BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berhasil guna (Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1992:250). Efektivitas sendiri dapat diartikan sebagai keefektifan yaitu keadaan yang berpengaruh terhadap suatu hal yang berkesan, kemanjuran, atau keberhasilan mengenai sebuah usaha atau tindakan tertentu. Efektivitas selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya diperoleh. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan yang akan dicapai, sehingga dapat dikatakan efektivitas memiliki hubungan timbal balik antara output dengan tujuan. Efektivitas berfokus pada outcome (hasil) ataupun kegiatan yang dinilai efektif jika output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya sasaran dan tujuan yang akan dicapai Metode Pembelajaran Metode merupakan cara atau teknik yang dianggap tepat untuk menyampaikan materi ajar (Prawiradilaga, 2007:18). Slameto (2010:84) menyatakan bahwa Metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar dapat berlangsung dengan lancar. Djamarah dan Surakhmad dalam Fathurrohman dan Sutikno (2007:15) menyatakan ada lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, yaitu tujuan, peserta didik, kondisi lingkungan, sarana dan prasarana, serta guru. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode sangat diperlukan guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Makin tepat metode yang digunakan guru dalam mengajar, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. 5

2 Metode Konvensional Burrowes dalam Juliantara (2009) menyampaikan bahwa Pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis. Pada metode ini guru memainkan peran yang sangat penting karena mengajar dianggap memindahkan pengetahuan kepada siswa. Sumarno (2011) menyatakan bahwa Model pembelajaran konvensional di dalamnya meliputi berbagai metode yang berpusat pada guru. Metode-metode tersebut meliputi ceramah, tanya jawab, dan diskusi. a. Metode Ceramah Metode ceramah sama baiknya dengan metode yang lain, khususnya jika itu digunakan untuk menyampaikan informasi, namun tidak lebih baik. Metode ceramah dapat menjadi metode yang efektif jika dipakai pada tingkatan yang rendah, yaitu pengetahuan dan pemahaman, dari ranah kognitif, terutama pada kelas besar, namun tidak efektif jika digunakan untuk mengajar keterampilan (Zaini, dkk. 2004:92). Kelebihan metode ceramah antara lain: 1) praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan 2) efisien dari sisi waktu dan biaya 3) dapat menyampaikan materi yang banyak 4) mendorong guru menguasai materi 5) lebih mudah mengontrol kelas 6) siswa tidak perlu persiapan 7) siswa dapat langsung menerima ilmu pengetahuan Kelemahan metode ceramah antara lain: 1) membosankan 2) siswa tidak aktif 3) informasi hanya satu arah 4) feed back relatif rendah 5) menggurui dan melelahkan 6) monoton 7) tidak mengembangkan kreativitas siswa 8) menjadikan siswa hanya sebagai objek didik

3 7 Jika siswa terlalu sering diajar dengan metode ini, dikhawatirkan merekka akan terbiasa hanya untuk menerima, tidak untuk mencari dan menemukan. Padahal di zaman sekarang pendidikan dituntut untuk membekali siswa keterampilan sebagai modal untuk masa depannya kelak. Namun, di sisi lain jika pengajaran tidak menggunakan ceramah maka pemahaman siswa akan dipertanyakan. Oleh karena itu, metode ceramah yang divariasikan dengan metode yang lain akan sangat siswa untuk memahami materi yang diberikan. b. Metode Diskusi Fathurrohman dan Sutikno (2007:62) menyatakan bahwa metode diskusi merupakan salah satu metode pembelajaran di mana Dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Sumarno (2011) menyatakan bahwa tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. diantaranya: Sumarno berpendapat bahwa kelebihan metode diskusi adalah: 1) dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide. 2) dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi setiap permasalahan. 3) dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau gagasan secara verbal. Di samping itu, diskusi juga bisa melatih siswa untuk menghargai pendapat orang lain. Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan, 1) sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang siswa yang memiliki keterampilan berbicara. 2) terkadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga kesimpulan menjadi kabur. 3) memerlukan waktu yang cukup panjang, yang terkadang tidak sesuai dengan yang direncanakan. 4) sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak terkontrol.

4 8 Suatu diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan menghasilkan suatu pemecahan masalah. Manakala salah satu diantara siswa berbicara, maka siswa-siswa lain yang menjadi bagian dari kelompoknya aktif mendengarkan. Siapa yang berbicara terlebih dahulu dan begitu pula yang menanggapi, tidak harus diatur terlebih dahulu. Dalam berdiskusi, sering kali siswa saling menanggapi jawaban temannya atau berkomentar terhadap jawaban yang diajukan siswa lain. Demikian pula mereka kadang-kadang mengundang anggota kelompok lain untuk bicara, sebagai narasumber. c. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat juga dari siswa kepada guru (Fathurrohman dan Sutikno, 2007:62). Metode ini dimaksudkan untuk merangsang daya pikir dan membimbing siswa untuk mencari kebenaran. Kusumah (2009) menyatakan: Metode tanya jawab adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa memahami materi tersebut. Metode tanya jawab akan menjadi efektif bila materi yang menjadi topik bahasan menarik, menantang dan memiliki nilai aplikasi tinggi. Pertanyaaan yang diajukan bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan jawaban), serta disajikan dengan cara yang menarik. Ada beberapa kelebihan dan kelemahan dari metode tanya jawab (Joesafira, 2011): Kelebihan: 1) kelas lebih aktif karena siswa tidak sekadar mendengarkan saja 2) memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya sehingga guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh para siswa 3) guru dapat mengetahui sampai di mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan. Kelemahannya: 1) dengan tanya jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalakm mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru.

5 9 2) membutuhkan waktu lebih banyak. Metode tanya jawab hanya dapat dipakai oleh guru secara umum untuk menetapkan perkiraan apakah anak didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami pelajaran yang diberikan dan metode ini tidak dapat digunakan sebagai ukuran untuk menetapkan kadar pengetahuan anak didik dalam suatu kelas karena metode ini tidak memberi kesempatan yang sama pada setiap murid untuk menjawab pertanyaan Metode Eksperimen Metode eksperimen atau percobaan dapat diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan siswa secara aktif dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu (Sumantri, 1998:157). Metode ini dipandang sebagai metode yang sesuai untuk pembelajaran IPA karena dengan eksperimen mampu menyediakan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Dalam proses belajar mengajar siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri. Sumantri (1998:158) menyatakan kekuatan penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran adalah 1) membuat siswa percaya pada kesimpulan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru maupun buku; 2) siswa terlibat secara aktif mengumpulkan data, informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukannya; 3) dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah; dan 4) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif, realistis, dan menghilangkan verbalisme. Lebih lanjut Sumantri (1998:159) menyebutkan beberapa keterbatasan pada metode eksperimen, yaitu: 1) memerlukan alat percobaan yang lengkap; 2) dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu yang lama; 3) menimbulkan kesulitan bagi guru dan siswa bila kurang berpengalaman dalam penelitian; serta 4) kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan menyimpulkan.

6 10 Sagala (2010:220) mengemukakan beberapa kebaikan metode eksperimen. Kelebihannya yaitu: (1) metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku saja; (2) dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang ilmuwan; (3) metode ini didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain: (a) siswa belajar dengan mengalami atau mengamati sendiri suatu proses atau kejadian; (b) siswa terhindar jauh dari verbalisme; (c) memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif dan realistis; (d) mengembangkan sikap berpikir ilmiah; dan (e) hasil belajar akan tahan lama dan internalisasi. Sagala (2010:221) menyatakan ada beberapa kelemahan dari metode eksperimen, yaitu: (1) pelaksanaan metode ini sering memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan baku yang tidak mudah diperoleh dan murah; (2) setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian; dan (3) sangat menuntut penguasaan perkembangan materi, fasilitas peralatan, dan bahan mutakhir. Sagala (2010) juga mengatakan ada beberapa cara untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode eksperimen, antara lain: (1) hendaknya guru menerangkan sejelas-jelasnya tentang hasil yang ingin dicapai sehingga ia mengetahui pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen; (2) hendaknya guru membicarakan bersama-sama dengan siswa tentang langkah yang dianggap baik untuk menyelesaikan masalah dalam eksperimen, serta bahan-bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat; (3) bila perlu, guru menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan; dan (4) guru perlu merangsang agar setelah eksperimen berakhir, ia membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan atau kekeliruan. Surakhmad (1980:114) juga mengemukakan beberapa saran untuk mengadakan eksperimen: a. terangkan tujuan pelajaran sehingga siswa mengetahui pertanyaanpertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen,

7 11 b. mendiskusikan langkah-langkah yang dianggap baik untuk memecahkan masalah dalam eksperimen, serta bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat, c. bila perlu, bantu siswa untuk memperoleh bahan yang diperlukan, d. setelah eksperimen berakhir, rangsang rasa ingin tahu anak dengan membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikannya bila ada perbedaan atau kekeliruan. Pelaksanaan demonstrasi sering kali diikuti dengan eksperimen. Pelaksanaan eksperimen lebih memperjelas hasil belajar, karena setiap siswa mengalami/melakukan percobaan. Proses semacam ini sesuai dengan pandangan teori belajar modern, learning by doing, yaitu belajar melalui pengalaman langsung. Model belajar ini dapat memperkuat daya ingat anak dan biaya terhitung murah karena menggunakan alat dan media belajar lingkungan sekitar (Samatowa, 2010:5). Perbedaan utama antara demonstrasi dan eksperimen terdapat pada proses pelaksanaannya. Demonstrasi hanya mempertunjukkan suatu proses di depan kelas, sedangkan eksperimen memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan sendiri tentang proses yang dimaksud. Demonstrasi biasanya dirangkaikan dengan eksperimen agar dapat mempertinggi efektivitas pengajaran yang dilaksanakan. Langkah-langkah dalam melakukan demonstrasieksperimen menurut Ali (1987:85) adalah: a. langkah umum 1) merumuskan tujuan yang jelas 2) mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan 3) memeriksa peralatan yang akan digunakan 4) menetapkan langkah pelaksanaan 5) memperhitungkan alokasi waktu b. langkah demonstrasi 6) mengatur tata ruang sehingga memungkinkan siswa memperhatikan pelaksanaan demonstrasi 7) menetapkan kegiatan yang dilakukan selama pelaksanaan

8 12 c. langkah eksperimen 8) memberi penjelasan secukupnya tentang apa yang harus dilakukan siswa 9) membicarakan dengan siswa tentang langkah yang ditempuh, bahan yang diperlukan, variabel yang perlu diamati, dan hal yang perlu dicatat 10) menentukan langkah-langkah pokok dalam membantu siswa selama eksperimen 11) menetapkan follow up (tindak lanjut) eksperimen Kegiatan percobaan sangat membantu menjadikan belajar aktif. Pada umumnya akan lebih baik bagi siswa mengalami sesuatu daripada hanya mendengarnya dari pembicaraan. Dalam membantu aktivitas pengalaman, berikut adalah langkah-langkah yang mesti dipertimbangkan (Silberman, 2003:54): a. menjelaskan tujuan, b. menunjukkan manfaatnya, c. berbicara pelan ketika memberikan arahan, d. memperagakan aktivitas jika penjelasannya terlalu rumit, memberi kesempatan pada siswa untuk melihat peragaannya sebelum mereka melakukannya e. membagi kelas menjadi beberapa subkelompok sebelum memberikan arahan, f. memberi tahu siswa berapa banyak waktu yang mereka miliki, g. mengusahakan agar aktivitas terus berjalan, h. memberikan sesuatu yang menantang kepada siswa, i. mendiskusikan selalu kegiatan yang berlangsung, j. menyusun dengan baik pengalaman pemrosesan pertama, mengarahkan diskusi dan mengajukan beberapa pertanyaan saja. Dari berbagai pendapat mengenai langkah-langkah yang perlu diperhatikan pada metode eksperimen tersebut dapat disimpulkan bahwa langkah kerja metode eksperimen adalah sebagai berikut:

9 13 a. memeriksa kesiapan siswa, b. mempersiapkan dan memeriksa alat dan bahan yang akan digunakan, c. merumuskan tujuan yang jelas, d. menjelaskan manfaat dari kegiatan yang akan dilakukan, e. menentukan langkah pelaksanaan kegiatan, f. menentukan alokasi waktu, g. membagi kelas menjadi beberapa kelompok, h. mengatur tata ruang sehingga setiap siswa dapat memperhatikan pelaksanaan demonstrasi, i. menentukan kegiatan yang akan dilakukan selama pelaksanaan, j. memberi penjelasan dan petunjuk seperlunya kepada siswa, k. mendiskusikan langkah yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah, l. mendemonstrasikan percobaan jika penjelasannya terlalu rumit sebelum siswa melaksanakan percobaan, m. menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan siswa untuk mempermudah jalannya percobaan, n. memberi tahu siswa berapa banyak waktu yang dimiliki, o. melakukan percobaan yang telah direncanakan, bila dianggap kurang memuaskan dapat mengulang kembali percobaan, p. mendiskusikan kegiatan yang sedang dilakukan untuk merangsang rasa ingin tahu siswa, q. melaporkan hasil percobaan secara tertulis, r. membandingkan hasil eksperimen antara kelompok yang satu dengan yang lain dan mendiskusikannya, dan s. menetapkan tindak lanjut. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa secara individual maupun berkelompok untuk berlatih melakukan suatu proses percobaan. Dengan melakukan sebuah percobaan siswa dapat menjadi lebih yakin atas suatu hal dibandingkan dengan hanya penjelasan dari guru ataupun buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap-sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan.

10 Hakikat Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses atau cara untuk menjadikan seseorang mengubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1992:14). Dunne dan Wragg (1996:12) menyatakan bahwa lebih mudah bila mencari definisi pembelajaran yang efektif dengan cara menjelaskan beberapa karakteristiknya yang dapat disepakati bersama hingga pada tingkat tertentu, walau bukan kesepakatan secara universal. Pembelajaran merupakan suatu proses yang menghasilkan perubahan mental, keterampilan motorik, kesejahteraan emosi, motivasi, keterampilan sosial, sikap, dan struktur kognisi yang berkelanjutan (Ward, 2007:17). Jadi, pembelajaran tidak terputus setelah terjadi perubahan pada diri manusia. Perubahan itu akan berlanjut selama manusia hidup. Pembelajaran adalah sebuah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku, pengetahuan, dan keterampilan kognitif yang terjadi melalui pengalaman, di mana dalam kegiatan pembelajaran guru dan siswa berinteraksi secara langsung (Prawiradilaga, 2007:19). Pendidikan biasanya tidak efektif jika memisahkan teori dengan praktiknya, sehingga guru harus mengusahakan pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu indera (Dryden, 2003:163). Pembelajaran efektif memudahkan siswa untuk belajar sesuatu yang bermanfaat, antara lain fakta, keterampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup dengan sesama, atau hasil belajar yang diinginkan. Harefa (2000:36) mengemukakan pendapat bahwa Pembelajaran memungkinkan seorang anak manusia berubah dari tidak mampu menjadi mampu atau dari tidak berdaya menjadi sumber daya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses melalui pengalaman dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu untuk mengembangkan keterampilan, sikap, penghargaan, dan pengetahuan yang berupa sebuah sistem yang terdiri dari tujuan, materi ajar, strategi pembelajaran, serta penilaian hasil belajar dan menghasilkan perubahan pada diri peserta didik.

11 Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar IPA adalah ilmu pengetahuan yang memiliki objek dan menggunakan metode ilmiah yang membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh seseorang (Samatowa, 2010:3). Sedangkan menurut Trianto (2010:136) IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sifat ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. Pada Standar Isi BNSP disebutkan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pada Standar Isi BNSP disebutkan bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: berikut. 1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan- Nya 2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat 4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan 5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam 6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan 7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

12 16 b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Laksmi dalam Trianto (2010:142) mengatakan sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah memiliki tujuan: a) memberikan pengetahuan kepada siswa mengenai dunia tempat hidup dan bagaimana bersikap; b) menanamkan sikap hidup ilmiah; c) memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan; d) mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja, serta menghargai para ilmuan penemunya; e) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan permasalahan. Griffith (2006:126) berpendapat bahwa IPA sebagian besar merupakan masalah sikap, sebuah cara untuk melihat dunia dengan mempelajari sebanyak mungkin mengenai hal itu. Tinjauan ilmiah terdiri dari beberapa langkah yaitu pengamatan, melihat dengan cermat pokok bahasan pembelajaran, memperhatikan sebanyak mungkin mengenai hal ini; prediksi, menggunakan pengamatan sebagai dasar untuk memprediksi perilaku masa depan, baik mengenai pokok bahasan tertentu atau mengenai pokok bahasan yang serupa; eksperimentasi (uji coba), menguji prediksi itu terhadap kenyataan dan mengulang prediksi berdasarkan pengamatan baru yang didapatkan (Griffith, 2006:125). Piaget dalam Adriana (2007:49) mengatakan sedikitnya ada tiga hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam merancang pembelajaran di kelas, terutama dalam pembelajaran IPA, yaitu (1) seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan, (2) anak memiliki tanggapan yang berbeda mengenai benda atau kejadian, dan (3) apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak

13 17 tidaklah cukup untuk menjamin perkembangan intelektual anak. Sependapat dengan Piaget, Bruner (dalam Adriana, 2007:56) mengatakan ada tiga ciri utama pembelajaran penemuan pada pembelajaran IPA yaitu (1) keterlibatan siswa dalam proses belajar, (2) peran guru sebagai penunjuk dan pengarah bagi siswanya yang mencari informasi, dan (3) umumnya dalam proses pembelajaran digunakan barang-barang nyata. Ilmu Pengetahuan Alam bukanlah sekadar ilmu yang mempelajari mengenai berbagai kejadian yang ada dalam kehidupan alam semesta ini, melainkan juga mengenai perbuatan atau tindakan untuk memahami kejadiankejadian yang terjadi di kehidupan. Pengamatan, pembuatan kesimpulan sementara, dan pengujian merupakan cara untuk menemukan sebuah pola yang ada dalam suatu permasalahan ilmiah sehingga dapat digunakan sebagai pengalaman. Sumaji, dkk (2008:112) menganjurkan agar: Para guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA menempatkan aktivitas nyata anak dengan berbagai objek yang akan atau sedang dipelajarinya, anak dibimbing untuk melakukan penelusuran masalah, mencari penjelasan, mengembangkan kemampuan motorik, dan berlatih menggunakan penalaran untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan melakukan kegiatan eksperimen yang relevan. Tugas guru dalam mengajar antara lain membantu transfer belajar yang bertujuan untuk menerapkan hal-hal yang telah dipelajari pada situasi baru. Pendidikan IPA seharusnya tidak hanya berguna bagi anak dalam kehidupannya, tetapi juga untuk perkembangan suatu masyarakat dan kehidupan yang akan datang (Sumaji dkk, 2008:117) Materi Sifat Cahaya Benda-benda yang ada di sekitar dapat dilihat apabila ada cahaya yang mengenai benda tersebut. Cahaya yang mengenai benda akan dipantulkan oleh benda ke mata sehingga benda tersebut dapat terlihat. Cahaya berasal dari sumber cahaya. Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar atau dipantulkan dari benda tersebut, yang sampai ke mata.

14 18 Cahaya ada 2 macam, yaitu: a. cahaya yang berasal dari benda itu sendiri, seperti matahari, senter, lilin, dan lampu; b. cahaya yang memancar dari benda akibat memantulnya cahaya pada permukaan benda tersebut dari sumber cahaya. Misalnya, jika melihat benda berwarna biru, artinya benda tersebut memantulkan cahaya berwarna biru. Cahaya yang sering dilihat merupakan cahaya tampak. Cahaya tampak sebenarnya tersusun atas semua warna pelangi. Jika sinar matahari menembus butiran air hujan, akan dibelokkan dan diuraikan menjadi tujuh warna. Tujuh warna tersebut antara lain, merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Bagaimana dengan benda yang berwarna hitam dan putih? Benda akan tampak hitam jika benda tersebut menyerap semua warna cahaya. Benda akan terlihat putih jika benda tersebut memantulkan semua warna cahaya. a. Cahaya merambat lurus Saat berjalan di kegelapan, senter sangat diperlukan. Ketika senter dinyalakan, bagaimana arah rambatan cahaya yang keluar dari senter tersebut? Cahaya dari lampu senter arah rambatannya menurut garis lurus. Berdasarkan dapat tidaknya memancarkan cahaya, benda dikelompokkan menjadi benda sumber cahaya dan benda gelap. Benda sumber cahaya dapat memancarkan cahaya. Contoh benda sumber cahaya yaitu matahari, lampu, dan nyala api. Sementara itu, benda gelap tidak dapat memancarkan cahaya. Contoh benda gelap yaitu batu, kayu, dan kertas. Berdasarkan dapat tidaknya meneruskan cahaya, benda dibedakan menjadi benda tidak tembus cahaya dan benda tembus cahaya. Benda tidak tembus cahaya tidak dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Apabila dikenai cahaya, benda ini akan membentuk bayangan. Contoh benda tidak tembus cahaya yaitu kertas, karton, tripleks, kayu, dan tembok. Sementara itu, benda tembus cahaya dapat meneruskan cahaya yang mengenainya. Contoh benda tembus cahaya yaitu kaca.

15 19 b. Cahaya dapat dipantulkan Pemantulan cahaya ada dua jenis yaitu pemantulan baur (pemantulan difus) dan pemantulan teratur. Pemantulan baur terjadi apabila cahaya mengenai permukaan yang kasar atau tidak rata. Pada pemantulan ini, sinar pantul arahnya tidak beraturan. Sementara itu, pemantulan teratur terjadi jika cahaya mengenai permukaan yang rata, licin, dan mengilap. Permukaan yang mempunyai sifat seperti ini misalnya cermin. Pada pemantulan ini sinar pantul memiliki arah yang teratur. Cermin merupakan salah satu benda yang memantulkan cahaya. Berdasarkan bentuk permukaannya ada cermin datar dan cermin lengkung. Cermin lengkung ada dua macam, yaitu cermin cembung dan cermin cekung. c. Cahaya dapat dibiaskan Apabila cahaya merambat melalui dua zat yang kerapatannya berbeda, cahaya tersebut akan dibelokkan. Peristiwa pembelokan arah rambatan cahaya setelah melewati medium rambatan yang berbeda disebut pembiasan. Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat, cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya merambat dari udara ke air. Sebaliknya, apabila cahaya merambat dari zat yang lebih rapat ke zat yang kurang rapat, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat dari air ke udara. Pembiasan cahaya sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dasar kolam terlihat lebih dangkal daripada kedalaman sebenarnya. Gejala pembiasan juga dapat dilihat pada pensil yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air. Pensil tersebut akan tampak patah. d. Cahaya dapat diuraikan Pelangi terjadi karena peristiwa penguraian cahaya (dispersi). Dispersi merupakan penguraian cahaya putih menjadi berbagai cahaya berwarna. Cahaya matahari yang dilihat berwarna putih. Namun, sebenarnya cahaya matahari tersusun atas banyak cahaya berwarna. Cahaya matahari diuraikan oleh titik-titik air di awan sehingga terbentuk warna-warna pelangi.

16 Hasil Belajar Menurut Uno (2008:213) hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam diri seseorang karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Gagne memberikan lima macam hasil belajar (Adriana, 2007:7). Adapun taksonomi Gagne tentang hasil-hasil belajar meliputi: Tabel 2.1 Taksonomi Hasil Belajar Gagne No. Taksonomi Sifat 1. Informasi verbal (verbal information) Kognitif 2. Keterampilan-keterampilan intelektual (intellectual skills) Kognitif a. Diskriminasi (discrimination) b. Konsep-konsep konkret (concrete concepts) c. Konsep-konsep terdefinisi (defined concepts) d. Aturan-aturan (rules) 3. Strategi-strategi kognitif (cognitive strategies) Kognitif 4. Sikap-sikap (attitudes) Afektif 5. Keterampilan-keterampilan (motor skills) Psikomotorik Keberhasilan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh berfungsinya secara integratif dari setiap faktor pendukungnya, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar menurut Hanafiah dan Suhana (2010:9) antara lain: a) peserta didik dengan sejumlah latar belakangnya, b) pengajar yang profesional; c) atmosfir pembelajaran partisipasif dan interaktif; d) sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran, e) kurikulum; f) lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ilmu, dan teknologi serta lingkungan alam sekitar; g) atmosfir kepemimpinan pembelajaran yang sehat, partisipasif, demokratis, dan situasional; serta h) pembiayaan yang memadai. Slameto (2010:54) menyatakan ada faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu: a. faktor intern, merupakan faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, yang termasuk di dalamnya: 1) faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan cacat tubuh) 2) faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan)

17 21 3) faktor kelelahan b. faktor ekstern, merupakan faktor yang ada di luar individu, yang termasuk di dalamnya: 1) faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan) 2) faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode mengajar, dan tugas rumah) 3) faktor masyarakat (kegiatan anak dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat) Proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal siswa itu sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Menurut Magnesen (Prawiradilaga, 2007:24) belajar terjadi berdasarkan 10% dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% dari yang didengar dan dilihat, 70% dari yang dikatakan, dan 90% dari yang dikatakan dan dilakukan. Proses belajar terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui inderanya, siswa dapat menyerap materi secara berbeda. Pengajar mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat berlangsung lancar. Benjamin Bloom dalam Sagala (2010:33) tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga domain, yaitu: (1) domain kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian; (2) domain afektif yang mencakup kemampuan emosional yang meliputi kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; serta (3) domain psikomotor yang mencakup kemampuan motorik yang terdiri dari gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif. Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan

18 22 intelektual, yakni kemampuan anak dalam menggunakan otaknya untuk berpikir (Sanjaya, 2010:272). Dalam penelitian ini hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar dari aspek kognitif. 2.2.Hasil Penelitian yang Relevan Adapun penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Tri Noor Jannah dengan judul Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III Materi Bumi dan Alam Semesta SDN Penanggungan Malang. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dari analisis data diketahui bahwa rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen 79,10, lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar kelompok kontrol sebesar 72,76. Sesuai tabel analisis uji t hasil belajar diperoleh nilai p adalah 0,002 di mana lebih kecil daripada 0,05 sehingga H 0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA kelas III materi bumi dan alam semesta SDN Penanggungan Malang. 2.3.Kerangka Pikir Dalam perkembangan di dunia pendidikan, pembelajaran IPA di sekolah dasar masih menggunakan metode pembelajaran konvensional. Dalam hal ini guru masih mendominasi proses belajar mengajar dan tidak melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa cepat bosan dan tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru. Guru dituntut untuk dapat merancang pembelajaran yang kreatif dan inovatif yang sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar. Dengan metode eksperimen maka penguasaan materi ajar yang diberikan akan lebih mudah ditangkap oleh siswa karena siswa diberi kesempatan untuk mengalami/melakukan, mengikuti suatu proses, serta mengamati suatu objek, keadaan, atau proses sendiri sehingga siswa dituntut untuk mengalami, mencari kebenaran, dan mencari kesimpulan sendiri dari proses yang dialami. Dalam penelitian ini, peneliti akan membandingkan antara kelompok kontrol yaitu SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga kelas V A dan kelompok eksperimen

19 23 yaitu SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga kelas V B. Dalam hal ini kelompok kontrol menggunakan metode kovensional yang sudah biasa digunakan dalam kelas sedangkan kelompok eksperimen menggunakan metode eksperimen. Pada awal kegiatan penelitian, peneliti menguji tingkat homogenitas kedua kelompok terlebih dahulu, dengan membuat soal tes yang akan diberikan kepada kedua kelompok tersebut, yaitu kelompok kontrol (kelas V A) dan kelas eskperimen kelas V B). Dalam alat ukur hasil evaluasi antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama, hasil pre-test kedua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian Gambar 2.1 merupakan gambaran mengenai kondisi awal kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang memiliki hasil belajar sama. Kelompok kontrol diajar dengan metode konvensional, sedangkan kelompok eksperimen diajar dengan menggunakan metode eksperimen, kemudian diadakan post-test untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari hasil post-test dapat dibandingkan adanya perbedaan hasil belajar antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

20 Hipotesis Penelitian Berdasarkan uraian kerangka pikir, peneliti mengemukakan hipotesis penelitian yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar siswa dengan menggunaan metode eksperimen. H 0 : X 1 = X 2 Yaitu Rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga kelas V B) sama dengan rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol (SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga kelas V A), artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode eksperimen dengan metode konvensional terhadap hasil belajar IPA pokok bahasan sifat cahaya. H 1 : X 1 > X 2 Yaitu Rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen (SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga kelas V B) lebih besar dari rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol (SDN Sidorejo Lor 01 Salatiga kelas V A), artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode eksperimen dan metode konvensional terhadap hasil belajar IPA pokok bahasan sifat cahaya.

BAB II KAJIAN TEORI. Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan

BAB II KAJIAN TEORI. Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan BAB II KAJIAN TEORI A. Metode Eksperimen Metode berasal dari Bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja

Lebih terperinci

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

BAB II UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA 10 BAB II 10 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENERAPKAN METODE INKUIRI PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA A. SIFAT-SIFAT CAHAYA Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar atau dipantulkan dari benda tersebut, yang sampai ke mata. Cahaya menurut sumber berasalnya ada 2 macam, yaitu: 1. cahaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Rasa Ingin tahu. a. Pengertian Rasa Ingin Tahu

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Rasa Ingin tahu. a. Pengertian Rasa Ingin Tahu 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Rasa Ingin tahu a. Pengertian Rasa Ingin Tahu Kegiatan belajar mengajar yang efektif diperlukan adanya suatu sikap rasa ingin tahu siswa terhadap materi pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 65 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah : SD Negeri Mangunsari 02 Mata Pelajaran Kelas / Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) : V / II : Cahaya dan Sifat-Sifatnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Ceramah Ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang paling banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah ini dilakukan dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Sekolah Dasar (SD)/Madrasah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau sains (science) diambil dari kata latin Scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah menentukan model atau metode mengajar tentang

Lebih terperinci

Lampiran 1 Surat Keterangan Izin UJI Coba Instrumen dari kampus

Lampiran 1 Surat Keterangan Izin UJI Coba Instrumen dari kampus 64 Lampiran 1 Surat Keterangan Izin UJI Coba Instrumen dari kampus 65 66 Lampiran 2 Surat Keterangan Izin Penelitian Kelas Eksperimen dari kampus Lampiran 3 Surat Keterangan Izin Penelitian Kelas Kontrol

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus

SIFAT-SIFAT CAHAYA. 1. Cahaya Merambat Lurus SIFAT-SIFAT CAHAYA Dapatkah kamu melihat benda-benda yang ada di sekelilingmu dalam keadaan gelap? Tentu tidak bukan? Kita memerlukan cahaya untuk dapat melihat. Benda-benda yang ada di sekitar kita dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Slameto (2010:2-3) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011: 7) hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal yang sama juga dikemukakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan keterampilan, sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Jihad (2008: 2) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang,

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Jihad (2008: 2) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Belajar Menurut Jihad (2008: 2) belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam. Pengembang : Mimi Irawan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam. Pengembang : Mimi Irawan Lampiran I RPP Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Negeri Sidorejo Lor 05 Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam Kelas : V (Lima) Semester : 2 (Dua) Waktu : 2x35 Menit Pengembang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan pembelajaran IPA di atas yakni menumbuh kembangkan pengetahuan dan keterampilan, maka hal ini sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian mengenai teori-teori menurut pendapat dari beberapa ahli yang digunakan untuk mengembangkan dan mendukung penelitian ini. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Peraga Gambar Alat peraga adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran IPA a. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan haanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO Aan Setiawati, S.Pd. SD NIP. 196705041991032006 ABSTRAK Penelitian ini merupakan Penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDASI SOAL EVALUASI POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA

LAMPIRAN 1 SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDASI SOAL EVALUASI POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA LAMPIRAN 57 58 LAMPIRAN 1 SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDASI SOAL EVALUASI POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT CAHAYA Jawablah pertanyaan berikut dengan cara memilih salah satu jawaban yang benar pada lembar jawab yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. scientia yang berarti saya tahu. Menurut Patta Bundu (2006: 9),sains

BAB II KAJIAN PUSTAKA. scientia yang berarti saya tahu. Menurut Patta Bundu (2006: 9),sains BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Pembelajaran IPA SD 1. Pengertian IPA Trianto (2010: 136) berpendapat bahwa IPA atau ilmu pengetahuan alam merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan ini dilakukan dalam praktek pembelajaran dikelas V SD Negeri Sumogawe 04, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sekarang ini sedang mengalami berbagai macam permasalahan, terutama yang erat kaitannya dengan sumber daya manusia yakni guru dan siswa. Untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu alam atau dalam bahasa Inggris disebut natural science atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran 1. Hakikat Pembelajaran Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan dasar bagi siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota

Lebih terperinci

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

materi yang ada dalam suatu pengajaran. 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yang harus kita mengerti yaitu pemahaman dan konsep, dua kata tersebut yang harus kita pahami terlebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bab 1 pasal 1 disebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode Demonstrasi Demonstrasi adalah peragaan atau pertunjukan untuk menampilkan suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode demonstrasi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dari segi istilah dapat diartikan sebagai ilmu yang berisi pengetahuan alam. Ilmu artinya pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar (Anni dkk, 2009: 85). Perolehan aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari tentang peristiwaperistiwa yang terjadi di alam. Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendidikan IPA di SD Ketrampilan proses adalah salah satu pendekatan, disamping pendekatan yang menekankan pada fakta dan pendekatan konsep, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Metode eksperimen Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, siswa melakukan percobaan dengan mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari atau melakukan sendiri, mengikuti

Lebih terperinci

Siklus I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolahan : SD Negeri Watu Agung 1 Mata pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Meteri Pokok : Sifat-Sifat Cahaya Kelas/Semester : V/II Alokasi Waktu : 2

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nilai Semester 1 Mata Pelajaran IPA SDN Gendongan 01 Salatiga

Lampiran 1 Nilai Semester 1 Mata Pelajaran IPA SDN Gendongan 01 Salatiga LAMPIRAN 36 37 Lampiran 1 Nilai Semester 1 Mata Pelajaran IPA SDN Gendongan 01 Salatiga Keterangan: Nomor Responden Nilai 1 40 2 41 3 46 4 34 5 60 6 20 7 53 8 67 9 63 10 39 11 43 12 86 13 83 14 39 15 40

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Defenisi Pembelajaran Pembelajaran merupakan terjemahan dari learning yaitu suatu proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan secara sadar oleh seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7

BAB II KAJIAN TEORI. tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pemahaman 1. Pengertian Pemahaman Pemahaman ini berasal dari kata Faham yang memiliki tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 7 Disini ada pengertian tentang pemahamn yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan sumber belajar dapat membantu pencapaian keberhasialn pembelajaran. Ditegaskan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Metode Pembelajaran Di dalam mengajar ilmu pengetahuan, metode menurut Soedomo Hadi (2008: 109) metode adalah cara bekerja menurut aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Kegiatan dalam proses belajar mengajar guru, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir maupun berbuat.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.Pembelajaran Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai eduaktif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik (Djamarah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA. menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran IPA Model Pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Konsep Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan. Hamalik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang sangat besar, terutama pendidikan di tingkat dasar dan menengah. Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

Menurut aliran behavioristik dalam Wina (2009: 114) belajar adalah pembentukan

Menurut aliran behavioristik dalam Wina (2009: 114) belajar adalah pembentukan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relative dalam aspek kognitif dan psikomotor,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dasar (SD) adalah salah satu wujud pendidikan dasar formal dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dasar. Pendidikan dasar merupakan fondasi yang penting

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam sering disebut science. Telah mempengaruhi sebagian besar kehidupan manusia. Setiap warga masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan (Syaripudin, T: 2009, 5).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pendidikan IPA SD BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Pengertian Pendidikan IPA SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang dipelajari oleh semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR A. Pendekatan Keterampilan Proses Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli pendidikan tentang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR Erlinda Guru SDN 018 Rantau Sialang erlinda916@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDITAS SOAL VALIDITAS

SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDITAS SOAL VALIDITAS LAMPIRAN 60 LAMPIRAN 1 SOAL EVALUASI SEBELUM VALIDITAS SOAL VALIDITAS A. Pilihlah jawaban yang tepat dengan cara menyilangnya (X)! 1. Dibawah ini merupakan sumber cahaya adalah... a. Matahari c. Generator

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran IPA di SD 1. Pembelajaran Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup hal pengertian belajar, hakikat kegiatan belajar mengajar, dan hakikat IPA.

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup hal pengertian belajar, hakikat kegiatan belajar mengajar, dan hakikat IPA. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup hal pengertian belajar, hakikat kegiatan belajar mengajar, dan hakikat IPA. Hal-hal tersebut terjabar dalam penjelasan berikut. 2.1.1. Belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran IPA di SD 1. Pengertian IPA Kata sains yang biasa diterjemahkan dengan ilmu pengetahuan alam (IPA) berasal dari kata natural science, yang artinya alamiah

Lebih terperinci

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa peserta didik harus

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa peserta didik harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD 2.1.1.1. Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam merupakan suatu bagian dari ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di SD Cokrowati Kecamatan Todanan Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Slameto, 2010). Menurut Gredler dalam Aunurrahman. sebelumnya tidak mengetahui sesuatu menjadi mengetahui. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Metode STAD Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerjasama.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Berikut ini akan dijelaskan mengenai kajian teori yang digunakan pada penelitian ini, antara lain Tinjauan Tentang Belajar IPA di SD, Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN 48

LAMPIRAN LAMPIRAN 48 LAMPIRAN LAMPIRAN 48 49 Lampiran 1 Instrumen Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Inkuiri Nama Sekolah : SD Negeri Mranggen Tengah Mata Pelajaran : IPA Pokok Bahasan : Cahaya dan Sifat-sifatnya Kelas/Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I A. 1 100 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Kelas Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : V (Lima) : II (Dua) : Cahaya : 3xPertemuan A. Standar Kompetensi : 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA Menurut (Depdiknas RI No. 22, 2006) bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Metode Diskusi Metode mengajar merupakan salah satu komponen yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam suatu kegiatan pembelajaran. Metode mengajar merupakan cara

Lebih terperinci

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR 6 BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA A. Definisi Metode Inkuiri Salah satu metode pembelajaran dalam bidang Sains, yang sampai sekarang masih tetap dianggap sebagai

Lebih terperinci

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aktivitas Belajar Aktivitas belajar adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan dalam belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran CTL 2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran CTL Peneliti memilih model pembelajaran CTL, dengan alasan model pembelajaran CTL mampu memfasilitasi

Lebih terperinci