Tabel 2 Data hasil pengukuran kekuatan gel. (a) (b)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tabel 2 Data hasil pengukuran kekuatan gel. (a) (b)"

Transkripsi

1 7 Transfer energi pada ekstraksi konvensional tidak terjadi secara langsung, diawali dengan pemanasan pada dinding gelas, pelarut, selanjutnya pada material. Sedangkan pada pemanasan mikrogelombang, pemanasan terjadi melalui interaksi langsung antara material dengan mikrogelombang. Hal tersebut mengakibatkan transfer energi berlangsung lebih cepat, dan berpotensi meningkatkan kualitas produk. Selain pengaruh dari proses pemanasan, terdapat faktor lain yang memengaruhi hasil rendemen karaginan, misalnya waktu, banyaknya sampel, dan kondisi sampel. Perbedaan rendemen dari dua metode yang dilakukan diduga dipengaruhi oleh penggunaan pelarut alkali. Menurut Towle (1973) larutan alkali mempunyai dua fungsi yaitu membantu ekstraksi polisakarida dari rumput laut dan berfungsi mempercepat pemutusan gugus 6- sulfat membentuk 3,6-anhidro-D-galaktosa yang menyebabkan berubahnya struktur mu karaginan menjadi kappa karagianan. Hasil penelit ian menunjukkan bahwa ekstraksi karag inan menggunakan pelarut KOH berpengaruh terhadap kenaikan rendemen dan mutu karaginan yang dihasilkan. Hal ini terlihat dari sampel yang diekstraksi menggunakan pelarut KOH menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang diekstraksi pelarut NaOH. Hal ini disebabkan karena kappa karaginan lebih sensitif terhadap ion kalium dibandingkan ion natrium. Perendaman bertujuan membuka dinding rumput laut, sehingga memudahkan ekstraksi karaginan. Gambar 5 dan 6, menunju kkan sampel yang direndam larutan alkali dan diekstraksi dengan air menghasilkan rendemen yang lebih tinggi dibandingkan sampel yang direndam dengan air dan diekstraksi larutan alkali. Hal ini disebabkan karena air memiliki konstanta dielektrik yang tinggi (78.3 έ) yang dapat memengaruhi kemampuan pelarut untuk menyerap energi untuk mengubahnya menjadi panas. Berdasarkan penelitian Distantina et al. (2009) menyebutkan bahwa ekstraksi menggunakan larutan alkali akan meningkatkan sifat gel, tetapi tidak menunjukkan kecenderungan men ingkatkan rendemen. Selain pengaruh alkali, perbedaan rendemen karaginan juga dipengaruhi lama dan suhu ekstraksi. Semakin lama proses ekstraksi dan semakin tinggi suhu ekstraksi akan men ingkatkan rendemen karaginan. Hal ini disebabkan karena semakin lama rumput laut kontak dengan panas maupun dengan larutan pengekstrak, maka semakin banyak karaginan yang terlepas dari dinding sel dan menyebabkan rendemen kara - ginan semakin tinggi. Daya dan waktu merupakan dua faktor yang saling memengaruhi dalam metode ekstraksi mikrogelombang. Dari beberapa variasi daya dan waktu yang digunakan, terlihat bahwa perbedaan daya dan waktu yang digunakan tidak memberikan pengaruh yang terlalu besar. Hal ini terlihat adanya perbedaan hasil rendemen yang dihasilkan. Sampel yang diekstraksi dengan air menghasilkan rendemen optimum pada tingkat daya medium (± 480 watt) selama 25 menit, sedangkan sampel yang diekstraksi dengan menggunakan alkali menghasilkan rendemen optimum pada tingkat daya medium high (± 640 watt) dengan waktu ekstraksi selama 25 menit. Semakin lama ekstraksi maka rendemen yang diperoleh cenderung meningkat, tetapi menurun kembali ketika ekstraksi dilakukan selama 30 men it. Semakin lama waktu ekstraksi, maka semakin banyak juga gugus sulfat yang terikat oleh pelarut alkali, sehingga 3,6-anhidro-D-galaktosa yang terbentuk semakin banyak. 3,6-anhid ro-dgalaktosa yang bersifat hidrofobik akan meningkatkan pembentukkan heliks ganda sehingga terbentuk gel yang tinggi (Suryaningrum 1988). Pembentukkan gel ini dapat menyebabkan proses penyaringan terhambat yang berakibat pada me - nurunnya rendemen karaginan yang dihasilkan. Viskositas Viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem larutan. Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan larutan karaginan pada konsentrasi dan suhu tertentu. Viskositas karaginan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi karaginan, suhu, jenis karaginan, dan bobot molekul. Semakin besar konsentrasi karaginan maka viskositasnya akan cenderung meningkat. Dalam penelitian ini tidak dilakukan variasi terhadap konsentrasi sehingga pengaruh tidak dapat dilihat. Perbedaan bobot molekul dari karaginan juga dapat meningkatkan viskositas karaginan. Selain itu semakin besar suhu yang digunakan, maka viskositas akan menurun. Dilihat dari grafik data yang diperoleh (berdasarkan variasi pelarut: Air-KOH, Air-NaOH, KOH-Air, dan NaOH-Air) pada Lampiran 5. Nilai v iskositas yang didapat dengan menggunakan metode ekstraksi gelombang mikro memiliki kecenderungan yang sama. Rata-rata nilai viskositas tertinggi diperoleh dari ekstraksi pada tingkat daya high (± 800 watt) selama 25 menit (Gambar 7 (a)). Sedangkan pada ekstraksi menggunakan metode konvensional, nilai v iskositas tertinggi diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut air yang sebelumnya telah direndam dengan larutan alkali KOH 0.2 N dan diekstraksi selama 3 jam (Gambar 7 (b)).

2 8 (a) (b) Gambar 7 Grafik hubungan antara viskositas (cp) dengan waktu (men it) kara - ginan hasil ekstraksi mikro gelo m- bang untuk variasi pelarut Air-KOH (a) dan metode konvensional (b). Nilai viskositas yang didapat dari kedua metode ekstraksi adalah cp. Nilai viskositas tertinggi dari tiap variasi pelarut menggunakan metode mikrogelombang, yaitu cp untuk Air-KOH, cp untuk Air- NaOH, cp untuk KOH-Air, dan cp untuk NaOH-Air sedangkan untuk metode konvensional, nilai viskositas tertinggi diperoleh sebesar cp untuk KOH-Air. Nilai viskositas yang dihasilkan pada penelitian masih me me - nuhi standar spesifikasi mutu v iskositas karaginan yang ditetapkan oleh FAO, minimal 5 cp. Selain konsentrasi, lama ekstraksi juga berpengaruh terhadap nilai viskositas yang dihasilkan. Waktu ekstraksi yang pendek akan cenderung menghasilkan larutan karaginan yang tidak terlalu kental dan menyebabkan nilai viskositas yang didapat rendah. Sampel yang diekstraksi menggunakan mikrogelombang selama 20 menit memberikan nilai viskositas yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sampel yang diekstraksi selama 25 dan 30 menit (Gambar 7 (a)). Nilai viskositas tertinggi yang diperoleh dalam penelitian dengan metode mikrogelo m- bang adalah ketika diekstraksi selama 25 menit, tetapi ketika waktu ditambahkan maka n ilai viskositas karaginan cenderung menurun kembali. Hal ini diduga karena larutan yang kental akan menyebabkan penutupan cincin untuk membentuk 3,6-anhidro-D-galaktosa. Hal ini menyebabkan pembentukkan cincin polimer tidak berlangsung optimal sehingga nilai viskositasnya rendah. Bobot molekul berpengaruh terhadap viskositas yang dihasilkan. Semakin besar bobot molekul yang dimiliki oleh suatu senyawa, maka akan cenderung men ingkatkan n ilai viskositas - nya. Kappa karaginan memiliki bobot molekul rata-rata sebesar g/mol. KOH dan NaOH akan mengkatalisis gugus sulfat yang terdapat pada karaginan membentuk K 2 SO 4 dan Na 2 SO 4 yang larut dalam air, hal inilah yang dapat menyebabkan bobot molekul karaginan menjadi berkurang sehingga cenderung menghasilkan viskositas yang rendah. Kappa karaginan dalam bentuk garam potasium lebih sulit larut dalam air dingin dan diperlukan panas untuk mengubahnya menjadi larutan, sedangkan dalam bentuk garam sodium lebih mudah larut. Oleh karena itu, pengukuran viskositas ini dilakukan pada suhu 75 ºC. K 2 SO 4 (kelarutan dalam air 111 g/l pada suhu 20 ºC) akan cenderung lebih sukar larut dibandingkan dengan Na 2 SO 4 (kelarutan dalam air 200 g/l pada suhu 20 ºC), hal ini yang diduga menyebabkan sampel yang diberi perlakuan NaOH menghasilkan nilai viskositas yang cenderung lebih besar dibandingkan dengan sampel yang diberi perlakuan dengan KOH. Kekuatan Gel Kekuatan gel merupakan salah satu sifat fisik yang penting untuk menentukan perlakuan terbaik dalam proses ekstraksi tepung karaginan. Sifat penting ini adalah kemampuan karaginan dalam membentuk gel yang bersifat reversible. Kemampuan inilah yang menyebabkan tepung karaginan sangat luas penggunaannya, baik dalam bidang pangan maupun farmasi. Dari dua metode ekstraksi yang dilakukan, dipilih 5 sampel berdasarkan nilai viskositas yang paling tinggi untuk dilakukan pengukuran kekuatan gel. Data hasil pengukuran kekuatan gel dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2 Data hasil pengukuran kekuatan gel

3 9 Hasil pengukuran kekuatan gel yang didapat dalam penelitian berkisar g/cm 2. Nilai kekuatan gel tertinggi diperoleh dari sampel yang diekstraksi dengan larutan KOH 0.2 N yang sebelumnya telah direndam dengan air dan diekstraksi selama 3 jam menggunakan metode ekstraksi mikrogelombang. Sedangkan nilai kekuatan gel terendah diperoleh dari sampel yang diekstraksi dengan NaOH 0.2 N dan direndam dengan air kemudian diesktraksi pada tingkat daya high selama 25 menit menggunakan metode ekstraksi mikrogelombang. Sampel terbaik selain dilihat dari n ilai kekuatan gel (g/cm 2 ), dapat dilihat juga dari jarak yang ditempuh oleh probe untuk menekan gel sampai terjadi penetrasi. Hasil pengukuran terlihat bahwa sampel Air-KOH memiliki n ilai kekuatan gel yang paling tinggi yaitu g/cm 2 dengan jarak yang ditempuh adalah mm. Artinya sampel ini memiliki elastisitas terbaik diantara sampel yang lain, karena setelah probe menekan sejauh mm gel baru mengalami penetrasi/pecah. Semakin besar jarak yang ditempuh oleh probe untuk menekan gel, maka gel semakin bersifat elastis dan semakin besar juga kekuatan gel tersebut. Untuk p rofil karakteristik kekuatan gel kappa karaginan pada TA.XT Texture Analyzer dapat dilihat pada Lampiran 7. Sampel yang diekstraksi dengan larutan KOH menghasilkan nilai kekuatan gel yang lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang diekstraksi dengan NaOH. Hal ini disebabkan karena kappa karaginan lebih sensitif terhadap ion K + dibandingkan ion Na +. Menurut Verawaty (2008) diantara ion K +, Ca 2+, dan Na +, hanya ion K + yang memberikan efek signifikan dalam pembentukkan gel. Gel yang mengandung K + memiliki kekuatan gel yang lebih tinggi dibandingkan gel yang mengandung ion Ca 2+, ataupun Na +. KOH dan NaOH merupakan senyawa yang tergolong pada kelompok asam basa keras. K + merupakan asam keras dan OH - merupakan basa keras. Asam basa keras adalah asam basa yang elektron valensinya sukar terpolarisasi atau sifat terpolarisasinya rendah, cenderung mempunyai atom yang kecil, oksidasi tinggi, dan keelektronegatifan tinggi (Pearson 1963). Sifat asam basa keras untuk kation dihubungkan dengan istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang mempunyai polarizing power cation besar cenderung bersifat keras. Sifat polarizing power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan ukuran jari-jari kecil dan muatan yang besar (Atkins et.al 1990). Dalam hal ini Na + merupakan kation yang bersifat lebih keras dibandingkan dengan K +, karena memiliki jari-jari atom yang lebih kecil yaitu 1.90 dan gaya tarik inti terhadap elektron semakin besar. Ion K + memiliki jari-jari yang lebih besar, yaitu 2.35, sehingga gaya tarik inti terhadap elektron semakin kecil yang mengakibatkan ion K + lebih mudah melepaskan elektron. Semakin mudah melepaskan elektron, maka suatu ion akan bersifat lebih reaktif atau lebih mudah bereaksi. Ion K + yang berasal dari pelarut KOH akan cende-rung lebih mudah bereaksi dengan anion sulfat (OSO - 3 ). Oleh karena itu adanya penambahan KOH pada kappa karaginan akan lebih mudah membantu pemutusan ikatan gugus 6-sulfat untuk membentuk 3,6-anhidro-D-galaktosa yang akan memengaruhi kenaikan kekuatan gel kappa karaginan. Garam KCl merupakan garam yang banyak digunakan untuk membantu proses pembentukan gel karaginan. Penambahan garam KCl sampai batas tertentu akan cenderung meningkatkan kekuatan gel kappa karaginan, namun demikian pemakaiannya harus dibatasi karena akan menimbulkan rasa pahit pada produk yang dihasilkan dan konsentrasi KCl yang digunakan pada pengukuran ialah 1.6% (FMC Corp. 1997). Dengan adanya ion K + yang berasal dari KCl akan membantu pembentukkan heliks ganda dan pembentukkan agregat antar heliks membentuk struktur 3 dimensi yang menyebabkan pembentukkan gel. Gambar 8 merupakan mekanis me penambahan ion K + pada molekul karaginan baik yang berasal dari pelarut KOH maupun penambahan KCl dalam pengujian kekuatan gel. Gambar 8 Mekanis me penambahan ion K+ pada molekul karaginan (Bubnis 2000). Adanya gugus sulfat membuat kappa karaginan menjadi bersifat anionik (bermuatan negatif). Penambahan kation dapat membantu

4 10 pembentukan gel karaginan. Penambahan Ion kalium (K + ) dari larutan KOH yang digunakan pada proses ekstraksi akan menetralkan muatan negatif dari karaginan dengan cara berikatan dengan gugus sulfat (OSO - 3 ) membentuk garam sulfat yang larut dalam air. Eliminasi atau pemotongan gugus sulfat ini akan meningkatkan jumlah 3,6-anhidro-D-galaktosa yang bersifat hidrofobik sehingga meningkatkan pembentukan heliks ganda yang lebih teratur dan men ingkatkan gel karaginan yang dihasilkan. Garam sulfat berpengaruh terhadap kekuatan gel. Adanya sulfat yang terkandung dalam kappa karaginan akan menurunkan nilai kekuatan gel. Dari Gambar 9 yang memperlihatkan perbandingan antara viskositas dan kekuatan gel, terlihat bahwa viskositas sampel yang diekstraksi dengan KOH memberikan nilai viskositas yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sampel yang diekstraksi dengan NaOH, tetapi nilai kekuatan gelnya cenderung lebih tinggi dibandingkan sampel yang diekstraksi dengan NaOH. Gambar 9 Grafik perbandingan antara nilai viskositas (cp) dan kekuatan gel gel (g/cm 2 ) karaginan dari dua metode ekstraksi. Hasil tersebut dapat disimpulkan, bahwa viskositas karaginan yang rendah akan cenderung menghasilkan nilai kekuatan gel yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Moirano (1977) bahwa pembentukan gel dipengaruhi oleh jumlah 3,6-anhidro-D-galaktosa, semakin kecil nilai viskositasnya, menghasilkan konsistensi gel yang semakin meningkat. Semakin banyak gugus ester sulfat yang terikat dengan ion kalium dan terlepas dari rantai polimer karaginan membentuk K 2 SO 4, maka viskositas karaginan akan menurun, tetapi 3,6- anhidro-d-galaktosa semakin banyak terbentuk yang menyebabkan peningkatan kekuatan gel karaginan. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Winarno (1996) yang menyatakan bahwa dengan men ingkatnya kandungan unit 3,6-anhidro-Dgalaktosa akan menyebabkan peningkatan sensitivitas terhadap ion kalium yang pada akhirnya dapat meningkatkan kekuatan gel karaginan. Kappa karaginan bersifat kurang hidrofilik karena mengandung lebih banyak gugus 3,6- anhidro-d-galaktosa yang menyebabkan sifat anhidrofilik dan meningkatkan pembentukkan heliks ganda sehingga terbentuk gel yang tinggi. Namun berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat kekuatan gel yang didapat dalam penelitian ini memiliki n ilai yang lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai kekuatan gel yang diperoleh dari sampel rumput laut yang masih segar yaitu dapat mencapai 909, ,91 g/cm 2 yang dilakukan oleh Bas mal et al. (2003). Hal ini menunjukkan penambahan bahan kimia pada rumput laut yang bertujuan memucatkan akan menurunkan sifat gel karaginan yang dihasilkan, meskipun karaginan yang dihasilkan lebih putih dibandingkan rumput laut segar. Perbedaan sifat gel ini diduga akibat adanya ion Ca 2+ yang berasal dari bahan pemucat kaporit (Ca(OCl) 2 ) yang digunakan. Kappa karaginan akan cenderung membentuk gel yang kuat dengan adanya ion K + sedangkan adanya Ion Ca 2+ cenderung meningkatkan kekuatan gel iota karaginan. Akibat adanya ion Ca 2+ pada sampel kappa karaginan, garam KCl yang ditambahkan ketika dilakukan pengujian kekuatan gel tidak memberikan pengaruh yang besar untuk meningkatkan kekuatan gel kappa karaginan. Distiantina et al. (2009), menyebutkan bahwa rumput laut yang telah dipucatkan memberikan sifat gel yang sangat berbeda dengan rumput laut segar. Selain itu, adanya proses pemucatan akan mengurangi bobot molekul dari karaginan, sehingga berpengaruh terhadap nilai viskositas dan kekuatan gelnya. Identifikasi Gugus Fungsi Identifikasi dengan menggunakan FTIR bertujuan menunjukkan gugus-gugus fungsi yang terdapat pada semua sampel karaginan. Pencocokan hasil FTIR antara karaginan hasil percobaan dan karaginan standar dari literatur dilakukan dengan melihat puncak-puncak yang diperoleh. Bila puncak-puncak yang terdapat pada FTIR dari literatur mirip dengan FTIR karaginan dari percobaan (dalam arti menempati bilangan gelombang yang hampir sama), berarti produk yang dihasilkan sama dengan hasil dari literatur. Perbedaan kappa karaginan dengan jenis kappa yang lain dapat dilihat dari monomer-monomer penyusunnya, dimana kappa karaginan terdiri dari D-galaktosa-4-sulfat dan 3,6-anhid ro-dgalaktosa. Menurut Towle (1973) serapan pada bilangan gelombang cm -1 menunjukkan adanya

5 11 gugus D-galaktosa-4-sulfat sedangkan serapan pada bilangan gelombang cm -1 menunjukkan adanya gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa. Hal ini sesuai dengan spektrum yang didapatkan Pereira (2001) yang disajikan pada Gambar 10. Bilangan gelombang cm -1 menunjukkan gugus ester sulfat, dan pada bilangan gelombang cm -1 menunjukkan ikatan glikosidik (Glicksman 1983). Gambar 10 FT-Raman (a) dan FTIR (b) spektrum komersial kappa karaginan, FT-Raman (c) danftir (d) sampel rumput laut Kappaphycus alvarezii. (Pereira 2001). Dari hasil FTIR karaginan hasil percobaan, 90% dari keseluruhan sampel menunjukkan adanya gugus ester sulfat (O=S=O) pada bilangan gelombang cm -1, D-galaktosa- 4-sulfat bilangan gelombang cm -1, sedangkan 3,6-anhidro-D-galaktosa teridentifikasi pada bilangan gelombang cm -1 (Gambar 11). Hal ini menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan dari percobaan adalah terbukti kappa karaginan, karena puncak-puncak tertinggi dihasilkan terdapat pada bilangan gelombang yang sama. Berikut merupakan salah satu spektrum FTIR dari sampel karaginan hasil percobaan. Spektrum keseluruhan sampel dapat dilihat pada Lampiran 8. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil percobaan terlihat bahwa metode konvensional menghasilkan rendemen yang paling tinggi, namun tidak menjamin sampel dengan kualitas yang baik. Sampel yang memberikan kualitas baik diperoleh dari sampel yang diekstraksi menggunakan metode mikrogelombang. Hal ini terlihat dari nilai kekuatan gel tertinggi yang diperoleh yaitu sebesar g/cm 2. Rumput laut yang telah mengalami pemucatan memberikan nilai kekuatan gel yang lebih rendah dibandingkan dengan rumput laut segar. Kondisi optimum yang diperoleh adalah sampel yang direndam dengan air dan diekstraksi menggunakan larutan KOH 0.2 N menggunakan metode mikrogelombang pada tingkat high dengan daya ± 800 watt selama 25 menit. Saran Saran yang dapat saya sampaikan setelah melakukan penelitian ini adalah melakukan variasi konsentrasi pelarut alkali untuk melihat pengaruh konsentrasi terhadap mutu karaginan apabila dilaku kan menggunakan metode ekstraksi mikrogelombang. DAFTAR PUSTAKA Angka SL, Suhartono TS Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Armstrong, Stephanye D Microwaveassisted extraction for the isolation of trace systemic fungicides from woody plant material. [disertasi]. Virginia: Virginia Polytechnic Institute and State University. Atkins PW Kimia Fisika Jilid II Ed 4. Kartohadiprojo II, penerjemah, Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Physical Chemistry. Atmaja WS, A Kadi, Satari, R Sulistijo Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Puslitbang Oseanologi- LIPI. hlm Gambar 11 Spektrum FTIR Karaginan hasil percobaan Basmal J, Syarifudin, Ma aruf WF Pengaruh konsentrasi larutan potasium hidroksida terhadap mutu kappa karaginan yang diekstraksi dari Eucheuma cottonii. J PPI 9:

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Faktor Lingkungan Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kondisi oseanografi dan meteorologi perairan. Faktor oseanografi adalah kondisi perairan yang berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 67 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... xii ABSTRAK...

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN

PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN KONVERSI Volume 4 No1 April 2015 ISSN 2252-7311 PENGARUH KONSENTRASI KOH PADA EKSTRAKSI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) DALAM PEMBUATAN KARAGENAN Wulan Wibisono Is Tunggal 1, Tri Yuni Hendrawati 2 1,2

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii Menurut Doty (1985), Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama menjadi Kappaphycus alvarezii karena

Lebih terperinci

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 2013 Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 2, Agustus 213 KARAKTERISTIK SIFAT FISIKA KIMIA KARAGINAN RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii PADA BERBAGAI UMUR PANEN YANG DIAMBIL DARI DAERAH PERAIRAN

Lebih terperinci

OPTIMISASI EKSTRAKSI KAPPA KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii HASIL PEMUCATAN DENGAN DUA METODE EKSTRAKSI YOVIANTY DEWI SUNARYO

OPTIMISASI EKSTRAKSI KAPPA KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii HASIL PEMUCATAN DENGAN DUA METODE EKSTRAKSI YOVIANTY DEWI SUNARYO OPTIMISASI EKSTRAKSI KAPPA KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii HASIL PEMUCATAN DENGAN DUA METODE EKSTRAKSI YOVIANTY DEWI SUNARYO DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan)

PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan) 4. PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Kombinasi Protein Koro Benguk dan Karagenan Terhadap Karakteristik Mekanik (Kuat Tarik dan Pemanjangan) Karakteristik mekanik yang dimaksud adalah kuat tarik dan pemanjangan

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT

STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Laboratoium Teknik Reaksi Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember STUDI KINETIKA PEMBENTUKAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Dini Fathmawati 2311105001 M. Renardo Prathama A 2311105013

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENELITIAN PENDAHULUAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kadar proksimat dari umbi talas yang belum mengalami perlakuan. Pada penelitian ini talas yang digunakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH :

KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH : KARAKTERISTIK ALKALI TREATED COTTONII (ATC) DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii PADA BERBAGAI KONSENTRASI KOH, LAMA PEMASAKAN DAN SUHU PEMANASAN OLEH : AMRY MUHRAWAN KADIR G 621 08 011 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lokasi Penelitian Lapangan 4.1.1 Gambaran umum Dusun Wael merupakan salah satu dari 8 Dusun nelayan yang berada di Teluk Kotania Seram Barat. Secara geografis Dusun Wael

Lebih terperinci

Modifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura

Modifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura Modifikasi Metode Ekstraksi Karaginan dari Eucheuma cottonii yang di Panen dari Perairan Sumenep - Madura Titiek Indhira Agustin Correspondence: Fishery, Faculty of Marine Technology and Science, UHT,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah talus digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah talus digunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut 2.1.1 Deskripsi Rumput Laut Rumput laut (sea weed) adalah tumbuhan talus berklorofil yang berukuran makroskopik dan secara ilmiah dikenal dengan istilah alga. Istilah

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK

KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA ABSTRAK Media Litbang Sulteng 2 (1) : 01 06, Oktober 2009 ISSN : 1979-5971 KAJIAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT Eucheuma cottonii SKALA RUMAH TANGGA Oleh : Mappiratu 1) ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumberdaya hayati yang sangat besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Rumput laut adalah salah satu sumber daya hayati yang terdapat di wilayah pesisir dan laut. Sumberdaya ini biasanya dapat ditemui di perairan yang berasiosiasi dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Perbedaan Jenis Dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Kekuatan Gel Dan Viskositas Karaginan Kappaphycus alvarezii, Doty

Pengaruh Perbedaan Jenis Dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Kekuatan Gel Dan Viskositas Karaginan Kappaphycus alvarezii, Doty Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 127-133 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr Pengaruh Perbedaan Jenis Dan Konsentrasi Larutan Alkali Terhadap Kekuatan

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT MERAH (Euchema cottonii)

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT MERAH (Euchema cottonii) Jurnal Galung Tropika, Januari 2013, hlmn. 23-32 OPTIMASI PROSES PEMBUATAN KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT MERAH (Euchema cottonii) Optimization Process of Carragenan from the Red Seaweed (Euchema cottonii)

Lebih terperinci

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila

PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila ISSN 1907-9850 PENENTUAN ph OPTIMUM ISOLASI KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii I G. A. G. Bawa, A. A. Bawa Putra, dan Ida Ratu Laila Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Lebih terperinci

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang dibahas pada bab ini meliputi sintesis kolagen dari tendon sapi (Bos sondaicus), pembuatan larutan kolagen, rendemen kolagen, karakterisasi sampel kontrol,

Lebih terperinci

4.1. Pengaruh Pra Perlakuan dan Jenis Larutan Ekstraksi terhadap Rendemen Gelatin yang Dihasilkan.

4.1. Pengaruh Pra Perlakuan dan Jenis Larutan Ekstraksi terhadap Rendemen Gelatin yang Dihasilkan. 4. PEMBAHASAN Pada penelitian ini, tulang ikan nila mengalami tiga jenis pra perlakuan dan dua jenis ekstraksi untuk mendapatkan ekstrak gelatin yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar pembuatan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 14 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan glukosamin hidroklorida (GlcN HCl) pada penelitian ini dilakukan melalui proses hidrolisis pada autoklaf bertekanan 1 atm. Berbeda dengan proses hidrolisis glukosamin

Lebih terperinci

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 1, Februari 2013

Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan Vol. 1, No. 1, Februari 2013 KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA KARAGINAN RUMPUT LAUT JENIS Kappaphycus alvarezii PADA UMUR PANEN YANG BERBEDA DI PERAIRAN DESA TIHENGO KABUPATEN GORONTALO UTARA Maya Harun, Roike I Montolalu dan I Ketut Suwetja

Lebih terperinci

II TINJAUN PUSTAKA. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut

II TINJAUN PUSTAKA. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut 11 II TINJAUN PUSTAKA Bab ini menguraikan mengenai: (1) Rumput Laut, (2) Rumput Laut Eucheuma spinosum, (3) Karaginan, (4) Ekstraksi Karaginan, (5) Pelarut, dan (6) Kegunaan Karaginan. 2.1. Rumput Laut

Lebih terperinci

J.REKAPANGAN Vol.11, No.1, Juni 2017

J.REKAPANGAN Vol.11, No.1, Juni 2017 KARAKTERISTIK KARAGENAN DARI BERBAGAI JENIS RUMPUT LAUT YANG DIPROSES DENGAN BERBAGAI BAHAN EKSTRAKSI Carrageenan Characteristics of Different Types of Seaweed processed with Different Extraction Materials

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Kualitas minyak dapat diketahui dengan melakukan beberapa analisis kimia yang nantinya dibandingkan dengan standar mutu yang dikeluarkan dari Standar Nasional Indonesia (SNI).

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.I Sintesis dan Karakterisasi Zeolit Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah kaolin alam Cicalengka, Jawa Barat, Indonesia. Kaolin tersebut secara fisik berwarna

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Metoda Sintesis Membran Kitosan Sulfat Secara Konvensional dan dengan Gelombang Mikro (Microwave) Penelitian sebelumnya mengenai sintesis organik [13] menunjukkan bahwa jalur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 22 BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Produksi Furfural Bonggol jagung (corn cobs) yang digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur 4-5 hari untuk menurunkan kandungan airnya, kemudian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PERSIAPAN BAHAN 1. Ekstraksi Biji kesambi dikeringkan terlebih dahulu kemudian digiling dengan penggiling mekanis. Tujuan pengeringan untuk mengurangi kandungan air dalam biji,

Lebih terperinci

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi

Gambar IV 1 Serbuk Gergaji kayu sebelum ekstraksi Bab IV Pembahasan IV.1 Ekstraksi selulosa Kayu berdasarkan struktur kimianya tersusun atas selulosa, lignin dan hemiselulosa. Selulosa sebagai kerangka, hemiselulosa sebagai matrik, dan lignin sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Kappaphycus alvarezii Rumput laut merupakan tanaman laut yang sangat populer dibudidayakan di laut. Ciri-ciri rumput laut adalah tidak mempunyai akar, batang maupun

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistiren Polistiren disintesis dari monomer stiren melalui reaksi polimerisasi adisi dengan inisiator benzoil peroksida. Pada sintesis polistiren ini, terjadi tahap

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren Sintesis polistiren yang diinginkan pada penelitian ini adalah polistiren yang memiliki derajat polimerisasi (DPn) sebesar 500. Derajat polimerisasi ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumput Laut Seaweed dalam dunia perdagangan dikenal sebagai rumput laut, namun sebenarnya dalam dunia ilmu pengetahuan diartikan sebagai alga (ganggang) yang berasal dari bahasa

Lebih terperinci

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI SRC DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. EXTRACTION AND CHARACTERIZATION OF SRC FROM SEAWEED TYPE Eucheuma cottonii

EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI SRC DARI RUMPUT LAUT JENIS Eucheuma cottonii. EXTRACTION AND CHARACTERIZATION OF SRC FROM SEAWEED TYPE Eucheuma cottonii Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 217 Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 217 EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI

Lebih terperinci

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5

D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 1. Pada suhu dan tekanan sama, 40 ml P 2 tepat habis bereaksi dengan 100 ml, Q 2 menghasilkan 40 ml gas PxOy. Harga x dan y adalah... A. 1 dan 2 B. 1 dan 3 C. 1 dan 5 Kunci : E D. 2 dan 3 E. 2 dan 5 Persamaan

Lebih terperinci

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Ekstraksi Tepung Karaginan Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : 1. Sortasi dan Penimbangan Proses sortasi ini bertujuan untuk memisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004),

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah rumput laut. Menurut Istini (1985) dan Anggraini (2004), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia adalah negara kepulauan dengan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati sangat besar dan beragam, salah satunya adalah rumput

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Jelly drink rosela-sirsak dibuat dari beberapa bahan, yaitu ekstrak rosela, ekstrak sirsak, gula pasir, karagenan, dan air. Tekstur yang diinginkan pada jelly drink adalah mantap

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Secara garis besar, penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama yaitu penentuan spektrum absorpsi dan pembuatan kurva kalibrasi dari larutan zat warna RB red F3B. Tahap

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Eucheuma cottonii (http://www.actsinc.biz/seaweed.html).

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Eucheuma cottonii (http://www.actsinc.biz/seaweed.html). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Eucheuma cottonii Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyceae) dan berubah nama menjadi phycus alvarezii karena karaginan yang dihasilkan

Lebih terperinci

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat

4.2. Kadar Abu Kadar Metoksil dan Poligalakturonat Kualitas pektin dapat dilihat dari efektivitas proses ekstraksi dan kemampuannya membentuk gel pada saat direhidrasi. Pektin dapat membentuk gel dengan baik apabila pektin tersebut memiliki berat molekul,

Lebih terperinci

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol PENGARUH PENAMBAHAN SURFAKTAN hexadecyltrimethylammonium (HDTMA) PADA ZEOLIT ALAM TERDEALUMINASI TERHADAP KEMAMPUAN MENGADSORPSI FENOL Sriatun, Dimas Buntarto dan Adi Darmawan Laboratorium Kimia Anorganik

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU Made Vivi Oviantari dan I Putu Parwata Jurusan Analisis Kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 11 Sesi NGAN POLIMER A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali Logam alkali adalah kelompok unsur yang sangat reaktif dengan bilangan oksidasi +1,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 KEREAKTIFAN LOGAM ALKALI DAN ALKALI TANAH 7 Oktober 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Kereaktifan Logam alkali dan alkali tanah luar biasa besar. Dalam satu golongan,

Lebih terperinci

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij

= nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = rataan umum α i ε ij 5 Pengujian Sifat Binderless MDF. Pengujian sifat fisis dan mekanis binderless MDF dilakukan mengikuti standar JIS A 5905 : 2003. Sifat-sifat tersebut meliputi kerapatan, kadar air, pengembangan tebal,

Lebih terperinci

PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN

PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII) BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN Prasetyowati, Corrine Jasmine A., Devy Agustiawan Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT

BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN. Oleh. Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT Oseana, Volume XXVIII, Nomor 4, 2003: 1-6 ISSN 0216-1877 BEBERAPA CATATAN TENTANG KARAGINAN Oleh Abdullah Rasyid 1) ABSTRACT SOME NOTES ON CARRAGEENAN. Carrageenan is a name for galactan polysaccharides

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

OPTIMASI METODE ISOLASI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii Doty DENGAN DESAIN PERCOBAAN FAKTORIAL. Skripsi

OPTIMASI METODE ISOLASI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii Doty DENGAN DESAIN PERCOBAAN FAKTORIAL. Skripsi OPTIMASI METODE ISOLASI KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii Doty DENGAN DESAIN PERCOBAAN FAKTORIAL Skripsi LUH ADE DYAH TANTRI LESTARI 1208505032 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C : PENDIDIKAN MIPA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II PERCOBAAN II REAKSI ASAM BASA NAMA : OSU OHEOPUTRA. H STAMBUK : A1C4 07 017 KELOMPOK PROGRAM STUDI JURUSAN : II : PENDIDIKAN KIMIA : PENDIDIKAN MIPA ASISTEN PEMBIMBING

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 35 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Faktor Fisiko dan Kimia Perairan Faktor lingkungan merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi alam tempat pembudidayaan rumput laut. Faktor lingkungan yang diukur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam obat dikonsumsi manusia untuk menjaga tubuhnya tetap sehat. Tetapi ada beberapa jenis obat yang bila dikonsumsi memiliki rasa atau aroma tidak enak sehingga

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polimer Benzilkitosan Somorin (1978), pernah melakukan sintesis polimer benzilkitin tanpa pemanasan. Agen pembenzilasi yang digunakan adalah benzilklorida. Adapun

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan - Siswa mampu membuktikan penurunan titik beku larutan akibat penambahan zat terlarut. - Siswa mampu membedakan titik beku larutan elektrolit

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOETANOL GEL

PEMBUATAN BIOETANOL GEL PEMBUATAN BIOETANOL GEL Tujuan umum : Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa dapat membuat bioetanol gel dari bioetanol cair menjadi bentuk gel. Tujuan khusus : Mengetahui pengaruh jumlah penambahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar Rataan kandungan protein kasar asal daun singkong pada suhu pelarutan yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008)

BAB II ISI. Sumber gambar: (salirawati, 2008) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya hantar listrik adalah parameter yang dipengaruhi oleh salinitas tinggi rendahnya berkaitan erat dengan nilai salinitas. Konduktivitas (Daya Hantar Listrik / DHL)

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Kimia Tanggal : 07 Juni 009 Kode Soal : 9. Penamaan yang tepat untuk : CH CH CH CH CH CH OH CH CH adalah A. -etil-5-metil-6-heksanol B.,5-dimetil-1-heptanol C.

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Polistirena Polistirena disintesis melalui polimerisasi adisi radikal bebas dari monomer stirena dan benzoil peroksida (BP) sebagai inisiator. Polimerisasi dilakukan

Lebih terperinci

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam

PERCOBAAN VI. A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam PERCOBAAN VI A. JUDUL PERCOBAAN : Reaksi-Reaksi Logam B. TUJUAN PERCOBAAN : 1. Mengetahui sifat bahan kimia terutama logam Cu dan logam Mg terhadap asam sitrat. 2. Mengamati reaksi-reaksi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk merubah karakter permukaan bentonit dari hidrofilik menjadi hidrofobik, sehingga dapat meningkatkan kinerja kitosan-bentonit

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Industri Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN MESA off grade merupakan hasil samping dari proses sulfonasi MES yang memiliki nilai IFT lebih besar dari 1-4, sehingga tidak dapat digunakan untuk proses Enhanced Oil Recovery

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Sintesis Polistiren (PS) Pada proses sintesis ini, benzoil peroksida berperan sebagai suatu inisiator pada proses polimerisasi, sedangkan stiren berperan sebagai monomer yang

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol

Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol Pemurnian Agarose dari Agar-agar dengan Menggunakan Propilen Glikol Heri Purwoto ), Siti Gustini ) dan Sri Istini ),) BPP Teknologi, Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta ) Institut Pertanian Bogor, Bogor e-mail:

Lebih terperinci

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER

PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER PENGAMBILAN PEKTIN DARI AMPAS WORTEL DENGAN EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT HCl ENCER Haryono, Dyah Setyo Pertiwi, Dian Indra Susanto dan Dian Ismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

Tabel Periodik. Bab 3a. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr.

Tabel Periodik. Bab 3a. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr. Indriana Kartini Bab 3a Tabel Periodik Kapan unsur-unsur ditemukan? 8.1 1 ns 1 Konfigurasi elektron

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI

PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI PEMBUATAN ALGINAT DARI RUMPUT LAUT UNTUK MENGHASILKAN PRODUK DENGAN RENDEMEN DAN VISKOSITAS TINGGI Marita Agusta Maharani (L2C605159) dan Rizki Widyayanti (L2C605171) Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari bulan Januari 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material jurusan

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1 Bahan Bahan-bahan yang digunakan yaitu Sargassum polycystum, akuades KOH 2%, KOH 10%, NaOH 0,5%, HCl 0,5%, HCl 5%,

Lebih terperinci

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion 1 IKATAN ION A. KECENDERUNGAN ATOM UNTUK STABIL Gas mulia merupakan sebutan untuk unsur golongan VIIIA. Unsur unsur ini bersifat inert (stabil). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1.

PEMBAHASAN. mengoksidasi lignin sehingga dapat larut dalam sistem berair. Ampas tebu dengan berbagai perlakuan disajikan pada Gambar 1. PEMBAHASAN Pengaruh Pencucian, Delignifikasi, dan Aktivasi Ampas tebu mengandung tiga senyawa kimia utama, yaitu selulosa, lignin, dan hemiselulosa. Menurut Samsuri et al. (2007), ampas tebu mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semuanya terdiri dari talus saja (Aslan, 1998). khusus, kebanyakan tumbuh di daerah pasang surut (intertidal) atau pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semuanya terdiri dari talus saja (Aslan, 1998). khusus, kebanyakan tumbuh di daerah pasang surut (intertidal) atau pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Rumput laut atau Algae termasuk tumbuhan bertalus karena mempunyai struktur kerangka tubuh (morfologi) yang tidak berdaun, berbatang dan berakar semuanya terdiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut

TINJAUAN PUSTAKA. Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kappaphycus alvarezii Kappaphycus alvarezii sering juga disebut cottonii, merupakan jenis rumput laut penghasil kappa kraginan yang dibudidayakan secara komersial di daerah tropis

Lebih terperinci

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2 KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN Review II A. ELEKTROLISIS 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2 O 4H + + O 2

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA 1. Cara untuk mendapatkan ke stabilan atom unsur yang bernomor atom 10 adalah dengan a. Melepaskan dua elektron valensinya membentuk ion dengan muatan +2 b. Mengikat enam elektron

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014

JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 JURNAL PRAKTIKUM SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK 12 Mei 2014 Oleh KIKI NELLASARI (1113016200043) BINA PUTRI PARISTU (1113016200045) RIZQULLAH ALHAQ F (1113016200047) LOLA MUSTAFALOKA (1113016200049) ISNY

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN AIR PENGEKSTRAK DAN PENAMBAHAN CELITE TERHADAP MUTU KAPPA KARAGINAN

PENGARUH PERBANDINGAN AIR PENGEKSTRAK DAN PENAMBAHAN CELITE TERHADAP MUTU KAPPA KARAGINAN 177 Pengaruh perbandingan air pengekstrak dan... (Rosmawaty Peranginangin) PENGARUH PERBANDINGAN AIR PENGEKSTRAK DAN PENAMBAHAN CELITE TERHADAP MUTU KAPPA KARAGINAN ABSTRAK Rosmawaty Peranginangin, Arif

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Membran 4.1.1 Membran PMMA-Ditizon Membran PMMA-ditizon dibuat dengan teknik inversi fasa. PMMA dilarutkan dalam kloroform sampai membentuk gel. Ditizon dilarutkan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp.

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp. BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN 1. Identifikasi Pati secara Mikroskopis Waktu Tp. Beras Tp. Terigu Tp. Tapioka Tp. Maizena Awal Akhir 2. Gelatinasi Pati Suspesni Sel Panas Sel

Lebih terperinci