Bulimia Nervosa dan Gangguan Makan yang Tidak Tergolongkan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bulimia Nervosa dan Gangguan Makan yang Tidak Tergolongkan"

Transkripsi

1 Bulimia Nervosa dan Gangguan Makan yang Tidak Tergolongkan Bulimia Nervosa Bulimia hanyalah istilah yang berarti makan berlebihan, yang didefinisikan sebagai makan lebih banyak makanan dibandingkan sebagian orang pada situasi yang sama dan dalam periode waktu yang sama, disertai dengan rasa yang kuat bahwa ia kehilangan kendali. Ketika makan berlebihan ini terjadi pada orang dengan berat badan yangg relatif normal, atau orang dengan berat badan yang berlebihan yang memiliki kekhawatiran berlebihan mengenai bentuk dan berat tubuhnya serta secara teratur terlibat di dalam perilaku menghilangkan kalori yang didapat saat makan berlebihan tersebut, keadaan ini berada di dalam konteks gangguan yang dikenal sebagai bulimia nervosa. Epidemiologi Bulimia nervosa lebih sering terjadi daripada anoreksia nervosa. Perkiraan bulimia nervosa berkisar dari 1 hingga 3 persen pada perempuan muda. Seperti anoreksia nervosa, bulimia nervosa secara signifikan lebih lazim pada perempuan dibandingkan laki-laki, tetapi awitannya lebih sering terjadi pada masa remaja yang lebih akhir dibandingkan dengan awitan anoreksia nervosa. Menurut edisi keempat Diagnostic and statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV-TR), angka kejadian pada laki-laki adalah sepersepuluh angaka kejadian pada perempuan. Awitan bahakan dapat terjadi pada masa dewasa awal. Gejala bulimia nervosa yang kdang-kadang terjadi, seperti episode terpisah makan berlebihan dan mengeluarkan kembali, dilaporka pada hampir 40 persen mahasiswi perempuan. Bulimia nervosa sering terdapat pada perempuan bereberat badan normal, tetapi kadang-kadang pasien memilii riwayat obesitas. Di negara industri prevalensinya kira-kira 1 persen populasi umum.

2 Gambar Wanita yang sedang makan hamburger di kamar mandi. Biasanya wanita ini memuntahkan kembali makanannya. Etiologi Faktor biologis. Beberapa peneliti berupaya menghubungkan perilaku makan berlebihan dan mengeluarkannya kembali dengan berbagai neurotransmitter. Oleh karena antidepresan sering bermanfaat bagi pasien bulimia nervosa dan serotonin dikaitkan dengan perasaan puas, serotonin dan norepinefrin telah dilibatkan di sini. Oleh karena kadar endorfin plasma meningkat pada pasien bulimia nervosa yang muntah. Perasaan nyaman setelah muntah yang dialami beberapa pasien ini mungkin diperantarai oleh meningkatnya kadar endorfin. Menurut DSM-IV-TR, terdapat peningkatan frekuensi bulimia nervosapada kerabat derajat pertama orang dengan gangguan ini. Faktor Sosial. Pasien bulimia nervosa, seperti passien anoreksia nervosa, cenderung memiliki standar yang tinggi dan memberikan respon terhadap tekanan sosial yang menuntut orang untuk ramping. Seperti pada pasien anoreksia nervosa, banyak pasien bulimia nervosa mengalami depresi dan depresi familial yang meningkat, tetapi keluarga pasien bulimia nervosa umumnya kurang dekat dan lebih memiliki konflik dibandingkan keluarga pasien anoreksia nervosa. Pasien bulimia nervosa menggambarkan orang tuanya sebagai orang tuanya sebagai orang tua yang mengabaikan dan lalai. Faktor Psikologis. Pasien dengan bulimia nervosa, seperti halnya mereka dengan anoreksia nervosa, menghadapi kesulitan dengan tuntutan remaja, tetapi pasien dengan bulimia nervosa lebih menjadi-jadi, emosional, dan impulsif dibandingkan dengan anoreksia nervosa. Ketergantungan alkohol, mengutil, dan labilitas emosional (termasuk upaya bunuh diri) berhubungan dengan bulimia nervosa. Pasien-pasien ini umumnya mengalami makan tak terkendali mereka sebagai lebih ego-dystonic daripada pasien dengan anoreksia nervosa dan sebagiannya lebih mudah mencari bantuan. Pasien dengan bulimia nervosa mengalami kurangnya kontrol super ego dan kekuatan ego rekan-rekan mereka dengan anoreksia nervosa. Kesulitan mereka mengendalikan dorongan hati mereka sering dimanifestasikan oleh ketergantungan zat dan merusak diri sendiri hubungan seksual di samping pesta makan dan memuntahkannya kembali yang menjadi ciri gangguan tersebut. Banyak pasien dengan bulimia nervosa memiliki sejarah kesulitan memisahkan dari pengasuh, seperti yang dimanifestasikan oleh adanya benda transisi selama

3 tahun-tahun awal masa kanak-kanak. Beberapa dokter telah mengamati bahwa pasien dengan bulimia nervosa menggunakan tubuh mereka sendiri sebagai objek transisi. Perjuangan untuk memisahkan diri dari sosok ibu dimainkan dalam ambivalensi terhadap makanan; makan mungkin merupakan ingin menyatu dengan pengurus, dan muntah mungkin secara tidak sadar mengungkapkan keinginan untuk pemisahan. Diagnosis dan Gambaran Klinis Menurut DSM-IV-TR, bulimia nervosa hadir ketika (1) episode pesta makan yang relatif sering terjadi (dua kali seminggu atau lebih) untuk setidaknya 3 bulan; (2) kompensasi perilaku yang dipraktekkan setelah pesta makan untuk mencegah kenaikan berat badan, terutama self-induced muntah, penyalahgunaan pencahar, diuretik, atau penyalahgunaan muntah (80 persen kasus), dan, kurang umum, diet parah dan latihan berat (20 persen kasus), (3) berat badan tidak diturunkan parah seperti di anoreksia nervosa, dan (4) pasien memiliki rasa takut wajar dari kegemukan, drive tanpa henti untuk kelangsingan, atau keduanya dan jumlah yang tidak proporsional evaluasi-diri tergantung pada berat badan dan bentuk (Tabel 23,2-1). Ketika membuat diagnosis bulimia nervosa, dokter harus mengeksplorasi kemungkinan bahwa pasien telah mengalami pertarungan sebelum singkat atau lama anorexia nervosa, hadir di sekitar setengah dari mereka dengan bulimia nervosa. Pesta makan biasanya mendahului muntah sekitar 1 tahun. Tabel 23,2-1 DSM-IV-TR Kriteria Diagnostik Bulimia Nervosa A. Episode berulang dari binge eating. Sebuah episode dari pesta makan ditandai oleh kedua hal berikut: 1. makan, dalam jangka waktu diskrit (misalnya, dalam setiap periode 2-jam), jumlah makanan yang pasti lebih besar daripada kebanyakan orang akan makan selama periode waktu yang sama dan dalam kondisi yang sama 2. rasa kurangnya kontrol atas makan selama episode (misalnya, perasaan bahwa seseorang tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan apa atau berapa banyak seseorang makan).

4 B. Perilaku kompensasi yang tidak pantas berulang untuk mencegah berat badan, seperti self-induced muntah, penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, enema, atau obat lain, puasa, atau olahraga yang berlebihan. C. Para pesta makan dan perilaku kompensasi yang tidak tepat baik terjadi, rata-rata, setidaknya dua kali seminggu selama 3 bulan. D. Evaluasi Diri ini terlalu dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan. E. Gangguan tidak terjadi secara eksklusif selama episode anoreksia nervosa. Digolongkan menjadi tipe: Tipe pencahar: selama episode saat bulimia nervosa, orang tersebut telah secara teratur terlibat dalam self-induced muntah atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau enema Tipe Non pencahar: selama episode saat bulimia nervosa, orang telah menggunakan perilaku lain kompensasi tidak pantas, seperti olahraga puasa atau berlebihan, tetapi tidak teratur terlibat dalam self-induced muntah atau penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, atau enema. Muntah adalah hal yang umum terjadi pada pasien bulimia nervosa dan biasanya disebabkan oleh menempelkan jari ke tenggorokan, meskipun beberapa pasien dapat muntah akhirnya. Muntah mengurangi sakit perut dan perasaan kembung dan memungkinkan pasien untuk terus makan tanpa takut berat badan. Depresi, kadang-kadang disebut kesedihan pasca pesta makan, sering mengikuti. Selama pesta makan, pasien makan makanan yang manis, tinggi kalori, dan umumnya bertekstur lembut atau halus, seperti kue kering dan kue basah. Beberapa pasien lebih suka makanan besar tanpa memperhatikan selera. Makanan dimakan diam-diam dan cepat dan kadang-kadang bahkan tidak dikunyah. Kebanyakan pasien dengan bulimia nervosa berada dalam kisaran berat badan normal mereka, tetapi beberapa mungkin kekurangan berat badan atau kegemukan. Pasien-pasien prihatin tentang citra tubuh dan penampilan mereka, khawatir tentang bagaimana orang lain melihat mereka, dan memikirkan tentang daya tarik seksual mereka. Kebanyakan aktif secara seksual, dibandingkan dengan pasien anoreksia nervosa, yang tidak tertarik pada seks. Pica dan perjuangan saat makan kadang-kadang terungkap dalam sejarah pasien dengan bulimia nervosa.

5 Bulimia nervosa terjadi pada orang dengan tingkat tinggi gangguan mood dan gangguan impuls kontrol. Bulimia nervosa juga dilaporkan terjadi pada mereka yang berisiko untuk kelainan terkait dan berbagai gangguan kepribadian. Pasien dengan bulimia nervosa juga memiliki tingkat gangguan kecemasan, gangguan bipolar I, dan gangguan disosiatif, dan sejarah pelecehan seksual. Subtipe Bukti menunjukkan bahwa orang-orang bulimik yang memuntahkan makanan berbeda dari pemakan pesta yang tidak pembersihan dalam bahwa yang terakhir cenderung memiliki lebih sedikit gangguan citra tubuh dan kecemasan kurang mengenai makan. Mereka dengan bulimia nervosa yang tidak pembersihan cenderung menjadi gemuk. Perbedaan fisiologis yang berbeda juga ada antara pasien dengan bulimia yang membersihkan dan mereka yang tidak. Karena semua perbedaan ini, diagnosis bulimia nervosa subtyped ke jenis pembersihan, bagi mereka yang secara teratur melakukan self-induced muntah atau penggunaan obat pencahar atau diuretik, dan jenis nonpurging, bagi mereka yang menggunakan diet puasa, ketat, atau olahraga berat tetapi tidak teratur terlibat dalam membersihkan. Pasien dengan jenis pembersihan bulimia nervosa dapat berisiko untuk komplikasi medis tertentu, seperti hipokalemia dari penyalahgunaan muntah atau pencahar dan alkalosis hypochloremic. Mereka yang muntah berulang kali beresiko untuk terjadinya iritasi lambung dan esofagus, meskipun komplikasi ini jarang terjadi. Pasien yang membersihkan mungkin memiliki kursus berbeda dari pasien yang pesta dan kemudian diet atau olahraga. Kasus: Abby Thurmond, usia 42, tidak punya pesta makanan untuk lebih dari 2 tahun ketika ia terbang dari Miami ke Chicago untuk menghadiri pernikahan putri sahabatnya. Tunggal, mandiri, dan ditujukan untuk bekerja, Abby baru saja menjual naskah pertamanya. Dia senang, tapi ia juga mengalami depresi yang selalu terjadi ketika dia menyelesaikan sebuah proyek besar. Meski tahu, dari 2 tahun di Overeaters Anonymous (OA), bahwa ia harus menjaga jarak yang aman dari makanan, terutama pada masa emosional keras, Abby menghabiskan sepanjang hari partai latihan pernikahan di perusahaan makanan. Dia berdiri di dapur temannya untuk hourscutting, memotong, menyortir, mengatur, dan, akhirnya, memilih-milih makanan.

6 Ketika malam dan para tamu datang, kesibukan membuatnya mudah bagi Abby menghilang secara fisik dan emosional dalam sebuah pesta. Dia mulai dengan sepiring apa yang akan menjadi makanan diet (konsep OA untuk apa pun yang disertakan pada paket makan seseorang): pasta salad, salad hijau, potongan dingin, dan roll. Meskipun porsi yang sedikit, Abby ingin lebih. Dia menghabiskan 5 jam berikutnya makan, pada awalnya mencoba untuk makan di antara para tamu, tetapi kemudian, ketika rasa malu diatur dalam, ia mundur ke sudut-sudut gelap dari ruangan untuk memulai kepanikannya, mengigit bibir. Abby melupakan dirinya dengan kerupuk, keju, roti, ayam, kalkun, pasta, dan salad, tapi semua itu adalah awal dari apa yang dia benar-benar ingin minta gula. Dia sudah menunggu para tamu untuk meninggalkan ruang makan, di mana makanan penutup itu. Ketika mereka akhirnya berhasil, ia melukai dirinya sendiri dengan dua potong kue, kemudian dua lagi, lalu makan langsung dari nampan pelayan, menyekop makanan ke dalam mulutnya. Dia meraih kue, kue lebih banyak, dan cookie lagi. Jantung berdegup, takut ditemukan, Abby akhirnya merobek dirinya menjauh dan menyelinap keluar ke teras. Sekarang, dalam apa yang ia dianggap sebagai trans makanan, Abby menumpuk piringnya dengan roti, ke mana dia diolesi beberapa menyebar diidentifikasikan. Meskipun makanannya terasa seperti lumpur, Abby terus makan. Segera, tamu-tamu lain keluar ke teras, meninggalkan perasaan Abby ia harus pindah lagi, yang dia lakukan, melangkah ke dapur dan cahaya. Ketika Abby melirik piringnya, ia ngeri; semut merayap di atasnya. Bukannya refleks menyemburkan makanan, Abby, mengatasi rasa malu, hanya bisa menelan. Kemudian matanya mulai mencari puing-puing di piringnya untuk potongan tidak terkontaminasi. Menyaksikan kegilaan sendiri, Abby mulai menangis. Dia melemparkan piring ke tempat sampah dan berlari ke kamarnya. Peristiwa awal dari kambuhnya 6-bulan ke pesta makan menandai pengalaman Abby terburuk dengan makan sebanyak-banyaknya, karena masalah dimulai 15 tahun sebelumnya. Selama kambuh, ia memakan pada makanan gula dan karbohidrat olahan, kembali ke merokok untuk mengontrol makan berlebihan, dan sekali lagi terdorong untuk menyingkirkan kalori dengan latihan terus-menerus setelah pesta masing-masing, berjalan 4 atau 5 jam pada suatu waktu, menyeret sepeda nya naik dan turun enam lantai, dan bersepeda bermil-mil setelah gelap di sebuah taman kota yang berbahaya. (Courtesy of DSM-IV-TR buku teks.)

7 Patologi dan Laboratorium Pemeriksaan Bulimia nervosa dapat mengakibatkan kelainan elektrolit dan berbagai tingkat kelaparan, meskipun mungkin tidak sejelas seperti pada rendah berat pasien dengan anoreksia nervosa. Jadi, bahkan berat badan normal pasien dengan bulimia nervosa harus memiliki penelitian laboratorium elektrolit dan metabolisme. Secara umum, fungsi tiroid tetap utuh dalam bulimia nervosa, tetapi pasien mungkin menunjukkan nonsuppression pada tes supresi deksametason-. Dehidrasi dan gangguan elektrolit yang mungkin terjadi pada pasien dengan bulimia nervosa yang membersihkan secara teratur. Pasien-pasien ini umumnya menunjukkan hypomagnesemia dan hyperamylasemia. Meskipun bukan fitur inti diagnostik, banyak pasien dengan bulimia nervosa memiliki gangguan menstruasi. Hipotensi dan bradikardia terjadi pada beberapa pasien. Diferensial Diagnosis Diagnosis bulimia nervosa tidak dapat dilakukan jika perilaku pesta-makan dan membersihkan terjadi secara eksklusif selama episode anoreksia nervosa. Dalam kasus tersebut, diagnosis anoreksia nervosa, pesta makan-tipe membersihkan. Dokter harus memastikan bahwa pasien tidak memiliki penyakit neurologis, seperti kejang epilepsi-setara, pusat tumor sistem saraf, KLA ¼ ver-bucy sindrom, atau Kleine- Levin syndrome. Fitur patologis yang dimanifestasikan oleh Kla ¼ ver-bucy sindrom adalah visual agnosia, menjilati dan menggigit kompulsif, pemeriksaan objek dengan mulut, ketidakmampuan untuk mengabaikan stimulus apapun, ketenangan, perilaku seksual diubah (hypersexuality), dan kebiasaan diet diubah, terutama hyperphagia. Sindrom ini sangat langka dan tidak mungkin menyebabkan masalah dalam diagnosis diferensial. Kleine-Levin terdiri dari sindrom hipersomnia periodik yang berlangsung selama 2 sampai 3 minggu dan hyperphagia. Seperti di bulimia nervosa, timbulnya gejala biasanya selama masa remaja, tapi sindrom ini lebih umum pada pria dibandingkan pada wanita.

8 Pasien dengan bulimia nervosa yang memiliki gangguan afektif musiman bersamaan dan pola depresi atipikal (dengan makan berlebihan dan tidur berlebihan dalam cahaya rendah bulan) dapat bermanifestasi musiman memburuknya baik bulimia nervosa dan fitur depresif. Dalam kasus ini, binges biasanya jauh lebih parah selama musim dingin. Terapi cahaya terang ( lux selama 30 menit, pada pagi hari, 18 sampai 22 inci dari mata) dapat menjadi komponen yang berguna dari perawatan yang komprehensif dari gangguan makan dengan gangguan afektif musiman. Beberapa pasien dengan bulimia nervosa mungkin 15 persen memiliki perilaku impulsif dan beberapa komorbiditas, termasuk penyalahgunaan zat, dan kurangnya kemampuan untuk mengendalikan diri di berbagai bidang seperti manajemen uang dan hubungan seksual. Mereka menunjukkan mutilasi diri, emosi kacau, dan pola tidur kacau. Mereka sering memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian borderline dan gangguan kepribadian campuran dan, tidak jarang, gangguan bipolar II. Prognosis Bulimia nervosa ditandai dengan tingkat pemulihan parsial yang lebih tinggi dan penuh dibandingkan dengan anoreksia nervosa. Seperti yang tercantum dalam bagian pengobatan, mereka diperlakukan jauh lebih baik daripada tidak diobati. Pasien yang tidak diobati cenderung tetap kronis atau dapat menunjukkan kecil, tetapi derajat umumnya mengesankan perbaikan dengan waktu. Dalam sebuah studi 10 tahun tindak-lanjut dari pasien yang sebelumnya berpartisipasi dalam program pengobatan, jumlah perempuan yang terus memenuhi kriteria penuh untuk bulimia nervosa menurun sebagai durasi tindak lanjut meningkat. Sekitar 30 persen terus terlibat dalam pesta berulang-makan atau perilaku membersihkan. Sebuah sejarah masalah penggunaan narkoba dan durasi yang lebih lama dari gangguan pada presentasi memprediksi hasil yang buruk. Tergantung pada definisi, persen perempuan sepenuhnya pulih di follow-up. Penatalaksanaan Kebanyakan pasien dengan bulimia nervosa tidak rumit tidak memerlukan rawat inap. Secara umum, pasien dengan bulimia nervosa ini tidak tertutup tentang gejala-gejala mereka sebagai pasien dengan anoreksia nervosa. Oleh karena itu, pengobatan rawat jalan biasanya tidak sulit, namun psikoterapi sering susah dilakukan dan mungkin berkepanjangan. Beberapa pasien obesitas dengan bulimia nervosa yang telah lama melakukan psikoterapi sangat baik. Dalam beberapa kasus ketika makan di luar kontrol, pengobatan rawat jalan tidak bekerja,

9 atau pasien menunjukkan gejala seperti kejiwaan tambahan sebagai bunuh diri dan menyakiti diri sendiri, substansi rawat inap mungkin menjadi perlu. Di samping gangguan, elektrolit dan metabolik akibat pembersihan yang parah mungkin memerlukan rawat inap. Psikoterapi Kognitif-Behavioral Therapy Terapi kognitif-perilaku (CBT) harus dianggap sebagai, patokan lini pertama pengobatan untuk bulimia nervosa. Data pendukung efektivitas CBT didasarkan pada kepatuhan yang ketat harus betul-betul dilaksanakan, sangat rinci, petunjuk-dipandu perawatan yang mencakup sekitar 18 sampai 20 sesi selama 5 sampai 6 bulan. CBT menerapkan sejumlah prosedur kognitif dan perilaku untuk (1) mengganggu siklus mempertahankan diri perilaku makan berlebihan dan diet dan (2) mengubah kognisi disfungsional individu; keyakinan tentang makanan, berat badan, citra tubuh, dan keseluruhan konsep diri. Dynamic Psikoterapi Pengobatan psikodinamik pasien dengan bulimia nervosa telah mengungkapkan kecenderungan untuk mengkonkretkan mekanisme pertahanan introjective dan proyektif. Dengan cara yang analog dengan membelah, pasien membagi makanan ke dalam dua kategori: item yang bergizi dan mereka yang tidak sehat. Makanan yang ditunjuk bergizi dapat dicerna dan dipertahankan karena secara tidak sadar melambangkan introjects baik. Tapi junk food secara tidak sadar berhubungan dengan introjects buruk dan oleh karena itu, dikeluarkan melalui muntah, dengan sadar bahwa semua fantasi merusak, kebencian, dan kejahatan sedang dievakuasi. Pasien sementara dapat merasa nyaman setelah muntah karena evakuasi fantasi, tapi perasaan yang terkait menjadi baik adalah singkat karena didasarkan pada kombinasi tidak stabil. Tabel 23,2-2 DSM-IV-TR Kriteria Diagnostik Gangguan Makan Not Otherwise Specified Gangguan makan tidak ditentukan kategori untuk gangguan makan yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan makan tertentu. contoh termasuk: 1.Untuk perempuan, semua kriteria untuk anoreksia nervosa terpenuhi kecuali bahwa individu memiliki siklus haid yang normal.

10 2.Semua kriteria untuk anoreksia nervosa terpenuhi kecuali bahwa, meskipun penurunan berat badan yang signifikan, berat saat individu berada dalam rentang normal. 3.Semua kriteria untuk bulimia nervosa terpenuhi kecuali bahwa pesta makan dan mekanisme kompensasi yang tidak tepat terjadi pada frekuensi kurang dari dua kali seminggu atau untuk durasi kurang dari 3 bulan. 4.Penggunaan secara teratur perilaku kompensasi yang tidak tepat oleh individu berat badan normal setelah makan sejumlah kecil makanan (misalnya, self-induced muntah setelah konsumsi dua kue). 5.Berulang kali mengunyah dan meludah keluar, namun tidak menelan sejumlah besar makanan. 6.Pesta-gangguan makan: episode berulang pesta makan dengan tidak adanya penggunaan rutin perilaku kompensasi yang tidak tepat karakteristik bulimia nervosa. Farmakoterapi Obat antidepresan telah terbukti sangat membantu dalam mengobati bulimia. Ini termasuk selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI), seperti fluoxetine. Hal ini mungkin didasarkan pada pusat 5-hidroksitriptamin meningkat. Obat antidepresan dapat mengurangi pesta makan dan membersihkan independen dari kehadiran gangguan mood. Jadi, antidepresan telah berhasil digunakan untuk sangat sulit pesta-pembersihan siklus yang tidak merespon psikoterapi saja. Imipramine (Tofranil), desipramin (Norpramin), trazodone (Desyrel), dan inhibitor monoamine oksidase (MAOI) telah membantu. Secara umum, sebagian besar antidepresan telah efektif pada dosis biasanya diberikan dalam pengobatan gangguan depresi. Dosis fluoxetine yang efektif dalam mengurangi makan pesta, bagaimanapun, mungkin lebih tinggi (60 sampai 80 mg per hari) dari yang digunakan untuk gangguan depresi. Obat sangat membantu pada pasien dengan komorbiditas gangguan depresi dan bulimia nervosa. Carbamazepine (Tegretol) dan lithium (Eskalith) belum menunjukkan hasil yang mengesankan sebagai pengobatan untuk pesta makan, tetapi mereka telah digunakan dalam pengobatan pasien dengan bulimia nervosa dengan gangguan mood komorbid, seperti gangguan bipolar I. Bukti menunjukkan bahwa penggunaan antidepresan saja menghasilkan tingkat 22 persen berpantang dari makan berlebihan dan membersihkan; studi lain menunjukkan bahwa CBT dan obat-obatan kombinasi yang paling efektif.

11 Gangguan Makan tidak Spesifik Klasifikasi DSM-IV-TR diagnostik gangguan makan tidak ditentukan adalah kategori residual yang digunakan untuk gangguan makan yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan makan yang spesifik (Tabel 23,2-2). Gangguan makan berlebih, episode berulang dari pesta makan dengan tidak adanya perilaku kompensasi yang tidak tepat karakteristik bulimia nervosa (Tabel 23,2-3) termasuk dalam kategori ini. Pasien tersebut tidak terpaku pada bentuk tubuh dan berat badan. Tabel 23,2-3 Kriteria Penelitian DSM-IV-TR untuk Pesta-Makan Disorder A. Episode berulang dari pesta makan. Sebuah episode dari pesta makan ditandai oleh kedua hal berikut: 1. makan, dalam jangka waktu diskrit (misalnya, dalam setiap periode 2-jam), jumlah makanan yang pasti lebih besar daripada apa yang kebanyakan orang akan makan dalam periode waktu yang sama dalam kondisi yang sama. 2. rasa kurangnya kontrol atas makan selama episode (misalnya, perasaan bahwa seseorang tidak dapat berhenti makan atau mengendalikan apa atau berapa banyak seseorang makan) B.Pesta-makan episode dikaitkan dengan tiga (atau lebih) sebagai berikut: 1. makan jauh lebih cepat dari biasanya. 2. makan sampai merasa tidak nyaman penuh. 3. makan dalam jumlah besar makanan ketika tidak merasa lapar secara fisik 4. makan sendirian karena malu oleh berapa banyak seseorang makan 5. merasa jijik dengan diri sendiri, depresi, atau sangat bersalah setelah makan berlebihan C.Ditandai marabahaya tentang pesta makan hadir. D. Gangguan pesta makan terjadi, rata-rata, setidaknya 2 hari seminggu selama 6 bulan. Catatan: Metode penentuan frekuensi berbeda dari yang digunakan untuk bulimia nervosa; penelitian masa depan harus mengerti apakah metode yang disukai pengaturan ambang batas frekuensi menghitung jumlah hari di mana binges terjadi atau menghitung jumlah episode pesta makan.

12 E. Pesta makan tidak terkait dengan perilaku rutin kompensasi yang tidak patut (misalnya, membersihkan, puasa, olahraga yang berlebihan) dan tidak terjadi secara eksklusif selama anoreksia nervosa atau bulimia nervosa. (Dari Asosiasi Psikiater Amerika Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental 4th ed Teks rev Washington, DC:... American Psychiatric Association; hak cipta 2000, dengan ijin) ICD-10 Revisi 10 Klasifikasi statistik internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait (ICD- 10) menggambarkan bulimia nervosa sebagai serangan berulang dari makan berlebihan dan keasyikan sekitar mengontrol berat badan yang mengarah ke self-induced muntah, pada gilirannya, muntah menghasilkan komplikasi fisik, gangguan elektrolit, dan penurunan berat badan yang parah (lihat Tabel 23,1-4). Dalam kategori gangguan makan, ICD-10 juga mencakup anoreksia atipikal, atipikal bulimia nervosa, makan berlebihan berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya, muntah yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya, gangguan makan lainnya, dan gangguan makan, tidak ditentukan. OBESITAS Obesitas adalah suatu penyakit kompleks yang dihasilkan dari kombinasi kerentanan genetik, peningkatan ketersediaan makanan energi tinggi, dan penurunan kebutuhan untuk kegiatan fisik dalam masyarakat modern. Prevalensi obesitas telah mencapai proporsi epidemi di negara-negara industri dan sekarang dianggap sebagai penyebab utama kematian yang dapat dicegah di Amerika Serikat. Karena dikaitkan dengan peningkatan yang signifikan dalam morbiditas dan mortalitas, biaya perawatan kesehatan langsung dapat diatribusikan dengan obesitas juga telah secara dramatis meningkat selama beberapa dekade terakhir. Obesitas mengacu pada kelebihan lemak tubuh (Gambar 23,3-1). Pada individu sehat, tubuh rekening lemak sekitar 25 persen dari berat badan pada wanita dan 18 persen pada pria. Kegemukan mengacu pada berat badan di atas beberapa referensi norma, standar biasanya berasal dari data aktuaria atau epidemiologi. Dalam kebanyakan kasus, peningkatan berat badan mencerminkan obesitas meningkat, tetapi tidak selalu. Otot individu mungkin

13 kelebihan berat badan (berat badan mungkin tinggi untuk tinggi) tetapi tidak menjadi gemuk, dan seseorang mungkin memiliki berat badan normal, tetapi memiliki lemak tubuh yang tinggi. Indeks telah dikembangkan menggunakan tinggi dan berat badan untuk memperkirakan tingkat obesitas. Yang paling umum ini adalah indeks massa tubuh (BMI). BMI dihitung dengan membagi berat dalam kilogram dengan tinggi dalam meter kuadrat. Meskipun ada perdebatan tentang BMI yang ideal, umumnya berpikir bahwa BMI 20 sampai 25 kg/m2 mewakili berat badan yang sehat, BMI kg/m2 dikaitkan dengan risiko agak tinggi, BMI di atas 27 kg/m2 merupakan risiko jelas meningkat, dan BMI di atas 30 kg/m2 membawa risiko sangat meningkat. Gambar 23,3-2 menyajikan grafik untuk menentukan BMI dari tinggi dan berat badan. epidemiologi Tingkat obesitas terus tumbuh pada proporsi epidemi di Amerika Serikat dan negara-negara industri lainnya, mewakili ancaman kesehatan masyarakat yang serius bagi jutaan orang. Di Amerika Serikat, 34 persen dari populasi kelebihan berat badan (didefinisikan sebagai BMI 25,0-29,9 kg/m2, sedangkan 30 persen adalah obesitas (didefinisikan sebagai Obesitas> 30 kg/m2. BMI (BMI> 30 kg/m2 kalangan orang dewasa meningkat dari 30 persen pada tahun 2000 menjadi 32,2 persen pada tahun Extreme obesitas (IMT 40 kg/m2 juga meningkat secara signifikan selama periode waktu yang sama sekarang berdiri di 2,8 persen pada pria dan 6,9 persen pada wanita. Prevalensi obesitas tertinggi pada populasi minoritas, khususnya di kalangan non-hispanik perempuan kulit hitam. Lebih dari satu-setengah dari orang-orang ini, 40 tahun atau lebih, mengalami obesitas, dan lebih dari 80 persen kelebihan berat badan. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas pada anak-anak dan remaja di Amerika Serikat juga telah meningkat secara substansial dari sekitar 15 persen pada tahun 2000 menjadi sekitar 18 persen pada tahun Sekitar 10 persen dari 2 - untuk 5-year-olds kelebihan berat badan. etiologi Orang menumpuk lemak dengan makan lebih banyak kalori daripada yang dikeluarkan sebagai energi, dengan demikian asupan energi melebihi disipasi nya. Jika lemak yang akan dikeluarkan dari tubuh, sedikit kalori harus dimasukkan ke dalam atau lebih banyak kalori harus dibawa keluar daripada yang dimasukkan ke dalamnya Sebuah kesalahan tidak lebih

14 dari 10 persen baik dalam asupan atau output akan menyebabkan perubahan 30-pon di berat badan dalam 1 tahun.

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating Kesehatan remaja sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena remaja yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, generasi yang sehat, dan manula yang sehat. Sedangkan remaja yang

Lebih terperinci

RESENSI FILM MISS CONGENIALITY

RESENSI FILM MISS CONGENIALITY K A M I S, 1 6 D E S E M B E R 2 0 1 0 GANGGUAN MAKAN - "BULIMIA NERVOSA" RESENSI FILM MISS CONGENIALITY Dalam film ini seorang agen FBI yang bernama Hart (Sandra Bullock) ditugaskan untuk menyamar sebagai

Lebih terperinci

GANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA

GANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA GANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA Oleh : Mohammad Haniif Satrio Legowo NPM : 11310229 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2013 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi terhadap tubuh karena dalam hierarki Maslow kebutuhan fisiologis salah satunya yaitu

Lebih terperinci

37.3% Anorexia Nervosa

37.3% Anorexia Nervosa S E S I 1 Penelitian oleh Makino et al (2004), prevalensi AN meningkat tiap tahun. Lebih tinggi pada negara barat 37.3% Anorexia Nervosa Penelitian oleh Ahmad Syafiq (2008) di Jakarta pada remaja periode

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

Gangguan makan. Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan binge-eating Reverse anorexia

Gangguan makan. Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan binge-eating Reverse anorexia Gangguan makan Gangguan makan Menjelaskan etiologi dan faktor-faktor yang menyebabkan gangguan makan Menjelaskan gambaran klinik gangguan makan anoreksia dan bulimia Menjelaskan prinsip pengelolaan pasien

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model Masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan orang dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa dewasa awal, kondisi fisik mencapai puncak bekisar antara usia 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari 30 tahun.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gangguan makan digambarkan sebagai gangguan berat dalam perilaku makan dan perhatian yang berlebihan tentang berat dan bentuk badan. Onsetnya biasanya pada usia remaja. Menurut DSM-IV,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2014). Obesitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJUAN PUSTAKA BAB 2 TINJUAN PUSTAKA 2.1 Overweight 2.1.1 Definisi Overweight Overweight dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Overweight adalah berat badan yang melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR Abstrak Gangguan bipolar adalah penyakit umum yang ditandai dengan peningkatan kematian prematur, tetapi mereka sering tetap tidak terujuk, tidak terdiagnosis, dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat setiap harinya memerlukan makanan yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga memiliki kesanggupan yang maksimal dalam menjalankan kehidupannya.

Lebih terperinci

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight?

Contoh Penghitungan BMI: Obesitas atau Overweight? Obesitas yang dalam bahasa awam sering disebut kegemukan merupakan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas dapat menurunkan rasa percaya diri seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian pustaka 2.1.1 Kehamilan 2.1.1.1 Definisi Kehamilan adalah suatu keadaan mengandung embrio atau fetus di dalam tubuh, setelah bertemunya sel telur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makan adalah suatu kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh. Kebiasaan dan perilaku makan secara

Lebih terperinci

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Genetik Nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan Lingkungan Tumbuh kembang Optimal 3 } perilaku makan adalah

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bulimia nervosa adalah suatu ganguan makan yang ditandai oleh peningkatan periode binge-eating yang diikuti dengan berbagai metode purging untuk mengimbangi kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

Lebih terperinci

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Gangguan Bipolar Febrilla Dejaneira Adi Nugraha Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ Epidemiologi Gangguan Bipolar I Mulai dikenali masa remaja atau dewasa muda Ditandai oleh satu atau lebih episode

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001 JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK Disusun untuk Memenuhi Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Kesehatan Jiwa Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, makanan merupakan kebutuhan paling dasar yang harus dipenuhi oleh manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada remaja khususnya remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa yang ditandai oleh perubahan mendasar yaitu perubahan secara biologis, psikologis, dan juga

Lebih terperinci

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ

Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ Oleh: Raras Silvia Gama 082011101038 Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSD dr.soebandi Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2013 Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan)

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan) Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Anxiety (kecemasan) Oleh: TirtoJiwo, Juni 2012 TirtoJiwo 1 Gelisah atau cemas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status nutrisi Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan manfaat zat zat gizi. Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dimana seorang remaja mengalami perubahan baik secara fisik, psikis maupun sosialnya. Perubahan fisik remaja merupakan perubahan

Lebih terperinci

Eksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti

Eksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti Eksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti Gangguan Makan sebagai Gangguan Kejiwaan Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi

Lebih terperinci

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Materi ini merupakan salah satu bahan kuliah online gratis bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa dan perawat pendamping Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma Oleh: Tirto Jiwo Juni 2012 Tirto Jiwo

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit endemik dalam masyarakat modern, dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba merupakan penyakit kronik yang berulang kali

Lebih terperinci

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia? Skizofrenia Skizofrenia merupakan salah satu penyakit otak dan tergolong ke dalam jenis gangguan mental yang serius. Sekitar 1% dari populasi dunia menderita penyakit ini. Pasien biasanya menunjukkan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat yaitu A,H,C,dan D. PMS A (Anxiety) ditandai dengan gejala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Reproduksi normal pada wanita dikarakteristikan dengan perubahan ritme bulanan pada sekresi hormon dan perubahan fisik di ovarium dan organ seksual lainya. Pola ritme

Lebih terperinci

8 Langkah Diet Sehat secara Alami

8 Langkah Diet Sehat secara Alami 8 Rahsia dan Tips Kuruskan Badan, Paha, Lengan, dan Pipi Secara Semulajadi Ditulis oleh En Syak Biasanya, banyak tips hanya menjurus kepada bagaimana menguruskan badan saja. Jarang kita lihat ada yang

Lebih terperinci

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya. IPAP PTSD Tambahan Prinsip Umum I. Evaluasi Awal dan berkala A. PTSD merupakan gejala umum dan sering kali tidak terdiagnosis. Bukti adanya prevalensi paparan trauma yang tinggi, (termasuk kekerasan dalam

Lebih terperinci

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi

Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Pengetahuan Mengenai Insulin dan Keterampilan Pasien dalam Terapi Komala Appalanaidu Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (ria_not_alone@yahoo.com) Diterima: 15 Maret

Lebih terperinci

Mitos dan Fakta Kolesterol

Mitos dan Fakta Kolesterol Mitos dan Fakta Kolesterol Oleh admin Selasa, 01 Juli 2008 09:19:20 Apakah mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tidak baik bagi tubuh? Apakah kita tak boleh mengonsumsi makanan berkolesterol?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose

BAB I PENDAHULUAN. badan menjadi gemuk (obese) yang disebabkan penumpukan jaringan adipose BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas atau yang biasa dikenal sebagai kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan anak. Obesitas atau kegemukan terjadi pada saat badan menjadi gemuk

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Depresi 1. Definisi Depresi Depresi merupakan perasaan hilangnya energi dan minat serta timbulnya keinginan untuk mengakhiri hidup. Depresi biasanya disertai perubahan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER Pembimbing: dr.ira Savitri Tanjung, Sp.KJ (K) Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa, Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Khusus Jiwa Dharma Graha Periode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup mencengangkan. Sebuah penelitian kohort berbasis rumah

Lebih terperinci

REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi

REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi BODY IMAGE (CITRA TUBUH) Citra tubuh adalah persepsi dan sikap seseorang tentang dirinya sendiri, juga bagaimana ia menganggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA Pembimbing : Dr. Prasilla, Sp KJ Disusun oleh : Kelompok II Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta cemas menyeluruh dan penyalahgunaan zat. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS DEFINISI Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja tentunya ingin menampilkan tampilan fisik yang menarik. Banyak remaja putra berkeinginan membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu emosi yang paling sering di alami oleh manusia. Kadang-kadang kecemasan sering disebut sebagai bentuk ketakutan dan perasaan gugup yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN 5.1. Kesimpulan Bab ini berusaha menjawab permasalahan penelitian yang telah disebutkan di bab pendahuluan yaitu melihat gambaran faktor-faktor yang mendukung pemulihan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebiasaan makan..., Evi Heryanti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir abad 20 telah terjadi transisi masyarakat yaitu transisi demografi yang berpengaruh terhadap transisi epidemiologi sebagai salah satu dampak pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ketahun dan merupakan penyakit kronis yang memerlukan terapi medis secara

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan individu manusia, karena dengan sehat jiwa seseorang mampu berkembang secara fisik, mental dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan

Lebih terperinci

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG - 121001419 LATAR BELAKANG Skizoafektif Rancu, adanya gabungan gejala antara Skizofrenia dan gangguan afektif National Comorbidity Study 66 orang Skizofrenia didapati

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ BIPOLAR Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ Definisi Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja adalah individu yang berkembang dari masa kanak-kanak menuju kedewasaan (Neufeldt & Guralnik, 1996). Menurut World Health Organization (WHO), disebutkan bahwa

Lebih terperinci

Dua komponennya yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis dan kesadaran bahwa ia gugup

Dua komponennya yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis dan kesadaran bahwa ia gugup Gangguan Anxietas Gangguan jiwa paling umum di seluruh dunia Dua komponennya yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis dan kesadaran bahwa ia gugup Mengganggu proses pembelajaran Anxietas patologis: prevalensi

Lebih terperinci

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebelum dewasa (WHO, 2014). Masa remaja adalah masa transisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus (DM). Permasalahan obesitas sekarang ini semakin banyak begitu pula

Lebih terperinci

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE

16/02/2016 ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE ASKEP KEGAWATAN PSIKIATRI MASYKUR KHAIR TENTAMEN SUICIDE 1 Definisi Suicidum (bunuh diri) adalah kematian yang dengan sengaja dilakukan oleh diri sendiri. Tentamen suicidum (percobaan bunuh diri) adalah

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka

Lebih terperinci

USIA REMAJA. Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal tahun dan berakhir usia 18 tahun

USIA REMAJA. Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal tahun dan berakhir usia 18 tahun USIA REMAJA Merupakan jalan panjang yg menjembatani priode Kehidupan anak dan dewasa. Berawal 10 12 tahun dan berakhir usia 18 tahun Karateristik: Masa pertumbuhan yg cepat, Perkembangan seksual, perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh kontraksi otot skelet yang dapat meningkatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik dapat dikategorikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dizaman yang orientasi manusianya lebih mengutamakan uang, bekerja lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Dizaman yang orientasi manusianya lebih mengutamakan uang, bekerja lebih BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dizaman yang orientasi manusianya lebih mengutamakan uang, bekerja lebih utama dibanding olahraga, dalam sehari atau 24 jam posisi pekerjaan di perkotaan bisa mencapai

Lebih terperinci

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

Gangguan Mood/Suasana Perasaan Gangguan Mood/Suasana Perasaan Definisi: Merupakan kelompok gangguan yang melibatkan gangguan berat dan berlangsung lama dalam emosionalitas, yang berkisar dari kegirangan sampai depresi berat Major depressive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyimpangan perilaku makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, pada umumnya dialami oleh wanita serta berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan lainnya.

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Bipolar I Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Text Revision edisi yang ke empat (DSM IV-TR) ialah gangguan gangguan mood

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makan merupakan kebutuhan primer. Setiap individu memerlukan makan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makan merupakan kebutuhan primer. Setiap individu memerlukan makan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makan merupakan kebutuhan primer. Setiap individu memerlukan makan untuk menghasilkan energi supaya dapat beraktivitas. Aktivitas makan bagi sebagian besar orang merupakan

Lebih terperinci

GANGGUAN ELIMINASI. Dr. Noorhana, SpKJ(K)

GANGGUAN ELIMINASI. Dr. Noorhana, SpKJ(K) GANGGUAN ELIMINASI Dr. Noorhana, SpKJ(K) ENURESIS Definisi: BAK involunter atau yang disengaja. Keparahan ditentukan oleh frekuensi BAK; kuantitasnya tidak menentukan diagnosis. Lamanya waktu sebelum kontinensia:

Lebih terperinci

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN

GANGGUAN BIPOLAR PENDAHULUAN GANGGUAN BIPOLAR I. PENDAHULUAN Gangguan bipolar merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood antara rasa girang yang ekstrem dan depresi yang parah. Pera penderita gangguan bipolar tidak

Lebih terperinci