BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ilmu Faraidh Ilmu faraidh adalah ilmu tentang harta waris, menurut bahasa arab faraidh yaitu jamak dari lafadz alfaridhoti, jelasnya yaitu alfardhu artinya bagian. Sedangkan menurut istilah yaitu ilmu yang diketahui bagaimana cara membagikan harta mayyit kepada semua ahli waris dan harta mayyit yaitu setiap sesuatu (harta) yang meninggalkan seseorang setelah matinya dari harta atau benda dari hak-hak yang wajib memilikinya dari sebagian syariah (Turoican n.d.) Dasar-dasar hukum waris Hukum waris Islam merupakan pilar agama Islam yang dasarnya langsung diambil dari sumber hukum Islam, yakni Al-Qur an dan Hadits. Kemudian, para ahli hukum Islam, khususnya para mujtahid dan ahli fiqih, mentransformasi melalui berbagai formulasi pewarisan, meskipun demikian, Al-Qur an dan Hadits adalah pilar utama hukum waris (Sanusi 2012). Didalam Al-Qur an, Allah SWT., telah menetapkan. Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu. Yaitu, bagian seorang anak laki-laki sama dengan bagian dua orang anak perempuan; dan, jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak perempuan itu seorang saja maka ia memperoleh separyh harta. Dan, untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang di tinggalkan, jika orang yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal itu tidak mempunyai anak, dan diwarisi oleh ibu-bapaknya (saja), maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara maka ibunya mendapat seperenam. (pembagian-pembagian tersebut) sudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau 5

2 (dan) sudah dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat (banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan, bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istrimu, jika mereka tidak mempunyai anak. Jika istri-istrimu itu mempunyai anak maka kamu mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya, sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sudah dibayar hutangnya. Para istri memperoleh seperempat harta yang kamu tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu mempunyai anak maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak menunggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan (seibu saja), maka bagi dari masing-masing kedua jenis saudara itu seperenam harta. Tetapi, jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu, sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya, atau sesudah dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli waris). (Allah menempatkan yang demikian itu sebagai) syariat yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun (QS. An-Nisaa [4]: 11-12). Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah, (yaitu) jika seseorang meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta yang ditinggalkan dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh harta saudara perempuan), jika tidak mempunyai anak; tetapi, jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang yang meninggal. Dan, jika mereka (ahli waris itu terdiri atas) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sebanyak bagian dua orang saudara perempuan. 6

3 Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu supaya kamu tidak sesat. Dan, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. An-Nisaa [4]: 176) Pengertian waris dalam islam Waris yang kita kenal dalam istilah sehari-hari sebenarnya berasal dari bahasa arab, Dan ilmu faraidh dinamakan juga dengan ilmu mawaris. Dan dalam bahasa arab kalimat mawaris diambil dari mashdar waratsa yaritsu irtsan wamirotsan dengan arti memindahkan sesuatu dari seseorang kepada seseorang atau dari kaum ke kaum Kewajiban berkaitan dengan harta warisan Ada beberapa hak yang harus ditunaikan sehubungan dengan harta peninggalan orang yang meninggal dunia (pewaris). Yaitu yang pertama semua keperluan dan pembiayaan pemakaman pewaris menggunakan harta miliknya, dengan catatan tidak boleh berlebihan. Keperluan keperluan pemakaman tersebut menyangkut segala sesuatu yang dibutuhkan mayyit, sejak wafatnya hingga pemakamannya. Diantaranya, biaya memandikan, pembelian kain kafan, biaya pemakaman, dan lain sebagainya. Satu hal yang perlu diketahui dalam hal ini. Segala keperluan mayyit berbeda-beda, tergantung pada perbedaan keadaannya, baik dari segi kemampuannya maupun jenis kelaminnya. Yang kedua, membayar hutang pihutang yang masih ditanggung pewaris ditunaikan terlebih dahulu. Yang ketiga, wajib menunaikan seluruh wasiat pewaris selama tidak melebihi jumlah 1/3 dari seluruh harta peninggalannya Sebab-sebab terjadinya waris Sebab-sebab timbulnya hak saling mewarisi dalam Islam ada tiga macam. Diantaranya sebagai berikut : a. Hubungan kekeluargaan (Nasab haqiqi) Maksud dari hubungan kekeluargaan adalah hubungan yang ada ikatan nasab, seperti ayah, ibu, anak, saudara, paman dan seterusnya. 7

4 Seseorang anak yang tidak pernah tinggal dengan ayahnya seumur hidup tetap berhak atas warisan dari ayahnya jika sang ayah meninggal dunia. Bagi orang laki-laki, ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya. Dan, bagi orang wanita, ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapak dab kerabatnya. Baik sedikit maupun banyak, menurut bagian yang telah ditetapkan. (QS. An-Nisaa [4]: 7). b. Hubungan pernikahan Maksud dari hubungan pernikahan adalah terjadinya akad nikah secara legal (syariah) antara seseorang laki-laki dan perempuan. c. Wala Wala adalah hubungan antara budak yang telah dimerdekakan dan mantan majikan yang memerdekakannya, atau kekerabatan karena sebab hukum. Ini disebut juga wala al itqi dan wala al ni mah penyebab terjadinya waris disini adalah kenikmatan pembebasan budak yang dilakukan seseorang. Maka, dalam hal ini, seseorang yang membebaskan budaknya mendapat kenikmatan berupa kekerabatan (ikatan) yang dinamakan wala al itqi. Orang yang membebaskan budak berarti telah mengembalikan kebebasan dan jati diri seseorang sebagai manusia. Wala (hubungan antara majikan yang memerdekakan budak dan budaknya) itu disamakan dengan hubungan nasab, tidak diperjualbelikan dan tidak dihibahkan. (HR. Ibnu Khuzaimah, Hakim, dan Ibnu Hibban) Beberapa istilah dalam pembagian waris Setiap cabang ilmu memiliki istilah-istilah yang khas, yang seringkali tidak sama dengan istilah umum. Diantaranya : a. Tirkah Tirkah adalah segala sesuatu yang ditinggalkan pewaris, baik berupa harta atau lainnya. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal dinyatakan sebagai peninggalan. Termasuk didalamnya bersangkutan dengan hutang 8

5 pihutang, baik hutang pihutang itu berkaitan dengan pokok hartanya (seperti harta yang berstatus gadai), atau hutang pihutang yang berkaitan dengan kewajiban pribadi yang mesti di tunaikan (misalnya, pembayaran kredit atau mahar yang belum diberikan kepada istrinya). b. Fardh Fardh adalah bagian harta yang didapat oleh seorang ahli waris yang telah ditetapkan langsung oleh dalil Al-Qur an, sunnah, atau ijma ulama. Fardh adalah bilangan pecahan berupa 1/2, 1/3, 1/4, 1/6, 1/8 dan 2/3. Harta yang dibagi waris adalah 1, lalu dipecah pecah sesuai dengan bilangan fardh. c. Ashabul furudh Ashabul furudh adalah orang-orang yang mendapat waris secara fardh dan mereka adalah ahli waris yang mempunyai bagian yang pasti dari warisan yang diterimanya. d. Ashabah Istilah Ashabah berposisi sebagai lawan fardh, yaitu bagian harta yang diterima oleh ahli waris yang besarannya belom diketahui secara pasti. Sebab, harta itu hanyalah sisa dari harta yang telah diambil sebelumnya oleh ahli waris golongan ashabul furudh. Besarnya harta yang didapatkan oleh ashabah berkisar antara 0-100%. hal ini tergantung pada banyaknya harta yang diambil oleh ahli waris ashabul furudh. Jika jumlah mereka banyak maka bagian ashabah menjadi kecil. Sebaliknya apabila jumlah mereka sedikit, biasanya ashabahnya menjadi besar bagiannya. Ashabah terdiri atas tiga macam, diantaranya adalah sebagai berikut : Ashabah binafsih, laki-laki yang nasabnya kepada pewaris tidak tercampuri oleh kaum wanita. Diantaranya : Golongan anak mencakup seluruh anak laki laki (Cucu laki-laki, cicit, dan seterusnya), golongan bapak mencakup ayah, kakek dan seterusnya yang hanya dari pihak laki-laki, golongan saudara laki laki mencakup saudara kandung laki-laki, saudara laki 9

6 laki seayah, anak laki-laki dari saudara laki-laki dan anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah. Ashabah bighairihi, Hanya terbatas pada empat ahliwaris yang kesemuanya adalah wanita : Anak perempuan, cucu perempuan dari anak laki-laki, saudara kandung perempuan dan saudara perempuan seayah Ashabah maal ghairi, khusus bagi saudara kandung perempuan maupun saudara perempuan seayah apabila mewarisi bersamaan dengan anak perempuan yang tidak mempunyai saudara laki-laki. e. Sahm/Siham Sahm adalah istilah untuk menyebut bagian harta yang diberikan kepada setiap ahli waris yang berasal dari asal masalah. Atau, disebut juga dengan jumlah kepala mereka. f. Nasab Nasab adalah hubungan seseorang secara darah, baik hubungan keatasnya seperti ayah kandung, kakek kandung, dan seterusnya. Hubungan keatas ini disebut abuwwah. Bisa juga hubungan seseorang kebawah (keturunannya), seperti anak kandung atau cucu, dan seterusnya. Hubungan ini disebut bunuwwah. g. Far u Istilah far u, jika kita temukan didalam ilmu waris, maksudnya adalah anak laki-laki atau anak perempuan dari almarhum yang akan dibagi hartanya. Termasuk juga cucunya, baik laki-laki maupun perempuan. h. Ashlu Adapun yang dimaksud dengan istilah ashlu adalah ayah kandung dan ibu kandung, dan termasuk juga ayah kandung atau ibu kandung dari kakek. Dan kakek atau nenek yang merupakan ayah dan ibunya. Ayah disebut juga jaddush shahih, ashlu juga disebut ashlul warits. 10

7 2.1.6 Rukun dan Syarat waris Selain sebab-sebab terjadinya waris, hal-hal yang perlu diketahui sebelum membagi harta waris adalah tentang rukun dan syarat terjadinya pembagian harta waris. Berikut adalah penjelasan tentang keduanya : a. Rukun Rukun diambil dari bahasa arab, yang berarti tiang. Rukun adalah hal-hal yang harus ada atau terpenuhi manakala pembagian harta waris dilakukan. Adapun rukun waris adalah sebagai berikut : Pewaris, yaitu orang yang meninggal dunia, dan ahli warisnya berhak mewarisi harta peninggalannya. Ahli waris, yaitu orang yang berhak mendapat atau menerima harta peninggalan pewaris dikarenakan adanya ikatan kekerabatan atau nasab, atau ikatan pernikahan atau lain sebagainya. Harta warisan, yaitu segala jenis benda atau kepemilikan yang ditinggalkan pewaris, baik berupa uang, tanah dan lain sebagainya. b. Syarat Syarat adalah segala sesuatu yang perlu atau harus ada, jika syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak akan sah perbuatan tersebut dari sudut pandang agama. Adapun syarat waris adalah sebagai berikut : Meninggalnya pewaris, yaitu meninggalnya seorang pewaris secara hakiki maupun secara hukum (misalnya dianggap meninggal karena menghilang). Masih hidupnya para ahli waris, yaitu adanya ahli waris yang hidup secara hakiki pada waktu pewaris meninggal dunia. Sebab, orang yang sudah meninggal tidak berhak untuk mewarisi. Diketahuinya posisi para ahli waris, yaitu seluruh ahli waris diketahui posisinya secara pasti, termasuk jumlah bagian masing-masing. Dalam hal ini, posisi ahli waris yang 11

8 dimaksud adalah hubugan kekerabatan atau lain sebagainya. Misalnya suami, istri, bapak, ibu, anak laki-laki, anak perempuan, saudara kandung, saudari kandung dan seterusnya Membagi harta waris sebelum pewaris meninggal Membagi-bagi harta waris sebelum meninggal dunia dalam hukum Islam tdiak dibenarkan. Karena, terjadinya pembagian harta waris dikala pewaris tersebut telah meninggal dunia, seseorang tidak mungkin membagi-bagi warisan yang dimilikinya sendiri kepada ahli waris atau anak-anaknya saat pewaris masih hidup dan sehat bugar. Jika hal tersebut terjadi maka bukan pembagian harta waris melainkan hibah atau membagikan harta kepemilikannya kepada siapa saja dengan nilai berapapun. Karena hibah tidak ada aturan mainnya. Dan apabila seseorang telah menghibahkan sebagian hartanya. Maka, harta yang sudah dihibahkan tersebut sudah pindah kepemilikan dan bukan lagi kepemilikan pewaris. Dan bilamana pewaris meninggal dunia maka harta yang sudah ia hibahkan tidak boleh dihitung karena bukan milik dari pewaris tersebut Hibah dan Wasiat Hal lain yang harus diperhatikan dalam pembagian harta waris adalah hibah dan wasiat. Keduanya memiliki persamaan, yaitu memberikan sesuatu yang bermanfaat kepada orang lain berupa harta ataupun kepemilikan suatu benda. Sehingga, seolah-olah mirip dengan mewariskan. Berikut adalah tabel perbedaan antara waris, hibah dan wasiat. 12

9 Tabel 2.1 Perbedaan Antara Waris, Hibah dan Wasiat Waris Hibah Wasiat Waktu Setelah wafat Sebelum wafat Setelah wafat Penerima Ahli waris Ahli waris dan Bukan ahli waris bukan ahli waris Nilai Sesuai faraidh Bebas Maksimal 1/3 Hukum Wajib Sunnah Sunnah Pada tabel 2.1 diatas mempresentasikan perbedaan antara waris, hibah dan wasiat dari segi waktu, penerima, nilai atau jumlah dan hukum Hal-hal yang menggugurkan hak waris Hal-hal yang menggugurkan hak waris disini bukan dalam arti terhalang atau mahjub karena adanya ahli waris yang lain, tetapi terhalang dalam bentuk mahrum atau diharamkan menerima hak waris. Sebab-sebab diharamkan seseorang menerima hak waris ada tiga, diantaranya : a. Pembunuh, yaitu seorang ahli waris yang membunuh pewaris. Maka gugurlah hak waris atasnya karena akibat dari perbuatannya. Berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW., Tidaklah seorang pembunuh berhak mewarisi harta orang yang dibunuhnya.. b. Perbedaan agama, yaitu seorang muslim tidak dapat mewarisi atau diwarisi oleh nonmuslim, apapun agamanya. Maka, jika seorang anak tunggal dan menjadi satu-satunya ahli waris dari pewaris tidak akan mendapatkan hak waris dari pewaris dikarenakan gugur hak waris atasnya jika anak tersebut tidak beragama Islam. Hal ini telah ditegaskan Rasulullah SAW., dalam sabdanya, Tidaklah berhak seorang muslim mewarisi orang kafir, dan tidak pula orang kafir mewarisi muslim. (HR. Bukhari dan Muslim) c. Budak, yaitu seseorang yang berstatus sebagai budak tidak mempunyai hak mewarisi, meskipun dari saudaranya. Karena, 13

10 segala sesuatu yang dimiliki budak, secara langsung menjadi milik tuannya Orang-orang yang berhak menjadi ahli waris Dilihat dari jenis kelamin, ahli waris dibagi menjadi dua, yakni ahli waris laki-laki dan perempuan. Untuk memudahkan dalam mengetahui orangorang yang berhak menjadi ahli waris, maka perlu dipetakan ahli waris dari kalangan laki-laki dan kalangan perempuan. Pembagian ini tidak berhubungan dengan ukuran besar kecilnya pembagian harta waris. a. Ahli waris dari kalangan laki-laki : Anak laki-laki. Cucu laki-laki. Suami. Ayah. Kakek dari ayah. Saudara kandung laki-laki. Saudara laki-laki seayah. Saudara laki-laki seibu. Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seayah. Anak laki-laki dari saudara laki-laki seibu. Paman (saudara kandung ayah). Paman (saudara seayah ayah). Anak laki-laki paman kandung ayah. Anak laki-laki paman seayah ayah. Anak laki-laki yang memerdekakan budak. Jika semua ahli waris dari kalangan laki-laki tersebut semua ada maka yang berhak menerima hak waris hanyalah Anak laki-laki, suami dan bapak. 14

11 b. Ahli waris dari kalangan perempuan : Anak perempuan. Istri. Ibu. Cucu perempuan (dari anak laki-laki). Nenek (ibunya ibu). Nenek (ibunya ayah). Saudara perempuan kandung. Saudara perempuan seayah. Saudara perempuan seibu. Perempuan yang memerdekakan budak. Jika semua ahli waris dari kalangan perempuan tersebut semua ada maka yang berhak menerima hak waris hanyalah Anak laki-laki, anak perempuan, suami/istri, ibu dan bapak Tingkatan ahli waris dalam Islam Antara ahli waris yang satu dan lainnya mempunyai perbedaan derajat dan urutan. Berikut akan disebutkan berdasarkan derajat dan urutannya sebagai berikut : a. Ashabul furudh Golongan yang pertama diberi bagian harta warisan. Mereka adalah orang-orang yang sudah ditentukan bagiannya didalam Al-Qur an, Hadits dan ijma ulama. b. Ashabat nasabiyah Ashabat nasabiyah adalah setiap kerabat (nasab) pewaris yang menerima sisa harta warisan yang telah dibagikan. c. Penambahan bagi ashabul furudh sesuai bagian Apabila pembagian harta waris yang telah dibagikan kepada semua ahli waris masih tersisa, maka hendaknya dibagikan kepada ashabul furudh sesuai dengan bagian yang ditentukan. Dalam hal ini ada 15

12 pengecualian kepada suami atau istri, karena terjadinya hak waris atas suami atau istri disebabkan adanya ikatan pernikahan. d. Mewariskan kepada kerabat Kerabat yang dimaksud adalah seseorang yang masing memiliki kaitan rahim dan tidak termasuk dalam ashabul furudh dan ashabah. Misalnya, paman (saudara ibu), bibi (saudara ibu), bibi (saudara ayah), cucu laki-laki dari saudara perempuan dan cucu perempuan dari anak perempuan. Apabila pewaris tidak memiliki kerabat sebagai ashabul furudh dan ashabah. Maka para kerabat yang masih mempunyai ikatan rahim inilah yang berhak mendapatkan warisan. e. Tambahan hak waris bagi suami atau istri Apabila pewaris tidak memiliki ahli waris yang termasuk ashabul furudh, ashabah dan kerabat yang memiliki ikatan rahim, maka suami atau istri berhak memiliki semua harta warisan yang ditinggalkan pewaris. f. Ashabah karena sebab tertentu Ashabah karena adanya sebab tertentu yaitu orang-orang yang memerdekakan budak, baik budak laki-laki maupun budak perempuan. g. Orang yang diberi wasiat Orang yang diberi wasiat yaitu seseorang yang bukan bagian dari ahli waris. h. Baitulmal (Kas negara) Apabila seseorang meninggal tidak mempunyai ahli waris ataupun kekerabatan yang telah disebutkan sebelumnya. Maka seluruh harta peninggalannya diserahkan kepada baitulmal untuk kemaslahatan umum Hijab-mahjub Situasi terhalangnya ahli waris yang satu oleh ahli waris yang lain yang posisinya lebih kuat, adapun macam-macam hijab ada 2, yaitu : 16

13 a. Hijab hirman Penghalang yang menggunakan seluruh hak waris seseorang. Sehingga, apabila seseorang terkena hijab hirman tidak mendapat harta waris sepeserpun. b. Hijab nuqshan Hijab yang dapat mengurangi bagian harta seseorang dari banyak menjadi sedikit, tetapi tidak sampai membuat seseorang yang terkena hijab nuqshan tidak mendapat harta waris Bagian masing-masing ahli waris Mengetahui kelompok ahli waris berdasarkan bagian masing-masing ahli waris : Mendapat 1/2 Suami, jika pewaris tidak memiliki keturunan lakilaki (far ul waris). Anak perempuan, jika anak tunggal dan tidak memiliki saudara laki-laki. Cucu perempuan dari anak laki-laki, jika merupakan cucu tunggal dan tidak memiliki saudara baik lakilaki maupun perempuan. Dan pewaris tidak memiliki anak laki-laki maupun anakperempuan. Saudara kandung perempuan, jika hanya sendiri atau tidak memiliki saudara baik laki-laki maupun perempuan. Dan pewaris tidak memiliki keturunan baik laki-laki maupun perempuan dan pewaris tidak memiliki ayah atau kakek. Saudara perempuan seayah, jika hanya sendiri atau tidak memiliki saudara baik laki-laki maupun perempuan. Dan tidak memiliki saudara kandung baik laki-laki maupun perempuan. Dan pewaris tidak memiliki keturunan baik laki-laki maupun 17

14 perempuan dan pewaris tidak memiliki ayah atau kakek. Mendapat 1/4 Suami, jika pewaris memiliki anak laki-laki ataupun perempuan. Atau cucu dari pihak anak laki-laki. Istri, Jika pewaris tidak memiliki anak atau keturunan dari anak (cucu). Mendapat 1/8 Istri, jika pewaris memiliki anak atau cucu dari pihak laki-laki. Mendapat 2/3 Dua anak perempuan, jika pewaris tidak memiliki anak laki-laki. Dua cucu perempuan atau lebih dari anak laki-laki, jika pewaris tidak memiliki anak baik laki-laki atau perempuan. Dan cucu perempuan tidak memiliki saudara laki-laki. Dua saudara perempuan kandung atau lebih, jika pewaris tidak memiliki far ul waris, ayah atau kakek. Dan dua saudara perempuan tersebut tidak memiliki saudara kandung laki-laki. Mendapat 1/3 Ibu, jika pewaris tidak memiliki anak atau cucu dari pihak anak laki-laki dan pewaris tidak memiliki saudara laki-laki atau perempuan baik saudara kandung, seayah atau seibu. Saudara laki-laki dan saudara perempuan seibu dua orang atau lebih, jika pewaris tidak mempunyai anak baik laki-laki atau perempuan, tidak juga memiliki ayah atau kakek. 18

15 Mendapat 1/6 Ayah, jika pewaris memiliki anak laki-laki atau perempuan. Kakek (ayahnya ayah), jika pewaris memiliki anak laki-laki atau perempuan, atau cucu laki-laki dari anak laki-laki. Dan pewaris tidak mempunyai ayah. Ibu, jika pewaris memiliki anak laki-laki atau perempuan, atau cucu laki-laki dari anak laki-laki. Dan pewaris mempunyai dua orang saudara laki-laki atau perempuan baik saudara kandung, seayah atau seibu. Nenek (baik ibunya ayah atau ibunya ibu), jika pewaris sudah tidak mempunyai ibu. Cucu perempuan dari anak laki laki baik seorang ataupun lebih. Jiika pewaris mempunyai satu anak perempuan. Saudara perempuan seayah, jika pewaris mempunyai saudara kandung perempuan. Saudara laki-laki dan perempuan seibu. Jika pewaris tidak memiliki ahli waris selain dari mereka. Tabel 2.2 Daftar bagian-bagian ahli waris No Ahli Waris Penghalang Kemungkinan Bagian 1 Anak Laki-laki - Sisa 2 Anak Perempuan - 1/2, 2/3, atau sisa 3 Suami - 1/2 atau 1/4 4 Istri - 1/4 atau 1/8 5 Bapak - 1/6, 1/6 + Sisa, atau sisa 19

16 Ibu - 1/3, 1/6, atau 1/3 dari sisa Saudara Kandung Anak Laki-laki, cucu Sisa laki-laki, bapak. Saudari Kandung Anak laki-laki, cucu 1/2, 2/3, atau sisa laki-laki, bapak, kakek. Cucu Laki-laki Anak laki-laki. Sisa (Dari anak lakilaki) Cucu Perempuan Anak laki-laki dan dua 1/2, 2/3, 1/6, atau (Dari anak lakilaki) orang anak perempuan sisa atau lebih. Kakek (Bapaknya Bapak. 1/6, 1/6 + sisa, atau bapak) sisa Nenek (Ibunya ibu Ibu. 1/6 atau ibunya bapak) Saudara sebapak Anak laki-laki, bapak, Sisa kakek, saudara kandung. Saudari sebapak Anak laki-laki, cucu 1/2, 2/3, 1/6, atau laki-laki dari anak sisa laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudari kandung, apabila ia dalam keadaan ashabah ma al ghair, dan dihalangi oleh dua orang saudari kandung jika saudari seayah 20

17 tidak bersama dengan saudara laki-lakinya. Saudara atau saudari seibu Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak 1/6 atau 1/3 15 laki-laki, cucu perempuan dari anak laki-laki, bapak dan kakek. Keponakan (Anak laki-laki saudara kandung) Anak laki-laki, bapak, kakek dan saudara laki-laki kandung, Sisa 16 saudara sebapak, saudari sebapak apabila menjadi ashobah ma al ghair. Anak laki-laki (dari saudara sebapak) Anak laki-laki, cucu laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara sebapak, (saudari Sisa 17 kandung, saudari sebapak apabila keduanya berada pada keadaan ashobah ma al ghair) dan anak saudara kandung. 18 Nenek Ibu, nenek. 1/6 19 Paman Kandung Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara Sisa 21

18 20 21 Paman Sebapak Anak laki-laki paman kandung sebapak(saudari kandung, saudari sebapak apabila keduanya berada pada keadaan ashobah ma al ghair), anak saudara kandung dan anak saudara sebapak. Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara sebapak(saudari kandung, saudari sebapak apabila keduanya berada pada keadaan ashobah ma al ghair), anak saudara kandung, anak saudara sebapak, dan paman kandung. Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara sebapak(saudari kandung, saudari sebapak apabila keduanya berada pada keadaan ashobah Sisa Sisa 22

19 22 23 Anak laki-laki paman sebapak Anak laki-laki yang memerdekakan budak ma al ghair), anak saudara kandung, anak saudara sebapak, paman kandung dan paman sebapak. Anak laki-laki, cucu laki-laki dari anak laki-laki, bapak, kakek, saudara kandung, saudara sebapak(saudari kandung, saudari sebapak apabila keduanya berada pada keadaan ashobah ma al ghair), anak saudara kandung, anak saudara sebapak, paman kandung, paman sebapak dan anak laki-laki paman kandung. Semua ahliwaris yang berhak mendapatkan ashobah akan menghalangi mereka Sisa Sisa Pada tabel 2.2 diatas mempresentasikan bagian dari masing masing ahli waris beserta dengan penghalang hak waris atau menggugurkan hak waris seseorang, untuk dapat lebih memahaminya penulis melampirkan beberapa contoh kasus masalah yang terkait dengan ahli waris: 23

20 a. Masalah yang pertama, apabila seorang bapak meninggal dengan meninggalkan ahli waris istri, satu orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Maka bagian yang didapat oleh istri 1/8 karena adanya anak, anak laki- dan anak perempuan mendapatkan sisa dari bagian istri dengan bagian anak laki-laki lebih besar dengan perempuan dengan perbandingan 2:1. Tabel 2.3 Masalah pertama Ahli Waris Bagian Asal masalah Asal Masalah (8) (24) Istri 1/8 1 3 Anak laki-laki Sisa 14 Anak perempuan Sisa 7 7 b. Masalah yang kedua, apabila seorang istri meninggal dengan meninggalkan ahli waris bapak, suami dan satu orang anak laki-laki. Maka bagian yang didapat oleh bapak 1/6, suami mendapatkan 1/4 karena adanya anak, dan anak laki laki mendapatkan sisa dari bagian bapak dan suami. Tabel 2.4 Masalah Kedua Ahli Waris Bagian Asal masalah (12) Bapak 1/6 2 Suami ¼ 3 Anak laki-laki Sisa 7 c. Masalah yang ketiga, apabila seorang anak laki-laki meninggal dengan meninggalkan ahli waris istri, saudara perempuan kandung, ibu dan paman kandung. Maka bagian yang didapat oleh istri 1/4 karena tidak ada anak, saudara perempuan kandung mendapat 1/2, ibu mendapat 1/6 dan paman mendapat sisa. 24

21 Tabel 2.5 Masalah ketiga Ahli Waris Bagian Asal masalah (12) Istri ¼ 3 Saudara Perempuan ½ 6 Kandung Ibu 1/6 2 Paman Sisa 1 d. Masalah yang keempat, seorang anak perempuan meninggal dengan meninggalkan ahli waris dua orang anak perempuan, ibu dan bapak. Maka bagian yang didapat oleh dua orang anak perempuan 2/3 karena berjumlah dua orang atau lebih, ibu 1/6 dan bapak 1/6. Tabel 2.6 Masalah keempat Ahli Waris Bagian Asal masalah (12) Dua anak perempuan 2/3 8 Ibu 1/6 2 Bapak 1/6 2 e. Masalah kelima, seorang anak laki-laki meninggal dengan meninggalkan ahli waris dua orang istri, kakek, satu orang anak lakilaki, satu orang anak perempuan. Maka duo orang istri mendapat 1/8, kakek mendapatkan 1/6 dan anak laki-laki mendapatkan sisa dari bagian dua orang istri dan kakek. Tabel 2.7 Masalah kelima Ahli Waris Bagian Asal masalah Asal Masalah (24) (48) Dua istri 1/8 3 6 Kakek 1/6 4 8 Anak laki-laki Sisa

22 2.2 Rekayasa Perangkat lunak Rekayasa perangkat lunak merupakan teknologi yang berlapis. Dimana mencakup di dalamnya proses, metode-metode untuk mengelola dan merekayasa perangkat lunak, serta perkakas yang diperlukan (Pressman 2010). Rekayasa perangkat lunak adalah sebuah profesi yang dilakukan oleh seorang perekayasa perangkat lunak yang berkaitan dengan pembuatan dan pemelihataan aplikasi perangkat lunak dengan menerapkan teknologi dan praktik dari ilmu komputer, manajemen proyek, dan bidang-bidang lainnya (Simarmata 2010). Teknik rekayasa perangkat lunak akan meningkatkan fungsional dan efisiensi aplikasi dan juga kemudahan dan efisiensi dari pengembang perangkat lunak Metodologi Metode yang digunakan dalam pengembangan multimedia di antaranya adalah Multimedia Development Life Cycle (Luther, 1994) yang memiliki 6 tahap yaitu, concept, design, collecting content material, assembly, testing dan distribution (Sutopo 2011). Tahapan seperti pada Gambar 3.1. Gambar 2.1 Tahapan-Tahapan MDLC Pada gambar 3.1 mempresentasikan sebuah tahapan dalam Multimedia Development Life Cycle (MDLC), berikut penjelasan dari tahapan-tahapan MDLC : a. Concept. Dalam tahapan ini dilakukan identifikasi perkiraan kebutuhan yang dihasilkan dari pengamatan pada penelitian. b. Design. Dalam tahap ini dilakukan pembuatan desain visual tampilan, interface, storyboard, dan struktur navigasi. 26

23 c. Obtaining content material. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan seperti image, animasi, audio dan video. d. Assembly. Tahap assembly merupakan tahap dimana seluruh objek multimedia dibuat berdasarkan storyboard dan struktur navigasi yang berasal dari tahap design. e. Testing. Tahap testing (uji coba) dilakukan setelah selesai tahap pembuatan. Pertama-tama dilakukan uji coba secara modular untuk memastikan apakah hasilnya seperti yang diinginkan. f. Distribution. Setelah uji coba yang mungkin perlu dilakukan beberapa kali, dalam tahap ini dilakukan pembuatan master file, pedoman penggunaan aplikasi, serta dokumentasi sistem UML UML adalah sekumpulan simbol dan diagram untuk memodelkan software. Dengan menggunakan UML, desain software dapat diwujudkan dalam bentuk simbol dan diagram, kemudian dapat diterjemahkan menjadi kode program (Ir. M. Farid Azis 2005). UML (Unifield Modelling Language) adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak yang berparadigma berorientasi objek (Nugroho 2010). Pemodelan digunakan untuk penyederhanaan permasalahan-permasalahan yang kompleks sehingga lebih mudah dipelajari dan dipahami. a. Use Case John satzinger, 2010, dalam buku System Analysis and Design in a Changing World menyatakan bahwa Use case adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh sistem, biasanya dalam menanggapi permintaan dari pengguna sistem (Triandini and Suardika 2012). Use case diagram digunakan untuk menjelaskan dan mendokumentasi interaksi antara pengguna dan sistem untuk menyelesaikan tugas. Diagram alur bermanfaat untuk menganalisis berbagai kasus. 27

24 Tabel 2.8 Notasi yang digunakan untuk membuat use case Notasi <<extended>> <<include>> Deskripsi Aktor, Yang digunakan untuk menggambarkan pelaku atau pengguna. Pelaku ini meliputi manusia atau sistem komputer atau subsistem lain yang memiliki metode untuk melakukan sesuatu. Contoh : Manager, Pelanggan dan lain-lain Use case digunakan untuk menggambarkan spesifikasi pekerjaan dan deskripsi pekerjaan, serta keterkaitan antar pekerjaan. Contoh : Menampilkan Halaman, Pesan barang dan lain-lain Aliran proses (Relationship), digunakan untuk menggambarkan hubungan antara use case dengan use case lainnya. Aliran perpanjangan (extension points), digunakan untuk menggambarkan hubungan antara use case dengan use case yang diperpanjangkan ( Aliran yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara actor dengan use case. Kondisi yang mendeskripsikan apa yang terjadi antara use case denga use case yang diperpanjang. Include adalah kondisi aliran proses langsung antara dua use case yang secara tidak langsung menyatakan kelakuan dari use case yang dimasukkan. 28

25 <<has>> Kondisi yang mendeskripsikan apa yang terjadi antara actor dengan use case. Gambar 2.2 Contoh Diagram Use Case b. Activity Diagram Activity diagram adalah teknik untuk menggambarkan logika prosedural, proses bisnis, dan jalur kerja. Dalam beberapa hal, diagram ini memainkan peran mirip sebuah diagram alir, tetapi perbedaan prinsip antaradiagram ini dan notasi diagram alir adalah diagram ini mendukung behavior paralel (R. E. Pressman 1997). Activity diagram digunakan untuk menggambarkan aktifitas yang terjadi pada sistem dari awal sampai akhir. 29

26 Tabel 2.9 Notasi yang digunakan untuk membuat activity diagram Notasi Deskripsi Aktivitas, digunakan untuk menggambarkan aktivitas dalam diagram aktivitas. Node keputusan (decision Node), digunakan untuk menggambarkan kelakuan pda kondisi tertentu. Titik awal, digunakan untuk menggambarkan awal dari diagram aktivitas. Titik akhir, digunakan untuk menggambarkan akhir dari diagram aktivitas. Akhir alur (flow final), digunakan untuk menghancurkan semua tanda yang datang dan tidak memiliki efek alur dalam aktivitas. Aksi (action), digunakan untuk menggambarkan alur antara aksi dengan aksi, titik awal dengan aksi, atau aksi dengan titik akhir. Aksi penerimaan kejadian (accept event action), sebuah aksi yang menunggu kejadian dari suatu pristiwa bertemu konisi yang spesifikasi. Datastore digunakan untuk menjaga agar semua tanda yang masuk dan menduplikasinya saat mereka dipilih untuk pindah ke alur selanjutnya (downstream). Node fork memiliki satu aksi yang masuk dan beberapa aksi yang keluar. Join node, digunakan untuk menggambarkan beberapa aksi yang masuk dan satu aksi yang keluar. 30

27 Gambar 2.3 Contoh Activity Diagram c. Class Diagram Diagram kelas adalah model statis yang menunjukkan kelas dan hubungan di antara kelas yang tetap konstan dalam sistem dari waktu ke waktu. Diagram kelas menggambarkan kelas, yang mencakup baik perilaku dan kondisi, dengan hubungan antara kelas. Bagian berikut ini menyajikan unsur-unsur diagram kelas, pendekatan yang berbeda yang dapat digunakan untuk menyederhanakan diagram kelas, dan diagram struktur alternatif: diagram objek (Dennis, Wixom and Tegarden 2010). Tabel 2.10 Notasi yang digunakan untuk membuat class diagram Notasi Deskripsi Class, menggambarkan orang, tempat atau sesuatu pada sistem yang perlu menyimpan suatu informasi atau memberi informasi. Pada kotak pertama digunakan untuk menuliskan nama class, pada kotak kedua 31

28 Atribute name Operation name() digunakan untuk menuliskan atribut yang dimiliki class tersebut dan pada kotak ketiga digunakan untuk menuliskan operasi yang dimiliki class tersebut. Atribut, merupakan gambaran keadaan dari sebuah objek. Operation name, menggambarkan fungsi yang dapat dilakukan class Asosiasi, menggambarkan hubungan antara beberapa class dengan dirinya sendiri, diberi label dengan menggunakan kata kerja atau nama perannya yang dapat menggambarkan relasinya. Mengandung simbol multiplicity untuk menggambarkan nilai minimum dan maksimum suatu class. Gambar 2.4 Contoh class diagram 32

29 2.2.3 Prototyping Prototipe adalah satu versi dari sebuah sistem potensial yang memberikan ide bagi para pengembang dan calon pengguna, bagaimana sistem akan berfungsi dalam bentuk yang telah selesai. Proses pembuatan prototipe ini disebut prototyping. Dasar pemikirannya adalah membuat prototipe secepat mungkin, bahkan dalam waktu semalam, lalu memperoleh umpan balik dari pengguna yang memungkinkan prototipe tersebut diperbaiki kembali dengan sangat cepat (Reymond McLeod and Schell 2008). Gambar 2.5 Tahapan Membuat Prototipe 2.3 Flowchart Diagram Flowchart merupakan metode yang menggambarkan dalam bentuk skematik aliran data dalam sistem (Rademacher and Gibson 1983). Gambar 2.6 Notasi-Notasi Yang Digunakan Pada Flowchart 33

30 Berikut penjelasan dari simbol-simbol pada gambar 3.4: 1. Simbol 1 adalah proses, mewakili setiap proses yang menybabkan perubahan pada nilai, bentuk, atau lokasi data. 2. Simbol 2 adalah fungsi masukan/keluaran, Mewakili fungsi dasar dari masukan data ke komputer atau mengluarkan informasi. 3. Simbol 3 adalah On-page connector, digunakan untuk mengidentifikasikan titik umum dari jalur dimana hubungan garis tidak dapat digambar karena ruang yang tidak terbatas pada halaman. 4. Simbol 4 adalah Off-page connector, digunakan untuk menghubungkan aliran logis dari satu halaman ke halaman yang lain. 5. Simbol 5 adalah garis, digunakan untuk menunjukkan jalur yang diikuti oleh data. 6. Simbol 6 adalah dokumen, digunakan untuk menunjukkan perangkat keluaran. 7. Simbol 7 adalah magnetic tape, dugunakan sebagai perngkat masukan dan keluaran. 8. Simbol 8 adalah On-line storage, mengindikasikan penggunaan kapasitas perangkat penyimpanan magnetic yang benar, seperti disk, drum, data sel, atau penyimpanan data massa. 9. Simbol 9 adalah Magnetic drum, menunjukkan masukan, keluaran, atau penyimanan data menggunakan drum. 10. Simbol 10 adalah Tampilan, menunjukkan informasi keluaran dari terminal CRT, poltter, dan sebagainya. 11. Simbol 11 adalah masukan manual, Menandakan penggunaan perangkat keyboard untuk memasukkan data ke komputer. 12. Simbol 12 adalah Keputusan, Penanda titik percabangan dalam program. 34

31 13. Simbol 13 adalah Persiapan, Menandakan modifikasi instruksi untuk merubah program. 14. Simbol 14 adalah Predifined process, Menunjukkan penamaan proses, operasi, atau sekumpulan langkah-langkah program dalam kumpulan flowchart. 15. Simbol 15 adalah terminator, digunakan untuk memulai dan mengakhiri sebuah proses. 2.4 Android Android adalah sistem operasi berbasis linux yang dirancang untuk perangkat layar sentuh seperti ponsel pintar dan komputer tablet. Android awalnya dikembangkan oleh Android, Inc., yang di dirikan oleh Andy Rubin, Rich Miner, Nick Sears dan Chris White. Pada awal dikembangkannya sistem operasi android, Android, Inc., mendapatkan dukungan finansial dari google, yang kemudian membelinya pada tahun Dan dirilis secara resmi pada tahun 2007, bersamaan dengan didirikannya Open Handset Alliance, konsorium dari perusahaanperusahaan perangkat keras, perangkat lunak dan telekomunikasi yang bertujuan untuk memajukan standar terbuka perangkat seluler. Android memiliki beberapa versi yang akan ditunjukkan pada tabel Tabel 2.11 Versi Android Versi Nama Kode Tanggal Rilis 1.5 Cupcake 30 April Donut 15 September Eclair 26 Oktober Froyo 20 Mei Gingerbread 6 Desember Gingerbread 9 Februari Honeycomb 10 Mei Honeycomb 15 Juli

32 Ice Cream Sandwich 16 Desember x Jelly Bean 9 Juli x Jelly Bean 13 November x Jelly Bean 24 Juli x Kitkat 31 Oktober x Lolipop 15 Oktober Marshmallow 19 Agustus Nougat 22 Agustus JAVA Bahasa pemrograman Java merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa pemrograman yang dapat dijalankan di berbagai sistem operasi termasuk telpon genggam. Bahasa pemrograman ini pertama kali dibuat oleh James Gosling saat masih bergabung dengan Sun Microsystems. Bahasa pemrograman ini merupakan pengembangan dari bahasa pemrograman C++ karena banyak mengadopsi syntax C dan C++. Saat ini Java merupakan bahasa pemrograman yang paling populer digunakan, dan secara luas dimanfaatkan dalam pengembangan berbagai jenis perangkat lunak aplikasi ataupun aplikasi berbasis web (Nofriandi 2012). 36

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Pengertian Mawaris Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris 1 A. Pembagian Warisan Dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARIS DENGAN HUKUM ISLAM BERBASIS MOBILE

PERANCANGAN APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARIS DENGAN HUKUM ISLAM BERBASIS MOBILE PERANCANGAN APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARIS DENGAN HUKUM ISLAM BERBASIS MOBILE Muhammad Ilhamsyah Dhermawan 41513010039 PROGRAM STUDI INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017

Lebih terperinci

SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda

SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda SERIAL KAJIAN ULIL ALBAAB No. 22 By : Tri Hidayanda ARTI FAROIDH FAROIDH adalah kata jamak dari FARIDHOH FARIDHOH diambil dari kata FARDH yg berari TAKDIR atau KETENTUAN. Syar I : Bagian yang sudah merupakan

Lebih terperinci

PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB)

PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB) PENGHALANG HAK WARIS (AL-HUJUB) A. Definisi al-hujub Al-hujub dalam bahasa Arab bermakna 'penghalang' atau 'penggugur'. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman: "Sekali-kali tidak sesungguhnya mereka pada

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pengolahan Data Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam Pada Pengadilan Agama Kota Palopo

Sistem Informasi Pengolahan Data Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam Pada Pengadilan Agama Kota Palopo Sistem Informasi Pengolahan Data Pembagian Harta Warisan Menurut Hukum Islam Pada Pengadilan Agama Kota Palopo NIRSAL Dosen Universitas Cokroaminoto Palopo Email : nirsal_e@yahoo.co.id Abstrak: Banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini mengggunakan referensi yang berhubungan dengan obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Raditya Arief

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pakar Sistem pakar adalah sistem perangkat lunak komputer yang menggunakan ilmu, fakta, dan teknik berpikir dalam pengambilan keputusan untuk menyelesaikan masalahmasalah

Lebih terperinci

MAKALAH PESERTA. Hukum Waris dalam Konsep Fiqh. Oleh: Zaenab, Lc, M.E.I

MAKALAH PESERTA. Hukum Waris dalam Konsep Fiqh. Oleh: Zaenab, Lc, M.E.I TRAINING TINGKAT LANJUT RULE OF LAW DAN HAK ASASI MANUSIA BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Jakarta, 3-6 Juni 2015 MAKALAH PESERTA Hukum Waris dalam Konsep Fiqh Oleh: Zaenab, Lc, M.E.I Hukum Waris dalam Konsep

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH Untuk mendapatkan gambaran yang lebih nyata, maka pada bab ini akan di berikan contoh - contoh permasalahan pembagian warisan berdasarkan ketentuan ketentuan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pemrograman Aplikasi Mobile Smartphone Dari Tablet PC Berbasis. Android. Oleh Safaat, N. (2015). Informatika Bandung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pemrograman Aplikasi Mobile Smartphone Dari Tablet PC Berbasis. Android. Oleh Safaat, N. (2015). Informatika Bandung. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelusuran Referensi Dalam melakukan penelitian ini, penulis merujuk pada beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi yang sedikit banyaknya berkaitan secara langsung maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh para peneliti diantaranya Imamul Huda (2013) yang berjudul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh para peneliti diantaranya Imamul Huda (2013) yang berjudul BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelusuran Referensi Beberapa sumber referensi didapat dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh para peneliti diantaranya Imamul Huda (2013) yang berjudul Perancangan Aplikasi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Sistem Pakar, Kecerdasan buatan, Waris

ABSTRAK. Kata kunci: Sistem Pakar, Kecerdasan buatan, Waris 1 ABSTRAK Fadil, Umar. 2014. Sistem Pakar Pembagian Waris Berbasis Web. Tugas UAS Jurusan Teknik Informatika. Fakultas Teknik. Universitas Islam Madura Pamekasan. Kata kunci: Sistem Pakar, Kecerdasan buatan,

Lebih terperinci

APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM BERBASIS ANDROID ROJAYADI

APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM BERBASIS ANDROID ROJAYADI APLIKASI PEMBAGIAN HARTA WARISAN BERDASARKAN HUKUM ISLAM BERBASIS ANDROID ROJAYADI 41510010064 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2014 APLIKASI PEMBAGIAN

Lebih terperinci

HAK WARIS DZAWIL ARHAM

HAK WARIS DZAWIL ARHAM Nama Kelompok : M. FIQHI IBAD (19) M. ROZIQI FAIZIN (20) NADIA EKA PUTRI (21) NANDINI CHANDRIKA (22) NAUFAL AFIF AZFAR (23) NOER RIZKI HIDAYA (24) XII-IA1 HAK WARIS DZAWIL ARHAM A. Definisi Dzawil Arham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi saat ini semakin pesat sehingga sulit terhindarnya hubungan antara manusia dan teknologi. Dengan adanya kondisi saat ini, banyak pihak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Program Penulis sangat membutuhkan sebuah landasan teori yang dapat mendukung segala pembuatan tugas akhir, landasan teori ini berisikan tentang teori-teori berhubungan

Lebih terperinci

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9

MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9 MEMBANGUN KELUARGA YANG ISLAMI BAB 9 A. KELUARGA Untuk membangun sebuah keluarga yang islami, harus dimulai sejak persiapan pernikahan, pelaksanaan pernikahan, sampai pada bagaimana seharusnya suami dan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM

BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM 27 BAB II PEMBAGIAN WARISAN DALAM HAL TERJADINYA POLIGAMI MENURUT PERSPEKTIF HUKUM WARIS ISLAM A. Kerangka Dasar Hukum Kewarisan Islam Dalam literatur Indonesia sering menggunakan istilah kata waris atau

Lebih terperinci

UML Netbeans UML (The Unified Modelling Language)

UML Netbeans UML (The Unified Modelling Language) UML Netbeans 6.7.1 UML (The Unified Modelling Language) Sebuah notasi untuk menspesifikasi, memvisualisasi, membangun dan mendokumentasikan rancangan dari sebuah perangkat lunak. Diagram pada UML Ada 9

Lebih terperinci

SEJARAH ANDROID. Dinda Paramitha. Abstrak. Pendahuluan. Pembahasan.

SEJARAH ANDROID. Dinda Paramitha. Abstrak. Pendahuluan. Pembahasan. SEJARAH ANDROID Dinda Paramitha Paramitha@raharja.info Abstrak Android, pengguna Android tidaklah sedikit, bahkan hampir semua orang di dunia menggunakan Andriod, tapi tidak banyak diantara kita yang mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Aturan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengembangan Sistem Informasi 2.1.1 SDLC (System Development Life Cycle) Menurut Dennis, Barbara, dan Roberta (2012:6) System Development Life Cycle (SDLC) merupakan proses menentukan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI BERBASIS ANDROID SEBAGAI MEDIA INFORMASI RUTE ANGKUTAN KOTA DI PURBALINGGA

RANCANG BANGUN APLIKASI BERBASIS ANDROID SEBAGAI MEDIA INFORMASI RUTE ANGKUTAN KOTA DI PURBALINGGA RANCANG BANGUN APLIKASI BERBASIS ANDROID SEBAGAI MEDIA INFORMASI RUTE ANGKUTAN KOTA DI PURBALINGGA JURNAL Disusun oleh : Mohammad Nurtryono Hs 10.11.1785 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan: PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan dari: EJ, di Cirebon (nama dan alamat diketahui redaksi) (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Sehubungan kami sangat awam masalah

Lebih terperinci

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati

pusaka), namun keduanya tidak jumpa orang yang mampu menyelesaikan perselisihan mereka. Keutamaan Hak harta Simati ILMU FARAID 1 Firman Allah : "Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembahagian pusaka untuk) anakanakmu. Iaitu bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua orang anak perempuan; dan jika anak itu

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR ILMU FARAIDH MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB

APLIKASI SISTEM PAKAR ILMU FARAIDH MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB APLIKASI SISTEM PAKAR ILMU FARAIDH MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS WEB Nama : Tiara Lisya Ardhillah NPM : 17112372 Jurusan : Sistem Informasi Pembimbing : Dr. Novrina, S.Kom, MMSI Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Teori Mengenai Hukum Waris Islam. A. Tinjauan Umum Tentang hukum Waris Islam

BAB II. Tinjauan Teori Mengenai Hukum Waris Islam. A. Tinjauan Umum Tentang hukum Waris Islam BAB II Tinjauan Teori Mengenai Hukum Waris Islam A. Tinjauan Umum Tentang hukum Waris Islam 1. Pengertian Hukum Waris Hukum waris adalah suatu hukum yang mengatur peninggalan harta seseorang yang telah

Lebih terperinci

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM Pendahuluan Oleh : Drs. H. Chatib Rasyid, SH., MH. 1 Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat Islam yang sumbernya diambil dari al-qur'an dan Hadist Rasulullah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA

BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA. BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA BAB IV ANALISA HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BANGIL NOMOR 538/Pdt.G/2004/PA.Bgl PERSPEKTIF FIQH INDONESIA A. Analisa Terhadap Pertimbangan Putusan Hakim Pengadilan Agama Bangil Kewenangan Pengadilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem operasi untuk aplikasi bergerak yang mengalami perkembangan yang cukup pesat yaitu Android. Android adalah sistem operasi berbasis Linux dan bersifat open source.

Lebih terperinci

Fiqh Sunnah jilid 14

Fiqh Sunnah jilid 14 Fiqh Sunnah jilid 14 Karangan : As-Sayyid Sabiq Cetakan 2 -- Bandung: Alma'arif, 1988 di edit ulang oleh : refah komputindo / 9134585/081310799994 (distributor computer islami, service,maintenance, networking,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MUNASAKHAH. A. Munasakhah Dalam Pandangan Hukum Kewarisan Islam (Fiqh Mawaris) Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI)

BAB II TINJAUAN UMUM MUNASAKHAH. A. Munasakhah Dalam Pandangan Hukum Kewarisan Islam (Fiqh Mawaris) Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) 29 BAB II TINJAUAN UMUM MUNASAKHAH A. Munasakhah Dalam Pandangan Hukum Kewarisan Islam (Fiqh Mawaris) Dan Kompilasi Hukum Islam (KHI) Hukum kewarisan Islam adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi yang semakin berkembang di zaman sekarang ini telah merambah ke berbagai bidang, termasuk di bidang multimedia. Elemen teks, gambar, suara, video, dan animasi

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN HURUF DAN ANGKA ANDROID

APLIKASI PENGENALAN HURUF DAN ANGKA ANDROID APLIKASI PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA ANAK USIA DINI BERBASIS ANDROID Nama : Gunawan Riyanto NPM : 10107760 Fakultas : Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan : Sistem Informasi Dosen Pembimbing:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN 4.1. Analisis Sistem Tahap analisis sistem merupakan tahap penguraian atau tahap penajabaran sistem yang utuh ke dalam komponen dengan maksud untuk mengidentifikasi permasalahan

Lebih terperinci

BAB VIII SYARIAT ISLAM TENTANG PEWARISAN

BAB VIII SYARIAT ISLAM TENTANG PEWARISAN BAB VIII SYARIAT ISLAM TENTANG PEWARISAN Akibat pernikahan dan adanya keturunan diperlukan aturan atau hukum yang mengatur urusan pewarisan atau harta peninggalan. Syariat Islam menyediakan hukum waris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. elemen multimedia, di antaranya adalah teks, gambar, suara, video, dan animasi

BAB 1 PENDAHULUAN. elemen multimedia, di antaranya adalah teks, gambar, suara, video, dan animasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Multimedia banyak digunakan sebagai media penyampaian informasi yang efektif karena hal tersebut dilakukan dengan menggabungkan bermacam - macam elemen multimedia,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. proyek, dengan melakukan penelitian di SMA Pasundan 1 Bandung untuk cara

BAB II LANDASAN TEORI. proyek, dengan melakukan penelitian di SMA Pasundan 1 Bandung untuk cara BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar perancangan Sebuah awal dari melakukan sesuatu atau membangun sesuatu adalah merancang untuk membentuk suatu konstruksi yang baik untuk menyelesaikan tugas atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama yang mempunyai aturan yang lengkap dan sempurna, yang dalam ajarannya mengatur segala aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam

BAB IV PENUTUP. 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam 115 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan dari rumusan masalah ini, maka penyusun dapat menarik beberapa kesimpulan: 1) Penafsiran QS. Al-Nisa :12 Imam Syafi i menafsirkan kata walad dalam

Lebih terperinci

BAB II HUKUM KEWARISAN DALAM ISLAM

BAB II HUKUM KEWARISAN DALAM ISLAM BAB II HUKUM KEWARISAN DALAM ISLAM A. Pengertian Hukum Kewarisan Islam Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu warasa-yurisu-warisan yang berarti berpindahnya harta seseorang kepada seseorang setelah

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI MOBILE AL-FARAIDH (PENGHITUNGAN HAK WARIS) BERBASIS SISTEM ANDROID

PERANCANGAN APLIKASI MOBILE AL-FARAIDH (PENGHITUNGAN HAK WARIS) BERBASIS SISTEM ANDROID Dwija Wisnu Brata: Perancangan Aplikasi Mobile Al-Faraidh 31 PERANCANGAN APLIKASI MOBILE AL-FARAIDH (PENGHITUNGAN HAK WARIS) BERBASIS SISTEM ANDROID Dwija Wisnu Brata Dosen STMIK AsiA Malang ABSTRAK Hak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permintaan pengguna dengan tujuan tertentu. Jenis program ini mempunyai sifat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permintaan pengguna dengan tujuan tertentu. Jenis program ini mempunyai sifat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Aplikasi Menurut Supriyanto (2005: 117) aplikasi adalah software program yang memiliki aktifitas pemrosesan perintah yang diperlukan untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIJAB DAN KEDUDUKAN SAUDARA DALAM KEWARISAN ISLAM. Menurut istilah ulama mawa>rith (fara>id}) ialah mencegah dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIJAB DAN KEDUDUKAN SAUDARA DALAM KEWARISAN ISLAM. Menurut istilah ulama mawa>rith (fara>id}) ialah mencegah dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HIJAB DAN KEDUDUKAN SAUDARA DALAM KEWARISAN ISLAM A. Hijab dan Bagiannya 1. Pengertian Menurut bahasa Arab, hijab artinya penghalang atau mencegah atau menghalangi. Dalam al

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memasuki pembasahan lebih lanjut, agar diperoleh suatu gambaran, maka dalam bab ini akan diuraikan beberapa pengertian dan istilah istilah yang berkaitan dengan masalah warisan

Lebih terperinci

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Vera Arum Septianingsih 1 Nurul Maghfiroh 2 Abstrak Kewarisan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah perkawinan. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT maupun terhadap sesama umat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan tahapan atau gambaran yang akan dilakukan dalam melakukan penelitian. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Lingkup Tugas Akhir, Tujuan Tugas Akhir, Metodologi Tugas Akhir, dan Sistematika Penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Computer

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR BERBASIS ANDROID

PERANCANGAN APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR BERBASIS ANDROID PERANCANGAN APLIKASI MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP UNTUK SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR BERBASIS ANDROID Desi Vera Sundawa Putri 1, Asep Deddy 2, Bunyamin 3 Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka yang berhubungan dengan topik yang penulis bahas adalah sistem penerimaan siswa baru SMA Al-Muayyad Surakarta (http://psb.sma-almuayyad.sch.id/),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia yang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, menimbulkan hak dan kewajiban serta hubungan antara keluarga,

Lebih terperinci

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal.

2. BAB II LANDASAN TEORI. lanjut sehingga terbentuk suatu aplikasi yang sesuai dengan tujuan awal. 2. BAB II LANDASAN TEORI Dalam merancang dan membangun aplikasi, sangatlah penting untuk mengetahui terlebih dahulu dasar-dasar teori yang digunakan. Dasar-dasar teori tersebut digunakan sebagai landasan

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. yang memiliki beberapa arti yakni mengganti, memberi dan mewarisi. 15

BAB II PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. yang memiliki beberapa arti yakni mengganti, memberi dan mewarisi. 15 BAB II PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARIS MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Hukum Kewarisan Islam Secara bahasa, kata waratsa asal kata kewarisan digunakan dalam Al-quran yang memiliki beberapa arti yakni mengganti,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENALAN HURUF AKSARA SUNDA BERBASIS MOBILE

RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENALAN HURUF AKSARA SUNDA BERBASIS MOBILE RANCANG BANGUN APLIKASI PENGENALAN HURUF AKSARA SUNDA BERBASIS MOBILE Uus Muhamad Husni Tamyiz 1, Muhamad Syamsul Umam 2 1, 2 Doen Teknik InformatikaSekolah Tinggi Teknologi Wastukancana Purwakarta e-mail

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN FIQH MAWARITS DI MADRASAH ALIYAH

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN FIQH MAWARITS DI MADRASAH ALIYAH IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN FIQH MAWARITS DI MADRASAH ALIYAH Akh. Mufris 1 Abstrak: Fiqh Mawarits merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan di tingkat sekolah/madrasah, mengingat hukum mempelajarinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA WARIS BERBEDA AGAMA. Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu warasa-yarisu-warisan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA WARIS BERBEDA AGAMA. Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu warasa-yarisu-warisan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA WARIS BERBEDA AGAMA A. Tinjauan Umum tentang Waris 1. Pengertian Waris Kata waris berasal dari bahasa Arab yaitu warasa-yarisu-warisan yang berarti berpindahnya harta seorang kepada

Lebih terperinci

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM

AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM 1 AZAS-AZAS HUKUM WARIS DALAM ISLAM Oleh : Drs. H. Chatib Rasyid, SH., MH. Ketua Pengadilan Tinggi Agama Yogyakarta Pendahuluan Hukum waris dalam Islam adalah bagian dari Syariat Islam yang sumbernya diambil

Lebih terperinci

APLIKASI PERHITUNGAN HARTA WARIS MENURUT HUKUM ISLAM MENGGUNAKAN PHP

APLIKASI PERHITUNGAN HARTA WARIS MENURUT HUKUM ISLAM MENGGUNAKAN PHP APLIKASI PERHITUNGAN HARTA WARIS MENURUT HUKUM ISLAM MENGGUNAKAN PHP Laporan Tugas Akhir Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Informatika OLEH: RAHAYU

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tempat sanggar seni mayang sari di bandung dimana terletak di jalan Moch Toha

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tempat sanggar seni mayang sari di bandung dimana terletak di jalan Moch Toha BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Sebagian Besar objek penelitian yang di gunakan oleh penulis adalah tempat sanggar seni mayang sari di bandung dimana terletak di jalan Moch Toha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan yaitu mengenai cara pembelajaran yang berbasis e-learning atau

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan yaitu mengenai cara pembelajaran yang berbasis e-learning atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Informasi meliputi hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan pengelolaan informasi. Dalam bidang pendidikan dan kebudayaan,

Lebih terperinci

SISTEM PENYIMPANAN DIGITAL BERBASIS ANDROID PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk.

SISTEM PENYIMPANAN DIGITAL BERBASIS ANDROID PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. SISTEM PENYIMPANAN DIGITAL BERBASIS ANDROID PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. Andi Septiawan Budiawan Saputra Dedik Afriansyah Jurusan Teknik Informatika STMIK PALCOMTECH PALEMBANG Abstrak PT. Telekomunikasi

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS. Keywords: substite heir, compilation of Islamic law, zawil arham

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS. Keywords: substite heir, compilation of Islamic law, zawil arham 1 KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DI TINJAU DARI KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN FIQH WARIS Sarpika Datumula* Abstract Substitute heir is the development and progress of Islamic law that is intended to get mashlahah

Lebih terperinci

Perancangan Multimedia Pembelajaran Fisika Pada Materi Besaran Dan Satuan

Perancangan Multimedia Pembelajaran Fisika Pada Materi Besaran Dan Satuan Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Perancangan Multimedia Pembelajaran Fisika Pada Materi Besaran Dan Satuan I Gusti Made Murjana 1), Ni Luh Ayu Kartika Yuniastari

Lebih terperinci

Dari hadits di atas kita dapat memahami bahwasanya pembagian harta waris dalam keluarga merupakan masalah yang krusial, yang mana dapat 1-1

Dari hadits di atas kita dapat memahami bahwasanya pembagian harta waris dalam keluarga merupakan masalah yang krusial, yang mana dapat 1-1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Problematika keluarga ketika berhubungan dengan pembagian harta waris akan bertambah rumit ketika diantara para ahli waris ingin menguasai seluruh harta peninggalan

Lebih terperinci

Game Edukasi Berbasis Android

Game Edukasi Berbasis Android Game Edukasi Berbasis Android Mohamad Darien Hermawan, Prihastuti Harsani¹ dan Arie Qur ania² Program Studi Ilmu Komputer-FMIPA Universitas Pakuan Jl. Pakuan PO BOX 452, Bogor Telp/Fax (0251) 8375 547

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebagai jamak dari lafad farîdloh yang berarti perlu atau wajib 26, menjadi ilmu menerangkan perkara pusaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebagai jamak dari lafad farîdloh yang berarti perlu atau wajib 26, menjadi ilmu menerangkan perkara pusaka. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Istilah Hukum Waris 1. Definisi Waris Kata wârits dalam bahasa Arab memiliki jama waratsah yang berarti ahli waris 25, ilmu waris biasa juga dikenal dengan ilmu

Lebih terperinci

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi

BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM. ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut definisi 16 BAB II AHLI WARIS MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian dan Sumber Hukum 1. Pengertian Ahli waris adalah orang-orang yang berhak atas warisan yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal 1. Sementara menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harta merupakan masalah penting dalam kehidupan masyarakat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Harta merupakan masalah penting dalam kehidupan masyarakat, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maslah Harta merupakan masalah penting dalam kehidupan masyarakat, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup maupun membantu orang lain. Dalam Islam harta memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK WARIS BAITUL MAL DALAM HUKUM ISLAM

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK WARIS BAITUL MAL DALAM HUKUM ISLAM BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK WARIS BAITUL MAL DALAM HUKUM ISLAM A. Pengertian Waris Kata waris berasal dari bahasa Arab, waris\a-yaris\u yang artinya mempusakai harta, 1 bentuk jamaknya adalah mawa>ris\,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Aplikasi Aplikasi adalah suatu subkelas perangkat lunak komputer yang memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Media pembelajaran Salah satu komponen pembelajaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar adalah media pembelajaran. Istilah media berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Landasan teori merupakan bagian yang akan membahas tentang penyelesaian masalah yang akan memberikan jalan keluarnya. Dalam hal ini akan dikemukakan beberapa teori-teori yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki -

BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS. kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap kakek (leluhur laki - BAB II KAKEK DAN SAUDARA DALAM HUKUM WARIS A. Pengertian dan Sumber Hukum. Pakar Hukum waris mengklasifikasikan kakek kepada dua macam, yaitu kakek sahih dan kakek ghairu sahih. Kakek sahih ialah setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARISAN MAZHAB SYAFI I. kewarisan perdata barat atau BW dan kewarisan adat. mengikat untuk semua yang beragama Islam.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARISAN MAZHAB SYAFI I. kewarisan perdata barat atau BW dan kewarisan adat. mengikat untuk semua yang beragama Islam. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEWARISAN MAZHAB SYAFI I 1. Pengertian Kewarisan Kewarisan secara umum dibagi menjadi 3 yaitu: kewarisan Islam, kewarisan perdata barat atau BW dan kewarisan adat. Kewarisan

Lebih terperinci

BAB II KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB II KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM BAB II KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM A. Pengertian Waris dan Harta Waris Untuk bisa membagi harta waris secara benar sesuai dengan aturan dan syariat Islam, tentu saja setiap orang harus mengerti dan memahami

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan, BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan objek penelitian pada Qwords.com perusahaan penyedia jasa layanan Web Hosting (Web Hosting Provider) yang melayani registrasi

Lebih terperinci

2-1.

2-1. BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1. Ilmu Faroidl 2.1.1 Sekilas Ilmu Faroidl Faroidh merupakan bentuk jamak dari kata faridlah yang berasal dari kata faridhah yang berasal dari kata al-fardl dan memiliki arti ketentuan

Lebih terperinci

PEMBUATAN SOFTWARE TATA CARA PEMBAGIAN HARTA WARIS DALAM ISLAM (ILMU FARAID)

PEMBUATAN SOFTWARE TATA CARA PEMBAGIAN HARTA WARIS DALAM ISLAM (ILMU FARAID) PKMT-1-10-1 PEMBUATAN SOFTWARE TATA CARA PEMBAGIAN HARTA WARIS DALAM ISLAM (ILMU FARAID) Harnan Malik Abdullah, Khoirun Sabiq, Handri Dwi Cahyo Pambudi Jurusan Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, Malang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO BAB IV ANALISIS TERHADAP TIDAK ADANYA HAK WARIS ANAK PEREMPUAN PADA MASYARAKAT KARO DI DESA RUMAH BERASTAGI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO Berdasarkan uraian pada Bab III mengenai sistem pembagian

Lebih terperinci

Fiqh dan Pengurusan Harta Warisan: Dengan Fokus kepada Faraid

Fiqh dan Pengurusan Harta Warisan: Dengan Fokus kepada Faraid Fiqh dan Pengurusan Harta Warisan: Dengan Fokus kepada Faraid Abdullaah Jalil Fakulti Ekonomi dan Muamalat, Universiti Sains Islam Malaysia (USIM) Email: abdullaah@usim.edu.my / abdullaahjalil@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PENGELOMPOKAN AHLI WARIS MENURUT FIQIH JA FARIYAH. A. Pengelompokan Ahli Waris Menurut Fiqih Ja fariyah

BAB III ANALISIS PENGELOMPOKAN AHLI WARIS MENURUT FIQIH JA FARIYAH. A. Pengelompokan Ahli Waris Menurut Fiqih Ja fariyah BAB III ANALISIS PENGELOMPOKAN AHLI WARIS MENURUT FIQIH JA FARIYAH A. Pengelompokan Ahli Waris Menurut Fiqih Ja fariyah Imam Ja far menolak adanya ahli waris secara ashabah dan tanpa membedakan kerabat

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN KUHPERDATA. a. Pengertian Waris Menurut Hukum Islam

BAB II KETENTUAN KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN KUHPERDATA. a. Pengertian Waris Menurut Hukum Islam BAB II KETENTUAN KEWARISAN MENURUT HUKUM ISLAM DAN KUHPERDATA A. Kewarisan Menurut Hukum Islam 1. Dasar Kewarisan Menurut Hukum Islam a. Pengertian Waris Menurut Hukum Islam Sebelum menguraikan mengenai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Aplikasi Aplikasi adalah program yang dibuat oleh pemakai yang ditujukan untuk melakukan suatu tugas khusus (Kadir, 2003). Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1 Analisa Pada bab ini akan dijelaskan gambaran mengenai analisa pembuatan Aplikasi Pembelajaran Mengenai Nama-Nama Provinsi, dimana rancangan nantinya akan terdiri

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan

Lebih terperinci

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim SALINAN PENETAPAN Nomor 112/ Pdt.P/ 2015/ PA Sit. bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara perkara tertentu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu:

BAB IV ANALISIS. A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin. pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut Imam Syafi i, yaitu: BAB IV ANALISIS A. Ahli Waris Pengganti menurut Imam Syafi i dan Hazairin Dari penjelasan terdahulu dapat dikelompokkan ahli waris yang menjadi ahli waris pengganti menurut Hazairin dan ahli waris menurut

Lebih terperinci

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM

PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM PEMBAHASAN KOMPILASI HUKUM ISLAM Materi : HUKUM KEWARISAN Oleh : Drs. H.A. Mukti Arto, SH, M.Hum. PENDAHULUAN Hukum Kewarisan Hukum Kewarisan ialah Hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Dalam membangun sebuah system informasi diperlukan suatu pemahaman mengenai system itu sendiri sehingga tujuan dari pembangunan system informasi dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1 Analisa Pada pembahasan bab ini, akan dilakukan penganalisaan mengenai analisa dan perancangan pembuatan game mancing mania. Game mancing mania yang dirancang tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam telah menerangkan dan mengatur hal-hal ketentuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam telah menerangkan dan mengatur hal-hal ketentuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu syari at yang diatur dalam ajaran Islam adalah tentang hukum waris, yakni pemindahan harta warisan kepada ahli waris yang berhak menerimanya. Hukum

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Aplikasi yang akan dibangun merupakan aplikasi berbasis android yang

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Aplikasi yang akan dibangun merupakan aplikasi berbasis android yang BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sistem Aplikasi yang akan dibangun merupakan aplikasi berbasis android yang berfungsi sebagai alat bantu atau pemberi rekomendasi kepada pengguna dari proses pembagian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Hukum Warisan Islam Hukum waris islam adalah seperangkat peraturan tertulis berdasarkan wahyu Allah dan sunnah Nabi tentang hal ihwal peralihan harta atau berwujud harta dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi Hukum Islam Dan Alasan Munculnya Bagian Sepertiga Bagi Ayah Dalam KHI Pasal 177 Hukum waris Islam merupakan

Lebih terperinci

Pemodelan Berorientasi Objek

Pemodelan Berorientasi Objek 1 Pemodelan Berorientasi Objek Pemodelan Kebutuhan Sistem Dengan Activity Diagram Adam Hendra Brata Pemodelan Kebutuhan Sistem 2 Ruang Lingkup Masalah Analisis Kebutuhan Diagram Use Case Pemodelan Perangkat

Lebih terperinci

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R

BAB IV. ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU<R BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SEMARANG No.684/Pdt.G/2002/PA.Sm DALAM PERSPEKTIF MUHAMMAD SYAH{RU

Lebih terperinci