SITA. Hukum Acara Perdata - FH UNS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SITA. Hukum Acara Perdata - FH UNS"

Transkripsi

1 SITA

2 Pengertian Tindakan penjagaan paksa berdasarkan perintah pengadilan/hakim untuk menempatkan harta kekayaan milik penggugat dan/atau tergugat kedalam penjagaan untuk menjamin dipenuhinya tuntutan hak. (Yahya Harahap)

3 JENIS SITA Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat : Revindicatoir Beslag Marital Beslag.

4 TUJUAN SITA Agar gugatan penggugat tidak illusoir/dapat dieksekusi Agar barang kekayaan milik Tergugat tidak dialihkan barang kekayaan milik tergugat tidak dijadikan jaminan hutang atau disewakan

5 CONSERVATOIR BESLAG (CB)/ SITA JAMINAN Penyitaan terhadap benda tetap atau benda bergerak milik Tergugat CIRI : - benda tetap atau benda bergerak milik Tergugat. - benda tetap milik Penggugat.

6 Tujuan CB Untuk menjamin pembayaran Menyita harta Tergugat sebelum Putusan Harta Tergugat tidak dialihkan / dibebani jaminan hutang

7 Lanjutan.. Pembayaran ganti rugi tuntutan dapat berupa penggantian biaya, bunga, keuntungan yang mungkin diperoleh (perkara wanprestasi 1243 KUH Perdata) Penggantian kerugian dalam bentuk materiil dan immaterial (perkara Perbuatan Melanggar Hukum/PMH - Pasal 1365 KUH Perdata)

8 Lanjutan.. Menjamin diserahkannya objek sengketa

9 REVINDICATOIR BESLAG Penyitaan terhadap benda bergerak milik Penggugat yang ada pada pihak lain (Tergugat) dengan tujuan agar benda tersebut kembali kepada Penggugat Pasal 226 HIR

10 CIRI : Benda Bergerak Milik Penggugat Dikuasai oleh Tergugat tanpa alasan hukum yang sah Penggugat dapat meyebutkan ciri benda tersebut secara jelas.

11 MARITAL BESLAG / SITA MARITAL /SITA HARTA BERSAMA Harta bersama (Pasal 35 (1) UU 1 tahun 1974 tentang Perkawinan) : Harta yang diperoleh suami istri selama masa perkawinan berlangsung Terhadap harta bersama suami istri dapat bertindak atas persetujuan bersama

12 Harta Pribadi/Bawaan (Pasal 35 (2) UU Perkawinan) : Harta yang diperoleh suami atau istri pada saat sebelum menikah Harta yang diperoleh suami atau istri sebagai hadiah, hibah, wasiat, warisan selama perkawinan berlangsung Harta pribadi masing-masing suami atau istri mempunyai hak penuh untuk melakukan perbuatan hokum atasnya.

13 MANFAAT MARITAL BESLAG tidak menghalangi Suami/Istri memanfaatkan barang Pemanfaatan barang tidak boleh mengurangi pemenuhan kesejahteraan keluarga spt: pendidikan anak, nafkah anak atau mengusir salah satu pihak dari kediaman semula Pemanfaatan yg memberikan hasil berkewajiban membagi hasil tsb kepada pihak lain

14 Alasan Mengajukan Sita Tergugat tidak akan mau melaksanakan isi putusan secara suka rela Dikhawatirkan Tergugat akan mengalihkan hartanya atau menjadikan jaminan utang selama proses pemeriksaan berlangsung

15 Permasalahan : Bagaimana jika permohonan sita tidak diajukan sewaktu pemeriksaan di tingkat PN, bolehkan mengajukan ditingkat banding atau kasasi? Jika permohonan sita ditolak oleh Hakim PN, bolehkan hakim PT atau MA mengabulkan?

16 Waktu pengajuan permohonan sita Diajukan pada saat belum dijatuhkan putusan pada Pengadilan Tingkat Pertama (pengadilan Negeri) Diajukan selama Putusan belum dieksekusi (Pasal 227 (1) HIR

17 Pihak yg mengabulkan Sita Hakim pada tingkat PN, PT atau MA

18 Alasan dikabulkannya sita Kaitan antara objek sita dengan dalil gugatan sangat erat, sehingga penyitaan dianggap benar-benar urgen, sebab kalau tidak diletakan sita atas harta Tergugat, kepentingan PEnggugat tidak terlindungi.

19 Lanjutan. Penggugat dapat menunjukan berupa fakta atau indikasi adanya dugan atau persangkaan Tergugat berusaha menggelapkan hartanya selama proses pemeriksaan berlangsung, guna menghindari pemenuhan gugatan.

20 Barang yang dapat disita Secara umum diatur dalam Pasal 1131 KUH Perdata seluruh harta milik Debitur baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sekarang ada maupun yang aka nada, menjadi jaminan pelunasan hutang-hutangnya. (Jaminan kebendaan Umum)

21 Pasal 1132 KUH Perdata Kreditur yang memiliki hak yang didahulukan dalam pelunasan hutangnya jika memiliki jaminan kebendaan khusus untuk pelunasan hutangnya (Kreditur Preferan) Gadai, Hak tanggungan, Fiducia

22 TIDAK SEMUA BARANG DAPAT DISITA Yang dapat disita Pasal 197 (1) HIR Tang tidak dapat disita Pasal 197 (8) HIR

23 Pasal 197 (1) HIR Dalam sengketa hak milik terbatas pada barang yang disengketakan Dalam sengketa hutang piutang dengan jaminan barang tertentu barang jaminan tersebut, jika harta tsb tidak mencukupi nilainya dapat dimintakan jaminan lain dari harta milik Tergugat Sita dilakukan dengan mendahulukan benda bergerak

24 Hewan Pasal 197 (8) HIR Perkakas yang sungguh-sungguh digunakan sebagai alat pencari nafkah sehari-hari

25 Penjelasan alat pencari nafkah.. Digunakan langsung oleh seseorang dengan kekuatan tenaga fisik untuk mencari nafkah sehari-hari, seperti cangkul, parang termasuk pakaian yang digunakan sehari-hari Alat yang digunakan oleh seorang ahli atau profesi seperti gergaji bagi seorang tukang, pahat bagi pematung. Jika hewan atau barang tersebut benar-benar digunakan sebagai alat pencari nafkah dilarang untuk disita. Tetapi jika barang atau berfungsi sebagai sarana jasa atau produksi, dapat disita.

26 Penjagaan Terhadap Objek Sita Benda yang telah disita, diletakan dimana? Atau simpan oleh siapa?

27 SEMA No. 5 tahun 1975 Sita Terhadap benda bergerak Ditinggalkan untuk disimpan oleh pihak tersita/tergugat ditempat barang itu terletak, atau Sebagian atau seluruh barang dibawa ketempat penyimpanan yang patut

28 Lanjutan SEMA No. 5 tahun Sita Terhadap benda tidak bergerak Penguasaan tetap pada Tersita Tidak boleh diserahkan kepada pihak ketiga Mengajukan pendaftaran sita kepada Kantor Pertanahan jika tanah telah bersertifikat, kepada Kepala Desa/Kelurahan jika masih Leter C

29 Lanjutan.. Sita Terhadap rekening bank Rekening bank dilakukan pemblokiran dengan Tetap disimpan pada rekening tersita di bank yang bersangkutan Penjagaannya tetap berada pada tersita, oleh karena itu tidak boleh dipindahkan atas nama orang lain

30 Lanjutan.. Penyitaan tidak boleh mengurangi penguasaan dan kegiatan usaha Setiap penyitaan dibuat berita acara sita dan didaftarkan : apabila objek sita adalah tanah bersertifikat didaftarkan pada Kantor Pertanahan, apaila masih berupa Leter C kepada Kepala Desa, Fiducia di kantor Pendaftaran Fidusia

31 Permasalahan.. Bagaimana jika objek sita dialihkan oleh Tergugat? Bagaimana jika objek sita dijadikan jaminan hutang oleh Tergugat? Bagaimana jika objek sita disewakan oleh Tergugat?

32 Pasal 199 (1) dan 200 HIR kekuatan mengikat sita jaminan meliputi : Para pihak yang berperkara dan pihak ketiga yang tidak ikut dalam perkara.

33 Sejak Pengumuman sita jaminan, hukum melarang : Mengalihkan objek sita kepada pihak lain Membebaninya jaminan hutang Menyewakan kepada orang lain Jika dilakukan akibatnya BATAL DEMI HUKUM

34 Pelanggaran terhadap Pasal 199 (1) HIR : Dapat dipidana berdasarkan Pasal 231 KUHP ancaman pidana penjara 4 tahun

35 Permasalahan.. Bagaimana benda yang disita dalah perkara Perdata, juga disita dalam perkara Pidana? Perkara pidana >< Perkara Perdata Kepentingan Publik >< Privat Mana yang didahulukan?

36 Pasal 39 KUHAP Benda yang disita dalam perkara Perdata dapat disita dalam perkara Pidana

37 Benda yg disita dalam perkara PIDANA Benda yang sebagian atau seluruhnya diduga diperoleh dari tindak pidana Benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana Benda yang dipergunakan langsung untuk melakukan tindak pidana Benda yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana

38 PROVISI

39 Putusan Provisi : Putusan sementara yang berisi tindakan sementara menunggu sampai Putusan akhir mengenai pokok perkara dijatuhkan. Putusan provisi tidak boleh mengenai pokok perkara, namun hanya terbatas mengenai tindakan sementara berupa larangan melanjutkan suatu kegiatan atau bahkan perintah untuk melakukan sesuatu

40 Mengapa diperlukan Provisi? Untuk melindungi kepentingan Penggugat Menghindari kerugian lebih besar pada Penggugat Diperlukan tindakan tertentu yang sangan urgen untuk melindungi kepentingan penggugat.

41 DASAR HUKUM PROVISI Provisi diatur dalam : HIR Rbg - SEMA no. 3 tahun 2000

42 Waktu pengajuan gugatan Provisi Bersama dengan gugatan pokok perkara, atau Diajukan secara terpisah

43 Syarat formil gugatan provisi Harus memuat dasar alasan permintaan yang menjelaskan urgensi dan relevansinya Mengemukakan dengan jelas tindakan sementara apa yang harus diputuskan Gugatan provisi tidak boleh menyangkut pokok perkara

44 Jika ada gugatan provisi maka : Mendahukukan pemeriksaan gugatan provisi Sistem pemeriksaan provisi dengan prosedur singkat

45 Putusan Provisi Gugatan provisi tidak dapat diterima Jika gugatan provisi bukan tindakan sementara, tetapi sudah masuk ke pokok perkara Gugatan provisi ditolak Jika gugatan provisi tidak ada kaitan dengan pokok perkara atau tidak ada urgensinya, karena secara objektif apa yang dituntut tidak perlu dilakukan, maka gugatan ditolak.

46 Lanjutan.. Mengabulkan Gugatan provisi Jika gugatan provisi berkaitan erat dengan pokok perkara dan apabila tidak diambil tindakan sementara akan menimbulkan kerugian yang sangat besar.

47 PUTUSAN SERTA MERTA (Uitvoerbaar bij Vooraad/ UvB)

48 Definisi : Putusan serta merta adalah putusan yang dijatuhkan dapat langsung dilaksanakan eksekusinya secara serta merta, meskipun putusan tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap (Abdulkadir Muhammad )

49 Ketentuan Umum putusan yg telah berkekuatan hukum tetap yg dapat dieksekusi. Putusan pengadilan yang belum berkekuatan hukum tetap pada prinsipnya belum dapat dieksekusi (Pasal 195 dan 196 HIR)

50 Bagaimana Putusan dapat dikatakan telah berkekuatan hukum tetap?

51 DASAR HUKUM UbV 180 HIR 191 RBg 54 Rv SEMA no. 3 Tahun 2000

52 180 HIR, 191 RBg, 54 Rv Putusan pengadilan dapat dijatuhkan dengan serta merta Permasalahan : - Mengapa diperlukan Putusan serta merta? - Bagaimana jika Putusan PN telah dieksekusi secara serta merta, tapi pada tingkat PT dan MA dibatalkan?

53 Syarat UbV Menurut 180 HIR, 191 RBg, 54 Rv gugatan didasarkan atas suatu alas hak yang berbentuk akta otentik; didasarkan atas akta dibawah tangan yang diakui atau yang dianggap diakui jika putusannya dijatuhkan secara verstek; didasarkan pada putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

54 Syarat UbV menurut SEMA 3 tahun 2000 gugatan berdasarkan pada bukti surat otentik atau surat tulisan tangan yang tidak dibantah kebenaran tentang isi dan tanda tangannya; gugatan tentang hutang piutang yang jumlahnya sudah pasti dan tidak dibantah; gugatan tentang sewa menyewa tanah rumah, gudang, dan lain-lain dimana hubungan sewa menyewa sudah habis/lampau, atau penyewa terbukti melalaikan kewajibannya sebagai penyewa yang beritikat baik;

55 LAnjutan SEMA gugatan mengenai pembagian harta perkawinan (gono gini) setelah putusan mengenai gugatan cerai mempunyai kekuatan hukum tetap; dikabulkannya gugatan provisionil, dengan pertimbangan hukum yang tegas dan jelas serta memenuhi pasal 332 Rv;

56 Gugatan berdasarkan putusan yang telah berkekuatan hukum tetap dan mempunyai hubungan dengan pokok gugatan yang diajukan; Jaminan yang senilai dengan objek sengketa

57 PN yg menjatuhkan Putusan serta merta wajib meminta persetujuan MA yg didelegasikan kepada PT; 2 minggu setelah putusan, PN wajib mengirim pemberitahuan kepada PT

58 PENGGUGAT MENGAJUKAN EKSEKUSI UvB Menyampaikan salinan Putusan pada PT (30 hari) Jika PEnggugat mengajukan pemohonan eksekusi, dikirimkan pada PT beserta berkas lengkap disertai pendapat KPN

59 Pemulihan kembali Eksekusi Uvb (Rehabilitasi) Pemulihan dari Pihak Ke tiga Melalui gugatan Contoh : A menggugat B C PT,MA membatalkan UbV, maka B harus menggugat A dan C

60 Pemulihan terhadap barang yang telah hancur mengganti dengan barang sejenis jumlahnya sama sama kualitasnya sama nilai harganya sama ukurannya

61 ganti rugi dengan uang : Penggugat diperintahkan untuk membayar ganti rugi pemulihan yang adil, dengan cara ganti rugi itu : ditaksir dengan harga pada saat pemulihan itu dilaksanakan

62 CARA MENYUSUN GUGATAN Pengertian Gugatan adalah tuntutan perdata tentang hak yang mengandung sengekata dengan pihak lain (Sudikno Mertokusumo)

63 Bentuk Gugatan Tidak ada format baku Ditujukan kepada Ketua Pengadilan Negeri Secara umum berisi Kepala Surat; identitas para pihak; Posita; dan Petitum

64 ISI DAN SISTEMATIKA GUGATAN Tempat dan tanggal pengajuan gugatan Pengadilan Negeri yg berwenang Identitas Penggugat/para Penggugat dan Kuasa hukum (jika ada diajukan oleh kuasa hukum) Identitas Tergugat/para Tergugat

65 Nama IDENTITAS PARA PIHAK Orang : nama lengkap, termasuk gelar atau alias jika ada Badan hukum : harus ditulis lengkap berdasarkan anggaran dasar.

66 Lanjutan.. Alamat Orang : kediaman pokok, alamat kediaman tambahan atau tempat tinggal riil. dilihat dari : KTP, NPWP, Kartu Keluarga (KK) Badan Hukum : dilihat dari anggaran dasar, NPWP, izin usaha, papan nama

67 Lanjutan.. Penyebutan Identitas lain, tidak imperatif. Boleh Menambahkan identitas Tergugat secara lengkap spt : umur, pekerjaan, agama, jenis kelamin, kebangsaan. Tidak mencantumkan identitas diatas, tidak mengakibatkan gugatan obscuur libel atau error in persona Yg utama nama dan alamat.

68 Posita/Fundamentum Petendi URAIAN TENTANG FAKTA/PERISTIWA YG MENDASARI GUGATAN (RECHTFEITEN) Hubungan hukum penggugat -Tergugat Alasan tuntutan (ganti rugi,) Alasan Sita jaminan/ Revindicatoir/ marital Alasan Uit Verbaar Bij Vooraad (UbV) AlasanDwang Som

69 Uraian tentang Hukum (Rechtsgronden) Dasar hukum yang mengatur tentang masalah yg disengketakan (Cerai, wanprestasi, PMH, waris)

70 PETITUM/TUNTUTAN Hal-hal yg dituntut Penggugat PRIMER Mengabulkan gugatan untuk seluruhnya Sah dan berharga sita Menyatakan Tergugat wanprestasi/ PMH/ ahli waris dari / perceraian Menghukum Tergugat membayar sejumlah uang/melakukan sesuatu UbV Menghukum Tergugat membayar biaya perkara SUBSIDER Mohon putusan seadil-adilnya

71 CARA MENGAJUKAN GUGATAN Surat Gugatan dan Surat Kuasa (jika ada) digandakan minimal 5 / sesuai jumlah para pihak Diajukan pada Kepaniteraan Perdata PN Membayar biaya perkara Mendapat nomor perkara

72 Jika gugatan secara lisan Penggugat menyampaikan/menceritakan permasalahan dan apa yg dituntut Panitera PN mencatat

73 PENGAJUAN PEMERIKSAAN PERKARA SCR PRODEO Harus diperiksa terlebih dahulu permohonan prodeonya Syarat : Pemohon harus dalam keadaan keadaan miskin

74 Panitera PN menyerahkan berkas gugatan kepada Ketua PN Ketua PN menunjuk Majelis Hakim Majelis Hakim menetapkan hari sidang Pantera memanggil para pihak yg bersengketa.

75 PANGGILAN SIDANG Definisi : menyampaikan secara resmi dan PATUT kepada para pihak yang terlibat dalam perkara di pengadilan, agar memenuhi dan melaksanakan hal-hal yang diminta dan diperintahkan hakim di persidangan. (Yahya Harahap)

76 DASAR HUKUM Pasal 121 (2), 122, HIR Pasal 65 UU No. 2/1986 Jo. UU No. 8/2004.

77 PANGGILAN YANG PATUT Dilakukan dengan RELAS Oleh Juru Sita/Juru sita Pengganti Diterima selambat-lambatnya 3 hari kerja sebelum hari sidang Langsung kpd yg bersangkutan Panggilan kepada Tergugat disertai Gugatan Jika Tergugat tdk hadir, harus dipanggil lagi hingga 3kali panggilan.

78 Kl alamat tdk jelas, dititipkan pd kepala desa/lurah Kl tdk diketahui alamatnya, panggilan kpd Bupati ditempel pd papan pengumuman Desa, bupati, dan pengadilan. Kl sudah meninggal, panggilan diserahkan pd Ahli warisnya

79 Pendelegasian Pemanggilan Apabila para pihak bertempat tinggal di luar wilayah PN yg mengadili, pemanggilan dilakukan dgn PN yg mewilayahi tempat tinggal pihak tsb. PN yg mengadili meminta bantuan agar dilakukan pemanggilan kpd PN yg mewilayahi tmpat tinggal para pihak

80 Pihak Berperkara beralamat di Luar Negeri Pemanggilan melalui Jalur diplomatik Penyampaian melalui departemen Luar Negeri, Kedutaan, atau konsulat di tempat pihak bertempat tinggal.

81 Cara Pemanggilan Relas diserahkan langsung kepada pihak yg berperkara Relas terdiri dr 2 rangkap, di ttd oleh pihak berperkara, 1 untk pihak berperkara, 1 unkt majelis hakim Juru sita melaporkan kpd majelis hakim ttg pemanggilan sidang yg telah dilakukan.

82 Relas 1 Relas 2 Relas 3 P T P T P T Akibat Hukum Upaya Hukum 1 H H X X X X Contradictoir Banding 2 H X H X H X Verstek Verzet gugatan 3 X H X H X H Gugur baru gugatan 4 X X X X X X Dicoret baru 5 H X X H H X Contradictoir Banding

83 PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA Tata cara pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan perdata dengan nilai gugatan Materiil paling banyak 200 juta yang diselesaikan dengan tata cara dan pembuktiannya sederhana. Wajib diselesaikan 25 hari kerja sejak sidang pertama PERMA NO. 2 TAHUN 2015 ttg Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana

84 SYARAT GUGATAN SEDERHANA Perkara Perdata PMH atau wanprestasi Nilai tuntutan maks 200 juta Tidak masuk kompetensi pengadilan khusus Bukan sengketa hak atas tanah P & T masing2 1. kecuali memiliki kepentingan sama T diketahui jelas tempat tinggalnya P & T berdomisili pada wilayah PN yg sama P & T wajib datang, mesikpun menggunakan kuasa hukum

85 PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA Pendaftaran : mengisi blangko gugatan : Identitas P &T, uraian singkat duduk perkara dan Tuntutan melampirkan bukti surat yng sudah dilegislasi Membayar biaya perkara KPN menunjuk Hakim (tunggal) dan PP

86 PEMERIKSAAN PENDAHULUAN Hakim menilai apakah perkara tsb pembuktiannya sederhana Jika sifat perkara tidak sederhana, Hakim mengeluarkan penetapan bukan gugatan sederhana Tidak ada upaya hukum atas Penetapan tsb

87 Pemanggilan Para Pihak Jika P tidak hadir gugatan gugur Jika T tidak hadir 2x, Perkara diperiksa dan diputus scr contradictoir Upaya hukum bagi T: KEBERATAN

88 PERAN HAKIM Memberikan penjelasan mengenai acara gugatan sederhana Mengupayakan damai, mengajurkan P&T melakukan perdamaian diluar persidangan Menuntun pembuktian Menjelaskan upaya hukum yg dpt ditempuh

89 PERDAMAIAN Hakim mengupayakan perdamaian, Tidak terikat PERMA MEDIASI Jika terjadi perdamaian dibuat Put. akta perdamaian Putusan damai tsb tidak ada upaya hukum

90 PERSIDANGAN Pembacaan Gugatan dan Jawaban TIDAK DAPAT DIAJUKAN : Provisi, Eksepsi, Rekonpensi, intervensi, replik, duplik atau kesimpulan Gugatan yg diakui/tidak dibantah : tidak perlu dibuktikan Gugatan yg dibantah : wajib dibuktikan

91 PUTUSAN Dibacakan dlm sidang terbuka untuk umum Dapat diajukan upaya hukum Keberatan Dlm hal para pihak tdk hadir, salinan putusan disampaikan 2 hari setelah putusan

92 UPAYA HUKUM Maks. 7 hari Dapat diajukan KEBERATAN kepada Ka.PN dilampiri memori keberatan 3 hari diberitahukan kpd Termohon Pihak lawan mengajukan Kontra Memori Keberatan (3 hari sejak menerima memori keberatan)

93 PEMERIKSAAN KEBERATAN KPN menetapkan Majelis Hakim setelah berkas Keberatan lengkap Materi Pemeriksaan Putusan dan berkas gugatan sederhana Memori Keberatan Kontra memori keberatan TIDAK ada pemeriksaan tambahan

94 PUTUSAN KEBERATAN Diucapka max 7 hari sejak tanggal penetapan majelis Pemberitahuan disampaikan kpd para pihak 3 hari sejak diucapkan Putusan Keberatan berkekuatan hukum tetap Tidak ada upaya hukum banding, Kasasi atau PK

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat :

JENIS SITA. Sita Jaminan thdp barang milik Debitur/Tergugat (Conservatoir Beslag) Sita Jaminan thdp barang bergerak milik Penggugat : Definisi Sita Sita adl tindakan penjagaan paksa berdasarkan perintah pengadilan/hakim untuk menempatkan harta kekayaan milik penggugat dan/atau tergugat kedalam penjagaan untuk menjamin dipenuhinya tuntutan

Lebih terperinci

Heri Hartanto - FH-UNS. Hukum Acara Peradilan Agama

Heri Hartanto - FH-UNS. Hukum Acara Peradilan Agama Hukum Acara Peradilan Agama VOLUNTAIRE PERKARA PERDATA CONTENTIOUS Voluntaire jurisdictie / Permohonan Bukan peradilan yang sesungguhnya karena tidak mengandung konflik Hanya ada 1 pihak pemohon Hakim

Lebih terperinci

Heri Hartanto - Hukum Acara Peradilan Agama FH-UNS

Heri Hartanto - Hukum Acara Peradilan Agama FH-UNS INTERVENSI Masuknya pihak ke-3 dalam perkara yang sedang diperiksa di Pengadilan. Ada 3 jenis Intervensi : Tussenkomst (menengahi) Voeging (menyertai) Vrijwaring (ditarik sbg penjamin) Bentuk Intervensi

Lebih terperinci

Syarat DEBITOR Pailit (Psl 2 (1) UU 37/2004)

Syarat DEBITOR Pailit (Psl 2 (1) UU 37/2004) Syarat DEBITOR Pailit (Psl 2 (1) UU 37/2004) Debitor yang mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan

Lebih terperinci

KESIMPULAN. saja Kesimpulan dapat membantu hakim dalam menjatuhkan Putusan

KESIMPULAN. saja Kesimpulan dapat membantu hakim dalam menjatuhkan Putusan KESIMPULAN Kesimpulan yg dibuat oleh para pihak ttg jalannya persidangan sebelum dijatuhkan Putusan. Kesimpulan bersifat Fakultatif, artinya boleh diajukan, boleh tidak Sebaiknya dimasukan point yg menguntungkan

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA Tempat Pendaftaran : BAGAN PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA Pengadilan Agama Brebes Jl. A.Yani No.92 Telp/ fax (0283) 671442 Waktu Pendaftaran : Hari Senin s.d. Jum'at Jam 08.00 s.d 14.00 wib PADA PENGADILAN

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :

Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya : Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya : 1. a. Mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan kepada pengadilan agama/mahkamah syar iyah (Pasal 118 HIR, 142 R.Bg jo Pasal

Lebih terperinci

hal 0 dari 11 halaman

hal 0 dari 11 halaman hal 0 dari 11 halaman I. PENGERTIAN PENGGUNAAN LEMBAGA PUTUSAN SERTA MERTA (UITVOERBAAR BIJ VOORRAAD) OLEH Ketua Muda Perdata Mahkamah Agung RI (H. SUWARDI, SH, MH) Subekti menyebut, putusan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori 1. Tinjauan Umum Proses Pemeriksaan Perkara Perdata Hukum acara perdata disebut juga hukum perdata formil, yaitu kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur

Lebih terperinci

Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2

Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2 Hukum Acara Perdata Pertemuan Ke-2 Hukum acara perdata (hukum perdata formil), yaitu hukum yang mengatur mengenai bagaimana cara menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. (Prof.

Lebih terperinci

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan MEDIASI Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN Dasar Hukum : Pasal 130 HIR Pasal 154 RBg PERMA No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur

Lebih terperinci

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya :

Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat. Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya : Perkara Tingkat Pertama Cerai Gugat Langkah-langkah yang harus dilakukan Penggugat (Istri) atau kuasanya : 1. a. Mengajukan gugatan secara tertulis atau lisan kepada pengadilan agama/mahkamah syar iyah

Lebih terperinci

PROSES SIDANG PERDATA DI PENGADILAN NEGERI PUTUSSIBAU

PROSES SIDANG PERDATA DI PENGADILAN NEGERI PUTUSSIBAU PROSES SIDANG PERDATA DI PENGADILAN NEGERI PUTUSSIBAU 1. Pemeriksaan Perkara a. Pengajuan gugatan b. Penetapan hari sidang dan pemanggilan c. Persidangan pertama : gugatan gugur verstek perdamaian d. Pembacaan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT)

PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT) PEMERIKSAAN GUGATAN SEDERHANA (SMALL CLAIM COURT) di INDONESIA Oleh : Wasis Priyanto Ditulis saat Bertugas di PN Sukadana Kab Lampung Timur Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PERDATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Gugat PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET

PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET PENYELESAIAN PERKARA GUGATAN PIHAK KETIGA /DERDEN VERZET (Oleh H. Sarwohadi, S.H.,M.H. Hakim PTA NTB) I. Pendahuluan Dalam praktek beracara di muka Pengadilan sering kita dapati perkara gugatan derden

Lebih terperinci

PENGAJUAN GUGATAN by Fauzul. FH UPN JATIM 22 Maret 2013

PENGAJUAN GUGATAN by Fauzul. FH UPN JATIM 22 Maret 2013 PENGAJUAN GUGATAN by Fauzul FH UPN JATIM 22 Maret 2013 Free Powerpoint Templates Page 1 PEMBAHASAN PENGERTIAN GUGATAN PENGGABUNGAN GUGATAN KOMPETENSI ABSOLUT DAN RELATIF UPAYA MENJAMIN HAK Free Powerpoint

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERDATA (HAPerd)

HUKUM ACARA PERDATA (HAPerd) HUKUM ACARA PERDATA (HAPerd) PEMBAHASAN 1.Pengertian Pembuktian 2.Tujuan Pembuktian 3.Hukum Pembuktian 4.Beban Pembuktian 5.Alat-alat Bukti HIKMAH HARI INI ISTIGFAR menenangkan hati, menambah rizki, meredam

Lebih terperinci

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR PENYITAAN. (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR PENYITAAN (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Penyitaan Sita (Beslag) adalah suatu tindakan hukum pengadilan atas benda bergerak ataupun benda tidak bergerak

Lebih terperinci

Kuliah PLKH Oleh Fauzul A. Fakultas Hukum UPN Jatim 7 Maret /04/2013 1

Kuliah PLKH Oleh Fauzul A. Fakultas Hukum UPN Jatim 7 Maret /04/2013 1 Kuliah PLKH Oleh Fauzul A Fakultas Hukum UPN Jatim 7 Maret 2013 22/04/2013 1 Hukum Acara di Pengadilan Agama HIR/R.Bg UU No.7 tahun 1989 ttg Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dg UU No.3 tahun 2006

Lebih terperinci

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene No.1172, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Gugatan Sederhana. Penyelesaian. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN GUGATAN SEDERHANA DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN KEBERATAN DAN PENITIPAN GANTI KERUGIAN KE PENGADILAN NEGERI DALAM PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN

Lebih terperinci

Sekitar Kejurusitaan

Sekitar Kejurusitaan Sekitar Kejurusitaan (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Juru Sita Juru sita adalah salah satu pejabat yang bertugas di pengadilan agama, selain hakim, panitera dan

Lebih terperinci

E K S E K U S I (P E R D A T A)

E K S E K U S I (P E R D A T A) E K S E K U S I (P E R D A T A) A. Apa yang dimaksud dengan Eksekusi Eksekusi adalah melaksanakan secara paksa (upaya hukum paksa) putusan Pengadilan dengan bantuan kekuatan umum. B. AZAS-AZAS EKSEKUSI

Lebih terperinci

TEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG

TEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG TEMUAN BEBERAPA MASALAH HUKUM ACARA DALAM PRAKTEK PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN TINGGI AGAMA BANDUNG Oleh : DRS. H.MUHTADIN,S.H 1 ASAS-ASAS HUKUM ACARA PERDATA BERACARA HARUS BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak

Drs. H. Zulkarnain Lubis, MH BAGIAN KEPANITERAAN Judul SOP Pelaksanaan Persidangan Perkara Gugatan Cerai Talak PENGADILAN AGAMA SIMALUNGUN JLN. ASAHAN KM. 3 TELP/FAX (0622) 7551665 E-MAIL : pasimalungun@gmail.com SIMALUNGUN Nomor SOP W2-A12/ /OT.01.3/I/2017 Tanggal Pembuatan 28 Maret 2016 Tanggal Revisi 03 Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. kebenaran yang harus ditegakkan oleh setiap warga Negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada hakekatnya pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia dengan tujuan untuk mencapai suatu masyarakat

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN

STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN STANDAR PELAYANAN KEPANITERAAN PERDATA PENGADILAN Jenis No. Pelayanan 1 Pelayanan Permohonan Dasar Hukum Persyaratan Mekanisme & Prosedur Jangka Waktu Biaya Kompetensi Pelaksana Pasal 120 Pemohon 1. Permohonan

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAHAN KULIAH KD 3 HUKUM ACARA PERDATA. Hukum Acara Perdata, FH UNS

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAHAN KULIAH KD 3 HUKUM ACARA PERDATA. Hukum Acara Perdata, FH UNS FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET BAHAN KULIAH KD 3 HUKUM ACARA PERDATA PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN Dasar Hukum : Pasal 130 HIR Pasal 154 RBg PERMA No. 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di

Lebih terperinci

PEMBAHASAN JAWABAN GUGATAN BALIK (REKONVENSI) JALANNYA PERSIDANGAN

PEMBAHASAN JAWABAN GUGATAN BALIK (REKONVENSI) JALANNYA PERSIDANGAN PERSIDANGAN 2 PEMBAHASAN JAWABAN GUGATAN BALIK (REKONVENSI) JALANNYA PERSIDANGAN HIKMAH HARI INI Ilmu itu lebih baik dari pada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim)

Lebih terperinci

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.

Pada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec. SUMBER HUKUM HIR / RBg UU No. 7 / 1989 ttg PA UU No. 3 / 2006 Revisi I UU PA UU No. 50 / 2009 Revisi II UU PA UU No. 14 / 1970 kekuasaan kehakiman UU No. 14 / 1985 ttg MA UU No. 1 / 1974 ttg Perkawinan

Lebih terperinci

SALINAN P U T U S A N

SALINAN P U T U S A N SALINAN P U T U S A N Nomor: 0189/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA I.A. Prosedur Dan Proses Penyelesaian Perkara Cerai Talak PROSEDUR Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (suami) atau kuasanya : 1. a. Mengajukan

Lebih terperinci

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P U T U S A N Nomor : 511/Pdt.G/2013/PA.SUB. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sumbawa Besar yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Lebih terperinci

FINAL BUKU JURNAL KEUANGAN PERKARA PERDATA TINGKAT PERTAMA. Nomor Perkara : Pemohon : JUMLAH KETERANGAN NOMOR TANGGAL URAIAN

FINAL BUKU JURNAL KEUANGAN PERKARA PERDATA TINGKAT PERTAMA. Nomor Perkara : Pemohon : JUMLAH KETERANGAN NOMOR TANGGAL URAIAN W9-U2/02/TAPM-FORM-1/PDT/2016 BUKU JURNAL KEUANGAN PERKARA PERDATA TINGKAT PERTAMA Nomor Perkara : Pemohon : NOMOR TANGGAL URAIAN PENERIMAAN JUMLAH PENGELUARAN KETERANGAN W9-U2/02/TAPM-FORM-2/PDT/2016

Lebih terperinci

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95

PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95 \ PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat 11610 Telp./Fax. (021) 58352092 sd. 95 E-Mail: info@pa-jakartabarat.go.id ; Website: www.pa-jakartabarat.co.id A. Dasar

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PERKARA DALAM PERSIDANGAN

PEMERIKSAAN PERKARA DALAM PERSIDANGAN PEMERIKSAAN PERKARA DALAM PERSIDANGAN Hukum Acara Perdata Fakultas Hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta Andrie Irawan, SH., MH TAHAP ADMINISTRATIF (PERKARA PERDATA) PENGGUGAT Mendaftarkan Gugatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM

BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM 57 BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan N0.251/Pdt.G/2013 PA.Sda Dalam memutuskan setiap Perkara di dalam persidangan hakim tidak serta merta memutuskan perkara

Lebih terperinci

PROSEDUR BERPERKARA PENGADILAN TINGKAT PERTAMA

PROSEDUR BERPERKARA PENGADILAN TINGKAT PERTAMA PROSEDUR BERPERKARA PENGADILAN TINGKAT PERTAMA CERAI GUGAT A. Pendahuluan Penggugat atau kuasanya mengajukan gugatan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah (Pasal 118 HIR,

Lebih terperinci

FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA

FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA 2 2011 DRAFT FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA FORMULIR ADMINISTRASI KEPANITERAAN PENGADILAN AGAMA DIREKTORAT PEMBINAN ADMINISTRASI PA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN AGAMA MA RI

Lebih terperinci

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH SKRIPSI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH ( Studi Kasus di Pengadilan Negeri Magetan ) Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

Tahap pemanggilan para pihak. 1. Aturan umum

Tahap pemanggilan para pihak. 1. Aturan umum Tahap pemanggilan para pihak 1. Aturan umum Berdasarkan perintah hakim ketua majelis di dalam PHS (Penetapan Hari Sidang), juru sita /juru sita pengganti melaksanakan pemanggilan kepada para pihak supaya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan

BAB IV ANALISIS DATA. 1. profil pengadilan agama malang. No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, dengan BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi Objek penelitian 1. profil pengadilan agama malang Pengadilan Agama Malang terletak di jalan Raden Panji Suroso No. 1, Kelurahan Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang,

Lebih terperinci

PROSEDUR BERPERKARA TATA CARA PENGAJUAN PERKARA (VIA BANK)

PROSEDUR BERPERKARA TATA CARA PENGAJUAN PERKARA (VIA BANK) PROSEDUR BERPERKARA TATA CARA PENGAJUAN PERKARA (VIA BANK) Pertama : Pihak berperkara datang ke Pengadilan Agama dengan membawa surat gugatan atau permohonan. Kedua : Pihak berperkara menghadap petugas

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 0560/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor 0560/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 0560/Pdt.G/2012/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Bengkulu yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah UUD Negara Republik Indonesia 1945 didalam pasal 1 ayat (3) menjelaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Oleh karena itu Negara tidak boleh melaksanakan

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA

HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA 1 HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA I. Pengertian, asas & kompetensi peradilan TUN 1. Pengertian hukum acara TUN Beberapa istilah hukum acara TUN, antara lain: Hukum acara peradilan tata usaha pemerintahan

Lebih terperinci

PROSDUR BERPERKARA. CERAI GUGAT A. Langkah-langkahnya

PROSDUR BERPERKARA. CERAI GUGAT A. Langkah-langkahnya CERAI GUGAT A. Langkah-langkahnya PROSDUR BERPERKARA Penggugat atau kuasanya mengajukan gugatan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan Agama / Mahkamah Syariah (Pasal 118 HIR, 142 Rbg jo.pasal 73

Lebih terperinci

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang

PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PENUNJUK Undang-undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang 1 Tahun - Jangka Waktu Hibah - Kecuali dapat dibuktikan sebaliknya, Debitor dianggap mengetahui atau patut mengetahui bahwa hibah

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 74/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 74/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 74/PDT/2015/PT.BDG. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Bandung, yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara perdata dalam tingkat banding, telah menjatuhkan

Lebih terperinci

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA

EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA EKSEKUSI PUTUSAN PERKARA PERDATA Oleh : M. Luqmanul Hakim Bastary* PENGERTIAN Untuk kesamaan penggunaan istilah, maka kata Executie yang berasal dari bahasa asing, sering diterjemahkan ke dalam Bahasa

Lebih terperinci

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) SEKITAR EKSEKUSI (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Tinjauan Umum Eksekusi 1. Pengertian eksekusi Pengertian eksekusi menurut M. Yahya Harahap, adalah pelaksanaan secara paksa

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 0133/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

UPAYA HUKUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

UPAYA HUKUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA UPAYA HUKUM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA 1. Upaya Hukum Banding Upaya banding didaerah jawa dan madura semula diatur dalam pasal 188-194 HIR, sedangkan bagi daerah luar jawa dan madura diatur dalam pasal-pasal

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA

RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA RUANG LINGKUP EKSEKUSI PERDATA TEORI DAN PRAKTEK DI PENGADILAN AGAMA OLEH DRS.H.SUHADAK,SH,MH MAKALAH DISAMPAIKAN PADA PELAKSANAAN BIMTEK CALON PANITERA PENGGANTI PENGADILAN TINGGI AGAMA MATARAM TANGGAL

Lebih terperinci

Nomor : 1066/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Nomor : 1066/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA SALINAN P U T U S A N Nomor : 1066/Pdt.G/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama {asuruan yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara perdata

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak

1905:217 juncto Staatsblad 1906:348) sebagian besar materinya tidak UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN, bahwa pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN 1. Istilah dan pengertian - Hukum perdata materiil : hukum yang mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak dalam hubungan perdata - Hukum perdata formil : hukum acara

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : 0198/Pdt.G/2010/PA.Spn.

P U T U S A N Nomor : 0198/Pdt.G/2010/PA.Spn. P U T U S A N Nomor : 0198/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PENDAFTAAN KASASI

BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PENDAFTAAN KASASI BAGAN ALUR PROSEDUR PERKARA PERDATA PENDAFTAAN KASASI Pemohan Kasasi Mengajukan kasasi pada Meja 3 dan memberikan Memori Kasasi (wajib) Kasasi dan menunjuk Juru Sita Pengganti Mengirim Kontra Memori Kasasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

4. SOP KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI SEMARANG

4. SOP KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI SEMARANG 4. SOP KEPANITERAAN PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL PADA PENGADILAN NEGERI SEMARANG I. Prosedur pendaftaran Akta Perjanjian Bersama dan Surat Keterangan Perkara - Prosedur Pendaftaran Perjanjian Bersama

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP)

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (SAP) 5. Pertemuan minggu ke : I 6. Waktu pertemuan : Kuliah 150 menit. 7. Pokok Bahasan : 1.Orientasi/kontrak kuliah/ penjelasan ruang lingkup perkuliahan; 2. Penjelasan SAP 3. Hukum Acara Peradilan Agama pada

Lebih terperinci

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN

Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Makalah Peradilan Tata Usaha Negara BAB I PENDAHULUAN Peradilan Tata Usaha Negara merupakan salah satu peradilan di Indonesia yang berwenang untuk menangani sengketa Tata Usaha Negara. Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

Nomor 103/Pdt.G/2012/PA.Pkc BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan:

Nomor 103/Pdt.G/2012/PA.Pkc BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. melawan: SALINAN PUTUSAN Nomor 103/Pdt.G/2012/PA.Pkc BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

Lebih terperinci

BAB VII PERADILAN PAJAK

BAB VII PERADILAN PAJAK BAB VII PERADILAN PAJAK A. Peradilan Pajak 1. Pengertian Keputusan adalah suatu penetapan tertulis di bidang perpajakan yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 0178/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 0178/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 0178/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor: 105/Pdt.G/2012/PA.Pkc

PUTUSAN Nomor: 105/Pdt.G/2012/PA.Pkc PUTUSAN Nomor: 105/Pdt.G/2012/PA.Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara cerai talak pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1989 (AGAMA. KEHAKIMAN. PERADILAN. Perkawinan. Perceraian. Warisan. Warganegara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3400) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

KEJURUSITAAN PENGADILAN

KEJURUSITAAN PENGADILAN KEJURUSITAAN PENGADILAN PENGERTIAN DAN KEDUDUKAN JURUSITA Kata Jurusita berasal dari bahasa Belanda yaitu deuurwaader Jurusita/Jurusita Pengganti adalah Pegawai Negeri yang diangkat oleh pemerintah untuk

Lebih terperinci

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan SALINAN P U T U S A N Nomor 0435/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG TENTANG KEPAILITAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa gejolak moneter yang terjadi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari

BAB I PENDAHULUAN. perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum Islam mensyari atkan tentang putusya perkawinan melalui perceraian, tetapi bukan berarti Agama Islam menyukai terjadinya perceraian dari suatu perkawinan. Dan

Lebih terperinci

PENETAPAN Nomor 0868/Pdt.G/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN Nomor 0868/Pdt.G/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN Nomor 0868/Pdt.G/2014/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang mengadili perkara tertentu pada peradilan tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENYITAAN. Penyitaan berasal dari terminologi Beslag (Belanda), dan didalam istilah bahasa indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM PENYITAAN. Penyitaan berasal dari terminologi Beslag (Belanda), dan didalam istilah bahasa indonesia BAB II TINJAUAN UMUM PENYITAAN A. Pengertian Penyitaan Penyitaan berasal dari terminologi Beslag (Belanda), dan didalam istilah bahasa indonesia beslag namun istilah bakunya ialah kata sita atau penyitaan.

Lebih terperinci

1. Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon / suami atau kuasanya :

1. Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon / suami atau kuasanya : Sabtu, 26 Pebruari 2011 15:06 Pemutakhiran Terakhir Rabu, 05 Pebruari 2014 10:35 PROSEDUR CERAI TALAK 1. Langkahlangkah yang harus dilakukan Pemohon / suami atau kuasanya : Mengajukan permohonan secara

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR: 51/Pdt.G/2012/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.

P U T U S A N NOMOR: 51/Pdt.G/2012/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. 1 P U T U S A N NOMOR: 51/Pdt.G/2012/PA.Msa BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Marisa yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO. 3400 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN SITA JAMINAN ATAS HARTA PERKAWINAN DALAM PERKARA PERCERAIAN VERAWATY KOJUNGAN / D

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN SITA JAMINAN ATAS HARTA PERKAWINAN DALAM PERKARA PERCERAIAN VERAWATY KOJUNGAN / D TINJAUAN YURIDIS TENTANG PELAKSANAAN SITA JAMINAN ATAS HARTA PERKAWINAN DALAM PERKARA PERCERAIAN VERAWATY KOJUNGAN / D 101 10 514 ABSTRAK Dalam perkawinan timbul hak dan kewajiban antara suami dan isteri,

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama? PANDUAN WAWANCARA Mediator: 1. Apa saja model-model Pendekatan Agama dalam proses mediasi terhadap perkara perceraian? a. Bagaimana cara menerapkan model-model pendekatan agama dalam proses mediasi terhadap

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 0624/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 0624/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 0624/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan

Lebih terperinci

Nomor : 0473/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

Nomor : 0473/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan SALINAN P U T U S A N Nomor : 0473/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

بسم هللا الرحمن الرحيم

بسم هللا الرحمن الرحيم 1 P U T U S A N NOMOR 67/Pdt.G/2012/PA.Msa بسم هللا الرحمن الرحيم DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Marisa yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 0043/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN

P U T U S A N. Nomor: 0043/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN P U T U S A N Nomor: 0043/Pdt.G/2011/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

BAB IV. PERKARA NOMOR 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda TENTANG HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO

BAB IV. PERKARA NOMOR 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda TENTANG HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO 58 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP GUGATAN OBSCUUR LIBEL DALAM PERKARA NOMOR 0201/Pdt.G/2014/PA.Sda TENTANG HARTA BERSAMA DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO A. Pertimbangan Hukum Hakim Pengadilan Agama Sidoarjo

Lebih terperinci

CARA PENYELESAIAN ACARA VERSTEK DAN PENYELESAIAN VERZET

CARA PENYELESAIAN ACARA VERSTEK DAN PENYELESAIAN VERZET CARA PENYELESAIAN ACARA VERSTEK DAN PENYELESAIAN VERZET Oleh: H.Sarwohadi, S.H.,M.H.,(Hakim PTA Mataram). I. Pendahuluan : Judul tulisan ini bukan hal yang baru, sudah banyak ditulis oleh para pakar hukum

Lebih terperinci

tangga, bertempat tinggal di xxx, Kelurahan xxx, Kecamatan xxx, Kabupaten Pinrang, sebagai penggugat. m e l a w a n

tangga, bertempat tinggal di xxx, Kelurahan xxx, Kecamatan xxx, Kabupaten Pinrang, sebagai penggugat. m e l a w a n 1 P U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2011/pa Prg. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pinrang yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

SALINAN P U T U S A N Nomor 40/Pdt.G/2012/PA.Sgr. pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut, dalam perkara Cerai

SALINAN P U T U S A N Nomor 40/Pdt.G/2012/PA.Sgr. pada tingkat pertama, telah menjatuhkan putusan sebagai berikut, dalam perkara Cerai SALINAN P U T U S A N Nomor 40/Pdt.G/2012/PA.Sgr. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Singaraja yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.

Setiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian. BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PUTUSAN PERCERAIAN ATAS NAFKAH ISTRI DAN ANAK DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA UTARA DAN PENYELESAIANYA JIKA PUTUSAN TERSEBUT TIDAK DILAKSANAKAN A. Pelaksanaan Putusan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara

Lebih terperinci

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di

Putusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di 79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TIDAK DITERAPKANNYA KEWENANGAN EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH SELAMA IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NOMOR:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg) Putusan di atas merupakan

Lebih terperinci

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan

P U T U S A N BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan SALINAN P U T U S A N Nomor 0756/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.tse

P U T U S A N Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.tse P U T U S A N Nomor xxxx/pdt.g/2012/pa.tse BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Tanjung Selor yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR 00/Pdt.G/2013/PTA.BTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N NOMOR 00/Pdt.G/2013/PTA.BTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N NOMOR 00/Pdt.G/2013/PTA.BTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Banten yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu dalam tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc.

PUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc. PUTUSAN Nomor: 174/Pdt.G/2012/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ;

P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGGUGAT ; MELAWAN TERGUGAT ; Salinan Nomor : P U T U S A N 46/Pdt.G/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Donggala yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci