PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA DALAM PLURALINGUALISME KOMUNITAS ASEAN: VALIDASI PASPOR BAHASA. Maryanto Badan Bahasa, Kemdiknas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA DALAM PLURALINGUALISME KOMUNITAS ASEAN: VALIDASI PASPOR BAHASA. Maryanto Badan Bahasa, Kemdiknas"

Transkripsi

1 (Makalah Ringkas KIMLI 2011: ±2.400 kata) Pendahuluan PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA DALAM PLURALINGUALISME KOMUNITAS ASEAN: VALIDASI PASPOR BAHASA Maryanto Badan Bahasa, Kemdiknas Pembentukan karakter bangsa Indonesia--yang dalam makalah ini disebut karakter berbahasa Indonesia--tidak akan terlepas dari agenda bangsa Indonesia untuk ikut serta membentuk Komunitas ASEAN. Pembentukan Komunitas ASEAN dengan tiga pilar, yaitu Ekonomi, Politik dan Keamanan, serta Sosial Budaya--merupakan implementasi Piagam ASEAN yang di dalamnya telah ditetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa kerja ASEAN (Pasal 34). Jika tidak ditentukan lain, Komunitas ASEAN yang di dalamnya termasuk bangsa Indonesia sebagai bagian terbesar dari segi geopolitik akan berbentuk masyarakat yang mengutamakan berbahasa Inggris. Sekali lagi, jika tidak ditentukan lain, bahasa Indonesia dan bahasa kebangsaan lainnya akan hidup melengkapi keberadaan bahasa Inggris sebagai bahasa dominan di kawasan Komunitas ASEAN. Di kawasan Uni Eropa, dominasi bahasa tertentu atas bahasa-bahasa lain telah berhasil dicegah dengan menyusun kebijakan Europass Language Passport. Pemberlakuaan kebijakan politik bahasa itu merujuk dokumen teknis yang disebut Common European Framework of Reference (CEFR) for Languages. Melalui kebijakan politik bahasa itu, bangsa-bangsa Eropa meskipun telah berbertuk satu komunitas dalam derajat tertentu berhasil mempertahankan karakter kebangsaannya masing-masing dengan saling menjamin kehormatan pluralitas kebahasaan bangsa Eropa. Dari kawasan Uni Eropa itulah berkembang konsep pluralingualisme (plurilingualisme) yang dipandang lebih adil implementasinya daripada konsep multilingualisme bagi masyarakat atau komunitas antar-bangsa. Konsep linguistik multilingualisme itu telah membenarkan terjadinya dominasi satu bahasa atas bahasa lain dalam sebuah komunitas. Pengalamanan terbaik (best practices) bangsa-bangsa Eropa tersebut dapat diterapkan oleh bangsa-bangsa Asia Tenggara yang akan segara bergabung dalam Komunitas ASEAN. Ketika Komunitas ASEAN mulai berlaku (pada tahun 2015), bangsa-bangsa ASEAN dapat memperkuat pembentukan karakter kebangsaannya masing-masing dengan memberlakukan kebijakan paspor bahasa. Bagi Indonesia, wacana paspor bahasa pernah digulirkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Kemdiknas) pada tahun 2010 dengan merujuk pada skema sertifikasi bahasa dalam sistem Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Validasi gagasan paspor bahasa itulah yang akan dibahas lebih mendalam melalui makalah ini. Selain itu, makalah ini juga akan mengupas sekilas perbedaan antara mulitilingualisme dan pluralingualisme dalam kaitan dengan pembentukan Komunitas ASEAN. Permasalahan Pembahasan topik makalah ini mengangkat masalah perbedaan teoretis antara multilingualisme dan pluralingualisme serta implikasi praktis dalam konteks pembentukan Komunitas ASEAN. Selain itu, dibahas juga masalah peluang yang terbuka untuk memberlakuan paspor bahasa dalam rancangan Komunitas ASEAN. Permasalahan itu diangkat untuk melakukan validasi gagasan paspor bahasa tersebut dengan membandingkan pemberlakuan kebijakan serupa dalam 1

2 komunitas Uni Eropa. Pembahasan makalah ini berawal dari asumsi bahwa pembentukan karakter bangsa Indonesia akan melemah apabila pembentukan Komunitas ASEAN gagal dimanfaatkan untuk mempromosikan bahasa Indonesia sebagai karakter penting bangsa Indonesia. Pembahasan Pentingnya bahasa Indonesia sebagai karakter bangsa Indonesia diungkapkan oleh Harahap (2010) dengan pepatah bahasa menunjukkan bangsa. Dalam pepatah lama itu, tidak hanya tersirat keluhuran tindak berbahasa sebagai cermin kebaikan budi pekerti pada seseorang. Akan tetapi, perilaku berbahasa secara kolektif juga menentukan posisi bangsa. Ketika posisi bangsa Indonesia sekarang telah mulai terpinggirkan oleh karena dominasi asing (terutama dalam bidang ekonomi), bahasa Indonesia pun mulai tersisihkan. Di tempat-tempat umum, sekadar untuk contoh, ungkapan pria dan wanita bukan lagi bahasa tutur yang luhur bagi sebagian orang Indonesia yang hendak berhajat buang air (kencing atau berak). Meskipun belum tentu ada orang asing di sini, perlu tersedia kamar kecil yang berlabel gents dan ladies. Gejala kerusakan karakter bangsa Indonesia ini sering terlihat di hotel-hotel yang tidak cukup percaya diri berbahasa Indonesia. Sebagai pengalaman pribadi, hotel-hotel yang tidak konsisten berbahasa Indonesia sering disewa untuk rapat dengan biaya dari rakyat Indonesia. Jika situasi ini dibiarkan tanpa intervensi memperkuat karakter berbahasa Indonesia, bangsa Indonesia akan perlahan dan pasti membunuh karakter jati dirinya. Di dalam wilayah persekolahan, situasinya hampir sama. Para siswa sekolah sekarang diarahkan agar patuh pada head master, tidak lagi pada kepala sekolah, terutama di sekolah penyelenggara program bilingual. Arah pendidikan seperti itu bisa jadi bertolak belakang dengan gerakan pembangunan karakter bangsa yang telah dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas). Gejala rendah diri (inferior) tampak telah muncul pada anak-anak bangsa Indonesia yang sekarang masuk ke sekolah yang hanya berbahasa Indonesia atau sekolah yang disebut reguler. Di luar dunia pendidikan, terjadi pula inferioritas bangsa Indonesia dalam ranah pekerjaan. Expat [pekerja asing] justru mengeluh tidak dapat memraktikkan pengetahuan bahasa Indonesia karena orang Indonesia dalam pergaulannya dengan expat ingin berbahasa Inggris. Itulah yang dikatakan Anton M. Moeliono (2010, dalam komunikasi pribadi) ketika menanggapi artikel Koran Tempo (1 Mei 2010) yang berjudul Menuntut Ekspatriat Berbahasa Indonesia. Baik ranah pekerjaan maupun pendidikan Indonesia itu telah memperlihatkan kecenderungan melemahnya karakter bangsa Indonesia dalam hal berbahasa Indonesia. Bahasa Indonesia cenderung inferior. Menurut Cetak Biru Komunitas Sosial Budaya ASEAN, bahasa Inggris meskipun ditetapkan sebagai bahasa kerja ASEAN memang tidak dirancang akan dikembangkan sebagai bahasa superior di kawasan ini. Pada bagian awal Cetak Biru itu telah ditegaskan bahwa Komunitas ASEAN harus menghormati budaya, bahasa, dan agama yang berbeda dari bangsa-bangsa ASEAN [...]. Dalam kaitan itu, terdapat enam elemen utama rencana Komunitas Sosial Budaya ASEAN yang terdiri atas (1) pembangunan sumber daya manusia, (2) perlindungan dan kesejahteraan sosial, (3) hak dan keadilan sosial, (4) menjamin kelestarian lingkungan hidup, (5) membangun identitas ASEAN, dan (6) mempersempit kesenjangan pembangunan. Dari enam elemen itu, pembangunan identitas ASEAN tampak paling erat kaitanya dengan masalah karakter bangsa Indonesia dan--mungkin--karakter bangsa-bangsa lain sebagai warga Komunitas ASEAN. Superioritas bahasa Inggris agaknya tidak diharapkan dalam Komunitas ASEAN. Jika Komunitas ASEAN, khususnya Komunitas Sosial Budaya, diharapkan berbentuk serupa dengan masyarakat Uni Eropa, strategi pembangunan identitas Uni Eropa dari aspek budaya 2

3 sangat menarik sebagai bandingan dengan pembanguan identitas ASEAN nantinya. Oleh the Council of Europe, nilai-nilai bersama dengan semangat persatuan dalam keanekaragaman budaya bangsa-bangsa Eropa telah dibentuk dengan kebijakan paspor bahasa Eropa dalam kerangka European Language Portofolio (baca: Dalam kebijakan bahasa itu, setiap pemilik paspor itu diharapkan dapat secara reguler memutakhirkan kompetensi berbahasanya berdasarkan kriteria umum yang diterima di seluruh Eropa. Surat paspor itu berfungsi sebagai sertifikat kepemilikan keterampilan komunikasi berbahasa Eropa. Kebijakan politik bahasa Uni Eropa, menurut Hein Steinhauer (2010, dalam komunikasi pribadi), telah mengakomodasi 23 bahasa kebangsaan negara Eropa--tanpa diskriminasi-- misal dalam hal penggunaannya sebagai bahasa resmi Parlemen Uni Eropa. Sebagai bandingan, ketika ASEAN sekarang menuju satu komunitas seperti kawasan Eropa, organisasi ASEAN juga telah diamanatkan untuk menjaga kehormatan pluralitas kebahasaan negara anggotanya. Dalam konteks Komunitas ASEAN (baca Maryanto dalam Koran Tempo edisi 18 Mei 2011), sangat menarik usulan Marzuki Alie (Ketua DPR RI sekarang) agar bahasa Indonesia dijadikan bahasa resmi AIPA (ASEAN Inter-Perlement Assembly). Usulan Indonesia itu dilaporkan telah disepakati pada pertemuan AIPA di Hanoi, Vietnam pada tahun 2010 dan kesepekatan ini akan segera dimasukkan ke dalam statuta AIPA. 1 Usulan penggunaan bahasa Indonesia dalam konteks ASEAN tersebut nantinya tidak boleh menghalangi bahasa kebangsaan negara lain yang juga perlu berlaku sebagai resmi Parlemen ASEAN. Catatan itu amat penting untuk menciptakan kawasan ASEAN terbebas dari dominasi bahasa tertentu. Seperti halnya di kawasan Uni Eropa, pencegahan terjadinya dominasi sebuah bahasa atas bahasa lain dalam komunitas antar-bangsa ASEAN perlu ditempuh dengan penerapan konsep pluralingualisme. Konsep itu pada tataran teoretis dan praktis sangat berbeda dari konsep multilingualisme yang lebih populer dalam khazanah linguistik. Perbedaan kedua konsep linguistik tersebut terletak pada cara pandang terhadap keberadaan bahasa dalam sebuah komunitas. Dalam buku Language Policy, Bernard Spolsky (2004:4) telah mendefinisikan multilingualisme untuk merujuk sebuah komunitas yang di dalamnya terdapat penggunaan sejumlah bahasa, sedangkan plurilingualisme (pluralingualisme) pada anggota komunitas yang pada tataran perseorangan menguasai beberapa bahasa. Istilah linguistik yang disebut terakhir itu merujuk keberadaan bahasa dengan penekanan pada individu anggota komunitas sebagai suatu kemahiran berbahasa. Sementara itu, penekanan pengertian multilingualisme terletak pada keberadaan beragam bahasa dalam sebuah komunitas dengan struktur atau pola yang berbeda-beda sehingga sebuah bahasa bisa jadi lebih tinggi atau lebih dominan daripada bahasa lain dalam penggunaannya. Pada tataran praktis, Spolsky (2004:76) bertanya, [ ] how does this multilingualism work? Praktik penerapan kebijakan mulitilingualisme telah dicontohkan di negara India. Di India, kata Spolsky, bahasa sering dihubungkan dengan konflik dan bahkan kekerasan. Spolsky menggunakan hasil studi Olson and Pearson (2001) yang telah mempelajari 27 peristiwa yang di dalamnya terdapat konflik besar mengenai bahasa yang menimbulkan protes atau kekerasan di India. Kekerasan yang terjadi dalam 22 peristiwa di negara itu merupakan butut dari pengajuan kebijakan yang memungkinkan terjadi diskriminasi bahasa tertentu. Sebagai kesimpulan studi Olson and Pearson, sebagaimana dikutip Spolsky, language policy moves are now important in generating societal upheavals. Kebijakan multilingualisme sangat berpotensi membuat keresahan masyarakat. 3

4 Masyarakat atau komunitas antar-bangsa, seperti ASEAN nantinya atau sekarang Uni Eropa, agaknya tidak perlu menerapkan konsep mulitilingualime sebagai garis kebijakan bahasa. Ternyata, garis kebijakan bahasa masyarakat Uni Eropa bukanlah konsep multilingualisme, melainkan pluralingualisme (plurilingualisme) yang dipandang lebih demokratis dalam penerapannya di masyarakat. Setiap individu anggota masyarakat Uni Eropa telah didorong untuk menguasai lebih dari satu bahasa yang berlaku di masyarakat melalui kebijakan European Language Portofolio. Dalam kebijakan bahasa itu, telah tersedia keterangan laksana paspor, yang mereka sebut Europass Language Passport, sebagai bukti penguasaan suatu bahasa pada individu anggota masyarakat Uni Eropa. Bukti penguasaan bahasa itu berlaku lintas-negara anggota Uni Eropa dan bermanfaat bagi orang yang memegang paspor itu di negara yang bersangkutan. 2 Kebijakan paspor bahasa tampak perlu dirintis dalam rangka pembentukan Komunitas ASEAN. Wacana kebijakan paspor bahasa dalam konteks ASEAN itu telah bergulir, khususnya terkait dengan bahasa Indonesia. Pada kesempatan ini, perlu dibuat sebuah rekomendasi untuk mendorong percepatan pemberlakukan kebijakan bahasa itu di kawasan ASEAN. Pemberlakuan paspor bahasa Indonesia dapat dimulai dengan memanfaatkan model sertifikasi UKBI yang telah lama disiapkan oleh Pusat Bahasa (sekarang--badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa) di Kemdiknas (baca Maryanto, 2010a). Model sertifikasi UKBI itu berisi enam kualifikasi kompetensi berbahasa Indonesia (Terbatas, Marginal, Semenjana, Madya, Unggul/Sangat Unggul, dan Istimewa). Model itu setara dengan model sertifikasi CEFR yang juga berisi enam kualifikasi kompetensi berbahasa Eropa: A1, A2, B1, B2, C1, dan C2. Telah dilaporkan hasil kajian sementara mengenai kesetaran antara skema kemahiran berbahasa Indonesia yang dikembangkan dalam sistem UKBI dan skema CEFR (Maryanto, 2010b). Dalam skema UKBI, kemahiran terendah (Terbatas) menunjukkan kompetensi komunikasi berbahasa Indonesia untuk keperluan yang sangat personal atau kesintasan/survival. Jika dibandingkan dengan CEFR, kemahiran berbahasa pada peringkat itu akan disebut setara dengan peringkat A1 yang menandakan pemenuhan kebutuhan komunikasi berbahasa yang sangat konkret (satifaction of needs of a concrete type). Sedikit di atas peringkat Terbatas ialah kemahiran Marginal yang menunjukkan kompetensi komunikasi berbahasa Indonesia untuk keperluan sosial/kemasyarakatan (social) yang sangat sederhana atau tidak kompleks. Kualifikasi kemahiran itu dalam CEFR akan setara dengan peringkat A2, yaitu penguasaan komunikasi berbahasa yang sederhana dan rutin (can communicate in simple and routine tasks). Kemahiran Semenjana tergolong ke dalam kemahiran yang cukup. Kemahiran ini menunjukkan kompetensi komunikasi berbahasa Indonesia untuk keperluan sosial yang cukup kompleks, tetapi belum cukup untuk memenuhi keperluan teknis di bidang keahlian atau spesialisasi tertentu. Jika dibandingkan dengan CEFR, kemahiran berbahasa pada peringkat itu akan disebut setara dengan peringkat B1 yang menandakan pemenuhan kebutuhan komunikasi untuk keperluan rutin dalam berbagai situasi berbahasa (can deal with most situations). Masih dalam kategori kemahiran cukup ialah kemahiran Madya. Kemahiran ini menunjukkan kompetensi komunikasi berbahasa Indonesia secara memadai (cukup) untuk keperluan teknis (vokasional) dalam bidang keahlian atau spesialiasi tertentu. Jika dibandingkan dengan CEFR, kemahiran berbahasa pada peringkat itu akan disebut setara dengan peringkat B2 yang menandakan pemenuhan kebutuhan komunikasi berbahasa untuk keperluan teknis dalam bidang spesialisasi (including technical discussions in his/her field of specialisation). Selanjutnya, kemahiran Unggul dan Sangat Unggul tergolong ke dalam kemahiran yang tinggi dalam skema UKBI. Kemahiran itu menunjukkan kompetensi komunikasi berbahasa Indonesia untuk keperluan teknis (vokasional) yang sangat kompleks. Jika dibandingkan dengan CEFR, 4

5 kemahiran berbahasa pada peringkat itu akan disebut setara dengan peringkat C1 yang menandakan pemenuhan kebutuhan komunikasi berbahasa secara efektif tidak hanya untuk keperluan sosial, tetapi juga keperluan akademik dan teknis (profesional) yang kompleks. Jika dibandingkan dengan CEFR, kemahiran berbahasa pada peringkat itu akan disebut setara dengan peringkat C1 yang menandakan pemenuhan kebutuhan komunikasi berbahasa secara fleksibel dan efektif tidak hanya untuk keperluan sosial, tetapi juga keperluan akademik dan profesional (can use language flexibly and effectively for social, academic and professional purposes). Lebih lanjut, dalam skema tes UKBI, kemahiran Istimewa disebut sebagai kemahiran yang sempurna. Kemahiran itu menunjukkan kompetensi komunikasi berbahasa Indonesia untuk keperluan akademis dan keperluan lain-lain yang sangat kompleks. Jika dibandingkan dengan CEFR, kemahiran berbahasa pada peringkat itu akan disebut setara dengan peringkat C2 yang menandakan pemenuhan kebutuhan komunikasi berbahasa hampir untuk keperluan apa pun dengan mudah (can understand with ease virtually everthing heard and read). Perlu dicatat bahwa skema standar-kompetensi berbahasa Indonesia tersebut menggambarkan validitas logis tes UKBI dan validitas tes bahasa itu juga menggambarkan sebuah perbandingan yang bersifat hipotesis dengan skema CEFR dalam kebijakan European Language Portofolio. Dengan kebijakan itu, berlakulah Europass Language Passport di Uni Eropa. Pada saatnya nanti Komunitas ASEAN perlu mengadosi kebijakan serupa. Penutup Untuk menjadikan kebijakan paspor bahasa, seperti halnya sertifikasi bahasa yang berlaku di Uni Eropa, skema tes UKBI dapat ditawarkan sebagai sebuah alternatif. Skema UKBI itu terbukti valid; memiliki derajat kesetaraan dengan skema CEFR. Penerapan kebijakan bahasa itu, setidaknya di Indonesia, perlu segera dirintis untuk menyambut pemberlakukan Komunitas ASEAN pada tahun Sebagai warga terbesar dalam Komunitas ASEAN nantinya, Indonesia perlu mendorong kerja sama dengan negara ASEAN lainnya untuk menyusun dan memberlakukan kebijakan paspor bahasa bagi Komunitas ASEAN. Jika kebijakan bahasa yang bertolak dari konsep pluralingualisme itu tidak disusun dan diterapkan, Komunitas ASEAN akan segera terwujud sebagai masyarakat multilingual dengan dominasi keberadaan bahasa Inggris. Apabila hal itu terjadi, bangsa Indonesia perlu bersiap gagal membentuk karakter sebagai bangsa yang berbahasa Indonesia. Demikian pula bangsa lain yang tergabung dalam Komunitas ASEAN. Pustaka Acuan (terseleksi) Maryanto. 2010a. Tes Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) sebagai Arena Riset Linguistik dalam Widyaparwa Volume 38 Nomor 1 (hlm ). Maryanto. 2010b. Menuju Paspor Bahasa untuk Komunitas ASEAN: Skema Standar- Kompetensi Tes UKBI dalam makalah simposium internasional yang diselenggarakan SEAMEO QITEP in Language di Jakarta, tanggal 20 Oktober Spolsky, Bernard Language Policy. Cambridge: Cambridge University Press. 1 Mengenai usulan itu, masyarakat internasional bisa jadi masih menganggap bahasa Indonesia yang diusung tersebut sebagai bahasa Melayu yang diakui juga oleh bangsa selain Indonesia. Anggapan masyarakat internasional itu telah diperkuat dengan adanya proyek Melindo (penyatuan bahasa Melayu dan Indonesia) sejak tahun Dalam kaitan itu, seorang rekan peneliti bahasa dari Jerman pernah menuturkan bahwa warga negara asing wajib memegang paspor bahasa Jerman, sekurang-kurangnya dalam kualifikasi A1, jika akan memasuki wilayah Jerman dan tinggal menetap bersuami atau beristri dengan warga asli Jerman. 5

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF

PENGEMBANGAN TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA RAGAM BISNIS BAGI PENUTUR ASING BERBASIS PENDEKATAN INTEGRATIF BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang secara resmi dibuka pada akhir tahun 2015 perlu dipersiapkan dengan matang. Lalu lintas perekonomian termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Winni Siti Alawiah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Winni Siti Alawiah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jumlah pembelajar bahasa Indonesia bagi penutur asing (BIPA) terus mengalami peningkatan. Seperti yang diberitakan dalam Kompas.com (1 Juni 2009), Kementerian

Lebih terperinci

5. Pembelajaran bahasa Indonesia perlu dioptimalkan sebagai media pendidikan karakter untuk menaikkan martabat dan harkat bangsa.

5. Pembelajaran bahasa Indonesia perlu dioptimalkan sebagai media pendidikan karakter untuk menaikkan martabat dan harkat bangsa. Rekomendasi Kongres Bahasa Indonesia X Setelah mendengar dan memperhatikan (1) sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, (2) laporan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, (3) paparan 6 makalah

Lebih terperinci

PEMARTABATAN BAHASA INDONESIA MELALUI TES BIMA

PEMARTABATAN BAHASA INDONESIA MELALUI TES BIMA PEMARTABATAN BAHASA INDONESIA MELALUI TES BIMA Laili Etika Rahmawati Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Laili.Rahmawati@ums.ac.id Abstract This paper has aim to describe

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG STANDAR KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA. BAB I KETENTUAN

2016, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG STANDAR KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA. BAB I KETENTUAN No.1966, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Standar Kemahiran Berbahasa Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PENGAJARAN BIPA DAN TES UKBI DALAM UPAYA MENJAGA EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

PENGAJARAN BIPA DAN TES UKBI DALAM UPAYA MENJAGA EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN PENGAJARAN BIPA DAN TES UKBI DALAM UPAYA MENJAGA EKSISTENSI BAHASA INDONESIA DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Wijang Iswara Mukti 1, Andayani 2, Nugraheni Eko Wardani 3 Universitas Sebelas Maret wijangiswara15@gmail.com

Lebih terperinci

8.1 Temuan Penelitian

8.1 Temuan Penelitian BAB VIII PENUTUP Bab Penutup ini berisi tiga hal yaitu Temuan Penelitian, Simpulan, dan Saran. Tiap-tiap bagian diuraikan sebagai berikut. 8.1 Temuan Penelitian Penelitian tentang relasi kuasa dalam pengelolaan

Lebih terperinci

Mengembangkan Tes Penempatan Bagi Siswa BIPA

Mengembangkan Tes Penempatan Bagi Siswa BIPA Mengembangkan Tes Penempatan Bagi Siswa BIPA Vidi Sukmayadi, Universitas Pendidikan Indonesia vidi_owen@yahoo.com SARIPATI Tulisan ini memaparkan tentang pengembangan tes penempatan bagi siswa Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

UKBI SEBAGAI BENTENG PERTAHANAN DALAM MENGHADAPI BANGSA ASING. Anggun Citra Sari Dewi FKIP Universitas Bengkulu

UKBI SEBAGAI BENTENG PERTAHANAN DALAM MENGHADAPI BANGSA ASING. Anggun Citra Sari Dewi FKIP Universitas Bengkulu 129 UKBI SEBAGAI BENTENG PERTAHANAN DALAM MENGHADAPI BANGSA ASING Anggun Citra Sari Dewi FKIP Universitas Bengkulu anggunsaridewi@gmail.com ABSTRAK Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional sekaligus

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAKBAN (LEMBAGA KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA) SEBAGAI SARANA PELATIHAN TENAGA KERJA ASING UNTUK MEMPERSIAPKAN UKBI (UJI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA) BIDANG

Lebih terperinci

Internasionalisasi Bahasa Indonesia melalui Program Pembelajaran BIPA Berbasis Budaya

Internasionalisasi Bahasa Indonesia melalui Program Pembelajaran BIPA Berbasis Budaya Internasionalisasi Bahasa Indonesia melalui Program Pembelajaran BIPA Berbasis Budaya Jimat Susilo Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon jimatsusilo@fkip-unswagati.ac.id Abstrak Sampai saat ini, bahasa

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak BAB V Kesimpulan Identitas sebuah negara memegang peranan besar dalam proses hubungan antar negara. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak memiliki kepentingan

Lebih terperinci

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak

TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN. Sri Suharmini Wahyuningsih 1 Abstrak TANTANGAN PUSTAKAWAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN Sri Suharmini Wahyuningsih 1 minuk@ut.ac.id Abstrak Kesepakatan pemimpin ASEAN dalam memajukan masyarakat agar dapat mengembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Retnosari, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Retnosari, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia. Tanpa bahasa, manusia akan sulit berinteraksi dengan orang lain. Menurut data dari Stephen Juan, Ph.D, seorang

Lebih terperinci

USUL KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PROGRAM PENGEMBANGAN INDIVIDUAL DOSEN TAHUN 2014/2015

USUL KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PROGRAM PENGEMBANGAN INDIVIDUAL DOSEN TAHUN 2014/2015 USUL KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT PROGRAM PENGEMBANGAN INDIVIDUAL DOSEN TAHUN 2014/2015 PENINGKATAN KOMPETENSI BERBAHASA INDONESIA GURU MIM DI KECAMATAN MATESIH MELALUI KEGIATAN BEDAH SOAL UJI KEMAHIRAN

Lebih terperinci

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA Yang Mulia Presiden ASEAN Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wildan Karim AnggaPerbata, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wildan Karim AnggaPerbata, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bermutu menjadi harapan semua pihak yang terlibat dalam pembangunan sebuah bangsa, baik langsung maupun tidak langsung. Arcaro (2007:1) menyatakan bahwa masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah hotel di Yogyakarta semakin meningkat. Data Badan

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan jumlah hotel di Yogyakarta semakin meningkat. Data Badan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah hotel di Yogyakarta semakin meningkat. Data Badan Pusat Statistik Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2014) menunjukkan bahwa pertumbuhan hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola BAB I PENDAHULUAN To effectively communicate, we must realize that we are all different in the way we perceive the world and use this understanding as a guide to our communication with others. (Anthony

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN UJI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA (UKBI)

EVALUASI KEBIJAKAN UJI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA (UKBI) EVALUASI KEBIJAKAN UJI KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA (UKBI) ATIKAH SOLIHAH Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Pengertian UKBI UKBI merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Hasil Sidang Komisi V: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

Hasil Sidang Komisi V: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA Hasil Sidang Komisi V: KEBIJAKAN PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA Depok, 29-31 Maret 2015 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1 TOPIK BAHASAN 1 : Peningkatan kualitas

Lebih terperinci

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) LATAR BELAKANG PROGRAM SBI 1. Pada tahun 90-an, banyak sekolah-sekolah yang didirikan oleh suatu yayasan dengan menggunakan identitas internasional tetapi

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENGEMBANGAN ETIKA DAN MORAL BANGSA Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI Disampaikan Pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya Politik Nasional Berlandaskan Pekanbaru,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KURSUS DAN PELATIHAN BIDANG KETERAMPILAN KEPEMANDUAN WISATA, PEMELIHARAAN TAMAN, PEKARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah memberikan kontribusi yang besar dalam membangun peradaban bangsa Indonesia dari masa ke masa. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KARTU KATA PADA PEMBELAJARAN KOSAKATA BERAFIKS DALAM KETERAMPILAN MENULIS BIPA TINGKAT DASAR

PENGGUNAAN KARTU KATA PADA PEMBELAJARAN KOSAKATA BERAFIKS DALAM KETERAMPILAN MENULIS BIPA TINGKAT DASAR PENGGUNAAN KARTU KATA PADA PEMBELAJARAN KOSAKATA BERAFIKS DALAM KETERAMPILAN MENULIS BIPA TINGKAT DASAR (Penelitian Eksperimen Subjek Tunggal pada Pembelajar BIPA di Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA) 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Protokol Piagam ASEAN

Lebih terperinci

Budaya Berpendapat di Forum Ekonomi dan Politik

Budaya Berpendapat di Forum Ekonomi dan Politik PELAJARAN III Budaya Berpendapat di Forum Ekonomi dan Politik 68 Pelajaran ini merupakan proses pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks eksposisi. Pembelajaran teks ini dimaksudkan untuk membantu peserta

Lebih terperinci

CATATAN UNTUK RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN

CATATAN UNTUK RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN CATATAN UNTUK RENCANA INDUK NASIONAL PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN PINKY SAPTANDARI pinky_wisjnubroto@yahoo.com Disampaikan dalam Workshop tgl 7-9 Desember 2013 KEBUDAYAAN SEBAGAI PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN Paradigma

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 11 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Yayasan Pendidikan dan Latihan The British Institute, lebih dikenal dengan nama TBI adalah sebuah yayasan yang didirikan sejak tahun 1984.

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Pelajaran 3 dan 4

Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Pelajaran 3 dan 4 EDISI REVISI2014 Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik Pelajaran 3 dan 4 SMAIMAI SMK/MAK Kelas x Hak Cipta 2014 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang MILIK NEGARA TIDAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sarana komunikasi yang paling penting sesama masyarakat adalah bahasa. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan manusia lain. Bahasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dinamika Multikulturalisme Kanada ( ). Kesimpulan tersebut BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul. Kesimpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr.Wb.

Assalamu alaikum Wr.Wb. ASEAN INTER-PARLIAMENTARY ASSEMBLY PRESS RELEASE PENYELENGGARAAN EXCOM dan AIFOCOM MEETING Yogyakarta, 9 10 July 2012 ----------------- Assalamu alaikum Wr.Wb. Terima kasih atas atensi dan kehadiran rekan-rekan

Lebih terperinci

Apakah Australia Awards Scholarships? Australia Awards di Indonesia. Australia Awards Indonesia

Apakah Australia Awards Scholarships? Australia Awards di Indonesia. Australia Awards Indonesia Apakah kamu ingin menjadi generasi pemimpin global berikutnya dan menciptakan perubahan di lingkungan profesional dan masyarakat? Australia Awards Scholarships menawarkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan

Lebih terperinci

Effective Writing Skills DR. RIZALDI PUTRA TRAINING & CONSULTING

Effective Writing Skills DR. RIZALDI PUTRA TRAINING & CONSULTING Effective Writing Skills DR. RIZALDI PUTRA TRAINING & CONSULTING Tujuan: Meningkatkan kualitas penulisan policy brief, policy paper, telaah staff & diskusi interaktif. Materi: 1. Policy Brief (2-4 lembar/maksimum

Lebih terperinci

Pidato Penutupan Menlu RI Dr. R.M. Marty Natalegawa Pada Forum Pertemuan Badan Penyelenggara Pemilihan Umum ASEAN

Pidato Penutupan Menlu RI Dr. R.M. Marty Natalegawa Pada Forum Pertemuan Badan Penyelenggara Pemilihan Umum ASEAN Pidato Penutupan Menlu RI Dr. R.M. Marty Natalegawa Pada Forum Pertemuan Badan Penyelenggara Pemilihan Umum ASEAN Rabu, 05 Oktober 2011 PIDATO PENUTUPAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA DR. R.M.

Lebih terperinci

BAB II KEMAHIRAN BERBAHASA ARAB

BAB II KEMAHIRAN BERBAHASA ARAB BAB II KEMAHIRAN BERBAHASA ARAB Kemahiran mahasiswa Universitas Canal Suez Mesir dalam berbahasa Arab merupakan hal yang perlu dilihat dalam menentukan sikap bahasa mereka. Bahasa Arab yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, atau perasaan kepada orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia dalam bidang kehidupannya. Mempelajari bahasa dan mengkaji bahasa merupakan hal yang penting dilakukan oleh manusia karena secara langsung

Lebih terperinci

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia

BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia BIPA Pendukung Internasionalisasi Bahasa Indonesia Liliana Muliastuti, Ketua Umum Afiliasi Pengajar dan Pegiat BIPA Pengantar Optimisme terhadap peluang bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 401

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 401 INTEGRASI MODEL PEMAHAMAN BUDAYA LOKAL DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF Andayani Universitas Sebelas Maret Abstract Thus the integration model of understanding

Lebih terperinci

Pemekaran Wilayah. Tabel Pemekaran Daerah Tahun

Pemekaran Wilayah. Tabel Pemekaran Daerah Tahun Pemekaran Wilayah Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten/kota

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA) YANG PROFESIONAL

PENINGKATAN MUTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA) YANG PROFESIONAL PENINGKATAN MUTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA) YANG PROFESIONAL Oleh: Khaerudin Kurniawan FPBS Universitas Pendidikan Indonesia Ketika tingkat peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ini dikembangkan untuk memahami lebih jauh mengenai pelaksanaan dan praktik penyelenggaraan dari Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang masih dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada akhir tahun 2015 ini, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, akan memasuki era baru penerapan perdagangan bebas kawasan Asia Tenggara, yaitu ASEAN Free Trade

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan BAB V KESIMPULAN Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan intensitas diplomasi dan perdagangan jasa pendidikan tinggi di kawasan Asia Tenggara, yang kemudian ditengarai

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE

ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE ARTIKEL ILMIAH POPULER STUDY EXCURSIE MUTHMAINNAH 131211132004 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA hmadib2011@gmail.com1 a. Judul Toleransi yang tak akan pernah pupus antar umat beragama di dalam

Lebih terperinci

ACDPINDONESIA Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership

ACDPINDONESIA Education Sector Analytical And Capacity Development Partnership Risalah Kebijakan November 2014 Ketidakhadiran Guru di Indonesia Tingkat ketidakhadiran guru di Indonesia Alasan guru tidak hadir di sekolah Kegiatan guru di sekolah ketika sedang tidak mengajar Dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedang sifat unik, menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik. Bersifat kompleks karena sekolah sebagai organisasi di dalamnya terdapat berbagai dimensi yang satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui pengelolaan strategi pendidikan dan pelatihan, karena itu pembangunan

Lebih terperinci

Pengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar

Pengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar On behalf of Pengumuman Pelatihan Untuk Semua Pelamar giz Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Divisi Kesehatan Pelatihan Kepemimpinan Internasional di Bidang Manajemen Rumah

Lebih terperinci

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA

STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA STATUTA ASOSISI MAHKAMAH KONSTITUSI DAN INSTITUSI SEJENIS SE-ASIA Pembukaan Presiden atau Kepala mahkamah konstitusi dan institusi sejenis yang melaksanakan kewenangan konstitusional di Asia: MENGINGAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Menulis merupakan salah satu cara manusia untuk mengungkapkan sebuah ide atau gagasan kepada orang lain melalui media bahasa tulis. Bahasa tulis tentu berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

STRATEGI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ERA MEA

STRATEGI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ERA MEA STRATEGI OPTIMALISASI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA PADA ERA MEA (Dadang Sunendar) A. Pengantar Berbagai upaya pengembangan dan pembinaan Bahasa Indonesia telah dan sedang dilakukan oleh Pemerintah dan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPTIF MELALUI MEDIA LAGU BAGI PEMBELAJAR BIPA

2015 PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPTIF MELALUI MEDIA LAGU BAGI PEMBELAJAR BIPA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia karena dengan bahasa manusia dapat mengetahui informasi yang dibutuhkannya. Bahasa muncul

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan. A. Pendahuluan

BAB V. Kesimpulan. A. Pendahuluan BAB V. Kesimpulan A. Pendahuluan Kebijakan nation building yang diterapkan di Malaysia saat ini (dengan basis identitas etnis Melayu sebagai kelompok etnis yang dominan) tidak berjalan seperti yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat komunikasi sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, hubungan antara bahasa dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena bahasa merupakan wahana bagi masyarakat untuk berinteraksi satu sama lain. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan Bahasa Indonesia dalam dunia Internasional memang belum

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan Bahasa Indonesia dalam dunia Internasional memang belum 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Kedudukan Bahasa Indonesia dalam dunia Internasional memang belum setenar bahasa lainnya yang ada di dunia, seperti bahasa Inggris, bahasa Jerman,

Lebih terperinci

Simposium Akuntan Pendidik Medan, 16 September Oleh: MUSTOFA, CA. Anggota Dewan Penasihat IAI

Simposium Akuntan Pendidik Medan, 16 September Oleh: MUSTOFA, CA. Anggota Dewan Penasihat IAI Simposium Akuntan Pendidik Medan, 16 September 2015 Oleh: MUSTOFA, CA Anggota Dewan Penasihat IAI Welcome, MEA 2015 MEA: membentuk pasar tunggal Asia Tenggara Tujuan: meningkatkan daya saing Mempermudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mendukung kemajuan bangsa dan Negara sebagaimana tercantum di

Lebih terperinci

PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT BELMAWA

PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT BELMAWA PANDUAN PROGRAM TRANSFER KREDIT BELMAWA DIREKTORAT PEMBELAJARAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBELAJARAN DAN KEMAHASISWAAN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 1 BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tanpa kecuali. Pendidikan telah menjadi bagian kehidupan yang diamanatkan secara nasional maupun internasional. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat satu dan dua maka Negara Indonesia menjamin kebebasan berserikat dan berkeyakinan. Bahwa agama Katolik adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 149 5.1 Simpulan Umum BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Partai politik merupakan lembaga politik tempat warga negara menyalurkan berbagai aspirasi politiknya guna turut serta membangun negara menuju

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 12 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah : Program : Ilmu Pengetahuan Sosial Mata Pelajaran : Sejarah Kelas/Semester : XII/2 Standar : 3. Menganalisis Perkembangan Sejarah Dunia sejak sampai dengan Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA 2.1 Sejarah Program Studi Vokasi Universitas Indonesia Program Vokasi Universitas Indonesia atau disingkat Vokasi UI dibentuk tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat penuturnya. Berdasarkan jumlah penuturnya bahasa Bali dapat

Lebih terperinci

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN

PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN PIAGAM KERJASAMA PARTAI DEMOKRAT DAN PARTAI KEADILAN SEJAHTERA TAHUN 2009-2014 Atas berkat Rahmat Allah SWT, Para penandatangan piagam kerjasama telah sepakat untuk membentuk koalisi berbasis platform

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam pembelajaran bahasa Indonesia, keterampilan menulis merupakan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional menerangkan bahwa mata kuliah bahasa Indonesia adalah mata kuliah wajib

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dea Audia S anti, 2014

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dea Audia S anti, 2014 BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran suatu bahasa asing diperlukan metode, strategi maupun teknik pembelajaran yang efektif guna menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Beberapa

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU

PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU PENDIDIKAN PROFESI GURU ( PPG ) SEBUAH CATATAN PENINGKATAN KUALITAS GURU Oleh : Dwi Yunanto Abstrak Pendidikan di Indonesia pada umumnya di artikan sebagai sebuah proses untuk memanusiakan manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

2014 ALIH KOD E, CAMPUR KOD E, D AN ID IOLEK SUJIWO TEJO D ALAM BUKU REPUBLIK #JANCUKERS

2014 ALIH KOD E, CAMPUR KOD E, D AN ID IOLEK SUJIWO TEJO D ALAM BUKU REPUBLIK #JANCUKERS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buku Republik #Jancukers ditulis oleh Sujiwo Tejo dengan menggunakan banyak bahasa (multilingual), yaitu bahasa Indonesia, bahasa Asing, dan bahasa Daerah. Hal ini menimbulkan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH KODE : Evaluasi Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) : IN317 Dr. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd. Ida Widia, M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan bangsa berpendapatan menengah dan memiliki tingkat pendidikan semakin tinggi, mempunyai kehidupan politik yang semakin demokratis, serta rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa asing kini memiliki nilai yang sangat penting seiring perkembangan dunia. Kemampuan berbahasa asing menjadi sebuah tuntutan bagi masyarakat Indonesia untuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah mengharuskan untuk diterapkannya kebijakan otonomi daerah. Meskipun dalam UUD 1945 disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

Arah Pelestarian Bahasa Jawa Krama di Surakarta. Oleh. Sri Marmanto. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Arah Pelestarian Bahasa Jawa Krama di Surakarta. Oleh. Sri Marmanto. Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Universitas Sebelas Maret Surakarta MR Arah Pelestarian Bahasa Jawa Krama di Surakarta Oleh Sri Marmanto Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Bahasa Jawa (BJ) adalah bahasa ibu (mother tongue ) dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi lisan merupakan warisan budaya nenek moyang yang merefleksikan karakter masyarakat pendukung tradisi tersebut. Signifikansi tradisi lisan dalam kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.4801 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.01/2017 TENTANG AKUNTAN BEREGISTER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER Ary Kristiyani, M.Hum. PBSI, FBS, UNY arykristiyani@uny.ac.id atau ary_kristiyani79@yahoo.com Disampaikan pada Seminar Internasional di Hotel

Lebih terperinci