II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan"

Transkripsi

1 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemitraan Pola dan Aturan Kemitraan Bentuk serta pola kemitraan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tersebut. Pada penelitian Damayanti (2009) yang berjudul Kajian Keberhasilan Pelaksanaan Kemitraan dalam Meningkatkan Pendapatan Antara Petani Semangka di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dengan CV Bimandiri diketahui bahwa jenis kontrak kemitraan yang terjalin antara CV Bimandiri dengan petani semangka ini adalah kontrak harga, dimana perusahaan menerapkan harga flat atau harga datar. Kemitraan yang berlangsung antara kedua belah pihak tidak dalam bentuk pemberian modal. CV Bimandiri hanya memberikan bantuan suplai bibit semangka serta pembinaan petani dalam hal budidaya, pengendalian hama serta menjamin pasar dari semangka Baby Black yang dihasilkan oleh petani. Aturan kemitraan yang diterapkan perusahaan ini dirumuskan ke dalam memo kesepakatan dimana di dalamnya telah dirumuskan hak dan kewajiban CV Bimandiri sebagai perusahaan mitra serta hak dan kewajiban petani mitra. Hak petani mitra antara lain adalah mendapatkan harga jual sesuai dengan yang disepakati serta mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari perusahaan. Sedangkan kewajiban petani mitra adalah menanam semangka sesuai dengan jumlah dan kriteria yang ditetapkan perusahaan. Pola kemitraan lainnya diantaranya adalah kemitraan yang terjalin antara perusahaan agribisnis peternakan Rudi Jaya PS dengan peternak plasma ayam broiler di Kecamatan Sawangan kota Depok yang diidentifikasi oleh Firwiyanto (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler. Pola kemitraan yang dikembangkan oleh perusahaan tersebut adalah kemitraan inti plasma yang terdiri dari dua model, yaitu kemitraan sistem bagi hasil dan sistem kontrak. Pada sistem bagi hasil, aturan pembagiannya adalah 50 persen-50 persen, sedangkan pada sistem kontrak aturan pembagiannya adalah 25 persen untuk peternak dan 75 persen untuk perusahaan.

2 Sistem kemitraan yang diterapkan Rudi Jaya SP berdasarkan rasa saling percaya, tanpa ada perjanjian kontrak secara tertulis. Peternak hanya disyaratkan menyediakan kandang, baik kandang milik sendiri ataupun kandang sewa, serta semua peralatan kandang. Sedangkan perusahaan menyediakan seluruh input yang dibutuhkan oleh peternak dalam proses budidaya ayam broiler, seperti DOC, pakan dan obat-obatan. Sistem kemitraan inti plasma juga diidentifikasi oleh Lestari (2009) dalam penelitiannya mengenai Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternakan Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada PT X di Yogyakarta. Pola Kemitraan yang dijalankan oleh PT X merupakan kemitraan tertutup dimana pihak peternak plasma tidak diperbolehkan menjual hasil panen atau memasok sarana produksi ternak dari pihak selain PT X. Kontrak kemitraan PT X dengan peternak plasma ayam broiler terdiri dari kontrak perjanjian kerjasama, kontrak harga sapronak dan kontrak harga panen. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) diterapkan oleh PT Sierad Produce. Deshinta (2006) dalam penelitiannya mengenai Peranan Kemitraan terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Broiler mengidentifikasi bahwa kerjasama kemitraan diatur dalam dokumen tertulis yang disebut surat kesepakatan. Kesepakatan dalam kontrak maupun surat perjanjian haruslah dipatuhi dan dilaksanakan oleh kedua belah pihak. Deshinta (2006) dalam penelitiannya mengidentifikasi bahwa apabila dalam kesepakatan antara PT Sierad Produce dengan peternak mitra terjadi perselisihan maka akan ditempuh dengan jalan musyawarah. Apabila peternak menimbulkan kerugian, maka akan dikenakan sanksi yang sesuai dengan kesepakatan. Kemitraan yang terjalin antara PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) dengan petani penangkar benih padi mitra merupakan kemitraan inti plasma dimana PT. SHS menyediakan lahan, sarana produksi, bantuan biaya panen serta memberikan pembinaan kepada petani plasma sementara petani menyediakan tenaga kerja dan melakukan kegiatan budidaya. Kemitraan ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kerjasama (SPK) yang berisi kesepakatan yang harus ditaati oleh kedua belah pihak. Selain melalui SPK, kemitraan antara PT. SHS dengan petani penangkar benih mitra diatur dalam peraturan tidak tertulis yang telah disepakati 13

3 bersama. Pelanggaran terhadap kesepakatan yang dilakukan oleh petani mitra akan dikenakan sanksi dimana petani bersedia dikeluarkan dari kemitraan Manfaat dan Kendala dalam Kemitraan Pelaksanaan kemitraan memberikan manfaat bagi perusahaan mitra maupun petani mitra yang melaksanakannya. Pada kasus kemitraan yang dilaksanakan oleh perusahaan CV Bimandiri dalam penelitian Damayanti (2009), manfaat yang diperoleh perusahaan adalah ketersediaan produk sesuai dengan kriteria yang diterapkan secara kontinyu, sehingga kebutuhan akan produk untuk pasar terpenuhi. Selain itu, CV Bimandiri juga mendapatkan nilai lebih dari pelanggan karena dapat menyediakan produk yang berkualitas dan kontinyu sehingga permintaan dari pelanggan terus meningkat. Sedangkan manfaat yang diperoleh petani mitra diantaranya adalah mendapatkan bimbingan teknis oleh tim penyuluh dari CV Bimandiri mengenai cara-cara bercocok tanam semangka yang baik, cara penanggulangan hama dan informasi-informasi pertanian, sehingga petani beranjak menjadi petani yang maju dan berwawasan, sehingga dapat menghasilkan produk yang baik dan berkualitas. Manfaat yang paling utama didapat oleh petani adalah adanya jaminan pasar yang pasti. Pelaksanaan kemitraan tidak terlepas dari kendala-kendala. Kendala yang dihadapi oleh CV Bimandiri dalam melaksanakan kemitraan adalah kegagalan panen akibat kondisi cuaca yang tidak menentu, serta keterbatasan modal petani. Hal ini disebabkan tidak adanya bantuan oleh CV Bimandiri dalam bentuk modal. Kendala utama yang dihadapi adalah munculnya pesaing baru semangka Baby Black. Pada kasus PT. Garudafood yang diidentifikasi oleh Aryani (2009) mengenai Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, kemitraan memberikan manfaat bagi perusahaan maupun petani mitra. Manfaat yang diperoleh perusahaan adalah dapat memenuhi kebutuhan bahan baku. Sedangkan manfaat yang diperoleh petani mitra adalah adanya jaminan pasar untuk hasil produksi kacang tanahnya, adanya kepastian harga, meningkatkan pendapatan petani, dan menambah pengetahuan petani mengenai budidaya 14

4 melalui pembinaan. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kemitraan di antaranya adalah masih adanya petani mitra yang menjual hasil produksinya ke perusahaan lain, penggunaan pupuk yang tidak sesuai anjuran, panen lebih awal dari yang dianjurkan, serta PT. Garudafood yang juga membeli kacang tanah dari petani non mitra dengan harga yang sama dari petani mitra. Manfaat lain dari kemitraan yang diidentifikasi oleh Deshinta (2006) terutama bagi peternak antara lain adalah mendapatkan pinjaman sapronak, menambah ilmu dan pengetahuan, pemasaran hasil panen, serta adanya kontrol dari perusahaan dan bimbingan teknis mengenai budidaya. Pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani penangkar benih mitra memberikan manfaat baik bagi perusahaaan maupun bagi petani mitra. Walaupun demikian, pelaksanaan kemitraan juga menghadapi berbagai macam kendala dan permasalahan terutama mengenai pembayaran hasil panen dan penjualan hasil panen yang menyimpang dari kesepakatan kerjasama yang telah ditentukan sebelumnya Evaluasi Kemitraan Evaluasi kemitraan dilakukan dengan melihat kesesuaian antara ketentuan dan realisasi dari atribut yang digunakan dalam penelitian. Dengan adanya evaluasi diharapkan dapat dilihat sejauh mana kedua belah pihak telah menjalankan hak dan kewajibannya. Prastiwi (2010) mengidentifikasi bahwa berdasarkan hasil analisis matriks evaluasi kemiitraan diketahui bahwa sebagian besar atribut kemitraan yang dianalisis pada PT Galih Estetika tidak memiliki kesesuaian antara ketentuan dengan realisasi. Dari sepuluh atribut yang dianalisis, enam atribut memiliki ketidaksesuaian antara ketentuan dengan realisasi. Hasil penelitian Aryani (2009) menunjukkan bahwa pihak PT Garudafood maupun petani mitra berusaha untuk menjalankan kewajibannya sebaik mungkin sesuai dengan surat perjanjian kerjasama. Dari ketujuh belas atribut, hanya terdapat tiga atribut yang masih tidak sesuai dengan ketentuan. Melalui penelitiannya, Deshinta (2006) menilai pelaksanaan kemitraan antara PT. Sierad Produce dengan peternak ayam broiler telah berjalan dengan baik, karena dari dua 15

5 belas atribut yang tercantum dalam kesepakatan hak dan kewajiban terdapat tiga aspek yang pelaksanaannya masih belum sesuai. Dalam mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani penangkar benih padi mitra dilakukan dengan melihat kesesuaian antara realisasi pelaksanaan kemitraan dengan kesepakatan kerjasama. Kesepakatan kerjasama dalam penelitian ini merupakan kesepakatan yang tertulis dalam SPK serta kesepakatan tidak tertulis yang telah ditentukan sebelumnya. Kesepakatan kerjasama dirumuskan ke dalam enam belas atribut evaluasi kemitraan. Berdasarkan keenam belas atribut tersebut dianalisis permasalahan yang terjadi di dalam kemitraan. Selain itu, dengan melihat tanggapan masing-masing pelaku terhadap pelaksanaan kemitraan dapat diketahui manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kemitraan tersebut. 2.2 Kepuasan Petani terhadap Kemitraan Dalam pelaksanaan kemitraan perlu pula dikaji tingkat kepuasan petani mitra. Hal ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan dilihat dari sisi konsumen produk kemitraan, yaitu petani mitra. Firwiyanto (2008) melakukan penelitian mengenai tingkat kepuasan peternak terhadap kemitraan ayam broiler. Perhitungan dilakukan untuk menemukan indeks tingkat kepuasan peternak terhadap pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budidaya dan pelayanan pasca panen dengan penentuan bobot berdasarkan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan Customer Satisfaction Index (CSI). Melalui analisis IPA diketahui atribut dari kemitraan yang berada pada kuadran I, dimana atribut tersebut tingkat kinerjanya belum optimal dan harus menjadi prioritas untuk ditingkatkan. Disamping itu, kinerja atribut pada kuadran II harus tetap dipertahankan, dan meningkatkan kinerja atribut kuadran III setelah perbaikan kinerja atribut kuadran I. Secara keseluruhan peternak mitra merasa puas terhadap kinerja atribut kemitraan yang dilaksanakan oleh perusahaan inti. Hal ini dilihat dari nilai CSI sebesar 0,74 atau 74 persen. Penelitian lain yang mengukur kepuasan petani mitra menggunakan metode IPA dan CSI dilakukan oleh Lestari (2009). Berdasarkan hasil analisis, dari tujuh belas atribut, didapatkan empat atribut yang memiliki tingkat 16

6 kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya dinilai masih rendah oleh peternak plasma sehingga digolongkan ke dalam Kuadran I, yaitu kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan pemberian bonus. Hasil analisis kesesuain juga menunjukkan bahwa keempat atribut tersebut memiliki nilai kesesuaian yang rendah. Walaupun begitu, secara keseluruhan peternak plasma merasa puas terhadap kinerja atribut-atribut yang terdapat dalam kemitraan. Hal ini diketahui dari nilai CSI sebesar 63,38 persen, dimana nilai ini berada pada skala puas. Metode IPA dan CSI juga digunakan untuk melihat tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kerjasama dengan PT. SHS. Melalui metode IPA diketahui tingkat kepentingan dan kepuasan masing-masing petani terhadap atribut kepuasan yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga nantinya dapat diperoleh atribut yang menjadi prioritas utama dalam memperbaiki kinerja pelaksanaan kemitraan. Atribut yang menjadi atribut kepuasan dalam penelitian ini adalah prosedur penerimaan mitra, kualitas benih pokok, harga benih pokok, harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma, pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma, respon inti terhadap keluhan petani, bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman, pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping, pendamping mudah ditemui dan dihubungi, bantuan biaya panen, ketepatan waktu pemberian biaya panen, penyediaan sarana transportasi untuk panen, harga beli hasil panen serta ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Dengan menggunakan metode CSI dapat diketahui kepuasan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan secara keseluruhan. 2.3 Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Petani Penelitian terdahulu mengenai pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani telah beberapa kali dilaksanakan. Sebagian besar penelitian tersebut bertujuan untuk mengevaluasi kemitraan yang telah dilakukan, mengetahui pengaruh dari kemitraan itu sendiri terhadap pendapatan usahatani dari pelaku kemitraan tersebut, serta perbandingannya dengan pelaku usahatani mandiri. Penelitian terdahulu mengenai perbandingan tingkat pendapatan antara petani 17

7 mitra dengan petani non mitra telah dilakukan oleh Aryani (2009), Puspitasari (2009), Dhesinta (2006) dan Firwiyanto (2008). Penelitian Aryani (2009) mengenai Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, membandingkan tingkat pendapatan petani yang bermitra dengan PT Garudafood dan petani yang melakukan usahatani Kacang Tanah secara mandiri (petani non mitra). Berdasarkan penelitian, diketahui R/C rasio atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 2,77 sedangkan pada petani non mitra sebesar 1,92. Dari kedua nilai rasio tersebut diketahui bahwa usahatani kacang tanah yang dilakukan petani mitra dan petani non mitra sama-sama menguntungkan. Namun keuntungan yang diperoleh petani mitra lebih besar dibandingkan dengan keuntungan petani non mitra. Apabila dilihat dari R/C rasio atas biaya total, R/C rasio atas biaya total petani mitra sebesar 1,47 sedangkan petani non mitra sebesar 0,96. Dari R/C rasio atas biaya total, diketahui bahwa petani mitra mendapatkan keuntungan, sebaliknya R/C rasio atas biaya total pada petani mitra menggambarkan adanya kerugian. Selain itu, berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai dan biaya total petani mitra lebih besar, bila dibandingkan dengan petani non mitra. Berdasarkan analisis usahatani serta R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total disimpulkan bahwa dengan mengikuti kemitraan, maka petani akan mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan tidak bermitra. Pengaruh positif kemitraan juga ditemukan pada penelitian Puspitasari (2009) mengenai Pengaruh Kemitraan Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Petani Kakao di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kemitraan inti plasma yang dilakukan oleh PT. Pagilarang dengan petani kakao anggota kelompok tani Ngupadikoyo meningkatkan penerimaan petani mitra, dimana penerimaan petani mitra lebih besar apabila dibandingkan dengan pendapatan petani non mitra. Kemitraan juga berpengaruh terhadap tingkat efisiensi usahatani kakao antara petani mitra dan non mitra. Hal tersebut dilihat dari nilai R/C rasio di mana R/C rasio petani mitra lebih besar dibandingkan dengan R/C rasio petani non mitra. 18

8 Kedua penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa kemitraan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani. Hal sebaliknya ditemukan pada penelitian Deshinta (2006) dan Firwiyanto (2008), dimana kemitraan memberikan pengaruh negatif terhadap pendapatan petani. Deshinta (2006) mengidentifikasi bahwa jumlah pendapatan peternak mitra lebih rendah dibandingkan peternak mandiri, karena peternak mitra menanggung biaya yang lebih besar dari peternak mandiri. Selain itu, dari hasil uji terhadap pendapatan total didapat hasil bahwa kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Sedangkan Firwiyanto (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa walaupun tingkat pendapatan yang diperoleh peternak mitra lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri, namun hal tersebut cukup sepadan bagi peternak yang tidak memiliki modal. Kemitraan masih menjadi solusi untuk mengatasi masalah permodalan karena peternak mitra masih dapat tetap berusaha dan memperoleh pendapatan walaupun tidak memiliki modal. Kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani terutama dalam peningkatan pendapatan. Untuk melihat pengaruh dari pelaksanaan kemitraan terhadap pendapatan petani mitra dilakukan analisis pendapatan terhadap petani penangkar benih mitra dan kemudian dibandingkan dengan pendapatan petani penangkar benih padi non mitra. 2.4 PT. Sang Hyang Seri sebagai Produsen Benih Padi Beberapa penelitian terkait dengan PT. Sang Hyang Seri telah dilakukan sebelumnya, diantaranya oleh Alviah (2007), Noviyanty (2005) dan Roslinawati (2007). Penelitian tersebut difokuskan pada kegiatan PT. Sang Hyang Seri terutama yang berhubungan dengan benih padi. Alviah (2007) meneliti mengenai Analisis Efektifitas Strategi Promosi Benih Padi dan Palawija pada PT. Sang Hyang Seri (PERSERO), di Desa Dukuh, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi promosi PT. Sang Hyang Seri menampilkan keunggulan dari produk dan dilakukan secara gencar ketika hampir tiba masa tanam. Bentuk-bentuk promosi yang dilakukan oleh PT. Sang Hyang Seri adalah promosi secara Above The Line 19

