Lebak Bulus Masuki Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta
|
|
- Yuliani Lesmono
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SIARAN PERS Untuk diterbitkan segera Lebak Bulus Masuki Tahapan Konstruksi Skala Besar Proyek MRT Jakarta Setelah dimulainya pekerjaan konstruksi skala besar untuk koridor MRT jalur layang (elevated) di wilayah Jl. Fatmawati hingga Jl. Panglima Polim sejak bulan Maret lalu, saat ini pekerjaan konstruksi skala besar segera memasuki wilayah Lebak Bulus, tepatnya Jl. Pasar Jumat. Selama pekerjaan berlangsung, akan diberlakukan Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) untuk meminimalisir dampak lalu lintas akibat pekerjaan proyek MRT Jakarta. Jakarta, 10 April Pekerjaan konstruksi MRT di Lebak Bulus segera memasuki tahapan konstruksi skala besar. Mulai 14 April 2015, pada wilayah tersebut akan dilakukan pekerjaan konstruksi untuk pembangunan stasiun layang (elevated) dan depo MRT. Sebelumnya di wilayah Jl. Fatmawati, Jl. Panglima Polim, dan Blok M telah lebih dulu dimulai konstruksi skala besar untuk pembuatan pondasi bored pile jalur layang MRT sejak Maret 2015 lalu. Sebagaimana diketahui, proyek MRT koridor Selatan Utara pada Fase I (Lebak Bulus Bundaran HI) akan dibangun sejumlah 13 stasiun dan 1 depo. Dimana dari 13 stasiun, terdapat 7 stasiun layang (Lebak Bulus Fatmawati Cipete - Haji Nawi - Blok A - Blok M - Sisingamangaraja) dan 6 stasiun bawah tanah (Senayan Istora Bendungan Hilir Setiabudi Dukuh Atas - Bundaran HI), serta 1 depo di Lebak Bulus. Pekerjaan konstruksi pada area Lebak Bulus tersebut merupakan paket kontrak pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor CP 101 yaitu Tokyu Wijaya Karya Joint Operation (TWJO). Pada area tersebut, tepatnya di median Jl. Pasar Jumat akan dilakukan pekerjaan konstruksi struktur utama stasiun MRT. Pekerjaan ini memberi dampak perlu diberlakukannya pengalihan lalu lintas kendaraan di Jl. Pasar Jumat. Selama konstruksi berlangsung, jalur kendaraan akan bergeser menggunakan jalur sementara yang disediakan (detour), melewati area bekas Terminal Lebak Bulus dan sepanjang sisi utara Jl. Pasar Jumat. Rute pengalihan Jl. Pasar Jumat atau detour Lebak Bulus (sisi selatan) secara umum berupa 3 (tiga) lajur kendaraaan pribadi, 3 (tiga) lajur angkutan dalam kota dan 1 (satu) lajur Transjakarta sedangkan detour Lebak Bulus (sisi utara) akan dipertahankan sejumlah 2 (dua) lajur kendaraan pribadi pada setiap tahapan pekerjaan. Pengalihan ini akan berlaku mulai 14 April Bersamaan dengan itu, selain wilayah Jl. Pasar Jumat, area yang terkena dampak akibat pekerjaan ini adalah Jl. Lebak Indah (samping bekas Terminal Lebak Bulus) yang akan ditutup mulai 14 April Arus kendaraan di Jl. Lebak Indah akan dialihkan menuju Jl. Lebak Lestari (terletak di antara samping Poins Square dan Stadion Lebak Bulus) yang telah dilakukan pelebaran jalan. Pengalihan tersebut dalam rangka penutupan Jl. Lebak Indah yang akan menjadi bagian dari depo MRT. Halaman 1 dari 4
2 Detour lalu lintas di Jl. Pasar Jumat ini diperkirakan akan berlangsung hingga November 2016, yaitu ketika struktur tiang-tiang stasiun dan lantai beton concourse Stasiun MRT Lebak Bulus telah selesai dikerjakan. Sesudah waktu ini, lalu lintas akan dikembalikan ke lajur-lajur yang tersedia di Jl. Pasar Jumat. PT MRT Jakarta senantiasa berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta dan Ditlantas Polda Metro Jaya dalam penerapan MRLL di area proyek konstruksi MRT Jakarta. PT MRT Jakarta mengharapkan dukungan, pengertian dan kerjasama dari masyarakat untuk dapat terus mendukung pelaksanaan proyek ini dan menghimbau kepada pengguna kendaraan maupun pejalan kaki untuk berhati hati pada waktu melintas, terutama pada area pengalihan lalu lintas untuk pekerjaan ini. *** Untuk Informasi Lebih Lanjut: Corporate Secretary PT MRT Jakarta Untuk informasi mengenai lalu lintas terkait pelaksanaan konstruksi Proyek MRT Jakarta dapat diakses setiap hari melalui website dan informasi CCTV lalu lintas dapat dilihat melalui Halaman 2 dari 4
3 LAMPIRAN SIARAN PERS (1 dari 2) 10 APRIL 2015 STASIUN LEBAK BULUS (Jl. Pasar Jumat) Ilustrasi Stasiun MRT Lebak Bulus Ilustrasi kondisi selama konstruksi stasiun MRT Ilustrasi pengalihan lalu lintas di area konstruksi Stasiun MRT Lebak Bulus Halaman 3 dari 4
4 LAMPIRAN SIARAN PERS (2 dari 2) 10 APRIL 2015 STASIUN LEBAK BULUS (Jl. Lebak Indah dialihkan melalui Jl. Lebak Lestari) Ilustrasi pengalihan lalu lintas Jl. Lebak Lestari Halaman 4 dari 4
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan
Lebih terperinciPP 8/1990, JALAN TOL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1990 (8/1990)
PP 8/1990, JALAN TOL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 8 TAHUN 1990 (8/1990) Tanggal: 24 MARET 1990 (JAKARTA) Sumber: LN 1990/12; TLN NO. 3405 Tentang: JALAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transportasi memegang peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 Tentang: JALAN TOL Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan,
Lebih terperinciPT SMR Utama, Tbk. Kegiatan Usaha : Bergerak dalam Bidang Usaha Pertambangan Batu Mangan melalui Anak Perusahaan
Tanggal Efektif : 30 September 2011 Masa Penawaran : 3 Oktober 2011 Tanggal Penjatahan : 5 Oktober 2011 Tanggal Pengembalian Uang Pemesanan : 7 Oktober 2011 Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik :
Lebih terperinciPENGARUH JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN ASPAL KELAS II DI KABUPATEN SEMARANG
PENGARUH JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN ASPAL KELAS II DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Ditujukan Kepada : Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana
Lebih terperinciTENTANG PENYELENGGARAAN HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN HARI BEBAS KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa untuk mengurangi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 14 /PRT/M/2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 441/KPTS/1998 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG MENTERI PEKERJAAN UMUM,
KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 441/KPTS/1998 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN GEDUNG MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1987 tentang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM JALAN KABUPATEN
SK No. 77 / KPTS / Db / 1990 PETUNJUK TEKNIS PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN PROGRAM JALAN KABUPATEN DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DAFTAR ISI Halaman 1. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang
I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di wilayah perkotaan berdampak pada bertambahnya fungsi-fungsi yang harus diemban oleh kota tersebut. Hal ini terjadi seiring
Lebih terperinciMEKANISME SUBSIDI ANGKUTAN UMUM PADA TRAYEK UTAMA SEBAGAI AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
MEKANISME SUBSIDI ANGKUTAN UMUM PADA TRAYEK UTAMA SEBAGAI AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arief Munandar L2D 005 346 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam usaha untuk
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDAFTAR ISI ii KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..i DAFTAR ISI ii BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 1.2.Dasar Hukum Pelaksanaan Pekerjaan 2 1.3.Maksud dan Tujuan. 3 1.4.Ruang dan Lingkup Pekerjaan.....3 1.4.1. Pengukuran
Lebih terperinciMENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2009 TENTANG
MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS MANAJEMEN PROTEKSI KEBAKARAN DI PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciSKEMA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM
SKEMA PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DISELENGGARAKAN MELALUI 4 TAHAPAN, YAITU: I. TAHAP PERENCANAAN PENGADAAN Instansi yang memerlukan tanah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG DAN JASA DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH SEBAGAIMANA
Lebih terperinciPETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS JENJANG PENDIDIKAN DASAR
PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN TUNJANGAN KHUSUS JENJANG PENDIDIKAN DASAR KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa
Lebih terperinciPenyusunan Kebijakan, Norma, Standar dan Prosedur Perhubungan Kabupaten Ngawi 6-1
Dalam akhir penyusunan studi ini perlu diringkas rekomendasi yang sangat diperlukan bagi pengembangan transportasi di Kabupaten Ngawi ke depan. Dengan beberapa permalsahan yang ada dan kendala serta tantangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
pres-lambang01.gif (3256 bytes) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan
Lebih terperinciIKATAN AKUNTAN INDONESIA
0 PENDAHULUAN Latar Belakang 0 Jalan tol memiliki peran strategis baik untuk mewujudkan pemerataan pembangunan maupun untuk pengembangan wilayah. Pada wilayah yang tingkat perekonomiannya telah maju, mobilitas
Lebih terperinciTata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan
Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan ICS 91.020; 91.040.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut
Laporan Kegiatan Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut Studi Kasus : Kawasan Perlindungan Pesisir Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Oleh : Apri Susanto Astra
Lebih terperinci