BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Berkomunikasi Sebagai Bagian Dari Keterampilan Proses Sains. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains adalah ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Dahar (1985) mengatakan bahwa sains mencakup dua hal yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai proses. Sains sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains. Sains sebagai proses meliputi keterampilanketerampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan sains atau produk sains. Keterampilan yang dimiliki oleh ilmuwan ini disebut keterampilan-keterampilan proses sains, sedangkan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan itu disebut sikap ilmiah. Menurut Dahar (1985) keterampilan proses terdiri atas tujuh keterampilan yang dibina dan dikembangkan dalam proses belajar mengajar yaitu: mengamati, menggolongkan atau mengklasifikasi, menafsirkan atau interpretasi, meramalkan atau memprediksi, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkomunikasikan. Setiap keterampilan-keterampilan tersebut terbina melalui beberapa sub keterampilan. Adapun sub keterampilan proses dalam keterampilan proses sains dijabarkan lebih jelas pada Tabel 2.1. Keterampilan atau sub keterampilan yang dijabarkan tidak berurutan secara hierarkis, karena keterampilan proses bukanlah langkah-langkah, 8

2 9 tetapi merupakan sejumlah keterampilan yang perlu dibina dan dikembangkan. Tiap keterampilan tersebut dibina dan dikembangkan menurut kadar kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan taraf berpikir siswa pada jenjang sekolah yang bersangkutan. Tabel 2.1. Keterampilan Proses dan Sub Keterampilan Proses Dalam KPS Keterampilan Proses Sub Keterampilan Proses Mengamati - Melihat - Mendengar - Merasa/kulit, meraba - Membaui - Mencicipi, mengecap - Menyimak - Mengukur - Membaca Menggolongkan (mengklasifikasi) - Mencari persamaan, menyamakan - Mencari perbedaan, membedakan - Membandingkan - Mengkontraskan - Mencari dasar penggolongan Menafsirkan (interpretasi) - Menaksir - Memberi arti, mengartikan - Mempromosikan - Mencari hubungan ruang/waktu - Menemukan pola - Menarik kesimpulan - Menggeneralisasi Menerapkan - Menggunakan (informasi, kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi baru atau situasi lain) - Menghitung - Menentukan variabel - Mengendalikan variabel - Menghubungkan konsep - Merumuskan pertanyaan penelitian - Menyusun hipotesis - Membuat model

3 10 Keterampilan Proses Sub Keterampilan Proses Merencanakan penelitian - Menentukan alat, bahan dan sumber yang akan digunakan dalam penelitian - Menentukan variabel-variabel - Menentukan variabel yang harus dibuat tetap dan yang berubah - Menentukan apa yang akan diamati, diukur, atau ditulis - Menentukan cara dan langkah kerja - Menentukan bagaimana mengolah hasil pengamatan untuk mengambil kesimpulan Mengkomunikasikan - Berdiskusi - Mendeklamasikan - Mendramakan - Bertanya - Merenungkan - Mengarang - Meragakan - Mendiskusikan hasil percobaan - Menggambarkan data dengan grafik, tabel, dan lain-lain. - Mengungkapkan/melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisn, gambar, gerak atau penampilan). Berdasarkan Tabel 2.1 di atas ditunjukkan bahwa salah satu keterampilan proses sains yang perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar adalah keterampilan mengkomunikasikan. Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Istilah komunikasi berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama yaitu sama

4 11 makna. Artinya di dalam komunikasi harus ada kesamaan makna mengenai hal yang dipercakapkan/dikomunikasikan agar proses komunikasi dapat berlangsung. Pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan proses berkomunikasi karena pada proses tersebut ada kegiatan belajar yang dilakukan siswa dan ada kegiatan mengajar yang dilakukan guru, keduanya berlangsung bersamaan sehingga terjadi interaksi komunikasi antara siswa dengan guru. Dalam berkomuniksi diperlukan adanya komponen-komponen komunikasi. Menurut Effendy (2004) komponen-komponen tersebut diataranya: a. Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan b. Pesan, yaitu isi komunikasi c. Komunikan, yaitu orang yang menerima pesan d. Media, yaitu sarana atau saluran yang mendukung pesan agar tersampaikan e. Efek, yaitu dampak sebagai pengaruh dari pesan. Pada proses pembelajaran yang biasa menjadi komunikator adalah guru sedangkan siswa berperan sebagai komunikan. Akan tetapi, agar pembelajaran berlangsung aktif maka siswa maupun guru dituntut untuk menjadi komunikator dan komunikan sekaligus. Hal ini dimaksudkan agar komunikasi yang berlangsung dalam pembelajaran tersebut bersifat dua arah atau bahkan multiarah sehingga komunikasi tersebut merupakan komunikasi yang efektif. Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu keterampilan proses sains yang harus dimiliki siswa, karena komunikasi tidak hanya digunakan dalam kegiatan belajar di sekolah tapi juga dalam seluruh kegiatan manusia. Menurut Semiawan et al

5 12 (1990) keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menyampaikan hasil percobaan baik secara lisan maupun tulisan, keterampilan menyampaikan dan menjelaskan gagasan/hasil penemuannya kepada orang lain yang mencakup kemampuan membuat grafik, diagram, bagan, tabel, gambar, karangan dan laporan, juga dapat mendiskusikannya. Adapun Menurut Widodo (dalam Nurhayati, 2001) keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya dan menyampaikan informasi kepada masyarakat, baik secara lisan maupun tulisan. Dengan berkomunikasi, seseorang dapat menyatakan dan mendukung identitas diri, membangun kontak sosial dengan orang di sekitarnya, mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang diinginkannya (Scheidel dalam Mulyana, 2007). Terkait proses belajar mengajar di sekolah, guru dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa salah satunya dengan cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, Rustaman et al (2003) mengemukakan bahwa berkomunikasi juga dapat dilakukan melalui tulisan, gambar, (grafik, bagan), membaca dan berbicara (diskusi, presentasi). Oleh karena itu guru hendaknya merencanakan agar dalam kegiatan belajar mengajarnya terdapat kesempatan untuk mengembangkan hal-hal tersebut.

6 13 B. Jenis Keterampilan Berkomunikasi Setiap jenis keterampilan proses sains mempunyai indikator dan ruang lingkup masing-masing, begitu pun dengan keterampilan berkomunikasi. Menurut Dahar (1985), seperti yang telah disebutkan sebelumnya, indikator keterampilan berkomunikasi siswa diantaranya yaitu siswa dapat bertanya, mendeklamasikan, berdikusi, mengarang, melaporkan hasil percobaan secara sistematis dan jelas, dapat menjelaskan dan mendiskusikan hasil percobaan serta dapat menggambarkan hasil pengamatan dalam bentuk grafik, tabel atau diagram. Sejalan dengan itu, menurut Semiawan et al (1990) keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan untuk menyampaikan hasil penemuan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan yang dapat berupa penyusunan laporan, pembuatan paper, penyusunan karangan, pembuatan gambar, tabel, diagram dan grafik. Berdasarkan hal tersebut di atas, keterampilan berkomunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu keterampilan berkomunikasi secara lisan dan keterampilan berkomunikasi secara tulisan. Keterampilan berkomunikasi secara lisan meliputi keterampilan bertanya, mendeklamasikan, serta berdiskusi, menjelaskan dan mendiskusikan hasil percobaan, sedangkan keterampilan berkomunikasi secara tulisan meliputi kemampuan menyusun laporan, mengarang dan membuat gambar, tabel, diagram maupun grafik. Jenis keterampilan berkomunikasi yang akan diuaraikan selanjutnya adalah keterampilan berkomunikasi melalui lisan yang meliputi keterampilan mengajukan pertanyaan dan keterampilan mendiskusikan hasil percobaan, dan keterampilan

7 14 berkomunikasi melalui tulisan yang meliputi keterampilan membuat tabel, keterampilan membuat diagram dan keterampilan menyusun laporan. 1. Keterampilan Berkomunikasi Melalui Lisan a. Keterampilan Mengajukan Pertanyaan Untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam suatu proses belajar mengajar, diperlukan adanya komunikasi yang efektif, yakni komunikasi yang berjalan tidak hanya satu arah yaitu hanya guru yang menyampaikan pengetahuan, melainkan komunikasi dua arah dan multi arah yang melibatkan serta mengikutsertakan seluruh siswa dalam memperoleh pengetahuan. Keterlibatan siswa dalam suatu proses pembelajaran dapat ditunjukkan dari sikap responsif siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sikap responsif tersebut salah satunya berupa pengajuan pertanyaan yang dilakukan siswa. Keterampilan dalam mengajukan pertanyaan merupakan hal yang penting dan perlu dikembangkan dalam proses belajar mengajar. Jika seorang siswa bertanya, artinya siswa tersebut sedang berpikir atau memikirkan sesuatu. Menurut Arifin et al (2003), bertanya merupakan indikator berpikir seseorang. Dengan demikian, untuk mencapai bentuk belajar yang memungkinkan siswa aktif dalam berpikir, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Pertanyaan yang diajukan seorang siswa kepada guru atau siswa kepada siswa lain memiliki beberapa fungsi, diantaranya melatih keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat, melatih siswa untuk menyusun kata-kata, menumbuhkan

8 15 semangat demokrasi di kelas, menimbulkan minat dan motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, memacu untuk diskusi, dan membuat suasana kelas lebih komunikatif dan dinamis. b. Keterampilan Mendiskusikan Hasil Percobaan Bentuk lain respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar selain mengajukan pertanyaan adalah menyampaikan pendapat. Penyampaian pendapat siswa salah satunya biasa dilakukan saat bediskusi. Menurut Mulyasa (2005) diskusi merupakan proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pengertian diskusi yang dikemukakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) bahwa diskusi adalah pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah. Melalui diskusi dalam pembelajaran, memungkinkan peserta didik untuk Berbagi informasi dan pengalaman dalam pemecahan suatu masalah, Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam pembelajran, Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, Mengembangkan kemampuan berpikir dan berkomunikasi, Membina kerjasama yang sehat dalam kelompok yang bertanggung jawab. Dalam suatu pembelajaran dengan metode praktikum, kegiatan diskusi salah satuya dapat berlangsung setelah praktikum dilakukan, tujuannya antara lain untuk membahas hasil praktikum/percobaan yang telah dilakukan dan merumuskan kesimpulan. Oleh karena itu siswa dituntut untuk dapat mengkomunikasikan

