BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Hartanti Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Gangguan Makan Gangguan makan ditandai dengan ekstrem. Gangguan makan hadir ketika seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi kadar makanan dengan ekstrem atau makan terlalu banyak yang ekstrem, atau perasaan menderita atau keprihatinan tentang berat atau bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, keinginan untuk makan lebih sedikit atau lebih banyak terus menerus di luar keinginan (American Psychiatric Association [APA], 2005) Tipe Gangguan Makan Terdapat dua tipe utama bagi gangguan makan adalah anoreksia nervosa dan bulimia nervosa. Kategori ketiga adalah gangguan makan lain yang tidak ditetapkan (EDNOS eating disorders not otherwise specified) yang memasukkan beberapa variasi gangguan makan. Kebanyakannya adalah mirip dengan anoreksia atau bulimia tetapi dengan karakter yang berbeda sedikit. Bingeeating disorder, yang menerima peningkatan dalam jumlah penelitian dan perhatian media dalam beberapa tahun kebelakangan ini adalah salah satu tipe EDNOS (APA, 2005) Anoreksia Nervosa Definisi Menurut DSM-IV, anoreksia nervosa (AN) dimaksudkan dengan keengganan untuk menetapkan berat badan kira-kira 85% dari yang diprediksi, ketakutan yang berlebihan untuk menaikkan berat badan, dan tidak mengalami menstruasi selama 3 siklus berturut-turut. AN terbagi kepada dua jenis. Dalam jenis restricting-tye anorexia, individu tersebut menurunkan berat badan dengan berdiet sahaja tanpa makan
2 berlebihan (binge eating) atau muntah kembali (purging). Mereka terlalu mengehadkan konsumsi karbohidrat dan makan mengandung lemak. Manakala pada tipe binge-eating/purging, individu tersebut makan secara berlebihan kemudian memuntahkannya kembali secara segaja (APA, 2005) Gambaran Klinis Kebanyakan orang dengan AN melihat diri mereka sebagai orang dengan kelebihan berat badan, walaupun sebenarnya mereka menderita kelaparan atau malnutrisi. Makan, makanan dan kontrol berat badan menjadi suatu obsesi. Seseorang dengan AN akan sentiasa mengukur berat badannya berulang kali, menjaga porsi makanan dengan berhati-hati, dan makan dengan kuantiti yang sangat kecil dan terhadap pada sebagian makanan (Wonderlich et al, 2005). Kebanyakan pasien dengan AN juga akan mempunyai masalah psikiatri dan macam-macam penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas, perilaku terasuk (obsessive), penyalahgunaan zat, komplikasi kardiovaskular dan neurologis, dan perkembangan fisik yang terhambat (Becker et al, 1999). Gejala lain yang mungkin terlihat dari waktu ke waktu termasuk penipisan tulang (osteopenia atau osteoporosis), rambut dan kuku yang rapuh, kulit yang kering dan kekuningan, perkembangan rambut halus dikeseluruhan tubuh (misalnya, lanugo), anemia ringan, kelemahan dan kehilangan otot, konstipasi berat, tekanan darah rendah, pernafasan dan pols yang melemah, penurunan suhu tubuh internal; menyebabkan orang tersebut sering merasa dingin, dan kelesuan (Wonderlich, 2005) Sebagai akibat dari nutrisi buruk, gangguan endokrin yang melibatkan aksis hipotalamus-pituitari-gonad timbul, bermanifestasi pada wanita yaitu amenorrea dan pada laki-laki yaitu kurangnya minat berseksual dan kesuburan. Pada anak-anak yang prapubertas, pubertasnya lambat dan perkembangan dan pertumbuhan fisiknya terbantut (Chavez dan Insel, 2007). Gejala metabolik lainnya, seperti lelah dan intoleransi terhadap kedinginan juga disebabkan oleh gangguan aksis hipotalamus-pituitari-gonad (Kiyohara et al, 1987). Selain itu, resiko untuk mengalami fraktur tulang berkaitan juga dengan pasien dengan AN
3 karena saiz tulang yang berkurang dan densitas mineral tulang (Karlsson et al, 2000) Kadar serum leptin dalam AN yang tidak dirawat adalah rendah (Eckert et al, 1998). Pada AN juga dijumpai peningkatan kadar kortisol dan kegagalan deksametason untuk mensupresinya. Kadar thyroid-stimulating hormone (TSH) adalah normal, tetapi kadar tiroksin dan triiodotironin adalah rendah (Kiyohara et al, 1987). Growth hormone meningkat, tetapi insulin-like growth factor 1 (IGF-1) yang diproduksi oleh hati, menurun. Pengurangan densitas tulang diobservasi pada pasien dengan AN meningkatkan risiko untuk mengalami fraktur dan berkaitan dengan defisiensi berbagai nutrisi, penurunan sterois gonad dan peningkatan kortisol dan (Karlsson et al, 2000). Pada pasien dengan tipe tertentu AN, sering dilihat kadar serotonin total, yang menyokong hipotesis bahwa kadar serotonin otak yang tinggi dapat menyebabkan perbuatan kompulsif, atau mungkin menginhibisi pusat selera (Tecott, 1995) Bulimia Nervosa Definisi Bulimia nervosa (BN) digambarkan dengan episode berulang makan berlebihan (binge eating) dan kemudian dengan perlakuan kompensatori (muntah, berpuasa, beriadah, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan subjektif kehilangan kawalan ketika makan. Muntah yang dilakukan secara sengaja atau beriadah secara berlebihan, serta penyalahgunaan pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin juga boleh terjadi (Chavez dan Insel, 2007). DSM-IV membagikan BN kepada dua bentuk yaitu purging dan nonpurging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan kembali makanan secara sengaja atau menyalahgunakan obat pencahar, diuretik atau enema. Pada tipe nonpurging, individu tersebut menggunakan cara lain selain cara yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa atau beriadah secara berlebihan.
4 Gambaran Klinis BN digolongkan pada orang yang mengalami episode konsumsi makanan dengan jumlah yang sangat banyak (misalnya, binge-eating) secara rekuren dan sering, dan merasakan kurangnya penguasaan terhadap makan. Perilaku bingeeating diikuti dengan perilaku yang mengkompensasi binge dengan menyingkirkan makanan yang dimakan (misalnya, muntah, penggunaan obat cuci perut atau diuretik yang berlebihan), berpuasa dan/atau senaman yang berlebihan (APA, 2005). Tidak seperti AN, orang yang menderita BN dapat jatuh kepada golongan dengan berat badan yang normal sesuai dengan umur mereka. Akan tetapi, seperti AN, mereka juga mempunyai ketakutan untuk pertambahan berat badan, dan sangat nekad untuk mengurangi berat badan, merasa ketidakbahagiaan hebat atas ukuran dan bentuk tubuh. Kebiasaannya, perilaku bulimik adalah rahasia, karena selalu disertai dengan perasaan jijik dan malu. Siklus perilaku binging dan penyingkiran ini selalunya berulang selama beberapa kali dalam seminggu (APA, 2005). Mirip dengan AN, orang yang menderita BN juga mempunyai penyakit psikologis seperti depresi, ansietas dan/atau permasalahan penyalahgunaan zat. Kebanyakan kondisi fisik adalah akibat dari aspek penyingkiran penyakit, termasuklah ketidakseimbangan elektrolit, masalah gastrointestinal, dan masalah berkaitan dengan rongga mulut dan gigi (APA, 2005). Gejala lain yang terkait termasuklah inflamasi kronis dan sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar di leher dan di bawah rahang, robekan enamel gigi dan meningkatnya kepekaan dan kerusakan gigi akibat daripada pemaparan terhadap asam perut, penyakit refluks gastroesofagus, intestinal distress dan iritasi akibat penyalahgunaan obat cuci perut, masalah pada ginjal akibat penyalahgunaan obat diuretik, dan dehidrasi berat karena kekurangan cairan dari tubuh (APA, 2005). Gangguan mood adalah sering pada pasien dengan BN dan simptom cemas dan tegang (tension) sering dialami (Chavez dan Insel, 2007). Kebanyakan pasien dengan BN mengalami depresi ringan dana sesetengah mengalami
5 gangguan mood dan perilaku yang serius seperti cobaan membunuh diri dan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang. Biasanya, pasien dengan BN merasa malu dengan perbuatannya sendiri dan cenderung untuk merahsiakannya daripada keluarga dan teman-teman. (APA, 2005) 2.5. Binge-eating Disorder Definisi Menurut DSM-IV, kriteria binge-eating disorder (BED) memerlukan episode makan berlebihan, sama seperti BN, tetapi yang membedakan BED dengan BN ialah BED tidak melibatkan perbuatan untuk melawan perilaku makan berlebihan, seperti memuntahkan kembali makanan, penggunaan pencahar dan beriadah berlebihan (Kay dan Tasman, 2006) Gambaran Klinis BED digolongkan pada orang dengan episode binge-eating yang rekuren sewaktu seseorang merasakan hilangnya penguasaan terhadap perilaku makannya. Tidak seperti BN, episode binge-eating ini tidak diikuti dengan proses penyingkiran, olahraga yang berlebihan, atau puasa. Hasilnya, orang dengan BED adalah kebiasaanya kelebihan berat badan atau gemuk. Mereka juga merasa bersalah, malu dan/atau distress dengan binge-eating yang dapat membawa kepada lebih banyak episode binge-eating. Mereka juga sering mempunyai penyakit psikologis termasuklah ansietas, depresi, dan kekacauan kepribadian (APA, 2005) Etiologi Gangguan Makan Walaupun etiologi gangguan makan adalah kompleks, beberapa penelitian nasional telah menjelaskan bahawa riwayat penderaan fisik dan seksual sebagai faktor risiko predisposisi bagi perkembangan gangguan makan (Rorty, 1994; Wonderlich, 1997). Terdapat bukti yang kukuh bahawa predisposisi genetik, kelahiran premature, trauma ketika lahir (Cnattingius et al, 1999) dan biokimia
6 individual memainkan peranan yang signifikan yang akhirnya berkembang menjadi suatu gangguan makan. Kedua-dua AN dan BN secara statistiknya lebih umum dijumpai pada ahli keluarga penderita dibandingkan populasi umum dan terdapat transmisi menyilang bagi kedua-dua kondisi. Misalnya, seseorang dari ahli keluarga menderita AN mempunyai risiko untuk menjadi BN dari seseorang yang tidak mempunyai riwayat keluarga bagi gangguan makan. Penelitian yang sama juga menjumpai gangguan makan atipikal (seperti binge-eating) juga mempunyai riwayat keluarga (Strober et al, 2000). Akibat kesukaran untuk memisahkan antara genetik dari lingkungan dalam penelitian berhubungan dengan keluarga, penelitian tentang gangguan makan yang melibatkan kembar telah menyediakan data yang penting mengenai riwayat keluarga. Banyak penelitian yang dilakukan menunjukkan risiko untuk berkembang menjadi AN atau BN adalah lebih besar pada kembar identik berbanding kembar tidak identik dan efek genetik ini muncul hanya selepas pubertas (Bulik et al, 2000). Sebanyak 50 hingga 83% BN diteliti, keturunan telah ditentukan sebagai salah satu faktor (Strober dan Bulik, 2002). Komorbiditas, assosiasi kedua atau lebih patologi, juga berlaku pada mereka yang mempunyai gangguan makan dan ahli keluarga mereka. Ahli keluarga yang mempunyai gangguan makan akan mempunyai risiko 2.0 hingga 3.5 kali lebih besar untuk memiliki depresi bipolar atau unipolar (Strober et al, 2000). Pada contoh komorbiditas yang lain, terdapat peningkatan signifikan 3 hingga 4 kali lebih besar risiko untuk penyalahgunaan zat yang melibatkan penderita BN, keluarga penderita, atau penderita dengan binging anorexic apabila dibandingkan dengan ahli keluarga anoreksia atau kontrol yang tidak mempunyai gangguan makan atau riwayat keluarga gangguan makan (Lilenfeld et al, 1998). Disregulasi hormon serotonin telah menunjukkan faktor yang penting dalam gangguan makan. Penelitian klinis telah mencadangkan bahawa perubahan pada sistem serotonin akan mempengaruhi perilaku makan. Khususnya serotonin, yang meningkatkan respon kepuasan (satiety), lemah dalam pasien BN (Brewerton, 1995). Resistensi insulin, yang mungkin terdapat pada pasien AN dan
7 BN, melemahkan kemampuan tubuh menghasilkan serotonin dari L-tryptophan (Goodwin et al, 1990). Olahraga yang mendorong (bersifat kompulsif) mungkin berhubungan dengan perubahan metabolisme serotonin yang diinduksi oleh restriksi makanan. Sebagai contoh, penelitian telah menunjukkan pengurangan gejala dalam orang-orang yang melakukan senaman yang kompulsif setelah diberikan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) fluoxetine (Altemus et al, 1993). Serotonin dengan kadar yang rendah telah dilaporkan pada pasien AN dengan berat badan rendah (Brewerton, 1990). Kurangnya kadar serotonin sebagai substrat telah diusulkan sebagai alasan mengapa pasien AN tidak respon pada terapi kelas antidepresant-ssri (Walsh, 2002). Bukan semua penelitian pada kadar triptofan pada cairan serebrospinal pada pasien AN menunjukkan kadar serotonin rendah yang berarti, (Gerner et al, 1984) dan masih dalam penelitian dalam menentukan samada pasien AN tanpa perilaku purging mempunyai disfungsi serotonin yang berbeda dengan pasien AN dengan kecenderungan untuk menjadi BN. Pada sebagian besar penelitian, BN juga terdapat perubahan pada metabolisme serotonin (Brewerton, 1995). Pasien BN mempunyai respon yang kurang pada pemberian serotonin apabila serotonin agonist diberikan dan kadar metabolit serotonin mayor 5-hydroxyindolacetic acid (5-HIAA), merupakan indikasi pengurangan aktivitas serotonin (McBride et al, 1991). Disregulasi serotonin juga telah mejadi implikasi bagi beberapa penyakit psikiatri yang terjadi pada pasien BN dan ahli keluarga pasien BN seperti penyalahgunaan zat, alkoholism, penyakit depresif mayor, ansietas, perasaan ingin membunuh diri, dan impulsive (Coccaro et al, 1989). Perilaku binging dan muntah juga telah menunjukkan pengurangan sintesis serotonin, dan frekuensi binge telah secara kebalikan berhubungan dengan konsentrasi serotonin dalam cairan serebrospinal (Jimerson et al, 1992). Walaupun sembuh setelah satu atau beberapa tahun, wanita dengan BN dijumpai masih lagi memiliki peningkatan gejala inti gangguan makan apabila dibandingkan dengan kontrol (Kaye et al, 1998). Mereka mempunyai kadar
8 dopamin dan norepinefrin yang normal tetapi peningkatan dalam kadar 5-HIAA, yang digunakan dalam menilai kadar serotonin. Peningkatan kadar 5-HIAA setelah sembuh juga dijumpai pada pasien AN. Fenomena ini belum dipahami dan telah digambarkan sebagai kemungkinan efek pantulan ( rebound effect ) dalam proses penyembuhan. Literatur medis mendukung bahwa pasien yang didiagnosa BN respon terhadap pemberian antidepressant (Walsh, 2002). Walaupun begitu ia masih lagi tidak memberikan hasil sebaik terapi perilaku-kognitif dan hanya sedikit bukti yang menunjukkan keberhasilan terapi antidepressant (Atria, 1998). Masih lagi tidak diketahui sama ada mekanisme pengubatan antidepressant pada BN adalah sama pada pasien depresi. SSRI telah menunjukkan dampak hanya apabila diberikan pada dosis yang tinggi (60 mg fluoxetine) pada pasien BN lebih tinggi daripada yang selalu diberikan pada terapi antidepressant. Pasien BN yang juga didiagnosis mempunyai depresi juga tidak dapat memprediksi sama ada antidepresan itu memberikan dampak dalam penatalaksanaan pasien dengan BN (Walsh, 2002) Faktor Risiko Gangguan Makan Gejala gangguan makan sama ada sepenuhnya atau sebagiannya telah mempengaruhi 10% remaja perempuan dan telah menyebabkan ancaman yang bisa dipertanggungjawabkan pada kesehatan dan kegembiraan mereka (Agras, 2001). Adalah sangat membantu apabila dapat terdeteksi risiko yang paling banyak dalam terjadinya gangguan makan, sama ada untuk mencegah penyakit daripada berkembang atau agar dapat memulakan penatalaksanaan dengan awal. Ini adalah karena pengalaman klinis dan bukti penelitian telah menandai bahwa gangguan makan ini umumnya berawal dengan perilaku mirip diet yang normal (Jacobi et al, 2004), wanita muda yang berdiet merupakan kelompok penting dengan risiko yang tinggi, walaupun hanya minoritas yang berkembang menjadi gangguan makan (Patton et al, 1999). Suatu penelitian menjumpai faktor risiko lain yang juga dikatakan terlibat adalah wanita, ras yang kebanyakannya dari kelompok Hispanik, keinginan untuk
9 mendapatkan tubuh yang kurus dan tekanan sosial serta pengaruh psikologis umum yang berlaku pada waktu yang sama. Selain itu, perubahan perilaku akibat peristiwa hidup yang negatif pada seseorang merupakan faktor risiko independen karena tidak berkaitan langsung dengan variabel lain seperti jenis kelamin, ras dan sebagainya (Taylor et al, 2002). Pada suatu penelitian lain yang dijalankan, wanita Australia dan wanita Hong Kong mempunyai sikap yang sama terhadap pola makan, tetapi berbeda dalam persepsi bayangan tubuh dan peneliti beranggapan bahwa persepsi tubuh bukanlah faktor yang kuat bagi wanita Hong Kong. Hal ini konsisten dengan referensi DSM-IV di mana gangguan bayangan tubuh pada pasien gangguan makan non-barat adalah tidak jelas. Hal ini menyatakan bahwa ketidakhadiran faktor ini pada individual non-barat tidak menyingkirkan bahwa terdapatnya gangguan makan sekiranya gejala lain ada (Lake et al, 2000). Faktor risiko lain yang terkait dengan gangguan makan adalah ejekan yang berhubungan dengan berat badan yang sangat lazim di kalangan anak remaja. Remaja yang kelebihan berat badan melaporkan derajat frekuensi ejekan yang lebih tinggi berbanding kawan sebaya dengan berat badan sedang (Neumark- Sztainer et al, 2002). Sembilan belas persen remaja perempuan dengan berat badan sedang dan 13% remaja lelaki dengan berat badan yang sedang dilaporkan telah diejek mengenai berat badan mereka sekurang-kurangnya beberapa kali dalam masa setahun, manakala >45% daripada remaja perempuan dan lelaki dengan kelebihan berat badan melaporkan frekuensi ejekan mengenai berat badan mereka. Permasalahannya yang muncul sekarang adalah akibat kemungkinan besar penganiayaan yang berhubungan dengan berat badan ini dapat mempengaruhi perilaku remaja terhadap berat badan. Penyakit gangguan makan adalah lebih umum mengenai kelompok usia remaja. Dari Sistem Pengawasan Risiko Perilaku Remaja 2003, suatu penelitian tingkat nasional telah dijalankan yang menyertakan orang pelajar dari kelas 9 hingga kelas 12, yang menjumpai hampir 60% pelajar perempuan dan 29% pelajar lelaki sedang berusaha untuk menurunkan berat badan (Grunbaum et al, 2004). Lebih dari 13% pelajar dilaporkan berpuasa
10 dalam masa 24 jam atau lebih dalam beberapa bulan untuk mengurangi berat badan, dan >11% perempuan dan 7% lelaki dilaporkan mengambil pil diet, bubuk, atau cairan dalam beberapa bulan (Grunbaum et al, 2004). Delapan persen perempuan dan hampir 4% lelaki dilaporkan memuntahkan atau mengambil obat pencuci perut (laxative) dalam beberapa bulan untuk menurunkan berat badan (Grunbaum et al, 2004). Penelitian prospektif telah meneliti efek ejekan pada perkembangan penyakit gangguan makan yaitu menunjukkan hasil yang bercampur. Wetheim, Koerner, dan Paxton menunjukkan bahwa ejekan dapat memprediksi peningkatan pada perilaku bulimia di kalangan remaja perempuan. Gardner et al pula meninjau anak-anak yang berumur 6 14 tahun selama 3 tahun, dan melihat bahwa ejekan dapat memprediksi gangguan makan skor di kalangan lelaki bukan perempuan. Dua hasil penelitian prospektif lainnya menjumpai ejekan yang berhubungan dengan berat badan tidak berkait langsung dengan perilaku purging yang berlaku maupun perilaku membatasi atau bulimia di kalangan remaja perempuan, setelah perubahan pada faktor lain yang dianggap relevan Eating Attitudes Test (EAT) EAT adalah suatu tes standard, laporan ukur sendiri untuk gejala dan menyangkut sifat yang berkaitan dengan gangguan makan. Ujian ini diperbuat untuk menghemat kedua-dua administrasi dan masa scoring. EAT telah digunakan sebagai ujian penyaringan dan instrumen dalam menemukan kasus pada populasi yang non-klinis. Analisis faktor pada 40 soal yang asli oleh Garner dan Garfinkel pada tahun 1979 telah menghasilkan 26 soal ukuran yang disingkatkan, EAT-26 (Garner, Olmsted, Bohr, dan Garfinkel, 1982). Total skor pada EAT-26 ini adalah jumlah semua skor bagi individu yang melakukan ujian. EAT tidak memberi diagnosis spesifik bagi suatu gangguan makan tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa EAT dapat menemukan kasus atau sebagai instrumen penyaringan untuk mengenal mereka yang berisiko tinggi untuk terjadinya suatu gangguan makan yang serius. Tiada instrumen penyaringan lain, termasuk EAT yang telah ditetapkan sebagai sangat efektif dan satu-satunya cara
11 untuk mengidentifikasi gangguan makan. Hal ini disebabkan oleh prevalensi gangguan makan yang relatif rendah pada sebagian besar populasi yang menjadi kepentingan. Sehingga bahkan dengan uji yang sangat valid, hal ini masih lagi sukar untuk dicapai dengan efisiensi yang tinggi untuk menemukan gangguan makan yang mempunyai prevalensi antara 2 4% dalam populasi remaja atau wanita muda. Kejadian gangguan makan yang relatif rendah telah menyebabkan rekomendasi untuk membatasi pemutaran (screening) hanya pada kelompok berisiko tinggi dan terdapat dua tahapan metode yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner penyaringan yang diadministrasi kepada sampel atau keseluruhan populasi dan hanya dengan skor tinggi yang diwawancara (Garner, 1999) Proses penelitian dua tahapan ini telah dijelaskan oleh King (1991) di lingkungan praktek umum yang meneliti laki-laki dan wanita yang berumur dari 16 sehingga 35 tahun yang diminta untuk melengkapi EAT-26 di beberapa ruang menunggu di beberapa praktek umum. Sebanyak 748 orang yang dihubungi, 96% melengkapi EAT-26. Dari 76 skor tertinggi, 7 tidak ingin diwawancara dan yang selebihnya, dijumpai 7 kasus bulimia nervosa (6 perempuan dan 1 laki-laki). King, (1991) menjumpai hanya segelintir yang mendapat skor pada atau di bawah batas EAT-26 mempunyai gangguan makan atau keprihatinan terhadap makan yang serius ketika wawancara (sebagian negatif palsu). Bagi yang skornya melebihi batas pada EAT, sepertiga mempunyai keprihatinan terhadap makan atau berat badan yang signifikan secara klinis. Pada tindak lanjut dari peraih skor tinggi bulan kemudian, 20% dari mereka yang awalnya memiliki sebagian sindrom sekarang memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan makan. Selain itu, lebih dari 30% yang awalnya pengamal diet normal menjadi pengamal diet yang obsesif (King, 1991)
12 BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah mengenai hasil penapisan gejala gangguan makan menggunakan EAT-26 pada mahasiswi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU). Mahasiswi FK USU Skor EAT-26 Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Definisi Operasional Mahasiswi FK USU adalah pelajar yang terdaftar di Fakultas Kedokteran di yang terdiri daripada angkatan 07, 08, dan 09. Cara Ukur : Data sekunder dari FK USU Skala Pengukuran : Ordinal EAT-26 adalah metode yang digunakan untuk menilai kecenderungan gejala gangguan makan pada populasi terjangkau. Cara Ukur : Metode angket Alat Ukur : Penggunaan kuesioner dengan pertanyaan yang diajukan adalah sebanyak 26 soalan beradsarkan standard kuesioner EAT-26 dengan 5 pilihan jawaban dan 5 soalan tambahan dengan 5 pilihan jawaban. Hasil Ukur : Skor bagi EAT-26 adalah seperti berikut: Bagi kesemua soal kecuali soal 25, setiap respon akan mendapat nilai: Selalu : 3 Biasanya : 2 Sering : 1
13 Kadang-kadang : 0 Jarang : 0 Tidak pernah : 0 Bagi soal 25, setiap respon akan mendapat nilai: Selalu : 0 Biasanya : 0 Sering : 0 Kadang-kadang : 1 Jarang : 2 Tidak pernah : 3 *Sekiranya skor melebihi 20, responden mempunyai gejala yang terkait dengan gangguan makan. *Sekiranya menjawab ya pada mana-mana 5 soalan tambahan di bawah EAT-26, juga dikatakan mempunyai gejala gangguan makan. Skala Pengukuran : Nominal Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah hasil perhitungan: Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Menggunakan timbangan bagi mengukur berat dan ukuran meter bagi mengukur tinggi. Hasil Ukur : Bagi IMT dalam kg/m 2. Severely underweight : <16,5 Underweight : 16,5 18,4 Normal : 18,5 23,0 Obese : >23,0 Skala Pengukuran : Ordinal
14 3.3. Hipotesis Berdasarkan penelitian ini, terdapat dua hipotesis yang terlibat yaitu: 1. Ada hubungan antara umur dan skor EAT Ada hubungan antara indeks massa tubuh dan skor EAT-26.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gangguan makan digambarkan sebagai gangguan berat dalam perilaku makan dan perhatian yang berlebihan tentang berat dan bentuk badan. Onsetnya biasanya pada usia remaja. Menurut DSM-IV,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi terhadap tubuh karena dalam hierarki Maslow kebutuhan fisiologis salah satunya yaitu
Lebih terperinciEATING DISORDERS. Silvia Erfan
EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
Lebih terperinciBULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating
Kesehatan remaja sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena remaja yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, generasi yang sehat, dan manula yang sehat. Sedangkan remaja yang
Lebih terperinciRESENSI FILM MISS CONGENIALITY
K A M I S, 1 6 D E S E M B E R 2 0 1 0 GANGGUAN MAKAN - "BULIMIA NERVOSA" RESENSI FILM MISS CONGENIALITY Dalam film ini seorang agen FBI yang bernama Hart (Sandra Bullock) ditugaskan untuk menyamar sebagai
Lebih terperinciEksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti
Eksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti Gangguan Makan sebagai Gangguan Kejiwaan Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model
TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model Masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan orang dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Pertumbuhan
Lebih terperinci37.3% Anorexia Nervosa
S E S I 1 Penelitian oleh Makino et al (2004), prevalensi AN meningkat tiap tahun. Lebih tinggi pada negara barat 37.3% Anorexia Nervosa Penelitian oleh Ahmad Syafiq (2008) di Jakarta pada remaja periode
Lebih terperinciGangguan makan. Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan binge-eating Reverse anorexia
Gangguan makan Gangguan makan Menjelaskan etiologi dan faktor-faktor yang menyebabkan gangguan makan Menjelaskan gambaran klinik gangguan makan anoreksia dan bulimia Menjelaskan prinsip pengelolaan pasien
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup mencengangkan. Sebuah penelitian kohort berbasis rumah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada remaja khususnya remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyimpangan perilaku makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, pada umumnya dialami oleh wanita serta berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan lainnya.
Lebih terperinciGANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA
GANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA Oleh : Mohammad Haniif Satrio Legowo NPM : 11310229 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2013 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makan Makan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Tanpa makan manusia tidak akan dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Motivasi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makan adalah suatu kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh. Kebiasaan dan perilaku makan secara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, setelah menjadi masalah pada negara berpenghasilan tinggi, obesitas mulai meningkat di negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja sebagai mereka yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila anak telah mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di Indonesia. Jumlah usia lanjut di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat penyakit kanker di negara berkembang. Setiap tahun sekitar 500.000 penderita kanker serviks baru di
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Istiqomah Nugroho Putri, FKM UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyimpangan perilaku makan merupakan perilaku makan yang membatasi asupan makanan secara ketat supaya mempertahankan berat badannya yang akan berdampak negatif terhadap
Lebih terperinciPengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi
Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Komala Appalanaidu Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (ria_not_alone@yahoo.com) Diterima: 15 Maret
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR LINGKUNGAN DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU MAKAN MENYIMPANG PADA SISWI SMA TUGU IBU DEPOK TAHUN 2012 SKRIPSI NURULIA RACHMAT 0806340870 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. SMA Negeri &0 terletak di jalan Bulungan I Blok C, Kebayoran Baru,
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum SMA Negeri 70 SMA Negeri &0 terletak di jalan Bulungan I Blok C, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. SMA Negeri 70 Jakarta merupakan gabungan dari dua SMA negeri,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan (Neufeldt & Guralnik, 1996). Menurut World Health Organization (WHO), disebutkan bahwa
Lebih terperinciLAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi
LAMPIRAN Depresi Teori depresi dalam ilmu psikologi, banyak aliran yang menjelaskannya secara berbeda.teori psikologi tentang depresi adalah penjelasan predisposisi depresi ditinjau dari sudut pandang
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Melitus 2.1.1. Definisi Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dimana seorang remaja mengalami perubahan baik secara fisik, psikis maupun sosialnya. Perubahan fisik remaja merupakan perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makan merupakan kebutuhan primer. Setiap individu memerlukan makan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makan merupakan kebutuhan primer. Setiap individu memerlukan makan untuk menghasilkan energi supaya dapat beraktivitas. Aktivitas makan bagi sebagian besar orang merupakan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan. hasil tercapainya kemampuan reproduksi. Tanda pertama pubertas
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendahuluan Pubertas merupakan suatu periode perkembangan transisi dari anak menuju dewasa dimana terjadi proses pematangan seksual dengan hasil tercapainya kemampuan reproduksi.
Lebih terperinciA. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap
A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makanan Tanpa kita sadari sejak dari lahir kita terkait baik secara personal maupun emosional dengan makanan. Berjalan dengan waktu kebanyakan orang akan merasa mendapatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SIMTOM ANSIETAS Ansietas dialami oleh setiap orang pada suatu waktu dalam kehidupannya. Ansietas adalah suatu keadaan psikologis dan fisiologis yang dicirikan dengan komponen
Lebih terperinciMengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan
Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini akan dibahas teori mengenai Self-esteem, Body Dissatisfaction
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas teori mengenai Self-esteem, Body Dissatisfaction dan Eating Disorders. 2.1 Self-Esteem 2.1.1 Definisi Self-esteem Istilah self-esteem dalam bahasa indonesia
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA PEREMPUAN DI MODELING SCHOOL RIA NATALINA PURBA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN MAKAN PADA REMAJA PEREMPUAN DI MODELING SCHOOL RIA NATALINA PURBA DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRACT
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Bipolar I Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision edisi yang ke empat (DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat
Lebih terperinciGangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ
Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketiga konsep pengertian tersebut adalah :
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Dalam pembahasan tentang status gizi, ada tiga konsep yang harus dipahami. Ketiga konsep ini saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dismenore adalah nyeri menstruasi seperti kram pada perut bagian bawah yang terjadi saat menstruasi atau dua hari sebelum menstruasi dan berakhir dalam 72 jam. Terkadang
Lebih terperinciREACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi
REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi BODY IMAGE (CITRA TUBUH) Citra tubuh adalah persepsi dan sikap seseorang tentang dirinya sendiri, juga bagaimana ia menganggap
Lebih terperinciManusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap
BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Andropause merupakan sindrom pada pria separuh baya atau lansia dimana terjadi penurunan kemampuan reproduksi. Andropause atau PADAM (Partial Androgen Deficiency
Lebih terperinciContoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?
Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi pada anak sekolah dasar masih cukup memprihatinkan. Hal ini dapat terlihat dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap anak usia sekolah dasar di Indonesia.
Lebih terperinciBulimia Nervosa dan Gangguan Makan yang Tidak Tergolongkan
Bulimia Nervosa dan Gangguan Makan yang Tidak Tergolongkan Bulimia Nervosa Bulimia hanyalah istilah yang berarti makan berlebihan, yang didefinisikan sebagai makan lebih banyak makanan dibandingkan sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolute atau
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Hasil Univariat Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Makan
39 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Univariat 5.1.1 Kecenderungan Penyimpangan Perilaku Makan Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kecenderungan Tipe Penyimpangan Perilaku Makan pada Mahasiswi Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan salah satu penyakit kronik yang paling banyak ditemukan pada wanita dan ditakuti karena sering menyebabkan kematian. Angka kematian akibat
Lebih terperinciHamilton Depression Rating Scale (HDRS)
Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) Pilihlah salah satu pilihan yang sesuai dengan keadaan anda, beri tanda silang (X) pada kolom yang tersedia untuk setiap pertanyaan. 1. Keadaan perasaan sedih (sedih,
Lebih terperinciDiabetes tipe 2 Pelajari gejalanya
Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak dengan penyakit kronis lebih rentan mengalami gangguan psikososial dibandingkan populasi anak sehat (Witt et al., 2003). Pasien dengan penyakit neurologi seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh
Lebih terperinciHipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di
Lebih terperinciKanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko
Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gondok Endemik merupakan masalah gizi yang dijumpai hampir diseluruh negara di dunia, baik di negara berkembang termasuk di Indonesia maupun negara maju. Terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sindroma Ovarium Polikistik Sejak 1990 National Institutes of Health mensponsori konferensi Polikistik Ovarium Sindrom (PCOS), telah dipahami bahwa sindrom meliputi suatu spektrum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi citra tubuh secara psikologis yaitu gambaran psikis terhadap keadaan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 Pengertian Citra Tubuh Citra tubuh (Body image) didefinisikan dan dihubungkan dalam dua cara. Definisi citra tubuh secara psikologis yaitu gambaran
Lebih terperinciJOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001
JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari
Lebih terperinciIPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.
IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam
Lebih terperinciBAB 2 TINJUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Overweight 2.1.1 Definisi Overweight Overweight dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Overweight adalah berat badan yang melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas
Lebih terperinciMengenal Gangguan Stress Pasca Trauma
Materi ini merupakan salah satu bahan kuliah online gratis bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa dan perawat pendamping Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Oleh: Tirto Jiwo Juni 2012 Tirto Jiwo
Lebih terperinciBUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR
BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR Abstrak Gangguan bipolar adalah penyakit umum yang ditandai dengan peningkatan kematian prematur, tetapi mereka sering tetap tidak terujuk, tidak terdiagnosis, dan tidak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America
BAB 1 PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Penyakit Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang terus menerus dan bervariasi, penyakit metabolik yang dicirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah menstruasi, kehamilan, dan seksualitas (Gibs, 2008).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit dan kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Makan merupakan salah satu hal terpenting yang kita lakukan dan juga dapat
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Makan Makan merupakan salah satu hal terpenting yang kita lakukan dan juga dapat menjadi salah satu hal yang paling menyenangkan. Secara sederhana, motivasi untuk makan timbul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia. Gangguan akibat kekurangan iodium adalah sekumpulan gejala yang dapat
Lebih terperinciKanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah
Lebih terperinciEPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS
DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Definisi Prematuritas didefinisikan sebagai anak yang baru lahir belum berkembang dengan berat lahir rendah yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan. Bayi prematur yang memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap krusial bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Banyak tugas yang harus dicapai seorang remaja pada fase ini yang seringkali menjadi masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat. normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Schizophrenia adalah penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling
Lebih terperinciBAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP 3.1 KERANGKA TEORI klasifikasi : Angina pektoris tak stabil (APTS) Infark miokard tanpa elevasi segmen ST (NSTEMI) Infark miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker berada pada urutan kelima penyebab kematian di Indonesia. Lebih dari 40% keganasan pada perempuan merupakan kanker ginekologi. Kanker ginekologi yang paling
Lebih terperinciPEDOMAN DIAGNOSTIK. Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut:
Lampiran 1 PEDOMAN DIAGNOSTIK Berdasarkan DSM-IV-TR, klasifikasi gangguan bipolar adalah sebagai berikut: 1. Gangguan bipolar I Ditandai oleh 1 atau lebih episode manik atau campuran, yang biasanya disertai
Lebih terperinciBIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ
BIPOLAR oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ Definisi Bipolar Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai
Lebih terperinciSkizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?
Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF)
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan laporan dari International Diabetes Federation (IDF) menunjukkan bahwa prevalensi diabetes melitus telah mencapai epidemi tingkat global. Perkiraan untuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.
17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daur hidup manusia akan melewati fase usia lanjut (proses penuaan). Proses penuaan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, dimana mulai terjadi perubahan fisik dan
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan struktur tubuhnya sendiri, dan pada umumnya dikonseptualisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa yang ditandai oleh perubahan mendasar yaitu perubahan secara biologis, psikologis, dan juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 2013). Gambaran
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menstruasi merupakan kondisi fisiologis yang terjadi dan di alami dalam kehidupan perempuan sejak masa pubertas dan akan berakhir saat menopause. Perdarahan
Lebih terperinciGejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai
Gejala Diabetes pada Anak yang Harus Diwaspadai Gejala diabetes sering kali tidak terlihat secara jelas di awalnya. Kadang kita baru sadar atau terindikasi diabetes ketika sudah mengalami komplikasi diabetes.
Lebih terperinci