RINGKASAN. commit to user

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN. commit to user"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 47 RINGKASAN Talasemia beta adalah penyakit genetik kelainan darah, dan talasemia beta mayor menyebabkan anemia yang berat. (Rejeki et al., 2012; Rodak et al., 2012). Transfusi yang dilakukan terus menerus pada talasemia dapat menyebabkan iron overload (Longo et al., 2012). Besi dapat mengalami reaksi Fenton yang menyebabkan stres oksidatif, mengakibatkan peroksidasi lipid (Chiou et al., 2006; Rubin dan Strayer, 2012). F 2 -isoprostan adalah produk peroksidasi lipid dan digunakan sebagai marker stres oksidatif (Matayatsuk et al., 2007). Akumulasi besi dan stres oksidatif dapat terjadi pada hepar dan menimbulkan kerusakan (Srichairatanakool dan Fucharoen, 2014; Hosen et al., 2015). Enzim aspartate aminotransferase (AST), alanine aminotransferase (ALT) dan gamma-glutamyl transferase (GGT) adalah enzim yang dapat digunakan sebagai marker kerusakan hepar (Kaplan dan Pesce, 2010). Penelitian ini bertujuan dan bermanfaat untuk mengetahui korelasi antara kadar F 2 -IsoPs dan kadar marker hepar, khususnya AST, ALT dan GGT pada pasien talasemia beta mayor. Manfaat lain adalah kadar AST, ALT dan GGT serum dapat digunakan untuk menggambarkan kandungan besi hepar sehingga membantu klinisi dalam memutuskan tindakan atau terapi. Beberapa penelitian sebelumnya telah meneliti marker stres oksidatif dan marker hepar pada pasien talasemia, namun penelitian mengenai korelasi antara kadar F 2 -IsoPs dan kadar marker hepar yaitu AST, ALT dan GGT serum pada pasien talasemia beta mayor belum pernah dilakukan. Talasemia beta mayor mengakibatkan ketergantungan terhadap transfusi darah (Rodak et al., 2012; Hosen et al., 2015). Iron overload dapat terjadi sekunder karena terapi transfusi kronik. Pada talasemia juga terjadi pelepasan besi dari hemolisis intravaskuler yang menambah iron overload (Rodak et al., 2012 Rubin dan Strayer, 2012). Akumulasi besi dapat terjadi pada hepar dan merusak organ tersebut (Hosen et al., 2015). Penggunaan terapi kelasi besi bersama antioksidan dapat membantu regulasi status antioksidan pada pasien (Rahman et al., 2012).

2 digilib.uns.ac.id 48 Stres oksidatif terjadi saat pembentukan ROS melebihi kemampuan tubuh untuk menetralisir dan mengeliminasi ROS (Rahman et al., 2012). Lipid dapat bereaksi dengan radikal bebas, sehingga lipid tersebut mengalami peroksidasi (Rahman et al., 2012). F 2 -isoprostan, suatu produk peroksidasi lipid, adalah kelompok yang terdiri dari 64 zat yang mempunyai struktur isomer dengan PGF 2, dengan isomer yang paling banyak digunakan dalam penelitian adalah 8-IsoPs (Montuschi et al., 2004; Comporti et al., 2008; Cayman, 2014). Pada kelompok kontrol manusia sehat, mean kadar 8-IsoPs serum adalah 33 ± 3,3 pg/ml (Basu et al., 2001). Pada kelompok pasien talasemia didapatkan mean F 2 -IsoPs plasma meningkat signifikan dibandingkan pada individu sehat (Matayatsuk et al., 2007). Kandungan besi yang berlebihan pada talasemia beta dapat berakumulasi di hepar dan menyebabkan stres oksidatif (Srichairatanakool dan Fucharoen, 2014). Stres oksidatif dapat mengganggu fungsi mitokondria sehingga pembentukan ROS pada mitokondria meningkat, dan juga menyebabkan fibrosis dan sirosis (Kawano dan Cohen, 2013; Cichoz-Lach dan Michalak, 2014). Hepatosit memiliki berbagai enzim yang dapat digunakan sebagai marker kerusakan hepar (Kaplan dan Pesce, 2010). Enzim AST ditemukan pada otot jantung, sel hepar, otot skelet, ginjal, pankreas dan eritrosit (Pagana dan Pagana, 2014). Harga rujukan kadar AST darah pada anak adalah <52 U/L (Heil et al., 2004). Enzim ALT terutama didapatkan pada hepar. Kadar yang lebih rendah didapatkan pada ginjal, jantung, dan otot skelet (Pagana dan Pagana, 2014). Harga rujukan kadar ALT darah pada anak adalah <39 U/L (Heil et al., 2004). Enzim GGT terdistribusi luas di tubuh manusia, dengan konsentrasi tertinggi di hepar dan traktus biliaris. Peningkatan sintesis GGT dapat diinduksi stres oksidatif yang disebabkan iron overload (Lee et al., 2004; Williamson dan Snyder, 2011). Harga rujukan kadar GGT darah pada anak adalah <45 U/L (Heil et al., 2004). Enzim GGT dapat berperan dalam pembentukan ROS melalui produk reaksi yaitu cysteinylglycine (Lee et al., 2004). Pada pasien talasemia beta mayor didapatkan hasil tes fungsi hepar yang abnormal (Williamson dan Snyder, 2011). Beberapa penelitian mendapatkan asosiasi positif antara feritin dengan GGT (Lee et al., 2004).

3 digilib.uns.ac.id 49 Hipotesis penelitian ini adalah terdapat korelasi positif antara kadar F 2 - IsoPs dan kadar marker hepar pada pasien talasemia beta mayor. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di RSUD Dr Moewardi Surakarta dan di laboratorium rujukan pada bulan Mei 2016 hingga Juni Subjek dipilih secara berurutan dari populasi pasien bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr Moewardi Surakarta dengan diagnosis talasemia beta mayor. Kriteria inklusi meliputi umur 18 tahun (Kishore dan Tabor, 2010), diagnosis talasemia beta mayor oleh klinisi, riwayat transfusi berulang, menyetujui dan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi meliputi riwayat penyakit hepar dan ginjal (selain akibat dari terapi talasemia), pasien infeksi, diabetes, asma, dan alergi. Pemeriksaan F 2 -IsoPs serum dengan metode EIA kompetitif (Cayman, 2014). Pemeriksaan AST, ALT dan GGT menggunakan alat automated chemistry analyzer dengan sampel serum. Pemeriksaan AST dan ALT adalah secara enzimatik dengan metode sesuai IFCC yang dimodifikasi (Bayer, 2006a; Bayer, 2006b; Bayer, 2006c). Variabel terikat adalah kadar F 2 -IsoPs, AST, ALT, dan GGT serum. Sebelum pemeriksaan dilakukan quality control internal dengan mengukur akurasi dan presisi. Presisi pemeriksaan F 2 -IsoPs dilihat dari hasil pemeriksaan sampel serum yang sama sebanyak tiga kali (within-run). Presisi pemeriksaan AST, ALT dan GGT dilihat dari hasil pemeriksaan sampel serum yang sama sebanyak lima kali (within-run) juga dengan hasil pemeriksaan bahan kontrol between-day selama 20 hari. Akurasi pemeriksaan AST, ALT dan GGT dilihat dengan membandingkan hasil dengan harga rujukan bahan kontrol. Normalitas distribusi data dinilai dengan uji Saphiro-Wilk. Analisis komparatif menggunakan uji Mann Whitney. Analisis korelatif menggunakan uji korelasi Spearman (Dahlan, 2011). Pengolahan data statistik dengan program komputer, p bermakna jika <0,05 dan interval kepercayaan 95%. Penelitian ini meminta persetujuan komisi etika penelitian kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret/RSUD Dr. Moewardi di Surakarta dan persetujuan pasien/orang tua pasien (informed consent).

4 digilib.uns.ac.id 50 Uji presisi within-run F 2 -IsoPs menunjukkan CV (%) lebih kecil dari nilai CV (%) maksimum. Nilai-nilai CV pada uji presisi within-run dan between-day AST, ALT dan GGT lebih kecil dari nilai CV (%) maksimum, menunjukkan metode pemeriksaan yang digunakan memiliki presisi yang baik. Hasil uji akurasi dari semua parameter pemeriksaan marker hepar didapatkan masuk dalam rentang kontrol, dengan range nilai bias (d%) antara -14,60 sampai dengan 3,33. Karakteristik subjek penelitian didapatkan 40 subjek sesuai kriteria inklusi dan eksklusi dengan mean ± SD umur 12 ± 3,5 tahun, terdiri dari 17 laki-laki (42,5%) dan 23 perempuan (57,5%). Hasil pengukuran variabel didapatkan mean ± SD kadar F 2 -IsoPs serum 20,70 ± 19,04 pg/ml, AST 42,33 ± 29,24 U/L, ALT 34,10 ± 38,10 U/L, dan GGT 31,95 ± 27,14 U/L. Mean kadar F 2 -IsoPs, AST, ALT dan GGT serum masuk dalam rentang harga rujukan. Namun, rentang harga rujukan kadar F 2 -IsoPs serum yang digunakan didapat dari pengukuran pada kelompok usia dewasa. Uji Shapiro-Wilk mendapatkan distribusi data F 2 -IsoPs, AST, ALT dan GGT tidak normal (p=0,000, p=0,000, p=0,000 dan p=0,000, berurutan). Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar F 2 -IsoPs serum dengan kadar AST dan ALT serum (r=0,199, p=0,219; r=0,178, p=0,273; berurutan). Hal ini dapat disebabkan karena subjek mendapat terapi kelasi besi, vitamin C dan vitamin E per oral (Pudjiaji et al., 2009). Peningkatan kadar enzim aminotransferase serum hanya didapat pada kandungan besi hepar yang melebihi 300 mikromol per gram ( M/g) untuk AST dan melebihi 400 M/g untuk ALT (Jensen et al., 2003). Pemberian terapi kelasi besi dapat mengurangi kandungan besi di hepar sehingga mencegah kerusakan hepatoseluler. Vitamin C dan vitamin E adalah antioksidan yang dapat meringankan stres oksidatif (Srichairatanakool dan Fucharoen, 2014). Terdapat korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan korelasi lemah antara kadar F 2 -IsoPs serum dengan kadar GGT serum (r=0,329, p=0,038). Peningkatan kadar GGT dapat sebagai marker kerusakan hepatoseluler dan juga respon terhadap stres oksidatif, dengan peningkatan sintesis GGT yang berperan dalam pembentukan GSH sebagai antioksidan yang ditemukan di seluruh tubuh

5 digilib.uns.ac.id 51 (Ortega et al., 2006; Gohel dan Chacko, 2013). Peningkatan kadar GGT tidak hanya dapat mencerminkan adanya stres oksidatif pada hepar, tapi juga stres oksidatif sistemik, dan juga inflamasi kronis (Ortega et al., 2006). Kekuatan korelasi yang lemah dapat disebabkan pemberian terapi kelasi besi dan antioksidan sehingga mengurangi kerusakan hepatoseluler dan kebutuhan GSH. Keterbatasan penelitian ini adalah tidak mengukur kadar F 2 -IsoPs serum pada kelompok normal usia pediatri dan merupakan penelitian lokal. Diperlukan penelitian lanjutan untuk mengevaluasi hubungan kadar F 2 -IsoPs, AST, ALT dan GGT serum dengan kandungan besi hepar pada pasien talasemia beta mayor. Simpulan penelitian ini adalah tidak didapatkan korelasi bermakna antara kadar F 2 -IsoPs serum dengan kadar AST dan ALT serum. Didapatkan korelasi positif yang bermakna dengan kekuatan korelasi lemah antara kadar F 2 -IsoPs serum dengan kadar GGT serum. Sehingga, kadar GGT serum dapat untuk menilai stres oksidatif pada hepar akibat iron overload transfusional pada pasien talasemia beta mayor. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengukur kadar F 2 -IsoPs serum pada kelompok normal usia pediatri dan penelitian multicenter lanjutan.

thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah

thiobarbituric acid (TBA) tidak spesifik untuk MDA (Montuschi et al., 2004; Singh, 2006; Rahman et al., 2012). Isoprostan (IsoPs) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Talasemia adalah penyakit genetik kelainan darah akibat penurunan produksi rantai globin, sehingga menyebabkan anemia. Distribusi talasemia terkonsentrasi pada thalassemia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Adanya eritropoiesis inefektif dan hemolisis eritrosit yang mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada talasemia mayor (TM), 1,2 sehingga diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang tidak boleh diabaikan (Charlton et al., 2009).

Lebih terperinci

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan

BAB III. METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan 51 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan pendekatan crosssectional untuk mengetahui pengaruh waktu simpan darah terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan,

BAB I PENDAHULUAN. macam, mulai dari virus, bakteri, jamur, parasit sampai dengan obat-obatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hepatitis merupakan infeksi yang dominan menyerang hepar atau hati dan kemungkinan adanya kerusakan sel-sel hepar. Penyebabnya dapat berbagai macam, mulai dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam (makanan, dibuang melalui urin atau asam empedu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Drug Induced Liver Injury Tubuh manusia secara konstan dan terus menerus selalu menerima zat-zat asing (xenobiotic). Zat-zat ini dapat berasal dari alam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus (DM) merupakan masalah utama pada beberapa negara dan berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional, dengan data yang menyangkut variabel bebas dan variabel

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan desain penelitian Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. tetap terjadi perubahan dalam morfologi, biokimia, dan metabolik yang disebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Packed red cell (PRC) adalah produk darah paling penting yang dapat disimpan sekitar 35-42 hari di bank darah dan merupakan terapi terbanyak yang diberikan di dunia.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung

III. METODE PENELITIAN. data sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2011). Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kelurahan Kecamatan Tanjung 32 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik-komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana obyek penelitian hanya diobservasi sekali dan pengukuran dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2013) menunjukkan bahwa, penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 yang terdiagnosis dokter mencapai 1,5%

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional di mana variabel bebas dan variabel tergantung diobservasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah non eksperimental yang merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Desain cross sectional adalah desain

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu

Bab 1 PENDAHULUAN. tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk menggali apakah terdapat perbedaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu kali dalam kesempatan yang sama. 1. Populasi Sumber : Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS.

BAB III METODE PENELITIAN. satu kali dalam kesempatan yang sama. 1. Populasi Sumber : Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat diukur satu kali dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Handphone adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon tetap kabel, namun dapat dibawa ke mana-mana (portable,

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan pada hepar dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor, antara lain virus, radikal bebas, maupun autoimun. Salah satu yang banyak dikenal masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi Klinik, dan Ilmu Gizi Klinik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat trauma, operasi, syok, dan tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah maka tranfusi darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. serta diwariskan melalui cara autosomal resesif (Cappillini, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Thalassemia atau sindrom thalassemia merupakan sekelompok heterogen dari anemia hemolitik bawaan yang ditandai dengan kurang atau tidak adanya produksi salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi lingkup Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian/smf Obstetri

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) dimana peneliti melakukan pengukuran variabel pada saat tertentu. Setiap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Adonis Fitness pada tanggal 2-9 Agustus 2016 dan dilakukan di Sanggar Senam Adinda pada tanggal 16-30 Agustus

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah BAB 5 HASIL PENELITIAN Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah memenuhi syarat inklusi dan keluarganya bersedia menandatangani informed consent diikutsertakan dalam studi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN ANTARA KADAR FERITIN DENGAN KREATININ SERUM PADA PASIEN THALASSEMIA DI RSUD DR. MOEWARDI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Eko Dewi Ratna Utami G.0010067 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi.

BAB III METODE PENELITIAN. sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010). Variabel bebas yang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr Moewardi. 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, di mana observasi atau pengumpulan data variabel bebas (faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme berupa suatu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme berupa suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme berupa suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (cross sectional), yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nefrologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Ruang lingkup tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data pengukuran tekanan darah dan mean arterial blood

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Jl. Plamongan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading Jl. Plamongan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriati dan Neurosains. Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi Sosial Pucang Gading

Lebih terperinci

BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN. Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta. 1. Populasisasaran:Pasien DM tipe 2.

BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN. Surakarta / Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi Surakarta. 1. Populasisasaran:Pasien DM tipe 2. BAB 4 MATERI METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental dengan metode Randomized Double Blind Controlled Trial. 4.. Tempat Bagian Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang Ilmu Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Instalasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. BAB IV METODE PENELITIAN 1.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Gizi. 1.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat : Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. dalam waktu yang bersamaan (Sastroasmoro, 2008). Penelitian ini dilakukan di Unit Hemodialisis RSUD Dr. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observational analitik dengan pendekatan potong lintang, yaitu observasi dan pengukuran pada variabel bebas (faktor risiko)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, yakni mempelajari perbandingan variabel-variabel dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Penyakit pada hati merupakan salah satu masalah kesehatan yang serius. Hepatitis adalah suatu peradangan difus jaringan hati

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL Penelitian ini dilakukan pada penderita asma rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Agustus-September 2016. Jumlah keseluruhan subjek yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang keilmuan Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini bertempat di Instalasi Rekam Medik

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi

BAB 5 PEMBAHASAN. Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi BAB 5 PEMBAHASAN Sistematika pembahasan dilakukan pada masing-masing variabel meliputi kadar SGOT dan SGPT yang diukur dengan metode fotometri dan dinyatakan dalam satuan U/l. Sebelumnya akan disampaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kedokteran Universitas Diponegoro Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

BAB III METODE PENELITIAN. Kedokteran Universitas Diponegoro Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi lingkup Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Ilmu Patologi Anatomi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross sectional. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada gambaran prevalensi dan penyebab anemia pada pasien penyakit ginjal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 28 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Kadar Enzim SGPT dan SGOT Pada Mencit Betina Setelah Pemberian Ekstrak Rimpang Rumput Teki Tabel 1. Kadar Enzim SGPT pada mencit betina setelah pemberian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. 1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi lingkup Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan serta Patologi Anatomi. 4. 2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan BAB III METODE PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimen dengan jenis penelitian kuantitatif. Menggunakan desain penelitian observasional dengan pendekatan prospective

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Autisme adalah gangguan perkembangan yang biasanya didiagnosis awal pada masa kanak-kanak, yang mengakibatkan kelainan signifikan dan gangguan pada interaksi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3

BAB I PENDAHULUAN. berat badan, dan sindrom restoran Cina, pada sebagian orang. 2, 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Survey pada tahun 2007 menyatakan terjadi peningkatan konsumsi MSG, di negara-negara Eropa, rata-rata 0,3-0,5 g/hari sedangkan di Asia dapat mencapai 1,2-1,7 g/hari.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya Ilmu Bedah Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. 4. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang hubungan antara kadar asam urat serum terhadap kejadian acute coronary syndrome (ACS) telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam, sub bagian Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk

I. PENDAHULUAN. Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rifampisin (RFP) dan isoniazid (INH) merupakan obat lini pertama untuk terapi anti tuberkulosis (TB), tetapi hepatotoksisitas yang dihasilkan dari penggunaan obat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dan injuri otot (Evans, 2000) serta menimbulkan respon yang berbeda pada jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik yang dilakukan dengan teratur dapat mencegah penyakit kronis seperti kanker, hipertensi, obesitas, depresi, diabetes dan osteoporosis (Daniel et al, 2010).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

INTISARI. Kata kunci: kebiasaan minum jamu; antioksidan; imunomodulator; MDA ; hematologi cross sectional

INTISARI. Kata kunci: kebiasaan minum jamu; antioksidan; imunomodulator; MDA ; hematologi cross sectional ANALISIS KADAR MALONDIALDEHID DAN PROFIL DARAH TEPI BERDASARKAN BODY MASS INDEX (BMI), KEBIASAAN MINUM JAMU DAN TINGKAT PAPARAN ASAP ROKOK RELAWAN SEHAT Adnan 1, Haafizah Dania 1 1 Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB).

BAB I PENDAHULUAN. I.A. Latar Belakang. Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular. berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Hepatitis B merupakan penyakit infeksi menular berbahaya yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini menginfeksi melalui cairan tubuh manusia secara akut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre Test dan Post Test yang Diinduksi Asap Rokok dan Diberi Ekstrak Kulit Jeruk (Citrus Sinensis) Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Perbedaan Rerata Berat Badan Tikus Putih (Rattus novergicus) Pre test dan Post test Pemberian Induksi Asap Rokok dan Ekstrak Kulit Jeruk Manis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan yang menggambarkan perbedaan profil trigliserida (TG) pasien diabetes melitus

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Tempat : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Universitas Diponegoro Tembalang dan Lapangan Basket Pleburan, Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi dan Ilmu Kedokteran Olahraga. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI,

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan pemulihan (Menteri Kesehatan RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akses terhadap obat merupakan salah satu hak azasi manusia. Obat merupakan salah satu unsur penting dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai penyakit degeneratif, seperti kardiovaskuler, tekanan darah tinggi, stroke, sirosis hati, katarak,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort prospektif. 3.2 Tempat dan Waktu 3.2.1 Tempat Penelitian dilakukan di unit hemodialisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) sebagai proteksi kerusakan sel-sel ginjal. Bawang putih diperoleh dari Superindo dan diekstraksi di Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Radiologi dan Radioterapi. 3.1.2 Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemberian OAT fase awal di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemberian OAT fase awal di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian tentang perbedaan kadar SGOT-SGPT sebelum dan sesudah pemberian OAT fase awal di BP4 (Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru) Ngadinegaran,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah tahun 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup waktu penelitian ini adalah tahun 2015 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian 3.1.1. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah penyakit tuberkulosis di Bagian Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Pulmologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi 29 BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL PENELITIAN 4.1.1. Jumlah Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di klinik alergi Bagian / SMF THT-KL RS Dr. Kariadi Semarang, didapatkan 44 penderita rinitis alergi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitis kategorik-numerik tidak berpasangan yang menggambarkan perbedaan kadar kreatinin serum pasien diabetes melitus tipe

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan stres oksidatif. Kebutuhan untuk terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini manusia dituntut untuk bekerja lebih keras untuk memenuhi besarnya kebutuhan hidup sehingga sering kali waktu istirahat berkurang. Kerja keras tanpa istirahat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anti nyamuk merupakan benda yang sudah tak asing lagi bagi kita. Umumnya anti nyamuk digunakan sebagai salah satu upaya untuk mengatasi gigitan nyamuk. Jenis formula

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan mengukur variabel

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan mengukur variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan sifat observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian dengan mengukur variabel pada satu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan 43 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut. Berdasarkan intensitasnya, nyeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL Bab III menguraikan kerangka konsep penelitian, hipotesis penelitian dan definisi operasional. A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. satu kali pada saat yang sama serta faktor risiko dan efek telah terjadi di masa

BAB III METODELOGI PENELITIAN. satu kali pada saat yang sama serta faktor risiko dan efek telah terjadi di masa 33 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik komparatif dengan desain penelitian Retrospektif, pengukuran faktor risiko dan efek dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus

BAB I PENDAHULUAN. A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HCV), Virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan pada hati atau infeksi pada hati yang disebabkan oleh bermacam-macam virus. Telah ditemukan 6 atau 7 kategori virus yang menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plumbum adalah salah satu logam berat yang bersifat toksik dan paling banyak ditemukan di lingkungan (WHO, 2010). Logam plumbum disebut non essential trace element

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepar merupakan organ atau kelenjar terbesar dari tubuh yang berfungsi sebagai pusat metabolisme, hal ini menjadikan fungsi hepar sebagai organ vital. Sel hepar rentan

Lebih terperinci