BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional, rancangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional, rancangan"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik observasional, rancangan penelitian cross sectional(potong lintang) dimana variabel bebas dan tergantung diukur padawaktu yang bersamaan Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran (FK-USU)/RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2016 sampai dengan akhir Mei 2016.Penelitian dihentikan bila jumlah sampel minimal tercapai atau waktu pengambilan sampel telah mencapai tiga bulan Populasi dan SubjekPenelitian Populasi Penelitian Populasi Penelitian adalah pasien dewasa yang datang berobat ke Hematologi di RSUP Haji Adam Malik Medan yang memeriksakan darah lengkap di Departemen Patologi Klinik pada bulan Maret Mei 2016.

2 3.3.2SubjekPenelitian : Subjek penelitian adalahpasien dewasa penderita β-thalassemia trait yang memenuhi kriteria inklusi Kriteria Inklusi: 1. Usia reproduktif di atas 18 tahun. 2. Nilai MCV 80 fl, MCH 27 pg 3. Pemeriksaan denganhb Elektroforesis nilai HbA2 > 3,5 % 4. Penderita bersedia ikut dalam penelitian dengan menandatangani inform consent Kriteria Eksklusi 12 : 1. Penyakit Keganasan 2. Kehamilan 3. Penyakit infeksi 4. Penyakit kelainan hati 5. Penyakit kekurangan zat besi 3.4. Cara Pengambilan Sampel Penelitian Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif terhadap semua populasi. Jumlah sampel minimal sesuai perkiraan jumlah sampel atau sampai batas waktu pengumpulan sampel yang ditentukan.

3 Rumus Besar Sampel Perkiraan besar sampel minimum dan sampel yang diteliti dipakai rumus uji hipotesa untuk proporsi dengan subjek tunggal. n ( Z P (1 P ) + Z ) P (1 P ) ( 1 α / 2) o o (1 β ) a a ) ( P P ) o a 2 2 Dimana : Z = Deviat baku alpha, untuk α = 0,05 ( 1 α / 2) maka nilai baku normalnya 1,96 Z = Deviat baku β, untuk β = 0,10 maka nilai baku normalnya 1,282 ( 1 β ) P 0 =Proporsi β-thalassemia traitsebesar 0,0407β. 7 P a =Perkiraan proporsi thalassemia yang diteliti, ditetapkan sebesar0,25 P0 P 0 = Beda proporsi yang signifikan ditetapkan sebesar 0,2093 Maka subjek minimal untuk penelitian ini sebanyak 28orang.

4 3.5. Variabel Penelitian Variable Bebas Hepcidin dan Soluble transferrin reseptor(stfr) Variabel Terikat β-thalassemiatrait 3.6. Ethical Clearance dan Informed Consent Ethical clearance diperoleh dari Komite Penelitian Bidang Kesehatan FK-USUdi RSUP-Haji Adam Malik Medan No: 315/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2016. Inform consent diminta secara tertulis dari subjek penelitian yang menyatakan bersedia ikut dalam penelitian setelah mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan dari penelitian ini. 3.7.Analisa Data Analisa data untuk melihat korelasi antara kadar hepcidin dan kadar stfr pada β-thalassemia trait menggunakan Uji Korelasi Pearsonjika berdistribusi normal, atau Uji Spearman s rho jika tidak berdistribusi normal. Untuk pemeriksaan dengan test Normality menggunakan cara Shapiro Wilk jika kecil dari 50 sampel dan cara Kolmogrof smirnov jika lebih besar dari 50 sampel.

5 3.8.Bahan dan Cara Kerja Bahan yang diperlukan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah darah dengan antikoagulan EDTA dan darah tanpa antikoagulan Anamnese dan Pemeriksaan Fisik Anamnese dilakukan dengan wawancara berpedoman pada daftar pertanyaan pada status dan keterangan yang ada pada status. Pemeriksaan fisik dilakukan pada posisi penderita berbaring. Seluruh data dan hasil pemeriksaan dicatat dalam status khusus penelitian Pengambilan dan Pengolahan Sampel Pengambilan SampelDarah Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan.Sampel darah diambil dari vena mediana cubiti. Tempat punksi vena terlebih dahulu dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering, kemudian dilakukan punksi dengan menggunakan venoject. Pegambilan darah dilakukan tanpa statis yang berlebihan. Sejumlah 7 ml darah vena diambil dan dibagi kedalam tiga tabung masing masing vacutainer K2EDTA pertama 2 ml, vacutainer K2EDTA kedua 2 ml, dan vacutainer Gel clot activator 3 ml.

6 Pengolahan dan Pemeriksaan Sampel Darah dengan antikoagulan EDTA pertama dilakukan pemeriksaan FBC dengan menggunakan hematology analyzer untuk memperoleh nilai MCV 80 fl dan MCH 27pg. Vacutainer K2EDTA kedua dilakukan pemeriksaan Hemoglobin Elektroforesis. Darah tanpa antikoagulan dibiarkan dalam suhu ruangan selama 30 menit, kemudian disentrifus dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit untuk mendapatkan serum yang jernih Pemeriksaan Hematologi Pemeriksaan darah lengkap sebanyak 2ml darah dalam vacutener K2EDTA pertama di homogenkan perlahan. Analisa dengan pemeriksaan full blood count( FBC ) dilakukan dengan menggunakan automatic cell counting Sysmex XN-1000i untuk memperoleh nilai Hb, MCV, MCH dan RDW Pemeriksaan Nilai Kuantitasi HbA2 Sejumlah 2 ml darah dalam vacutener K2EDTA dilakukan analisa Hemoglobin Elektroforesis Kapiler untuk melihat nilai kuantitasi HbA2 dengan menggunakan alat Minicapilarry electrophoresis dari Sebia (Sebia, Norcross, GA).Pada metode minicapilarry electrophoresis HbA2 dapat dipisahkan dari HbE, HbC dan HbS. Sistem MINICAP menggunakan prinsipelektroforesis kapiler pada larutan bebas.

7 denganmolekul yang bermuatan dipisahkan berdasarkan mobilitas elektroforesis pada larutan buffer alkali elektroosmotik yang bergerak menuju katoda, sehingga akan menyebabkan aliran buffer dari anoda ke katoda PemeriksaanHepcidin Pemeriksaan hepcidin serum dengan alat Chemwell analyzer menggunakan metode ELISA.Sampel dikumpulkan dan dilakukan sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatant yang diperoleh segera disimpan pada suhu C(2 bulan).pengukuran dilakukan dengan menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang 450 nm (warna biru).kadar normal hepcidin ng/ml. 56 Sebelum menjalankan sampel terlebih dahulu dilakukan kurva kalibrasi dengan pengenceranstandard diluent dengan konsentrasi : 120; 60; 30; 15; 7,5; 0 ng/ml (gambar 3.1. grafik kalibrasi hepcidin). hepcidin Cat No.Qy-E01240, Lot:04/2016(96T)

8 Gambar 3.1.grafik kalibrasi hepcidin Bahan yang digunakan pemeriksaan hepcidin 1. Reagen (2-8 0 C) wells 3. Standard 120ng/ml 4. Standard diluent (ready to use) 5. Special diluent (ready to use) 6. HRP (Horseradish peroxidase)-conjugate reagent (ready to use) 7. Wash solution 8. Chromogen Solution A&B (ready to use) 9. Stop Solution (ready to use) 10. Microplate Sealers Cara kerja hepcidin : 1. Sebelum menggunakan sampel dan reagen tersebut terlebih dahulu, bahan yang beku dibiarkan mencair sampai pada suhu ruang, kemudian disama-ratakan dengan vortex. Larutan standard juga disamakan dengan suhu ruang (20-25 C). 2. Persiapkan standard diluent dengan konsentrasi : 120; 60; 30; 15; 7,5; 0 ng/ml 3. Setelah bahan disiapkan, siapkan strip mikroplat untuk pemeriksaan.

9 4. Tambahkan 40μL special diluent, dan 10μL sampel dan 50μL HRP 60 menit. 5. Cuci mikroplat 5 kali dan tambahkan Chromogen Solution A dan B, inkubasi selama 10 menit pada suhu 37 0 C. 6. Tambahkan 50μL stop solution, tunggu selama 5 menit. 7. Kalkulasikan. 8. Tentukan densitas optiknya dalam 15 menit menggunakan pembaca mikroplat sampai 450nm. 9. Semuanya dilakukan secara automatic oleh alat Pemeriksaan stfr Pemeriksaan stfr serum dengan alat Chemwell analyzer menggunakan metode ELISA. Sampel dikumpulkan dan dilakukan sentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Supernatant yang diperoleh segera disimpan pada suhu C (2 bulan). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spectrophotometer dengan panjang gelombang 450 nm (warna biru).kadar normal dewasa stfr adalah ng/ml. 57 Sebelum menjalankan sampel terlebih dahulu dilakukan kurva kalibrasi dengan pengenceranstandard diluent dengan konsentrasi : 1000; 500; 250; 125; 62,5; 0 ng/ml(gambar 3.2. grafik kalibrasi stfr)

10 stfr Cat No.Qy-E02439, Lot:04/2016(96T) Gambar 3.2. Grafik kalibrasi stfr Bahan yang digunakan pemeriksaan stfr : 1. Reagen (2-8 0 C) wells 3. Standard 1000ng/ml 4. Standard diluent (ready to use) 5. Special diluent (ready to use) 6. HRP (Horseradish peroxidase)-conjugate reagent (ready to use) 7. Wash solution 8. Chromogen Solution A&B (ready to use) 9. Stop Solution (ready to use) 10. Microplate Sealers

11 Cara kerja stfr : 1. Sebelum menggunakan sampel dan reagen tersebut terlebih dahulu, bahan yang beku dibiarkan mencair sampai pada suhu ruang, kemudian disama-ratakan dengan vortex. Larutan standard juga disamakan dengan suhu ruang (20-25 C). 2. Persiapkan standard diluent dengan konsentrasi : 1000; 500; 250; 125; 62,5; 0 ng/ml 3. Setelah bahan disiapkan, siapkan strip mikroplat untuk pemeriksaan. 4. Tambahkan 40μL special diluent, dan 10μL sampel dan 50μL HRP 60 menit. 5. Cuci mikroplat 5 kali dan tambahkan Chromogen Solution A dan B, inkubasi selama 10 menit pada suhu 37 0 C. 6. Tambahkan 50μL stop solution, tunggu selama 5 menit. 7. Kalkulasikan. 8. Tentukan densitas optiknya dalam 15 menit menggunakan pembaca mikroplat sampai 450nm. 9. Semuanya dilakukan secara automatic oleh alat.

12 Gambar 3.3.Skema Prosedur Kerja 3.9. Pemantapan Kualitas Pemantapan kualitas dilakukan untuk menjamin dan mendapatkan hasil pemeriksaan yang baik. Sebelum dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu dilakukan persiapan yang cukup untuk menghindari kesalahan dalam pemeriksaan. Prosedur yang harus diperhatikan adalah preanalitik, analitik dan postanalitik.

13 Pemantapan KualitasPemeriksaan FBC Dilakukan dengan menjalankan program kontrol pada Sysmex XN- 1000imenggunakan bahan kontrol berbentuk cair yang sudah siap pakai yang telah diketahui nilainya, yaitu bahan kontrol rendah, normal dan tinggi. Tabel.3.1. Kontrol kualitas Pemeriksaan Hematologi XN A Tanggal Bahan Lot No. Running 17/03/2016 Kontrol rendah QC sampel s/d 01/04/2016 Kontrol normal Kontrol tinggi QC QC /04/2016 Kontrol rendah QC sampel s/d 15/04/2016 Kontrol normal Kontrol tinggi QC QC /04/2016 Kontrol rendah QC sampel s/d 03/05/2016 Kontrol normal Kontrol tinggi QC QC (Grafik hasil kontrol kualitas pemeriksaan hemaologi XN A terlampir) Pemantapan Kualitas Pada Pemeriksaan Hb Elektroforesis Sebelum menjalankan sampel dijalankan bahan kontrol normal berbentuk cair yang sudah siap pakai yang telah diketahui nilainya, dimana HbA terletak pada zona 9 dengan nilai 96,8-97,8% dan HbA2 terletak pada zona 3 dengan nilai 2,2-3,2%.

14 3.10. Batasan Definisi Operasional β-thalassemia trait : Kelainan herediter yang ditandai dengan ketidak seimbangan sintesa rantai globin-β. 7,31 Hepcidin : Hormonyang disekresikan oleh sel hepar atau hepatosit. Hepcidin bersirkulasi di dalam plasma darah dan dieksresikan melalui urin. 14,15 Nilai normalhepcidin: ng/ml. 56 stfr : (Soluble transferrin reseptor) Suatu glikoprotein dengan berat molekul sekitar 95 kda, yang merupakan komponen ekstra membran dari reseptor transferin yang terlepas dan terlarut dalam serum dan beredar dalam sirkulasi. Nilai normal stfrdewasa : ng/ml Ineffektif Eritropoiesis : Sejumlah sel eritroid mati sebelum atau segera setelah lepas dari sumsum tulang. 29

15 3.11. Kerangka Kerja Subjek Penelitian: Dewasa β-thalassemia trait di RSUP-Medan Anamnesa Insklusi : Eksklusi : Sampel penelitian Hepcidin stfr

16 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik Subjek Penelitian Dari 28 penderita β-thalassemia trait yang datang memeriksakan darah lengkap di Departemen Patologi Klinik pada bulan Maret Mei 2016 ke RSUP - H. Adam Malik Medan. Pada penelitian ini didapati 28 penderita β-thalassemia trait dengan kisaran umur tahun dan rerata umur 34,5 tahun, menunjukan sebagian besar subjek penelitian adalah laki-laki sebanyak 15 orang, dibanding perempuan sebanyak 13 orang (dapat dilihat pada tabel 4.1). Tabel 4.1. Karakteristik subjek berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Karakteristik Satuan Hasil n Umur - Min-Max - Median Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Orang Tahun Tahun Orang Orang ,

17 4.2. Hasil pemeriksaan laboratorium Skrining Thalassemia Pada penelitian ini, subjek β-thalassemia trait di dapati nilai rerata Hb adalah 12,3±1,42 g/dl.nilai rerata MCV adalah 70,4±6,89 fl, nilai rerata MCH adalah 22,1±2,82 pg, dengan morfologi eritrositmikrositer hipokrom. Nilai Median (Min - Max) RDW adalah 15,1 (13-22,50) % dan nilai rerata HbA2 adalah 4,4 ± 0,37 % di dapati peningkatan HbA2 > 3,5%. Tabel 4.2. Hasil Pemeriksaan Indeks Eritrosit Penderita Karakteristik Satuan Hasil Hb (Mean±SD) MCV (Mean±SD) MCH (Mean±SD) RDW Median (Min - Max) HbA2 (Mean±SD) g/dl fl pg % % 12,3±1,42 70,4±6,89 22,1±2,82 15,1 (13-22,50) 4,4± 0, Hubungan antara kadar hepcidin dan kadar stfr pada β- thalassemia trait Untuk mengetahui hubungan antara kadar hepcidin dan kadar stfr pada β-thalassemia trait dilakukan dengan Uji Spearman's rho. Diperoleh hasil koefisien korelasi positif kuat yaitu(r=0,613), yang signifikan mempunyai nilai statistik p=0,001 (signifikan bila p< 0,01). Pada tabel 4.3 dapat dilihat dari subjek penelitian nilai Median (Min-Max) hepcidin adalah

18 11,1(5,35-36,8)ng/mL, nilai Median (Min Max) stfr adalah 58,8(21,4-239,9)ng/mL. Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Hepcidin dan stfr pada Subjek Penelitian Karakteristik Satuan Hasil hepcidin Median(Min-Max) ng/ml 11,1 (5,35-36,8) stfr (Min-Max) ng/ml 58,8(21,4-239,9) Korelasi antara hepcidin dan stfr pada penelitian ini dari subjek 28 penderita β-thalassemia trait dapat dilihat pada grafik 4.1 menunjukkankoefisien korelasi positif kuat antara kadar hepcidin dan stfr pada penderita β-thalassemia trait, dengan hasil Uji Spearman's rho (r=0,613).yang signifikan dengan nilai statistik p=0,001 (signifikan bila p< 0,01) Gambar 4.1. Grafik korelasi antara hepcidin dan stfrpada penderitaβthalassemia trait

19 BAB V PEMBAHASAN Dari penelitian didapati nilai rerata MCV adalah 70,4 fl, nilai rerata MCH adalah 22,1 pg, nilai ini didukung penelitian dari Long X et all tahun 2014, dimanapada pemeriksaan darah lengkap di jumpai nilai MCV 80 fl dan nilai MCH 27 pg, anemia mikrositer hipokrom. Dan nilai ini sesuai dengan standard emas yang direkomendasikan oleh WHO (1994). 7,39,40 Hepcidin yang ditemukan pada tahun 2000, memperluas pemahaman para ilmuwan mengenai gangguan homeostasis besi pada anemia dengan iron-overload, seperti yang terjadi padathalassemia. 9,12 Penelitian tentang hepcidin oleh Origa R dan peneliti dari University of California pada tahun 2007, kadar hepcidin pada β-thalassemiaintermedia menurun oleh karena eritropoiesis inefektif. Sebaliknya kadar hepcidin pada β-thalassemia mayor meningkat karena adanya transfusi darah yang rutin maka akan menginduksi akumulasi besi di jaringan, tetapi menghambat aktivitas eritropoiesis. 12 Pada penelitian ini nilai kadar hepcidinmenurun adalah Median (Min-Max) 11.1 (5,35-36,8)ng/mL, nilai ini berdistribusi tidak normal dinilai dengan tests of Normality menggunakan Shapiro-Wilk dengan sampel kecil dari 50, sesuai dengan penilitian sebelumnya. Pada β-thalassemiatraitdengan anemia dapat terjadi penumpukan zat besi (iron-overload) dengan melihat kadarhepcidinyang menurun. Peningkatan aktivitas eritropoietik dan penyesuaiannya dengan

20 berkurangnya hepcidin yang disebabkan oleh iron-overload menekan signal untuk tidak memproduksi hepcidin. Peningkatan aktivitas eritropoietik yang secara signifikanmengurangi kadar hepcidin. Iron serum merupakan suatu signal induksi untuk produksi hepcidin dan mempengaruhi soluble transferrin reseptor. Kadar stfr berhubungan langsung dengan peningkatan massa precursor eritroid dibandingkan dengan ambilan (uptake) transferrin eritroid. Ini menunjukan bahwa stfr dapat dipakai sebagai ukuran kuantitatif eritropoesis total. 14,15 Pada penelitian ini nilai stfr menurundengan Median (Min-Max) 58,8 (21,4-239,9) ng/ml, nilai ini berdistribusi tidak normal dinilai dengan tests of Normality menggunakan Shapiro-Wilk nilai ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zimmerman Ekspresi hepcidin diregulasi terutama oleh peningkatan aktivitas eritropoesis daripada dibandingkan ironoverload dan hepcidin memainkan peran penting dalam mengatur sirkulasi besi dan toksisitas besi pada penderita thalassemia. Dengan kombinasi kedua parameter ini akan lebih tepat untuk menentukan hubungan eritropoesis inefektif pada thalassemia trait antara kadar Hepcidin dan kadar stfr ,58 Manifestasi klinis β-thalassemia trait biasanya ringan dan umumnya pasien memiliki kualitas hidup yang baik. 39,58 Pada penelitian ini terdapat hubungan positif kuat antara kadar hepcidin dan stfr pada penderita β-thalassemia trait dengan hasil Uji Spearman's rho (r=0,613),

21 dan menunjuk bahwa terdapat korelasi yang signifikan mempunyai nilai statistik p=0,001 (signifikan bila p< 0,01). Zat besi yang berlebihan di dalam tubuh akan membawa sejumlah kerugian, antara lain adalah terbentuknya radikal bebas. Oleh karena itu diperlukan mekanisme regulasi yang dapat mengatur jumlah zat besi yang beredar. Salah satu protein yang bertanggung jawab untuk meregulasi kadar zat besi adalah hepcidin. 48 Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada β-thalassemia traitterjadi iron-overload dapat dilihat dengan menurunnya kadar hepcidin dan berkurangnya kadar stfr terlebih dahulu yang diakibatkan oleh aktivitas eritropoeisis yang inefektif.

22 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Pada penelitian ini terdapat hubungan positif kuat antara kadarhepcidin dan stfr pada penderita β-thalassemia trait. Dari penelitian ini didapati median(min-max) Umur adalah 34,5(24-57). Ditinjau dari karakteristik jenis kelamin didapati lebih besar jumlah penderita lakilaki dibanding jumlah penderita perempuan.nilai median (Min-Max) hepcidin adalah 11,1(5,35-36,8)ng/mL dan nilai median (Min-Max) stfr adalah 58,8(21,4-239,9) ng/ml Saran Oleh karena penelitian tentang hepcidin dan stfr masih sangat sedikit maka dianjurkan untuk melakukan penelitian pada kasus kasus yang lain.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup bidang ilmu yang diteliti adalah bidang ilmu Patologi Klinik sub bidang hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi Klinik, dan Ilmu Gizi Klinik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode pengumpulan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode pengumpulan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional dengan metode pengumpulan data secara potong lintang (crossectional) untuk menilai hubungan kadar IL- 6 dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized 20 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized Controlled Trial Double Blind pada pasien yang menjalani operasi elektif sebagai subyek

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan belah lintang ( cross sectional ). 3.2. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada gambaran prevalensi dan penyebab anemia pada pasien penyakit ginjal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Thalassemia adalah suatu penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan dari kedua orangtua kepada anak-anaknya secara resesif yang disebabkan karena kelainan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya

ABSTRAK. Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya ABSTRAK Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya memberikan gambaran penurunan besi serum. Untuk membedakan ADB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh populasi. 1 Wanita hamil merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen yang terdapat didalam eritrosit,terdiri dari persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein yang disebut globin,dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan secara cross sectional untuk mengetahui kadar MMP 9 dan TNF α pada ketuban pecah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih. sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih. sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk satu tahun. Pada tahun 2013, secara nasional terdapat kekurangan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya Ilmu Bedah Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. 4. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah dengan nilai MCV lebih kecil dari normal (< 80fl) dan MCH lebih kecil dari nilai normal (

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu pra eksperimental dengan tipe pre dan post

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu pra eksperimental dengan tipe pre dan post 24 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian design. Penelitian ini merupakan suatu pra eksperimental dengan tipe pre dan post 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1 Waktu Penelitian Rancangan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kegiatan penelitian dilakukan oleh

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control group pretest posttest design 41 Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1. Lingkup Ilmu Penelitian ini melingkupi Ilmu Imunologi, Penyakit Infeksi, dan Farmakologi. 4.1.2. Lingkup Tempat Penelitian ini dilakukan pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 27 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium basah Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER ABSTRAK UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER Aisyah Mulqiah, 2016 Pembimbing I Pembimbing II : dr. Penny

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain Penelitian ini merupakan studi analitik korelasi dengan rancangan penelitian secara potong lintang. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN SERUM DENGAN KADAR HEPSIDIN PADA CARRIER TALASEMIA β ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN SERUM DENGAN KADAR HEPSIDIN PADA CARRIER TALASEMIA β ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN SERUM DENGAN KADAR HEPSIDIN PADA CARRIER TALASEMIA β CORRELATION BETWEEN SERUM FERRITIN LEVEL AND HEPCIDIN LEVEL IN β THALASSEMIA CARRIERS ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Disusun

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) dimana peneliti melakukan pengukuran variabel pada saat tertentu. Setiap

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik. 25 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC) Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon

Lebih terperinci

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transpor berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Darah Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain, berbeda dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang dinamakan sebagai pembuluh

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik, B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini terus melakukan pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik, peningkatan taraf hidup setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup disiplin Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Kandungan dan Kebidanan. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Double Blind Permutted. (- : kontrol)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Double Blind Permutted. (- : kontrol) 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Double Blind Permutted Randomized control group pretest posttest design. Randomisasi O1 (X:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis. B. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain quasi experimental studies dengan pendekatan pre test dan post test pada kelompok intervensi dan kontrol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Thalassemia merupakan kelompok kelainan genetik yang diakibatkan oleh mutasi yang menyebabkan kelainan pada hemoglobin. Kelainan yang terjadi akan mempengaruhi produksi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016

LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: ) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016 LAPORAN PRAKTIKUM 3 METABOLISME GLUKOSA TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI SISKA MULYANI (NIM: 157008009) HARI/TANGGAL PRAKTIKUM : KAMIS / 4 Agustus 2016 TEMPAT : LABORATORIUM TERPADU LANTAI 2 UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini observasional analitik dengan pendekatan crosssectional. Penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak hanya berhenti pada taraf

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep PGK dengan HD Etiologi Compliance (Kepatuhan Pasien, kualitas HD) Asupan cairan Asupan Garam dan nutrisi IDWG BIA Komposisi cairan Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang dalam mendiagnosis suatu penyakit. Salah satu pelayanan laboratorium adalah pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. desain cross sectional study, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara

III. METODE PENELITIAN. desain cross sectional study, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan imunonutrisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian cross sectional. Sampel diambil secara consecutive sampling dari data pasien

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan dikumpulkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 11 Adaptasi (kelompok AP,AIS,AIP) H H + 2 H - 14 Pengambilan darah simpan (kelompok AP) pre post Perdarahan 30% via splenektomi + autotransfusi (kelompok AP,AIS,AIP) H + 7 Panen (kelompok AP,AIS,AIP) Gambar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan data yang menyangkut variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700811) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

RINGKASAN. commit to user

RINGKASAN. commit to user digilib.uns.ac.id 47 RINGKASAN Talasemia beta adalah penyakit genetik kelainan darah, dan talasemia beta mayor menyebabkan anemia yang berat. (Rejeki et al., 2012; Rodak et al., 2012). Transfusi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bervariasi berdasarkan usia, sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bervariasi berdasarkan usia, sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi, 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anemia merupakan masalah kesehatan global pada negara maju maupun negara yang sedang berkembang serta berdampak pada kesehatan, sosial dan ekonomi. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas pembawa oksigen mereka tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis yang bervariasi menurut

Lebih terperinci

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan Curriculum vitae Nama : AA G Sudewa Djelantik Tempat/tgl lahir : Karangasem/ 24 Juli 1944 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jln Natuna 9 Denpasar Bali Istri : Dewi Indrawati Anak : AAAyu Dewindra Djelantik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi rantai globin mengalami perubahan kuantitatif. Hal ini dapat menimbulkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Thalassemia Thalassemia merupakan kelainan genetik dimana terjadi mutasi di dalam atau di dekat gen globin yang ditandai dengan tidak ada atau berkurangnya sintesis rantai globin.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik karena mencari perbedaan antara dua variabel yaitu perbedaan darah lengkap kanker payudara positif dan diduga kanker payudara.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 SUBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian 3.1.1. Kriteria Subjek Penelitian Subjek penelitian ini ialah pasien yang mengalami fraktur femur di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada tahun Januari

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi dan Gizi Medik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. β-thalassemia mayor memiliki prognosis yang buruk. Penderita β-thalassemia. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah suatu penyakit herediter yang ditandai dengan adanya defek pada sintesis satu atau lebih rantai globin. Defek sintesis rantai globin pada penderita

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi Kedokteran dan Ilmu Farmakologi-Toksikologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN PROTEIN (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : T.M. Reza Syahputra Henny Gusvina Batubara Tgl Praktikum : 14 April 2016 Tujuan Praktikum : 1. Mengerti prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kedokteran Universitas Diponegoro Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

BAB III METODE PENELITIAN. Kedokteran Universitas Diponegoro Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi lingkup Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Ilmu Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain kuasi eksperimental.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain kuasi eksperimental. 61 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain kuasi eksperimental. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran darah berupa jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit sapi perah FH umur satu sampai dua belas bulan ditampilkan pada Tabel 3. Tabel 3 Gambaran Eritrosit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional analitik, yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

Lebih terperinci

Pemeriksaan Jumlah Trombosit pada Penderita Thalasemia-β Mayor yang telah di Splenektomi Lebih Dari Tiga Bulan

Pemeriksaan Jumlah Trombosit pada Penderita Thalasemia-β Mayor yang telah di Splenektomi Lebih Dari Tiga Bulan Pemeriksaan Jumlah Trombosit pada Penderita Thalasemia-β Mayor yang telah di Splenektomi Lebih Dari Tiga Bulan Penulis: Anbarunik Putri Danthin Abstrak Thalasemia merupakan penyakit keturunan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang digunakan secara luas pada praktek klinis sehari-hari. Rentang referensi hematologi yang sesuai sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel sebab. dan dilakukan pada saat yang sama (Notoatmojo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel sebab. dan dilakukan pada saat yang sama (Notoatmojo, 2010). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah observational analitik, dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel sebab risiko dan akibat atas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. 3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat Penelitian dilakukan di unit hemodialisis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. 1.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat : Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan : (Pre-Post Test Only One Group

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data pada sebuah penelitian (Mukhtar et al., 2011). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data pada sebuah penelitian (Mukhtar et al., 2011). Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu metode atau prosedur untuk mengumpulkan data pada sebuah penelitian (Mukhtar et al., 2011). Penelitian ini merupakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat

BAB I PENDAHULUAN. orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Talasemia merupakan penyakit bawaan yang diturunkan dari salah satu orangtua kepada anaknya sejak masih dalam kandungan. Talasemia terjadi akibat perubahan atau kelainan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan perbedaan hasil pemeriksaan asam urat metode test strip dengan metode enzymatic colorimetric. B.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI)

LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) LAPORAN PRAKTIKUM METABOLISME GLUKOSA, UREA, DAN TRIGLISERIDA (TEKNIK SPEKTROFOTOMETRI) Nama : Mesrida Simarmata (147008011) Islah Wahyuni (14700824) Tanggal Praktikum : 17 Maret 2015 Tujuan Praktikum

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. menjadi 2 kelompok, yaitu 16 orang sebagai kelompok kontrol dan kelompok

BAB IV METODE PENELITIAN. menjadi 2 kelompok, yaitu 16 orang sebagai kelompok kontrol dan kelompok BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian Eksperimental dengan metode Prepostest Control Group Design. Pada subyek kelompok penelitian ditentukan pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan April - Mei 2016. B. Jenis

Lebih terperinci

DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT

DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT DAMPAK VOLUME DARAH DALAM TABUNG K2EDTA DENGAN HASIL JUMLAH LEUKOSIT Oleh Victoria Ire Tominik,M.Kes Dosen Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang Email : tominikvictoriaire@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Indeks Eritrosit Indeks Eritrosit atau Mean Cospuscular Value adalah suatu nilai rata-rata yang dapat memberi keterangan mengenai rata-rata eritrosit dan mengenai banyaknya hemoglobin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat variabel yang diteliti akan dibandingkan antara kelompok pasien yang diperiksa menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode cross sectional untuk mengetahui kadar estradiol serum pada wanita menopause dengan sindroma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1.1Tujuan A. Pungsi Darah Vena (Flebotomi) Untuk pemeriksaan hematologi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan darah dan komponen-komponennya. B. Pemeriksaan Laju

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN KADAR SERUM TRANSFERRIN RECEPTOR (stfr) UNTUK DIAGNOSTIK ANEMIA DEFISIENSI BESI

PEMERIKSAAN KADAR SERUM TRANSFERRIN RECEPTOR (stfr) UNTUK DIAGNOSTIK ANEMIA DEFISIENSI BESI PEMERIKSAAN KADAR SERUM TRANSFERRIN RECEPTOR (stfr) UNTUK DIAGNOSTIK ANEMIA DEFISIENSI BESI T E S I S OLEH PITA OMAS LUMBAN GAOL DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN USU / RSUP H. ADAM MALIK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah penelitian analitik diskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang

BAB IV METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. RSUP Dr. Kariadi Semarang BAB IV METODA PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu gizi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian - Tempat : Instalasi Geriatri Paviliun Lanjut Usia Prof. Dr. Boedhi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung 32 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik-komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium BKP Kelas II Cilegon untuk metode pengujian RBT. Metode pengujian CFT dilaksanakan di laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan jenis penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan prospective

Lebih terperinci