BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu pra eksperimental dengan tipe pre dan post

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu pra eksperimental dengan tipe pre dan post"

Transkripsi

1 24 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian design. Penelitian ini merupakan suatu pra eksperimental dengan tipe pre dan post 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu Penelitian Rancangan penelitian dimulai bulan November 2015 dan pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan April 2016 hingga Desember 2016 di Poliklinik Divisi Kusta SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan Tempat Penelitian 1. Pengambilan sampel dan pengisian status penelitian dilakukan di Poliklinik Divisi Kusta SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan. 2. Pengambilan dan pemeriksaan sampel darah pasien kusta yang berobat ke Poliklinik Divisi Kusta SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Jalan Letjend. S. Parman No. 17/223G Medan untuk pemeriksaan kadar hemoglobin, MCV, MCHC, dan hitung retikulosit. 24

2 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Target Pasien kusta di RSUP Haji Adam Malik Medan Populasi Terjangkau Pasien kusta baru yang berobat ke Poliklinik Divisi Kusta SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan April 2016 hingga Desember Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah bagian populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. 3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah: a. Pasien kusta baru yang didiagnosis dengan kusta tipe PB dan MB b. Pasien kusta baru berusia diatas 15 tahun c. Pasien yang telah menandatangani informed consent Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah: a. Pasien kusta yang sedang hamil atau menyusui b. Pasien kusta yang berhenti minum obat kusta c. Pasien kusta yang disertai penyakit kronis seperti gangguan hati, gangguan ginjal, dan keganasan

3 Besar Sampel Besar sampel diperoleh dengan perhitungan rumus sebagai berikut: Dimana: 2 n Z (1 / 2) 0 Z a 2 (1 ) 2 n = besar sampel minimal Z = deviat baku alpha. Untuk = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96 ( 1 / 2) Z = deviat baku beta. Untuk = 0,15 maka nilai baku normalnya 1,036 ( 1 ) = standar deviasi kadar hb sebelum terapi pada penderita kusta: 0,6 (41) 0 a = beda rerata yang bermakna, ditetapkan sebesar 0,5 Maka: n 1,96 1,036 0,6 0,5 2 = 0,36x8,976 = 12,9 13 sampel 0,25 Jumlah sampel minimal penderita kusta yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 13 orang. 3.6 Cara Pengambilan Sampel Penelitian sampling. Pada penelitian ini dilakukan pengambilan sampel secara consecutive 3.7 Identifikasi Variabel Variabel bebas : MDT Variabel terikat : kadar hemoglobin, MCV, MCHC, dan hitung retikulosit

4 Alat, Bahan dan Cara Kerja Penelitian Alat dan Bahan a. Status penelitian diisi oleh peneliti berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan dermatologis terhadap subyek penelitian. b. Sysmex pouch K800 dengan metode fotometri untuk mengukur kadar hemoglobin, MCV, MCHC, dan hitung retikulosit. c. Impedance untuk menghitung sel darah berdasarkan perubahan arus listrik. Besarnya amplitudo masing-masing pulsa sebanding dengan volume partikel yang dideteksi. d. Fotometri untuk mengukur konsentrasi hemoglobin berdasarkan intensitas warna yang diserap (cyanmethemoglobin). e. Tabung vacuitaner yang berisikan antikoagulan EDTA. f. Spuit 10 cc untuk pengambilan darah. Untuk pengambilan masing-masing sampel darah dibutuhkan satu pasang sarung tangan, satu buah alat ikat pembendungan (torniquet), satu buah needle (jarum), satu buah tabung yang berisi Ethylenediaminetetraacetid acid (EDTA), kapas alkohol (alcohol swab) 70%, dan satu buah plester luka Cara Kerja Penelitian a. Pencatatan Data Dasar 1) Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di Poliklinik Divisi Kusta SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan meliputi identitas pasien, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologis dan pemeriksaan saraf.

5 28 2) Diagnosis kusta ditegakkan berdasarkan tanda kardinal kusta dan pemeriksaan basil tahan asam (BTA) oleh peneliti bersama dengan pembimbing di Poliklinik Divisi Kusta SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan. Pasien didiagnosis kusta jika memenuhi setidaknya satu dari tiga tanda kardinal. 4 3) Kusta kemudian dikategorikan menurut tipe kusta dengan menggunakan klasifikasi WHO yakni tipe PB dan MB. 4) Pasien kusta yang telah diberi informed consent, bersedia dan sudah menandatangani lembar kesediaan untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian, diwawancara untuk mengisi status penelitian. b. Pengolahan Sampel Darah 1) Pengambilan sampel darah pasien kusta yang berobat ke Poliklinik Divisi Kusta SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Jalan Letjend. S. Parman No. 17/223G Medan. Cara pengambilan sampel darah adalah sebagai berikut: gunakan sarung tangan, lalu pilih tangan yang banyak melakukan aktivitas. Lokasi penusukan harus bebas dari luka atau sikatrik. Pasang tourniquet pada lengan atas dan pasien diminta untuk mengepal dan membuka telapak tangan berulang kali agar vena jelas terlihat. Darah diambil dari vena mediana cubiti pada lipat siku. Lokasi penusukan didesinfeksi dengan kapas alkohol 70% dengan cara berputar dari dalam ke luar. Vena mediana cubiti ditusuk dengan posisi sudut 45 0 dengan jarum menghadap ke atas. Darah dibiarkan mengalir ke dalam

6 29 tabung yang berisi EDTA sebanyak 5 cc. Agar aliran darah bebas, pasien diminta untuk membuka kepalan tangannya. Kemudian tourniquet dilepas, lalu jarum ditarik dengan tetap menekan lubang penusukan dengan kapas alkohol. Selanjutnya tempat bekas penusukan ditekan dengan kapas alkohol sampai tidak keluar darah lagi. Setelah itu bekas tusukan ditutup dengan plester. Sampel darah dapat diletakkan di dalam tas dengan suhu kamar. 2) Sampel darah diproses di Laboratorium Klinik Prodia Jalan Letjend. S. Parman No. 17/223G Medan dengan fotometri menggunakan reagen SLS yang bebas sianida. Hasil yang diperoleh dicatat sebagai kadar hemoglobin berupa hasil angka dalam satuan g/dl, (nilai normal laki-laki yaitu g/dl dan perempuan 12-15,5 g/dl), MCV berupa hasil angka dalam satuan fl (nilai normal fl), MCHC berupa hasil angka dalam satuan g% (nilai normal g%), dan hitung retikulosit berupa hasil angka dalam satuan %, (nilai retikulosit normal yaitu 0,5-1%). 3) Selanjutnya kadar hemoglobin, MCV, MCHC, dan hitung retikulosit pada pasien kusta dicatat oleh peneliti. 4) Kemudian pasien kusta diberi pengobatan sesuai tipe kusta dengan MDT-PB dan MDT-MB, dan selanjutnya setelah 3 bulan pertama dilakukan pemeriksaan sampel darah dengan prosedur yang sama dengan diatas untuk mengukur kadar hemoglobin, MCV, MCHC, dan hitung retikulosit.

7 30 5) Selanjutnya kadar hemoglobin, MCV, MCHC, dan hitung retikulosit pada pasien kusta dideskripsikan oleh peneliti. 3.9 Definisi Operasional Anemia Hemolitik Definisi : anemia yang terjadi karena produksi sel darah merah tidak seimbang dengan kerusakan sel darah merah yang disebabkan karena siklus sel darah merah menjadi pendek. Alat/cara ukur : klasifikasi berdasarkan hasil laboratorium darah yaitu penurunan kadar hemoglobin (laki-laki < 13 g/dl, perempuan < 12 g/dl) dan peningkatan hitung retikulosit (> 1 %). Hasil ukur Skala ukur : normal dan anemia hemolitik : skala nominal Kadar hemoglobin Definisi : jumlah protein pengangkut oksigen dalam sel darah merah di darah subjek penelitian yang diambil dari vena medianus cubiti. Alat/cara ukur : metode fotometri Hasil ukur Skala ukur : angka dalam satuan g/dl : rasio Kadar MCV Definisi : ukuran atau volume rata-rata eritrosit di darah subjek penelitian yang diambil dari vena medianus cubiti.

8 31 Alat/cara ukur : metode fotometri Hasil ukur Skala ukur : angka dalam satuan fl : rasio Kadar MCHC Definisi : rata-rata konsentrasi hemoglobin didalam eritrosit di darah subjek penelitian yang diambil dari vena medianus cubiti. Alat/cara ukur : metode fotometri Hasil ukur : angka dalam satuan g% Skala ukur : rasio Hitung retikulosit Definisi : persentase jumlah sel darah merah yang imatur di darah subjek penelitian yang diambil dari vena medianus cubiti. Alat/cara ukur : metode fotometri Hasil ukur : angka dalam satuan % Skala ukur : rasio Tipe kusta Definisi : klasifikasi kusta berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan bakteriologis. Alat/cara ukur : klasifikasi kusta menurut WHO Hasil ukur Skala ukur : tipe PB dan tipe MB : skala nominal

9 Kerangka Operasional Pasien kusta baru yang berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan Memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi Subjek penelitian Pengukuran pertama kadar hemoglobin, MCV, MCHC, dan hitung retikulosit Pengobatan MDT-PB dan MDT-MB sesuai dengan diagnosis selama 3 bulan pertama Pengukuran kedua kadar hemoglobin, MCV, MCHC, dan hitung retikulosit Analisis dengan uji T berpasangan, uji Wilcokson, dan uji Mc Nemar Gambar 3.1 Diagram Kerangka Operasional Penelitian 3.11 Pengolahan dan Analisis Data Análisis dilakukan dengan uji T berpasangan, uji Wilcokson serta uji Mc Nemar untuk analisis kejadian anemia hemolitik sebelum dan sesudah 3 bulan mendapat MDT, dengan nilai signifikansi < 0, Ethical Clearance Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan sampel biologis, yaitu manusia yang menyetujui dan menandatangani informed concent untuk ikut dalam

10 33 penelitian ini, yang selama pelaksanaannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kode etik penelitian biomedik. Izin didapat dari Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran USU nomor: 400/TGL/KEPK FK USU-RSUP HAM/2016.

11 34 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan pengukuran kadar hemoglobin, MCV, MCHC dan hitung retikulosit pada 15 orang subjek kusta dimulai dari bulan April hingga Desember Semua subjek kusta telah menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan sensorik, pemeriksaan motorik, penebalan saraf dan pemeriksaan BTA untuk menegakkan diagnosis. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar hemoglobin, MCV, MCHC dan hitung retikulosit pada subjek penelitian serta analisis kejadian anemia hemolitik sebelum dan sesudah 3 bulan mendapat MDT. Hasil lengkap data pasien dapat dilihat pada lampiran. 4.1 Karakteristik Demografi Subjek Penelitian Karakteristik subjek pada penelitian ini ditampilkan berdasarkan karakteristik demografik pasien kusta meliputi jenis kelamin, usia, dan tipe kusta Karakteristik berdasarkan jenis kelamin Tabel 4.1 Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin n % Laki-laki 8 53,3 Perempuan 7 46,7 Total ,0 Penyakit kusta dapat mengenai laki-laki maupun perempuan. Dari tabel 4.1 diatas didapatkan subjek penelitian berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan subjek perempuan, yaitu laki-laki sebanyak 8 orang (53,3%) dan perempuan sebanyak 7 orang (46,7%). 34

12 35 Kusta dapat mengenai laki-laki dan perempuan. Berdasarkan laporan, sebagian besar negara di dunia kecuali di beberapa negara di Afrika menunjukkan bahwa laki-laki lebih banyak terserang dibandingkan perempuan. Pada penelitian ini, pasien lebih banyak berjenis kelamin laki-laki daripada perempuan. Rendahnya kejadian kusta pada perempuan kemungkinan diakibatkan karena faktor lingkungan dan sosial budaya. Pada kebudayaan tertentu akses perempuan ke layanan kesehatan sangat terbatas. 4 Perbedaan dalam rasio jenis kelamin yang terjadi pada orang dewasa dibandingkan anak-anak juga mencerminkan paparan terhadap infeksi daripada kerentanan terhadap jenis penyakit. 33 Penelitian ini sama dengan penelitian oleh Scheelbeek et al yang menemukan bahwa pasien kusta baru di daerah Cebu, Filipina yang terbanyak adalah berjenis kelamin laki-laki sebesar 150 kasus dan pada perempuan sebesar 54 kasus pada tahun Hasil yang sama juga ditemukan oleh Tosepu et al yang melaporkan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-laki 55,9% dan perempuan 44,1% di Bombana, Sulawesi Tenggara. 50 Hasil yang lain oleh Ramos et al menemukan pasien kusta berjenis kelamin laki-laki sebesar 64,5% dan perempuan 35,6% di Etiopia Tenggara. 51 Kumar et al menemukan laki-laki lebih banyak daripada perempuan yaitu sebesar 68,3% Karakteristik berdasarkan usia Tabel 4.2 Distribusi subjek penelitian berdasarkan usia Kelompok usia (tahun) n % , , , ,7 Total ,0

13 36 Dari tabel 4.2 diatas tampak bahwa kusta memiliki frekuensi kejadian terbanyak pada kelompok usia tahun dan tahun yaitu sebanyak 6 orang (40%) dan paling sedikit pada kelompok usia 60 tahun yaitu 1 orang (6,7 %). Pada penelitian ini perlu diingat bahwa pasien yang dijadikan subjek adalah pasien dengan usia 15 tahun. Informasi berdasarkan data prevalensi dan data umur saat timbulnya penyakit kusta tidak menggambarkan spesifik umur. Kusta dapat terjadi di segala usia yaitu antara bayi sampai usia lanjut. 4 Paling sering terjadi sekitar umur 20 hingga 30 tahun yaitu pada usia muda dan produktif. Penurunan dari transmisi penyakit biasa terjadi pada usia yang lebih tua. 4,53 Tingginya angka kejadian kusta pada usia dewasa dihubungkan dengan periode inkubasi penyakit kusta yang lama dan berhubungan dengan tempat tinggal pasien di daerah endemi kusta serta risiko keterpaparan dengan sumber penularan kusta yang lebih sering terjadi pada usia dewasa. 56 Penelitian ini sesuai dengan penelitian Scheelbeek et al menemukan bahwa pasien kusta di Cebu Filipina pada tahun 2010 berada pada kelompok usia antara tahun dan terendah ditemukan oleh kelompok usia diatas 60 tahun. 49 Hasil lain oleh Ramos et al melaporkan bahwa yang terbanyak ditemukan pada usia diatas 35 tahun 55,5%. 51 Penelitian lainnya oleh Viera et al menyatakan bahwa rentang usia terbanyak yaitu antara 18 hingga 37 tahun dengan usia rata-rata 28 ± 13,1 tahun. 54 Hasil penelitian Fajar et al juga melaporkan insiden kusta di Medan dari tahun didominasi oleh pasien usia tahun. 55

14 Karakteristik berdasarkan tipe kusta Tabel 4.3 Distribusi subjek penelitian berdasarkan tipe kusta Tipe kusta n % PB 1 6,7 MB 14 93,3 Total ,0 Dari tabel 4.3 didapatkan berdasarkan tipe kusta bahwa rata-rata subjek penelitian memiliki tipe kusta yaitu MB sebanyak 14 orang (93,3%) dan yang paling rendah yaitu tipe kusta PB sebanyak 1 orang (6,7%). Ini kemungkinan karena tipe kusta MB disertai lesi kulit lebih dari 5 dan IB positif bersifat lebih menular dibandingkan tipe PB dengan lesi kulit 1-5 dan IB negatif. 5 Pada penelitian di Brazil ditemukan bahwa mayoritas pasien kusta terdapat pada tipe kusta MB yaitu sebesar 61%. 54 Penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Scheelbeek et al menyatakan bahwa tipe kusta terbanyak yaitu tipe MB sebesar 88,2%. 49 Ramos et al menemukan tipe kusta terbanyak adalah MB pada laki-laki sebesar 92,7% dan MB pada perempuan sebesar 84,8%. 51 Varkevisser et al melaporkan dari tahun di Aceh ditemukan terbanyak yaitu tipe MB sebesar 65,8%. 56 Penelitian oleh Kumar et al menunjukkan tipe kusta MB lebih banyak terjadi dibandingkan keseluruhan pasien kusta baru (65,9%). Sifat penyakit kusta yang kronis, berbagai faktor sosial seperti tingkat pengetahuan kusta dan tingkat ekonomi yang rendah, serta faktor lingkungan berupa daerah endemi kusta merupakan alasan mengapa kusta MB merupakan tipe yang paling banyak pada penelitian ini. 57

15 Profil Kadar Hemoglobin, MCV, MCHC dan Hitung Retikulosit pada Pasien Kusta Profil kadar hemoglobin pada pasien kusta Tabel 4.4 Kadar hemoglobin sebelum dan sesudah MDT Pasien Sebelum MDT (g/dl) Keterangan Sesudah MDT (g/dl) Keterangan P1 14,7 n = 15 12,6 n = 15 P2 14,0 Mean = 13,907 12,0 Mean = 11,320 0,000 P3 14,4 SD = 1, ,0 SD = 1,6367 P4 14,2 Min = 12,1 12,1 Min = 8,6 P5 13,2 Max = 16,7 10,1 Max = 14,1 P6 12,2 8,6 P7 12,9 9,7 P8 16,3 13,9 P9 14,1 12,1 P10 13,1 11,3 P11 14,8 11,9 P12 13,5 9,6 P13 12,1 9,4 P14 12,4 10,4 P15 16,7 14,1 p Dari tabel 4.4 diatas tampak adanya penurunan kadar Hb sesudah 3 bulan mendapat MDT, dimana kadar normal hemoglobin pada laki-laki g/dl dan perempuan 12-15,5 g/dl. Kadar Hb sebelum MDT dideskripsikan sebagai mean 13,907 g/dl, SD 1,3656 g/dl, (Min-Max, 12,1 16,7 g/dl) dan sesudah MDT dideskripsikan sebagai mean 11,320 g/dl, SD 1,6367 g/dl, (Min-Max, 8,6 14,1 g/dl). Dari tabel 4.4 juga terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) sebelum dan sesudah mendapat MDT. Penurunan kadar Hb pada penelitian ini kemungkinan karena adanya reaksi anemia hemolitik, dimana semakin lama dapson diberikan maka semakin tinggi efek oksidan langsung terhadap membran sel darah merah. 15,41 Absorpsi dapson melalui jalur metabolik N-hidroksilasi yang menghasilkan metabolit

16 39 toksik hidroksilamin akan mengakibatkan penghancuran abnormal dari sel darah merah sehingga ditemukan penurunan kadar hemoglobin. 8,9,12 Namun, anemia juga dapat terjadi karena berbagai kondisi seperti sosial ekonomi yang rendah, malnutrisi, infeksi parasit serta penyakit kronis. 16 Hasil penelitian yang sama ditemukan oleh Al-Sieni et al menyatakan bahwa terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb) sebesar 10-30% baik pada pria ataupun wanita sesudah 3 bulan pemberian MDT. 15 Penelitian oleh Deps et al menyatakan pada pasien yang mendapat MDT dapson pada 3 bulan pertama terapi ditemukan penurunan kadar Hb dan kadar hematokrit. 16 Penelitian oleh Singh et al menemukan bahwa kadar Hb menurun sebesar 17% setelah 90 hari mendapat MDT. 17 Dari semua penelitian diatas disimpulkan bahwa penurunan kadar Hb merupakan reaksi anemia hemolitik akibat adanya efek samping dapson yang dinilai cukup tinggi Profil kadar MCV pada pasien kusta Tabel 4.5 Kadar MCV sebelum dan sesudah MDT Pasien Sebelum MDT (fl) Keterangan Sesudah MDT (fl) Keterangan P1 88,0 n = ,6 n = 15 P2 89,5 Mean = 83,460 93,9 Mean = 88,807 0,053 P3 84,3 SD = 4, ,9 SD = 10,3877 P4 84,7 Min = 70,2 97,4 Min = 65,9 P5 82,1 Max = 89,5 79,1 Max = 101,6 P6 81,9 98,0 P7 87,5 79,6 P8 83,6 93,5 P9 83,5 89,7 P10 84,8 90,1 P11 86,4 83,3 P12 83,1 77,2 P13 75,3 101,4 P14 70,2 65,9 P15 87,0 83,5 p

17 40 Dari tabel 4.5 diatas kadar MCV menunjukkan rata-rata normal sesudah 3 bulan mendapat MDT, dimana kadar normal MCV fl. Kadar MCV sebelum MDT dideskripsikan sebagai mean 83,460 fl, SD 4,9676 fl, (Min-Max, 70,2 89,5 fl) dan sesudah MDT dideskripsikan sebagai mean 88,807 fl, SD 10,3877 fl, (Min-Max, 65,9 101,6 fl). Tabel diatas 4.5 juga menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05) sebelum dan sesudah mendapat MDT. Pada penelitian ini ditemukan kadar MCV yang normal. Ini kemungkinan karena kadar hemoglobin yang kurang atau tidak cukup jumlahnya akibat dari pembuatan sel eritrosit terganggu atau terjadi pemecahan sel yang tinggi, namun volumenya masih normal sehingga kadar MCV tampak normal. Ini biasa terlihat pada anemia hemolitik akut. Pada anemia hemolitik kronis dapat dijumpai ukuran eritrosit yang besar dilihat dari peningkatan MCV. Namun, perubahan dari kadar MCV ini sifatnya dapat berubah-ubah. 46,47 Penelitian yang berbeda dilaporkan oleh Singh et al yang menemukan kadar MCV yang meningkat sebesar 3% sesudah 90 hari mendapat MDT. Dari gambaran hematologi menunjukkan abnormalitas baik sebelum dan sesudah mendapat MDT. Penelitian ini menemukan efek samping akibat dapson sangat tinggi. Oleh karena itu diperlukan terapi suportif yang diberikan bersama dengan MDT. 17

18 Profil kadar MCHC pada pasien kusta Tabel 4.6 Kadar MCHC sebelum dan sesudah MDT Pasien Sebelum Keterangan Sesudah Keterangan p MDT (g%) MDT (g%) P1 34,6 n = 15 32,2 n = 15 P2 32,9 Mean = 33,213 33,6 Mean = 31,902 0,009 P3 34,7 SD = 1, ,0 SD = 1,5992 P4 34,4 Min = 30,5 31,9 Min = 28,9 P5 31,6 Max = 36,7 28,9 Max = 34,5 P6 31,3 29,2 P7 32,8 31,4 P8 36,7 34,5 P9 33,9 31,4 P10 32,3 32,0 P11 32,9 33,5 P12 33,0 30,9 P13 31,8 32,6 P14 30,3 30,8 P15 35,0 33,9 Dari tabel 4.6 diatas tampak adanya penurunan kadar MCHC sesudah 3 bulan mendapat MDT, dimana kadar normal MCHC g%. Kadar MCHC sebelum MDT dideskripsikan sebagai mean 33,213 g%, SD 1,6767 g%, (Min- Max, 30,3 36,7 g%) dan sesudah MDT dideskripsikan sebagai mean 31,920 g%, SD 1,5992 g%, (Min-Max, 28,9 34,5 g%). Pada tabel 4.6 diatas juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,05) sebelum dan sesudah mendapat MDT. Penurunan kadar MCHC pada penelitian ini kemungkinan terjadi karena kadar Hb per unit volume eritrosit dijumpai menurun yang menyebabkan ukuran eritrosit lebih kecil. Ini merupakan bentuk kompensasi sel agar dapat lebih mudah berikatan dengan oksigen disertai kadar Hb yang terbatas. 46,47 Penelitian yang sama dilaporkan oleh Al-Sieni et al menyatakan bahwa terjadi penurunan kadar MCHC setelah 3 bulan mengkonsumsi MDT. Penelitian

19 42 ini menyimpulkan bahwa penurunan ini merupakan reaksi dari anemia namun tidak berhubungan dengan perubahan hitung sel darah merah. 15 Penelitian oleh Singh et al menemukan sebanyak 9 orang dari 73 pasien kusta yang dinilai setelah mengkonsumsi dapson dalam waktu 90 hari ditemukan MCHC menurun 1% Profil kadar hitung retikulosit pada pasien kusta Tabel 4.7 Kadar hitung retikulosit sebelum dan sesudah MDT Pasien Sebelum Keterangan Sesudah Keterangan p MDT (%) MDT (%) P1 1,36 n = 15 2,88 n = 15 P2 1,2 Mean = 1,218 2,24 Mean = 2,341 0,001 P3 1,26 SD = 0,2119 4,66 SD = 1,0500 P4 1,36 Min = 0,8 4,54 Min = 1,2 P5 1,37 Max = 1,7 2,92 Max = 4,7 P6 1,24 2,09 P7 1,09 1,85 P8 0,94 1,16 P9 1,34 1,48 P10 1,05 1,44 P11 1,25 2,56 P12 1,65 2,03 P13 0,78 1,77 P14 1,04 2,02 P15 1,34 1,47 Dari tabel 4.7 diatas tampak terjadinya peningkatan hitung retikulosit sesudah 3 bulan mendapat MDT, dimana kadar normal hitung retikulosit 0,5-1%. Hitung retikulosit sebelum MDT dideskripsikan sebagai mean 1,218 %, SD 0,2119 %, (Min-Max, 0,8 1,7 %) dan sesudah MDT dideskripsikan sebagai mean 2,341 %, SD 1,0500 %, (Min-Max, 1,2 4,7 %). Pada tabel 4.7 diatas juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,05) sebelum dan sesudah mendapat MDT.

20 43 Pada penelitian ini ditemukan peningkatan retikulosit, dimana retikulosit merupakan sel darah merah baru yang dilepaskan oleh sumsum tulang. Apabila terjadi hemolisis maka terjadi peningkatan produksi sel darah merah sekitar dua atau tiga kali lipat dari normal. Umur retikulosit didalam darah individu normal akan bertahan dalam waktu 1 hari. Apabila produksi sel darah meningkat, maka retikulosit akan dilepaskan secara prematur dan bertahan di sirkulasi dalam waktu 2 hingga 4 hari. 47 Penelitian yang sama dilaporkan oleh Singh et al menemukan kejadian sebanyak 9 orang dari 73 pasien kusta yang dinilai setelah mengkonsumsi dapson dalam waktu 90 hari ditemukan, hitung retikulosit meningkat 36,5%. 17 Penelitian oleh Halim et al melaporkan terdapat peningkatan hitung retikulosit sesudah mendapat MDT dengan rata-rata 7,3 ± 1,0 % dengan nilai p < 0,05. Retikulosit meningkat sebesar 4 kali lipat selama penelitian berlangsung. Ini menunjukkan bahwa dapson dapat menginduksi terjadinya hemolisis Analisis kejadian anemia hemolitik sesudah mendapat MDT Anemia hemolitik sesudah 3 bulan mendapat MDT Tabel 4.8 Kejadian Anemia hemolitik Keterangan Sebelum MDT Sesudah MDT p n % n % Normal ,0 5 33,3 0,002 Anemia Hemolitik ,7 Total , ,0 Dari tabel 4.8 diatas menunjukkan terjadinya anemia hemolitik sebesar 66,7% dan yang tidak anemia hemolitik sebesar 33,3% sesudah 3 bulan

21 44 mengkonsumsi MDT. Tabel diatas juga menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada anemia hemolitik sebelum dan sesudah 3 bulan mendapat MDT. Anemia hemolitik merupakan anemia yang dihubungkan dengan pemendekan umur sel darah merah yang kurang dari 120 hari, dimana akibat adanya destruksi yang cepat dari pembuluh darah. Apabila dicurigai anemia hemolitik maka perlu dilakukan pemeriksaan darah lengkap disertai hitung retikulosit. Peningkatan hitung retikulosit merupakan tanda penting pada anemia hemolitik sebagai respon dari sumsum tulang. 58 Hemolisis dapat terjadi secara akut, subakut ataupun kronis. Anemia hemolisis akut biasa terjadi gangguan pada membran sel darah merah baik turunan atau yang didapat, hemoglobinopati dan abnormalitas enzim sel darah merah. Pada hemolisis subakut atau kronis dijumpai pada hemolisis imunologi, mekanikal, infeksi dan toksik yang berhubungan dengan obat yaitu dapson. Pada anemia hemolitik akut terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan hemoglobinuria, hipotensi, syok, delayed jaundice disertai demam. Pada anemia hemolitik subakut ataupun kronis terjadi secara perlahan ataupun tersembunyi, dimana ditandai dengan anemia ringan hingga sedang, hipokolestrolemia, serta ukuran MCV yang bervariasi yaitu ukuran eritrosit normal (normositik) ataupun eritrosit besar (makrositik). 58,59 Namun perubahan MCV ini bersifat adaptif dan dapat berubahubah. 46 Pada beberapa kasus, hemolisis bersifat asimptomatik dan tidak menunjukkan adanya gambaran makrositik ataupun retikulositosis. Oleh karena itu parameter yang dapat dinilai adalah adanya peningkatan kadar laktat

22 45 dehidrogenase, peningkatan kadar bilirubin indirect dan penurunan kadar haptoglobin. 58 Penelitian yang sama oleh Deps et al menemukan bahwa kejadian anemia hemolitik setelah mengkonsumsi MDT selama 90 hari sebesar 56,5%. 14 Penelitian yang dilaporkan oleh Al-Sieni et al menyatakan bahwa anemia hemolitik terjadi sebesar 30% setelah 3 bulan mengkonsumsi MDT. 15 Penelitian lain oleh Deps et al menyatakan bahwa anemia hemolitik dijumpai sebesar 51% pada pasien yang mendapat MDT dapson pada 3 bulan pertama terapi ditandai dengan penurunan kadar Hb dan kadar hematokrit. 16 Penelitian oleh Singh et al menemukan kejadian anemia hemolitik sebesar 12% yaitu sebanyak 9 orang dari 73 pasien kusta yang dinilai setelah mengkonsumsi dapson dalam waktu 90 hari. 17 Dari penelitian diatas disimpulkan bahwa efek samping yang terjadi akibat MDT ini cukup tinggi sehingga boleh menghentikan sementara obat yang menjadi penyebab dan memberikan terapi suportif. Namun, jika efek samping tidak dapat teratasi maka obat dihentikan dan WHO menganjurkan agar obat penyebab diganti dengan terapi alternatif.

23 46 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Dalam penelitian ini didapatkan 15 sampel kusta dalam kurun waktu sekitar delapan bulan menunjukkan terjadinya anemia hemolitik sebesar 66,7% dan adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,05) sebelum dan sesudah 3 bulan mendapat MDT. b. Hasil sebelum mendapat MDT ditemukan kadar hemoglobin normal dengan rata-rata 13,907 g/dl, MCV normal dengan nilai rata-rata 83,460 fl, kadar MCHC normal dengan nilai rata-rata 33,213 g% dan hitung retikulosit normal dengan rata-rata 1,218 %. Namun, sesudah 3 bulan mendapat MDT ditemukan penurunan kadar hemoglobin dengan rata-rata 11,320 g/dl, MCV normal dengan nilai rata-rata 88,807 fl, penurunan kadar MCHC dengan nilai rata-rata 31,920 g% dan peningkatan retikulosit dengan rata-rata 2,341%. c. Terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) kadar hemoglobin, MCHC dan hitung retikulosit pada pasien kusta sebelum dan sesudah 3 bulan mendapat MDT. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,05) kadar MCV pada pasien kusta sebelum dan sesudah 3 bulan mendapat MDT. 5.2 Saran a. Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, diharapkan pemeriksaan kadar hemoglobin dan hitung retikulosit dapat dilakukan 46

24 47 dalam prosedur pemeriksaan penyakit kusta karena kadar tersebut dapat dijadikan salah satu sebagai prediktor anemia hemolitik pada penyakit kusta. b. Diharapkan sebelum pemberian MDT dan setiap 3 bulan sesudah pemberian MDT, pasien kusta melakukan pemeriksaan rutin laboratorium darah lengkap dan hitung retikulosit untuk memantau efek samping MDT. c. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melihat kejadian anemia hemolitik dengan pemeriksaan kimia darah dan hapusan darah tepi. d. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melihat efektivitas pemberian suplemen penambah darah sebagai terapi tambahan dalam penanganan anemia hemolitik untuk meningkatkan kesembuhan pasien kusta karena efek samping obat MDT sehingga pengobatan dapat terus diberikan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kusta atau morbus Hansen merupakan infeksi granulomatosa kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler obligat. Kusta dapat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada gambaran prevalensi dan penyebab anemia pada pasien penyakit ginjal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup bidang ilmu yang diteliti adalah bidang ilmu Patologi Klinik sub bidang hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu Patologi Klinik 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1) Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post

BAB 4 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian adalah eksperimental dengan rancangan pre and post test design sehingga dapat diketahui perubahan yang terjadi akibat perlakuan. Perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah analitis. B. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

Lebih terperinci

Naskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian

Naskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian 53 LAMPIRAN 1 Naskah Penjelasan kepada Peserta Penelitian Yth, Bapak/ Ibu/ Saudara/ i. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri, saya dr. Wan Tisya Muhaira yang sedang mengikuti Program Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 28 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya Ilmu Bedah Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. 4. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia dan Geriatri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Anemia adalah penurunan jumlah normal eritrosit, konsentrasi hemoglobin, atau hematokrit. Anemia merupakan kondisi yang sangat umum dan sering merupakan komplikasi dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 27 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Patologi Klinik. 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium basah Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan belah lintang ( cross sectional ). 3.2. Ruang lingkup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah. Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2009 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah adalah penelitian analitik diskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one group pre-test and post-test design untuk mengetahui efektivitas senam ADUHAI terhadap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional)

BAB IV METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan belah lintang (crosssectional) dimana peneliti melakukan pengukuran variabel pada saat tertentu. Setiap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, dan Geriatri.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, dan Geriatri. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, dan Geriatri. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Unit Rehabilitasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik-komparatif, yakni mempelajari perbandingan variabel-variabel dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu bedah digestif, ilmu bedah onkologi, dan ilmu gizi 4.2 Tempat dan waktu Lokasi penelitian ini adalah ruang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya parasitologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian telah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pengambilan data cross-sectional. Adapun sumber data yang. dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan pengambilan data cross-sectional. Adapun sumber data yang. dengan kriteria inklusi dan eksklusi. 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif - analitik komparatif dengan pendekatan pengambilan data cross-sectional. Adapun sumber data yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Faktor-faktor yang mempengaruhi Phlebotomy 1. Pelaksanaan phlebotomy. 2. Tempat phlebotomy yang dilakukan. 3. Peralatan phlebotomy dan cara penggunaanya. 4. Keadaan pasien.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian Analitik, mengingat variabel yang diteliti akan dibandingkan antara kelompok pasien yang diperiksa menggunakan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi potong lintang (cross sectional), yaitu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Geriatri, Farmakologi dan Gizi Medik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum. Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Mulut. Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Kesehatan Anak, imunologi, dan mikrobiologi RSUP dr.kariadi Semarang 4.2 Rancangan, Jenis dan Desain penelitian Penelitian menggunakan rancangan/metoda

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan. Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di SMF Ilmu Kesehatan Anak Sub Bagian Perinatologi dan Nefrologi RSUP dr.kariadi/fk Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif.. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat pengambilan sampel dan pemeriksaan sampel di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Yang dimaksud dengan penelitian analitik yaitu penelitian yang hasilnya tidak

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik. 25 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Patologi Klinik. 3.2 Tempat dan waktu penelitian 3.2.1 Tempat penelitian Tempat penelitian dilakukan di

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. Penelitian telah dilaksanakan di bagian Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam lingkup penelitian bidang Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan dan Ilmu Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan potong lintang (cross sectional). 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang dalam mendiagnosis suatu penyakit. Salah satu pelayanan laboratorium adalah pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. desain cross sectional study, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara

III. METODE PENELITIAN. desain cross sectional study, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross sectional study, yaitu peneliti mempelajari hubungan antara asupan imunonutrisi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ngablak Kabupaten Magelang dari bulan Maret 2013. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Fisiologi Kedokteran dan Ilmu Farmakologi-Toksikologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan April - Mei 2016. B. Jenis

Lebih terperinci

ABSTRAK. Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya

ABSTRAK. Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya ABSTRAK Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya memberikan gambaran penurunan besi serum. Untuk membedakan ADB

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik prospektif dengan time series design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan menggunakan desain penelitian cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang dengan paparan timbal mempunyai kecenderungan lebih besar untuk menjadi anemia dibandingkan dengan orang yang tidak terpapar timbal. Padahal anemia sudah

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik, B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang saat ini terus melakukan pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik, peningkatan taraf hidup setiap

Lebih terperinci

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC) Indek (MCV, MCH, & MCHC) Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. one group design. Desain ini melibatkan satu kelompok dengan 32 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dengan rancangan eksperimental dengan pre-post test only one group design.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik karena mencari perbedaan antara dua variabel yaitu perbedaan darah lengkap kanker payudara positif dan diduga kanker payudara.

Lebih terperinci

3 BAB III METODE PENELITIAN

3 BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Anak, Tumbuh Kembang. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007 50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasional analitik, yang dilakukan dengan pendekatan cross sectional yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai April 2008. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Analitik. B. Waktu Dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret sampai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Desa Srigading Kecamatan Ngablak

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Desa Srigading Kecamatan Ngablak BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang ilmu kedokteran khususnya Ilmu Fisiologi dan Farmakologi-Toksikologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam. 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang kardiologi dan bidang nutrisi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya subbagian Perinatologi. Penelitian ini dilakukan di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNDIP/ RS BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Bagian Ilmu kesehatan Anak, khususnya subbagian Perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif menggunakan desain pendekatan prospektif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. 3.2 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. RSUP Dr.Kariadi, Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam, sub bagian Ginjal-Hipertensi, dan sub bagian Tropik Infeksi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. pemeriksaan di Unit Transfusi Darah Cabang Palang Merah Indonesia BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 1234567Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Banyumas II,tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized 20 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan uji klinik dengan desain Randomized Controlled Trial Double Blind pada pasien yang menjalani operasi elektif sebagai subyek

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut: BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain eksperimental. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut: Kelompok I : chlorhexidine

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konsep DIABETES MELITUS TIPE 2 KEBUTUHAN PERAWATAN PERIODONTAL Indeks CPITN Kadar Gula Darah Oral Higiene Lama menderita diabetes melitus tipe 2 3.2 Hipotesis

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN. - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik, Semarang, Jawa 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang ilmu Fisiologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian - Tempat : RW X Kelurahan Padangsari, Banyumanik,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 2.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. 2.2 Tempat dan waktu penelitian Dilaksanakan

Lebih terperinci

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE

PGK dengan HD IDWG BIA PHASE ANGLE BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep PGK dengan HD Etiologi Compliance (Kepatuhan Pasien, kualitas HD) Asupan cairan Asupan Garam dan nutrisi IDWG BIA Komposisi cairan Status

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Randomized control group pretest posttest design 41 Kelompok penelitian dibagi menjadi 2 kelompok

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 44 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain uji diagnostik untuk membandingkan sensitivitas dan spesifisitas antara serum NGAL dan serum cystatin C dalam mendiagnosa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Ruang Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, dimulai pada bulan April - Mei 2016. B. Jenis

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 24 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Fisiologi dan ilmu penyakit dalam 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian RW X, Kelurahan Padangsari, Kecamatan Banyumanik, Semarang pada bulan Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang digunakan secara luas pada praktek klinis sehari-hari. Rentang referensi hematologi yang sesuai sangatlah diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Respirologi, Alergi dan Imunologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori. digilib.uns.ac.id BAB V PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian di RSUD Dr. Moewardi telah didapatkan data-data penelitian yang disajikan dalam tabel pada Bab IV. Pada penelitian ini didapatkan sampel

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu 20 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian adalah mencakup bidang Ilmu Kesehatan Anak. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pre test and post test with control group design untuk mengetahui

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pre test and post test with control group design untuk mengetahui BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pada penelitian ini, menggunakan jenis penelitian quasy experimental dengan pre test and post test with control group design untuk mengetahui hemoglobin pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi Klinik, dan Ilmu Gizi Klinik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini disebabkan oleh demam dimana terdapat kenaikan suhu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lakukan di laboratoruium Klinik Katub Demak. Penelitian di

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2

Lebih terperinci

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258)

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258) IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK HEMOGLOBIN (HB) PADA IBU HAMIL DI WILAYAH PESISIR DAN ALIRAN SUNGAI SIAK Erwin 1, Gamya TriUtami 2, RismadefiWoferst 3 1,2,3 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin tingginya tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat, dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di era globalisasi menuntut penyedia

Lebih terperinci

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan Curriculum vitae Nama : AA G Sudewa Djelantik Tempat/tgl lahir : Karangasem/ 24 Juli 1944 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat : Jln Natuna 9 Denpasar Bali Istri : Dewi Indrawati Anak : AAAyu Dewindra Djelantik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode pre and post

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode pre and post III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode pre and post design (rancangan pre pasca test dalam satu kelompok). Penelitian dilakukan sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data pada sebuah penelitian (Mukhtar et al., 2011). Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. mengumpulkan data pada sebuah penelitian (Mukhtar et al., 2011). Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu metode atau prosedur untuk mengumpulkan data pada sebuah penelitian (Mukhtar et al., 2011). Penelitian ini merupakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Hemoglobin Hemoglobin adalah pigmen yang terdapat didalam eritrosit,terdiri dari persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein yang disebut globin,dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Kedokteran Jiwa. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Central RSUP Dr. Kariadi Semarang. Kegiatan penelitian dilakukan oleh

Lebih terperinci

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk

RINGKASAN. Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk RINGKASAN Penyakit hati kronis merupakan masalah kesehatan masyarakat, tetapi sering tidak diketahui, karena tidak menunjukkan gejala untuk waktu yang sangat lama, dan baru terdeteksi ketika fibrosis telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Gigi dan Mulut dan ilmu Psikiatri 1.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat : Poli Gigi Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) dan klinik gigi jejaring

Lebih terperinci