BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN. terbesar di dunia mempunyai sejarah yang panjang sejak mulai dirintis hingga saat ini.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN. terbesar di dunia mempunyai sejarah yang panjang sejak mulai dirintis hingga saat ini."

Transkripsi

1 BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT Unilever sebagai salah satu perusahaan customer package goods multinasional terbesar di dunia mempunyai sejarah yang panjang sejak mulai dirintis hingga saat ini. Sejarah Unilever dimulai pada tahun 1930 sebagai hasil penggabungan dari 2 perusahaan besar yaitu Level Brothers (asal Inggris) dengan Margarine Unie (asal Belanda) menjadi satu perusahaan yang diberi nama Unilever. Kantor pusat perusahaan ini terletak pada masingmasing negara asalnya yaitu Unilever Limited di London, Inggris, dan Unilever NV di Rotterdam, Belanda. Pada tanggal 5 Desember 1930 PT Unilever mulai mengembangkan sayapnya ke Indonesia dengan mendirikan pabrik sabun (Lever s Zeepfabriken NV) yang berlokasi di Angke, Jakarta. Kemudian pengembangan dilanjutkan dengan mendirikan pabrik margarin pada tahun 1931 dan pabrik makanan pada tahun 1936 dengan nama Van den Bergh s Fabrieken pada lokasi yang sama yaitu di Angke, Jakarta. Pada tahun 1941 PT Unilever membuka pabrik Personal Product & Soap (Maatschappij ter explitatie der Colibri Fabrieken NV) di Surabaya. Dalam perkembangannya, Unilever di Indonesia mendapat pasar yang cukup besar dan mendominasi sebagian besar pasar untuk pulau Jawa. PT Unilever mulai melakukan ekspansi usahanya dengan mendirikan parik NSD (Non Soap Detergent) di Angke, Jakarta serta mengambil alih pabrik mienya milik perusahaan Eropa : archa. Dengan pengalaman dan manajemen yang baik serta didukung oleh posisi pasar yang mendukung, PT Unilever Indonesia tumbuh dan berkembang menjadi salah satu perusahaan terbesar di Indonesia dengan cakupan dirtribusi produknya yang mencapai hampir seluruh wilayah 44

2 45 Indonesia. Hingga pada tahun 1980, PT Unilever mengadakan suatu merger besar di Indonesia antara pabrik-pabriknya yang beroperasi di Indonesia menjadi satu manajemen di bawah naungan PT Unilever Indonesia. Satu tahun kemudian, didukung oleh perkembangan pesat perusahaan, PT Unilever Indonesia melakukan go public dengan penawaran 15% sahamnya pada investor dalam negeri. Pabrik terakhir PT Unilever yang didirikan di Indonesia adalah pabrik Walls yang berlokasi di kawasan industri Jababeka Cikarang, Bekasi. Pada tahun 1997, pabrik yang berlokasi di Angke ditutup dan dipindah lokasikan ke kawasan Industri Jababeka, Cikarang, Bekasi. Hal ini dilakukan karena kawasan Angke sudah dipadati penduduk, dan jika PT Unilever terus beroperasi di wilayah tersebut dikhawatirkan akan mengganggu komunitas kehidupan yang ada. Selain itu alasan potensi ekspansi di masa yang akan datang juga melatar belakangi pemindahan pabrik ke kawasan Industri Jababeka tersebut. PT Unilever Indonesia sebagai perusahaan multinasional bersakala besar mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap lingkungan hidup. Hal ini terwujud dengan kebijakan lingkungan hidup PT Unilever yang berkomitmen untuk tetap menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya. Pengawasan ketat terhadap limbah produksi pabrik selalu dijaga dan fasilitas pengolahan limbah dengan fasilitas pendukungnya terdapat di masing-masing pabrik. Hal ini bertujuan untuk mencegah kerusakan lingkungan yang diakibatkan buangan pabrik serta mendaur ulang limbah untuk dapat dipergunakan kembali. Dalam proses produksi. Dengan demikian PT Unilever mempunyai citra positif sebagai perusahaan yang peduli akan kelestarian lingkungan. Hal inilah yang selalu dijaga perusahaan yang peduli akan kelestarian lingkungan. Hal ini pulalah yang selalu dijaga oleh perusahaan selain prioritas utamanya untuk selalu menghasilkan produk berkualitas bagi para konsumennya.

3 46 Sebagai perwujudan dari komitmen perusahaan untuk menjamin standar mutu produk bertaraf internasional, seluruh pabrik PT Unilever telah mendapatkan sertifikat ISO Perolehan sertifikat itu diawali oleh pabrik Rungkut, Surabaya pada tahun Disusul kemudian oleh pabrik-pabrik lainnya pada tahun Sebelumnya pabrik PT Unilever juga telah mendapat sertifikat TPM (Total Productivity Management) dari JIPM (Japan Institute of Plant Maintenance), Jepang, serta penghargaan nihil kecelakaan dari Unilever Internasional dan Pemerintah Indonesia. Untuk menjamin keselamatan kerja karyawan dan kelestarian lingkungan hidup, PT Unilever Indonesia mulai menerapkan sistem Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH). PT Unilever Indonesia Tbk. sampai saat ini mempunyai lokasi 2 pabrik utama yang terletak di kawasan industri Jababeka Cikarang, Bekasi dan Rungkut, Surabaya. Perusahaan ini terbagi menjadi 4 divisi besar, yaitu : 1. Divisi Makanan Divisi makanan yang berlokasi di kawasan Jababeka, Cikarang ini terbagi menjadi 2 divisi utama, yaitu : 1. Divisi SCC & C (Spread Cooking Category & Culinery). Bagian ini memproduksi produk-produk yang dapat dikonsumsi langsung dan juga sebagai bahan dasar penunjang masakan, seperti Blue Band, Royco, Knoor, Tara Nasiku,Kecap Bango, Mie and Mie, Minyak Samin, Frytol, Lipton Ice Tea, dll. Selain untuk dikonsumsi rumah tangga, Unilever juga memproduksi produk-produk untuk kalangan industri dan usaha.

4 47 2. Divisi Tbb (Tea Bag & Beverage) Divisi ini memproduksi berbagai teh dalam berbagai kemasan. Dengan bahan baku dasar daun teh. Sebagai contoh Sari Wangi, Lipton, Bussels, Chyosa, Lan-Cho. 3. Divisi Es Krim Pabrik ini berdiri pada tahun 1992 dengan produk tunggalnya berlabel WALL S. Divisi ini berlokasi tepat di sebelah pabrik Food yang ada di Cikarang. Salah satu produk Wall s yang diekspor adalah Magnum Almond yang saat ini sudah mencapai pasaran Australia. 4. Divisi Personal Care Pabrik ini terletak di Rungkut, Surabaya. Pabrik ini memproduksi berbagai macam produk perawatan tubuh dan kosmetik. Antara lain pasta gigi (Pepsodent, Close Up), sabun mandi (Lux, Lifebuoy), shampoo (Sunsilk, Clear, Brisk), Shampoo dan Conditioner (Organics), parfum (Axe), Lotion (Citra, Vaselin), rangkaian produk kecantikan (Pond s), serta rangkaian produk perawatan bayi (Cuddle). 5. Divisi Home Appliance Pabrik ini berlokasi di Jababeka, Cikarang. Pabrik yang dikategorikan sebagai pabrik NSD (Non Soapy Detergent) ini menghasilkan produk utamanya yaitu Rinso. Di samping produk utama tersebut, terdapat produk-produk lain yang diproduksi Unilever di luar pabrik NSD di Cikarang. Seperti pabrik 3M yang memproduksi Molto, Super Pel, Trika, Refresh, dan Sunlight.

5 Visi dan Misi PT Unilever Indonesia Tbk. PT Unilever Indonesia Tbk. Yang juga telah menjadi suatu perusahaan manufaktur yang bertaraf internasional mempunyai visi, misi, dan nilai yang selalu dipegang untuk mengembangkan sayapnya ke dunia persaingan bebas, antara lain: 1. Visi Menjadi pilihan utama untuk distributor/customer dan konsumen/consumer 2. Misi Menjadi yang pertama dan terbaik pada kelasnya dalam memenuhi kebutuhan dan aspirasi para konsumennya. Menjadi yang terdekat di dalam pasar untuk para konsumen dan distributor Menghilangkan hal-hal yang tidak berguna dalam segala proses pengerjaan Mencapai kepuasan bekerja bagi seluruh karyawan Mengarahkan untuk bidang target yang berfokus kepada keuntungan yang bertumbuh dan penghargaan yang lebih dari biasa untuk para pekerja dan pemegang saham Belajar untuk menghargai ketulusan/integritas serta peduli kepada masyarakat dan lingkungan Prinsip Perusahaan Prinsip yang digunakan oleh PT Unilever Indonesia Tbk. untuk selalu dikembangkan dan ditingkatkan serta yang selalu dipegang dalam operasionalnya adalah prinsip TPM (Total Productive Maintenance). Definisi dari TPM adalah perawatan untuk meningkatkan

6 49 produktivitas dengan melibatkan semua orang dari manajemen tertinggi sampai operator, untuk semua departemen yang ada dengan melalui kegiatan kelompok kecil/circle. Tujuan dari TPM adalah perbaikan kondisi perusahaan didasarkan atas perbaikan sikap kerja karyawan dan kondisi mesin untuk mencapai Zero Failure (tanpa kerusakan), Zero defect (tanpa cacat), Zero accident (tanpa kecelakaan) Kondisi Bisnis Perusahaan Dalam menganalisis kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kondisi persaingan bisnis perusahaan dapat digunakan pendekatan 5P oleh Porter, yang terdiri dari ancaman pendatang baru, ancaman produk pengganti, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli, dan dari persaingan sesama industri. Analisis Porter dapat diuraikan sebagai berikut: Ancaman Pendatang baru: Tidak ada ancaman dari pendatang baru, karena perusahaan-perusahaan pesaing belum ada yang memunculkan produk pasta gigi terbaru. Ancaman Produk Pengganti: Ancaman produk pengganti bagi pasta gigi Close-up adalah Task Mouthwash dan Antiseptic Mouthwash, Karena Task Mouthwash dan Antiseptic Mouthwash memiliki manfaat yang hampir sama dengan yang ditawarkan oleh pasta gigi Close-up. Dimana manfaat

7 50 keseluruhan dari produk tersebut adalah dapat meyegarkan nafas dan menyehatkan gigi dan gusi. Kekuatan Tawar-menawar Pemasok: Yang merupakan pemasok bagi Close-up adalah pemasok bahan baku dan pemasok peralatan dari dalam dan luar negeri. Kekuatan Tawar-menawar Pembeli: Dalam industri ini yang menjadi pembelinya adalah Hypermarket, Supermarket dan perorangan. Ancaman yang bisa ditimbulkan oleh pembeli di antaranya adalah: meminta agar harga diturunkan, meminta untuk dilakukannya promosi seperti bonus pembelian dan potongan harga. Persaingan Sesama Industri: Persaingan antar perusahaan sesama di dalam industri ini dapat dikatakan cukup ketat, dikarenakan perusahaan-perusahaan yang lain juga telah memiliki tempat dan image tersendiri di benak konsumen. Pesaing perusahaan di sini adalah PT.OT (Orang Tua) yang memproduksi pasta gigi Ciptadent, PT.OT merupakan pesaing yang cukup kuat karena produk yang dipasarkan merupakan produk-produk consumer goods. Selain itu PT.OT sendiri telah berdiri sejak lama dan produk-produk yang dipasarkan banyak dikenal oleh masyarakat di Indonesia. PT.OT juga memasarkan produk pasta gigi Ciptadent yang juga merupakan saingan terberat Close Up, karena Ciptadent telah berada cukup lama di dalam industri pasta gigi di Indonesia dan merek Ciptadent sendiri telah banyak dikenal oleh masyarakat di Indonesia, hal ini terlihat dari posisi Ciptadent yang menempati posisi kedua dalam merek terbaik (best brand) pasta gigi di Indonesia sampai tahun 2006.

8 Gambar 4.1 Analisis Porter Pasta gigi Close-up 51

9 Struktur Organisasi Divisi Personal Care Direktur Operasional Perusahaan Manajer Operasional Perusahaan Manajer Perenca nan dan Pemelih aran Alat-Alat Asisten Manajer Perenca nan dan Pemelih aran Alat-Alat Manajer Produksi Asisten Manajer Produksi Manajer Pengemba ngan Produk Baru Manajer Pengaw asan Mutu Asisten Manajer Pengaw asan Mutu Produk Manajer Pengemba ngan produk Manaj er Sumb er Daya Manus ia (SDM) Manajer Kualitas Kemasa n Gambar 4.2 Struktur organisasi divisi personal care Sumber : Divisi Personal Care PT. Unilever Berikut ini job description secara umum dari masing-masing posisi dalam struktur organisasi di atas. 1. Supply Chain Director Mengkoordinasi aktivitas teknik dari kegiatan perusahaan dan bertanggung jawab dalam memastikan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan dari seluruh sistem manajemen mutu perusahaan. 2. Technical Manager Personal Care

10 53 Bertanggung jawab atas terhadap efektivitas dan efesiensi manajemen dari seluruh aspek operasi, memastikan persediaan produk dengan kualitas yang baik, biaya operasi rendah, dan tepat waktu. Technical manager melaporkan secara langsung tanggung jawabnya terhadap Supply Chain Director. 3. Plant Engineer Manager Membuat perencanaan dan mengorganisasi pemeliharaan alat yang dibutuhkan fasilitas pendukung proses produksi dan memastikan seluruh equipment terinstalasi dengan benar. 4. Production Manager Mengelola mutu produk sesuai spesifikasi dan kondisi proses, menjamin ketersediaan bahan mentah, material pengemas, dan produk akhir disimpan dalam kondisi yang sesuai, mudah dipergunakan, dan mudah dipindahkan. 5. Quality Manager Mengelola seluruh uji spesifik yang sesuai dan memeriksa kualitas bahan mentah, material pengemas, dan produk akhir. 6. Human Resource Manager Bertanggung jawab dalam perekrutan dan pelatihan karyawan non staf pada lokasi pabrik yang bersangkutan. 7. Senior Product Development Manager Mendesain produk baru, memantapkan produk yang telah ada, mengembangkan proses dan menjamin produk yang dikembangkan dapat diproduksi pada line yang telah ada atau pada equipment yang diusulkan.

11 54 8. Senior Packaging Development Manager Mengembangkan dan meningkatkan kualitas material pengemas sehingga memuaskan konsumen. 4.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil uji Validitas dan Reliabilitas perceived Quality Tabel 4.1 Validitas Perceived Quality Variabel Corrected Item-Total R tabel pada a Keterangan Correlation (r hitung) 0,05 untuk N=30 P Valid P Valid P Valid P Valid P Valid P Valid Alpha : Sumber: Hasil penelitian data diolah SPSS versi 14 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai r hitung lebih besar daripada r tabel, hal ini berarti semua butir pertanyaan adalah valid. Sedangkan Dari nilai koefisien Alpha menunjukan semua butir pertanyaan adalah reliabel.

12 Hasil Validitas dan reliabilitas Brand Loyalty Tabel 4.2 Validitas brand loyalty Variabel Corrected Item-Total R tabel pada a Keterangan Correlation (r hitung) 0,05 untuk N=30 P Valid P Valid P Valid P Valid P Valid Alpha : Sumber: Hasil penelitian data diolah SPSS versi 14 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai r hitung lebih besar daripada r tabel, hal ini berarti semua butir pertanyaan adalah valid. Sedangkan Dari nilai koefisien Alpha menunjukan semua butir pertanyaan adalah reliabel.

13 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah (orang) Persentase (%) Pria Wanita Total Sumber: Kuesioner 2007 Pria Wanita Gambar 4.3 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari tebel di atas dapat diketahui bahwa dari 150 responden didapati responden yang berjenis kelamin pria sebanyak 63 orang atau 42%, sedangkan sisanya sebesar 87 orang atau 58% berjenis kelamin perempuan.

14 Berdasarkan Usia Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Usia Usia Jumlah (orang) Persentase (%) <17 tahun 8 5, tahun 16 10, tahun 29 19, tahun 43 28, tahun 35 23,33 >40 tahun 19 12,67 Total % Sumber: kuesioner 2007 <17 tahun tahun tahun tahun tahun >40 tahun Gambar 4.4 Profil Responden Berdasarkan Usia Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Berdasarkan usianya, responden yang masuk kelompok usia kurang dari 17 tahun berjumlah 8 orang (5,33%), responden yang berusia antara 17 sampai 21 tahun berjumlah 16 orang (10,67%), responden yang berusia antara

15 58 22 tahun sampai 26 tahun berjumlah 29 orang (19,33%), responden yang berusia antara 27 tahun sampai 31 tahun berjumlah 43 orang (28,67%), responden yang berusia antara 32 sampai 40 tahun sebanyak 35 orang (23,33%), dan responden yang berusia lebih dari 40 tahun berjumlah 19 orang (12,67%) Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.5 Profile Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) Tamat SD 4 2,67 Tamat SLTP 14 9,33 Tamat SMU/Sederajat 64 42,67 Tamat Sarjana 55 36,67 Tamat Pascasarjana 13 8,67 Total % Sumber: kuesioner 2007 Tamat SD Tamat SLTP Tamat SMU Tamat Sarjana Tamat Pascasarjana Gambar 4.5 Profile Responden Berdasarkan Pendidikan

16 59 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa, responden yang telah menamatkan SD berjumlah 4 orang (2,67%), tamat SLTP/sederajat berjumlah 14 orang (9,33%), tamat SMU/sederajat berjumlah 64 orang (42,67%), tamat sarjana berjumlah 55 orang (36,67%), tamat pascasarjana berjumlah 13 orang (8,67%) Berdasarkan Pekerjaan Tabel 4.6 Profile Responden Berdasarkan Pekerjaan Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Pelajar/mahasiswa Karyawan Ibu rumah tangga 58 38,67 Wira usaha 37 24,67 Lain-lain 7 4,67 Total % Sumber: kuesioner 2007 Pljr/mhs Karyawan Ibu rmh tangga Wira usaha Lain-lain Gambar 4.6 Profile Responden Berdasarkan Pekerjaan

17 60 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang pekerjaannya sebagai pelajar/mahasiswa sebanyak 18 orang (12%), karyawan sebanyak 30 orang (20%), ibu rumah tangga sebanyak 58 orang (38,76%), wirausaha sebanyak 37 orang (24,67%), pekerjaan yang lain-lain sebanyak 7 orang (4,67%). 4.4 Analisis Perhitungan Brand awareness Top of Mind Tabel 4.7 Puncak pikiran Top of Mind Pasta Gigi No Merek Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Pepsodent 53 35,33 2 Ciptadent 31 20,67 3 Close-up 29 19,33 4 Enzim 8 5,3 5 Darlie 7 4,67 6 Formula 5 3,33 7 Sensodyne 4 2,67 8 Smile-up 4 2,67 9 Colgate 2 1,33 10 Maxam 2 1,33 11 Siwak 2 1,33

18 61 12 Lain-lain 3 2 Tot % al Sumber: Kuesioner2007 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Pepsodent menduduki posisi top of mind, sedangkan merek Ciptadent berada di urutan kedua, merek Close-up berada diurutan ketiga dan sisanya menyebutkan beberapa merek lain Brand Recall Tabel 4.8 Brand recall Pasta gigi No Merek Jumlah(orang) Persentase(%) 1 Close-up ,06 2 Ciptadent 94 15,82 3 Pepsodent 75 12,63 4 Formula 50 8,42 5 Darlie 47 7,91 6 Enzim 45 7,58 7 Sensodyne 43 7,24 8 Smile-up 27 4,55

19 62 9 Antiplaque 24 4,04 10 Oral-b 23 3,87 11 Colgate 22 3,70 12 Maxam 21 3,54 13 Siwak 20 3,37 Total % Sumber: Kuesioner2007 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa merek Close-up merupakan merek yang paling sering disebut ( 17,06%), disusul oleh merek Ciptadent ( 15,82%), dimana jumlah 592 orang didapat dari penghitungan : 150 responden X 4 pasta gigi yang disebutkan dari masing-masing responden sehingga didapat hasil 600 jawaban. tetapi dari jumlah 600 jawaban tersebut terdapat responden yang tidak menjawab secara utuh nama 4 pasta gigi (2 responden) sehingga dikurangi 8 jawaban menjadi 592 jawaban saja Brand Recognition Tabel 4.9 Tabel Brand Recognition & Unaware Jawaban Jumlah Persentase(%) a.ya,saya mengenal &telah menuliskannya dipertanyaan ,67 no 5/6 b.ya, saya mengenal Setelah mengisi kuesioner ini 17 11,33 c. Tidak mengenal sama sekali 3 2

20 63 Total % Sumber : Kuesioer 2007 Yang termasuk kedalam Brand Recognition adalah responden yang menjawab dengan pilihan jawaban butir (b). Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab butir (b) sebanyak 17 orang atau (11,33%). Responden yang yang tidak mengetahui keberadaan merek Close-up, dapat dilihat dari jawaban responden yang memilih butir (c) yaitu sebanyak 3 orang atau (2%) Hasil Analisis Brand Awareness Top of mind, dari 150 responden terdapat 29 responden (29/150 x 100 % = 19,33%) yang menyebutkan Close-up sebagai merek pertama yang paling diingat. Brand recall, dari 150 responden terdapat 101 responden (101/592 x 100% = 17,06%) yang menyebutkan Close-up sebagai merek yang diingat setelah menyebutkan merek yang pertama. Brand Recognition, dari 150 responden terdapat 17 responden (17/150 x 100% = 11,33%) yang perlu diingatkan kembali akan keberadaan merek Close-up. Unware of Brand, dari 150 responden terdapat 3 responden (3/150 x 100% = 2%) yang tidak mengenal merek Close-up. Berdasarkan hasil analisis Kesadaran Merek (Brand Awareness) dari merek Close-up, dapat digambarkan dalam piramida Kesadaran Merek (Brand awareness) seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini:

21 64 Gambar 4.7 Piramida brand awareness 4.5 Brand Association Dari 150 responden, analisis Brand Association hanya dilakukan kepada 147 responden saja, hal ini disebabkan karena dari 150 responden terdapat 3 orang yang tidak mengenal pasta gigi Close-up, hasil yang diperoleh dari 147 responden untuk jawaban ya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Karena setiap responden dapat memilih lebih dari 1 asosiasi, maka diperoleh total jawaban ya 147.

22 65 Tabel asosiasi responden terhadap produk pasta gigi Close-up (jawaban ya ). Tabel 4.10 Tabel asosiasi Close-up Asosiasi Jawaban YA Menyegarkan nafas 122 Membuat gigi putih&kuat 106 Aromanya wangi 130 Mengandung vitamin 87 Kemasannya menarik 126 Harga terjangkau 72 Mudah diperoleh ditoko-toko 131 Berkesan produk impor 59 Produk untuk anak muda 39 Menggunakan bintang iklan Vj Rianti 86 Total 958 Sumber: kuesioner2007 Asosiasi-asosiasi dari tabel di atas, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji Cohran untuk mengetahui asosiasi-asosiasi apa saja yang bisa membentuk image Close-up. Semakin banyak asosiasi yang terbentuk maka akan menunjukan brand image Close-up, sehingga konsumen mampu mengenali dan membedakan keunikan merek Close-up berdasarkan asosiasi-asosiasi yang terkait satu sama lain.

23 66 Berikut ini adalah langkah-langkah pengujian asosiasi: Ho = Semua asossiasi saling berhubungan dalam membentuk brand image Close-up Ha = Semua asosiasi tidak saling berhubungan dalam membentuk brand image Close-up Jika : Q > X2 tabel, maka Ho ditolak Q < X2 tabel, maka Ho diterima Pengujian 1 : Semua asosiasi C = 10 Σ R i 2 = 6700 N = 958 Σ C j 2 = Q = 10 x (10-1) x ((10-1) x 958Ñ) (10x958) Q = 294,73 derajat bebas = 10-1 = 9 a = 0,05 X 2 (0,05, 9) = 16,919 Q > X2 tabel, dengan demikian H o ditolak Dari hasil pengujian diatas didapati hasil Q > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak, artinya Semua asosiasi tidak saling berhubungan dalam membentuk brand image Close-up.

24 67 Pengujian 2 : Semua asosiasi, kecuali A9 C = 9 Σ R i 2 = 6153 N = 919 Σ C j 2 = Q = 9 x (9-1) x ((9-1) x 919Ñ) (9x919) Q = 198,76 derajat bebas = 9-1 = 8 a = 0,05 X 2 (0,05, 8) = 15,507 Q > X2 tabel, dengan demikian H o ditolak Dari hasil pengujian diatas didapati hasil Q > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak, artinya Semua asosiasi tidak saling berhubungan dalam membentuk brand image Close-up. Pengujian 3 : Semua asosiasi, kecuali A9 & A8 C = 8 Σ R i 2 = 5380 N = 860 Σ C j 2 = Q = 8 x (8-1) x ((8-1) x 860Ñ) (8x860) Q = 140,22

25 68 derajat bebas = 8-1 = 7 a = 0,05 X 2 (0,05, 7) = 14,017 Q > X2 tabel, dengan demikian H o ditolak Dari hasil pengujian diatas didapati hasil Q > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak, artinya Semua asosiasi tidak saling berhubungan dalam membentuk brand image Close-up. Pengujian 4 : Semua asosiasi, kecuali A9, A8 & A6 C = 7 Σ R i 2 = 4494 N = 788 Σ C j 2 = Q = 7 x (7-1) x ((7-1) x 788Ñ) (7 x 788) Q = 95,16 derajat bebas = 7-1 = 6 a = 0,05 X 2 (0,05, 6) = 12,592 Q > X2 tabel, dengan demikian H o ditolak Dari hasil pengujian diatas didapati hasil Q > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak, artinya Semua asosiasi tidak saling berhubungan dalam membentuk brand image Close-up.

26 69 Pengujian 5 : Semua asosiasi, kecuali A9, A8, A6 & A10 C = 6 Σ R i 2 = 3526 N = 702 Σ C j 2 = Q = 6 x (6-1) x ((6-1) x 702Ñ) (6 x 702) Q = 65,24 derajat bebas = 6-1 = 5 a = 0,05 X 2 (0,05, 5) = 11,070 Q > X2 tabel, dengan demikian H o ditolak Dari hasil pengujian diatas didapati hasil Q > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak, artinya Semua asosiasi tidak saling berhubungan dalam membentuk brand image Close-up. Pengujian 6 : Semua asosiasi, kecuali A9, A8, A6, A10 & A4 C = 5 Σ R i 2 = 2675 N = 615 Σ C j 2 = Q = 5 x (5-1) x ((5-1) x 615Ñ) (5 x 615) Q = 20,6 derajat bebas = 5-1 = 4

27 70 a = 0,05 X 2 (0,05, 4) = 9,488 Q > X2 tabel, dengan demikian H o ditolak Dari hasil pengujian diatas didapati hasil Q > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak, artinya semua asosiasi tidak saling berhubungan dalam membentuk brand image Close-up. Pengujian 7 : Semua asosiasi, kecuali A9, A8, A6, A10, A4 & A 2 C = 4 Σ R i 2 = 1849 N = 509 Σ C j 2 = Q = 4 x (4-1) x ((4-1) x 509Ñ) (4 x 509) Q = 3,25 derajat bebas = 4-1 = 3 a = 0,05 X 2 (0,05, 3) = 7,815 Q < X2 tabel, dengan demikian H o diterima Dari hasil pengujian diatas didapati hasil Q < X2 tabel. Dengan demikian Ho diterima, artinya Semua asosiasi saling berhubungan dalam membentuk brand image Close-up. Sampai tahap ini pengujian dihentikan dan disimpulkan bahwa produk Close-up memiliki brand image yang didalamnya terdapat asosiasi-asosiasi sebagai berikut:

28 71 Menyegarkan nafas Aromanya wangi Kemasannya menarik Mudah diperoleh ditoko-toko Gambar 4.8 Brand Image dan Asosiasi dari Close-Up Sumber : Durianto, Sugiarto dan Sitinjak (2004, p72)

29 Analisis Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Untuk menganalisis perceived quality merek Close-up, dilakukan dengan mengumpulkan pendapat dari responden yang pernah atau sedang menggunakan pasta gigi Close-up yang berjumlah 132 orang sedangkan sisa responden menjawab tidak pernah menggunakan produk Close-up, responden diminta untuk memberikan penilaian kinerja (performance) dan harapan responden (importance) terhadap atribut-atribut kualitas dibawah ini: 1. Menyegarkan nafas 2. Aroma 3. Disain kemasan Performance yang dimaksud berhubungan dengan persepsi konsumen mengenai kualitas (kinerja) pasta gigi Close-up, sedangkan importance yang dimaksud berhubungan dengan harapan konsumen mengenai kualitas pasta gigi Close-up. Sehingga dari hasil analisis akan terlihat adanya gap yang terjadi antara kenyataan dan harapan kualitas. Terhadap setiap atribut, responden diminta untuk memberi penilaian dari 1 hingga 5 dengan bobot sebagai berikut: Performance Importance 1= Sangat buruk 1= Sangat tidak penting 2= Buruk 2= Tidak penting 3= Biasa saja 3= Biasa saja 4= Baik 4= Penting 5= Baik sekali 5= Sangat penting

30 73 Hasil yang diperoleh dari jawaban responden ditampilkan dan dianalisis dengan statistika deskriptif sebelum diterapkan dalam diagram performance-importance. Untuk elemen kualitas menyegarkan nafas performancenya adalah sebagai berikut: Tabel 4.11 Perfomance menyegarkan nafas F X f.x Sangat buruk Buruk Biasa saja Baik Sangat baik TOTAL Sumber : Kuesioner Rata-rata = = 4, Sedangkan Importance menyegarkan nafas adalah sebagai berikut:

31 74 Tabel 4.12 Importance menyegarkan nafas F X f.x Sangat tidak penting Tidak penting Biasa saja Cukup penting Sangat penting TOTAL Sumber : Kuesioner Rata-rata = 132 = 4,045 Untuk elemen kualitas aroma adalah sebagai berikut: Tabel 4.13 Perfomance aroma F X f.x Sangat buruk Buruk Biasa saja Baik Sangat baik

32 75 TOTAL Sumber : Kuesioner Rata-rata = 132 = 4,114 Sedangkan importance aroma adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Importance aroma F X f.x Sangat tidak penting Tidak penting Biasa saja Penting Sangat Penting TOTAL Sumber : Kuesioner Rata-rata = = 4, Untuk elemen kualitas disain kemasan performancenya adalah sebagai berikut:

33 76 Tabel 4.15 Perfomance disain kemasan F X f.x Sangat tidak menarik Tidak menarik Biasa saja Menarik Sangat menarik TOTAL Sumber : Kuesioner Rata-rata = = 4, Sedangkan importance disain kemasan adalah sebagai berikut: Tabel 4.16 Importance disain kemasan F X f.x Sangat tidak penting Tidak penting Biasa saja Cukup penting

34 77 Sangat penting TOTAL Sumber : Kuesioner Rata-rata = 132 = 3,947 Rangkuman hasil observasi Perfomance dan Importance adalah sebagai berikut : Tabel 4.17 Rangkuman hasil observasi Perfomance dan Importance Perfomance Importance Menyegarkan nafas 4,023 4,045 Aroma 4,114 4,098 Disain kemasan 4,076 3,947 Rata-rata 4,071 4,030 Sumber: Hasil perhitungan kuesioner Rangkuman hasil observasi Perfomance dan Importance di atas selanjutnya akan diterapkan dalam diagram performance-importance di bawah ini:

35 78 Gambar 4.9 Diagram performance-importance Hasil analisis diagram kuadran: Kuadran I : Atribut yang masuk dalam kuadran I adalah atribut menyegarkan nafas. Kuadran I menunjukan performance rendah tetapi importance tinggi, berarti kinerja Close-up dalam hal menyegarkan nafas masih dibawah harapan konsumen. Dalam hal ini berarti Close-up harus meningkatkan kualitas menyegarkan nafas yang lebih baik lagi agar sesuai dengan harapan konsumen. Kuadran II: Atribut yang masuk dalam kuadran II yaitu atribut aroma. Kuadran II menunjukan tingkat performance tinggi diikuti oleh tingkat importance yang tinggi pula, berarti kinerja Close-up dalam hal aroma sudah baik dan aroma yang ditawarkan oleh Close-up sudah sesuai dengan harapan konsumen, sehingga keadaan ini harus terus dipelihara.

36 79 Kuadran III : Tidak ada atribut yang masuk dalam kuadran ini. Kuadran III menunjukan tingkat performance rendah dan tingkat importance juga rendah. Kuadran IV : Atribut yang masuk dalam kuadran IV yaitu atribut disain kemasan. Kuadran IV menunjukan tingkat performance tinggi tetapi tingkat importance rendah. Berarti kinerja Close-up dalam hal mendisain kemasan sudah baik dan sudah melebihi dari apa yang diharapkan oleh konsumen, sehingga sangat memuaskan konsumen. Secara keseluruhan merek Close-up mempunyai performance yang lebih tinggi dari pada importance, hal ini berarti kinerja Close-up secara keseluruhan sudah melebihi apa yang diharapkan oleh konsumen. Bila dilihat lebih rinci lagi, ada atribut yang perlu diperbaiki kinerjanya yaitu atribut menyegarkan nafas, karena atribut menyegarkan nafas masuk dalam kuadran I dimana kuadran I menunjukan performance rendah tetapi importance tinggi, artinya kinerja menyegarkan nafas yang diberikan Close-up masih dibawah harapan konsumen. 4.7 Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Loyalitas Merek (Brand Loyalty) terdiri dari lima tingkatan yaitu : Switcher, Habitual Buyer, Satisfied Buyer, Liikes the Brand dan Comitted Buyer.

37 Switcher Switcher adalah konsumen yang sensitif terhadap perubahan harga, mereka adalah pembeli yang sama sekali tidak loyal atau tidak tertarik pada merek Close-up. Mereka membeli hanya karena harga Close-up dianggap murah. Pada tingkatan loyalitas merek switcher berada pada urutan paling bawah. Yang termasuk switcher adalah responden yang menjawab sering dan selalu. Berikut ini adalah penghitungan switcher pasta gigi Close-up: Tabel 4.18 Tabel analisis switcher F X f.x Tidak Pernah Jarang Kadang-kadang Sering Selalu TOTAL Sumber : Kuesioner Rata-rata = 24 = 2,735 Switcher = Ä 100% = 18,18 %

38 81 Hasil dari nilai rata-rata diatas kemudian dipetakan ke rentang skala berikut: Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Sering Selalu 1,00-1,80 1,80-2,60 2,60-3,40 3,40-4,20 4,20-5,00 2,735 Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata responden Close-up yang berpindah merek karena faktor harga hanya kadang-kadang saja, artinya konsumen tidak melakukan pembelian karena faktor harga. Sedangkan yang benar-benar sensitif terhadap harga berjumlah 24 orang atau (18,18%) Habitual Buyer Habitual buyer adalah pembeli yang puas dengan merek produk yang mereka konsumsi atau setidaknya mereka tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi merek produk tersebut. Pembeli dalam tipe ini membeli suatu produk hanya karena kebiasaan mereka selama ini. Habitual buyer dihitung berdasarkan jawaban setuju dan sangat setuju. Perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.19 Tabel analisis habitual buyer F X f.x Sangat tidak setuju Tidak setuju

39 82 Ragu-ragu Setuju Sangat setuju TOTAL Sumber : Kuesioner Rata-rata = 53 = 3,015 Habitual Buyer = Ä 100% = 40,15% Hasil dari nilai rata-rata di atas kemudian dipetakan ke rentang skala berikut: Sgt tdk setuju Tdk setuju Ragu-ragu Setuju Sangat setuju 1,00-1,80 1,80-2,60 2,60-3,40 3,40-4,20 4,20-5,00 3,015 Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata responden merasa ragu-ragu bahwa keputusan pembelian pasta gigi Close-up adalah karena kebiasaan, artinya konsumen tidak melakukan pembelian karena kebiasaan. Sedangkan yang betul-betul membeli karena kebiasaan berjumlah 53 orang atau (40,15%) Satisfied Buyer Satisfied Buyer adalah mereka yang puas dalam mengkonsumsi suatu merek. Yang termasuk satisfied buyer adalah responden yang menjawab puas dan sangat puas.

40 83 Perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.20 Tabel analisis Satisfied Buyer F X f.x Sangat tidak puas Tidak puas Biasa saja Puas Sangat puas Total Sumber : Kuesioner Rata-rata = 77 = 3,674 Satisfied Buyer = Ä 100% = 58,33% Hasil dari nilai rata-rata di atas kemudian dipetakan ke rentang skala berikut: Sangat tdk puas Tdk puas Biasa saja Puas Sangat puas 1,00-1,80 1,80-2,60 2,60-3,40 3,40-4,20 4,20-5,00 3,674 Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa kebanyakan responden merasa puas dalam menggunakan pasta gigi Close-up, artinya konsumen menyatakan puas terhadap

41 84 merek Close-up. Sedangkan yang termasuk dalam satisfied buyer sebanyak 77 orang atau (58,33%) Liking the Brand Liking the brand adalah pembeli yang sungguh-sungguh menyukai merek tersebut. Pilihan mereka pada suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan kualitas yang tinggi. Yang termasuk Liking the Brand adalah responden yang menjawab suka dan sangat suka. Perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 4.21 Tabel analisis Liking the Brand F X f.x Sangat tidak suka Tidak suka Biasa saja Suka Sangat suka Total Sumber : Kuesioner Rata-rata = 75 = 3,674 Liking the Brand = Ä 100% = 56,82% Hasil dari nilai rata-rata di atas kemudian dipetakan ke rentang skala berikut:

42 85 Sangat tdk suka Tdk suka Biasa saja Suka Sangat suka 1,00-1,80 1,80-2,60 2,60-3,40 3,40-4,20 4,20-5,00 3,674 Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata responden menyukai merek Close-up. Jumlah responden yang benar-benar menyukai Close-up adalah 75 orang atau (56,82%) Committed Buyer Commited buyer merupakan tingkatan tertinggi dari brand loyalty, pembeli yang tergolong dalam tingkatan ini adalah mereka yang bangga dalam mengkonsumsi suatu merek, bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi mereka sehingga mereka akan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada pihak lain. Pada tingkat ini pembeli merupakan pelanggan yang setia. Responden yang tergolong commited buyer adalah responden yang menjawab sering dan selalu. Perhitungannya dapat dilihat berikut ini: Tabel 4.22 Tabel analisis Committed Buyer F X f.x Tidak pernah Jarang

43 86 Kadang-kadang Sering Selalu Total Sumber : Kuesioner Rata-rata = 21 = 2,136 Committed Buyer = Ä 100% = 15,91% Hasil dari nilai rata-rata di atas kemudian dipetakan ke rentang skala berikut: Tdk pernah Jarang Kadang-kadang Sering Selalu 1,00-1,80 1,80-2,60 2,60-3,40 3,40-4,20 4,20-5,00 2,136 Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata responden jarang menyarankan dan mempromosikan pasta gigi merek Close-up kepada orang lain. Sedangkan yang termasuk Committed Buyer sebanyak 21 orang atau (15,92%). 4.8 Hasil Analisis Loyalitas Merek (Brand Loyalty) 1.Switcher, dari 132 responden atau pengguna terdapat 24 responden (18,18%) yang termasuk kategori switcher atau mereka yang memebeli Close-up karena harganya murah.

44 87 2. Habitual buyer, dari 132 responden atau pengguna terdapat 53 responden (40,15%) yang termasuk dalam kategori habitual buyer atau pembeli yang membeli Close-up hanya karena kebiasaan. 3. Satisfied buyer, dari 132 responden atau pengguna terdapat 77 responden (58,33%) yang termasuk dalam kategori satisfied buyer atau pembeli yang puas dalam mengkonsumsi pasta gigi Close-up. 4. Liking the brand, dari 132 responden atau pengguna terdapat 75 responden (56,82%) yang termasuk dalam kategori liking the brand atau pembeli yang benar-benar menyukai merek Close-up. 5. Commited buyer, dari 132 responden atau pengguna terdapat 21 responden (15,92%) yang termasuk dalam kategori commited buyer atau pembeli yang bangga dan setia pada merek Close-up. Berdasarkan hasil analisis Brand Loyalty dari merek Close-up, dapat digambarkan dalam piramida Brand Loyalty seperti yang ditunjukan pada gambar dibawah ini:

45 88 Gambar 4.10 Piramida loyalitas merek Dari gambar di atas terlihat bahwa Loyalitas merek (Brand loyalty) dari merek Closeup kurang baik karena bentuk piramida makin keatas makin mengecil, bagi mereka yang memiiki ekuitas merek (brand equity) yang kuat, tingkatan dalam brand loyaltynya diharapkan membentuk segitiga terbalik. Maksudnya makin keatas makin melebar sehingga diperoleh jumlah commited buyer yang lebih besar daripada switcher. 4.9 Implikasi Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap merek Close-up, kepada responden yang berada diwilayah giant hypermarket lebak bulus, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan perusahaan untuk memperbaiki ekuitas merek Close-up, antara lain:

46 89 a. Analisis Kesadaran Merek (Brand Awareness) Pada tingkat top of mind, merek Close-up bukan merupakan top of mind, Hal ini dapat dilihat dari kedudukan Merek Close-up yang berada diposisi ketiga dengan persentase sebesar (19,33%) dibawah merek Pepsodent (35,33%) dan Ciptadent (20,67%). Tetapi pada tingkat brand recall merek Close-up menempati posisi pertama yaitu sebanyak 101 responden (17,06%), kondisi ini sebenarnya sudah cukup baik, karena untuk mendapatkan market share tidak harus menjadi top of mind. Tingkat brand recall sudah cukup baik untuk menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan keputusan pembelian. Pada tingkat brand recognition terdapat 17 responden (11,33%) yang perlu diingatkan kembali akan keberadaan merek Close-up. Hanya disini yang harus mendapat perhatian adalah adanya responden yang tidak mengetahui keberadaan merek Close-up atau unaware brand sebanyak 3 orang, alangkah baiknya bila Close-up memperbanyak promosi-promosinya, agar merek Close-up dapat dikenal dan selalu diingat oleh konsumen. b. Analisis Asosiasi Merek (Brand Association) Dari 10 asosiasi yang berkaitan dengan merek Close-up, hanya ada 4 asosiasi yang dapat dipakai untuk memperkuat brand image Close-up. Brand image tersebut di antaranya adalah Menyegarkan nafas, aromanya wangi, kemasannya menarik, dan mudah diperoleh ditoko-toko. Keempat asosiasi inilah yang terlintas di pikiran para responden tentang Closeup sehingga membentuk brand image Close-up. Jika sudah terbentuk asosiasi seperti ini maka sebaiknya Close-up tetap konsisten pada image yang telah terbentuk agar konsumen tidak bingung dengan ciri khas dari produk tersebut.

47 90 c. Analisis Persepsi Kualitas (Perceived Quality) Dari hasil riset perceived quality, atribut yang perlu diperbaiki kinerjanya yaitu atribut menyegarkan nafas, karena atribut menyegarkan nafas masuk dalam kuadran I dimana kuadran I menunjukan performance rendah tetapi importance tinggi, artinya kinerja menyegarkan nafas yang diberikan Close-up masih dibawah harapan konsumen. Tetapi atribut aroma dan disain kemasan kinerjanya sudah sangat baik, karena atribut aroma masuk dalam kuadran II, dimana kuadran II menunjukan tingkat performance tinggi diikuti oleh tingkat importance yang tinggi pula, berarti kinerja Close-up dalam hal aroma sudah baik dan aroma yang ditawarkan oleh Close-up sudah sesuai dengan harapan konsumen, sehingga keadaan ini harus terus dipelihara. Sedangkan atribut disain kemasan masuk dalam kuadran IV, dimana kuadran IV menunjukan tingkat performance tinggi tetapi tingkat importance rendah. Berarti kinerja Close-up dalam hal mendisain kemasan sudah baik dan sudah melebihi dari apa yang diharapkan oleh konsumen, sehingga sangat memuaskan konsumen. Secara keseluruhan merek Close-up mempunyai performance yang lebih tinggi dari pada importance, hal ini berarti kinerja Close-up secara keseluruhan sudah melebihi apa yang diharapkan oleh konsumen. Hanya saja dalam hal ini Close-up harus lebih fokus terhadap perbaikan kinerjanya dalam hal menyegarkan nafas, karena konsumen menaruh harapan yang tinggi terhadap atribut menyegarkan nafas. Sehingga untuk menumbuhkan kesetiaan dan kepuasan konsumen, Close-up harus memfokuskan perbaikan pada atribut tersebut.

48 91 d. Analisis Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Close-up mempunyai konsumen yang paling banyak berada pada tingkat satisfied buyer yaitu 58,33% atau 77 responden dari 132 pemakai Close-up. Hal ini menunjukan kondisi yang cukup baik, karena kebanyakan responden Close-up merasa puas dalam mengkonsumsi/menggunakan pasta gigi Close-up. Hal yang lebih baik lagi adalah konsumen Close-up melakukan pembelian bukan karena kebiasaan atau karena harga yang murah. Pada tingkatan switcher, terdapat 24 responden (18,18%) yang termasuk kategori ini, pada tingkatan Habitual buyer, terdapat 53 responden (40,15%) yang termasuk dalam kategori ini. Tetapi pada tingkatan Liking the brand menunjukan hasil yang cukup baik, hal ini dapat dilihat dari 132 pemakai Close-up terdapat 75 responden (56,82%) yang termasuk dalam kategori ini. Pada tingkatan Commited buyer, terdapat 21 responden (15,92%) yang termasuk dalam kategori ini.

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) PASTA GIGI CLOSE UP PADA PT.UNILEVER (STUDI KASUS: WILAYAH LEBAK BULUS)

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) PASTA GIGI CLOSE UP PADA PT.UNILEVER (STUDI KASUS: WILAYAH LEBAK BULUS) ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK (BRAND EQUITY) PASTA GIGI CLOSE UP PADA PT.UNILEVER (STUDI KASUS: WILAYAH LEBAK BULUS) KRISTIN MARIA 0700728766 ARIEL RHESA 0700725871 ABSTRAK Perkembangan penduduk

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 79 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan desain penelitian deskriptif, di mana tujuan penelitian adalah untuk menguraikan sifat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. multinasional terbesar di dunia mempunyai sejarah yang panjang sejak mulai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. multinasional terbesar di dunia mempunyai sejarah yang panjang sejak mulai BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Profil Perusahaan PT Unilever sebagai salah satu perusahaan customer package goods multinasional terbesar di dunia mempunyai sejarah yang panjang sejak mulai dirintis hingga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK...iv KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...xii DAFTAR GAMBAR... xvi DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK Persaingan di pasar ponsel yang semakin ketat membuat setiap produsen ponsel untuk memiliki strategi dalam mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasarnya. Demikian pula dengan Samsung yang harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, Penulis menjelaskan hal-hal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, Penulis menjelaskan hal-hal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, Penulis menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan ekuitas merek produk pasta gigi Close-up. Metode

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat PT. Unilever Indonesia, Tbk didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabriken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan pembahasan di bab sebelumnya, yaitu: Kartu telepon CDMA yang memiliki tingkat awareness paling

Lebih terperinci

STRATEGIC BRAND COMMUNICATION

STRATEGIC BRAND COMMUNICATION Modul ke: STRATEGIC BRAND COMMUNICATION BRAND EQUITY MEASUREMENT Fakultas ILMU KOMUNIKASI Cherry Kartika, SIP, M.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication www.mercubuana.ac.id WHAT IS BRAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan disektor penjualan sepeda motor semakin melesat naik tajam khususnya perusahaan sepeda motor keluaran Jepang. Persaingan terletak pada model, kepraktisan,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION

VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION VII. ANALISIS TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT PRODUK DAN LOYALITAS KONSUMEN MOCI KASWARI LAMPION 7.1 Analisis Tingkat Kepuasan 7.1.1 Indeks Kepuasan Konsumen Pengukuran terhadap kepuasan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi memaksa pelanggan untuk membeli produk mereka, perusahaan akan kesulitan mengelola

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan

KERANGKA PEMIKIRAN. dan jasa, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Perilaku Konsumen Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang terlibat langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang

BAB I PENDAHULUAN. pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pemasaran seperti zaman ini. Konsumen sering melakukan pergantian merek dalam satu produk yang mempunyai spesifikasi manfaat yang sama, hal itu

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KESADARAN, ASOSIASI, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK GUHDO SPRING BED PADA PT. TANDITAMA MANDIRI

ANALISIS TINGKAT KESADARAN, ASOSIASI, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK GUHDO SPRING BED PADA PT. TANDITAMA MANDIRI ANALISIS TINGKAT KESADARAN, ASOSIASI, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS MEREK GUHDO SPRING BED PADA PT. TANDITAMA MANDIRI SARI OCTAVIA 0600652465 ABSTRAK Dalam memutuskan untuk melakukan pembelian, seorang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH BRAND EQUITY

ANALISIS PENGARUH BRAND EQUITY TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH BRAND EQUITY TERHADAP PEMBENTUKAN CUSTOMER LOYALTY PADA JENIS MEREK PASTA GIGI DENGAN ANALISIS SEM (STRUCTURAL EQUATION MODELLING) (Studi Kasus: Mahasiswa mahasiswi UMS) Diajukan

Lebih terperinci

Analisis Ekuitas Merek Sabun Mandi Kesehatan Lifebuoy di Kota Bogor

Analisis Ekuitas Merek Sabun Mandi Kesehatan Lifebuoy di Kota Bogor Andasari, Munandari Analisis Ekuitas Merek sabun mandi Kesehatan 187 Analisis Ekuitas Merek Sabun Mandi Kesehatan Lifebuoy di Kota Bogor Kartika Andansari Alumni Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perusahaan maju dengan pesat, hal ini ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perusahaan maju dengan pesat, hal ini ditandai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia perusahaan maju dengan pesat, hal ini ditandai dengan tingkat persaingan yang makin ketat, oleh karena itu bagi perusahaan yang mempunyai keinginan

Lebih terperinci

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto

F o c u s. On Marketing. The Way to Boost Your Marketing Performance. Marketing Quotient Community. Dheni Haryanto B R A N D E Q U I T Y The Way to Boost Your Marketing Performance Dheni Haryanto dheni_mqc@yahoo.com Marketing Quotient Community http://www.mqc.cjb.net F o c u s On Marketing Hakekat suatu bisnis industri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang

METODE PENELITIAN. satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bogor, yang merupakan salah satu wilayah pemasaran dari produk chewy candy rasa buah. Responden yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus, dimana metode

BAB III. Metode Penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus, dimana metode 28 BAB III Metode Penelitian 3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Metode Dasar Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus, dimana metode menghendaki suatu kajian yang rinci, mendalam, menyeluruh

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Brand Awareness Kesadaran konsumen terhadap merek suatu produk. Top of Mind Dengan mengumpulkan informasi dari 110 responden didapatkan bahwa Kecap Matahari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan PT. Hutchison 3 Indonesia (H3I) adalah perusahaan penyedia jasa telekomunikasi yang berkembang pesat dan beroperasi dengan lisensi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memikat hati orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Citra

BAB I PENDAHULUAN. memikat hati orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Citra BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Merek (brand) diyakini mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk memikat hati orang untuk membeli produk atau jasa yang diwakilinya. Citra yang ditampilkan serasa menyihir

Lebih terperinci

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK PADA PT. ASURANSI RAYA

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK PADA PT. ASURANSI RAYA ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK PADA PT. ASURANSI RAYA Habibie Halim - 0700729390 ABSTRAK Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarahkan sistem perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

Bisma Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 5, No. 1 April 2011 Hal

Bisma Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 5, No. 1 April 2011 Hal Bisma Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 5, No. 1 April 2011 Hal. 67-91 EKUITAS MEREK PRODUK MINUMAN SERBUK BUAH INSTAN Ika Barokah Suryaningsih Fakultas Ekonomi Universitas Jember ikabarokah@gmail.com Hary

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta

SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta BAB V SIMPULAN DAN SARAN 86 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian brand equity pada pasta gigi Pepsodent dan pasta gigi Close-Up di kota Bandung berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Merek Kotler (1997) mengemukakan bahwa definisi merek adalah nama, istilah, tanda, symbol, rancangan atau kombinasi dari ketiganya yang bertujuan untuk mengidentifikasi barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh. menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan harus mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dari bahan tambahan. Kembang gula diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu :

TINJAUAN PUSTAKA. dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dari bahan tambahan. Kembang gula diklasifikasikan dalam 4 jenis, yaitu : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kembang Gula Definisi dari kembang gula adalah jenis makanan selingan berbentuk padat, dibuat dari gula atau pemanis lain atau campuran gula dengan pemanis lain dengan atau tanpa

Lebih terperinci

Ryandhi Widjaya ABSTRAK

Ryandhi Widjaya ABSTRAK ANALISIS BRAND EQUITY DARI WHOLE MARKET DAN KEPUASAN KONSUMEN DARI MEMBER CELEBRITY FITNESS CABANG MALL PURI INDAH (STUDI KASUS JAKARTA BARAT) Ryandhi Widjaya 0800735305 ABSTRAK Sebuah merek seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pelanggan mereka. Selain itu teknologi informasi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pelanggan mereka. Selain itu teknologi informasi yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat bergerak menuju the era of choice, perusahaan tidak mampu lagi memaksa pelanggan untuk membeli produk mereka, perusahaan akan kesulitan mengelola

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidup untuk berkembang dan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan persaingan dalam dunia usaha akan dapat. apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan persaingan dalam dunia usaha akan dapat. apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesuksesan persaingan dalam dunia usaha akan dapat terpenuhi apabila perusahaan bisa menciptakan dan mempertahankan pelanggan (Tjiptono, 1997:19) dalam (Setya

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat berdasarkan perumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Brand Equity Tas Ransel Merek EIGER Karakteritik Responden: Responden berjenis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Merek Merek adalah suatu nama, istilah simbol, desain (rancangan), atau kombinasinya yang dimaksudkan untuk memberi tanda pengenal

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Dapat dilihat hasil perhitungan pada Brand Awareness ( Kesadaran Merek ) yang dimiliki oleh pasar swalayan dengan merek Toserba Yogya memiliki persentase terbesar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan dua pendekatan yaitu: pendekatan kualitatif yang berupa eksploratif dan pendekatan kuantitatifyang berupa deskriptif.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia pasti mempunyai beragam kebutuhan. Hal pokok yang harus dipenuhi

I. PENDAHULUAN. Manusia pasti mempunyai beragam kebutuhan. Hal pokok yang harus dipenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia pasti mempunyai beragam kebutuhan. Hal pokok yang harus dipenuhi adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier. Diantara ketiganya kebutuhan primerlah yang paling

Lebih terperinci

L1-1 KUESIONER PENELITIAN

L1-1 KUESIONER PENELITIAN L1-1 KUESIONER PENELITIAN Responden yang tehormat, saya adalah mahasiswi Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha sedang melakukan pengamatan terhadap Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Untuk itu saya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini,

BAB I PENDAHULUAN. Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaman moderen dengan teknologi yang semakin canggih seperti sekarang ini, menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Ekuitas Merek Kotler dan Keller (2007), mendefinisikan ekuitas merek sebagai nilai tambah yang diberikan kepada produk dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa konsumen untuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH...

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH... ABSTRAK Checkpoint Sutami merupakan salon mobil yang dirikan sejak tahun 2008 dan terletak di jalan terusan sutami kav. 22 Bandung. Masalah yang terjadi di Checkpoint Sutami adalah belum terlalu dikenal

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK RAMAYANA DEPARTMENT STORE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN (STUDI KASUS KONSUMEN RAMAYANA CABANG PASAR PALMERAH)

ANALISIS EKUITAS MEREK RAMAYANA DEPARTMENT STORE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN (STUDI KASUS KONSUMEN RAMAYANA CABANG PASAR PALMERAH) ANALISIS EKUITAS MEREK RAMAYANA DEPARTMENT STORE DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN (STUDI KASUS KONSUMEN RAMAYANA CABANG PASAR PALMERAH) Liliyanti Wuisan 0700685470 ABSTRAK Dewasa ini permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Profil Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H.

Lebih terperinci

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 - Semester Ganjil tahun 2005 / 2006

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 - Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 Universitas Bina Nusantara Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 - Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 ANALISA PERBANDINGAN TINGKAT KESADARAN, ASOSIASI, PERSEPSI KUALITAS DAN LOYALITAS PENGGUNA

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek

II. LANDASAN TEORI. Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Merek (Brand) Sebagian besar produk konsumen dan industrial memiliki merek. Merek-merek dibubuhkan pada produk yang dijual untuk memberikan identifikasi khusus pada suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan globalisasi dan gencarnya persaingan bebas yang muncul di Indonesia, maka semakin banyak produk-produk sejenis yang ditawarkan, akibatnya konsumen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada merek BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Loyalitas Merek Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu konsep yang sangat penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. produk para penjual dan membedakannya dari produk pesaing. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori A. Definisi Merek Menurut Durianto, dkk (2001:1) Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, menuntut perusahaan untuk selalu inovatif dalam mengembangkan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek pengukuran kinerja perusahaan adalah melakukan analisis atas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek pengukuran kinerja perusahaan adalah melakukan analisis atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu aspek pengukuran kinerja perusahaan adalah melakukan analisis atas laporan keuangan. Dengan menganalisis laporan keuangan dapat diketahui kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Menjalankan bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang ada di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu hingga era globalisasi ini persaingan bisnis baik yang bergerak di bidang jasa dan non jasa semakin ketat dan meningkat. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peningkatan taraf hidup masyarakat yang semakin tinggi, sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peningkatan taraf hidup masyarakat yang semakin tinggi, sehingga menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi yang semakin maju saat ini, membawa pengaruh besar terhadap perubahan lingkungan yang secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Minat konsumen terhadap Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) semakin meningkat di Kota Cirebon. Hal ini mendorong beberapa perusahaan mengeluarkan AMDK dengan berbagai macam merek. Pangsa pasar terbesar

Lebih terperinci

Binus University. Jurusan Manajemen Skripsi Sarjana Ekonomi Semester Ganjil tahun 2007 / 2008

Binus University. Jurusan Manajemen Skripsi Sarjana Ekonomi Semester Ganjil tahun 2007 / 2008 Binus University Jurusan Manajemen Skripsi Sarjana Ekonomi Semester Ganjil tahun 2007 / 2008 ANALISIS EKUITAS MEREK MANDALA SWALAYAN DALAM PERSAINGAN INDUSTRI RETAILER DI JAMBI (STUDI KASUS PADA KONSUMEN

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango)

ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) ANALISIS EKUITAS MEREK KECAP SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP STRATEGI BAURAN PEMASARAN DI KOTA TANGERANG (Studi Kasus: Kecap Merek ABC dan Bango) DISUSUN OLEH: EFENDY A14104121 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek

BAB I PENDAHULUAN. meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Situasi pasar saat ini semakin kompetitif dengan persaingan yang semakin meningkat pula diantara para produsen. Menurut Kartajaya (2004:144), merek (brand)

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. 9 Januari 1934 Tambahan No. 3. BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta

Lebih terperinci

Pengukuran Brand Equity Kartu X *

Pengukuran Brand Equity Kartu X * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2014 Pengukuran Brand Equity Kartu X * NAFEESA TANTY HARSHA, KUSMANINGRUM SOEMADI,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Merek Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam sektor industri minuman semakin mengembangkan potensinya untuk dapat bersaing dan merebut market

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Berdasarkan uraian latar belakang dan landasan teori pada bab sebelumnya, penelitian ini menggunakan kerangka berpikir sebagai berikut: BRAND AWARENESS

Lebih terperinci

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK UNTUK PRODUK TAKARI PADA PT. CENTRAL PROTEINAPRIMA : STUDI KASUS WILAYAH PASAR IKAN BARITO

ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK UNTUK PRODUK TAKARI PADA PT. CENTRAL PROTEINAPRIMA : STUDI KASUS WILAYAH PASAR IKAN BARITO Abstrak Universitas Bina Nusantara Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 - Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 ANALISIS ELEMEN-ELEMEN EKUITAS MEREK UNTUK PRODUK TAKARI PADA PT. CENTRAL PROTEINAPRIMA

Lebih terperinci

Analisis Strategi Bisnis Untuk Meningkatkan Brand Equity. Terhadap Merek PUTERI Pada Perusahaan. PT. Mustika Ratu Tbk DEVINA LESTHANA

Analisis Strategi Bisnis Untuk Meningkatkan Brand Equity. Terhadap Merek PUTERI Pada Perusahaan. PT. Mustika Ratu Tbk DEVINA LESTHANA Analisis Strategi Bisnis Untuk Meningkatkan Brand Equity Terhadap Merek PUTERI Pada Perusahaan PT. Mustika Ratu Tbk DEVINA LESTHANA 0700703082 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui brand equity

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Mie Instan merupakan salah satu kategori produk makanan kering cepat saji dengan tingkat persaingan yang sangat ketat dan penetrasi produk yang hampir mendekati titik jenuh yaitu: (84%). Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, semua produsen baik barang maupun jasa dituntut untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat, semua produsen baik barang maupun jasa dituntut untuk terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kondisi persaingan sekarang ini yang terus mengalami perubahan dan semakin ketat, semua produsen baik barang maupun jasa dituntut untuk terus menerus

Lebih terperinci

GAMBAR 1.1 LOGO UNILEVER

GAMBAR 1.1 LOGO UNILEVER BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 dan Unilever Indonesia telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran 109 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Merek Oriflame memiliki top

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN

ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN VII ANALISIS KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN 7.1 Indeks Kepuasan Konsumen Analisis kepuasan konsumen sangat penting untuk dilakukan, karena hasil dari perhitungan mengenai kepuasan konsumen dapat berguna

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan

LANDASAN TEORI. Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan II. LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Pentingnya Pemasaran Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan lain.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab I telah diuraikan sedikit tentang permasalahan, tujuan penelitian, serta garis besar metodologi yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pada bab ini akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

BAB I PENDAHULUAN. menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era hiperkompetitif seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa konsumen untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK Pada bulan Agustus 2005 PT Sinar Sosro meluncurkan varian produk minuman teh berkarbonasi dengan merk TEBS di daerah pemasaran Jawa Barat. Masalah yang terjadi pada produk TEBS adalah jumlah pemesanannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. terus terpuruk dalam kekalahan dan kemunduran bisnisnya. Keberhasilan perusahaan dalam pemasaran ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 ini, dapat dirasakan dengan jelas bahwa persaingan bisnis kian kompetitif dan berdampak pada seluruh pelaku bisnis yang ada. Pelaku bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi

BAB I PENDAHULUAN. bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang sangat penuh persaingan seperti sekarang ini dunia usaha sedang bergerak menuju kebebasan dalam memilih, perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara rutin atau disebut

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Ekuitas merek Tabel 6.1 Ringkasan Ekuitas Merek Dimensi Spesifikasi Keterangan Kesadaran Merek Asosiasi Merek Top of mind Brand recall Brand recognition

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi. digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Merek dan Perspektif Merek 1. Definisi Merek Menurut UU No.15 Tahun 2001 merek adalah tanda berupa gambar, nama, kata, huruf, angka-angka, susunan atau kombinasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pergerakan menuju the era of choice pada masa sekarang ini, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pergerakan menuju the era of choice pada masa sekarang ini, UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pergerakan menuju the era of choice pada masa sekarang ini, dimana perusahaan sudah tidak mampu lagi memaksakan pelanggan untuk membeli produk mereka.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. selalu invoatif dalam mengembangkan usahanya. Salah satu kegiatan pokok 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan dalam bersaing kini semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, hal inilah yang pada akhirnya menuntut perusahaan untuk selalu

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. PT. Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai

IV. PEMBAHASAN. PT. Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai 35 IV. PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. Van

Lebih terperinci

B. KEGIATAN MAGANG 1. LATAR BELAKANG KEGIATAN

B. KEGIATAN MAGANG 1. LATAR BELAKANG KEGIATAN 1. LATAR BELAKANG KEGIATAN B. KEGIATAN MAGANG Proses pembelajaran merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan, sikap, dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan jaman telah mencapai titik dimana semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan jaman telah mencapai titik dimana semua aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Dewasa ini, perkembangan jaman telah mencapai titik dimana semua aspek kehidupan tersentuh olehnya. Perkembangan ini juga mengakibatkan masyarakat sebagai objek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. unsur-unsur tersebut yang membantu untuk mengenali produk-produk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan keuntungan kompetitif yang berkelanjutan. unsur-unsur tersebut yang membantu untuk mengenali produk-produk sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini banyak produk yang sejenis dengan manfaat yang hampir sama ditawarkan di pasaran yang memicu ketatnya persaingan antar perusahaan. Diperkuat dengan teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii DAFTAR TABEL.. vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN x

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR. i DAFTAR ISI. ii DAFTAR TABEL.. vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN x 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber : a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Kebutuhan akan produk ini sudah

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kebersihan dan kesehatan gigi. Kebutuhan akan produk ini sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, pasta gigi dalam kehidupan sehari-hari bukan merupakan produk asing lagi. Pasta gigi merupakan kebutuhan utama dari manusia dalam menjaga kebersihan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pangsa Pasar (Market Share) Pangsa pasar ( Market Share ) dapat diartikan sebagai bagian pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan, atau prosentasi penjualan suatu perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemasaran perusahaan bersaing semakin ketat terutama memasuki abad 21 ini, menuntut setiap perusahaan untuk selalu inovatif dalam mengembangkan usahanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan.

BAB I PENDAHULUAN. hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagian dari suatu kategori produk perlu ditekankan karena terdapat suatu hubungan yang kuat antara kategori produk dengan merek yang dilibatkan. Ketatnya

Lebih terperinci

ANALISIS EKUITAS MEREK BROKER PROPERTY ERA DI JAKARTA

ANALISIS EKUITAS MEREK BROKER PROPERTY ERA DI JAKARTA Universitas Bina Nusantara Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Skripsi Strata 1 - Semester Ganjil tahun 2005 / 2006 ANALISIS EKUITAS MEREK BROKER PROPERTY ERA DI JAKARTA Nova Scoria 0600645320 Abstrak Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perkembangan dalam dunia bisnis secara otomatis telah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya perkembangan dalam dunia bisnis secara otomatis telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pesatnya peningkatan pertumbuhan penduduk yang diikuti dengan meningkatnya perkembangan dalam dunia bisnis secara otomatis telah meningkatkan persaingan-persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan tiap perusahaan salah satunya adalah untuk menciptakan pelanggan. Untuk itu, perusahaan mengalami tantangan karena saat ini pelanggan menghadapi beraneka ragam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis yang semakin ketat membuat perusahaan harus berkompetisi pada berbagai hal antara lain merek, harga, dan juga pelayanan dari suatu produk. Agar

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 58 BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Faktor Internal-Eksternal Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk dalam kegiatannya memiliki beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang terjadi sekarang ini menjadikan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha yang terjadi sekarang ini menjadikan perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan usaha yang terjadi sekarang ini menjadikan perusahaan selalu berusaha untuk memberikan jaminan bahwa produk yang ditawarkan mampu memberikan dukungan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernahkah anda mendengar slogan As Good As Gold? Ya, itu slogan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pernahkah anda mendengar slogan As Good As Gold? Ya, itu slogan yang Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernahkah anda mendengar slogan As Good As Gold? Ya, itu slogan yang dimiliki oleh es krim Magnum Gold. Kita mungkin sering mendengar atau melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai jenis usaha. Di era globalisasi saat ini, tingginya tingkat persaingan dalam menguasai pangsa pasar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bisnis detergen di Indonesia, mempunyai pesaing pasar yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bisnis detergen di Indonesia, mempunyai pesaing pasar yang begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis detergen di Indonesia, mempunyai pesaing pasar yang begitu pesat ditunjukkan dengan gencarnya penayangan iklan di media televisi, keadaan ini akan

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat berdasarkan perumusan masalah yaitu : 1. Kesadaran merek Checkpoint saat ini Penelitian terhadap brand awareness menunjukkan bahwa : Top

Lebih terperinci