ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU MEGA PRATIWI EKAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU MEGA PRATIWI EKAWATI"

Transkripsi

1 ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU MEGA PRATIWI EKAWATI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kepuasan Petani Tebu Mitra Terhadap Kemitraan Dengan PG Pakis Baru adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Mega Pratiwi Ekawati NIM H

4

5 ABSTRAK MEGA PRATIWI EKAWATI. Analisis Kepuasan Petani Tebu Mitra Terhadap Kemitraan Dengan PG Pakis Baru. Dibimbing oleh YANTI NURAENI MUFLIKH. Bahan baku merupakan suatu kebutuhan yang sangat menentukan keberlangsungan perusahaan. PG Pakis Baru merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan tebu sebagai bahan bakunya. Keterbatasan PG Pakis baru dalam pemenuhan tebu mendorong PG untuk menjalin kerjasama dengan petani tebu. Kerjasama yang dilakukan berbentuk kemitraan dengan pola inti plasma. Alasan petani melakukan kerjasama kemitraan adalah untuk membantu dalam permodalan usahatani, budidaya, dan jaminan pemasaran tebu yang dihasilkannya. Tingkat kepuasan petani tebu mitra terhadap kemitraannya dengan PG Pakis Baru yang diukur dengan menggunakan analisis Customer Satisfaction Index (CSI) menunjukkan hasil 94.5 persen. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa petani tebu mitra sangat merasa puas atas kemitraan yang telah dijalinnya dengan PG Pakis Baru. Kata kunci: kemitraan, PG Pakis Baru, kepuasan, hubungan ABSTRACT MEGA PRATIWI EKAWATI. Analysis of Sugarcane Growers Partners Against Satisfaction Partnership With PG Pakis Baru. Guided by YANTI NURAENI MUFLIKH. The raw material is a crucial need for survival. PG Pakis Baru is one of the companies that use sugar cane as raw material. Limitations in the fulfillment of the PG Pakis Baru cane encourage PG to establish cooperation with farmers. The cooperation form a partnership with the pattern of the plasma core. The reason farmers cooperative partnership is to assist in the capitalization of farming, cultivation, and it produces sugarcane marketing collateral. Partner satisfaction levels sugarcane farmers against partnership with the PG Pakis Baru measured using analysis Customer Satisfaction Index (CSI) shows the results of 94.5 percent. Results of these calculations indicate that sugarcane farmers are very satisfied partners over partnerships with PG DI leaders Pakis Baru. Keywords: partnership, PG Pakis Baru, satisfaction, relationship

6 ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU MEGA PRATIWI EKAWATI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

7

8 Judul Skripsi: Analisis Kepuasan Petani Tebu Mitra Terhadap kemitraan Dengan PG Pakis Baru Nama : Mega Pratiwi Ekawati NIM : H Disetujui oleh Yanti Nuraeni Muflikh, SP, MAgribuss Pembimbing Diketahui oleh Tanggal Lulus : 2 0 AUG 2013

9 Judul Skripsi: Analisis Kepuasan Petani Tebu Mitra Terhadap kemitraan Dengan PG Pakis Baru Nama : Mega Pratiwi Ekawati NIM : H Disetujui oleh Yanti Nuraeni Muflikh, SP, MAgribuss Pembimbing Diketahui oleh Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus :

10

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah Analisis Kepuasan Petani Tebu Terhadap Kemitraan Dengan PG Pakis Baru. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Netti Tinaprilla, Ir.MM selaku dosen penguji utama, terima kasih kepada Bapak Rahmat Yanuar, SP.Msi selaku dosen penguji komdik, dan terima kasih kepada Ibu Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Agribuss selaku dosen pembimbing. Terima kasih juga saya ucapkan kepada pihak PG Pakis Baru yang telah memberikan waktu, kesempatan, dan informasi kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayah, ibu, adik serta seluruh keluarga, kepada teman-teman sabimbingan saya Nurma, Getta, Intan Mega, Emil, Wilaga, teman-teman saya Iqbal, Nawa, Amsetyo, Mada, Manda, Taufik, Wiggo, Puji, Khonsa, Qisthy, Agatha, Jise, Rama, Tane serta seluruh keluarga besar Agribisnis IPB 46 atas segala doa, semangat dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2013 Mega Pratiwi Ekawati

12 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 6 Tujuan Penelitian 8 Manfaat Penelitian 9 Ruang Lingkup Penelitian 9 TINJAUAN PUSTAKA 10 Kemitraan 10 Tingkat Kepuasan Petani terhadap Kemitraan 12 Atribut Yang Digunakan Dalam Penelitian Kepuasan Petani Mitra Terhadap Kemitraan 13 KERANGKA PEMIKIRAN 14 Kerangka Pemikiran Teoritis 14 Kerangka Pemikiran Operasional 29 METODE PENELITIAN 33 Lokasi dan Waktu Penelitian 33 Jenis dan Sumber Data 33 Metode Pengumpulan Data 33 Metode Analisis Data 34 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 38 Gambaran Umum Perusahaan 38 KARAKTERISTIK USAHA TANI DAN PETANI 41 Karakteristik Usaha Petani Tebu Mitra Responden 41 Karakteristik Petani Tebu Mitra Responden 45 Pola Kemitraan PG Pakis Baru 48 ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU 56 Analisis Kepuasan Petani Mitra 56 Analisis Kesesuaian Skor Kepentingan dan Kinerja 59 Importance Performance Analysis (IPA) 62 Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) 68 SIMPULAN DAN SARAN 69 Simpulan 69 Saran 70 DAFTAR PUSTAKA 71 L A M P I R A N 73 Lampiran 2 Indikator penilaian petani tebu terhadap kinerja dari atribut kemitraan 76 RIWAYAT HIDUP 82

13 DAFTAR TABEL Table 1 Produk domestik bruto atas harga dasar berlaku menurut lapangan usaha (miliar rupiah), Table 2 Jumlah petani dan tenaga kerja (KK+TK) subsektor perkebunan komoditas tebu, tahun Table 3 Perkembangan Produksi Pangan Strategis Tahun (juta ton) 2 Table 4 Perkembangan produksi, konsumsi, dan impor gula Indonesia tahun Table 5 Luas areal tanam tebu dan produksi gula di Indonesia tahun Table 6 Skor atau nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja 35 Table 7 Hasil hubungan antara luas lahan dengan kepuasan petani tebu mitra dalam pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru 52 Table 8 Tabel hubungan silang pendidikan formal terakhir petani mitra dengan kepuasan dalam pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru 54 Table 9 Hasil hubungan antara lama bermitra dengan kepuasan petani tebu mitra terhadap pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru 55 Table 10 Tingkat kesesuaian atribut berdasarkan skor kepentingan dan kinerja menurut petani tebu mitra responden 60 Table 11 Koordinat nilai kinerja (x) terhadap kepentingan (y) pada matriks IPA 62 Table 12 Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) 69 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Pola kemitraan inti plasma 23 Gambar 2 Pola kemitraan subkontrak 24 Gambar 3 Pola kemitraan dagang umum 25 Gambar 4 Pola kemitraan keagenan 25 Gambar 5 Pola kemitraan Kerjasama Kemitraan Operasional Agribisnis 26 Gambar 6 Kerangka pemikiran operasional 30 Gambar 7 Diagram Importance Performance Analysis (IPA) 34 Gambar 8 Struktur organisasi PG Pakis Baru 38 Gambar 9 Luas lahan tebu petani mitra responden 39 Gambar 10 Status kepemilikan lahan petani tebu mitra responden 40 Gambar 11 Pekerjaan petani tebu mitra responden di luar usahatani tebu 40 Gambar 12 Lama petani mitra melakukan usahatani tebu 41 Gambar 13 Alasan petani tebu mitra menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru 42 Gambar 14 Sumber informasi petani tebu mitra terhadap PG Pakis Baru 43 Gambar 15 Sebaran petani tebu mitra berdasarkan lokasi lahan 44 Gambar 16 Sebaran petani tebu mitra berdasarkan usia 45 Gambar 17 Sebaran petani tebu mitra responden berdasarkan jenis kelamin 45

14 Gambar 18 Sebaran petani tebu mitra responden berdasarkan pendidikan formal terakhir 46 Gambar 19 Diagram kartesius hasil perhitungan IPA 60 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner penelitian 74 Lampiran 2 Indikator kepuasan petani tebu terhadap atribut kemitraan 76 Lampiran 3 Dokumentasi 80

15

16 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai kontribusi besar dalam perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Brutto (PDB) pada tahun 2011 yaitu sebesar persen (BPS 2012). Salah satu subsektor yang berkontribusi besar dalam penyumbang PDB untuk sektor pertanian adalah subsektor perkebunan. Table 1 Produk domestik bruto atas harga dasar berlaku menurut lapangan usaha (miliar rupiah), 2011 No. Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah) Tabel 1 menunjukkan bahwa subsektor perkebunan menyumbangkan sebesar 2.07 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian pada tahun 2011 atau menempati posisi ketiga terbesar setelah subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perikanan. Tingginya kontribusi subsektor perkebunan tersebut dikarenakan subsektor perkebunan merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja dan penghasil devisa (BPS, 2012). Jumlah penyerapan tenaga kerja di subsektor perkebunan dari komoditi tebu berdasarkan Tabel 2 mengalami peningkatan setiap tahunnya sepanjang , tetapi dari tahun 2008 hingga 2009 penyerapan jumlah petani dan tenaga kerja subsektor perkebunan komoditas tebu mengalami penurunan drastis sebesar persen dari menjadi orang.

17 2 Table 2 Jumlah petani dan tenaga kerja (KK+TK) subsektor perkebunan komoditas tebu, tahun Tahun Penyerapan Tenaga Kerja Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2012 (diolah) Produk subsektor perkebunan yang berperan dalam perekonomian Indonesia adalah tebu. Data dari Badan Pusat Statistik pada tahun 2012 menyatakan bahwa luas lahan tebu pada tahun 2011 yaitu sebesar 473 ribu hektar. Tebu yang digunakan sebagai bahan baku industri gula mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri gula berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi ribuan petani tebu dan tenaga kerja di industri gula. Hal tersebut disebabkan oleh gula yang merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dan menjadi sumber kalori yang relatif murah. Table 3 Perkembangan Produksi Pangan Strategis Tahun (juta ton) Komoditas Padi Jagung Kedelai Gula Daging Sapi Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 (diolah) Gula merupakan komoditas strategis perekonomian Indonesia. Hal tersebut dikarenakan gula merupakan sumber kalori bagi masyarakat Indonesia. Secara Nasional, jumlah konsumsi gula lebih besar daripada jumlah produksi gula. Kekurangan jumlah produksi gula tersebut menimbulkan adanya impor gula mentah dengan tujuan untuk menutupi kekurangan gula di Indonesia. Tahun 2008 jumlah produksi gula Indonesia mencapai 2.7 juta ton dan tahun 2012 mencapai jumlah produksi sebesar 2.75 juta ton. Sepanjang tahun , jumlah produksi gula Indonesia mengalami fluktuasi sesuai dengan Tabel 3. Data dari Dewan Gula Indonesia menyatakan bahwa jumlah produksi gula mengalami penurunan sepanjang tahun dengan presentase persen dimana penurunan sebesar 2.96 persen terjadi pada tahun 2009 dan penurunan sebesar persen yang terjadi pada tahun Keadaan produksi gula Indonesia setelah tahun 2010 mulai membaik yang dapat dilihat dari adanya peningkatan jumlah produksi gula dari tahun 2010 sampai tahun 2012 dengan presentase persen. Peningkatan sebesar 0.90 persen terjadi pada tahun 2011 dan persen terjadi pada tahun Adanya peningkatan jumlah produksi gula tersebut masih belum mampu memenuhi permintaan konsumsi gula Indonesia.

18 3 Table 4 Perkembangan produksi, konsumsi, dan impor gula Indonesia tahun Tahun Produksi Gula Konsumsi Gula Nasional Impor Gula (juta (juta ton) (juta ton) ton) Sumber : Dewan Gula Indonesia, 2013 (diolah) Kebutuhan gula di Indonesia tahun 2012 menurut Dewan Gula Indonesia adalah sebesar 5.20 juta ton yang terdiri dari 3.3 juta ton untuk keperluan konsumsi rumah tangga, dan 1.9 juta ton untuk keperluan industri. Permintaan gula Indonesia tersebut tidak diimbangi dengan supply tebu nasional pada tahun 2012 yang hanya mencapai 2.75 juta ton dan menyebabkan adanya impor gula mentah oleh industri gula di Indonesia untuk kelangsungan proses produksinya. Oleh karena itu, pemerintah melakukan upaya untuk meningkatkan produksi gula agar mampu memenuhi kebutuhan gula Indonesia tanpa harus bergantung kepada gula impor. Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi gula tersebut tidak terlepas dari penyediaan bahan baku utama dalam industri gula yaitu tebu. Ketersediaan bahan baku tebu dalam bidang industri gula mempunyai keterbatasan yang disebabkan oleh kurangnya lahan yang berakibat kepada kurangnya produksi tebu di Indonesia. Table 5 Luas areal tanam tebu dan produksi gula di Indonesia tahun Tahun Luas areal Pertumbuhan Produksi Pertumbuhan Rendemen (Hektar) (Persen) (Ton) (Persen) , ,73 7, , ,70 8, , ,80 7, , ,45 6, , ,28 7,35 Sumber : Direktorat Jendreral Perkebunan, 2013 (diolah) Kekurangan tebu sebagai bahan baku industri gula di Indonesia menyebabkan kurangnya jumlah gula yang dihasilkan oleh pabrik gula di Indonesia. Kurangnya suplai tebu yang dirasakan dalam industri gula mendorong perusahaan untuk menentukan strategi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam mengatasi kurangnya pasokan bahan baku tebu untuk produksinya adalah dengan menjalin kemitraan dengan petani tebu. Pola kemitraan yang banyak dilaksanakan oleh pabrik gula dengan petani tebu di Indonesia menurut Hafsah (2000) dapat berupa pola kemitraan inti plasma, pola subkontrak, pola dagang umum, pola keagenan, pola waralaba. Masingmasing pola kemitraan yang dijalankan di Indonesia tersebut mempunyai kendala dalam pelaksanaannya.

19 4 Penyimpangan yang sering terjadi dalam pelaksanaan kemitraan yaitu penyimpangan dari perjanjian yang telah disepakati seperti adanya kewajiban yang tidak dipenuhi oleh pihak yang bermitra. Kendala lain yang terjadi dalam kemitraan adalah pondasi kemitraan yang mendasari dilakukannya kemitraan kurang kuat seperti kemitraan yang dijalin berdasarkan belas kasihan atau atas dasar paksaan dari pihak lain, bukan alasan untuk maju dan berkembang bersama pihak bermitra. Alasan lain penyebab kegagalan kemitraan adalah kurangnya etika bisnis yang diterapkan dalam pelaksanaan kemitraan sehingga kemitraan tersebut akan menjadi rapuh dan menyebabkan kemitraan tidak berjalan dengan baik. Kondisi ini menjadikan kedudukan usaha kecil di pihak yang lemah dan usaha menengah dan besar sangat dominan cenderung mengeksploitasi yang kecil. Selain itu, lemahnya sumberdaya manusia yang dimiliki usaha kecil juga sering menjadi faktor kegagalan kemitraan usaha. Penelitian mengenai kepuasan kemitraan dalam subsektor perkebunan telah dilakukan oleh Rochmatika (2006) dengan topik mengenai kepuasan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan di Pabrik Gula XYZ. Penelitian yang dilakukan tersebut menunjukkan hasil bahwa masih banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kemitraan di Pabrik Gula XYZ seperti masih lemahnya perjanjian kemitraan dari sisi hukum yang dapat mengakibatkan adanya klausul perjanjian yang tidak sesuai dengan kenyataan. Selain karena lemahnya kedudukan perjanjian kemitraan dari sisi hukum, permasalahan petani juga berkaitan dengan bantuan biaya garap yang kurang dan adanya keterlambatan dalam menyaluran bantuan biaya garap dari pabrik gula ke petani tebu mitranya. Penyimpangan lain yang terdapat dalam kemitraan pada penelitian tersebut adalah adanya keluhan petani tebu mitra terhadap kurangnya respon dari pabrik gula dan kurang transparannya perhitungan rendemen tebu petani mitra oleh pabrik gula. Pabrik Gula (PG) Pakis Baru merupakan salah satu pabrik gula yang masih kekurangan dalam pemenuhan bahan bakunya. Hal tersebut mendorong PG Pakis Baru untuk menjalin kemitraan dengan petani tebu yang bertujuan memenuhi kekurangan persediaan bahan baku tebu yang digunakan dalam produksinya. Pemenuhan bahan baku tebu PG Pakis Baru yang belum mencukupi baik dalam standar dan jumlah dengan adanya kemitraan mendorong PG Pakis Baru untuk mengetahui kepuasan dari petani tebu mitra. Terdapat banyak penyimpangan dalam pelaksanaan kemitraan antara PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra. Penyimpangan dari segi petani tersebut dapat dilihat dari adanya petani yang masih menjual tebu hasil produksinya ke PG lain dengan alasan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hal tersebut dikarenakan, PG Pakis Baru tidak mentolerir tebu hasil petani mitra yang mengandung rendemen dibawah rata-rata untuk dapat dihitung harganya sesuai dengan harga tebu dengan rendemen rata-rata. Tidak adanya toleransi harga dari PG Pakis Baru kepada tebu hasil petani mitranya mendorong petani tebu mitra yang menghasilkan tebu dengan rendemen dibawah rata-rata lebih cenderung untuk memilih menjual tebu hasil produksinya ke PG lain yang bersedia memberikan harga yang lebih tinggi atas tebunya seperti menjual ke PG Rendeng yang berani membayar tebu berrendemen rendah dengan harga yang sesuai dengan harga tebu dengan rendemen rata-rata.

20 Penyimpangan lain yang dilakukan petani tebu mitra adalah berkaitan dengan tebu yang diserahkan oleh petani mitra kepada PG Pakis Baru. Standar tebu yang ditetapkan oleh PG Pakis Baru adalah tebu yang bersih, segar, dan manis. Standar tersebut merupakan standar rata-rata yang digunakan oleh semua pabrik gula di Indonesia. Kemitraan yang berjalan antara PG Pakis Baru dengan petani mitranya mengalami penyimpangan terkait standar tebu yang diserahkan petani mitra kepada PG Pakis Baru. Masih banyak dijumpai petani mitra yang menyerahkan hasil tebunya dengan kondisi yang masih kotor seperti masih terdapat tanah pada akarnya serta kesegarannya yang kurang diperhatikan oleh petani mitra. Kesegaran tebu yang diserahkan petani mitra kepada PG Pakis Baru tersebut dinilai masih kurang segar karena ternyata petani mitra telah melakukan panennya pada beberapa hari sebelum tebu diserahkan ke PG Pakis Baru. Penyimpangan dari segi PG Pakis Baru terhadap pelaksanaan kemitraan dapat dilihat dari kurangnya respon dan perhatian dari PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra. Hal tersebut mengakibatkan petani kesulitan dalam menghadapi permasalahan selama proses budidaya berlangsung. Selain itu, penyimpangan terhadap perhitungan rendemen juga terjadi dalam pelaksanaan kemitraannya. PG Pakis Baru kurang transparan dalam perhitungan rendemennya sehingga petani hanya mampu menerima hasil sesuai dengan yang diputuskan oleh pihak PG. Penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan kemitraan antara PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra tersebut dapat berpengaruh terhadap jumlah petani mitra yang akan mempengaruhi jumlah pasokan bahan baku tebu oleh PG Pakis Baru. Petani mitra yang merasa tidak puas atas jalannya kemitraan dapat memberikan dampak kepada jumlah pasokan tebu PG Pakis Baru. Hal tersebut dikarenakan petani yang tidak puas atas kemitraannya akan lebih memilih untuk menjual tebu hasil produksinya ke PG lain yang dinilai lebih memberikan keuntungan dari segi pendapatan sehingga pasokan bahan baku tebu PG Pakis Baru juga akan berkurang. Untuk mengurangi kemungkinan menurunnya jumlah pasokan tebu PG Pakis Baru yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah petani mitra karena adanya penyimpangan-penyimpangan tersebut, maka PG Pakis Baru harus memperhatikan kepuasan petani tebu mitra terhadap jalannya kemitraan sehingga petani akan merasa puas dan dapat merekomendasikan kemitraannya kepada petani lain yang belum bermitra yang akan dapat meningkatkan jumlah persediaan tebu PG Pakis Baru. Kepuasan petani tebu mitra terhadap pelaksanaan kemitraan dinilai penting bagi kelangsungan produksi PG Pakis Baru karena kepuasan petani tebu mitra terhadap kemitraan mampu membantu PG untuk mengembangkan kemitraannya dengan menambah jumlah petani tebu mitra sehingga dapat menambah pasokan bahan baku tebu yang digunakan dalam proses produksinya. Petani tebu mitra yang merasa puas atas kemitraan yang dijalinnya dengan PG Pakis Baru akan merekomendasikan kemitraan kepada petani tebu lain yang belum bermitra sehingga jumlah petani tebu mitra PG Pakis Baru akan bertambah yang akan mengakibatkan pada bertambahnya jumlah tebu yang digunakan sebagai bahan baku produksi oleh PG Pakis Baru. 5

21 6 Perumusan Masalah PG Pakis Baru merupakan salah satu industri gula yang menggunakan tebu sebagai bahan bakunya. Supply tebu yang digunakan sebagai bahan baku oleh PG Pakis Baru pada tahun 2012 mengalami kekurangan. Kekurangan bahan baku tebu PG Pakis Baru dikarenakan pasokan tebu yang dihasilkan oleh PG Pakis Baru dari lahan milik sendiri masih belum mampu menghasilkan tebu dengan jumlah yang dibutuhkan PG untuk berproduksi. Hal tersebut mendorong PG Pakis Baru untuk menetapkan strategi dalam memenuhi pasokan bahan baku tebunya. Strategi yang dilakukan oleh PG Pakis Baru adalah menjalin kemitraan dengan petani tebu. Permintaan tebu oleh PG Pakis Baru dalam masa giling tahun 2012 adalah sebesar ton, sedangkan tebu yang dihasilkan petani mitra yaitu sebesar ton dan tebu yang dihasilkan dari lahan PG Pakis Baru sendiri adalah sebesar ton (Bagian Tanaman PG Pakis Baru, 2013). Kurangnya jumlah tebu yang dihasilkan dari petani mitra mendorong PG Pakis Baru untuk membeli tebu hasil petani tebu yang tidak menjalin mitra. Terjadinya transaksi jual beli oleh PG Pakis Baru dengan petani tebu non mitra mampu membantu PG untuk memenuhi pasokan bahan baku tebu untuk produksinya. Hal tersebut memungkinkan PG Pakis Baru untuk mengembangkan kemitraannya dengan petani tebu non mitra untuk meningkatkan jumlah pasokan bahan baku tebu yang mempengaruhi kegiatan produksinya. Pengembangan kemitraan yang dilakukan oleh PG Pakis Baru mempunyai tujuan untuk meningkatkan pasokan bahan baku tebu. Salah satu cara untuk mampu mengembangkan kemitraannya adalah dengan melalui rekomendasi dari petani tebu mitra kepada petani tebu non mitra, sehingga PG Pakis Baru harus mampu memuaskan petani tebu mitra. Petani tebu mitra yang merasa puas terhadap pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru akan cenderung bertahan untuk bermitra dan dapat merekomendasikan kemitraan tersebut kepada petani tebu lain yang belum menjalin mitra dengan PG Pakis Baru. Hal tersebut mempengaruhi PG Pakis Baru untuk mengetahui kepuasan petani tebu mitra sebagai sarana dalam mengembangkan kemitraannya sehingga dapat meningkatkan jumlah pasokan tebu yang digunakan untuk produksinya. Tujuan utama dilakukannya kemitraan oleh PG Pakis Baru dengan petani tebu adalah untuk memenuhi pasokan bahan baku yang digunakan dalam proses produksinya. PG Pakis Baru mempunyai kemampuan dalam hal permodalan, tetapi mereka kekurangan tenaga kerja untuk mengolah lahan yang dimilikinya sehingga PG memanfaatkan petani tebu untuk menggarap lahannya dan menghasilkan tebu sehingga proses produksinya dapat terus berlangsung. Petani mempunyai tenaga kerja yang mampu menjalankan usahatani tebu, tetapi petani tidak mempunyai modal, teknologi, dan informasi untuk menjalankan usahataninya serta tidak memiliki jaminan pasar yang jelas sehingga petani memanfaatkan keadaan PG yang mengalami kekurangan tenaga kerja untuk dapat bekerjasama sehingga dapat saling menguntungkan. Pola kemitraan yang dijalankan oleh PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra adalah pola kemitraan inti plasma dimana PG Pakis Baru bertindak sebagai pihak inti dan petani tebu mitra bertindak sebagai plasma. Pola kemitraan inti plasma yang dijalankan oleh PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra memberikan kewajiban kepada pihak inti yaitu PG Pakis Baru untuk menyediakan modal yang

22 diperlukan petani tebu mitra dalam menjalankan usahataninya dengan imbalan pihak PG menerima hasil tebu petani mitra sesuai dengan yang diharapkan oleh PG Pakis Baru untuk produksinya. Petani tebu mitra sebagai pihak plasma menerima bantuan modal dari pihak inti dan berkewajiban untuk mentaati segala aturan yang telah ditetapkan oleh PG Pakis Baru dalam pelaksanaan usahataninya dan menghasilkan tebu sesuai dengan permintaan PG Pakis Baru sebagai pihak inti. Kemitraan yang dijalin oleh PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra mempunyai kendala dalam pelaksanaannya. Kendala yang terdapat dalam kemitraan PG Pakis baru dengan petani tebu mitra adalah adanya penyimpangan dalam perhitungan rendemen tebu hasil petani mitra. Petani merasa bahwa dalam perhitungan rendemen tebu hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh petani. Rendemen pada tebu hasil produksinya dinilai tinggi oleh petani yang dapat dilihat selama proses berlangsungnya budidaya, tetapi hasil perhitungan rendemen yang dilakukan oleh PG Pakis Baru dinilai rendah dan tidak sesuai dengan yang diharapkan petani. Penyimpangan tersebut menyebabkan petani mitra kurang puas terhadap kemitraan yang dijalinnya dengan PG Pakis Baru sehingga petani mitra menjual tebu hasilnya ke PG lain yang memberikan nilai tinggi terhadap rendemennya. Penyimpangan lain yang dirasakan petani tebu mitra dalam kemitraannya yaitu pelaksanaan pendampingan yang telah disepakati tidak dijalankan sesuai dengan perjanjian dan ketentuan yang telah disepakati bersama. Respon petani tebu mitra yang diharapkan petani mitra dapat membantu petani mitra dalam menyelesaikan masalah ternyata juga tidak berjalan sesuai dengan harapan petani mitra. Hal tersebut dapat dilihat dari lambatnya respon PG Pakis Baru atas keluhan petani tebu mitra selama proses budidaya berlangsung. Penyimpangan dalam pelaksanaan kemitraan tidak hanya dirasakan petani tebu mitra, tetapi juga dirasakan oleh PG Pakis Baru. Pihak PG Pakis Baru merasakan penyimpangan dalam penyerahan hasil tebu dari petani tebu mitra. Penyimpangan tebu hasil petani mitra dapat ditemukan dari adanya tebu yang belum layak panen tetapi sudah dipanen oleh petani dan diserahkan kepada PG Pakis Baru. Selain itu, jumlah tebu yang dikirimkan oleh petani mitra juga belum mampu memenuhi jumlah yang seharusnya diterima oleh PG Pakis Baru. Kualitas tebu yang dihasilkan petani mitra juga masih belum mampu memenuhi standar yang ditetapkan oleh PG Pakis Baru (sehat, manis, bersih). Petani mitra masih menyerahkan tebu hasil produksinya kepada PG Pakis Baru dalam kondisi kotor seperti masih terdapatnya tanah pada akar tebu. Petani mitra juga sering menyerahkan tebu hasil produksinya ke PG Pakis Baru dalam kondisi yang kurang segar karena penyimpanan yang cukup lama setelah panen dan dengan umur yang belum sesuai dengan yang ditetapkan PG Pakis Baru. Kepuasan yang dirasakan oleh petani tebu mitra yaitu dari penetapan harga yang diberikan PG Pakis Baru kepada tebu hasil petani mitra dengan rendemen yang sama jika dijual ke PG lain, tetapi harga yang diberikan oleh PG Pakis Baru lebih tinggi dari PG lainnya. Hal tersebut dikarenakan perhitungan rendemen di PG Pakis Baru masih tergolong kedalam perhitungan yang akurat karena mesin yang digunakan untuk menghitung rendemen tebu hasil petani mitra masih tergolong baik sehingga tidak terdapat kesalahan ataupun kebocoran dalam perhitungan rendemen tebu tersebut. 7

23 8 Kelemahan dari PG Pakis Baru terkait dengan penetapan harga untuk tebu rendemen rendah adalah PG Pakis Baru tidak dapat mentolerir harga tebu berendemen rendah menjadi sama dengan harga tebu berendemen rata-rata. Hal tersebut bermaksud, PG Pakis Baru akan tetap memberikan harga yang sesuai dengan rendemen tebu hasil petani mitra. Petani mitra yang menghasilkan tebu dengan rendemen rendah atau dibawah rata-rata PG akan menerima harga yang sesuai dengan rendemennya, karena perhitungan harga tebu di PG Pakis Baru terhadap tebu dengan rendemen rendah atau dibawah rata-rata adalah sesuai dengan keadaan rendemen tebu. PG Pakis Baru tidak memberikan harga yang sama dengan harga rata-rata bagi tebu yang menghasilkan rendemen dibawah rata-rata, hal tersebut memicu petani yang menghasilkan tebu dengan rendemen rendah untuk menjual hasil tebunya ke PG yang berani memberikan nilai lebih tinggi dengan rendemen yang rendah tersebut. Penyimpangan-penyimpangan yang dirasakan oleh PG Pakis Baru maupun petani tebu mitra tersebut mendorong adanya perubahan baik dalam jumlah mitra maupun jumlah pasokan tebu oleh PG Pakis Baru. Hal tersebut dikarenakan jumlah petani mitra akan berpengaruh terhadap jumlah pasokan bahan baku tebu PG Pakis Baru karena sebagian besar pasokan bahan baku tebu PG Pakis Baru berasal dari petani tebu mitra, sehingga kepuasan petani tebu mitra akan kemitraan dengan PG Pakis Baru harus diperhatikan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dilihat bahwa diperlukan pengukuran kepuasan dari petani tebu mitra dalam pelaksanaan kemitraannya dengan PG Pakis Baru untuk mengetahui seberapa besar tingkat kepuasan petani tebu mitra terhadap pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru selama ini. Kepuasan petani tebu mitra dalam kemitraannya dirasakan sangat penting oleh PG Pakis Baru karena petani mitra yang merasa puas dapat merekomendasikan kemitraan dengan PG Pakis Baru kepada petani tebu lainnya yang belum bermitra maupun yang sudah habis masa mitranya dengan PG yang lain., sehingga dapat dirumuskan permasalahannya adalah: 1. Bagaimana karakteristik petani plasma yang bermitra dengan PG Pakis Baru? 2. Bagaimana pola kemitraan yang dilakukan oleh PG Pakis Baru? 3. Bagaimana tingkat kepuasan petani plasma terhadap pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru? Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik petani plasma yang bermitra dengan PG Pakis Baru. 2. Menganalisis pola kemitraan yang dilakukan oleh PG Pakis Baru. 3. Menganalisis tingkat kepuasan petani plasma terhadap pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru.

24 9 Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini, diharapkan akan berguna bagi : 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah sekaligus memberikan pengalaman kepada peneliti untuk langsung terjun ke masyarakat dan menganalisis suatu kondisi, permasalahan, dan fakta yang terjadi di lapangan sehingga dapat merumuskannya berdasarkan teori yang telah dipelajari selama kuliah. 2. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang berguna bagi pihak perusahaan terkait dengan kemitraan dalam mengambil keputusan untuk menyempurnakan pelaksanaan kemitraan sehingga petani mitra dapat semakin berkomitmen dalam pelaksanaan kemitraan dengan perusahaan serta dapat merekomendasikan kemitraannya kepada petani tebu lain yang belum bermitra, sehingga dapat membantu perusahaan dalam mengatasi permasalah yang ada terkait kurangnya pasokan bahan baku produksi. 3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai keadaan petani suatu daerah dalam kaitannya dengan pelaksanaan budidaya tebu yang didukung oleh adanya kemitraan dengan pabrik gula sehingga pemerintah dapat membantu kelancaran pelaksanaan kemitraan dengan kebijakan-kebijakan terkait dengan gula yang berhubungan dengan tebu, dimana tebu digunakan sebagai bahan baku produksi penghasil gula yang dapat mendukung tercapainya swasembada gula Jawa Tengah tahun 2013 dan swasembada gula Nasional tahun Bagi petani, penelitian ini dapat memberikan rekomendasi kepada pihak perusahaan untuk lebih memperbaiki kinerjanya dalam pelaksanaan kemitraan dengan petani mitra sehingga petani merasa lebih puas dalam bermitra dan menjadi lebih loyal untuk menjual hasil tebunya ke pabrik gula yang bersangkutan. Selain itu, penelitian ini juga akan membantu petani untuk menyampaikan keluh kesahnya selama kemitraan berlangsung. 5. Bagi pembaca, penelitian ini berguna sebagai tambahan informasi mengenai pelaksanaan kemitraan petani tebu di Kabupaten Rembang dengan PG Pakis Baru serta memberikan informasi tentang kepuasan petani tebu tersebut atas kemitraan terhadap PG Pakis Baru. 6. Bagi pihak lain, penelitian ini berguna sebagai rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, serta dapat dijadikan bahan perbandingan penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada komoditi tebu yang diusahakan oleh petani di Kabupaten Rembang untuk menganalisis kepuasan petani tebu mitra terhadap kemitraan dengan PG Pakis Baru dan melihat kepuasan dari PG Pakis Baru dalam kemitraannya dengan petani tebu mitra. Data yang digunakan adalah data primer yang merupakan hasil wawancara langsung dengan pihak PG Pakis Baru dan petani mitra serta menggunakan kuesioner dan data sekunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait yang mendukung data penelitian seperti Badan Pusat

25 10 Statistik, Departemen Pertanian, Direktorat Jenderal Perkebunan, dan media elektronik (internet). TINJAUAN PUSTAKA Kemitraan Penelitian tentang kemitraan dilakukan oleh Iftaudin (2005) tentang kajian kemitraan serta pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani dan efisiensi faktor produksi udang windu. Penelitian ini dilakukan pada kemitraan udang windu di Desa Banjar Sari, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo. Tujuan penelitian ini untuk mempelajari pelaksanaan kemitraan antara PT Atina dengan petani udang windu serta mengidentifikasikan manfaat dan kendala kemitraan serta memberikan masukan alternatif pemecahan dari kendala-kendala tersebut. Menganalisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani udang windu dan efisiensi penggunanaan faktor-faktor produksi. Sejak awal berdiri PT Atina melakukan kemitraan dengan petani udang windu untuk memenuhi ekspor ke jepang dengan bentuk kemitraan sub kontrak. Manfaat kemitraan bagi petani mitra antara lain peningkatan penerimaan, tambak bersertifikat organik, dan bimbingan teknis budidaya tambak organik. Manfaat bagi PT Atina antara lain pasokan bahan baku terpenuhi, kemudahan memasuki pasar udang Internasional dan investasi untuk kemitraan tidak terlalu besar. Kartika (2005) melakukan penelitian di PT Inter Agro Prospek. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan mekanisme kemitraan Pola Inti Rakyat (PIR) yang dilakukan oleh PT Inter Agro Prospek dengan peternak plasma. Pelaksanaan kemitraan mencakup persyaratan menjadi peternak plasma, penetapan harga sarana produksi, pengaturan pola produksi, pemberian bonus dan sanksi serta pengawasan dari inti. Alat analisis yang digunakan yaitu alat analisis deksriptif dan analisis usahatani. Peternak dibagi menjadi tiga skala. Hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan peternak skala I adalah Rp per periode. Pendapatan yang diterima peternak skala II adalah Rp per periode. Untuk peternak skala III pendapatan yang diterimanya sebesar Rp per periode. Perolehan nilai positif pada pendapatan total rata-rata menunjukkan bahwa peternak mendapat mendapatkan keuntungan dari usaha ternaknya. Insentif perusahaan inti diperoleh dari penjualan pakan, DOC, obat-obatan, vaksin dan vitamin serat selisih harga jual ayam di pasar dengan harga kesepakatan. Mekanisme dalam hal pemasokan DOC inti memperoleh insentif dari selisih harga beli DOC dengan kesepakatan plasma sebesar Rp 400/ekor. Insentif pakan merupakan selisih harga beli pakan dengan harga kesepakatan sebesar Rp 100/kg sedangkan insentif obat-obatan, vaksin dan vitamin inti memperoleh harga antara persen dari perusahaan obat. Marliana (2008) dalam penelitian yang berjudul Analisis Manfaat dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT Saung Mirwan. Bertujuan untuk mengkaji pola pelaksanaan kemitraan dan juga mengetahui proses perkembangan serta kendala yang dihadapi petani, menganalisa manfaat kerjasama kemitraan dari aspek

26 teknologi dan pemasaran, menganalisa tingkat pendapatan usahatani Lettuce di petani mitra dan non mitra untuk mengetahui manfaat pendapatan yang diperoleh petani mitra dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk menjadi mitra PT Saung Mirwan. Data dan informasi yang diperoleh selanjutnya akan diolah untuk dilakukan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk melihat proses pelaksanaan kemitraan dengan menguraikan gambaran umum mengenai pola kemitraan. Pola kemitraan mencakup manfaat-manfaat yang diperoleh, kendala-kendala yang dihadapi petani dan perusahaan, serta kegiatan budidaya di petani. Analisis manfaat kemitraan menggunakan analisis usahatani R/C rasio. Fungsi dari analisis BEP yaitu untuk mengetahui tingkat penjualan dimana suatu usaha tidak memperoleh laba, atau penjualan sama dengan biaya yang dikeluarkan. Widianto (2008) melakukan penelitian tentang pemberdayaan komunitas petani melalui program kemitraan agribisnis paprika di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji lebih jauh mengenai bentuk kemitraan yang telah terjalin antara petani dengan perusahaan swasta dan juga ingin mengetahui kemitraan tersebut yang merupakan jalan keluar dalam usaha pemberayaan masyarakat. Bina Tani Mandiri adalah perusahaan kemitraan dengan sistem kemitraan yang memiliki interaksi negatif, dimana para petani saling berpencar dan menghindari berhubungan dengan perusahaan mitra. Hal tersebut disebabkan karena pola komunikasi yang dijalankan bersifat satu arah, keputusan semua berada di tangan perusahaan. Keadaan ini membuat petani mencari alternatif lain. Tiara (2009) dalam penelitian yang berjudul Analisis Rencana Kemitraan Antara Petani Kacang Tanah dengan CV. Mitra Priangan (Kasus Pada Petani Kacang Tanah di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis kondisi masingmasing pelaku kemitraan, dalam hal ini kondisi CV. Mitra Priangan dengan petani mitra dan menentukan pola kemitraan yang sesuai dengan CV. Mitra Priangan dan petani mitra. Penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan kemitraan dapat dipengaruhi oleh tujuan masing-masing pelaku sebagai pendorong internal dan faktor-faktor yang berasal dari eksternal yang dihadapi oleh kedua pelaku mitra. Analisis juga dilakukan untuk mengetahui faktor bagi penentuan pola kemitraan CV. Mitra Priangan dan kelompok tani mitranya. Pola kemitraan kenjelaskan hubungan kerjasama dan posisi kedua pelaku dalam pelaksanaan kemitraan. Pola kemitraan yang ideal dan efektif dapat menjadi solusi terbaik untuk pengembangan usaha kedua pelaku. Berdasarkan uraian penelitian sebelumnya, penulis menjadikan beberapa kajian sebelumnya sebagai referensi dalam penelitian yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan adanya persamaan yang mendasar dengan penelitian sebelumnya. Persamaan pada metode analisis dalam penelitian ini adalah mempunyai kesamaan topik penelitian yaitu membahsa mengenai kemitraan. Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan topik analisis kemitraan terdapat perbedaan dengan penelitian yang sekarang dilakukan, misalnya dalam penentuan lokasi dan objek yang diteliti. 11

27 12 Tingkat Kepuasan Petani terhadap Kemitraan Kemitraan yang dilakukan harus dikaji tingkat kepuasannya untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang dilihat dari sisi konsumen produk kemitraan yang dalam hal ini adalah petani mitra. Penelitian tentang kepuasan petani terhadap kemitraan dilakukan oleh Firwiyanto (2008) dengan mengukur tingkat kepuasan peternak terhadap kemitraan ayam broiler. Perhitungan dilakukan untuk menemukan indeks tingkat kepuasan peternak terhadap pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budidaya dan pelayanan pasca panen dengan penentuan bobot berdasarkan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Melalui analisis IPA dapat diketahui atribut dari kemitraan yang berada pada kuadran I, dimana atribut tersebut tingkat kinerjanya belum optimal dan harus menjadi prioritas untuk ditingkatkan. Disamping itu kinerja atribut pada kuadran II harus tetap dipertahankan, dan meningkatkan kinerja atribut kuadran III setelah perbaikan kinerja atribut kuadran I. Secara keseluruhan peternak mitra merasa puas terhadap kinerja atribut kemitraan yang dilaksanakan oleh perusahaan inti. Hal ini dilihat dari nilai CSI sebesar 0.74 atau 74 persen. Lestari (2009) juga melakukan penelitian mengukur kepuasan petani mitra menggunakan metode IPA dan CSI. Atribut yang digunakan oleh peneliti terdiri dari tujuh belas atribut, dimana terdapat empat atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi tetapi kinerjanya dinilai masih rendah oleh peternak plasma sehingga digolongkan kedalam kuadran I, yaitu kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan pemberian bonus. Hasil analisis kesesuaian juga menunjukkan bahwa keempat atribut tersebut memiliki nilai kesesuaian yang rendah. Walaupun begitu, secara keseluruhan peternak plasma merasa puas dengan kinerja atribut-atribut yang terdapat dalam kemitraan. Hal tersebut diketahui dari nilai CSI sebesar persen dimana nilai ini berada di skala puas. Metode IPA dan CSI juga digunakan untuk melihat tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kerjasama dengan PT SHS. Metode IPA dapat melihat tingkat kepentingan dan kepuasan petani terhadap atribut kepuasan yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga akan dapat diperoleh atribut yang menjadi prioritas utama dalam memperbaiki kinerja pelaksanaan kemitraan. Atribut yang menjadi atribut kepuasan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari adalah prosedur penerimaan mitra, kualitas benih pokok, harga benih pokok, harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma, pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma, respon inti terhadap keluhan petani, bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman, pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping, pendamping mudah ditemui dan dihubungi, bantuan biaya panen, ketepatan waktu pemberian biaya panen, penyediaan sarana transportasi untuk panen, harga beli hasil panen serta ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Dengan menggunakan metode CSI dapat diketahui kepuasan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan secara keseluruhan. Berdasarkan uraian dari penelitian sebelumnya, penulis menjadikan beberapa kajian sebelumnya sebagai referensi dalam penelitian yang dilakukan. Hal tersebut dikarenakan adanya persamaan yang mendasar dengan penelitian

28 13 sebelumnya. Persamaan pada metode analisis dalam penelitian ini adalah mempunyai kesamaan topik penelitian yaitu membahas mengenai kemitraan dan kepuasan petani terhadap kemitraan. Beberapa penelitian sebelumnya yang relevan dengan topik analisis kemitraan dan kepuasan petani terhadap kemitraan terdapat perbedaan dengan penelitian yang sekarang dilakukan yang terletak dalam komoditi yang diusahakan dan lokasi penelitian. Atribut Yang Digunakan Dalam Penelitian Kepuasan Petani Mitra Terhadap Kemitraan Kusumah (2008) dalam penelitiannya mengenai tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan Tunas Mekar Farm menggunakan beberapa atribut yang diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak yaitu penerapan harga kontrak DOC, kualitas pakan, obat dan vaksin, serta bimbingan teknis yang diberikan pihak inti. Atribut yang menjadi prioritas utama yang harus diperbaiki berdasarkan penelitian Kusumah (2008) adalah kualitas DOC yang diharapkan oleh peternak plasma adalah DOC yang memiliki performa baik dan lebih tahan terhadap penyakit stress. Atribut yang menjadi prioritas utama yaitu atribut yang memiliki tingkat kepentingan tinggi namun kinerjanya dinilai masih rendah oleh peternak plasma. Hasil dari penentuan atribut yang menjadi prioritas utama akan berbeda dari masing-masing perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Firwiyanto (2008) menyimpulkan atribut utama dalam penelitiannya adalah jadwal pengiriman sarana produksi, kesesuaian waktu panen, pelayanan dan materi bimbingan, dan kecukupan sarana produksi. Lestari (2009) melakukan penelitian dengan topik yang sama yaitu terkait denagn tingkat kepuasan dan pendapatan peternak ayam broiler. Atribut yang digunakan dalam penelitian Lestari (2009) yaitu prosedur penerimaan mitra, penerapan harga kontrak DOC, harga kontrak pakan, kualitas DOC dan pakan, harga dan kualitas obat vaksin, jadwal pengiriman sarana produksi, frekuensi bimbingan teknis, pelayanan dan materi bimbingan, penerapan standar produksi, kesesuaian waktu panen, respon terhadap keluhan, kesesuaian harga jual output, kecepatan pembayaran hasil panen, pemberian bonus, dan pemberian kompensasi. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan peternak terhadap atribut tersebut adalah dengan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Tiap atribut diberikan skala skor 1 sampai 4 dengan alasan untuk menghindari ketidakpastian responden (central tendency), yaitu kecenderungan responden memilih jawaban tengah atau jawaban kategori cukup. Hasil dari penelitian Lestari (2009) menunjukkan bahwa atribut yang menjadi prioritas utama adalah kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan pemberian bonus.

29 14 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka teoritis adalah suatu kerangka yang menjelaskan mengenai teoriteori yang sesuai dengan topik penelitian. Kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian ini meliputi kemitraan, konsep kepuasan kemitraan dan pengukuran kepuasan. Kemitraan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 menyatakan bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Definisi tersebut mengandung arti kemitraan sebagai tanggungjawab moral. Pengusaha menengah atau besar membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal untuk meraih keuntungan dan kesejahteraan bersama. hal tersebut berarti bahwa masing-masing pelaku mitra harus menyadari adanya kelemahan pada masing-masing baik di bidang manajemen, penguasaan iptek maupun penguasaan sumberdaya sehingga pelaku mitra harus mampu saling mengisi dan melengkapi kekurangan masing-masing. Kemitraan adalah strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan (Hafsah, 2000). Keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis karena kemitraan merupakan suatu strategi bisnis. Kemitraan yang ideal menurut Hafsah (2000) adalah kemitraan antara usaha menengah dan usaha besar yang kuat di kelasnya dengan pengusaha kecil yang kuat di bidangnya yang didasari oleh kesejajaran kedudukan atau kesamaan derajat bagi pihak mitra sehingga tidak ada pihak lain yang dirugikan, karena tujuan utama dari kemitraan adalah untuk meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usahanya tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain serta tumbuh berkembang dengan rasa saling percaya diantara pelaku mitra. Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 1997 menyatakan bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Kemitraan merupakan suatu bentuk kerjasama yang mengacu pada terbentuknya keseimbangan, keselarasan, dan keterampilan yang didasari oleh sikap paling percaya antara kedua belah pihak yang bermitra yaitu perusahaan dan kelompok, dimana adanya hubungan kemitraan ini akan terwujud hubungan saling menguntungkan, saling membutuhkan, dan saling memperkuat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kerjasama dalam bentuk kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, adanya jaminan supply, meningkatkan kualitas produksi, meningkatkan kualitas kelompok mitra, meningkatkan usaha, serta menciptakan kelompok mitra yang mandiri.

30 Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemitraan merupakan kerjasama usaha yang dilakukan sebagai strategi bisnis antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan yang disertai adanya satu pembinaan dan pengembangan. Hal ini dapat terjadi karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan yang akan dapat saling dilengkapi dengan adanya kemitraan. Kemitraan merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan dengan berbagai macam bentuk kerjasama dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lainnya. Kemitraan merupakan satu harapan yang dapat meningkatkan produktivitas dan posisi tawar yang adil antar pelaku usaha. Berkaitan dengan kemitraan tersebut diatas, maka terdapat beberapa unsur pokok yang terkandung dalam kemitraan antara lain : 1. Kerjasama Usaha Kerjasama usaha melalui kemitraan dilakukan antara usaha besar atau menengah dengan skala kecil yang didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil mempunyai kedudukan yang setara dengan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengeksploitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya diantara para pihak dalam mengembangkan usahanya. Dengan hubungan kerjasama melalui kemitraan ini diharapkan pengusaha besar atau menengah dapat menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pengusaha kecil atau pelaku ekonomi lainnya, sehingga pengusaha kecil akan lebih berdaya dan tangguh dalam berusaha demi tercapainya kesejahteraan. 2. Pembinaan dan Pengembangan Perbedaan hubungan kemitraan dengan hubungan dagang biasa oleh pengusaha kecil dengan pengusaha besar adalah adanya bentuk pembinaan dari pengusaha besar terhadap pengusaha kecil atau koperasi yang tidak ditemukan pada hubungan dagang biasa. Bentuk pembinaan dalam kemitraan antara lain pembinaan dalam mengakses modal yang lebih besar, pembinaan manajemen usaha, pembinaan peningkatan sumber daya manusia (SDM), pembinaan manajemen produksi, pembinaan mutu produksi serta menyangkut pembinaan dalam pengembangan aspek institusi kelembagaan, fasilitas alokasi serta investasi. 3. Prinsip Saling Memerlukan, Saling Memperkuat, dan Saling Menguntungkan a. Prinsip Saling Memerlukan Kemitraan merupakan suatu rangkaian proses yang diawali dengan mengenal dan mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya. Pemahaman terhadap keunggulan akan menghasilkan sinergi yang berdampak pada efisiensi, turunnya biaya produksi dan sebagainya. Penerapan dalam kemitraan, perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan yang kecil. Perusahaan lebih kecil yang pada umumnya relatif lemah dalam kemampuan teknologi, permodalan dan sarana produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh 15

31 16 perusahaan besar. Dengan demikian sebenarnya ada rasa saling memerlukan atau ketergantungan diantara kedua pihak yang bermitra. b. Prinsip Saling Memperkuat Sebelum kedua belah pihak memulai untuk bekerjasama, terdapat suatu tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing pihak dalam bermitra yaitu nilai tambah. Nilai tambah tersebut dapat berupa nilai ekonomi seperti peningkatan modal dan keuntungan, perluasan pangsa pasar, maupun non ekonomi seperti peningkatan kemampuan manajemen dan penguasaan teknologi. Keinginan ini merupakan konsekuensi logis dan alamiah dari adanya kemitraan sehingga dengan bermitra akan terjadi suatu hubungan antara pelaku yang bermitra dengan harapan nilai tambah yang diterima akan lebih besar. Dengan demikian terjadi saling mengisi atau saling memperkuat kekurangan masing-masing pihak yang bermitra. c. Prinsip Saling Menguntungkan Tujuan dari kemitraan usaha salah satunya adalah saling menguntungkan. Para partisipan harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama dalam bermitra, tetapi adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing pihak yang bermitra, maka tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan tetapi justru terciptanya rasa saling percaya diantara para pihak sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usahanya. Implementasi dari hubungan kemitraan dilaksanakan melalui pola-pola kemitraan yang sesuai dengan sifat atau kondisi dan tujuan usaha yang dimitrakannya dengan menciptakan suasana kondusif baik dalam pembinaan maupun pelaksanaan operasionalnya. Pembinaan kemitraan sangat berpengaruh terhadap kebijakan yang berlaku di suatu wilayah. Oleh karena itu, dukungan kemitraan diperlukan dalam pelaksanaan kemitraan usaha dan ditunjang dengan operasionalisasi yang baik seperti penjabaran pelaksanaan kemitraan melalui kontak kerjasama kemitraan dan secara konsisten mengikuti segala kesepakatan yang telah ditetapkan bersama. Kontrak kerjasama ini tidak hanya berupa Memorandum of Understanding tetapi kontrak kerjasama yang sudah memuat perjanjian waktu, harga, dan jumlah produksi yang diimbangi dengan sanksi yang ditetapkan apabila salah satu pihak melanggar atau merugikan pihak lain. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Bab 1 Pasal 2 ayat 1 tentang Kemitraan Usaha Pertanian, tujuan dari usaha kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha dalam rangka menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok mitra yang mandiri. Kemitraan bertujuan untuk menumbuhkan, meningkatkan kemampuan, dan meningkatkan peranan usaha kecil dalam perekonomian nasional khususnya dalam mewujudkan usaha yang tangguh dan mandiri, yang mampu menjadi terdepan dan memperkokoh struktur perekonomian nasional. Etika bisnis diperlukan dalam pelaksanaan kemitraan untuk membangun kemitraan yang baik dan benar sehingga dapat mencapai tujuan bersama yang diinginkan. John L. Mariotti dalam bukunya The Power of Partnership (1993) pada Hafsah (2000) mengemukakan bahwa terdapat enam dasar etika bisnis dimana empat dasar etika bisnis tersebut merupakan hubungan interaksi manusia

32 dan dua lainnya merupakan perspektif bisnis. Keenam dasar etika bisnis tersebut adalah : 1. Karakter, Integritas, dan Kejujuran Karakter merupakan kualitas yang dimiliki seseorang atau kelompok yang membedakan dengan yang lainnya. Karakter diperlukan oleh pelaku-pelaku mitra yaitu karakter yang kuat dan tidak mudah putus asa. Integritas merupakan sikap dalam bertindak jujur dan benar. Kemitraan yang dibangun dengan integritas yang terpuji dari pelakunya akan menghasilkan suatu kemitraan yang kokoh dan tidak mudah terombang-ambing oleh berbagai hambatan. Kejujuran merupakan ketulusan hati dan merupakan sikap dasar harfiah yang dimiliki manusia. Kemitraan yang diawali dengan kejujuran dari pelaku mitra akan dapat menjadi awal untuk terbentuknya transparasi dalam segala manifestasinya. 2. Kepercayaan Kepercayaan kepada mitra merupakan modal dasar dalam menjalin kemitraan. Kemitraan yang dilakukan oleh pelaku mitra dengan dasar saling mempercayai akan mampu memudahkan dalam pelaksanaan kemitraannya. Hal tersebut dikarenakan kemitraan yang didasari dengan kepercayaan akan memudahkan dalam menindaklanjuti segala kesepakatan yang telah disepakati bersama. Kepercayaan dalam kemitraan susah untuk didapat, tetapi mudah untuk dihilangkan. Hilangnya kepercayaan dalam kemitraan dapat disebabkan dari adanya penyimpangan yang dilakukan oleh pelaku mitra. 3. Komunikasi yang terbuka Komunikasi yang terbuka merupakan suatu rangkaian proses dimana informasi tersebut dipertukarkan secara transparan. Kemitraan bersifat dinamik yaitu berkembang sesuai dengan tantangan dan masalah yang sedang terjadi, sehingga untuk dapat bertahan, kemitraan memerlukan ide, gagasan, dan informasi yang terus berkembang. Informasi yang tertahan akan menghasilkan suatu kreativitas yang dipaksakan yang berasal dari salah satu pihak. Pertukaran informasi yang terbuka oleh pelaku mitra akan melahirkan ide atau gagasan yang melahirkan kreativitas yang dapat berdampak pada kegiatan atau usaha yang dilakukan. 4. Adil Adil dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang bias atau bersikap sama atau seimbang terhadap semua orang. Secara harfiah adil diartikan sebagai tidak memihak atau tidak berat sebelah. Kemitraan yang dilandasi dengan sikap adil menunjukkan adanya pengorbanan dari pihak yang bermitra untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Pengorbanan yang diberikan oleh satu pihak tidak berarti sebagai kerugian melainkan suatu tindakan yang telah diperhitungkan demi meraih suatu nilai tambah yang maksimal. 5. Keinginan Pribadi dari Pihak yang Bermitra Sebelum memulai menjalin kerjasama dalam kemitraan oleh kedua belah pihak mitra, terdapat satu tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk mendapatkan nilai tambah yang tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ekonomi seperti peningkatan modal dan keuntungan dan perluasan pangsa pasar, tetapi juga dalam bentuk non ekonomi seperti peningkatan kemampuan manajemen, penguasaan teknologi dan kepuasan tertentu. Batasan dari pencapaian keinginan tersebut harus didasari sampai sejauh mana kemampuan untuk memanfaatkan keinginan tersebut untuk memperkuat keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, sehingga akan terjadi 17

33 18 sinergi antara para pelaku yang bermitra sehingga nilai tambah yang diterima akan lebih besar. 6. Keseimbangan antara Insentif dan Risiko Kemitraan merupakan perpaduan antara risiko yang diberikan dengan hasil atau insentif yang diterima. Pihak yang bermitra harus mempunyai keinginan untuk menghadapi risiko secara bersama sehingga dapat menikmati keuntungan secara bersama. Keseimbangan ini harus terus dikembangkan sebagai penjabaran dari aturan praktek-praktek bisnis secara umum. Keinginan untuk mengambil risiko dari suatu usaha dapat diartikan sebagai awal dari keberhasilan kemitraan. Kemitraan menurut John L. Mariotti (1993) dalam Hafsah (2000) dimulai dari mengenal calon mitra, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi sampai target sasaran tercapai. Proses dalam pengembangan kemitraan harus dicermati sejak awal sehingga permasalah yang timbul dapat diketahui baik besarnya permasalahan maupun langkah-langkah yang perlu diambil. Selain itu, perubahan terhadap peluang dan pangsa pasar yang timbul dapat segera diantisipasi sehingga target yang ingin dicapai tidak mengalami perubahan. Rangkaian urutan proses pengembangan kemitraan merupakan suatu urutan tangga yang harus dilalui secara bertahap dan beraturan untuk mendapatkan hasil yang optimal. a. Memulai Membangun Hubungan dengan Calon Mitra Langkah awal dalam memulai kemitraan adalah mengenal calon mitra. Pengenalan calon mitra merupakan awal keberhasilan dalam proses pelaksanaan kemitraan selanjutnya. Kekeliruan dalam memilih calon mitra akan berdampak pada proses selanjutnya sehingga akan terasa membuang-buang waktu dan melakukan hal yang sia-sia untuk merai kesuksesan. Memilih calon mitra bukan merupakan pekerjaan mudah, karena harus memenuhi kriteria tertentu sesuai yang diinginkan sehingga informasi mengenai calon mitra harus benar-benar lengkap. b. Mengetahui Kondisi Bisnis Pihak yang Bermitra Kondisi bisnis dari calon mitra harus benar-benar diperhatikan dan diperhitungkan terutama dalam kemampuan manajemen, penguasaan pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya manusianya. Pemahaman akan keunggulan akan menghasilkan sinergi yang berdampak pada efisiensi, turunnya biaya produksi, dan sebagainya. Saling mengenal kondisi bisnis dari pihak yang bermitra sangat penting untuk menyusun suatu strategi yang akan dilakukan. Kondisi bisnis pihak yang bermitra harus dinilai secara jujur dan realistis terutama dalam mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang membawa sukses. c. Mengembangkan Strategi dan Menilai Detail Bisnis Strategi yang direncanakan bersama dalam kemitraan meliputi strategi dalam pemasaran, distribusi, operasional dan informasi. Strategi disusun berdasarkan informasi mengenai keunggulan dan kelemahan bisnis dari pihak yang bermitra. Selain itu, juga harus dilakukan penilaian secara detail terhadap rencana penjualan dan keuntungan yang akan dicapai. Penilaian ini terkait dengan besarnya produk yang dihasilkan, sasaran pembeliannya, pangsa pasarnya serta metode distribusinya.

34 19 d. Mengembangkan Program Setelah informasi dikumpulkan dan dikembangkan menjadi suatu rencana taktis dan strategi yang akan diimplementasikan. Termasuk didalamnya adalah menentukan atau membatasi nilai tambah (dengan berbagai pertimbangan) yang ingin dicapai. Rencana yang telah disepakati selanjutnya dikomunikasikan dengan setiap orang yang terlibat dalam pelaksanaan. e. Memulai Pelaksanaan Pelaksanaan kemitraan dimulai dengan ketentuan yang telah disepakati. Hal yang perlu dilakukan pada tahap awal adalah melakukan pengecekan terhadap kemajuan-kemajuan yang dialami. Pada tahap ini akan timbul berbagai masalah dan ini harus dicarikan jalan keluarnya. Penyelesaian dilakukan dengan mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang dianggap perlu. f. Memonitor dan Mengevaluasi Perkembangan Perkembangan pelaksanaan perlu dimonitor secara terus-menerus agar target yang ingin dicapai benar-benar dapat menjadi kenyataan. Selain itu, evaluasi juga diperlukan untuk perbaikan dalam pelaksanaan kemitraan berikutnya. Manfaat kemitraan menurut Hafsah (2000) berkaitan dengan : 1. Produktivitas Produktivitas dalam model ekonomi secara umum didefinisikan sebagai input dibagi dengan output. Produktivitas menurut Schonberger and Knod (1991) dan Chase and Aquilano (1992) dalam Hafsah (2000) akan meningkat jika dengan menggunakan input yang sama dapat diperoleh hasil yang lebih tinggi, atau sebaliknya dapat menghasilkan output yang sama dengan input yang lebih rendah. Salah satu manfaat yang diharapkan dari adanya kemitraan adalah untuk peningkatan produktivitas. Bagi perusahaan yang lebih besar, peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan dua cara yang pertama yaitu tingkat produksi (output) yang diharapkan dapat dicapai dengan mengurangi faktor input seperti target penjualan dapat dicapai dengan pengurangan tenaga kerja lapangan yang dimiliki oleh perusahaan, yaitu dengan menerapkan model pemasaran berjenjang (multilevel marketing) dimana kegiatan pemasaran dapat dilakukan oleh pemasar lepas atau perusahaan mendiri. Model pemasaran berjenjang pada sektor pertanian dilaksanakan dalam pola PIR dimana perusahaan besar mengoperasikan kapasitas pabriknya secara full capacity, tanpa perlu memiliki lahan dan pekerja lapangan sendiri, karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani plasma peserta program PIR. Cara kedua yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas bagi perusahaan besar adalah dengan meningkatkan produksi (output) dengan menggunakan sumberdaya sendiri yang sama atau tetap baik dalam jumlah maupun kualitasnya. Bagi perusahaan kecil atau petani secara individu, peningkatan produktivitas biasanya dicapai secara terus-menerus yaitu dengan menambah unsur input baik secara kualitas maupun kuantitasnya dengan tujuan bahwa dalam jumlah tertentu akan mampu memperoleh output dalam jumlah dan kualitas berlipat. Secara berkelompok, perusahaan kecil atau petani dapat meningkatkan produktivitasnya dengan cara mengurangi atau menekan faktor input. Hal tersebut dapat terjadi pada input yang dapat digunakan secara bersama seperti penggunaan traktor milik

35 20 kelompok, memberantas hama penyakit, biaya pemeliharaan irigasi, biaya pengangkutan sarana produksi dan hasil per unit apabila dilakukan dalam jumlah besar, pergudangan, menjual secara bersama, dan lainnya. 2. Efisiensi Berdasarkan teori Operations Management menurut Schonberger and Knod (1991) dalam Hafsah (2000), produktivitas adalah hasil perkalian antara efisiensi dan utilisasi. Efisiensi dapat terjadi bila output tertentu dapat dicapai dengan input minimum. Efisiensi input dapat berbentuk waktu dan tenaga. Penerapan dalam kemitraan, perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan kecil. Sebaliknya perusahaan yang lebih kecil mempunyai kelemahan dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi, sehingga dengan bermitra akan mampu menghemat waktu produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh perusahaan besar. Mekanisasi pertaniandalam penyiapan lahan yang dimiliki oelh petani plasma dimana perusahaan inti menyediakan mesin pertanian sehingga petani dapat mempercepat dan memperluas areal tanam dengan tenaga yang tersedia dan mampu memberikan hasil yang diharapkan sesuai dengan kapasitas produksi yang ditargetkan oleh perusahaan. 3. Jaminan Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas Produk akhir dari kemitraan ditentukan oleh dapat atau tidaknya suatu produk diterima oleh pasar. Indikator diterimanya suatu produk di pasar adalah kesesuaian mutu yang diinginkan oleh konsumen (market driven quality atau consumer driven quality). Loyalitas konsumen hanya dapat dicapai apabila ada jaminan mutu dari suatu produk. Jaminan kualitas semakin terasa apabila produk yang dihasilkan dapat masuk ke pasar dunia (diekspor). Kualitas, kuantitas, dan kontinuitas erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan mitra yang memerlukan manajemen yang mantap mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi dan disertai dengan prosedur dan petunjuk teknis yang jelas dan disiplin yang ketat sehingga apabila kualitas, kuantitas, dan kontinuitas berhasil dilaksanakan, dapat menyempurnakan pelaksanaan kemitraan selanjutnya. 4. Risiko Setiap kegiatan bisnis atau usaha selalu terdapat risiko. Risiko yang terdapat pada kegiatan bisnis atau usaha dapat diminimalisir dengan menjalin kemitraan. Pihak yang bermitra akan menanggung risiko secara proposional sesuai dengan besarnya modal dan keuntungan yang akan diperoleh. Berdasarkan teori manajemen risiko yang dilihat dari sudut finansial perusahaan besar biasanya menerapkan falsafah tidak menaruh seluruh telurnya dalam keranjang (do not pu your all eggs in one basket) yang artinya dengan modal yang ada diusahakan untuk mendiversivikasi usahanya dalam beberapa kegiatan yang mudah dicapai apabila perusahaan tersebut bekerjasama atau bermitra dengan pihak lain. Bagi pihak perusahaan kecil atau petani risk sharing dapat terlaksana apabila memperoleh mitra usaha yang betul-betul mampu menjamin penyerapan hasil produksi yang dapat menghindarkan dari kerugian akibat kelebihan hasil dan penurunan harga. Risiko yang ditanggung secara bersama bukan hanya membagi risiko secara proporsional sehingga lebih ringan melalui risk sharing, tetapi lebih

36 21 mengandung makna senasib sepenanggungan sehingga eksistensi perusahaan yang bermitra menjadi lebih besar yang dapat berdampak pada pengurangan risiko. 5. Sosial Kondisi ideal perekonomian suatu negara adalah apabila mayoritas aset produksi berada dan bergeser di level usaha kecil dan menengah. Hal tersebut dikarenakan kelas kecil dan menengah diharapkan dapat tumbuh sebagai komunitas penggerak kemajuan suatu negara. Menumbuhkan pengusaha di tingkat kecil dan menengah merupakan suatu strategi untuk mencapai kondisi ideal perekonomian di Indonesia. Salah satu cara untuk menumbuhkan pengusaha kelas kecil tersebut dengan melakukan kemitraan karena kemitraan usaha bukan hanya memberikan dampak positif dengan saling menguntungkan tetapi juga dapat memberikan dampak sosial (social benefit) yang cukup tinggi. Adanya dampak sosial yang cukup tinggi tersebut dapat menghindarkan masyarakat dari kecemburuan sosial yang bisa berkembang menjadi gejolak sosial akibat ketimpangan. Selain itu, dengan melalui kemitraan juga dapat menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status yang merupakan perwujudan dari keadilan sosial dan keadilan ekonomi seperti yang tertera dalam UUD Ketahanan Ekonomi Nasional Pokok permasalahan dalam kemitraan adalah upaya pemberdayaan pelaku mitra yang lemah yaitu pengusaha kecil, atau dengan kata lain terciptanya kesetaraan dalam posisi tawar antar pelaku usaha yang memerlukan usaha konkret sehingga mendorong terlaksananya kemitraan usaha sekaligus sebagai model terciptanya kemitraan usaha. Pendorong kemitraan usaha yang sering dilakukan adalah dengan menciptakan suasana kondusif berupa peraturan, mewujudkan model atau pola kemitraan yang sesuai, dengan menyediakan prasarana penunjang seperti listrik, sarana transportasi, sarana komunikasi, dan sebagainya. Harapan dari tersedianya upaya dan fasilitas fisik adalah terciptanya kemitraan. Produktivitas, efektivitas, dan efisiensi akan meningkat yang akan mempengaruhi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan para pelaku kemitraan. Dengan adanya peningkatan pendapatan akan dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan dan terciptanya pemerataan yang lebih baik sehingga mampu mengurangi timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat dalam kemitraan usaha yang dapat mendorong peningkatan ketahanan ekonomi secara nasional. Maksud dan tujuan dari kemitraan pada dasarnya adalah Win Win Solution Partnership yang berarti saling menguntungkan antar sesama pelaku mitra. Kesadaran dan saling menguntungkan dalam kemitraan berarti adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing pelaku mitra. Ciri dari kemitraan usaha adalah adanya hubungan timbal balik antar pelaku mitra. Hafsah (2000) menyatakan bahwa dalam kondisi ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan adalah : a. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat b. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan c. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil d. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah, dan nasional e. Memperluas kesempatan kerja f. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional

37 22 Berdasarkan SK Mentan No.940/Kpts/OT.210/10/1997, pola kemitraan yang banyak dilaksanakan di Indonesia adalah pola inti plasma, pola subkontrak, pola dagang umum, pola keagenan, dan pola kerjasama operasional khusus. 1. Inti-plasma Pola inti-plasma menurut SK Mentan No 940/Kpts/OT.210/10/1997 adalah pola kemitraan yang merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan mitra sebagai bagian dari produksi. Peraturan Pemerintah No 44 Tahun 1997 Pasal 3 menyatakan bahwa dalam pola kemitraan inti plasma, pihak inti yaitu usaha besar dan atau usaha menengah melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap pihak plasma atau usaha kecil dalam hal : a. Penyediaan dan penyiapan lahan b. Penyediaan sarana produksi c. Pemberian bimbingan teknis dan manajemen usaha dan produksi d. Perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan e. Pembiayaan f. Pemberian bantuan lainnya yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Keunggulan pola kemitraan inti plasma menurut Hafsah (2000) adalah : 1) Kemitraan inti plasma memberikan manfaat timbal balik antara pengusaha besar atau menengah sebagai inti dengan usaha kecil sebagai plasma melalui cara pengusaha besar atau menengah memberikan pembinaan serta penyediaan sarana produksi, bimbingan, pengolahan hasil, serta pemasaran. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan besar telah membagi risiko dan peluangnya dengan perusahaan kecil sebagai plasma, sehingga akan tercipta saling ketergantungan dan saling memperoleh keuntungan. 2) Kemitraan inti plasma dapat berperan sebagai upaya pemberdayaan pengusaha kecil di bidang teknologi, modal, kelembagaan, dan lain-lain sehingga pasokan bahan baku dapat lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas sesuai dengan standar yang diperlukan. 3) Pengusaha besar pada kemitraan inti plasma memberikan bimbingan kepada pengusaha kecil agar mampu memenuhi skala ekonomi yang dapat mempengaruhi terciptanya efisiensi. 4) Pengusaha besar atau menengah pada pola kemitraan inti plasma mempunyai kemampuan dan kawasan pasar yang lebih luas sehingga mampu mengembangkan komoditas seperti barang produksi yang mempunyai keunggulan dan kemampuan bersaing di pasar nasional, regional, maupun pasar internasional. 5) Keberhasilan kemitraan dapat menjadi daya tarik bagi perusahaan besar atau menengah lainnya sebagai investor baru untuk membangun kemitraan baru baik investor swasta nasional maupun investor swasta asing. 6) Tumbuhnya kemitraan inti plasma akan mempengaruhi pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru yang semakin berkembang sehingga dapat

38 23 mengupayakan pemerataan pendapatan yang dapat mencegah terjadinya kesenjangan sosial. Kelemahan dari pola kemitraan inti plasma adalah : a) Pelaku mitra yaitu perusahaan besar dan petani yang tergabung kedalam kelompok atau koperasi dan organisasi petani belum solid dan belum dapat mewakili aspirasi dan kepentingan anggotanya b) Petani belum memahami hak dan kewajibannya dengan baik c) Prusahaan mitra sebagai inti belum sepenuhnya memberikan perhatian dalam memenuhi fungsi dan kewajibannya seperti apa yang diharapkan d) Belum adanya kontrak kemitraan yang benar-benar menjamin hak dan kewajiban dari komoditi yang dimitrakan Pola kemitraan inti plasma menurut Soemardjo et al. (2004) adalah hubungan antara petani, kelompok tani, atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Kewajiban dari perusahaan inti adalah menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Kelompok mitra mempunyai kewajiban dalam memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Plasma Plasma Inti Plasma Plasma Gambar 1 Pola Kemitraan Inti Plasma Sumber : Soemardjo et al Subkontrak Pola kemitraan subkontrak menurut SK Mentan No 940 Tahun 1997 merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Pola kemitraan subkontrak berdasarkan PP No 44 Tahun 1997 Pasal 4 menyatakan bahwa dalam hal kemitraan yang terjalin antara usaha besar dan atau usaha menengah dengan usaha kecil bertujuan untuk memenuhi barang atau jasa. Usaha besar atau usaha menengah memberikan bantuan berupa :

39 24 a. Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan atau komponen b. Kesempatan yang seluas-luasnya dalam memperoleh bahan baku yang di produksinya secara berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang wajar c. Bimbingan dan kemampuan teknis produksi atau manajemen d. Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan e. Pembiayaan Kekuatan dari pola kemitraan subkontrak adalah adanya keuntungan yang dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal, dan keterampilan, serta menjamin pemasaran produk kelompok mitra usaha. kelemahan pola kemitraan subkontak dapat dilihat pada penelitian yang dilakukan oleh Erna (1994) di industri batik Pekalongan dalam Hafsah (2000). Berdasarkan penelitian Erna, hubungan subkonntra seringkali menimbulkan kecenderungan untuk mengisolasi produsen kecil sebagai subkontrak pada suatu bentuk hubungan monopoli dan monopsoni, terutama dalam penyediaan bahan baku dan pemasaran yaitu sering dijumpai adanya penekanan terhadap harga input yang tinggi dan harga produk yang rendah, kontrol kualitas produk yang ketat, dan sistem pembayaran yang sering terlambat serta sering timbulnya gejala eksploitasi tenaga kerja untuk mengejar target produksi. Pola kemitraan subkontrak menurut Soemardjo et al. (2004) merupakan kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Pola kemitraan subkontrak ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak bersama yang mecakup volume, harga, mutu, dan waktu. Hubungan kemitraan subkontrak dapat dilihat pada Gambar 2. Kelompok Mitra Kelompok Mitra Pengusaha Mitra Kelompok Mitra Kelompok Mitra Gambar 2 Pola Kemitraan Subkontrak Sumber : Soemardjo et al Dagang umum Pola kemitraan dagang umum berdasarkan SK Mentan No 940 Tahun 1997 merupakan suatu hubungan kemitraan usaha antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dan perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra. Peraturan Pemerintah No 44 Tahun 1997 Pasal 5 menyatakan bahwa bentuk kemitraan dengan pola dagang umum dapat berlangsung dalam bentuk kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau

40 25 penerimaan pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha besar dan atau usaha menengah yang bersangkutan. Keunggulan pola kemitraan dagang umum adalah adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dan kualitas sesuai dengan yang telah ditentukan atau disepakati. Kelemahan dar pola kemitraan dagang umum adalah memerlukan permodalan yang kuat sebagai modal kerja dalam menjalankan usahanya baik oleh kelompok mitra usaha maupun perusahaan mitra usaha. Soemardjo et al. (2004) menjelaskan bahwa kemitraan dengan pola dagang umum merupakan kemitraan yang mengandung hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi yang melibatkan pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut. Pola hubungan kemitraan dagang umum dapat dilihat pada Gambar 3. Kelompok Mitra Memasok Perusahaan Mitra Konsumen / Industri Memasarkan produk kelompok mitra Gambar 3 Pola Kemitraan Dagang Umum Sumber : Soemardjo et al Keagenan Pola keagenan dalam SK Mentan No 940 Tahun 1997 merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana kelompok mitra di dalamnya diberikan hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan mitra. Keuntunga dari pola kemitraan keagenan yaitu diperolehnya komisi atau fee yang diusahakan oleh usaha besar atau menengah. Kelebihan lain dari pola kemitraan keagenan yaitu agen yang bertindak sebagai tulang punggung dan ujung tombak pemasaran usaha besar dan usaha menengah, sehingga agen harus lebih profesional, handal, dan ulet dalam pemasaran agar dapat saling menguntungkan dan memperkuat pihak-pihak mitra. Pola kemitraan keagenan menurut Soemardjo et al. (2004) merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra. Pihak perusahaan mitra merupakan perusahaan besar yang meberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh pengusaha besar mitra. Pola kemitraan keagenan dapat dilihat pada Gambar 4.

41 26 Kelompok Mitra Memasok Perusahaan Mitra Memasarkan produk kelompok mitra Konsumen/ Masyarakat Gambar 4 Pola Kemitraan Keagenan Sumber : Soemardjo et al Kerjasama Operasional Angribisnis (KOA) SK Mentan No 940 Tahun 1997 menyatakan bahwa pola kemitraan KOA merupakan hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian. Selain itu, perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis menurut Soemardjao et al. (2004) merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra dimana kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja. Pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Selain itu, perusahaan mitra juga berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis dapat dilihat pada Gambar 5. Kelompok Mitra Perusahaan Mitra - Lahan - Sarana - Teknologi - Biaya - Modal - Teknologi - Manajemen Gambar 5 Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis Sumber : Soemardjo et al. 2004

42 27 Penilaian Kualitas Pelayanan Jasa Pelayanan yang bermutu dan berkualitas yang mampu memenuhi tingkat kepentingan konsumennya merupakan salah satu cara agar perusahaan dapat lebih unggul bila dibandingkan dengan para pesaingnya. Tingkat kepentingan konsumen terhadap jasa yang diterima perusahaan dapat diberntuk berdasarkan pengalaman dan saran yang diperoleh langsung dari konsumen. Konsumen yang telah menikmati jasa tersebut memberikan penilaian terhadap jasa yang diberikan perusahaan tersebut dengan berdasarkan kepada tingkat kepentingan yang akan dibandingkan dengan harapan. Konsumen akan mengurangi konsumsinya terhadap produk dari perusahaan tersebut apabila jasa yang konsumen nikmati berada jauh dibawah jasa yang diharapkan. Begitu pula sebaliknya, bila konsumen merasa jasa yang diterimanya lebih tinggi daripada jasa yang diharapkan maka konsumen akan terus melakukan konsumsi terhadap produk dari perusahaan tersebut. Penilaian terhadap kualitas pelayanan tidak dapat dilihat berdasarkan sudut pandang perusahaan tetapi harus diukur dari sudut pandang konsumen. Dengan demikian, dalam merumuskan strategi dan program pelayanan, perusahaan harus berorientasi pada kepentingan pelanggan dengan memperhatikan komponen kualitas pelayanan. Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam Rangkuti (2003), ciri-ciri kualitas jasa dapat dievaluasi ke dalam lima dimensi besar yaitu : a. Keandalan (reliability) Keandalan digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam meberikan jasa yang tepat dan dapat diandalkan b. Ketanggapan (responsiveness) Ketanggapan digunakan untuk membantu dan memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan cepat c. Jaminan (assurance) Jaminan digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan dan kesopanan karyawan secara sifat dapat dipercaya yang dimiliki oleh karyawan d. Empati (emphaty) Empati digunakan untuk mengukur pemahaman karyawan terhadap kebutuhan konsumen serta perhatian yang diberikan oleh karyawan e. Berwujud (tangible) Dimensi berwujud digunakan untuk mengukur penampilan fisik, peralatan, karyawan, serta sarana komunikasi Konsep Kepuasan Kemitraan Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesan terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari kinerja dan harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan berarti pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan berarti pelanggan amat puas atau senang (Kotler, 2000). Dalam pengukuran kepuasan, harapan diasumsikan sebagai suatu kepentingan yang dinilai oleh konsumen. Harapan konsumen yang tinggi terhadap suatu atribut akan mempengaruhi tingkat kepentingan dari atribut tersebut. Sehingga dapat diasumsikan bahwa kepentingan mewakili harapan konsumen.

43 28 Kepuasan kemitraan muncul ketika perusahaan inti dan plasma memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan dan memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak sehingga memunculkan rasa puas atau senang. Teori perilaku kepuasan kemitraan banyak didefinisikan dari perspektif terhadap hasil yang diperoleh. Dikatakan puas jika proses kemitraan berjalan sesuai dengan yang diharapkan yang dapat memberikan nilai bagi pihak penyedia jasa dalam hal ini adalah perusahaan dan produsen yang dalam hal ini adalah petani tebu. Nilai yang diinginkan bisa berasal dari produk, pelayanan, atau sistem yang telah dirasakan oleh pelaku kemitraan. Berdasarkan penjelasan tersebut, pengertian kepuasan kemitraan mencakup perbedaan antara suatu kepentingan yang mewakili harapan dan kinerja (hasil) yang dirasakan terkait dengan harapan tersebut. Kepuasan petani sangat bergantung pada harapan petani. oleh karena itu untuk mengetahui tingkat kepuasan petani harus diketahui terlebih dahulu harapan petani terhadap sesuatu. Harapan merupakan perkiraan atau keyakinan seseorang tentang apa yang akan diterimanya. Pengukuran Kepuasan Inti dari kegiatan pemasaran adalah mengetahui keinginan konsumen serta berusaha memuaskan keinginan tersebut. Konsumen yang puas akan sebuah produk atau jasa mempunyai kecenderungan untuk mengkonsumsi produk atau jasa tersebut berulang kali yang akan menimbulkan loyalitas atau kesetiaan terhadap produk atau jasa tersebut sehingga dapat meningkatkan profit perusahaan. Kepuasan konsumen dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu harapan konsumen dan kinerja sebuah produk atau jasa serta kenyataan setelah mereka mengkonsumsi produk atau jasa tersebut dengan kepentingan yang diasumsikan sebagai harapan. Diperlukan penentuan terhadap atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan konsumen sebelum melakukan pengukuran kepuasan yang dituangkan kedalam butir-butir pertanyaan atau kuesioner. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan setelah menentukan atribut-atribut tersebut adalah dengan melakukan pengolahan data menggunakan bantuan Minitab 14 dan Microsoft Excel. Dalam pengukuran kepuasan, metode yang paling banyak digunakan adalah metode IPA dan CSI yang akan diperkuat dengan menggunakan analisis gap (kesenjangan). a) Importance Performance Analysis (IPA) Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk. Metode IPA mempunyai fungsi untuk menampilkan informasi yang berkaitan dengan faktor pelayanan yang menurut konsumen sangat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas mereka dan faktor-faktor pelayanan yang menurut konsumen perlu ditingkatkan karena kondisi saat ini kurang memuaskan. Teknik IPA diukur dengan menggunakan dua kriteria yaitu kepentingan terhadap atribut dan kepuasan konsumen. Penerapan teknik IPA dilakukan dengan mengidentifikasi atribut-atribut yang relevan terhadap situasi yang diamati dimana atribut yang diamati dapat berasal dari literatur dan interview langsung dengan melihat lokasi penelitian.

44 29 Sasaran dari suatu pencapaian hasil dapat ditentukan berdasarkan tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut suatu produk. Kajian terhadap seberapa pentingnya atau seberapa besarnya harapan terhadap kinerja atribut yang berkorelasi aktual penting dilakukan untuk menghasilkan suatu kepuasan. Penentuan kepuasan dengan menggunakan metode IPA digambarkan melalui dua variabel yang dibandingkan dan terdiri dari empat kuadran. Sumbu horizontal menggambarkan tingkat kepentingan suatu atribut, sedangkan sumbu vertikal menggambarkan tingkat kinerja suatu atribut. Keunggulan metode IPA adalah perusahaan dapat membuat perumusan strategi berdasarkan hasil penempatan dari dua variabel yang dibandingkan, sehingga perusahaan memiliki bahan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja produksinya. b) Customer Satisfaction Index Customer Satisfaction Index merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur kepuasan berdasarkan atribut-atribut tertentu. Nilai indeks kepuasan dapat digunakan untuk melihat perkembangan tingkat kepuasan konsumen terhadap sebuah produk sehingga dapat membantu dalam proses perbaikan kinerjanya. Cara yang digunakan dalam metode CSI adalah dengan mencari ratarata dari semua skor kinerja tiap atribut yang diteliti sehingga dengan menggunakan indeks kepuasan dapat diketahui tingkat kepuasan dari atributatribut suatu produk secara keseluruhan. c) Analisis Gap (kesenjangan) Analisis gap atau kesenjangan digunakan untuk membandingkan nilai kepentingan dan kinerja tiap atribut sehingga diperoleh nilai selisih (kesenjangan). Berdasarkan analisis kesenjangan, apabila nilai kinerja lebih kecil daripada nilai kepentingan, berarti perusahaan tidak dapat memuaskan konsumennya dan begitu juga sebaliknya. Semakin besar nilai kesenjangan, maka konsumen semakin tidak puas terhadap produk atau jasa yang ditawarkan. Keunggulan dari analisis kesenjangan adalah relatif mudah diaplikasikan dan hasil analisisnya dapat digunakan untuk melengkapi hasil analisis IPA. Kelemahan dari analisis kesenjangan adalah tidak dapat mengetahui atribut apa saja yang perlu dipertahankan dan atribut apa saja yang kinerjanya dianggap berlebihan oleh konsumen. Kerangka Pemikiran Operasional Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang berkontribsi cukup besar dalam menyumbangkan Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2011 yaitu sebesar 2.07 persen dari nilai total atau menempati posisi ketiga terbesar setelah subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perikanan. Hal tersebut dikarenakan subsektor perkebunan merupakan penyedia bahan baku untuk sektor industri, penyerap tenaga kerja dan penghasil devisa (BPS, 2012). Komoditi perkebunan yang cukup memberikan andil dalam sektor perkebunan adalah tebu. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jumlah pabrik gula yang terdapat di Indonesia. Pabrik gula menggunakan tebu sebagai bahan baku untuk produksinya. Salah satu pabrik gula yang menggunakan tebu sebagai bahan bakunya adalah PG Pakis Baru yang terletak di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. PG Pakis Baru merupakan salah satu pabrik gula yang melakukan kemitraan dengan petani tebu Kabupaten Rembang, Jawa Tengah untuk menjaga pasokan

45 30 bahan baku produksinya. Bentuk kemitraan yang terjadi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan kedua belah pihak. Sebagai pihak inti, PG Pakis Baru berperan dalam menentukan prosedur, harga, serta waktu panen yang diduga tidak sepenuhnya dapat diterima oleh petani tebu. Petani tebu yang menjadi mitra PG Pakis Baru harus sanggup menghasilkan tebu sesuai dengan kualitas yang disepakati, serta melaksanakan anjuran pelaksanaan budidaya tanaman tebu oleh PG Pakis Baru. Pada kondisi tertentu, harga masukan dan harga keluaran tebu yang ditetapkan akan bisa menjadi sangat murah atau sangat mahal dari harga pasar. Oleh karena itu, kontrak diadakan untuk menjamin harga yang diterima oleh petani maupun perusahaan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak sehingga harga pasar tidak dapat mempengaruhi harga yang sudah ditetapkan dan disepakati. Terdapat beberapa kesalahan yang pada umumnya terjadi dalam pelaksanaan kemitraan oleh perusahaan dengan petani mitra seperti ketidaksesuaian waktu panen dan jumlah produksi, ketidaksesuaian kualitas tebu yang dikirimkan petani mitra ke PG Pakis Baru, pelaksanaan pembinaan dan pendampingan kepada petani mitra yang tidak dilaksanakan tepat waktu, dan kurangnya respon terhadap keluhan dari petani tebu mitra. Beberapa kesalahan tersebut akan mampu mempengaruhi kepuasan petani tebu terhadap kemitraan yang dijalankan dengan perusahaan. Penilaian petani tebu terhadap kinerja dari PG Pakis Baru merupakan hal terpenting dalam menjaga kelangsungan kemitraan yang terjalin meskipun penilaian petani tebu akan berbeda-beda karena memiliki latar belakang pendidikan, usia, dan pengalaman yang beragam. Untuk dapat mempertahankan kemitraan yang terjadi antara PG Pakis Baru dengan petani tebu, maka salah satu upaya yang harus dilakukan adalah menjaga loyalitas petani tebu mitra agar tidak keluar dari kemitraan sehingga jumlah pasokan bahan baku tebu PG Pakis Baru tidak berkurang. Petani tebu mitra yang merasa puas terhadap kemitraan dengan PG Pakis Baru dapat merekomendasikan kemitraan dengan PG Pakis Baru kepada petani tebu lainnya baik yang belum menjalin kemitraan dengan PG manapun maupun kepada petani tebu yang telah selesai masa mitranya dengan PG lainnya. Keberhasilan kemitraan yang dijalin antara petani tebu dengan PG Pakis Baru akan dapat diindikasikan dengan mengetahui penilaian petani tebu terhadap kinerja pelaksanaan kemitraan PG Pakis Baru serta perlunya pengukuran mengenai tingkat kepuasan petani tebu mitra dengan menggunakan atribut-atribut yang telah ditentukan. Atribut yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur penerimaan menjadi petani mitra, kualitas bibit yang diberikan oleh PG Pakis Baru, kecakapan pendamping dalam melakukan pendampingan kepada petani tebu mitra, kemudahan untuk menghubungi pendamping, adanya pengaruh dari aktivitas pendampingan bagi permasalahan petani, penetapan SOP atas hasil tebu petani mitra, ketanggapan PG Pakis Baru terhadap keluhan-keluhan petani tebu mitra, penetapan harga jual tebu petani mitra, pembayaran hasil tebu petani mitra, pemberian bantuan dari PG Pakis Baru dalam hal tebang angkut hasil tebu petani mitra, serta adanya kompensasi bagi petani tebu mitra. Sebelum mengetahui tingkat kepuasan petani tebu terhadap kemitraan yang dijalankan antara petani tebu dengan PG Pakis Baru tersebut, maka terlebih dahulu mengetahui pelaksanaan kemitraan yang terjadi dengan menggunakan analisis deskriptif. Setelah mengetahui pelaksanaan kemitraan antara petani tebu dengan PG Pakis Baru tersebut, maka dilakukanlah penilaian kepuasan terhadap

46 kemitraan oleh petani tebu terhadap PG Pakis Baru dengan menggunakan metode IPA dan CSI. Metode IPA digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan terhadap masing-masing atribut, sedangkan CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan petani tebu secara keseluruhan. Perhitunagn mengenai kepuasan terhadap atribut kemitraan juga dilakukan dengan menggunakan analisis gap atau kesenjangan untuk memperkuat hasil perhitungan dengan metode IPA dan CSI. Analisis tingkat kepentingan dan kinerja penting untuk dilakukan karena digunakan untuk mengetahui ukuran pelayanan yang diberikan oleh pihak inti. Kinerja yang baik akan membawa dampak positif bagi kelangsungan usaha kemitraan dimana petani plasma yang puas akan cenderung loyal terhadap perusahaan inti yang akan memungkinkan petani tebu plasma untuk merekomendasikan kepada petani tebu yang belum menjadi mitra untuk ikut bermitra dengan perusahaan inti dalam hal ini adalah PG Pakis Baru. 31

47 32 Petani Masalah : - Keterbatasan modal, teknologi, informasi, dan pasar Peluang : - Mampu melakukan usahatani tebu - Mempunyai tenaga kerja dalam pelaksanaan usahatani tebu PG Pakis Baru Masalah : - Kurangnya persediaan bahan baku produksi berupa tebu - Jumlah tebu yang dihasilkan dari lahan sendiri masih kurang mencukupi keperluan produksi Peluang : - Mempunyai modal besar dalam pelaksanaan usahatani tebu serta memberikan jaminan pasar bagi petani yang bermitra Analisis Deskriptif Analisis IPA dan CSI Pelaksanaan Kemitraan Kemitraan dilakukan dengan pola inti plasma oleh PG Pakis Baru dengan petani mitranya, dimana PG Pakis Baru bertindak sebagai inti dan petani mitra sebagai plasma Masalah Kemitraan - Penyimpangan dalam penyerahan hasil produksi tebu dari petani mitra ke PG Pakis Baru - Kurang transparannya perhitungan rendemen tebu oleh PG Pakis Baru - Tidak win-win solution Kepuasan Petani terhadap Kemitraan dengan PG Pakis Baru Rekomendasi Kemitraan dengan PG Pakis Baru dari Petani Tebu Mitra Kepada Petani Tebu yang Belum Bermitra - Prosedur penerimaan mitra PG Pakis Baru - Kualitas bibit - Pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi pendamping - Pendamping mudah ditemui dan dihubungi - Frekuensi pembinaan petani - Penetapan standar produksi - Respon terhadap keluhan petani - Kesesuaian harga jual hasil panen - Kecepatan pembayaran hasil panen - Penyediaan sarana penebangan dan pengangkutan hasil panen - Pemberian kompensasi Gambar 6 Kerangka Operasional Analisis Kepuasan Petani Tebu Mitra Terhadap Kemitraan dengan PG Pakis Baru, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

48 33 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah dengan responden para petani tebu yang menjalin kerjasama kemitraan dengan PG Pakis Baru. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa di Kabupaten Rembang banyak terdapat petani tebu yang menjalin mitra dengan PG Pakis Baru, serta adanya ketersediaan perusahaan untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret hingga April Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara secara langsung dengan petani tebu di Kabupaten Rembang yang menjalin kerjasama kemitraan dengan PG Pakis Baru. Data primer juga diperoleh dengan menggunakan kuesioner kepada petani tebu mitra yang dipilih secara sengaja (purposive sampling). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari literatur yang relevan dan berbagai referensi pendukung serta penelitian terdahulu yang berkaitan erat dengan penelitian ini, seperti buku, majalah serta dari lembaga atau instansi terkait. Instansi-instansi terkait yang dimaksud antara lain Kantor Kepala Desa, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Badan Pusat Statistik, dan media elektronik (internet). Metode Pengumpulan Data Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan pencarian fakta dan interpretasi yang tepat terhadap petani tebu di Kabupaten Rembang dan kemitraan yang terjalin antara petani tebu dengan PG Pakis Baru. Metode deskriptif digunakan untuk membuat deskripsi mengenai petani tebu dan kemitraan yang dijalankan antara petani tebu mitra dengan PG Pakis Baru. Jenis metode deskriptif yang digunakan adalah metode studi kasus (case study). Pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan yang diteruskan dengan wawancara langsung dengan petani tebu dengan panduan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dan juga penelusuran dengan media elektronik (internet). Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan yang berhubungan dengan atribut : - Prosedur penerimaan mitra PG Pakis Baru - Kualitas bibit - Pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi pendamping - Pendamping mudah ditemui dan dihubungi - Frekuensi pembinaan petani - Penetapan standar produksi - Respon terhadap keluhan petani - Kesesuaian harga jual hasil panen - Kecepatan pembayaran hasil panen

49 34 - Penyediaan sarana penebangan dan pengangkutan hasil panen - Pemberian bonus Metode pengumpulan data juga dilakukan dengan cara studi pustaka yaitu dengan mencari sumber lain yang dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian. Penentuan sampel dilakukan pada petani tebu yang bermitra dengan PG Pakis Baru dan berada di Kabupaten Rembang. Dalam penentuan sampel, metode yang digunakan adalah non probability sampling dengan cara purposive (sengaja) berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan penulis yaitu petani tebu yang menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru sebanyak 32 responden dengan ketentuan sudah bermitra dengan PG Pakis Baru sebanyak minimal dua tahun bermitra dengan pertimbangan bahwa petani tebu tersebut memiliki pengalaman yang cukup dan dapat mengisi daftar pertanyaan dengan baik. Penentuan jumlah sampel sebanyak 32 petani responden dikarenakan jumlah 30 responden tergolong ke dalam sampel besar dan memenuhi persyaratan minimum jumlah sampel (Nazir 2005). Pengambilan sampel dibantu dengan salah satu petani yang paham dengan kondisi lapang di Kabupaten Rembang sehingga untuk memperoleh data akurat mengenai petani tersebut diperlukan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa, Dinas Pertanian, Dinas Perkebunan, Badan Pusat Statistik, dan media elektronik (internet). Metode Analisis Data Data yang diolah dalam penelitian adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum pola kemitraan. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan petani tebu terhadap kemitraan. Alat analisis yang digunakan adalah metode IPA dan CSI yang diperkuat dengan menggunakan analisis Gap atau kesenjangan. Importance Performance Analysis (IPA) Alat analisis kepuasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode IPA. Metode ini merupakan suatu teknik penerapan untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerjanya (performance). Tingkat kepentingan adalah seberapa penting suatu atribut pelayanan dinilai oleh petani plasma. Tingkat kinerja digunakan untuk menilai seberapa besar kinerja atribut yang sudah dirasakan petani plasma. Penentuan atribut yang dinilai dalam penelitian ini didasarkan pada ketentuan mengenai hak dan kewajiban yang terdapat dalam kontrak kemitraan, wawancara pendahuluan dengan pihak perusahaan, dan studi literatur. Setiap atribut pernyataan diberikan skala 1 sampai 4. Skala ini sengaja digunakan untuk menghindari ketidakpastian responden (central tendency), yaitu kecenderungan memilih jawaban tengah atau kategori cukup dalam menilai atribut evaluasi kemitraan (Aritonang, 2005). Keempat tingkat kepentingan dan kinerja tersebut diberikan bobot sesuai dengan tabel 1.

50 35 Table 6 Skor atau nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja Skor / Nilai Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja 1 Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Memuaskan 2 Tidak Penting Tidak Memuaskan 3 Penting Memuaskan 4 Sangat Penting Sangat Memuaskan Perbandingan penilaian tingkat kepentingan dan kinerja menghasilkan suatu perhitungan tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Tingkat kesesuaian inilah yang menunjukkan tingkat kepuasan terhadap kinerja produk atau jasa yang dihasilkan. Rumus untuk tingkat kesesuaian responden yang digunakan adalah : Keterangan : Tki : tingkat kesesuaian responden Xi : skor penilaian kinerja atribut kemitraan Yi : skor penilaian kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan Jika dihasilkan nilai Tki < 100% berarti kinerja atribut belum memenuhi kepuasan petani plasma. Sedangkan jika nilai Tki > 100% berarti kinerja atribut telah memenuhi kepuasan pelanggan. Tahap selanjutnya penilaian kepentingan dan kinerja atribut yang diformulasikan kedalam diagram Kartesius. Tingkat kepentingan dan kinerja yang dimasukkan dalam diagram kartesius adalah skor Rataan responden. Rumus yang digunakan adalah : = = Keterangan : : rataan skor penilaian kinerja atribut kemitraan n : rataan skor penilaian kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan : jumlah responden Diagram Kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis lurus yang berpotongan tegak lurus pada titik (, ) yang diperoleh dengan rumus : Keterangan : : rataan dari skor rataan kinerja atribut kemitraan k : rataan dari skor rataan kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan : banyaknya atribut yang mempengaruhi kepuasan petani plasma

51 36 Tingkat Kepentingan (Y) Kuadran I Prioritas Utama Kuadran II Pertahankan Prestasi Kuadran III Prioritas Rendah Kuadran IV Berlebihan Tingkat Kinerja (X) Gambar 7 Diagram Importance Performance Analysis (IPA) Sumber : Rangkuti (2003) Kuadran I (prioritas utama) memuat atribut yang dianggap penting oleh petani tetapi pada kenyataannya atribut tersebut belum sesuai dengan yang diharapkan petani (tingkat kepuasan yang diperoleh masih sangat rendah). Atribut yang terdapat pada kuadran I harus ditingkatkan dengan cara melakukan perbaikan secara terus-menerus sehingga performance atribut yang terdapat pada kuadran I akan meningkat. Kuadran II (pertahankan prestasi) merupakan wilayah yang memuat atribut yang dianggap penting oleh petani mitra dan sesuai dengan yang dirasakannya sehingga tingkat kepuasannya relatif tinggi. Atribut-atribut yang temasuk kedalam kuadran II harus tetap dipertahankan karena atribut-atribut tersebut unggul di mata petani tebu mitra. Kuadran III (prioritas rendah) memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh petani tebu mitra dan pada kenyatannya kinerja dari atribut tersebut tidak terlalu istimewa. Peningkatan atribut yang terdapat pada kuadran III dianggap dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh petani tebu mitra sangat kecil. Kuadran IV (berlebihan) memuat atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh petani tebu mitra dan dirasakan terlalu berlebihan. Atribut-atribut yang terletak pada kuadran IV dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya. Customer Satisfaction Index (CSI) Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut mutu jasa yang diukur. Pengukuran terhadap CSI diperlukan karena hasil pengukuran dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran terhadap peningkatan pelayanan kepada pelanggan dan diperlukan sebagai hal yang kontinyu (Irawan, 2004). Untuk melakukan penghitungan CSI digunakan skor rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja yang digunakan dalam analisis IPA. Menurut Stanford (2004), metode pengukuran CSI meliputi beberapa tahap antara lain :

52 37 1. Menghitung importance weighting factors (faktor kepentingan terbobot), yaitu mengubah nilai rataan tingkat kepentingan menjadi angka presentase dari total nilai rataan tingkat kepentingan untuk seluruh atribut yang diuji. 2. Menghitung weighted score (skor terbobot), yaitu nilai perkalian antara nilai rataan tingkat kinerja masing-masing atribut dengan faktor kepentingan terbobot masing-masing atribut. 3. Menghitung weighted total (total terbobot), yaitu menjumlahkan skor terbobot dari semua atribut. 4. Menghitung customer satisfaction index (indeks kepuasan), yaitu total terbobot dibagi skala maksimal yang digunakan, kemudian dikaliakan 100 persen. Kepuasan konsumen dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan konsumen (Durianto, 2011). Nilai perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) menunjukkan rentang 100 persen akan mampu mengdindikasikan tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut yang diukur. Kisaran untuk rentang kepuasan konsumen adalah antara persen. Skala yang digunakan dalam penentuan kepuasan konsumen adalah skala linear numeric. Langkah pertama yang dilakukan untuk menentukan tingkat kepuasan konsumen adalah dengan mencari rentang skala (RS) menggunakan rumus: Keterangan : m = skor tertinggi n = skor terendah b = jumlah kelas kategori yang akan dibuat. Rentang skala untuk penelitian ini dengan menggunakan rumus di atas adalah : Tingkat kepuasan secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan pelanggan. Adapun kriterianya berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus adalah : 0,00 0,25 = tidak memuaskan 0,26 0,50 = kurang memuaskan 0,51 0,75 = memuaskan 0,75 1,00 = sangat memuaskan

53 38 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Rembang terletak di ujung timur bagian utara dari Provinsi Jawa Tengah dengan posisi lintang BT dan LS. Topografi daerah ini adalah daerah pantai, pegunungan, dataran rendah, dan dataran tinggi. Adapun jenis tanahnya terdiri atas kandungan Mediterial, Grumosal, Aluvial, Andosal, dan Regasal. Kabupaten Rembang memiliki luas 1.014,08 km 2 dengan diapit oleh Pegunungan Kendeng Utara dan Laut Jawa. Luasan terbesar dari Kabupaten Rembang berupa tegalan dan sawah yang mengakibatkan sektor pertanian khususnya tanaman bahan makanan menjadi andalan utama dalam memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Rembang. Kabupaten Rembang merupakan daerah dengan curah hujan yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata curah hujan dalam tiga tahun terakhir hingga tahun 2010 yang mencapai 18,24mm per hari. Rata-rata hujan yang terjadi di Kabupaten Rembang selama tahun 2010 yaitu sebanyak 111 hari dengan dengan curah hujan rata-rata mm 3. Batas-batas administrasi Kabupaten Rembang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Laut Jawa. Batas Sebelah Timur : Kabupaten Tuban dan Provinsi Jawa Timur Sebelah Barat : Kabupaten Pati Sebelah Selatan : Kabupaten Blora Rembang merupakan daerah yang berpotensi di sektor perikanan, industri, pertanian, dan perkebunan. Komoditi utama sektor tersebut meliputi perikanan tangkap ( ton), jagung ( ton), tebu ( ton), dan industri gula tumbu ( ton). Lokasi Kabupaten Rembang yang terletak di sepanjang pesisir pantai mendorong berkembangnya sektor perikanan terlebih pada perikanan tangkap. Hal tersebut dibuktikan dengan ditetapkannya Rembang sebagai salah satu pusat perikanan tangkap di Jawa Tengah pada tahun Selain sebagai sentra perikanan tangkap di Jawa Tengah, Kabupaten Rembang juga menjadi salah satu sentra tebu terbesar di Jawa Tengah. Tebu yang dihasilkan di Kabupaten Rembang ini didatangkan dari perkebunan rakyat seluas ha. Kabupaten Rembang memiliki satu industri gula dengan berbahan baku tebu yaitu industri Gula Tumbu yang terletak di Kecamatan Pamotan. Hasil tebu yang melimpah di Kabupaten Rembang dapat mendukung berkembangnya industri Gula Tumbu sehingga dapat menjadikan gula tumbu sebagai salah satu komoditi unggulan (BPS Rembang, 2013). Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Perkembangan Perusahaan Pabrik Gula Pakis Baru didirikan pada tahun 1884 oleh seorang warga Belanda bernama Lourentz. PG Pakis Baru ini pada awalnya dikenal dengan nama S.F. Pakkies. Produksi pertama dari PG ini berupa gula mangkok. Tahun 1904, PG Pakis Baru dipindahtangankan kepada Oei Tiong Ham Concern, tetapi untuk manajemen pabrik diserahkan kepada seorang warga negara Inggris bernama

54 39 James G. Williem. Sejak tahun 1904 tersebut PG Pakis Baru memproduksi gula pasir. PG Pakis Baru ditutup pada tahun 1930 karena kerugian yang diakibatkan oleh adanya perang dunia pertama yang berlanjut dengan perang dunia kedua. PG Pakis Baru kembali dioperasikan pada tahun Kerugian yang masih dirasakan perusahaan secara terus menerus memaksa perusahaan ini untuk ditutup kembali, dan dioperasikan lagi pada tahun 1951 dengan situasi pemindahatanganan perusahaan kepada Yayasan Kodam VII Diponegoro. Pemindahtanganan perusahaan tersebut dikarenakan situasi sosial dan politik yang masih belum stabil pada saat itu (I Wayan Indra, 1996). Seiring dengan teknologi yang semakin berkembang, PG Pakis Baru mengalami perubahan dalam hal produksi gulanya. Gula produksi awal PG Pakis Baru yang berupa gula warna kuning berubah menjadi gula warna putih. Bahan baku tebu yang digunakan oleh PG Pakis Baru berasal dari sistem sewa tanah milik petani dengan rekomendasi dari Pamong Praja setempat (Bupati Kepala Daerah). Perolehan bahan baku tebu oleh PG Pakis Baru sejak tahun 1975, tidak lagi diperoleh dari hasil menyewa lahan milik petani, tetapi perusahaan diharuskan menjalin kerjasama dengan Koperasi Unit Desa (KUD) sesuai dengan Inpres nomer 9 Tahun 1975 yang beisi penyataan bahwa perusahaan tidak diperbolehkan menyewa tanah milik petani tetapi menjalin kerjasama dengan Koperasi Unit Desa (KUD). Struktur Organisasi Struktur organisasi PG Pakis Baru masih mengacu kepada manajemen perusahaan swasta, dimana organisasi yang ada mampu mengelola perusahaan dengan baik, dan mampu mendatangkan keuntungan bagi perusahaan secara mandiri. Struktur organisasi PG Pakis Baru terdiri dari seorang direktur utama, dua orang direktur, seorang administratum kepala bagian tanaman, kepala bagian pabrikasi, kepala bagian tata usaha dan keuangan. Masing-masing kepala bagian ini membawahi kepala sub bagian dan bertanggungjawab langsung kepada kepala bagian. Pimpinan tertinggi dari PG Pakis Baru ini tetap dipegang oleh Administratum meskipun terdapat seorang direktur utama dan dua orang direktur. Bagan struktur organisasi PG Pakis Baru dapat dilihat pada gambar 8.

55 40 Administratur Wakil Administratur Kepala Bagian Tanaman Kepala Bagian Pabrikasi Kepala Bagian TU dan Keuangan Kepala Bagian Instalasi Kepala Sub-Bagian Tanaman Keterangan : Kepala Sub-Bagian Pabrikasi Kepala Sub-Bagian TU dan Keuangan Kepala Sub-Bagian Instalasi Garis Koordinasi Garis Komando Gambar 8 Struktur Organisasi PG Pakis Baru Sumber : Bagian Tanaman PG Pakis Baru Tenaga Kerja PG Pakis Baru mempunyai jumlah tenaga kerja sebanyak orang dalam menjalankan manajemen perusahaannya yang terdiri dari tenaga tetap dan tenaga musiman. Tenaga musiman terbagi menjadi dua yaitu musiman tetap dan musiman harian lepas. Tenaga tetap adalah tenaga kerja mulai dari administratur sampai pekerja di lapangan yang setiap hari masuk kerja kecuali hari minggu dan hari besar dengan cara pengganjian yang dibayarkan setiap satu bulan sekali. Tenaga kerja musiman tetap yaitu tenaga kerja yang masuk hanya saat musim giling berlangsung sehingga dalam satu tahun hanya bekerja selama 6 bulan (waktu dilakukan proses penggilingan) dan digaji setiap minggu pada musim giling saja. Tenaga kerja musiman harian lepas adalah tenaga kerja yang masuk di setiap musim giling namun jika tidak masuk kerja, maka tidak dibayar. Pembayaran gaji untuk tenaga kerja musiman harian lepas ini dibayarkan setiap minggu. Proses Produksi Proses produksi pada pabrik gula dilakukan kurang lebih hanya 6 bulan dalam satu tahun. Hal tersebut dikarenakan kurangnya penyediaan bahan baku tebu. Bahan baku tebu dapat diproses menjadi gula setelah berumur satu tahun atau lebih sehingga memiliki kadar gula (rendemen) yang layak. Pengambilan bahan baku dari petani menuju ke pabrik gula dilakukan dengan pengangkutan menggunakan truk atau lori milik pabrik gula. Setelah tebu diterima oleh pabrik gula, maka dilakukan penimbangan dengan menggunakan satuan hitung kuintal. Langkah yang dilakukan setelah dilakukan penimbangan adalah proses pengolahan menjadi nira dan berakhir dengan proses pemanasan nira yang akan menghasilkan gula.

56 41 KARAKTERISTIK USAHA TANI DAN PETANI Karakteristik Usaha Petani Tebu Mitra Responden Luas Lahan Tebu Lahan tebu yang digunakan oleh petani tebu mitra dalam kegiatan budidaya tebu bergantung kepada besarnya luas lahan yang tersedia. Luas lahan tebu yang banyak dimiliki petani adalah antara skala 2-5,75 hektar dengan jumlah petani responden yaitu sebanyak 16 orang. Luas lahan dengan kisaran 5,76-9,51 hektar dimiliki oleh 8 petani responden, luas lahan 9,52-13,27 hektar dimiliki oleh 3 petani dan sisanya dengan luas lahan 13,28-17,03 dimiliki oleh 5 petani responden. Hal tersebut dijelaskan pada Gambar ,375 Persentase ,75 12,5 6,25 3, ,5 4,6-7,1 7,2-9,7 9,8-12,3 12,4-14, ,5 Gambar 9 Luas Lahan Tebu Petani Mitra Responden Status Kepemilikan Lahan Tebu Sebagian besar lahan tebu yang digunakan oleh petani tebu mitra adalah lahan tebu milik sendiri. Petani tebu mitra dengan status kepemilikan lahan tebu milik sendiri sebanyak 30 orang, sisanya seorang petani tebu mitra menggunakan lahan sewaan dengan biaya sewa /hektar dan seorang petani tebu mitra lainnya menggunakan lahan dengan status bengkok yaitu lahan dari kepala desa setempat yang disewakan sesuai dengan penjelasan pada Gambar 10.

57 ,75 80 Presentase ,13 3,13 Sendiri Sewa Lainnya Gambar 10 Status Kepemilikan Lahan Petani Tebu Mitra Responden Pekerjaan Diluar Usahatani Tebu Sebagian besar petani tebu mitra responden mengandalkan usahatani tebu sebagai pekerjaan utama. Berdasarkan survey yang dilakukan, petani tebu mitra yang tidak memiliki pekerjaan lain diluar usahatani tebu adalah sebanyak 18 orang, sedangkan sisanya sebanyak 14 orang memiliki pekerjaan sampingan seperti PNS/TNI/POLRI dan usaha pertanian hortikultura dengan masing-masing 4 orang petani, buruh/karyawan non pertanian sebanyak 2 orang yaitu sebagai perangkat desa, seorang usaha angkutan serta 3 orang lainnya yang bekerja sebagai wirausaha yang dapat dilihat pada Gambar ,00% 56,25% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 12,50% Pertanian Hortikultur 3,13% 18,75% 9,38% Angkutan PNS Wiraswasta Tidak Ada Gambar 11 Pekerjaan Petani Tebu Mitra Responden Diluar Usahatani Tebu

58 43 Lama Berusahatani Tebu Gambar 12 menjelaskan bahwa petani tebu mitra responden yang memiliki pengalaman berusahatani tebu antara 2 sampai 8 tahun adalah sebanyak 19 orang, sedangkan antara 9 sampai 15 tahun sebanyak 10 orang, antara 16 sampai 22 tahun 2 orang dan lebih dari 2 tahun sebanyak 1 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani tebu yang menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru telah memiliki pengalaman yang cukup dalam budidaya tebu sehingga dapat mengelola budidaya tebu dengan baik. Persentase ,875 12,5 2-5,83 5,84-9, ,68-13,51 9,375 13,52-17,35 3,125 3,125 17,36-21,19 21,20-25,03 Gambar 12 Lama Petani Mitra Melakukan Usahatani Tebu Alasan Bermitra Pertimbangan utama petani mitra dalam menjalin kemitraan dengan perusahaan adalah untuk mendapatkan bantuan modal dan meningkatkan keuntungan. Begitu pula yang dirasakan oleh petani tebu mitra PG Pakis Baru. Mereka menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru dengan tujuan utama adalah untuk mendapatkan modal sehingga petani tebu mitra tidak harus mengeluarkan biaya utama seperti saprotan. Petani tebu mitra cukup memesan saprotan pada saat periode produksi dan diakumulasikan pada akhir periode sehingga petani tebu mitra hanya berkewajiban menyediakan lahan tebu dan mengeluarkan biaya operasional selama budidaya tebu berlangsung. Alasan petani tebu mitra terkait untuk meningkatkan pendapatan adalah karena harga yang ditetapkan oleh PG Pakis Baru terhadap rendemen tebu hasil petani mitra lebih tinggi daripada PG lainnya dengan nilai rendemen yang sama, sehingga keuntungan yang diperoleh petani tebu mitra menjadi lebih besar yang dipengaruhi dari bertambahnya jumlah pendapatan yang diterima petani tebu mitra. Tujuan lain yang dipertimbangkan oleh petani tebu mitra untuk menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru adalah untuk menambah pengetahuan dalam budidaya tebu yang baik. Petani tebu mitra menilai bahwa apabila pengetahuan dalam menjalankan budidaya tebu dapat dikuasai dengan baik, maka resiko kegagalan yang dihadapi akan lebih rendah. Dengan melalui kemitraan juga diharapkan dapat mampu membantu petani mengurangi resiko pemasaran tebu

59 44 yang dihasilkannya. Hal tersebut dilihat dari adanya penetapan harga sesuai kesepakatan yang telah disepakati kedua belah pihak, sehingga saat harga tebu dipasaran rendah, petani tidak harus menanggung semua resiko kerugian hasil produksi mereka. Persentase ,38 9,38 Keterangan : A = Untuk memperleh pinjaman modal B = Untuk menambah pengetahuan C = Untuk meningkatkan keuntungan A B C 81,25 Gambar 13 Alasan Petani Tebu Mitra Menjalin Kemitraan Dengan PG Pakis Baru Sumber Informasi Mengenai PG Pakis Baru Sumber informasi mengenai PG Pakis Baru paling banyak diperoleh dari teman-teman sesama petani tebu baik yang bermitra maupun yang pernah bermitra dengan PG Pakis Baru. Petani mitra yang memperoleh informasi dari petani tebu lainnya sebanyak 22 orang, dan petani yang memperoleh informasi dari pihak PG Pakis Baru langsung sebanyak 10 orang. Hal ini menunjukkan bahwa peran PPL perlu ditingkatkan dalam hal penyebarluasan informasi untuk meningkatkan jumlah mitra PG Pakis Baru.

60 45 Persentase ,75 Teman 31,25 Langsung dari PG Pakis Baru Sumber Informasi PG Pakis Baru Gambar 14 Sumber Informasi Petani Tebu Mitra Terhadap PG Pakis Baru Karakteristik Petani Tebu Mitra Responden Petani tebu plasma di Kabupaten Rembang yang terdaftar sebagai mitra dari PG Pakis Baru tersebar di beberapa wilayah kecamatan yaitu Pamotan, Sumber, Rembang, Kragan, Sedan, Sulang, Kaliori, dan Bulu. Jumlah petani tebu mitra di Kabupaten Rembang hingga tahun 2012 adalah sebanyak 35 petani. Dalam pelaksanaan kemitraannya, pihak PG Pakis Baru selalu melakukan koreksi dan evaluasi sehingga tercipta suatu upaya perbaikan apabila terdapat penyimpanganpenyimpangan baik yang dilakukan oleh pihak inti maupun pihak petani plasma. Petani tebu mitra yang dijadikan responden sudah mewakili populasi petani tebu mitra karena petani tebu mitra yang digunakan sebagai responden adalah sebanyak 32 petani. Responden diambil dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Rembang. Responden paling banyak diperoleh di Kecamatan Pamotan dengan jumlah 15 orang. Hal tersebut dikarenakan di Kecamatan Pamotan banyak lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya tebu. Selain itu, struktur tanah yang cocok untuk tanaman tebu sehingga produksi tebu di pamotan tergolong terbesar diantara kecamatan-kecamatan lainnya di Kabupaten Rembang. Penyebaran pengambilan responden dapat dilihat pada Gambar 15.

61 ,88 12,5 9,38 9,38 12,5 3,13 3,13 3,13 Pamotan Sumber Rembang Kragan Sedan Sulang Kaliori Bulu Gambar 15 Sebaran Petani Tebu Mitra Berdasarkan Lokasi Lahan Usia Survey yang dilakukan terhadap petani tebu mitra responden menyatakan bahwa umur dari petani tebu mitra adalah berada pada kisaran 30 sampai 64 tahun. Petani tebu mitra sebagian besar berada pada rentang usia antara 38 sampai 45 tahun. Hal tersebut ditunjukkan dengan terdapatnya 14 petani tebu mitra yang berada pada kisaran usia tersebut. Petani dengan kisaran usia antara 30 sampai 37 tahun yang menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru dan menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 8 petani, petani dengan kisaran usia 46 sampai 53 tahun sebanyak 4 orang, kisaran 54 sampai 60 tahun sebanyak 5 orang, dan seorang petani mitra responden dengan usia kisaran antara 61 sampai 67 tahun. Petani dengan kisaran usia antara 38 sampai 45 tahun dianggap petani yang masih mempunyai tingkat produktifitas yang tinggi, karena usia dapat menentukan prestasi kerja seseorang. Pekerjaan fisik yang semakin berat dengan semakin tua usia, maka tenaga kerjanya akan semakin menurun sehingga prestasinya juga akan menurun. Dalam kaitannya dengan tanggungjawab, semakin tua usia maka semakin berpengalaman pula dalam berusaha sehingga dapat meningkatkan prestasi kerja (Suratiyah, 2006). Penyebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 11.

62 47 Persentase ,75 12,5 15,63 3, Gambar 16 Sebaran Responden Berdasarkan Usia Jenis Kelamin Petani tebu mitra yang digunakan sebagai responden dalam penelitian kali ini semuanya berjenis kelamin laki-laki. Hal tersebut dikarenakan laki-laki dianggap sebagai pemeimpin keluarga yang berusaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Selain alasan tersebut, menjalankan usahatani tebu juga membutuhkan tenaga yang besar sehingga dipercaya laki-laki lebih mampu melakukannya Persentase Laki-laki 0 Perempuan Gambar 17 Sebaran Petani Tebu Mitra Sebagai Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pendidikan Petani tebu mitra yang digunakan sebagai responden mempunyai tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Sebagian besar petani tebu mitra yang menjadi responden mempunyai tingkat pendidikan tertinggi SMA/STM dengan jumlah 13 petani responden. Petani tebu mitra responden dengan tingkat pendidikan terakhir SMP juga ditemui dengan jumlah 7 petani.petani tebu mitra lainnya juga dijumpai dengan tingkat pendidikan terakhir adalah tidak tamat SD, SD, Sarjana, dan D3.

63 48 Persentase ,38 Tidak Tamat SD 40,63 21,88 12,5 12,5 3,13 SD SMP SMA/STM Sarjana Lainnya Gambar 18 Sebaran Petani Tebu Mitra Sebagai Responden Berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir Pola Kemitraan PG Pakis Baru Pola kemitraan yang dijalankan oleh PG Pakis Baru adalah pola kemitraan inti plasma dimana PG Pakis Baru bertindak sebagai inti dan petani tebu mitranya bertindak sebagai plasma. Dalam pelaksanaan kemitraan antara PG Pakis Baru dengan petani mitranya, terdapat beberapa kesepakatan yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui kedua belah pihak. PG Pakis Baru sebagai pihak inti merupakan pihak yang mempunyai kontrol atau kekuatan yang lebih besar terhadap tebu dan akses terhadap pasar, tetapi perusahaan juga membutuhkan pihak lain untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam hal ini adalah petani tebu. PG Pakis Baru sebagai pihak inti dalam konsep kemitraan inti plasma mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1. Menyediakan kebutuhan sarana produksi (dengan sistem pinjaman) 2. Menentukan standar tebu yang layak giling untuk proses produksinya 3. Membeli semua hasil produksi dari petani tebu mitra yang memenuhi standar mutu produk yang ditetapkan oleh PG Pakis Baru 4. Membayar hasil panen petani tebu mitra yang dijual kepada PG Pakis Baru sesuai dengan kesepakatan dengan cara yang telah disepakati bersama 5. Memberikan penyuluhan dan bimbingan serta pengawasan terhadap petani tebu mitra secara langsung di palangan untuk memantau aktivitas budidaya yang dilakukan petani tebu mitra Petani tebu yang menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru sebagai plasma juga mempunyai kewajiban sebagai berikut : 1. Mengikuti dan melaksanakan program kerja dan teknis budidaya sesuai dengan yang diberikan oleh PG Pakis Baru 2. Menjual hasil produksinya kepada PG Pakis Baru dengan harga yang ditentukan sesuai kesepakatan 3. Memenuhi standar produk yang ditetapkan oleh PG Pakis Baru

64 49 4. Menyelesaikan pinjaman saprotan dengan jangka yang telah ditentukan sesuai kesepakatan bersama antara petani tebu mitra dengan PG Pakis Baru Konsep kemitraan yang dijalin oleh PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra tersebut masih berlangsung hingga saat ini meskipun terdapat beberapa penyesuaian kondisi mitra tani. Harapan PG Pakis Baru terhadap adanya kemitraan yang dijalin dengan petani tebu mitra adalah mendapatkan pasokan bahan baku berupa tebu untuk produksinya dengan nilai rendemen tinggi dan jumlah yang maksimal sehingga dapat mempengaruhi jumlah gula yang dihasilkan. Selain itu, harapan dari PG Pakis Baru terhadap petani tebu mitra juga dilihat dari tingkat kepuasan petani tebu mitra dalam pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru. Hal tersebut dikarenakan petani tebu mitra yang merasa puas akan mampu merekomendasikan kemitraan dengan PG Pakis Baru kepada petani tebu lain yang belum menjalin kemitraan sehingga jumlah pasokan bahan baku tebu PG Pakis Baru juga mengalami peningkatan. Harapan yang muncul dari pihak petani tebu mitra terhadap pelaksanaan kemitraan yaitu petani mengharapkan kemudahan dalam permodalan untuk melaksanakan usahatani tebu dan adanya pendampingan yang diberikan kepada petani tebu mitra selama proses budidaya tebu berlangsung untuk mengurangi resiko kerugian dari petani tebu mitra yang ditimbulkan oleh permasalahan yang muncul selama proses budidaya tebu berlangsung. Harapan lain dari petani tebu mitra terhadap adanya kemitraan dengan PG Pakis Baru yaitu petani mempunyai pasar yang jelas untuk tebu hasil produksinya dan adanya jaminan pembayaran yang jelas atas tebu yang dihasilkan. Mekanisme kemitraan antara PG Pakis Baru dan petani tebu mitra akan dibahas secara lebih mendalam pada bab selanjutnya mengenai Analisis Kepuasan Petani Tebu Mitra Terhadap Kemitraan dengan PG Pakis Baru. Pola Kemitraan Inti Plasma antara PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra Pembahasan mengenai pola kemitraan inti plasma yang dijalin antara PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra mencangkup beberapa hal yang menarik untuk dikaji seperti sistem dan prosedur penerimaan mitra, persyaratan menjadi petani mitra, hak dan kewajiban pihak inti maupun pihak plasma, penerapan kontrak kerjasama kemitraan, dan pembinaan dari pihak inti terhadap petani plasma. Mekanisme pelaksanaan kemitraan yang dijalankan oleh PG Pakis Baru dapat dijelaskan dalam pembahasan sebagai berikut : Sistem dan Prosedur Penerimaan Mitra Bagi perusahaan inti, petani tebu mitra merupakan pihak yang harus dipertahankan secara baik agar usaha kemitraan dapat terus berlangsung secara baik dan berkesinambungan. Petani tebu mitra dapat membantu dalam pengembangan kemitraan untuk semakin meningkatkan jumlah bahan baku produksi berupa tebu dengan cara merekomendasikan kemitraan dengan PG Pakis Baru kepada petani tebu yang belum menjalin kemitraan dengan PG manapun maupun kepada petani tebu yang telah habis masa kemitraannya dengan PG lainnya. Petani mitra yang diharapkan oleh pihak perusahaan adalah petani tebu yang baik dan berkualitas dalam melakukan usahatani tebu sehingga dapat menghasilkan tebu dengan kualitas yang baik pula. Untuk mendapatkan petani dengan kualitas tebu produksi sesuai yang ditentukan oleh perusahaan, maka

65 50 pihak perusahaan mengadakan seleksi terhadap kualitas-kualitas tebu yang dihasilkan petani tebu. PG Pakis Baru dalam kaitannya dengan kemitraan telah mempersiapkan sistem dan prosedur yang harus dipenuhi oleh petani-petani tebu yang ingin menjalin mitra dengan PG Pakis Baru. Petani tebu yang ingin menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru harus mengirimkan tebu hasil produksinya untuk digunakan sebagai sampel dalam proses seleksi petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru. Informasi mengenai PG Pakis Baru diperoleh melalui petani tebu lainnya yang sedang menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru maupun yang pernah bermitra dengan PG Pakis Baru. Sumber informasi mengenai PG Pakis Baru juga diperoleh dari pihak PG Pakis Baru secara langsung melalui PPL yang ditunjuk oleh perusahaan untuk mendampingi petani selama proses budidaya tebu berlangsung. Proses seleksi dilakukan dengan beberapa pertimbangan seperti lokasi lahan, kondisi lahan, serta kualitas tebu yang dihasilkan. Berdasarkan survey kepada petani mitra responden, luas lahan tidak dipertimbangkan sebagai syarat untuk bergabung menjadi mitra PG Pakis Baru, tetapi lokasi lahan dipertimbangkan dalam proses seleksi petani mitra. Lokasi lahan dipertimbangkan untuk menentukan bantuan biaya angkut dari PG Pakis Baru yang diberikan kepada petani tebu mitra. Tebu yang dihasilkan oleh petani mitra dikirimkan ke PG Pakis Baru untuk digunakan sebagai sampel yang akan diukur kadar rendemennya. Rendemen tebu yang sesuai dengan ketentuan perusahaan akan langsung diberikan surat kontrak perjanjian kerjasama. Surat perjanjian kerjasama tersebut terdiri dari pasal-pasal yang bersifat mengikat dan berlaku sejak ditandatanganinya perjanjian tersebut. Perjanjian dapat berakhir apabila ada keinginan dari salah satu pihak atau ada pihak yang melanggar perjanjian sebagai sanksi atas pelanggaran sesuai dengan kesepakatan diawal. Bagi petani tebu mitra yang menghasilkan tebu dengan rendemen dibawah rata-rata maka akan tetap diterima oleh PG Pakis Baru tetapi dengan harga yang rendah sesuai dengan besarnya rendemen yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan PG Pakis Baru tidak mentolerir harga untuk tebu yang mempunyai rendemen rendah menjadi sama dengan harga tebu yang mempunyai rendemen rata-rata. Syarat Bergabung Menjadi Petani Tebu Mitra Syarat petani tebu untuk bisa menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru adalah lokasi lahan tebu yang mudah terjangkau dengan struktur tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman tebu sehingga kualitas tebu yang dihasilkan dapat mempunyai kualitas yang baik dengan tingkat rendemen yang tinggi. Petani tebu mitra dapat mengajukan kepemilikan lahan dengan status baik kepemilikan sendiri maupun sewa atau status lainnya yaitu bengkok seperti yang terdapat pada kepemilikan lahan tebu petani mitra. Setiap petani tebu yang ingin menjadi mitra PG Pakis Baru harus menyerahkan ketentuan-ketentuan seperti jaminan atas lahan dalam bentuk bukti kepemilikan lahan bagi lahan milik sendiri, BPKB, atau dapat juga berupa uang tunai. Hal tersebut dilakukan agar petani mitra mempunyai tanggungjawab atas hasil tebu sesuai dengan kesepakatan dalam bermitra. Petani tebu mitra harus bersedia menerima pembinaan dan pengawasan dari pihak PG Pakis Baru selama proses budidaya tebunya. Hal tersebut dilakukan untuk membantu petani dalam menghadapi masalah-masalah yang mungkin

66 51 timbul selama budidaya tebu berlangsung. Selain itu, petani tebu mitra juga diwajibkan mengikuti segala peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan pihak PG Pakis Baru sesuai kesepakatan yang telah ditandatangani pada awal dimulainya kemitraan, baik kontrak kerjasama kemitraan maupun kontrak harga per periode produksi. Pembinaan dan Pengawasan Pihak Inti Salah satu kewajiban pihak inti adalah memberikan pengawasan kepada pihak plasma melalui petugas penyuluh lapang (PPL) untuk membantu petani tebu mitra yang mendapakan masalah atau kesulitan dalam menjalankan usahatani tebunya. Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pihak PG Pakis Baru antara lain mengontrol pemeliharaan tanaman tebu dan membantu petani menjaga kondisi tanaman tebu agar pada saat dipanen tebu dapat menghasilkan kualitas yang maksimal. PG Pakis Baru mempunyai PPL dengan wilayah kerja yang berbeda-beda. Hal tersebut dikarenakan untuk setiap kecamatan masing-masing mempunyai PPL yang bertugas untuk memantau dan mendampingi petani tebu mitra selama melakukan proses budidaya tebu. Pembagian wilayah kerja PPL tersebut ditujukan agar PPL fokus terhadap permasalahan yang terjadi di satu wilayah tersebut, sehingga tidak ada kerancuan dalam menyelesaikan permasalahan yang dialami petani. PPL dari PG Pakis Baru mendapatkan kesempatan dan pelatihan terkait dengan budidaya tebu untuk memperluas wawasan sehingga mampu menyalurkan wawasannya tersebut kepada petani tebu mitra. Bagi PPL yang petaninya mampu menghasilkan produk tebu sesuai standar perusahaan akan mendapatkan bonus sebagai balas jasa atas kewajibannya. Sanksi dari Pihak Inti Sanksi yang ditetapkan oleh pihak inti kepada petani tebu mitra yang melanggar perjanjian kemitraan adalah dengan cara pemotongan jumlah pinjaman yang dapat diperoleh petani tebu mitra untuk proses produksi pada periode selanjutnya. Apabila pelanggaran perjanjian yang dilakukan petani tebu mitra sudah mencapai batas tertentu seperti lebih dari 2 kali petani tebu mitra tidak menjual hasil tebunya kepada PG Pakis Baru, maka sanksi yang dijatuhkan adalah dengan pemutusan hubungan kerjasama atau menghentikan kemitraan dengan petani tebu mitra yang bersangkutan dengan meminta kembali pinjaman yang telah diberikan untuk periode tersebut. Berdasarkan karakteristik petani tebu mitra responden, maka dapat dilihat dengan menggunakan hubungan silang untuk menganalisis petani yang sudah merasa puas atas kemitraannya dengan PG Pakis Baru. Analisis hubungan silang yang dlihat berkaitan dengan hubungan antara luas lahan dan lama bermitra dengan kepuasan petani tebu mitra responden. Hal tersebut dikarenakan untuk melihat bagaimanakah pengaruh luas lahan terhadap kepuasan dari petani tebu mitra dalam pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru dan bagaimanakah lama bermitra dapat mempengaruhi kepuasan dalam kaitannya dengan pelaksanaan kemitraan petani tebu dengan PG Pakis Baru.

67 52 Table 7 Hasil hubungan antara luas lahan dengan kepuasan petani tebu mitra dalam pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru Uji hubungan antara luas lahan dengan kepuasan dalam kemitraan dengan PG Pakis Baru Puas kepuasan Tidak puas Total Luas lahan Count % within luas lahan 81.8% 18.2% 100.0% % of Total 28.1% 6.3% 34.4% Count % within luas lahan 87.5% 12.5% 100.0% % of Total 21.9% 3.1% 25.0% Count % within luas lahan 100.0%.0% 100.0% % of Total 18.8%.0% 18.8% Count % within luas lahan 100.0%.0% 100.0% % of Total 3.1%.0% 3.1% Count % within luas lahan 50.0% 50.0% 100.0% % of Total 3.1% 3.1% 6.3% Count % within luas lahan 100.0%.0% 100.0% % of Total 12.5%.0% 12.5% Total Count % within luas lahan 87.5% 12.5% 100.0% % of Total 87.5% 12.5% 100.0%

68 Berdasarkan hasil analisis hubungan antara luas lahan dengan kepuasan petani tebu mitra diatas, maka dapat disimpulkan bahwa petani tebu mitra yang merasa puas terhadap pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru adalah petani dengan luas lahan hektar. Petani dengan luas hektar merupakan petani dengan luas lahan minimal untuk bergabung menjadi petani mitra, karena salah satu syarat untuk bisa menjadi petani tebu mitra dari PG Pakis Baru adalah mempunyai lahan tebu minimal seluas 2 hektar. Pengukuran hubungan antara luas lahan dengan kepuasan yang menunjukkan hasil bahwa petani dengan luas lahan hektar sudah merasa puas atas kemitraan tersebut mengindikasikan bahwa PG Pakis Baru harus lebih meningkatkan kinerjanya sehingga petani tebu mitra dengan luas lahan yang lebih besar juga merasa puas atas kemitraan dengan PG Pakis Baru. Kepuasan dari petani dengan luas lahan yang besar dapat membantu memudahkan PG Pakis Baru untuk menambah pasokan bahan baku tebu yang digunakan dalam produksinya karena hasil dari lahan yang lebih luas akan lebih banyak sehingga jumlah persediaan tebu PG Pakis Baru juga bertambah banyak. Kepuasan petani tebu mitra juga dapat dilihat dengan menggunakan tabulasi silang antara kepuasan dengan pendidikan formal terakhir petani mitra. Petani tebu mitra dengan pendidikan yang rendah merasa puas atas kemitraan dengan PG Pakis Baru. Hal tersebut dikarenakan adanya pembinaan serta pemberian informasi dari PG Pakis Baru kepada petani mitra terkait dengan budidaya tebu yang dapat membantu petani mitra dalam menangani permasalahan yang muncul selama budidaya tebu berlangsung. Berdasarkan tabulasi silang antara kepuasan dengan pendidikan formal terakhir petani mitra, dapat dilihat bahwa petani mitra dengan tingkat pendidikan maksimal SMA/STM mempunyai tingkat kepuasan yang tinggi yaitu sebesar 72 persen jika dibandingkan dengan petani yang memiliki pendidikan formal terakhir sebagai sarjana maupun D3. 53

69 54 Table 8 Tabel hubungan silang pendidikan formal terakhir petani mitra dengan kepuasan dalam pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru Uji hubungan pendidikan formal terakhir petani mitra dengan kepuasan dalam kemitraan dengan PG Pakis Baru Pendidikan formal akhir Puas kepuasan Tidak puas Total Tidak tamat SD Count % within pendidikan akhir 66.7% 33.3% 100.0% % of Total 6.3% 3.1% 9.4% SD Count % within pendidikan akhir 75.0% 25.0% 100.0% % of Total 9.4% 3.1% 12.5% SMP Count % within pendidikan akhir 85.7% 14.3% 100.0% % of Total 18.8% 3.1% 21.9% SMA/STM Count % within pendidikan akhir 92.3% 7.7% 100.0% % of Total 37.5% 3.1% 40.6% Sarjana Count % within pendidikan akhir 100.0%.0% 100.0% % of Total 12.5%.0% 12.5% Lainnya Count % within pendidikan akhir 100.0%.0% 100.0% % of Total 3.1%.0% 3.1% Total Count % within pendidikan akhir 87.5% 12.5% 100.0% % of Total 87.5% 12.5% 100.0%

70 55 Table 9 Hasil hubungan antara lama bermitra dengan kepuasan petani tebu mitra terhadap pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru Lama bermitra (tahun) Uji hubungan lama bermitra dengan kepuasan petani mitra dalam kemitraan dengan PG Pakis Baru Puas Kepuasan Tidak puas Total 2 Count % within lama bermitra 100.0%.0% 100.0% 3 Count % within lama bermitra.0% 100.0% 100.0% 4 Count % within lama bermitra 66.7% 33.3% 100.0% 5 Count % within lama bermitra 88.9% 11.1% 100.0% 6 Count % within lama bermitra 100.0%.0% 100.0% 8 Count % within lama bermitra 100.0%.0% 100.0% 10 Count % within lama bermitra 100.0%.0% 100.0% 16 Count % within lama bermitra 100.0%.0% 100.0% 20 Count % within lama bermitra 100.0%.0% 100.0% 25 Count % within lama bermitra 100.0%.0% 100.0% Total Count % within lama bermitra 87.5% 12.5% 100.0% Berdasarkan hasil analisis hubungan antara lama bermitra dengan kepuasan petani tebu mitra diatas, dapat disimpulkan bahwa petani tebu mitra yang merasa puas terhadap pelaksanaan kemitraan dengan PG Pakis Baru adalah petani dengan lama bermitra lebih dari 2 tahun. Hal tersebut mengindikasikan bahwa petani tebu

71 56 mitra telah merasa puas atas kemitraan yang dijalankannya, karena petani tebu mitra yang merasa puas akan bertahan untuk terus menjalin mitra dengan PG Pakis Baru sehingga petani mitra akan semakin lama bermitra dengan PG Pakis Baru. ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan petani terhadap kemitraan menunjukkan kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan inti terhadap kemitraan dengan petani plasmanya. Atribut yang digunakan dalam mengevaluasi kemitraan ditentukan berdasarkan lima kelompok pembagian menurut Rangkuti, Lima dimensi yang dievaluasi dalam kemitraan tersebut yaitu keandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan (assurance), empati (emphaty), dan berwujud (tangible). Hasil penilaian ini akan menunjukkan atribut-atribut apa saja yang perlu diperbaiki kinerjanya oleh perusahaan inti untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Lima dimensi kualitas pelayanan yang diberikan PG Pakis Baru dengan menggunakan pendekatan prinsip kemitraan yaitu saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling memerlukan, serta berdasarkan etika bisnis dalam kemitraan yaitu adanya karakter, integritas, dan kejujuran, kepercayaan, komunikasi yang terbuka, adil, keinginan pribadi dari pihak bermitra, serta adanya keseimbangan antara insentif dan risiko, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 11 atribut yang diukur tingkat kepentingan dan kinerjanya. Dimana tingkat kepentingan dari atribut tersebut merupakan harapan dari petani tebu mitra responden. Atribut yang diukur tingkat kepentingan dan kinerjanya adalah sebagai berikut : 1 Prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru (dimensi kualitas pelayanan responsiveness dengan prinsip saling menguntungkan karena prosedur penerimaan menjadi mitra mudah dan terbuka serta terdapat perjanjian tertulis, dan pihak PG Pakis Baru mendapatkan tambahan jumlah pasokan tebu sebagai bahan baku produksinya dari petani tebu yang menjadi mitranya dengan etika bisnis karakter yaitu petani tebu yang telah melaksanakan usahatani tebu selama minimal dua tahun, integritas tinggi, kejujuran dalam pelaksanaan kemitraan, kepercayaan dari petani tebu mitra kepada PG Pakis Baru dan kepercayaan dari PG Pakis Baru terhadap petani tebu mitra, serta adanya keinginan pribadi dari pihak yang bermitra untuk dapat menghasilkan nilai tambah dengan adanya hubungan kemitraan seperti untuk meningkatkan modal dan keuntungan) 2 Kualitas bibit yang disediakan oleh PG Pakis Baru (dimensi kualitas pelayanan tangible dengan prinsip saling menguntungkan karena petani dimudahkan dalam perolehan bibit dan PG Pakis Baru yang akan diuntungkan karena kualitas bibit yang disediakan oleh PG Pakis Baru adalah bibit unggul yang cepat tumbuh dan menghasilkan tebu dengan kualitas baik dengan etika bisnis kemitraan adanya keseimbangan antara insentif dan risiko karena dengan adanya bibit unggul yang dibantu PG

72 Pakis Baru dalam penyediannya, petani akan menggunakan bibit unggul dalam budidaya tebunya sehingga risiko gagal panen dapat diminimalisir) 3 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru (dimensi kualitas pelayanan reliability dengan prinsip saling memerlukan karena dalam proses budidayanya petani mitra membutuhkan informasi atau tambahan pengetahuan terkait proses budidaya tebu untuk dapat menghasilkan tebu yang manis dan rendemennya tinggi serta kualitas yang baik seperti batang tebu yang lurus, dan PG Pakis Baru memerlukan petani untuk kelangsungan produksinya karena petani mitra menghasilkan tebu yang digunakan sebagai bahan baku produksi PG Pakis Baru dengan etika bisnis kemitraannya adalah komunikasi yang terbuka agar dapat memunculkan ide atau gagasan baru untuk menghasilkan tebu dengan kualitas maupun kuantitas yang lebih baik) 4 Kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra (dimensi kualitas pelayanan yang adalah emphaty dengan prinsip saling memerlukan karena petani memerlukan adanya pendamping yang mampu menemani petani mitra selama proses budidaya tebu berlangsung sehingga dapat mengurangi permasalahan petani tebu mitra, dan PG Pakis Baru memerlukan petani tebu mitra karena petani mitra dapat menghasilkan tebu yang digunakan sebagai bahan baku produksi PG Pakis Baru dengan etika bisnis adalah komunikasi yang terbuka karena akan membantu memunculkan ide atau gagasan dalam menyikapi permasalahan yang dirasakan oleh petani tebu mitra selama budidaya berlangsung) 5 Frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra yang diadakan oleh PG Pakis Baru (dimensi kulitas pelayanannya adalah reliability dengan prinsip saling memperkuat karena dengan adanya pembinaan kepada petani tebu mitra akan semakin meningkatkan kemampuan dari petani tebu mitra dan dapat memantau keadaan tebu petani mitra selama proses budidaya sehingga dapat lebih terjamin kualitas dari tebu hasil petani mitra yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi PG Pakis Baru yang akan mempengaruhi gula yang dihasilkan, etika bisnis kemitraan dari atribut ini adalah adanya keseimbangan antara intensif dan risiko karena dengan adanya pembinaan yang tepat waktu maka dapat membantu petani dalam menghadapi permasalahan selama budidaya berlangsung yang dapat mengurangi tingkat risiko gagal panen oleh petani tebu mitra yang berdampak pada produksi PG Pakis Baru) 6 Penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani mitra (dimensi kualitas pelayanannya adalah reliability dengan prinsip saling menguntungkan karena PG Pakis Baru menetapkan standar tebu hasil petani mitra dengan menggunakan standar secara umum yang mudah dipenuhi oleh petani tebu mitra yaitu bersih, manis, dan segar yang akan berpengaruh terhadap gula yang dihasilkan oleh PG Pakis Baru karena apabila standar tebu sudah terpenuhi, maka gula yang dihasilkan juga akan berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan nilai jual dari gula tersebut. Etika bisnis kemitraan yang digunakan adalah kepercayaan, karena PG Pakis Baru percaya bahwa dengan standar yang ditetapkan menganut penetapan standar secara umum, maka petani tebu mitra akan 57

73 58 mampu memenuhi standar yang ditetapkan sehingga hasil tebunya akan memuaskan, selain itu petani mitra percaya bahwa dalam penentuan standar tersebut PG Pakis Baru tidak akan melakukan kecurangan dalam penentuannya) 7 Respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu (dimensi kualitas pelayanannya adalah responsiveness dengan prinsip saling memerlukan karena petani memerlukan respon yang cepat dan tanggap dari PG Pakis Baru dalam mengatasi permasalahan yang muncul dan PG Pakis Baru memerlukan petani tebu mitra untuk mendapatkan pasokan bahan baku tebu yang digunakan dalam produksinya. Etika bisnis kemitraan yang dijalankan adalah keseimbangan antara intensif dan risiko, hal tersebut dikarenakan dengan adanya respon dari PG Pakis Baru atas keluhan petani tebu mitra maka akan dapat meminimalisir kerugian akibat kegagalan dari petani tebu mitra) 8 Kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar (dimensi kualitas pelayanannya adalah reliability dengan prinsip saling menguntungkan karena harga tebu yang ditetapkan oleh PG Pakis Baru lebih tinggi daripada PG lainnya dengan kadar rendemen yang sama sehingga petani merasa untung dengan menjual tebu ke PG Pakis Baru dan petani lebih loyal untuk menjual tebu hasil produksinya ke PG Pakis Baru, dimana keuntungan yang diperoleh PG Pakis Baru adalah kontinuitas dalam perolehan bahan baku tebu dari petani mitra untuk proses produksi PG Pakis Baru. Etika bisnis kemitraan yang terdapat pada atribut ini adalah adil karena harga disesuaikan dengan kualitas tebu yang dihasilkan, dan kualitas tebu tersebut merupakan hasil dari usaha petani selama proses budidaya) 9 Kecepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru (dimensi kualitas pelayanannya adalah responsiveness dengan prinsip saling menguntungkan karena petani mendapatkan hasil dari budidayanya dengan cepat untuk dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan petani baik untuk keperluan usaha tani tebu selanjutnya maupun untuk keperluan pribadi lainnya, sehingga petani akan merasa puas terhadap pembayaran hasil panennya yang akan mendorong petani untuk terus menjual hasil tebunya kepada PG Pakis Baru sehingga jumlah pasokan bahan baku PG Pakis Baru terus meningkat. Etika bisnis kemitraan yang terdapat dalam atribut ini adalah keseimbangan antara insentif dan risiko karena PG Pakis Baru melakukan pembayaran terhadap hasil panen petani tebu mitra secara cepat dan tepat waktu sebagai balasan dari adanya usaha yang dilakukan oleh petani mitra dalam menghasilkan tebu sesuai dengan yang diharapkan oleh PG Pakis Baru) 10 Adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani mitra oleh PG Pakis Baru (dimensi kelitas pelayanannya adalah tangible dengan prinsip saling memperkuat karena adanya bantuan tebang angkut yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra dapat memudahkan petani dalam proses penebangan tebu dan pengangkutan tebu dari lahan petani menuju ke PG Pakis Baru, selain itu dengan adanya bantuan tebang angkut tebu dari PG Pakis Baru juga dapat menjamin keadaan tebu (mengurangi risiko

74 59 kerusakan tebu akibat mobilisasi tebu dari lahan ke PG Pakis Baru) dan menjamin ketepatan waktu tiba di PG Pakis Baru sehingga tidak mengurangi kualitas dari tebu yang dihasilkan petani mitra. Etika bisnis yang digunakan dalan atribut ini adalah adil karena pihak PG Pakis Baru telah melakukan pengorbanan dengan memberikan bantuan tebang angkut kepada petani tebu mitra untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar) 11 Adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra (dimensi kualitas pelayanannya adalah emphaty dengan prinsip saling menguntungkan karena terdapat kemampuan dan kekuatan yang sama dalam bermitra tetapi terdapat posisi tawar yang setara berdasarkan peran dari masing-masing pelaku mitra yaitu PG Pakis Baru dan petani tebu mitra dan tidak ada eksploitasi atau perasaan dirugikan dari penetapan standar tebu hasil petani tebu mitra yang berhak mendapatkan kompensasi datau bonus dari PG Pakis Baru. Etika bisnis dalam atribut ini adalah adil yaitu karena ditunjukkan dari adanya pengorbanan yang dilakukan oleh petani tebu mitra untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, dimana pengorbanan yang dilakukan petani tebu mitra tidak berbentuk negatif atau merugikan tetapi bersifat positif yaitu dengan berkorban dalam arti mengikuti segala aturan dan bimbingan yang diberikan oleh PG Pakis Baru selama budidaya tebunya berlangsung) Analisis Kesesuaian Skor Kepentingan dan Kinerja Tingkat kesesuaian petani tebu mitra merupakan presentase perbandingan antara total skor kinerja atau kepuasan dengan total skor kepentingan atau harapan. Skor kinerja atau kepuasan menunjukkan pelaksanaan serta pelayanan yang telah diberikan PG Pakis Baru selama kemitraan berlangsung berdasarkan masing-masing atribut yang telah ditetapkan. Skor kepentingan atau harapan menunjukkan sejauh mana harapan dan keinginan petani tebu mitra terhadap jalannya kemitraan sesuai dengan atribut yang telah ditetapkan. Petani tebu mitra responden dianggap puas terhadap kinerja suatu atribut bila tingkat kesesuaiannya lebih dari atau sama dengan seratus persen. Sebaliknya, bila tingkat kesesuaian atribut kurang dari seratus persen maka petani tebu mitra responden belum puas terhadap kinerja atribut tersebut. Tingkat kesesuaian atribut kemitraan antara PG Pakis baru dengan petani tebu mitranya dapat dilihat pada tabel 4.

75 60 Table 10 Tingkat kesesuaian atribut berdasarkan skor kepentingan dan kinerja menurut petani tebu mitra responden No Atribut Skor Kepentingan Skor Kinerja Tingkat Kesesuaian (%) Prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru (responsiveness) Kualitas bibit yang disediakan oleh PG Pakis Baru (tangible) Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru (reliability) Kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra (emphaty) Frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra yang diadakan oleh PG Pakis Baru (reliability) Penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani mitra (reliability) Respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu (responsiveness) Kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar (reliability) Kecepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru (responsiveness) Adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani mitra oleh PG Pakis Baru (tangible) Adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra (emphaty)

76 Berdasarkan tabel 10, dapat diketahui bahwa dari 11 atribut hanya 4 atribut yang memiliki tingkat kesesuaian atribut lebih dari seratus persen, yaitu prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru, kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar, kecepatan pembayaran hasil panen petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru, dan adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra. Nilai kesesuaian atribut yang melebihi seratus persen tersebut menunjukkan bahwa petani tebu mitra sudah puas dengan kinerja dari atribut tersebut. Atribut mengenai respon PG Pakis Baru terhadap keluhan petani tebu mitra terkait budidaya tebu mempunyai tingkat kesesuaian paling rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani tebu mitra masih belum puas dengan kesigapan PG Pakis Baru dalam menanggapi keluhan petani yang masih tergolong lambat. PG Pakis Baru harus mampu memahami apa yang diinginkan oleh petani mitra untuk meningkatkan kualitas pelayanannya dalam upaya memuaskan kebutuhan petani tebu mitra. Untuk meningkatkan kualitas pelayanan PG Pakis Baru, maka perlu dilihat seberapa penting atribut-atribut kemitraan yang telah diberikan kepada petani tebu mitra, serta seberapa puas petani terhadap atributatribut kemitraan tersebut. 61

77 62 Importance Performance Analysis (IPA) Table 11 Koordinat nilai kinerja (x) terhadap kepentingan (y) pada matriks IPA No Atribut Kinerja Kepentingan (X) (Y) Kuadran Input Prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru (responsiveness) II Kualitas bibit yang disediakan oleh PG Pakis Baru (tangible) II Produksi Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru (reliability) IV Kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra (emphaty) I Frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra yang diadakan oleh PG Pakis Baru (reliability) III Penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani mitra (reliability) III Respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu (responsiveness) I Output Kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar (reliability) II Kecepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru (responsiveness) II Adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani mitra oleh PG Pakis Baru (tangible) III Adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra IV

78 63 (emphaty) Rata-rata Metode Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk menggolongkan atribut-atribut pelayanan kemitraan kedalam skala prioritas sehingga dapat diukur sejauh mana kinerja atribut pelayanan yang dilaksanakan oleh PG Pakis Baru serta sejauh mana pelaksanaan atribut-atribut tersebut mempengaruhi harapan petani tebu mitra sehingga petani merasa puas. Berdasarkan tabel 5, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata dari tingkat kinerja adalah 3,28. Atribut-atribut dengan nilai kinerja diatas rata-rata berjumlah 6 atribut. Tingkat kepentingan mempunyai nilai rata-rata 3,47 dan atribut yang mempunyai nilai diatas rata-rata tersebut berjumlah 6 atribut. Untuk dapat melihat posisi atribut di dalam skala prioritas, maka digunakan matriks kepentingankinerja. Posisi koordinat suatu atribut dalam matriks ditentukan dari skor kepentingan dan kinerja, dimana skor kinerja menjadi matriks X dan skor kepentingan menjadi matriks Y. Matriks kepentingan-kinerja menggolongkan atribut menjadi empat kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III, dan kuadran IV. Atribut yang berada pada kuadran I merupakan atribut dengan tingkat kepentingan tinggi tetapi kepuasan rendah dimana atribut yang berada di kuadran I merupakan prioritas utama yang dianggap penting pengaruhnya bagi kepuasan petani tebu mitra, tetapi dalam kenyatannya PG Pakis Baru belum melaksanakannya sesuai dengan harapan petani tebu mitra sehingga petani mitra merasa belum puas. Atribut yang berada pada kuadran II merupakan atribut yang tingkat kepentingan dan tingkat kepuasannya tinggi. Atribut yang berada pada kuadran II merupakan atribut yang harus dipertahankan karena merupakan atribut yang dianggap penting oleh petani mitra dan telah dilaksanakan oleh PG Pakis Baru sesuai dengan harapan petani tebu mitra sehingga petani tebu mitra merasa puas. Pada kuadran III, atribut memiliki tingkat kepentingan dan kepuasan yang rendah. Hal tersebut dikarenakan atribut yang berada pada kuadran III merupakan atribut yang kurang diprioritaskan karena sering dianggap penting oleh petani tebu mitra tetapi dalam pelaksanaannya PG Pakis Baru melakukannya dengan biasa saja. Atribut yang berada pada kuadran IV yang mempunyai tingkat kepentingan rendah dan kepuasan tinggi. Atribut pada kuadran IV merupakan atribut yang dianggap berlebihan oleh petani tebu mitra karena dianggap kurang penting oleh petani tetapi pihak PG Pakis Baru melaksanakannya secara berlebihan. Matriks yang menggambarkan tingkat kepentingan-kinerja responden petani tebu mitra dapat dilihat pada gambar 19.

79 Kepentingan 64 Importance Performance Analysis Kemitraan Petani Tebu dengan PG Pakis Baru, Pati, Jawa Tengah 3,8 7 3,28 9 3,7 4 3, , ,47 3,4 3,3 3, ,1 2,50 2,75 3,00 3,25 Kinerja 3,50 3,75 4,00 Gambar 19 Diagram Kartesius Hasil Perhitungan IPA Keterangan : 1 = Prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru 2 = Kualitas bibit yang disediakan oleh PG Pakis Baru 3 = Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru 4 = Kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra 5 = Frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru 6 = Penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani tebu mitra 7 = Respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu 8 = Kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar 9 = Ketepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru 10 = Adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru 11 = Adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra Berdasarkan gambar 19, dapat dilihat bahwa masih terdapat dua atribut yang harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kepuasan petani tebu mitra terhadap jalannya kemitraan. Kedua atribut tersebut adalah kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra dan respon PG

80 Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan oleh petani tebu mitra terkait budidaya tebu. Atribut yang harus dipertahankan kinerjanya adalah prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru, kualitas bibit yang diberikan oleh PG Pakis Baru, kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga jual di pasar, kecepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru. Atribut dengan prioritas rendah diantaranya adalah frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru, penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani tebu mitra, dan adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru. Atribut yang dianggap berlebihan adalah pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru dan adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra. Berikut adalah penjelasan mengenai atribut-atribut yang diukur berdasarkan analisis IPA : 1. Prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru Berdasarkan survey yang dilakukan kepada petani tebu mitra responden, prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru tergolong tidak rumit dan mudah serta pelayanannya sangat ramah. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh petani tebu untuk dapat menjalin kemitraan dengan PG Pakis Baru juga dinilai mudah. Hal tersebut dikarenakan petani tidak harus mempersiapkan syarat-syarat yang rumit untuk bisa bekerjasama dengan PG Pakis Baru. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh petani tebu untuk memulai melaksanakan kemitraan dengan PG Pakis Baru adalah dengan mengirimkan sampel tebu yang akan diperiksa dan diseleksi oleh pihak PG Pakis Baru. Hal tersebut bertujuan agar PG Pakis Baru dapat memperoleh tebu yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan untuk produksinya. Atribut prosedur penerimaan kemitraan PG Pakis Baru ini berada pada kuadran II, dimana perusahaan inti harus mempertahankan kinerja atribut tersebut karena pelaksanaannya yang dianggap sangat penting dan sangat memuaskan. 2. Kualitas bibit yang disediakan oleh PG Pakis Baru Kualitas bibit tebu yang diberikan oleh PG Pakis Baru dinilai sangat memuaskan petani tebu mitra. Kualitas bibit tebu merupakan salah satu faktor utama yang mendukung keberhasilan usahatani tebu. Petani tebu responden menyatakan bahwa tebu yang dihasilkannya sebagian besar dapat mencapai rendemen yang tinggi dengan melebihi nilai rendemen standar yaitu 7. Hal tersebut dikarenakan salah satu faktor pendukungnya adalah kualitas bibit tebu yang unggul. Atribut kualitas bibit tebu yang disediakan oleh PG Pakis Baru menempati kuadran II, dimana perusahaan harus tetap mempertahankan kualitas benih tebunya karena dianggap penting dan dianggap sudah sangat memuaskan oleh petani tebu mitra. 3. Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru Menurut petani tebu mitra responden, pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra dianggap berlebihan dalam menunjang kegiatan usahatani tebu. Atribut pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping ini terletak pada kuadran IV, dimana atribut dinilai berlebihan oleh petani tebu mitra. Berlebihan yang dirasakan petani terletak dari adanya pelatihan yang diadakan PPL dalam mengatasi masalah selama budidaya tebu seperti untuk mengantisipasi masalah 65

81 66 kekurangan pupuk yang dialami petani. Tugas PPL menurut petani hanyalah sebatas pemantauan dan pendampingan selama proses budidaya tebu berlangsung. 4. Kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra Atribut kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra tergolong kedalam kuadran I yang merupakan prioritas utama dalam meningkatkan kepuasan petani tebu mitra. Atribut ini dianggap penting oleh petani tebu mitra dikarenakan petani merasa kesulitan dalam menghadapi permasalahan selama proses budidaya tebunya karena terbatas oleh teknologi dan pengetahuan yang digunakan sehingga petani berharap bahwa pendamping akan mudah untuk dihubungi dan ditemui petani mitra apabila mereka mengalami permasalahan dalam budidaya tebunya. Namun pada kenyataannya, pendamping dari PG Pakis Baru cukup sulit untuk ditemui. Hal tersebut dikarenakan pendamping yang disediakan oleh PG Pakis Baru dalam satu wilayah kerja jumlahnya sangat terbatas, sehingga petani merasakan kurang puas atas pendamping dari PG Pakis Baru. 5. Frekuensi pembinaan kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru Berdasarkan survey yang dilakukan kepada petani tebu mitra responden, atribut frekuensi pembinaan kepada petani dinilai kurang penting dalam pengaruhnya bagi petani. Hal tersebut dikarenakan petani merasa kurang perlunya pembinaan yang diberikan dari PG Pakis Baru kepada petani. Petani tebu mitra menganggap bahwa mereka telah terbiasa dan mampu melakukan usahatani tebu dengan baik berdasarkan pengalaman yang telah dilaluinya. Selain itu, petani juga memanfaatkan petani tebu lain untuk saling bertukar informasi atau pengalaman dalam menghadapi permasalahan budidaya tebu. Frekuensi pembinaan dari PG Pakis Baru juga dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga atribut ini tergolong pada kuadran III yaitu dinilai kurang penting bagi petani, dan kinerjanya yang kurang memuaskan. 6. Penetapan standar produksi oleh PG Pakis Baru terkait tebu yang dihasilkan petani tebu mitra Atribut penetapan standar tebu digunakan untuk memenuhi tebu yang diperlukan PG Pakis Baru untuk menjalankan produksinya. Pihak PG Pakis Baru sebagai pihak inti menetapkan standar tebu hasil petani mittra yang digunakan untuk proses penggilingannya seperti segar, manis, dan bersih. Atribut penetapan standar produksi terletak pada kuadran III dimana atribut pada kuadran III dinilai kurang penting bagi petani dan kinerjanya dianggap kurang memuaskan. Penilaian yang diberikan petani tebu mitra terhadap standar produksi dinilai berdasarkan tingkat kesulitan petani tebu mitra untuk memenuhinya. Selain itu, penilaian juga dilakukan berdasarkan manfaat dari petani tebu mitra yang mampu memenuhi standar sesuai dengan yang ditetapkan PG Pakis Baru seperti ada atau tidaknya bonus yang diterima petani tebu mitra apabila petani tebu mitra dapat memenuhi standar produksi yang ditetapkan PG Pakis Baru tersebut. 7. Respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu Penilaian yang diberikan petani tebu mitra terkait dengan respon PG Pakis Baru dalam menanggapi keluhan petani adalah penting dan kurang memuaskan. Hal tersebut dikarenakan PG Pakis Baru belum cukup tanggap terhadap keluhankeluhan petani tebu mitra seperti terkait dengan rendahnya rendemen tebu yang

82 dihasilkan yang disebabkan dari kurang tepatnya pengelolaan lahan dan tanaman tebu selama proses budidaya berlangsung. Atribut respon terhadap keluhan petani tebu mitra tersebut tergolong kedalam kuadran I yang berarti respon PG Pakis Baru terhadap keluhan petani tebu dianggap sebagai prioritas utama oleh petani tebu mitra tetapi PG Pakis baru kurang maksimal dalam pelaksanaanya sehingga tidak memuaskan petani tebu mitra. 8. Kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar Penentuan harga tebu petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru dihitung berdasarkan nilai rendemen tebu yang telah diukur oleh PG Pakis Baru. Selanjutnya dalam penentuan harga yang harus dibayarkan PG Pakis Baru terhadap tebu yang dihasilkan petani tebu mitra dilakukan juga dengan melalui lelang sesuai dengan harga gula saat dilaksanakannya lelang tersebut. Harga tebu yang ditentukan berdasarkan proses lelang gula kepada investor-investor gula dapat mempengaruhi harga tebu yang harus dibayarkan oleh PG Pakis Baru. Adanya penentuan harga berdasarkan lelang tersebut menyebabkan harga yang diterima petani tidak jauh berbeda dengan harga dipasaran. Harga yang ditetapkan oleh PG Pakis Baru lebih tinggi daripada harga dipasaran. Harga di PG Pakis berkisar antara Rp 600-Rp 650/kw, sedangkan harga di pasaran hanya berkisar antara Rp 450-Rp 550/kw. Hal tersebut mendukung semakin tingginya pendapatan yang diterima petani tebu mitra. Atribut kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu dipasar menempati kuadran II yang berarti PG Pakis Baru harus mempertahankan kinerjanya yang sudah baik. Petani menganggap bahwa harga jual tebu petani mitra yang lebih tinggi dari harga pasar dapat membantu petani dalam meningkatkan pendapatannya, sehingga petani sangat merasa puas. 9. Ketepatan pembayaran hasil panen kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru Ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh PG Pakis Baru merupakan hal yang dianggap penting oleh petani tebu mitra karena hasil dari pembayaran tersebut akan diputar dan digunakan kembali untuk modal dalam menjalankan usahatani tebu pada periode selanjutnya. Atribut ketepatan pembayaran hasil panen menempati kuadran II. Hal tersebut berarti PG Pakis Baru telah membayar hasil panen tebu petani mitra tepat pada waktunya yaitu paling lambat adalah seminggu setelah penetapan harga yang harus dibayarkan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra sehingga petani tebu mitra merasa puas dan PG Pakis Baru diharapkan dapat mempertahankan kinerjanya dengan baik. 10. Adanya bantuan tebang angkut tebu kepada petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru Bantuan tebang angkut yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra termasuk kedalam kuadran III yang berarti atribut bantuan tebang angkut yang diberikan PG Pakis Baru dianggap kurang penting pengaruhnya bagi petani dan pelaksanaannya dari PG Pakis Baru dianggap biasa-biasa saja. Petani menganggap bahwa bantuan tebang angkut yang diberikan PG Pakis Baru tidak berpengaruh penting bagi petani dikarenakan tidak adanya perubahan signifikan dalam pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani tebu mitra, sehingga petani merasa kurang puas atas bantuan tebang angkut. Petani tebu mitra tetap mengeluarkan biaya meskipun telah terdapat bantuan tebang angkut dari PG Pakis Baru seperti biaya tenaga tebang angkut. 67

83 Adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra Pemberian bonus dilakukan oleh PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra yang mampu memenuhi standar sesuai yang ditetapkan oleh PG Pakis Baru. Selain itu, kompensasi juga diberikan kepada petani tebu mitra yang mampu menghasilkan tebu dengan rendemen yang tinggi dan dalam jumlah maksimal, sehingga dapat membantu perusahaan dalam menghasilkan gula secara maksimal. Atribut pemberian kompensasi kepada petani tebu mitra termasuk kedalam kuadran IV yang berarti berlebihan. Petani menganggap pemberian kompensasi kepada petani mitra yang berhasil menghasilkan tebu dengan rendemen tinggi sangat berlebihan. Hal tersebut dikarenakan rendemen tebu yang terkandung pada tebu petani mitra tidak selalu tinggi, karena tingkat rendemen tebu dipengaruhi oleh struktur tanah dan curah hujan pada lokasi budidaya. Tetapi petani merasa puas atas kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru karena dinilai kompensasi tersebut setara dengan usaha petani dalam menghasilkan tebu sesuai kriteria yang ditentukan PG Pakis Baru. Perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan petani tebu mitra secara keseluruhan. Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar harapan petani tebu mitra dapat dipenuhi oleh PG Pakis Baru, sehingga untuk menentukan tingkat kepuasan petani tebu mitra terhadap kemitraan dengan PG Pakis Baru dilakukan secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari 11 atribut kemitraan yang diukur. Penelitian ini menganggap petani tebu mitra sebagai konsumen dari pelayanan jasa kemitraan yang diberikan oleh PG Pakis Baru. Hasil perhitungan CSI terhadap 11 atribut kemitraan kepada petani tebu mitra adalah sebesar 94.5 persen. Angka tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan petani tebu mitra merasa sangat puas atas kemitraan yang telah dijalin dengan PG Pakis Baru, karena nilai tersebut berada pada kisaran Hal tersebut menunjukkan bahwa pelayanan dalam kemitraan antara PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra sudah cukup maksimal dan memberikan kepuasan kepada petani tebu mitra, namun masih perlu dilakukan perbaikan terhadap atribut pelayanan kemitraan terutama bagi atribut yang berada pada kuadran I yaitu kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra dan respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu untuk semakin meningkatkan kepuasan petani tebu mitra. Atribut tersebut dinilai penting bagi petani karena dapat membantu petani dalam mengatasi permasalahan yang dialami selama proses budidaya berlangsung dan dapat membantu petani mengatasi risiko yang terjadi dari permasalahan yang muncul dalam budidaya tebu yang dilaksanakan. Hasil analisis tingkat kepuasan terhadap atribut kemitraan antara PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra dapat dilihat pada tabel 12 di bawah ini.

84 69 Table 12 Hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI) Atribut Rataan Tingkat WF Rataan Tingkat WS Kepentingan (%) Kepuasan (%) Total Customer Satisfaction Index (%) 94.5 % SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pola kemitraan yang dijalankan oleh PG Pakis Baru dengan petani tebu mitra adalah pola kemitraan inti plasma. Pola kemitraan ini dipilih untuk mencapai tujuan win-win solution kedua belah pihak. Pihak inti pada kemitraan inti plasma membantu pihak plasma dalam hal permodalan dengan cara memberikan bantuan bibit tebu dengan kualitas terjamin dengan rendemen yang tinggi dan tingkat pertumbuhan yang cepat. Selain itu, bantuan modal juga diberikan berupa pinjaman dengan tingkat bunga rendah yang bekerjasama dengan Bank Rakyat Indonesia yang dicairkan melalui koperasi tebu PG Pakis Baru. Pihak plasma dalam kemitraan berpola inti plasma sering menjadi pihak yang posisinya lemah karena perjanjian yang ditetapkan merupakan keputusan dari pihak inti yang harus diterima apa adanya tanpa ada perundingan terlebih dahulu mengenai isi perjanjian tersebut. Prosedur penerimaan kemitraan yang ditetapkan secara jelas dan mudah, syarat-syarat menjadi petani tebu mitra yang tidak terlalu sulit untuk dipenuhi, serta hak dan kewajiban pihak inti maupun pihak plasma sudah tercantum pada kontrak perjanjian tersebut. Harga tebu hasil petani mitra dan pembayarannya juga tercantum pada surat perjanjian kontrak. Atribut yang memiliki tingkat kepentingan tinggi tetapi kinerja yang dihasilkannya rendah (kuadran I) berdasarkan perhitungan IPA adalah kemudahan pendamping untuk dihubungi dan ditemui oleh petani tebu mitra dan respon PG Pakis Baru terhadap keluhan yang dirasakan petani tebu mitra terkait budidaya tebu. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesesuaian skor kepentingan dan kinerja, kedua atribut mempunyai tingkat kesesuaian terendah dan menjadi prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya. Dalam pelaksanaan kemitraan terdapat beberapa kesalahan seperti penjualan hasil tebu petani mitra yang dijual ke PG selain PG Pakis Baru. Harga tebu yang ditetapkan di PG Pakis Baru dihitung berdasarkan

85 70 rendemen yang dihasilkan dan lelang gula pada saat tersebut. Petani tebu mitra merasakan kepuasan terhadap atribut prosedur penerimaan kemitraan di PG Pakis Baru, kesesuaian harga jual tebu petani mitra dengan harga tebu di pasar, kecepatan pembayaran hasil panen petani tebu mitra oleh PG Pakis Baru, dan adanya kompensasi yang diberikan PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra. Hal tersebut dapat dilihat dari tingkat kesesuaian kinerja dengan kepentingan atribut kemitraan yang mempunyai nilai lebih dari 100 persen. Berdasarkan perhitungan Customer Satisfaction Index, petani tebu mitra tergolong sangat puas atas pelayanan kemitraan yang dapat dilihat dari hasil perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI). Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan, masih terdapat banyak penyimpangan dalam pengiriman tebu hasil petani mitra ke PG Pakis Baru. Penyimpangan tersebut dilihat dari banyaknya petani tebu yang mengirimkan tebunya ke PG Pakis Baru pada saat pabrik akan melakukan produksi tanpa memperhatikan kondisi dari tebu yang dikirimkan tersebut. Tebu yang dikirimkan dengan hanya memperhatikan waktu produksi PG akan memaksa petani untuk memanen tebunya dalam kondisi apa adanya seperti belum cukup umur dan rendemen yang belum maksimal. Dari permasalahan tersebut, maka dapat disarankan kepada PG Pakis Baru untuk lebih menyeleksi tebu hasil petani mitra yang akan diberikan kompensasi sehingga petani lebih memperhatikan kondisi tebu yang dikirimnya. Standar penentuan kualitas tebu yang ditetapkan oleh PG Pakis Baru dan digunakan sebagai patokan dari perhitungan rendemen tebu adalah bersih, sehat, dan manis. Dalam perhitungan rendemen tebu, sering terjadi kesalahan seperti adanya kolusi antara pegawai PG bagian rendemen dengan petani. tidak setiap tebu dengan kondisi bersih, segar, dan manis mempunyai rendemen yang tinggi dan tebu dengan kondisi cacat atau tingkat kebersihan, kemanisan, dan kesegarannya mempunyai rendemen yang rendah. Adanya kolusi antara pegawai PG dengan petani tebu mitra akan sangat berbahaya bagi PG karena apabila petani tidak bisa berkolusi, maka dia akan berpindah ke PG lain yang berarti jumlah pasokan tebu yang digunakan sebagai bahan baku produksi akan berkurang. Sehingga dengan adanya permasalahan tersebut, sebaiknya pihak PG lebih memperhatikan pegawai yang menangani masalah perhitungan rendemen tebu hasil petani mitra. Pelaksaan pendampingan dan penyuluhan dari pihak PG kepada petani tebu mitra sebaiknya dilakukan dengan jadwal yang rutin dan terjangkau karena petani tebu mitra memerlukan bantuan penyuluh dari PG Pakis Baru untuk membantu menangani permasalahan yang dihadapi petani selama proses budidaya berlangsung. Karena dalam kenyataannya, pendampingan dan penyuluhan dari PG Pakis Baru kepada petani tebu mitra belum dilaksanakan secara rutin atau dilaksanakan secara rutin dalam jangka waktu yang lama seperti 4-6 bulan sekali. Pelaksanaan pendampingan dan penyuluhan dengan rentang waktu yang lama membuat petani kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya.

86 71 DAFTAR PUSTAKA Aritonang R, L Kepuasan Pelanggan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Aminah E dan Sutarman DC Analisis Multivariat : Analisis IPA dan CSI. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. [BKPM] Badan Koordinasi Penanaman Modal Sentra Produksi Tebu Indonesia. Jakarta (ID). [BPS] Badan Pusat Statistik Total Pendapatan Domestik Bruto Semua Sektor. Jakarta (ID). [BPS] Badan Pusat Statistik Jawa Tengah Daerah Penghasil Tebu Terbesar di Jawa Tengah. Semarang (ID). [DGI] Dewan Gula Indonesia Daerah Penghasil Tebu Terbesar di Indonesia. Jakarta (ID). Firwiyanto Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan Kota Depok. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Hafsah, Muhammad Jafar Kemitraan Usaha : Konsepsi dan Strategi. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan. Iftaudin Kajian Kemitraan Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usahatani Efisiensi Faktor Produksi (Kasus Kemitraan Petani Udang Windu di Desa Banjar Panji, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur dengan PT. Atina). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Irawan H Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Kartika, Dini Analisis Kemitraan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging PT Inti Agro Prospek. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Kotler Manajemen Pemasaran. Jakarta (ID): Prentince Hall. Kusumah, Mantera Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Lestari, Meylani Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan PT X di Yogyakarta. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Marliana Analisis Manfaat dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Petani Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Lettuce di PT Saung Mirwan. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Rangkuti Measuring Cunsomer Satisfaction. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama. Satria, Tiara Asri Analisis Rencana Kemitraan Antara Petani Kacang Tanah Dengan CV Mitra Priangan (Kasus Pada Petani Kacang Tanah di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

87 72 Sumarwan Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta (ID): Ghalia Indah. Supranto, J Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Widianto Pemberdayaan Komunitas Petani Melalui Program Kemitraan Agribisnis Paprika (Studi Kasus Kampung Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung). [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

88 L A M P I R A N 73

89 74 Lampiran 1 Kuesioner penelitian terhadap kepentingan dan kinerja atas kepuasan petani tebu mitra terhadap kemitraannya dengan PG Pakis Baru TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KEMITRAAN I. Tingkat Kepentingan Petunjuk Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan harapan anda terhadap pelaksanaan kemitraan PG Pakis Baru dengan petani mitra. Berilah tanda pada kolom jawaban yang anda pilih. II. Tingkat Kinerja Petunjuk Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan apa yang anda rasakan terhadap pelaksanaan kemitraan PG Pakis Baru dengan petani mitra. Berilah tanda pada kolom jawaban yang anda pilih. No Atribut 1 Prosedur penerimaan menjadi petani mitra PG PAKIS BARU yang mudah, jelas, dan terdapat perjanjian tertulis. 2 Kualitas bibit yang diberikan PG PAKIS BARU merupakan jenis bibit unggul (cepat tumbuh dan menghasilkan tebu dengan kualitas yang baik). 3 Pendamping mempunyai pengetahuan mengenai budidaya tebu serta mampu berkomunikasi dengan petani secara baik, jelas, dan mudah dimengerti oleh petani. 4 Kemudahan dalam menghubungi dan menemui pendamping setiap waktu saat petani membutuhkan. 5 Aktivitas pendampingan yang dilakukan oleh PG PAKIS BARU terhadap petani tebu mitra dengan periode waktu tertentu (misal : 2 kali seminggu) selama 1 kali musim tanam sehingga dapat mengurangi permasalahan yang dirasakan petani selama periode 1 kali musim tanam. 1 Sangat Tidak Penting 2 Tidak Penting Kepentingan 3 Penting 4 Sangat Penting 1 Sangat Tidak Baik 2 Tidak Baik Kinerja 3 Baik 4 Sangat Baik

90 75 No Atribut 6 Terdapat SOP yang jelas berkaitan dengan hasil produksi tebu petani mitra yang sesuai dengan keperluan produksi pabrik seperti yang telah disepakati. 1 Sangat Tidak Penting Kepentingan 2 Tidak Penting 3 Penting 4 Sangat Penting 1 Sangat Tidak Baik 2 Tidak Baik Kinerja 3 Baik 4 Sangat Baik 7 PG PAKIS BARU harus cepat tanggap terhadap keluhankeluhan yang dirasakan petani tebu mitra dan segera mencari solusi terhadap keluhan petani tebu mitra tersebut. 8 Harga jual hasil panen yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra sesuai dengan penetapan harga yang telah disepakati bersama melihat dari kualitas dan jumlah tebu yang dihasilkan petani tebu mitra. 9 Pembayaran hasil panen petani mitra oleh PG PAKIS BARU dilakukan tepat waktu dengan cara yang telah disepakati. 10 Pemberian bantuan dalam hal penebangan dan pengangkutan hasil panen tebu petani mitra oleh PG Pakis Baru dari lokasi budidaya sampai ke pabrik untuk membantu memudahkan petani tebu mitra serta dapat membantu mengurangi biaya yang harus dikeluarkan oleh petani tebu mitra. 11 Adanya kompensasi atau bonus yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra yang berhasil menghasilkan tebu sesuai dengan SOP dan jumlah yang telah disepakati bersama antara PG PAKIS BARU dan petani tebu mitra.

91 76 Lampiran 2 Indikator penilaian petani tebu terhadap kinerja dari atribut kemitraan 1. Penilaian saya terhadap prosedur penerimaan menjadi petani mitra PG PAKIS BARU : 4 = (Sangat mudah) jika prosedur pzenerimaan menjadi petani mitra mudah, jelas, terdapat perjanjian tertulis serta ingin terus melanjutkan kemitraan dengan PG PAKIS BARU. 3 = (Mudah) jika prosedur penerimaan menjadi petani mitra PG PAKIS BARU mudah. 2 = (Tidak mudah) jika prosedur penerimaan menjadi petani mitra PG PAKIS BARU sulit. 1 = (Sangat tidak mudah) jika prosedur penerimaan menjadi petani mitra PG PAKIS BARU sangat sulit, tidak jelas, tidak terdapat perjanjian tertulis, dan merugikan petani. 2. Penilaian saya terhadap bantuan bibit dari PG PAKIS BARU : 4 = (Sangat berkualitas) jika kualitas bibit yang diberikan PG PAKIS BARU merupakan bibit unggul (cepat tumbuh dan menghasilkan tebu dengan kualitas yang baik) yang diperoleh secara tepat waktu. 3 = (Berkualitas) jika bibit yang diberikan PG Pakis Baru dapat diperoleh tepat waktu. 2 = (Tidak berkualitas) jika kualitas bibit yang diberikan PG PAKIS BARU menghasilkan tebu dengan kualitas yang kurang baik. 1 = (Sangat tidak berkualitas) jika sulit untuk mendapatkan bibit yang telah disediakan oleh PG PAKIS BARU. 3. Penilaian saya terhadap pendamping dari PG PAKIS BARU : 4 = (Sangat menguasai lapang dan sangat interaktif) jika pendamping yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani mempunyai pengetahuan yang baik mengenai budidaya tebu serta mempu berkomunikasi secara baik, jelas, dan mudah dimengerti oleh petani. 3 = (Menguasai lapang) jika pendamping yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani mempunyai pengetahuan yang baik mengenai budidaya tebu. 2 = (Tidak menguasai lapang) jika pendamping yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani tidak mempunyai pengetahuan yang baik mengenai budidaya tebu. 1 = (Sangat tidak menguasai lapang dan tidak interaktif) jika pendamping yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani tidak mempunyai pengetahuan yang baik mengenai budidaya tebu serta tidak mempu berkomunikasi secara baik dan jelas, serta sulit dimengerti oleh petani. 4. Penilaian saya terhadap kemudahan dalam menghubungi dan menemui pendamping yang diberikan PG PAKIS BARU : 4 = (Sangat membantu dan mudah dihubungi) jika pendamping yang diberikan PG PAKIS BARU mudah dihubungi dan ditemui ketika petani membutuhkan serta mengayomi petani tebu mitra dan membantu petani tebu mitra menemukan solusi untuk kendala yang dihadapi selama kegiatan budidaya tebu berlangsung.

92 3 = (Mudah dihubungi) jika pendamping yang diberikan PG PAKIS BARU mudah dibungi dan ditemui saat petani membutuhkan. 2 = (Tidak dapat dihubungi) jika pendamping yang diberikan PG PAKIS BARU sulit dihubungi saat petani membutuhkan. 1 = (Sangat sulit dihubungi dan ditemui dan sangat mengecewakan petani) jika pendamping yang diberikan PG PAKIS BARU tidak melaksanakan tugasnya sebagai pendamping bagi petani tebu mitra. 5. Penilaian saya terhadap aktivitas pendampingan yang dilakukan oleh PG PAKIS BARU terhadap petani tebu mitra dengan periode waktu tertentu secara rutin (misal : 2 kali seminggu) selama 1 kali musim tanam sehingga dapat mengurangi permasalahan yang dirasakan petani selama periode 1 kali musim tanam: 4 = (Dilakukan dengan sangat rutin dan sangat membantu petani) jika aktivitas pendampingan yang dilakukan oleh PG PAKIS BARU terhadap petani tebu mitra dilakukan secara rutin sesuai jadwal yang telah ditetapkan sehingga dapat memantau perkembangan usahatani petani tebu mitra serta dapat mengurangi permasalahan yang dirasakan oleh petani mitra. 3 = (Dilakukan secara rutin tetapi masih belom dapat membantu petani) jika aktivitas pendampingan yang dilakukan oleh PG PAKIS BARU terhadap petani tebu mitra dilakukan secara rutin tetapi masih belum dapat mengurangi permasalahan yang dirasakan oleh petani mitra. 2 = (Tidak memuaskan) jika aktivitas pendampingan yang dilakukan oleh PG PAKIS BARU terhadap petani tebu mitra dilakukan secara tidak rutin dan belum dapat mengurangi permasalahan yang dirasakan oleh petani mitra. 1 = (Sangat tidak memuaskan) jika aktivitas pendampingan yang seharusnya dilakukan oleh PG PAKIS BARU terhadap petani tebu mitra tidak pernah dilakukan. 6. Penilaian saya terhadap penetapan SOP yang ditetapkan oleh PG PAKIS BARU terkait dengan hasil produksi tebu petani mitra : 4 = (Sangat memuaskan) jika SOP yang ditetapkan PG PAKIS BARU jelas, wajar, dan dapat diterima oleh petani terkait dengan hasil produksi tebu petani mitra yang sesuai dengan keperluan produksi pabrik. 3 = (Memuaskan) jika SOP yang ditetapkan PG PAKIS BARU dapat diterima oleh petani dengan baik terkait dengan hasil produksi tebu petani mitra. 2 = (Tidak memuaskan) jika SOP yang ditetapkan PG PAKIS BARU tidak wajar dan mengandung banyak ketentuan yang tidak dapat diterima oleh petani terkait dengan hasil produksi tebu petani mitra. 1 = (Sangat tidak memuaskan) jika SOP yang ditetapkan PG PAKIS BARU memberatkan petani tebu mitra bahkan dapat memicu kerugian bagi petani tebu mitra. 7. Penilaian saya terhadap PG PAKIS BARU dalam menyikapi keluhan-keluhan yang dirasakan petani tebu mitra : 4 = (Sangat tanggap terhadap keluhan petani) jika PG PAKIS BARU cepat tanggap dalam menyikapi keluhan-keluhan petani mitra dan segera membantu mencari solusi terhadap keluhan petani tebu mitra tersebut. 4 = (Tanggap terhadap keluhan petani) jika PG PAKIS BARU cepat tanggap dalam menyikapi keluhan-keluhan petani mitra. 77

93 78 2 = (Kurang tanggap dalam menyikapi keluhan petani) jika PG PAKIS BARU terlalu lama menanggapi keluhan-keluhan petani mitra. 1 = (Sangat tidak peduli terhadap keluhan petani) jika PG PAKIS BARU tidak peduli dan mengabaikan keluhan petani tebu mitra tersebut. 8. Penilaian saya terhadap penetapan harga hasil panen oleh PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra : 4 = (Sangat memuaskan) jika penetapan harga hasil panen oleh PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra dilakukan dengan cara yang disepakati bersama (misal : lelang) serta melihat dari kualitas dan jumlah tebu yang dihasilkan oleh petani tebu mitra. 3 = (Memuaskan) jika penetapan harga hasil panen oleh PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra sesuai dengan rendemen tebu yang dihasilkan. 2 = (Tidak memuaskan) jika penetapan harga hasil panen oleh PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra ditetapkan dengan nilai yang rendah tanpa melihat dari kualitas tebu. 1 = (Sangat tidak memuaskan) jika penetapan harga hasil panen ditetapkan sepihak oleh PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra ditentukan sepihak oleh PG PAKIS BARU dengan harga yang jauh lebih rendah dari hasil tebu tersebut. 9. Penilaian saya terhadap pembayaran hasil panen petani mitra oleh PG PAKIS BARU : 4 = (Sangat sesuai dan tepat waktu) jika pembayaran hasil panen tebu oleh PG PAKIS BARU dilakukan tepat waktu dengan cara yang telah disepakati sesuai harga yang telah ditetapkan. 3 = (Sesuai kesepakatan) jika pembayaran hasil panen tebu oleh PG PAKIS BARU sesuai dengan harga yang telah disepakati. 2 = (Tidak tepat waktu) jika pembayaran hasil panen tebu oleh PG PAKIS BARU dilakukan tidak tepat waktu. 1 = (Sangat mengecewakan dan terlalu lama) jika pembayaran hasil panen tebu oleh PG PAKIS BARU ditunda-tunda dengan berbagai alasan secara sepihak. 10. Penilaian saya terhadap adanya bantuan yang diberikan dalam hal penebangan dan pengangkutan hasil panen tebu petani mitra oleh PG PAKIS BARU : 4 = (Sangat memuaskan, memudahkan, dan menguntungkan petani mitra) jika PG PAKIS BARU memberikan bentuan terkait penebangan dan pengangkutan hasil panen petani tebu mitra dari lokasi produksi tebu sampai ke pabrik baik secara langsung maupun tidak langsung (berupa uang) untuk mengurangi biaya yang harus dikeluarkan petani serta memberikan jaminan dalam ketepatan jumlah dan waktu tiba tebu di pabrik. 3 = (Memudahkan petani mitra) jika terdapat bantuan yang diberikan PG PAKIS BARU dalam kegiatan tebang dan angkut hasil panen petani tebu mitra oleh PG PAKIS BARU dengan ketentuan yang mudah diterima dan dipenuhi petani. 2 = (Tidak memberikan manfaat bagi petani mitra) jika bantuan dari PG PAKIS BARU dalam hal penebangan dan pengangkutan hasil panen tidak sesuai dengan yang diperlukan petani tebu mitra.

94 1 = (Sangat mengecewakan petani mitra) jika bantuan penebangan dan pengangkutan hasil panen yang seharusnya dilakukan oleh PG PAKIS BARU tidak dilakukan seperti seharusnya. 11. Penilaian saya terhadap adanya kompensasi atau bonus yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra: 4 = (Sangat memuaskan dan sesuai kesepakatan) jika kompensasi atau bonus yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra disesuaikan dengan keberhasilan petani dalam menghasilkan tebu sesuai dengan SOP dan jumlah yang telah disepakati bersama antara PG PAKIS BARU dan petani tebu mitra. 3 = (Memuaskan) jika kompensasi atau bonus yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra disesuaikan dengan hasil tebu yang dihasilkan petani tebu mitra. 2 = (Tidak memuaskan) jika kompensasi atau bonus yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra hanya bila tebu hasil produksinya mampu menghasilkan rendemen yang tinggi yang telah ditentukan PG PAKIS BARU. 1 = (Sangat tidak memuaskan) jika tidak terdapat kompensasi atau bonus yang diberikan PG PAKIS BARU kepada petani tebu mitra sama sekali. 79

95 80 Proses Pengangkutan Tebu Hasil Petani Mitra Setelah Proses Penebangan Proses Pengangkutan Tebu Hasil Petani Mitra Tebu diproses Setelah Tiba di Pabrik Gula Kegiatan Petani Tebu Mitra Responden di Lahan Kegiatan Petani Tebu Mitra Responden di Lahan

96 81 Kegiatan Petani Tebu Mitra Responden di Lahan Petani Tebu Mitra Responden Tebu PG Pakis Baru Petani Tebu Mitra Responden

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia Jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem kemitraan pertanian seperti sekarang, pada awalnya sistem kemitraan ini lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) SKRIPSI MEYLANI LESTARI H34066081 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ

KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ KAJIAN KEPUASAN PETANI TEBU RAKYAT TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PABRIK GULA XYZ Oleh : Raden Luthfi Rochmatika A14102089 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana strategis tahun 2010-2014 adalah terwujudnya pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pabrik gula merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia karena pabrik gula bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok, kebutuhan industri lainnya, dan penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun, secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dilakukan secara individu oleh seluruh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemitraan 2.1.1 Pola dan Aturan Kemitraan Bentuk serta pola kemitraan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan Kemitraan merupakan sebuah istilah konsep kerjasama yang dikenal di Indonesia. Di negara lain terdapat tiga mekanisme dasar yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU RAKYAT KERJASAMA USAHATANI (TRKSU) DAN PETANI TEBU RAKYAT MANDIRI (TRM) DENGAN PABRIK GULA CANDI BARU DI KECAMATAN CANDI- SIDOARJO SKRIPSI Diajukan Oleh: RIANA DWIJAYANTI NPM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Subsektor hortikultura merupakan bagian dari sektor pertanian yang mempunyai peran penting dalam menunjang peningkatan perekonomian nasional dewasa ini. Subsektor ini

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR ANALISIS TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN TERHADAP MINUMAN TEH SIAP MINUM (READY TO DRINK) MEREK TEH BOTOL SOSRO DI JAKARTA TIMUR Oleh : NOVA RESKI SEPTINA K A14104117 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI DIAN SAPUTRA H34096021 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh : RIKA PURNAMASARI A14302053 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember Kemitraan Agribisnis Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net KEMITRAAN AGRIBISNIS Teori Kemitraan Menurut Martodireso, dkk, (2001) dalam Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama

Lebih terperinci

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia pangan bagi

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran sektor pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata dalam pembentukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sangat luas dan sebagian besar masyarakatnya bergerak dalam bidang pertanian. Sektor pertanian tidak saja sebagai penyedia kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris terbesar di dunia. Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari sektor agribisnis. Agribisnis merupakan suatu sistem yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan besar untuk menggerakkan roda perekonomian. Pada saat usaha besar tidak mampu mempertahankan eksistensinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang terpenting setelah udara dan air, serta merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus segera terpenuhi untuk mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas yang mempunyai posisi strategis dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2000 sampai tahun 2005 industri gula berbasis tebu merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman 24 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usahatani Tebu 2.1.1 Budidaya Tebu Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimum dan dicapai hasil yang diharapkan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan ayam pedaging di Indonesia dimulai sejak tahun 1960, berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan masyarakat, mulai dari usaha skala rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan penting di dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya di negaranegara sedang berkembang yang

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR KEISTY LAW PRIBADI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan hidupnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sektor usaha, dimana masing-masing sektor memberikan kontribusinya terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung (Zea mays L) merupakan salah satu komoditas pertanian yang memiliki peran penting yaitu sebagai makanan manusia dan ternak. Indonesia merupakan salah satu penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi Indonesia, sehingga peranan sektor pertanian dalam pembangunan tidak perlu diragukan lagi. Pemerintah memberikan amanat

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian menjadi salah satu sektor penting dalam pembangunan untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Menurut Pujiasmanto (2012), sektor ini akan berperan dalam

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang pernah melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 telah menimbulkan berbagai dampak yang serius. Dampak yang timbul akibat krisis ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA Oleh : Reni Kustiari Pantjar Simatupang Dewa Ketut Sadra S. Wahida Adreng Purwoto Helena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perekonomian di Indonesia tidak bisa dipungkiri salah satunya didorong oleh sektor pertanian. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menyumbang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula Subsistem Input Subsistem Usahatani II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Agribisnis Gula 2.1.1 Subsistem Input Subsistem input merupakan bagian awal dari rangkaian subsistem yang ada dalam sistem agribisnis. Subsistem ini menjelaskan pasokan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) dimana sektor pertanian menduduki posisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan oleh masyarakat. Sektor pertanian adalah sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia dilihat dari aspek kontribusinya terhadap PDB, penyediaan lapangan kerja, penyediaan penganekaragaman menu makanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai tantangan, baik dari faktor internal ataupun eksternal (Anonim, 2006a). Terkait dengan beragamnya

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci