JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 6 (2014) Copyright 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 6 (2014) Copyright 2014"

Transkripsi

1 JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 6 (2014) Copyright 2014 ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PERKARA PERDATA NOMOR : 061/Pdt.G/2011/PN.Smda DALAM GUGATAN WANPRESTASI PERJANJIAN KESEPAKATAN PENGELOLAAN KAWASAN PERTOKOAN DAN PERKANTORAN ANTARA ASPIADIN NOOR MELAWAN JAIDIN. Abstrak Rahman Nuwanzah 1 (rahmannuwanzah@yahoo.com) Emilda Kuspraningrum 2 (emilda@fhunmul.ac.id) Nur Arifudin 3 (nurarifudin_lo@yahoo.com) Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui Analisa terhadap Putusan Perkara Perdata Nomor : 061/Pdt.G/2011/PN.Smda dalam gugatan Wanprestasi atas Perjanjian Kesepakatan Pengelolaan Kawasan Pertokoan Dan Perkantoran Antara Aspiadin Noor Melawan Jaidin dilihat dari segi Keadilan,Kemanfaatan dan Kepastian Hukum serta untuk memberikan masukan terhadap Hal hal apa saja yang dapat dilakukan untuk menciptakan Putusan Nomor : 061/Pdt.G/2011/PN.Smda dalam gugatan Wanprestasi atas Perjanjian Kesepakatan Pengelolaan Kawasan Pertokoan Dan Perkantoran Antara Aspiadin Noor Melawan Jaidin memenuhi unsur Keadilan,Kemanfaatan dan Kepastian Hukum. Hasil penelitin yang diperoleh 1.) hakim menyatakan bahwa masalah ini merupakan perkara wanprestasi karena tidak dipenuhinya suatu prestasi yang disepakati kepada salah satu pihak yang mengakibatkan kerugian materil dan formil. Unsur keadilan tidak didapatkan karena dalam putusan hakim masih menyamakan status sosial para pihak, hakim tidak memberikan jawaban atas salah satu tuntutan padahal hal itu merupakan hal penting Penggugat, hakim juga tidak memberikan argumentasi yang jelas dan rinci terhadap pertimbangannya. Kemudian tidak tercipta unsur Kemanfaatan karena hakim dalam putusan tidak memberikan batas waktu untuk pelaksanaan putusan harus dilaksanakan, dan hakim juga tidak memberikan putusan atas sanksi jika putusan lambat atau tidak dilaksanakan. Kemudian hakim tidak memberikan kepastian hukum karena hakim dalam putusannya tidak menngunakan dasar perundangundangan, hakim hanya fokus pada perjanjian saja 2) hal-hal yang dapat dilakukan agar putusan memberikan rasa keadilan adalah hakim harus memutus segala gugatan dari penggugat sesuai dengan salah satu asas putusan, kemudian untuk terciptanya kemanfaatan hakim harus memberikan rasa keadilan dan 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 2 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman 3 Dosen Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Mulawarman

2 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 6 kepastian hukum sehingga hakim dalam putusan harus memberikan jangka waktu yang pasti hukuman harus dilaksanakan dan sanksi jika putusan hakim tidak. Kemudian untuk menciptakan kepastian hukum, walaupun perkara adalah perkara wanprestasi perjanjian hakim juga harus menggunakan dasar perundangundangan dalam putusannya agar memberikan kekuatan dan kepastian dalam isi putusan. Penulis menyimpulkan bahwa putusan Pengadilan Negeri Samarinda Nomor : 061/Pdt.G/2011/PN.smda dalam gugatan wanprestasi perjanjian kesepakatan pengelolaan kawasan pertokoan dan perkantoran antara Aspiadin Noor Melawan Jaidin masih tidak menceriminkan unsur Keadilan, Kemanfaatan dan Kepastian Hukum. Saran Penulis dalam membuat isi putusan hakim harus jelas, teliti, dan memberikan analisis dan argumentasi dalam putusan serta harus berdasarkan unsur Keadilan, Kemanfaatan dan Kepastian Hukum, hakim juga harus menggunakan hati nurani dalam membuat putusan agar terciptanya unsur tersebut. Kata Kunci : - Aspiadin Noor, Jaidin, Wanprestasi, Pengelolaan 2

3 Analisis Yuridis Terhadap Putusan Perkara (Rahman Nuwanzah) Pendahuluan Pada perjanjian yang telah disepakati pihak aspiadin noor menyediakan sejumlah lahan sebesar ± M 2 ( lebih kurang empat ribu Sembilan ratus enam puluh delapan meter persegi) yang terletak di Jalan Pangeran Antasari Samarinda Provinsi Kalimantan Timur kepada Jaidin dalam hal proyek atas Kesepakatan Pengelolaan Kawasan Pertokoan Dan Perkantoran dengan sebutan ANTASARI OFFICE WALK BLOK/KAVLING A-5, Kemudian salah satu kewajibannya pihak Jaidin yaitu : Berkewajiban melaksanakan pembangunan kawasan pertokoan dan/atau perkantoran diatas lahan milik Aspiadin Noor tersebut, dan selanjutnya mengelola (memasarkan/menjual/menyewakan) tanah-tanah, tokotoko dan kantor-kantor tersebut. Berkewajiban melakukan pembayaran pelimpahan pengelolaan atas lahan kepada Aspiadin Noor yang telah diatur dalam Pasal 2 Perjanjian Nomor 39 Tanggal 11 Mei Kemudian sampai batas waktu yang telah ditentukan, pihak Jaidin belum melaksanakan sisa pembayaran sebagaimana diatur dalam perjanjian pada Pasal 2 Perjanjian Nomor 39 Tanggal 11 Mei 2009 dan pihak Jaidin tidak melanjutkan pembangunan proyek yang telah disepakati. Perkara ini kemudian timbul karena adanya suatu gugatan dari pihak Aspiadin yang merasa dirugikan atas suatu tindakan dari pihak Jaidin yang telah bertentangan dengan suatu isi perjanjian yang telah disepakati dalam gugatan berisi tuntutan dari pihak Aspiadin Noor yang menyatakan bahwa pihak Jaidin tidak memenuhi suatu prestasi yang sebagaimana telah disepakati dalam surat perjanjian kesepakatan pengelolaan kawasan pertokoan dan perkantoran. 3

4 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 6 Gugatan dari pihak Aspiadin Noor yang ditujukan kepada Pengadilan Negeri Samarinda merupakan Pengadilan yang ditunjuk apabila terjadinya sengketa antara kedua belah pihak dalam perjanjiannya. Setelah dilaksanakan persidangan Acara Perdata, Pengadilan Negeri Samarinda mengeluarkan Putusan dengan Nomor : 061/Pdt.G/2011/PN.Smda yang di umumkan pada tanggal 13 Agustus 2013 telah memiliki kekuatan hukum yang tetap. Namun di dalam putusan yang di keluarkan oleh hakim, penulis melihat hakim dalam membuat putusan tidak memberikan alasan-alasan hukum dalam isi putusan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 14 sehingga penulis ingin melakukan analisa terhadap Putusan Nomor : 061/Pdt.G/2011/PN.Smda terhadap perkara gugatan Wanprestasi antara Aspiadin Noor Melawan Jaidin. Yang dalam penelitian terhadap putusan ini akan dilakukan analisa terhadap hal apa yang dapat dilakukan agar tercipta Putusan Perkara Perdata Nomor : 061/Pdt.G/2011/PN.Smda dalam gugatan Wanprestasi atas Perjanjian Kesepakatan Pengelolaan Kawasan Pertokoan Dan Perkantoran Antara Aspiadin Noor Melawan Jaidin untuk memenuhi unsur Keadilan, Kemanfaatan dan Kepastian Hukum Pembahasan 1. Analisis Yuridis Terhadap Putusan Perkara Perdata Nomor : 061/Pdt.G/2011/PN.Smda Dalam Gugatan Wanprestasi Perjanjian Kesepakatan Pengelolaan Kawasan Pertokoan Dan Perkantoran Pada perkara ini terjadi akibat adanya suatu Perjanjian Kesepakatan Pengelolaan Kawasan Pertokoan Dan Perkantoran antara pihak Aspiadin Noor 4

5 Analisis Yuridis Terhadap Putusan Perkara (Rahman Nuwanzah) sebagai Penggugat dan pihak Jaidin sebagai Tergugat, kedua belah pihak telah bersepakat melakukan perjanjian kerjasama yang dituangkan dalam perjanjian Nomor : 17 Tanggal 04 September Bahwa dapat di simpulkan sebagai perbuatan ingkar janji/wanprestasi sesuai dengan Pasal 1234 KUHPerdata karena tergugat tidak melaksanakan kewajiban/prestasi terhadap kesepakatan yang telah di perjanjikan sehingga memberikan kerugian kepada penggugat baik secara materil dan formil. Kemudian Pengadilan Negeri Samarinda mengadili perkara ini pada intinya menyatakan bahwa gugatan Penggugat diterima karena sesuai dengan kompetensi absolut dan kompetensi relatif pengadilan. Serta menyatakan bahwa perkara ini merupakan perkara ingkar janji/wanprestasi. a. Dilihat dari aspek Keadilan Hukum Hakim harus mencari keadilan dari suatu masalah, sehingga hakim wajib mendengar dengan baik segala macam informasi atau keterangan dari para pihak yang didapat dalam sidang Peradilan Acara Perdata. Kemudian John Rawls Dalam Buku nya yang berjudul A Theory Of Justice melahirkan 3 (tiga) prinsip keadilan, yang sering dijadikan rujukan oleh bebera ahli yakni: 1. Prinsip Kebebasan yang sama (equal liberty of principle) 2. Prinsip Perbedaan (differences principle) 3. Prinsip Persamaan Kesempatan (equal opportunity principle). 5

6 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 6 Kemudian jika kita meninjau putusan perdata Nomor : 061/Pdt.G/2011/PN.Smda dari prinsip kebebasan yang sama (equal liberty of principle) yaitu prinsip untuk berperan serta dalam kehidupan politik yaitu hak bersuara dan mencalonkan diri dalam pemilihan. Kebebasan berbicara termasuk kebebebasan pers, kebebasan berkeyakinan termasuk kebebasan beragama, kebebasan menjadi diri sendiri, kebebasan dari penangkapan dan penahanan yang sewenangwenang, dan kebebasan untuk mempertahankan milik pribadi, penulis melihat adanya suatu putusan hakim yang tidak memberikan suatu keadilan, karena hakim tidak memberikan jawaban dalam putusannya atas salah satu tuntutan dari Penggugat terhadap salah satu gugatan nya, tertuang dalam putusan halaman 6 poin 14. Kemudian terhadap hal ini nantinya akan menimbulkan ketidakadilan bagi penggugat karena salah satu gugatannya tidak diperiksa oleh hakim, karena hal ini tidak sesuai dengan asas hakim harus memeriksa seluruh gugatan yang diatur dalam Pasal 178 Ayat (2) HIR yang menyatakan bahwa hakim harus secara total memeriksa seluruh gugatan. Pada prinsip selanjutnya yaitu Prinsip Perbedaan (differences principle) yaitu bahwa perbedaan sosial dan ekonomi harus diatur agar memberikan manfaat yang paling besar kepada mereka yang paling kurang beruntung. Jika dikaitkan pada prinsip ini, penulis melihat putusan pada perkara ini hakim tidak membedakan mengenai status sosial dan ekonomi dari para pihak yang bersengketa, hakim menganggap para pihak yang bersengketa memiliki kedudukan 6

7 Analisis Yuridis Terhadap Putusan Perkara (Rahman Nuwanzah) yang sama dalam hal drajat sosial dan ekonomi para pihak. Padahal apabila kita melihat dari gugatan Penggugat poin 12. Sehingga jika dilihat dari isi gugatan, Penggugat telah mengalami kerugian secara Materil dan Formil atas perkara wanprestasi yang dilakukan oleh tergugat dan pastinya akibat hal ini adalah perubahan status sosial dan ekonomi dari Penggugat akibat kerugian yang diderita. Kemudian jika melihat dari Prinsip Persamaan Kesempatan (equal opportunity principle). yaitu memberikan jaminan bahwa orang-orang dengan keterampilan, kemampuan dan motivasi yang sama dapat menikmati kesempatan yang sama pula. Apabila dilihat dari prinsip ini, penulis melihat terdapat fakta bahwa hakim memenuhi unsur dari prinsip ini karena hakim memberikan kesempatan bagi para pihak untuk menghadirkan bukti berupa bukti tertulis maupun bukti saksi yang akan digunakan Penggugat dan Tergugat untuk menguatkan dari pada pembelaan bagi mereka. b. Dilihat dari aspek Kemanfaatan Hukum Berpijak pada aspek Kemanfaatan hukum penulis menyatakan bahwa putusan ini tidak meberikan kemanfaatan hukum, karena isi putusan hakim tidak memberikan suatu kepastian akan pelaksanaan eksekusi dari putusan ini, hal ini terlihat dalam isi putusan halaman 56 poin 6 : Menghukum Kepada Tergugat untuk membayar kepada penggugat dikarenakan Wan-prestasi tidak melaksanakan Pembangunan Pengelolaan Kawasan Pertokoan dan Perkantoran tersebut sebesar Rp ,- (lima ratus empat puluh juta rupiah) terhitung setelah putusan ini berkekuatan hukum yang tetap 7

8 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 6 Namun dalam putusan ini tidak diberikannya suatu ketetapan terhadap batas waktu hukuman ini dilaksanakan dan dapat dilihat hakim juga tidak memberikan hukuman berupa denda atau sanksi apabila pihak yang di hukum ini tidak melaksanakan putusan hakim, sehingga mengakibatkan adanya pemikiran bahwa dalam menlaksanakan isi putusan dapat dilakukan kapan pun tanpa adanya waktu yang ditentukan oleh hakim, kemudian dalam putusan juga tidak di tetapkannya sita agar menjadi jaminan pelaksanaan putusan hakim, karena hal tersebut penulis melihat putusan hakim pada perkara ini tidak menciptakan kemanfaatan pada pihak yang dirugikan. Selain dari pihak yang dirugikan, karena pada siding ini bersifat terbuka dan masyarakat dapat hadir untuk melihat, masyarakat akan berpikir bahwa untuk mencari keadilan di persidangan apabila keadilan itu tidak didapatkan, hal ini dapat merubah pikiran masyarakat terhadap buruknya hakim dalam putusannya. c. Dilihat dari Aspek Kepastian Hukum Putusan hakim yang mengandung unsur kepastian hukum akan memberikan suatu kontribusi dalam ilmu hukum, karena putusan hakim dalam pengadilan akan mengikat kepada kedua belah pihak yang bersengketa dan memiliki kekuatan hukum yang tetap, bukan lagi pendapat hakim majelis namun berubah menjadi putusan dari institusi pengadilan dan menjadi acuqan dari masyarakat dalam kehidupan seharihari. 8

9 Analisis Yuridis Terhadap Putusan Perkara (Rahman Nuwanzah) Radbruch memberikan pendapat yang cukup untuk mendasar mengenai kepastian hukum. Ada 4 (empat) hal yang berhubungan makna kepastian hukum. 1) Hukum itu positif yakni perundang-undangan. 2) Hukum itu berdasarkan pada fakta atau hukum yang ditetapkan itu pasti. 3) Kenyataan (fakta) harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan, disamping mudah dilaksanakan. 4) Hukum positif tidak boleh mudah berubah. 4 Kemudian apabila kita mengkaitkan teori ini dalam putusan perdata Nomor : 061/Pdt.G/2011/PN.Smda yang pertama, menyatakan bahwa hukum itu positif yakni perundang-undangan. Ditinjau dalam hal tersebut, penulis melihat bahwa dalam isi putusan majelis hakim dalam perkara perdata ini tidak mengkaitkan persoalan / kasus dengan aturan perundang-undang, penulis melihat hakim hanya memberikan pertimbangan dari tuntutan dengan hal-hal yang telah dia yakini kebenarannya, sehingga sangat disayangkan karena jika dalam putusan tidak adanya kekuatan undang-undang didalamnya maka putusan tersebut dapat dikatakan kurang memiliki suatu unsur kepastian hukum. Kemudian kedua, melihat pada hukum itu berdasarkan pada fakta atau hukum yang ditetapkan itu pasti, dalam membuat putusan hakim harus melihat fakta yang didapatkannya dalam persidangan. penulis melihat bahwa dalam putusan, hakim telah melihat melihat pada fakta hukum 4 Gustav Radbruch dalam Sudikno Mertokusumo, op. Cit, Halaman 36 9

10 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 6 yang terjadi dalam persidangan. Karena dalam menjatuhkan tuntutan hakim melihat kepada bukti-bukti yang telah dihadirkan oleh Penggugat dan Tergugat hingga memberikan suatu tuntutan yang adil dan pasti, yang dapat dilihat dalam Halaman 51 Paragraf 1. Mencermati dari hal ini, penulis menyimpulkan bahwa hakim telah bertindak sesuai dengan fakta yang ditemukan dari bukti-bukti yang dihadirkan dengan menghitung pengeluaran-pengeluaran Penggugat hingga mendapat hasil akhir yang nanti akan dijadikan hasil tuntutan. Kemudian ketiga, kenyataan (fakta) harus dirumuskan dengan cara yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan, disamping mudah dilaksanakan, selain dari kekeliruan yang dirasakan bagi Penggugat. Penulis juga melihat kekeliruan yang dilakukan oleh hakim dalam putusan ini yang berdampak pada tergugat, hal itu dapat dilihat pada putusan halaman 54. Pada isi pertimbangan ini, dalam menemukan fakta didalam persidangan hakim tidak memberikan suatu argumentasi hukum yang jelas dan tegas, hanya memberikan suatu pertimbangan hukum, tetapi tidak menjelaskan secara detail terhadap apa-apa yang menjadi pertimbangan houkum dalam perkara ini. Hal ini tidak sesuai dengan Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Pasal 14 menyatakan bahwa setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari putusan dan Pasal 178 Ayat (1) HIR menyatakan bahwa hakim karena jabatannya atau 10

11 Analisis Yuridis Terhadap Putusan Perkara (Rahman Nuwanzah) secara ex officio, wajib mencukupkan segala alasan hukum yang tidak dikemukakan para pihak yang berperkara. Kemudian keempat, hukum positif tidak boleh mudah berubah. Pada bagian ini, akan terlihat apakah putusan perdata ini akan bermanfaat bagi para pihak atau tidak. Karena tidak boleh berubah maka putusan harus memiliki kekuatan yang kuat untuk mengikat para pihak. Namun seperti yang telah di bahas di atas, disini hakim masih kurang memberikan suatu putusan yang adil bagi para pihak, hal tersebut terlihat adanya suatu perlawanan hukum selanjutnya dari salah satu pihak yaitu pihak tergugat yang merasa masih terugikan pada putusan hakim ini. 2. Hal hal Yang Dapat Dilakukan Untuk Menciptakan Putusan Nomor: 061/Pdt.G/2011/PN.Smda a. Demi memenuhi unsur Keadilan Hukum Pada Prinsip kebebasan bersama (equal liberty of principle) telah terlihat bahwa hakim tidak memenuhi prinsip ini karena hakim di dalam putusannya tidak memberikan suatu kebebasan untuk mempertahankan milik pribadi bagi pihak yang terugikan (Penggugat), seharusnya dalam putusan hakim harus memberikan pertimbangan terhadap gugatan dari penggugat yang terdapat dalam putusan halaman 6 poin 14. karena salah satu Asas putusan adalah putusan wajib mengadili seluruh bagian gugatan yang digariskan dalam Pasal 178 ayat (2) HIR. Pada Prinsip Perbedaan (differences principle), penulis melihat hakim memberikan persamaan terhadap status sosial dan ekonomi para pihak, padahal telah 11

12 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 6 terlihat pada gugatan penggugat bahwa penggugat telah banyak mengalami kerugian atas kejadian wanprestasi ini yang terdapat dalam isi gugatan Poin 12, seharusnya hakim harus melihat hal tersebut dengan menggunakan hati nurani nya, karena selain dari fakta di dalam persidangan, putusan hakim harus mencerminkan rasa keadilan dan rasa keadilan tersebut hanya bisa didapat apabila hakim memberikan putusan selain berdasar pada perjanjian, hakim juga harus memutuskannya berdasarkan hati nuraninya. Pada prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity principle)., penulis melihat hakim telah cukup baik menggunakan prinsip ini dalam putusannya, hal tersebut terlihat bahwa hakim memberikan kesempatan kepada para pihak untuk berpendapat dalam sidang acara perdata dan hakim juga memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menghadirkan alat bukti berupa alat bukti tertulis, saksi dan alat bukti lainnya yang dianggap menguatkan pendapat para pihak. Sehingga hakim juga dapat melihat fakta hokum dari alat bukti saksi maupun bukti tertulis untuk menjadikan suatu bahan pertimbangan dalam putusan ini. b. Demi memenuhi unsur Kemanfaatan Hukum Apabila putusan telah dikeluarkan maka Hal yang harus hadir dan/atau tercipta apabila putusan ini dikeluarkan adalah : 1). Hukum harus memberikan kebahagiaan, maksud dari hukum memberikan kebahagiaan adalah para pihak yang bersengketa apabila merasa adanya kekeliruan dalam putusan ini, dapat diajukannya proses lainnya yaitu banding dan 12

13 Analisis Yuridis Terhadap Putusan Perkara (Rahman Nuwanzah) kasasi. 2). Putusan harus menentukan hak, selain dari memberikan putusan untuk menjatuhkan hukuman, dalam putusan juga harus melihat hak-hak para pihak yang bersengketa, hak tersebut dapat berupa objek dari apa yang di persengktakan. Putusan majelis hakim, harus benarbenar mengklasifikasikan yang mana hak penggugat dan yang mana hak tergugat. Kemudian harusnya hakim juga harus memberikan putusan dan pertimbangannya atas salah satu tuntutan tentang pengembalian sertifikat tanah yang telah dialihnamakan untuk menyatakan status hokum atas sertifikat tersebut.3). Putusan harus memiliki Kepastian dalam eksekusi, Pada isi putusan ini hakim masih belum memiliki kepastian dalam eksekusi nya, karena apabila kita melihat pada isi putusan diatas, hakim hanya menyatakan terhitung setelah putusan ini berkekuatan hukum yang tetap tetapi hakim tidak merumuskan jangka waktu harus dilaksanakannya putusan. Seharusnya hakim memberikan batas waktu kepada pihak yang dihukum untuk segera melaksanakan putusan hakim dalam perkara perdata ini. Kemudian hakim juga harus memutuskan sanksi apablia putusan ini tidak dilaksanakan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan. Hakim juga dapat melakukan sita untuk menjadi jaminan agar memberikan suatu rasa kepastian untuk dilaksanakannya putusan ini. 4). Putusan harus memberikan kebahagiaan bagi para pihak yang berkepentingan dan kehidupan manusia. Selain dari ketiga hal di atas, didalam putusan juga harus memberikan suatu kebahagiaan bagi para pihak yang 13

14 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 6 berkepentingan dalam putusan ini dan juga masyarakat. Karena putusan majelis hakim dapat diajukan sebagai acuan untuk memberikan putusan para perkara lainnya yang biasa di sebut jurisprudensi. Apabila putusan hakim tidak memberikan kebahagiaan, masyarakat akan berpikir sia-sia jika mencari keadilan di persidangan. c. Demi memenuhi unsur Kepastian Hukum 1). Putusan harus memiliki dasar perundang-undangan,apabila dilihat dari kasus yang terjadi memang benar bahwa kasus ini adalah kasus wanprestasi yang pasti timbul akibat adanya suatu kesepakatan yang diperjanjiakan. Didalam KUHPer di jelaskan pada Asas Pacta Sun Servanda, bahwa perikatan memiliki kekuatan hukum setara undangundang. Namun terlepas dari hal tersebut, untuk terciptanya unsur kepastian hukum di perlukannya juga suatu dasar perundang-undangan yang digunakan oleh hakim, sehingga hakim tidak hanya berpatok pada perjanjian belaka.hal ini juga dibutuhkan agar dalam putusannya hakim memiliki kekuatan hukum yang pasti di dalam putusannya. 2). Putusan harus melihat fakta hokum. Dalam putusan ini penelis melihat hakim telah melihat fakta hukum yang terjadi dalam persidangan dari buktibukti yang dihadirkan sehingga mendapatkan suatu hasil akhir. Dapat dilihat dalam halaman 50 Paragraf 3. Seperti ini seharusnya hakim dalam menjatuhkan dan memberikan suatu tuntutan dengan melihak fakta yang terjadi di persidangan, agar hakim tidak hanya sesuai dengan isi tuntutan tetapi juga melihat pada kenyataan. 3.) Putusan hakim harus dirumuskan 14

15 Analisis Yuridis Terhadap Putusan Perkara (Rahman Nuwanzah) dengan baik. Pada putusan perdata ini penulis melihat terdapat beberapa poin dalam pertimbangan hakim yang tidak dirumuskan dengan baik, sehingga menimbulkan kekeliruan didalamnya. Hal itu dapat dilihat dalam putusan hakim halaman 54. Dalam hal ini hakim hanya memberikan suatu pertimbangan hukum tetapi tidak memberikan suatu argumentasi dan alasan-alasan hukum yang jelas dan tegas dan tidak menjelaskan secara detail terhadap apa-apa yang menjadi pertimbangan hukum dalam suatu perkara. karena itu menanggapi atas hal tersebut hakim dalam putusannya harus memberikan pertimbangan yang jelas dan rinci alasan pertimbangan tersebut di berikan agar di penuhinya suatu pemahaman hukum bagi para pihak dan tidak menimbulkan suatu pemaknaan yang salah. Penutup A. KESIMPULAN 1. Analisis yuridis terhadap putusan perkara perdata nomor : 061/pdt.g/2011/pn.smda dilihat dari aspek Keadilan, Kemanfaatan dan Kepastian Hukum Pada isi putusan masih banyak putusan hakim yang tidak memberikan unsur keadilan didalamnya, karena dalam memberikan putusan hakim memberikan status sosial dan ekonomi yang sama antara kedua belah pihak padahal hakim telah mendapat keterangan dan fakta hukum yang berbeda antar status dari para pihak. Hakim juga tidak memberikan putusan terhadap salah satu gugatan penggugat mengenai salah satu 15

16 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 6 hak nya yaitu Tanah penggugat yang masih dimiliki oleh Tergugat, hal ini sangat jelas terlihat adanya ketidakadilan bagi salah satu pihak dalam isi putusan hakim, hakim juga tidak memberikan batas waktu putusan harus dilaksanakan dan putusanhakim tidak terdapat sanksi jika putusan hakim tidak dilaksanakan oleh pihak yang dijatuhkan hukuman serta hakim tidak memberikan putusan sita untuk menjadi jaminan agar adanya kepastian dalam pelaksanaan putusan. melihat dari sisi kepastian hukum hakim tidak menggunakan dasar undang-undang dalam putusannya yang mengakibatkan putusan kurang memiliki kekuatan hukum. Akibat dari kurang nya kedua aspek ini, tidak terciptanya kebahagiaan dan kemanfaatan hukum yang dirasakan untuk kedua belah pihak. Sehingga kedua belah pihak dan masyarakat pun akan berpikir bahwa apabila dalam putusan tidak memiliki keadilan dan kepastian hukum, untuk apa pihak yang bersengketa mencari keadilan dalam pengadilan. 2. Hal yang di butuhkan dalam Putusan Untuk memenuhi unsur Keadilan, Kemanfaatan, dan Kepastian Hukum. A. Keadilan hukum, Untuk memenuhi unsur keadilan hukum dalam perkara perdata ini, hakim harus memberikan putusan terhadap seluruh gugatan yang diajukan Penggugat dan memberikan argumentasi yang jelas terhadap pertimbangannya. B. Kemanfaatan Hukum, Apabila hakim telah memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum kepada para pihak, secara pasti aspek kemanfaatan hukum akan terpenuhi. Hal yang dibutuhkan apabila putusan telah dikeluarkan adalah memberikan 16

17 Analisis Yuridis Terhadap Putusan Perkara (Rahman Nuwanzah) kebahagiaan para pihak, menciptakan keharmonisan, kembalinya hak yang hilang, harus adanya kepastian dalam eksekusi dan memberikan kontribusi positif pada masyarakat. Hakim juga harus menyelesaikan masalah mengenai kepemilikan atas sertifikt tanah yang di permasalahkan dalam gugatan, agar jelas mengenai status hukum tanah tersebut. C. Kepastian Hukum, untuk terciptanya unsur ini dalam putusan hakim pada sengketa ini, hakim dalam memberikan putusan harus mendasar pada undang-undang walaupun masalah yang dipersengketakan adalah masalah perjanjian. B. SARAN 1. Penulis ingin agar para hakim dalam menjatuhkan mencerminkan unsur keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum agar para pihak yang bersengketa mendapatkan hal yang mereka cari di dalam persidangan. 2. Penulis ingin agar hakim dalam menjatuhkan putusan juga berdasarkan hati nurani dari dirinya, karena apabila hakim menggunakan hati nurani hakim dapat mengetahui tindakan yang tepat dalam penjatuhan putusannya. 17

18 Jurnal Beraja Niti, Volume 3 Nomor 6 Daftar Pustaka A. Buku Abdul Marhainis, 1986, Hukum Perdata, Jakarta Gustav Radbruch dalam Sudikno Mertokusumo, 2009, Penemuan Hukum sebuah Pengantar, Liberty, Yogyakarta. Hay Marhainis Abdul, 1986, Hukum Perdata, yayasan pembianaan, Jakarta. Kansil C.S.T. 2000, Modul Hukum Perdata, PT Pradnya Paramita, Jakarta. Mariam Darus Badrulzaman, 2005, Aneka Hukum Bisnis, PT Alumni, Bandung. Notonagoro, 1971, Pancasila Secara Ilmiah Populer, Pancoran Tujuh, Bina Aksara, Jakarta. Oeripkartawinata iskandar dan Sutantio Ny.Retnowulan, 2009, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, Mondar Maju, Bandung, Halaman. Subekti, 1984, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermas, Jakarta. Purwahid Patrik, 1994, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Mandar Maju, Bandung. Rifai Ahmad, 2011, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta. Salim, 2003, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta. Subekti, 1984, Hukum Perjanjian, PT Intermas, Jakarta. Marzuki Peter Mahmud, 2010, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta. B. Peraturan Perundang-Undangan - Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kitab Undang-Undang Hukum Perdata - Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata - Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman C. Dokumentasi, Hasil Penelitian, Thesisi, dan Disertasi. - Pasaribu Berhard Kurniawan, 2011, Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Samarinda Nomor : 06/Pdt.G/2010/PN.SMDA Dalam Gugatan Wanprestasi Perjanjian Jual Beli Besi Tua Antara CV. Limbah Bina Sejahtera Melawan Yayasan Peduli Lingkungan, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia. - Pasaribu Rudi Hartono, 2012, Analisis Yuridis Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Samarinda Nomor : 05.Pdt.G.2009/PN.SMDA Dalam Gugatan Wanprestasi Perjanjian Proyek Kerjasama Gerbang Dayaku Antara Purnadi Direktur Utama PT MARGI PURNAMA Melawan M.Takdir, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia. 18

19 Analisis Yuridis Terhadap Putusan Perkara (Rahman Nuwanzah) D. Artikel Jurnal Ilmiah, Artikel Koran, Artikel Internet, dan Makalah Seminar. Artikel berjudul Teori Keadilan John Rawls Pemahaman Sederhana Buku A Theory Of Justice pada hari selasa tanggal 28 januari 2014 pukul Wita. Artikel Berjudul Kepastian Hukum Diakses Tanggal 7 Desember 2013 Pukul Wita. Artikel berjudul Definisi Normatif dalam Ilmu Hukum diakses tanggal 7 Desember 2013 Pukul Wita 19

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan alam kehidupan sekitarnya. 1. ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap anggota masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk sosial, oleh karenanya manusia itu cenderung untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat ini

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Dasar hukum Majelis Hakim Mengabulkan sebagian Gugatan PT. Bojong

BAB IV PENUTUP. 1. Dasar hukum Majelis Hakim Mengabulkan sebagian Gugatan PT. Bojong BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dasar hukum Majelis Hakim Mengabulkan sebagian Gugatan PT. Bojong Westplas (Penggugat) dalam Putusan Nomor : 21/Pdt.G/2009/PN.BKL, yaitu adanya permohonan untuk peletakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah unsur penting yang menunjang kehidupan manusia. Tanah berfungsi sebagai tempat tinggal dan beraktivitas manusia. Begitu pentingnya tanah, maka setiap

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai

Lebih terperinci

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 2 (2014) Copyright 2014

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 2 (2014)  Copyright 2014 JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 2 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SAMARINDA NOMOR 66/PDT.G/2007/PN.SMDA

Lebih terperinci

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. Judul : KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO. 13/Pdt.G/2009/PN. Skh Disusun oleh : Rani Permata Sari NPM : 13101115 FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi 13 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN A. Pengertian Kumulasi Gugatan Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi adalah pengumpulan; penimbunan; penghimpunan. 1 Kumulasi

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH

KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH MENARA Ilmu Vol. X Jilid 1 No.70 September 2016 KEDUDUKAN AKTA OTENTIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA Oleh : Anggun Lestari Suryamizon, SH. MH ABSTRAK Pembuktian merupakan tindakan yang dilakukan

Lebih terperinci

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti TINJAUAN TENTANG KEKUATAN PEMBUKTIAN PEMERIKSAAN SETEMPAT DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA ( SENGKETA TANAH ) DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Febrina Indrasari,SH.,MH Politeknik Negeri Madiun Email: febrinaindrasari@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting dalam kehidupan karena sebagian besar kehidupan manusia tergantung pada tanah. Dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, maka manusia mengingkari kodratnya sendiri. Manusia dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada prinsipnya manusia adalah mahluk sosial, yaitu mahluk yang hidup bermasyarakat, sebagai mahluk sosial, manusia selalu mempunyai naluri untuk hidup bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita adalah negara hukum, demikianlah makna yang tersirat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini berarti di negara Indonesia ada tata hukum

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DAN PENGATURAN HUKUM DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. A. Pengertian Bentuk-bentuk dan Fungsi Perjanjian

BAB II PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DAN PENGATURAN HUKUM DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. A. Pengertian Bentuk-bentuk dan Fungsi Perjanjian 19 BAB II PERJANJIAN SEWA-MENYEWA DAN PENGATURAN HUKUM DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Pengertian Bentuk-bentuk dan Fungsi Perjanjian Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatanperikatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233.

BAB 1 PENDAHULUAN. Subekti dan Tjitrosudibio, Cet. 34, Edisi Revisi (Jakarta: Pradnya Paramita,1995), pasal 1233. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari hubungan dengan manusia lainnya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Hubungan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi

BAB I PENDAHULUAN. keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum kepada instansi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Setiap interaksi antar individu maupun kelompok memiliki akibat hukum. Oleh karena itu, untuk mengatasi semua akibat hukum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Adanya perbenturan kepentingan antara pihak-pihak yang melakukan interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat maka diperlukan suatu norma hukum yang tegas dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN A. Pengertian Perjanjian Di dalam Buku III KUH Perdata mengenai hukum perjanjian terdapat dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang ilmu hukum adalah hukum perdata yaitu serangkaian peraturan hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama suatu proses dimuka pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap, artinya suatu putusan hakim yang tidak dapat

Lebih terperinci

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup berkelompok (bermasyarakat). Kehidupan bermasyarakat menuntut manusia untuk saling berinteraksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam menjalankan aktivitas bisnisnya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam menjalankan aktivitas bisnisnya tidak dapat !1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalankan aktivitas bisnisnya tidak dapat melakukan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama atau dengan mendapat bantuan dari orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oetarid Sadino, Pengatar Ilmu Hukum, PT Pradnya Paramita, Jakarta 2005, hlm. 52. BAB I PENDAHULUAN Hukum adalah seperangkat aturan yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia yang bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan, maka penggunaan hak dengan tiada suatu kepentingan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI BARANG ELEKTRONIK DAN FURNITURE DI PT. COLUMBUS CABANG SAMARINDA

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI BARANG ELEKTRONIK DAN FURNITURE DI PT. COLUMBUS CABANG SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 6 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI BARANG ELEKTRONIK DAN FURNITURE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang hidup dengan cara bermasyarakat. Namun dalam kehidupan sehari-hari seringkali terjadi gesekangesekan diantara

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN Oleh Nyoman Agus Pitmantara Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET

PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET PANDANGAN HAKIM TENTANG PUTUSAN DAMAI ATAS UPAYA HUKUM VERZET TERHADAP PUTUSAN VERSTEK DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA JOMBANG (Studi Perkara No. 1455/Pdt.G/2013/PA.Jbg) BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN

TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN TESIS KEKUATAN MENGIKAT KONTRAK BAKU DALAM TRANSAKSI JUAL BELI TENAGA LISTRIK ANTARA PT PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO) DENGAN PELANGGAN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktik sehari-hari, hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain maupun hubungan antara manusia dengan badan hukum atau badan hukum dengan badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan yang harus dipenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan.dalam usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014 HUKUM PEMBUKTIAN DALAM PERKARA PERDATA 1 Oleh : Darliyanti Ussu 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penentuan alat bukti oleh hakim dan bagaimana pembagian beban pembuktian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL III - 1 III - 2 Daftar Isi BAB I KETENTUAN UMUM III-9 BAB II TATACARA PENYELESAIAN PERSELISIHAN

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

BAB III PENUTUP. permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian lapangan, serta analisis yang telah penulis lakukan, berikut disajikan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang sedang dialami negara Indonesia sekarang ini, tidak semua orang mampu memiliki sebuah rumah

Lebih terperinci

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum dalam Ilmu

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA A. Pengertian Perjanjian Jual Beli Menurut Black s Law Dictionary, perjanjian adalah suatu persetujuan antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 138/PDT/2015/PT.Bdg. perkara perdata dalam Peradilan Tingkat Banding, telah menjatuhkan putusan. Islam, pekerjaan Wiraswasta ;

P U T U S A N Nomor : 138/PDT/2015/PT.Bdg. perkara perdata dalam Peradilan Tingkat Banding, telah menjatuhkan putusan. Islam, pekerjaan Wiraswasta ; P U T U S A N Nomor : 138/PDT/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI BANDUNG di Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam Peradilan Tingkat Banding,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE

PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE Oleh : Suhartanto I. Latar Belakang Permasalahan : Pada pasal 60 Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, ditentukan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gamelan merupakan alat musik tradisional yang berasal dari daerah jawa, kemudian alat musik ini digunakan sebagai hiburan seperti acara perkawinan maupun acara-acara

Lebih terperinci

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan

Undang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM MENGENAI JUAL BELI RUMAH DENGAN OPER KREDIT (Studi Kasus Putusan Nomor : 71/Pdt.G/2012/PN.Skh) Oleh : NOVICHA RAHMAWATI NIM.

TINJAUAN HUKUM MENGENAI JUAL BELI RUMAH DENGAN OPER KREDIT (Studi Kasus Putusan Nomor : 71/Pdt.G/2012/PN.Skh) Oleh : NOVICHA RAHMAWATI NIM. TINJAUAN HUKUM MENGENAI JUAL BELI RUMAH DENGAN OPER KREDIT (Studi Kasus Putusan Nomor : 71/Pdt.G/2012/PN.Skh) Oleh : NOVICHA RAHMAWATI NIM. 12100022 ABSTRAK Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensinya di dunia. Naluri self preservasi selalu. mengatasi bahaya-bahaya yang dapat mengancam eksistensinya.

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan eksistensinya di dunia. Naluri self preservasi selalu. mengatasi bahaya-bahaya yang dapat mengancam eksistensinya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki naluri self preservasi yaitu naluri untuk mempertahankan eksistensinya di dunia. Naluri self preservasi selalu berhadapan dengan berbagai

Lebih terperinci

A.Latar Belakang Masalah

A.Latar Belakang Masalah A.Latar Belakang Masalah Setiap manusia hidup mempunyai kepentingan. Guna terpenuhinya kepentingan tersebut maka diperlukan adanya interaksi sosial. Atas interaksi sosial tersebut akan muncul hak dan kewajiban

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA

BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA BAB IV ANALISIS DUALISME AKAD PEMBIAYAAN MUD{ARABAH MUQAYYADAH DAN AKIBAT HUKUMNYA A. Analisis Dualisme Akad Pembiayaan Mud{arabah Muqayyadah Keberadaaan suatu akad atau perjanjian adalah sesuatu yang

Lebih terperinci

JAMINAN. Oleh : C

JAMINAN. Oleh : C NASKAH PUBLIKASII SKRIPSI PERLAWANAN PIHAK KETIGA (DERDEN VERZET) TERHADAP SITA JAMINAN DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA (Study Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arsyad, L Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi. Daerah, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE

DAFTAR PUSTAKA. Arsyad, L Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi. Daerah, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE DAFTAR PUSTAKA Arsyad, L. 2005. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi. Daerah, Edisi Kedua. Yogyakarta: BPFE Badrulzaman, Mariam Darus. 2001. Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti

Lebih terperinci

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang

BAB I. Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang 1 BAB I PENDAHULUAN Eksekusi pada hakekatnya tidak lain ialah realisasi daripada kewajiban pihak yang kalah dalam suatu perkara untuk memenuhi prestasi yang tercantum dalam putusan pengadilan oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN Pembuktian merupakan salah satu proses yang sangat penting dalam hukum perdata formil. Hukum perdata formil bertujuan memelihara dan mempertahankan hukum perdata materiil. Jadi, secara

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2 BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Wanprestasi 1. Pengertian Wanprestasi Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum.

ABSTRAK. Kata kunci: Perjanjian sewa-menyewa, akibat hukum, upaya hukum. ABSTRAK Dita Kartika Putri, Nim 0810015183, Akibat Hukum Terhadap Perjanjian Tidak Tertulis Sewa-Menyewa Alat Berat di CV. Marissa Tenggarong, Dosen Pembimbing I Bapak Deny Slamet Pribadi, S.H., M.H dan

Lebih terperinci

Oleh Helios Tri Buana

Oleh Helios Tri Buana TINJAUAN YURIDIS TERHADAP MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PEWARISAN DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA (Studi Kasus Perkara Nomor : 168/Pdt.G/2013/PN.Ska) Jurnal Ilmiah Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hukum merupakan kaidah atau norma yang hidup dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hukum merupakan kaidah atau norma yang hidup dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Hukum merupakan kaidah atau norma yang hidup dalam masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis/lisan, di mana norma tersebut bertujuan untuk menciptakan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Untuk menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Untuk menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, setiap manusia hingga perusahaan pada setiap harinya selalu berhadapan dengan segala macam kebutuhan. Untuk menghadapi kebutuhuan ini, sifat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Alat Bukti, Sumpah dan Pemeriksaan

Kata Kunci : Alat Bukti, Sumpah dan Pemeriksaan Vol. 23/No. 8/Januari/2017 Jurnal Hukum Unsrat Kaligis R: Penggunaan Alat Bukti Sumpah.. PENGGUNAAN ALAT BUKTI SUMPAH PEMUTUS (DECISOIR) DALAM PROSES PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN MENURUT TEORI

Lebih terperinci

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR BACAAN

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR BACAAN LITERATUR DAFTAR BACAAN Afdol, Kewenangan Pengadilan Agama Berdasarkan UU No. 3 tahun 2006 & Legislasi Hukum Islam Di Indonesia, Airlangga University Press, cet. 2, Surabaya, 2009 Badrulzaman, Mariam D

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. perjanjian konsinyasi dalam penjualan anjing ras di Pet Gallery Sagan

BAB III PENUTUP. perjanjian konsinyasi dalam penjualan anjing ras di Pet Gallery Sagan BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, baik penelitian kepustakaan maupun penelitian di lapangan, berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian konsinyasi dalam penjualan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.

PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. PENYELESAIAN SENGKETA KLAIM ATAS HILANGNYA BAGASI TERCATAT ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA (STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 820 K/PDT/2013) Oleh: Lina Liling Fakultas Hukum Universitas Slamet

Lebih terperinci

PENGADILAN TINGGI MEDAN

PENGADILAN TINGGI MEDAN P U T U S A N Nomor : 384/PDT/2016/PT.MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam pengadilan tingkat banding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit).

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah kehendak untuk bersikap adil (recht ist wille zur gerechttigkeit). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Republik Indonesia adalah negara hukum. Mochtar Kusumaatmadja mengatakan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D

TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D TINJAUAN HUKUM TENTANG KENDALA-KENDALA EKSEKUSI YANG TELAH INKRACHT (Studi Pada Pengadilan Negeri Palu) TEGUH SURIYANTO / D 101 09 643 ABSTRAK Pemeriksaan suatu perkara perdata dimulai pada tingkat Pengadilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dalam kehidupan manusia mempunyai peran yang sangat penting karena merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Selain itu tanah mempunyai hubungan

Lebih terperinci

ELIZA FITRIA

ELIZA FITRIA EKSEKUSI RIIL TERHADAP PUTUSAN HAKIM YANG TELAH MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI BATUSANGKAR KLAS II (STUDI KASUS PERKARA PERDATA NO. 02/Pdt.G/2007/PN.BS) SKRIPSI DIAJUKAN GUNA MEMENUHI

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN Oleh : I Dewa Ayu Maheswari Adiananda Putu Gede Arya Sumerthayasa Bagian Hukum Peradilan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara.

BAB II LANDASAN TEORI. diterbitkan oleh dan diakui karena (kekuasaan) nagara. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Uraian Teori 2.1.1 Teori Kepastian Hukum Kepastian hukum menurut Jan Michiel Otto mendefenisikan sebagai kemungkinan bahwa dalam situasi tertentu : 1) Tersedia aturan -aturan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian dan Syarat Sah Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa hukum antara para pihak yang melakukan perjanjian.

Lebih terperinci

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta Nomor: 91/Pdt.G/2009/PN.Ska) Oleh : Dyah Kristiani (12100038)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI

PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN ANTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PROPINSI SUMATERA BARAT DENGAN CV. SARANA BARU PADANG SKRIPSI Oleh : ANGGA ZIKA PUTRA 07 140 077 PROGRAM KEKHUSUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. esensial, yaitu keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan

BAB I PENDAHULUAN. esensial, yaitu keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan hakim sebagai aparat kekuasaan kehakiman pasca Undang- Undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, pada prinsipnya tugas Hakim adalah melaksanakan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 324/PDT/2014/PT.BDG.

P U T U S A N NOMOR 324/PDT/2014/PT.BDG. P U T U S A N NOMOR 324/PDT/2014/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene No.1172, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Gugatan Sederhana. Penyelesaian. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan adalah kegiatan

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016 PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA (UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999) 1 Oleh: Aristo Yermia Tamboto 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian

Lebih terperinci

PEMBANDING, semula TERGUGAT;

PEMBANDING, semula TERGUGAT; PUTUSAN Nomor 337/Pdt/2016/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI JAWA BARAT di BANDUNG, yang memeriksa dan mengadili perkara perdata dalam tingkat banding telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang lain untuk melaksanakan sesuatu hal. Peristiwa ini menimbulkan hubungan hukum antara para

Lebih terperinci

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF

BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF 21 BAB II VERSTEK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF A. Putusan Verstek Pada sidang pertama, mungkin ada pihak yang tidak hadir dan juga tidak menyuruh wakilnya untuk hadir, padahal sudah dipanggil dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum adalah seperangkat aturan yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia yang bertujuan untuk melindungi kepentingankepentingan, maka penggunaan hak dengan tiada

Lebih terperinci

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan 1 Ahmad Bustomi, 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan notaris sangat penting ditengah-tengah masyarakat. Notaris memberikan jaminan kepastian hukum pada masyarakat menyangkut pembuatan akta otentik. Akta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara merupakan empat badan Peradilan yang ada di Indonesia. Masing-masing badan

Lebih terperinci

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa

Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa Heru Guntoro. Perjanjian Sewa Menyewa... 473 Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Bahwa hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Bahwa hal ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebuah deklarasi bahwa negara ini berdiri dan berjalan berdasar pada ketentuan hukum. Pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 tersebut sekaligus

Lebih terperinci

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1 54 BAB IV KEKUATAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PURWOREJO NO. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr. DENGAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG NO. 224/ Pdt.G/2011/PTA.Smg. TENTANG CERAI TALAK A. Kekuatan Yuridis

Lebih terperinci

DAFTAR REFERENSI. Dirdjosisworo, Soedjono. Hukum Perusahan Mengenai Penanaman Modal di Indonesia. Cet. 2 (Bandung: Mandar Maju, 1999).

DAFTAR REFERENSI. Dirdjosisworo, Soedjono. Hukum Perusahan Mengenai Penanaman Modal di Indonesia. Cet. 2 (Bandung: Mandar Maju, 1999). DAFTAR REFERENSI BUKU Apeldoorn, L.J. van. Pengantar Ilmu Hukum. (Jakarta: Pradnya Paramita). 1978. Badrulzaman, Mariam Darius. K.U.H.PERDATA Buku III Hukum Perikatan dengan Penjelasan, (Bandung: Alumni),

Lebih terperinci

Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), h Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan

Indonesia (Jakarta: Kencana, 2007), h Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakim dalam mengambil keputusan, dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan lebih daripada yang dituntut.(asas ultra petitum

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan apa yang telah diuraikan oleh penulis dalam hasil peneletian pembahasan terhadap Putusan Mahakamah Agung Nomor: 1022 K/Pid.Sus/2014, maka diperoleh simpulan sebagai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi 142 PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT Deny Slamet Pribadi Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman Samarinda ABSTRAK Dalam perjanjian keagenan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 05 / PDT / 2013 / PT.KT.SMDA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 05 / PDT / 2013 / PT.KT.SMDA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 05 / PDT / 2013 / PT.KT.SMDA DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Kalimantan Timur di Samarinda yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Perdata

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENGADILAN DALAM MENGADILI MENURUT HUKUM TANPA MEMBEDA-BEDAKAN ORANG (ASAS OBYEKTIFITAS)

KEWENANGAN PENGADILAN DALAM MENGADILI MENURUT HUKUM TANPA MEMBEDA-BEDAKAN ORANG (ASAS OBYEKTIFITAS) KEWENANGAN PENGADILAN DALAM MENGADILI MENURUT HUKUM TANPA MEMBEDA-BEDAKAN ORANG (ASAS OBYEKTIFITAS) ABSTRAK TITIN APRIANI Fakultas Hukum Univ. Mahasaraswati Mataram e-mail : Titinapriani97@yahoo.com, Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm

BAB I PENDAHULUAN. CST. Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mencapai kebutuhan hidupnya, manusia memerlukan kerjasama 1 sehingga antara manusia yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan. Mereka saling melibatkan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : <No Prk>/Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : /Pdt.G/2017/PTA.Bdg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara gugatan harta bersama pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil, makmur, sejahtera, dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA

BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA BAB III PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA OLEH PEJABAT TATA USAHA NEGARA A. Putusan PTUN Tujuan diadakannya suatu proses di pengadilan adalah untuk memperoleh putusan hakim. 62 Putusan hakim

Lebih terperinci

bismillahirrahmanirrahim

bismillahirrahmanirrahim S A L I N A N P U T U S A N Nomor 0469/Pdt.G/2015/PA.Sit bismillahirrahmanirrahim DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Situbondo yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN A. Mahkamah Agung dalam Sistem Peradilan Agama di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa berkembang secara dinamik sesuai dengan perkembangan zaman. Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari interaksi antar

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DUALISME AKAD DALAM PUTUSAN MAHKAMAH. AGUNG No. 272 K/Ag/2015

BAB III DESKRIPSI DUALISME AKAD DALAM PUTUSAN MAHKAMAH. AGUNG No. 272 K/Ag/2015 BAB III DESKRIPSI DUALISME AKAD DALAM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG No. 272 K/Ag/2015 A. Gambaran Dualisme Akad Dalam Putusan Mahkamah Agung No. 272 K/Ag/2015 Perkara wanprestasi dalam putusan Mahkamah Agung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci