MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT."

Transkripsi

1 MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT Oleh : TUTY IRAWATY I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 3 ABSTRACT TUTY IRAWATY. International migration of village women and utilization of remittances in Pusakajaya Village, Sub-district of Pusakajaya, Subang District, West Java Province. Supervised by EKAWATI SRI WAHYUNI. International migration is happened due to the growth of population which not balance with the growth of job opportunities. Village women who not have many skills concider that international migration is a golden opportunity to increase economy of their family. This problem is very complex but it is interesting to be studied. The aim of the research is to identify the factors which caused women in village went abroad to working and utilization of remittances in household migrant. This study is conducted by a survey method that is an explanation and descriptive research. The area studies was Pusakajaya village, Subang, West Java, Indonesia. Based on the research findings, the availability of jobs in destination areas and the limited agricultural land in the area of origin became major factors for women in village to work abroad. Utilization of remittances in the villages of Pusakajaya is allocated to met the needs of consumption, production, investments in education and economic, while the allocation of social investment is not found. Utilization of remittances by migrant families in the village of Pusakajaya form a common pattern in fulfilling the needs of consumption and investment education. Keywords: international migration, migrant women workers, remittances

3 4 RINGKASAN TUTY IRAWATY. Migrasi Internasional Perempuan Desa dan Pemanfaatan Remitan di Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Di bawah Bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI Migrasi internasional tenaga kerja terjadi karena meningkatnya populasi jumlah penduduk yang tidak diimbangi dengan terbukanya peluang kerja, sehingga menyebabkan banyaknya angkatan kerja produktif yang tidak mempunyai pekerjaan (unemployment). Persaingan yang semakin tajam membuat perempuan desa yang cenderung memiliki pendidikan dan keterampilan yang rendah tersingkirkan dalam dunia kerja. Alternatif lain yang dapat dimanfaatkan adalah lapangan kerja di luar negeri yaitu melalui pengadaan program pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji faktor-faktor penyebab perempuan desa melakukan migrasi internasional tenaga kerja dan pemanfaatan remitan yang dilakukan rumah tangga migran. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survai yang bersifat penjelasan (explanatory research) dan deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh rumah tangga di Desa Pusakajaya yang salah satu anggota keluarganya ada yang pernah bekerja sebagai tenaga kerja wanita di luar negeri. Adanya kendala bahwa migran yang ke luar desa tidak seluruhnya melakukan pemberitahuan terlebih dahulu ke Desa Pusakajaya, sehingga sulit didapat data yang pasti mengenai jumlah populasi. Kemudian dibuatlah kerangka sampling, yakni Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang pernah bekerja di luar negeri dan saat ini berada di daerah asal (Pusakajaya) dengan ketentuan lama bekerja sama dengan atau lebih dari empat tahun dan didapatkan sebanyak 91 orang TKW. Teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik sampel random sederhana, sehingga diperoleh sebanyak 33 orang TKW dari 4 dusun di Desa Pusakajaya untuk menjadi responden penelitian. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung kepada responden maupun informan, sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi

4 5 literatur yang berkaitan dengan Desa Pusakajaya dan Tenaga Kerja Wanita (TKW). Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabel silang. Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam untuk memperdalam analisis data. Berdasarkan temuan data di lapangan, faktor penyebab perempuan desa melakukan migrasi dipengaruhi oleh faktor di daerah asal dan faktor di daerah tujuan. Ketersediaan lapangan pekerjaan di daerah tujuan dengan upah yang tinggi dan semakin sempitnya lahan pertanian di daerah asal serta ketidaktersediaan lapangan pekerjaan di daerah asal menjadi faktor penyebab utama bagi perempuan Desa Pusakajaya untuk bekerja ke luar negeri. Pemanfaatan remitan di Desa Pusakajaya dialokasikan dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi, investasi pendidikan, investasi ekonomi, dan produksi, sedangkan dalam bentuk investasi sosial tidak ditemukan. Melalui penelitian ini disarankan; (1) Bagi pemerintah daerah dan pemerintah pusat perlu terus mengupayakan peningkatan perlindungan dan pemberdayaan bagi TKW yang melakukan migrasi internasional tenaga kerja, karena pentingnya remitan yang didapat dengan bekerja sebagai TKW sebagai strategi nafkah yang dilakukan perempuan desa dalam upaya meningkatkan perekonomian keluarga; (2) Bagi pemerintah desa perlu melakukan pemberdayaan bagi perempuan yang akan berangkat menjadi TKW maupun eks TKW agar memiliki kemampuan lebih dalam memanfaatkan pengalamannya menjadi TKW dan mengelola remitan/hasil yang didapat selama bekerja menjadi TKW, sehingga dapat berperan secara lebih nyata dalam proses pemberdayaan diri dan proses pembangunan di perdesaan terutama dalam usaha menciptakan lapangan pekerjaan di desa; (3) Bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang diharapkan mengarahkan penelitiannya lebih mendalam terhadap dampak adanya remitan, baik secara ekonomi maupun sosial.

5 2 MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT Oleh : TUTY IRAWATY I SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

6 7 LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PERNYATAAN INI. Bogor, Oktober 2011 TUTY IRAWATY I

7 6 LEMBAR PENGESAHAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama Mahasiswa NRP Program Studi Judul : Tuty Irawaty : I : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat : Migrasi Internasional Perempuan Desa dan Pemanfaatan Remitan di Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS NIP Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP Tanggal Lulus :

8 8 RIWAYAT HIDUP Tuty Irawaty dilahirkan di Kota Bengkulu pada tanggal 4 September 1989 dari ayah yang bernama Surya Irawan dan ibu bernama Ety Selowati. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Sebagai pelajar, Penulis menempuh pendidikan di TK Assiyah I Kota Bengkulu selama satu tahun, tahun 2001 penulis menamatkan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 21 di Kota Bengkulu, kemudian berlanjut ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Kota Bengkulu dan pada tahun 2004 Penulis menamatkan pendidikan di SMP Negeri 2 Subang, Jawa Barat. Pada tahun 2007 penulis menamatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Subang, Jawa Barat. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor tepatnya di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun Selama di IPB, penulis tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai staf Divisi Community Development dari tahun Selain itu penulis juga bergabung dalam OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) FOKKUS (Forum Komunikasi Kulawarga Subang) sebagai anggota. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kegiatan kepanitian dalam beberapa event di IPB antara lain INDEX (Indonesia Ecology Expo) tahun 2009 yang diadakan oleh Fakultas Ekologi Manusia, kepanitiaan dalam Masa Perkenalan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat tahun 2009 dan kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia tahun Penulis juga aktif sebagai asisten dosen mata kuliah Komunikasi Kelompok pada tahun

9 9 KATA PENGANTAR Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Migrasi Internasional Perempuan Desa dan Pemanfaatan Remitan (Studi Kasus Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat) sebagai syarat kelulusan dari Progran Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini dituliskan berdasarkan penelitian lapangan yang penulis lakukan terhadap masyarakat di Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Jawa Barat dan dimaksudkan untuk mengkaji faktor penyebab perempuan desa melakukan migrasi internasional tenaga kerja, yang dilihat dari faktor pendorong dari daerah asal dan faktor penarik dari daerah tujuan, dan pemanfaatan remitan oleh keluarga migran. Kondisi daerah asal migran yaitu Desa Pusakajaya menjadi menarik dikaji ketika banyak warganya yang lebih memilih bekerja ke luar negeri dibanding tetap tinggal di desanya. Hasil pemanfaatan remitan lebih banyak digunakan migran untuk konsumsi, hal ini disebabkan karena tujuan utama migran menjadi TKW adalah memang untuk bekerja memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya. Penulisan skripsi ini pada pelaksanaannya tidak terlepas dari adanya dukungan dan peran serta berbagai pihak. Maka dari itu, ucapan terima kasih penulis haturkan kepada para pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Besar harapan tulisan ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembaca dan dapat menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Bogor, Oktober 2011 Tuty Irawaty

10 10 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam berkat nikmat iman, rahmat, dan ridho-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga tidak lupa menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada beberapa pihak yang telah dengan ikhlas membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Terima kasih nan tulus kepada Ibu Dr. Ir. Ekawati Sri Wahyuni, MS. sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam berbagi ilmu dan pengalaman, atas kesabarannya dalam membimbing, memberikan kritik dan saran serta selalu memberikan motivasi yang sangat membantu penulis dalam penulisan skripsi ini. Kepada Ibu Dr.Ir. Titik Sumarti MC. MS dan Bapak Ir. Dwi Sadono M.Si selaku penguji utama dalam sidang skripsi ini, dan selanjutnya kepada Dr. Ir. H. Amiruddin Saleh, MS. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan, semangat dan selalu membantu penulis dalam menghadapi permasalahan akademik serta atas kepercayaannya menjadikan penulis sebagai asisten dosen mata kuliah Komunikasi Kelompok. Penulis berterima kasih kepada Kepala Desa Pusakajaya dan Kepala Kecamatan Pusakajaya, serta kepada aparat Desa Pusakajaya atas bantuannya yang memudahkan penulis dalam pengumpulan data di lapangan. Terima kasih kepada keluarga besar di Desa Pusakajaya, responden dan informan yang bersedia berbagi pengalaman yang berguna bagi penelitian ini. Terima kasih atas dukungan, keramahan, dan doa tulusnya. Terima kasih pula kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menulis dan menuangkan pikiran melalui diskusi-diskusi yang berarti, khususnya Dina Nurdinawati, Turasih, Laras Sirly Safitri, dan Ayu Candra. Terima kasih atas dukungannya yang senantiasa selalu menyemangati penulis dalam menulis skripsi ini. Penulis juga berterima kasih kepada sejumlah rekan: Dinda, Pia, Meutia, Karin, Cae, Oci, Puput-puca, Syifa, Konny, Cristin, Novita, Helmi, Arsyad, dan Diadji Kuntoro yang selalu menjadi tempat berbagi cerita,

11 11 suka, dan duka, memberikan semangat kepada penulis dalam penulisan skripsi ini dan atas warna yang kita lalui selama di bangku perkuliahan. Sahabat-sahabat TPB A20; Aje, Ari Tam-tam, Tiara, Windi, Ikhsan, Gilang, Parubahan, Yunita, Lia Juwita, Khamdan, Rasyid, Jo, dan Fitria, yang memberikan keceriaan awal di IPB. Keluarga Fauziah: Mba Kiki, Ineu, Kak Lalis, Kak Dea, Kak Fani, terima kasih telah menjadi keluarga kedua penulis selama di Bogor. Tak lupa kepada Ricy Pratama, terima kasih atas semangat, motivasi, dan waktu yang telah dilewat selama ini yang sangat berarti bagi penulis. Last but not least, terima kasih sangat tulus penulis ucapkan kepada kedua orangtua: ayahanda tercinta, Surya Irawan -atas segala upaya yang dilakukan selama ini untuk penulis, atas sayangnya yang besar kepada penulis, atas semua cucuran keringat dan perjuangan yang tiada henti untuk mendukung semangat penulis dalam melangkah melewati semua tantangan dan cobaan selama penyelesaian studi- dan ibunda tersayang, Acih Eti Selowati -atas perhatiannya, kasih sayangnya, cinta, dan doanya yang selalu tercurah kepada penulis tiada henti-. Terima kasih kepada keluarga besar penulis, ade noung Kiki Maulinda Irawan yang selalu memberi keceriaan, aa Heryanto Setiawan dan teteh Herawati Irawan yang selalu memberikan dukungan, motivasi, dan semangat dalam penulisan skripsi ini. Skripsi ini penulis dedikasikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini dan kepada mereka yang berminat atas studi migrasi kependudukan. Bogor, Oktober 2011 Tuty Irawaty

12 12 xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN... xii xiv xvi xvii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 5 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Migrasi Internasional dan Faktor yang Mempengaruhinya Migrasi Sebagai Strategi Nafkah Keluarga Remitan Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Konseptual Definisi Operasional BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Penentuan Responden Pengolahan dan Analisis Data BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Kependudukan Potensi Sarana dan Prasarana Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Pusakajaya Ikhtisar Bab IV BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 5.1 Faktor di Daerah Asal Faktor di Daerah Tujuan Karakteristik Responden... 39

13 xiii Umur Status Pernikahan Tingkat Pendidikan Jenis Pekerjaan Suami/Kepala Keluarga Status Ekonomi Keluarga Jumlah Tanggungan Ekonomi Keluarga Lama Waktu Bekerja Menjadi TKW dan Negara Tujuan Berdasarkan Karakteristik Responden Ikhtisar Bab V BAB VI POLA PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Tingkat Remitan Berdasarkan Lama Waktu dan Negara Tujuan Tingkat Remitan Berdasarkan Karakteristik Responden Ikhtisar Bab VI BAB VIII PENUTUP 7.1 Simpulan Implikasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 65

14 14 xiv DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman Tabel 1 Komposisi Penduduk Desa Pusakajaya Berdasar Umur Tahun Tabel 2 Komposisi Penduduk Desa Pusakajaya Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 3 Tabel 4 Komposisi Penduduk Desa Pusakajaya Menurut Mata Pencaharian Tahun Alasan Responden Melakukan Migrasi Internasional, Desa Pusakajaya Tahun Tabel 5 Tabel 6 Alasan Responden Melakukan Migrasi Internasional Sesuai Negara Tujuan, Desa Pusakajaya Tahun Perubahan Jumlah Migran yang Bekerja Sebelum dan Sesudah Responden Bermigrasi, Desa Pusakajaya Tahun Tabel 7 Jumlah dan Persentase TKW Menurut Jenis Pekerjaan, Desa Pusakajaya Tahun Tabel 8 Karakteristik Pribadi Responden di Desa Pusakajaya Tahun Tabel 9 Tabel 10 Jumlah dan Persentase Keluarga TKW Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga, Desa Pusakajaya Tahun Pendapatan Sekarang Rumah Tangga Migran, Desa Pusakajaya Tahun Tabel 11 Jumlah dan Persentase Keluarga TKW Menurut Jumlah Tanggungan Ekonomi Keluarga, Desa Pusakajaya Tahun Tabel 12 Pengalaman Negara Tujuan Migran Berdasarkan Karakteristik Responden Saat Pertama Kali Menjadi TKW, Desa Puskajaya Recall Tahun Tabel 13 Lama Waktu Bekerja Migran Berdasarkan Karakteristik Responden Saat Pertama Kali Menjadi TKW, Desa Puskajaya Recall Tahun Tabel 14 Tabel Pengiriman Remitan Berdasarkan Tingkat Remitan, Desa Pusakajaya Tahun Tabel 15 Tabel Pemanfaatan Remitan Rumah tangga Migran, Desa Pusakajaya Tahun

15 15 xv Tabel 16 Tabel 17 Tabel 18 Tingkat Remitan Berdasarkan Karakteristik Responden, Desa Pusakajaya Tahun Tingkat Remitan Migrasi Internasional Perempuan di Desa Pusakajaya Berdasarkan Negara Tujuan Tahun Tingkat Remitan Migrasi Internasional Perempuan di Desa Pusakajaya Berdasarkan Lama Waktu Tahun

16 16 xvi DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman Gambar 1 Jumlah Tenaga Kerja Migran yang Meninggalkan Indonesia Tahun Gambar 2 Peningkatan Remitan Masuk ke Indonesia Tahun Gambar 3 Kecendrungan Migrasi Tenaga Kerja dari Indonesia Tahun Gambar 4 Negara Tujuan Utama Pekerja Migran Perempuan Indonesia Tahun 2006 Gambar 5 Negara Tujuan Utama Pekerja Migran Laki-laki Indonesia Tahun Gambar 6 Kerangka Pemikiran Gambar 7 Pengiriman Remitan Kepada Keluarga Migran di Desa Pusakajaya Berdasarkan Kerutinan Tahun

17 17 xvii LAMPIRAN Nomor Halaman Gambar 1 Sketsa Lokasi Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat Tahun Gambar 2 Sketsa Desa Pusakajaya Tahun

18 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena penting pada era globalisasi. Perempuan Indonesia perdesaan terutama kalangan menengah ke bawah hampir seluruhnya terlibat dalam kegiatan ekonomi. Mereka berupaya memperbaiki ekonomi keluarga hingga meninggalkan desa dan mencari alternatif pekerjaan. Kemampuan wanita dalam memberikan kontribusi secara ekonomi terhadap pendapatan keluarga/rumah tangganya, akan meningkatkan status sosial keluarganya dalam masyarakat, namun keterbatasan keterampilan dan kemampuan dalam menguasai teknologi menjadi penghambat dalam mencari pekerjaan. Selain itu, semakin meningkatnya globalisasi menuntut persaingan yang lebih ketat lagi, warga masyarakat dengan kemampuan yang serba terbatas akan terpinggirkan dari dunia kerja. Melihat peran perempuan dalam kajian-kajian strategi ekonomi rumah tangga (livelihood strategies), nampak jelas bagaimana pentingnya kerja para perempuan desa untuk kelangsungan hidup keluarga mereka (Ellis 1998 dalam Wulan 2010). Salah satu startegi nafkah yang dilakukan perempuan desa untuk menyelamatkan ekonomi keluarga adalah melakukan migrasi internasional. Kurangnya kesempatan kerja dan banyaknya pengangguran selama krisis ekonomi telah mendorong banyak pekerja Indonesia yang mencari kerja di luar negeri. Berdasarkan data tahun yang dijelaskan oleh BNP2TKI (2006) dalam IOM (2010) dan data tahun yang dijelaskan oleh BNP2TKI (2010), menggambarkan sebanyak tenaga kerja migran meninggalkan Indonesia pada tahun Kemudian tahun 2000, tenaga kerja migran meninggalkan Indonesia. Tahun 2004, sebanyak tenaga kerja migran meninggalkan Indonesia, namun terjadi penurunan tenaga kerja migran yang meninggalkan Indonesia pada tahun 2001 dan Hal ini terjadi karena adanya penutupan sementara penempatan tenaga kerja ke Timur Tengah dan Taiwan, diperketatnya persyaratan tenaga kerja, berjangkitnya wabah SARS di sejumlah

19 2 negara di tujuan penempatan di Asia Pasifik, dan terjadinya perang di Timur Tengah (Buchori 2006). BNP2TKI (2010) menambahkan bahwa peningkatan jumlah tenaga kerja kembali terjadi, tahun 2006 sebanyak tenaga kerja migran meninggalkan Indonesia. Kemudian pada tahun 2007 sebanyak tenaga kerja migran meninggalkan Indonesia, dan tahun 2008 sebanyak orang. Pada tahun 2009, sedikit mengalami penurunan, yaitu sebanyak tenaga kerja migran yang meninggalkan Indonesia (Gambar 1). 800, , , , , , , , , , , , , , , , Sumber: (1) Data Tahun oleh BNP2TKI (2006) dalam IOM (2010) (2) Data Tahun oleh BNP2TKI (2010) Gambar 1 Jumlah Tenaga Kerja Migran yang Meninggalkan Indonesia Seiring dengan perkembangan migrasi tersebut di atas, secara global tampak bahwa fenomena migrasi perempuan diindikasikan semakin mendominasi perkembangan tersebut. Dalam dua dekade terakhir, terjadi pergeseran perilaku dan kecendrungan migrasi, yakni semakin mendominasinya perempuan dalam proses migrasi internasional (Martin 2003 dalam Wulan 2010). Pada periode 1996 terdapat 44 persen migran laki-laki dan 56 persen migran perempuan dari setiap 100 persen tenaga kerja migran yang meninggalkan Indonesia, sementara pada tahun 2007 pekerja migran perempuan telah mencapai 78 persen dan pekerja lakilaki menurun menjadi 22 persen (BNP2TKI 2006 dalam IOM 2010). Di Indonesia, proses feminisasi migrasi internasional telah menyebabkan munculnya daerah-daerah pengirim migran perempuan, seperti Cilacap, Wonosobo (Jawa Tengah), Indramayu, Cianjur, dan Subang (Jawa Barat), Kulon Progo