9 16 informasi, gagasan dan fakta yang diperolehnya dari kegiatan praktikum yang telah dilakukannya sehingga dengan mendiskusikan hasil percobaan, keterampilan berkomunikasi siswa dapat dikembangkan. 2. Keterampilan Berkomunikasi Melalui Tulisan a. Keterampilan Membuat Tabel Tabel menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) adalah daftar berisi ikhtisar sejumlah (besar) data informasi, biasanya berupa kata-kata dan bilangan yang tersusun secara bersistem, urut ke bawah dalam lajur dan deret tertentu dengan garis pembatas sehingga dapat dengan mudah disimak. Sejalan dengan itu, Mulyadiana (2000) menyebutkan bahwa tabel dapat diartikan sebagai suatu cara untuk menampilkan sejumlah data yang saling berkaitan dalam bentuk kolom dan baris. Pembuatan tabel bertujuan untuk mengorganisasikan sejumlah informasi dengan cara yang lebih efisien dan praktis sehingga memudahkan pembaca untuk memperoleh informasi. Menurut Locatis dan Atkinson (dalam Mulyadiana, 2000) tabel digunakan untuk membagi dan membandingkan data dengan membuat daftar variabel-variabel sepanjang horizontal dan vertikal, soal dan simbol atau angka-angka berada dalam bentuk baris dan kolom. Tabel yang fungsional menurut Koentjaraningrat (1997) dapat dibuat dengan terlebih dahulu (1) merumuskan tujuan dari tabel serta sifat-sifat dari data yang hendak dikemukakan di dalamnya, (2) memperhatikan efisiensi dari tabel dengan pengisian hanya dengan satu tema pokok di dalamnya. Menurut Koentjaraningrat

10 17 pada penyusunan tabel ada beberapa unsur tabel yang harus diperhatikan. Unsurunsur tersebut yaitu judul tabel, kolom, baris, judul kolom, anak kolom dan anak baris. Anak kolom dan anak baris ditujukan untuk lebih merinci data yang terdapat pada kolom atau baris. Sementara itu, Nawawi (1993) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa langkah dalam penyusunan atau pembuatan tabel dari suatu teks atau kumpulan-kumpulan data percobaan yaitu : 1. Membuat baris dan kolom sesuai dengan macam dan jumlah variabel 2. Setiap kolom secara vertikal menunjukkan klasifikasi tertentu dari data yang dicantumkan di bawah kalimat yang menyatakan maksud kolom tersebut. 3. Setiap baris secara horizontal menunjukkan klasifikasi tertentu dari data yang dicantumkan ke bawah kalimat yang menyatakan maksud baris tersebut. 4. Klasifikasi data dinyatakan dengan kalimat singkat dalam bentuk simbol-simbol. 5. Memberi judul tabel. Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk membuat tabel yang fungsional, perlu diperhatikan unsur- unsur yang terdapat dalam tabel diantaranya judul tabel, kerangka tabel, serta variabel data. Judul tabel yang biasaya diletakkan di atas tabel, ditulis dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui gambaran data dan maksud pembuatan tabel. Koentjaraningrat (1997) menyebutkan bahwa judul tabel harus merumuskan secara singkat, padat, tetapi jelas, pokok yang terkandung dalam tabel itu. Dalam pembuatan kerangka tabel perlu dilakukan terlebih dahulu pengelompokkan data-data yang termasuk ke dalam satu tema pokok sehingga tabel

11 18 menjadi efisien. Penulisan variabel data bertujuan untuk memberi keterangan tentang jumlah kesatuan data yang terdapat dalam baris dan kolom (Masyitoh, 2008). b. Keterampilan Membuat Diagram Diagram atau bagan merupakan salah satu media komunikasi grafis yang sering digunakan tidak hanya dalam dunia ilmiah, tetapi juga dalam dunia pendidikan. Menurut Koentjaraningrat (1997), diagram atau bagan termasuk alat komunikasi visual yang secara langsung berbicara kepada komunikannya secara visual, singkat dan jelas. Menurutnya, penyampaian suatu data dalam bentuk bagan biasanya akan lebih efektif dan menarik perhatian dibandingkan dalam bentuk penjelasan tertulis ataupun dalam deretan angka. Ilmu psikologi menunjukkan bahwa pada umumnya orang lebih cepat mempelajari dan lebih mengingat sesuatu, bila bahannya disajikan secara visual yang singkat dan jelas. Hal yang paling utama dan perlu diperhatikan dalam pembuatan diagram adalah mengenai berita atau pesan yang akan disampaikan melalui bagan itu. Adapun bentuk dan warna tidak diutamakan apalagi jika bentuk dan warna bagan tersebut akan mengurangi efektifitas pemberitaan bagan. Inti berita dari suatu bagan dapat dilihat dari judul bagan tersebut. Oleh karena itu, suatu bagan perlu memiliki judul yang singkat tetapi merangkum pokok berita, karena sebuah bagan yang efektif, seharusnya dapat menyampaikan berita tertentu secara lengkap tanpa penjelasan tambahan.

12 19 c. Keterampilan menyusun Laporan Kemampuan menyusun laporan praktikum merupakan kemampuan penting yang perlu dikembangkan melalui kegiatan laboratorium. Alasannya ialah pertama, kegiatan menyusun laporan kegiatan laboratorium dapat menjadi wahana bagi siswa untuk belajar mengarang. Kedua, kemampuan membuat laporan yang baik seyogyanya dimiliki pelajar kimia sebab kegiatan mandiri bagi para pakar kimia perlu dilaporkan dalam pertemuan-pertemuan ilmiah, agar hasil penelitian mandirinya itu diketahui dan dibahas lebih lanjut oleh orang lain, sampai akhirnya menjadi informasi penting bagi pengembangan ilmu kimia. Ketiga, kemampuan menyusun laporan termasuk keterampilan proses berkomunikasi, salah satu keterampilan proses yang perlu dikembangkan pada diri siswa (Firman, 2000). Terdapat beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan laporan. Aspek aspek ini yang kemudian akan dinilai dari suatu laporan. Di sekolah, pada umumnya laporan dinilai dari aspek isi, susunan, dan penggunaan bahasa. Aspek isi mencakup kesesuaian teori dengan masalah yang diselidiki, kebenaran teori yang disajikan, kelengkapan data observasi, kebenaran cara melakukan perhitungan, dan ketepatan merumuskan kesimpulan. Aspek susunan materi laporan meliputi kerapihan tulisan, kelogisan sistematika laporan, kejelasan penyajian data melalui tabel dan grafik, kesesuaian tata cara penulisan daftar pustaka dengan aturan, dan sebagainya. Aspek penggunaan bahasa, mencakup pemakaian ejaaan, kelugasan gaya bahasa, kejelasan bahasa dan lainnya.

13 20 C. Metode Praktikum Metode praktikum adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan (Djamarah, 2000). Kegiatan praktikum merupakan komponen penting dalam proses belajar mengajar kimia. Menurut Firman (2000), selain karena ilmu kimia sebagai experimental science, kegiatan praktikum dapat dipakai untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses, membangkitkan minat belajar, serta memberikan bukti-bukti bagi kebenaran teori. Sejalan dengan Firman, Woolnough & Allsop (dalam Rustaman, 2003), mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum IPA. Pertama, praktikum membangkitkan motivasi belajar. Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Kedua, praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Dengan kegiatan praktikum, siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur sedrhana atau canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan, dan menginterpretasikan eksperimen. Ketiga, praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah. Cara terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai saintis. Di dalam kegiatan praktikum, siswa bagaikan seorang saintis yang sedang melakukan eksperimen. Keempat, praktikum menunjang materi pelajaran. Pentingnya kegiatan praktikum juga dikemukakan oleh

14 21 Kirschner (dalam Masyitoh, 2008). Kirschner mengemukakan alasan dasar dari kegiatan praktikum sebagai berikut: a. Praktikum dapat berfungsi untuk mengembangkan keterampilan khusus b. Praktikum merupakan sarana yang tepat untuk pembelajaran yang menggunakan pendekatan akademis c. Praktikum dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam mengamati suatu fenomena dan penerapannya Keterlibatan siswa secara langsung dalam proses penemuan atau pembuktian teori dalam suatu praktikum akan menyebabkan pengetahuan yang diperolehnya bertahan lebih lama. Penggunaan metode praktikum dalam suatu pembelajaran memberikan beberapa keuntungan. Arifin et al (2003) mengemukakan keuntungan penggunaan metode praktikum sebagai berikut: 1. Dapat memberikan gambaran yang konkrit tentang suatu peristiwa 2. Siswa dapat mengamati proses 3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri 4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah 5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien Menurut Rustaman et al (2003) selain memberikan keuntungan, metode praktikum juga memiliki kekurangan yaitu menuntut berbagai peralatan yang terkadang tidak mudah diperoleh. Oleh karena itu, meskipun praktikum memiliki peran, kedudukan, serta fungsi yang sangat penting, tetapi metode praktikum masih jarang digunakan

15 22 dalam pembelajaran kimia. Selain itu, alasan jarang digunakannya praktikum dalam pembelajaran kimia adalah karena sulitnya bahan, lamanya waktu praktikum dan dibutuhkannya biaya yang besar. Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan suatu pengembangan prosedur praktikum berbasis material lokal yang dibuat sedemikian rupa sehingga praktikum ini mudah dilakukan, menggunakan alat dan bahan yang mudah diperoleh, murah, dapat dilakukan dimana saja, baik di sekolah maupun di luar sekolah dan tentunya aman dalam pelaksanaannya. D. Tinjauan Materi Titrasi Asam Basa Titrasi adalah metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Dalam titrasi, zat yang akan ditentukan konsentrasinya dititrasi oleh larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat dan disertai dengan penambahan indikator. Larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan tepat disebut dengan larutan baku atau larutan standar, sedangkan indikator adalah zat yang memberikan perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik akhir titrasi. Berdasarkan pengertian titrasi di atas, titrasi asam-basa merupakan metode penentuan kadar larutan asam dengan zat pentitrasi suatu larutan basa atau penentuan kadar larutan basa dengan zat pentitrasi suatu larutan asam. Reaksi yang terjadi dalam suatu titrasi asam-basa adalah reaksi penetralan. Ion-ion H 3 O + /H + dengan jumlah mol tertentu dalam larutan asam akan dinetralkan oleh ion-ion OH - dengan jumlah mol yang sama dari suatu larutan basa. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

16 23 H 3 O + (aq) + OH - (aq) 2H 2 O (l) Ketika sejumlah mol asam tepat bereaksi dengan sejumlah mol basa atau mol ekivalen asam sama dengan mol ekivalen basa, ini dinamakan titik ekivalen reaksi. Pada kenyataannya titik ekivalen tidak dapat diamati, sedangkan yang dapat diamati adalah titik akhir titrasi yaitu keadaan saat indikator menunjukkan perubahan warna. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi yang tinggi, maka diusahakan titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Oleh karena itu, diperlukan adanya indikator yang sesuai, yang dapat mengalami perubahan warna di sekitar titik ekivalen. Dalam proses titrasi asam basa terjadi perubahan ph selama penambahan asam atau basa ke dalam titrat. ph suatu larutan asam perlahan-lahan akan naik ketika larutan tersebut ditetesi dengan larutan basa. Sebaliknya, ph suatu larutan basa akan turun ketika larutan tersebut ditetesi dengan larutan asam. Perubahan ph selama penambahan asam atau basa ini dapat digambarkan dalam bentuk kurva titrasi. Bentuk kurva titrasi bergantung pada kekuatan asam (Ka) dan kekuatan basa (Kb) yang direaksikan. Ada empat jenis titrasi berdasarkan kekuatan asam dan basa yaitu titrasi asam kuat dengan basa kuat, titrasi asam lemah dengan basa kuat, titrasi basa lemah dengan asam kuat, serta titrasi asam lemah dengan basa lemah. Contoh titrasi asam kuat dengan basa kuat adalah penentuan kadar asam klorida selaku asam kuat menggunakan natrium hidroksida selaku basa kuat.

17 24 Pada titrasi asam kuat dengan basa kuat, baik asam maupun basa akan terionisasi sempurna. Kurva titrasi yang dibentuk oleh titrasi asam kuat dengan basa kuat ditunjukkan pada Gambar 2.1. Titik ekivalen Volume NaOH yang ditambahkan (ml) Gambar 2.1 Kurva Titrasi Asam kuat-basa Kuat Pada Gambar 2.1 ditunjukkan bahwa pada awalnya kenaikan perubahan ph sangat lamban, tapi ketika mendekati titik ekivalen perubahannya sangat drastis. Hal ini disebabkan karena pada awal titrasi, terdapat sejumlah besar H + dalam larutan, dan penambahan sejumlah OH - menghasilkan perubahan kecil dalam ph. Namun demikian, mendekati titik ekivalen konsentrasi H + relatif sedikit, sehingga penambahan sejumlah kecil OH - menghasilkan perubahan sangat besar terhadap ph. Berbeda dengan titrasi asam kuat dengan basa kuat, pada titrasi asam lemah dengan basa kuat, perhitungan kurva ph untuk titrasi asam lemah dengan basa kuat melibatkan penyangga dan hidrolisis. Contoh titrasi asam lemah oleh basa kuat, adalah penentuan kadar asam asetat selaku asam lemah menggunakan NaOH atau

18 25 dikenal juga sebagai soda api selaku basa kuat. Adapun bentuk persamaan reaksinya adalah sebagai berikut: CH 3 COOH (aq) + NaOH(aq) CH 3 COONa(aq) + H 2 O(l) Kurva titrasi yang dibentuk oleh titrasi asam lemah dengan basa kuat ditunjukkan pada Gambar 2.2. Gambar 2.2 Kurva Titrasi Asam Lemah-Basa Kuat Pada Gambar 2.2 ditunjukkan bahwa kurva pada titrasi asam lemah dengan basa kuat berbeda dengan kurva titrasi asam kuat dengan basa kuat (Gambar 2.1). Di sekitar awal titrasi asam lemah, ph meningkat relatif cepat tetapi mereda seiring dengan terbentuknya larutan penyangga yang mengandung asam asetat dan natrium asetat. Setelah melewati titik ekivalen (ketika terjadi kelebihan natrium hidroksida) kurva sama seperti pada bagian akhir gambar HCl-NaOH. Berbeda dengan kurva titrasi untuk asam kuat yang menunjukkan ph 7 pada titik ekivalen, pada kurva

19 26 titrasi asam lemah ph pada titik ekivalen lebih besar dari 7. Hal ini disebabkan oleh kebasaan dari basa konjugat asam lemah. Dalam suatu proses titrasi, ketika titik ekivalen terjadi jumlah mol asam yang bereaksi sama dengan jumlah mol basa. Dari proses titrasi asam asetat dengan basa NaOH, akan diketahui berapa banyak volume basa NaOH yang habis terpakai hingga titik akhir titrasi tercapai. Dengan mengetahui volum NaOH rata-rata hasil percobaan maka konsentrasi asam asetat dapat ditentukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Mempelajari sains, termasuk Ilmu Kimia kurang berhasil jika tidak ditunjang dengan praktikum yang dilaksanakan dilaboratorium. Laboratorium disini dapat berarti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung. Subjek penelitian ini adalah enam orang siswa SMA kelas XI IPA yang sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan lain-lain.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan materi dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Berpikir Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Dengan berpikir seseorang dapat mengolah berbagai informasi yang diterimanya dan mengembangkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Strategi Pembelajaran Belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau pemahaman sendiri. Oleh karena itu kegiatan belajar mengajar hendaknya memberikan kesempatan

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Untuk mengembangkan strategi pembelajaran pada materi titrasi asam basa dilakukan tiga tahap yaitu tahap pertama melakukan analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran dianggap dapat berhasil apabila proses dan hasil belajarnya baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia termasuk ke dalam cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), sehingga ilmu kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Karakteristik tersebut meliputi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Solving Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada permasalahan yang harus dipecahkan. Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia masih dianggap sulit oleh beberapa siswa (Sirhan, 2007). Pola anggapan seperti itu perlu segera dikikis dan dicari solusinya. Kesulitan dalam memahami ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Inkuiri Terbimbing Model inkuiri terbimbing merupakan suatu model yang digunakan guru untuk mengajar dimana pelaksanaanya yaitu guru membagi tugas meneliti suatu masalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Efektivitas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari

Lebih terperinci

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa Sumber: James Mapple, Chemistry an Enquiry-Based Approach Pengukuran ph selama titrasi akan lebih akurat dengan menggunakan alat ph-meter. TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Arsyad (2006:3), media pembelajaran

Lebih terperinci

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi

H + + OH - > H 2 O. Jumlah mol asam (proton) sama dengan jumlah mol basa (ion hidroksida). Stoikiometri netralisasi Netralisasi a. Netralisasi Neutralisasi dapat didefinisikan sebagai reaksi antara proton (atau ion hidronium) dan ion hidroksida membentuk air. Dalam bab ini kita hanya mendiskusikan netralisasi di larutan

Lebih terperinci

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator!

Tentukan ph dari suatu larutan yang memiliki konsentrasi ion H + sebesar 10 4 M dengan tanpa bantuan alat hitung kalkulator! Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang cara menghitung ph dan poh larutan asam basa berdasarkan konsentrasi ion [H + ] dan [OH ] SMA kelas 11 IPA. Berikut contoh-contoh soal yang bisa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) Model siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study), suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ilmu Kimia Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Pembuatan Larutan Buffer Semua zat yang digunakan untuk membuat larutan buffer dapat larut dengan sempurna. Larutan yang diperoleh jernih, homogen, dan tidak berbau. Data

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian berupa hasil pretest, posttest,dan dokumentasi. Data hasil pretest (sebelum diberi perlakuan) dan pottest

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16.

LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober s/d 16. LAPORAN PRAKTIKUM 3 ph METER, BUFFER, dan PENGENCERAN DISUSUN OLEH : MARIA LESTARI DAN YULIA FITRI GHAZALI Kamis 04 Oktober 2012 14.00 s/d 16.00 wib TUJUAN : 1. Agar mahasiswa dapat memahami prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sangat berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa. Pemerintah terus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pembelajaran untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis (KBK) melalui Metode Praktikum Berbasis Material Lokal Pada pembelajaran larutan penyangga dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti

I. PENDAHULUAN. dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mempelajari struktur, susunan, sifat, dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ilmu kimia dibangun

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan salah satu tahap yang sangat menentukan terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks. Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Temuan 4.1.1 Pengkategorian Penggunaan Level Mikroskopik dalam Buku Teks Kimia SMA pada Materi Larutan Penyangga Penggunaan level mikroskopik dalam buku teks

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Diskusi

Bab IV Hasil dan Diskusi Bab IV Hasil dan Diskusi IV.1 Hasil Eksperimen Eksperimen dikerjakan di laboratorium penelitian Kimia Analitik. Suhu ruang saat bekerja berkisar 24-25 C. Data yang diperoleh mencakup data hasil kalibrasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Pembelajaran Observasi Menurut Arikunto (2006:124) observasi adalah mengumpulkan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2. 1 Konsep dan Pemahaman Konsep Kimia Banyak definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli, seperti yang dikemukakan oleh Ehrenberg (dalam Pakaya, 2008: 3) bahwa konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia pada hakikatnya mencakup dua hal yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi pengetahuan yang terdiri atas fakta,

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang didapatkan dari penelitian ini yaitu hasil pretest dan posttest. Hasil pretest digunakan sebagai data pendukung untuk mengetahui kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Peranan Prosedur Praktikum Berbasis Material Lokal dalam Pengajaran Kimia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Peranan Prosedur Praktikum Berbasis Material Lokal dalam Pengajaran Kimia 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Peranan Prosedur Praktikum Berbasis Material Lokal dalam Pengajaran Kimia 1. Karakteristik Materi Kimia dan Pengajaran Kimia Ilmu kimia merupakan suatu pengetahuan yang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Tes Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) pengertian pengembangan adalah suatu proses untuk menjadikan suatu (pikiran, pengetahuan, dan sebagainya) agar menjadi

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data kualitas keterampilan memberikan penjelasan sederhana peserta didik. Sebagaimana dijabarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu kimia merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang termasuk ke dalam rumpun bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Seiring dengan perubahan

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi. PETA KONSEP Larutan Penyangga mempertahankan berupa ph Larutan Penyangga Asam mengandung Larutan Penyangga Basa mengandung Asam lemah Basa konjugasi Asam konjugasi Basa lemah contoh contoh contoh contoh

Lebih terperinci

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP

MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP MATERI HIDROLISIS GARAM KIMIA KELAS XI SEMESTER GENAP PENDAHULUAN Kalian pasti mendengar penyedap makanan. Penyedap makanan yang sering digunakan adalah vitsin. Penyedap ini mengandung monosodium glutamat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

wanibesak.wordpress.com 1

wanibesak.wordpress.com 1 Ringkasan, contoh soal dan pembahasan mengenai asam, basa dan larutan penyangga atau larutan buffer Persamaan ionisasi air H 2O H + + OH Dari reaksi di atas sesuai hukum kesetimbangan, tetapan kesetimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti yang tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengacu pada Standar Isi dan tujuan mata pelajaran kimia SMA, pembelajaran kimia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan merupakan kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan merupakan kemampuan BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Keterampilan Proses Sains a. Pengertian Keterampilan Proses Sains Keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Praktikum adalah pengalaman belajar di mana siswa berinteraksi dengan materi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Praktikum adalah pengalaman belajar di mana siswa berinteraksi dengan materi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Praktikum Praktikum adalah pengalaman belajar di mana siswa berinteraksi dengan materi atau dengan sumber data sekunder untuk mengamati dan memahami dunia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA.

Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Kimia Study Center - Contoh soal dan pembahasan tentang hidrolisis larutan garam dan menentukan ph atau poh larutan garam, kimia SMA kelas 11 IPA. Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA MENENTUKAN KONSENTRASI LARUTAN H 2 SO 4 DAN KONSENTRASI LARUTAN CH 3 COOH DENGAN TITRASI ASAM BASA (ASIDI-ALKALIMETRI) Disusun Oleh : 1. Ela Bintang Bahari (XI IPA 4 / 03) 2. Alfian

Lebih terperinci

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING

2015 PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA PEMBELAJARAN HIDROLISIS GARAM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains merupakan pelajaran penting, karena memberikan lebih banyak pengalaman untuk menjelaskan fenomena yang dekat dengan kehidupan sekaligus mencari solusi

Lebih terperinci

kimia TITRASI ASAM BASA

kimia TITRASI ASAM BASA Kurikulum 2006/2013 2013 kimia K e l a s XI TITRASI ASAM BASA Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan macam-macam titrasi.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes 52 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil pengolahan data penelitian dan pembahasannya berdasarkan temuan yang diperoleh selama penelitian. Analisis terhadap hasil tes siswa

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh:

TUGAS KIMIA SMA NEGERI 1 BAJAWA TITRASI ASAM BASA. Nama : Kelas. Disusun oleh: TUGAS KIMIA TITRASI ASAM BASA Disusun oleh: Nama : Kelas : SMA NEGERI 1 BAJAWA 2015 TITRASI ASAM BASA 1. Prinsip Dasar Titrasi netralisasi adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi antara suatu asam dengan

Lebih terperinci

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses 6 II._TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses yang diaplikasikan pada proses pembelajaran. Pembentukan

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS 6 LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS A. LARUTAN PENYANGGA B. HIDROLISIS Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajari tentang reaksi asam-basa dan titrasi. Jika asam direaksikan dengan basa akan menghasilkan

Lebih terperinci

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm

1 Muhibbin Syah., Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil

Lebih terperinci

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB 7. ASAM DAN BASA BAB 7. ASAM DAN BASA 7. 1 TEORI ASAM BASA 7. 2 TETAPAN KESETIMBANGAN PENGIONAN ASAM DAN BASA 7. 3 KONSENTRASI ION H + DAN ph 7. 4 INDIKATOR ASAM-BASA (INDIKATOR ph) 7. 5 CAMPURAN PENAHAN 7. 6 APLIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. mengenal proses-proses penting dalam benda hidup, termasuk tubuh kita sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu kimia adalah materi pelajaran yang terdiri dari konsep-konsep yang sebagian besar bersifat abstrak (Erlina, 2011:631). Selain itu, ilmu kimia mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Agar tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Agar tujuan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan mata pelajaran kimia di SMA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) salah satunya agar peserta didik memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensi dalam diri siswa itu sendiri. Menurut Sardiman (1994), aktivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. potensi dalam diri siswa itu sendiri. Menurut Sardiman (1994), aktivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah serangkaian belajar yang dilakukan oleh siswa yang memiliki potensi dalam diri siswa itu sendiri. Menurut Sardiman (1994), aktivitas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun sains, ilmu yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun sains, ilmu yang pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun sains, ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya.

I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran, dan terapannya. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TITRASI ASAM-BASA SEKOLAH : SMAN 16 SURABAYA MATA PELAJARAN : KIMIA KELAS / SEMESTER : XI / 2 (dua) ALOKASI WAKTU : 2 Jam Pelajaran I. STANDAR KOMPETENSI 4. Memahami

Lebih terperinci

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh)

Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh) Derajat Keasaman dan kebasaan (ph dan poh) Berdasarkan teori asam basa Arhenius, suatu larutan dapat bersifat asam, basa atau netral tergantung pada konsentrasi ion H+ atau ion OH dalam larutan tersebut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pre-eksperimental dengan one shot case study. Pada penelitian ini suatu

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER)

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Larutan penyangga Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang ph-nya praktis tidak berubah walaupun kepadanya ditambahkan sedikit asam, sedikit basa, atau bila

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/ Semester : XI / 2 Pertemuan : 1-3 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Pertemuan : 1 Standar Kompetensi :Memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran.

Larutan penyangga adalah larutan yang dapat mempertahankan harga ph terhadap pengaruh penambahan sedikit asam atau basa, atau terhadap pengenceran. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Memahami sifatsifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan terapannya. Mendeskripsikan sifat larutan penyangga dan peranan larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

Lebih terperinci

BAB II. A. Keterampilan Proses Sains Melalui Pendekatan POGIL (Process Oriented Guided Inqury Learning) pada Materi Asam Basa dan Larutan Penyangga

BAB II. A. Keterampilan Proses Sains Melalui Pendekatan POGIL (Process Oriented Guided Inqury Learning) pada Materi Asam Basa dan Larutan Penyangga BAB II KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI PENDEKATAN POGIL (Process Oriented Guided Inquiry Learning) PADA MATERI ASAM BASA DAN LARUTAN PENYANGGA A. Keterampilan Proses Sains Melalui Pendekatan POGIL (Process

Lebih terperinci

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013

LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013 LARUTAN PENYANGGA [Yea r] LARUTAN PENYANGGA Bahan Ajar Kelas XI IPA Semester Gasal 2012/2013 MARI BELAJAR Indikator Produk Menjelaskan komponen pembentuk larutan penyangga dengan berpikir kritis. Menjelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Ilmu Kimia Ilmu merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), secara garis besar mencakup dua bagian, yakni sebagai proses dan sebagai produk. Kimia sebagai produk

Lebih terperinci

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa

Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa Larutan penyangga dapat terbentuk dari campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dan asam konjugasinya. Larutan penyangga disebut juga larutan penahan atau larutan dapar atau buffer.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya (Trianto,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. GAMBARAN UMUM SMK PEMBANGUNAN NASIONAL PURWODADI 1. Tinjauan Historis SMK Pembangunan Nasional Purwodadi SMK Pembangunan Nasional Purwodadi merupakan salah satu sekolah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari

I. PENDAHULUAN. kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kimia merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami

Lebih terperinci

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta

Lampiran Sumber Belajar : Purba, Michael Kimia SMA. Erlangga. Jakarta Lampiran 3 95 INTRUKSI 1. Setiap siswa harus membaca penuntun praktikum ini dengan seksama. 2. Setelah alat dan bahan siap tersedia, laksanakanlah percobaan menurut prosedur percobaan. 3. Setelah melakukan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR LARUTAN BUFFER Nama : Fathul Muin NIM : 12/334686/PA/14919 LABORATORIUM KIMIA DASAR JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA DASAR

Lebih terperinci

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5

CH 3 COONa 0,1 M K a CH 3 COOH = 10 5 Soal No. 1 Dari beberapa larutan berikut ini yang tidak mengalami hidrolisis adalah... A. NH 4 Cl C. K 2 SO 4 D. CH 3 COONa E. CH 3 COOK Yang tidak mengalami peristiwa hidrolisis adalah garam yang berasal

Lebih terperinci

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani

GALAT TITRASI. Ilma Nugrahani GALAT TITRASI Ilma Nugrahani Galat Titrasi Adalah galat yang terjadi karena indikator berubah warna sebelum atau sesudah titik setara ditunjukkan dari kurva titrasi titik akhir titik ekivalen. Dapat disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivis Nur dalam Trianto (2009), menyatakan bahwa menurut teori kontruktivis, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Solving Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga

Lebih terperinci

CH 3 COOH (aq) + NaOH (aq) CH 3 COONa (aq) + H 2 O (l)

CH 3 COOH (aq) + NaOH (aq) CH 3 COONa (aq) + H 2 O (l) PENGEMBANGAN PROSEDUR PENENTUAN KADAR ASAM CUKA SECARA TITRASI ASAM BASA DENGAN BERBAGAI INDIKATOR ALAMI (SEBAGAI ALTERNATIF PRAKTIKUM TITRASI ASAM BASA DI SMA) Das Salirawati, M.Si dan Regina Tutik Padmaningrum,

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan experimental science, tidak dapat dipelajari hanya dengan membaca, menulis, atau mendengarkan. Mempelajari ilmu kimia bukan hanya menguasai kumpulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. LKS biasanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ilmu pengetahuan alam (IPA) atau sains berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

Teori Asam-Basa Arrhenius

Teori Asam-Basa Arrhenius Standar Kompetensi emahami terapannya. sifatsifat larutan asambasa, metode pengukuran, dan Kompetensi Dasar enjelaskan teori asam basa menurut Arrhenius mengklasifikasi berbagai larutan asam, netral, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia di beberapa SMA selama ini terlihat kurang menarik.

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia di beberapa SMA selama ini terlihat kurang menarik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembelajaran kimia di beberapa SMA selama ini terlihat kurang menarik. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran kimia sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bukan hanya sebagai kumpulan pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS merupakan lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga merupakan bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19

II. TINJAUAN PUSTAKA. kosong dari sebagian besar pendidikan, terutama pada akhir abad ke-19 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Discovery Metode penemuan atau discovery telah berkembang dari berbagai gerakan pendidikan dan pemikiran yang mutakhir, salah satunya dari gerakan pendidikan progresif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Guide Discovery Guru dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman langsung menggunakan eksperimen. Belajar harus bersifat menyelidiki

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan.

Laporan Praktikum Kimia Dasar II. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan. Laporan Praktikum Kimia Dasar II Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan Oleh: Kelompok : I (satu) Nama Nim Prodi : Ardinal : F1D113002 : Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

INTRUKSI Kompetensi Dasar Indikator Sumber Belajar

INTRUKSI Kompetensi Dasar Indikator   Sumber Belajar Lampiran 3 104 INTRUKSI 1. Setiap siswa harus membaca penuntun praktikum ini dengan seksama. 2. Setelah alat dan bahan siap tersedia, laksanakanlah percobaan menurut prosedur percobaan. 3. Setelah melakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Discovery Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode atau cara yang tepat, sehingga guru dalam menyampaikan informasi kepada siswa lebih mudah

Lebih terperinci