BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini dilakukan kajian - kajian dari berbagai sumber yang dijadikan sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini dilakukan kajian - kajian dari berbagai sumber yang dijadikan sebagai"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Tinjauan pustaka merupakan dasar - dasar atau landasan teori yang akan dijadikan acuan pedoman dalam menganalisis data pendukung dan merencanakan suatu penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan kajian - kajian dari berbagai sumber yang dijadikan sebagai referensi seperti: buku-buku Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Studi terdahulu tentang Analisis Tingkat Pelayanan Busway dan beberapa kajian Undang-undang, SK Dirjen, Keptusan Mentri Perhubungan, dll yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian TEORI DASAR Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk terutama di kota besar seperti DKI Jakarta yang mayoritas besar masyarakatnya merupakan masyarakat pendatang membuat kota ini mengalami peningkatan populasi penduduk setiap tahun-nya. Akibatnya tidak sedikit masyarakat yang bekerja di Jakarta harus menempuh perjalanan yang cukup jauh untuk menuju tempat kerja mereka karena rata-rata tinggal di daerah perbatasan Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Bagi sebagian besar warga masyarakat pilihan moda transportasi yang sering digunakan adalah kendaraan pribadi yaitu mobil dan sepeda motor. Banyak alasan untuk memilih kendaraan pribadi sebagai moda transportasi kerja, antara lain karena masalah privasi dan kenyamanan. Tentu hal tersebut akan berdampak pada kemacetan lalu lintas pada daerah perbatasan menuju Jakarta. Lain halnya jika banyak orang menggunakan angkutan umum. Satu angkutan / kendaraan umum mampu mengangkut lebih dari satu II - 1

2 penumpang, yang berarti mengurangi kemacetan dan juga polusi udara yang ditimbulkan kendaraan bermotor. Pada dasarnya angkutan umum dahulu mulai diperkenalkan di Jakarta pada akhir tahun 1970-an dengan nama mikrolet, tetapi ada juga yang menyebutnya angkot di beberapa daerah. Tarif yang dibebankan ke penumpang bervariasi tergantung jarak tempuh yang dituju. Jalur operasi suatu angkutan kota dapat diketahui melalui beberapa warna atau kode berupa huruf atau angka yang ada di badannya. Arti dari angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sisitem sewa atau membayar. Yang keberadaan angkutan umum ini bertujuan untuk menyelenggarakan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat. Ukuran pelayanan yang baik adalah pelayanan yang aman, nyaman, cepat dan terjangkau / murah. Berikut merupakan standar kinerja angkutan umum adalah sebagai berikut : 1. Minimum Frekuensi Rata-rata 3 sampai 6 kendaaaan / jam, minimum 1,5 sampai 2 kendaraan / jam 2. Waktu Tunggu Rata-rata 5 sampai 10 menit, maksimum 10 sampai 20 menit. 3. Waktu perjalanan Rata-rata 1 sampai 1,5 jam, maksimum 2 sampai 3 jam. II - 2

3 4. Jumlah armada yang tepat sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang dapat dilakukan adalah jumlah yang mendekati besarnya kebutuhan. Berikut faktor-faktor yang harus diperhitungakan dalam menentukan jumlah armada yang tepat. a. Faktor muat (load factor) Faktor muat adalah perbandingan antara jumlah penumpang dari suatu angkutan umum dengan jumlah tempat duduk yang tersedia dinyatakan dalam satuan %. Dengan rumus : Psg LF C Dimana : Psg = Total penumpang yang diangkut. C = Kapasitas kendaraan b. Jumlah armada yang dibutuhkan Diestimasi dengan menggunakan rumus berikut : RTT N H Dimana : RTT = waktu sirkulasi (round trip time) (menit) H = Waktu antara (headway) (menit) c. Waktu Sirkulasi (RTT) Diestimasi dengan menggunakan rumus berikut : RTTABA = (TAB+TBA)+(SAB+SBA)+(TTA+TTB) II - 3

4 Dimana : TAB = Waktu perjalanan rata-rata dari A ke B TBA = Waktu perjalanan rata-rata dari B ke A SAB = Deviasi waktu perjalanan dari A ke B SBA = Deviasi waktu perjalanan dari B ke A TTA = Waktu henti kendaraan di A TTB = Waktu henti kendaraan di B d. Waktu antara (Headway) H Headway adalah waktu antara kendaraan melintasi rute yang ditentukan. Diestimasi dengan rumus berikut : H 60. LF. C P Dimana : H = Waktu antara (headway) (menit) P = Jumlah penumpang perjam pada seksi terpadat C = Kapasitas Kendaraan LF = faktor muat, diambil 70% (pada kondisi dinamis) 5 Standard dimensi kendaraan Standard dimensi yang telah ditentukan berdasarkan Standard Nasional Indonesia (RSNI-T ) adalah sebagai berikut : II - 4

5 a. Mobil Penumpang (P) = Panjang 5,8m ; Lebar 2,1m ; Tinggi 1,3m b. Truk As Tunggal (SU) = Panjang 9,0m ; Lebar 2,4m ; Tinggi 4,1m c. Bus Gandengan (A-BUS) = Panjang 18,0m ; Lebar 2,5m ; Tinggi 3,4m d. Truk Semitrailer (WB-12) = Panjang 13,9m ; Lebar 2,4m ; Tinggi 4,1m e. Truk Semitrailer (WB-15) = Panjang 16,8m ; Lebar 2,5m ; Tinggi 4,1m f. Convensional (SB) = Panjang 10,9m ; Lebar 2,4m ; Tinggi 3,2m g. City Transit Bus (CB) = Panjang 12,0m ; Lebar 2,5m ; Tinggi 3,2m Dalam pembahasan Tugas Akhir ini maka armada yang digunakan adalah Bus APTB yang termasuk ke dalam klasifikasi City Transit Bus (CB) dan berikut gambar dimensi kendaraan sesuai standar SNI terlihat pada gambar Gambar 2.1 Dimensi Kendaraan City Bus (CB) II - 5

6 2.2.1 Konsep Service Quality (Servqual) Servqual merupakan suatu metode / cara untuk mengukur kualitas pelayanan (kepuasan pelanggan, yaitu dengan mengukur harapan dan persepsi pelanggan yang meliputi dimensi kualitas pelayanan (tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy). Kunci dari kualitas adalah menyeimbangkan harapan dan persepsi pelanggan serta menutup kesenjangan (gap) antara harapan dan persepsi. Instrumen servqual terdiri dari 2 bagian yaitu bagian pertama berisi pernyataan atau pertanyaan untuk mengukur harapan pelanggan / konsumen, bagian kedua berisi pertanyaan untuk mengukur persepsi pelanggan terhadap pelayanan. Kedua bagian tersebut mengandung pernyataan yang berkaitan dengan kelima kualitas tersebut. Rumus yang dipakai untuk menghitung kualitas pelayanan adalah sebagai berikut Skor Servqual = Skor persepsi skor harapan Dengan Servqual maka dapat membantu menentukan dimana dan bagaimana tingkat kesenjangan terjadi. Sebagai contoh, jika hasil perhitungan menunjukan bahwa skor servqual makin jelek atau jatuh. Servqual ini dapat digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan karena merupakan alat yang terkenal, tepat dan terjamin validitas serta reliaibilitasnya Pemetaan Penilaian Kualitas Pelayanan (Servqual) Pemetaan penilaian kualitas pelayanan perlu dilakukan untuk lebih memudahkan perusahaan melihat penilaian konsumen tehadap masing-masing dimensi. Salah satu cara yang digunakan yaitu dengan menggunakan diagram 4 kuadran. Tingkat kinerja suatu atribut diletakkan di sumbu (x) dan tingkat pentingnya pada sumbu (y). II - 6

7 Kuadran I Prioritas utama Kuadran II Pertahankan Kuadran III Prioritas rendah Kuadran IV Berlebihan Gambar 2.2 Diagram Pemetaan Penialain Servqual Garis yang memotong tengah sumbu vertical dan horizontal didasarkan pada nilai rata-rata seluruh skor atribut kepuasan yang diteliti. Rata-rata penilaian kenerja / kepentingan = Jumlah total bobot per item Jumlah Responden Dengan adanya garis tengah rata-rata, maka kita bisa melihat keempat kuadran yang bisa kita jadikan acuan untuk penilaian kesenjangan. Kuadran I, mempunyai nilai kinerja rendah dengan kepentingan tinggi. Tingkat kepentingan yang tinggi ini mencerminkan bahwa pelanggan mempunyai harapan yang tinggi. Jadi akan sangatlah buruk konsekuensinya apabila perusahaan jusru mempunyai performance yang buruk di mata pelanggan. dipertahankan. Kuadran II, penilaian kinerja dan kepentigannya juga baik, maka hal ini harus II - 7

8 yang rendah. Kuadran III, penilaian kinerja dan kepentinganya sama-sama berada di posisi Kuadran IV, menunjukan penilaian kinerja yang tinggi namun nilai kepentingan yang rendah, artinya perusahaan justru mempunyai performance yang baik untuk hal-hal yang tidak penting. Selain itu juga di butuhkan suatu korelasi antar dimensi agar terlihat keterkaitannya. Korelasi yang sering digunakan oleh peneliti adalah korelasi Pearson atau Product Moment Corellation. Rumus korelasi Product Moment yaitu : r. xy ( x. xy 2 )( y 2 ) Keterangan : r_xy = koefisien korelasi antara variable X dan Y (2 variabel yang dikorelasikan) (x=x- M) dan (y=y-m) xy = jumlah perkalian X dan Y x^2 = kuadrat dari X (deviasi) y^2 = kuadrat dari Y (deviasi) II - 8

9 2.3 VALIDITAS DAN REALIBILITAS Validitas Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Suatu instrumen yang valid akan mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen (kuisioner) yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah. Secara umum terdapat dua macam validitas : 1. Validitas eksternal : validitas dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan informasi lain mengenai variabel penelitina yang dimaksud. 2. Validitas internal : validitas dicapai apabila terdapat kesesuaian antar bagianbagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan Realibilitas Realibilitas menunjuk pada tingkat keterandalan instrumen, apabila datanya memang benar sesuai kenyataannya maka berapa kalipun diambil tetap akan memperoleh hasil yang sama. Terdapat beberapa teknik mencari reliabilitas, tentunya pemilihan teknik tersebut disesuaikan dengan karakteristik data. Pada penelitian ini menggunakan rumus K-R21 yaitu dinyatakan sebagai berikut : r 11 M ( k M 1 1 kv1 k k ) Dimana : r11 = reliabilitas instrument II - 9

10 V1 = varians skor total K = banyaknya butir pertanyaan M = skor rata-rata 2.4 CHI - SQUARE Chi- square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel nominal yang lain. (C = Coefisien of Continguency). Ada beberapa karakteristik dalam chi-square yaitu, nilai chi-square selalu posotif, terdapat beberapa keluarga distribusi chi square, yaitu distribusi chi-square dengan DK = 1,2,3, dst, bentuk distribusi Chi-square adalah menjulur positif. Rumus Chi Square X ( fo fe fe 2 2 ) Dimana : X² = Nilai Chi Kuadrat Fe = Frekuensi yang diharapkan Fo = Frekuensi yang diperoleh/diamati II - 10

11 2.5 PERMASALAHAN ANGKUTAN UMUM (BUS APTB) Adapun permasalahan transportasi yang muncul terkait Sarana Angkutan Umum APTB, terutama di Jabodetabek, antara lain : 1. Pemilihan moda transportasi APTB lebih rendah daripada Kendaraan pribadi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan para pengguna kendaraan pribadi di area perbatasan enggan berpindah ke bus APTB antara lain : a. Pola Berfikir Masyarakat. Pola pikir masyarakat Jakarta lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena berfikir lebih nyaman, aman dan privasi terjaga. Padahal dengan banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi, maka arus lalu lintas kendaraan semakin padat dan terjadi kemacetan disepanjang jalan. b. Prasarana Transportasi yang kurang mendukung. Hal ini sangat penting karena pelayanan Bus APTB merupakan sarana transportasi antar kota sehingga membutuhkan prasarana transportasi yang terintegrasi dan memadahi. Apabila diamati prasarana transportasi APTB rute Ciputat-Kota masih kurang memadahi, seperti kurang tersedianya halte khusus APTB, tidak adanya jalur khusus APTB pada jalur ke arah Ciputat dan minimnya petugas keamanan pada halte, sehingga berdampak pada waktu tempuh dan kenyamanan penumpang. c. Pelayanan Bus APTB yang masih kurang memuaskan. Dari pengamatan di lapangan sering dijumpai perilaku sopir Bus APTB yang ugalugalan / ngebut dalam menjalankan armada tersebut meskipun sesuai peraturan pemerintah bahwa kecepatan maksimum busway/angkutan terintegrasi adalah 50 II - 11

12 km/jam. Sehingga sarana transportasi ini kurang memenuhi standar keamanan dan kenyamanan penumpang. d. Tarif Bus yang masih tergolong mahal dan tidak efisien. Pemberlakuan tarif angkutan yang masih belum terintegrasi dengan bus transjakarta membuat penumpang harus membayar dua kali ketika ingin naik bus APTB dari koridor Busway. Selain membayar tiket bus transjakarta penumpang diberlakukan tarif tambahan didalam bus APTB tertentu sehingga peminat transportasi ini lambat laun berkurang. 2.6 PERANGKAT TRANSPORTASI BUS APTB TRAYEK Sarana Bus yang digunakan sebagai bus APTB pada Trayek 04 (Ciputat Jakarta Kota) adalah bus Mercedes-Benz OH 1526 dengan karoseri Srikandi. Warna bus adalah dominasi warna Biru disertai stiker TJ (Transjakarta) sebagai simbol bahwa bus tersebut terintegrasi dengan armada transjakarta (busway) meskipun pengelolaan armada dibawah perusahaan otobus (PO) Bianglala Metropolitan. Bahan bakar yang digunakan adalah bio solar. Untuk interior langit - langit bus, menggunakan bahan yang tahan api sehingga jika terjadi percikan api tidak akan menjalar. Bus APTB Trayek 04 memiliki pintu yang terletak lebih tinggi dibanding bus umum lain sehingga hanya dapat dinaiki penumpang dari halte busway. Pintu tersebut terletak di bagian tengah kanan dan kiri. Pintu bus menggunakan sistem lipat otomatis yang dapat dikendalikan dari konsol yang ada di panel pengemudi. Kemudian di dekat kursi-kursi penumpang yang bagian belakangnya merupakan jalur pergeseran pintu, dipasang II - 12

13 pengaman yang terbuat dari gelas akrilik untuk menghindari terbenturnya bagian tubuh penumpang oleh pintu yang bergeser. Untuk keselamatan penumpang disediakan 4 buah palu pemecah kaca yang terpasang di beberapa bingkai jendela dan 3 buah pintu darurat yang bisa dibuka secara manual untuk keperluan evakuasi cepat dalam keadaan darurat. Gambar 2.3 Bus APTB Trayek 04 (Ciputat Jakarta Kota) Gambar 2.4 Interior Bus APTB Trayek 04 II - 13

14 2.6.2 Prasarana 1. Koridor Bus dan Halte Armada APTB tidak mempunyai halte khusus seperti Bus Transjakarta, oleh karena berfungsi sebagai sarana pendukung armada Bus Transjakarta, maka armada APTB diperbolehkan untuk berhenti di halte / koridor Bus Transjakarta. Adapun halte di luar koridor jalur Busway merupakan halte umum yang sudah lama dibuat oleh pemda setempat. Tentu saja halte di luar jalur busway mempunyai fasilitas prasarana yang lebih rendah dari halte Busway. Misalnya untuk trayek Ciputat Kota penumpang yang berada di kawasan Ciputat bisa naik APTB di Terminal Ciputat yang juga sebagai titik awal keberangkatan bus. Adapun salah satu halte yang berada di kawasan Ciputat memiliki konstruksi sederhana dengan lantai paving block, atap dari Alumunium Composite Panel (ACP) dan terbuka tanpa ada dinding atau kisi-kisi penutup halte seperti yang terlihat di halte UIN Ciputat. Sedangkan untuk halte Busway, kontruksi halte didominasi oleh bahan alumunium, baja, dan kaca. Ventilasi udara diberikan dengan menyediakan kisi- kisi alumunium pada sisi halte. Lantai halte dibuat dari pelat baja dan dibuat jembatan penyebrangan dari halte ke bus untuk memudahkan pada kaum difabilitas untuk naik. Dengan kondisi jalan dari arah Ciputat menuju Jl. TB Simatupang yang terpantau padat pada jam kerja, membuat penumpang harus rela menunggu sambil berdesakan di halte umum yang memiliki kapasitas orang yang lebih kecil dari pada halte Busway. Rute APTB Ciputat - Kota (APTB Trayek 04) yaitu : Terminal Ciputat - Jl. Dewi Sartika - Jl. Ir. H. Juanda - Jl. Ciputat Raya - Jl. TB Simatupang (ke Kota)/Jl. Pasar Jumat Raya (dari Kota) - Metro Pondok Indah - Jl. Margaguna- Jl. Radio Dalam - Jl. Kramat Pela - Jl. Panglima Polim - Jl. Sisingamangaraja - Koridor 1 (Masjid Agung - Bundaran Senayan - Gelora Bung Karno - Polda Metro - Bendungan Hilir - Karet - Setiabudi - Dukuh II - 14

15 Atas - Tosari - Bundaran HI - Sarinah - Bank Indonesia - Monas - Harmoni CB - Sawah Besar - Mangga Besar - Olimo - Glodok - Kota). Berikut adalah peta rute yang dilalui Bus APTB Trayek 04 (Ciputat Kota) dapat dilihat pada gambar Gambar 2.5 Peta Trayek Bus APTB 04 (Ciputat Jakarta Kota) Adapun halte Busway yang disinggahi oleh APTB adalah sebagai berikut : 1. Masjid Agung 2. Bundaran Senayan 3. Gelora Bung Karno 4. Polda Metro Jaya 5. Bendungan Hilir 6. Karet 7. Setiabudi II - 15

16 8. Dukuh Atas 9. Tosari ICBC 10. Bundaran Hotel Indonesia 11. Sarinah 12. Bank Indonesia 13. Monumen Nasional 14. Harmoni Central Busway 15. Sawah Besar 16. Mangga Besar 17. Olimo 18. Glodok 19. Stasiun Kota Pengoperasian Bus APTB Waktu Operasi Waktu beroperasi armada APTB adalah 05:00 21:00 WIB. Terkadang masih dijumpai armada tersebut beroperasi lebih dari jam dikarenakan terjebak kemacetan kendaraan dari arah Jakarta menuju Ciputat terutama di kawasan Lebak Bulus disebabkan fasilitas jalan sebagian dipergunakan untuk proyek MRT Tarif Tarif Bus APTB Trayek 04 (Ciputat Jakarta Kota) adalah Rp jika penumpang naik dari halte umum, sedangkan jika penumpang naik dari halte koridor Busway hanya dikenakan tarif Rp Penumpang yang telah membeli tiket di loket II - 16

17 koridor Busway selanjutnya akan diminta untuk membayar lagi tambahan tarif APTB sebesar Rp 5000 sebagai transaksi pembelian tarif tambahan bus APTB Kinerja Bus APTB Untuk dapat memenuhi visi & misi Bus APTB yaitu sebagai armada pendukung yang terintegrasi dengan Busway di area perbatasan Jabodetabek, maka pertama-tama kualitas pelayanan busway harus dipastikan sudah cukup baik. Jika kualitas pelayanan memuaskan maka pengguna kendaraan pribadi dengan sendirinya akan tertarik untuk menggunakan armada tersebut sebagai transportasi sehari-hari khususnya pada jalur perbatasan. Dengan berpindahnya penguna angkutan pribadi ke bus APTB maka kepadatan lalu lintas pada daerah perbatasan Jakarta akan bekurang dan kemacetan pun akan berkurang. Oleh sebab itu dalam skripsi ini penulis ingin mengevaluasi kinerja bus APTB saat ini sebagai masukan apakah armada tersebut sudah layak dijadikan sebagai sarana transportasi umum yang menjadi solusi pendukung bus Transjakarta yang sudah ada dalam operasionalnya saat ini khususnya pada rute / trayek 04 (Ciputat Jakarta Kota). Trayek 04 APTB memiliki panjang jalur + 30 km yang melayani angkutan dari Terminal Ciputat hingga Halte Jakarta Kota dengan estimasi waktu tempuh menit dengan rincian 60 menit pada waktu tidak sibuk (offpeak) dan 90 menit pada waktu sibuk (peak hour). Bus APTB memiliki kapasitas + 85 penumpang dengan rincian 35 penumpang duduk dan 50 penumpang berdiri. Pada trayek ini jarak keberangkatan antar kendaraan (headway) APTB dijadwalkan setiap menit dari halte Ciputat. II - 17

18 Di sepanjang jalur Ciputat-Pasar Jumat bus APTB bebas menurunkan dan menaikkan penumpang di mana saja. Setelah sampai di depan Sekolah Polwan, Pasar Jumat, Lebakbulus, APTB memasuki jalur busway dan bus ini hanya berhenti untuk menurunkan menumpang di halte-halte busway. Jumlah penumpang di trayek 04 rata-rata perhari mencapai orang pada hari kerja. Penyempurnaan infastruktur di sepanjang jalan yang dilalui trayek Ciputat - Kota oleh Pemda DKI seperti pembangunan proyek MRT (Mass Rapid Transit) dibeberapa titik menyebabkan waktu tempuh perjalanan bus APTB menjadi terhambat karena terjadi penyempitan ruas jalan sehingga terjadi kemacetan kendaraan. Ditambah pula dengan adanya persimpangan jalur regular, U-turn, pengaturan lampu lalu lintas, serta tidak adanya jalur khusus busway di area Ciputat Lebak Bulus sehingga berdampak pada kendala bertambahnya headway pada tiap halte. II - 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Dasar Sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat, banyak orang yang mampu membeli kendaraan pribadi. Banyak alasan untuk memiliki kendaraan pribadi, antara lain

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PROFIL PERUSAHAAN 4.1.1 TRANSJAKARTA BUSWAY BLUD Transjakarta Busway semula merupakan lemabaga non struktural Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta yaitu Badan Pengelola Transjakarta

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISA. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir. Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu

BAB IV DATA DAN ANALISA. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir. Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu BAB IV DATA DAN ANALISA 4. Presentasi Data 4.I. Jumlah Penumpang di Terminal Awal Akhir Dalam mengatur headway atau selang waktu keberangkatan dari suatu armada bus, peranan demand menjadi pertimbangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Angkutan Umum Menurut PP No.55 Tahun 2012 tentang kendaraan menyebutkan bahwa pengkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan mobil bus atau mobil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. penumpang, bus kecil, bus sedang,dan bus besar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Angkutan Umum Angkutan Umum dapat didefinisikan sebagai pemindahan manusia dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan umum adalah setiap

Lebih terperinci

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain.

gerak yang ada, keselamatan, kenyamanan, dan lain-lain. III. LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Kinerja Menurut Hendarto (2001), untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem transportasi, maka diperlukan beberapa indikator yang dapat dilihat. Indikator

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi makro perlu dipecahkan menjadi sistem transportasi yang lebih kecil 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Transportasi Angkutan Umum Untuk mendapatkan pengertian yang lebih mendalam serta guna mendapatkan alternatif pemecahan masalah transportasi perkotaan yang baik, maka

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta

Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (201) 1-6 1 Studi Perencanaan Rute LRT (Light Rail Transit) Sebagai Moda Pengumpan (Feeder) MRT Jakarta Mercyano Febrianda, Ir. Wahju Herijanto, MT. Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

Nur Safitri Ruchyat Marioen NIM Program Studi Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung ABSTRAK

Nur Safitri Ruchyat Marioen NIM Program Studi Teknik Sipil - Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung ABSTRAK ANALISIS KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN PERKOTAAN DI KOTA BANDUNG JENIS MOBIL PENUMPANG UMUM MENURUT PERSEPSI PENGGUNA STUDI KASUS : TRAYEK PANYILEUKAN-SEKEMIRUNG Nur Safitri Ruchyat Marioen NIM 15009121 Program

Lebih terperinci

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002) 1. Prasyarat Umum : a) Waktu tunggu rata-rata 5-10 menit dan maksimum 10-20 menit. b) Jarak pencapaian

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Angkutan Umum Penumpang (AUP) Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar, seperti angkutan kota (bus, mini bus, dsb), kereta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 249 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari uraian uraian sebelumnya, maka pada bab ini peneliti akan menarik kesimpulan serta memberikan rekomendasi terhadap hasil studi. Adapun kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut :

BAB III LANDASAN TEORI. dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut : BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Peraturan dan Undang-Undang Terkait. Peraturan dan pedoman teknis dari pelayanan trayek angkutan umum dimuat dan diatur dalam beberapa peraturan dan undang-undang sebagai berikut

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA Najid 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu angkutan/kendaraan pribadi dan angkutan umum atau publik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan dewasa ini. Sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan selalu

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Indikator Kinerja Angkutan Umum Angkutan umum dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila memenuhi kinerja-kinerja yang distandarkan. Hingga saat ini belum ada standar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii INTISARI... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY

BAB III. tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada. MULAI SURVEY BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bagan Alir Penelitian Agar penelitian lebih sistematis maka pada bab ini dijelaskan mengenai tahapan penelitian yang dilakukan sebagai pendekatan permasalahan yang ada.

Lebih terperinci

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1

IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 14 IV IMPLEMENTASI MODEL PADA PENGOPERASIAN BUS TRANSJAKARTA KORIDOR 1 4.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini ialah DKI Jakarta dan khususnya jalur busway Koridor 1 Blok M Kota. Berikut ialah rute

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP :

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP : 0421012 Pembimbing : Tan Lie Ing, ST., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek (manusia atau barang) dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan harapan penumpang. Kepuasan merupakan respon dari penumpang

BAB III LANDASAN TEORI. dengan harapan penumpang. Kepuasan merupakan respon dari penumpang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Kepuasan Penumpang Dalam Skripsi ini yang dibahas adalah tentang kepuasan penumpang terhadap pelayanan jasa angkutan umum antar kota dalam provinsi. Kepuasan adalah tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk disuatu negara akan berbanding lurus dengan kebutuhan sarana transportasi. Begitu pula di Indonesia, transportasi merupakan salah satu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang namanya transportasi, transportasi sudah lama ada dan cukup memiliki peranannya dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Berdasarkan UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan

BAB III LANDASAN TEORI. Berdasarkan UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Angkutan Umum Berdasarkan UU nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan menyatakan bahwa pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Kepuasan Penumpang Kepuasaan adalah paerasaan senang maupun kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dengan yang diharapan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Standar Pelayanan Angkutan Umum Pelayanan angkutan umum dapat dikatakan baik apabila sesuai dengan standar-standar yang telah di keluarkan pemerintah. Pengoperasian angkutan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan perjalanan banyak mengalami perubahan dari sisi jumlah tetapi tidak diimbangi dengan kualitas pelayanannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda hidup mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya. Kegiatan transportasi ini membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Kinerja Angkutan Umum Pelayanan angkutan umum yang sudah memenuhi kinerja yang baik apabila telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M ERWIN WAHAB Nrp 0121100 Pembimbing : Ir. V. Hartanto, M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI

ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI ARAHAN PENINGKATAN PELAYANAN BUS TRANSJAKARTA BERDASARKAN PREFERENSI PENGGUNA (KORIDOR I BLOK M-KOTA) HASRINA PUSPITASARI 3609100051 Latar Belakang Transjakarta sebagai angkutan transportasi yang tergolong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah pergerakan orang dan barang bisa dengan kendaraan bermotor, kendaraan tidak bermotor atau jalan kaki, namun di Indonesia sedikit tempat atau

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BUS TRANSJAKARTA

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BUS TRANSJAKARTA ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP KUALITAS LAYANAN BUS TRANSJAKARTA 69,47% MASALAH UTAMA DI DKI JAKARTA ADALAH Mengapa hal tersebut terjadi..? Rata rata pertambahan jumlah kendaraan di DKI sebesar 8

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah Kerja Untuk melakukan evaluasi kinerja dan kepuasan penumpang terhadap tingkat pelayanan bus DAMRI rutelebakbulus - Bandara Soekarno Hatta dibuat langkah kerja

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan

BAB III LANDASAN TEORI. instasi pemerintah berdasarkan indikator indikator teknis, administrasif dan BAB III LANDASAN TEORI A. Standar Operasional Prosedur ( SOP ) Standar Operasional Prosedur adalah pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Menurut Munawar (2005), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan diuraikan tahapan penelitian yang akan dilakukan sebagai pendekatan permasalahaan yang ada dalam menentukan tingkat kepuasan penumpang kereta-api

Lebih terperinci

A. Indicator Pelayanan Angkutan Umum 18 B. Waktu Antara {Headway) 18 C. Faktor Muat (Loadfactor) 19

A. Indicator Pelayanan Angkutan Umum 18 B. Waktu Antara {Headway) 18 C. Faktor Muat (Loadfactor) 19 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN KEASLIAN SKR1PSI HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH INTISARI ABSTRACT Halaman i

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Berdasarkan Keputusan Mentri Perhubungan No. 35 tahun 2003 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum, angkutan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Analisa Kepuasan Penumpang Angkutan Kota terhadap Sistem Pelayanan Angkutan Kota di Kota Sidoarjo ABSTRAK

Analisa Kepuasan Penumpang Angkutan Kota terhadap Sistem Pelayanan Angkutan Kota di Kota Sidoarjo ABSTRAK Volume 8, Nomor 1, Pebruari 010 Analisa Kepuasan Penumpang Angkutan Kota terhadap Sistem Pelayanan Angkutan Kota di Kota Sidoarjo Ibnu Sholichin Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil FTSP UPN Veteran Jatim

Lebih terperinci

yang sebenarnya dalam setiap harinya. Faktor muat (loadfactor) sangat dipengaruhi

yang sebenarnya dalam setiap harinya. Faktor muat (loadfactor) sangat dipengaruhi BAB III LANDASAN TEORI A. Faktor Muat (loadfactor) Faktor muat adalah merupakan perbandingan antara kapasitas terjual dan kapasitas yang tersedia untuk suatu perjalanan yang dinyatakan dalam persentase.

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO Juanita 1, Tito Pinandita 2* 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. LokasiPengamatan Lokasi pengamatan berada pada terminal Arjosari Kota Malang dan terminal Blitar. Sedangkan survei statis dilakukan di dalam bus sepanjang rute Malang-Blitar.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Kinerja Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kenerja dari sistem operasi trasportasi, maka diperlukan beberapa indikator yang dapat dilihat. Indikator tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Menurut Munawar, Ahmad (2005), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaran. Undang-undang

Lebih terperinci

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum

BAB III. Landasan Teori Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum BAB III Landasan Teori 3.1. Standar Pelayanan Kinerja Angkutan Umum Untuk mengetahui apakah angkutan umum itu sudah berjalan dengan baik atau belum dapat dievaluasi dengan memakai indikator kendaraan angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jakarta merupakan ibu kota Republik Indonesia, dikenal juga sebagai kota metropolitan. Sebagai kota besar Jakarta pasti memiliki banyak masalah, salah satunya

Lebih terperinci

KAJIAN KINERJA OPERASIONAL DAN PELAYANAN ANGKUTAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI JABABEKA I CIKARANG

KAJIAN KINERJA OPERASIONAL DAN PELAYANAN ANGKUTAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI JABABEKA I CIKARANG KAJIAN KINERJA OPERASIONAL DAN PELAYANAN ANGKUTAN KARYAWAN DI KAWASAN INDUSTRI JABABEKA I CIKARANG Panji Pasa Pratama *1, Harnen Sulistio 2, Achmad Wicaksono 2 1 Mahasiswa / Program Magister / Jurusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Umum Angkutan pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Umum Angkutan adalah sarana untuk memindahkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok orang menjangkau berbagai tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi sudah lama ada dalam perkembangan kehidupan manusia, dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang semakin berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DKI Jakarta sebagai ibu kota Republik Indonesia adalah pusat bisnis dan pusat pemerintahan dengan jumlah penduduk pada tahun 2014 mencapai 10,08 juta orang dan kepadatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Definisi evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya menilai sampai dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat dilaksanakan. Wakhinuddin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ANGKUTAN UMUM 2.1.1 Komponen Sistem Angkutan Umum Pada sistem angkutan umum, terdapat tiga komponen utama yang mempunyai peran dan kepentingan tertentu dan seringkali saling

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. angkutan umum, biaya angkutan menjadi beban angkutan bersama, sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. angkutan umum, biaya angkutan menjadi beban angkutan bersama, sehingga BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Angkutan Umum Angkutan umum adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan system sewa atau bayar. Dalam hal angkutan umum, biaya angkutan

Lebih terperinci

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai

BAB V. SIMPULAN dan SARAN. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 108 BAB V SIMPULAN dan SARAN 5.1 Simpulan berikut: Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, maka terdapat beberapa simpulan sebagai 1. Kelayakan bisnis pembukaan koridor busway (IX: Pinang Ranti-Pluit)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi penilaian. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah 2.2 Angkutan Undang undang Nomer 22 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transportasi Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat ini objek tersebut

Lebih terperinci

ANALISA KEPUASAN PENUMPANG ANGKUTAN KOTA TERHADAP SISTEM PELAYANAN ANGKUTAN KOTA YANG TIDAK MENGIKUTI TRAYEK (Studi Kasus: Kota Palu)

ANALISA KEPUASAN PENUMPANG ANGKUTAN KOTA TERHADAP SISTEM PELAYANAN ANGKUTAN KOTA YANG TIDAK MENGIKUTI TRAYEK (Studi Kasus: Kota Palu) ANALISA KEPUASAN PENUMPANG ANGKUTAN KOTA TERHADAP SISTEM PELAYANAN ANGKUTAN KOTA YANG TIDAK MENGIKUTI TRAYEK (Studi Kasus: Kota Palu) Lustriana Mahasiswa Program Pasca Sarjana Jurusan Manajemen dan Rekayasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Angkutan dapat didefenisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Angkutan jalan mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.

Lebih terperinci

Lebak Bulus Masuki Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta

Lebak Bulus Masuki Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta SIARAN PERS Untuk diterbitkan segera Lebak Bulus Masuki Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta Setelah dimulainya pekerjaan konstruksi skala besar untuk koridor MRT jalur layang (elevated) di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat pertumbuhan kendaraan di Indonesia khususnya di Kota Jakarta. Pada jaman yang berkembang pesat

Lebih terperinci

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA

NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA The 14 th FSTPT International Symposium, Pekanbaru, 11-12 November 2011 NILAI WAKTU PENGGUNA TRANSJAKARTA Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Univeritas Tarumanagara Email: najid2009@yahoo.com Bayu Arta Mahasiswa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 40 Tahun 2016 Seri E Nomor 29 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL ANGKUTAN MASSAL DI KOTA BOGOR Diundangkan dalam Berita Daerah

Lebih terperinci

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO

FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO K E M A C E T A N FOKE-NARA ADJI-RIZA JOKOWI-AHOK HIDAYAT-DIDIK FAISAL-BIEM ALEX-NONO arus dibuat program Meneruskan sistem Otoritas transportasi jangka pendek dan Pola Transportasi jakarta (busway dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marlok (1981), transportasi berarti memindahkan atau. mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti Transportasi Menurut Warpani (1990), transportasi atau perangkutan adalah kegiatan perpindahan orang dan barang dari satu tempat (asal) ke tempat lain (tujuan) dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perkembangan kota Surabaya yang diikuti dengan pertumbuhan penduduk serta laju pertumbuhan ekonomi mengakibatkan kebutuhan akan transportasi cukup tinggi. Saat ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Alur Penelitian Mulai Studi Pustaka Idenifikasi Masalah Pengumpulan Data Data Primer (Data Kuesioner) Data Responden Persepsi Pelanggan Harapan Pelanggan Data Skunder:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk terutama di kota besar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk terutama di kota besar BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk terutama di kota besar seperti DKI Jakarta yang mayoritas besar masyarakatnya merupakan masyarakat pendatang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Transportasi didefenisikan sebagai proses pergerakan atau perpindahan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan mempergunakan satu sistem tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Angkutan (transport) pada dasarnya adalah sarana untuk memindahkan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lain. Tujuannya membantu orang atau kelompok

Lebih terperinci

Bus Sekolah Sebagai Moda Alternatif untuk Mengurangi Volume Lalulintas Harian di Kota Yogyakarta

Bus Sekolah Sebagai Moda Alternatif untuk Mengurangi Volume Lalulintas Harian di Kota Yogyakarta Bus Sekolah Sebagai Moda Alternatif untuk Mengurangi Volume Lalulintas Harian di Kota Yogyakarta J.D.ANSUSANTO 1* dan G.L.GESONG 2 1,2 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Babarsari

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Pada bab sebelumnya telah dilakukan analisis-analisis mengenai karakteristik responden, karakteristik pergerakan responden,

Lebih terperinci

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis

BAB III. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Kondisi Provinsi DKI Jakarta Kondisi Geografis Jakarta Kondisi Demografis DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ii INTISARI... iii ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I. PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bus Way adalah sistem angkutan umum masal cepat dengan menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bus Way adalah sistem angkutan umum masal cepat dengan menggunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bus Way Bus Way adalah sistem angkutan umum masal cepat dengan menggunakan bus pada jalur khusus. Bagaimana TransJakarta Beroperasi Para penumpang harus menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Evaluasi Menurut Drs. Ahmad a.k muda dalam kamus saku bahasa Indonesia edisi terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. 2.2 Kinerja Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA

STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN KERETA BAWAH TANAH ISTORA DI JAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : SATYA

Lebih terperinci

MERCYANO FEBRIANDA Dosen Pembimbing : Ir. Wahju Herijanto, MT.

MERCYANO FEBRIANDA Dosen Pembimbing : Ir. Wahju Herijanto, MT. MERCYANO FEBRIANDA 3109100005 Dosen Pembimbing : Ir. Wahju Herijanto, MT. 1. Kebijakan pemerintah provinsi DKI Jakarta untuk Pembangunan MRT Jakarta 2. Rencana rute MRT Jakarta belum mencakup seluruh daerah

Lebih terperinci

Pertemuan Kelima Prodi S1 TS DTSL FT UGM

Pertemuan Kelima Prodi S1 TS DTSL FT UGM Pertemuan Kelima Prodi S1 TS DTSL FT UGM 1 Karakteristik Angkutan Umum Permintaan akan angkutan umum tersebar dalam waktu dan tempat Keinginan penumpang: a. Pencapaian mudah/jalan kaki tidak jauh b. Waktu

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Menurut Munawar, A. (2005), angkutan didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Undang-undang

Lebih terperinci

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA Bab ini berisi analisis mengenai karakteristik dan preferensi pengguna mobil pribadi, taksi, maupun bus DAMRI yang menuju

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Transjakarta atau umum disebut busway adalah sebuah sistem transportasi bus

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. Transjakarta atau umum disebut busway adalah sebuah sistem transportasi bus BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. BLU TRANSJAKARTA 3.1.1. Sejarah Organisasi Transjakarta atau umum disebut busway adalah sebuah sistem transportasi bus cepat atau Bus Rapid Transit di Jakarta, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat

BAB III LANDASAN TEORI. memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kriteria Kinerja Angkutan Umum Angkutan umum dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik apabila memenuhi kriteria-kriteria yang distandardkan. Salah satu acuan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung oleh pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tataguna lahan yang kurang didukung oleh pengembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bus perkotaan merupakan angkutan umum utama di berbagai kota di Indonesia. Kenaikkan jumlah kepemilikan kendaraan pribadi harus diimbangi dengan perbaikan angkutan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi

BAB III LANDASAN TEORI. Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kriteria Kinerja Untuk mengukur tingkat keberhasilan atau kinerja dari sistem operasi transportasi, maka diperlukan beberapa indikator yang dapat dilihat. Indikator tersebut

Lebih terperinci

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS

PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS PERSEPSI DAN TINGKAT KEPUASAN PENGGUNA JASA KERETA API PRAMEKS Ika Setiyaningsih 1, Renaningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Menurut Munawar, Ahmad (2005), angkutan dapat didefenisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan meenggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan mengunakan kendaraan (Munawar, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lain dengan mengunakan kendaraan (Munawar, 2011). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Angkutan adalah perpindahan orang dan/ atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan mengunakan kendaraan (Munawar, 2011). Menurut Warpani, (1990), angkutan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Umum Kinerja adalah kemampuan atau potensi angkutan umum untuk melayani kebutuhan pergerakan pada suatu daerah, baik berupa transportasi barang maupun transportasi orang.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemacetan 2.1.1 Pengertian Kemacetan Kemacetan adalah keadaan di mana kendaraan mengalami berbagai jenis kendala yang mengakibatkan turunnya kecepatan kendaraan di bawah keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang permasalahan yang diangkat, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Transportasi darat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan.

Lebih terperinci

Dimulainya Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta di Wilayah Fatmawati Hingga Blok M

Dimulainya Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta di Wilayah Fatmawati Hingga Blok M SIARAN PERS Untuk diterbitkan segera Dimulainya Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta di Wilayah Fatmawati Hingga Blok M Pekerjaan konstruksi skala besar akan dimulai di wilayah Jl. Fatmawati,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jakarta sebagai ibukota Republik Indonesia merupakan pusat pemerintahan dan bisnis dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 mencapai 10,277 juta jiwa. Kepadatan penduduk di Jakarta

Lebih terperinci

Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta

Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta Penerapan Exhaustive Search dan Algoritma A Star untuk Menentukan Rute Terbaik dari KRL Commuter Line dan Bus Transjakarta Jeremia Kavin Raja Parluhutan / 13514060 Program Studi Teknik Informatika Sekolah

Lebih terperinci