20 3 (Yogyakarta), dan beberapa daerah di Jawa Timur dan di luar Jawa (Bank Dunia 2006 dalam Wulan 2007). Secara ekonomis, usaha pemerintah mengenai program pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri tidaklah sia-sia karena peningkatan jumlah TKI berarti peningkatan devisa negara serta pengurangan jumlah pengangguran. Hal ini seperti yang tertuang di dalam Tap MPR No II/MPR/1993, tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara telah digariskan bahwa pengiriman tenaga kerja Indonesia (wanita) ke luar negeri pada hakekatnya merupakan jasa penghasil devisa, diselenggarakan dengan efisien dan dengan memberikan kemudahan serta perlindungan yang diperlukan baik di dalam maupun di luar negeri. Hal ini merupakan perencanaan dari ketenagakerjaan nasional dengan tetap memperhatikan harkat dan martabat serta nama baik bangsa dan negara (Martoyo 1997 dalam Salama 2004). Salah satu isu penting terkait dengan migrasi adalah dampak ekonomi, khususnya aspek remitan. Penggunaan istilah ekspor tenaga kerja memunculkan harapan agar para pekerja migran membawa remitan tidak hanya bagi keluarganya tetapi juga untuk negara (Wulan 2010). Peningkatan remitan dijelaskan pada Gambar US$ Milyar Sumber: Bank Dunia (2008) dalam IOM (2010) Gambar 2 Peningkatan Remitan Masuk ke Indonesia Tahun

21 4 Hasil remitansi dari TKI, tercatat sekitar US$ 1,2 milyar setiap tahunnya dari tahun 1998 hingga 1999, dan meningkat sampai hampir US$ 2 milyar pada tahun Pada tahun 2002 jumlah remitansi mencapai US$ 2,1 milyar, tahun 2003 sebesar US$ 1,49 milyar dan menurun kembali di tahun 2004 hingga US$ 1 milyar seiring dengan menurunnya jumlah pekerja migran Indonesia. Tahun 2008, total remitansi diperkirakan mencapai US$ 6,6 milyar, namun secara riil, total remitansi lebih besar lagi karena banyak remitansi yang tidak tercatat (Buchori 2006). Beberapa penemuan penelitian menunjukkan bahwa remitan yang diperoleh para migran, umumnya dikirimkan ke daerah asal, diharapkan dapat menjadi penghasilan yang bisa diinvestasikan dan digunakan ketika mereka kembali, sehingga mampu meningkatkan status mereka di dalam masyarakatnya (Chant 1998; Deans 2006; Ramos 2002 dalam Mukbar 2009). Desa Pusakajaya yang terletak di Kabupaten Subang Jawa Barat merupakan desa dimana penduduknya sering melakukan migrasi ke luar negeri. Dirjen Benapenta Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia tahun 2000 sebagaimana dikutip Kustini (2002) menjelaskan bahwa Kabupaten Subang merupakan kabupaten kelima terbanyak mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri di daerah Jawa Barat. Belum banyaknya diteliti mengenai migrasi internasional di daerah Subang, maka penelitian ini merupakan usaha memahami gerak penduduk masyarakat perdesaan di Desa Pusakajaya Kabupaten Subang khususnya perempuan ke luar negeri yang merupakan fenomena migrasi internasional. Fenomena ini akan terus berlanjut dan diperkirakan akan meningkat pada masa yang akan datang. Kajian mengenai migrasi internasional menarik dan penting dilakukan untuk mengetahui penyebab terjadinya migrasi internasional pada perempuan desa serta melihat pemanfaatan remitan yang dilakukan oleh keluarga migran. 1.2 Perumusan Masalah Perempuan desa melakukan mobilitas ke luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler. Kaum migran, baik yang bekerja di perkotaan ataupun menjadi buruh migran di luar negeri (TKW) memiliki kontribusi yang penting dalam perekonomian di desanya. Hasil yang mereka peroleh selama bekerja

22 5 menjadi migran akan menimbulkan berbagai dampak seperti adanya peningkatan jumlah uang yang beredar di desa tempat asal migran, perubahan gaya hidup, dan peningkatan status sosial keluarga migran. Hal tersebut berarti uang yang dikirimkan migran ke daerah asal tidak hanya berdampak pada segi ekonomi, tapi juga sosial. Sebelum melihat lebih lanjut dampak yang ditimbulkan dari pengiriman uang tersebut, perlu dilihat lagi faktor penyebab perempuan desa melakukan migrasi internasional dan bagaimana pemanfaatan remitan yang dilakukan keluarga migran. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apa faktor penyebab perempuan desa melakukan migrasi internasional? 2. Bagaimana pemanfaatan remitan di rumah tangga migran? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah tersebut, yaitu: 1. Mengkaji faktor penyebab perempuan desa melakukan migrasi internasional. 2. Mengkaji pemanfaatan remitan dalam rumah tangga migran. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna untuk: 1. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengkaji secara ilmiah mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi internasional yang dilakukan oleh perempuan desa dan pemanfaatan remitan. 2. Menambah literatur bagi kalangan akademisi dalam mengakaji masalah migrasi internasional. 3. Acuan dalam pelaksanaan pemberdayaan perempuan perdesaan bagi kalangan non akademisi, masyarakat, swasta, dan pemerintah. 4. Acuan bagi Pemerintah dalam penetapan kebijakan mengenai Tenaga Kerja Indonesia.

23 BAB II PENDEKATAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Pustaka Migrasi Internasional dan Faktor yang Mempengaruhinya Hasil studi mengenai migrasi yang dilakukan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) oleh Puslitbang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPT-LIPI) dan The Australian National University (ANU) tahun 1996 menyebutkan bahwa pola migrasi internasional yang terjadi di KTI dapat dikelompokkan menjadi perpindahan pengungsi (refugee movements), perpindahan lintas batas dan perpindahan tenaga kerja internasional. Perpindahan pengungsi dapat terjadi disebabkan adanya peperangan atau berkaitan dengan faktor politik misalnya terjadi kerusuhan. Perpindahan lintas batas yaitu perpindahan yang bersifat jangka pendek, tidak terdokumentasi dan kejadian ini terjadi sebelum batas-batas antar negara ditentukan. Ketika batas Kalimantan Timur dan Sabah belum jelas, terjadi perpindahan migrasi sirkuler, sedangkan perpindahan tenaga kerja internasional adalah perpindahan yang dilakukan karena melakukan pekerjaan sementara, berdasarkan kontrak kerja yang telah ditentukan (Raharto 1999). Ananta 1996 dalam Roganda 2004 menyebutkan, migrasi tenaga kerja terjadi karena adanya perbedaan antar negara, terutama dalam memperoleh kesempatan ekonomi. Respon masyarakat terhadap perbedaan kemampuan ekonomi telah menimbulkan kesadaran untuk melakukan migrasi ke daerah yang menjanjikan dengan adanya kesempatan kerja yang lebih baik. Pada intinya, perpindahan tenaga ini disebabkan oleh adanya perbedaan ekonomi antar negara, rendahnya tingkat upah, sulitnya memperoleh pekerjaan yang memadai di negara berkembang serta adanya kesempatan kerja dan upah yang tinggi di negara tujuan. Faktor lain yang mempengaruhi migrasi ke luar negeri yaitu adanya karakteristik individu yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, dan jenis pekerjaan (Salama 2004). Aspek-aspek tersebut erat kaitannya dengan kebutuhan tenaga kerja dari negara penerima yang hanya membutuhkan tenaga kerja untuk sektor domestik

24 7 (pembantu, baby sitter, dan lain-lain) yaitu diperlukan wanita muda dengan tingkat pendidikan formal yang tidak begitu diperhitungkan. Adanya krisis ekonomi pada tahun 1997 semakin memicu peningkatan migrasi buruh internasional. Sebuah penelitian di Indramayu Jawa Barat melihat bahwa migrasi internasional merupakan strategi bertahan hidup di desanya yang krisis (Romdiati 1998 dalam Wulan 2010). Selama krisis ekonomi kecendrungan migrasi internasional menjadi meningkat. Buchori (2006) menyebutkan bahwa sejak tahun 1980-an, migrasi perempuan sebagai pekerja, terutama sektor domestik, mulai terjadi dalam jumlah yang signifikan akibat adanya kebijakan Pemerintah yang mulai mengintegrasikan ekspor buruh ke luar negeri dalam rencana pembangunan. Semakin meningkatnya jumlah pekerja perempuan Indonesia, memunculkan fenomena feminisasi migrasi. Mereka ikut mengambil alih tanggung jawab ekonomi keluarga. Mereka bekerja sebagai buruh tani, buruh perkebunan, pembantu rumah tangga, pemulung, buruh pabrik, dan pekerja migran. Proses ini melanjutkan proses feminisasi kemiskinan yang merupakan proses pemiskinan perempuan secara sistematis, perempuan harus lebih berat menanggung proses beban karena kemiskinan (Wulan 2010). Kecendrungan migrasi tenaga kerja dari Indonesia dijelaskan pada Gambar 3. Berdasarkan persentase, dimulai tahun 1996, jumlah tenaga kerja perempuan tercatat 55,8 persen dari pekerja migran Indonesia, tahun 2000 jumlah tenaga kerja perempuan tercatat 68,3 persen dari pekerja migran Indonesia, dan pada tahun 2004, jumlah tenaga kerja perempuan tercatat 77,9 persen dari pekerja migran Indonesia. Walaupun jumlah pekerja migran Indonesia pada tahun ini mengalami penurunan, namun pekerja migran perempuan masih mendominasi migrasi internasional tersebut (BNP2TKI 2006 dalam IOM 2010). Kemudian pada tahun 2007, pekerja migran Indonesia meningkat kembali, dengan persentase jumlah tenaga kerja perempuan sebanyak 78 persen dari pekerja migran Indonesia, tahun 2008, jumlah tenaga kerja perempuan tercatat 73,3 persen dari pekerja migran Indonesia. Pada tahun 2009, walaupun jumlah tenaga kerja migran Indonesia sedikit mengalami

25 8 penurunan, namun tenaga kerja perempuan mendominasi dengan persentase 83,7 persen dari pekerja migran Indonesia (BNP2TKI 2010). 800, , , , , , , , ,832 (55,8 %) 297,273 (68,3 %) 228,337 (44,2 %) 137,949 (31,7 %) 296,625 (77,9 %) 84,075 (22,1 %) 543,859 (78 %) 152,887 (22 %) 548,637 (73,3 %) 200,188 (26,7 %) 528,984 (83,7 %) 103,188 (16,3 %) Laki-laki Perempuan Sumber: (1) Data Tahun oleh BNP2TKI (2006) dalam IOM (2010) (2) Data Tahun oleh BNP2TKI (2010) Gambar 3 Kecendrungan Migrasi Tenaga Kerja dari Indonesia Malini (2002) dalam Warsito (2010) menambahkan, ada beberapa pendorong Tenaga Kerja Wanita (TKW) ingin bekerja keluar negeri antara lain: (1) dorongan ekonomi, karena kebutuhan hidup yang semakin tinggi, (2) semakin sempitnya lahan pertanian sebagai mata pencaharian mereka sebagai petani, (3) lapangan kerja dalam negeri sempit serta upah yang rendah, sedangkan di luar negeri upahnya tinggi hingga tujuh kali lipat, (4) karena alasan sosial berupa pendidikan yang rendah, (5) demonstration effect, dimana mereka melihat tetangganya hidup enak dan mewah dari hasil bekerja di luar negeri, dan (6) faktor demografi usia muda membuat mereka ingin mempunyai uang yang banyak. Berbagai literatur yang membahas tentang buruh migran perempuan maka banyak ditemukan istilah Tenaga Kerja Indonesia Wanita (TKIW). Menurut Ambaretnani (1999) dikutip oleh Kustini (2002) TKIW adalah sebutan bagi kelompok perempuan Indonesia yang pergi ke luar negeri sebagai buruh tamu. Selain itu ada juga yang menyebutkan istilah TKIW dengan sebutan Tenaga Kerja Wanita (disingkat Nakerwan atau TKW). Menurut Kustini (2002) pengistilahan Buruh Migran Perempuan di atas dengan TKIW dimaksudkan untuk

26 9 menunjukkan asal negara yaitu Indonesia. Mengistilahkan TKIW sama dengan TKW yaitu merujuk kepada semua tenaga kerja perempuan, baik yang bekerja ke luar negeri maupun di dalam negeri, dan istilah tersebut sekaligus membedakan dengan tenaga kerja laki-laki yang dikenal dengan istilah TKI. Pengistilahan tersebut merujuk pada semua tenaga kerja perempuan, akan tetapi banyak orang yang mempersepsikan bahwa istilah TKIW atau TKW adalah buruh perempuan yang melakukan migran ke luar negeri untuk bekerja. Wulan (2010) merangkum berbagai pendekatan dalam menjelaskan proses migrasi, seperti pendekatan teori ekonomi (Todaro 1978), pendekatan psikologi (Fawcett 1978), dan pendekatan demografi dan geografi (Lee 1970; Hugo 1975; dan Mantra 1981). Secara garis besar, Levitt (1996) dalam Wulan (2007) melihat proses migrasi berdasar tiga teori. Teori pertama adalah neoklasik yang melihat hubungan positif antara migrasi dan pembangunan. Teori berikutnya yaitu struktur historis yang cenderung lebih pesimis melihat relasi antara migrasi dan pembangunan dan teori terakhir yang menjembatani teori neoklasik dan struktural historis yaitu migrant network yang menekankan pentingnya jaringan sosial dan rumah tangga. Melihat pengambilan keputusan bermigrasi di tingkat individu dari perspektif geografi, dipengaruhi oleh empat faktor yaitu; (1) faktor-faktor yang ada di daerah asal; (2) faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan; (3) faktor penghalang migrasi; dan (4) faktor individu pelaku migrasi (Lee 1984). Teori lainnya yaitu New Household Economic, yang menjelaskan arus migrasi akan membentuk strategi perekonomian rumah tangga guna memaksimalkan pendapatan dan meminimalkan resiko serta menghilangkan tekanan yang berasal dari kegagalan pasar (Hugo et al dalam Wulan 2010) Wiyono (1994) dalam Pardede (2008) mengemukakan hasil-hasil penelitian dari beberapa penulis, yang menyatakan kondisi daerah asal menjadi pendorong untuk melakukan mobilitas. Tanah pertanian yang tidak subur (keterbatasan sumberdaya alam), kekeringan, lowongan pekerjaan terbatas, merupakan kondisi umum yang dihadapi para migran. Mereka yang tidak dapat meningkatkan taraf hidup di tempat asalnya, pada akhirnya berusaha mengadu nasib di negara tetangga. Mereka umumnya terdiri atas tenaga-tenaga kerja yang

27 10 untrained, seperti buruh bangunan, buruh perkebunan, dan terutama sebagai pembantu rumah tangga (Pardede 2008). Studi migrasi lainnya menunjukkan bahwa faktor ekonomilah yang menjadi penyebab utama. Seperti diungkapkan Lee (1996), Todaro (1979), dan Titus (1982) dalam Mantra (1994) berpendapat bahwa motif seseorang untuk melakukan migrasi adalah motif ekonomi yang berkembang karena ketimpangan ekonomi antar daerah. Dalam menjelaskan faktor pendorong migrasi, Mantra (1994) menguraikan pendapat beberapa ahli yang menyatakan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian makin lama makin meningkat karena luasan lahan pertanian di berbagai wilayah tidak mungkin lagi untuk diperluas. Buchori (2006) menjelaskan data mengenai tingginya permintaan terhadap tenaga kerja wanita di sektor domestik dimulai pada akhir tahun 1970-an, dimana ketika itu terjadi boom minyak di Timur Tengah dan Arab Saudi menjadi negara tujuan utama migran. Kemudian sekitar tahun 1990, negara tujuan pekerja migran bertambah pada negara-negara Asia Tenggara dan Asia Pasifik akibat dibukanya peluang kerja oleh Pemerintah untuk wilayah-wilayah tersebut. Gambar 4 menjelaskan negara-negara tujuan utama pekerja migran perempuan Indonesia Saudi Arabia Kuwait Hongkong Malaysia Taiwan Sumber: BNP2TKI (2010) Gambar 4 Negara Tujuan Utama Pekerja Migran Perempuan Indonesia Pada tahun 2004, jumlah pekerja migran perempuan di Malaysia lebih sedikit dari jumlah pekerja migran laki-laki, sedangkan di Arab Saudi

28 11 kebalikannya, dengan jumlah pekerja migran perempuan di Malaysia sebanyak 49 persen, dan di Arab Saudi sebanyak 94 persen dari total pekerja migran Indonesia yang tercatat. Gambar 5 menjelaskan negara-negara tujuan utama pekerja migran laki-laki Indonesia Saudi Arabia Kuwait Hongkong Malaysia Taiwan Sumber: Buchori (2010) Gambar 5 Negara Tujuan Utama Pekerja Migran Laki-laki Indonesia Djuriah (2000) menyebutkan tujuan program Tenaga Kerja Indonesia adalah sebagai berikut: (1) pemberdayaan tenaga kerja dalam mengisi kesempatan kerja tersedia guna mencapai peningkatan kesejahteraan tenaga kerja dan peningkatan penerimaan negara melalui pemasukan devisa dan (2) untuk meningkatkan keberhasilan usaha jasa penempatan tenaga kerja dalam pembinaan sumberdaya manusia dengan memperhatikan harkat dan martabat bangsa dan negara melalui pendayagunaan permintaan pasar kerja ke luar negeri, sekaligus memperluas wawasan kerja Tenaga Kerja Wanita. Pada prinsipnya tujuan program TKW adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan meningkatkan penerimaan devisa negara Migrasi Sebagai Strategi Nafkah Keluarga Semakin sempitnya lahan pertanian dan tingginya tingkat konversi lahan ke non-pertanian 1, serta relatif kecilnya pendapatan dari usahatani, mencerminkan keterbatasan (miskin secara ekonomi) yang umum melekat pada petani, sehingga 1 Soemaryanto Dapat diakses dari:

29 12 rumah tangga petani melakukan strategi nafkah dengan berupaya memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya untuk bertahan hidup (Scoones, 1998). Kurang mencukupinya pendapatan dari usahatani semata memicu rumah tangga petani miskin untuk mencari tambahan pendapatan dari luar pertanian. Pekerjaan non formal, seperti: tukang/buruh bangunan, dagang, industri rumah tangga, PRT (Pembantu Rumah tangga), pengamen, pengemis, pemulung, atau menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia), mengindikasikan terdapatnya diversifikasi usaha rumah tangga petani sebagai sumber pendapatan di perdesaan. Selain diversifikasi usaha (pola nafkah ganda) tersebut, usaha lainnya yang dilakukan mereka adalah migrasi (rekayasa spasial). Seperti yang diungkapkan Effendi (2004), bahwa gejala mobilitas dan migrasi pekerja yang terjadi di negara-negara sedang berkembang merupakan suatu strategi untuk mempertahankan kelangsungan rumah tangga petani. Gambaran pertanian sebagai tulang punggung perekonomian perdesaan kondisinya tampak menyedihkan, sebagian besar pelaku di sektor pertanian ternyata hanya menjadi buruh semata karena ketiadaan tanah yang mereka miliki dan kalaupun memiliki tanah, jumlahnya relatif kecil. Sementara itu, para pemilik modal besar banyak yang masuk ke desa dan menggeser status kepemilikan lahan dari kelompok miskin (Chalid 2006 dalam Mukbar 2009). Fenomena baru yang kemudian muncul di perdesaan yaitu lapisan bawah dan menengah di perdesaan mampu menjawab tantangan hidup dengan pergi ke luar negeri untuk bekerja dan sebagian besar gajinya dikirim kembali ke desa asal. Perubahan dalam sistem sosial pasti terjadi. Hubungan patron-klien mungkin sudah mulai renggang dan stratifikasi sosial telah berubah. Effendi (2004) mengungkapkan bahwa mobilitas pekerja perlu dilihat sebagai salah satu strategi mempertahankan kelangsungan hidup rumah tangga perdesaan untuk merespon perubahan-perubahan cara produksi sebagai akibat perluasan sistem pasar dan tidak meratanya akses untuk menguasai faktor-faktor produksi. Dalam Sosiologi Nafkah, Dharmawan (2006) memberikan penjelasan bahwa livelihood memiliki pengertian yang lebih luas daripada sekedar means of living yang bermakna sempit mata pencaharian. Dalam sosiologi nafkah,

30 13 pengertian strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (strategi penghidupan) daripada means of living strategy (strategi cara hidup). Pengertian livelihood strategy yang disamakan pengertiannya menjadi strategi nafkah (dalam bahasa Indonesia), sesungguhnya dimaknai lebih besar daripada sekedar aktifitas mencari nafkah belaka. Sebagai strategi membangun sistem penghidupan, maka strategi nafkah bisa didekati melalui berbagai cara atau manipulasi aksi individual maupun kolektif. Strategi nafkah bisa berarti cara bertahan hidup atau memperbaiki status kehidupan. Strategi nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu maupun kelompok dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan eksistensi infrastruktur, struktur sosial, dan sistem nilai budaya yang berlaku. Merujuk pada Scoones (1998), dalam penerapan strategi nafkah, rumah tangga petani memanfaatkan berbagai sumberdaya yang dimiliki dalam upaya untuk dapat bertahan hidup. Scoones membagi tiga klarifikasi strategi nafkah (livelihood strategy) yang mungkin dilakukan oleh rumah tangga petani, yaitu: (1) Rekayasa sumber nafkah pertanian, yang dilakukan dengan memanfaatkan sektor pertanian secara efektif dan efisien baik melalui penambahan input eksternal seperti teknologi dan tenaga kerja (intensifikasi), maupun dengan memperluas lahan garapan (ekstensifikasi); (2) Pola nafkah ganda (diversifikasi), yang dilakukan dengan menerapkan keragaman pola nafkah dengan cara mencari pekerjaan lain selain pertanian untuk menambah pendapatan, atau dengan mengerahkan tenaga kerja keluarga (ayah, ibu, dan anak) untuk ikut bekerja - selain pertanian- dan memperoleh pendapatan; (3) Rekayasa spasial (migrasi), merupakan usaha yang dilakukan dengan menggunakan mobilitas ke daerah lain di luar desanya, baik secara permanen maupun sirkuler untuk memperoleh pendapatan. Kontribusi perempuan dalam mencari nafkah rumah tangga (dalam hal ini menjadi buruh migran perempuan), dalam kajian livelihood strategies ini merupakan suatu bentuk keterpaksaan akibat ketidakmampuan kepala rumah tangga berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarga. Ketika secara ekonomi kepala keluarga tidak mampu mengangkat perekonomian keluarga, maka anak laki-laki maupun anak perempuan menjadi pencari nafkah yang lain. Mekanisme

31 14 ini dikenal sebagai strategi bertahan hidup yang menjelaskan bahwa migrasi merupakan salah satu strategi diantara strategi-strategi yang lain (Ellis 2000 dalam Wulan 2010). Bagi rumah tangga yang mengirimkan angota keluarganya untuk bekerja di daerah lain dan melakukan mobilitas non permanen memiliki probabilitas miskin yang lebih rendah dibandingkan mereka yang stayer (Toesilaningsih 2010) Remitan Pada awalnya pengertian remitan adalah pengiriman uang atau barang (Caldwell 1969 dalam Murdiyanto 2001). Dalam penelitian di Ghana itu Caldwell menyatakan bahwa arus balik yang berupa uang dan barang merupakan aspek yang paling penting dengan adanya arus migrasi keluar dilihat dari segi ekonomi. Selain remitan berupa uang dan barang, Wulan (2010) menyebutkan bahwa remitan dapat berupa gagasan atau ide-ide, pengetahuan, dan pengalaman baru yang diperoleh selama bekerja di kota. Penelitian lainnya mengenai mobilitas di Jawa Barat menyebutkan bahwa satu hal yang penting yang dihasilkan oleh migran dari desa di Jawa Barat adalah pengiriman uang atau barang yang dihasilkan oleh migran di kota untuk keluarganya yang masih menetap di desa. Remitan merupakan faktor yang amat penting untuk membina hubungan dengan daerah asal. Keluarga batih merupakan suatu kesatuan sosial ekonomi, maka bagi migran bujangan, remitan diberikan kepada orang tuanya, sedangkan bagi yang telah menikah diberikan kepada istrinya (Hugo 1981). Kalau dilihat dari kondisi daerah asal, maka terdapat perbedaan keteraturan remitan antara desa yang miskin dengan desa yang relatif lebih baik kondisi lahannya. Desa miskin lebih menggantungkan kehidupan perekonomiannya pada remitan daripada desa yang kondisi lahannya lebih baik. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Hull (1975) dalam Murdiyanto (2001) di Jawa yang menyatakan bahwa semakin miskin suatu keluarga makin bergantung kepada bantuan ekonomi dari anak. Menurut Salama (2004), pengaruh migrasi internasional terhadap kesejahteraan rumah tangga ditandai dengan adanya pengiriman remitan oleh migran. Remitan tersebut diantaranya digunakan untuk memperbaiki rumah, pendidikan anak, kesehatan keluarga, dan untuk modal usaha. Kiriman (remitan)

32 15 merupakan komponen utama dalam melestarikan ikatan dengan daerah asal. Selain itu, uang kiriman dapat menopang pendapatan rumah tangga yang ditinggalkan di daerah asal. Uang kiriman umumnya tidak diinvestasikan ke lahan pertanian, tetapi dibelanjakan untuk keperluan sosial atau kebutuhan konsumtif (Forbes 1986 dalam Effendi 2004). Hal berbeda disimpulkan oleh Hadisupadmo (1991) dalam Murdiyanto (2001), dalam penelitiannya di Gunung Kidul, Hadisupadmo menyimpulkan bahwa alokasi remitan tidak hanya untuk kebutuhan konsumtif belaka, tetapi juga diinvestasikan dalam jangka panjang seperti membiayai sekolah anak-anak, meningkatkan produksi pertanian, membeli ternak, membeli lahan pertanian dan sebagainya. Di Desa Pringgading Lombok Timur, keluarga migran memanfaatkan remitan untuk memperbaiki rumah, karena rumah dianggap sebagai simbol keberhasilan migran, disamping dapat meningkatkan status sosialnya dalam masyarakat (Tamtiari 1999 dalam Zid 2010). Hal serupa diungkapkan Hugo (1981) yang menggambarkan bahwa sebesar 60 persen dari pendapatan rumah tangga di desa migran didapatkan dari remitan. Rumah tangga yang menerima remitan menggunakan remitan dari hari ke hari untuk berbagai keperluan, seperti kebutuhan konsumsi, pendidikan, dan investasi barang/tanah. Investasi lainnya dapat berupa perbaikan rumah tempat tinggal keluarga migran. Rumah merupakan suatu simbol kekayaan dan gengsi di perdesaan Jawa Barat dan suatu hal yang penting bagi migran karena ini merupakan suatu simbol kesuksesan bekerja di kota yang paling terlihat. Pada beberapa kondisi, banyak keluarga migran yang mengandalkan remitan sebagai penghasilan utama dalam keluarganya, namun remitan bisa jadi merupakan sumber pendapatan lain dalam rumah tangganya, baik melalui diversifikasi usaha per individu maupun mata pencaharian lain dari setiap anggota rumah tangga (Mulyoutami 2003 dalam Mukbar 2009). Remitan dapat membantu distribusi modal ke perdesaan, terutama peluang berusaha dan bekerja. Kolopaking (2000) dalam Zid (2010) dalam penelitiannya di Wargabinangun Cilacap menemukan pola khas penggunaan uang yang dilakukan keluarga migran yaitu untuk memperbaiki rumah, membeli motor, ternak, tanah, dan membiayai pendidikan anak atau saudara. Raharto (1999)

33 16 dalam penelitiannya di Desa Bantala, Flores Timur, menjelaskan komposisi penggunaan remitan yaitu sebanyak 47 persen penggunaan remitan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga, 25 persen untuk membayar hutang, sebanyak 18 persen untuk membiayai anak sekolah, dan sebanyak 10 persen untuk perbaikan kondisi rumah. Mantra (1989) dalam Mukbar (2009) menunjukkan kesimpulan secara umum tentang pola investasi pendapatan migran, yaitu: (a) Sebagian besar investasi digunakan untuk investasi materi. Hal ini menggambarkan keinginan untuk memiliki barang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, sebagai simbol status sosial yang berperan penting bagi sebagian migran; (b) Penggunaan investasi untuk pendidikan pun menjadi salah satu hal yang penting bagi sebagian migran yang dilihat dari tingginya pendidikan anak/adik para migran; (c) Sebagian kecil migran melakukan investasi pendapatan dalam bentuk investasi modal, baik untuk pembukaan usaha ataupun pengembangan usaha; (d) Kemudian investasi sosial seperti menyantuni orang tua. 2.2 Kerangka Pemikiran Secara ringkas alur penelitian ini digambarkan dalam kerangka pemikiran seperti Gambar 6. Faktor Penyebab Migrasi Internasional: a) Faktor di Daerah Asal b) Faktor di Daerah Tujuan TKW Tingkat Remitan Memberikan pengaruh Menghasilkan Pemanfaatan Remitan: - Konsumsi - Produksi - Investasi Pendidikan - Investasi Ekonomi - Investasi Sosial Gambar 6 Kerangka Pemikiran

34 17 Migrasi merupakan usaha yang dilakukan perempuan desa untuk memperoleh pendapatan dan membantu meningkatkan status sosial keluarga migran. Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) menerangkan tentang proses pengambilan keputusan untuk bermigrasi yang dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan, faktor-faktor rintangan, dan faktorfaktor pribadi. Dalam penelitian ini akan dijelaskan dua faktor penyebab utama yaitu faktor- faktor di daerah asal dan faktor-faktor di daerah tujuan. Remitan yang dihasilkan migran tersebut diduga dipengaruhi oleh lamanya waktu dan negara tujuan. Remitan dapat digunakan sebagai bentuk investasi dalam proses produksi yang menguntungkan. Hal ini pun membuktikan mengenai hubungan positif antara remitan dengan bentuk investasi. Mantra (1989) dalam Mukbar (2007) menjelaskan tentang pola investasi pendapatan migran, yaitu: (a) sebagian besar investasi digunakan untuk investasi materi, (b) penggunaan investasi untuk pendidikan, (c) sebagian kecil migran melakukan investasi pendapatan dalam bentuk investasi modal, (d) kemudian investasi sosial. Dalam penelitian ini, pemanfaatan remitan dibagi menjadi; (a) konsumsi yang meliputi konsumsi primer (sandang, pangan, dan papan), konsumsi sekunder (membayar hutang, biaya, kesehatan, hajatan, dan lain-lain), dan konsumsi tersier; (b) produksi; dan (c) investasi pendidikan (formal dan informal), investasi ekonomi, dan investasi sosial (sumbangan migran untuk pembangunan desa). 2.3 Hipotesis Penelitian Sesuai dengan inti masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka diajukan hipotesis inti sebagai berikut: 1. Diduga kondisi di daerah asal seperti ketidaktersediaan lapangan pekerjaan dan kondisi di daerah tujuan yang menyediakan lapangan pekerjaan dengan upah yang tinggi menjadi faktor penyebab yang kuat perempuan desa melakukan migrasi. 2. Diduga remitan dalam rumah tangga migran akan dialokasikan dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi, produksi, investasi pendidikan, investasi ekonomi, dan investasi sosial, serta membentuk pola umum yaitu untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi.

35 Definisi Konseptual 1. Faktor di daerah asal, merupakan keadaan-keadaan di daerah asal yang dirasakan responden dan memungkinkan untuk mendorong mereka melakukan mobilitas penduduk ke luar desa, menahan untuk tetap tinggal di desa, atau tidak berpengaruh apa-apa. Faktor tersebut antara lain: kemiskinan, lapangan kerja yang minim, upah yang rendah, dan tidak mempunyai lahan pertanian. 2. Faktor di daerah tujuan, merupakan keadaan-keadaan di luar desa yang dirasakan responden dan memungkinkan untuk menarik mereka melakukan migrasi internasional, menahan responden untuk melakukan mobilitas penduduk ke daerah tersebut, atau tidak berpengaruh apa-apa. Faktor tersebut antara lain: upah yang tinggi, tersedianya lapangan pekerjaan, kesamaan agama, waktu keberangkatan yang relatif cepat, kesamaan bahasa/etnik, dan dapat melakukan ibadah haji/umroh. 3. Pemanfaatan Remitan adalah distribusi pendapatan/remitan yang dikirimkan migran ke daerah asalnya atau hasil upah migran selama bekerja di luar negeri yang digunakan untuk kebutuhan: a) Konsumsi, diukur dari remitan yang habis digunakan untuk kebutuhan primer (sandang, pangan, dan papan), sekunder (kebutuhan nonpangan, seperti biaya pernikahan, hajatan, kesehatan, pembayaran hutang, dan lain-lain), dan tersier (perhiasan dan kendaraan mewah). b) Produksi, yang diukur dari remitan yang habis digunakan untuk menunjang proses produksi, seperti pupuk, bibit, dan lain-lain. c) Investasi, yang dikategorikan menjadi tiga, yaitu: (1) Investasi Sumberdaya Manusia, berupa pendidikan formal dan pendidikan informal; (2) Investasi ekonomi, yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai modal untuk memperoleh penghasilan kembali, seperti membeli ternak, sawah, tanah, memperluas dan membuka usaha; (3) Investasi sosial, berupa sumbangan ke desa, masjid/sarana publik lainnya. 2.5 Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian migrasi internasional perempuan desa dan pemanfaatan remitan adalah:

36 19 1. Karakteristik individu adalah hal-hal yang melekat pada diri seseorang yang menunjukkan identitasnya. Karakteristik individu terdiri dari: a) Usia/umur ketika pertama kali responden menjadi TKW, digolongkan menjadi dua, yaitu: x 21 tahun dan x > 21 tahun. Usia/umur responden saat ini, yaitu: x 36 tahun dan x > 36 tahun. Penggolongan ini ditentukan berdasarkan sebaran umur responden. b) Tingkat pendidikan, yang digolongkan menjadi tiga, yaitu: rendah (tidak tamat SD), sedang (tamat SD), dan tinggi (tamat SMP dan tamat SMA). c) Status pernikahan, yaitu menikah, janda, dan belum menikah. d) Status pekerjaan suami, yaitu formal dan informal (buruh, pedagang, jasa, supir, dan petani). e) Jumlah tanggungan ekonomi, yaitu jumlah anggota keluarga yang secara ekonomis masih menjadi tanggungan keluarga dalam hal pendidikan. Digolongkan menjadi dua yaitu jumlah tanggungan < 2 dan jumlah tanggungan Lama waktu kerja TKW merupakan waktu bekerjanya TKW di luar negeri yang dihitung dengan tahun. Lama waktu tersebut yaitu: kategori 1 = kurang dari sama dengan lima (x 5) tahun, dan kategori 2 = lebih dari lima (x > 5) tahun. 3. Negara tujuan adalah negara dimana migran ditempatkan untuk bekerja. Negara-negara tersebut yaitu: Kategori 1 : Timur Tengah (Arab Saudi, Yordania, Kuwait, Abu Dhabi, Qatar, Bahrain) kategori 2 : Asia Timur (Hogkong dan Taiwan), dan Malaysia kategori 3 : Campuran (Timur Tengah dan Asia Tenggara) 4. Tingkat penghasilan rumah tangga yaitu jumlah pemasukan yang diterima keluarga sebagai upah dari pekerjaan yang dilakukan anggota keluarga, termasuk remitan dan diukur dalam rupiah setiap bulannya, dikategorikan menjadi: a. Rendah, yaitu pendapatan Rp Rp b. Sedang, yaitu Rp < pendapatan < Rp

37 20 c. Tinggi, yaitu pendapatan Rp Rp Tingkat remitan tenaga kerja wanita merupakan pengiriman atau pemberian uang yang merupakan upah yang diterima TKW selama bekerja di luar negeri yang dikirimkan kepada keluarga di daerah asal secara berkala dalam periode satu tahun, yang dikirim melalui Bank atau dititipkan kepada TKW yang pulang ke daerah asal. Tingkat remitan Tenaga Kerja Wanita (TKW) dihitung dari besar kecilnya uang yang dikirimkan ke keluarga dari hasil upah TKW selama bekerja di luar negeri. Dikategorikan menjadi tiga yaitu: (1) Rendah : 0 25 persen dari upah menjadi TKW. (skor 1) (2) Sedang : persen dari upah menjadi TKW. (skor 2) (3) Tinggi : persen dari upah menjadi TKW. (skor 3) Penggolongan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan Salama (2004) dan Pardede (2008).

38 21 BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat. Alasan dipilihnya Desa Pusakayajaya sebagai lokasi penelitian yaitu karena: (1) Kabupaten Subang merupakan kabupaten kelima terbanyak mengirimkan tenaga kerja ke luar negeri di daerah Jawa Barat 2. (2) Desa Pusakajaya merupakan desa dimana penduduknya sering melakukan migrasi ke luar negeri. (3) Kedekatan lokasi penelitian dengan tempat tinggal peneliti menjadi bahan pertimbangan apabila terjadi kekurangan data, sehingga mempermudah akses untuk keluarmasuk lokasi penelitian. (4) Belum banyaknya diteliti mengenai migrasi internasional di daerah Subang. Penelitian ini dilakukan setelah peneliti menyelesaikan proposal penelitian terlebih dahulu, kemudian pada April 2011 sampai dengan Juni 2011 peneliti melakukan proses observasi awal, pendekatan terhadap masyarakat setempat, dan pengumpulan data. Proses selanjutnya yaitu pengolahan dan analisis data, kemudian melakukan penulisan laporan penelitian berupa skripsi. 3.2 Metode Penelitian Metode dalam penelitian ini yaitu kombinasi antara penelitian penjelasan (explanatory research) dan penelitian deskriptif (descriptive research). Menurut Singarimbun (1989) penelitian eksplanatori merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan kausal antara variable-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode lainnya yaitu penelitian deskriptif yang memberikan gambaran lebih mendalam tentang realitas sosial yang kompleks pada masyarakat, suatu hal yang tidak dapat dicapai oleh penelitian yang bersifat menerangkan/eksplanatori (Singarimbun 1989). 2 Dirjen Binapenta Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia tahun 2000 sebagaimana dikutip Kustini (2002).

39 22 Penelitian ini mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok atau disebut penelitian jenis survai (Singarimbun 1989). Penelitian ini melihat kehidupan rumah tangga buruh pekerja perempuan yang melakukan migrasi internasional dan pemanfaatan remitan dalam rumah tangganya. 3.3 Jenis dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer ini diperoleh melalui wawancara kepada responden yang telah ditentukan. Adapun data sekunder didapatkan dari dokumentasi dan studi literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti buku, artikel, skripsi, tesis, disertasi, data potensi desa dan lainnya. Dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti, terdapat usaha untuk menambah informasi kualitatif pada data kuantitatif menggunakan panduan wawancara berupa kuesioner dan slip kertas sebagai tempat mencatat hasil wawancara mendalam. Jenis data kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalahmasalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan, sedangkan pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan metode wawancara mendalam terhadap tokoh masyarakat setempat, responden, serta informan. Hasil wawancara dicatat dalam catatan harian lapangan yang didokumentasikan oleh peneliti (Wahyuni dan Muljono 2009). 3.4 Teknik Penentuan Responden Pada penelitian ini, terdapat dua subjek penelitian, yang terdiri dari informan dan responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Pemilihan informan tersebut dilakukan secara sengaja (snowball sampling). Berdasarkan metode bola salju, seorang subyek penelitian akan menunjukkan kepada peneliti subyek selanjutnya untuk diwawancarai (Wahyuni dan Muljono 2009). Pemilihan informan kunci didasarkan pada asumsi bahwa mereka adalah orang-orang yang mengetahui secara mendalam terkait permasalahan migrasi penduduk khususnya mobilitas internasional di desa

40 23 tersebut. Para informan dalam penelitian ini antara lain: mantan pejabat desa, pemimpin formal (aparat desa/dusun), sponsor, dan orang yang pernah melakukan migrasi internasional tetapi sekarang telah kembali ke desa (migran kembali). Pengumpulan data dari informan dilakukan melalui wawancara bebas. Data yang dikumpulkan dari informan meliputi: pandangan mengenai migrasi internasional tenaga kerja, sejarah migrasi internasional tenaga kerja yang dilakukan perempuan desa, perubahan desa, perkembangan sosial ekonomi, dan pandangan mengenai masa depan masyarakat Desa Pusakajaya. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh rumah tangga di Desa Pusakajaya yang salah satu anggota keluarganya ada yang pernah bekerja sebagai tenaga kerja wanita di luar negeri. Adanya kendala bahwa migran yang ke luar desa tidak melakukan pemberitahuan terlebih dahulu ke Desa Pusakajaya, sehingga sulit didapatkan data yang pasti mengenai jumlah populasi. Kemudian untuk mengambil unsur sampling dalam menentukan responden, dibuatlah kerangka sampling. Kerangka sampling dari penelitian ini adalah semua migran yakni Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang pernah bekerja di luar negeri dan saat ini berada di daerah asal (Pusakajaya) dengan ketentuan lama bekerja sama dengan atau lebih dari empat tahun. Alasan ditentukannya lama waktu migran dengan batas sama dengan atau lebih dari empat tahun adalah karena diasumsikan bahwa selama waktu tersebut jumlah remitan yang dimanfaatkan oleh migran dan keluarganya akan menunjukkan hasil berupa investasi. Hal lain yang perlu diperhatikan juga yaitu responden dalam satu keluarga tidak diperkenankan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi data keluarga yang tumpang tindih. Dilakukannya pembatasan kerangka sampling seperti ini, didapatkan 91 orang TKW yang memenuhi kriteria seperti disebut di atas. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan seluruh kerangka sampling tersebut adalah teknik snowball. Teknik ini dipilih karena tidak terdapatnya data pasti mengenai jumlah penduduk yang melakukan mobilitas ke luar desa, sehingga peneliti harus bertanya pada aparat desa atau penduduk lainnya yang kemudian akan menunjuk subyek lainnya. Setelah kerangka sampling terkumpul, diambil 33 orang untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Pemilihan responden tersebut dilakukan dengan teknik sampel random sederhana dengan menggunakan program Exel.

41 Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh secara kuantitatif melalui kuesioner, kemudian diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel Tahap pertama dilakukan pengkodean terhadap data. Pengkodean data dilakukan dengan pemberian simbolsimbol angka kepada jawaban-jawaban tertentu, hal ini dilakukan untuk memudahkan penyimpanan data dalam komputer. Setelah pengkodean, tahap selanjutnya adalah perhitungan persentase jawaban responden untuk membuat tabel frekuensi, grafik, dan tabulasi silang, kemudian diringkas dan dilakukan analisis deskriptif dengan mereduksi hasil pembicaraan dengan responden atau informan.

42 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan batas batas administrasi wilayah desa yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Desa Pusakaratu, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bojongjaya, sebelah barat berbatasan dengan Desa Kotasari, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Kebondanas. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Luas Desa Pusakajaya yaitu 618,7 Ha berupa daratan. Sebagian besar tanah di Desa Pusakajaya yaitu sebanyak 514 Ha dimanfaatkan untuk persawahan, sedangkan 88 Ha digunakan untuk permukiman penduduk dan prasarana umum lainnya. Jarak Desa Pusakajaya dari kecamatan adalah 1 Km, kabupaten 55 Km, dari propinsi 80 Km, dan dari negara 147 Km. Waktu tempuh ke Ibukota Kecamatan 10 menit, sedangkan lama jarak tempuh ke Ibukota Kabupaten adalah 1,5 jam. Jika ditinjau berdasarkan letak geografisnya, Desa Pusakajaya berupa bentangan lahan dataran dengan kondisi 1,8 meter dari permukaan laut, memiliki curah hujan rata-rata mm per tahun dengan jumlah bulan basah sebanyak 4 bulan, dan berada pada suhu harian 23s/d 35 C (Potensi Desa Pusakajaya 2010). Secara administratif, Desa Pusakajaya terdiri dari 4 dusun, 8 RW, dan 37 RT. Dari semua dusun di Desa Pusakajaya yaitu Mekarjaya, Pasirjati, Kedungjati, dan Mekarjati sudah dapat ditempuh kendaraan beroda dua dan beroda empat, walaupun belum semuanya beraspal. Dari sejumlah 4 dusun di Pusakajaya tersebut semuanya menjadi pemukiman penduduk yang pergi ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Pemukiman penduduk di Desa Pusakajaya relatif mengelompok, berdekatan, dan kurang beraturan. Hal ini terjadi karena penambahan keluarga baru biasanya membangun tempat tinggal di sekitar tempat tinggal keluarga yang lain. Hal ini pula yang memicu semakin sempitnya lahan pertanian yang

43 26 seharusnya dijadikan sawah atau pekarangan diganti menjadi tempat pemukiman warga. Berikut penuturan informan yang merupakan warga asli Desa Pusakajaya: dulu tanah Ibu luas, tapi sudah dibagi-bagikan ke anak Ibu. Rumah yang disamping ini rumah adik Ibu, yang di belakang rumah anak Ibu. Dulu sih tanahnya masih bisa ditanami padi tetapi karena keluarga Ibu sudah banyak yang berkeluarga makanya tanah itu dibangun rumah saja (WR, 48 tahun). Sebanyak keluarga atau 81,7 persen keluarga di Desa Pusakajaya tidak memiliki lahan pertanian. Mereka bekerja sebagai buruh pertanian. Sebagian lahan pertanian di Desa Pusakajaya dikuasai oleh penduduk luar daerah yang banyak menetap di Jakarta. Berikut penuturan informan: tanah di desa ini kebanyakan punya orang luar desa, ada yang dari Jakarta, Indramayu, atau Cirebon. Biasanya sawah dijual karena kebutuhan ekonomi warga. Lagian biasanya orang luar suka kasih harga yang tinggi, makanya banyak warga yang ngejual tanahnya. Nah sekarang, mereka banyak yang jadi kuli (AR, 45 tahun). 4.2 Kependudukan Berdasarkan hasil sensus terbaru (2010), Desa Pusakajaya memiliki jumlah penduduk sebanyak orang, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak Kepala Keluarga. Dilihat dari tingkat pendidikan penduduk Desa Pusakajaya, sebanyak jiwa (38,6 %) tidak mengenyam pendidikan di bangku sekolah, selanjutnya penduduk yang menamatkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak jiwa (30.4 %), kemudian menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebesar 913 jiwa (15,3 %). Adanya kondisi kemiskinan pada sebagian masyarakat dan tingkat pemahaman yang relatif rendah tentang arti pentingnya sekolah, menyebabkan mereka yang tergolong usia pendidikan sebagian besar harus bekerja dan keluar sekolah untuk menambah pendapatan keluarga. Tingkat pendidikan penduduk Desa Pusakajaya digambarkan pada Tabel 1.

44 27 Tabel 1 Komposisi Penduduk Desa Pusakajaya Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase (%) Belum masuk sekolah 322 5,4 Tidak pernah sekolah ,5 Tamat SD ,3 Tamat SMP ,4 Tamat SMA 440 7,4 Diploma 88 1,5 Sarjana 87 1,5 Total ,0 Sumber: Data Monografi Desa Pusakajaya 2010 Rentang usia penduduk Desa Pusakajaya menyebar merata, dengan komposisi laki-laki sebanyak orang (50,5 %) dan perempuan sebanyak orang (49,5 %). Komposisi penduduk Desa Pusakajaya berdasarkan umur digambarkan pada Tabel 2. Tabel 2 Komposisi Penduduk Desa Pusakajaya Berdasar Umur Tahun 2010 Rentang Usia (tahun) Jumlah Penduduk Persentase (%) , , , , , , , , , , , , ,5 Total ,0 Sumber: Data Monografi Desa Pusakajaya 2010

45 28 Mata pencaharian penduduk Desa Pusakajaya sebagian besar adalah buruh tani dengan jumlah orang atau 75,9 persen penduduk. Selanjutnya diikuti petani, yaitu sebanyak 518 orang, atau sekitar 10,6 persen. Hal ini menunjukkan adanya suatu ketergantungan yang tinggi masyarakat Desa Pusakajaya terhadap pertanian. Banyaknya buruh tani di Desa Pusakajaya disebabkan banyaknya jumlah keluarga yang tidak memiliki lahan pertanian, yaitu sebanyak keluarga. Selain di sektor pertanian, penduduk Desa Pusakajaya juga bekerja pada sektor-sektor lainnya yang secara rinci dijelaskan dalam Tabel 3. Kurang lengkapnya data demografi desa ini, menyebabkan tidak diperolehnya data lengkap atau gambaran mengenai penduduk yang melakukan mobilitas ke luar desa dan jenis pekerjaan yang mereka lakukan di sana, sehingga tidak diperolehnya gambaran umum tentang mobilitas perempuan ke luar desa. Data mengenai mobililitas perempuan ke luar desa didapatkan dari sponsor yang memberikan gambaran singkat secara lisan mengenai banyaknya jumlah perempuan di Desa Pusakajaya yang melakukan migrasi internasional tenaga kerja. Tabel 3 Komposisi Penduduk Desa Pusakajaya Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010 Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk Persentase (%) Pedagang 312 6,4 Petani ,6 PNS 91 1,9 Polri 6 0,1 TNI 2 0,1 Pensiunan 71 1,4 Sopir 35 0,7 Penjahit 7 0,1 Ojek Motor 125 2,6 Buruh tani ,9 Pengrajin 10 0,2 Total ,0 Sumber: Data Monografi Desa Pusakajaya 2010

46 Potensi Sarana dan Prasarana Prasarana transportasi darat terdiri dari jalan desa, jalan antar desa, jembatan desa, jembatan antar desa/kecamatan. Sarana transportasi darat meliputi angkutan umum, ojek, dan becak. Prasarana komunikasi dan informasi penduduk Desa Pusakajaya mayoritas adalah televisi dan radio. Selain itu ada pula warga yang memanfaatkan internet dan telepon genggam sebagai alat komunikasi. Desa Pusakajaya memiliki prasarana peribadatan berupa 6 buah masjid dan 32 buah mushola. Prasarana kesehatan di Desa Pusakajaya terdiri dari Polindes sebanyak 1 unit dan Posyandu sebanyak 4 unit. Sarana pendidikan di Desa Pusakajaya yaitu gedung TK/PAUD sebanyak 3 unit, gedung SD/sederajat 4 unit, gedung SMP/sederajat 2 unit, gedung SMA/sederajat 2 unit, dan Lembaga Pendidikan Agama sebanyak 3 unit. 4.4 Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Pusakajaya Program pengiriman buruh migran perempuan dimulai pada tahun Pada tahun ini awal dimulainya permintaan tenaga kerja perempuan dari Arab Saudi untuk dijadikan pembantu rumah tangga. Pengiriman buruh migran di Desa Pusakajaya sendiri dilakukan pertama kali oleh perempuan yang berstatus menikah, namun ia pergi secara mandiri tanpa ditemani suami ataupun anaknya. Pemberangkatan perempuan desa menjadi buruh migran di Desa Pusakajaya dimulai tahun 1992, dimana saat itu peminatnya hanya sedikit. Hal ini dikarenakan rasa takut yang dialami calon migran ketika harus bekerja di luar negeri, tempat yang jauh dari keluarga dan daerah asalnya. Namun perubahan terjadi sekembalinya migran dari luar negeri dengan membawa keberhasilan (secara ekonomi). Migran yang berangkat ke luar negeri untuk bekerja, kembali ke daerah asal dengan membawa sejumlah uang yang tidak sedikit ke daerah asal. Sejak saat itu masyarakat Desa Pusakajaya percaya bahwa bekerja di luar negeri merupakan alternatif terbaik untuk meningkatkan ekonomi keluarga mereka. Melalui bantuan para sponsor, program pengiriman TKW ke luar negeri di Desa Pusakajaya cukup menampakkan hasil, akan tetapi setelah beberapa tahun kemudian banyak TKW yang merasa bahwa dirinya dirugikan oleh pihak sponsor. Oleh karena itu calon TKW yang sudah pernah melakukan migrasi internasional tenaga kerja sebelumnya, sebagian ada yang tidak lagi melalui sponsor, akan

47 30 tetapi mereka lebih memilih untuk datang langsung ke PT yang menangani pengiriman TKW. Kerugian ini dirasakan oleh TKW karena upah yang mereka terima saat bekerja di luar negeri mendapat potongan dari pihak sponsor. Perempuan yang bekerja ke luar negeri menampakkan hasil secara fisik yaitu dalam hal pembangunan rumah, dimana dulunya sebelum migran berangkat ke luar negeri, banyak bangunan rumah yang belum permanen atau masih menggunakan bilik sebagai dinding namun setelah kembali dari bekerja di luar negeri, bangunan rumah menjadi permanen dan sudah menggunakan MCK milik pribadi. 4.5 Ikhtisar Bab IV Desa Pusakajaya memiliki luas wilayah sebesar 618,7 Ha. Sebagian besar wilayahnya merupakan areal persawahan dengan luas 514 Ha atau seluas 83,1 persen, namun mayoritas penduduk Desa Pusakajaya hanya bekerja sebagai buruh pertanian karena sebanyak 81,7 persen penduduk di Desa Pusakajaya tidak memiliki lahan pertanian. Sebagian lahan pertanian di Desa Pusakajaya dikuasai oleh penduduk luar daerah yang banyak menetap di Jakarta. Desa Pusakajaya memiliki jumlah penduduk total sebanyak orang, dengan komposisi laki-laki sebanyak orang (50,5%) dan perempuan sebanyak orang (49,5%). Mayoritas penduduknya memiliki tingkat pendidikan yang relatif masih rendah, bahkan hingga kini tercatat sebanyak orang atau sebanyak 38,6 persen penduduk di Desa Pusakajaya tidak mengenyam bangku sekolah. Migrasi internasional tenaga kerja perempuan di Desa Pusakajaya dimulai tahun Kembalinya TKW tersebut ke desa membawa keberhasilan (secara ekonomi). Sejak saat itu masyarakat Desa Pusakajaya percaya bahwa bekerja di luar negeri merupakan alternatif terbaik untuk meningkatkan ekonomi keluarga mereka. Migrasi internasional tenaga kerja di Desa Pusakajaya pun menampakkan hasil secara fisik dalam hal pembangunan rumah, dimana dulunya sebelum migran berangkat ke luar negeri banyak bangunan rumah yang belum permanen atau masih menggunakan bilik sebagai dinding namun setelah kembali dari bekerja di luar negeri, bangunan rumah menjadi permanen dan sudah menggunakan MCK milik pribadi.

48 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong di desa dan faktor penarik di kota. Faktor di daerah asal merupakan keadaan-keadaan di daerah asal yang dirasakan responden dan memungkinkan untuk mendorong mereka melakukan migrasi tenaga kerja ke luar negeri. Umumnya faktor ekonomi merupakan faktor utama masyarakat desa menjadi TKW. Hasil studi di Desa Bantala menemukan bahwa alasan ekonomi ini juga dipengaruhi oleh kurangnya kesempatan kerja yang sangat berkaitan erat dengan kondisi geografi di daerah asal (Raharto 1999). Kemudian adanya kesempatan untuk bekerja ke luar negeri dengan upah yang lebih tinggi, mampu mengatasi hal tersebut. Dalam bab ini akan dijelaskan bagaimana kondisi di daerah asal dan daerah tujuan yang menjadi alasan bagi perempuan desa untuk melakukan migrasi tenaga kerja internasional. 5.1 Faktor di Daerah Asal Ada berbagai motif yang menjadi dasar seseorang melakukan migrasi. Berdasarkan data yang diperoleh di lapang, ada beberapa alasan responden melakukan migrasi, Tabel 4 menunjukkan alasan responden melakukan migrasi internasional. Tabel 4 Alasan Responden Melakukan Migrasi Internasional di Daerah Asal, Desa Pusakajaya Tahun 2011 No Alasan Jumlah N % 1 Kemiskinan 4 12,1 2 Lapangan kerja minim 26 78,8 3 Upah rendah ,0 4 Tidak mempunyai lahan pertanian ,0 Ket: responden dapat memberikan lebih dari satu alasan.

49 32 Berdasarkan Tabel 4, alasan responden melakukan migrasi adalah karena tidak mempunyai lahan pertanian sebesar 100 persen. Responden merasa penghasilan suami sebagai buruh pertanian yang tidak mempunyai lahan pertanian dirasa kurang dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang minim bagi perempuan di Desa Pusakajaya pun menjadi alasan bagi perempuan di Desa Pusakajaya untuk bekerja ke luar negeri. Sebanyak 78,8 persen responden merasa Desa Pusakajaya sebagai daerah asalnya tidak menyediakan cukup pekerjaan bagi mereka. Kebanyakan dari mereka jika tidak mempunyai keterampilan yang cukup, sangat sulit untuk mendapat pekerjaan. Beberapa responden ada yang bekerja sebelum berangkat menjadi TKW, beberapa diantaranya bekerja sebagai penjahit dan pedagang, namun mereka merasa upah yang diperoleh masih rendah, sebanyak 100 persen responden mengatakan upah yang diterimanya bekerja di desa, rendah. Keadaan perekonomian Desa Pusakajaya yang tidak menyediakan cukup pekerjaan dan upah yang tinggi bagi masyarakatnya kemudian mendorong masyarakatnya keluar desa untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Hal lain yang mendorong mereka melakukan migrasi internasional sebagai TKW adalah karena keberhasilan tetangga yang sebelumnya berangkat menjadi TKW. Mereka juga mengatakan bahwa menjadi TKW akan memiliki pengalaman yang berbeda dengan hanya tinggal di desa. Menjadi TKW berarti mampu menghasilkan pendapatan dan membantu suami dalam mencari nafkah bagi keluarga, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi mereka, karena mereka mampu menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Dilihat dari ketersediaan sumberdaya alam di Desa Pusakajaya untuk memenuhi kebutuhan penduduknya, sebanyak 80 persen responden beranggapan bahwa sumberdaya alam di Desa Pusakajaya cukup memenuhi kebutuhan mereka. Ketersediaan air yang melimpah, buah-buahan dan sayuran yang tumbuh subur di lahan perkebunan ataupun pekarangan. Tidak jarang warga mengolah hasil pekarangannya berupa sayur-sayuran untuk dijadikan bahan baku untuk memasak. Di desa ini juga masih terdapat pengajian-pengajian yang sangat aktif dan memungkinkan perempuan bersosialisasi dengan perempuan lainnya. Pembangunan gedung-gedung sekolah dan pasar desa menjadi suatu kemajuan desa yang penting bagi para penduduknya. Hal tersebut merupakan faktor

50 33 penahan yang mampu menahan perempuan desa bermigrasi, namun faktor-faktor di daerah asal yang dinilai bisa menjadi faktor penahan bagi terjadinya migrasi internasional perempuan desa memiliki kekuatan yang lemah. Penduduk Desa Pusakajaya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian. Mereka kebanyakan bekerja sebagai buruh tani, sedangkan istrinya ikut membantu suami menandur sawah. Penduduk di desa ini tidak banyak yang memiliki lahan pertanian. Kebanyakan lahan mereka sudah dijual kepada pihak luar seperti orang Jakarta, Pamanukan, dan Indramayu, atau lahan pertanian tersebut dibeli oleh orang desa yang memang memiliki status sosial yang tinggi atau termasuk dalam golongan petani kalangan atas yang sudah memiliki banyak lahan pertanian, seperti H.RS yang memiliki 16 bahu sawah, DR dengan 20 bahu sawahnya, dan H.TM yang memiliki 52 bahu 3 sawah. Seiring pesatnya pertumbuhan penduduk menyebabkan berlebihnya tenaga kerja pertanian, terjadi perubahan struktur pemilikan lahan. Persaingan ketat antar buruh kerja, namun tidak disertai kenaikan upah, ditambah peningkatan teknologi, turut menggeser peran tenaga kerja. Semakin terbukanya peluang bekerja di luar sektor pertanian dan adanya usaha lain yang dilakukan petani dalam mempertahankan kehidupan (diversifikasi usaha) kemudian menimbulkan kecendrungan semakin menurunnya jumlah anggota rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian (Yusdja, et al dalam Elizabeth 2007). Berdasarkan hasil studi di lapang, mayoritas jenis pekerjaan suami migran bekerja pada sektor di luar pertanian. Bagi mereka yang memang tidak mempunyai lahan pertanian, bekerja pada sektor di luar pertanian dinilai lebih menjamin dan menguntungkan. Pekerjaan tersebut seperti sektor formal (satpam dan guru), berdagang, jasa transportasi (ojeg dan becak), dan kuli atau tukang bangunan. Bekerja sebagai buruh tani dan mengandalkan sektor lain di luar pertanian pun banyak dilakukan oleh suami migran. Pekerjaan tersebut misalnya menjadi buruh tani dan bekerja juga sebagai tukang ojeg ataupun berdagang. Peralihan pekerjaan dari sektor pertanian ke luar sektor pertanian disebabkan karena tidak mencukupinya 3 Bahu atau bau (dari bouw, kata bahasa Belanda, berarti garapan ) dalam istilah agraria adalah satuan luas lahan yang dipakai di beberapa tempat di Indonesia, terutama di Jawa. Padmo (2007) dijelaskan dalam Wikipedia ( ukuran bahu agak bervariasi, namun kebanyakan adalah 0,70 hingga 0,74 ha dan ada pula yang menyamakannya dengan 0,8 ha.

51 34 pendapatan di sektor pertanian, usaha tani tersebut umumnya musiman, dan banyak mengandung resiko serta ketidakpastian (Mubyarto 1985 dalam Mukbar 2009). Tingkat upah yang diterima dari penghasilan bekerja sebagai buruh tani termasuk rendah. Mereka yang bekerja sebagai buruh perorangan mendapat upah yang lebih tinggi dibanding mereka yang bekerja secara borongan. Upah buruh tani perorangan berkisar antara Rp ,00 per hari, bekerja seharian dan tanpa biaya makan. Jika mereka bekerja borongan, seperti menandur, perbaikan lahan, dan upah buruh panen, mendapat upah sebesar Rp ,00 Rp ,00 per bahu. Hasil ini akan dibagi sesuai jumlah orang yang bekerja. Rata-rata upah yang mereka terima dengan bekerja secara borongan yaitu Rp ,00 Rp ,00. Berbeda dengan petani yang menyewa lahan/menggarap lahan orang lain, mereka memperoleh hasil bagian setelah panen terkumpul dan dibagi dua dengan pemilik setelah dikurangi dengan modal. Kemudian jika ditambah dengan bekerja sebagai buruh bangunan, rata-rata per hari memperoleh penghasilan Rp ,00 Rp ,00. Bagi perempuan, bekerja membantu suami merupakan suatu kebanggaan, namun pekerjaan yang tersedia bagi perempuan di Desa Pusakajaya memang terbatas. Di Kabupaten Subang dan Purwakarta terdapat banyak pabrik, namun tingkat pendidikan dan keterampilan yang rendah tidak memungkinkan mereka memasuki sektor tersebut. Menurut beberapa responden yang ditanyakan pendapatnya, untuk mendapatkan pekerjaan di pabrik harus membayar sejumlah uang agar diterima di perusahaan tersebut, sehingga mereka lebih memilih melakukan migrasi tenaga kerja ke luar negeri yang dinilai tidak terlalu membutuhkan keterampilan dan tingkat pendidikan yang tinggi. Bagi mereka, menjadi TKI merupakan keputusan yang tepat, yang dipicu fakta/berita bahwa bekerja ke luar negeri memberi prospek dan gaji yang lebih baik. Fakta demikian dapat menjadi penarik bagi pekerja migran sebagai upaya memperoleh pendapatan dalam ketidakberdayaan di negara asal. Terlihat bahwa telah terjadi perubahan sumber penghidupan di Desa Pusakajaya. Masyarakat yang awal mulanya bertani kini mulai beralih pada sektor di luar pertanian yang dinilai lebih menghasilkan. Para istri dan anak-anak mereka pun ikut membantu sebagai buruh

52 35 migran perempuan ke luar negeri untuk membantu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka. 5.2 Faktor di Daerah Tujuan Wiyono (1994) dalam Pardede (2008), menyatakan untuk migrasi internal sektor industri, fasilitas perkotaan seperti sarana pendidikan yang lengkap, pertokoan yang mewah, aneka macam pusat hiburan dan wisata menjadi faktor penarik penduduk dari perdesaan untuk melakukan migrasi. Berbeda halnya dengan migrasi internasional, faktor-faktor penarik untuk melakukan migrasi internasional dilihat dari daerah asalnya yaitu permintaan tenaga kerja, letak geografis, dan kesamaan budaya. Kawasan Malaysia dan Singapura, daya tariknya lebih didasari letak geografis, untuk Saudi Arabia lebih didasarkan karena keinginan para migran untuk melaksanakan ibadah haji, sedangkan untuk Hongkong dan Taiwan lebih didasarkan pada upah yang tinggi dan pengalaman kerja yang berbeda. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, terdapat beberapa alasan responden memilih negara tujuan bermigrasi. Berdasarkan data di lapangan, dijelaskan pada Tabel 5 menunjukkan beberapa faktor penarik dari negara tujuan yang menyebabkan perempuan desa melakukan migrasi internasional. Tabel 5 Alasan Responden Melakukan Migrasi Internasional Sesuai Negara Tujuan, Desa Pusakajaya Tahun 2011 No Alasan Jumlah N % 1 Upah tinggi 28 84,9 2 Tersedianya lapangan pekerjaan ,0 3 Kesamaan agama 14 42,4 4 Dapat melakukan ibadah haji/umroh 11 33,3 5 Waktu keberangkatan 25 75,8 6 Kesamaan bahasa/etnik 2 6,1 Ket: responden dapat memberikan lebih dari satu alasan. Tabel 5 menunjukkan bahwa tersedianya lapangan pekerjaan dan upah yang tinggi di negara tujuan menjadi faktor penarik utama bagi perempuan desa untuk bermigrasi. Hal ini dikarenakan tujuan utama TKW bermigrasi ke luar

53 36 negeri adalah bekerja membantu perekonomian keluarga. Upah yang tinggi jika dibandingkan bekerja di Indonesia dengan tingkat pendidikan yang sama, membuat mereka lebih memilih bekerja sebagai TKW ke luar negeri. Sebanyak 100 persen responden mengatakan tersedianya lapangan pekerjaan di negara tujuan dengan upah yang tinggi membuat mereka memilih untuk bermigrasi. Sebanyak 75,8 persen responden menyatakan keinginannya untuk cepat berangkat ke negara tujuan, tidak peduli pekerjaan apa yang ada di sana. Waktu keberangkatan dan lamanya waktu mereka berada di PT menentukan pilihan mereka untuk memilih negara tujuan. Berikut pernyataan responden: Sewaktu disuruh mengisi keterangan tentang pekerjaan di sana, saya iya-in semua aja, biar di sana ada anjing peliharaan juga. Kan semua tergantung untung-untungan aja, yang paling penting mah cepat berangkat aja ke sana, gak mau lama-lama di PT (ET, 38 tahun) Tingginya permintaan tenaga kerja di negara tujuan, memberikan peluang bagi migran untuk memperoleh pekerjaan di luar negeri. Kebanyakan dari responden yang berangkat ke luar negeri memang tidak mempunyai pekerjaan ketika di daerah asal. Banyaknya responden yang tidak bekerja sebelum berangkat menjadi TKW dijelaskan pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan banyaknya responden yang tidak bekerja sebelum berangkat menjadi TKW sebanyak 28 orang atau sebesar 84,8 persen, sedangkan yang memiliki pekerjaan hanya sebanyak 5 orang atau 15,2 persen. Pekerjaan tersebut antara lain menjahit, bertani, dan berdagang. Pekerjaan tersebut mereka miliki karena keahliannya sendiri sebelum bermigrasi. Tabel 6 Perubahan Jumlah Migran yang Bekerja Sebelum dan Sesudah Responden Bermigrasi, Desa Pusakajaya, Tahun 2011 Jumlah Responden Migran Ketersediaan lapangan pekerjaan Sebelum Migrasi Sesudah Migrasi N % n % Tidak mempunyai pekerjaan 28 84, ,7 Mempunyai pekerjaan 5 15, ,3 Total , ,0

54 37 Ketika telah kembali dari bermigrasi, jumlah responden yang bekerja meningkat menjadi 10 orang atau sebesar 30,3 persen. Hal ini berarti responden tersebut telah mampu melakukan investasi, karena pekerjaan tersebut didapatnya dari modal selama ia bekerja menjadi migran. Pekerjaan tersebut yaitu berdagang membuka warung atau menjual masakan. Responden yang dulunya memang bekerja sebagai penjahit dan pedagang, setelah kembali ke daerah asal tetap melanjutkan pekerjaan yang ia lakukan sebelum menjadi TKW dengan tambahan modal yang didapatnya selama bekerja menjadi TKW, namun hal ini bukan berarti mereka tidak akan kembali lagi bekerja menjadi TKW. Seperti diungkapkan oleh salah seorang responden yang dulu bekerja sebagai pedagang kredit barang setelah kembali pun terus mengakumulasikan uangnya sebagai tambahan modal ia berdagang, namun ia menjelaskan bahwa ia masih ingin mencoba peruntungan dengan menjadi TKW ke daerah Hongkong atau Taiwan, karena pengalamannya menjadi TKW di negara Arab Saudi atau Timur Tengah dirasa masih belum cukup. Sejauh ini responden yang tidak bekerja, menjadi ibu rumah tangga, mengandalkan tabungannya selama bekerja menjadi TKW, dan mengandalkan penghasilan dari suami atau kembali menjadi TKW. Berikut pernyataan dari responden: Sebelum berangkat ke Saudi, biasanya Ibu kerja di rumah aja, jadi ibu rumah tangga. Ya, kalo suami bawa rezeki ya syukur tapi kalo gak ya mau gimana lagi. Makanya Ibu berani-beraniin diri aja ke luar negeri. Daripada di sini gak ada kerjaan, Ibu mah mending di sana dapet duit buat nyekolahin anak (KS, 40 tahun). Selain faktor ekonomi, responden memilih negara-negara Timur Tengah karena adanya keinginan untuk melaksanakan ibadah haji/umroh, mencari pengalaman bekerja di luar negeri dan kesamaan agama dengan daerah tujuan. Sebanyak 33,33 persen responden memilih negara Timur Tengah sebagai tujuan beribadah (Tabel 5). Ibu milih ke Saudi karena pingin naik haji atau umroh. Selain kita dapet kerja, kan kita juga bisa melaksanakan ibadah. Apalagi kalo majikannya baik, kita bisa diajakin, jadi gak perlu keluar biaya lagi. Alhamdulillah sekarang Ibu sudah haji (TT, 48 tahun).

55 38 Adanya kesamaan bahasa/etnik dinyatakan oleh 6,06 persen responden. Responden yang memilih negara tujuan ke Malaysia dikarenakan bahasanya yang mudah dan hampir serupa dengan bahasa Indonesia. Dengan demikian faktorfaktor di daerah tujuan yang dinilai bisa menjadi faktor penarik bagi terjadinya mobilitas perempuan desa ke luar negeri memiliki kekuatan yang kuat. Selain faktor tersebut di atas, jenis pekerjaan TKW di sana juga ikut mempengaruhi responden untuk bekerja ke luar negeri. Seperti pekerjaan yang tidak terlalu menuntut keterampilan dan tingkat pendidikan yang tinggi, menjadi faktor penarik bagi migran untuk menjadi TKW. Jenis pekerjaan yang dilakukan TKW selama bekerja di luar negeri, ratarata bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Jumlah dan persentase TKW berdasarkan jenis pekerjaan dijelaskan dalam Tabel 7. Tabel 7 Jumlah dan Persentase TKW Menurut Jenis Pekerjaan, Desa Pusakajaya Tahun 2011 Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Pembantu rumah tangga 25 75,8 Merawat Jompo 7 21,2 Garmen (menjahit) 1 3,0 Jumlah ,0 Dari 33 responden, sebanyak 75,8 persen TKW bekerja sebagai pembantu rumah tangga di negara Timur Tengah, sebanyak 21,2 persen responden lainnya bekerja merawat jompo, dan 3,0 persen lainnya bekerja sebagai penjahit. Banyaknya TKW yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga tersebut disebabkan pekerjaan yang ditawarkan oleh negara tujuan adalah pembantu rumah tangga. Kemudian berdasarkan kemampuan TKW dan tingkat pendidikannya, menjadi pembantu rumah tangga adalah pilihan pekerjaan yang memang tidak banyak menuntut kemampuan, keterampilan dan tingkat pendidikan yang tinggi.

56 Karakteristik Responden dan Keluarga Karakteristik responden merupakan hal-hal spesifik dari responden yang diteliti yang diduga berpengaruh terhadap tingkat mobilitas perempuan di Desa Pusakajaya. Karakteristik responden yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan status ekonomi keluarga. Penggambaran singkat mengenai karakteristik responden yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Karakteristik Pribadi Responden di Desa Pusakajaya Tahun 2011 Karakteristik Internal Jumlah Persentase (%) Umur (Pertama Menjadi TKW) Umur (Sekarang) Status Pernikahan (Pertama menjadi TKW) Status Pernikahan (Sekarang) Tingkat Pendidikan x 21 tahun 16 48,5 x > 21 tahun 17 51,5 Total ,0 x 36 tahun 17 51,5 x > 36 tahun 16 48,5 Total ,0 Menikah 22 66,7 Janda 3 9,1 Belum menikah 8 24,2 Total ,0 Menikah 30 90,9 Janda 3 9,1 Belum menikah 0 0,0 Total ,0 Rendah (tidak tamat SD) 5 15,2 Sedang (tamat SD) 17 51,5 Tinggi (tamat SMP dan tamat SMA) 11 33,3 Total , Umur Umur sangat menentukan bagi setiap individu untuk melakukan suatu pekerjaan serta menentukan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak. Berkaitan

57 40 dengan program pengiriman TKW ke luar negeri, umur sangat penting mengingat tingginya tingkat kesulitan yang akan dialami TKW pada saat bekerja. Kesulitan tersebut terjadi misalnya dalam sosialisasi antara TKW dengan majikan dan sosialisasi dengan pekerjaan. Kesulitan-kesulitan inilah yang sering dialami oleh para TKW yang bekerja di luar negeri. Kesulitan tersebut terjadi karena adanya perbedaan budaya antara budaya yang ada di kampung halaman TKW sendiri dengan budaya di tempat mereka bekerja. Hubungan antara program pengiriman TKW ke luar negeri dan umur yaitu, pemerintah telah menetapkan persyaratan yaitu minimal berusia 18 tahun atau sesuai permintaan negara tujuan (pasal 39 ayat 2/MEN/2002), dimana umur yang sudah cukup dewasa dan matang dalam bersikap dan semangat kerja yang tinggi. Pada Tabel 8, dapat dilihat rataan pembagian umur responden, yang dibagi menjadi dua golongan umur yaitu umur ketika pertama kali responden melakukan migrasi internasional x 21 tahun dan x > 21 tahun serta umur saat responden saat penelitian ini dilaksanakan yaitu x 36 tahun dan x > 36 tahun. Saat pertama kali bekerja ke luar negeri, sebanyak 48,5 persen responden berada pada rentang umur x 21 tahun dan sebanyak 51,5 persen responden berada pada rentang umur x > 21 tahun. Berdasarkan pengakuan responden, terdapat umur responden yang kurang dari 18 tahun, yaitu termuda berumur 16 tahun ketika pertama kali berangkat menjadi TKW. Hal ini dikarenakan mereka tidak mengetahui secara pasti peraturan yang menetapkan bahwa calon TKW harus berumur 18 tahun ke atas atau sesuai dengan permintaan negara tujuan. Umur responden ketika penelitian ini berlangsung yaitu sebanyak 51,5 persen responden berada pada rentang umur x 36 tahun dan sebanyak 48,5 persen responden berada pada rentang umur x > 36 tahun Status Pernikahan Status pernikahan menentukan derajat kehidupan seseorang di dalam rumah tangga maupun masyarakat. Seorang wanita yang sudah menikah tentu akan berbeda dengan wanita yang belum menikah atau janda. Perbedaan yang sangat mencolok terlihat pada peranan mereka dalam rumah tangga. Seorang wanita yang sudah menikah mempunyai peranan yang komplek yaitu sebagai istri dan ibu rumah tangga. Wanita yang sudah menikah menjadi TKW untuk

58 41 membantu suaminya mencari nafkah, sedangkan wanita yang belum menikah atau janda, menjadi TKW untuk membantu perekonomian keluarganya. Dari sisi tanggung jawab, wanita yang sudah menikah memiliki tanggung jawab yang lebih besar dibanding wanita yang belum menikah, karena harus meninggalkan suami dan anaknya. Hal ini kemudian akan berdampak pada kehidupan rumah tangganya dan perkembangan anaknya, untuk itu status pernikahan berpengaruh pada keputusan migran untuk bekerja atau tidak. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 8 terlihat bahwa 66,7 persen responden berstatus menikah. Hal ini menunjukkan adanya suatu keterkaitan responden terhadap suami dan anaknya, namun di sisi lain pernikahan juga memungkinkan responden untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan membiayai pendidikan sekolah anak. Kebutuhan tersebut dirasakan lebih tinggi dibanding ketika belum menikah, sehingga hal tersebut mendorong responden untuk melakukan pemenuhan kebutuhan hidupnya, dengan membantu suami ataupun sebagai pencari nafkah utama karena suami tidak bekerja. Sebanyak 24,3 persen responden belum menikah ketika pertama kali melakukan migrasi internasional, hal ini dikarenakan keinginan responden untuk membantu perekonomian keluarga, mencari pasangan hidup, atau sekedar mencari pengalaman dan menabung untuk masa depan. Tingginya wanita berstatus menikah yang menjadi TKW menunjukkan tuntutan wanita untuk bekerja sebagai pencari nafkah membantu suami dan ketidakpuasan terhadap penghasilan suami. Ketika dilakukannya penelitian ini, sebanyak 90,9 persen responden sudah menikah dan sebanyak 9,1 persen responden yang berstatus janda. Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap responden, diketahui bahwa terjadi pergantian status pernikahan responden selama pengalamannya menjadi TKW. Sebanyak 2 orang responden yang menikah dengan orang di tempatnya bekerja, namun kemudian bercerai. Hal ini dialami oleh NH (31 tahun) dan EU (41 tahun). NH bekerja di Hongkong dan menikah dengan orang di tempatnya bekerja, namun mengalami perceraian, dan dari hasil pernikahannya ia mendapatkan seorang putra. Setelah mengalami perceraian, ia tetap bekerja sebagai TKW dan tidak menikah kembali. Lain halnya dengan EU, ia bekerja di Malaysia dan kemudian menikah dengan orang di tempatnya bekerja dan mendapatkan seorang putri dari

59 42 pernikahannya, namun mengalami perceraian. Sekembalinya ke daerah asal, ia menikah lagi dengan orang Indonesia dan saat ini masih menetap di daerah asal. Kisah perceraian juga dialami oleh AL (31 tahun). Sepulangnya menjadi TKW, ia menikah dengan orang Indonesia, namun tak berapa lama pernikahannya, ia bercerai. Beberapa bulan kemudian ia memutuskan untuk bekerja kembali menjadi TKW. Status pernikahan memang merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keputusan responden untuk menjadi TKW kembali, namun hal ini juga dipengaruhi oleh individu itu sendiri. Ketika ia masih merasa mampu untuk membantu suaminya, maka ia memutuskan untuk pergi kembali, namun beberapa responden juga mengaku lelah bekerja sebagai TKW dan memutuskan untuk fokus mengurus keluarga Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan suatu variabel yang berpengaruh dalam dunia kerja. Pendidikan TKW merupakan modal utama dalam menghadapi dunia pasar kerja, terutama dunia pasar internasional. Memasuki pasar kerja internasional diperlukan kemampuan berbahasa misalnya mampu menguasai bahasa Inggris, bahasa Arab, dan bahasa lain yang dibutuhkan di tempat kerja, untuk itu kemampuan membaca dan menulis bagi calon TKW sangat diperlukan. Pada Tabel 8, menunjukkan kualitas TKW di Desa Pusakajaya dilihat dari tingkat pendidikan formal TKW relatif masih rendah. Dari 33 responden, sebanyak 15,2 persen TKW yang tidak menamatkan pendidikan di tingkat dasar (tingkat pendidikan rendah), sebanyak 51,5 persen responden menamatkan pendidikan tingkat dasar (tingkat pendidikan sedang), kemudian sebanyak 30,3 persen responden berhasil menamatkan pendidikan tingkat SMP dan hanya sebanyak 3,03 persen responden berhasil menamatkan pendidikan di tingkat SMA (tingkat pendidikan tinggi). Beberapa responden mengaku belum lancar berbicara dalam bahasa asing ketika berangkat ke negara tujuan. Berikut pernyataan salah seorang responden:

60 43 sewaktu diberangkatkan sama PT itu, saya belum terlalu lancar ngomongnya, kan nanti juga lama-lama di sana bisa. Kayak majikan ngomong sambil nunjuk itu apa, kan nanti lama-lama kita belajar dari situ. Saya satu bulan di PT kan tetep belajar juga (ME, 31 tahun). Sekembalinya menjadi TKW, tidak ada satu pun TKW yang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka lebih memilih menginvestasikan uangnya dalam bentuk lain atau menyekolahkan anak atau adik mereka. Secara tidak langsung, bekerja menjadi TKW membawa pengalaman yang berbeda bagi mereka. Dengan belajar sedikit demi sedikit mereka mampu menguasai bahasa asing di tempat mereka bekerja. Hal ini seperti yang dituturkan oleh seorang responden: di tempat saya bekerja di Taiwan itu ada bahasa lokalnya, kalau mereka berbicara dengan keluarganya, mereka menggunakan bahasa lokal yang tidak saya mengerti, tapi karena sering mendengar, lama-lama saya belajar dan menjadi tau (LN, 29 tahun) Jenis Pekerjaan Suami/Kepala Keluarga Jenis pekerjaan kepala keluarga adalah pekerjaan yang dilakukan kepala keluarga dalam upaya menghasilkan uang atau barang guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rata-rata pekerjaan kepala keluarga adalah sebagai buruh tani. Data mengenai pekerjaan kepala keluarga TKW dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Jumlah dan Persentase Keluarga TKW Menurut Pekerjaan Kepala Keluarga, Desa Pusakajaya Tahun 2011 Pekerjaan Kepala Keluarga Jumlah Persentase (%) Formal (satpam, pegawai koperasi, guru) 4 12,1 Buruh tani/bangunan 9 27,3 Pedagang/Wiraswasta 6 18,2 Jasa (Ojeg/becak) 5 15,2 Supir 4 12,1 Petani 3 9,1 Lain-lain 2 6,1 Jumlah ,0

61 44 Dari 33 responden, sebanyak 27,3 persen kepala keluarga TKW bekerja sebagai buruh tani/buruh bangunan, 18,2 persen sebagai pedagang/wiraswasta, 12,1 persen sebagai supir, 12,1 persen lainnya bekerja dengan upah tetap sebagai satpam, guru, dan pegawai koperasi, dan 9,1 persen bekerja sebagai petani. Selain pekerjaan pokok ada beberapa kepala keluarga TKW yang mempunyai pekerjaan sampingan atau pekerjaan ganda yaitu di bidang jasa dan buruh bangunan Status Ekonomi Keluarga Status ekonomi keluarga dilihat dari besarnya pendapatan yang diperoleh keluarga dalam waktu satu bulan. Tabel 10 menunjukkan bahwa rumah tangga responden yang memiliki penghasilan tinggi yaitu Rp Rp sebesar 15,2 persen responden, sedangkan yang rumah tangga responden yang memiliki penghasilan sedang yaitu Rp <x<Rp sebanyak 48,5 persen responden, dan rumah tangga yang memiliki penghasilan rendah yaitu Rp Rp sebanyak 36,4 persen responden. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan rumah tangga responden yang memiliki penghasilan sedang dan rendah. Tabel 10 Pendapatan Sekarang Rumah tangga Migran Desa Pusakajaya Tahun 2011 Pendapatan Rumah tangga Jumlah Persentase (%) Rendah 12 36,4 Sedang 16 48,5 Tinggi 5 15,2 Total , Jumlah Tanggungan Ekonomi Keluarga Jumlah tanggungan ekonomi keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang secara ekonomis masih menjadi tanggungan keluarga. Dalam penelitian ini, jumlah tanggungan ekonomi keluarga dilihat dari banyaknya jumlah anak yang masih sekolah dan memerlukan biaya pendidikan. Rata-rata jumlah tanggungan ekonomi keluarga TKW berdasar jumlah anak yang masih sekolah adalah dua

62 45 orang. Pada Tabel 11 terlihat bahwa 63,6 persen keluarga TKW mempunyai jumlah tanggungan ekonomi keluarga kurang dari dua orang dan 36,4 persen lainnya mempunyai jumlah tanggungan ekonomi keluarga lebih dari sama dengan dua. Tabel 11 Jumlah dan Persentase Keluarga TKW Menurut Jumlah Tanggungan Ekonomi Keluarga, Desa Pusakajaya Tahun 2011 Tanggungan Ekonomi Keluarga Jumlah Persentase (%) < , ,4 Jumlah ,0 5.4 Lama Waktu Bekerja Menjadi TKW dan Negara Tujuan Berdasarkan Karakteristik Responden Karakteristik responden akan menentukan kecenderungan negara tujuan yang dipilih migran. Tabel 12 menjelaskan pengalaman negara tujuan migran berdasarkan karakteritik responden saat pertama kali menjadi TKW. Responden yang berangkat pertama kali menjadi TKW dengan umur x 21 cenderung memiliki pengalaman bernegara yang lebih banyak, yaitu mereka pernah menjadi TKW di negara Timur Tengah (Arab Saudi, Bahrein, Qatar), Asia Timur (Hongkong, Taiwan), atau Malaysia. Sebanyak 100 persen responden dari 3 orang yang pernah mempunyai pengalaman bernegara ke Timur Tengah dan Asia Timur, semuanya berusia x 21. Di usia yang tergolong muda ini pula yaitu x 21, responden cenderung memilih negara tujuan Asia Timur yaitu sebanyak 60 persen responden. Dibandingkan responden yang berusia x > 21 tahun, mereka cenderung memilih negara Timur Tengah sebanyak 60 persen dan Asia Timur sebanyak 40 persen. Responden yang memilih negara Timur Tengah sebagai negara tujuannya, sebanyak 72 persen berstatus menikah, 4 persen berstatus janda, dan 24 persen belum menikah. Responden yang memiliki pengalaman bernegara ke Timur Tengah dan Asia Timur, sebanyak 66,7 persen berstatus menikah pula, sedangkan untuk responden yang memilih negara tujuan Asia Timur, sebanyak 40 persen berstatus menikah, 40 persen

63 46 janda, dan 20 persen belum menikah. Hal ini membuktikan bahwa wanita yang bekerja sebagai TKW di luar negeri, didominasi oleh wanita yang berstatus menikah. Responden yang memilih negara tujuan Timur Tengah, sebanyak 16 persen memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD), sebanyak 64 persen memiliki tingkat pendidikan sedang (tamat SD), dan sebanyak 20 persen memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat SMP dan tamat SMA). Sedangkan responden yang memilih negara tujuan Asia Timur dan Campuran, didominasi oleh responden yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yaitu sebanyak 80 persen responden dengan tingkat pendidikan tinggi (tamat SMP dan tamat SMA), memilih negara tujuan ke Asia Timur dan sebanyak 66,7 persen responden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki pengalaman bernegara ke negara Timur Tengah dan Asia Timur. Tabel 12 Pengalaman Negara Tujuan Migran Berdasarkan Karakteristik Responden Saat Pertama Kali Menjadi TKW, Desa Pusakajaya, Recall Tahun 2011 Karakteristik Responden Umur Status Pernikahan Tingkat Pendidikan Timur Tengah % Negara Tujuan Asia % Timur Campuran % Total % x ,0 3 60, , ,5 x > ,0 2 40, ,5 Total , , , ,0 Menikah 18 72,0 2 40,0 2 66, ,7 Janda 1 4,0 2 40, ,1 Belum Menikah 6 24,0 1 20,0 1 33,3 8 24,2 Total , , , ,0 Rendah 4 16, ,3 5 15,2 Sedang 16 64,0 1 20, ,5 Tinggi 5 20,0 4 80,0 2 66, ,3 Total , , , ,0 Berdasarkan karakteristik pribadi responden dan dibandingkan dengan lama waktu bekerja menjadi TKW, terlihat bahwa responden dengan usia x 21 sebanyak 44,4 persen bekerja dengan lama waktu x 5 dan sebanyak 53,3 persen responden bekerja dengan lama waktu x > 5. Responden dengan usia x > 21 sebanyak 55,6 persen bekerja dengan lama waktu x 5 dan sebanyak 46,7 persen responden

64 47 bekerja dengan lama waktu x > 5. Hal ini berarti semakin tua umur responden, tidak menentukan bahwa semakin lama pengalaman waktu ia bekerja. Status pernikahan, menikah atau tidak menikah juga tidak menentukan bahwa seseorang akan lebih lama dalam pengalaman waktu bekerjanya. Responden yang menjadi TKW mayoritas berstatus menikah sebesar 72,2 persen dengan lama waktu bekerja x 5 tahun dan sebesar 60,0 persen responden berstatus menikah dengan lama waktu bekerja x > 5 tahun. Responden yang bekerja dengan lama waktu x 5 tahun sebesar 50,0 persen memiliki tingkat pendidikan sedang (tamat SD) dan sebesar 38,9 persen responden berpendidikan tinggi (tamat SMP dan tamat SMA). Responden yang bekerja dengan lama waktu x > 5 tahun sebesar 53,3 persen memiliki tingkat pendidikan sedang (tamat SD) dan sebesar 26,7 persen responden memiliki pendidikan tinggi. Lama waktu bekerja migran berdasarkan karakteristik responden saat pertama kali menjadi TKW dijelakan dalam Tabel 13. Tabel 13 Lama Waktu Bekerja Migran Berdasarkan Karakteristik Responden Saat Pertama Kali Menjadi TKW, Desa Pusakajaya, Recall Tahun 2011 Karakteristik Responden Umur Status Pernikahan Tingkat Pendidikan Lama Waktu x 5 % x > 5 % Total % x ,4 8 53, ,5 x > ,6 7 46, ,5 Total , , ,0 Menikah 13 72,2 9 60, ,7 Janda 2 11,1 1 6,7 3 9,1 Belum Menikah 3 16,7 5 33,3 8 24,2 Total , , ,0 Rendah 2 11,1 3 20,0 5 15,2 Sedang 9 50,0 8 53, ,5 Tinggi 7 38,9 4 26, ,3 Total , , ,0 5.5 Ikhtisar Bab V Faktor- faktor di daerah asal, daerah tujuan, karakteristik individu, dan karakteristik keluarga merupakan hal-hal yang dipertimbangkan perempuan di Desa Pusakajaya dalam melakukan migrasi internasional tenaga kerja. Faktorfaktor di daerah asal yang ditemukan di Desa Pusakajaya adalah faktor

65 48 kemiskinan yang disebabkan rendahnya ketersediaan lapangan pekerjaan bagi perempuan maupun laki-laki di Desa Pusakajaya, rendahnya upah bekerja, dan semakin sempitnya lahan pertanian. Terjadi perubahan sumber penghidupan di Desa Pusakajaya, masyarakat yang awal mulanya bertani kini mulai beralih pada sektor di luar pertanian yang dinilai lebih menghasilkan. Adapun faktor di daerah tujuan yang menjadi alasan perempuan menjadi TKW adalah tersedianya lapangan pekerjaan dengan upah yang tinggi dan dapat melaksanakan ibadah haji/umroh. Responden dalam penelitian ini kebanyakan adalah wanita yang berstatus menikah dengan pendidikan sedang (tamat SD) yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Responden yang berumur lebih muda yaitu x 21 cenderung memilih negara tujuan Asia Timur dan memiliki lama waktu bekerja lebih lama dari pada responden yang berumur x > 21 tahun ketika pertama kali berangkat menjadi TKW.

66 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan remitan masuk (in remittances) adalah barang, uang, dan ide yang dikirim atau dibawa migran ke daerah asalnya. Ditambahkan oleh Mantra (1995) dalam Wulan (2010) menjelaskan bahwa selain remitansi berupa uang dan barang yang bernilai ekonomis, remitansi dapat juga berupa gagasan atau ide-ide, pengetahuan, pengalaman baru yang diperoleh selama bekerja di kota. Berkaitan dengan hal tersebut, jika melihat bentuk remitan yang di Desa Pusakajaya, remitan tersebut masih dalam bentuk materi (ekonomi). Hal ini terjadi karena remitansi tersebut merupakan sumber penghidupan atau penghasilan utama bagi keluarga pekerja migran. Remitan tersebut dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bagi buruh migran yang perekonomiannya sangat sulit, bekerja menjadi fokus utama untuk membantu keluarga, ditambah lagi jika ia bekerja di negara Timur Tengah. Mereka harus menghabiskan waktu hampir seharian penuh untuk bekerja. Mereka juga tidak diberikan akses penuh untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Berikut penuturan salah seorang responden: Bekerja di negara Timur Tengah itu sangat melelahkan karena jumlah anggota keluarga yang sangat banyak dan rumah yang sangat luas. Bahkan terkadang kita tidak hanya bekerja di satu rumah saja. Terkadang dalam satu apartemen itu di atasnya juga keluarganya. Bukan tidak mungkin kita juga akan disuruh-suruh ikut membantu. Apalagi kalau bulan puasa Ramadhan, kita hampir tidak ada waktu untuk tidur. Malam harus menyiapkan makanan dan sebagainya. Kadang bekerja dalam keadaan mengantuk sekali. Kita juga tidak boleh berinteraksi dengan tetangga sekitar. Hanya sekedar mengobrol dengan pembantu di rumah lainpun tidak boleh... (MN, 31 tahun). Sebanyak 60,6 persen responden mengirimkan upahnya secara rutin dan sebanyak 39,4 persen responden mengirimkan upahnya ketika diminta saja (Gambar 7).

67 50 Tidak Rutin 39% Rutin 61% Rutin Tidak Rutin Gambar 7 Pengiriman Remitan Kepada Keluarga Migran di Desa Pusakajaya Berdasarkan Kerutinan Tahun 2011 Pengiriman remitan dalam 1 masa kontrak lebih banyak migran yang mengirimkan remitansi ke desa sebanyak 2-8 kali. Pada beberapa bulan pertama awal kontrak, sulit bagi mereka mengirimkan uang karena upah tersebut habis untuk potongan. Setiap kali kiriman, jumlah yang dikirimkan sangat bervariatif. Jumlah yang umum meraka kirimkan lewat bank setiap kali pengiriman adalah antara Rp Rp Hal ini karena ada migran yang langsung mengirimkan upahnya dalam 3-4 bulan kerja, tetapi ada juga yang menyimpannya terlebih dahulu 1-2 tahun. Pola pengiriman remitan yang dilakukan migran ini akan berpengaruh terhadap pemanfaatan remitan di daerah asal. Bagi TKW yang mengirimkan remitannya rutin setiap 3-4 bulan sekali, biasanya remitan tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan investasi pendidikan. Hal ini berarti keluarga TKW memanfaatkan remitan sebagai sumber penghidupan utama keluarganya. Ada pula TKW yang mengirimkan remitan hanya ketika diminta oleh keluarganya, biasanya penggunanaannya bervariasi seperti untuk kredit motor, perbaikan rumah dan biaya kesehatan, namun tidak menutup kemungkinan bahwa TKW yang menyimpan uangnya dulu baru ketika diminta oleh keluarga mengirimkan remitan juga ikut membantu keluarganya dalam hal konsumsi. Tingkat remitan Tenaga Kerja Wanita (TKW) dihitung dari besar kecilnya uang yang dikirimkan ke keluarga dari hasil upah TKW selama bekerja di luar negeri. Dikategorikan menjadi tiga yaitu; (1) Rendah, jika upah yang dikirimkan 0 25 persen dari upah menjadi TKW, (2) Sedang, jika upah yang dikirimkan persen dari upah menjadi TKW, dan (3) Tinggi, jika upah yang dikirimkan 51

68 51 75 persen dari upah menjadi TKW. Penggolongan ini didasarkan penemuan di lapangan dan tidak ditemukannya migran yang mengirimkan upahnya lebih dari 75 persen. Berdasarkan penggolongan tersebut dapat dilihat variasi pengiriman remitan oleh migran dan digambarkan pada Tabel 14. Tabel 14 Tabel Pengiriman Remitan Berdasarkan Tingkat Remitan, Desa Pusakajaya Tahun 2011 Tingkat Remitan (%) Jumlah Persentase (%) Rendah (0 25) 7 21,2 Sedang (26 50) 6 18,2 Tinggi (51 75) 20 60,6 Total ,0 Tabel 14 menggambarkan sebanyak 21,2 persen responden mengirim remitan sebanyak 0-25 persen dari upah yang diterimanya bekerja sebagai buruh migran. Kemudian sebanyak 18,2 persen responden mengirim remitan sebanyak persen dari upah yang diterimanya bekerja sebagai buruh migran, dan sebanyak 60,6 persen responden mengirim remitan dengan jumlah yang besar atau sebanyak persen dari upah yang diterimanya bekerja sebagai buruh migran. Banyaknya responden/buruh migran yang mengirimkan upah persen (tinggi) dari upah yang ia terima selama bekerja menjadi buruh migran, hal ini dikarenakan migran tersebut merupakan tulang punggung keluarganya yang mempunyai beban tanggungan di desanya. Hal lain yang ikut mempengaruhi pengiriman remitan tersebut yaitu permintaan khusus dari keluarganya di daerah asal. Seperti biaya untuk membangun rumah, biaya perawatan orang tua yang sakit, atau gadai sawah. Lain halnya dengan migran yang mengirimkan remitan sebesar 0-25 persen dari upah yang diterimanya bekerja sebagai buruh migran. Mereka mempunyai alasan tersendiri tidak mengirimkan remitan dalam jumlah besar ke daerah asalnya. Mereka lebih memilih menabung sendiri atau menyimpan sendiri hasil upahnya baru kemudian setelah habis masa kontrak, pulang membawa hasil upah tersebut. Hal ini biasanya dilakukan oleh buruh migran yang tidak mempunyai beban tanggungan yang besar di daerah asal atau

69 52 bukan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Hugo (1983) dalam Effendi (2004) menyatakan remitan masuk cendrung semakin besar bila mobilitas pekerja berhubungan dengan strategi rumah tangga untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Hasil remitan yang mereka kirimkan ke daerah asal dialokasikan dalam berbagai bentuk, seperti konsumsi atau investasi. Menurut hasil studi yang dilakukan di Jawa Barat pada tahun 1970-an, pada tahap awal gejala mobilitas pekerja meningkat, sebagian besar remitan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, biaya pendidikan anak, untuk membeli barang-barang konsumsi lainnya dan perbaikan rumah (Hugo 1981). Demikian juga, Jellinek (1978) menemukan remitan masuk pada tahap awal proses mobilitas masih sangat kecil digunakan untuk investasi pada kegiatan produktif. Hal ini sangat wajar karena mobilitas pekerja kebanyakan dilakukan karena tekanan kemiskinan dan kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasar hasil studi lapang di Desa Pusakajaya, penggunaan remitan selain untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi, sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan investasi, baik investasi pendidikan formal maupun investasi ekonomi (biaya yang dikeluarkan sebagai modal untuk memperoleh penghasilan kembali). Penggunaan utama remitan di Desa Pusakajaya ini adalah untuk keperluan konsumsi, baik meliputi konsumsi primer (sandang, pangan, papan) ataupun kebutuhan sekunder (kebutuhan non pangan, seperti biaya pernikahan, hajatan, kesehatan, pembayaran hutang, dan lain-lain). Jika kebutuhan utama tersebut telah terpenuhi, mereka akan mulai berinvestasi yaitu dengan membeli emas, tanah, sawah, atau ternak. Investasi lainnya yang menjadi penting bagi migran adalah investasi pendidikan. Migran mengungkapkan bahwa alasan lain mereka menjadi TKW selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari adalah mencari biaya untuk pendidikan anak-anaknya. Pengalokasian remitan yang dilakukan responden di Desa Pusakajaya tersebut membentuk beberapa cara pemanfaatan remitan. Tabel 15 menggambarkan 7 cara pemanfaatan remitan oleh keluarga migran.

70 53 Tabel 15 Tabel Pemanfaatan Remitan di Rumah Tangga Migran, Desa Pusakajaya Tahun 2011 Kode Cara Pemanfaatan Remitan Jumlah Persentase (%) 1 Konsumsi 4 12,1 4 Konsumsi, produksi, investasi pendidikan, investasi ekonomi 4 12,1 6 Konsumsi, produksi, investasi ekonomi 2 6,1 9 Konsumsi, investasi pendidikan 9 27,3 10 Konsumsi, investasi pendidikan, investasi ekonomi 11 33,3 13 Konsumsi, investasi ekonomi 2 6,1 24 Investasi pendidikan 1 3,0 Total ,0 Berdasarkan hasil penelitian di Desa Pusakajaya, sebanyak 33,3 persen responden memanfaatkan remitan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, investasi pendidikan, dan investasi ekonomi. Sebanyak 27,3 persen responden memanfaatkan remitan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan investasi pendidikan, sebanyak 12,1 persen responden memanfaatkan remitan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, sebanyak 12,1 persen responden memanfaatkan remitan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, produksi, investasi pendidikan, dan invesatsi ekonomi. Sebanyak 3,0 persen responden memanfaatkan remitan hanya untuk investasi pendidikan, hal ini dikarenakan kurangnya kepercayaan responden pada suaminya, sehingga ia menitipkan hasil upahnya pada saudaranya dan dipergunakan hanya untuk biaya pendidikan anaknya. Investasi pendidikan yang diberikan responden pada anaknya ialah pendidikan formal, sedangkan investasi ekonomi yang dilakukan responden yaitu seperti membeli tanah/pekarangan, ternak, sawah, atau untuk memperluas dan membuka usaha. Responden yang memanfaatkan hasil upahnya untuk kebutuhan konsumsi saja sebanyak 12,1 persen. Hal ini dikarenakan responden tersebut merupakan tulang punggung keluarga atau pencari nafkah utama dalam keluarganya. Pemanfaatan remitan untuk kebutuhan konsumsi primer seperti pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, dan papan seperti membeli atau memperbaiki rumah,

71 54 sedangkan untuk kebutuhan konsumsi sekunder seperti pemenuhan kebutuhan non pangan yaitu biaya pernikahan, hajatan, kesehatan, pembayaran hutang, dan lainlain. Responden yang memanfaatkan hasil upahnya tidak untuk investasi pendidikan, hal ini dikarenakan mereka memang tidak memiliki tanggungan biaya pendidikan untuk keluarga atau anaknya. Effendi (2004) mengungkapkan bahwa mobilitas pekerja dan remitan kurang mempunyai dampak pada pembangunan di daerah asal, karena banyaknya remitan masuk digunakan untuk konsumsi. Sesuai dengan sumbangan remitan migran pada daerah asal Desa Pusakajaya, seperti sumbangan untuk pembangunan sarana umum yang merupakan investasi sosial di Desa Pusakajaya, mungkin secara fisik dampak pada pembangunan desa kurang dapat dirasakan, tetapi perubahan sosial, seperti meningkatnya pendidikan keluarga migran, munculnya peluang kerja baru, dan gaya hidup menuju kehidupan yang lebih baik menjadi dampak adanya remitan. 6.2 Tingkat Remitan Berdasarkan Karakteristik Responden Tingkat remitan ditentukan berdasarkan karakteristik responden. Tabel 16 menjelaskan tingkat remitan berdasarkan karakteristik responden. Karakteristik Responden Umur Status Pernikahan Tingkat Pendidikan Tabel 16 Tingkat Remitan Berdasarkan Karakteristik Pribadi Responden Rendah (0-25) % Tingkat Remitan (%) Sedang Tinggi % (26-50) (51-75) % Total % x ,1 3 50,0 9 45, ,5 x > ,9 3 50, , ,5 Total 7 100, , , ,0 Menikah 5 71,4 3 50, , ,7 Janda 1 14, ,0 3 9,1 Belum Menikah 1 14,3 3 50,0 4 20,0 8 24,2 Total 7 100, , , ,0 Rendah 1 14, ,0 5 15,2 Sedang 4 57,1 4 66,7 9 45, ,5 Tinggi 2 28,6 2 33,3 7 35, ,3 Total 7 100, , , ,0

72 55 Responden yang berangkat menjadi TKW ketika berumur x 21 tahun, cenderung mengirimkan remitan dengan tingkat yang rendah (0-25 %). Sebanyak 57,1 persen responden dengan umur x 21 tahun mengirimkan remitan dengan tingkat yang rendah. Responden yang berumur x > 21 tahun ketika berangkat menjadi TKW, cenderung mengirimkan remitan dengan tingkat yang tinggi (51-75 %) dari upah yang mereka terima. TKW yang menikah mengirimkan remitan lebih banyak dari pada TKW yang belum menikah atau pun janda. Walaupun demikian, jumlah yang mereka kirimkan bervariasi. TKW yang berstatus menikah mengirimkan remitan rendah (0-25 %) sebanyak 71,4 persen, TKW yang mengirimkan remitan sedang (26-50 %) sebanyak 50,0 persen, dan TKW yang mengirimkan remitan tinggi (51-75 %) sebanyak 70,0 persen. Hal ini menunjukkan keterikatan wanita yang sudah menikah dengan keluarganya di daerah asal, dilihat dari remitan yang ia kirimkan ke daerah asal Desa Pusakajaya. Responden yang memiliki tingkat pendidikan rendah (tidak tamat SD), sebanyak 14,3 persen mengirimkan remitan rendah dan sebanyak 20,0 persen mengirimkan remitan tinggi. Responden yang memiliki tingkat pendidikan sedang (tamat SD) lebih banyak mengirimkan remitannya ke daerah asal dengan jumlah yang bervariasi. Sebanyak 57,1 persen responden mengirimkan remitan dengan jumlah rendah, kemudian sebanyak 66,7 persen responden mengirimkan remitan dengan jumlah sedang, dan sebanyak 45,0 persen responden mengirimkan remitan dengan jumlah yang tinggi. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi (tamat SMP dan tamat SMA), sebanyak 28,6 persen mengirimkan remitan dengan jumlah rendah, sebanyak 33,3 persen mengirimkan remitan dengan jumlah sedang, dan sebanyak 35,0 persen responden mengirimkan remitan dengan jumlah yang tinggi. 6.3 Tingkat Remitan Berdasarkan Lama Waktu dan Negara Tujuan Tingkat remitan tenaga kerja wanita ditentukan oleh negara tujuan dimana migran bekerja. Negara tujuan migran bekerja dalam penelitian ini digolongkan menjadi tiga, yaitu Timur Tengah (Mekkah, Saudi Arabia, Bahrein), Asia Timur (Taiwan, Hongkong), Malaysia, dan campuran (pernah bekerja di Timur Tengah

73 56 dan Asia Timur). Tabel 17 menggambarkan tingkat remitan yang dikirimkan kepada rumah tangga berdasarkan negara tujuan dimana migran bekerja. Tabel 17 Tingkat Remitan Migrasi Internasional Perempuan di Desa Pusakajaya Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2011 Tingkat Remitan Timur Tengah % Negara tujuan Asia % Campuran % Timur Total % Rendah 5 20,0 1 20,0 1 33,3 7 21,2 Sedang 5 20,0 1 20,0 0 0, ,2 Tinggi 15 60,0 3 60,0 2 66, ,6 Total , , , ,0 Tabel 17 menggambarkan migran yang mengirim remitan tinggi, yaitu persen gaji, sebanyak 15 orang responden (60,0 %) yang bekerja di Timur Tengah, sebanyak 3 orang responden (60,0 %) yang bekerja di Asia Timur, dan sebanyak 2 orang responden (66,7 %) yang pernah bekerja di Timur Tengah dan Asia Pasifik. Dapat dilihat bahwa responden yang mengirim remitan tinggi yaitu persen gaji, sejumlah 20 orang (60,6 %) dari total responden 33 orang memang memiliki motivasi yang tinggi untuk bekerja membantu keluarga di daerah asal, karena kebanyakan upah hasil kerja migran di sana dikirimkan ke daerah asal untuk membantu biaya pendidikan anak dan kehidupan sehari-hari rumah tangga. Walaupun jika dilihat dari tingkat upah yang diterima migran, tingkat upah bekerja di Negara Timur Tengah lebih rendah dibanding tingkat upah bekerja di Negara Asia Timur, namun hal ini tidak membuktikan bahwa migran dengan upah yang tinggi akan mengirim remitan lebih besar ke daerah asal. Pernyataan salah satu responden mengungkapkan mengirimkan hampir seluruh gajinya ke daerah asal untuk biaya sekolah anaknya. Gaji Bapak aja gak cukup buat bantu anak kuliah Neng, anak tertua Ibu yang kuliah di Bandung butuh biaya juga. Jadi Ibu nekat aja kerja ke luar negeri. Gajinya Ibu pegang sendiri, nanti tiap 3 bulan Ibu kirim semua ke rumah (SH, 38 tahun).

74 57 Hal ini juga berarti bahwa semakin pengalaman bernegara yaitu pernah bekerja di negara Timur Tengah dan Asia Timur, maka semakin tinggi tingkat remitan yang dikirimkan ke daerah asal. Hal lain yang berpengaruh pada tinggi rendahnya remitan yang dikirimkan ke daerah asal yaitu rasa kecewa migran mengirimkan remitan ke daerah asal yang tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh keluarga di daerah asal, sehingga ia lebih memilih untuk menyimpannya dahulu sebelum dibawanya pulang ke Indonesia. Diungkapkan salah seorang responden yang menyatakan alasannya tidak mengirimkan remitan dalam jumlah besar ke daerah asal: Saya dulu pernah kecewa ngirim duit ke rumah Neng, awalnya tu duit saya titip ke anak tertua saya sama istrinya, tapi ternyata habis gitu aja. Terus saya ngirim juga buat ngegadai sawah, eh taunya ditipu gitu aja. Sawahnya mah gak ada, duit juga abis. Paling sekarang mah saya ngirim cuma buat nita, kan dia masih sekolah, jadi saya kasih buat jajan aja palingan (JD, 54 tahun). Selain itu, tingkat remitan juga dipengaruhi oleh lamanya bermigrasi. Hasil penelitian Murdiyanto (2001) menjelaskan bahwa remitan ditentukan oleh lamanya bermigrasi. Semakin lama bermigrasi maka semakin besar tingkat remitan yang migran sumbangkan pada rumah tangga di desa. Gambaran tingkat remitan yang dikirimkan kepada rumah tangga berdasarkan lama waktu migran digambarkan pada Tabel 18. Tabel 18 Tingkat Remitan Migrasi Internasional Perempuan di Desa Pusakajaya Berdasarkan Lama Waktu Tahun 2011 Tingkat Remitan Lama Waktu (tahun) x 5 % x > 5 % Total % Rendah 4 21,1 3 21,4 7 21,2 Sedang 2 10,5 4 28,6 6 18,2 Tinggi 13 68,4 7 50, ,6 Total , , ,0 Berdasarkan Tabel 18, banyaknya migran yang bekerja ke luar negeri selama kurang dari sama dengan lima tahun (x 5) sebanyak 19 orang (57,6 %),

75 58 dan jumlah migran yang bekerja selama lebih dari lima tahun (x > 5) sebanyak 14 orang (42,4 %). Jumlah migran yang mengirim remitan persen (tinggi) gaji sebanyak 20 orang (60,6 %), migran yang mengirim persen (sedang) gaji sebanyak 6 orang (18,2 %), dan migran yang mengirim 0-25 persen (rendah) gaji sebanyak 7 orang (21,2 %). Migran yang telah bekerja selama kurang dari sama dengan lima tahun (x 5), kemudian mengirimkan remitan dengan jumlah yang tinggi yaitu persen gaji, sebanyak 13 orang (68,4 %), hal ini dikarenakan pada tahun-tahun awal bekerja, upah/remitan yang diterima migran lebih banyak dikirimkan pada keluarga di daerah asal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, biaya pendidikan, dan membayar hutang. Kemudian migran yang telah bekerja selama lebih dari lima tahun (x > 5), kemudian mengirimkan remitan dengan jumlah yang tinggi yaitu persen gaji, sebanyak 7 orang (50 %). Dapat dilihat banyaknya migran yang mengirimkan remitan dalam jumlah tinggi sebanyak 60,6 persen dari total 33 responden, dikarenakan keterikatan migran pada keluarga di daerah asal dan remitan merupakan sumbangan pendapatan yang sangat berarti bagi rumah tangga migran di Desa Pusakajaya, namun bagi migran yang bekerja lebih dari lima tahun (x > 5) cenderung lebih memilih untuk menyimpan hasil upahnya sendiri kemudian dibawa pulang untuk investasi. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden: Waktu itu saya mengirim uang untuk modal suami, tapi suami saya malah ditipu jadi gak sukses, gitu lagi gitu lagi, jadi saya lebih memilih simpen sendiri aja uangnya, nanti kalo pulang ke Indonesia baru saya puter lagi uangnya buat modal kredit dagangin barang-barang (DR, 42 tahun). 6.3 Ikhtisar Bab VI Alokasi penggunaan remitan di Desa Pusakajaya terfokus pada pemenuhan kebutuhan konsumsi, produksi, investasi pendidikan, dan investasi ekonomi, sedangkan untuk alokasi pemanfaatan remitan dalam bentuk investasi sosial, tidak ditemukan. Dari berbagai pemanfaatan remitan tersebut kemudian muncul berbagai cara yang dilakukan migran dalam memanfaatkan hasil remitan tersebut. Dapat dilihat bahwa migran yang melakukan migrasi internasional tenaga kerja

76 59 menilai bahwa investasi pendidikan bagi keluarga sangat penting. Terbukti dengan adanya seorang migran yang melakukan migrasi internasional tenaga kerja hanya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan keluarganya. Tingat remitan yang dikirimkan ke daerah asal bervariasi menurut jumlahnya. Migran yang menyimpan sendiri gajinya sebelum dikirimkan ke daerah asal lebih banyak ditujukan untuk investasi, seperti membeli dan memperbaiki rumah ketika kembali dari bekerja. Lamanya waktu bekerja tidak terlalu berpengaruh pada banyaknya remitan yang dikirimkan ke daerah asal. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyaknya jumlah tanggungan di daerah asal, rasa kekecewaan migran mengirimkan upahnya yang habis begitu saja di daerah asal, dan dikarenakan pada tahun-tahun awal bekerja, upah/remitan yang diterima migran lebih banyak dikirimkan pada keluarga di daerah asal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, biaya pendidikan, dan membayar hutang.

77 60 BAB VII PENUTUP 7.1 Simpulan Faktor penyebab perempuan Desa Pusakajaya melakukan migrasi internasional tenaga kerja yang dilihat dari fator pendorong dari daerah asal Desa Pusakajaya dan faktor penarik dari daerah tujuan dipengaruhi oleh ketersediaan lapangan pekerjaan di daerah tujuan dengan upah yang tinggi dan semakin sempitnya lahan pertanian di daerah asal serta ketidaktersediaan lapangan pekerjaan di daerah asal menjadi faktor penyebab utama bagi perempuan Desa Pusakajaya untuk bekerja ke luar negeri. Pemanfaatan remitan di Desa Pusakajaya dialokasikan dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi, investasi pendidikan, investasi ekonomi, dan produksi, sedangkan untuk alokasi pemanfaatan remitan dalam bentuk investasi sosial (sumbangan untuk pembangunan desa) tidak ditemukan. Pemanfaatan remitan oleh keluarga migran di Desa Pusakajaya terfokus pada pemenuhan kebutuhan konsumsi dan investasi pendidikan. 7.2 Implikasi Mengingat peranan migrasi internasional yang besar terhadap perekonomian rumah tangga di Desa Pusakajaya, maka beberapa implikasi yang dianjurkan antara lain: 1. Bagi pemerintah daerah dan pemerintah pusat perlu terus mengupayakan peningkatan perlindungan dan pemberdayaan bagi TKW yang melakukan migrasi internasional tenaga kerja, karena pentingnya remitan yang didapat dengan bekerja sebagai TKW sebagai strategi nafkah yang dilakukan perempuan desa dalam upaya meningkatkan perekonomian keluarga. 2. Bagi pemerintah desa perlu melakukan pemberdayaan bagi perempuan yang akan berangkat menjadi TKW maupun eks TKW agar memiliki kemampuan lebih dalam memanfaatkan pengalamannya menjadi TKW dan mengelola remitan/hasil yang didapat selama bekerja menjadi

78 61 TKW, sehingga dapat berperan secara lebih nyata dalam proses pemberdayaan diri dan proses pembangunan di perdesaan terutama dalam usaha menciptakan lapangan pekerjaan di desa. 3. Bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang diharapkan mengarahkan penelitiannya lebih mendalam terhadap dampak adanya remitan, baik secara ekonomi maupun sosial.

79 62 DAFTAR PUSTAKA [BNP2TKI] Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia [Internet]. [Diunduh 15 September 2010]. Buchori C, Amalia M Migrasi, remitansi dan pekerja migran perempuan. [Internet]. [Diunduh 27 Februari 2011]. Dharmawan A Sistem penghidupan dan nafkah perdesaan pandangan sosiologi nafkah (livelihood sociology) mahzab barat dan mahzab Bogor [ID]. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. Vol. 01 (02). Djuriah Analisis keberhasilan program pengiriman TKW Indonesia ke luar negeri: kasus TKW ke Arab Saudi di Desa Sawah, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Effendi TN Mobilitas pekerja, remitan dan peluang berusaha di perdesaan. Dalam: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. [Internet]. [Diunduh 5 Februari 2010]: Vol. 8 (2): i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataid=5637 Elizabeth R Remitans bekerja dari luar negeri dan diversifikasi usaha rumah tangga di pedesaan: survai empat desa di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Pontianak. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Hugo GJ Population mobility in West Java. Yogyakarta [ID]: Gajah Mada University Press. [IOM] International Organization for Migration Indonesia Fact sheet, migration and development, remittances and Indonesian. [Internet]. [Diunduh 27 Februari 2011]. 0Indonesia%20Fact%20Sheet%202010_eng(lo).pdf. Jellinek L Bab 5 sistem pondok dan migrasi sirkuler. Kuntjoro-Jakti D, editor. Kemiskinan di Indonesia. Jakarta [ID]: Yayasan Obor Indonesia. Kustini Perceraian dikalangan buruh migran perempuan: Studi kasus Desa Kadapura, Kecamatan Cibodas, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Lee E Suatu teori migrasi. (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh Hans Daeng). Yogyakarta [ID]: Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Mantra IB Mobilitas sirkuler dan pembangunan daerah asal. Warta Demografi. No. 3. Mukbar D Perdesaan, migrasi, dan perubahan penghidupan. [Internet]. [Diunduh 11 Februari 2011].

80 Murdiyanto E Remitan migran sirkuler dan gejala perubahan struktur sosial di perdesaan Jawa. [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Pardede, IA Pengaruh migrasi internasional terhadap daerah asal. Studi kasus TKI di Desa Kertamukti, Kec Haur Wangi, Kab Cianjur, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Potensi Desa Pusakajaya Daftar isian data profil desa dan kelurahan. Subang [ID]: Pemerintah Desa Pusakajaya Kecamatan Pusakajaya Kabupaten Subang Jawa Barat. Raharto A (Editor) Migrasi dan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia: Isu Ketenagakerjaan. Jakarta [ID]: Kerjasama Pusat Penelitian Kependudukan dan LIPI dengan The Australian National University dan The Australian Agency for International Development. Roganda Mobilitas dan status sosial buruh migran perempuan yang pernah bekerja di luar negeri. Studi kasus Desa Kutawangi, Kec Rawamerta, Kab Karawang, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Salama NL Tingkat remitan tenaga kerja wanita dan perkembangan kesejahteraan keluarga. Kasus di Desa Jambenenggang, Kec Kebunpedes, Kab Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Scoones I Sustainable rural livelihoods a framework for analysis, IDS Working Paper 72, Brighton: IDS. Singarimbun M Bab 1 metode dan proses penelitian. Singarimbun M, Effendi S, editor. Metode penelitian survai. Edisi Ke-19. Jakarta [ID]: LP3ES. Toersilaningsih R Mobilitas non permanen pekerja di Indonesia sebuah alternative dalam mengatasi kemiskinan. Warta Demografi. 40 (2). Wahyuni ES, Muljono P Bahan kuliah metode penelitian sosial. Bogor [ID]: Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Warsito R Tenaga Kerja Indonesia (TKI) peran dan pengaruhnya terhadap ekonomi rakyat di wilayah pedesaan di Propinsi Jawa Tengah. [Laporan akhir]. Salatiga [ID]: Fakultas Pertanian, Universitas Kristen Satya Wacana. Wulan TR Pengetahuan dan kekuasaan: Penguatan remitan sosial sebagai strategi pemberdayaan buruh migran perempuan Indonesia. Warta Demografi. 37 (2) Pengetahuan dan kekuasaan: Penguatan remitan sosial sebagai strategi pemberdayaan buruh migran perempuan Indonesia. [Disertasi]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Zid M Belajar dari Panyingkiran dan Ciherang: Antara resiko dan manfaat migran internasional perempuan dari pedesaan. Warta Demografi. 40 (2). 63

81 LAMPIRAN 64

82 65 Lokasi Penelitian Gambar 8 Sketsa Lokasi Desa Pusakajaya, Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 Gambar 9 Sketsa Desa Pusakajaya Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi merupakan fenomena penting pada era globalisasi. Perempuan Indonesia perdesaan terutama kalangan menengah ke bawah hampir

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORETIS

BAB II PENDEKATAN TEORETIS BAB II PENDEKATAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Migrasi Internasional dan Faktor yang Mempengaruhinya Hasil studi mengenai migrasi yang dilakukan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) oleh Puslitbang

Lebih terperinci

MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT

MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT ABSTRACT ISSN : 1978-4333, Vol. 05, No. 03 MIGRASI INTERNASIONAL PEREMPUAN DESA DAN PEMANFAATAN REMITAN DI DESA PUSAKAJAYA, KECAMATAN PUSAKAJAYA, KABUPATEN SUBANG, PROVINSI JAWA BARAT Women International

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

viii PERAN REMITAN BURUH MIGRAN INTERNASIONAL BAGI RUMAH TANGGA DI PEDESAAN ANGGI PRATAMA

viii PERAN REMITAN BURUH MIGRAN INTERNASIONAL BAGI RUMAH TANGGA DI PEDESAAN ANGGI PRATAMA viii PERAN REMITAN BURUH MIGRAN INTERNASIONAL BAGI RUMAH TANGGA DI PEDESAAN ANGGI PRATAMA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian sudah seharusnya mendapat prioritas dalam kebijaksanaan strategis pembangunan di Indonesia. Selama lebih dari 30 tahun terakhir, sektor pertanian di Indonesia,

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan kemampuan menciptakan lapangan kerja sebagai

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

Agus Joko Pitoyo Kata Kunci : remitan, tenaga kerja wanita, pendidikan anak.

Agus Joko Pitoyo Kata Kunci : remitan, tenaga kerja wanita, pendidikan anak. PEMANFAATAN REMITAN TENAGA KERJA WANITA UNTUK PENDIDIKAN ANAK DI DESA JANGKARAN, KECAMATAN TEMON, KABUPATEN KULON PROGO Faniza Widya Pangestu fanizapangestu@gmail.com Agus Joko Pitoyo jokokutik@yahoo.com

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Keterbatasan kesempatan kerja di Indonesia secara umum membuat beberapa kelompok sosial dan masyarakat terpinggirkan karena minimnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI

PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI PERANAN PRODUKSI USAHATANI DAN GENDER DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI LAHAN SAWAH: STUDI KASUS DI KABUPATEN BOGOR SOEPRIATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Saya

Lebih terperinci

PEMANFAATAN REMITTEN DAN PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI KABUPATEN JEMBER

PEMANFAATAN REMITTEN DAN PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI KABUPATEN JEMBER PEMANFAATAN REMITTEN DAN PENINGKATAN STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI KABUPATEN JEMBER REMITTEN UTILIZATION AND IMPROVEMENT OF SOCIAL EKONOMIC STATUS OF INDONESIAN MIGRANT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses

BAB I PENDAHULUAN. timpang dan ketidakseimbangan struktural (Mudrajad Kuncoro, 1997). tidak hanya mampu mendorong, tetapi juga dapat menganggu proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Teori Kuznet pembangunan di Negara sedang berkembang identik dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahap awal pembangunan namun disertai dengan timbulnya

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK TERHADAP MASYARAKAT LOKAL (Studi kasus di Desa Nambo, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

Lembaran Fakta MIGRASI, REMITANSI DAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN

Lembaran Fakta MIGRASI, REMITANSI DAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized MIGRASI, REMITANSI DAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN Oleh: Chitrawati Buchori dan Mia Amalia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR

PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR PENGARUH PERGERAKAN PENDUDUK TERHADAP KETERKAITAN DESA-KOTA DI KECAMATAN KARANGAWEN DAN KECAMATAN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh : KURNIAWAN DJ L2D 004 330 NOVAR ANANG PANDRIA L2D 004 340 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang berada dikawasan Asia Tenggara dan memiliki peringkat keempat dengan jumlah penduduk terbesar setelah

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar Kerja Antar Negara (AKAN) Antar kerja antar Negara (AKAN) juga tidak kalah penting untuk dianalisis mengingat kontribusi pekerja kategori ini yang umumnya dikenal dengan TKI terhadap perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kerja di dalam negeri sangat terbatas sehinga menyebabkan banyak Tenaga Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 27 ayat 2 menyatakan bahwa Setiap warga Negara Republik Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghidupan

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK (Kasus : Perokok Aktif di Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kotamadya Jakarta Selatan) Oleh DYAH ISTYAWATI A 14202002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN (PERSISTENCE) MASYARAKAT TANI (Studi Kasus: Kampung Ciharashas dan Cibeureum Batas, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I34063121 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN

PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN PERILAKU MOBILITAS PENDUDUK SIRKULER DI DESA JAYASARI KECAMATAN LANGKAP LANCAR KABUPATEN PANGANDARAN Ufik Taufik (ochenkgrabes@yahoo.co.id) H. Nandang Hendriawan (nandang.hendriawan@yahoo.com) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu sumber tenaga kerja yang terbesar di dunia. Salah satu penyumbang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang cukup besar adalah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas penduduk, terutama mobilitas dari pedesaan ke perkotaan. Banyak hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Indonesia berpengaruh terhadap perubahan sosial demografi. Salah satu perubahan itu tercermin dari meningkatnya mobilitas penduduk,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi

V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA. penting untuk diteliti secara khusus karena adanya kepadatan dan distribusi 131 V. DESKRIPSI PERKEMBANGAN MIGRASI, PASAR KERJA DAN PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Migrasi Internal Migrasi merupakan salah satu faktor dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Peninjauan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. 1 PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis. Meskipun perekonomian Indonesia mengalami peningkatan, tetapi

Lebih terperinci

MIGRASI INTERNASIONAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI KELUARGA MIGRAN DI DESA SERAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR PENDAHULUAN

MIGRASI INTERNASIONAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI KELUARGA MIGRAN DI DESA SERAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR PENDAHULUAN P R O S I D I N G 429 MIGRASI INTERNASIONAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI BAGI KELUARGA MIGRAN DI DESA SERAH, KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR 1) Dian Retno Intan, 2) Yayuk Yuliati 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alternatif kesempatan kerja bagi daerah-daerah yang kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mencari kehidupan di negeri orang sebenarnya merupakan alternatif terakhir bagi seseorang, kecuali di sekitar tempat kediamannya tidak terdapat kesempatan kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nova Windasari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan sektor penting yang berfungsi bagi pemenuhan kebutuhan manusia yang kian hari kian bertambah. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP (Studi Kasus: Industri Besar-Sedang Di Kota Cilacap) TUGAS AKHIR Oleh: ANI KURNIATI L2D 001 403 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN

ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN ANALISIS EKONOMI SEKTOR INFORMAL DI KOTA TANGERANG :STRATEGI BERTAHAN HIDUP DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENDAPATAN MIGRAN NURJANNAH YUSUF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 1. Pengertian Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 tentang Antar Kerja Antar Negara yang dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia

Lebih terperinci

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada. kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG ANALISIS POTENSI TENAGA KERJA DALAM KELUARGA UNTUK PENGEMBANGAN USAHATERNAK SAPI PERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG SKRIPSI AYU PRIHARDHINI SEPTIANINGRUM PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean lainnya telah memasuki babak baru perekonomian yang disebut dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani)

Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) Kontribusi Pendapatan Buruh (Lisna Listiani) KONTRIBUSI PENDAPATAN BURUH TANI PEREMPUAN TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA BABAKANMULYA KECAMATAN JALAKSANA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) Oleh : WAHYUNI RAHMIATI SIREGAR A14204045 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kesimpulan Dari uraian dan berbagai temuan serta hasil pengkajian dari temuan lapang di Indramayu dan Pontianak tersebut, secara sederhana dapat disajikan beberapa simpulan

Lebih terperinci

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI JAWA TENGAH PADA PRA DAN ERA OTONOMI DAERAH OLEH LINA SULISTIAWATI H14053044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI JAMBU BIJI MELALUI PENERAPAN IRIGASI TETES DI DESA RAGAJAYA KEC. BOJONG GEDE, KAB. BOGOR FADIL DHIKAWARA A14103535 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada 20 tahun terakhir ini fenomena perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain atau bisa disebut juga urbanisasi menjadi salah satu fenomena sosial yang

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 4 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian industri dan Penggolongannya Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian industri adalah kegiatan memproses atau mengolah barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ABDUL MUGNI A14202017 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk piramida penduduk Indonesia yang expansif menyebabkan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berpenduduk terbanyak nomor empat di dunia setelah China (RRC), India dan Amerika Serikat. Pada tahun 2010, sebanyak 237.641.326

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR.

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR. KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR Oleh: NUR AZMI AFIANTI A14301087 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN DALAM ORGANISASI PERUSAHAAN (Kasus PT Indofarma Tbk. Cikarang, Kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat) FACHRI AZHAR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H14053975 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN ANALISIS PERMINTAAN DAN SURPLUS KONSUMEN TAMAN WISATA ALAM SITU GUNUNG DENGAN METODE BIAYA PERJALANAN RANI APRILIAN DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Krisis moneter yang melanda Indonesia pada Tahun 1997 meningkatkan angka kemiskinan dan angka pengangguran. Jumlah penduduk miskin selama periode 1996-2006 berfluktuasi dari

Lebih terperinci

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO.

RINGKASAN. RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. RINGKASAN RAHMAWATI. Analisis Peramalan Ekspor Batubara dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Indonesia. Dibimbing oleh DJONI HARTONO. Negara Indonesia mempunyai kandungan sumberdaya alam berlimpah salah

Lebih terperinci

Oleh: ZAINUL AZMI A

Oleh: ZAINUL AZMI A FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PETANI MENGIKUTI PROGRAM PENGELOLAAN HUTAN BERSAMA MASYARAKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN DAN CURAHAN KERJA (Studi Kasus Desa Babakan, Kecamatan Tenjo,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I34060667 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN

ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN ANALISIS GENDER DALAM PROGRAM DESA MANDIRI PANGAN (Studi Kasus: Desa Jambakan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah) Oleh: SITI NURUL QORIAH A14204066 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA. Oleh : AGUS WIDODO A

PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA. Oleh : AGUS WIDODO A PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA (STUDI KASUS DI PT SS JAKARTA) Oleh : AGUS WIDODO A.14202326 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM

RINGKASAN ANGGIT GUMILAR. Pengaruh Suku Bunga Terhadap Penyaluran Berbagai Jenis Kredit UMKM di Indonesia. Dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS. Peran UMKM PENGARUH SUKU BUNGA TERHADAP PENYALURAN BERBAGAI JENIS KREDIT UMKM DI INDONESIA Oleh: ANGGIT GUMILAR H 14104103 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI HUBUNGAN PENGUASAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Studi Kasus Kelompok Tani Harum IV Kelurahan Situmekar, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi) SKRIPSI OCTIASARI H34070084 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten)

PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL. (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) PEMBERDAYAAN EKONOMI KELOMPOK USAHA RUMAH TANGGA BERBASIS MODAL SOSIAL (Studi Kasus: Kelompok Usaha Pengrajin Tahu Tempe di Kedaung, Ciputat- Banten) NUR PUTRI AMANAH DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia hingga saat ini belum mampu mensejahterakan seluruh masyarakat Indonesia. Sebagian besar masyarakat masih belum merasakan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial

Lebih terperinci

POLA MIGRASI MASYARAKAT DESA SIDAMULYA KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

POLA MIGRASI MASYARAKAT DESA SIDAMULYA KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP POLA MIGRASI MASYARAKAT DESA SIDAMULYA KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S1 Dibuat Oleh: Siti Soliah 1001010006 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA (Kasus Pedagang Sayur di Kampung Bojong Rawa Lele, Kelurahan Jatimakmur, Kecamatan

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi. Oleh : SUPRIYANTO NIM : E

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi. Oleh : SUPRIYANTO NIM : E MOBILITAS PENDUDUK NON PERMANEN DAN PERUBAHAN KEADAAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DI DESA GADUDERO DAN DESA PAKEM KECAMATAN SUKOLILO KABUPATEN PATI JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP *Eliza Umami Universitas Negeri Malang Jl Semarang no. 5 Malang E-mail: elizaumami_lgeo2010@yahoo.com

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL

KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL Armansyah Mahasiswa Kependudukan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Jalan Padang Selasa No.524, Bukit Besar Palembang 30139 E-mail:

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penting karena tidak lepas dari proses pembangunan dan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena penting karena tidak lepas dari proses pembangunan dan kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dinamika penempatan tenaga kerja Indonesia luar negeri merupakan salah satu fenomena penting karena tidak lepas dari proses pembangunan dan kebijakan pemerintahan.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci