Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan instrumen Raosoft. Universitas Sumatera Utara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan instrumen Raosoft. Universitas Sumatera Utara"

Transkripsi

1 Lampiran 1. Perhitungan jumlah responden menggunakan instrumen Raosoft 165

2 Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas Aspek Standar 1: Profesionalisme Elemen Standar 1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi sumpah/janji apoteker 1.2. Pelayanan apoteker 1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode etik apoteker Indonesia 1.4. Komitmen bekerja 1.5. Komitmen kehadiran 1.6. Tanggungjawab 1.7. Kualitas kerja 1.8. Pencapaian penghargaan 1.9. Kemandirian Akuntabilitas dalam memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat Pemenuhan kebutuhan pasien Perlakuan kepada pasien Deskripsi Ideal Dalam melaksanakan pengabdian profesi, apoteker senantiasa berpegang teguh pada sumpah/janji apoteker Indonesia Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping untuk memastikan terpenuhinya pelayanan apoteker Dalam bertindak dan mengambil keputusan, apoteker berpedoman pada prinsip-prinsip Kode Etik Apoteker Indonesia Apoteker mempunyai komitmen bekerja sesuai standar Apabila berhalangan /terlambat hadir segera memberitahu kepada individu yang tepat di tempat kerja Apoteker menyelesaikan semua tugas yang menjadi tanggungjawabnya, dengan berpedoman pada standar prosedur opersional Penyelesaian semua pekerjaan di apotek, dilakukan dengan berpedoman pada standar praktik Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik Apoteker mandiri dalam melakukan pekerjaan, tanpa intervensi orang lain Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, berpedoman pada standar prosedur opersional dan dicatat dalam catatan pengobatan Dalam hal barang tidak tersedia, pemenuhan kebutuhan pasien diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan Apoteker berinteraksi dengan pasien, memperlakukan dengan rasa hormat yang sama, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan bayarnya 166

3 Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Elemen Standar Pelayanan terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar Hubungan profesional dengan dokter Konsultasi dengan apoteker lain Kesalahan terapi Kritik konstruktif Belajar sepanjang hayat Program pengembangan profesi berkelanjutan untuk peningkatan kompetensi Penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional Akses ke jasa informasi untuk memungkinkan praktik efisien Deskripsi Ideal Apoteker memberikan alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan pasien sesuai kemampuan bayar Apoteker membangun hubungan profesional dengan dokter untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien Apoteker melakukan konsultasi dan kerjasama dengan apoteker/apotek lain Apoteker melaporkan kejadian kesalahan terapi walaupun tidak ada orang lain yang menyadari, untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya dengan baik Apoteker merespon kritik konstruktif, melalui penyediaan kotak saran Apoteker mengikuti seminar/pelatihan yang diselenggarakan organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi Apoteker memiliki fasilitas yang disediakan apotek dalam program pengembangan profesi berkelanjutan bagi peningkatan kompetensi Apoteker secara teratur melakukan penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional Apoteker memiliki fasilitas akses tak terbatas yang disediakan apotek ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk kemungkinan praktik efisien ASPEK STANDAR 2: MANAJERIAL 2.1. Pengelolaan sediaan farmasi 2.2. Kualitas sediaan farmasi Pengelolaan sediaan farmasi melalui perencanaan yang baik didukung kartu stok dan buku defekta Pengadaan sediaan farmasi melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku 167

4 Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Elemen Standar 2.3. Penyimpanan sediaan farmasi 2.4. Obat kadaluwarsa / rusak 2.5. Penataan lingkungan apotek 2.6. Area Konseling Deskripsi Ideal Penyimpanan sediaan farmasi didukung fasilitas yang lengkap: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi persyaratan penyimpanan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata untuk mempermudah pencarian Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun terakhir akan kadaluwarsa dan memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/ rusak Penataan lingkungan apotik sesuai dengan fungsi area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional Area konseling tertutup/ terpisah dari kegiatan lain 2.7. Ruang Tunggu Mempunyai ruang tunggu yang nyaman 2.8. Keuntungan 2.9. Imbalan Keuntungan diambil dengan menerapkan HET, untuk memenuhi biaya tetap apotek Apoteker menerima imbalan sesuai imbalan yang telah ditetapkan, ditambah insentif sesuai dengan perolehan laba ASPEK STANDAR 3: DISPENSING 3.1. Persyaratan Administratif Resep 3.2. Penyerahan obat atas resep dokter 3.3. Aspek ekonomi obat 3.4. Penyerahan obat keras 3.5. Penjelasan dan informasi obat Dilakukan penilaian persyaratan administratif resep Penyerahan obat atas resep dokter dilakukan oleh apoteker Apoteker mempertimbangan aspek ekonomi obat Penyerahan obat keras hanya melalui resep dokter, penyerahan obat daftar OWA tanpa resep dilayani oleh apoteker dan dicatat dalam catatan pengobatan pasien Apoteker memberikan penjelasan dan informasi obat bagi pasien ASPEK STANDAR 4: ASUHAN KEFARMASIAN 4.1. Konseling Apoteker melaksanakan konseling pada penggunaan obat 168

5 Lampiran 2. Draf Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Elemen Standar 4.2. Three prime questions Deskripsi Ideal Apoteker menyampaian Three prime questions pada penyerahan obat melalui resep 4.3. Komunikasi dengan dokter tentang kemajuan terapi pasien 4.4. Kesesuaian farmasetik Apoteker melakukan komunikasi dengan dokter tentang kemajuan terapi pasien Apoteker mempertimbangankan kesesuaian farmasetik 4.5. Pertimbangan Klinis Apoteker melakukan pertimbangan klinis 4.6. Catatan Pengobatan Pasien 4.7. Monitoring Penggunaan Obat 4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep 4.9. Rujukan pasien ke dokter Apoteker membuat Catatan Pengobatan Pasien Apoteker melakukan Monitoring Penggunaan Obat Apoteker melakukan pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien Apoteker melakukan rujukan pasien ke dokter ASPEK STANDAR 5: PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT 5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi masyarakat 5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien dan tenaga kesehatan lain 5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat Apoteker menyediakan informasi kesehatan bagi masyarakat Apoteker menyediakan informasi obat bagi pasien dan dokter Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya 169

6 Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU Medan, dengan judul Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas di Indonesia, saya membutuhkan sejumlah data melalui beberapa kuesioner. Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan Teman Sejawat meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner pertama sebagaimana Teman Sejawat terima melalui atau facebook, atau Teman sejawat temukan di grup diskusi ini, dan selanjutnya klik "kirim" setelah diisi. Pernyataan yang akan Teman Sejawat tanggapi terdiri dari "elemen praktik yang diusulkan" dan "::: deskripsi idealnya" Saya sangat berharap Teman Sejawat memberikan identitas secara jujur dan apa adanya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya. Tidak ada jawaban yang salah dalam kuisioner ini. Semua jawaban dan identitas Teman Sejawat akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Selanjutnya untuk memberikan gambaran secara singkat, di bawah ini saya sampaikan abstak terkait kuesioner ini. Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Teman Sejawat sebagai responden, saya ucapkan terimakasih Peneliti, Wiryanto Fakultas Farmasi USU Medan ABSTRAK Praktik farmasi komunitas di Indonesia saat ini dideskripsikan sebagai praktik yang tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak mengacu pada kaidahkaidah profesi. Praktik yang terjadi hanya sebagai kegiatan transaksi jual beli komoditas bernama obat tanpa standar praktik dan dilakukan bukan oleh apoteker. Berbagai upaya perbaikan telah dilakukan, akan tetapi praktik farmasi komunitas tetap saja berlangsung mengikuti caranya sendiri. Obat tetap dikelola sebagai komoditas ekonomi yang seolah tanpa risiko pada penggunaannya, obat keras dijual tanpa resep dokter dan dilakukan oleh siapa saja. Tujuan penelitian adalah tersedianya model konseptual revitalisasi praktik farmasi komunitas/apotek, yang dirancang dengan mempertimbangkan berbagai aspek permasalahan praktis di lapangan, mengakomodir pendapat dan masukan para apoteker praktisi, akademisi dan tokoh pemerhati farmasi komunitas/apotek di Indonesia. Model konseptual revitalisasi dimaksudkan sebagai sebuah model pembinaan dan pengawasan dengan pendekatan pemecahan masalah dan peningkatan mutu secara bertahap dan berkelanjutan (Plan Do Check Action). Target khusus yang ingin dicapai adalah kepastian bahwa masyarakat terhindar dari pelayanan yang tidak profesional, dan memastikan bahwa masyarakat dapat mengambil manfaat bagi peningkatan kualitas hidup dari penyelenggaraan praktik farmasi komunitas di Indonesia. Untuk merancang model dimaksud, tahap pertama dibutuhkan sebuah standar praktik farmasi komunitas terdiri dari 5 aspek standar, yaitu: profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan, dan pelayanan kesehatan masyarakat, masing-masing tersusun atas elemenelemen praktik terpilih dan deskripsi idealnya. Pemilihan elemen-elemen praktik dilakukan berdasarkan kelayakan dan relevansi dari sejumlah elemen-elemen praktik serta pendapat dan masukan para apoteker praktisi, akademisi, tokoh pemerhati praktik farmasi komunitas di Indonesia, melalui kuesioner menggunakan skala Likert lima poin berkisar antara 1 = sangat tidak setuju hingga 5 = sangat setuju. Kata kunci: Model revitalisasi, standar praktik, pembinaan, pengawasan, farmasi komunitas. 170

7 Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) IDENTITAS RESPONDEN Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Alumnus Apoteker USU UNAND UI ITB UNPAD UGM UNAIR UNHAS Yang lain: Tahun Lulus Apoteker Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek Frekuensi Kehadiran di Apotek Selama apotek buka Setiap hari, pada jam tertentu 2-3 x seminggu 1 x seminggu 1 x sebulan Yang lain: Apoteker Pengelola Apotek merangkap Pemilik Modal Apotek Ya Tidak Status Kepemilikan Apotek BUMN Perusahaan Swasta Perorangan 171

8 Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Pekerjaan Lain Selain Sebagai APA Tidak ada PNS Non PNS Kota Alamat Apotek: Kuesioner Elemen-elemen Praktik Farmasi Komunitas Aspek Standar 1: Profesionalisme 1.1. Akuntabilitas dalam memenuhi sumpah / janji apoteker ::: Dalam melaksanakan pengabdian profesi, apoteker senantiasa berpegang teguh pada sumpah / janji apoteker Indonesia 1.2. Pelayanan apoteker ::: Setiap hari pada jam buka, minimal ada satu apoteker pendamping untuk memastikan terpenuhinya pelayanan apoteker 1.3. Akuntabilitas dalam memenuhi kode etik apoteker Indonesia ::: Dalam bertindak dan mengambil keputusan, apoteker berpedoman pada prinsip-prinsip Kode Etik Apoteker Indonesia 1.4. Komitmen bekerja ::: Apoteker mempunyai komitmen bekerja sesuai standar 1.5. Komitmen kehadiran ::: Apabila berhalangan /terlambat hadir segera memberitahu kepada individu yang tepat di tempat kerja 1.6. Tanggungjawab ::: Apoteker menyelesaikan semua tugas yang menjadi tanggung jawabnya, dengan berpedoman pada standar prosedur opersional 1.7. Kualitas kerja ::: Penyelesaian semua pekerjaan di apotek, dilakukan dengan berpedoman pada standar praktik Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 172

9 Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 1.8. Pencapaian penghargaan ::: Menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik 1.9. Kemandirian ::: Apoteker mandiri dalam melakukan pekerjaan, tanpa intervensi orang lain Akuntabilitas dalam memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat ::: Pemenuhan kebutuhan kesehatan bagi masyarakat, berpedoman pada standar prosedur opersional dan dicatat dalam catatan pengobatan Pemenuhan kebutuhan pasien ::: Dalam hal barang tidak tersedia, pemenuhan kebutuhan pasien diusahakan dari tempat lain tanpa biaya tambahan Perlakuan kepada pasien ::: Apoteker berinteraksi dengan pasien, memperlakukan dengan rasa hormat yang sama, terlepas dari latar belakang sosial atau kemampuan bayarnya Pelayanan terkait ketidakmampuan pasien untuk membayar ::: Apoteker memberikan alternatif pilihan untuk pemenuhan kebutuhan pasien sesuai kemampuan bayar Hubungan profesional dengan dokter ::: Apoteker membangun hubungan profesional dengan dokter untuk kemungkinan manajemen terapi terbaik bagi pasien Konsultasi dengan apoteker lain ::: Apoteker melakukan konsultasi dan kerjasama dengan apoteker/apotek lain Kesalahan terapi ::: Apoteker melaporkan kejadian kesalahan terapi walaupun tidak ada orang lain yang menyadari, untuk ditindaklanjuti penyelesaiannya dengan baik 173

10 Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Kritik konstruktif ::: Apoteker merespon kritik konstruktif, melalui penyediaan kotak saran Belajar sepanjang hayat ::: Apoteker mengikuti seminar/pelatihan yang diselenggarakan organisasi profesi/perguruan tinggi farmasi Program pengembangan profesi berkelanjutan untuk peningkatan kompetensi ::: Apoteker memiliki fasilitas yang disediakan apotek dalam program pengembangan profesi berkelanjutan bagi peningkatan kompetensi Penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional ::: Apoteker secara teratur melakukan penilaian sendiri atas kompetensi dan aktivitas profesional Akses ke jasa informasi untuk memungkinkan praktik efisien ::: Apoteker memiliki fasilitas akses tak terbatas yang disediakan apotek ke sumber informasi internet dan berbagai literatur untuk kemungkinan praktik efisien Aspek Standar 2: Manajerial 2.1. Pengelolaan sediaan farmasi ::: Pengelolaan sediaan farmasi melalui perencanaan yang baik didukung kartu stok dan buku defekta 2.2. Kualitas sediaan farmasi ::: Pengadaan sediaan farmasi melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku 2.3. Penyimpanan sediaan farmasi ::: Penyimpanan sediaan farmasi didukung fasilitas yang lengkap: lemari pendingin khusus, rak yang memenuhi persyaratan penyimpanan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan, dan ditata untuk mempermudah pencarian 174

11 Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 2.4. Obat kadaluwarsa / rusak ::: Membuat penandaan bagi obat-obat yang 1 tahun terakhir akan kadaluwarsa dan memisahkan obat-obat yang sudah kadaluwarsa/ rusak 2.5. Penataan lingkungan apotek ::: Penataan lingkungan apotik sesuai dengan fungsi area/ruangan yang mencerminkan pengaturan profesional 2.6. Area Konseling ::: Area konseling tertutup/ terpisah dari kegiatan lain 2.7. Ruang Tunggu ::: Mempunyai ruang tunggu yang nyaman 2.8. Keuntungan ::: Keuntungan diambil dengan menerapkan HET, untuk memenuhi biaya tetap apotek 2.9. Imbalan ::: Apoteker menerima imbalan sesuai imbalan yang telah ditetapkan, ditambah insentif sesuai dengan perolehan laba Aspek Standar 3: Dispensing 3.1. Persyaratan Administratif Resep ::: Dilakukan penilaian persyaratan administratif resep 3.2. Penyerahan obat atas resep dokter ::: Penyerahan obat atas resep dokter dilakukan oleh apoteker 3.3. Aspek ekonomi obat ::: Apoteker mempertimbangan aspek ekonomi obat 3.4. Penyerahan obat keras ::: Penyerahan obat keras hanya melalui resep dokter, penyerahan obat daftar OWA tanpa resep dilayani oleh apoteker dan dicatat dalam catatan pengobatan pasien 3.5. Penjelasan dan informasi obat ::: Apoteker memberikan penjelasan dan informasi obat bagi pasien 175

12 Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Aspek Standar 4: Asuhan Kefarmasian Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 4.1. Konseling ::: Apoteker melaksanakan konseling pada penggunaan obat 4.2. Three prime questions ::: Apoteker menyampaian Three prime questions pada penyerahan obat melalui resep 4.3. Komunikasi dengan dokter tentang kemajuan terapi pasien ::: Apoteker melakukan komunikasi dengan dokter tentang kemajuan terapi pasien 4.4. Kesesuaian farmasetik ::: Apoteker mempertimbangankan kesesuaian farmasetik 4.5. Pertimbangan Klinis ::: Apoteker melakukan pertimbangan klinis 4.6. Catatan Pengobatan Pasien ::: Apoteker membuat Catatan Pengobatan Pasien 4.7. Monitoring Penggunaan Obat ::: Apoteker melakukan Monitoring Penggunaan Obat 4.8. Pemilihan pengobatan tanpa resep ::: Apoteker melakukan pemilihan pengobatan tanpa resep yang paling sesuai bagi pasien 4.9. Rujukan pasien ke dokter ::: Apoteker melakukan rujukan pasien ke dokter Aspek Standar 5: Pelayanan Kesehatan Masyarakat 5.1. Penyediaan informasi kesehatan bagi masyarakat ::: Apoteker menyediakan informasi kesehatan bagi masyarakat 5.2. Penyediaan informasi obat bagi pasien dan tenaga kesehatan lain ::: Apoteker menyediakan informasi obat bagi pasien dan dokter 176

13 Lampiran 3. Kuesioner tentang elemen-elemen praktik farmasi komunitas (Sambungan) Sangat Setuju Setuju Netral Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju 5.3. Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat ::: Kegiatan peningkatan kesehatan masyarakat dilakukan melalui diseminasi informasi: penyebaran leaflet/brosur atau poster; dan kegiatan pengabdian masyarakat: penyuluhan dan sejenisnya KOMENTAR DAN USUL/MASUKAN SECARA UMUM: Mohon dituliskan dibawah ini Diberdayakan oleh Google Docs 177

14 Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas Pearson Correlation *.560 **.550 ** **.480 **.280 *.440 **.389 ** ** ** * Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.349 * **.456 ** **.448 **.447 **.312 * **.382 **.292 *.452 **.319 * **.310 * Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.560 **.363 ** **.341 *.583 **.526 **.427 **.281 * **.356 *.532 ** *.442 ** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.550 **.456 **.486 ** **.420 **.640 **.556 ** *.717 ** **.476 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation * ** *.303 * Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.373 ** ** ** *.357 * **.318 *.393 **.358 *.515 **.436 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.480 **.530 **.526 **.678 ** * **.688 **.640 **.350 *.405 **.585 **.323 *.421 **.437 **.301 *.302 *.434 ** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.280 *.448 **.427 **.420 **.343 *.357 *.649 ** **.359 *.312 *.474 **.351 *.306 *.334 *.388 ** Sig. (2-tailed) N

15 Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan) Total.353 * *.356 * *.475 **.331 *.458 ** ** ** *.493 ** **.429 **.445 **.283 *.343 *.547 **.395 ** **.663 **.567 **.467 **.407 **.566 **.484 **.632 **.510 **.404 **.401 ** **.681 ** ** **.382 **.373 **.304 *.514 ** ** ** **.325 *.288 * *.541 ** **.549 **.347 *.325 * **.455 ** *.537 **.323 *.315 *.443 **.541 **.393 **.434 **.467 **.433 ** **.665 ** ** * * * ** *.285 * * ** **.291 *.354 * **.286 * *.509 ** **.439 **.521 **.371 ** **.526 **.308 *.410 **.562 **.364 **.384 **.497 **.641 **.491 **.500 **.527 ** *.304 *.510 **.735 ** *.326 * **.315 *.448 **.320 *.552 ** **.628 **.345 *.523 **.617 ** *.538 **.602 **

16 Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan) 4.4 Pearson Correlation ** ** **.345 *.457 **.501 ** **.295 * *.490 **.361 * * Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation **.369 **.434 ** **.523 **.500 **.423 ** **.453 ** **.545 **.351 *.433 **.341 * Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation **.325 *.467 **.283 * **.617 **.561 **.472 **.297 *.508 **.520 **.318 *.406 **.555 **.368 **.351 *.334 * Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.388 **.404 **.288 *.433 ** ** **.401 **.404 **.431 **.498 ** **.437 ** ** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation ** *.336 * *.396 ** *.455 ** **.429 **.299 *.324 *.508 ** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation *.314 *.387 ** * *.421 **.394 ** Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation.332 *.444 **.322 *.550 ** *.510 **.538 **.602 **.543 **.293 *.491 **.557 ** **.571 **.317 * ** Sig. (2-tailed) N Total Pearson Correlation.493 **.681 **.541 **.665 **.363 **.509 **.735 **.602 **.755 **.680 **.529 **.626 **.700 **.358 *.709 **.708 **.438 **.540 **.592 ** Sig. (2-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 180

17 Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan).405 **.668 **.691 **.651 **.319 *.527 **.572 **.325 * **.468 **.520 **.584 **.650 ** **.755 **.453 **.523 **.376 **.426 **.707 ** *.592 **.554 **.454 ** **.608 **.381 **.387 **.731 **.465 **.540 **.591 **.700 **.718 ** **.498 **.536 **.325 *.581 **.773 ** **.581 **.498 **.443 ** **.518 **.301 *.354 *.671 **.411 **.561 **.736 **.781 **.755 **.734 ** **.512 **.485 **.649 **.799 ** **.425 **.300 *.294 *.405 **.440 **.445 **.315 *.297 *.511 **.560 **.627 **.410 **.497 **.453 **.498 **.512 ** **.341 *.542 **.665 ** **.321 *.415 **.526 **.349 *.418 **.548 ** *.360 *.502 **.498 **.486 **.488 **.523 **.536 **.512 **.577 ** *.527 **.617 ** **.417 **.356 *.316 * **.345 * *.429 **.390 **.309 *.376 **.325 *.485 **.341 *.306 * **.504 ** **.503 **.383 **.284 * **.406 ** **.479 ** **.650 **.563 **.426 **.581 **.649 **.542 **.527 **.580 ** ** **.683 **.632 **.529 **.435 **.721 **.671 **.454 **.511 **.767 **.654 **.660 **.724 **.761 **.707 **.773 **.799 **.665 **.617 **.504 **.723 ** *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). 181

18 Lampiran 4. Uji Validitas dan Reliabilitas (Sambungan) Reliability Case Processing Summary N % Cases Valid Excluded a Total a. Listwise deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

19 Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Pembinaan dan pengawasan: Pemerintah dan OP belum tegas dan belum konsisten Butuh proses pembinaan secara bertahap IAI masih harus berupaya keras mewujudkan visi dan melaksanakan misi Menambah kewenangan apoteker >44 Jalur distribusi obat-obatan hendaknya diperketat pengawasannya dan penjualan obat secara langsung dari PBF ke dokter harus ditertibkan, agar fungsi apotek benar-benar seperti seharusnya dan apoteker dapat benar-benar bekerja secara profesional. Ketidakoptimalan apoteker dalam memberikan pelayanan bukan sepenuhnya menjadi kesalahan apoteker yang berpraktik, tetapi regulasi pemerintah yang tidak tegas dan tidak konsisten terhadap peraturan dan undang-undang yang telah dibuat. Tidak ada sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar, tidak menjalankan undang-undang dan peraturan, sehingga praktik yang ideal tidak pernah teraplikasi sebagaimana seharusnya. Aturan yang sudah ada sudah cukup baik, yang perlu ditingkatkan adalah sistem pengawasan. Kalau mengharapkan kesadaran apoteker, itu sangat subjektif dan fluktuatif. Kalau ada pengawasan yang ketat maka apoteker, suka atau tidak suka, pasti akan melaksanakan apa yang telah diatur. IAI juga dilibatkan dalam melakukan pengawasan terhadap kehadiran apoteker di sarana, dan IAI juga diberi wewenang untuk memberikan sangsi dan di mana sangsi tersebut juga sebagai rekomendasi utama di dinas kesehatan. Apotek dijadikan sarana berbisnis tanpa mempedulikan aturan dan etika, bahkan tidak jarang tidak mempedulikan keselamatan dan kesehatan pasien. Demi kelancaran bisnisnya, apoteker dirumahkan. Praktik farmasi komunitas/apotek tidak berjalan, yang ada hanya praktik bisnis obat yang tidak sesuai standar praktik dan tidak mengikuti kode etik. Paradigma pemberian obat keras yang tidak termasuk OWA tanpa menggunakan resep sudah terlanjur melekat di hampir semua apotek, bukan hanya karena kesalahan atau kemauan apoteker untuk meraup untung sebanyak-banyaknya, tetapi melihat kondisi pasien juga harus dipertimbangkan.. semua butuh proses untuk sesuai atau diharap ideal seperti peraturan undang-undang. Banyak hal yang dituntut oleh organisasi keprofesian kepada pihak anggotanya guna mendapatkan pengakuan tanpa ikut serta dalam memperhatikan kenapa anggota tidak tertarik dalam keanggotaan. Dalam pelaksanaannya diharapkan IAI mampu membimbing dan mengarahkan anggotanya untuk dapat melaksanakannya. Pembinaan secara intens dan pelaksanaan bertahap perlu dilakukan mengingat terjadinya perubahan dalam pola fikir dan perilaku profesional apoteker. Penetapan standar minimal terlebih dahulu baru selanjutnya menunjukkan kinerja terbaik sesuai standar praktik Daftar OWA perlu ditambah jumlahnya Database Apoteker yang ada harap diadakan selengkap-lengkapnya ada petugas tetap yang mengupdatenya atau dibuat sistem di mana apoteker dapat mengupdate status apotekernya sendiri, misal dengan login ke account di IAI. Hal ini untuk memastikan bahwa semua informasi terbaru tentang kebijakan maupun kegiatan continuing education dapat tersosialisasi dengan baik. 183

20 Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Organisasi profesi apoteker yang berwenang mengeluarkan standar toolkit yang edukatif dan interaktif untuk alat bantu konseling/edukasi pasien. Misal seperti Asosiasi Diabetes Amerika mengeluarkan berbagai perangkat untuk membantu petugas kesehatan maupun pasien dalam menghadapi kondisi penyakitnya. Keterampilan komunikasi apoteker-pasien-dokter harus dipastikan berada di atas rata-rata. Apotek jaringan untuk memfasilitasi apoteker muda dapat segera memiliki apoteknya sendiri dan juga menggalakkan bahwa apotek harus dimiliki oleh apoteker sendiri. Pemberian izin apotek ada baiknya dilakukan uji kelayakan oleh pemerintah dalam hal lokasi, jarak antar apotek, jangan asal diberi izin saja. Honor apoteker harus disesuaikan dengan standar kelayakan profesi Permasalahan praktis: Rasa keadilan belum mendapatkan perhatian PSA tidak memahami aturan Posisi tawar sangat lemah Persaingan tidak sehat >36 Selama ini saya sebagai apoteker pengelola di sebuah apotek milik perusahaan swasta sudah dituntut untuk kerja full time untuk dapat melayani informasi obat atau penyerahan obat kepada pasien yang membutuhkan, karena tuntutan pula dari IAI jawa barat khususnya depok menuntut motto tiada pelayanan tanpa apoteker. Sekarang bagaimana kepada teman sejawat kita yang bekerja di dinkes atau pemerintahan yang setiap hari bekerja di luar apotek tapi juga sebagai pemegang apoteker pengelola apotik (APA), kapan waktunya mereka akan mengabdi di apotek sesuai dengan motto di atas tadi...adilkah? Mohon peraturan yang ada juga disosialisasikan pada PSA...dan kalau perlu juga dirumuskan peraturan untuk PSA..., sehingga APA tidak selalu terombang-ambing antara peraturan untuk apoteker dengan ketentuan / kebijakan dari PSA. Selama ini sering mendengar teman-teman APA selalu jadi pihak yang lemah dalam menghadapi PSA, minta kerja full time dengan meminta tambahan fee 1% omset selalu dibilang kalau apotek untungnya kecil..., akhirnya PSA minta untuk off saja.. (seperti yang terjadi pada saya) sedangkan kita butuh kerja... dll masih banyak lagi... Masukan saja, saya berharap bukan hanya apotekernya saja yang diterapkan PP atau peraturan lainnya, tetapi para owner/psa pun seharusnya disosialisasikan kewajibannya, agar para apoteker juga nyaman dan dapat menjalankan nya sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Di kota Kediri (3 kecamatan) ada 90 apotek, karena persaingan menjadi tidak mudah menegakkan peraturan, kode etik, profesionalisme, karena harus mempertahankan omset. Saya pernah beli di beberapa apotek, adalat oros, maintate, antidiabet oral, dsb dengan mudahnya diberi tanpa ditanya ini itu. Beberapa apotek ada yang melayani periksa asam urat, kolesterol, gula darah dilakukan oleh AA. Di sebuah apotek yang terkenal bila beli obat keras di beri struk pembayaran tertulis atas resep dokter. 184

21 Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Komitmen: Menuju paradigma baru, pelayanan berorientasi pasien Menaikkan nilai tawar bagi terwujudnya praktik yang lebih baik Bekerja sebagai APA sebaikbaiknya atau tidak menjadi APA sama sekali >50 Revitalisasi Praktek Kefarmasian oleh apoteker di Indonesia yang diperlukan adalah: a. kesadaran apoteker sebagai tenaga kesehatan yang berperan lewat pelayanan agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien b. pergeseran paradigma dari product oriented ke patient oriented c. pergeseran paradigma sehat > memberi peluang beragam produk layanan kesehatan yaitu tidak hanya treating desease, tapi managing desease, managing health dan preventing desease Farmasi komunitas agar lebih eksis dengan membuat formula bersama sebagai nilai tawar kepada pemilik modal dalam penerapan pelayanan di apotek atas dasar standar profesionalisme, manajerial, dispensing, asuhan dan pelayanan kesehatan masyarakat, termasuk penerapan imbalan, hak dan kewajiban Apoteker Yang paling penting apoteker punya jiwa entrepreneurship jangan hanya minta gaji besar saja, kasian PSA. Harus berani punya apotek sendiri. Apoteker cuma buat standar saja, masuk apotek nggak pernah.. bagaimana? Kalau tak sanggup melaksanakan standar sebagai apoteker pengelola apotek dengan alasan imbalan yang tak memadai, sehingga tak bisa hadir selama jam buka apotek, jangan menjadi apoteker pengelola apotek, daripada bikin malu profesi apoteker. Dan saya yakin, akan terjadi kesenjangan antara yang diisi di kuisioner ini dengan yang sedang apoteker praktekkan saat ini... Poinnya apoteker suka ber-retorika tapi sebenarnya mereka malas untuk memberikan pelayanan sesuai dengan kuisioner tsb di atas.., ini pengalaman saya membina apoteker baik melalui Dinkes maupun organisasi ISFI/IAI. Realita dilapangan memang masih banyak apoteker yg belum menerapkan pharmaceutical care Dalam berprofesi tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, sebaiknya diperlukan komitmen dan kerjasama dari teman-teman sejawat untuk menjaga dan menghidupkan profesi ini. Semoga peran apoteker di Indonesia kembali ke jalur yg benar, sesuai dengan tanggungjawab yang sesungguhnya Sebaiknya dilakukan tindakan yang real dalam pengembangan peranan apoteker di apotek tidak hanya sebagai wacana karena sampai saat ini belum terdapat perubahan yang nyata. 185

22 Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Kompetensi: Pemberdayaan lembaga pendidikan Kompetensi tidak bisa diperoleh hanya melalui PUKA/SKPA saja, diperlukan sistem CPD/CE Butuh pengembangan kearah ilmu-ilmu sosial humaniora >18 Kompetensi bagi APA sangat penting, lembaga pendidikan pencipta sumber daya apoteker yang kompeten, harus yang pertama diberdayakan dan ditingkatkan kualitasnya, agar visi dan misinya sebagai penghasil apoteker yang kompeten terwujud. Kompetensi yang dimaksud harus sejalan dengan perbaikan kesejahteraan apoteker itu sendiri, agar apoteker tetap bertanggungjawab melaksanakan perannya selama apotek beroperasi (buka), bukan seperti yang terjadi sekarang ini, duduk2 di hotel 3 hari sudah mengantungi sertifikat kompetensi. Tiga hari yang sangat singkat mengalahkan kuliah reguler 5-7 tahun. bingung Agar setiap organisasi profesi (IAI) di berbagai cabang meningkatkan aktivitas ilmiah untuk menambah ilmu apoteker. Apoteker sudah saatnya menunjukkan citra diri dan profesi sebagai sebuah profesi yang dikenal masyarakat luas. Selalu menambah ilmu dengan membaca, mengikuti perkembangan ilmu dan peraturan perundang-undangan terbaru untuk menambah rasa percaya diri. Merupakan suatu keharusan, bahwa informasi obat harus dari seorang apoteker bukan profesi lain. Profesi kesehatan lain adalah mitra bagi seorang apoteker bukan pesaing atau musuh, bahkan jangan sampai ada kesan seorang apoteker adalah seorang polisi bagi profesi kesehatan lain. Pengobatan oleh apoteker harus rasional. Seorang apoteker tidak boleh berhenti dan puas hanya bisa menguasai ilmu farmasi saja, seorang apoteker harus belajar ilmu leadership, public speaking, team work dan ilmu2 manajemen lain. Ilmu kewirausahaan, pemasaran, ilmu psikhologi juga penting diketahui seorang apoteker. Menurut saya, apoteker masa kini sudah waktunya untuk muncul sebagai profesi yg dikenal masyarakat, bukan hanya sekedar tokoh dibelakang layar di balik berdirinya sebuah apotek. Masyarakat wajib tahu bahwa kita adalah profesi yang paling tepat untuk memberikan segala informasi tentang obat dan sediaan farmasi, karena memang pada dasarnya kita lah yang dibekali ilmu detail tentang itu semua dibanding para medis lain, atau bisa disebut apoteker=ahli obat. Untuk mewujudkan itu semua, sudah sepantasnya kita memperluas wawasan dengan manambah ilmu serta menerapkanya pada pasien,.. Boleh saja kalau berorientasi profit, tapi jangan se-mata2 profit, jadi ada hubungan timbal balik yang tepat antara pasien dan apoteker. Program pendidikan perlu dibenahi agar dapat lebih meningkatkan mutu dan kualitas apoteker. Juga apoteker perlu selalu belajar dan belajar selama masih aktif melakukan praktek. Untuk mencapai standar kompetensi seorang apoteker, harus dimulai sejak dari kuliah. Pendidikan Tinggi Farmasi semestinya memberikan fasilitas bagi perubahan paradigma mahasiswa, yang selama ini scientist bergeser ke sosial dan komunikasi 186

23 Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Praktik apoteker perlu penyiapan SDM yang mumpuni di bidang klinik/farmakoterapi. Dengan bekal ilmu cukup didorong supaya percaya diri bertemu pasien ataupun dokter. Mungkin akan lebih mudah bila apoteker sekaligus sebagai PSA dan APA Kuisener ini ideal banget. Kapan kira-kira apoteker Indonesia siap baik dari sisi ilmu, kapasitas diri, percaya diri bisa jadi apoteker profesional. Imbalan: Profesi APA belum melum menjanjikan masa depan Perlu ada standarisasi imbalan Perlu adanya persyaratan studi kelayakan pada pendirian apotek >31 Mohon untuk mensejahterakan apoteker, bila memang apoteker dianjurkan standby di apotek, tolong IAI juga menstandarkan gaji apoteker di atas 2 juta...untuk syarat pendirian apotek yang bukan milik apoteker... karena sebagian apoteker masih berat bila stanbay karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi bila cuma standby di apotek saja. mohon ditinjau kembali... Dengan banyaknya tanggungjawab seorang apoteker sebaiknya kesejahteraan apoteker juga harus diperjuangkan... di mana profesi apoteker di lapangan seperti profesi kelas dua, dokter yang pada kenyataannya lebih banyak memegang peranan... IAI sebagai wadah perkumpulan apoteker harus lebih konsen dan merangkul anggota-anggotanya agar profesi apoteker benarbenar lebih maju dan berperan sesuai fungsinya. Sampai saat ini apotek tidak/belum bisa terlepas dari faktor sebagai komoditas ekonomi, karena sebahagian besar apotek melibatkan PSA yang bukan apoteker. Saya sangat setuju dengan adanya PP 51/2009 dan Permenkes 889/2011, tapi pertanyaannya apakah PSA bersedia meningkatkan penghasilan/kesejahteraan apoteker, kemudian apakah bisa meningkatkan omset dari apotik. Bagaimana dengan apoteker-apoteker yang PNS (lebih dari 70% jumlah apotek yang ada ditangani oleh apoteker-apoteker PNS), Tentunya ini akan meminimalisir pelayanan kesehatan masyarakat di bidang farmasi... Perlunya ke depan untuk memikirkan bagaimana agar kesejahteraan apoteker lebih baik dari sekarang (yang jelas2 tidak menjanjikan). Apoteker selain dituntut untuk bertanggungjawab pada pengelolaan dan penggunaan obat juga memiliki kewajiban selalu meningkatkan pengetahuan melalui seminar ataupun evidence base kasus lapangan... untuk itu perlu juga diperhatikan hak-haknya sehingga dengan kesejahteraan yang baik tuntutan masyarakat atas keprofesian apoteker dapat terpenuhi... Dengan tanggungjawab yang cukup berat sebagai penanggungjawab apotek, hendaknya disesuaikan dengan standar upah yang diterima oleh apoteker, dan sosialisasi praktik farmasi/apotek juga ditekankan ke pemilik apotek dan instansi/profesi yg terkait, sehingga bisa berjalan sebagaimana mestinya. Imbalan apoteker disesuaikan dengan standar kelayakan profesi dan ada baiknya diatur dalam peraturan pemerintah. Dalam hal pendirian apotek ada baiknya dilakukan studi kelayakan oleh pihak pendiri apotek dan oleh pemerintah sebagai pemberi izin agar kelangsungan apotek dapat berjalan dengan baik 187

24 Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Imbalan yang diberikan kepada apoteker yang berpraktik tidak sesuai dengan besarnya tanggungjawab dan pekerjaan yang harus dilakukan. Dukungan: Secara umum penelitian ini mendapatkan dukungan positif Komentar lain-lain: Masih ada keinginan untuk praktik tidak professional Masih ada ketidak pahaman profesi >117 Disertasi bapak sangat bagus.. Semoga hasil disertasi bapak dapat dipergunakan sebagai masukan untuk pelaksanaan pekerjaan yang lebih aplikatif di Indonesia.. Sehingga para Apoteker dapat melakuan tugasnya dengan profesional. Dengan demikian profesi apoteker dapat diakui di antara para tenaga kesehatan lainnya dan juga dikenal oleh negara dan masyarakat. Dan akhirnya kita dapat memperjuangkan hakhak/upah atas jasa profesi kita. Semoga model praktek farmasi komunitas seperti ini dapat terwujud dan dilaksanakan secara merata di seluruh Indonesia. Semoga saja semua elemen-elemen praktik di atas dapat diterapkan... Elemen-elemen praktik farmasi, yang telah dipaparkan sangat bagus sekali untuk meningkatkan kualitas pelayanan di bidang farmasi. Semoga hasil dari penelitian ini dapat direalisasikan secara nyata, tidak hanya sekedar wacana saja. Kuesioner ini sangat tepat untuk dilakukan, agar kita semua tau seberapa profesionalisme apoteker saat ini yang diterapkan di masyarakat, dan hal itu bisa sebagai tolok ukur atau indikator, sudah pantaskah kita disebut ahli obat yang profesional... >15 Semakin banyaknya pertumbuhan apotek seharusnya akan meningkatkan kualitas pelayanan dalam artian persaingan lebih mengarah kepelayanan. Tetapi yang sering saya liat ada beberapa apotek yang justru karena adanya kompetitor bukannya meningkatkan pelayan atau ketersediaan obat tapi kok justru menjalin kerjasama dengan dokter yang mau memberikan resep sejenis narkotika/psikotropika, yang mana pasiennya adalah anak muda, dalam artian resep yang dibuat memang hanya untuk memberi kemudahan bagi para pecandu obat tersebut. Apakah dengan begitu secara tidak langsung apotek tersebut berperan terhadap peredaran obat terlarang? Kenapa dibiarkan adanya apotek seperti itu? Sungguh sangat miris sekali. Sebaiknya ditambahkan kuesioner tentang "APA boleh melakukan praktek lebih dari 1 tempat, seperti dokter" HET terkadang dapat dijadikan acuan harga tetapi tidak selalu karena ketika harga obat naik tetapi HET yg dicantumkan tidak ikut naik. Itu menjadi penyebab pasien atau konsumen protes terhadap harga. Mengenai kehadiran apoteker selama apotek buka: DILEMA buat apoteker. Secara profesional, ini memang keharusan sebagaimana halnya di negara-negara maju. Namun prakteknya, bisa menyulitkan apoteker karena berkaitan dengan biaya operasional apotek. 188

25 Lampiran 5. Pendapat/masukan umum responden terkait praktik farmasi komunitas (Sambungan) Kata Kunci Jumlah Beberapa Pendapat/Masukan Terpilih Total 292 Apotek perlu jam buka semaksimal mungkin (jika tidak bisa 24 jam, setidaknya buka pukul s/d 21.00) untuk memaksimalkan pendapatan. Sementara itu, jika harus ada apoteker pendamping demi tercapainya apotek buka hanya jika ada apotekernya, maka berarti APA harus berbagi pendapatan dengan apoteker pendamping (aping) padahal tidak semua apotek beromset tinggi. Atau, apabila tanpa aping maka berarti apoteker harus bekerja melebihi jam kerja umum. Bukankah ini merugikan apoteker? Namun jika apotek buka tanpa apoteker, maka sama saja menghapus peranan apoteker. Alias, ada atau tidak ada apoteker, adalah sama saja. Di mana, keberadaan apoteker itu tidak dirasakan masyarakat. Menurut saya, lebih baik dilakukan jalan tengah. Yaitu, apoteker bisa saja tidak berada di apotek namun akses ke pelayanan pasien di apotek tetap berjalan. Misal, pasang CCTV di ruang racik untuk bisa memantau kerja AA dan di OTC untuk memantau penyerahan obat ke pasien. Apabila ada yang perlu disampaikan apoteker ke AA atau pasien, maka dilakukan lewat telpon. Demikian pula sebaliknya. Namun ini berarti harus tersedia komputer di rumah apoteker. Tapi bagaimanapun, biaya operasional itu tetap lebih hemat daripada harus membayar 2 apoteker Hendaknya dilakukan survei kepada pemilik modal apakah setuju dengan praktek farmasi seperti yang ada dalam kuestioner 189

26 Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas Kata Pengantar Dalam rangka penelitian disertasi Doktor Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi USU Medan, dengan judul Model Revitalisasi Praktik Farmasi Komunitas/Apotek di Indonesia, serta sebagai kelanjutan dari kuesioner pertama yang telah selesai dilakukan, saya membutuhkan data dari Sejawat para Apoteker Penanggung jawab Apotek. Data dimaksud adalah diskripsi keadaan nyata elemen-elemen standar praktik farmasi komunitas/apotek di Indonesia saat ini. Untuk maksud tersebut, saya mohon kesediaan Sejawat meluangkan waktu sejenak mengisi kuesioner yang terdiri dari 2 atau 3 pilihan diskripsi untuk masing-masing elemen standar dengan cara klik kolom dengan nomor yang sesuai dengan nomor diskripsi yang sejawat pilih di bawah ini. Oleh karena salah satu tujuan kuesioner ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang sesungguhnya dari praktik farmasi komunitas di Indonesia, maka suksesnya penelitian ini sangat bergantung pada Sejawat dalam memberikan identitas dan pilihan deskripsi secara jujur sesuai dengan keadaan sebenarnya, bukan berdasarkan apa yang seharusnya. Tidak ada jawaban yang salah dalam kuesioner ini. Semua jawaban dan identitas Sejawat akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini. Akhirnya atas keluangan waktu dan ketulusan Sejawat sebagai responden, saya ucapkan terimakasih. Medan, 22 Juni 2012 Peneliti, Wiryanto Fakultas Farmasi USU Medan IDENTITAS RESPONDEN Dengan kerendahan hati, mohon kuesioner ini diisi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, agar penilitian ini ada manfaatnya Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Alumnus Apoteker USU UNAND UI ITB UNPAD UGM UNAIR UNHAS Yang lain: 190

27 Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Tahun lulus apoteker: Pengalaman sebagai Apoteker Pengelola Apotek Tuliskan dalam angka saja berapa tahun Teman Sejawat bekerja sebagai Apoteker Pengelola Apotek Pekerjaan lain selain sebagai Apoteker Pengelola Apotek PNS di lingkungan Badan POM PNS di lingkungan Kementerian Kesehatan, Dinas kesehatan PNS di Rumah Sakit Pemerintah Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Negeri Dosen di Perguruan Tinggi Farmasi Swasta Tidak ada pekerjaan lain Yang lain: Frekuensi Kehadiran di Apotek Selama apotek buka Setiap hari, pada jam tertentu 2-4 x seminggu 1 x seminggu 1 x sebulan Yang lain: Imbalan per bulan (Rp.) Sampai dengan > > > > Yang lain: Imbalan per bulan (Rp.) yang diharapkan Tuliskan dalam angka saja imbalan per bulan yang diharapkan untuk pemenuhan Standar Praktik sesuai PP.51/

28 Lampiran 6. Kuesioner tentang Deskripsi Elemen-Elemen Standar Praktik Farmasi Komunitas (Sambungan) Usulan Sejawat tentang upaya pemenuhan imbalan yang diharapkan Kenyataan imbalan yang diterima APA pasti jauh dari harapan, dan sudah barang tentu tidak mudah untuk memenuhinya, tuliskan usul sejawat tentang upaya-upaya yang harus dilakukan untuk memenuhi harapan tersebut Kemungkinan upaya yang sejawat usulkan berhasil Pilih kemungkinan upaya yang sejawat usulkan dapat berhasil sehubungan dengan keadaan nyata di lapangan sangat mungkin mungkin tidak mungkin Kepemilikan Apotek Milik Sendiri Milik PSA perorangan Milik Perusahaan Swasta Milik BUMN Yang lain: Rata-rata jumlah lembar resep per hari. Tuliskan dalam angka saja Rata-rata harga (Rp.) per lembar resep. Tuliskan dalam angka saja Rata-rata omset (Rp.) per hari. Tuliskan dalam angka saja Jumlah tenaga selain Apoteker Penanggung Jawab Apotek. Tuliskan dalam angka saja Apoteker Pendamping Tenaga Teknis Kefarmasian 192

KUESIONER TENTANG PROFIL KINERJA PRAKTIK FARMASI KOMUNITAS/APOTEK DI KABUPATEN DELI SERDANG

KUESIONER TENTANG PROFIL KINERJA PRAKTIK FARMASI KOMUNITAS/APOTEK DI KABUPATEN DELI SERDANG Lampiran 1. Kuesioner penelitian KUESIONER TENTANG PROFIL KINERJA PRAKTIK FARMASI KOMUNITAS/APOTEK DI KABUPATEN DELI SERDANG Kata Pengantar Dalam rangka penelitian Skripsi dengan judul Profil Kinerja Praktik

Lebih terperinci

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian Lampiran 1. Kuesioner penelitian 1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian I. IDENTITAS APOTEKER PENANGGUNGJAWAB APOTEK (APA) 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 2. Pengalaman sebagai Apoteker

Lebih terperinci

PROFIL KINERJA PRAKTIK FARMASI KOMUNITAS/APOTEK DI INDONESIA

PROFIL KINERJA PRAKTIK FARMASI KOMUNITAS/APOTEK DI INDONESIA PROFIL KINERJA PRAKTIK FARMASI KOMUNITAS/APOTEK DI INDONESIA Oleh: Wiryanto, Urip Harahap, Karsono Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan Wiryanto_2510@yahoo.com ABSTRAK Praktik farmasi komunitas/apotek

Lebih terperinci

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan PROFIL PEMENUHAN STANDAR PRAKTIK KEFARMASIAN BEBERAPA APOTEK DI KOTA MEDAN Oleh: Wiryanto 1), Juanita Tanuwijaya 1), Gracia 1), Sudewi 2) 1) Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan 2) Fakultas

Lebih terperinci

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan. Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien, Medan PROFIL PEMENUHAN STANDAR PRAKTIK KEFARMASIAN BEBERAPA APOTEK DI KOTA MEDAN Oleh: Wiryanto 1), Juanita Tanuwijaya 1), Gracia 1), Sudewi 2) 1) Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Medan 2) Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profesi Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu menegakkan diri dan diterima oleh masyarakat sebagai seorang yang memiliki ketrampilan

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. Pengaruh Diversifikasi Produk Keripik 888 Terhadap Keputuan Pembelian

DAFTAR LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN. Pengaruh Diversifikasi Produk Keripik 888 Terhadap Keputuan Pembelian Lampiran 1 : Kuesioner Pneleitian DAFTAR LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN Pengaruh Diversifikasi Produk Keripik 888 Terhadap Keputuan Pembelian Studi Kasus Pada Konsumen Toko Kue Tivoli Medan Fair Responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (1994), apoteker mempunyai peran profesional dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (1994), apoteker mempunyai peran profesional dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (1994), apoteker mempunyai peran profesional dalam berbagai bidang pekerjaan meliputi regulasi dan pengelolaan obat, farmasi komunitas, farmasi rumah sakit,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik dalam kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk di dalamnya mendapatkan

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR CABANG KEJAKSAAN NEGERI LUBUK PAKAM DI PANCUR BATU

PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR CABANG KEJAKSAAN NEGERI LUBUK PAKAM DI PANCUR BATU Lampiran 1. Kuisioner Penelitian DAFTAR PERTANYAAN PENGARUH MOTIVASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI KANTOR CABANG KEJAKSAAN NEGERI LUBUK PAKAM DI PANCUR BATU PENGANTAR Guna menyusun tugas akhir dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek yang sangat penting yang dapat menunjang aktivitas kehidupan manusia. Apabila kesehatannya baik maka aktivitas yang dijalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009). BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. (Peraturan Pemerintah no 51 tahun 2009). Sesuai ketentuan perundangan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Hal Lampiran : Permohonan Pengisian Kuisioner : Satu Berkas Assalamua laikum Wr.Wb Dalam rangka pemenuhan penyusunan Skripsi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Lebih terperinci

DAFTAR PERTANYAAN. Partisipan yang terhormat,

DAFTAR PERTANYAAN. Partisipan yang terhormat, DAFTAR PERTANYAAN Partisipan yang terhormat, Kuesioner ini didesain untuk menganalisis audit operasional atas kinerja instalasi farmasi Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Informasi yang anda berikan akan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN

LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN 56 LAMPIRAN 56 57 LAMPIRAN A : SKALA PENELITIAN A-1 SKALA PENELITIAN KEMANDIRIAN BELAJAR ANAK PANTI ASUHAN A-2 SKALA PENELITIAN POLA ASUH PERMISIF PENGASUH PANTI ASUHAN 57 58 A-1 SKALA PENELITIAN KEMANDIRIAN

Lebih terperinci

MAKALAH FARMASI SOSIAL

MAKALAH FARMASI SOSIAL MAKALAH FARMASI SOSIAL KONDISI SOSIAL MASYARAKAT DENGAN ASUHAN KEFARMASIAN DAN KESEHATAN DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 DIANSARI CITRA LINTONG ADE FAZLIANA MANTIKA JURUSAN FARMASI FAKULTASMATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGANTAR. Akhirnya atas partisipasi dan ketulusan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih. Peneliti Tris Mundari

PENGANTAR. Akhirnya atas partisipasi dan ketulusan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini, saya ucapkan terimakasih. Peneliti Tris Mundari Lampiran 1. KUISIONER PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan, mengarahkan dan memberi landasan hukum, serta menata kembali berbagai perangkat hukum yang mengatur penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian, pemerintah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo, maka saya mohon kesediaan saudara/i untuk

KUESIONER PENELITIAN. (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo, maka saya mohon kesediaan saudara/i untuk KUESIONER PENELITIAN Responden Yang Terhormat, Dalam rangka penyusunan skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Ponorogo,

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK

KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK KODE ETIK APOTEKER INDONESIA DAN IMPLEMENTASI - JABARAN KODE ETIK KODE ETIK APOTEKER INDONESIA MUKADIMAH Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang dilakukan oleh apoteker terhadap pasien dalam melakukan terapi pengobatan sehingga

Lebih terperinci

OLEH: NORA ROYEKHA SIAHAAN NIM: Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi.

OLEH: NORA ROYEKHA SIAHAAN NIM: Puskesmas Buntu Raja Kecamatan Siempat Nempu Kabupaten Dairi. LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN PELAKSANAAN PROGRAM POSYANDU LANSIA DAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA PENGGUNA POSYANDU DI PUSKESMAS BUNTU RAJA KECAMATAN SIEMPAT NEMPU KABUPATEN DAIRI OLEH: NORA

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Gambar. Contoh iklan Vans dan Brand Endorsement yang dipakai. Gambar. Produk sepatu Vans dan Waffle Grip

LAMPIRAN 1. Gambar. Contoh iklan Vans dan Brand Endorsement yang dipakai. Gambar. Produk sepatu Vans dan Waffle Grip LAMPIRAN 1 Gambar. Contoh iklan Vans dan Brand Endorsement yang dipakai Gambar. Produk sepatu Vans dan Waffle Grip 62 LAMPIRAN 2 No Kuesioner KUESIONER PENELITIAN Responden yang terhormat, Saya Body Prakoso,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN A KUESIONER PENELITIAN L1 LAMPIRAN A KUESIONER PENELITIAN A.1. KUESIONER PENELITIAN RESPONDEN-1 (MANAJEMEN) A.2. KUESIONER PENELITIAN RESPONDEN-2 (DOKTER) A.3. KUESIONER PENELITIAN RESPONDEN-3 (PASIEN) L2 A.1. KUESIONER PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kefarmasian serta makin tingginya kesadaran masyarakat dalam meningkatkan kesehatan, maka dituntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Profesi Kefarmasian Secara historis perubahan mendasar dalam profesi kefarmasian dapat dibagi dalam beberapa periode (Anonim. 2008 b ). 1. Periode zaman penjajahan

Lebih terperinci

TINGKAT PEMENUHAN STANDAR PRAKTIK BEBERAPA APOTEK DI KOTA MEDAN

TINGKAT PEMENUHAN STANDAR PRAKTIK BEBERAPA APOTEK DI KOTA MEDAN TINGKAT PEMENUHAN STANDAR PRAKTIK BEBERAPA APOTEK DI KOTA MEDAN Wiryanto 1* dan Sudewi 2 1 Lab. Farmasi Komunitas, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara, Medan 20155, Indonesia 2 Lab. Farmasetika,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Pada penelitian sebelumnya dengan judul pengaruh keberadaan apoteker terhadap mutu pelayanan kefarmasian di Puskesmas wilayah Kabupaten Banyumas berdasarkan

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER

Lampiran 1 KUESIONER Lampiran 1 KUESIONER Dengan hormat, Bersama ini saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Deltri Mayuni NIM : 7101210003 Jurusan : Manajemen Agri Bisnis Adalah Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas

Lebih terperinci

dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta penelitian yang berjudul : PENGARUH KUALITAS MAKANAN, KUALITAS PELAYANAN DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP

dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta penelitian yang berjudul : PENGARUH KUALITAS MAKANAN, KUALITAS PELAYANAN DAN PERSEPSI HARGA TERHADAP LAMPIRAN I KUESIONER Dengan hormat. Perkenalkan nama saya Ridwan Heriyanto. Mahasiswa Program Studi Manajemen dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang sedang melakukan penelitian yang berjudul

Lebih terperinci

N of Items

N of Items 71 Uji validitas dan reliabilitas skala penyesalan pasca pembelian melalui media internet. Running 1 Reliability Scale: ALL VARIABLES Cases Case Processing Summary N % Valid 77 100.0 Excluded a 0.0 Total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sekarang ini, dunia kesehatan semakin berkembang pesat dengan ditemukannya berbagai macam penyakit yang ada di masyarakat dan segala upaya untuk mengatasinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunan kesehatan di Indonesia pada dasarnya berhubungan dengan semua segi kehidupan, baik fisik, mental maupun sosial ekonomi. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN 1. KUESIONER No Kuesioner KUESIONER PENELITIAN Responden yang terhormat, Saya Nadella Dwi Agesta Widya Hastuti, mahasiswi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 diselenggarakan dengan berasaskan perikemanusiaan, manfaat, perlindungan dan diarahkan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : DIDIK SANTOSO K 100 050 243 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2010

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUMEN. Penelitian

LAMPIRAN INSTRUMEN. Penelitian LAMPIRAN INSTRUMEN Penelitian 109 ANGKET VALIDITAS DAN RELIABILITAS KINERJA GURU EKONOMI DI SMA NEGERI SE-KOTA MAGELANG A. Pengantar Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya bermaksud mengadakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak paling mendasar yang harus dipenuhi setiap orang dalam mencapai kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

KUESIONER UNTUK WP PENGUKURAN KINERJA KPP PRATAMA JAKARTA TEBET BERDASARKAN KONSEP BALANCED SCORECARD

KUESIONER UNTUK WP PENGUKURAN KINERJA KPP PRATAMA JAKARTA TEBET BERDASARKAN KONSEP BALANCED SCORECARD 105 LAMPIRAN 1 KUESIONER UNTUK WP PENGUKURAN KINERJA KPP PRATAMA JAKARTA TEBET BERDASARKAN KONSEP BALANCED SCORECARD Kepada : Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Tebet Hal : Permonohonan Pengisian Angket Lampiran

Lebih terperinci

Lampiran 1.Kuesioner Penelitian PENGARUH PERUBAHAN MEREK (REBRANDING) PRODUK LARUTAN PENYEGAR CAP KAKI TIGA MENJADI CAP BADAK

Lampiran 1.Kuesioner Penelitian PENGARUH PERUBAHAN MEREK (REBRANDING) PRODUK LARUTAN PENYEGAR CAP KAKI TIGA MENJADI CAP BADAK Lampiran 1.Kuesioner Penelitian PENGARUH PERUBAHAN MEREK (REBRANDING) PRODUK LARUTAN PENYEGAR CAP KAKI TIGA MENJADI CAP BADAK TERHADAP LOYALITAS PELANGGAN Dengan Hormat, Sehubungan dengan penulisan skripsi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. ketersediaan waktunya untuk mengisi kuesioner ini.

LAMPIRAN. ketersediaan waktunya untuk mengisi kuesioner ini. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian Responden yang terhormat, Saya Widhi Raditya, mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Soegijapranata Semarang. Dalam rangka penelitian

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN KUESIONER PENELITIAN PENGARUH BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TIKI DI JALAN DR.MANSYUR, MEDAN Kepada Yth. Bapak/IbuSdr/i Konsumen TIKI Di Tempat Dengan hormat, Terima

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS SUKMAJAYA KOTA DEPOK TAHUN 2009

KUESIONER PENELITIAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS SUKMAJAYA KOTA DEPOK TAHUN 2009 Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERSEPSI PASIEN TERHADAP PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS SUKMAJAYA KOTA DEPOK TAHUN 2009 Nomor/Kode : Hari/ Tanggal : Sub unit Pelayanan : PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Lebih terperinci

1 KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN SISWA MENGONSUMSI BUAH DAN SAYUR DALAM PROGRAM STUDENT LEARNING OUTCOME

1 KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN SISWA MENGONSUMSI BUAH DAN SAYUR DALAM PROGRAM STUDENT LEARNING OUTCOME Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN SISWA MENGONSUMSI BUAH DAN SAYUR DALAM PROGRAM STUDENT LEARNING OUTCOME DI SMA KRISTEN PETRA 1 SURABAYA Tanggal Pengisian : Identitas Responden : a. Kelas XI (coret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sumber daya manusia yang baik dan berkualitas diperoleh dari tubuh yang sehat. Kesehatan sendiri merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Selamat Mengerjakan,

Selamat Mengerjakan, Petunjuk mengerjakan Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan pilihan anda dengan memberi tanda ( ). Tidak ada penilaian yang baik dan buruk, juga tidak ada yang benar dan salah. Dalam pengisian

Lebih terperinci

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM Jl.Prof.Dr.Hamka Kampus III Ngaliyan Tlp./fax.7601291, 7624691 Semarang 50185 Kepada Yth : Bapak/Ibu/Sdr/i Nasabah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik bagi dirinya. Pengertian kesehatan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada hakikatnya kesehatan adalah hak dasar yang senantiasa dimiliki oleh setiap manusia, tak terkecuali seluruh rakyat Indonesia. Menurut Undang - Undang Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

KUESIONER. Saya adalah Achmad Aprizal, Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

KUESIONER. Saya adalah Achmad Aprizal, Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Lampiran 1 KUESIOER Dengan hormat, Saya adalah Achmad Aprizal, Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Esa Unggul Jakarta. Saya sedang mengadakan penelitian untuk tugas akhir (Skripsi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan setiap manusia dan menjadi suatu hal yang penting untuk dapat menjalankan segala bentuk aktifitas sehari-hari dengan baik. Menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH LATAR BELAKANG KELUARGA, KEGIATAN PRAKTIK DI UNIT PRODUKSI SEKOLAH, DAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KESIAPAN BERWIRAUSAHA SISWA SMK DI KABUPATEN TANAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha untuk mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan merupakan visi dari Kementerian Kesehatan RI dan telah dirumuskan dalam UU RI No. 36 tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan setiap umat manusia karena aktivitasnya dapat terhambat apabila kondisi kesehatan tidak baik.

Lebih terperinci

ITEM PERTANYAAN PENELITIAN

ITEM PERTANYAAN PENELITIAN LAMPIRAN I Contoh Kuesioner ITEM PERTANYAAN PENELITIAN Pernyataan berikut ini berkaitan dengan kinerja Bapak/Ibu sebagai pimpinan pembuat usulan Rencana Kegiatan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 65 KUESIOER PEELITIA KepadaYth: Saudara/i Responden ditempat Dengan hormat, Berkaitan dengan penelitian yang saya lakukan dalam rangka menyelesaikan studi program S Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Lebih terperinci

(Petra Siregar) Universitas Sumatera Utara

(Petra Siregar) Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 1 LEMBAR INFORMASI PENELITIAN Selamat Pagi/Siang/Sore, Saudara yang terhormat Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran yang sedang melakukan penelitian. Kuesioner ini merupakan bagian dari penyelesaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, pembangunan dalam bidang kesehatan memiliki peran yang penting. Kesehatan merupakan

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (Informed Consent)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (Informed Consent) Lampiran 1. Kuesioner Penelitian LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (Informed Consent) Saya; Arianto Sidasuha Purba mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat yang sedang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan saran yang diperoleh dari penelitian mengenai Tingkat Pemahaman Pemilik Usaha Kos tentang Pajak Kos akan diuraikan sebagai berikut : 5.1. Kesimpulan Dari hasil

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian 85 Lampiran 1 Surat Izin Penelitian 86 Lampiran 2 Data-Data Rumah Sakit Amal Sehat DATA ANALISIS KINERJA KEUANGAN RUMAH SAKIT AMAL SEHAT KETERANGAN TAHUN 2010 2011 2012 2013 2014 RASIO AKTIVITAS TATO 2,41

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Assalamu alaikum, Wr.Wb Dalam rangka akhir masa studi saya di Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Fakultas Ekonomi), setiap mahasiswa diwajibkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. 1. Skala Penelitian Sebelum Uji Coba. 2. Skala Penelitian Setelah Uji Coba

LAMPIRAN A. 1. Skala Penelitian Sebelum Uji Coba. 2. Skala Penelitian Setelah Uji Coba LAMPIRAN A 1. Skala Penelitian Sebelum Uji Coba 2. Skala Penelitian Setelah Uji Coba RAHASIA Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan skripsi di Fakultas Psikologi, saya membutuhkan sejumlah data

Lebih terperinci

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK Jumlah tenaga teknis kefarmasian dan kualifikasi : Jumlah Apoteker : Orang Jumlah tenaga teknis kefarmasian (TTK) : Orang Jumlah tenaga

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. kuesioner penelitian dengan judul Hubungan Pembagian Kerja dan. Pendelegasian Wewenang Karyawan Dengan Prestasi Kerja

KUESIONER PENELITIAN. kuesioner penelitian dengan judul Hubungan Pembagian Kerja dan. Pendelegasian Wewenang Karyawan Dengan Prestasi Kerja LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN a. Umum Responden yang terhormat, Bersama ni saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner penelitian dengan judul Hubungan Pembagian Kerja dan Pendelegasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

BAGIAN I IDENTITAS RESPONDEN

BAGIAN I IDENTITAS RESPONDEN Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN SURVEI KEPUASAN KONSUMEN PERANAN PELAYANAN ATM TERHADAP KEPUASAN NASABAH PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) Tbk WILAYAH KECAMATAN MEDAN SUNGGAL Terima kasih atas partipasi

Lebih terperinci

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DI KOTA MEDAN

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DI KOTA MEDAN Lampiran 1. Kuesioner penelitian KUESIONER TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK DI KOTA MEDAN Survey ini adalah survey untuk penulisan skripsi di Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kefarmasian oleh Apoteker PP 51 Tahun 2009 menyatakan bahwa tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian. Tenaga kefarmasian terdiri atas apoteker

Lebih terperinci

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang No.307, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Keperawatan. Pelayanan. Praktik. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5612) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA. Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG : bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia PERSEPSI FARMASIS TENTANG KEBIJAKAN SUBSTITUSI GENERIK DAN PELAKSANAANNYA DI KABUPATEN KONAWE Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA HOTEL DANAU TOBA INTERNASIONAL MEDAN Responden yang terhormat, Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pola pikir masyarakat semakin berkembang sesuai dengan perkembangan dunia saat ini. Demikian juga dalam hal kesehatan, masyarakat

Lebih terperinci

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN. Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

KUESIONER A HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA. PERAWAT DI RSUD. dr H YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN

KUESIONER A HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA. PERAWAT DI RSUD. dr H YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN KUESIONER A HUBUNGAN MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RSUD. dr H YULIDDIN AWAY TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN Instrumen terdiri dari bagian, yaitu : 1. Kuesioner yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan pendidikan etika dalam keluarga

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan pendidikan etika dalam keluarga V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan pendidikan etika dalam keluarga

Lebih terperinci

Responden yang terhormat,

Responden yang terhormat, KUESIONER PENGARUH MOTIVASI KERJA, KEPUASAN KERJA, KEJELASAN SASARAN ANGGARAN, PARTISIPASI ANGGARAN, DAN AKUNTABILITAS PUBLIK TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DI BAPPEDA PROVINSI SUMATERA UTARA Responden yang

Lebih terperinci

Biaya rental dan print proposal Rp Biaya internet Rp Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp

Biaya rental dan print proposal Rp Biaya internet Rp Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp Lampiran 3 RENCANA ANGGARAN PENELITIAN PROPOSAL Biaya rental dan print proposal Rp 1. Biaya internet Rp 5. Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 5. Fotocopy perbanyak proposal Rp 5. Membeli sumber,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLIM KELOMPOK KERJA DENGAN TINGKAT PENJUALAN PADA DIVISI PEMASARAN PT.ISS INDONESIA CABANG MEDAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLIM KELOMPOK KERJA DENGAN TINGKAT PENJUALAN PADA DIVISI PEMASARAN PT.ISS INDONESIA CABANG MEDAN KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 PENGARUH IKLIM KELOMPOK KERJA DENGAN TINGKAT PENJUALAN PADA DIVISI PEMASARAN PT.ISS INDONESIA CABANG MEDAN Dibawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan

BAB I PENDAHULUAN. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah apoteker (PP 51, 2009 ; Permenkes RI, 2014). Apoteker sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

80 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

80 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 80 81 LAMPIRAN A KUESIONER 82 KUESIONER PERILAKU MEMBELI DI CAFÉ COFFELET IDENTITAS RESPONDEN Nomor Responden :... (Diisi peneliti) Usia :... Tahun Jenis Kelamin :... Pendidikan :... Uang Saku

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 RANCANGAN ALAT UKUR SKALA KESIAPAN PENSIUN

LAMPIRAN 1 RANCANGAN ALAT UKUR SKALA KESIAPAN PENSIUN LAMPIRAN 1 RANCANGAN ALAT UKUR SKALA KESIAPAN PENSIUN 1. Aspek : Kesiapan materi finansial Indikator perilaku : Menyiapkan tabungan untuk hidup setelah pensiun Memikirkan sumber pemasukan finansial setelah

Lebih terperinci

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta;

a. bahwa apotek dan pedagang eceran obat merupakan pelayanan kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh swasta; BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2006 NOMOR 10 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DAN PEDAGANG ECERAN OBAT (TOKO OBAT) WALIKOTA BOGOR, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN 87 Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN Hubungan Dukungan Keluarga dengan Konsep Diri Lansia di Lingkungan XI Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli Saya yang bernama Putri Nanda

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian HUBUNGAN PELAKSANAAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN PENGENDALIAN DIRI KLIEN HALUSINASI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN

Lebih terperinci

KUESIONER. Identitas Responden 1. Nama : 2. Fakultas : 3. Usia anda saat ini :. tahun 4. Lama Waktu Berpindah Merek :. (Hari/Minggu/Bulan/Tahun)

KUESIONER. Identitas Responden 1. Nama : 2. Fakultas : 3. Usia anda saat ini :. tahun 4. Lama Waktu Berpindah Merek :. (Hari/Minggu/Bulan/Tahun) Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian KUESIONER Saudara/saudari yang kami hormati, Saya mengucapkan terimakasih sebelumnya karena anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian dengan judul Analisis Pengaruh

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2012 di Apotek RSUD Toto Kabupaten Bone Bolango. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan,

Lebih terperinci

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER

PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER PERATURAN PERUNDANGAN PRAKTEK APOTEKER Oleh Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya Disampaikan pada pertemuan Korwil PC Surabaya Tanggal 9,16 dan 23 April

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci