AUDIT ATAS PENJUALAN PT ABC YANG BERGERAK DALAM BIDANG INDUSTRI OTOMOTIF PADA LAPORAN KEUANGAN PER 30 JUNI 2012 LAPORAN MAGANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AUDIT ATAS PENJUALAN PT ABC YANG BERGERAK DALAM BIDANG INDUSTRI OTOMOTIF PADA LAPORAN KEUANGAN PER 30 JUNI 2012 LAPORAN MAGANG"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT ATAS PENJUALAN PT ABC YANG BERGERAK DALAM BIDANG INDUSTRI OTOMOTIF PADA LAPORAN KEUANGAN PER 30 JUNI 2012 LAPORAN MAGANG BENMARCH PRANTO SIMANJUNTAK FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK DESEMBER 2012

2 UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT ATAS PENJUALAN PT ABC YANG BERGERAK DALAM BIDANG INDUSTRI OTOMOTIF PADA LAPORAN KEUANGAN PER 30 JUNI 2012 LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi BENMARCH PRANTO SIMANJUNTAK FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK DESEMBER 2012

3 ii

4 iii Audit atas..., Benmarch Pranto iii Simanjuntak, FE UI, 2012

5 iv Audit atas..., Benmarch Pranto iv Simanjuntak, FE UI, 2012

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan karunia-nya, penulis mampu menyelesaikan laporan magang dengan judul Audit atas Penjualan PT ABC yang Bergerak dalam Bidang Otomotif pada Laporan Keuangan per 30 Juni Penulisan laporan magang ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program S-1 Reguler jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini mendukung dan membantu penulis dalam penyelesaian laporan magang, yaitu kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus karena telah memberikan kehidupan, kesehatan, kesabaran, dan jalan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Orang tua saya, Mulia Simanjuntak dan Rosmeri Siahaan yang telah memberikan dukungan serta mendoakan penulis sehingga penulis mampu bertahan dan melakukan yang terbaik yang penulis mampu lakukan untuk menyelesaikan laporan magang ini. 3. Ibu Evony Silvino Violita, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dalam penyusunan laporan magang ini. Terima kasih atas bantuan dan kesabarannya. 4. Dosen Fakultas Ekonomi serta Pihak Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi, yang memberikan pembelajaran selama penulis menyelesaikan studi akademis penulis. 5. Pihak RSM AAJ Associates yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan program magang, khususnya kepada Pak Irawan Wijayanto, Pak Aldy Handika, Bu Lilis Herlina, Kak Rizva, dan rekan lainnya. Kebersamaan yang relatif singkat telah memberikan penulis kesan mendalam, bukan hanya sebagai pengemban profesi auditor, tetapi sebagai rekan satu tim. Penulis juga tidak lupa menyampaikan terima kasih kepada rekan-rekan klien yang telah memberikan kerjasama dan kenangan yang menyenangkan selama proses magang. v

7 6. Kepada keluarga tercinta, Wulandani Tanjung Simanjuntak, Bonar Partungkoan Simanjuntak, dan Welinda Turianna Simanjuntak yang selalu memberikan semangat, memotivasi, dan mendoakan saya dari jauh. 7. Kepada orang-orang dan sahabat tercinta yang terus berada disamping penulis untuk memberikan dukungan, membantu, serta mendoakan penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan magang ini. 8. Kepada keluarga besar UKF Tae Kwon Do FEUI, Dewi Nuraini Raidy, M. Christello, Wibisono Cahyadi, Dini Mardhiyani, Relista Andrianto, dan teman teman lainnya. Terima kasih atas dukungan, bantuan dan pengertiannya pada saat penulis menyelasaikan laporan magang ini. 9. Kepada teman-teman di SPA FEUI, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan, dan pengertiannya pada saat penulis menyelesaikan laporan magang ini. 10. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan Sunter, Akhmad Abrori dan Wandra Setyo Nugroho, atas kerjasamanya selama proses magang berlangsung dan terus memberikan bantuan dan motivasi sebagai kesatuan tim. 11. Terima kasih kepada segala pihak yang telah membantu, mendukung, dan mendoakan penulis selama magang serta selama penyelesaian laporan magang ini. Akhir kata, semoga laporan magang ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Depok, Desember 2012 Penulis vi

8 vii

9 ABSTRAK Nama : Benmarch Pranto Simanjuntak Program Studi : Akuntansi Judul : Audit Atas Penjualan PT ABC Yang Bergerak dalam Bidang Industri Otomotif pada Laporan Keuangan Per 30 Juni 2012 Laporan ini membahas mengenai proses audit terhadap penjualan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bergerak dalam industry otomotif, dalam kasus ini adalah PT ABC. Secara lebih rinci, dibahas mengenai pengendalian internal secara keseluruhan, PSAK Pasal 23 mengenai pengakuan pendapatan, prosedur audit, dan temuan hasil audit penjualan PT ABC. Berdasarkan hasil proses audit, dijelaskan bahwa penjualan PT ABC telah disajikan sesuai dengan PSAK yang berlaku. Selain itu, prosedur audit yang dijalankan tim audit KAP dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa akun penjualan PT ABC telah disajikan secara wajar. Kata Kunci: Audit, Penjualan, Industri otomotif viii Audit atas..., Benmarch Pranto viii Simanjuntak, FE UI, 2012

10 ABSTRACT Name Major Title : Benmarch Pranto Simanjuntak : Accounting : Audit for PT ABC Sales, The Company which engaged in automotive industry for Financial Statement that ended in 30 June The report describes the audit process of sales that incurred by company engaged in automotive industry, in this case is PT ABC. Furthermore the report describes the internal control, PSAK 23 about the revenue recognition, audit procedure, and findings from the sales audit on PT ABC. Based on the result of audit process, PT ABC has complied with the PSAK for its disclosure and recognition. In addition, the audit procedures that applied by the public accountant firm, can give a reasonable assurance that sales account have been fairly disclosed. Key words: Audit, Sales, Automotive Industry ix Audit atas..., Benmarch Pranto ix Simanjuntak, FE UI, 2012

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... iv ABSTRAK... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Pelaksanaan Magang Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Penjelasan Aktifitas Magang Secara Umum Latar Belakang Analisis dan Pembahasan Ruang Lingkup Analisis dan Pembahasan Tujuan Pembahasan Sistematika Penulisan KONSEP DAN PENGERTIAN Gambaran Umum Audit Definisi Audit Jenis Audit Audit Laporan Keuangan Tanggung Jawab Auditor Tujuan Audit Laporan Keuangan Asersi Manajemen Terhadap Akun-akun Bukti-bukti Audit Proses Audit Dalam Laporan Keuangan... ` Proses Audit Siklus Penjualan Akun dan Segementasi dari Transaksi Dalam Penjualan Fungsi Bisnis dalam Sistem Penjualan dan Penerimaan Kas Mendesain Test of Control dan Substantive Test Risiko Audit Risiko Bawaan (Inherent Risk) Risiko Pengendalian (Control Risk) Risiko Deteksi (Detection Risk) Pendapatan Menurut PSAK Pendapatan Pengukuran Pendapatan Pengakuan Pendapatan Atas Penjualan Barang Pengakuan Pendapatan Atas Penjualan Jasa Pengungkapan x Audit atas..., Benmarch Pranto x Simanjuntak, FE UI, 2012

12 2.6. Accounting Basis GAMBARAN UMUM KANTOR AKUNTAN PUBLIK DAN KLIEN Profil Kantor Akuntan Publik Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik Prosedur Audit Secara Umum KAP AAJ Prosedur Audit Penjualan KAP AAJ Profil Perusahaan yang Diaudit (Klien) Gambaran Umum PT ABC Struktur Organisasi PT ABC Audit Penjualan PT ABC Risiko Audit Penjualan PT ABC ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sistem Akuntansi Siklus Penjualan PT ABC Penjualan Tunai Penjualan Kredit Analisa Risiko Audit Akun Penjualan Pada PT ABC Acceptable Audit Risk (AAR) Inherent Audit Risk (IR) Control Risk (CR) Risiko Audit Keseluruhan dan Tingkat Materialitasnya Prosedur Audit atas Akun Penjualan PT ABC Analitycal Procedures Test of Control Penjualan PT ABC Substantive Test atas Penjualan PT ABC KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran Saran bagi KAP RSM AAJ Associates Saran bagi PT ABC DAFTAR REFERENSI xi Audit atas..., Benmarch Pranto xi Simanjuntak, FE UI, 2012

13 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Asersi Manajemen Tabel 3.1 Audit program revenue Tabel 3.2 Audit planing PT ABC Tabel 3.3 Test of control PT ABC Tabel 3.4 Determining Materiality for the Financial Statement Tabel 4.1 Test of control PT ABC xii

14 DAFTAR GAMBAR Gambat 2.1 Metodologi test of control dan substantive test penjualan Gambar 2.2. Jenis Pendapatan Berdasarkan PSAK Gambar 3.1 Metodologi global audit pada KAP AAJ Gambar 3.2. Struktur organisasi PT ABC Gambar 4.1. Proses penjualan tunai PT ABC Gambar 4.2. Proses penjualan unit jasa PT ABC Gambar 4.3. Proses penjualan sparepart PT ABC Gambar 4.4. Proses penjualan kredit unit PT ABC Gambar 4.5. Proses penjualan kredit servis PT ABC Gambar 4.6. Proses penjualan kredit sparepart PT ABC Gambar 4.7. Prosedur analitis penjualan PT ABC xiii Audit atas..., Benmarch Pranto xiii Simanjuntak, FE UI, 2012

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1: Tabel Lead Schedule penjualan PT ABC Lampiran 2: Tabel Substantive test penjualan unit PT ABC xiv Audit atas..., Benmarch Pranto xiv Simanjuntak, FE UI, 2012

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Magang Peningkatan perekonomian saat ini akan memicu persaingan yang semakin kompetitif. Dalam berkompentesi setiap orang wajib memiliki keunggulan kompetitif untuk dapat terus bertahan. Sehingga dengan keunggulan yang dimilikinya akan memberikan nilai tambah bagi individu tersebut. Kampus sebagai pusat dari pengetahuan berperan penting dalam pengembangan keunggulan kompetitif setiap individu. Namun pengetahuan yang didapat di kampus akan sangat bermanfaat jika dapat dipraktikkan dengan baik di dunia kerja. Pengalaman dalam praktik pengetahuan ini akan sangat bermanfaat bagi individu jika dibandingkan dengan pengetahuan yang didapatkan di kampus. Dalam bekerja tentu kita membutuhkan tidak hanya sekedar hardskill namun juga softskill yang baik. Kombinasi kedua kemampuan tersebut diharapkan seorang individu dapat diterima dan berkembang di dunia kerja. Namun kebanyakan individu hanya mementingkan penguasaan hardskill tanpa disertai softskill yang baik. Oleh sebab itu, Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi membuka program magang untuk mahasiswanya. Program magang ini dapat digunakan mahasiswa sebagai pengganti tugas akhir skripsi ataupun juga sebagai persiapan mahasiswa dalam menghadapi tantangan dunia kerja yang akan datang Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang Program magang SKS yang dijalankan oleh penulis berlangsung dalam kurun waktu 3 bulan yang dimulai dari tanggal 11 Juli 2012 hingga 11 September 2012 di Kantor Akuntan Publik Aryanto Amir Jusuf Mawar dan Saptoto, salah satu kantor akuntan publik di Indonesia yang merupakan affiliasi dari kantor akuntan publik dunia RSM International. Selama melaksanakan magang di KAP AAJ 1

17 2 penulis ditempatkan di divisi Audit and Assurance dengan posisi Junior Auditor (Internship) Penjelasan Aktifitas Magang Secara Umum Program magang ini penulis jalankan selama 3 bulan di KAP AAJ dan diberikan kesempatan sebaga internship junior auditor divisi audit and assurance. Divisi ini dibawahi langsung oleh Ibu Mawar Napitupulu sebagai Senior Managing Partner, Bapak Dudi Hadi Santoso sebagai Senior Manager, dan Bapak Irawan Wijayanto sebagai Team Leader. Selama magang penulis diperlakukan selayaknya karyawan yang lainnya dengan hak dan kewajiban yang sama dalam mengikuti segala aturan yang ada di KAP AAJ. Selama proses magang berlangsung penulis ditunjuk untuk melakukan audit di PT ABC yang merupakan klien dari KAP AAJ sejak tahun PT ABC merupakan klien yang bergerak di bidang otomotif yang melakukan penjualan kendaraan bermotor, jasa, dan sparepart sebagai bagian dari aktifitas operasionalnya. Aktifitas umum yang dilakukan selama proses magang berlangsung di PT ABC adalah sebagai berikut: Menyiapkan Working Paper dan dokumen yang akan digunakan dalam proses audit Membantu General Audit per 30 Juni 2012 atas penjualan, utang, perpajakan, operating expense, dan utang lain-lain. Melakukan stock opname terhadap inventory unit kendaraan yang berada di Cikampek dan Medan Selain PT ABC, penulis juga ditunjuk untuk membantu pelaksanaan audit yang sedang berjalan untuk sebuah perusahaan manufaktur yaitu PT. Indah Jaya yang terletak di Tangerang. Penulis diberi penugasan untuk melakukan stock opname atas bahan baku kapas yang ada di beberapa gudang di perusahaan tersebut.

18 Latar Belakang Analisis dan Pembahasan Proses audit yang berjalan dengan baik dapat meminimalkan suatu perusahaan dari risiko kebangkrutan. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan maka kegiatan utama dari PT ABC adalah penjualan. KAP AAJ yang merupakan auditor dari PT ABC melakukan audit terhadap akun penjualan tersebut. Proses audit terhadap akun penjualan PT ABC dimulai dengan menentukan tingkat materialitas selama proses audit berlangsung, yang merupakan tingkat salah saji yang masih dapat diterima. Kemudian auditor memahami siklus dari penjualan PT ABC. Selanjutnya, auditor melakukan Test of Control (ToC) terhadap penjualan guna memahami apakah semua prosedur yang seharusnya dilaksanakan telah dilakukan dengan baik pada akun penjualan. ToC ini tentu akan menentukan seberapa baik tingkat pengendalian dari perusahaan terhadap penjualan. Setelah prosedur ini dijalankan maka auditor menyiapkan working paper sebagai langkah pelaksanaan Substantive Test dan Test of Detail Balance pada penjualan. Kemudian auditor membahas temuan-temuan selama proses audit berlangsung. Sesuai dengan penjelasan di atas, penulis merasa pemilihan pembahasan mengenai proses audit akun penjualan atas PT ABC tepat. Selain akun penjualan merupakan bagian dari pekerjaan penulis, akun penjualan pun merupakan akun utama dari PT ABC yang bergerak di bidang otomotif Ruang Lingkup Analisis dan Pembahasan Laporan yang dibuat penulis membatasi analisis dan pembahasan pada ruang lingkup proses audit akun penjualan PT ABC untuk periode laporan keuangan yang berakhir 30 Juni Proses audit lain yang dilakukan pada audit atas PT ABC, seperti audit atas penjualan, utang, perpajakan, operating expense, dan utang lain-lain tidak akan penulis bahas. Hal ini dikarenakan bidang penulis secara spesifik mengerjakan proses audit untuk akun penjualan PT ABC.

19 Tujuan Pembahasan Laporan magang ini dibahas dengan tujuan antara lain : Memberikan gambaran tentang aktifitas selama proses magang di KAP AAJ Memberikan informasi mengenai prosedur audit untuk akun penjualan yang dilakukan terhadap PT ABC oleh KAP AAJ Menyajikan suatu analisis dan pembahasan mengenai pelaksanaan proses audit akun penjualan PT ABC 1.7. Sistematika Penulisan Penulis membagi laporan ini menjadi lima bab utama, sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang pelaksanaan magang, waktu, tempat pelaksanaan magang, aktifitas penulis selama magang, dan sistematika penulisan laporan magang. BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini berisi teori - teori yang terkait dengan analisis dan pembahasan yang akan dibahas pada BAB 4 yang berlandaskan pada latar belakang, ruang lingkup, tujuan analisis dan pembahasan di BAB 1. Teori juga dijadikan sebagai bahan penulis dalam melakukan analisis dan pembahasan. Landasan teori ini diambil dari berbagai sumber seperti buku teks kuliah, buku umum, standar akuntansi, dan sumber - sumber lain yang relevan. BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN PELAKSANAAN AUDIT Bab ini berisi gambaran umum mengenai profil perusahaan tempat penulis melakukan aktifitas serta gambaran umum perusahaan yang menjadi sumber dalam penulisan laporan magang yakni KAP AAJ dan PT ABC. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi analisis dan pembahasan, yaitu proses audit KAP AAJ pada akun penjualan PT ABC. Pada bab ini akan dibahas mengenai

20 5 perbandingan antara praktek yang dilaksanakan saat magang yang ada di bab 3 dan teori yang ada di bab 2. Bab ini juga akan membahas mengenai hal - hal unik yang ditemui saat magang kemudian dianalisa dan dibandingkan dengan teori. BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan bab penutup dari laporan magang yang berisi kesimpulan dari pembahasan yang ada di bab 4. Selain itu bab ini juga memberikan saran - saran kepada KAP AAJ dan PT ABC.

21 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Gambaran Umum Audit Untuk lebih mengenali audit, maka diperlukan pemahaman secara umum mengenai audit. Gambaran umum mengenai audit ini akan menjelaskan mengenai definisi audit dan jenis audit yang diambil dari Arens (2009) Definisi Audit Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person (Arens, Elder, dan Beasley 2009:4). Dari definisi tersebut maka pelaksanaan audit memerlukan data - data dan informasi serta suatu standar atau criteria yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengevaluasi informasi yang ada. Selain itu audit juga memerlukan bukti - bukti audit yang kemudian dievaluasi sehingga dapat dicapai suatu kesimpulan. Audit juga harus dilakukan oleh orang - orang yang berkompetensi di bidang audit dan independen, sehingga dihasilkan laporan audit yang tepat dan akurat. Selain itu definisi diatas juga mengungkapkan bahwa audit memberikan informasi kepada pengguna laporan audit mengenai hasil audit yang telah dilakukan Jenis Audit Dalam bukunya, Arens (2009) mengelompokkan audit menjadi tiga kelompok, yaitu: Operational Audit Audit operasional mengevaluasi dan menilai efektivitas dan efisiensi dari prosedur operasi atau metode operasi suatu bagian atau perusahaan. Contohnya adalah audit atas efektifitas dan efisiensi dari sistem pemrosesan gaji dari sebuah perusahaan. Compliance Audit Audit kepatuhan diperlukan untuk menentukan dan memastikan apakah entitas yang di-audit telah memenuhi peraturan, regulasi, perundangan- 6

22 7 undangan tertentu yang telah ditetapkan oleh otoritas terkait. Contohnya adalah penilaian kepatuhan dari suatu perusahaan atas provisi dari bank terkait pinjaman yang diterimanya. Financial Statement Audit Audit atas laporan keuangan dilakukan untuk menilai apakah keseluruhan laporan keuangan telah disajikan dengan wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Contohnya adalah audit laporan keuangan akhir tahun dari suatu perusahaan Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan adalah salah satu dari jenis audit yang dilakukan oleh auditor. Audit laporan keuangan akan dibahas secara lebih mendalam dikarenakan berkenaan dengan audit atas akun penjualan. Hal ini dibutuhkan untuk menilai bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku umum Tanggung Jawab Auditor PSA No. 1 (Seksi 110) dalam SPAP menyebutkan bahwa auditor memiliki tanggung jawab untuk merancang dan menjalankan proses audit, untuk menyatakan pendapat tentang laporan keuangan wajar yang bebas dari kesalahan pencatatan yang material, baik karena kesalahan yang disengaja maupun kecurangan. Disebabkan sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat memperoleh keyakinan yang memadai, namun bukan mutlak, bahwa salah saji material terdeteksi. Tetapi auditor tidak bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit dengan tujuan memperoleh keyakinan bahwa salah saji tidak material terhadap laporan keuangan terdeteksi, baik yang disebabkan oleh kekeliruan, maupun yang disebabkan oleh kecurangan. Selain itu dalam Standar Auditing Seksi 110 yang dikeluarkan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), juga disebutkan bahwa: Tujuan atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia.

23 Tujuan Audit Laporan Keuangan Menurut Arens (2009: 78) The objective of the ordinary audit of financial statements by the independent auditor is the expression of an opinion on the fairness with which they present fairly, in all material respects, financial position, results of operations, and cash flows in conformity with generally accepted accounting principles in Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa tujuan dari audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dari suatu laporan keuangan. Auditor harus mengembangan tujuan auditnya sebagai alat dalam mengumpulkan bukti audit yang cukup dan kompeten dalam penyusunan laporannya. Sehingga seorang auditor harus dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya harus menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama (SA Seksi 230). Tujuan audit ini kemudian dibagi menjadi tiga yaitu tujuan audit terkait transaksi (transaction audit objectives), tujuan audit terkait saldo (balance-related audit objectives) dan tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure-related audit objective). Tujuan audit terkait transaksi berkaitan dengan kelas-kelas transaksi, contohnya transaksi penjualan, dan transaksi pembelian persediaan. Di sisi lain tujuan audit terkait saldo dilakukan atas masing-masing akun (account balances), contohnya saldo akun kas dan setara kas, akun persediaan, akun aktiva tetap, akun utang, akun pajak, dan sebagainya. Sedangkan tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan terkait dengan informasi pada laporan keuangan telah disajikan dengan benar dan dalam nilai yang wajar. A. Tujuan Audit Terkait Transaksi (Transaction-Related Audit Objective). a. keterjadian (Occurance). Tujuan audit ini adalah berfokus pada pencatatan transaksi yang benarbenar terjadi.

24 9 b. kelengkapan (Completeness). Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa seluruh transaksi yang seharusnya termasuk dalam jurnal, telah dimasukkan seluruhnya. c. keakuratan (Accuracy). Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa pencatatan transaksi dilakukan dengan nilai tepat dan akurat. d. posting and summarization. Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa transaksi telah di-posting dengan tepat ke dalam general ledger atau master file lainnya. e. klasifikasi (Classification). Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa pencatatan transaksi yang tertera pada laporan keuangan, telah diklasifikasikan kedalam akun yang tepat. f. waktu (Timing). Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa transaksi dicatatat pada periode yang tepat. B. Tujuan Audit Terkait Saldo (Balance-Related Audit Objective) a. eksistensi (Existence). Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa saldo akun yang tercantum pada laporan keuangan dimasukkan dengan sebenarnya. b. kelengkapan (Completeness). Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa perhitungan saldo akun yang tercantum pada laporan keuangan telah memasukkan semua unsur yang terkait dengan akun tersebut. c. keakuratan (Accuracy). Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa nilai saldo atas akun telah terhitung dan tercatat dengan benar dan akurat. d. klasifikasi (Classification). Tujuan audit ini adalah membahas tentang apakah akun-akun yang tertera pada laporan keuangan, telah diklasifikasikan dengan tepat.

25 10 e. pisah batas (Cut off). Tujuan dari pisah batas adalah menentukan apakah jumlah saldo akun yang tercantum pada laporan keuangan telah dicatat dan diakui pada periode waktu yang tepat. f. kaitan rinci (Detailed Tie-In). Tujuan dari detailed tie-in berhubungan dengan pengujian bahwa berbagai perincian telah disiapkan secara akurat, dijumlahkan dengan benar, dan sesuai dengan general ledger. g. nilai yang terealisasi (Realizable Value). Tujuan audit ini adalah membahas tentang apakah saldo akun telah disesuaikan selama masa manfaatnya hingga mencerminkan nilai yang terealisasi. h. hak dan kewajiban (Rights and Obligation). Tujuan audit ini adalah untuk menentukan apakah aset merupakan hak perusahaan dan kewajiban apa saja yang ditangguhkan oleh perusahaan. C. Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure-Related Audit Objective). a. keterjadian, hak & kewajiban (Occurance, Rights & Obligation). Tujuan audit ini adalah untuk memastikan bahwa saldo akun yang tercantum pada laporan keuangan merupakan hak atau kewajiban perusahaan, serta memastikan apakah akun tersebut disajikan karena memang benar-benar terjadi pada periode berjalan. b. kelengkapan (Completeness). Tujuan audit ini adalah memastikan apakah semua hal yang diungkapkan dalam laporan keuangan sudah mencakup semua hal yang seharusnya diungkapkan. c. valuasi dan keakuratan (Valuation and Accuracy). Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa semua akun yang tercantum pada laporan keuangan telah disajikan dengan nilai sewajarnya.

26 11 d. klasifikasi dan mudah dipahami (Classification and Understandability). Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa akun-akun dalam laporan keuangan telah diklasifikasikan dengan tepat dan memiliki penjelasan yang mudah dimengerti oleh pembacanya Asersi Manajemen terhadap Akun-akun Menurut Standar Auditing Seksi 326 Asersi merupakan pernyataan di dalam laporan keuangan oleh manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Audit dilakukan untuk memperoleh keyakinan (assurance) atas asersi yang diberikan oleh manajemen, yaitu laporan keuangan perusahaan, sehingga asersi tersebut dapat dijadikan acuan yang andal oleh pengambil keputusan. Arens (2009) mengklasifikasikan asersi manajemen menjadi tiga, yaitu:

27 12 Tabel 2.1 Asersi Manajemen Class of Transaction and Events Occurance : Transaksi yang termasuk dalam laporan keuangan, benar-benar terjadi selama periode akuntansi. Completeness : Seluruh transaksi yang terkait dengan laporan keuangan, telah dimasukan seluruhnya. Accuracy : Transaksi telah dicatat dengan nilai yang benar. Classification : Transaksi telah dicatat ke dalam akun yang tepat. Cutoff : Transaksi dicatat ke dalam periode akuntansi yang tepat. Account Balance Existence : Aset, hutang, dan modal dalam neraca benar-benar ada dalam periode neraca yang bersangkutan. Completeness : Seluruh akun yang seharusnya terdapat pada laporan keuangan, telah dimasukkan seluruhnya. Valluation and Allocation : Aset, hutang, dan modal yang terdapat pada laporan keuangan tercatat dengan nilai yang tepat, termasuk penyesuaian untuk merefleksikan nilai aset pada net realizable value. Rights and Obligation : Aset merupakan hak dari entitas dan hutang merupakan kewajiban dari entitas. Presentation and Disclosure Occurance, Rights, and Obligation : Seluruh peristiwa yang terjadi, hak, dan kewajiban entitas diungkapkan. Completeness : Seluruh pengungkapan telah dimasukkan ke dalam laporan keuangan. Accuracy and Valuation : Seluruh informasi keuangan telah diungkapkan dengan nilai yang benar dan wajar. Classification and Understandability : Nilai akun telah diklasifikasikan dengan tepat dalam laporan keuangan, footnotes, deskripsi saldo dan pengungkapan yang berhubungan dapat dimengerti. Sumber : Arens (2009)

28 Bukti-bukti Audit Auditor dalam memenuhi standar profesionalnya harus dapat memperoleh buktibukti audit yang kompeten dengan jumlah yang memadai dalam setiap audit yang dilakukannya. Bukti audit merupakan setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan informasi yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan sebelumnya (Arens, Elder, dan Beasley 2009). Terdapat tujuh jenis bukti audit yang digunakan auditor dalam proses auditnya, yaitu: 1. Pemeriksaan Fisik Hal ini dilakukan auditor dalam menghitung aktiva-aktiva berwujud dari perusahaan. Hal ini dilakukan guna menguji keberadaan (existence) dari aktiva tersebut. Contohnya adalah stock opname atas persediaan perusahaan. 2. Konfirmasi Hal ini dilakukan auditor guna meyakinkan keakuratan informasi yang dilakukan dengan meminta verifikasi dari pihak ketiga yang independen. Bukti ini merupakan bukti yang sangat dipercaya dan sering digunakan. Contohnya adalah konfirmasi Bank. 3. Dokumentasi Hal ini dilakukan auditor dengan memeriksa dan mencocokkan antara dokumen dengan pencatatan yang telah dilakukan oleh perusahaan. Hal ini seringkali dilakukan karena dapat dengan mudah dilakukan oleh auditor. 4. Prosedur analitis Hal ini dilakukan auditor untuk menentukan kewajaran dari saldo akun dan data-data lain dari perusahaan. Auditor melakukan perbandingan dan hubungan/relasi antar akun dan data-data tersebut. 5. Wawancara Hal ini dilakukan auditor dalam memperoleh informasi baik lisan maupun tulisan dari klien sebagai tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan auditor. Bukti audit ini kurang independen karena berasal dari klien dan auditor perlu melakukan prosedur pendukung lainnya.

29 14 6. Pengujian kembali Hal ini dilakukan auditor untuk melakukan pemeriksaan kembali beberapa sampel perhitungan dan transfer informasi yang sebelumnya telah dilakukan oleh klien selama periode audit. 7. Observasi Hal ini dilakukan auditor dalam menilai aktivitas-aktivitas dari perusahaan. Auditor juga akan membandingkan aktivitas tersebut telah sesuai dengan standar operasional yang berlaku atau tidak Proses Audit Dalam Laporan Keuangan Proses audit adalah sebuah metodologi yang telah dijabarkan dengan jelas untuk mengorganisasi sebuah audit dalam rangka menjamin agar bukti-bukti yang memadai dan kompeten berhasil dikumpulkan serta seluruh tujuan audit yang relevan berhasil diakomodasikan dan dipenuhi (Arens: 2006). Sehingga auditor harus merencanakan secara tepat tujuan-tujuan dan bukti-bukti yang perlu dikumpulkan. Terdapat empat tahap utama dalam audit menurut Arens, yaitu: a. Merencanakan dan merancang pendekatan audit Terdapat beberapa alasan auditor dalam merencanakan proses auditnya. Alasan tersebut yaitu untuk mendapatkan bukti yang cukup untuk keadaan yang dihadapi, untuk menjaga biaya audit tetap dalam posisi wajar dan menghindari salah mengerti dari klien. Terdapat delapan tahapan dalam perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit, yaitu: Menerima klien dan melakukan perencanaan awal audit Memahami bisnis dan industri klien Menilai risiko bisnis klien Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan Menentukan tingkat materialitas dan menilai risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) dan risiko bawaan (inherent risk) Memahami struktur pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian (control risk)

30 15 Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan (fraud) Mengembangkan rencana audit dan program audit secara garis besar b. Melakukan uji pengendalian dan uji substantive terhadap transaksi (Test of Control and Substantive Test) Uji pengendalian bermanfaat bagi auditor untuk membantu dalam menilai risiko pengendalian (control risk) untuk setiap tujuan audit terkait transaksi dan keefektifan dari kontrol perusahaan. Jika suatu kebijakan dan prosedur pengendalian telah dinilai dan dirancang dengan efektif dan dimungkinkan diterapkan secara efisien, maka auditor akan menilai risiko pengendalian berdasarkan evaluasi terhadap bukti-bukti yang ada. Prosedur dalam mengumpulkan bukti untuk mengevaluasi control perusahaan inilah yang disebut uji pengendalian (test of control). Setelah melakukan uji pengendalian auditor juga melakukan uji substantive atas transaksi. Uji substantive atas transaksi merupakan prosedur yang dirancang untuk menentukan keseluruhan tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelas transaksi. setelah hasil dari uji kontrol didapatkan, jika hasilnya menyatakan bahwa pengendalian internal klien sudah efektif, auditor dapat melakukan substantive test secara minimal. Namun jika pengendalian internal klien tidak efektif, maka langkah selanjutnya adalah melakukan substantive test secara extensive, yaitu menelusuri setiap akun dalam laporan keuangan untuk melihat apakah terdapat kesalahan-kesalahan dalam setiap akun tersebut. c. Melakukan prosedur analitis dan uji terinci atas saldo (analytical procedures and test of detail balances) Auditor dalam melakukan prosedur analitisnya dengan menggunakan perbandingan dan hubungan/relasi untuk menetukan bahwa saldo akun atau data-data lainnya terlihat masuk akal atau wajar. Prosedur ini bermanfaat untuk mengindikasikan adanya salah saji dalam laporan keuangan dan mengurangi penggunaan uji terinci atas saldo (test of detail

31 16 balances). Menurut Arens (2009: 169) auditor dapat membandingkan data dengan industry data, data pada tahun yang sama, ekspektasi hasil dari klien, ekspektasi hasil dari auditor, dan ekspektasi hasil dengan data non keuangan. Test of detail balances bertujuan untuk menguji adanya salah saji material pada saldo di dalam laporan keuangan. Ini merupakan prosedur yang cukup penting karena bukti-bukti audit yang diperoleh berasal dari pihak-pihak yang independen, sehingga lebih berkualitas. d. Menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit (completing the audit) Setelah melakukan prosedur audit untuk setiap tujuan audit dan setiap akun laporan keuangan, maka auditor akan mengumpulkan setiap informasi dan bukti audit yang diperolehnya untuk membuat kesimpulan berupa laporan audit. Dalam bukunya (Arens 2009: 755) Arens membagi tahapan dalam penyelesaian audit menjadi beberapa tahapan, yaitu: Perform additional test for presentation and disclosure Auditor melakukan pengujian tambahan mengenai pengklasifikasian, penjelasan, dan pengungkapan dalam komponen laporan keuangan telah dilakukan dengan semestinya. Salah satu tujuannya adalah agar keuangan dan informasi keuangan telah diungkapkan secara wajar dan dalam jumlah yang tepat. Review for contingent liabilities Contingent liability is a potential future obligation to an outside party for an unknown amount resulting from activities that have already taken place (Arens: 2009: 755). Jadi Contingent liabilities dapat diartikan sebagai kewajiban yang mungkin timbul di masa yang akan datang dimana nilai kewajibannya belum dapat dipastikan sebagai hasil dari kejadian masa lalu. Review for subsequent events Auditor bertanggung jawab untuk menelaah peristiwa-peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca hingga tanggal laporan audit.

32 17 Accumulate final evidence Dalam langkah ini terdapat serangkaian prosedur yang harus auditor lakukan, yaitu Melakukan final analytical procedures, mengevaluasi keberlanjutan usaha klien, Mendapatkan management representation letter (Pernyataan bahwa manajemen bertanggung jawab terhadap asersi laporan keuangan dan juga sebagai suatu bentuk dokumentasi atas respon/jawaban manajemen terhadap berbagai aspek dalam audit), memilih informasi yang akan ikut ditampilkan sebagai catatan atas laporan keuangan, dan membaca informasi lain yang ada dalam laporan tahunan. Evaluate results Auditor harus mempertimbangkan apakah bukti-bukti yang ada telah mencukupi dan mendukung opini yang akan dikeluarkan. Auditor juga harus mempertimbangkan apakah pengungkapan dalam laporan keuangan telah cukup. Issue audit report Auditor dalam mebuat laporan audit yang tepat seharusnya menunggu sampai semua bukti telah terkumpulkan dan terevaluasi, termasuk setiap langkap dalam proses audit telah dilakukan. Communicate with audit committee and management Setelah audit selesai, ada beberapa hal yang juga biasanya auditor komunikasikan dengan klien, antara lain temuan mengenai fraud ataupun tindak ilegal lainnya, kekurangan-kekurangan dalam pengendalian internal, significant adjustment, kesulitan-kesulitan saat melakukan audit Proses Audit Siklus Penjualan Proses audit untuk akun penjualan terbagi dalam beberapa langkah penting yang harus auditor lakukan. Langkah-langkah tersebut antara lain akun dan segmentasi dari transaksi dalam penjualan, fungsi- fungsi bisnis dalam siklus penjualan dan penagihan serta dokumen dan catatan terkait,serta metodologi dalam mendesain test of control dan substantive test.

33 Akun dan Sgementasi dari Transaksi dalam Penjualan Proses audit dilakukan dengan membagi laporan keuangan ke dalam segmen yang lebih kecil agar proses audit lebih teratur dan membuat pekerjaan audit dapat dibagikan kepada anggota dalam tim audit. Menurut Arens (2009: 369) tujuan umum audit atas siklus penjualan adalah mengevaluasi apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus ini telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Terdapat banyak perbedaan sifat antara industri jasa, retail, dan asuransi, tetapi konsep kunci dalam melakukan audit adalah sama. Dalam bukunya Arens (2009 :397) membagi lima kelas dalam transaksi penjualan dan pendapatan, yaitu: Penjualan (tunai maupun kredit) Penerimaan kas Retur penjualan (sales return and allowances) Penghapusan piutang tak tertagih (write-off of uncollectible accounts) Estimasi piutang tak tertagih (estimate of bad debt expense) Fungsi Bisnis dalam Sistem Penjualan dan Penerimaan Kas Penjualan dan siklus penerimaan terkandung keputusan dan proses dari transfer kepemilikan atas barang dan jasa kepada konsumen setelah mereka mengakui penjualan. Terdapat delapan fungsi bisnis yang terjadi pada penjualan dan siklus penerimaan di setiap fungsi bisnis. Sebelum audior dapat menilai risiko control dan mendesain test of control dan substantive test dari transaksi, mereka harus mengerti fungsi bisnis dan dokumen serta pencatatan dalam sebuah bisnis. Delapan fungsi bisnis tersebut menurut Arens, yaitu : 1. Pemrosesan pesanan konsumen Customer order adalah pesanan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. Konsumen mengirimkan pesanan dengan customer order. Customer order bisa dilakukan melalui telpon, faksimili, , salesperson, ataupun dokumen biasa. Kemudian perusahaan akan mencatat pesanan ini menjadi sales order. Akun yang terkait dalam fungsi bisnis ini adalah penjualan dan piutang.

34 19 2. Pemberian kredit Sebelum barang dikirimkan, maka perlu dilakukan suatu otorisasi atas pemberian kredit oleh pihak yang berwenang. Jika pengendalian dalam otorisasi ini lemah, maka berdampak pada tingginya piutang tak tertagih (bad debt expense). Otorisasi atas pemberian kredit ini biasanya dilakukan berdasarkan sales order yang diterima. Akun yang terkait dalam fungsi bisnis ini adalah penjualan dan piutang. Pada beberapa perusahaan sistem computer akan secara otomatis menyetujui kredit pada batas kredit setiap konsumen yang didasarkan atas data konsumen. 3. Pengiriman barang Fungsi bisnis ini adalah fungsi yang sangat penting dalam siklus penjualan dan pendapatan karena pada saat ini lah perusahaan melepaskan aset yang dimilikinya kepada konsumen. Banyak perusahaan mengakui nilai penjualan saat telah mengirimkan barang pesanan. Dokumen yang terkait dengan pengiriman barang adalah shipping document yang terkadang dibarengi oleh dokumen bill of lading. Shipping document mencantumkan deskripsi dari barang yang dikirim, kualitas barang, kepada siapa barang akan ditujukan, dn informasi lainnya. Sedangkan, bill of lading berisikan tentang perjanjian antara perusahaan jasa pengiriman dengan penjual. Akun yang terkait dalam fungsi ini adalah penjualan dan piutang dagang. 4. Penagihan dan pencatatan penjualan Hal yang penting dalam siklus ini adalah apakah barang yang telah dikirimkan telah dilakukan penagihan, penagihan tidak dilakukan lebih dari satu kali, dan jumlah penagihan telah sesuai dengan yang seharusnya. Dokumen yang digunakan untuk melakukan penagihan adalah sales invoice dimana nantinya akan dilakukan pencatatan yang berkaitan dengan akun penjualan dan piutang. 5. Pemrosesan dan pencatatan penerimaan kas Resiko yang paling mungkin dalam fungsi ini adalah pencurian atas kas yang masuk. Kas yang masuk ini dapat berupa uang tunai, deposito, cek, mata uang asing, dan transfer elektronik. Dokumen yang terkait dalam fungsi ini adalah remittance advice yang dikirimkan kepada konsumen

35 20 untuk mengingatkan melakukan pembayaran serta dokumen bukti penerimaan kas. Akun yang terkait dengan fungsi ini adalah kas, piutang, dan diskon. 6. Pemrosesan dan pencatatan retur penjualan Retur penjualan berarti adanya pengembalian barang oleh konsumen. Pengembalian ini dapat terjadi apabila barang yang dikirimkan oleh perusahaan tidak sesuai dengan seharusnya atau barang tersebut rusak. Hal ini mengakibatkan berkurangnya jumlah yang harus ditagih oleh penjual yang disampaikan lewat dokumen kredit memo. 7. Write off (penghapusan) atas piutang tak tertagih Beberapa konsumen pada kenyataannya tidak dapat membayar tagihan yang diberikan kepadanya. Setelah perusahaan menyimpulkan bahwa piutang tersebut tidak akan tertagih, maka perusahaan harus menghapuskan piutang tersebut. 8. Penyiapan akun beban piutang tak tertagih Saat perusahaan memiliki ekspektasi bahwa tidak dapat mengumpulkan 100% dari penjualannya, standar akuntansi mengharuskan perusahaan untuk mencatat bad debt expense atas jumlah yang mereka nilai tidak dapat tertagih. Kebanyakan perusahaan mencatat transaksi ini diakhir bulan atau setiap kuartal Metodologi dalam mendesain Test of Control dan Substantive Test dari Transaksi Penjualan Dalam mendesain test of control dan substantive test dari transaksi penjualan, seorang auditor pertama kali harus memahami internal control atas penjualan dari perusahaan tersebut. Setelah memahami internal controlnya auditor kemudian mengukut tingkat risiko dari control atas penjualan. Setelah mengetahui tingkat risiko maka auditor dapat memperluas tes atas control berdasarkan tingkat risiko. Setelah itu auditor dapat membuat test of control dan substantive test untuk penjualan atas perusahaan teersebut berdasarkan prosedur audit, ukuran sample, item-item yang dipilih, serta waktu. Pengendalian internal (Arens: 2009) yang dinilai dalam perusahaan adalah:

36 21 Pemisahan tanggung jawab (adequate separation of duties) Misalnya pemisahan tugas antara bagian akuntansi dan custody of asets, pihak pengotorisasi dan custody of asets, dan pihak operasional dan pihak pencatatan). Otorisasi yang seharusnya (proper authorization) Otorisasi yang cukup dalam pengesahan transaksi yang berkaitan dengan perusahaan. Dokumentasi dan pencatatan yang cukup (adequate documents and records) Setiap perusahaan yang memiliki proses unik mulai dari memproses hingga melakukan pencatatan transaksi. Auditor harus mengevaluasi prosesdur pencatatan klien sudah dilakukan untuk pengendalian maksimum. Penomoran dokumen (prenumbered documents) Penomoran dokumen ditujukan untuk mencegah kegagalan untuk menagih dan mencatat penjualan serta duplikasi penagihan dan pencatatan. Laporan bulanan (monthly statements) Hal ini bertujuan untuk mencocokkan saldo yang dirasakan oleh klien dengan yang dicatat oleh perusahaan. Sehingga kegagalan dalam pencatatan dan pengiriman tagihan dapat dicegah. Prosedur verifikasi internal (internal verivication procedure) Program computer atau personel yang independen harus melakukan pengecekkan bahwa proses dan pencatatan transaksi penjualan telah memenuhi keenam tujuan audit terkait transaksi. Langkah selanjutnya dalam mengaudit penjualan adalah menetukan seberapa luas pengujian atas pengendalian perusahaan dilakukan. Auditor harus melakukan evaluasi atas pengendalian pengendalian kunci perusahaan dan dampaknya atas pengendalian internal dari laporan keuangan. Hal ini bertujuan untuk menilai apakah pengendalian internal perusahaan dapat diandalkan. Tingkat risiko pada pengendalian internal yang rendah akan menyebabkan penurunan dalam jumlah pengujiansubstantif.

37 22 Selanjutnya auditor melakukan pengujian substantive atas penjualan. Beberapa hal yang seharusnya dilakukan auditor dalam pengujian substantive dikarenakan pengendalian internal yang kurang signifikan, yaitu: Penjualan yang dicatat benar-benar terjadi Terdapat 3 (tiga) jenis salah saji untuk jenis ini yaitu penjualan dijurnal sedangkan tidak ada pengiriman yang dilakukan, penjualan dicatat lebih dari sekali dan penjualan dilakukan kepada konsumen yang fiktif dan dicatat sebagai penjualan. Aditor dapat menelusuri jurnal penjualan pada dokumen pengiriman terkait penjualan yang terjadi untuk meyakinkan bahwa penjualan tersebut benar-benar terjadi, mengurutkan dokumen penjualan berdasarkan nomor penjualan, dan menelusuri informasi pelanggan dari faktur penjualan ke arsip utama pelanggan. Transaksi penjualan yang ada telah dicatat Hal ini ditujukan untuk menguji keberadaan transaksi-transaksi fiktif. Penjualan telah dicatat secara akurat Pencatatan yang akurat meliputi 3 (tiga) hal yaitu mengirimkan barang sejumlah kuantitas yang dipesan, menagih dengan tepat untuk sejumlah barang yang dikirim, dan mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih di catatan akuntansi. Transaksi penjualan telah dimasukkan pada arsip utama dan telah diikhtisarkan dengan benar Akurasi pencatatan ini ditujukan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang belum dilunasi. Penjualan yang dicatat telah diklasifikasikan dengan benar Auditor harus meyakinkan bahwa penjualan telah diklasifikasikan kepada akun buku besar secara tepat. Dengan adanya penjualan secara kas dan kredit, auditor harus menguji keakuratan dari pencatatan yang dilakukan karyawan perusahaan tersebut. Penjualan dicatat pada tanggal yang tepat Penjualan harus dicatat setelah terjadi pengiriman untuk mencegah penghapusan transaksi sehingga pencatatan dilakukan pada periode yang

38 23 depat. Dalam melakukan pengujian auditor dapat mengambil beberapa slip dari pengiriman untuk melakukan pengujian bahwa penjualan dicatat pada periode yang tepat. Prosedur pengujian ini disebut dengan cut-off (pisah batas). Understand internal control - sales Assess planned control risk - sales Determine extent of testing controls Design test of controls and substantive tests of transactions for sales to meet transaction-related audit objectives Audit procedures Sample size Items to select Timing Gambar 2.1 Metodologi dalam mendesain test of control dan substantive test penjualan Sumber: Arens (2009 : 403)

39 Risiko Audit Dalam merancang proses auditnya, auditor akan menilai seberapa besar risiko yang dimili oleh klien. Risiko audit merupakan risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material (Agoes, 2004 p. 125). Menurut Tuannakota (2011) kekeliruan tersebut dapat terjadi karena bermacammacam hal, antara lain: pemrosesan transaksi tidak akurat, transaksi hilang atau terabaikan oleh system akuntansi, hasil akhir berupa laporan keuangan dipalsukan, pemilihan kebijakan akuntansi yang tidak tepat, estimasi akuntansi berdasarkan analisis yang lemah atau dimanipulasi. Risiko Audit dapat diformulasikan sebagai berikut. AR = IR x CR x DR Dari formula diatas kita dapat mengetahui risiko-risiko yang menentukan besaran risiko audit. Setiap risiko IR (Inherent Risk), CR (Control Risk), dan DR (Detection Risk) diperkirakan dengan professional judgement auditor Risiko Bawaan (Inherent Risk) Risiko bawaan merupakan kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Penilaian atas inherent risk harus meliputi salah saji yang mungkin terjadi karena tidak adanya pengendalian internal. Terdapat beberapa catatan mengenai inherent risk menurut Tuannakota (2011). Inherent risk bisa terjadi karena kompleksitas akun atau transaksi yang bersangkutan karena sifat bisnis. Contohnya akun persediaan barang dagang pada bisnis yang cepat mengalami keusangan (obsolence). Inherent risk bisa terjadi pada suatu transaksi yang secara umum ada system pengendalian internnya, namun untuk hal khusus yang menjadi bagian dari transaksi itu, belum ada pengaturannya. Contohnya pada took serba ada (toserba) yang memiliki pengendalian intern untuk setiap penjualan, namun pada hari raya tertentu toserba ini memberikan diskon.

40 25 Barang-barang ini tidak dipisahkan dengan barang lainnya dan tidak diberi label diskon, dehingga risiko yang terjadi adalah penjualan yang harusnya dengan harga penuh menjadi diskon. Auditor tidak mempengaruhi risiko inherent ini. Tidak ada prosedur audit yang dapat mengurangi inherent risk ini. Namun auditor harus menilai risiko ini untuk merancang proses audit dengan baik Risiko Pengendalian (Control Risk) Salah saji dapat dicegah dengan system pengendalian yang baik. Namun pada kenyataannya tidak terdapat sistem pengendalian yang sempurna. Risiko pengendalian merupakan risiko salah saji material yang dapat terjadi dalam satu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal perusahaan Risiko Deteksi (Detection Risk) Risiko deteksi merupakan risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko ini timbul sebagai akibat adanya ketidakpastian pada saat auditor tidak memeriksa 100% saldo akun atau golongan transaksi. Risiko ini sama seperti yang dihadapi dalam sampling risk. Terdapat risiko yang dihadapi auditor bahwa sampel yang diambil tidak dapat mewakili keselurahan dari populasi Pendapatan Menurut PSAK 23 Terdapat beberapa panduan yang digunakan oleh auditor dalam melakukan auditnya salah satunya adalah PSAK Pasal 23 yang dikeluarkan oleh IAI. Pasal 23 ini memuat berbagai prinsip akuntansi keuangan yang harus diperhatikan oleh auditor salah satunya adalah pengakuan pendapatan Pendapatan Pendapatan timbul dalam tiga transaksi yaitu penjualan barang, penjualan jasa, dan penggunaan aktiva perusahaan oleh pihak-pihak lain yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen. Permasalahan utama dalam akuntansi untuk

41 26 pendapatan adalah menentukan saat pengakuan pendapatan. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke perusahaan dan manfaat ini dapat diukur dengan andal. Hal ini mengidentifikasikan keadaan yang memenuhi kriteria tersebut agar pendapatan dapat diakui. Sehingga diperlukan pedoman praktis untuk penerapan criteria tersebut. Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang dagang yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli untuk dijual kembali. Sedangkan penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang secara kontraktual telah disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang disepakati oleh perusahaan. Jasa tersebut dapat diserahkan selama satu periode atau selama lebih dari satu periode. Namun bukan kontrak penjualan jasa yang timbul dari kontrak konstruksi, misalnya, kontrak penjualan jasa mengenai manajer proyek dan arsitek. Gambar 2.2. Jenis Pendapatan Berdasarkan PSAK 23 Menurut PSAK 23 yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia, pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal

42 27 perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Berdasarkan penjelasan diatas, pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Sehingga pajak pertambahan nilai bukan merupakan manfaat ekonomi yang mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu bukan merupakan pendapatan. Begitupun dalam hubungan keagenan, arus masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal, tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan merupakan pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi yang diterima dari prinsipal Pengukuran Pendapatan Dalam proses pengakuan pendapatan perusahaan harus memperhatikan aspek akuntansi yang berlaku. Pendapatan yang diakui perusahaan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan. Pada umumnya, imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Bila barang atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai suatu transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Namun, apanila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan barang dan jasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.

43 Pengakuan Pendapatan Atas Penjualan Barang Berdasarkan PSAK 23 pendapatan atas penjualan barang dapat diakui apabila : 1. perusahaan telah memindahkan risiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli; 2. perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual; 3. jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal; 4. besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut; dan 5. biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal Dari 5 (lima) kondisi diatas diperlukan pengujian atas sifat transaksi untuk menentukan bahwa perusahaan telah memindahkan risiko yang signifikan kepada konsumen. Pada umumnya, pemindahan risiko dan manfaat kepemilikan bersamaan waktunya dengan pemindahan hak milik atau pemindahan penguasaan atas barang tersebut kepada pembeli. Akan tetapi apabila perusahaan melakukan penahanan secara signifikasn atas risiko dari kepemilikan, maka itu bukanlah penjualan dan tidak dapat diakui sebagai pendapatan. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam menahan risiko kepemilikan yang signifikan menurut PSAK 23, yaitu: 1. bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana lazimnya; 2. bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan; 3. bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya, dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan; dan

44 29 4. bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi retur. Sehingga ketika perusahaan tidak menahan risiko signifikan atas kepemilikan maka penjualan tersebut diakui sebagai pendapatan. Selain itu pendapatan juga dapat diakui apabila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan Pengakuan Pendapatan Atas Penjualan Jasa Berdasarkan PSAK 23 pendapatan atas penjualan jasa dapat diakui berdasarkan tingkat penyelesaian pada tanggal transaksi neraca, dengan syarat yaitu: a. jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal; b. besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan; c. tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal; dan d. biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan andal. Pengakuan pendapatan dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari suatu transaksi sering disebut sebagai metode persentase penyelesaian. Menurut metode ini, pendapatan diakui dalam periode akuntansi pada saat jasa diberikan. Pengakuan pendapatan atas dasar ini memberikan informasi yang berguna mengenai tingkat kegiatan jasa dan kinerja suatu perusahaan dalam suatu periode. Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan. Namun, bila suatu ketidakpastian timbul mengenai kolektibilitas suatu jumlah yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih, atau jumlah yang pemulihannya (recovery) tidak lagi besar kemungkinannya, diakui sebagai suatu beban dari pada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula.

45 30 Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut mencapai persetujuan mengenai hal - hal berikut dengan pihak lain dalam transaksi tersebut: a. hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak-pihak tersebut; b. imbalan yang harus dipertukarkan; dan c. cara dan persyaratan penyelesaian. Biasanya perusahaan perlu mempunyai sistem anggaran dan pelaporan keuangan intern yang efektif. Perusahaan tersebut menelaah dan bila perlu merevisi estimasi pendapatan sewaktu jasa diberikan. Kebutuhan revisi tersebut tidak perlu mengindikasikan bahwa hasil transaksi tersebut tidak dapat diestimasi dengan andal. Bila hasil transaksi yang meliputi penjualan jasa tidak dapat diestimasi dengan andal, pendapatan yang diakui hanya yang berkaitan dengan beban yang telah diakui yang dapat diperoleh kembali. Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode. Suatu perusahaan menggunakan metode yang dapat mengukur dengan andal jasa yang diberikan. Berdasarkan pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi: a. survei pekerjaan yang telah dilaksanakan; b. jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai persentase dari total jasa yang harus dilakukan; c. proporsi biaya yang terjadi hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilaksanakan hingga tanggal tertentu dimasukkan dalam biaya yang terjadi hingga tanggal tersebut. Hanya biaya yang mencerminkan jasa yang dilakukan, atau yang harus dilakukan dimasukkan kedalam estimasi total biaya transaksi tersebut.

46 Pengungkapan Dalam membuat laporan keuangannya perusahaan wajib mengungkapkan: kebijakan akuntansi yang dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa; jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan dari penjualan barang, penjualan jasa, bunga, royalty dan deviden. jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan dalam setiap kategori yang signifikan dari pendapatan pendapatan yang ditunda pengakuannya Accounting Basis Dalam mengakui pendapatannya perusahaan dapat menggunakan dua pendekatan basis akuntansi, yaitu accrual basis dan cash basis. Menurut Warren (2008) kedua basis akuntansi ini memiliki cara yang berbeda dalam mengakui pendapatan. Kedua perbedaan tersebut, yaitu: 1. Accrual Basis Pada saat penggunaan basis akuntansi accrual, perusahaan harus mengakui pendapatan pada laporan keuangannya saat pendapatan tersebut diperoleh pada periode yang sama. Contohnya adalah pendapatan diakui saat servis telah diberikan kepada konsumen. Pada akrual basis ini tidak hanya pendapatan yang diakui tetapi juga beban diakui secara akrual. 2. Cash Basis Pada saat penggunaan basis akuntansi kas, perusahaan mengakui pendapatan pada laporan keuangannya ketika perusahaan menerima kas. Contohnya pendapatan diakui saat perusahaan menerima kas dari kliennya. Seperti halnya accrual, pengakuan beban pada cash basis juga harus diakui secara cash basis.

47 32 Perusahaan kecil biasanya menggunakan cash basis dalam kebijakan akuntansinya karena mereka hanya memiliki sedikit utang dan piutang. Namun untuk perusahaan besar cash basis tidak akan memberikan informasi yang akurat bagi pengguna laporan keuangan.

48 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN PELAKSANAAN MAGANG 3.1. Profil Kantor Akuntan Publik Gambaran Umum Kantor Akuntan Publik Kantor Akuntan Publik (KAP) Aryanto, Amir Jusuf, Mawar dan Saptoto atau lebih dikenal dengan RSM AAJ Associates merupakan grup jasa audit dan konsultasi yang memberikan susunan layanan berkualitas dengan tujuan memberi nilai tambah kepada klien. Didirikan pada tahun 1985 oleh Amir Abadi Jusuf, merupakan afiliasi dari RSM Internasional yang merupakan independent accounting and consulting firms keenam terbesar di dunia. Secara global memiliki lebih dari tenaga profesional dari 662 kantor yang berada di lebih dari 64 negara di dunia. Layanan jasa professional yang diberikan oleh KAP AAJ adalah sebagai berikut: 1. Audit and assurance Lingkup layanan jasa audit and assurance termasuk, namun tidak terbatas pada: Audit umum Audit khusus Review dan kompilasi atas laporan keuangan Keterlibatan atestasi Due diligence atas laporan keuangan 2. Risk and Internal Audit Advisory Lingkup layanan jasa risk and internal audit advisory meliputi: Coorporate governance advisory Laporan outsourcing and internal audit Laporan manajemen risiko Laporan pengendalian internal dan Sarbanes-Oxley IT assurance and advisory 33

49 34 Peningkatan kerja Pengembangan sistem dan prosedur 3. Transaction Support and Capital Market Advisory Lingkup layanan jasa transaction support and capital market advisory, meliputi: Anlisis transaksi Solusi bisnis Divestasi dan merger, dan akuisisi Bisnis turnournd Laporan Pra IPO Pengatur dana Penilaian 4. Business Establishment and Coorporate Secretarial Lingkup layanan jasa business establishment dan corporate secretarial, melputi: Layanan pendirian bisnis Layanan kesekretariatan perusahaan Pencarian eksekutif 5. Tax Advisory Lingkup layanan jasa tax advisory, meliputi: Tax Consulting Tax Compliance 6. Accounting and Administration Lingkup layanan jasa accounting, meliputi: Akuntansi umum dan pembukuan Penyusunan laporan keuangan tahunan dan interim Analisis laporan keuangan Sedangkan layanan jasa administration, meliputi: Penghitungan gaji, pajak penghasilan, dan asuransi jaminan sosial Penyediaan fasilitas perbankan outsourcing

50 35 Penagihan dan pembayaran kontrol dan administrasi 7. International Financial Reporting Standards (IFRS) Layanan jasa IFRS, meliputi: Proyeksi konversi IFRS Due diligence di lingkungan IFRS Penilaian yang berhubungan dengan proses alokasi harga pembelian Audit atas laporan keuangan IFRS Pelatihan IFRS RSM AAJ Associates hingga saat ini memiliki klien yang tidak hanya terbatas pada perusahaan swasta, tetapi juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN), instansi pemerintah dan juga organisai nirlaba. Klien-klien tersebut bergerak di bidang industri asuransi, perbankan, property, real estate, manufaktur, perkebunan, dan perkapalan Prosedur Audit Secara Umum KAP AAJ Dalam melakukan auditnya KAP AAJ mengutamakan kualitas dengan memiliki pedoman tersendiri yaitu RSM Audit Aproach. Pedoman ini ditujukan bagi setiap auditor di KAP ini dalam melakukan auditnya terhadap setiap klien, termasuk PT ABC. Dengan pedoman ini maka diharapkan proses audit akan dapat berjalan lebih efektif dan efisien.

51 36 Client acceptance / re-evaluation Internal audit review Systems documentation and understanding Information systems review Business risk assessment Fraud risk assessment Initial going concern assessment Accounting risk assessment Initial corporate governance assessment RMA Materiality determination Non material balances High risk material balances Low risk material balances HRM balances analysis LRM balances analysis Key control evaluation and testing Substantive testing Final going concern assessment Final reviews Final corporate governance assessment Management letter Opinion Financial statements Gambar 3.1 Metodologi global audit pada KAP AAJ Sumber : RSM Audit Aproach

52 Prosedur Audit Penjualan KAP AAJ Program audit mendasar atas penjualan yang dilakukan oleh KAP AAJ terbagi atas beberapa bagian, yaitu: Tabel 3.1 Audit program revenue No. Audit Procedure Assert Bill and Hold Sales 1. Determine whether there are any bill and hold sales at year end. Apply revenue A recognition criteria to these sales. Relate to trade debtors and inventory procedures. Deferred Revenue 2. a) Analyze and review deferred revenue accounts at year end for propriety of deferral. b) Analyze and review revenue recognition for subscriptions, service contracts, membership fees and similar revenue. Determine need for deferred revenue at period end. Unrecorded Transactions 3. Ask personnel responsible for or familiar with sales, receivables and receipts whether they are aware of: a) Unrecorded, missing or overstated sales. b) Unrecorded transactions or transactions with unusual terms. c) Any kickbacks or unusual rebates. C, E, A C, E, A Consideration Given to a Customer 4. Ensure any cash consideration and sales incentives offered to direct or indirect A customers are accounted for as a reduction of revenue, unless an identifiable benefit is received in exchange for the consideration and a fair value for the benefit received can be reasonably estimated. Sales on Consignment 5. Discuss with a responsible official that no amounts are included for merchandise E sold on consignment. Volume Rebates 6. Where volume rebate expense is material, obtain copies of volume rebate agreements with all major customers and verify that proper accruals have been recorded (vouch sales, thresholds and percentages to supporting documents). C, E, A Non-Monetary Transactions 7. Inquire of management and review documentation regarding the existence of A non-monetary transactions and assess the impact on the financial statements. Related Party Transactions 8. Document related party transactions and ensure they are disclosed in the financial statements. C, E, A, V 9. Ensure related party transactions are measured at the carrying or exchange A amount, as appropriate.

53 38 Tests of Transactions Sales Completeness 10. Perform tests of transaction to verify completeness of sales: C a) Ensure the files from which the tests originate are complete (i.e. check serial continuity). b) From files of originating documents, select sample of - and trace to the related sales invoice for quantities and prices. c) Compare sales invoice to entry in sale journal. d) Trace total sales from sales journal for the selected period to the general ledger. e) Ensure that the revenue recognition policy is being followed. Tests of Transactions Sales Existence and Accuracy 11. Perform tests of transaction to verify existence and accuracy of sales: E, A a) From the sales journal, select a sample of - sales invoices and compare to shipping memos and customer purchase order, and agree quantities and prices. b) Verify discount taken with reference to terms given on sales invoice. c) Verify prices on sales invoices to standard price list, if any. d) Verify mathematical accuracy of sales invoices. e) Verify details and method of sales tax charged. f) Ensure sales recorded in a foreign currency have been translated at the appropriate rate (if applicable). g) Ensure that the revenue recognition policy is being followed. Tests of Transactions - Credit Note Existence and Accuracy 12. If credit notes issued during the year are material, E, A a) From the credit notes journal (or sales journal), select specific credit note numbers and compare entry in credit notes journal to credit note. b) Verify mathematical accuracy of credit notes. c) Compare credit note to original invoice (re: prices and quantities) and to receiving evidence where applicable. Tests of Transactions - Credit Notes Completeness 13. If credit notes issued during the year are material, C, A Select a sample of - credit notes from files of originating documents and perform the following: a) Agree the credit notes to sales journal. b) Verify mathematical accuracy of credit notes. c) Ensure the credit notes were approved/authorized. d) Agree selected sales invoices and credit notes to accounts receivable ledger. e) Agree quantity of goods shipped or returned to perpetual inventory records. Sales Cut-Off (Overstatement of Income) 14. Perform sales cut off procedures to ensure that all sales have been accurately A recorded. a) Examine sales journal for a specific period - immediately before year end and select a sample of - sales invoices. b) For all selected sales invoices, ensure goods were shipped before year end by comparing sales invoice date per sales journal to shipment date per shipping evidence. c) Ensure proper cut off of drop shipments. d) Ensure that the revenue recognition policy is being followed. 15. Perform sales cut off procedures to ensure that all sales have been accurately recorded. a) Examine sales journal for a specific period - immediately after year end and select a sample of - sales invoices. b) For all selected sales invoices, ensure goods were shipped after year end by

54 39 comparing sales invoice date per sales journal to shipment date per shipping evidence. c) Ensure proper cut off of drop shipments. d) Ensure that the revenue recognition policy is being followed. Credit Note Cut-Off 16. If credit notes issued after year end are material, E, A Perform credit note cut off procedures to ensure that all credit notes are reflected in the proper period: a) Examine credit notes journal (or sales journal) after year end until the end of field work and select a sample of - credit notes. b) Compare credit note to related sales invoice (and receiving report if applicable). Tests of Transactions - Cash Receipts Existence 17. a) From the cash receipts journal, select a sample of - cash receipts and E compare to: i) Customers remittance voucher. ii) Duplicate deposit slip. b) Compare duplicate deposit slip selected above to bank statement. Test of Transactions - Cash Receipts Completeness 18. To ensure that cash received is accurately recorded in the general ledger, C perform the following: a) Agree a sample of - mail room receipts to deposit slips. b) Agree the deposit slips to the accounts receivable ledger. c) Agree the deposit slips to the cash receipts journal. d) For selected period (i.e., month): i) Add cash receipts journal. ii) Agree cash receipts journal to general ledger. e) Scan cash receipts journal during the period for large and unusual items and ascertain propriety of such items. Alternate Audit Strategy 19. If using the alternate audit strategy for low risk income accounts, document how the criteria for the alternate strategy are met. i E, A Keterangan : Sumber: Audit program complete RSMi 2010 C : Completeness E : Existence A : Accuracy V : Valuation

55 Profil Perusahaan yang Diaudit (Klien) Gambaran Umum PT ABC PT ABC adalah salah satu perusahaan dealer resmi Hino di Indonesia. PT ABC merupakan subsidiary dari PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk, perusahaan otomotif kedua terbesar di Indonesia. Lokasi head office PT ABC adalah Sunter, Jakarta Utara. Hino adalah merk kendaraan dengan spesifikasi truck. PT Hino Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) adalah perusahaan manufacturer yang memproduksi Hino di Indonesia dan PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) adalah sebagai main dealer yang menjual produk-produk Hino ke dealerdealer lainnya, termasuk PT ABC. Produk-produk Hino yang dijual oleh PT ABC yaitu Hino 300 (Dutro), Hino 500 (Ranger) dan Minibus. Jenis-jenis kendaraan tersebut ditujukan untuk kegiatan komersil baik oleh perusahaan maupun privat. Di samping itu, PT ABC juga menyediakan penjualan service dan suku cadang (spareparts). Kegiatan penjualan ini dikenal dengan istilah 3S (sales, service, and spareparts). Tahun 1995, PT ABC memulai bisnisnya dengan membuka showroom pertama di Gubeng, Surabaya, dengan kapasitas 3S. PT ABC telah menunjukkan perkembangan yang signifikan, hal ini terbukti dengan dibukanya showroom kedua di Kletek, Sidoarjo, tahun 2001 yang luas areanya 10 kali lebih besar dari showroom Gubeng. Kletek kini menjadi head office PT ABC untuk wilayah Jawa Timur. Sampai dengan tahun 2012, PT ABC secara total telah memiliki 5 showroom yang masing-masing memiliki kapasitas 3S untuk wilayah Jawa Timur yaitu Gubeng, Kletek, Malang, Gresik, dan Tuban. Sedangkan wilayah Jabodetabek telah memiliki 5 showroom, yaitu Sunter, Sukabumi, Pantai Indah Kapuk, Bumi Serpong Damai, dan Depok. Tetapi, yang memiliki kapasitas 3S hanya Sunter dan Sukabumi, karena ketiga cabang lainnya baru memulai kegiatan usahanya pada tahun 2012.

56 41 Dalam rangka mengembangkan bisnisnya, PT ABC juga telah membuka showroom di Pulau Sumatera, yaitu Medan tahun 2009 dan Aceh tahun Dengan adanya showroom ini diharapkan PT ABC dapat menguasai sebagian besar pangsa pasar untuk Pulau Sumatera. Penjualan PT ABC setiap tahun mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan konsumen akan Hino semakin meningkat. Keunggulan dari produk Hino adalah kualitas produk yang terjamin dan harga yang relatif terjangkau. Karena peningkatan penjualan tersebut, PT ABC beberapa kali meraih penghargaan sebagai The Best Dealer of Hino dari PT HMSI. Agar dapat mempertahankan eksistensinya, PT ABC harus senantiasa meningkatkan pelayanan dalam hal penjualan dan after sales service Struktur Organisasi PT ABC PT ABC memiliki struktur organisasi yang tidak jauh berbeda dengan perusahaan lainnya. Beberapa struktur yang dimiliki oleh PT ABC dibantu oleh kelengkapan dari struktur induk PT ABC, seperti komite audit, serta audit internal. Berikut ini struktur organisasi PT ABC:

57 42 Gambar 3.2. Struktur organisasi PT ABC

58 Audit Penjualan PT ABC Adapun proses audit yang dilakukan oleh KAP AAJ terhadap PT ABC adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Audit planing PT ABC AKUN ASERSI RISIKO PROSEDUR Penjualan - Existense - Resiko pendapatan yang disajikan pada laporan keuangan tidak eksis - Check to Laporan Penjualan -Completeness - Resiko adanya pendapatan pada periode berjalan tidak sesuai dengan yang seharusnya diakui - Check to Laporan Laba Rugi dengan Laporan Penjualan GL, TB - Valuation - Resiko pendapatan tidak diperhitungkan dengan benar sesuai dengan metode persentase penyelesaian - Pilih sample invoice dan cocokkan dengan pesanan penjualan, SO (Sales Order), DO (Delivery Order), Invoice, Kuitansi, Faktur Pajak dan dokumen pendukung lainnya, check juga otorisasi atas dokumen2 tersebut - Cut-Off Sumber : Audit planning for significant account PT ABC Test of control yang dilakukan kepada PT ABC seperti yang dapat dilihat di table 3.3 dilakukan dengan mengambil 2 dokumen penjualan di salah satu cabang PT ABC di Medan. Kedua sampel tersebut diambil secara acak pada setiap bulan dimulai tanggal 12 Januari Dari dua belas sampel yang diambil terdapat tiga sampel yang tidak dilengkapi oleh dokumen berita acara serah terima. Hal ini dianggap tidak signifikan dari jumlah dokumen yang ada. Kemudian penulis melakukan pisah batas (cut off) atas penjualan dengan mengambil dokumen pada akhir periode dan awal periode audit untuk menguji pengakuan pendapatan yang dilakukan PT ABC. Hal ini ditujukan

59 44 untuk menghindari risiko dari pengakuan pendapatan yang tidak sesuai dengan semestinya yang terjadi pada periode berjalan. Tabel 3.3 Test of control PT ABC Per iod e Pe nju ala n Jan -12 Jan -12 Feb -12 Feb -12 Mar -12 FL 260 JT Sejahtera CV. Trans 110 Andalan SPL PS Dwipa PT Taman FL 235 Mar -12 Midi Anggun Apr -12 Apr -12 Mei -12 Mei -12 Jun -12 Jun -12 Pemesa n Anuar PT. Saroha Mitra Abadi Adi PT. Syoukath Ainul Mardiah CV. Laju Mahkota PT. Atra Kana Perkasa PT. Unicor Prima Motor IR. Ramses Simbolon CV. Nusatum asa Coy Type Dutro 130 HD P/S. 68 FM 260 JD 130 HD PS JW DT 110 HD PS FG 235 JJ FM 260 JD FG 235 JD 130 HD 6,8 FL 235 JW A d a Surat Pemesanan Kendaraan Otorisasi TG L 21- Dec Dec Feb Feb Feb Mar Mar Feb Ma y Ma y Jun Apr Cu sto me r S K A al ac d e a a s b Berita Acara Serah Terima Kendaraan TG L 13- Jan Jan Feb Mar Mar Apr Apr Jun Jun -12 Pe ner im a Otorisasi Sal Pen es nga SP ntar V F A D K ac a b -12 Sumber : Working paper revenue PT ABC

60 Risiko Audit Penjualan PT ABC PT ABC dikelompokkan oleh KAP AAJ sebagai perusahaan dengan low risk criteria. Hal ini disebabkan karena PT ABC merupakan klien lama yang telah diaudit sejak tahun 2007, dan baru saja menyelesaikan hasil audit untuk tahun 2011 dengan opini wajar tanpa pengecualian. Hal ini tentu akan mempengaruhi nilai dari materialitas yang dapat dilihat dari table materialitas berikut: Tabel 3.4 Determining Materiality for the Financial Statement Types of Clients Percentage Significant and high risk clients (except bank and financial institution): Total assets or revenue 0.5% Net assets 3.0% Normalized income from continuing 5.0% operations before taxes Bank and financial institution: Total assets or revenues 0.5% Net Assets 3.0% Low risk clients: Total assets or revenues 1.25% Net assets 4% Normalized income from continuing 7.5% operations before taxes Sumber: Best Practice Memo RSM AAJ Associates

61 BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada Bab III telah dijelaskan mengenai profil perusahaan PT ABC dan KAP yang melakukan audit. Bab tersebut juga menjelaskan deskripsi kegiatan dan prosedur audit yang dilakukan untuk akun penjualan PT ABC. Bab ini akan membahas tentang prosedur audit dan hasil audit kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan teori yang telah dibahas pada Bab II. Semua prosedur audit berdasarkan teori telah dilakukan saat mengaudit PT ABC pada periode 30 Juni Namun terdapat beberapa penyesuaian yang dilakukan karena pada kenyataannya setiap perusahaan memiliki keunikan masing-masing. Hal yang dibahas pada bab ini mengenai kecukupan prosedur audit yang dilakukan KAP AAJ dalam mengaudit PT ABC Sistem Akuntansi Siklus Penjualan PT ABC Akun penjualan PT ABC terdiri atas 3 (tiga) bagian yaitu penjualan unit kendaraan bermotor, penjualan unit jasa, dan penjualan sparepart. Penjualan unit kendaraan bermotor merupakan pendapatan terbesar bagi PT ABC. PT ABC memberikan beberapa alternatif pembayaran kepada konsumen yang hendak melakukan pembelian dari ketiga jenis kegiatan tersebut. Penjualan Tunai Konsumen melakukan pembayaran secara langsung kepada PT ABC sebesar harga jual yang telah disepakati. Penjualan Kredit Konsumen melunasi pembayaran kepada PT ABC terhitung 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal invoice diterbitkan. PT ABC menetapkan kebijakan yang berbeda untuk kedua sistem penjualan tersebut. Penjualan tunai untuk unit kendaraan bermotor, konsumen harus membayar DP (down payment) minimal 80% dari harga jual kendaraan sedangkan 46

62 47 untuk penjualan kredit konsumen harus membayar DP antara 20-30% dari harga jual kendaraan. Konsumen akan mengalihkan tanggung jawab pelunasan sisa piutang kepada perusahaan leasing Penjualan Tunai Pada umumnya konsumen lebih banyak menggunakan pembelian secara tunai untuk unit jasa dan pembelian sparepart karena harga yang dibeli untuk unit jasa dan sparepart tidak terlalu material. Sedangkan untuk unit kendaraan bermotor, konsumen lebih banyak memilih menggunakan pembelian secara kredit. 1. Unit Kendaraan Bermotor Penjualan unit kendaraan bermotor merupakan pendapatan paling utama bagi PT ABC. Apabila konsumen melakukan pembelian secara tunai, perusahaan menetapkan kebijakan untuk membayar DP (down payment) minimal 80% dari total harga jual. Saat menerima pembayaran DP, konsumen akan menerima dokumen SPK (Surat Pesanan Kendaraan) dari PT ABC yang berisi detail harga, type kendaraan, serta nomor rangka dan mesin. Dalam jangka waktu beberapa hari kemudian, PT ABC kemudian menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk membuka DO (delivery order), invoice, dan kuitansi. Untuk konsumen dalam bentuk perusahaan, dokumen yang dibutuhkan adalah TDP (Tanda Daftar Perusahaan), SKD (Surat Keterangan Domisili), NPWP, dan bukti transfer DP. Sedangkan untuk orang pribadi, dokumen yang diperlukan adalah KTP, NPWP, dan bukti transfer DP. Setelah DO telah disetujui oleh pihak yang bertanggung jawab, maka proses BAST (Berita Acara Serah Terima) sudah dapat dilakukan oleh PT ABC apabila unit kendaraan dan dokumen-dokumen kendaraan, yaitu BPKB dan STNK, telah tersedia. Tanggung jawab PT ABC telah selesai terhadap unit kendaraan tersebut. PT ABC selanjutnya akan menerima pelunasan terhadap sisa harga jual yang belum dilunasi oleh konsumen.

63 48 Proses penjualan secara tunai untuk transaksi penjualan unit kendaraan bermotor adalah sebagai berikut: Negosiasi SPK (DP lunas) Buka DO Proses STNK BAST Terima Pelunasan Gambar 4.1. Proses penjualan tunai PT ABC a. Negosiasi Pada tahapan ini konsumen akan menemui sales untuk melakukan negosiasi. Pada saat proses ini akan dibahas mengenai tipe kendaraan, warna kendaraan yang dipesan, karoseri, biaya balik nama, mediator fee, dan ongkos kirim yang akan dimuat dalam SPK. Kemudian apabila konsumen setuju, maka akan ditentukan mengenai tanggal pembayaran down payment dan pembuatan surat pemesanan kendaraan. b. Pembayaran Down Payment (DP) Pada saat konsumen melakukan pembelian atas unit kendaraan bermotor maka konsumen harus membayar DP minimal 80% dari harga jual unit yang akan dibeli. Pelunasan DP tersebut disertai dengan penandatangan SPK (Surat Pesanan Kendaraan). Pada SPK tercantum jumlah nominal pembayaran DP yang telah dilakukan oleh konsumen. Pada tahapan ini juga, sales akan membuat kesepakatan mengenai waktu tenggat pelunasan sisa dari penjualan. Pada saat pembayaran DP tersebut pencatatan yang dilakukan, yaitu: Bank xxx Hutang titipan unit xxx c. Pembukaan Delivery Order (DO) Beberapa hari kemudian, PT ABC membuka DO, menerbitkan invoice, dan kuitansi atas transaksi tersebut.

64 49 PT ABC kemudian membalik jurnal saat pembayaran DP, yaitu: Hutang titipan unit xxx Piutang usaha unit xxx Pada tahap ini juga, PT ABC secara bersamaan mencatat jurnal penjualan untuk diakui sebagai pendapatan. Jurnal yang dibukukan adalah: Piutang usaha unit xxx Pajak keluaran Penjualan unit xxx xxx Pada tahapan ini PT ABC mengakui pendapatan saat invoice terbit, dan dapat dinilai tidak sesuai dengan PSAK 23 mengenai pengakuan pendapatan. Hal ini disebabkan karena pengakuan pendapatan yang dilakukan terjadi saat belum adanya transfer risiko secara signifikan antara PT ABC dan konsumen. Sehingga risiko yang ada pada unit masih berada pada PT ABC, dan belum dipindahkan kepada konsumen. d. Pemprosesan STNK dan BPKB STNK dan BKPB adalah bukti kepemilikan kendaraan yang akan diberikan kepada konsumen. Proses pembuatan STNK dan BPKB membutuhkan waktu yang berbeda-beda tergantung type plat yang akan dipesan oleh konsumen yaitu plat hitam atau plat kuning. STNK ini yang kemudian akan diserahkan kepada konsumen pada saat proses berita acara serah terima, dan BPKB akan diberikan saat konsumen telah melunasi seluruh pelunasan piutang. e. Pembuatan Berita Acara Serah Terima (BAST) BAST dilakukan setelah dokumen-dokumen kendaraan telah tersedia dan diserahkan oleh bagian logistik kepada konsumen secara langsung. Pada saat BAST ini konsumen akan memdapatkan kunci, unit, serta surat-surat kendaraan. Untuk konsumen yang belum melunasi piutangnya, pihak PT ABC akan menahan BPKB sampai konsumen telah melunasi seluruh piutangnya.

65 50 f. Pelunasan Piutang PT ABC telah melakukan semua kewajibannya kepada konsumen dan tidak lagi bertanggung jawab atas unit kendaraan tersebut. Selanjutnya PT ABC akan menerima pelunasan piutang dari konsumen. Lama maksimal pelunasan piutang dari konsumen ini maksimal satu bulan setelah terbitnya invoice. Setelah melunasi seluruh piutangnya PT ABC akan menyerahkan BPKB kepada konsumen. Maka jurnal yang dicatat oleh PT ABC adalah: Bank xxx Piutang usaha unit xxx 2. Unit jasa Transaksi servis merupakan transaksi rutin dan hampir setiap hari terjadi dan merupakan transaksi yang berkaitan dengan transaksi sparepart. Karena Hino merupakan kendaraan niaga yang ditujukan untuk kegiatan komersial, maka performance kendaraan harus tetap dijaga, yaitu dengan melakukan servis dan juga penggantian sparepart secara rutin. Proses terjadinya transaksi penjualan unit jasa adalah sebagai berikut: Registrasi SPK (Surat Perintah Kerja) atau workorder Pelaksanaan Servis SPK tutup (servis selesai) Input Jasa Terima Pelunasan Terbit Invoice Gambar 4.2. Proses penjualan unit jasa PT ABC a. Melakukan registrasi Saat konsumen datang ke workshop untuk memeriksakan kendaraannya, konsumen harus melakukan registrasi terlebih dahulu di bagian administrasi. Registrasi bertujuan untuk mencatat data-data konsumen yang penting, yaitu nama, alamat, dan NPWP (jika ada). Pada tahap ini juga, konsumen

66 51 menyampaikan keluhan-keluhan apa saja yang mengurangi performance kendaraan. b. Pembuatan SPK (Surat Perintah Kerja) atau Workorder Keluhan-keluhan dari konsumen yang telah disampaikan pada saat registrasi dicatat dalam dokumen SPK. SPK ini akan menjadi petunjuk bagi mekanik saat melakukan pemeriksaan terhadap kendaraan. c. Pelaksanaan Servis Pelaksanaan servis dapat dilakukan apabila mekanik telah menerima SPK dari bagian administrasi. Apabila kendaraan memiliki permasalahan yang kompleks dan membutuhkan tenaga mekanik yang banyak, maka dalam pelaksanaan servis akan dibentuk sebuah tim dan dipimpin oleh Team Leader agar kendaraan dapat selesai tepat waktu. Pada proses ini apabila teknisi merasa membutuhkan perbaikan dan melakukan penggantian sparepart, maka teknisi akan meminta persetujuan dari konsumen untuk melakukan penggantian sparepart. Setelah konsumen menyutujui maka teknisi akan meminta sparepart yang dibutuhkan ke bagian sparepart. d. Penutupan SPK Jika mekanik sudah yakin bahwa keluhan-keluhan dalam SPK sudah teratasi, maka dengan persetujuan konsumen SPK dapat ditutup. Ini menyatakan bahwa pekerjaan servis sudah selesai. e. Penginputan ke sistem Bagian administrasi akan menginput jasa ke sistem sesuai dengan SPK yang telah dibuat. Apabila dalam masa pekerjaan servis dilakukan kendaraan membutuhkan penggantian sparepart yang baru dan dicatat di dalam SPK, maka bagian administrasi servis hanya menginput jasa sedangkan sparepart yang telah digunakan akan diinput oleh bagian administrasi sparepart. Jasa yang diinput akan tercetak dalam invoice.

67 52 f. Penerbitan Invoice Invoice akan diterbitkan apabila konsumen memutuskan untuk mengambil kendaraan yang telah selesai diservis. Tanggal penerbitan invoice akan bersamaan dengan tanggal pengambilan kendaraan. Pada tahap ini, bagian administrasi akan mengakui penjualan unit jasa sebagai pendapatan. Jurnalnya adalah sebagai berikut: Piutang usaha servis xxx PPN keluaran Penjualan unit jasa xxx xxx g. Penerimaan pelunasan Untuk penjualan tunai, tanggal pelunasan sama dengan tanggal penerbitan invoice. Maka PT ABC mencatat jurnal pelunasan piutang sebagai berikut: Bank/Cash xxx Piutang usaha servis xxx 3. Sparepart Penjualan sparepart ada yang dilakukan pada saat transaksi servis terjadi dan penjualan secara langsung kepada konsumen. Sehingga proses permintaan yang ada dalam penjualan sparepart berasal dari teknisi dan juga dari konsumen. Proses penjualan sparepart adalah sebagai berikut: Teknisi/ PO cust Check stock Picking List Terbit Invoice Supply Terima Pelunasan Gambar 4.3. Proses penjualan sparepart PT ABC

68 53 a. Pembuatan PO (Purchase Order) dari customer ataupun teknisi Jika customer ingin membeli sparepart, maka PT ABC akan menerima PO dari customer ataupun teknisi. PO ini berisi tentang jenis sparepart dan kuantitas yang dipesan. Bagian administrasi akan memproses PO ini dan mengkoordinasikan dengan bagian gudang inventory. b. Pengecekan stok sparepart (Check Stock) Bagian administrasi akan meminta pegawai gudang untuk melihat ketersediaan stock inventory di dalam gudang. Pegawai gudang akan mencocokkan kartu stock dengan fisik inventory yang ada. c. Pembuatan picking list Picking List adalah dokumen yang dikeluarkan oleh bagian administrasi yang berisi tentang perintah untuk pengambilan stock inventory sesuai dengan PO customer. d. Penerbitan invoice Pada saat terbit invoice, PT ABC akan mengkui penjualan sparepart sebagai pendapatan. Jurnal yang dicatat adalah: Piutang Usaha Part xxx PPN Keluaran Penjualan Part xxx xxx Pada proses ini pengakuan penjualan sparepart PT ABC dinilai tidak sesuai dengan standar akuntansi yaitu PSAK 23. Hal ini disebabkan dalam mengakui pendapatan sparepartnya PT ABC belum mentransfer risiko secara signifikan kepada konsumen yang dapat dilihat dari belum diserahkannya sparepart dari PT ABC kepada konsumen.

69 54 e. Penyerahan barang (Supply) Barang akan diserahkan ke konsumen bersamaan dengan invoice. Apabila barang yang dipesan berasal dari teknisi maka invoice akan digabungkan dengan invoice jasa service dan sparepart akan langsung diserahkan kepada teknisi. f. Penerimaan pelunasan Jurnal yang dicatat pada saat diterimanya pelunasan piutang adalah sebagai berikut: Bank/Cash xxx Piutang usaha part xxx Penjualan Kredit Konsumen pada umumnya memilih alternatif pembelian secara kredit untuk membeli unit kendaraan bermotor. Alasan utama adalah karena konsumen dapat melakukan pembayaran secara bertahap. Di samping itu juga, konsumen hanya melunasi DP sebesar 20-30% dari harga jual jauh lebih rendah dibandingkan membeli secara tunai. 1. Unit Kendaraan Bermotor Penjualan unit kendaraan bermotor merupakan pendapatan paling utama bagi PT ABC. PT ABC menyediakan penjualan secara kredit untuk memudahkan konsumen dalam melunasi piutangnya. Dalam melunasi sisa piutangnya, konsumen menggunakan jasa perusahaan leasing. Syarat utama apabila konsumen ingin membeli secara kredit adalah melunasi DP minimal 20-30% dari harga jual. Setelah terjadi kesepakatan harga, konsumen pertama kali memberikan booking fee kepada PT ABC. Kemudian dalam jangka waktu beberapa hari, pihak perusahaan leasing akan melakukan proses leasing dan memberikan keputusan untuk menerima permohonan leasing dari konsumen. Apabila perusahaan leasing menyetujui permohonan tersebut, selanjutnya PT ABC akan menerima PO (purchase order) dari leasing. PO tersebut akan diproses

70 55 oleh PT ABC untuk membuka DO dengan syarat konsumen telah melunasi total DP yang telah ditetapkan oleh pihak leasing kepada PT ABC termasuk booking fee yang telah dibayar oleh konsumen pertama kali. Selanjutnya proses BAST dapat dilakukan dan PT ABC menerima pelunasan sisa harga jual dari pihak leasing. PT ABC memiliki persediaan yang terletak di daerah Cikampek, sehingga saat konsumen ingin melakukan pembelian atas unit, maka dalam jangka waktu relatif singkat konsumen dapat memiliki unit kendaraan bermotor tersebut. Secara umum penjualan secara kredit memiliki proses yang sama dengan penjualan unit kendaraan bermotor yang dijual secara tunai. Namun terdapat perbedaan di beberapa titik, yaitu: Negosiasi SPK (booking fee) Proses Leasing+TDP Buka DO Terima Pelunasan BAST Proses STNK Gambar 4.4. Proses penjualan kredit unit PT ABC Booking Fee Terdapat booking fee sebagai tanda jadi antara konsumen dan PT ABC. Booking fee (BF) adalah tanda jadi dari customer yang dibayar pertama kali setelah terjadi kesepakatan harga antara PT ABC dengan konsumen. Pada saat konsumen membayar booking fee, PT ABC menerbitkan SPK untuk konsumen. PT ABC mencatat jurnal pada saat menerima booking fee yaitu: Bank xxx Hutang titipan unit xxx Proses leasing + Total DP Konsumen menggunakan jasa leasing dalam melunasi sisa piutangnya. Setelah leasing menyetujui permohonan leasing dari konsumen, konsumen harus melunasi terlebih dahulu DP sebesar 20-30% dari harga jual kepada PT ABC termasuk

71 56 booking fee yang telah dibayar. DP pada penjualan kredit dapat dibayar secara bertahap oleh konsumen, kemudian terakumulasi menjadi Total DP. Jurnal yang dicatat pada saat setiap menerima DP adalah : Bank (DP - BF) Hutang titipan unit (DP - BF) Proses pembukaan DO serta penerbitan invoice Pada proses ini PT ABC mengakui pendapatan saat melakukan penerbitan invoice. PT ABC akan membuka DO, menerbitkan invoice dan membuat kuitansi atas pembayaran yang telah dilakukan konsumen sesuai dengan penjualan secara tunai. Pada tahap ini juga PT ABC dinilai tidak mengakui pendapatan sesuai dengan standar akuntansi yaitu PSAK 23. Hal ini disebabkan tidak terjadi transfer risiko secara signifikan dari PT ABC kepada konsumen. Terima Pelunasan Pelunasan sisa piutang konsumen akan menjadi tanggung jawab perusahaan leasing kepada PT ABC. Perusahaan leasing akan langsung membayar penuh sisa dari piutang atas penjualan PT ABC yang belum dilunasi seminggu setelah unit diterima. Hal ini untuk menghindari adanya piutang tak tertagih atas penjualan PT ABC. 2. Unit jasa Proses terjadinya transaksi penjualan unit jasa untuk konsumen adalah sebagai berikut: 3. PO + SPK (Surat Pelaksana SPK tutup Input Jasa Registrasi Perintah Kerja) an Servis (servis atau workorder selesai) Terima Pelunasan Terbit Invoice Gambar 4.5. Proses penjualan kredit servis PT ABC

72 57 Penjualan tunai dengan kredit memiliki proses yang hampir sama, namun berbeda pada titik: PO + Registrasi Jika konsumen ingin melakukan servis secara kredit, maka konsumen harus membawa dokumen PO (purchase order). Konsumen yang melakukan servis secara kredit pada umumnya adalah perusahaan. Di dalam dokumen PO ini, tercantum cara pembayaran dan jangka waktu pelunasan. 3. Sparepart Proses penjualan secara kredit dengan tunai untuk sparepart adalah sama secara keseluruhan. Teknisi PO cust Check stock Picking List Terbit Invoice Supply Terima Pelunasan Gambar 4.6. Proses penjualan kredit sparepart PT ABC Setelah mengetahui proses penjualan tunai dan kredit untuk jenis kegiatan penjualan PT ABC, dapat disimpulkan bahwa PT ABC mengakui penjualan sebagai pendapatan adalah pada saat menerbitkan invoice bagi konsumen. Hal ini berlaku bagi penjualan unit kendaraan bermotor, unit jasa, dan sparepart Analisa Risiko Audit Akun Penjualan Pada PT ABC Dalam melakukan auditnya, auditor akan menghadapi beberapa risiko dan ketidakpastian yang akan diterima pada level tertentu. Untuk mendapatkan kualitas audit yang baik maka auditor perlu mempertimbangkan risiko - risiko tersebut dengan tepat. Auditor kemudian dapat menetapkan materiality limit dari PT ABC dengan mempertimbangkan risiko tersebut.

73 Acceptable Audit Risk (AAR) Acceptable audit risk merupakan suatu tingkat kesediaan auditor untuk menerima fakta bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji material setelah audit selesai dilaksanakan dan opini wajar tanpa pengecualian dilaporkan. Jika tingkat AAR rendah maka auditor yakin bahwa laporan keuangan yang diauditnya tidak mengandung salah saji yang material. Disisi lain jika AAR tinggi maka auditor yakin bahwa laporan keuangan yang diauditnya mengandung salah saji yang material. Terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan auditor dalam menentukan besaran dari AAR ini: Ukuran klien Untuk mengukur skala perusahaan dari PT ABC, auditor menggunakan total dari asset perusahaan. Total asset dari PT ABC per 30 Juni 2012 adalah sekitar Rp 561 miliar sehingga tergolong perusahaan skala menengah. Pada periode Januari sampai Juni 2012 perusahaan telah menghasilkan penjualan bersih sekitar Rp 787 miliar yang terdiri dari penjualan unit (97%), penjualan sparepart (2%), dan penjualan servis (1%), sehingga perusahaan dari segi penjualan termasuk pada skala menengah. Jenis perusahaan PT ABC merupakan perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), akan tetapi PT ABC merupakan anak perusahaan dari PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk (IMSI) yang terdaftar di BEI. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengguna laporan keuangan dari PT ABC terbatas kepada kepentingan manajemen dan pemberi pinjaman kepada PT ABC. Meskipun secara operasional PT ABC memiliki tingkat risiko yang rendah namun secara keseluruhan risiko atas PT ABC akan menjadi tinggi disebabkan PT ABC adalah anak perusahaan dari PT IMSI yang merupakan perusahaan go public. Sifat dan jumlah kewajiban PT ABC yang merupakan perusahaan tertutup memiliki pendanaan mayoritas dari kewajiban. Hal ini dapat kita lihat dari neraca perusahaan

74 59 yang memiliki total kewajiban sekitar Rp 525 miliar. Jika kita bandingkan dengan total asset maka persentase dari kewajiban tersebut adalah sekitar 93%. Kewajiban perusahaan tersebut terdiri dari sekitar Rp 523 miliar utang jangka pendek dan Rp 2 miliar utang jangka panjang. Utang jangka pendek tersebut dikarenakan perusahaan merupakan perusahan dagang yang membeli persediaannya dari HMSI yang merupakan main dealer dan affiliasi dari PT ABC. Sehingga dapat disimpulkan perusahaan tidak memiliki risiko signifikan untuk faktor ini. Laba (rugi) pada periode-periode sebelumnya Pada hasil audit periode sebelumnya klien mengalami laba sebesar Rp ,30 yang membuktikan bahwa perusahaan tidak akan mengalami masalah finansial pada periode sebelumnya. Pada periode saat ini, yaitu 30 Juni 2012 perusahaan juga mengalami laba sebesar Rp ,00. Integritas manajemen PT ABC dalam memilih jajaran manajemennya berdasarkan atas keahlian yang dimiliki oleh karyawan yang ditunjuk. Perusahaan juga tidak bermasalah dengan pembuat regulator seperti pihak perpajakan dan perbankan serta konsumen. Integritas PT ABC juga diperlihatkan dari pemilihan jajaran manajemen yang tidak berdasarkan atas kekeluargaaan namun atas keahlian, sehingga tidak terdapat hubungan kekeluargaan antar pihak manajemen Inherent Audit Risk (IR) Inherent risk merupakan suatu ukuran penilaian auditor atas kemungkinan terjadinya salah saji material baik yang disebabkan oleh error atau fraud dalam suatu segmen sebelum mempertimbangkan efektifitas pengendalian internal. Terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan auditor dalam menentukan tingkat risiko IR ini. Nature of business PT ABC selama periode audit memiliki penjualan yang cukup besar. Penjualan yang cukup besar ini didukung oleh keadaan ekonomi Indonesia

75 60 yang baik sehingga risiko piutang tak tertagih menjadi kecil. Pelanggan yang membeli dari PT ABC merupakan pelanggan yang berasal dari ind4idual, hingga perusahaan besar. Proses jual beli pun terjadi antar cabang dan terhadap perusahaan yang memiliki hubungan istimewa. Result from previous audits PT ABC merupakan klien dari KAP AAJ sejak tahun Pada periode sebelum periode audit yaitu 31 Desember 2011, KAP AAJ memberikan opini wajar tanpa pengecualian pada PT ABC. Hal ini membuktikan bahwa PT ABC tidak mengalami masalah yang berada diatas tingkat materialitas Control Risk (CR) Control risk merupakan ukuran penilaian auditor atas kemungkinan kegagalan pengendalian internal klien untuk mendeteksi salah saji yang material. Semakin rendah nilai IR maka pengendalian internal perusahaan telah efektif dalam mendeteksi salah saji material, begitu juga sebaliknya. Terdapat beberapa faktor yang menjadi pertimbangan auditor untuk menetapkan tingkat risiko CR pada PT ABC, yaitu: Effectiveeness of internal control Efektifitas dari internal kontrol perusahaan dapat diukur dari adanya pemisahan tugas antara bagian adiministrasi dan pencatatan untuk ketiga jenis penjualan yang dilakukan. Prosedur pencatatan juga sudah dilakukan dengan baik disertai kelengkapan data yang lengkap dan penomoran dokumen secara urut. Dalam hal monitoring, PT ABC merupakan anak perusahaan dari perusahaan induk yang memiliki komite audit dan auditor internal yang berada pada perusahaan induknya Risiko Audit Keseluruhan PT ABC dan Tingkat Materialitasnya Dari hasil analisis atas PT ABC, maka auditor dapat menyimpulkan bahwa PT ABC memiliki AAR yang berada pada level medium-high, IR pada level lowmedium dan CR pada level low-medium. Sehingga PT ABC memiliki PDR

76 61 berdasarkan model risiko audit pada level medium-high. Hal ini dapat diartikan bahwa auditor dapat memiliki keyakinan memadai dengan jumlah bukti audit yang berada pada tingkat yang cukup. Sehingga PT ABC dapat juga disebut sebagai klien dengan tingkat risiko yang rendah. Hal ini menyebabkan tingkat materialitas atas PT ABC adalah sebesar Rp , Prosedur Audit atas Akun Penjualan PT ABC Analitycal Procedures Prosedur analitis yang dilakukan oleh KAP AAJ untuk mengaudit PT ABC adalah dengan membandingkan pembelian dan penjualan dari bulan yang sama. PENJUALAN VS PEMBELIAN Jumlah Penjualan Unit Jumlah Pembelian Unit Gambar 4.7. Prosedur analitis penjualan PT ABC Dari perbandingan diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan pada periode audit terjadi secara wajar karena penjualan yang dilakukan oleh PT ABC tidak berbeda jauh dari pembelian yang dilakukan. Auditor tidak dapat membandingkan penjualan per 30 Juni 2012 dengan penjualan 30 Juni 2011 dikarenakan pada periode 30 Juni 2011 auditor tidak melakukan audit atas PT ABC.

77 62 Proses analytical ini hanya dilakukan untuk penjualan unit dikarenakan penjualan unit merupakan 97% komponen dalam penjualan, sedangkan penjualan sparepart dan penjualan jasa hanya 3% dan dianggap tidak material Test of Control Penjualan PT ABC Setelah melakukan prosedur analitis, auditor kemudian mendesain tes atas control perusahaan. Perusahaan melakukan test atas control untuk penjualan unit, servis dan sparepart. Test of control atas penjualan unit PT ABC Auditor dalam melakukan test of control mengambil 12 (dua belas) sampel yang terdiri dari 2 (dua) sampel untuk setiap bulannya, diawal dan diakhir bulan. Auditor melakukan pengecekan apakan setiap prosedur dalam penjualan unit telah dilakukan, dengan memeriksa dokumen penjualan PT ABC. Auditor melihat kelengkapan dokumen penjualan dan kelengkapan otorisasi dari penjualan dari prosedur penjualan. Tabel 4.1. Test of control penjualan unit PT ABC Peri ode Pen jual an Jan- 12 Jan -12 Pemesan Anuar PT. Saroha Mitra Abadi Type Dutro 130 HD P/S. 68 FM 260 JD A d a Surat Pemesanan TGL 21- Dec Dec -11 Kendaraan Cus tom er Otorisasi S al e s K ac ab A d a Berita Acara Serah Terima Kendaraan TG L 13- Jan Jan- 12 Pen eri ma Pen nga ntar Otorisasi Sale F K s A ac SPV D ab Feb Adi 130 HD 4-10-

78 -12 PS Feb Feb -12 Mar -12 Mar -12 Apr- 12 Apr- 12 Mei- 12 Mei- 12 Jun- 12 Jun- 12 PT. Syoukath Sejahtera CV. Trans Andalan Dwipa PT Taman Midi Anggun Ainul Mardiah CV. Laju Mahkota PT. Atra Kana Perkasa PT. Unicor Prima Motor IR. Ramses Simbolon CV. Nusatuma sa Coy FL 260 JT 110 SPL PS FL 235 JW DT 110 HD PS FG 235 JJ FM 260 JD FG 235 JD 130 HD 6,8 FL 235 JW Feb Feb Mar Mar Feb May May Jun Apr- 12 Feb Mar Mar Apr Apr Jun Jun Dari tets of control yang dilakukan, auditor menemukan bahwa terdapat 3 (tiga) transaksi penjualan unit yang tidak dilengkapi dengan dokumen Berita Acara Serah Terima Kendaraan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua transaksi dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

79 64 Test of control sparepart dan servis PT ABC Auditor melakukan pengujian atas kontrol penjualan sparepart dan servis dengan mengambil beberapa sampel dan tidak sebanyak penjualan unit, hal ini dikarenakan penjualan unit dan sparepart untuk PT ABC dianggap kecil dan tidak material. Hasil dari pengujian kontrol ini adalah penjualan sparepart dan servis sudah sesuai dengan prosedur yang sudah ada, sehingga dapat meyakinkan auditor atas penjualan sparepart dan servis PT ABC Substantive Test atas Penjualan PT ABC Auditor melaksanakan substantive test sesuai dengan panduan audit dari RSM audit approach atas penjualan unit. Auditor tidak melakukan substantive test atas penjualan sparepart dan servis dikarenakan dalam pengujian kontrol penjualan jasa dan sparepart telah dinilai baik dan tidak material. Beberapa hal yang dilakukan auditor dalam melakukan substantive test ini adalah: Pisah batas Dalam melakukan pengujian kontrol, auditor telah melakukan pisah batas dengan melihat dokumen penjualan dan proses pengakuan penjualan pada setiap periode. Penjualan yang dilakukan oleh PT ABC dilakukan secara accrual dan telah dicatat pada periode yang tepat. Hal ini dikarenakan dalam mengambil sampel uji pengendalian, auditor mengambil dokumen penjualan di awal dan di akhir setiap bulannya untuk sekaligus melakukan substantive test. Pencocokkan jumlah yang ada di buku penjualan dengan dokumen penjualan Untuk memastikan bahwa saldo yang terdapat di buku penjualan telah disajikan secara akurat, maka auditor melakukan substantive test dengan mengambil 20 (dua puluh) sampel secara acak dari buku besar dan kemudian menelusurinya ke dokumen penjualan. Auditor kemudian mencocokkan nomor dokumen dengan nomor pada buku penjualan serta

80 65 mencocokkan jumlah dari penjualan tersebut. Hasilnya adalah tidak terdapat perbedaan yang material atas pencatatan yang dilakukan PT ABC. Pengklasifikasian penjualan secara tepat Auditor juga menguji bahwa PT ABC mengklasifikasikan penjualan secara secara tepat, sehingga pendapatan yang sebenarnya bukan bagian dari penjualan PT ABC seperti biaya karoseri dan BBN bisa diketahui. Auditor menguji pencatatan yang dilakukan karyawan atas transaksi penjualan yang ada di buku penjualan dengan dokumen Surat Pemesanan Kendaraan (SPK). Hasilnya tidak terdapat kesalahan dalam pengklasifikasian penjualan unit yang dilakukan oleh PT ABC. Berdasarkan penjelasan diatas, auditor telah melakukan berbagai prosedur audit terkait dengan akun penjualan PT ABC yaitu prosedur analitis, uji pengendalian, dan uji substantif. Prosedur audit tersebut telah melengkapi prosedur audit lainnya sehingga telah menjadi dasar yang meyakinkan auditor untuk menyatakan kewajarannya atas penyajian akun penjualan dalam laporan keuangan PT ABC. Auditor menyimpulkan bahwa setiap elemen dalam akun penjualan PT ABC telah disajikan secara wajar, dalam batas material, dan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, yaitu Standar Akuntansi Keuangan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

81 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan pemahaman atas siklus bisnis perusahaan, dapat disimpulkan bahwa prosedur penjualan yang dilakukan oleh PT ABC tidak sesuai dengan PSAK 23 mengenai pengakuan atas pendapatan. Hal ini disebabkan karena dalam pengakuan pendapatan yang dilakukan PT ABC terjadi sat invoice, bukan pada saat penyerahan barang kepada konsumen. Sehingga mengindikasikan bahwa belum terjadi transfer risiko dari PT ABC terhadap konsumen. Selanjutnya berdasarkan analisa terhadap tingkat risiko, auditor berhasil menentukan tingkat risiko atas klien yang sedang. Hal ini ditunjukkan dengan level dari planned detection risk yang berada pada level medium-high. Sehingga dalam melakukan proses audit, auditor memerlukan jumlah bukti audit yang menengah. Kemudian dari prosedur analitis dapat disimpulkan bahwa penjualan dari PT ABC terlihat wajar jika dibandingkan dengan jumlah pembelian unit yang terjadi. Hal ini memberikan keyakinan untuk melakukan prosedur audit lanjutan. Berdasarkan uji pengendalian atas control perusahaan, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat control-kontrol yang belum dilakukan secara penuh oleh PT ABC. Hal ini dibuktikan dari 12 sampel uji kontrol atas penjualan unit kendaraan bermotor yang diambil terdapat tiga transaksi yang tidak dilengkapi dengan surat pesanan kendaraan Pada proses selanjutnya yaitu substantive test, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat salah saji material antara harga penjualan yang terdapat di buku penjualan PT ABC dengan dokumen penjualan yang telah diperiksa. Berdasarkan proses audit yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat salah saji material. Hal ini memberikan dasar yang memadai bagi auditor dalam menyatakan pendapatnya atas kewajaran penjualan dari PT ABC 66

82 67 dalam segala hal yang material, sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Saran Berdasarkan proses audit yang berlangsung, penulis memiliki beberapa saran yang mungkin dapat membangun bagi KAP RSM AAJ dan juga kepada PT ABC Saran bagi KAP RSM AAJ Associates Penulis memiliki beberapa saran untuk KAP AAJ yang diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas audit serta memberi manfaat bagi peserta magang maupun KAP. Pelaksanaan pelatihan magang yang lebih bersifat praktikal. Hal ini dikarenakan dalam melaksanakan proses magang, hal-hal yang akan dihadapi oleh peserta magang adalah bersifat pratikal dan yang bersifat teoritis telah didapatkan oleh peserta magang di bangku perkuliahan Saran bagi PT ABC Penulis juga memiliki beberapa saran terkait audit yang telah dilakukan terhadap PT ABC sehingga PT ABC dapat meningkatkan pengendalian internalnya. PT ABC sebaiknya menambah jumlah karyawan sehingga proses penanganan setiap transaksi atas akun dan dokumen menjadi lebih cepat. Hal ini dapat menghindari terjadinya penghapusan dokumen-dokumen pada PT ABC dan proses closing PT ABC setiap bulannya menjadi lebih cepat. PT ABC sebaiknya menekankan prosedur penjualannya secara benar. Setiap otorisasi dan dokumen yang dibutuhkan untuk membuat suatu penjualan seharusnya dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menghindari fraud atas penjualan tersebut. PT ABC sebaiknya melakukan pencatatan atas pengakuan penjualan sesuai dengan PSAK 23, sehingga dalam pelaporan keuangan yang dilakukannya tidak terdapat unsure-unsur yang tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

83 DAFTAR REFERENSI Agoes, Sukrisno Auditing. Edisi ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Arens, et al (2009). Auditing and Assurance Service-An Indonesian Adaptation. New Jersey: Pearson Education. Dewan Standar Akuntansi Keuangan. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia (2001). Standar Profesi Akuntan Publik. Jakarta: Salemba Empat. KAP RSM AAJ Best Practice Memo. KAP RSM AAJ, Jakarta KAP RSM AAJ Audit Program Complete RSMi. KAP RSM AAJ, Jakarta KAP RSM AAJ Audit Flowchart Handout. KAP RSM AAJ, Jakarta PT Indomobil Prima Niaga. Reeve, James M., et al. (2008). Principles of Accounting: Indonesia Adaptation. Jakarta: Salemba Empat. RSM AAJ Associates. Tuanakotta, T.M Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. 68

84 69 LAMPIRAN Lampiran 1: Tabel Lead Schedule Penjualan PT ABC

85 70 Lampiran 1 (Lanjutan): Tabel Lead Schedule Penjualan PT ABC (sambungan)

Chapter 14 Audit terhadap Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang

Chapter 14 Audit terhadap Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang Chapter 14 Audit terhadap Siklus dan Penagihan Piutang Statement Presentation Outline I. Account dan Dokumen dalam Siklus dan Penagihan II. Pemisahan Fungsi III. Tujuan Audit untuk Transaksi IV. Tujuan

Lebih terperinci

BAB 6 Pertanggungjawaban & Tujuan Audit. Amir Fasichurochman Ayu Mawada Muhammad Syukri Duwila Rahmat Setiawan

BAB 6 Pertanggungjawaban & Tujuan Audit. Amir Fasichurochman Ayu Mawada Muhammad Syukri Duwila Rahmat Setiawan BAB 6 Pertanggungjawaban & Tujuan Audit Amir Fasichurochman Ayu Mawada Muhammad Syukri Duwila Rahmat Setiawan 1. Tujuan Pelaksanaan Audit Atas Laporan Keuangan Tujuan audit umum atas laporan keuangan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1. Definisi Audit Menurut Alvin A.Arens dan James K.Loebbecke Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Berikut klasifikasi dari transaksi pada siklus penjualan dan penagihan :

BAB II PEMBAHASAN. Berikut klasifikasi dari transaksi pada siklus penjualan dan penagihan : BAB I PENDAHULUAN Salah satu cara yang dilakukan untuk mencapai laba adalah dengan melakukan penjualan. Penjualan merupakan salah satu usaha perusahaan untuk mencapai tujuan perusahan, sebab penjualan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir

BAB II LANDASAN TEORI. karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Auditing memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan perusahaan, karena akuntan publik sebagai pihak yang ahli dan independen pada akhir pemeriksaannya akan

Lebih terperinci

Audit objective (Tujuan audit)

Audit objective (Tujuan audit) Audit objective (Tujuan audit) Universitas Esa Unggul Yulazri M.Ak. CPA Audit process Planning Field work Reporting Penilaian internal control Materiality planning Penaksiran resiko Penggunaan tenaga spesialist

Lebih terperinci

The Capital Acquisition & Repayment Cycle. KELOMPOK E Elly Juliaty Ranita Wijaya Ratna Yani Rika Christin Yoshanti Andikasari

The Capital Acquisition & Repayment Cycle. KELOMPOK E Elly Juliaty Ranita Wijaya Ratna Yani Rika Christin Yoshanti Andikasari The Capital Acquisition & Repayment Cycle KELOMPOK E Elly Juliaty Ranita Wijaya Ratna Yani Rika Christin Yoshanti Andikasari Overview of Adelphia History of Adelphia Didirikan tahun 1992 oleh John Rigas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Auditing Menurut Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. Auditing adalah suatu proses pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIAN: PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS TRANSAKSI Akun dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Penjualan Serta Penagihan Tujuan keseluruhan dari audit siklus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu dan Ely Suhayati. Auditing merupakan suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT SA Seksi 312 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan

Lebih terperinci

Chapter 13 Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit

Chapter 13 Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit Chapter 13 Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit 13-1 Pendahuluan - Bab ini akan membahas tahap ketujuh dari Perencanaan Audit. - Tahap ini merupakan fase yang penting karena pada tahap inilah dihasilkan

Lebih terperinci

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Tujuan Auditing REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Menjelaskan tujuan dari pelaksanaan audit

Lebih terperinci

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI AUDIT I Modul ke: 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Audit risk and materiality Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA Program Studi AKUNTANSI KONSEP MATERIALITAS Financial Accounting Standards Board mendefinisikan materialitas

Lebih terperinci

APA DAN MENGAPA KUALITAS BUKTI AUDIT?

APA DAN MENGAPA KUALITAS BUKTI AUDIT? APA DAN MENGAPA KUALITAS BUKTI AUDIT? oleh Daniel Pangaribuan e-mail: dpangaribuan58@gmail.com Widyaiswara STAN editor Ali Tafriji Biswan e-mail: al_tafz@stan.ac.id A b s t r a k Dalam audit laporan keuangan

Lebih terperinci

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit Standar Prof SA Seksi 3 1 2 RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT Sumber: PSA No. 25 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi

Lebih terperinci

alasan kuat dalam pengambilan kesimpulan mengenai laporan keuangan, apakah telah disajikan secara wajar atau tidak.

alasan kuat dalam pengambilan kesimpulan mengenai laporan keuangan, apakah telah disajikan secara wajar atau tidak. Tujuan audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh auditor independen adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai

Lebih terperinci

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

Tujuan Auditing. AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) Dosen: Christian Ramos K AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Tujuan Auditing REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK) 1 Menjelaskan tujuan dari pelaksanaan audit

Lebih terperinci

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca

5. Memastikan bahwa tidak ada kewajiban perusahaan yang belum dicatat per tanggal neraca Subsequent Event Subsequent Events adalah : Peristiwa atau transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya Laporan Audit Mempunyai akibat yang material terhadap laporan keuangan

Lebih terperinci

SA Seksi 534 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG DISUSUN UNTUK DIGUNAKAN DI NEGARA LAIN. Sumber: PSA No. 71 PENDAHULUAN

SA Seksi 534 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG DISUSUN UNTUK DIGUNAKAN DI NEGARA LAIN. Sumber: PSA No. 71 PENDAHULUAN SA Seksi 534 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN YANG DISUSUN UNTUK DIGUNAKAN DI NEGARA LAIN Sumber: PSA No. 71 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan bagi auditor independen yang berpraktik di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Auditing 2.1.1 Pengertian Auditing a. Pengertian Auditing Menurut Sukrisno Agoes : Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap

Lebih terperinci

AUDIT PADA PIUTANG USAHA PT XYZ LAPORAN MAGANG

AUDIT PADA PIUTANG USAHA PT XYZ LAPORAN MAGANG UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT PADA PIUTANG USAHA PT XYZ LAPORAN MAGANG DEWI NURAINI RAIDY 0906525081 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK DESEMBER 2012 UNIVERSITAS INDONESIA AUDIT PADA PIUTANG

Lebih terperinci

Chapter 19 Audit terhadap Siklus Pembelian dan Pembayaran: Tests of Controls, Substantive Tests of Transactions, dan Hutang Usaha

Chapter 19 Audit terhadap Siklus Pembelian dan Pembayaran: Tests of Controls, Substantive Tests of Transactions, dan Hutang Usaha Chapter 19 Audit terhadap Siklus Pembelian dan Pembayaran: Tests of Controls, Substantive Tests of Transactions, dan Hutang Usaha 1 A. Transaksi dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran 1. Pembelian (acquisitions)

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N

AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N AUDIT SIKLUS PENJUALAN P E N J U A L A N P I U T A N G PPN P E R S E D I A A N H P P R E T U R P E N J U A L A N JURNAL Perusahaan menjual produk seharga Rp. 100.000,- dengan harga pokok 60% dari harga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011: 4)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011: 4) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Adapun pengertian auditing dirinci oleh beberapa pakar sebagai berikut: Menurut Arens, Beasley dan Elder (2011: 4) Auditing is the accumulation and evaluation

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA BAHAN BUKTI AUDIT DALAM MENILAI KEWAJARAN PROPERTI INVESTASI DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN PT X LAPORAN MAGANG

UNIVERSITAS INDONESIA BAHAN BUKTI AUDIT DALAM MENILAI KEWAJARAN PROPERTI INVESTASI DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN PT X LAPORAN MAGANG UNIVERSITAS INDONESIA BAHAN BUKTI AUDIT DALAM MENILAI KEWAJARAN PROPERTI INVESTASI DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN PT X LAPORAN MAGANG GERALD DE BRITTO 0906532276 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendalian Intern 1. Pengertian Pengendalian Intern SA Seksi 319 Paragraf 06 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dilakukan manajemen dan personel lain

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit.

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit. BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit II.1.1 Pengertian Audit Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit. William F. Messier, Steven M. Glover dan Douglas F. Prawitt yang diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Audit Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian

Lebih terperinci

Chapter 22 Audit terhadap Siklus Perolehan dan Pembayaran Kembali Capital

Chapter 22 Audit terhadap Siklus Perolehan dan Pembayaran Kembali Capital Chapter 22 Audit terhadap Siklus Perolehan dan Pembayaran Kembali Capital Owners Equity 1 A. Karakteristik Siklus Perolehan dan Pembayaran Capital Siklus ini meliputi perolehan dan pembayaran kembali capital

Lebih terperinci

BAB IV Hasil Kegiatan Magang

BAB IV Hasil Kegiatan Magang BAB IV Hasil Kegiatan Magang 4.1 Gambaran umum Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu & Rekan Semarang Kantor Akuntan Publik (KAP) BAYUDI WATU & REKAN berdiri di Jakarta pada tanggal 7 februari 1978.Drs. Bayudi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan,

BAB IV PEMBAHASAN. dilakukan penulis untuk mengetahui jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan, BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Survei Pendahuluan Sebelum melaksanakan audit keuangan pada PT Simran Jaya, penulis terlebih dahulu melakukan survei pendahuluan kepada perusahaan yang akan di audit. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karena adanya pembelian dagangan secara kredit. kepercayaan. Utang usaha sering kali berbeda jumlah saldo utang usaha BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian utang usaha Menurut Munawir, (2007:18) utang dagang adalah utang yang timbul karena adanya pembelian dagangan secara kredit. Jadi dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melakukan pekerjaannya seorang auditor harus memiliki pedoman, langkah-langkah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. melakukan pekerjaannya seorang auditor harus memiliki pedoman, langkah-langkah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Audit Audit atas laporan keuangan diperlukan untuk menghindari ketidakakuratan suatu laopran baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Proses

Lebih terperinci

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Minggu ke-6 MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT Program Studi Akuntansi STIE PELITA NUSANTARA KONSEP MATERIALITAS Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang

Lebih terperinci

Melengkapi Tes dalam Siklus Penjualan Dan Pengaihan : Rekening Piutang

Melengkapi Tes dalam Siklus Penjualan Dan Pengaihan : Rekening Piutang Melengkapi Tes dalam Siklus Penjualan Dan Pengaihan : Rekening Piutang Menjelaskan Metodelogi Desain Rincian saldo menggunakan model audit resiko Tujuan Audit rekening Piutang Yang berkaitan dengan Saldo

Lebih terperinci

Chapter 20-a Audit terhadap Aktiva Tetap Berwujud (Tangible Assets)

Chapter 20-a Audit terhadap Aktiva Tetap Berwujud (Tangible Assets) Chapter 20-a Audit terhadap Aktiva Tetap Berwujud (Tangible Assets) 1 A. Aktiva Tetap Berwujud Property, Plant, Equipment Aktiva tetap berwujud mencakup: Tanah (land & land improvement) Bangunan (building

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Auditing Secara umum auditing adalah suatu proses sistematika untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Auditing Menurut Alvin A. arens dan james K. Loebbecke (2003,1) pengertian auditing adalah sebagai berikut : Auditing adalah merupakan akumulasi dan evaluasi bukti

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Audit atas Beban Dibayar Dimuka pada PT ACES Tbk

ABSTRAK. : Audit atas Beban Dibayar Dimuka pada PT ACES Tbk ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Dhamar Yudho Aji : Diploma III Akuntansi : Audit atas Beban Dibayar Dimuka pada PT ACES Tbk Laporan magang ini berisi mengenai proses audit atas beban dibayar dimuka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Auditing Auditing merupakan ilmu yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap pengendalian intern dimana bertujuan untuk memberikan perlindungan dan pengamanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah Audit adalah suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah Audit adalah suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 LandasanTeori 2.1.1 Pengertian Auditing Menurut Agoes (2004:3) pengertian auditing adalah Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak

Lebih terperinci

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: SA Seksi 326 BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tunggal, A.W. (2008), Audit operasional merupakan audit atas operasi yang

BAB II LANDASAN TEORI. Tunggal, A.W. (2008), Audit operasional merupakan audit atas operasi yang BAB II LANDASAN TEORI II.1. Audit Operasional II.1.1. Pengertian Audit Operasional Ada beberapa pengertian mengenai audit operasional menurut para ahli. Menurut Tunggal, A.W. (2008), Audit operasional

Lebih terperinci

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani ` PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani PENDAHULUAN Pengendalian internal merupakan bagian penting dari kelanjutan pertumbuhan, kinerja, dan kesuksesan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan kedalam persaingan yang semakin ketat dan kompetitif. Perusahaan berlomba-lomba

Lebih terperinci

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1

Ekonomi dan Bisnis Akuntnasi S1 Modul ke: 03Fakultas Nama Ekonomi dan Bisnis Audit II Competing The Test In The Sales And Collection Cycle:Accounts Receivable (Menyelesaikan Pengujian Dalam Siklus Penjualan dan Penagihan: Piutang Usaha)

Lebih terperinci

PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PT MAG LAPORAN MAGANG

PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PT MAG LAPORAN MAGANG UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PROSES PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA PT MAG LAPORAN MAGANG MUHAMMAD ARIEF 1106137186 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI EKSTENSI KEKHUSUSAN AKUNTANSI DEPOK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Gambaran Umum Pemeriksaan Keuangan Negara 1. Pengertian pemeriksaan Mulyadi (2002 : 40) mendefinisikan pemeriksaan adalah sebagai berikut: Pemeriksaan adalah suatu proses sistematis

Lebih terperinci

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti Audit BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: "Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan

Lebih terperinci

Chapter 16 Penyelesaian Pengujian Audit Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang (Detailed Test of Balances & Prosedur Analitik)

Chapter 16 Penyelesaian Pengujian Audit Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang (Detailed Test of Balances & Prosedur Analitik) Chapter 16 Penyelesaian Pengujian Audit Siklus Penjualan dan Penagihan Piutang (Detailed Test of Balances & Prosedur Analitik) Now is the time to test the details of balances. 1 Metodologi untuk Mendesain

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS PENDAPATAN DAN PIUTANG PT SH LAPORAN MAGANG

UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS PENDAPATAN DAN PIUTANG PT SH LAPORAN MAGANG UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS PENDAPATAN DAN PIUTANG PT SH LAPORAN MAGANG INDARNOTO KUNTO WIJOYO 0906643805 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK 2013 UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR

Lebih terperinci

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT) Disampaikan oleh M. HUSNI MUBAROK, SE. M.SI.Ak. CA MAULAN IRWADI, SE.M MSI,.Ak.CA PREVIEW GENERAL AUDIT 1. DEFINISI 2. TUJUAN 3.TANGGUNG JAWAB LAP. KEU 4.CARA

Lebih terperinci

AUDITING. Ahmad Try Handoko ( ) Magister Akuntansi SOAL MATRIKULASI

AUDITING. Ahmad Try Handoko ( ) Magister Akuntansi SOAL MATRIKULASI AUDITING Prepared by: Signature: Ahmad Try Handoko (15919043) Magister Akuntansi SOAL MATRIKULASI AUDITING PENGANTAR Dra. Erna Hidayah., M.Si., Ak, CA. Take Home Exam Dikumpulkan paling lambat Hari : Minggu,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan

BAB IV PEMBAHASAN. Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan BAB IV PEMBAHASAN Audit operasional dilaksanakan untuk menilai efisiensi, efektifitas dan keekonomisan suatu perusahaan. Untuk memulai suatu pemeriksaan, seorang auditor harus terlebih dahulu mengadakan

Lebih terperinci

Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya

Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya Definisi Risiko AR IR CR DR Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya Risiko bahwa suatu asersi rentan terhadap salah saji material dengan asumsi tidak ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya BAB II LANDASAN TEORI II.1 Audit Secara garis besar Auditing dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas yang membandingkan antara kenyataan yang ada dengan yang seharusnya ada. Pada dasarnya audit bertujuan

Lebih terperinci

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh auditor independen dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

BAB IV PEMBAHASAN. perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perencanaan Kegiatan Audit Operasional Sebelum memulai pemeriksaan operasional terhadap salah satu fungsi dalam perusahaan, seorang auditor seharusnya menyususun perencanaan pemeriksaan.

Lebih terperinci

Konsep Resiko & Sistem Pengendalian Intern

Konsep Resiko & Sistem Pengendalian Intern 75 Konsep Resiko & Sistem Pengendalian Intern Pengenalan Sistem pengendalian intern (Mulyadi, 2001, h.165) meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan

Lebih terperinci

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga STANDAR AUDITING SA Seksi 200 : Standar Umum SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga SA Seksi 500 : Standar Pelaporan Keempat STANDAR UMUM 1.

Lebih terperinci

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Modul ke:

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Modul ke: AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Modul ke: 01Fakultas EKONOMI DAN BISNIS AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENAGIHAN Marsyaf, SE, Ak, M. Ak. Program Studi Akuntansi Abstrak Audit siklus penjualan dan penagihan merupakan

Lebih terperinci

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS

AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS AUDIT SIKLUS PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS TRANSAKSI YANG TERLIBAT PENJUALAN TUNAI - PENJUALAN - DISKON DAN RETUR - PENERIMAAN KAS PENJUALAN KREDIT - PENJUALAN - DISKON DAN RETUR - PENCATATAN PIUTANG -

Lebih terperinci

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16 Penetapan Materialitas Penetapan Risiko tedi last 09/16 TAHAPAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN (aplikasi pemeriksaan keuangan) 1. Menerima Klien dan Melaksanakan Perencanaan Audit Awal. 2. Memahami Bidang kegiatan/operasional

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMERIKSAAN

PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN SA yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama mengharuskan dilakukannya perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan perencanaan kerja yang memadai

Lebih terperinci

OLEH : ROBBY JULIANTO GUNAWAN

OLEH : ROBBY JULIANTO GUNAWAN PENGGUNAAN PROSEDUR AUDIT SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN AUDITOR DALAM MENGEVALUASI BUKTI AUDIT (STUDI PRAKTIK KERJA PADA KAP VENTJE JANSEN ROYKE DAN LIEM) OLEH : ROBBY JULIANTO GUNAWAN 3203012125 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan perusahaan tidak terlepas dari perekonomian suatu negara. Perusahaan baru akan tumbuh secara cepat jika memiliki perekonomian yang baik dan sehat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan bisnis yang global pada saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk mampu bersaing dalam meningkatkan kinerja dan mampu menghasilkan laporan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN SA Seksi 330 PROSES KONFI RMASI Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN 01 Seksi ini memberikan panduan tentang proses konfirmasi dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang

Lebih terperinci

ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK

ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK PERTANYAAN DAN JAWABAN TJ 07 IAPI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA ISU AUDIT TERKAIT ASET DAN LIABILITAS PENGAMPUNAN PAJAK KOMITE ASISTENSI DAN IMPLEMENTASI STANDAR PROFESI INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pertemuan 1 AUDITING

Pertemuan 1 AUDITING Pertemuan 1 AUDITING PENGERTIAN AUDITING (SUKRISNO AGUS) Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis 2), oleh pihak yang independen 3), terhadap laporan keuangan 1) yang telah disusun

Lebih terperinci

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa

Standar Audit SA 402. Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA 0 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa SA Paket 00.indb //0 0::0 AM STANDAR AUDIT 0 PERTIMBANGAN AUDIT TERKAIT DENGAN ENTITAS YANG MENGGUNAKAN SUATU ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era pasar terbuka saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era pasar terbuka saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era pasar terbuka saat ini, persaingan di dalam dunia usaha semakin meningkat dan menambah permasalahan yang dihadapi oleh manajemen suatu perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu perusahaan yang berorientasi untuk mendapatkan laba adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu perusahaan yang berorientasi untuk mendapatkan laba adalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu perusahaan yang berorientasi untuk mendapatkan laba adalah perusahaan dagang dimana aktivitas penjualan memegang peranan penting bagi perusahaan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ASET TETAP PADA PT BCD LAPORAN MAGANG OKTA VADHYAH AHLINA

UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ASET TETAP PADA PT BCD LAPORAN MAGANG OKTA VADHYAH AHLINA UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ASET TETAP PADA PT BCD LAPORAN MAGANG OKTA VADHYAH AHLINA 0906532515 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT

GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam senua

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum

BAB IV PEMBAHASAN. audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum BAB IV PEMBAHASAN Pembahasan yang akan dijabarkan pada bab ke empat ini mengenai pelaksanaan audit operasional pada objek yang dimaksud yakni PT. Centa Brasindo Abadi. Sebelum dilakukannya kegiatan audit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi menyajikan informasi keuangan di berbagai entitas dalam dunia usaha. Salah satu entitas usaha yaitu perusahaan yang menjalankan aktivitas untuk memperoleh

Lebih terperinci

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis. SA Seksi 710 PERTIMBANGAN KHUSUS DALAM AUDIT BISNIS KECIL Sumber : PSA No. 58 PENDAHULUAN 01. Pernyataan Standar Auditing yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia diterapkan dalam audit informasi

Lebih terperinci

PENGUJIAN AUDIT (AUDIT TEST)

PENGUJIAN AUDIT (AUDIT TEST) Tujuan Pengujian Secara Keseluruhan Suatu program audit terdiri dari pengujian audit yang dirancang untuk memenuhi salah satu atau kedua tujuan utama berikut: - Pengujian pengendalian (test of control)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. auditing. Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai auditing yang

BAB II LANDASAN TEORI. auditing. Berikut ini merupakan beberapa pengertian mengenai auditing yang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pemeriksaan (Auditing) II.1.1 Pengertian auditing Untuk lebih memahami apa yang dimaksud dengan audit operasional, terlebih dahulu diperlukan pemahaman mendasar mengenai pengertian

Lebih terperinci

Pengantar ( Pertemuan ke-1)

Pengantar ( Pertemuan ke-1) Pengantar ( Pertemuan ke-1) Audit 1 Pengertian Profesi auditor & jenis audit Standar audit & kode etik Laporan audit Kertas kerja Bukti audit Tahapan audit Materialitas & risiko audit Strategi audit awal

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER

A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER A. PENGERTIAN CLIENT REPRESENTATION LETTER Dalam suatu general audit/financial audit (pemeriksaan umum), akuntan public pada akhir pemeriksaannya harus mengeluarkan laporan akuntan public yang terdiri

Lebih terperinci

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan Edisi : VII/Juli 2009 Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan Oleh: Rian Ardhi Redhite Beny Kurniawan Keduanya Auditor pada KAP Syarief Basir & Rekan Pada

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PRIMA JABAR STEEL

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PRIMA JABAR STEEL BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS FUNGSI PENJUALAN, PIUTANG USAHA DAN PENERIMAAN KAS PADA PT PRIMA JABAR STEEL Dalam bab ini penulis membahas mengenai pelaksanaan audit operasional pada PT Prima Jabar Steel.

Lebih terperinci

BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN

BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN PENDAHULUAN BAB VIII AUDIT SIKLUS INVESTASI INSTRUMEN KEUANGAN Siklus investasi instrumen keuangan adalah siklus investasi pada sekuritas obligasi atau saham yang diterbitkan oleh perusahaan lain, baik

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah : Auditing 2 SKS : 3 Semester : 5 Kode MK : EBA512061 I. DESKRIPSI Mata Kuliah ini merupakan kelanjutan dari Mata Kuliah Auditing 1 yang secara garis besar memberikan wawasan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi dan perdagangan dunia saat ini banyak perusahaan melakukan ekspansi ke berbagai negara di Dunia. Dalam menjalankan usahanya principal (pemilik

Lebih terperinci

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 240. Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 0:0: AM STANDAR AUDIT 0 TANGGUNG JAWAB AUDITOR TERKAIT DENGAN KECURANGAN DALAM SUATU AUDIT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perusahaan. perusahaan, visi dan misi perusahaan, strategi yang digunakan oleh perusahaan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perusahaan. perusahaan, visi dan misi perusahaan, strategi yang digunakan oleh perusahaan, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Gambaran umum perusahaan berisi uraian yang terdiri dari sejarah pendirian perusahaan, visi dan misi perusahaan, strategi yang digunakan oleh perusahaan,

Lebih terperinci

Klien: Dibuat oleh: Diperiksa oleh: Indeks

Klien: Dibuat oleh: Diperiksa oleh: Indeks Asersi Manajemen NO Pengendalian Internal Occurence completeness accuracy classification timing Control Penjualan 1 Faktur penjualan, Surat Jalan, Bukti Pengeluaran Barang, dan Kartu Gudang Ada v 2 Setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 14 (IAI,2015) persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 14 (IAI,2015) persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 14 (IAI,2015) persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan normal, dalam proses produksi dalam perjalanan,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki

BAB 4 PEMBAHASAN. Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki BAB 4 PEMBAHASAN Sebuah perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya harus memiliki pengendalian internal yang memadai, terutama pada siklus pendapatannya. Siklus pendapatan terdiri dari kegiatan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 530. Sampling Audit

Standar Audit SA 530. Sampling Audit SA 0 Sampling Audit SA paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 SAMPLING AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Auditing berikut : adalah : Menurut Arens dan Loebbecke (1997 : 2) pengertian dari auditing adalah : Auditing is the accumullation and evaluation of evidence about quantifiable

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo,

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo, BAB II LANDASAN TEORI II.1 Auditing II.1.1 Definisi Auditing Menurut Arens, Elder dan Beasley yang diterjemahkan oleh Wibowo, H.(2006:4), Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi

Lebih terperinci

Trade Debt & Other Debt AUDIT

Trade Debt & Other Debt AUDIT Trade Debt & Other Debt AUDIT PEMERIKSAAN PIUTANG DAN PIUTANG LAINNYA 2008 Prentice Hall Business Publishing, Auditing 12/e, Arens/Beasley/Elder 7-1 Konsep Piutang *SAK* Menurut sumber terjadinya Piutang

Lebih terperinci

BUKTI AUDIT. Akuntansi Pemeriksan I. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA

BUKTI AUDIT. Akuntansi Pemeriksan I. Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA BUKTI AUDIT Akuntansi Pemeriksan I Tutut Dewi Astuti, SE, M.Si, Ak, CA Perbedaan Bukti audit dengan Bukti Hukum dan Ilmiah Karakteristik Bukti untuk Eksperimen Ilmiah, Kasus Hukum, dan Audit atas Laporan

Lebih terperinci

Standar Pemeriksaan Tipe Pengujian Pendekatan Pengujian. tedi last 10/16

Standar Pemeriksaan Tipe Pengujian Pendekatan Pengujian. tedi last 10/16 Standar Pemeriksaan Tipe Pengujian Pendekatan Pengujian tedi last 10/16 STANDAR PEMERIKSAAN NO 02 STANDAR PELAKSANAAN PEMERIKSAAN KEUANGAN Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang

BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang BAB IV HASIL KEGIATAN MAGANG Gambaran Umum KAP Bayudi Watu Semarang Kantor Akuntan Publik Bayudi Watu dan Rekan merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akuntan. KAP Bayudi Watu dan Rekan

Lebih terperinci