PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KOTA BATU JAWA TIMUR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KOTA BATU JAWA TIMUR"

Transkripsi

1 PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KOTA BATU JAWA TIMUR SKRIPSI INIKE RAHMADITIYANI H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 ii

2 RINGKASAN INIKE RAHMADITIYANI. Pengaruh Risiko Harga Terhadap Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kota Batu Jawa Timur. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANNA FARIYANTI) Pertanian merupakan sektor yang strategis dalam pembangunan perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar 41,18 persen dari total jumlah penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor ini (BPS 2009). Sektor pertanian juga memiliki kontribusi besar terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sektor pertanian menempati urutan ke dua dari sembilan sektor perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar 14,39 persen dari total PDB Salah satu komponen yang menjadi penyumbang PDB pertanian adalah subsektor hortikultura yaitu sekitar 9,36 persen terhadap total PDB pertanian (BPS 2009). Komoditas buah buahan merupakan komoditas hortikultura yang memberikan kontribusi paling besar yaitu sebesar 50, 64 persen terhadap total PDB hortikultura. Dalam perkembangannya kontribusi komoditas buah buahan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009). Kesadaran masyarakat akan manfaat dari komoditas ini menyebabkan permintaan buah buahan nasional mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi buah buahan ini menyebabkan tingkat ketersediaan komoditas buah tidak hanya ditunjang oleh hasil produksi dalam negeri tetapi juga produksi luar negeri melalui impor. Apel merupakan buah yang nilai impornya tertinggi dibandingkan dengan buah buahan lainnya dengan rata rata peningkatan nilai impor sebesar 6,39 persen setiap tahunnya (Ditjen Hortikultura 2009). Nilai impor apel yang tinggi mengindikasikan bahwa permintaan apel di pasar domestik sangat besar dan jumlah apel yang berkualitas baik masih kurang. Dalam membudidayakan apel, produsen dihadapkan pada risiko harga produk. Pada dasarnya para produsen apel tidak dapat mengetahui secara pasti harga produk yang akan diperoleh. Fluktuasi harga ini disebabkan adanya ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan komoditas apel di pasar. Risiko harga menyebabkan produsen mengalami ketidakpastian terhadap penerimaan yang diperoleh. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis tingkat risiko harga buah apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, dan (2) Menganalisis faktor faktor yang mempengaruhi penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Risiko harga apel dianalisis menggunakan model ARCH-GARCH Metode ARCH (Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) dan GARCH (Generalized Autoregressive Conditional Heteroscedasticity) merupakan metode yang digunakan untuk menjawab persoalan adanya volatilitas pada data ekonomi dan bisnis. Sedangkan penawaran buah apel dianalisis menggunakan model regresi berganda. Perhitungan tingkat risiko harga apel dilanjutkan dengan menggunakan perhitungan nilai VaR (Value at Risk). Sedangkan analisis kualitatif dilakukan melalui wawancara, diskusi dan observasi. ii

3 Berdasarkan hasil ARCH-GARCH, dapat disimpulkan bahwa model yang terbaik untuk meramalkan harga buah apel adalah ARCH (1) dan GARCH (1) dengan tingkat risiko harga apel sebesar 14,57 persen. Indikasi adanya risiko harga apel yaitu adanya fluktuasi harga apel yang dihadapi perusahaan. Fluktuasi harga apel ini dipengaruhi secara nyata oleh harga apel periode sebelumnya dan jumlah penawaran apel. Selain itu risiko harga apel juga dipengaruhi secara nyata oleh risiko harga apel periode sebelumnya. Risiko harga apel periode sebelumnya berpengaruh positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan risiko harga apel periode sebelumnya akan meningkatkan risiko harga apel periode berikutnya. Upaya yang dilakukan oleh perusahaan untuk meminimalisir risiko harga yang dihadapi perusahaan antara lain dengan melakukan diversifikasi produk, mengatur pola tanam apel agar penawaran apel ke Divisi Trading berlangsung secara kontinu, melakukan kerjasama dengan produsen apel di daerah Kota Batu, dan menerapkan sistem grading. Selain itu perusahaan juga melakukan strategi integrasi vertikal yaitu dengan mendirikan industri pengolahan buah apel. Dari hasil analisis regresi berganda diketahui bahwa dari 10 variabel yang digunakan yaitu ekspektasi harga apel (X 1 ), variasi harga apel (X 2 ), harga obat obatan (X 3 ), upah tenaga kerja (X 4 ), ekspektasi produksi apel (X 5 ), variasi produksi apel (X 6 ), harga jeruk (X 7 ), jambu (X 8 ), buah naga (X 9 ), dan strawberi (X 10 ) terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap penawaran apel. Ketiga variabel tersebut adalah variabel ekspektasi harga apel, ekspektasi produksi apel, dan variasi produksi apel. Model yang diperoleh mampu menggambarkan variasi dari kuantitas apel yang ditawarkan sebesar 60,7 persen dan selebihnya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Hasil tersebut menunjukkan bahwa PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menghadapi risiko dalam menjalankan usahanya. iii

4 PENGARUH RISIKO HARGA TERHADAP PENAWARAN APEL PT KUSUMA SATRIA DINASASRI WISATAJAYA KOTA BATU JAWA TIMUR INIKE RAHMADITIYANI H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 iv

5 Judul Skripsi Nama NRP : Pengaruh Risiko Harga Terhadap Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kota Batu Jawa Timur : Inike Rahmaditiyani : H Menyetujui, Pembimbing Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi NIP Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus : v

6 PERNYATAAN Dengan ini, menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Risiko Harga Terhadap Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kota Batu Jawa Timur adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2010 Inike Rahmaditiyani H vi

7 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Risiko Harga Terhadap Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kota Batu Jawa Timur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko harga apel, pengaruh risiko harga apel terhadap penawaran apel dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Bogor, Desember 2010 Inike Rahmaditiyani viii

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Ngawi pada tanggal 13 Maret Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Puryanto Hery Wibowo dan Ibunda Farida Setyorini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Dawu 1 pada tahun 2000 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTPN 2 Ngawi. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMAN 2 Ngawi diselesaikan pada tahun Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai Sekretaris Divisi Proyek periode kepengurusan dan Sekretaris Umum periode kepengurusan , Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (Hipma) FEM IPB. vii

9 UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dai bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Dr. Ir Anna Fariyanti, MSi selaku pembimbing skripsi atas bimbingan, arahan, waktu, dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Narni Farmayanti, MSc dan Ir. Harmini, MSi selaku dosen penguji yang berkenan memberikan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi, yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis. 4. Ibunda dan Ayahanda tercinta, Innike Maulidyah, Ambang Wijaya, Galih Angga serta keluarga besar di Ngawi, untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Departemen Agribisnis IPB. 5. Manager dan Staf Sub Divisi Personalia, Trading dan Budidaya Tanaman Tahunan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang telah membantu penulis dalam pengambilan data dan penyusunan skripsi ini. 6. Raditantri Setyarini selaku pembahas seminar, yang banyak memberikan masukan saran maupun kritik untuk memperbaiki skripsi ini. 7. Sahabatku (Novi, Rieska, Dewi, Maya, Evy, Mb Anis, Mb Ratna, Nurfika, Hanif) kalian adalah sahabat terbaik, terima kasih atas bantuan, dukungan serta doanya, semoga ukhuwah kita tetap terjaga selamanya. 8. Rekan - rekan Agribisnis Angkatan 43, 42, dan 44 serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga tali persahabatan dan persaudaraan kita tetap terjalin dan hanya Allah SWT yang dapat membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan, Amin. Bogor, Desember 2010 Inike Rahmaditiyani ix

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan Penelitian Ruang Lingkup... 9 II TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Perkembangan Kajian Komoditas Apel Kajian Perilaku Penawaran III KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Risiko pada Bisnis Sektor Pertanian Konsep Penawaran Komoditas Pertanian Kerangka Pemikiran Operasional IV METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Analisis Risiko Harga Apel (Model ARCH-GARCH) Perhitungan VaR (Value at Risk) Analisis Penawaran Apel Pengujian terhadap Model Penduga Penawaran apel Pengujian terhadap Koefisien Regresi Model Penduga Penawaran Apel Definisi Operasional V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Potensi Kota Batu Sejarah PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Visi, Misi dan Tujuan Perusahaan Sumber Daya Manusia Gambaran Budidaya Apel Penyediaan Bibit Persiapan Lahan dan Penanaman Pengelolaan Tanaman Apel Perompesan atau Pengguguran Daun xii xiii xiv x

11 5.3.5 Pelengkungan Cabang Pemangkasan Pemeliharaan Tanaman Pemupukan Pengendalian Hama dan Penyakit Perkembangan Produksi dan Harga Apel VI ANALISIS RISIKO HARGA Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Sumber-Sumber Risiko Harga Apel VII ANALISIS PERILAKU PENAWARAN Analisis Perilaku Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

12 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Sebaran Persentase Produk Domestik Bruto (Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku Periode Tahun Konsumsi Buah-Buahan Perkapita Indonesia Periode Tahun Jumlah Tanaman Baru, Tanaman Produktif, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Apel Indonesia Tahun Jumlah Impor Buah-Buahan Indonesia Tahun Tabel Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Apel di Kota Batu Tahun Analisis Pendapatan Usahatani Apel Ha/ Tahun PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun Ringkasan Hasil Uji ARCH LM Model Regresi Harga Apel Ringkasan Hasil Uji White Heteroscedasticity Model Regresi Harga Apel Ringkasan Uji Coba Model ARCH-GARCH Harga Apel Model ARCH (1) GARCH (1) Persamaan Harga Apel Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Perbandingan Jumlah Produksi Apel per Bulan dari Kebun Milik Sendiri dan Kebun Luar PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April Koefisien Regresi pada Variabel Independen Perbandingan Hasil Analisis Regresi dengan Hipotesis xii

13 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Buah -Buahan di Pasar Induk Kramat Jati Periode Januari Oktober Jumlah Penawaran Harian Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April Fluktuasi Harga Apel Periode Januari 2009 April 2010 PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Hubungan Antara Variance Return dan Expected Return Pergerakan Kurva Penawaran Akibat Pengaruh Perubahan Harga Komoditas itu Sendiri Pergeseran Kurva Penawaran Suatu Produk Kerangka Pemikiran Operasional Persentase Pemanfaatan Lahan di Kota Batu Diagram Alur pemeliharaan Tanaman Apel Pola Pengaturan Pemeliharaan Tanaman Apel Perkembangan Produksi Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun Perkembangan Harga Buah Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun Plot Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April Nilai Kurtosis Model Regresi Apel Perkembangan Produksi Total Buah Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun Perbandingan Harga Buah Apel dan Jumlah Penawaran Apel per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April Perkembangan Harga Input Produksi Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun Perbandingan Produksi Apel, Jeruk, Jambu PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2008 April xiii

14 Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Pendapatan dari Budidaya Tanaman Buah PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Ribu Rupiah) Tahun * Model Regresi Harga Apel Uji ARCH LM Terhadap Model Regresi Harga Apel Uji White Terhadap Model Regresi Harga Apel Model ARCH (1) GARCH (0) Apel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (1) GARCH (0) Harga Apel Model ARCH (1) GARCH (1) Harga Apel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (1) GARCH (1) Harga Apel Model ARCH (1) GARCH (2) Harga Apel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (1) GARCH (2) Harga Apel Model ARCH (1) GARCH (3) Harga Apel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (1) GARCH (3) Apel Model ARCH (2) GARCH (0) Harga Apel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (0) Harga Apel Model ARCH (2) GARCH (1) Harga Apel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (1) Harga Apel Model ARCH (2) GARCH (2) Harga pel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (2) Apel Model ARCH (2) GARCH (3) Harga Apel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (3) Harga Apel Model ARCH (3) GARCH (0) Harga Apel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (3) GARCH (0) Harga Apel Model ARCH (3) GARCH (1) Harga Apel xiv

15 24. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH 3) GARCH (1) Harga Apel Model ARCH (3) GARCH (2) Harga Apel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (3) GARCH (2) Harga Apel Model ARCH (3) GARCH (3) Harga Apel Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (3) GARCH (3) Harga Apel Analisis Regresi Linier Berganda Model Penawaran Apel Uji Normalitas Model Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Uji Heteroskedastisitas Model Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Peta Lokasi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Komoditas Buah yang Dihasilkan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kebun Buah PT Kusuma Satria Dinasasri Wistajaya xv

16 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar 41,18 persen dari total jumlah penduduk Indonesia menggantungkan hidup mereka pada sektor ini. Sektor pertanian juga memiliki peran sebagai penyedia bahan baku industri, penyedia bahan pangan masyarakat, sumber devisa negara, dan penyedia lapangan kerja (BPS 2009). Selain itu pada Tabel 1 dapat dilihat peran sektor pertanian lainnya yaitu sebagai penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kedua terbesar setelah sektor industri pengolahan. Tabel 1. Sebaran Persentase Produk Domestik Bruto Menurut Sektor Usaha di Indonesia Tahun 2008 No. Sektor Usaha PDB (%) 1. Industri pengolahan 27,87 2. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 14,39 3. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,97 4. Pertambangan dan Penggalian 10,97 5. Jasa-jasa lain 9,76 6. Bangunan 8,46 7. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 7,44 8. Pengangkutan dan Komunikasi 6,31 9. Listrik, Gas dan Air Bersih 0,82 Total PDB 100,00 Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor antara lain subsektor pangan, hortikultura, dan perkebunan. Subsektor pertanian yang cukup penting yaitu subsektor hortikultura, subsektor ini memiliki kontribusi terhadap PDB Nasional yaitu sebesar 9,36 persen terhadap total PDB pertanian (BPS 2009). Subsektor hortikultura meliputi buah-buahan, sayuran, biofarmaka, dan tanaman hias. Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian RI (2009), PDB pada subsektor hortikultura dari tahun 2003 hingga 1

17 2008 mengalami peningkatan. Disamping itu komoditas buah-buahan memberikan kontribusi paling besar untuk nilai PDB Indonesia dan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai Produk Domestik Bruto Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode Tahun No. Kelompok Nilai PDB (milyar rupiah) Kontribusi Komoditas (%) 1. Buah-Buahan 30,765 31,694 35, ,64 2. Sayuran 20,749 22,63 24, ,15 3. Biofarmaka 722 2,806 3, ,23 4. Tanaman Hias 4,662 4,662 4, ,59 Total PDB 56,844 61, Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian 2009 Berdasarkan Tabel 2 kontribusi komoditas buah-buahan terhadap nilai PDB Hortikultura yaitu sebesar 50,64 persen. Besarnya kontribusi komoditas ini mengindikasikan bahwa buah-buahan memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan, karena permintaannya relatif besar baik di pasar domestik maupun pasar luar negeri. Disamping dilihat dari besarnya kontribusi terhadap PDB Indonesia, perkembangan komoditas buah-buahan di Indonesi juga dapat dilihat pada perkembangan konsumsi buah-buahan pada Tabel 3. Tabel 3. Konsumsi Buah-Buahan Perkapita Indonesia Periode Tahun Nilai (Kg/Kapita) Rata-Rata No. Komoditas Pertumbuhan Konsumsi (%/Th) 1. Pisang 8,27 7,8 8,89 8,37 0,87 2. Melon 0,05 0,31 0,47 0,16 (0,14) 3. Nenas 0,68 0,47 0,47 0,31 (12,76) 4. Jeruk 1,2 1,98 6,14 3,59 72,89 5. Apel 0,16 0,62 0,78 1,04 6,59 6. Buah lainnya 192,38 145,70 92,37 138,14 (1,26) Total Konsumsi 202,74 156,88 109,12 151,61 (6,70) Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian 2009 Konsumsi buah-buahan Indonesia perkapita mengalami fluktuasi seperti yang terlihat pada Tabel 3. Secara umum pada periode tahun 1999 sampai

18 perkembangan konsumsi rata-rata komoditas buah setiap tahunnya mengalami penurunan hingga 6,70 persen. Penurunan ini diduga disebabkan oleh adanya pengaruh krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1999 yang ditandai dengan adanya penurunan daya beli masyarakat pada waktu itu. Namun, apabila dilihat pada periode 2005 hingga 2008 konsumsi buahbuahan justru meningkat dengan rata-rata peningkatan setiap tahunnya mencapai 9,52 persen. Kondisi ini tidak terlepas dari adanya pemulihan kondisi ekonomi di Indonesia. Selain itu, kenaikan konsumsi disebabkan kesadaran masyarakat akan manfaat yang diberikan komoditas ini. Manfaat buah-buahan cukup besar dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat, karena merupakan sumber vitamin dan mineral yang berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. Salah satu buah yang mengalami peningkatan konsumsi yaitu buah apel. Namun peningkatan konsumsi ini tidak diimbangi dengan peningkatan produksi apel seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Tanaman Baru, Tanaman Produktif, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Apel Indonesia Tahun Tahun Jumlah Tanaman Jumlah Tanaman Produksi (Ton) Perkembangan Produksi Produktivitas (Kg/Pohon) Baru (Pohon) Produktif (Pohon) (%) , ,09 2, ,27 4, (42,29) 1, (6,73) 7,17 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian 2010 Perkembangan produksi apel Indonesia cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Penurunan produksi terbesar terjadi pada tahun 2007 yaitu mencapai persen. Penurunan produksi ini disebabkan oleh produktivitas tanaman apel yang mengalami penurunan akibat keengganan petani melakukan peremajaan tanaman sehingga tanaman apel yang sudah berusia tua masih tetap dipaksa untuk berproduksi. Konsumsi apel yang meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah produksi apel dalam negeri, menyebabkan ketersediaan buah 3

19 apel juga ditunjang dari produksi luar negeri melalui impor seperti yang terlihat pada Tabel 5. Pada tabel tersebut dapat diketahui bahwa apel memiliki jumlah impor paling besar dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Tabel 5. Jumlah Impor Buah-Buahan Indonesia Tahun Jumlah (Ton) No. Komoditas Perkembang -an (%) 1. Pisang 408,82 443,91 124,24 24,75 55,63 (4,68) 2. Melon - 848,94 207,34 112,65 101,27 (26,27) 3. Nenas 98,362 68,09 113, , ,74 181,05 4. Jeruk , , , , ,06 8,85 5. Apel , , , , ,88 6,39 Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura, Departemen Pertanian 2010 Berdasarkan Tabel 5 perkembangan jumlah apel impor Indonesia cenderung meningkat, dengan peningkatan sebesar 6,39 persen setiap tahunnya. Menurut Kusumo (1986) tingginya nilai impor apel disebabkan oleh permintaan buah apel di pasar domestik relatif tinggi dan kurangnya jumlah apel dalam negeri yang berkualitas baik. Selain itu, apabila dilihat dari sisi harga berdasarkan penelitian yang dilakukan Komarudin (2005) menunjukkan bahwa tingginya impor apel Indonesia juga disebabkan oleh harga apel impor relatif lebih murah. Dalam membudidayakan apel, produsen dihadapkan pada risiko harga produk. Pada dasarnya para produsen apel tidak dapat mengetahui secara pasti harga produk yang akan diperoleh. Hal tersebut dapat menimbulkan kesenjangan antara penerimaan aktual dengan penerimaan yang diharapkan oleh produsen. Perkembangan harga harian beberapa komoditas buah-buahan di pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) Jakarta dapat dilihat pada Gambar 1. PIKJ Jakarta menjadi salah satu acuan penetuan harga buah-buahan di tingkat produsen apel. 4

20 Gambar 1. Perkembangan Harga Mingguan Komoditas Buah-Buahan di Pasar Induk Kramat Jati Periode Januari 2009 Oktober 2010 Sumber : Dinas Pasar Induk Kramat Jati, 2010 Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat juga bahwa harga beberapa komoditas termasuk buah apel yang berlaku di PIKJ berfluktuasi. Fluktuasi harga disebabkan ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan komoditas apel di pasar. Fluktuasi harga yang terjadi menggambarkan adanya variasi harga yang merupakan indikasi risiko harga pada komoditas tersebut. Risiko harga yang dihadapi menyebabkan produsen apel mengalami ketidakpastian terhadap penerimaan yang diperoleh. Dalam menjalankan suatu usaha penawaran akan suatu produk merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, karena terkait dengan keberlangsungan usaha dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Sebagaimana teori penawaran, besarnya penawaran suatu komoditas ditentukan oleh jumlah yang diproduksi. Selain aspek produksi, tingkat penawaran suatu komoditas juga dipengaruhi oleh tingkat harga (Nicholson 1991). Lipsey et al, (1995) dan Hyman (1996) juga menjelaskan bahwa pergerakan kurva penawaran suatu komoditas pertanian disebabkan oleh perubahan harga produk itu sendiri. Disamping itu pergeseran kurva penawaran disebabkan oleh beberapa faktor seperti teknologi, harga input produksi, harga produk lain, jumlah produsen, dan harapan produsen di masa yang akan datang. Berdasarkan penelitian Hartoyo et al. (2001) perubahan jumlah penawaran suatu 5

21 komoditas pertanian disebabkan oleh nilai varian harga produk tersebut. Nilai varian harga menggambarkan tingkat risiko harga yang ditanggung oleh produsen. Oleh karena itu diperlukan penelitian mengenai risiko harga apel dan bagaimana pengaruh adanya risiko harga terhadap penawaran apel. 1.2 Perumusan Masalah PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang membudidayakan apel di Kota Batu. Dalam pengelolaan budidaya apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menghadapi risiko harga apel. Indikasi risiko harga produk yang dihadapi perusahaan adalah dengan adanya fluktuasi harga yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Sumber risiko harga yang dihadapi diduga disebabkan oleh fluktuasi jumlah penawaran apel yang menyebabkan ketidakpastian harga apel seperti yang terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Jumlah Penawaran Harian Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April 2010 Sumber : Divisi Trading, PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2010 Pada Gambar 2, dapat diketahui bahwa jumlah penawaran buah apel terbesar berada pada periode bulan September hingga November, sedangkan penawaran terendah terjadi pada bulan April hingga Juli. Apabila penawaran buah tinggi maka harga yang terbentuk akan rendah dan sebaliknya ketika penawaran buah rendah maka harga apel yang terbentuk akan tinggi. Nicholson (1991) 6

22 mengemukakan bahwa jumlah produk yang ditawarkan suatu perusahaan akan mempengaruhi besarnya pendapatan, biaya produksi dan keuntungan yang akan diperoleh. Hal tersebut sejalan dengan tujuan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang memaksimalkan keuntungan, sehingga perusahaan akan menawarkan apel pada tingkat yang dapat memberikan keuntungan secara maksimal Berdasarkan informasi dari Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, selama periode waktu Januari 2009 hingga April 2010 tercatat harga apel tertinggi mencapai Rp ,00 per kg sedangkan harga apel terendah mencapai Rp ,00 per kg seperti yang terlihat pada Gambar 3. Fluktuasi harga yang dialami PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menggambarkan adanya variasi harga yang merupakan indikasi adanya risiko harga yang dialami perusahaan. Selain itu besarnya perbedaan harga tertinggi dan terendah ini dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Gambar 3. Fluktuasi Harga Buah Apel Periode Januari 2009 April 2010 PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Sumber : Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2010 Besarnya risiko harga yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya diduga menyebabkan perubahan pada jumlah penawaran apel. Selain adanya risiko harga, perubahan penawaran buah apel di PT Kusuma Satria 7

23 Dinasasri Wisatajaya juga diduga disebabkan oleh faktor lain seperti harapan produsen terhadap harga dan produksi apel, biaya input seperti obat-obatan dan tenaga kerja, serta harga komoditas lain yang diproduksi di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat risiko harga apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya? 2. Bagaimana pengaruh risiko harga apel terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya? 3. Bagaimana pengaruh faktor-faktor lain terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya? 1.3 Tujuan Berdasarkan perumusan masalah penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis tingkat risiko harga apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti : 1. Bagi perusahaan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan dalam menjalankan usahanya pada saat menghadapi risiko. 2. Bagi pemerintah dan instansi terkait, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi untuk mengetahui tingkat risiko harga yang dihadapi buah apel sehingga nantinya dapat digunakan untuk membantu mengembangkan komoditas buah apel. 3. Bagi penulis penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk menambah ilmu dan pengetahuan serta mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh. 8

24 4. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan pembaca dan dapat dijadikan acuan atau perbandingan dalam melakukan studi lanjutan, khususnya di bidang analisis risiko suatu bisnis pertanian. 1.5 Ruang Lingkup 1. Penelitian ini difokuskan pada analisis risiko harga apel dan menganalisis penawaran apel di Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. 2. Data risiko harga yang digunakan adalah data harga apel harian dan jumlah penawaran apel harian yang berlaku pada Divisi Trading bulan Januari April 2010 dengan menggunakan model ARCH-GARCH sebagai alat analisis. Sedangkan data penawaran digunakan data produksi apel bulanan perusahaan yang dijual melalui ke Divisi Trading tahun yang bersumber dari Laporan Manajemen PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Penawaran buah apel tersebut dijelaskan menggunakan model regresi linier berganda. 3. Faktor musim atau iklim dan cuaca sangat berpengaruh terhadap pembudidayaan apel. Namun dalam penelitian ini tidak menganalisis pengaruh musim terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, karena pada dasarnya faktor musim sulit untuk diperkirakan dengan tepat. 4. Perhitungan nilai Value at Risk (VaR) dalam penelitian ini menggunakan tingkat pendapatan usahatani apel periode panen tahun sebagai pengganti variabel besarnya investasi. 5. Jenis buah apel yang menjadi fokus penelitian adalah jenis Apel Malang dengan varietas Manalagi. 9

25 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi pertanian berlangsung dengan proses yang cukup lama, namun kondisi pasar cenderung bersifat kompleks dan dinamis. Akibat kondisi pasar yang dinamis ini petani maupun pengusaha sering mendapati harga jual produk yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ketidakpastian harga jual ini menyebabkan petani atau pengusaha menghadapi risiko karena adanya ketidakpastian pendapatan yang akan diterima. Begitu pula dengan harga input yang cenderung berfkuktuatif sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi. Penelitian mengenai risiko produksi dan harga dilakukan Fariyanti (2008) yaitu mengkaji perilaku ekonomi rumah tangga petani sayuran dalam menghadapi risiko produksi dan harga produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi kentang maupun kubis dipengaruhi secara nyata oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Risiko produksi pada kentang lebih tinggi dibandingkan dengan kubis, tetapi sebaliknya risiko harga pada kentang lebih rendah dari pada kubis. Diversifikasi usahatani kentang dan kubis mempunyai risiko produksi (portofolio) lebih rendah dibandingkan spesialisasi kentang atau kubis. Disamping itu kajian spesifik risiko harga telah dilakukan pada beberapa komoditas antara lain komoditas peternakan dan pertanian. Risiko harga pada komoditas peternakan dilakukan oleh Siregar (2009) yaitu dengan mengkaji harga Day Old Chick (DOC) broiler dan layer pada PT Sierad Produce Tbk. Sedangkan untuk komoditas pertanian dengan membandingkan risiko harga kubis dengan bawang merah di Indonesia telah dilakukan oleh Herviyani (2009) dan Megasari (2009) mengkaji risiko harga cabai merah besar dan cabai merah keriting di Indonesia. Hasil ketiga penelitian Siregar (2009) menunjukkan bahwa harga pola pergerakan harga DOC dipengaruhi oleh kondisi permintaan dan penawaran DOC di pasar seperti pada saat menjelang lebaran dan memasuki tahun ajaran baru. Berbeda dengan yang dilakukan Herviyani (2009) dan Megasari (2009), kedua 10

26 penelitian tersebut menunjukkan bahwa risiko harga dipengaruhi oleh variabel harga komoditas periode sebelumnya dan jumlah pasokan dari komoditas tersebut. Dalam analisis risiko, adanya fluktuasi harga dapat dianalisis dengan menggunakan nilai variance. Salah satu model yang dapat mengakomodasi adanya fluktuasi atau variasi yaitu model Generalized Autoregressive Conditional Heteroskedasticity (GARCH) dikembangkan oleh Bollerslev tahun 1986 (Firdaus 2006). Model GARCH secara khusus didesain untuk menjawab permasalahan heteroskedastisitas pada analisis deret waktu. Dalam model GARCH nilai variance sebagai variabel dependen yang merupakan fungsi dari variabel dependen periode sebelumnya, dan atau variabel independen atau variabel eksogenous. Penerapan model ARCH-GARCH terhadap penentuan besar risiko terlebih dahulu diaplikasikan untuk menghitung harga saham seperti yang dilakukan Iskandar (2006). Penelitian yang lebih dikhususkan pada saham agribisnis rokok ini menyimpulkan bahwa model terbaik untuk meramalkan tingkat risiko saham GGRM adalah ARCH (1) dimana tingkat risiko hanya dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya. Sedangkan model terbaik untuk meramalkan tingkat risiko saham HMSP dan RMBA adalah GARCH (1,1) dimana tingkat risiko dipengaruhi oleh besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya dan besarnya simpangan baku pengembalian dari rataannya untuk satu hari sebelumnya. Penerapan model ini kemudian berkembang, tidak hanya untuk meramalkan tingkat risiko harga saham saja namun juga digunakan untuk meramalkan risiko usaha khususnya di bidang pertanian. Penerapan model ini lebih banyak untuk menganalisis tingkat risiko harga produk pertanian. Namun Fariyanti (2008) menerapkan model GARCH (1,1) untuk menghitung tingkat risiko produksi bukan risiko harga pada komoditas kentang dan kubis di Kecamatan Pangalengan, Bandung. Hal tersebut dikarenakan faktor keterbatasan data sehingga hanya menggunakan perhitungan varian manual. Berdasarkan analisis risiko dihasilkan bahwa risiko produksi kentang yang diindikasikan oleh fluktuasi produksi kentang yang disebabkan oleh risiko produksi pada musim sebelumnya dan penggunaan input, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang 11

27 menimbulkan risiko produksi, sedangkan lahan, benih dan obat-obatan menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Pada komoditas kubis, lahan dan obtobatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko, sementara benih, pupuk dan tenaga kerja menjadi faktor yang mengurangi risiko produksi. Risiko produksi pada komoditas kentang lebih tinggi dibandingkan pada komoditas kubis sedangkan risiko harga produk pada komoditas kubis lebih tinggi dibandingkan komoditas kentang. Perilaku rumahtangga petani dengan adanya risiko produksi dan harga produk termasuk risk aversion dengan melakukan pengurangan penggunaan luas lahan garapan, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. Pengurangan tertinggi input, produksi, pendapatan dan pengeluaran rumahtangga akibat peningkatan risiko produksi produksi dan harga produk serta upah pada kegiatan usahatani terdapat pada rumahtangga petani lahan sempit. Demikian pula peningkatan penggunaan tenaga kerja off farm dan non farm yang paling rendah. Siregar (2009) juga menggunakan model GARCH untuk menganalisis risiko harga pada DOC broiler dan layer. Berdasarkan hasil analisis GARCH (1,1) diperoleh bahwa risiko harga DOC broiler dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga DOC broiler periode sebelumnya dengan tanda yang positif yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan risiko harga DOC periode sebelumnya maka akan meningkatkan risiko harga DOC periode berikutnya. Sedangkan risiko harga DOC layer hanya dipengaruhi oleh volatilitas harga DOC layer periode sebelumnya. Risiko harga DOC broiler lebih besar dibandingkan dengan risiko harga DOC layer. PT Sierad Produce Tbk sebaiknya melakukan recording (pencatatan) data permintaan DOC dari para peternak sehingga dapat mengantisipasi adanya fluktuasi harga DOC. Dalam menentukan harga DOC sebaiknya PT Sierad Produce Tbk mempunyai kebijakan sendiri dan prosedur yang baik terkait dengan harga dan penjualan DOC. Untuk meminimalkan risiko fluktuasi harga jual DOC yang dihadapi, PT Sierad Produce Tbk juga dapat melihat atau mempelajari perilaku harga jual DOC periode sebelumnya dan perubahan pergerakan data harga DOC sebelumnya dengan melakukan analisis harga secara rutin per periode dan menjadikan harga jual DOC sebelumnya sebagai dasar untuk memprediksi 12

28 harga pada periode yang akan datang. Untuk meminimalkan risiko harga DOC sebaiknya PT Sierad Produce Tbk meningkatkan kegiatan kemitraan dengan peternak. Hasil penelitian Herviyani (2009) dengan menerapkan model ARCH- GARCH didapatkan model yang terbaik untuk menganalisis risiko harga kubis dan bawang merah adalah model GARCH (1,1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tingkat risiko harga kubis dan bawang merah dipengaruhi oleh volatilitas dan varian harga satu hari sebelumnya. Selanjutnya dilakukan perhitungan VaR (Value at Risk) dan didapatkan hasil bahwa risiko harga kubis sebesar 13,86 persen dari total investasi (biaya tunai) yang dikeluarkan petani setelah menjual hasil panennya dalam jangka waktu penjualan satu hari, sedangkan risiko harga bawang merah sebesar 9,80 persen dalam jangka waktu periode penjualan satu hari. Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh bahwa risiko harga kubis lebih tinggi dibandingkan dengan risiko harga bawang merah. Berdasarkan besarnya risiko harga kubis dan bawang merah, maka alternatif solusi yang dilakukan petani untuk mengurangi risiko yaitu dengan pertama petani sebaiknya melakukan pengaturan pola tanam sesuai dengan saran yang telah direkomendasikan oleh pemerintah daerah setempat, tujuan dari pengaturan pola tanam tersebut agar jumlah produksi sesuai dengan kebutuhan pasar. Solusi kedua mengaktifkan dan mengefektifkan peran kelembagaan kelompok tani yang secara tidak langsung dapat mengurangi risiko harga kubis maupun harga bawang merah karena petani dapat melakukan kontrak dengan pihak lain. Ketiga petani sebaiknya menjalin kemitraan dengan pedagang maupun perusahaan pengolahan untuk mendapatkan jaminan kepastian dalam memasarkan hasil panennya terutama jaminan harga produk ketika terjadi kelebihan hasil produksi saat panen raya. Hasil analisis risiko terhadap cabai merah keriting dan cabai merah besar yang dilakukan Megasari (2009) menunjukkan bahwa fluktuasi harga tidak terlepas dari adanya pengaruh permintaan dan penawaran di pasar. Harga cabai merah biasanya naik pada akhir tahun dimana banyak perayaan hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan tahun baru. Sedangkan harga rendah terjadi pada bulan-bulan Mei hingga Agustus dimana pada saat tersebut biasanya terjadi 13

29 oversupply karena panen serentak yang terjadi pada lahan pertanian cabai Indonesia. Berdasarkan Analisis ARCH-GARCH diketahui bahwa model yang terbaik untuk meramalkan harga cabai merah keriting adalah ARCH (1) dan GARCH (2). Hal ini berarti pola pergerakan harga cabai merah keriting dipengaruhi oleh volatilitas pada satu hari sebelumnya dan varian pada dua hari sebelumnya. Sedangkan model terbaik yang dapat digunakan untuk meramalkan risiko harga cabai merah besar adalah ARCH (1) GARCH (2). Hal ini berarti pola pergerakan harga cabai merah besar dipengaruhi oleh volatilitas dan varian satu hari sebelumnya. Berdasarkan perhitungan VaR (Value at Risk) diperoleh bahwa tingkat risiko yang diperoleh oleh petani untuk komoditi cabai merah keriting adalah sebesar 14,68 persen sedangkan untuk cabai merah besar adalah sebesar 4,85 persen. Risiko harga cabai merah keriting yang lebih tinggi dibandingkan cabai merah besar menunjukkan bahwa untuk setiap rupiah yang diterima maka risiko harga yang cabai merah keriting lebih besar dibandingkan cabai merah besar. Upaya meminimalisir adanya risiko harga cabai merah keriting dan cabai merah besar sebaiknya dilakukan secara terintegrasi antara petani, pedagang pemerintah dan pihak-pihak lainnya. Dengan kata lain semua komponen yang terkait harus dapat bekerja sama untuk mengatasi risiko harga agar dapat lebih efektif. Kerjasama yang dilakukan antara berbagai pihak tersebut hendaknya diiringi dengan konsistensi dan komitmen yang kuat untuk agar dalam upaya mencapai hasil yang diharapkan dapat lebih efisien. 2.2 Perkembangan Kajian Komoditas Apel Tanaman apel (Malus sylvestris Mill) merupakan tanaman tahunan yang berasal dari daerah subtropis. Tanaman ini merupakan tanaman yang menggugurkan daun dan memerlukan suhu rendah pada proses pembungaannya, dengan demikian tanaman ini akan sulit beradaptasi di daerah tropis (Childers 1957, diacu dalam Hardiyanto et al. 1988). Namun di Indonesia tanaman ini telah dapat tumbuh dan berkembang pesat pada tahun 1960an akibat ditemukannya teknik budidaya dan pembuahan apel (Soelarso, 1997). Pada usahatani tanaman buah-buahan seperti apel, kegiatan peremajaan tanaman yang telah tua merupakan tindakan yang perlu dilaksanakan. Peremajaan 14

30 ini bertujuan untuk memulihkan kembali efisiensi pada proses produksi apel (Rajino 1978, diacu dalam Santoso 1992). Pada mulanya semakin tua umur tanaman maka semakin tinggi produksinya namun kemudian akan menirin produktivitasnya. Disamping itu semakin tua umur tanaman maka semakin tinggi biaya produksi yang harus dikeluarkan. Dengan demikian kondisi tanaman akan mencapai suatu titik optimal, dimana perbandingan antara nilai output dan input tidak akan seimbang lagi. Pada saat inilah umur ekonomis tanaman akan berakhir dan tingkat profitabilitas usahatani akan merugi. Untuk itu Santoso (1992) melakukan penelitian mengenai analisis ekonomi peremajaan usahatani apel di Jawa Timur. Hasil dari penelitian tersebut didapatkan bahwa pendapatan maksimum usahatani apel pada tanah sawah terdapat pada umur 13 tahun dan pada tanah tegal pada umur 16 tahun. Pada tanah sawah umur ekonomis dan saat peremajaan yang optimal terdapat pada umur 19 tahun dan tanah tegal pada umur 21 tahun. Dalam perkembangannya usahatani apel mengalami banyak kendala antara lain biaya produksi yang semakin meningkat dan semakin banyaknya apel impor yang beredar di Indonesia. Tingginya nilai impor apel di Indonesia melatarbelakangi banyak penelitian tentang buah apel di Indonesia. Salah satunya adalah Nugroho (2001) melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani Apel Malang. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai rasio pendapatan dan biaya dari usahatani tersebut lebih besar dari satu sehingga masih efisien secara ekonomi. Hal ini berarti dalam persaingan Apel Malang dengan Apel Impor dalam jangka pendek masih memberikan intensif bagi petani. Dan untuk menekan risiko kerugian, petani memilih mengusahakan beberapa varietas tanaman apel daripada hanya satu varietas saja. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil analisis struktur biaya dan pendapatan usahatani apel malang untuk varietas Rome Beauty dalam lahan satu hektar secara finansial tidak efisien, hal tersebut disebabkan nilai R/C rationya sebesar 0,97 dan kerugian sebesar Rp ,00. Selanjutnya Komarudin (2005) melakukan penelitian mengenai analisis permintaan impor buah apel di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola perkembangan impor buah apel, harga impor apel, nilai tukar 15

31 rupiah dan produk domestik bruto Indonesia dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor buah apel. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa tren impor apel di Indonesia selama empat tahun terakhir mengalami peningkatan. Faktor yang berpengaruh nyata pada permintaan impor apel di Indonesia adalah harga impor. Dengan adanya kesepakatan AFTA tahun 2003 yang memberlakukan tarif impor hampir nol persen menyebabkan harga apel turun di negara pengimpor. Hal ini dapat dijadikan peluang bagi komoditas buah dalam negeri khususnya apel untuk meningkatkan daya saing dalam upaya volume peningkatan ekspor. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumsi buah apel di Kota Bogor dilakukan oleh Uzlifah (2006). Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik individu yang mengkonsumsi buah apel dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian buah apel. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa alasan konsumen mengkonsumsi apel antara lain karena alasan kesehatan (61,1 persen), sebagai makanan pencuci mulut (16,7 persen) dan sebagai pelengkap menu makan, diet, dan kesukaan (22,2 persen). Adapun ciri buah apel yang dipertimbangkan konsumen dalam keputusan pembelian buah apel adalah karena alasan rasa, warna, dan lain-lain. Dari hasil analisis ini dapat dijadikan masukan bagi para pembudidaya untuk meningkatkan kualitas buah apel yang dihasilkan, sehingga apel lokal akan diminati oleh konsumen. Perkembangan ekspor buah apel Indonesia yang menurun dan semakin meningkatnya nilai impor buah apel dari tahun ke tahun juga melatarbelakangi Ariani (2007) untuk melakukan penelitian mengenai analisis daya saing Apel (Malus sylvestris Mill) di sentara produksi Kota Batu Propinsi Jawa Timur (Kasus Desa Bumiaji, Kota Batu). Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya keunggulan kompetitif dan komparatif usahatani apel di Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Propinsi Jawa Timur, dan menghitung besarnya dampak kebijakan pemerintah terhadap usahatani apel di Desa Bumiaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani apel di sentra produksi Kota Batu menguntungkan secara finansial dan ekonomi, hal ini dapat diketahui dari nilai keuntungan finansial dan ekonomi di kedua kelompok tani sampel yang 16

32 bernilai positif. Usahatani apel di sentra produksi Kota Batu memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif serta berdaya saing baik pada harga aktual maupun pada harga ekonomi. Sedangkan analisis dampak kebijakan dari pemerintah mengindikasikan bahwa belum adanya insentif ekonomi terhadap usahatani apel di Kota Batu. Hal ini diketahui dari adanya surplus produsen yang hilang saat perekonomian berada pada keadaan terdistorsi, baik akibat kebijakan pemerintah maupun oleh kegagalan pasar. 2.3 Kajian Perilaku Penawaran Dalam menjalankan usaha, penawaran akan produk yang dihasilkan sangat berpengaruh pada keberlangsungan usaha tersebut. Jumlah barang yang ditawarkan akan mempengaruhi keuntungan yang akan didapat perusahaan dimana tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba atau keuntungan. Suryani (2006) meneliti tentang permintaan dan penawaran daging ayam broiler di Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menganalisis struktur permintaan daging ayam broiler serta faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Tujuan berikutnya adalah menganalisis dampak kebijakan pemerintah dan perubahan faktor eksternal terhadap permintaan dan penawaran daging ayam broiler di dalam negeri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa model dugaan yang digunakan menunjukkan nilai R-sq yang diperoleh sebesar 0,7637 dan 0,9863. Sedangkan faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi permintaan ayam broiler antara lain harga daging ayam, harga telur, harga daging sapi, dan pendapatan per kapita. Sementara faktor lain seperti harga pakan, kebijakan Kepres Nomor 22 Tahun 1990 yang memberikan izin bagi peternak untuk memperluas skala usaha dan teknologi berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran daging ayam broiler. Harga ayam sangat dipengaruhi oleh harga pakan dan harga DOC sebagai input. Produksi dan harga pakan tidak stabil dan dipengaruhi oleh jumlah dan harga bahan bahan baku pakan yang diimpor serta adanya pengaruh nilai tukar. Apabila harga daging ayam broiler tidak stabil maka akan berdampak pada penawaran dan permintaan dalam negeri. Berdasarkan hasil analisis dampak kebijakan pemerintah mengenai daging ayam broiler diperoleh hasil bahwa 17

33 kebijakan untuk meningkatkan impor bungkil kedelai dapat meningkatkan produksi pakan dalam negeri. Perubahan faktor eksternal berupa kenaikan pendapatan per kapita dapat menyebabkan permintaan daging ayam broiler meningkat cukup signifikan. Penelitian lain tentang perilaku penawaran dilakukan Marudut (2009), yaitu dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran daging sapi domestik. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penawaran daging sapi domestik meningkat dari periode tahun 1997 hingga Hasil dugaan model penawaran daging domestik dengan metode fixed effect menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 20 persen adalah populasi ternak sapi potong, harga daging sapi, luas panen padi, dan harga ternak sapi. Utami (2009) juga meneliti perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes disamping mengkaji risiko produksi komoditas tersebut. Dalam penelitian ini juga menggunakan nilai varian sebagai salah satu variabel untuk menduga perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Nilai varian ini merupakan indikasi adanya risiko yang dihadapi oleh petani bawang merah. Hasil penelitian didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes antara lain variabel variabel biaya obatobatan dan variabel nilai ekspektasi produksi. Berdasarkan uraian tersebut pada akhir bab ini maka dapat disimpulkan persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu tujuan dari penelitian ini tidak membandingkan besarnya risiko harga pada dua komoditas pertanian, tetapi hanya mengkaji risiko harga pada salah satu komoditas buah yaitu apel dan menganalisis pengaruhnya terhadap penawaran apel tersebut. Faktor yang mengindikasi adanya risiko ini adalah adanya fluktuasi harga apel yang disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran buah apel sama seperti yang dikemukakan Fariyanti (2008), Siregar (2009), Herviyani (2009), dan Megasari (2009). Selain itu dari segi metodologi yang berkaitan dengan pengukuran tingkat risiko harga yaitu menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan nilai 18

34 Value at Risk (VaR) seperti yang dilakukan Siregar (2009), Herviyani (2009), dan Megasari 2009). Namun berbeda dengan metode yang digunakan Fariyanti (2008) dalam mengukur tingkat risiko harga. Dalam perhitungan risiko harga Fariyanti (2008) menggunakan perhitungan variance. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis penawaran apel dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi berganda. Seperti penelitian mengenai perilaku penawaran yang dilakukan Suryani (2006), Marudut (2009) dan Utami (2009) tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap penawaran suatu produk. Hanya saja variabel yang digunakan untuk menduga perilaku penawaran buah apel selain berdasarkan teori penawaran suatu produk, juga mengacu penelitian yang dilakukan Utami (2009) yaitu dengan memasukkan nilai varian sebagai salah satu variabel untuk menduga perilaku penawaran bawang merah di Kabupaten Brebes. Nilai varian ini merupakan gambaran besarnya tingkat risiko yang dihadapi produsen dalam menawarkan komoditas yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah risiko harga dan risiko produksi. Selain itu juga menggunakan variabel ekspektasi harga produk dan ekspektasi produksi seperti yang dilakukan dalam penelitian Hartoyo et al. (2001) yang menganalisis perilaku petani padi dalam menghadapi risiko. 19

35 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada aktivitas bisnis, baik bisnis dengan skala kecil maupun skala besar para pelaku bisnis terlepas dengan adanya risiko. Risiko diartikan sebagai kemungkinan terjadinya kerugian bagi para pelaku bisnis ( Harwood et al. 1999). Risiko harga suatu komoditas pertanian meliputi risiko haraga output dan input. Dalam kaitanya dengan perilaku penawaran suatau komoditas, besarnya risiko harga diduga mempengaruhi besarnya penawaran komoditas tersebut dan begitu sebaliknya jumlah komoditas yang ditawarkan juga akan berpengaruh terhadap besarnya risiko yang akan dialami Konsep Risiko pada Bisnis Sektor Pertanian Menurut Frank Knight dalam Robison dan Barry (1987) risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pembuat keputusan yang didasarkan pada data historis dan pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Risiko juga menunjukkan peluang terjadinya peristiwa yang menghasilkan pendapatan di atas atau dibawah rata-rata dari pendapatan yang diharapkan. Debertin (1986) menggambarkan bahwa kejadian berisiko adalah kejadian dimana peluang dan hasil dari kejadian tersebut dapat diketahui oleh pembuat keputusan. Indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi, fluktuasi atau volatilitas dari hasil yang diharapkan. Sebagai contoh indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis diantaranya adanya fluktuasi produksi, fluktuasi harga output, atau fluktuasi pendapatan untuk setiap satuan yang sama. Adanya fluktuasi produksi, harga output, dan pendapatan menyebabkan terjadinya kemungkinan menghasilkan produksi maupun pendapatan diatas maupun di bawah rata-rata. Risiko yang dihadapi sektor pertanian bersifat unik dibandingkan dengan lainnya. Hal tersebut dikarenakan ketergantungan aktivitas pertanian terhadap kondisi alam seperti iklim dan cuaca. Harwood et al. (1999) menyatakan bahwa sumber risiko pada kegiatan pertanian meliputi : 20

36 1. Risiko produksi Risiko produksi dalam kegiatan pertanian disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak dapat dikendalikan seperti curah hujan, temperatur udara, hama dan penyakit. Teknologi juga dapat menimbulkan risiko produksi apabila dalam penggunaannya tidak ada penyesuaian sebelumnya. Penerapan teknologi tersebut dapat menurunkan produktivitas dari usaha, yang pada awalnya diharapkan mampu meningkatkan efisiensi usaha. 2. Risiko harga atau pasar Risiko pasar atau pasar meliputi risiko harga output dan input pertanian. Umumnya, kegiatan produksi pertanian mengalami proses yang cukup lama. Sementara, pasar cenderung memiliki sifat kompleks dan dinamis. Oleh karena itu, pada saat panen belum tentu petani yang memperoleh harga jual produk sesuai dengan yang diharapkan. Begitu pula dengan harga input yang cenderung berfluktuasi sehingga mempengaruhi komponen biaya pada kegiatan produksi. 3. Risiko institusi Risiko institusi berhubungan dengan kebijakan dari pemerintah yang mempengaruhi sektor pertanian. Sebagai contoh, kebijakan dari pemerintah untuk memberikan atau mengurangi subsidi dari harga input seperti harga pupuk pertanian akan berpengaruh terhadap komponen biaya kegiatan produksi pertanian. 4. Risiko finansial Risiko finansial yang dihadapi petani antara lain risiko yang terjadi pada saat petani melakukan peminjaman modal kepada institusi keuangan seperti bank. Risiko finansial ini terkait dengan tingkat suku bunga pinjaman (interest rate) yang memiliki kecendurungan berfluktuatif. Dalam analisis risiko, adanya fluktuasi produksi maupun harga dapat dianalisis menggunakan nilai variance. Salah satu model yang dapat mengakomodasi adanya fluktuasi atau variasi yaitu model Autoregressive Conditional Heteroskedasticity (ARCH). Model ini dikembangkan terutama untuk menjawab persoalan adanya volatilitas pada data ekonomi dan bisnis. Selanjutnya model ARCH dikembangkan kembali menjadi model GARCH yaitu singkatan 21

37 dari Generalized Autoregressive Condotional Heteroskedasticity dengan orde r dan orde m yang dinotasikan sebagai ε t ~ GARCH (r,m) (Firdaus 2006). Model GARCH secara khusus didesain untuk model varian dimana varian sebagai variabel dependen merupakan fungsi dari variabel dependen periode sebelumnya, dan atau variabel independen atau variabel eksogenous. Secara umum model GARCH dapat dituliskan sebagai berikut : y t = θ + y t-1 + ε t...(1) h t = к + δ r h t r + m ε 2 t m...(2) Dalam prakteknya model GARCH standar dengan ordo r =1 dan m = 1 sering digunakan. Model GARCH (1,1) dapat dituliskan sebagai berikut : h t = к + δh t 1 + ε 2 t -1...(3) Dimana : h t = Varian eror pada periode t δh t 1 = Varian pada periode sebelumnya ε 2 t-1 = Volatilitas sebelumnya к, δ, α, = Parameter estimasi Persamaan pada model GARCH (1,1) menunjukkan bahwa varian eror pada periode t (h t ) ditentukan oleh varian periode sebelumnya (δh t 1 ) dan volatilitas periode sebelumnya (ε 2 t-1). Model ini menggunakan asumsi bahwa jika h t non negative maka к, α, β juga non negative. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi risiko pada periode sebelumnya maka risiko pada periode tertentu akan semakin tinggi pula. Dalam menghadapi risiko setiap pelaku bisnis atau usaha mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Perilaku individu dalam menghadapi risiko ini dapat dibedakan menjadi tiga karakteristik yakni risk averter, risk neutral, dan risk taker. Perilaku individu dalam menghadapi risiko dapat dijelaskan berdasarkan teori utilitas seperti terlihat pada Gambar 4. 22

38 Expected Return U 1 Risk Averter U 2 Risk Neutral U 3 Risk Taker/Lover variance return Gambar 4. Hubungan Antara Variance Return dan Expected Return Sumber: Debertin (1986) Gambar 4 menunjukkan hubungan antara variance return, dan expected return. Variance return merupakan ukuran tingkat risiko, sedangakan expected return merupakan tingkat kepuasan para pembuat keputusan. Perilaku individu atau pembuat keputusan dalam menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori sebagai berikut : 1. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (Risk Averter) yaitu perilaku individu yang takut terhadap risiko, dan cenderung akan menghindari risiko. Pada Gambar 1 menunjukkan jika U 1 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan, maka dengan adanya kenaikan variance return yang merupakan ukuran tingkat risiko akan diimbangi dengan menaikkan return yang diharapkan. 2. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (Risk Neutral) menunjukkan jika U 2 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya kenaikan variance return yang merupakan ukuran tingkat risiko tidak akan diimbangi menaikkan return yang diharapkan. Artinya, jika varian return semakin tinggi, maka expected return akan tetap. 3. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (Risk Taker/Lover) menunjukkan jika U3 diasumsikan kurva isoutiliti pembuat keputusan maka adanya kenaikan variance return akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediaanya menerima return yang diharapkan lebih 23

39 rendah. Risk Lover cenderung menganggap risiko sebagai suatu hal yang tidak perlu dikhawatirkan Konsep Penawaran Komoditas Pertanian Penawaran adalah jumlah barang yang tersedia yang dapat dijual oleh para penjual (Mankiw 2000). Menurut Nicholson (1991) penawaran suatu komoditas pertanian tidak hanya dipengaruhi oleh aspek produksi tetapi juga dipengaruhi oleh aspek harga. Kurva penawaran adalah kurva yang menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang ditawarkan oleh perusahaan dengan harga barang tersebut. Pengaruh perubahan harga komoditas itu sendiri terhadap kuantitas yang ditawarkan akan mengakibatkan pergerakan kurva sepanjang kurva penawaran (Mankiw 2000). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5. P S Gambar 5. Pergerakan Kurva Penawaran Akibat Pengaruh Perubahan Harga Komoditas itu Sendiri Sumber : Nicholson (1991) Q Disamping adanya pergerakan kurva penawaran akibat adanya perubahan harga produk, kurva penawaran juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti adanya peningkatan teknologi, perubahan harga input produksi, jumlah produsen, harga produk lain dan harapan produsen di masa mendatang. Faktor-faktor tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran kurva penawaran. Pergeseren kurva penawaran ke kanan terjadi apabila pada setiap tingkat harga lebih banyak jumlah yang ditawarkan daripada sebelumnya. Sementara itu pergeseran kurva penawaran 24

40 ke kiri akan terjadi apabila pada setiap tingkat harga lebih sedikit jumlah yang ditawarkan daripada sebelumnya (Lipsey et al. 1995). P S P 1 S 1 P 2 D Q Gambar 6. Pergeseran Kurva Penawaran Suatu Produk Sumber : Nicholson (1991) Q 1 Hukum penawaran menyatakan bahwa dengan mengganggap hal lainnya cateris paribus, jumlah komoditas yang ditawarkan akan meningkat apabila harga komoditas tersebut juga meningkat. Jadi, berdasarkan hukum penawaran tersebut, kuantitas komoditas yang ditawarkan juga merupakan fungsi dari harga komoditas tersebut. Disamping itu, kurva penawaran juga dipengaruhi kombinasi input dengan tingkat output serta perilaku perusahaan dalam memilih input yang ditentukan oleh harga output dan harga input. Kombinasi tersebut berpengaruh pada tujuan perusahaan memaksimalkan keuntungan sehingga fungsi produksi dapat dirumuskan sebagai berikut (Debertin 1986). Q = f ( x 1, x 2, )...(4) Dimana : Q = Jumlah yang diproduksi x i = Jumlah input, untuk i = 1, 2 Apabila diasumsikan pasar output dan input yang dihadapi perusahaan adalah persaingan sempurna dan yang menjadi kendala adalah anggaran yang terbatas, maka fungsi kendala anggaran dapat dituliskan sebagai berikut : Q 2 25

41 C = r 1 x 1 + r 2 x 2...(5) Dimana : r i = harga input, untuk i = 1,2 C = Anggaran perusahaan Dengan tujuan perusahaan yang memaksimalkan keuntungan maka dengan adanya kendala anggaran dalam penyelesaiannya digunakan fungsi lagrangian berikut (Debertin 1986). L = Pf ( x 1, x 2 ) + λ (C - r 1 x 1 - r 2 x 2 )...(6) Dari persamaan di atas maka diturunkan menjadi L/ x 1 = Pf 1 λ r 1 = 0 atau Pf 1 = λ r 1...(7) L/ x 2 = Pf 2 λ r 2 = 0 atau Pf 2 = λ r 2...(8) L/ λ = C - r 1 x 1 - r 2 x 2 = 0...(9) Dimana : P = harga produk Dari persamaan (8) dan (9) diperoleh bahwa f 1 / f 2 = r 1 / r 2...(10) Q/ x 1 Q/ x 2 = r 1 / r 2...(11) x 2 / x 1 = r 1 / r 2...(12) Dari hasil di atas maka diperoleh fungsi penawaran yang merupakan fungsi dari harga input dan harga output. Fugsi penwaran tersebut adalah sebagai berikut : Q* = q* (r 1, r 2, p)...(13) Teori penawaran yang dikemukakan Nicholson (1991), Lipsey et al. (1995) dan Hyman (1996) menyebutkan bahwa jumlah penawaran produk suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 26

42 1. Teknologi Tingkat teknologi memegang peranan penting di dalam menentukan banyaknya jumlah komoditas yang ditawarkan. Kemajuan teknologi mampu mengurangi biaya produksi, meningkatkan produktivitas, meningkatkan kualitas komoditas itu sendiri. Dalam hubungannya dengan penawaran, kemajuan teknologi ini dapat menimbulkan dua akibat yaitu pertama produksi dapat ditambah dengan cepat dan kedua biaya produksi dapat dikurangi sehingga keuntungan dapat meningkat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemajuan teknologi cenderung akan menimbulkan kenaikan penawaran. 2. Harga input produksi Pembayaran terhadap input produksi merupakan pengeluaran yang sangat penting di dalam proses produksi berbagai perusahaan. Terjadinya kenaikan harga input produksi, cateris paribus, maka mengakibatkan laba yang diperoleh perusahaan akan berkurang. Perusahaan akan mengurangi produksinya pada setiap tingkat harga, karena laba yang diperoleh dalam menggunakan faktor produksi itu semakin berkurang. 3. Jumlah Produsen Adanya rangsangan harga komoditi pertanian tertentu, banyak orang akan cenderung mengusahakan tanaman tersebut. Akibatnya adalah produksi atau barang yang ditawarkan akan menjadi bertambah. 4. Harapan produsen di masa mendatang Di dalam teori ekonomi dimisalkan suatu perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimumkan keuntungan. Pemisalan ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak akan berusaha menggunakan kapasitas produksinya secara maksimal, tetapi akan menggunakannya pada kapasitas yang memaksimalkan keuntungan. Dalam kenyataannya banyak perusahaan yang memiliki tujuan lain, seperti perusahaan yang tidak mau menanggung risiko sehingga akan melakukan kegiatan yang lebih aman walaupun keuntungan yang diperolehnya relatif kecil. Perbedaan tujuan masing masing perusahaan ini yang akan menberikan pengaruh yang berbeda pada penentuan tingkat produksi. Dengan 27

43 demikian penawaran akan suatu komoditas akan berbeda tergantung pada tujuan yang ingin dicapai perusahaan. 5. Harga produk lain Seperti yang dikemukakan Slameto (2003) efek kompetitif merupakan konsep yang terkandung dalam penawaran suatu komoditas. Apabila terjadi penurunan harga komoditas akan mengakibatkan produsen mengganti tanamannya dengan tanaman lain yang menjadi kompetitornya. Dan sebaliknya apabila terjadi kenaikan harga komoditas maka akan memotivasi produsen untuk memperluas areal penanamannya atau meningkatkan produktivitas komoditas tersebut. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Apel merupakan komoditas buah dengan nilai impor yang paling besar dibandingkan dengan komoditas buah lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya produksi buah apel Indonesia, atau karena kualitas dari apel yang dihasilkan Indonesia masih kalah dengan apel impor sehingga apel lokal kurang diminati oleh konsumen. Harga apel yang berfluktuatif di Indonesia menyebabkan ketidakpastian penerimaan yang diperoleh produsen yang membudidayakan buah ini. Fluktuasi harga apel pada dasarnya disebabkan adanya ketidakseimbangan antara jumlah permintaan dengan jumlah buah yang ditawarkan di pasar. Penawaran dan permintaan merupakan kekuatan yang secara simultan berpengaruh terhadap pembentukan harga suatu komoditas. Seperti halnya yang terjadi di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adanya fluktuasi harga apel merupakan indikasi adanya risiko harga yang dihadapi oleh perusahaan tersebut. Tingkat risiko harga dapat dianalisis secara kuantitatif maupun kualitatif. Penilaian secara kuantitatif dapat dianalisis menggunakan model ARCH-GARCH dan perhitungan Value at Risk (VaR). Analisis secara kualitatif dapat dilakukan melalui pendekatan deskriptif berupa wawancara dan diskusi langsung dengan pihak berkepentingan. Sumber risiko yang dihadapi berasal dari aspek produksi apel itu sendiri, seperti yang diketahui bahwa budidaya apel sangat dipengaruhi oleh alam yang kejadian di luar kendali para pelaku usaha sehingga mengakibatkan fluktuasi penawaran apel. Selain itu harga apel periode 28

44 sebelumnya juga merupakan variabel yang mempengaruhi harga apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Risiko harga ini diduga berpengaruh terhadap penawaran buah apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Selain risiko harga, perusahaan juga mengahadapi risiko produksi pada tanaman apel. Penawaran apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dijelaskan dengan menggunakan model analisis regresi berganda. Selain faktor risiko harga dan risiko produksi, pada penelitian ini penawaran apel juga diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti harga input yaitu obat-obatan dan upah tenaga kerja. Disamping itu variabel harga komoditas buah lain seperti jeruk, jambu, buah naga dan strawberi serta harapan produsen terhadap harga produksi di masa yang akan datang. Berdasarkan teori penawaran variabel ekspektasi atau harapan produsen terhadap harga diduga berpengaruh positif terhadap penawaran buah apel. Sehingga apabila terjadi kenaikan ekspektasi harga maka perusahaan akan berusaha meningkatkan penawaran buah apel. Hal tersebut disebabkan semakin besar harapan produsen akan harga maka motivasi untuk meningkatkan penawaran apel akan semakin tinggi pula. Peningkatan penawaran ini dapat melalui perluasan areal tanam atau upaya peningkatan produktivitas tanaman. Hipotesis ini juga berlaku untuk variabel ekspektasi produksi apel. Risiko harga diduga berpengaruh negatif terhadap penawaran apel. Sebagian pengusaha di Indonesia memiliki perilaku yang menghindari risiko sehingga apabila risiko harga yang dihadapi semakin besar maka perusahaan akan cenderung mengurangi penawaran apel. Hipotesi ini juga berlaku untuk variabel risiko produksi, semakin tinggi risiko produksi yang dihadapi perusahaan maka perusahaan tidak akan membudidayakan komoditas tersebut. Variabel harga input produksi apel dapat berupa bibit, tenaga kerja, pupuk, obat-obatan atau pestisida, namun dalam penelitian ini hanya dimasukkan variabel upah tenaga kerja dan harga obat-obatan atau pestisida. Hal tersebut disebabkan adanya faktor kendala pada data yang diperoleh sehingga tidak menggunakan variabel harga bibit dan harga pupuk sebagai variabel penjelas penawaran buah apel. Selain itu, berdasarkan pengamatan di lapangan tanaman apel merupakan tanaman yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit serta 29

45 membutuhkan perawatan secara kontinu. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini memasukkan variabel harga obat-obatan dan upah tenaga kerja sebagai variabel yang diduga berpengaruh terhadap penawaran apel, karena intensitas penggunaan serta biaya yang dikeluarkan untuk kedua variabel ini relatif besar dibandingkn variabel input lainnya. Variabel harga obat-obatan diduga berpengaruh negatif terhadap penawaran apel perusahaan. Dampak kenaikan harga obat-obatan, maka perusahaan akan cenderung mengurangi penggunaan obat-obatan atau pestisida. Tanaman apel sendiri merupakan tanaman buah yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Adanya pengurangan pengunaan obat-obatan akan menyebabkan serangan hama dan penyakit semakin meningkat sehingga produktivitas tanaman apel mengalami penurunan. Variabel upah tenaga kerja juga diduga berpengaruh negatif terhadap penawaran apel. Kenaikan upah tenaga kerja menyebabkan perusahaan mengurangi penggunaan tenaga kerja. Pengurangan tenaga kerja dapat menurunkan produktivitas tanaman apel. Penurunan produktivitas disebabkan tanaman apel membutuhkan perawatan dan pemeliharaan secara kontinu sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit dan memiliki keterampilan serta ketelitian. Variabel harga komoditas lain seperti buah jambu, buah jeruk, buah naga dan buah strawberi diduga berpengaruh negatif terhadap penawaran apel, karena berdasarkan teori penawaran dinyatakan bahwa kenaikan harga komoditas buah lain akan diimbangi perusahaan untuk meningkatkan penawaran komoditas tersebut. Oleh karena itu, jika harga buah lain mengalami peningkatan maka perusahaan akan mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya untuk meningkatkan penawaran buah tersebut sehingga penawaran buah apel akan mengalami penurunan. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 7. 30

46 Variabel yang Berpengaruh terhadap Penawaran Apel : Ekspektasi Harga Apel Harga Obat- Obatan Upah Tenaga Kerja Ekspektasi Produksi Apel Harga Jeruk Harga Jambu Harga Buah Naga Harga Strawberi Risiko pada Budidaya Apel Risiko Produksi Apel Penawaran Apel Risiko Harga Apel Harga Apel Periode Sebelumnya Gambar 7. Kerangka Pemikiran Operasional 31

47 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian mengenai risiko harga dan perilaku penawaran apel dilakukan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang beralamat di Jalan Abdul Gani Atas, Kelurahan Ngaglik, Batu 19 km dari Kota Malang. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan satu-satunya perusahaan yang membudidayakan apel di Kota Batu. Penelitian dilakukan pada bulan April-Mei 2010 kemudian dilanjutkan pada bulan Juli Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan dan sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan Manager Budidaya Tanaman Tahunan, Manager Trading, dan Manager Marketing Wisata. Wawancara tersebut dilakukan untuk mengetahui gambaran umum perusahaan, proses pembudidayaan dan pemasaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Data sekunder merupakan data pelengkap yang bersumber dari literaturliteratur yang relevan. Data sekunder yang digunakan berupa publikasi instansiinstansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Departemen Pertanian RI, Pemerintah Daerah Kota Batu, Dinas Pertanian Kota Batu, Pusat Kajian Buah Jeruk dan Subtropis dan instansi lain yang terkait dengan penelitian. Data sekunder untuk perhitungan risiko harga apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah data time series harian harga dan jumlah penawaran bulan Januari 2009 hingga April 2010 sedangkan untuk perhitungan penawaran apel digunakan data time series produksi bulanan pada Laporan Manajemen PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya bulan Januari 2006 hingga April Metode Pengumpulan Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga harian komoditas apel pada Januari 2009-April 2010 berjumlah 485 data. Data tersebut diperoleh berdasarkan catatan harga apel pada kantor Sub Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan metode wawancara, observasi dan diskusi. Wawancara dan diskusi 32

48 dilakukan dengan beberapa manager dan pegawai PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya mengenai proses budidaya, kondisi pasar, dan fluktuasi harga komoditi yang dikaji. Metode observasi dilakukan melalui pencatatan langsung kondisi perusahaan. 4.4 Pengolahan dan Analisis Data Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Seacara Kuantitatif perhitungan risiko harga apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dijelaskan dengan menggunakan model ARCH-GARCH dengan bantuan software Eviews 4.1. Model ARCH-GARCH merupakan model yang memperhitungkan adanya heteroskedastisitas dalam analisis deret waktu. Model ini digunakan untuk meramalkan volatilitas pada periode selanjutnya. Volatilitas hasil peramalan akan digunakan untuk mengukur besarnya risiko harga apel dengan menggunakan perhitungan VaR (Value at Risk). Penawaran apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dijelaskan dengan menggunakan model regresi linier berganda dengan bantuan software Minitab 14. Model regresi linier berganda digunakan karena dapat secara sederhana menggambarkan perilaku penawaran buah apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Analisis secara kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif berupa wawancara dan diskusi langsung dengan pihak berkepentingan Analisis Risiko Harga Apel (Model ARCH-GARCH) 1. Tahap Identifikasi Model ARCH-GARCH Dalam analisis ARCH-GARCH tahap awal pemodelan yaitu dengan mengidentifikasi apakah data mengandung heteroskedastisitas. Tahap identifikasi ini dapat dilakukan dengan cara mengamati ringkasan statistik dari data. Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu pertama dengan melihat nilai kurtosis data. Apabila nilai kurtosis data lebih dari tiga, maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut mengandung heteroskedastisitas (Davidson and MacKinnon 2004, diacu dalam Firdaus 2006). Cara yang lebih terkuantifikasi adalah menggunakan Uji ARCH-LM dengan didasarkan pada hipotesis nol yaitu tidak terdapatnya ARCH error. 33

49 2. Estimasi Model ARCH-GARCH Tahap selanjutnya adalah estimasi model ARCH-GARCH dengan membangun model dan mengestimasi parameter dugaan untuk menentukan model ARCH-GARCH terbaik. Penentuan parameter dugaan melalui metode kemungkinan maksimum secara iteratif. Melalui penggunaan sofware Eviews 4.1, estimasi nilai-nilai parameter ini dapat dilakukan. Model ARCH-GARCH terbaik adalah model yang memiliki ukuran kebaikan yang besar dan koefisien yang nyata. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur kebaikan model adalah dengan melihat nilai AIC (Akaike Information Criterion) yang dapat dihitung melalui formula berikut : AIC = Ln (MSE) + 2*K/N Keterangan : MSE = Mean Squared Error K = jumlah parameter yang diestimasi n = jumlah observasi AIC merupakan kriteria yang menyediakan ukuran informasi yang dapat menyeimbangkan ukuran kebaikan model dan spesifikasi model. Model terbaik dipilih berdasarkan nilai AIC yang terkecil dengan memperhatikan signifikansi parameter yang diestimasi (Enders 2004 dan Verbeek 2004, diacu dalam Firdaus 2006) 3. Tahap Pemeriksaan Model ARCH-GARCH Untuk memastikan bahwa apakah model yang diperoleh sudah memadai maka dilakukan pemeriksaan model. Apabila ternyata model yang ditemukan tidak memenuhi kriteria maka dilakukan tahap identifikasi model kembali. Pemerikasaan model memperhatikan beberapa indikator yaitu apakah residual sudah terdistribusi dengan normal, yaitu keacakan residual yang dilihat dari fungsi autokorelasi dan kuadrat residual dan pengujian efek ARCH dari residual. 4. Peramalan Tingkat Risiko Harga Apel Setelah model terbaik diperoleh langkah selanjutnya adalah meramalkan ragam periode mendatang. Hasil peramalan ini digunakan untuk menghitung nilai VaR. Dalam model ARCH-GARCH, varian residual data runtut waktu tidak hanya dipengaruhi oleh variabel independen, tetapi juga dipengaruhi oleh residual 34

50 variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini persamaan model ARCH-GARCH harga apel didefinisikan sebagai berikut : LnP t = Ln к + Ln P t-1 + Ln S + ε...(15) ht = к + δ 1 h t-1 + δ 2 h t δ r h t-r + α 1 ε 2 t-1 + α 2 ε 2 t α m ε 2 t-m...(16) Dimana : P t = Harga apel pada periode ke t P t-1 = Harga apel pada periode sebelumnya к = Konstanta S = Jumlah penawaran apel ht = varian pada waktu ke t h t-r = Suku GARCH / varian pada periode sebelumnya ε 2 t-m = Suku ARCH / volatilitas pada periode sebelumnya δ 2, δ 2,... δ r = Koefisien orde r yang diestimasikan α 1, α 2,... α m = Koefisien orde m yang diestimasikan Kemudian dari model persamaan harga apel tersebut apakah residual terbebas dari autokorelasi. Autokorelasi mengindikasikan masih adanya efek ARCH atau data masih mengandung heteroskedastisitas atau tidak. Untuk melihat ada tidaknya efek ARCH dapat diuji dengan menggunakan uji White Heteroscedasticity Perhitungan VaR (Value at Risk) VaR merupakan ukuran besaran risiko yang pada saat ini dapat dianggap sebagai metode standar di dalam mengukur risiko pasar (market risk). VaR dapat diartikan juga sebagai kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu/periode tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penghitungan risiko harga apel dilakukan dengan menggunakan pendekatan pendapatan dari usahatani apel yang diperoleh oleh PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dalam waktu sebulan. Menurut Jorion (2002) rumus yang digunakan dalam perhitungan VaR adalah sebagai berikut : VaR = (σ t+1 x b ) x Zα x W 35

51 Keterangan : VaR = Besarnya risiko harga apel b = Periode penjualan apel Zα = Titik kritis dalam table Z dengan alfa 5% yaitu 1,675 W = Besarnya penerimaan usaha budidaya apel periode satu tahun σ t+1 = Volatilitas harga apel yang akan datang dimana σ t = h t Analisis Penawaran Apel Analisis regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis perilaku penawaran buah apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Teori penawaran menjelaskan bahwa penawaran suatu komoditas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu teknologi, harga input, harga produk yang lain, jumlah produsen, dan harapan produsen terhadap harga produksi di masa yang akan datang. Faktor faktor yang mempengaruhi penawaran buah apel yang digunakan sebagai variabel independen dalam penelitian ini meliputi : 1. Ekspektasi harga apel 2. Varian harga apel 3. Harga obat-obatan 4. Upah tenaga kerja 5. Ekspektasi produksi apel 6. Varian produksi apel 7. Harga jeruk 8. Harga jambu 9. Harga buah naga 10. Harga strawberi Selanjutnya setelah menentukan variabel independen maka disusun suatu model untuk menduga hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang akan dianalisis, yang dalam penelitian ini digunakan analisis regresi linier berganda. Secara matematis model tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f ( X 1, X 2,..., X n )...(17) Y = a 0 + a 1 X 1 + a 2 X 2 + a 3 X 3 + a 4 X 4 + a 5 X 5 + a 6 X 6 +a 7 X 7 + a 8 X 8 + a 9 X 9 + a 10 X 10 + e...(18) 36

52 Dengan hipotesis : a 1, a 5, > 0 a 2, a 3, a 4, a 6, a 7, a 8, a 9, a 10 < 0 Dimana : Y = Jumlah penawaran apel di Divisi Trading a 0 = Intersep a j = Dugaan bagi parameter koefisien ke j, dimana j = 1,2,...10 X 1 = Ekspektasi harga apel (Rp/Kg) X 2 = Varian harga apel X 3 = Harga Obat Obatan (Rp) X 4 = Upah tenaga kerja (Rp/Bulan) X 5 = Ekspektasi produksi apel (Kg) X 6 = Varian produksi apel X 7 = Harga buah jeruk (Rp/Kg) X 8 = Harga buah jambu (Rp/kg) X 9 = Harga buah naga (Rp/kg) X 10 = Harga buah strawberi (Rp/kg) e = unsur galat atau error Model regresi yang dibentuk diduga dengan menggunakan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS) yang didasarkan pada beberapa asumsi seperti uji non multicollienearity, homoscedasticity, dan non autocorrelation. Uji non multicollienearity dapat dilihat melalui nilai VIF dari masing-masing variabel. Indikasi adannya multicollienearity apabila nilai VIF 10. Uji homoscedasticity dapat dilihat dengan uji Goldfeld Quandt, Uji Breusch Pagan, dan uji White. Sedangkan autocorrelation dapat dilihat dari nilai statistik dari uji Durbin Watson. Nilai statistik Durbin-Watson berada pada kisaran 0-4, apabila nilainya mendekati angka dua maka menunjukkan tidak ada autokorelasi pada orde kesatu (Juanda 2008) Pengujian terhadap Model Penduga Penawaran Apel Pengujian terhadap model yang dibentuk digunakan untuk mengetahui apakah model tersebut tepat dalam menduga parameter dan fungsi. Hipotesis yang digunakan adalah : Ho : a j = 0, H 1 : minimal ada satu a j 0 ; Untuk j = 1,2,3,...,k Uji statistik yang digunakan adalah uji F, dimana F hitung secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : 37

53 F hitung = R 2 / ( k -1) (1 R 2 ) / ( n k) Dimana : R 2 = Koefisien determinasi k = Jumlah parameter n = Jumlah pengamatan Dengan menggunakan kriteria uji : - Apabila F hitung > F tabel ( k -1, n k) maka tolak H 0 - Apabila F hitung < F tabel ( k -1, n k) maka terima H 0 Apabila H 0 ditolak maka terdapat paling sedikit satu variavel independen yang berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). Sebaliknya apabila H 0 diterima maka tidak ada variabel independen yang digunakan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen, dan model tersebut tidak dapat digunakan untuk penduga variabel dependen. Koefisien determinasi digunakan untuk melihat sejauh mana variasi variabel dependen (Y) mampu dijelaskan oleh variabel dependen (X). Secara matematis koefisien determinasi dapat dituliskan sebagai berikut : SSE R 2 = 1 - atau R 2 = SST SSR SST Dimana : SST = Jumlah kuadrat total SSE = Jumlah kuadrat galat atau error SSR = Jumlah kuadrat regresi Nilai R 2 berada pada interval ( 0 R 2 1 ), apabila nilai R 2 sama dengan satu maka total variasi dalam variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sama dengan seratus persen. Hal tersebut juga dapat diartikan bahwa model mampu menjelaskan seluruh variasi pada variabel dependen Pengujian Koefisien Regresi Model Penduga Penawaran Apel Pengujian koefisien regresi adalah untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan atau nyata terhadap variabel dependen. 38

54 Pengujian terhadap koefisien regresi dilakukan dengan melihat nilai t hitung. Adapun hipotesis yang digunakan adalah : Ho : a j = 0 H 1 : a j 0 ; untuk j = 1,2,...,k Uji statistik yang digunakan adalah uji t, secara matematis t hitung dapat dituliskan sebagai berikut : t hitung = a j S aj Dimana : a j = Nilai koefisien parameter S aj = Nilai standar error parameter Kriteria uji yang digunakan adalah : - Apabila t hitung > t tabel ( α, n-k ) maka tolak Ho - Apabila t hitung < t tabel ( α, n-k ) maka terima Ho Apabila tolak Ho maka variabel independen (X n ) berpengaruh nyata terhadap variabel dependen Y. Sebaliknya jika Ho diterima maka variabel independen (X j ) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen Y Definisi Operasional Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian mengenai risiko harga dan penawaran apel antara lain : 1. Nilai ekspektasi harga apel adalah nilai harapan perusahaan untuk harga apel yang dihasilkan dengan satuan rupiah/kg. Nilai ekspektasi ini diperoleh dari nilai pendapatan dibagi dengan jumlah produksi untuk data Data Rancangan Anggaran dan Pendapatan pada Laporan Manajemen PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. 2. Varian harga apel adalah nilai variasi dari harga apel yang dihasilkan oleh perusahaan dalam kurun waktu tertentu. 3. Harga obat-obatan adalah harga obat-obatan atau pestisida yang diperlukan dalam budidaya apel dengan satuan rupiah. 4. Upah tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk tenaga kerja pada budidaya apel rupiah/bulan. 39

55 5. Ekspektasi produksi apel adalah nilai harapan untuk produksi buah apel yang dihasilkan perusahaan dengan satuan kg. Nilai ekspektasi produksi diperoleh dari data produksi pada Rancangan Anggaran dan Pendapatan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. 6. Varian produksi apel adalah nilai variasi produksi apel yang terjadi pada kurun waktu tertentu. 7. Harga jeruk adalah harga komoditas jeruk yang merupakan komoditas buah selain apel yang juga dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dengan satuan rupiah/kg 8. Harga jambu adalah harga komoditas jambu yang merupakan komoditas buah selain apel yang juga dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dengan satuan rupiah/kg 9. Harga buah naga adalah harga komoditas buah naga yang merupakan komoditas buah selain apel yang juga dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dengan satuan rupiah/kg 10. Harga strawberi adalah harga komoditas strawberi yang merupakan komoditas buah selain apel yang juga dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dengan satuan rupiah/kg 40

56 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Letak Geografis dan Potensi Kota Batu Kota batu merupakan salah satu kota di provinsi Jawa Timur yang terbentuk tahun 2001 sebagai pecahan dari Kabupaten Malang. Sebelumnya wilayah Kota Batu merupakan bagian dari sub satuan wilayah pengembangan Malang Utara. Secara geografis Kota Batu terletak pada terletak pada posisi antara ,11" LS ,45" LS dan ,90" BT ,00" BT 1. Kota ini terletak 15 km sebelah barat Kota Malang, dan berada di jalur Malang, Kediri, dan Jombang dan memiliki luas sebesar 202,800 km 2 atau setara dengan 20,280 ha 2. Kota Batu berbatasan dengan beberapa kabupaten di Jawa Timur antara lain: Sebelah Selatan : Kecamatan Blitar dan Kabupaten Malang Sebelah Barat : Kabupaten Malang Sebelah Timur : Kabupaten Malang Sebelah Utara : Kabupaten Mojokerto dan Kabupaten Pasuruan Wilayah Kota Batu terbagi menjadi tiga kecamatan dan 23 desa atau kelurahan. Ketiga kecamatan tersebut antara lain : Kecamatan Batu dengan luas 46,377 km 2, Kecamatan Bumiaji dengan wilayah yang paling luas, yaitu sekitar 130,189 km 2, dan Kecamatan Junrejo dengan luas 26,234 km 2 3. Keadaan topografi Kota Batu memiliki dua karakteristik yang berbeda. Karakteristik pertama yaitu bagian sebelah utara dan barat yang merupakan daerah berbukit. Sedangkan karakteristik kedua, yaitu daerah timur dan selatan merupakan daerah yang relatif datar meskipun berada pada ketinggian m dari permukaan laut. Struktur tanah di Batu sangat cocok untuk pengembangan sektor pertanian, hal tersebut disebabkan jenis tanahnya merupakan endapan dari sederetan gunung yang mengelilingi Kota Batu. Selain itu ketersediaan air sangat baik, karena terdapat sumber-sumber air yang cukup potensial dan terdapat lima sungai yang keseluruhanya bermuara pada Sungai Brantas 4. 1 NN Sejarah pemerintahan Kota Batu. [Diakses 4 Okt 2010] 2 Loc.cit 3 Loc.cit 4 Loc.cit 41

57 Keadaan klimotologi Kota Batu memiliki suhu minimum C dan suhu maksimum C dengan kelembaban udara sekitar persen dan curah hujan rata-rata mm per tahun. Sebagian besar lahan di Kota batu dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan yaitu sebesar 34 persen. Rincian pemanfaatan lahan di Kota Batu antara lain pemukiman 1.568,757 ha, sawah irigasi 2.525,351 ha, sawah tadah hujan 92,009 ha, Tegal/Pekarangan 5.378,324 ha, kebun 6.576,459 ha, semak/belukar, 2.930,547 ha, dan pemanfaatan lainnya 181,166 ha atau dapat dilihat pada Gambar 9 5. Gambar 8. Persentase Pemanfaatan Lahan di Kota Batu Sumber : Publikasi Kota Batu 2010 ( Karena keadaan tersebut, Kota Batu sangat cocok untuk pengembangan berbagai komoditas tanaman pangan, hortikultura dan ternak sehingga Kota Batu mendapat sebutan sebagai Kota Agropolitan. Secara umum kontribusi sektor pertanian kota batu dalam menyusun Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tidak sebesar sektor perdagangan, hotel, dan restoran namun besarnya tenaga kerja yang bekerja pada sektor ini serta besarnya sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk menyokong pembangunan menyebabkan sektor pertanian merupakan sektor 5 NN Sejarah pemerintahan Kota Batu. [Diakses 4 Okt 2010] 42

58 penting bagi Kota Batu. Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Batu pada tahun 2008 yaitu sebesar 19,58 persen (BPS Kota Batu 2010). Komoditas hortikultura yang berhasil dikembangkan di Kota Batu dan menjadi ikon dari kota ini adalah buah apel. Namun dalam perkembangannya produktivitas tanaman batu semakin menurun seperti yang terlihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Jumlah, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Apel di Kota Batu Tahun Tahun Jumlah Tanaman (Juta Pohon) % Jumlah Tanaman Produktif (Juta Pohon) % Produksi (Ton) % Produktivitas (Kg/ Pohon) ,60-2, , ,52 (3,12) 2,10 (4,66) ,61 29, ,53 0,12 2,40 14, ,51 29, ,69 6,48 1,59 (33,55) (39,08) 27, ,64 (2,03) 2,39 49, (6,21) 17,05 Sumber : Dinas Pertanian Kota Batu 2010 Pada tahun 2005 produktivitas apel sebesar 28 kg/pohon dan meningkat menjadi 29,70 kg/pohon pada tahun 2006 atau meningkat sebesar 6,07 persen. Namun mengalami penurunan pada tahun 2008 yaitu menjadi 27,20 kg/pohon dan menurun kembali pada tahun 2009 menjadi 17,05 kg/pohon. Penurunan produktivitas apel Batu disebabkan para petani enggan melakukan peremajaan terhadap tanaman apel, sehingga tanaman apel yang berusia tua masih tetap dipaksa untuk berproduksi. Selain itu zat-zat kimia dari pupuk maupun pestisida yang terkandung di dalam tanah semakin tinggi, hal ini menyebabkan tanah menjadi tidak subur sehingga produktifitas tanaman apel juga ikut menurun 6. Selain sebagai kota agropolitan, Kota Batu juga terkenal sebagai kota wisata. Kota Batu merupakan salah satu daerah yang dikelilingi oleh pengunungan yang ada di wilayah Jawa Timur, yang secara geografis merupakan daerah tropis. Kota Batu memiliki beberapa daerah wisata pegunungan atau wisata alam seperti air panas, air terjun, bumi perkemahan dan lain-lain. Selain itu Kota Batu juga banyak terdapat wisata buatan. Kota Batu merupakan tujuan 6 Rakhmad P Waduh! Lahan Apel Batu Mulai Menyusut. [Diakses 28 Januari 2010] 43

59 utama wisatawan baik manca maupun domestik di daerah Jawa Timur. Akibat keindahan alamnya, Kota Batu mendapat julukan "Kota Sejuta Pesona Keindahan" Kota Batu juga pernah dujuluki " De Kleine Switzerland" atau Swiss kecil di pulau Jawa. Kota Batu mempunyai banyak potensi wisata menawan, antara lain seperti lembah songgoriti, Wisata Wana, Selecta, Wisata Desa Bunga, Jawa Timur Park, Wisata Bangunan Kuno, Wisata Agro dan wisata lainnya. 5.2 Sejarah PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan salah satu bentuk usaha agribisnis yang secara harfiah dapat diartikan sebagai salah satu bentuk usaha yang menonjolkan usaha pertanian sebagai ciri khas yang kuat sekaligus mendukung fungsinya sebagai tempat wisata. Perusahaan ini mulai berdiri pada tahun 1989 dengan nama PT Panderman Indera Jaya, yang kemudian pada tanggal 21 Mei 1990 berganti nama menjadi PT Kusuma Satria Dinasari Wisata Jaya. Perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga yang berdasarkan akta notaris No. 50 berbentuk Perseroan Terbatas dengan SIUP : 91-92/13-24/PM/VII/97/P.I. Perusahaan ini dimiliki oleh Ir. Edy Antoro, seorang sarjana Agronomi, Universitas Negeri Jember. Beliau pernah bekerja sebagai sinder di Perkebunan Kopi PT Perkebunan XXVI ( sekarang PTPN XII di daerah Ijen, Bondowoso) sebelum akhirnya mendirikan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Berawal dari kebun apel seluas empat hektar, pada tahun 1989, Edy Antoro mengawali usahanya dibidang Agrowisata. Waktu itu tidak terpikirkan akan membuka usaha semacam itu, yang terpikirkan hanyalah bagaimana menanam apel agar hasilnya baik didasarkan pada pengalaman bekerja di perkebunan kopi PT Perkebunan XXVI di daerah Ijen, Bondowoso. Beliau sangat menguasai hal-hal yang berkaitan dengan masalah budidaya tanaman, meskipun jenis tanamannya berbeda. Hasil dari panen pertama buah apel ternyata sangat baik, namun pada saat itu harga buah apel di pasaran sangat rendah akibat adanya panen raya. Oleh karena itu hasil panen pertama tersebut dibawa ke Surabaya dengan harapan harga yang diperoleh jauh lebih baik. Apel tersebut dia tawarkan ke kios-kios mewah, pedagang apel, dan juga pengepul yang ada di Surabaya. Namun buah apel 44

60 tersebut ditawar atau dihargai lebih rendah dari pada harga apel di tingkat pengepul di Batu, padahal kualitas buah apel hasil panen tersebut jauh lebih baik dari buah apel yang dijual oleh pedagang di Batu sendiri. Pedagang di Surabaya tersebut lebih memilih menjual buah-buahan impor, termasuk apel. Kendala-kendala yang terjadi di bidang pemasaran tersebut yang mencetuskan ide untuk mendirikan sebuah Agrowisata. Pada saat itu pengunjung hanya dibebani biaya sebesar rupiah per orang untuk dapat memetik buah apel sendiri dan memakan buah tersebut sepuasnya. Menurut keterangan pemilik perusahaan dengan harga tersebut, beliau sudah mendapatkan keuntungan sebesar 600 rupiah per kilogram karena harga apel di pasaran rupiah. Sementara itu apabila pengunjung memetik dam memakan apel sepuasnya dapat diperkirakan setiap orangnya hanya akan mampu menghabiskan lima buah apel yang setara dengan satu kilogram buah apel. Apabila pengunjung ingin membawa pulang buah apel, maka buah tersebut harus ditimbang terlebih dahulu dan dikenakan harga sebesar rupiah per kilogramnya. Pada tahun 1992 perusahaan mulai membangun cottage sebanyak 16 kamar dan memperluas arealnya menjadi delapan hektar untuk ditanami apel dan selebihnya ditanami jeruk. PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya mulai diresmikan dan dioperasikan sebagai kawasan wisata untuk umum dan fasilitas bagi tamu cottage PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya pada tanggal 21 Mei Tahun berikutnya perusahaan menambah kamar cottage menjadi 66 buah dan fasilitas lainnya yaitu kolam renang, restoran, dan ruang pertemuan. Kemudian pada tahun 1994 jumlah kamar bertambah menjadi 84 buah dan pada tahun 1995 dibangun hotel berlantai tiga sehingga total kamar menjadi 152 kamar. Selain itu, fasilitas lai juga ditambah separti lobi, tiga buah restoran, delapan buah ruang pertemuan, dan dua lapangan tenis. Untuk menambah fasilitas objek agrowisata, tahun 1996 dibangun rumah kaca untuk tanaman hias dan kebun kopi jenis Arabika Kate yang genjah seluas sembilan hektar. Selanjutnya tahun 1997 perusahaan juga melebarkan usaha ke bidang estate dan travel. Periode tahun perusahaan menambah jenis tanaman untuk agrowisata yaitu strawberi dan menambah jumlah green house untuk sayuran dan jenis tanaman hidroponik lainnya. Seiring dengan 45

61 perkembangannya pada tahun yang sama dibangun home industry pengolahan buah apel. Tujuan didirikannya industri pengolahan ini adalah untuk menutupi tingginya biaya produksi serta memanfaatkan dan mengefisienkan buah apel kualitas rendah atau buah apel yang rusak. Tahun 2002, peralatan yang digunakan dalam industri pengolahan tersebut telah semi modern yaitu menggunakan boiler. Produk yang dihasilkan pada industri pengolahan tersebut telah menjangkau daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jakarta, dan Bali. Pada tahun yang sama PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya juga mendirikan Klinik Agribisnis sebagai pusat kajian agribisnis yang memiliki tujuan memberdayakan khususnya petani Indonesia dan dunia agribisnis di tanah air pada umumnya. Program-program dari Klinik Agribisnis antara lain mengadakan pelatiahan-pelatihan (training), studi banding, seminar, kajian-kajian dan memasyarakatkan agrowisata di masyarakat dengan membuat paket-paket wisata bekerjasama dengan biro-biro perjalanan dan travel. Pada tahun 2002 inilah Klinik Agribisnis mulai mengembangkan pertanian organik. Dan saat ini selain buah apel dan strawberi, perusahaan juga membudidayakan komoitas buah jeruk, jambu dan buah naga (Lampiran 33). Semua usaha dan aktivitas yang dirintis tersebut, diwadahi dalam sebuah badan hukum legal yaitu PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang saat ini merupakan holding dari beberapa perusahaan antara lain hotel, estate, travel, dan agrowisata. Total luas lahan yang dimiliki adalah 60 hektar, dengan jumlah karyawan tetap sebanyak 400 orang dan total seluruh karyawan termasuk karyawan harian lepas mencapai lebih dari 800 orang Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya telah memiliki suatu visi atau suatu pandangan ke depan yang hendak dicapai perusahaan. Visi yang dimiliki PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yaitu Mewujudkan perusahaan sebagai objek agrowisata yang bertumpu kepada agribisnis dan pariwisata dengan tetap melestarikan nilai-nilai budaya dan lingkungan hidup. Sedangkan misi yang merupakan deklarasi alasan keberadaan perusahaan yang membedakannya dengan perusahaan lain adalah : 46

62 1. Menciptakan iklim usaha yang mendukung kepada pemenuhan kebutuhan konsumen dalam pelayanan, fasilitas, sarana dan prasarana. 2. Menciptakan produk dan jasa yang inovatif secara kontinyu sesuai dengan perubahan pasar lokal dan pasar global. 3. Mengembangkan dan melestarikan citra produk perkebunan sebagai salah satu diferensiasi dominasi. 4. menciptakan dan mengembangkan produk-produk industri pengolahan hasil perkebunan sebagai pendukung perolehan pendapatan bagi perusahaan. PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya memiliki dua tujuan yang ingin dicapai yaitu : 1. Tujuan Umum Tujuan Agrowisata adalah ikut menyumbang devisa negara dari sektor non migas, membuka kesempatan berusaha dan lapangan kerja melalui pemanfaatan yang optimal potensi agrowisata sebagai salah satu tempat tujuan wisata. Selain itu agar pembangunan pertanian di masa yang akan datang sesuai dengan yang digariskan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara Tahun 1993, dengan mengacu hal tersebut maka tujuan umum dari PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani b. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha c. Mengisi dan memperluas pasar, baik pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. d. Menunjang perkembangan wilayah 2. Tujuan Khusus a. Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata b. Menciptakan iklim usaha yang baik pada pengusaha di bidang agro dan pariwisata di dalam menyelenggarakan dan pelayanan wisata c. Menciptakan pemasaran terpadu d. Mengamankan dan melestarikan citra produk perkebunan sebagai salah satu diversifikasi produk wisata. 47

63 e. Menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di kawasan usaha pertanian lainnya berupa akomodasi, pertokoan, souvenir, pemandu dan lainlain f. Memberikan nilai tambah bagi usaha pertanian berupa tambahan pendapatan dari adanya paket-paket wisata khusus, seperti jasa pelayanan akomodasi, makan dan minum Motto PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah We Serve Better Than The Other yaitu dengan menganjurkan para karyawan tiap divisi untuk bersikap ramah, berpakaina rapi, dan bertanggung jawab dengan tugas yang diembannya Sumber Daya Manusia (SDM) Tenaga kerja yang ada pada PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tidak mengalami banyak perubahan tiap tahunnya. Tenaga kerja sebagian besar berasal dari daerah sekitar Batu. Hal tersebut tidak terlepas dari tujuan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang ingin memberdayakan masyarakat sekitar perusahaan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam merekrut tenaga kerja, ada dua sistem yang digunakan yaitu 1. Atas dasar kebutuhan tenaga kerja 2. Gethok Tular, sistem bawaan dari pekerja yang terlebih dahulu bekerja di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Kedua sistem perekrutan tenaga kerja tersebut diterapkan pada pekerja di dalam kebun pada Departemen Teknik Budidaya. Selain itu saat ini telah dilaksanakan pembagian tenaga kerja yaitu tenaga kerja harian, bulanan, kontrak, dan musiman. Tenaga kerja harian terdiri dari tenga kerja harian tetap dan harian lepas. Tenaga kerja bulanan adalah tenaga kerja yang sudah diangkat menjadi karyawan dan mendapatkan gaji bulanan. Tenaga kerja kontrak adalah tenaga kerja yang dikontrak untuk pekerjaan tertentu dalam jangka waktu minimal satu tahun. Tenaga kerja musiman adalah tenaga kerja yang dibutuhkan hanya pada waktu tertentu saja, misalnya pemandu wisata dan budidaya tanaman. 48

64 5.3 Gambaran Budidaya Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Total Luas lahan yang dimiliki PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah 60 Ha. Luas kebun untuk kebun apel adalah 13,21 Ha, sisanya untuk kebun jeruk, jambu, strawbery, kopi dan buah naga. Pengelolaan kebun apel berada dibawah Divisi Budidaya Tanaman Tahunan Penyediaan Bibit Kualitas bibit yang baik merupakan harapan masa depan, artinya jika bibit apel berkualitas baik, pembudidaya dapat mengharapkan keuntungan usahatani apel tersebut pada masa depan (produktivitas tinggi dalam waktu yang cukup panjang, sekitar 35 tahun). Perbanyakan tanaman apel yang baik adalah secara vegetatif karena perbanyakan secara generatif selain banyak memkan waktu, sifatnya sering kali menyimpang dari induknya. Teknik perbanyakan vegetatif yang biasa digunakan adalah penempelan (okulasi) dan sambungan (grafting). Untuk bibit buah apel yang digunakan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah bibit dari hasil perbanyakan vegetatif dari batang tanaman apel liar. Bibit tersebut diperoleh dari Balai Penelitian Jeruk Dan Tanaman Subtropik (BALITJESTRO) Tlekung Batu dengan harga satu buah bibit sekitar Rp Varietas yang ditanam di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya ada empat jenis yaitu Manalagi, Anna, Rome Beauty, dan Wanglin Persiapan Lahan dan Penanaman Persiapan lahan perlu dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan tanaman akan zat-zat yang diperlukan seperti air, udara, dan hara lainnya guna mendapatkan produksi dan kualitas buah yang baik. Tanaman apel sendiri dapat dibudidayakan baik di tanah sawah maupun tanah tegal. PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya membudidayakan tanaman apel di lahan tegal hal tersebut didasarkan pada tujuan utama pembudidayan tersebut untuk diusahakan menjadi tempat wisata petik. Jarak tanam disarankan tidak terlalu rapat, karena pertanaman akan menjadi sangat rimbun. Apabila tajuk saling bersentuhan akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat, dan perkembangan penyakit cepat. Demikian juga untuk kegiatan wisata akan 49

65 terhambat karena para wisatawan kesulitan untuk melakukan kegiatan pemetikan apel. Disamping itu jarak tanam yang cukup dekat akan menyulitkan pemeliharaan (misalnya : penyemprotan). PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menetapkan jarak tanaman apel yang dibudidayakannya yaitu 3 x 2,5 meter, dengan pertimbangan jarak tersebut cukup ideal dalam pembudidayaan apel dengan tetap memaksimalkan lahan yang dimiliki Pengelolaan Tanaman Apel Di Indonesia, tanaman apel dapat dibuahkan dua kali dalam setahun. Pengelolaan tanaman apel dalam satu periode panen adalah sebagai berikut. Panen Perompesan Daun Pelengkungan Cabang Pecah Kuncup/Knop Bunga-Fruit set Pemangkasan Buah - panen Gambar 9. Diagram Alur pemeliharaan Tanaman Apel Setiap Periode Panen. Pengelolaan tanaman yang baik pada satu periode panen akan berpengaruh baik pula pada periode panen berikutnya. Demikian juga sebaliknya, pengelolaan tanaman yang buruk akan menurunkan produktivitas tanaman pada panen berikutnya. 50

66 5.3.4 Perompesan atau Pengguguran Daun Perompesan daun dilakukan untuk mematahkan masa dorman di daerah beriklim sedang. Perompesan ini dapat menstimulasi membukanya kuncup terminal dan lateral, kemudian diikuti dengan pembungaan sekitar satu bulan berikutnya. Di luar negeri seperti di Australia, Amerika, New Zealand dan Eropa teknik perompesan daun tidak dilakukan, karena di negara tersebut memiliki musum gugur. Pada musim gugur ini, daun apel akan berguguran secara alami, dan pada musim semi tunas-tunas akan tumbuh dan selanjutnya akan terjadi pembungaan. Indonesia yang beriklim tropis tidak mengenal adanya musim gugur, sehingga untuk memeahkan masa dormansi ditempuh cara pengguguran atau perompesan daun secara buatan. Perompesan ini dapat dilakukan dengan tangan atau dengan bahan kimia. Perompesan manual dengan menggunakan tangan dapat mengakibatkan meningkatnya biaya tenaga kerja dan juga dapat mengakibatkan luka yang memungkinkan tanaman menjadi peka terhadap serangan hama dan penyakit. Apabila dilakukan perompesan dengan bantuan bahan kimia, dosis yang digunakan harus tepat, karena konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan efek samping yang merugikan seperti tanaman menjadi kering. Zat kimia yang digunakan yaitu kombinasi antara UREA 10 persen dan Ethrel 5000 ppm yang diberikan satu minggu setelah panen sebanyak dua kali dengan selang waktu seminggu. Dengan perompesan daun ini, tanaman apel di Indonesia dapat dibuahkan dua kali dalam satu tahun, namun produktivitasnya tidak sama. Pada saat pembungaan terjadi pada musim penghujan, dapat dipastikan produktivitasnya menurun (banyak bunga yang gugur/persarian terganggu). Perompesan yang dilakukan pada bulan Juni sampai denga September dapat dipastikan hasilnya cukup baik karena pada saat pembungaan bertepatan dengan musim kemarau, seperti dapat dijelaskan pada gambar berikut. 51

67 Pn Rp Bng Pn Rp Bng Keterangan : Pn : Panen : Musim Penghujan Rp : Rompes : Musim Kemarau Bng : Bunga Gambar 10. Pola Pengaturan Pemeliharaan Tanaman Apel Perompesan daun yang dilakukan sebelum waktunya, yaitu pada saat tunas-tunasnya belum padat dan daun-daun di bawahnya belum tua benar, menyebabkan kebanyakan tunas tersebut akan tumbuh menjadi tunas vegetatif. Jika waktu perompesan daun tepat, sekitar satu bulan sesudahnya tunas-tunas padat akan berkembang menjadi tunas-tunas daun yang kemudian disusul dengan rangkaian bunga. Tanaman apel umur satu tahun sebenarnya sudah dapat dibuahkan hanya saja kualitasnya kurang baik. Oleh sebab itu, bunga yang timbul akibat perompesan daun sebaiknya dibuang, dan pengelolaan tanaman diarahkan pada dpembentukan percabangan. Tanaman Apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya biasanya akan dibuahkan apabila umur tanaman sudah mencapai 3,5 tahun dan akan memebrikan hasil yang baik ketika umur pohon telah lima tahun Pelengkungan Cabang Setelah dilakukan perompesan daun dan pemangkasan tunas, kegiatan selanjutnya adalah meratakan letak ketinggian tunas tunas lateral dengan cara melengkungkan cabang. Jika letak mata tunas lateral sama tingginya, maka tunas tersebut akan dapat tumbuh merata sepanjang cabang. Oleh karena itu, bentuk pelengkungan cabang harus mendatar/horizontal dan arahnya keluar tajuk sesuai dengan arah cabang tersebut. Cara melengkungkan cabang dengan tali (tali rafia atau tali karung) yang diikatkan longgar di tengah cabang kemudian ditarik dan diikatkan pada batang utama. Pada tanaman apel muda (umur ± 2 tahun), pelengkungan (setelah 52

68 dilakukan perompesana) tetap dilakukan tetapi tidak untuk dibuahkan. Tujuan pelengkungan cabang tersebut untuk mempercepat tumbuhnys tunas-tunas lateral baru. Tunas-tunas baru tersebut ± enam bulan berikutnya dirompes dan dilengkungkan kembali, demikian seterusnya sampai saatnya dibuahkan yaitu sekitar umur empat tahun Pemangkasan Pemeliharaan selanjutnya yaitu melakukan pemangkasan pada tanaman apel. Pemangkasan ini dibedakan menjadi dua yaitu pemangkasan bentuk dan pemangkasan pemeliharaan. Pemangkasan bentuk dilakukan secara bertahap, dimulai dengan pemotongan bibit yang baru ditanam setinggi ± 80 cm dari tanah, yakni memotong cabang-cabang yang tumbuh di bawah ketinggian 60 cm dari permukaan tanah. Sasaran pemangkasan bentuk ini adalah untuk memperoleh bentuk pohon yang rendah atau perdu. Sedangkan pemangkasan pemeliharaan merupakan kelanjutan dari pemangkasan bentuk yang dilakukan secara tetap atau continue dan teratur, yang merupakan salah satu bagian dari usaha membuahkan apel. Fungsi gunting tunas atau pemangkasan pada tanaman apel adalah 1. Memudahkan pemeliharaan karena tanaman berbentuk perdu 2. Mendapatkan sinar matahari yang lebih banyak dan merata 3. Mempercepat berbuah karena adanya penekanan pertumbuhan vegetatif 4. Membentuk cabang yang efisien, karena buah berasal dari tunas tunas lateral 5. Menjaga keseimbangan antara akar dan bagian atas 6. Menjamin stabilitas hasil dari musim ke musim Bagian-bagian yang perlu di pangkas yaitu 1. Bibit yang baru ditanam setinggi ± 80 cm dari tanah 2. Tunas-tunas yang tumbuh di bawah ± 60 cm dari permukaan tanah 3. Tunas-tunas ujung/beberapa ruas dari pucuk, empat-enam mata 4. Bekas tangkai buah, knop yang tidak subur, cabang yang berpenyakit (misalnya terserang kanker) dan tidak produktif, cabang yang saling bergeser menyulitkan pelengkungan, dan ranting-ranting kecil/ daun-daun yang menutupi buah sehingga kurang mendapat sinar matahari. 53

69 Waktu pemangkasan tergantung pada tujuan pemangkasan. Pemangkasan bentuk dilakukan mulai dari bibit atau poada umur ± tiga bulan setelah penanaman (bibit sudah tumbuh baik) sampai bentuk yang diharapkan. Bentuk tanaman yang diharapkan biasanya akan terbentuk saat tanaman berumur empat sampai lima tahun. Sedangkan pemangkasan pemeliharaan dapat dilakukan setiap saat bila diperlukan, misalnya untuk keperluan pembuahan mencegah menjalarnya penyakit dan sebagainya Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman apel harusn dilakukan secara intensif, karena tanaman apel di Indonesia dibuahkan sebanyak dua kali. Kondisi tanaman harus selalu subur dan sehat untuk menunjang pertumbuhan generatif dan vegetatif. Pemeliharaan tanaman apel dibagi menjadi dua yaitu pemupukan, pemeliharaan tanah dan pengendalian hama dan penyakit tanaman Pemupukan Jenis pupuk yang digunakan pada tanaman apel adalah pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk anorganik (NPK majemuk maupun tunggal). Pupuk kandang berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, sedangkan unsur N untuk meningkatkan kesuburan tanah dan menentukan produksi. Unsur P dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan bagian-bagian muda dari tanaman selain itu juga mendorong pertumbuhan bunga dan buah. Unsur K berguna untuk memperbaiki mutu buah. Cara pemupukan tanaman apel dengan menempatkan pupuk di sekeliling tanaman sedalam ± 20 cm pada jarak selebar tajuk daun. Karena pupuk mudah menguap dan mudah tercuci oleh air maka perlu ditutup tanah, kemudian diairi ( bila ada pengairan). Pada musim kemarau pertumbuhan awal setelah rompes apel memperoleh makanan dari sisa hara musim yang lalu. Pupuk kandang cukup diberikan satu kali dalam setahun ( dua kali panen) dan diberikan setelah panen pada musim kemarau, dengan dosis 40 kg untuk setiap pohon, tergantung besarnya pohon. 54

70 Untuk menunjang pertumbuhan baik vegetatif dan generatif, berdasarkan wawancara dengan Manager Budidaya Tanaman Tahunan maka perlu diberikan pupuk daun dan ZPT dengan aturan sebagai berikut : 1. Lima hingga tujuh hari sekali, sampai menjelang berbunga setelah rompes dapat diberi pupuk Gandasil B (1 gram/liter) + Atonik/Cepha ( 1cc/liter). 2. lima hingga tujuh hari sekali sampai menjelang panen setelah 2,5 bulan dari rompes diberi pupuk Gandasil D (1gram/liter). PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya melakukan penyemprotan ini setiap satu minggu sekali untuk setiap bloknya. Penyemprotan pupuk daun dan ZPT sekaligus dilakukan bersamaan pengendalian hama dan penyakit Pengendalian Hama dan Penyakit Di samping faktor iklim dan cuaca, hama dan penyakit merupakan faktor penting yang membatasi produksi apel. Oleh karena itu pengelolaan tanaman apel, terutama tindakan preventif pengendalian hama dan penyakit perlu sekali mendapat perhatian. Beberapa hama penyakit yang sering menyerang tanaman apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya antara lain : 1. Tungau, Spider Mite, Cabuk Merah (Panonychus Ulmi) a. Gejala Serangan Tungau menyerang daun muda, daun tua dengan menghisap cairan sel-sel daun. Pada serangga yang hebat mengakibatkan daun-daun berbercak kuning, buram, cokelat, dan mengering. Pada buah menyebabkan bercak keperak-perakan atau cokelat. Musuh alami : coccinellidae lyccosa. b. Pengendalian Penyemprotan dengan pestisida pada awal peningkatan populasi, efektif menekan populasi tungau. Pestisida dan takarannya adalah Akarsida Omite 570 EC dosis 2 cc/liter air atau 1 liter Omite 570 EC dalam 500 liter air perhektar dengan interval 2 minggu. 2. Ulat Daun (Spodoptera Litura) a. Gejala Serangan 55

71 Ulat yang baru menetas secara bersamaan atau berkelompok menggerek daun, mengakibatkan daun berlubang-lubang tidak teratur hingga tinggal tulangtulang daunnya saja. b. Pengendalian Secara mekanis dapat dilakukan dengan cara membuang telur-telur pada daun. Sedangkan secara kimiawi dilakukan penyemprotan dengan insektisida antara lain Tamaron 200 LC dan Nuvacron 20 SCW. 3. Penyakit Kanker (Botryosphaeria Sp.) a. Gejala Serangan Jamur ini menyerang batang, cabang dan daun. Batang atau cabang menjadi busuk, berwarna cokelat kehitam-hitaman, kadang-kadang mengeluarkan cairan. Penyerangan pada buah dapat terjadi di kebun maupun dalam penyimpanan. Pada awalnya tampak gejala bercak kecil berwarna cokelat muda, busuk, meluas hingga seluruh buah menjadi busuk, menggembung, berair dan warna buah menjadi pucat. Biasanya infeksi di mulai di dalam buah atau sekitar ruang biji. b. Pengendalian 1) Diusahakan untuk tidak memetik atau memanen buah terlalu masak. 2) Mengurangi kelembapan kebun dengan pengaturan jarak tanam, jangan terlalu rapat, dan membersihkan rumput-rumput di sekitar tanaman. 3) Memotong bagian-bagian tanaman yang sakit, dikumpulkan, dan dibakar. 4) Pengerokan batang atau cabang yang sakit, kemudian diolesi dengan fungsida antara lain Difolatan 4 F konsentrasi 100 cc/10 liter air, Antracol 70 WP 2 gr/liter air. 5.4 Perkembangan Produksi dan Harga Apel Kebun apel perusahaan dibagi menjadi dua yaitu kebun apel di Ngaglik yang dibudidayakan untuk memenuhi permintaan wisata dan kebun apel Junggo yang merupakan kebun produksi untuk memenuhi kebutuhan apel selain wisata. Besarnya produksi apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dapat dilihat pada Gambar

72 Gambar 11. Perkembangan Produksi Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun Sumber : Laporan Manajemen, PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Berdasarkan Gambar 11 dapat disimpulkan bahwa produksi apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya mengalami fluktuasi setiap bulannya. Selain itu menurut keterangan Manager Trading, perusahaan juga belum mampu sepenuhnya memenuhi permintaan buah apel, terlebih permintaan apel di Divisi Trading. Hal tersebut disebabkan sebagian tanaman di kebun produksi masih berumur dibawah lima tahun sehingga hasil yang diberikan juga belum maksimal. Untuk mengatasi masalah tersebut PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya mendatangkan pasokan buah apel dari luar. Pasokan tersebut berasal dari kebun mitra tani dan mitra beli PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Perkembangan harga jual apel setiap bulannya juga mengalami fluktuasi seperti yang terlihat pada Gambar 12. Fluktuasi harga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga pasar dan jumlah penawaran apel. Namun PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya memiliki standar harga tersendiri yang lebih tinggi dari harga pasar, yakni Rp , 00 per kg. Hal tersebut disebabkan brand image buah apel yang dihasilkan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya memiliki kualitas yang baik sehingga perusahaan ini berani menetapkan harga buah apel yang dihasilkan relatif tinggi dibandingkan dengan harga pasar. 57

73 Gambar 12. Perkembangan Harga Buah Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun Sumber : Laporan Manajemen, PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Dalam usaha pembudidayaan apel besarnya investasi perlu didasarkan pada perhitungan ekonomi yang cermat. Hal tersebut dikarenakan usahatani apel memerlukan modal yang cukup besar, khususnya pada tahun-tahun awal karena risiko usahatani apel cukup tinggi (Soelarso 1997). Biaya produksi usahatani apel cenderung meningkat dari tahun ke tahun, namun diimbangi produktivitasnya yang meningkat seiring dengan semakin besarnya tanaman. Berdasarkan wawancara dengan Manager Budidaya Tanaman Tahunan, kemampuan produksi rata-rata tanaman apel untuk tanaman menghasilkan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dapat mencapai 30 kg/pohon/tahun atau setara dengan 36 ton/ha/tahun. Dengan produksi tertinggi mampu menghasilkan 40 kg/pohon/tahun. Rincian pendapatan serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk membudidayakan tanaman apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dalam setahun dengan luasan satu hektar dapat dilihat pada Tabel 7. 58

74 Tabel 7. Analisis Pendapatan Usahatani Apel Ha/ Tahun PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun No. Keterangan Jumlah Satuan Harga (Rp) Nilai (Rp) A. Penerimaan 20 Kg (Penghujan) Kg Kg (Kemarau) Kg B. Biaya Tunai Total penerimaan NPK (Kg) Kg Organik (Kg) Kg Obat-obatan (ltr) Stick 8 Unit Gunting Pangkas 6 Unit Selang 6 Unit Kuas 20 Unit Gergaji 2 Unit Biaya tenaga kerja tetap 2 Orang Biaya tenaga kerja harian Biaya air Total Biaya Tunai C. Biaya Diperhitungkan Bibit Unit Penyusutan Alat Mesin PHPT 2 Unit Mesin Potong 2 Unit Tong 4 Unit Timbangan 1 Unit Mobil Pick Up 1 Unit Motor 2 Unit Sewa lahan (Biaya imbangan Penggunaan Lahan) 1 Ha Total Biaya Diperhitungkan D. Pendapatan Total E. Pendapatan per Bulan F. Pendapatan per Hari Tabel 7 menjelaskan mengenai pendapatan yang akan diperoleh perusahaan dalam mengusahakan tanaman apel kurun waktu satu tahun. Dalam waktu satu tahun perusahaan memanen apel sebanyak dua kali. Panenan tersebut 59

75 dibagi menjadi dua yaitu panen pada waktu musim penghujan dan musim kemarau. Pada waktu musim penghujan tanaman apel akan memproduksi apel rata-rata sebanyak 20 kg per pohon dan 30 kg per pohon pada musim kemarau. Pada tabel 6 didapatkan pendapatan perusahaan dalam mengusahakan tanaman apel kurun waktu satu tahun yaitu sebesar Rp , 00. Sedangkan ratarata pendapatan yang diperoleh perusahaan pada lahan satu hektar kurun waktu satu bulan adalah sebesar Rp , 00 dan pendapatan rata-rata per hari sebesar Rp , 00. Aspek pemasaran merupakan aspek yang sangat penting bagi berlangsungnya suatu usaha. Pemasaran buah apel yang dihasilkan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dilakukan dengan dua cara yaitu melalui wisata petik yang menjadi tanggung jawab Divisi Marketing Wisata dan penjualan melalui Divisi Trading. 60

76 VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura yang potensial di Kota Batu. Salah satu komoditas hortikultura yang dihasilkan yang menjadi unggulan perusahaan ini adalah apel. Varietas apel yang dihasilkan antara lain apel jenis Rome Beauty, Manalagi, Anna dan Wanglin, namun yang yang paling utama dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah apel jenis Manalagi. Pemasaran yang dilakukan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya antara lain melalui wisata petik dan penjualan melalui Divisi Trading yaitu divisi yang bertanggung jawab untuk memasarkan seluruh komoditas hortikultura yang dihasilkan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Dalam menjalankan usahanya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menghadapi beberapa macam risiko antara lain risiko produksi dan risiko harga, namun dalam penelitian ini hanya akan dibahas risiko harga yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Harga apel yang berlaku di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya berfluktuasi, terutama harga apel yang ditetapkan pada penjualan langsung oleh Sub Divisi Trading. Hal tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara permintaan apel dengan penawaran apel. Sepanjang bulan Januari 2009 sampai bulan April 2010 diperoleh harga terendah yaitu sebesar Rp ,00 per kg sedangkan harga tertinggi yaitu Rp ,00 per kg. Harga terendah tersebut dicapai pada hari ke 276 yaitu jatuh pada tanggal 3 Oktober Berdasarkan wawancara dengan Manager Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, harga apel pada periode September sampai dengan November tergolong lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Hal tersebut disebabkan karena pada saat bulan tersebut terjadi panen raya di seluruh wilayah Kota Batu. Melimpahnya apel menyebabkan harga apel turun baik di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya maupun di pasar. Harga tertinggi apel yaitu sebesar Rp ,00 per kg yang dicapai pada hari ke 196 yaitu jatuh pada tanggal 15 Juli 2009, dimana pada periode tersebut persediaan apel mengalami kelangkaan. Adanya fluktuasi harga apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dapat ditunjukkan pada Gambar 13 berikut. 61

77 Gambar 13. Plot Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April 2010 Sumber : Sub Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2010 Risiko harga apel dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan model ARCH-GARCH dan dilanjutkan dengan perhitungan Value at Risk (VaR). Variabel yang digunakan dalam analisi ARCH-GARCH yaitu harga apel sebagai variabel dependen (variabel terikat), harga apel sebelumnya dan jumlah penawaran sebagai variabel independen (variabel bebas). Sebelum dianalisis dengan metode ARCH-GARCH, terlebih dahulu dilakukan analisis regresi. Analisis regresi dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah residual dalam model persamaan harga apel mengandung heteroskedastisitas. Pembuktian ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model persamaan harga apel membuktikannya dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu melihat nilai kurtosis pada ringkasan data, Uji ARCH LM, dan Uji White Heteroskedasticity. Hasil dari uji nilai kurtosis (Gambar 14) didapatkan nilai kurtosis pada data sebesar Nilai kurtosis ini lebih dari tiga menunjukkan bahwa data mengandung heteroskedastisitas. Selain itu untuk mengetahui kebaikan model dilakukan pemeriksaan terhadap galat terbakukan dengan mengamati nilai statistik Jarqua-Bera berdasarkan nilai probability Jarque-Bera yaitu lebih kecil dari taraf nyata lima persen yang berarti bahwa hipotesis nol ditolak atau galat terbakukan tidak menyebar normal. 62

78 Series: Residuals Sample Observations 485 Mean 1.62E-14 Median Maximum Minimum Std. Dev Skewness Kurtosis Jarque-Bera Probability Gambar 14. Nilai Kurtosis Model Regresi Apel Selain uji nilai kurtosis, selanjutnya untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada residual model persamaan harga apel dilakukan dengan menggunakan uji ARCH LM. Pengujian Uji ARCH LM ini didasarkan pada hipotesis nol yaitu tidak terdapatnya efek ARCH error. Hasil uji ARCH LM pada model persamaan harga apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Tabel 8 menunjukkan ringkasan hasil pengujian ARCH LM untuk model persamaan harga apel. Tabel 8. Ringkasan Hasil Uji ARCH LM Model Regresi Harga Apel No. Kriteria Uji ARCH LM Komoditas Apel 1. Obs*R-Squared Probability Berdasarkan uji ARCH LM pada model diatas didapatkan bahwa nilai Obs*R-Squared memiliki probability yang lebih kecil dibandingkan α (taraf nyata) yaitu lima persen. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa residual diatas mengandung efek ARCH yang berarti juga bahwa residual mengandung heteroskedastisitas dan model layak untuk dianalisis menggunakan metode ARCH-GARCH. 63

79 Selain uji ARCH LM pengujian untuk mengetahui data mengandung heteroskedastisitas juga dapat dilaku kan melalui uji White Heteroscedasticity. Uji White Heteroscedasticity ini didasarkan pada hipotesis nol yaitu data Homoskedastisitas yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Tabel 9 yang merupakan ringkasan hasil uji White Heteroscedasticity terhadap model. Tabel 9. Ringkasan Hasil Uji White Heteroscedasticity Model Regresi Harga Apel No. Kriteria Uji Komoditas Apel 1. Obs*R-Squared Probability F-Statistic Probability Pada uji White ini didapatkan bahwa nilai Obs*R-Squared memiliki probability yang lebih kecil dari taraf nyata lima persen sehingga dapat disimpulkan bahwa data mengandung heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil uji nilai kurtosis, uji ARCH LM dan uji White Heteroskedasticity diperoleh hasil bahwa persamaan model harga apel masih mengandung heteroskedastisitas, sehingga untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan menggunakan analisis model ARCH-GARCH. Penentuan model ARCH-GARCH yang tepat dilakukan dengan simulasi beberapa model ragam. Pendugaan parameter model menggunakan metode kemungkinan maksimum atau quasi maximum likelihood. Simulasi model mengkombinasikan nilai r = 0,1,2,3 dengan nilai m = 1,2,3. Pemilihan model ragam terbaik dilakukan dengan melihat salah satu dari alternatif model yang mempunyai nilai AIC (akaike info criterion) dan SC (Schwarz criterion) terendah dan sudah tidak terdapat efek ARCH pada model tersebut. Hasil dari pengujian untuk mendapatkan model ARCH-GARCH terbaik dapat dilihat pada Lampiran 5 sampai lampiran 28. Sedangkan ringkasan hasil uji coba model ARCH-GARCH apel dapat dilihat pada Tabel

80 Tabel 10. Ringkasan Uji Coba Model ARCH GARCH Harga Apel Model Nilai Error Tidak Ada Efek ARCH AIC SC ARCH (1) GARCH (0) ARCH (1) GARCH (1) ARCH (1) GARCH (2) ARCH (1) GARCH (3) ARCH (2) GARCH (0) ARCH (2) GARCH (1) ARCH (2) GARCH (2) ARCH (2) GARCH (3) ARCH (3) GARCH (0) ARCH (3) GARCH (1) ARCH (3) GARCH (2) ARCH (3) GARCH (3) Pemilihan model ARCH-GARCH terbaik melalui kriteria nilai AIC dan SC terkecil serta sudah tidak terdapat efek ARCH pada model tersebut. Selain itu model yang dipilih adalah model yang variabel penyusunnya tidak bernilai negatif pada varian dan volatilitasnya. Berdasarkan kriteria tersebut model ARCH- GARCH terbaik untuk apel adalah ARCH (1) GARCH (1) dan hasil olahan model tersebut dapat dilihat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Model ARCH (1) GARCH (1) untuk Persamaan Harga Apel Model ARCH (1) GARCH (1) Apel Persamaan Rataan Variabel Koefisien Probability К ( Konstanta) LnPt_1 (Harga Apel Periode Sebelumnya) LnS (Jumlah Penawaran Apel) Persamaan Varian К (Konstanta) ε 2 t-1 (Volatilitas Periode Sebelumnya) h t-1 (Varian Periode Sebelumnya) Hasil output pada Tabel 11 menunjukkan bahwa berdasarkan nilai probability variabel penyusun model lebih kecil dari taraf nyata lima persen maka didapatkan bahwa variabel harga apel periode sebelumya dan jumlah penawaran 65

81 apel berpengaruh signifikan terhadap harga apel. Harga apel periode sebelumnya memiliki koefisien positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa penetapan harga apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya mempertimbangkan harga yang terbentuk pada periode sebelumnya. Berdasarkan pengamatan di lapangan setiap satu minggu sekali perusahaan mengeluarkan pre list harga buah yang dihasilkan. Pre list tersebut yang menjadi acuan dalam penetapan harga buah satu minggu ke depan. Dalam penyusunan pre list harga ini perusahaan mempertimbangkan harga pokok produksi, harga yang terbentuk di pasar, perkiraan besarnya penawaran buah, dan perkiraan besarnya permintaan akan buah tersebut. Selain faktor harga apel itu sendiri, risiko harga apel juga dipengaruhi oleh jumlah penawaran apel. Jumlah penawaran apel berpengaruh negatif terhadap harga apel, sehingga dapat disimpulkan bahwa penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya memiliki kecenderungan tidak stabil. Harga apel akan mengalami peningkatan ketika penawaran apel sedikit dan akan mengalami penurunan ketika penawaran apel meningkat. Kebun apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dibagi menjadi dua yaitu kebun wisata petik dan kebun produksi. Kebun wisata dikhususkan untuk memenuhi permintaan apel untuk wisata petik, sedangkan kebun produksi untuk memenuhi kebutuhan apel di Divisi Trading. Berdasarkan wawancara dengan Manager Trading penawaran buah apel untuk penjualan di Divisi Trading tidak hanya berasal dari produksi kebun sendiri melainkan juga berasal dari mitra beli maupun mitra tani perusahaan. Hal tersebut disebabkan produksi kebun belum mampu memenuhi permintaan apel utnuk penjualan melalui divisi ini. Tanaman apel di kebun produksi sebagian besar masih berumur di bawah 10 tahun, sehingga belum mampu berproduksi secara maksimal. Hal tersebut juga menjadi penyebab penawaran buah apel di divisi ini tidak stabil sehingga harga apel yang terbentuk juga akan tergantung pada jumlah penawaran buah yang tersedia. Hasil akhir dari analisis ARCH-GARCH (Tabel 11) didapatkan peramalan model persamaan risiko harga apel yang digunakan untuk menghitung besarnya risiko harga apel. Hasil pendugaan persamaan varian harga apel menunjukkan bahwa pola pergerakan dipengaruhi oleh volatilitas periode sebelumnya dan 66

82 varian periode sebelumnya. Hasil analisis model persamaan varian harga apel (Tabel 11) juga menunjukkan bahwa parameter volatilitas dan varian harga apel periode sebelumnya bertanda positif dan berpengaruh signifikan pada taraf nyata lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa volatilitas dan varian harga apel merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi risiko harga jual apel pada periode berikutnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan risiko harga jual apel periode sebelumnya akan meningkatkan risiko harga apel periode berikutnya. Setelah dilakukan pendugaan varian harga apel maka selanjutnya adalah perhitungan tingkat risiko harga apel yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya melalui perhitungan VaR. Pada perhitungan VaR dilakukan dengan skenario periode penjualan yakni selama 1 hari. 7 hari, 14 hari, dan 30 hari. Berdasarkan perhitungan VaR, maka risiko yang ditanggung PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Besar Risiko Komoditas Apel Hari Nilai (Rp) Nilai (%) 1 Hari ,57 7 Hari ,54 14 Hari ,51 30 Hari ,79 Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui bahwa tingkat risiko harga apel yang dihadapi perusahan dalam satu hari sebesar Rp , 00 atau sekitar 14,57 persen dari total pendapatan yang diperoleh per harinya yaitu sebesar Rp , 00 (perhitungan pendapatan tercantum Tabel 7). Sehingga apabila terjadi peningkatan pendapatan satu rupiah maka risiko yang ditanggung akan meningkat sebesar 14,57 persen. Namun apabila perusahaan menahan untuk tidak menjual apel pada hari itu juga atau melakukan penyimpanan dengan harapan akan memperoleh harga tinggi di kemudian hari maka risiko harga apel yang dihadapi perusahaan juga akan meningkat. Risiko harga tersebut semakin meningkat seiring semakin lama periode penjualannya seperti yang terlihat pada 67

83 Tabel 13. Peningkatan risiko harga ini disebabkan tidak selamanya proses penyimpanan memberikan keuntungan bagi suatu usaha karena proses penyimpanan biasanya membutuhkan biaya yang relatif besar. Selain itu proses penyimpanan juga dapat menyebabkan semakin menurunnya kualitas apel sehingga pada saat dilakukan penjualan belum tentu mendapatkan harga tinggi seperti yang diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan pengamatan di lapangan, penawaran apel di divisi trading berlangsung setiap hari. Perusahaan akan berusaha menjual seluruh penawaran apel yang ada pada hari itu juga. Hal tersebut dilakukan agar risiko harga yang ditanggung oleh perusahaan tidak terlalu besar. Namun terdapat kondisi dimana apel tersebut tidak habis terjual pada hari itu, sehingga mengakibatkan harga apel tersebut akan mengalami penurunan pada hari berikutnya. Penurunan harga tersebut dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Namun berdasarkan wawancara dengan Manager Trading perusahaan menetapkan kebijakan batas maksimal buah apel tersebut harus terjual. Batas maksimal apel terjual adalah 14 hari setelah pemetikan, setelah 14 hari maka apel yang belum terjual akan dijadikan bahan baku minuman sari buah pada industri pengolahan perusahaan. 6.2 Sumber Risiko Harga Apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Dalam kegiatan pertanian, setiap aktivitas produksi selalu dihadapi dengan situasi risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty). Hasil produksi pertanian sulit untuk diprediksi, karena cenderung disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama dan penyakit maupun kekeringan. Harga jual produk pertanian juga sulit diprediksi secara tepat begitu kompleksnya faktor yang menyebabkan terbentuknya harga. Adanya spekulasi para petani maupun pengusaha yang cenderung ingin memperoleh keuntungan yang besar dan rantai pemasaran yang panjang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga. Adanya fluktuasi harga selain menimbulkan suatu risiko juga merupakan peluang bagi para petani, misalnya dengan melakukan penyimpanan pada jangka waktu tertentu dengan tujuan memperoleh harga jual yang lebih baik. Namun pada dasarnya proses penyimpanan tersebut mengandung risiko yaitu risiko yang berhubungan dengan perubahan harga, menurunnya kualitas dan berkurang atau menyusutnya hasil produksi. Risiko perubahan harga merupakan risiko yang 68

84 paling utama. Kenaikan harga yang terjadi selama proses penyimpanan tidak selalu cukup untuk menutupi ongkos penyimpanan bahkan kadang-kadang harga menjadi turun. Sumber risiko harga apel adalah adanya fluktuasi penawaran apel untuk penjualan apel di Divisi Trading. Penawaran apel di divisi ini berasal dari kebun pribadi dan dari luar. Penawaran dari luar berasal dari mitra tani dan mitra beli perusahaan. Berikut adalah tabel perbandingan penawaran buah dari kebun perusahaan dan kebun luar perusahaan. Tabel 13. Perbandingan Jumlah Produksi Apel per Bulan dari Kebun Milik Sendiri dan Kebun Luar PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April Tahun Bulan Produksi Apel Untuk Divisi Trading (Kg) % Produksi Apel Luar Perusahaan (Kg) % Total Penawaran Apel Divisi Trading (Kg) 2009 Januari ,00 93, ,07 6, ,07 Februari 6.582,71 74, ,00 25, ,71 Maret 5.661,00 62, ,80 37, ,80 April 2.828,00 72, ,62 27, ,62 Mei 857,57 18, ,13 81, ,70 Juni 980,00 12, ,69 87, ,69 Juli 5.316,43 82, ,45 17, ,88 Agustus 4.245,14 99,78 9,23 0, ,37 September 5.148,14 76, ,88 23, ,02 Oktober 9.328,71 68, ,39 31, ,10 November 6.834,29 77, ,99 22, ,28 Desember ,86 82, ,06 17, , Januari 3.916,86 37, ,77 62, ,63 Februari 7.432,85 94,05 470,54 5, ,40 Maret 3.112,14 63, ,13 36, ,27 April 2.233,71 77,18 660,46 22, ,17 Sumber : Laporan Manajemen dan Rekapitulasi Data Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 69

85 Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa penawaran apel di Divisi Trading berfluktuasi antara penawaran dari kebun milik sendiri dan kebun dari luar. Pada tabel tersebut juga terlihat bahwa sebagian besar penawaran apel di Divisi Trading berasal dari kebun sendiri. Kecuali pada bulan Mei hingga Juni, produksi apel di divisi ini didominasi oleh produksi dari luar kebun perusahaan. Hal itu dikarenakan produksi apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya mengalami penurunan seperti terlihat pada Gambar 15. Gambar 15. Perkembangan Produksi Total Buah Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun Sumber : Laporan Manajemen, PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Berdasarkan keterangan dari Manager Budidaya Tanaman Tahunan penurunan produksi ini disebabkan oleh adanya faktor iklim dan cuaca. Pada musim penghujan produksi apel perusahaan cenderung mengalami penurunan akibat terjadinya kegagalan pembungaan dan meningkatnya serangan hama dan penyakit. Kegagalan pembungaan ini disebabkan bunga apel bertangkai pendek, menghadap ke atas, dan bertandan, sehingga akan mudah rontok apabila terkena air hujan. Sedangkan meningkatnya serangan hama dan penyakit disebabkan pada musim hujan kelembaban udara menjadi meningkat sehingga merangsang pertumbuhan hama dan penyakit tersebut. Apabila kebun perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan apel, maka kebijakan yang diambil adalah mencari sumber pasokan di luar perusahaan yaitu dari mitra tani dan mitra beli perusahaan. Jumlah penawaran ini akan berpengaruh terhadap harga jual yang terbentuk seperti yang ditunjukkan pada Gambar

86 Gambar 16. Perbandingan Harga Buah Apel dan Jumlah Penawaran Apel per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Periode Januari 2009 April 2010 Sumber : Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 2010 Gambar 16 memperlihatkan bahwa ketika penawaran apel meningkat maka harga yang terbentuk akan rendah dan sebaliknya ketika penawaran berkurang harga apel akan meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah penawaran sangat berpengaruh terhadap harga jual apel. Adanya fluktuasi harga input produksi juga berpengaruh terhadap harga jual apel. Fluktuasi harga input yang dihadapi perusahaan dapat dilihat terlihat pada Gambar 17. Gambar 17. Perkembangan Harga Input Produksi Apel Per Bulan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun Sumber : Laporan Manajemen, PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya

87 Gambar 17 menunjukkan bahwa harga input utama produksi apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yaitu harga obat-obatan atau pestisida dan upah tenaga kerja mengalami fluktuasi. Perubahan harga obat-obatan salah satunya dipengaruhi oleh nilai kurs mata uang, karena sebagian besar bahan penyusun pestisida berasal dari bahan impor. Upah tenaga kerja di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tegantung pada Upah keja Minimum (UMR) Kota Batu selain itu juga dipengaruhi oleh besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi keuntungan perusahaan maka besarnya tunjangan bagi tenaga kerja semakin meningkat pula. Fluktuasi Harga input produksi akan mempengaruhi harga pokok penjualan (HPP) perusahaan yang akhirnya berpengaruh terhadap harga jual apel. Sehingga fluktuasi harga input dapat menjadi salah satu sumber risiko harga apel. Karakteristik dari buah apel sendiri sebenarnya relatif lebih tahan lama daripada buah buahan lainnya. Hanya saja untuk memperoleh kualitas buah yang tetap terjaga diperlukan fasilitas penyimpanan seperti cold storage. Penggunaan fasilitas cold storage sebenarnya sudah diterapkan di perusahaan, hanya saja belum memadai dan belum maksimal dalam penggunaannya. PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya khususnya Divisi Trading hanya memiliki satu lemari pendingin. Hal ini sangat tidak memadai mengingat berbagai macam produk buah maupun sayuran yang dihasilkan oleh perusahaan. Adanya risiko harga apel yang relatif tinggi dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Untuk menghadapi risiko harga tersebut perusahaan melakukan beberapa tindakan salah satunya dengan melakukan kegiatan diversifikasi produk. Diversifikasi pada kegiatan usahatani dapat diartikan dua hal yaitu menanam beberapa komoditas berbeda secara tumpangsari pada lahan yang sama. Pengertian kedua adalah menanam beberapa komoditas yang berbeda secara monokultur pada waktu yang sama namun lahan berbeda. Diversifikasi yang dilakukan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah menanam komoditas buah selain apel pada waktu yang sama di lahan yang berbeda. Selain apel, komoditas buah yang dibudidayakan perusahaan adalah buah jeruk, jambu, buah naga dan strawberi. Pertimbangan bagi perusahaan melakukan diversifikasi antara lain apabila terjadi kegagalan pada salah satu 72

88 komoditas maka masih ada komoditas lain yang dapat menjadi sumber pendapatan perusahaan. Pada dasarnya apel merupakan tanaman yang dapat berbuah sepanjang tahun. Sehingga tindakan yang dilakukan perusahaan dalam upaya menanggulangi ketidakpastian produksi adalah dengan melakukan pengaturan pola tanam pada apel. Lahan budidaya apel di bagi menjadi beberapa blok, pada setiap blok waktu tanam diatur sedemikian rupa sehingga diharapkan kebun apel tersebut dapat memproduksi apel sepanjang tahun. Dengan adanya pengaturan pola tanam ini juga diharapkan dapat menjaga agar penawaran apel untuk penjualan Divisi Trading tetap ada sepanjang tahun sehingga dapat meminimalkan fluktuasi harga. Selain itu perusahaan juga melakukan kerjasama dengan produsen apel di Kota Batu, hal tersebut dilakukan untuk mengatasi kurangnya penawaran apel akibat produksi apel perusahaan mengalami penurunan. Divisi Trading juga menerapkan sistem grading untuk apel yang dijual di divisi tersebut. Pembedaan tingkatan buah apel didasarkan pada ukuran buah tersebut dan dilakukan secara manual oleh karyawan divisi tersebut. Dengan adanya sistem grading ini diharapkan semua apel yang dihasilkan oleh perusahan dapat terjual semua sehingga dapat memaksimalkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Strategi lain yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi risiko harga yang dihadapi perusahaan yaitu melakukan integrasi vertikal dengan membangun industri pengolahan apel. Tujuan didirikannya industri pengolahan adalah untuk menutupi tingginya biaya produksi serta memanfaatkan dan mengefisienkan buah apel kualitas rendah atau buah apel yang rusak. Apel tersebut diolah menjadi beberapa produk seperti sari apel, jenang apel, cuka apel, minuman brem apel, apel cider dan selai apel. 73

89 VII ANALISIS PENAWARAN APEL 7.1 Analisis Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Pada penelitian ini penawaran apel di Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dijelaskan dengan melihat besarnya produksi apel yang dihasilkan perusahaan untuk pemasaran buah melalui divisi ini. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa apel yang dijual di Divisi Trading merupakan jumlah total produksi apel setelah dikurangi dengan produksi apel yang dijual melalui wisata petik. Model penawaran apel ini dirumuskan dalam sebuah model regresi linier berganda. Model regresi linier berganda digunakan karena model ini cukup sederhana untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu keadaan seperti penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Variabel yang digunakan meliputi variabel ekspektasi harga apel (X 1 ), variabel variasi harga apel (X 2 ), variabel harga obat obatan (X 3 ), variabel upah tenaga kerja (X 4 ), variabel ekspektasi produksi apel (X 5 ), variabel variasi produksi apel (X 6 ), variabel harga jeruk (X 7 ), variabel harga jambu (X 8 ), variabel harga buah naga (X 9 ), dan variabel harga strawberi (X 10 ). Pengujian terhadap model penduga digunakan untuk mengetahui apakah model penduga tersebut sudah tepat dalam menduga parameter dan fungsi dengan menggunakan uji F. Berdasarkan hasil output Minitab 14 diperoleh nilai F-hitung sebesar 6,34 dengan nilai signifikansinya sebesar 0,000. Jadi berdasarkan nilai tersebut, maka H 0 ditolak. Hal ini berarti paling sedikit terdapat satu variabel independen (X) yang digunakan berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen, sehingga model yang digunakan tersebut layak digunakan untuk memperkirakan variabel dependen (Y). Pengujian terhadap koefisien regresi bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh nyata terhadap penawaran apel. Secara statistik, pengujian terhadap koefisien regresi ini dilakukan dengan melihat nilai P-value. Apabila P-value lebih kecil dari taraf nyata lima persen, berarti variabel independen yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Adapun hasil pengujian nilai koefisien variabel independen dapat dilihat pada Tabel

90 Tabel 14. Koefisien Regresi pada Variabel Independen Variabel Coef Std. Error T P VIF Intersep ,34 0,186 Ekspektasi Harga Apel (X 1 ) 0, , ,41 0,020 1,7 Variasi harga apel (X 2 ) -0, , ,57 0,124 1,2 Harga obat-obatan (X 3 ) 0, , ,67 0,509 1,4 Upah tenaga kerja (X 4 ) 0, , ,36 0,719 1,4 Ekspektasi produksi apel (X 5 ) 0,6194 0,2652 2,34 0,024 1,7 Variasi produksi apel (X 6 ) 0, , ,48 0,001 1,3 Harga jeruk (X 7 ) -0, , ,13 0,898 1,5 Harga jambu (X 8 ) -0, , ,42 0,675 2,0 Harga buah naga (X 9 ) 0, , ,58 0,122 1,3 Harga strawberi (X 10 ) 0, , ,62 0,538 1,4 R-Sq = 60,7 % R-Sq(adj) = 51,1 % F-hitung = 6,34 P-value = 0,000 Durbin-Watson statistic = 1,74854 Sebagaimana yang tercantum pada Tabel 15, dapat diketahui bahwa hanya terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap penawaran apel pada taraf nyata lima persen. Selain itu, dari hasil analisis juga dapat diketahui bahwa tidak semua pengaruh variabel independen sesuai dengan hipotesis dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 16. Tabel 16. Perbandingan Hasil Analisis Regresi dengan Hipotesis Variabel Hipotesis Hasil Analisis Regresi Ekspektasi harga Apel (X 1 ) + + Variasi harga apel (X 2 ) - - Biaya obat-obatan (X 3 ) - + Upah tenaga kerja (X 4 ) - + Ekspektsi produksi Apel (X 5 ) + + Variasi produksi Apel (X 6 ) - - Harga jeruk (X 7 ) + - Harga jambu (X 8 ) + - Harga buah naga (X 9 ) + + Harga strawberi (X 10 )

91 Sementara itu, nilai R-Square dari model yang diperoleh adalah sebesar 0,607 Artinya sebesar 60,7 persen variabel independen dapat menjelaskan penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Nilai R-square yang relatif kecil kemungkinan disebabkan variabel penyusunnya tidak dapat menjelaskan secara nyata penawaran, karena penawaran apel dipengaruhi oleh faktor alam seperti cuaca dan iklim, serta serangan hama dan penyakit. Sehingga variabel-variabel tersebut tidak dapat mengambarkan dengan jelas penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Untuk mengetahui kebaikan model, terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam menduga sebuah model regresi linier berganda dengan menggunakan metode OLS. Metode OLS meliputi asumsi normalitas, heteroskedastisitas, non-multikolinieritas, dan non-autokorelasi. Hasil analisis regresi didapatkan bahwa model telah memenuhi asumsi normalitas. Hal tersebut dapat dilihat pada hasil pengujian Anderson darling (Lampiran 30) yaitu P-value menunjukkan angka 0,368 lebih besar dari taraf nyata lima persen artinya data sisaan menyebar normal. Asumsi homoscedasticity dapat dipenuhi dengan melihat hasil output eviews (Lampiran 31). Hasil output eviews menunjukkan nilai probability Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata lima persen sehingga dapat disimpulkan bahwa sudah tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model. Multikolinieritas artinya adalah adanya suatu hubungan linear antar variabel independen. Indikasi adanya multikolinieritas apabila nilai VIF pada output Minitab lebih dari 10. Berdasarkan hal tersebut, jika dilihat hasil olahan regresi maka model tersebut terbebas dari adanya multikolinieritas pada model dugaan karena nilai VIF semua variabel kurang dari 10. Selain itu model regresi yang diperolah juga telah memenuhi asumsi non-autokorelasi. Terpenuhinya asumsi ini dapat dilihat pada nilai statistik Durbin-Watson yang nilainya sebesar 1,74854 (DW berada pada kisaran 0 sampai 4). 76

92 7.3 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Hasil linier regresi berganda menunjukkan bahwa tidak seluruh variabel penyusun model berpengaruh nyata terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya pada selang kepercayaan 60,7 persen. Dari 10 variabel yang menyusun model terdapat tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap penawaran apel. Ketiga variabel tersebut adalah ekspektasi harga apel (X 2 ), ekspektasi produksi apel (X 5 ), dan variasi produksi apel (X 6 ). Pengaruh masingmasing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Ekspektasi Harga Apel (X 1 ) Nilai ekspektasi harga apel (X 1 ) merupakan gambaran seberapa besar harapan perusahaan terhadap harga apel. Koefisien variabel ekspektasi harga apel bernilai positif yaitu sebesar 0,17645 menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai harapan perusahaan akan harga apel semakin tinggi pula penawaran apel. Hal ini sesuai dengan teori penawaran bahwa besarnya penawaran dipengaruhi secara positif oleh harapan perusahaan terhadap harga yang terjadi. Nilai ekspektasi harga apel diambil dari data perkiraan harga pada buku Rancangan Anggaran Belanja PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Penentuan nilai ekspektasi harga apel ini didasarkan pada besarnya perkiraan produksi apel dan besarnya kebutuhan yang terjadi pada bulan lalu serta melihat perkembangan harga pada tahun sebelumnya dan dua tahun sebelumnya. Dalam teori penawaran harapan produsen mengenai masa depan sangat tergantung pada tujuan yang ingin dicapai dari perusahaan itu sendiri. PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan salah satu perusahaan yang memiliki tujuan untuk memaksimalkan keuntungan yang diperoleh. Hal tersebut menyebabkan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tidak akan berusaha menggunakan kapasitas produksinya secara maksimal namun akan menggunakannya pada kapasitas yang memaksimalkan keuntungan. Berdasarkan nilai P value dari variabel harga maka diketahui bahwa variabel harga berpengaruh secara siginifikan terhadap penawaran apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dengan taraf nyata sebesar lima persen. Hal ini dikarenakan pada dasarnya perusahaan dalam memutuskan untuk 77

93 memproduksi apel dengan memperhatikan harga apel yang terjadi pada saat itu maupun pada periode sebelumnya. Selain itu karena tujuan dari perusahaan yang memaksimalkan keuntungan menyebabkan perusahaan sangat memperhatikan faktor harga. Meskipun harga apel berfluktuatif namun PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya memiliki standar harga yang ditetapkan di perusahaan itu hanya saja tetap menyesuaikan dengan tingkat harga yang terjadi di pasar. 2. Variasi Harga Apel (X 2 ) Dalam jangka waktu satu tahun harga yang terjadi pada apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya berkisar antara Rp ,00 sampai dengan Rp ,00 per kg. Sedangkan harga pasar berkisar antara Rp 5000,00 - Rp 8500,00 per kg (Dinas Pertanian Kota Batu 2010). Perbedaan harga PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dan harga pasar disebabkan oleh brand image yang dimiliki apel produksi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya sangat kuat. Hasl tersebut disebabkan kualitas buah yang dimiliki PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang cenderung diatas kualitas apel yang dijual di pasar. Harga tertinggi untuk apel biasanya terjadi pada periode bulan Mei hingga Agustus. Harga tertinggi disebabkan oleh jumlah apel yang ditawarkan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menurun. Hal tersebut terkait dengan faktor budidaya apel yang sangat bergantung pada kondisi iklim dan cuaca. Sedangkan harga terendah apel akan terjadi pada periode bulan September hingga November. Harga terendah ini disebabkan oleh jumlah apel yang ditawarkan meningkat baik di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya maupun di luar PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya atau terjadi panen raya apel di daerah Batu. Fluktuasi harga apel ini tidak terlepas dari karakteristik komoditas hortikultura umumnya dan apel khususnya. Apel memiliki karakteristik umum dari komoditas hortikultura yakni perishable, voluminious, dan bulky. Perishable artinya komoditas tersebut mudah rusak atau busuk. Biasanya apel yang dipetik langsung dijual kepada konsumen sehingga kualitas dari apel terjaga. Namun ada kalanya pada saat kondisi jumlah apel melimpah sedangkan apel tidak secara langsung terjual menyebabkan terjadinya penumpukan buah di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Penanganan pasca panen yang kurang memadai untuk buah 78

94 segar menyebabkan harga semakin turun seiring dengan semakin menurunnya kualitas apel. Variabel variasi harga apel (X 2 ) memiliki koefisien yang negatif, yang artinya terdapat hubungan yang negatif antara variabel variasi harga apel dengan produksi apel. Variabel variasi harga apel menunjukkan adanya indikasi risiko harga apel yang terjadi di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Semakin besar nilai variasi harga ini semakin besar pula tingkat risiko yang dihadapi perusahaan. Koefisien variasi harga apel yang bernilai negatif sesuai dengan hipotesis awal, dan juga telah sesuai dengan teori bahwa adanya kecenderungan para pelaku bidang pertanian enggan meningkatkan penawaran seiring dengan meningkatnya risiko yang dihadapi oleh kegiatan budidaya tersebut. Berdasarkan nilai koefisien variabel variasi yang negatif juga dapat disimpulkan bahwa perilaku perusahaan dalam menghadapi risiko tergolong dalam perilaku yang takut menghadapi risiko (risk averter). Namun variabel variasi harga apel ini tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Hal tersebut disebabkan harga jual yang diterima perusahaan relatif tinggi, selain itu rantai pemasaran apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang pendek yaitu langsung dijual ke konsumen akhir menyebabkan harga jual apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya diatas harga apel yang berlaku di pasar. Risiko harga ini dipengaruhi oleh adanya fluktuasi jumlah penawaran apel. Untuk itu sebaiknya perusahaan lebih meningkatkan koordinasi antara Divisi Budidaya Tanaman Tahunan dan Divisi Trading terkait antara perkiraan produksi dengan jumlah permintaan apel sehingga risiko harga dapat diminimalkan. 3. Harga Obat-Obatan (X 3 ) Variabel harga obat-obatan (X 3 ) memiliki koefisien positif yang artinya antara harga obat-obatan dan penawaran apel memiliki hubungan positif. Hasil olahan regresi tidak sesuai dengan teori penawaran bahwa harga input produksi memiliki korelasi negatif dengan penawaran apel. Hasil ini mengindikasikan bahwa semakin intensifnya penggunaan obat-obatan dalam pengendalian hama 79

95 dan penyakit pada tanaman apel. Adanya pencegahan serangan hama dan penyakit ini dapat meningkatkan produksi tanaman apel itu sendiri. Dilihat dari nilai P-value dari variabel harga obat-obatan ini, maka variabel harga obat obatan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat penawaran apel. Hal tersebut disebabkan karena tanaman apel memiliki ketergantungan obatobatan relatif tinggi untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerangnya sehingga apabila terjadi kenaikan harga obat-obatan perusahaan akan tetap menggunakannya tanpa mengurangi dosis pemakaian obat-obatan tersebut. Obatobatan tersebut meliputi pestisida dan fungisida, terlebih sistem pengendalian yang diterapkan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya bersifat preventif sehingga kebutuhan akan obat-obatan relatif besar. 4. Upah Tenaga Kerja (X 4 ) Variabel upah tenaga kerja memiliki koefisien yang bernilai positif, yang artinya bahwa terdapat hubungan positif antara besarnya upah tenaga kerja dengan jumlah penawaran apel. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori penawaran bahwa harga input berpengaruh negatif terhadap jumlah penawaran. Adanya kenaikan upah tenaga kerja tidak menyebabkan pengurangan jumlah tenaga kerja. Hal ini dikarenakan tanaman apel yang membutuhkan perawatan yang intensif jika terjadi pengurangan tenaga kerja akan mengakibatkan produksi apel menurun. Selain itu terkait dengan kegiatan budidaya apel seperti pengguguran daun, pemangkasan, penyemprotan yang membutuhkan tenaga kerja yang tidak sedikit, berpengalaman dan teliti serta membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Hubungan positif antara upah tenaga kerja dengan penawaran apel mengindikasikan bahwa apabila tenaga kerja kesejahteraan mengalami peningkatan maka kinerja mereka juga baik, sehingga mampu meningkatkan produktivitas tanaman apel itu sendiri. Namun jika dilihat nilai p-value yang lebih besar jika dibandingkan dengan taraf nyata lima persen mengindikasikan bahwa kenaikan upah tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap besarnya jumlah penawaran apel. Hal itu dikarenakan perusahaan lebih mengutamakan menggunakan tenaga kerja dengan sistem borongan. Sistem borongan memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan antara lain waktu kerja yang lebih terkontrol karena perusahaan memberikan batas waktu penyelesaian untuk setiap kegiatan budidaya yang 80

96 dilakukan lebih cepat dibandingkan apabila dikerjakan tenaga kerja harian atau kontrak. Selain itu upah tenaga kerja borongan relatif lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja harian. Dengan begitu biaya produksi dapat ditekan sehingga kenaikan upah tenaga kerja tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kegiatan budidaya sehingga produksi dan kualitas produk yang dihasilkan akan tetap terjamin. Alasan lain yaitu budidaya apel pada dasarnya lebih didominasi dipengaruhi oleh faktor iklim dan cuaca, sehingga seberapapun ketelitian para tenaga kerja belum tentu dapat meningkatkan produktivitas tanaman apel. 5. Ekspektasi Produksi Apel (X 5 ) Nilai ekspektasi produksi apel merupakan gambaran seberapa besar harapan perusahaan terhadap hasil panen apel. Koefisien nilai ekspektasi produksi bernilai positif yaitu sebesar 0,6194. Hal ini sesuai dengan teori penawaran yang menjelaskan bahwa besarnya harapan perusahaan terhadap produksi apel berpengaruh positif terhadap penawaran apel. Nilai ekspektasi produksi apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya diambil dari Rancangan Anggaran Belanja PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Penentuan nilai ekspektasi ini didasarkan kepada kondisi tanaman di lapang, kondisi cuaca, serta pengalaman produksi sebelumnya. Berdasarkan nilai P-value variabel nilai ekspektasi produksi apel berpengaruh signifikan terhadap penawaran apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya pada taraf nyata lima persen. Hasil ini menunjukkan bahwa motivasi perusahaan untuk memproduksi apel cukup tinggi. Hal tersebut terkait apel merupakan komoditas utama yang dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya, selain itu apel memberikan kontribusi pendapatan yang terbesar dibandingkan dengan komoditas lainnya yang dibudidayakan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yaitu sekitar 55,17 persen dari total pendapatan yang diperoleh PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dari kegiatan pembudidayaan buah. 6. Variasi Produksi Apel (X 6 ) Variabel variasi produksi apel (X 6 ) mempunyai koefisien yang bernilai positif yaitu sebesar 0, Nilai koefisien ini tidak sesuai dengan hipotesis 81

97 awal yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan nilai variasi produksi maka produsen cenderung akan mengurangi jumlah penawaran. Variabel variasi produksi apel ini menggambarkan tingkat risiko produksi yang dihadapi dalam pembudidayaan apel. Semakin tinggi nilai variasinya maka semakin tinggi pula risiko produksi yang dihadapi oleh perusahaan. Dilihat dari nilai P-value, variabel variasi produksi ini berpengaruh nyata terhadap penawaran pada taraf nyata lima persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembudidayaan apel di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menghadapi risiko produksi. Risiko produksi yang dihadapi perusahaan relatif besar namun perusahaan tetap berusaha untuk meningkatkan penawaran apel. Hal itu disebabkan dari segi harga, harga jual apel perusahaan relatif tinggi sehingga merangsang perusahaan unuk terus meningkatkan penawaran apel dengan harapan keuntungan yang diperoleh perusahaan akan semakin besar. Jadi dapat disimpulkan meskipun tingkat risiko produksi yang dihadapi perusahaan relatif tinggi namun perusahaan tetap berusaha meningkatkan produksi apel. 7. Variabel Harga Jeruk (X 7 ), Harga Jambu (X 8 ), Harga Buah Naga (X 9 ), dan Harga Strawberi (X 10 ) Variabel lain yang digunakan untuk mengidentifikasi perilaku penawaran apel Kusuma Agrowisata yaitu variabel harga komoditas lain yang dihasilkan oleh Kusuma Agorwisata. Komoditas tersebut antara lain buah, sayuran organik, dan sayuran hidroponik. Hanya saja dalam penelitian ini variabel yang digunakan hanya variabel harga untuk komoditas buah-buahan saja. Variabel yang digunakan yaitu variabel harga jeruk (X 7 ), harga jambu (X 8 ), harga buah naga (X 9 ), dan harga strawberi (X 10 ). Dilihat dari nilai koefisien keempat variabel tersebut variabel harga buah jeruk (X 7 ) dan jambu (X 8 ) bernilai negatif yang artinya bahwa harga kedua komoditas tersebut berpengaruh negatif terhadap penawaran apel. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman jeruk dan jambu merupakan tanaman pesaing atau kompetitor dari tanaman apel. Persaingan ini dicerminkan dengan makin kurang intensifnya pemeliharaan buah apel dibandingkan buah jeruk atau jambu ketika kedua harga buah tersebut meningkat atau lebh tinggi dibandingkan harga apel. Selain itu ketika produksi apel mengalami penurunan yaitu sekitar bulan April 82

98 hingga Juli maka kedua komoditas ini yang akan menggantikan apel terutama untuk memenuhi permintaan wisata petik. Apabila produksi apel untuk wisata petik mengalami penurunan maka wisata petik apel akan dialihkan ke wisata petik jeruk atau jambu. Sedangkan untuk penjualan langsung, ketidaktersediaan apel yang cukup akan dibantu suplai buah apel di luar kebun Kusuma Agrowisata seperti suplai apel dari mitra tani maupun mitra beli, hanya saja khusus buah apel yang memenuhi standar mutu dan kualitas yang ditetapkan oleh Kusuma Agrowisata. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 15 yang menunjukkan produksi antara buah apel, jeruk dan jambu. Berdasarkan nilai P-value kedua komoditas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran apel, karena pada dasarnya komoditas-komoditas tersebut memiliki pasar masing-masing. Gambar 15. Perbandingan Produksi Apel, Jeruk dan Jambu Kusuma Agrowisata Periode Januari April 2010 Sumber : Laporan Manajemen Kusuma Agrowisata Sedangkan variabel harga buah naga (X 9 ) dan strawberi (X 10 ) bernilai positif yang artinya harga kedua komoditas tersebut akan berpengaruh positif terhadap penawaran apel. Harga buah naga yang meningkat mengindikasikan bahwa ketersediaan buah ini di Kusuma Agrowisata menurun atau memang sedang tidak berbuah. Untuk menutupi biaya produksi dari budidaya buah naga tersebut maka Kusuma Agrowisata akan meningkatkan penawaran apel dan begitupun sebaliknya. Alasan Kusuma Agrowisata membudidayakan buah naga adalah budidaya buah naga dianggap menguntungkan bagi perusahaan dengan 83

99 harga jual buah tersebut cukup tinggi yaitu berkisar antara Rp Rp per kg. Berdasarkan nilai P-value dapat disimpulkan bahwa variabel harga buah naga tidak berpengaruh signifikan pada taraf nyata lima persen terhadap penawaran buah apel. Buah strawberi merupakan komoditas yang cukup penting selain apel yang dibudidayakan di Kusuma Agrowisata. Hubungan positif yang terjadi antara apel dengan strawberi disebabkan karena dua komoditas ini merupakan komoditas utama yang dibudidayakan oleh perusahaan terutama untuk wisata petik. Kondisi yang terjadi di lapangan kedua komoditas ini ditawarkan dalam satu paket wisata petik. Sedangkan untuk penjualan langsung melalui Divisi Trading, konsumen cenderung akan memilih buah apel apabila harga strawberi meningkat sehingga, untuk mengatasi dampak peningkatan harga strawberi tersebut perusahaan akan meningkatkan penawaran apel. Namun pada dasarnya kedua komoditas ini memiliki pasar masing-masing sehingga harga strawberi tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran apel. 84

100 VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Risiko harga apel yang dihadapi PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya sebesar 14,57 persen. Indikasi adanya risiko harga apel yaitu adanya fluktuasi harga apel yang dihadapi perusahaan. Fluktuasi harga apel ini dipengaruhi secara nyata oleh harga apel periode sebelumnya dan jumlah penawaran apel. Selain itu risiko harga apel juga dipengaruhi secara nyata oleh risiko harga apel periode sebelumnya. Risiko harga apel periode sebelumnya berpengaruh positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa peningkatan risiko harga apel periode sebelumnya akan meningkatkan risiko harga apel periode berikutnya. Faktor faktor yang berpengaruh nyata terhadap penawaran buah apel antara lain ekspektasi harga buah apel, ekspektasi produksi dan variasi produksi apel. Ketiga variabel tersebut memiliki koefisien yang bernilai positif. Sementara variabel yang lain tidak berpengaruh nyata terhadap penawaran buah apel. Namun demikian, diantara variabel tersebut terdapat beberapa variabel yang mempunyai pengaruh positif, variabel tersebut antara lain harga obat-obatan, upah tenaga kerja, harga buah naga dan harga strawberi. 8.2 Saran 1. Perusahaan disarankan untuk mengembangkan penggunaan teknologi penyimpanan seperti cold storage, agar pada saat panen raya perusahaan dapat menyimpan buah apel untuk kemudian dijual pada saat terjadi kelangkaan buah. Tujuan dari kegiatan penyimpanan ini adalah agar buah apel terjamin ketersediaannya dan harga yang diterima perusahaan tidak akan berfluktuatif. 2. Untuk penyempurnaan penelitian tentang penawaran apel disarankan untuk penelitian selanjutnya agar menyertakan variabel dummy musiman sehingga dapat dijelaskan bagaimana pengaruh variabel musiman terhadap penawaran apel. Sehingga dapat membantu perusahaan maupun produsen apel lainnya dalam menyusun strategi terkait dengan adanya perbedaan kondisi penawaran dan harga apel pada musim penghujan dan musim kemarau. Variabel lain yang disarankan untuk penelitian selanjutnya antara lain variabel harga input seperti bibit, pupuk, dan lag harga komoditas lain. 85

101 DAFTAR PUSTAKA Ariani R Analisis Daya Saing Apel (Malus sylvestris Mill) di Sentra Produksi Kota Batu Propinsi Jawa Timur (Kasus Desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu) [skripsi]. Bogor : Program Studi Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik Berita Resmi Statistik. [27 November 2009]. [BPS] Badan Pusat Statisika Kota Batu Kota Batu dalam Tahun Batu : BPS Kota Batu. Debertin DL Agricultural Production Economics. New York : Macmillan Publishing Company. [Ditjen Hortikultura]. 2009a. Nilai PDB Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku Periode Jakarta : Ditjen Hortikultura. [Ditjen Hortikultura]. 2009b. Konsumsi Buah-Buahan Perkapita Indonesia Periode Jakarta : Ditjen Hortikultura. [Ditjen Hortikultura]. 2009c. Nilai Impor Buah-Buahan Indonesia Tahun Jakarta : Ditjen Hortikultura. Div. Administrasi dan Marketing Laporan Manajemen PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Tahun Batu : PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Fariyanti A Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung [disertasi]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Firdaus M Analisis Deret Waktu Satu Ragam. Bogor: IPB Press Hadi S Respon Penawaran Karet Alam Riau dan Kelembagaan Pengusahaannya di Perkebunan Rakyat [tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Hartoyo S, Mizuno K, Mugniesyah SS Comparative Analysis of Farma Management and Risk : Case Study in Two Upland Villages, West Java. In : Hayashi Y, Manuwoto S dan Hartoyo S (Eds). Sustainable Agricultural in Rural Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Harwood J, Heifner R, Coble K, Perry J, Somwaru A Managing Risk in Farming: Concepts, Research and Analysis. Agricultural Economic Report No.774. US Department of Agriculture. Hyman DN Microeconomics. United State of America : McGraw Hill. 86

102 Juanda B Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor : IPB Press [KAA] Klinik Agribisnis Profil PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Batu : PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Komarudin A Analisis Permintaan Impor Buah Apel di Indonesia [skripsi]. Bogor: Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kusumo S Apel (Malus sylvestris Mill). Jakarta: C.V. Yasaguna. Lipsey GR, Courant PN, Purvis DD, Steiner PO Pengantar Mikroekonomi Jilid 1. Wasana AJ, Kirbrandoko, Penerjemah; Jakarta: Binarupa Aksara. Terjemahan dari: Economics 10th ed. Mankiw N.G Pengantar Ekonomi. Jakarta: Penerbit Erlangga Marudut H Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Daging Sapi Domestik [skripsi]. Bogor: Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Megasari R Analisis Risiko Harga Komoditi Cabai Merah Keriting dan Cabai Merah Besar di Indonesia [skripsi]. Bogor: Jurusan Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nicholson W Teori Mikroekonomi Prinsip Dasar dan Perluasan. Jakarta: Binarupa Aksara. Nicholson W Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Jakarta: Binarupa Aksara. Nugroho A.P Analisis Pendapatan Usahatani Apel Malang [skripsi]. Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Robison, L.J., P.J. Barry The Competitive Firm s Response To Risk. New York: Macmillan Publishing Company. Santoso P Analisis Ekonomi Peremajaan Usahatani Apel. Jurnal Hortikultura 2(3) : Slameto Analisis Produksi Penawaran dan Pemasaran Kakao di Daerah Sentra Pengembangan Komoditas Unggulan Lampung [tesis]. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Soelarso B Budidaya Apel. Yogyakarta : Kanisius. Suryani T Permintaaan dan Penawaran Daging Ayam Broiler di Indonesia [skripsi]. Bogor : Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 87

103 Utami AD Risiko Produksi dan Perilaku Penawaran Bawang Merah di Kabupaten Brebes [skripsi]. Bogor: Jurusan Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Uzlifah I Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Konsumsi Buah Apel di Kota Bogor [skripsi] : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian bogor. Yusni R Analisis Risiko Harga Day Old Chick (DOC) Broiler dan Layer pada PT. Sierad Produce Tbk. Parung, Bogor [skripsi]. Bogor: Program Sarjana Agribisnis Penyelenggaraan Khusus, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. 88

104 LAMPIRAN 89

105 Lampitan 1. Pendapatan dari Budidaya Tanaman Buah PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya (Ribu Rupiah) Tahun * No. Komoditas Tahun * 1. Apel , , , ,5 2. Jeruk , , , ,1 3. Jambu , , , ,2 4. Buah Naga , , , ,4 5. Strawberry , , , ,4 Keterangan * : Pendapatan Sampai Bulan April Sumber : Laporan Manajemen Kusuma Agrowisata

106 Lampiran 2. Model Regresi Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 06:48 Sample: Included observations: 485 Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t LNPT_ LNS C R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

107 Lampiran 3. Uji ARCH LM Terhadap Model Regresi Harga apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 07:10 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

108 Lampiran 4. Uji White Terhadap Model Regresi Harga apel White Heteroskedasticity Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/04/10 Time: 13:19 Sample: Included observations: 485 Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C LNPT_ LNPT_1^ LNPT_1*LNS LNS LNS^ R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

109 Lampiran 5. Model ARCH (1) GARCH (0) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 06:57 Sample: Included observations: 485 Convergence achieved after 7 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C ARCH(1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

110 Lampiran 6. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH(1) GARCH (0) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 07:07 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

111 Lampiran 7. Model ARCH (1) GARCH (1) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 06:59 Sample: Included observations: 485 Convergence achieved after 9 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C ARCH(1) GARCH(1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

112 Lampiran 8. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH(1) GARCH (1) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 07:20 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

113 Lampiran 9. Model ARCH (1) GARCH (2) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 07:01 Sample: Included observations: 485 Failure to improve Likelihood after 4 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C ARCH(1) GARCH(1) GARCH(2) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

114 Lampiran 10. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH(1) GARCH (2) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 07:22 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

115 Lampiran 11. Model ARCH (1) GARCH (3) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 07:23 Sample: Included observations: 485 Convergence achieved after 8 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C ARCH(1) GARCH(1) GARCH(2) GARCH(3) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

116 Lampiran 12. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH(1) GARCH (3) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 07:24 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

117 Lampiran 13. Model ARCH (2) GARCH (0) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 07:26 Sample: Included observations: 485 Convergence achieved after 6 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C ARCH(1) ARCH(2) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

118 Lampiran 14. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (0) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 07:29 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

119 Lampiran 15. Model ARCH (2) GARCH (1) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 07:32 Sample: Included observations: 485 Convergence achieved after 11 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C ARCH(1) ARCH(2) GARCH(1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

120 Lampiran 16. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (1) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 07:45 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

121 Lampiran 17. Model ARCH (2) GARCH (2) Harga apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 08:21 Sample: Included observations: 485 Failure to improve Likelihood after 7 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C ARCH(1) ARCH(2) GARCH(1) GARCH(2) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

122 Lampiran 18. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (2) Harga apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 08:22 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

123 Lampiran 19. Model ARCH (2) GARCH (3) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 08:23 Sample: Included observations: 485 Convergence achieved after 9 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C ARCH(1) ARCH(2) GARCH(1) GARCH(2) GARCH(3) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

124 Lampiran 20. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (2) GARCH (3) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 08:24 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

125 Lampiran 21. Model ARCH (3) GARCH (0) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 08:25 Sample: Included observations: 485 Convergence achieved after 6 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C ARCH(1) ARCH(2) ARCH(3) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

126 Lampiran 22. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (3) GARCH (0) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 08:26 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

127 Lampiran 23. Model ARCH (3) GARCH (1) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 08:27 Sample: Included observations: 485 Convergence achieved after 15 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C 8.19E E ARCH(1) ARCH(2) ARCH(3) GARCH(1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

128 Lampiran 24. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (3) GARCH (1) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 08:27 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

129 Lampiran 25. Model ARCH (3) GARCH (2) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 08:29 Sample: Included observations: 485 Convergence achieved after 10 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C 7.10E E ARCH(1) ARCH(2) ARCH(3) GARCH(1) GARCH(2) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

130 Lampiran 26. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (3) GARCH (2) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 08:30 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

131 Lampiran 27. Model ARCH (3) GARCH (3) Harga Apel Dependent Variable: SER01 Method: ML - ARCH (Marquardt) Date: 07/24/10 Time: 08:31 Sample: Included observations: 485 Convergence achieved after 17 iterations Variance backcast: ON Coefficien Std. Error z-statistic Prob. t LNPT_ LNS C Variance Equation C ARCH(1) ARCH(2) ARCH(3) GARCH(1) GARCH(2) GARCH(3) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

132 Lampiran 28. Uji ARCH LM Terhadap Model ARCH (3) GARCH (3) Harga Apel ARCH Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: STD_RESID^2 Method: Least Squares Date: 07/24/10 Time: 08:33 Sample(adjusted): Included observations: 484 after adjusting endpoints Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C STD_RESID^2(-1) R-squared Mean dependent var Adjusted R-squared S.D. dependent var S.E. of regression Akaike info criterion Sum squared resid Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

133 Lampiran 29. Analisis Regresi Linier Berganda Model Penduga Penawaran Apel The regression equation is Y = ,176 X1-0, X2 + 0,00206 X3 + 0, X4 + 0,619 X5 + 0, X6-0,0109 X7-0,0249 X8 + 0,0712 X9 + 0,0112 X10 Predictor Coef SE Coef T P VIF Constant ,34 0,186 X1 0, , ,41 0,020 1,7 X2-0, , ,57 0,124 1,2 X3 0, , ,67 0,509 1,4 X4 0, , ,36 0,719 1,4 X5 0,6194 0,2652 2,34 0,024 1,7 X6 0, , ,48 0,001 1,3 X7-0, , ,13 0,898 1,5 X8-0, , ,42 0,675 2,0 X9 0, , ,58 0,122 1,3 X10 0, , ,62 0,538 1,4 S = 2167,97 R-Sq = 60,7% R-Sq(adj) = 51,1% PRESS = R-Sq(pred) = 0,00% Analysis of Variance Source DF SS MS F P Regression ,34 0,000 Residual Error Total Source DF Seq SS X X X X X X X X X X Unusual Observations Obs X1 Y Fit SE Fit Residual St Resid ,48R ,63 X ,93R ,59 X ,66 X ,21R R denotes an observation with a large standardized residual. X denotes an observation whose X value gives it large influence. Durbin-Watson statistic = 1,

134 Lampiran 30. Uji Normalitas Model Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Probability Plot of RESI1 Normal Percent Mean -2,31746E-12 StDev 1944 N 52 A D 0,391 P-Value 0, RESI

135 Lampiran 31. Uji Heteroskedastisitas Model Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya White Heteroskedasticity Test: F-statistic Probability Obs*R-squared Probability Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 11/27/10 Time: 15:40 Sample: 1 52 Included observations: 52 Variable Coefficien Std. Error t-statistic Prob. t C -4.38E E X X1^ X X2^2 8.71E E X X3^ X X4^2-9.10E X X5^ X X6^2-4.74E E X X7^ X X8^ X X9^ X_ X_10^ R-squared Mean dependent var 4.91E+0 8 Adjusted R-squared S.D. dependent var 7.33E+0 8 S.E. of regression 6.46E+08 Akaike info criterion Sum squared resid 1.29E+19 Schwarz criterion Log likelihood F-statistic Durbin-Watson stat Prob(F-statistic)

136 Lampiran 32. Peta Lokasi PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 121

137 Lampiran 33. Komoditas Buah yang Dihasilkan PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya a. Apel Rome b. Apel Ana c. Apel Manalagi d. Jeruk Java e. Buah Naga f. Strawberi g. Pink Guava 122

138 Lampiran 34. Kebun Buah PT Kusuma Satria Dinasasri Wistajaya a. Kebun Apel b. Kebun Apel Produksi c. Kebun Strawberi d. Kebun Jambu e. Kebun Jeruk f. Kebun Buah 123

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO HARGA

VI ANALISIS RISIKO HARGA VI ANALISIS RISIKO HARGA 6.1 Analisis Risiko Harga Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan tanaman hortikultura

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENAWARAN APEL

VII ANALISIS PENAWARAN APEL VII ANALISIS PENAWARAN APEL 7.1 Analisis Penawaran Apel PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya Pada penelitian ini penawaran apel di Divisi Trading PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dijelaskan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian mengenai risiko harga dan perilaku penawaran apel dilakukan di PT Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang beralamat di Jalan Abdul Gani Atas, Kelurahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah) 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Sektor pertanian adalah salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

RISIKO HARGA KUBIS DAN BAWANG MERAH DI INDONESIA

RISIKO HARGA KUBIS DAN BAWANG MERAH DI INDONESIA RISIKO HARGA KUBIS DAN BAWANG MERAH DI INDONESIA SKRIPSI NOVY HERVIYANI H34050010 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN NOVY HERVIYANI. Risiko

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H

DAN PEMASARAN NENAS BOGOR BOGOR SNIS SKRIPSI H ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN NENAS BOGOR Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor SKRIPSI ERIK LAKSAMANA SIREGAR H 34076059 DEPARTEMEN AGRIBIS SNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan yang bidang pekerjaannya berhubungan dengan pemanfaatan alam sekitar dengan menghasilkan produk pertanian yang diperlukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian tentang risiko harga sayuran di Indonesia mencakup komoditas kentang, kubis, dan tomat dilakukan di Pasar Induk Kramat Jati, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 4 Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011]

TINJAUAN PUSTAKA. 4  Pengertian Manajemen Risiko [26 Juli 2011] II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber-sumber Risiko Risiko dapat dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Risiko dapat terjadi pada pelayanan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

RISIKO HARGA SAYURAN DI INDONESIA

RISIKO HARGA SAYURAN DI INDONESIA RISIKO HARGA SAYURAN DI INDONESIA SKRIPSI MUHAMAD KHAIRUL AMRI H34096064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i RINGKASAN MUHAMAD KHAIRUL AMRI. Risiko

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kapupaten Brebes merupakan sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark mengingat posisinya sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus : Kelompok Wanita Tani Hanjuang, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Skripsi SRI ROSMAYANTI H 34076143 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELANCARAN PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Cimanggis, Cabang Pasar Minggu) SKRIPSI VIRGITHA ISANDA AGUSTANIA H34050921 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H

ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H ANALISIS VOLATILITAS HARGA BUAH-BUAHAN INDONESIA (KASUS PASAR INDUK KRAMAT JATI JAKARTA) OLEH BAYU SASONO AJI H14052004 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

30% Pertanian 0% TAHUN

30% Pertanian 0% TAHUN PERANAN SEKTOR TERHADAP PDB TOTAL I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Julukan negara agraris yang kerap kali disematkan pada Indonesia dirasa memang benar adanya. Pertanian merupakan salah satu sumber kehidupan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi dan permintaan pasar yang tinggi. Luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAGING SAPI POTONG DOMESTIK SKRIPSI MARUDUT HUTABALIAN A14105571 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA. Oleh : AYU LESTARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Oleh : AYU LESTARI A14102659 PROGRAM STUDI EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor unggulan dalam sektor pertanian di Indonesia. Perkembangan hortikultura di Indonesia dapat dilihat dari perkembangan produksi

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia

V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia 58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wortel merupakan salah satu tanaman sayuran yang digemari masyarakat. Komoditas ini terkenal karena rasanya yang manis dan aromanya yang khas 1. Selain itu wortel juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan ribuan pulau yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sasaran pembangunan nasional diantaranya adalah pertumbuhan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor pertanian memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan tumbuh-tumbuhan dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A

Oleh : Apollonaris Ratu Daton A ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAMBU MENTE (Anacardium Occidentale L.) (Kasus di Desa Ratulodong, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur ) Oleh : Apollonaris Ratu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 Prospek dan Arah Pengembangan AGRIBISNIS BAWANG MERAH Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN Atas perkenan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang beriklim tropis dan relatif subur. Atas alasan demikian Indonesia memiliki kekayaan flora yang melimpah juga beraneka ragam.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN ULAT SUTERA (Studi Kasus pada Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin, Desa Karyasari, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor) SKRIPSI MADA PRADANA H34051579 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara tradisional Indonesia adalah negara agraris yang banyak bergantung pada aktivitas dan hasil pertanian, dapat diartikan juga sebagai negara yang mengandalkan sektor

Lebih terperinci