G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT"

Transkripsi

1 G. PAPANDAYAN, JAWA BARAT G. Papandayan (foto oleh: Yana K. Mei 2009) KETERANGAN UMUM Nama Gunungapi : G. Papandayan Nama Lain : - Nama Kawah : Kawah Mas, Kawah Nangklak, Kawah Manuk Nama kawah lain di sekitar G. Papandayan : Tegal ALunalun dan Tegal Brungbung. Lokasi a. Administrasi : Kabupaten Garut, Jawa Barat b. Posisi Geografi : " LS dan '00"BT Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan : 2665 dpl : Garut : Strato tipe A : Kampung Pusparendeng, Desa Pakuwon, Kec. Cisurupan, Kab. Garut Dengan posisi geografi : 07 o 16 24,25 LS 107 o 47 28,76 BT

2 PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Jalan pertama, melalui kota, lalu menuju Kecamatan Cisurupandan dari sini dilanjutkan hingga Kawah Mas. Jalan kedua, melalui Pangalengan, melewati daerah perkebunan Garut Selatan (Perk. Sedep dan Malabar) hingga perkebunan Cileuleuy, dari sini dilanjutkan menuju Kawah Mas. Demografi Konsentrasi pemukiman penduduk berada di sektor timurlaut, tenggara dan timurtenggara yakni di Kecamatan Bayongbong, Cikajang dan Cisurupan. Sedangkan pemukiman penduduk di sektor utara, baratlaut, barat, baratdaya dan selatan jumlahnya relatif sedikit. Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi a. Batuan Beku Cadangan batuan beku cukup berlimpah, berupa lava berkomposisi andesit dan andesit-basaltik, dimanfaatkan menjadi batu belah dan batu lempengan untuk keperluan bahan bangunan dan batu hias serta pengerasan jalan dan pembuatan jembatan. b. Belerang (Sulfur) Cadangan belerang (sulfur) cukup berlimpah, terutama di Kawah Mas (puncak G.Papandayan), dipergunakan untuk pembuatan pupuk. Akses jalan menuju Kawah Mas sudah beraspal dengan kondisi relatif baik, kecuali antara tempat parkir dan Kawah Mas. c. Kaolin Cadangan kaolin relatif sedikit, terutama terdapat di sekitar G. Walirang, Kawah Mas dan di sebaran endapan guguran puing (debris avalanche deposit). Biasanya dipergunakan untuk pembuatan porselin dan obat-obatan. Wisata Terdapat di sekitar puncak G. Papandayan, yakni di Kawah Mas. Untuk objek camping yang cukup representatif, adalah di sekitar Tegal Alun-alun dan Tegal Brungbung. Panorama alam yang cukup memukau, terdapat di sektor barat, baratlaut dan utara, terutama karena hamparan perkebunan tehnya.

3 Bagi penggemar hiking, dapat melakukannya melalui sektor timurlaut, yakni melalu kampung Panday, melewati Pos Pengamatan G, Papandayan (berposisi di kampung Pusparendeng), kampung Pangauban (dengan kemiringan lereng relatif kecil, yakni berkisar antara 5 o dan 10 o ). Dari sini menuju puncak G.Papandayan sektor timurlaut melewati punggungan berkemiringan lereng antara 30 o dan 45 o. Lama perjalanan berkisar 5-6 jam. SEJARAH LETUSAN Aktifitas aktifitas vulkanik gunungapi Papandayan yang pernah tercatat adalah sebagai berikut : 1772 Pada malam hari tanggal Agustus terjadi erupsi besar dari kawah sentral dan awan panas yang dilontarkan telah membunuh sekitar 2951 orang dan menghancurkan sekitar 40 perkampungan Pada tanggal 28 Mei sore pada waktu hari cerah dan langit terang di Campaka Warna terdengar suara gemuruh di dalam tanah yang diduga berasal dari gunung Papandayan Pada tanggal 11 Maret terjadi erupsi yang mengeluarkan lumpur beserta batu batu yang dilontarkan hingga jarak 150 meter. Terdapat 7 buah erupsidalam kawah Baru dan letusa ini didahului oleh gempa yang terasa di Cisurupan Pada tanggal 25 Januari kawah Mas suhunya naik dari C menjadi C kemudian terjadi erupsi lumpur di kawah Mas dan kawah Baru. Pada tanggal 16 desember terdengar suara guntur dan ledakan dari kawah Baru, hutan sekitar menjadi gundul karena kejatuhan batu dan lumpur, bahan erupsi terlontar ke arah timur hampir mencapai Cisurupan Pada tanggal 21 Februari terjadi erupsi lumpur pada kawah Nangklak yang disusul semburan gas kuat dengan hujan lumpur Di kawah Mas terjadi erupsi lumpur kecil bercampur belerang. Di kawah Baru terjadi tiupan kuat yang melontarkan tepung belerang hingga mencapai jarak 300 meter ke arah timur laut danke jurusan barat daya mencapai 100 meter dan diakhiri dengan erupsi lumpur belerang Pada tanggal Februari terjadi kenaikan kegiatan di kawah Mas dan sampai sekarang masih terjadi kepulan asap fumarola dan solfatar serta bualan lumpur air panas Pada tanggal Agustus lahir lubang erupsi baru Pada tanggal 17 Juli terjadi ledakan lumpur di kawah Baru Bulan Juni terjadi aktifitas vulkanik yang cukup berarti, dengan terjadinya peningkatan jumlah gempa menurut catatan seismik, juga terjadinya semburan lumpur dan gas pada lubang fumarol kawah, yaitu pada kawah Mas, yang mencapai ketinggian kira-kira lima meter Dimulai pada tanggal 11 November terjadi peningkatan aktifitas vulkanis di gunungapi Papandayan, erupsi yang besar terjadi di gunungapi Papandayan mulai November, aktifitas menurun hingga tanggal 21 Desember, akibat dari erupsi ini terjadi longsoran pada dinding kawah Nangklak dan banjir disepanjang aliran sungai Cibeureum gede hingga ke sungai Cimanuk sejauh 7 km, merendam beberapa unit rumah dan menyebabkan erosi besar sepanjang alirannya. Karakteristik Erupsi Erupsi G. Papandayan sepanjang sejarah kehidupan manusia sampai saat ini berupa erupsi freatik sampai freatomagmatik seperti yang terjadi pada tahun 2002 (Gambar di bawah).

4 Letusan G.Papandayan Masa Istirahat (Thn) Tahun Letusan Gunung Papandayan termasuk gunungapi tipe A yaitu gunungapi yang pernah meletus setelah tahun 1600, erupsi yang pernah terjadi di gunungapi Papandayan tercatat pada tahun 1772 yang menelan korban jiwa sekitar dua ribu jiwa dan melenyapkan banyak sekali perkampungan di sekitar wilayah gunung Papandayan. Kegiatan yang

5 terjadi tahun 1772 ini merupakan kegiatan erupsi yang besar dimana sebagian dari puncak gunung dilontarkan dan melanda daerah seluas lebih kurang 250 km, kegiatan tersebut diawali dengan dimuntahkannya api yang sangat besar, dan erupsi ini terjadi di kawah sentral. Awan panas meluncur ke arah timur laut dan sebagian besar dari bahan erupsi dialirkan oleh sungai Ciparugpug dan Cibeureum ke arah hilir. GEOLOGI Morfologi Pembagian morfologi G. Papandayan (didasarkan atas perbedaan bentuk, kemiringan lereng, bentuk dan struktur lembah), dipisahkan menjadi: Morfologi Puncak (G.Papandayan, m, G. Masigit, m, Pasir Malang, 2679 m, dan G. Nangklak, m, dicirikan dengan dinding tajam dan lembah sempit, erosi kuat, vegetasi lebat); Morfologi Tubuh (termasuk di dalamnya adalah kawah Brungbrung, Kawah Manuk, Kawah Nangklah, Kawah Baru dan Lembah Ruslan, dibentuk oleh aliran lava dan endapan aliran piroklastik, berpola aliran radier; Morfologi Kaki, dicirikan oleh morfologi berelief halus di sektor timurlaut dan selatan, dan berelief sedang di sektor selatan, dibentuk oleh aliran lava dan endapan aliran piroklastik, berpola aliran dendrtitik; dan Morfologi Tapalkuda, merupakan depresi berarah timurlaut mulai dari Kawah Mas hingga Kampung Cibalong dan Cibodas sebagai hasil dari peristiwa pembentukkan endapan guguran puing (debris avalanche deposit). Stratigrafi Stratigrafi dipisahkan menjadi Produk Primer, terdiri dari Batuan Tersier terdiri dari andesit, ditemukan di sebelah selatan G. Papandayan; Produk Gunungapi di sekitar G. Papandayan (endapan jatuhan piroklastik G. Geulis, intrusi G. Kembar, endapan jatuhan piroklastik dan aliran lava G.Cikuray, endapan jatuhan piroklastik G. Jaya, dan aliran piroklastik G.Puntang); Produk G. Papandayan (aliran lava, endapan jatuhan dan aliran piroklastik); Produk Kawah Tegal Alun-alun (aliran lava dan endapan aliran piroklastik); Produk G. Nangklak (endapan jatuhan piroklastik); Produk Kawah Manuk (endapan jatuhan piroklastik); dan Produk Kawah Mas (endapan jatuhan piroklastik) dan Produk Sekunder (endapan guguran puing Kawah Manuk, endapan guguran puing Kawah Mas, dan lahar). Struktur Geologi, dipisahkan menjadi struktur sesar dan struktur kawah. Struktur sesar umumnya berjenis sesar normal, ditemukan di sekitar G.Nangklak, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Mas dan G.Walirang, serta di lereng baratlaut dan tenggara

6 G.Papandayan, berarah umum NE-SW, NW-SE. dan NNW-SSE dengan indikasi berupa breksiasi, kelurusan topografi, zona hancuran Struktur kawah, terdapat di Kawah Mas, Kawah Manuk, Kawah Brungbrung, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Nangklak, dan Kawah Baru. Evolusi Gunungapi G. Papandayan dan sekitar, dimulai dengan pembentukkan Pegunungan Selatan (tersier), diikuti dengan pembentukkan gunungapi di lsekitar G.Papandayan (G. Geulis, G. Cikuray, G. Jaya, dan G. Puntang), disusul dengan pembentukkan tubuh G. Papandayan, menghasilkan kawah Papandayan, Kawah Tegal Alun-alun, Kawah Nangklak, Kawah Manuk, Kawah Mas, dan Kawah Baru. Pembentukkan endapan sekunder yang dimanifestasikan dengan endapan guguran puing, terjadi sebelum tahun 1772 (tersebar di sektor utara-timurlaut, bersumber dari Kawah Manuk) dan terjadi pada tahun 1772 (tersebar di sektor timurlaut, bersumber dari Kawah Mas). 6) Petrografi Aliran lava produk G. Papandayan, dapat dibagi menjadi dua kelompok utama, yakni: aliran lava berkomposisi basalt augit hipersten (bertekstur aliran pilotaksit, terdiri dari andesin An 56 An 44 hingga labradorit An 46 An 54, augit, hipersten, olivin, magnetit dalam 7), 8) masadasar gelas gunungapi) dan aliran lava andesit hipersten augit. Lava andesit hipersten augit vitrofirik, terdiri dari lava bertekstur vitrofirik, terdiri dari hipersten, augit, andesin An66An34, dan magnetit dalam masadasar gelas gunungapi; sebagian terubah (kloritisasi, limonitasasi dan serisitisasi). Di beberapa tempat terdapat batuan asing (kuarsit dan batulempung mengandung bijih) yang terkungkung dalam lava andesit hipersten augit. Lava andesit hipersten augit kriptokristalin, tersusun oleh hipersten, augit, andesin An 66 An 34, magnetit, dan pigeonit dalam masadasar gelas gunungapi. Sebagian lava yang terdapat di sekitar Kawah Walirang sudah tidak bisa dikenali lagi, berwarna merah bata, abu-abu keputihan cenderung berubah menjadi lempung dan kaolin. 9) Di daerah kawah, pengaruh hembusan solfatar terhadap aliran lava menghasilkan endapan lempung dan kaolin bercampur lumpur belerang, sering disertai dengan firit, lembar-lembar gipsum, limonit dan jarosit. 10) 10) M.Z. Sjarifudin, loc. cit.

7 GEOFISIKA Seismik Monitoring aktivitas G. Papandayan dilakukan secara kontinu dari Pos Pengamatan G.Papandayan (Kampung Pusparendeng, berposisi di sebelah timurlaut G. Papandayan). Perlalatan monitoring seismik yang dipakai adalah Seismograph Telemetric System (Kinemetrics PS-2 type) dengan seismometer yang diposisikan di sekitar Kawah Mas- Kawah Waliran. Seismik, didominasi oleh gempa vulkanik dangkal (tipe-b), sebagian kecil berupa gempa tektonik dan gempa vulkanik dalam (tipe-a), serta hembusan gas. Peningkatan Jumlah gempa tektonik terjadi pada bulan Agustus 1997, disebabkan oleh efek aktivitas sesar Kendang yang melalui daerah geotermal Kamojang-Darajat. Data Seismik Numerik dengan Sistem peralatan Balise yang dilakukan pada bulan Juni 1995, telah merekam 14 buah gempa tektonik dan 2 buah gempa vulkanik. Hasil analisis spektral bernilai frekuensi maksimum antara 0,9 1,3 Hz dengan lokalisasi dan kedalaman pusat gempa berkisar antara 0,9 2 km di bawah titik referensi. 21)

8 Secara kegempaan aktifitas G. Papandayan selama bulan Desember 2008 mengalami penurunan. Rincian selengkapnya jumlah gempa terlihat pada tabel dan grafik di bawah ini. JENIS GEMPA Nopember 2008 Desember 2008 Vulkanik Type-B Vulkanik Type-A 5 21 Hembusan - - Tremor 1 1 Tektonik Lokal 4 20 Tektonik Jauh Tektonik Terasa - 2 Vulkanik type T 5 3 Data Kegempaan G. Papandayan Nopember - Desember 2008 G ra fik G e m p a V u lk a n ik G. P a p a n d a y a n 1 20 Jumlah Gempa V A 0 01/01/ /02/ /03/ /04/ /05/ /06/ /07/ /08/ /09/ /10/ /11/ /12/2008 V B

9 G ra fik G e m p a T e k to n ik G. P a p a n d a y a n /01/ /02/ /03/ /04/ /05/ /06/ /07/ /08/ /09/ /10/ /11/ /12/2008 Jumlah Gempa T L T J Grafik Kegempaan G. Papandayan Januari - Desember 2008 Gaya Berat Pola anomali gayaberat regional G. Papandayan, memberikan gambaran sebaran densitas batuan dalam yang besar di bagian selatan dan menurun ke arah utara. Bentuk kontur yang melingkar elipsoidal di bagian tengah memberikan gambaran adanya zona densitas batuan yang rendah. Pola anomali Bouguer G. Papandayan, memperlihatkan harga anomali tinggi, seperti halnya anomali magnetik, mendominasi bagian selatan peta. Hal ini diperkirakan erat kaitannya dengan batuan dasar G. Papandayan, berupa andesit Pegunungan Selatan, secara vertikal ditutup oleh batuan vulkanik produk erupsi G. Papandayan yang penyebarannya dicerminkan dalam pola anomali sisa, menutup hampir seluruh bagian peta. Terdapat harga anomali rendah dan tinggi yang kontras di sebelah timur kawah. Di bagian anomali rendah diasumsikan kemungkinannya merupakan bekas kawah G. Papandayan, saat ini diisi oleh material baru. Ke arah vertikal, harga terendah di bagian timur kawah terlihat bergerak mendekati kawah sekarang. Hal ini, mencerminkan kemungkinan adanya perpindahan kawah G. Papandayan dari timur ke arah barat. Data sebaran episenter gempa, mendukung asumsi di atas.; sedangkan data permukaan berupa topografi, merupakan pencerminan morfologi yang ada sekarang. 16) Berdasarkan penyebaran anomali gayaberat, baik anomali Bouguer maupun anomali sisa dapat disimpulkan sebagai berikut. 17) 1. Harga anomali tinggi Bouguer yang dominan menempati daerah selatan peta (yang didukung oleh anomali magnetik tinggi), merupakan pencerminan basement batuan andesit tua Pegungan Selatan, secara vertikal ditutup oleh produk vulkanik baru. 2. Diperkirakan telah terjadi perpiindahan kawah G. Papandayan dari timur ke arah barat, secara vertikal ditunjukkan oleh harga anomali rendah Bouguer dan anomali sisa.

10 Menurut Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi (1999) 18), hasil data lapangan untuk Metoda Gayaberat, adalah: 1. Hasil perhitungan Anomali Bouguer ataupun Anomali Sisa memperlihatkan dua kelompok anomali, yakni kelompok anomali rendah (negatif) < 0 miligal, terdapat di bagian selatan, utara, barat dan timurlaut dan kelompok anomali tinggi (positif) > 0 miligal, terdapat di bagian tengah, baratdaya, timurlaut dan tenggara daerah penyelidikan. 2. Dari hasil interpretasi Anomali Bouguer dan Anomali Sisa dapat disimpulkan bahwa struktur sesar yang terjadi di daerah penyelidikan terdapat enam buah struktur sesar yang diperkirakan. Dua sesar berarah hampir utara-selatan (baratlaut-tenggara), dua buah sesar mengarah baratdaya-timurlaut, dan dua buah sesar berarah baratlauttenggara. 3. Potensi panasbumi di daerah ini tidak dapat diestimasikan dengan data yang ada. Geomagnet Penyebaran pola anomali magnetik G. Papandayan, di bagian barat dan tenggara kawah, berelief magnetik yang tinggi (> nt) dan secara sporadis terlihat anomali tinggi membentuk lingkaran-lingkaran kecil, terdapat di bagian timurlaut menyebar ke arah selatan. Di daerah puncak dan kaki G. papandayan, menunjukkan relief magnetik yang lebih rendah dari nt. Harga anomali tinggi diperkirakan adanya intrusi magma, baik yang muncul maupun yang tidak mencapai permukaan dan penyebaran leleran lava, kesemuanya mempunyai harga susceptibilitas yang tinggi terhadap batuan sekitar. Penurunan drastis harga kemagnetikan di bagian barat kawah disertai kelurusan kontur utara-selatan, diperkirakan berasosiasi dengan terdapatnya struktur sesar. Sedangkan harga anomali magnetik tinggi di bagian tenggara (di daerah Cikajang) dan korelasinya dengan harga anomali Bouguer di daerah ini yang menunjukkan harga densiti tinggi, diperkirakan akibat adanya pengaruh daerah andesit tua Pegunungan Selatan. Topografi bagian selatan G. papandayan, memperlihatkan morgologi perbukitan, ditunjukkan oleh relief anomali magnetik maupun gayaberat. Sebaran sumber gempa yang memperlihatkan konsentrasinya di sekitar kawah ke arah timur dan timurlaut dengan arah struktur saling berpotongan, ditunjukkan oleh kelurusan anomali magnetik di bagian barat dengan arah utara-selatan dan timur-barat di bagian timur kawah, pada zona anomali rendah di sekitar puncak. 19)

11 Berdasarkan analisa metoda magnetik di G. Papandayan, disimpulkan sebagai berikut. 20) 1. Daerah dengan harga anomali magnetik tinggi, kemungkinan berasosiasi dengan adanya intrusi bawah permukaan maupun adanya leleran lava di permukaan sebagai produk akhir erupsi gunungapi yang mempunyai susceptibilitas batuan relatif tinggi dengan produk vulkanik lainnya. 2. Kelurusan dengan arah utara-selatan di bagian barat kawah, diperkirakan karena pengaruh struktur sesar. Daerah dengan bentuk kontur elipsoidal, diperkirakan karena pengaruh intrusi batuan dalam. Geolistrik Menurut Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi (1999) 23), hasil data lapangan untuk Metoda Geolistrik, adalah: 1. Nilai tahanan jenis rendah 10 Ohm-meter dijumpai di sekitar titik-titik A.9000, C.5000, C.5500, D.6500, D.7000, dan E.6500 pada bentangan AB/2=1000 meter. Pada bentangan ini, nilai tahanan jenis rendah berkembang sedikit lebih luas dengan pola kontur membuka ke arah timurlaut dan selatan. Dari perkembangan nilai tahanan jenis ini, diperkirakan semakin ke arah timurlaut dan selatan harga tahanan jenisnya semakin mengecil. 2. Nilai tahanan jenis rendah yang membuka ke arah timurlaut, diperkirakan merupakan out flow dari G. Darajat, sedangkan di sebelah selatan merupakan pengaruh dari daerah alterasi akibat aktivitas G. Papandayan. Di bagian lain yang mempunyai nilai tahanan jenis rendah terdapat di antara Bayongbong dan Cisurupan, diperkirakan merupakan daerah endapan longsoran puing (debris avalanche deposit) dari G. Papandayan. 3. Potensi panasbumi di daerah ini tidak dapat diestimasikan dengan data yang ada. DEFORMASI Pada tahun 1995, telah dibangun titik ukur (benchmark) baru 12 titik (5 titik untuk EDM, 5 titik untuk Levelling serta 2 titik untuk EDM dan Levelling. Penempatan titik ukur lebih difokuskan di sekitar kawah dan memanjang ke arah timur-timurlaut dengan tujuan dengan tujuan bahwa daerah sekitar kawah akan terdeformasi secara langsung dengan anggapan bahwa posisi kawah terletak relatif di atas sumber tekanan. Pengukuran EDM di G.Papandayan dibuat dengan dua sistem jaringan trilaterasi (jaringan trilaterasi puncak dan kaki, jaringan trilaterasi puncak dan lereng).

12 Pembangunan titik ukur levelling dilakukan dengan arah radial dari kawah, dimaksudkan agar apabila terjadi deformasi baik pembumbungan (inflation) maupun pengkerutan (deflation), maka hasil pemantauan levelling dapat memberikan gambaran deformasi secara berangsur menjauhi sumber. Sehingga memudahkan di dalam melakukan interpretasi mengenai kondisi tekanan internalnya (internal pressure). Perluasan jaringan trilaterasi ke arah timur-timurlaut dimaksudkan agar pengukuran dapat dilakukan setiap saat, baik dalam keadaan krisis maupun tenang. 22) GPS Peta dan hasil perhitungan posisi masing-masing titik ukur secara detil dengan menggunakan perangkat lunak Leica Geosystem Office (LGO). Ketelitian hasil penghitungan posisi titik ukur masing-masing sation dengan perangkat lunak Leica Geosystem Office ini memberikan hasil yang sifatnya pendahuluan tetapi sudah cukup memadai untuk menunjang program pemantauan deformasi G. papandayan. Tabel Posisi titik Ukur GPS di G. Papandayan No Titik Latitude: Longitude: Ellip. Hgt Reference: POS 7 16' " S ' " E m Rove 1 Cileuleuy 7 18' " S ' " E 770,7963 m 2 Pondok Saladah 7 18' " S ' " E 1186,0370 m 3 Cisaroni 7 21' " S ' " E 374,8173 m 4 Ponsal (2) 7 18' " S ' " E 1186,0370 m 5 Wanagiri 7 22' " S ' " E 125,4281 m 6 TEGAL ALUN 7 19' " S ' " E 1383,0166 m 7 BKMN 7 18' " S ' " E 978,6342 m 8 DPN0 7 18' " S ' " E 915,5936 m 9 DPN3 7 18' " S ' " E 950,9650 m 10 KAWAH MAS 7 18' " S ' " E 948,4833 m 11 DPN3 7 18' " S ' " E 797,2313 m 12 DPN5 7 18' " S ' " E 658,6139 m 13 KAWH 7 18' " S ' " E 1051,5956 m 14 KMAS 7 18' " S ' " E 948,9531 m 15 NANGKLAK 7 19' " S ' " E 1205,2214 m 16 PARKIR 7 18' " S ' " E 881,7832 m GEOKIMIA Kimia Batuan Lava-lava G. Papandayan dan kerucut sekitarnya mempunyai kisaran silika antara 55,34 57,64%. Tidak ditemukan lava-lava yang kaya akan MgO, karena proses pembentukkan mineral olivin sangat kurang. Kandungan TiO 2 umumnya kurang dari 1%, khas untuk lava busur kepulauan. Tergabung dalam over saturated rocks, hal ini ditandai dengan munculnya normatif kuarsa seperti hipersten, diopsid dan kuarsa. Besarnya normatif kuarsa mempunyai kecenderungan yang sebanding dengan kandungan SiO 2. 11)

13 Dari variasi SiO 2 dengan K 2 O (Le Maitre, 1989), lava-lava G. Papandayan dan kerucut sekitar mempunyai kandungan silika 54,57%, diklasifikasikan sebagai andesit medium-k; kandungan 63-79%, diklasifikasikan sebagai dasit/riolit medium-k. Kandungan silika dan potasium lava-lava G. Papandayan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan lava-lava pada seri Kalk-Alkalin. Berdasarkan diagram Harker, variasi elemen major antara SiO 2 dengan MgO, menunjukkan korelasi negatif terhadap SiO 2, menandakan berkurangnya mineral olivin dalam batuan seiring dengan bertambahnya kandungan SiO 2. Variasi SiO 2 dengan alkali (Na 2 O + K 2 O) berbanding terbalik, walaupun makin bertambahnya kandungan alkali dan silika, makin berkurang olivin pertanda tida terjadi fraksinasi olivin.

14 Variasi MgO dengan CaO mempunyai korelasi positif, menandakan terjadinya fraksinasi piroksen. Pada diagram SiO 2 dengan TiO 2, memperlihatkan trend acak, tidak ada pengayaan Fe pada seri batuan, kemungkinan terdapat bimodal TiO 2 sehingga titanomagnetit didapat pada semua seri batuan. 12) Pada tahun 2004, Eka Kadarsetia melakukan penyelidikan petrologi dan geokimia G. Papandayan. Dari hasil analisa didapat mineral-mineral pembentuk batuan terdiri dari plagioklas (40-50%), ortho dan klino piroksen (5-7%), mineral-mineral bijih (<2%). Asosiasi mineral tersebut mencerminkan batuan berjenis basaltik-andesit sampai andesit dengan konsentrasi SiO2 berkisar antara 53-63%. Kimia Air Hasil analisis kimia air menunjukkan bahwa kadar CO 2, SO 4 dan ph nya menunjukkan harga yang tinggi. Derajat keasaman air (ph) menunjukkan harga yang rendah (2,95; 4,60; 3,23). Harga yang diperkenankan untuk keperluan perikanan dan pertanian berkisar antara 6,50 dan 8,20.. Adanya penurunan ph, kemungkinan besar disebabkan oleh akibat larutan sulfat yang berasal dari kawah bercampur dengan

15 beberapa mata air di sekitarnya. Kadar sulfat sebesar 11,50, masih dapat ditemukan di mata air, hal ini mengindikasikan bahwa sistem perairan di sekitar kawah G. Papandayan relatif telah dipengaruhi oleh aktivitas solfatara.

16 Kandungan CO 2 dan SO 4 dari conto air, mengindikasikan bahwa mata air di Desa Cisurupan berhubungan dengan aktivitas solfatara G. Papandayan. Mata air tersebut dapat dipergunakan untuk bahan percobaan monitoring kegiatan kawah tanpa harus mendaki ke kawah G. Papandayan. 15) Kimia Gas Suhu solfatar Kawah Mas berkisar 180 dan 375 C. Acapkali terjadi kenaikan (hingga 430 C) bahkan terjadi penurunan suhu (hingga C). Hasil analisis gas vulkanik berbahaya yang diambil dari Kawah Mas I, Kawah Mas II, Kawah Nagklak dan Kawah Manuk, umumnya melebihi nilai ambas batas/nab (permission gas concentration). Kandungan gas CO 2, SO 2 dan H 2 S ditampilkan pada tabel di bawah. 13) Tabel Kandungan Gas CO 2, SO 2 dan H 2 S Kawah Mas I, Kawah Mas II, Kawah Nangklak, dan Kawah Manuk Dibandingkan dengan NAB (Max. Permission Concentation) Nama Kawah CO 2 (ppm) SO 2 (ppm) H 2 S (ppm) Kawah Mas I Kawah Mas II Kawah Nangklak Kawah Manuk Max.permissible concentration Kadar gas yang diditeksi oleh gas ditektor Kitagawa hasilnya dalam tingkat semi kuantitatif menunjukkan bahwa kadar gas CO, CO 2, HCN, AsH 3, H 2 S dan SO 2 secara keseluruhan berada di atas nilai ambang batas (NAB), dengan artian bahwa gas-gas tersebut sudah pada tingkat membahayakan bagi manusia.

17 Untuk melihat perkembangan lebih jauh hubungan dengan aktivitas gunungapi, maka perlu dilakukan pemeriksaan secara periodik (minimal 3 bulan satu kali). Untuk keselamatan penduduk maupun pengunjung, agar diusahakan ditempel semacam pengumuman/penjelasan bahaya gas racun dan bagaimana cara pertolongan pertama pada keadaan darurat termasuk cara pengamanan/pencegahannya. 14) Suhu Kawah Mas G. Papandayan Mei J un-07 1-J ul-07 1-A ug-07 S uhu C 1-S ep-07 1-O c t-07 1-Nov Dec J an-08 1-Feb-08 1-M ar-08 1-A pr-08 1-M ay -08 MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Pemantauan kegiatan G. Papandayan, dilakukan dengan sistem pengamatan visual dan seismik dari Pos Pengamatan Gunungapi Papandayan yang terletak di kampung Pusparendeng/Pangadegan, Desa Pakuwon, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut. Pemeriksaan kegiatan gunungapi yang tampak di permukaan berupa hembusan asap, bualan lumpur, konsentrasi H 2 S, perubahan kegiatan solfatara dan fumarola serta suhu kawah aktif dilakukan secara berkala oleh petugas pengamat. Pengamatan seismik dilakukan untuk memantau kegiatan gempa vulkanik dan tektonik dengan menggunakan satu seismograf. PS-2. Signal gempa yang diterima di G. Papandayan dikirim secara telemetri ke Pos Pengamatan G. Papandayan di Kampung

18 Pangadegan, Desa Pakuwon, Cisurupan-Garut, di lereng timur laut 6 Km dari G. Papandayan. Selama ini, hasilnya didominasi oleh gempa-gempa tektonik yang bersumber dari daerah pantai selatan P. Jawa. Pada umumnya kegiatan di setiap kawah tidak menunjukkan kegiatan yang mencolok. KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI G. Papandayan mempunyai kawah aktif yang terbuka ke arah timurlaut, sehingga kemungkinan bahaya yang akan ditimbulkan apabila terjadi erupsi (terutama erupsi eksplosif magmatik/preatomagmatik), daerah yang mungkin dilanda terutama yang berada di arah bukaan (dengan konsentrasi pemukiman relatif besar). Daerah bahaya G. Papandayan dibagi menjadi Kawasan Rawan Bencana III, II dan I. a. Kawasan Rawan Bencana III Merupakan daerah yang terancam oleh awan panas dan aliran lava serta eflata dan lahar. Daerah ini meliputi daerah timurlaut (daerah bukaan kawah aktif). Pada erupsi 1772, daerah ini terlanda awan panas dengan korban jiwa dan kerugian harta benda yang besar. Kampung yang termasuk ke dalam Daerah Bahaya I ini adalah; kampung Pangadegan, Ciburuy, Cipaniis, Cilimus, Dungus Maung, dan Cipaganti dengan jumlah penduduk sekitar (data 1984). b. Kawasan Rawan Bencana II Merupakan daerah yang terancam jatuhan bom gunungapi dan eflata lainnya (jatuhan piroklastik). Tanpa memperhitungkan arah tiupan angin, meliputi daerah hampir berbentuk lingkaran di luar daerah bahaya dengan jari-jari 5 sampai 8 km, berpusat di kawah aktif (Kawah Mas). Daerah bahaya lontaran ini meliputi 44 kampung (menurut data tahun 1984, jumlah penduduk di sekitar bahaya lontaran ini sekitar jiwa), di antaranya; kampung Simpang (sebagian), Rancadadap, Pusparendeng (sebagian), Pasirjeungjing, Panday, Cisaroni, Cisero, dan Cidatar. c. Kawasan Rawan Bencana I Merupakan daerah yang terancam bahaya lahar pada musim penghujan (bahaya sekunder), meliputi daerah yang letaknya berdekatan dengan sungai yang berhulu dari tepi kawah (daerah puncak) dan secara toopografi, letaknya relatif lebih rendah. Kampung yang terdapat dalan Daerah Bahaya II ini, adalah; kampung Cipagetaran (sebagian), Jamban, Cibalong (sebagian), Cipelah, Cempaka, Cimuncang, Garduh (sebagian), Ciraab,

19 Leles, Cimanuk, Cibuluh, Panagan, Panggilingan, Simpang 1, dan Pasirparung. Jumlah penduduk yang berada di Daerah Bahaya II ini sekitar jiwa (data 1984). LAIN-LAIN Ciri Khas G. Papandayan Adanya pelamparan endapan guguran puing (debris avalanche deposit) bervolume besar hasil erupsi tahun 1772, tersebar mulai dari daerah puncak sesuai dengan arah bukaan ke arah timurlaut hingga daerah kampung Cibodas yang berjarak sekitar 18 km dari puncak G.Papandayan. Peristiwa pembentukan endapan guguran puing yang terjadi pada tahun 1772 ini, dimungkinkan karena adanya intensitas proses alterasi hidrotermal cukup besar, dan tidak tertutup kemungkinan dipicu oleh peristiwa pensesaran yang mengganggu kestabilan dan kemasifan morfologi di sekitar Kawah Manuk dan Kawah Mas. 6) Peta Situasi Pengukuran situasi telah dilakukan oleh Tim Topografi Direktorat Vulkanologi (A.R. Sumailani, Pandi Karnaen, A. Karim, dan E. Sihat) di sekitar sungai Ciparugpug pada tahun 1989.

20 Peta Kawasan Rawan Bencana G. Papandayan

21 DAFTAR PUSTAKA Aidil, 1980, Laporan Pemeriksaan Kawah-Kawah G. Papandayan, G. Guntur dan G.Galunggung Bulan Mei 1980; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Anonim, 1934, Archives of Papandayan Volcano Anonim, 1974, Data Dasar: G. Papandayan, G. Galunggung, G. Guntur, G. Ciremai, Pegunungan Dieng, G. Merapi, G. Kelut, G. Lamongan dan G. Raung. Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1986, Pemetaan Geologi G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanologi., tidak dipublikasikan. Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1986, Laporan Kemajuan I Pemetaan Geologi G. Papandayan Bagian Utara; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., Erfan, R.D., Bacharudin, R., Suparman, Mulyana, A.R., Hadisantono, R.D., Kusdinar, E., Zaennudin, A., Dana, I.N., dan Suganda, O.K., 1986, Laporan Akhir Pemetaan Geologi G.Papandayan Bagian Utara; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Asmoro, P., Wahyudin, D., dan Mulyadi, E., 1987, Geologi Gunungapi Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Proc. PIT XVI IAGI, Bandung, 7-10 Dec Asmoro, P., 1988, The Geology of Papandayan Crater and Future Debris Avalanche Possibilities, West Java, Indonesia; Victoria University of Wellington, unpublished. Direktorat Vulkanologi, 1997, Papandayan Volcano (Brosur); Bandung: Direktorat Vulkanologi, tidak dipublikasikan. Erfan, R.D., Mulyana, A.R., Hadisantono, R.D., Kusdinar, E., Dana, I.N., dan Suganda, O.K., 1986, Laporan Kemajuan I Pemetaan Geologi G. Papandayan Bagian Timur, Selatan dan Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Farisy, S, dan Suryadi, B., 1986, Laporan Pengamatan Visual G. Papandayan Bulan Oktober 1986; Bandung: Direktorat Vulkanologi, tidak dipublikasikan.

22 Frank, D., Lubis, H., and Casadevall, T.J., 1987, Influence of Hydrothermal Alteration on Volcanic Hazards at Papandayan Volcano, West Java, Indonesia; Hawaii Symp. On How Volcanoes Work. Glicken, H., et.al., 1986, The 1772 Debris Avalanche Eruption of Papandayan Volcano, Indonesia, and Hazard from Future Similar Events; USGS, open file report, unpublished. Hadisantono, R.D., 1986, Geologi Sementara G. Papandayan; Berita Geologi v.18, n.20. Ilyas, M.E., 1987, Laporan Pengamatan G.. Papandayan Bulan September 1987; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Ilyas, M.E., 1988, Laporan Pengamatan Visual dan Seismik G. Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kadarsetia, E., 2004, Petrologi dan Geokimia Gunungapi Papandayan, Jawa Barat, Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Kamid, M., 1986, Analisis Petrokimia dan Gas dari G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kasturian, P., Wikartadipura, S., dan Djadja, A., 1984, Pemetaan Daerah Bahaya G.Papandayan; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kusuma, D.S., 1999, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan Geolistrik Daerah Panasbumi Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa barat; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kusumadinata, K., 1970, Sekoleksi Bahan Keterangan Mengenai G. Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kusumadinata, K., 1970, Konsep: Gunung Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., 1979, Data Dasar Gunungapi; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Manalu, L., Tasman Sihombing, A.J., 1980, Pendataan Kependudukan Dalam Daerah Bahaya G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Mawardi, R. dkk., 1995, Laporan Petrokimia Batuan G. Papandayan, Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan.

23 Miller, C.D., 1982, Reconnaissance Investigation at Guntur and Papandayan Volcanoes and Kamojang Geothermal Areas, West Java, Indonesia; USGS Project Report Indonesian Investigation. Mulyadi, M., Hendrasto, M., dan Rosadi, U., 1999, Laporan Pengukuran Deformasi Levelling G.Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Palgunadi, S., dan Hidayat, Y., 1999, Laporan Penyelidikan Magnetik G. Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Palgunadi, S., dan Hidayat, Y., 1999, Laporan Penyelidikan Gaya Berat G. Papandayan, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Praja, N.K., dkk., 1995, Laporan Penyelidikan Seismik Numerik di G. Papandayan dan sekitar, Jawa Barat; Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Samud, 1970, Laporan Peninjauan Kawah G. Papandayan dan Sekitarnya Bulan Mei 1970; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Samud, 1970, Laporan Lanjutan Peninjauan Kawah G. Papandayan dan Sekitarnya Bulan Juni 1970; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Sjarifudin, M.Z., 1985, Analisis Petrologi dan Pemeriksaan Petrografi Lava G. Papandayan dan sekitarnya, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Sjarifudin, M.Z., 1986, Laporan hasil Penyelidikan Petrokimia Batuan G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Setiawan, T., Yayo, Y., dan Karyana, 1998, Inventarisasi Potensi Wisata G. Papandayan dan Sekitarnya, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Smithsonian Institution, 1998, Papandayan: Minor Phreatic Explotion Eject Mud and Gas on 23 June; Bull. Of the Global Volc. Network vol. 23, no.7, July 1998: 3. Sriwana, T., 1989, Laporan Penyelidikan Geokimia G. Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Stehn, E., 1935, Vulkanische Verschijnselen in Netherlands Indies in 1938 (Papandayan); Samengesteld Volgen het Bull. of the Netherlands Indies Vulkanol. Surv.

24 Stehn, E., 1938, Vulkanische Verschijnselen in Netherlands Indies in 1938 (Papandayan); Samengesteld Volgens het Bull. of the Netherlands Indies Vulkanol. Surv. Subagiyo, Sugiri, A, dan Hidayata, U.S., 1984, Laporan Pemeriksaan Kawah dan Pengukuran Suhu G. Papandayan dan G. Guntur; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Suganda, O.K. Yohana, T., dan Hidayati, S., 1995, Penyelidikan Deformasi di G.Papandayan dengan menggunakan Metoda EDM dan Leveling; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Suherman, E., Suryadi, D., dan Sukadi, D., 1984, Laporan Pemeriksaan Kawah dan Pengukuran Suhu G. Papandayan, dan G. Guntur, Jawa Barat, Mei 1984; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Sumailani, A.R., Karnaen, P., Karim, A., Sihat, E., 1989, Pengukuran Situasi sekitar K.Ciparugpug (G. Papandayan), Kabupaten Garut, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Suparman, 1988, A Study of 1772 Debris Avalanche Deposits of Papandayan Volcano, West Jawa, Indonesia; Victoria University of Wellington, unpublished. Supramono, 1988, Laporan Kegiatan Pendataan dan Penyuluhan Vulkanologi G. Guntur dan G.Papandayan, Kabupaten Garut dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Supramono, 1990, Laporan Kegiatan Pendataan dan Penyuluhan Vulkanologi G.Papandayan, G.Kelut, dan G. lamongan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Supramono, 1990, Koleksi Data Aktivitas dan Informasi Gunungapi Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Supartono, H., 1990, Laporan Penyelidikan Aktivitas G. Papandayan; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Suratman, 1972, Laporan Peninjauan G. Papandayan dan G. Galunggung; Bandung: Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Surono, Handayani, G., Triastuti, H., 1998, Low Frequency Earthquakes (Hydraulic Fractuation) of Papandayan Volcano; Proc. Of Sym. On Japan- Indo. IDNDR Proj. Volc. Tect., Flood and Sediment Hazards 1998:

25 Suantika G, 2004, Jurnal Volcanic Activity, Seismicity Of The 2002 Papandayan Eruption, Direktorat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi, 2004: Sitinjak P, dkk, 2005, Laporan Inventarisasi Sifat Kimia Air/Gas G. Papandayan, Jawa Barat, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Taverne N.J.M., 1925, Noteworthy Eruption of Papandayan; published report; Geologigische Mijnbouwkundig Genootschap, Verh. Geol. Serie, v.8, 1925: Taverne N.J.M., 1925, Volcano Report, XLII Papandayan Volcano; published report.; N.T.V. Ned. Indie, pt.85: 2, 1925: Taverne N.J.M., 1925, Temperature Observations of Papandayan Volcano: Extension and Intensity of the Gas Development at Papandayan Volcano; published report. Taverne N.J.M., 1925, The Eruption in Kawah Baru G. Papandayan in Taverne N.J.M., 1925, The Activity in Kawah Nangklak, G. Papandayan, December 1924-March Tim Seismik, 1998, Laporan Penyelidikan Kegiatan G. Papandayan Menggunakan Metoda Seismik; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Tim Penyelidikan Geofisika Panasbumi, 1999, Laporan Penyelidikan Gayaberat dan Geolistrik Daerah Panasbumi Nangklak, G. Papandayan, Kabupaten Daerah TK. II Garut, Jawa Barat; Bandung : Direkt. Vulkanol., tidak dipublikasikan. Van Padang, N.M., 1929, The Northern Breakthrough in the Papandayan Crater Wall; De Mijningenieer, 10 e jg., no. 3, March 1929: 1-9. Van Padang, N.M., 1934, Het Temperatuur Verloop in den Krater van den Papandayan; published report. Van Padang, N.M., 1936, Gesteente van den Papandayan; published report. Van Padang, N.M., 1963, The Temperatures in The Crater Region of Some Indonesian Volcanoes Before The Eruption; The Phreatic Eruption of Papandayan Volcano in ; Bull. Volc. Tome XXVI, 1963: Verbeek R.D.M., 1896, The Eruption of 1772 (Papandayan); Description Geologique de Java et Madoera, 1896:

Papandayan. : Kawah Mas, Kawah Nangklak, Kawah Manuk Nama kawah lain di sekitar G. Papandayan : Tegal Alunalun dan Tegal Brungbung.

Papandayan. : Kawah Mas, Kawah Nangklak, Kawah Manuk Nama kawah lain di sekitar G. Papandayan : Tegal Alunalun dan Tegal Brungbung. Papandayan Keterangan Umum Nama Gunung Api Nama Kawah : G. Papandayan : Kawah Mas, Kawah Nangklak, Kawah Manuk Nama kawah lain di sekitar G. Papandayan : Tegal Alunalun dan Tegal Brungbung. Lokasi a. Administrasi

Lebih terperinci

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur 4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi : Strato dengan kubah lava Lokasi

Lebih terperinci

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara 7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara G. Ibu dilihat dari Kampung Duono, 2008 KETERANGAN UMUM Lokasi a. Geografi b. Adminstrasi : : 1 29' LS dan 127 38' BT Kecamatan Ibu, Kabupaten Halmahera Barat, Prop.

Lebih terperinci

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara 7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara G. Kie Besi dilihat dari arah utara, 2009 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Wakiong Nama Kawah : Lokasi a. Geografi b. : 0 o 19' LU dan 127 o 24 BT Administrasi : Pulau Makian,

Lebih terperinci

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur 4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur G. Iya KETERANGAN UMUM Nama : G. Iya Nama Lain : Endeh Api Nama Kawah : Kawah 1 dan Kawah 2 Tipe Gunungapi : Strato Lokasi Geografis : 8 03.5' LS dan 121 38'BT Lokasi

Lebih terperinci

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA 6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA G. Ambang (Kunrat, S. L. /PVMBG/2007) KETERANGAN UMUM Nama : G. Ambang Nama Lain : - Nama Kawah : Kawah Muayat, Kawah Moyayat Lokasi : a. Geografi : 0 o 44' 30" LU dan 124

Lebih terperinci

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara 6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Tonkoko Nama Kawah : - Lokasi Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Administratif: termasuk Desa Makewide, Kecamatan

Lebih terperinci

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku 5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku G. Lawarkawra di P. Nila, dilihat dari arah utara, 1976 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Kokon atau Lina Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif : : 6 o 44' Lintang

Lebih terperinci

Daerah bahaya Gunung Papandayan dibagi menjadi Daerah Bahaya I, Daerah Bahaya Lontaran dan Daerah Bahaya II.

Daerah bahaya Gunung Papandayan dibagi menjadi Daerah Bahaya I, Daerah Bahaya Lontaran dan Daerah Bahaya II. LAPORAN KESIAPSIAGAAN STATUS WASPADA GUNUNG PAPANDAYAN DI KABUPATEN GARUT PROVINSI JAWAB BARAT PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MEI 2006 I. Pokok permasalahan Gunung

Lebih terperinci

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara 6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah Lokasi Ketinggian Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : Mahawoe, Roemengas : Mahawu, Wagio, Mawuas : Kota Tomohon, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Geologi Gunungapi Soputan Geomorfologi Gunungapi Soputan dan sekitarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga satuan morfologi (Gambar 2.1) yaitu : 1. Satuan Morfologi Tubuh Gunungapi,

Lebih terperinci

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur 4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur Puncak G. Rokatenda dilihat dari laut arah selatan P. Palue (Agustus 2008) KETERANGAN UMUM Nama : G. Rokatenda Nama Kawah : Ada dua buah kawah dan tiga buah kubah

Lebih terperinci

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku 5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku Pulau Gunung Api di utara P. Wetar ditutupi belukar dilihat dari utara (gbr. Kiri) dan dilihat dari barat (gbr. Kanan) (Foto: Lili Sarmili).(2001) KETERANGAN UMUM

Lebih terperinci

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008 EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 28 KRISTIANTO, AGUS BUDIANTO Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Letusan G. Egon

Lebih terperinci

G. TALANG, SUMATERA BARAT

G. TALANG, SUMATERA BARAT G. TALANG, SUMATERA BARAT KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah : Talang, Salasi, Sulasih : Danau Talang dan Danau Kecil Lokasi a. Geografi Puncak b. Administrasi : : 58'42" LS dan 1 4'46"BT Kecamatan Kota

Lebih terperinci

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur 4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur Komplek G. Inie Lika dengan latar depan Kota Bajawa (sumber PVMBG) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi Nama Kawah : Inielika, Koek Peak : Strato : Wolo Inielika;

Lebih terperinci

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM 1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM KETERANGAN UMUM Nama Lain : Puet Sague, Puet Sagu atau Ampat Sagi Lokasi a. Geografi Puncak b. Administrasi : : 4 55,5 Lintang Utara dan 96 20 Bujur Timur Kabupaten

Lebih terperinci

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur 4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur G. Lewotobi Laki-laki (kiri) dan Perempuan (kanan) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Lobetobi, Lewotobi, Lowetobi Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif :

Lebih terperinci

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963 4.2. G. AGUNG, Bali KETERANGAN UMUM Nama Lain : Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api Lokasi a. Geografi Puncak : 08 20' 30 Lintang Selatan dan 115 30' 30 Bujur Timur b. Administratif : Kab. Karangasem,

Lebih terperinci

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

G. SUNDORO, JAWA TENGAH G. SUNDORO, JAWA TENGAH KETERANGAN UMUM Nama Lain : Sindoro, Sendoro Nama Kawah : 1. Kawah Puncak : Segoro Wedi (Z1), Segoro Banjaran (Z2,Z3 dan Z4), Kawah Kawah Barat, Kawah Timur, Gua Walet Utara (K1),

Lebih terperinci

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur 4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur KETERANGAN UMUM Morfologi puncak G. Inerie (sumber PVMBG) Nama Lain Tipe Gunungapi : Ineri, Rokkapiek : Strato dengan bentuk kerucut sempurna Lokasi Geografis Administratif

Lebih terperinci

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara 7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gamkunora, Gammacanore Nama Kawah : Kawah A, B, C, dan D. Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 1º 22 30" LU dan 127º 3' 00" Kab.

Lebih terperinci

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur 4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur Gunungapi Ebulobo (sumber PVMBG) KETERANGAN UMUM Nama Lain Tipe Gunungapi Nama Kawah Lokasi Geografis Administratif Ketinggian Tipe Gununapi Kota Terdekat Pos Pengamatan

Lebih terperinci

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku 5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku Puncak G. Legatala dilihat dari arah Kampung Lesturu, 1978 KETERANGAN UMUM Nama Lain : Serua, Sorek Lokasi a. Geografi b. Administratif : : 6 o 18' Lintang Selatan

Lebih terperinci

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007 AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 27 UMAR ROSADI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Pada bulan Oktober akhir hingga November 27 terjadi perubahan aktivitas vulkanik G. Semeru. Jumlah

Lebih terperinci

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gunung Tutong, Boer Moetelong, G. Telong Lokasi A. Geografis Puncak : 4 o 38'47" - 4 o 88'32" Lintang Utara dan 96 o 44'42" - 96 o

Lebih terperinci

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008 BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008 ESTU KRISWATI Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Pada periode April Juni 2008, tiga gunungapi yang sebelumnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lokasi Objek Penelitian Berdasarkan bentuk morfologinya, puncak Gunung Lokon berdampingan dengan puncak Gunung Empung dengan jarak antara keduanya 2,3 km, sehingga merupakan

Lebih terperinci

GEOLOGI DAERAH CISURUPAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

GEOLOGI DAERAH CISURUPAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT GEOLOGI DAERAH CISURUPAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT TUGAS AKHIR A Diajukan sebagai syarat untuk kelulusan sarjana strata satu (S-1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur 4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur KETERANGAN UMUM Nama Lain : Pulu Komba, Pulu Kambing II, Pulu Betah Nama Kawah Tipe Gunungapi Lokasi Geografis Lokasi Administrasi : Batutara terletak di pulau berbentuk

Lebih terperinci

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008 BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008 ESTU KRISWATI Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Selama Januari - Maret 2008 terdapat 2 gunungapi berstatus Siaga (level 3) dan 11

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang sangat rentan akan bencana, diantaranya bencana letusan gunungapi, tsunami, gempa bumi dan sebagainya. Bencana tidak

Lebih terperinci

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 4122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 1295 Telepon: 22-7212834, 5228424, 21-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989).

BAB I PENDAHULUAN. bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dinamika aktivitas magmatik di zona subduksi menghasilkan gunung api bertipe komposit strato (Schmincke, 2004; Sigurdsson, 2000; Wilson, 1989). Meskipun hanya mewakili

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Geologi

Jenis Bahaya Geologi Jenis Bahaya Geologi Bahaya Geologi atau sering kita sebut bencana alam ada beberapa jenis diantaranya : Gempa Bumi Gempabumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman

Lebih terperinci

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara 6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Lain : G. Ruwang, Aditinggi, Duang atau Duwang Lokasi a. Geografis Puncak b. Administratif : : 2 18 LU dan 125 22 BT Kabupaten Sitaro, Propinsi Sulawesi

Lebih terperinci

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 Ahmad BASUKI., dkk. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Terjadinya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Pengamatan geomorfologi di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode tidak langsung

Lebih terperinci

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur 4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur G. Egon, NTT KETERANGAN UMUM Nama Lain : Namang Kawah : Kawah di bagian puncaknya, berukuran 525 m x 425 m, dengan kedalaman antara 47,5 m - 195 m, tebing yang tinggi

Lebih terperinci

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur 4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur (a) Gunungapi Sirung (a) dan kawah (b) (b) KETERANGAN UMUM Nama Lain : - Nama Kawah Tipe Gunungapi Lokasi Geografis : Kawah A, Kawah B, dan Kawah D : Strato dengan

Lebih terperinci

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA

INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA INTERPRETASI HASIL ANALISIS GEOKIMIA BATUAN GUNUNGAPI RUANG, SULAWESI UTARA Oktory PRAMBADA Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi Sari Gunungapi Ruang (+714 m dpl) yang merupakan gunungapi strato

Lebih terperinci

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara 6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara Gunungapi Soputan, Sulawesi Utara KETERANGAN UMUM Nama Kawah : Soputan, K1 dan K2 Lokasi : a.koordinat b. Geografi : : 01 o 06 30 LU dan 124 o 43 BT Kec. Tombatu, Minahasa,

Lebih terperinci

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

ERUPSI G. SOPUTAN 2007 ERUPSI G. SOPUTAN 2007 AGUS SOLIHIN 1 dan AHMAD BASUKI 2 1 ) Penyelidik Bumi Muda di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi 2 ) Penganalisis Seismik di Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunungapi

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014 \ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat

Lebih terperinci

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009 KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 009 Estu KRISWATI dan Oktory PRAMBADA Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Jalan Diponegoro

Lebih terperinci

Telepon: , , Faksimili: ,

Telepon: , , Faksimili: , KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS). xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki gunungapi terbanyak di dunia yaitu berkisar 129 gunungapi aktif (Gambar 1.1) atau sekitar 15 % dari seluruh gunungapi yang ada di bumi. Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya tanah longsor adalah tingkat ketebalan tanah yang tinggi dengan kekuatan antar material yang rendah. Salah satu pembentuk

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NOMOR 57 BANDUNG 40122 JALAN JENDERAL GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 TELEPON: 022-7215297/021-5228371 FAKSIMILE:

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008 PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008 KRISTIANTO, HANIK HUMAIDA, KUSHENDRATNO, SAPARI DWIYONO Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Jl. Diponegoro No. 57 Bandung, 40122 Sari

Lebih terperinci

POTENSI SUMBERDAYA GUNUNGAPI PAPANDAYAN KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

POTENSI SUMBERDAYA GUNUNGAPI PAPANDAYAN KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT POTENSI SUMBERDAYA GUNUNGAPI PAPANDAYAN KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT D. WAHYUDIN 1 DAN P. SITINJAK 2 1 Penyelidik Bumi Madya pada Bidang Evaluasi Potensi Bencana, PVMBG 2 Staf pada Bidang Pengamatan dan

Lebih terperinci

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara 7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara G. Dukono dilihat dari sekitar Sungai Muya KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah Lokasi a. Geografi b. Administrasi : Doekono, Dukoko, Dodoekko, Dukoma, Tala, Tolo

Lebih terperinci

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah 6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah (a) (b) Erupsi G. Colo 1983 (a), Lapangan fumarola, di selatan danau kawah G. Colo (b) KETERANGAN UMUM Nama : G. Colo Nama Lain : - Lokasi Geografi Administratif

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Menurut Schieferdecker (1959) maar adalah suatu cekungan yang umumnya terisi air, berdiameter mencapai 2 km, dan dikelilingi oleh endapan hasil letusannya.

Lebih terperinci

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu. G. KABA, BENGKULU KETERANGAN UMUM Nama Lain : Kaaba Nama Kawah : Terdapat 8 kawah di puncak, masing-masing a.l : (Gbr.1) Kaba Lama, Kaba Baru, Sumur letusan 1940 Kawah Baru, Vogelsang I, lubang letusan

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL II.1 FISIOGRAFI DAN MORFOLOGI Secara fisiografis, daerah Jawa Tengah dibagi menjadi lima zona yang berarah timur-barat (van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi bencana geologi yang sangat besar, fakta bahwa besarnya potensi bencana geologi di Indonesia dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Secara geografis, kabupaten Ngada terletak di antara 120 48 36 BT - 121 11 7 BT dan 8 20 32 LS - 8 57 25 LS. Dengan batas wilayah Utara adalah Laut Flores,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbukitan Gendol (Gambar 1.1) merupakan kelompok perbukitan terisolir berada pada lereng sebelah baratdaya Gunungapi Merapi. Genesis Perbukitan Gendol menjadi hal

Lebih terperinci

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 1 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 9 JAKARTA 195 Telepon: -713, 5,1-5371 Faksimile: -71, 1-537 E-mail:

Lebih terperinci

G. Raung (Wikipedia,Sep 2005) : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung

G. Raung (Wikipedia,Sep 2005) : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung G. RAUNG, JAWA TIMUR G. Raung G. Raung (Wikipedia,Sep 2005) KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah Utama Nama Kawah Lain : Rawon : Kaldera Raung : Tegal Alun-Alun dan Tegal Brungbung Lokasi a. Geografi Puncak

Lebih terperinci

G. ARJUNO-WELIRANG, JAWA TIMUR. Gunungapi Arjuno - Welirang

G. ARJUNO-WELIRANG, JAWA TIMUR. Gunungapi Arjuno - Welirang G. ARJUNO-WELIRANG, JAWA TIMUR Gunungapi Arjuno - Welirang KETERANGAN UMUM NAMA GUNUNGAPI : Gunung Arjuno-Welirang NAMA LAIN : - NAMA KAWAH : Tilas Geni, Jero, Kembar, Abil, Argopuro, Plupuh, Pasar Dieng

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Gunungapi Sinabung adalah gunungapi stratovolkano berbentuk kerucut, dengan tinggi puncaknya 2460 mdpl. Lokasi Gunungapi Sinabung secara administratif masuk

Lebih terperinci

.4. G. LOKON, Sulawesi Utara

.4. G. LOKON, Sulawesi Utara .4. G. LOKON, Sulawesi Utara Komplek G. Lokon (G. Lokon, Kawah Tompaluan dan G.Empung), dilihat dari puncak G.Mahawu) (PVMBG, 2009) KETERANGAN UMUM Nama Kawah Lokasi Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Lokasi penelitian adalah Ranu Segaran, terletak di sebelah timur Gunung Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran

Lebih terperinci

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari. DANAU SEGARA ANAK Danau Segara Anak adalah danau kawah (crater lake) Gunung Rinjani yang berada di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

7.3. G. GAMALAMA, P. Ternate, Maluku Utara

7.3. G. GAMALAMA, P. Ternate, Maluku Utara 7.3. G. GAMALAMA, P. Ternate, Maluku Utara G. Gamalama dilihat dari arah timur KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah Lokasi a. Geografi b. Administrasi Ketinggian Kota Terdekat Tipe Gunungapi Pos Pengamatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Regional Pulau Lombok terbentuk oleh suatu depresi yang memanjang (longitudinal depresion), yang sebagian besar sudah terisi dan tertutupi oleh suatu seri gunungapi

Lebih terperinci

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Di Indonesia banyak sekali terdapat gunung berapi, baik yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif. Gunung berapi teraktif di Indonesia sekarang ini adalah Gunung

Lebih terperinci

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur 4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur KETERANGAN UMUM G. Kelimutu Nama Nama Lain Nama Kawah Tipe Gunungapi Lokasi Geografis Lokasi Administratif Ketinggian Kota Terdekat : Kelimutu : Keli Mutu, Kawah

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA Pada penelitian ini, penulis menggunakan 2 data geofisika, yaitu gravitasi dan resistivitas. Kedua metode ini sangat mendukung untuk digunakan dalam eksplorasi

Lebih terperinci

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng besar dunia, antara lain Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia. Karena pertemuan ketiga

Lebih terperinci

Beda antara lava dan lahar

Beda antara lava dan lahar lahar panas arti : endapan bahan lepas (pasir, kerikil, bongkah batu, dsb) di sekitar lubang kepundan gunung api yg bercampur air panas dr dl kawah (yg keluar ketika gunung meletus); LAHAR kata ini berasal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

G. GUNTUR, JAWA BARAT

G. GUNTUR, JAWA BARAT G. GUNTUR, JAWA BARAT KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah Lokasi a. Administratif b Geografi puncak Kota terdekat Ketinggian Tipe Gunungapi Pos Pengamatan a. Lokasi b. Posisi Geografi : Gunung Gede :

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian

Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian Bab II Tatanan Geologi Daerah Penelitian II.1 Tatanan Geologi Daerah Jawa Bagian Barat II.1.1 Fisiografi. Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Jawa Bagian Barat skala 1:500.000 (Gafoer dan Ratman,

Lebih terperinci

PERAN ASPEK GEOMORFOLOGI DALAM MENENTUKAN KARAKTERISTIK ENDAPAN DEBRIS AVALENCHES GUNUNG PAPANDAYAN, GARUT, JAWA BARAT

PERAN ASPEK GEOMORFOLOGI DALAM MENENTUKAN KARAKTERISTIK ENDAPAN DEBRIS AVALENCHES GUNUNG PAPANDAYAN, GARUT, JAWA BARAT PERAN ASPEK GEOMORFOLOGI DALAM MENENTUKAN KARAKTERISTIK ENDAPAN DEBRIS AVALENCHES GUNUNG PAPANDAYAN, GARUT, JAWA BARAT Asep Nursalim 1, Nana Sulaksana 2, Emi Sukiyah 2 1 PVMBG, Bandung 2) Lab Geomorfologi,

Lebih terperinci

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara 6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara Erupsi G. Karangetang 2010 (Prambada, O./PVMBG/2010) KETERANGAN UMUM Nama Lain : Gunungapi Siau Nama Kawah : Kawah Utama (Kawah I), Kawah II, Kawah III, Kawah

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru) Disusun oleh: Anita Megawati 3307 100 082 Dosen Pembimbing: Ir. Eddy S. Soedjono.,Dipl.SE.,MSc.,

Lebih terperinci

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan... Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2 Pokok Permasalahan... 2 1.3 Lingkup Pembahasan... 3 1.4 Maksud Dan Tujuan... 3 1.5 Lokasi... 4 1.6 Sistematika Penulisan... 4 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424,021-5228371

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI. kehidupan manusia. 1.Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan.

STANDAR KOMPETENSI. kehidupan manusia. 1.Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan. STANDAR KOMPETENSI Memahami Lingkungan kehidupan manusia. 1.Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan. INDIKATOR : I. Mendeskripsikan proses alam endogen

Lebih terperinci

G. SEULAWAH AGAM, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

G. SEULAWAH AGAM, NANGGROE ACEH DARUSSALAM G. SEULAWAH AGAM, NANGGROE ACEH DARUSSALAM KETERANGAN UMUM Nama Lain Nama Kawah : Seulawah Agam, Seulawain Agam, Solawa Agam, Solawaik Agam, Selawadjanten, Goldberg : Kawah Heutsz, Tanah Simpago Lokasi

Lebih terperinci

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi. BENTUK LAHAN ASAL VULKANIK 1.Dike Terbentuk oleh magma yang menerobos strata batuan sedimen dengan bentuk dinding-dinding magma yang membeku di bawah kulit bumi, kemudian muncul di permukaan bumi karena

Lebih terperinci

BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK

BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK BENTUKLAHAN ASAL VULKANIK Bentuklahan asal vulkanik merupakan bentuklahan yang terjadi sebagai hasil dari peristiwa vulkanisme, yaitu berbagai fenomena yang berkaitan dengan gerakan magma naik ke permukaan

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia Indonesia yang kaya akan wilayah gunung berapi, memiliki potensi panas bumi yang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber

Lebih terperinci

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da

2015, No Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3676); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2012 tentang Keselamatan da BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.620, 2015 BAPETEN. Instalasi Nuklir. Aspek Kegunungapian. Evaluasi. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG EVALUASI TAPAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yaitu berupa padatan, cair, dan gas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Kondisi Geomorfologi Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah dengan kondisi geologi yang menarik, karena gugusan kepulauannya diapit oleh tiga lempeng tektonik besar (Triple Junction) yaitu lempeng

Lebih terperinci

4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur

4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur 4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur G. Ili Werung ( PVMBG, 2006) KETERANGAN UMUM Nama Lain : - Lokasi a. Geografi Puncak b. Administratif : : 08 32'24" LS dan 123 35'24" BT Kec. Atadei, Kab. Lembata,

Lebih terperinci