk menghasilkan sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibandingkan secara rutin sebagai mana dilakukan melalui TIMSS (the Trends in
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan salah satu rumpun ilmu yang digunakan untuk mengukur kemajuan pendidikan suatu negara. Pemahaman peserta didik suatu negara terhadap IPA dibandingkan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih kearah penanaman pengetahuan tentang konsep-konsep dasar, sebagaimana para saintis merumuskan hukum-hukum dan prinsip-prinsip
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION AND EXPLANATION
Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No. 1 Tahun 2014 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICTION, OBSERVATION
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan hasil dari aktivitas para ilmuan. Produk sains dapat dicapai dengan pembelajaran yang fokus pada
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA KAPITA SELEKTA MATEMATIKA
PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA PADA KAPITA SELEKTA MATEMATIKA Tia Purniati, Kartika Yulianti, Ririn Sispiyati ABSTRAK Mata kuliah Kapita Selekta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat yang langsung bermanfaat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, tetapi dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD
Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 3 No 2 September 2015 1 PENERAPAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN AIR PADA MATERI SIFAT-SIFAT BANGUN DAN HUBUNGAN ANTAR BANGUN DI KELAS V SD Nur Qomariyah Nawafilah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Permasalahan dalam proses pembelajaran saat ini adalah kurangnya usaha
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Ipa Melalui Pendekatan Keterampilan Proses pada Siswa Kelas IV SD Inpres Kabuyu Nunuk Haryanti, Muslimin, dan Bustamin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 MALANG SEMESTER II DALAM MATERI GETARAN DAN GELOMBANG TAHUN AJARAN 2013/2014
IDENTIFIKASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 4 MALANG SEMESTER II DALAM MATERI GETARAN DAN GELOMBANG TAHUN AJARAN 2013/2014 Na im Matul Kiftiyah 1, Yudyanto 2, Sutopo 3 1 Mahasiswa Fisika,
Lebih terperinciKETERAMPILAN BERPENDAPAT SISWA KELAS XI SMA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LAJU REAKSI
KETERAMPILAN BERPENDAPAT SISWA KELAS XI SMA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING PADA MATERI LAJU REAKSI STUDENT S ARGUMENTATION SKILL IN XI GRADE WITH IMPLEMENTATION OF PROBLEM SOLVING METHOD ON REACTION
Lebih terperinciSyntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: e-issn: Vol. 2, No 8 Agustus 2017
Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN: 2541-0849 e-issn: 2548-1398 Vol. 2, No 8 Agustus 2017 PENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERPRETASI DATA DAN KOMUNIKASI DENGAN MENGGUNAKAN LKS EKSPERIMEN DAN NON EKSPERIMEN
Lebih terperinciISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013
PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI Oleh : Meli Siska B 1, Kurnia 2, Yayan Sunarya 3 Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA
Lebih terperinciDESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP
DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP Aprilianti Putri, Eny Enawaty, Ira Lestari Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Untan Email : apriliantipu3@gmail.com
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP FISIKA SISWA SMA Ali Ismail M.Pd ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI) Disusun Oleh : 1. Ela Bintang Bahari (XI IPA 4 / 03) 2. Alfian
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN Pada bagian pendahuluan ini, diuraikan mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENGEMBANGAN. 4.1 Deskripsi Pengembangan LKS berbasis Inkuiri Terbimbing
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENGEMBANGAN 4.1 Deskripsi Pengembangan LKS berbasis Inkuiri Terbimbing Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah lembar kegiatan siswa (LKS) berbasis inkuiri terbimbing,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep yang harus dipahami siswa. Pemahaman dan penguasaan terhadap konsep tersebut akan mempermudah siswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
Lebih terperinciPengaruh Model Discovery learning Dengan Media Teka-Teki Silang Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid
JURNAL EDUKASI KIMIA e-issn: 2548-7825 p-issn: 2548-4303 JEK Pengaruh Model Discovery learning Dengan Media Teka-Teki Silang Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Koloid Muhammad
Lebih terperinciProgram Studi Pendidikan Kimia, Departemen Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI, Bandung, Indonesia
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses interaksi (hubungan timbal
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Inquiri Terbimbing Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam kegiatan pembelajaran terjadi proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nokadela Basyari, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pemahaman konsep sangat penting dimiliki oleh siswa SMP. Di dalam Permendikbud nomor 64 tahun 2013 telah disebutkan bahwa siswa memahami konsep berdasarkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa
III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa LKS dan animasi kimia berbasis keterampilan generik sains pada materi pokok termokimia
Lebih terperinciANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI REAKSI REDOKS DI KELAS X SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI REAKSI REDOKS DI KELAS X SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI KARYA ILMIAH OLEH UTARY MARSITTA A1C110042 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JUNI 2014
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Adhistia Amelia, Hartono & Diah Kartika Sari Universitas Sriwijaya, Jalan Raya Palembang
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA KONSEP JARINGAN TUMBUHAN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Nafisah Hanim Program
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dipaparkan hasil penelitian atau kajian pustaka yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, diantara adalah ilmu kimia dan kegiatan praktikum, pengertian alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan berkarakter saat ini merupakan salah satu cara yang tengah diusung pemerintahan Indonesia, terutama dalam menyukseskan gerakan Revolusi Mental. Sesuai
Lebih terperinci2 BAB II KAJIAN PUSTAKA
2 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasi Belajar IPA Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagian besar ilmu pengetahuan sekarang tidak hanya memberikan konsepkonsep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan yang mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam penguasaan konsep dan aplikasinya. Sebagian besar ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Isi dan tujuan mata pelajaran kimia SMA, pembelajaran kimia
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA SMA
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA SMA Oleh: Siti Darsati Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
Lebih terperinciPROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KERJA ILMIAH PADA MATAKULIAH MIKROBIOLOGI
PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KERJA ILMIAH PADA MATAKULIAH MIKROBIOLOGI Yanti Hamdiyati dan Kusnadi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciKAJIAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEORI ASAM BASA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LIMBOTO
KAJIAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEORI ASAM BASA PADA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 LIMBOTO Ira K. Dali, Mardjan Paputungan, Rakhmawaty A. Asui Jurusan Pendidikan Kimia Faklutas Matematika dan IPA Universitas
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI IA SMAN 2 BOJONEGORO
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPTUAL CHANGE UNTUK MEREDUKSI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK ASAM DAN BASA DI KELAS XI IA SMAN 2 BOJONEGORO Laily Rohmawati, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, karena penelitian ini hanya bertujuan untuk mendapatkan gambaran
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA
PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN PROSES SAINS MATERI FLUIDA STATIS KELAS X SMA/MA Adelia Alfama Zamista 1*), Ida Kaniawati 2 1 Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Dr. Setiabudhi, Bandung, 40154
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan merupakan objek luas yang mencakup seluruh pengalaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan merupakan objek luas yang mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu kegiatan untuk mewujudkan
Lebih terperinciLAPORAN HIBAH PENELITIAN DALAM IMPLEMENTASI DUE-LIKE DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LAPORAN HIBAH PENELITIAN DALAM IMPLEMENTASI DUE-LIKE DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMU KELAS II PADA PEMBELAJARAN KESADAHAN AIR DENGAN METODE PRAKTIKUM SKALA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa global ini, menuntut sumber daya manusia yang berkualitas serta bersikap kreatif
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA SISWA KELAS XI SMA MAZRAATUL ULUM PACIRAN LAMONGAN IMPLEMENTATION OF INQUIRY LEARNING MODEL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan
Lebih terperinciJCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017,
JCAE, Journal of Chemistry And Education, Vol. 1, No.1, 2017, 65-72 65 PENGARUH MODEL INKUIRI TERBIMBING BERVISI SETS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN HASIL BELAJAR LARUTAN PENYANGGA SISWA KELAS
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif
Lebih terperinciANALISIS KESIAPAN PRAKTIKUM KIMIA SISWA SMA. Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari***, Sadijah Ahmad****
ANALISIS KESIAPAN PRAKTIKUM KIMIA SISWA SMA Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari***, Sadijah Ahmad**** * Dosen Jurusan Pend. Kimia FPMIPA UPI ** Dosen Sekolah Pascasarjana UPI *** Dosen FMIPA ITB (Disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciINSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA
. Kinerja Proses No INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA Aspek yang dinilai. Mengecek kelengkapan alat dan bahan sesuai dengan yang ada di panduan praktikum
Lebih terperinciBERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012
BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012 Hal-0 Instruksi Pastikan bahwa nama dan kode peserta Anda sudah tertulis pada halaman pertama lembar soal dan lembar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.
Lebih terperinciPENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMU. Budi Utami 1, Srini M.Iskandar 2, &Suhadi Ibnu 2
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME DALAM PEMBELAJARAN KIMIA DI SMU Budi Utami 1, Srini M.Iskandar 2, &Suhadi Ibnu 2 1 Dosen Program Studi P.Kimia FKIP UNS 2 Dosen Jurusan Kimia Universitas Negeri Malang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari tentang struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi (Departemen Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fisika berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga fisika
Lebih terperinciPENGGUNAAN SIKLUS BELAJAR HIPOTESIS DEDUKTIF PADA PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA KELAS XI
SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013
Lebih terperinciSiti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah suatu upaya untuk meningkatkan kualitas manusia agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin berkembang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Keterampilan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung dalam judul penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
Lebih terperinciKETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING.
KETERAMPILAN MEMPREDIKSI DAN MENGKOMUNIKASIKAN PADA MATERI KELARUTAN DAN Ksp MENGGUNAKAN INKUIRI TERBIMBING Andri Kasrani, Ila Rosilawati, Nina Kadaritna Pendidikan Kimia, Universitas Lampung andrikas03@gmail.com
Lebih terperinci2015 PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan dari suatu bangsa karena bangsa yang maju dapat dilihat dari pendidikannya yang maju pula
Lebih terperinciPenerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA
Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA Linda Aprilia, Sri Mulyaningsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan
Lebih terperinciPROFIL KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA SMA PADA TOPIK PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP SISTEM KESETIMBANGAN KIMIA
PROFIL KEMAMPUAN BERINKUIRI SISWA SMA PADA TOPIK PENGARUH PERUBAHAN SUHU TERHADAP SISTEM KESETIMBANGAN KIMIA Yuli Handayanti 1, Wahyu Sopandi 1, Asep Kadarohman 1 1 Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
Lebih terperinci