9 (ATL) menggunakan media cetak (koran, majalah, kemasan luar, brosur, buklet, poster, billboard, dan spanduk) maupun media elektronik (radio dan televisi) serta Below The Line (BTL) melalui promosi penjualan (demplot, Farm Field Day, pameran dan expo, hadiah), humas dan publisitas, penjualan pribadi serta pemasaran langsung. Efektifitas promosi PT. Sang Hyang Seri diukur melalui dampak komunikasi dan penjualan. Dampak komunikasi promosi benih Sang Hyang Seri dengan menggunakan tingkat brand awarness, diperoleh hasil bahwa produk benih PT. Sang Hyang Seri telah menjadi top of mind di benak responden. Hasil EPIC Model menunjukkan hasil dimana responden menilai promosi yang dilakukan PT. Sang Hyang Seri sudah efektif. Namun bila dilihat masing-masing dimensi, hanya dimensi dampak serta dimensi empati yang termasuk kategori efektif, sedangkan dimensi persuasi dan komunikasi masih tergolong kriteria cukup efektif. Untuk mengukur kecenderungan hubungan biaya promosi dengan jumlah penjualan, digunakan analisis korelasi dan analisis linear berganda. Hasil analisis korelasi menunjukkan hubungan positif dan searah antara biaya promosi dengan jumlah penjualan. Selain itu, dari hasil analisis linier berganda diketahui bahwa model layak dan biaya promosi mempengaruhi jumlah penjualan secara nyata. Penelitian lain dilakukan oleh Noviyanty (2005) mengenai Analisis Efisiensi Supply Chain Produk Benih Padi pada PT. Sang Hyang Seri (PERSERO). Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Sang Hyang Seri (PERSERO) berada dalam kondisi supply chain yang belum optimal. Hal ini disebabkan oleh belum adanya kerjasama dengan mata rantai di hilir seperti distributor dan kios. Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan model SCOR, diketahui bahwa elemen sumber untuk pesanan merupakan elemen yang sangat kritikal untuk proses pelaksanaan. Untuk dapat mengoptimalkan aliran-aliran informasi mulai dari jadwal pengiriman calon benih padi, penerimaan calon benih padi, verifikasi calon benih padi, pemindahan calon benih padi dan pembayaran terhadap suppliers, maka terdapat ukuran-ukuran pelaksanaan untuk tiap aliran-aliran informasi yang harus diperhatikan, seperti kehandalan, ketanggapan, fleksibilitas, biaya, dan aset. 20

10 Berdasarkan hasil penelitian setiap aliran informasi memiliki ukuran pelaksanaan yang berbeda-beda. Berbeda dengan kedua penelitian sebelumnya, Roslinawati (2007) melakukan penelitian mengenai Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa metode perusahaan dalam menentukan harga pokok produksi tidak termasuk ke dalam metode Full Costing, Variabel Costing maupun Activity Based Costing. Rata-rata harga pokok produksi dengan menggunakan metode full costing maupun variable costing memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan metode perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perbedaan dalam menganalisis biaya. Pada metode perusahaan, biaya pengemasan yang merupakan biaya pemasaran dimasukkan ke dalam perhitungan harga pokok produksi (biaya produksi). Metode full costing yang menghasilkan harga pokok produksi di bawah harga pokok produksi metode perusahaan dan di atas harga pokok produksi dengan metode variable costing, dianggap paling tepat karena berada di tengahtengah, artinya tidak terlalu tinggi maupun rendah. Harga pokok produksi yang terlalu tinggi akan menghasilkan harga jual yang tinggi dan menyulitkan petani. Sedangkan harga pokok produksi yang terlalu rendah akan menyebabkan dicabutnya subsidi karena perusahaan dianggap mampu berdiri sendiri. 2.5 Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian-penelitian terdahulu mengenai pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani menunjukkan bahwa kemitraan memberikan pengaruh positif terhadap pendapatan, dimana petani mitra memperoleh pendapatan lebih tinggi dibandingkan petani non mitra. Walaupun beberapa penelitian menunjukkan hasil sebaliknya, namun kemitraan tetap memberikan manfaat dan menjadi solusi bagi petani dalam hal ketersediaan modal dan pendapatan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada komoditas yang akan diteliti. Penelitian ini akan meneliti mengenai perbandingan tingkat pendapatan antara petani mitra dengan petani non mitra yang melakukan penangkaran benih padi, dimana penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Benih padi merupakan 21

11 komoditi sentral, dimana kualitas tanaman padi sangat bergantung dari kualitas benih padi yang digunakan. Karena itu, kegiatan penangkaran benih padi perlu mendapat perhatian. Salah satu perusahaan yang melakukan usaha penangkaran benih padi adalah PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS). Selain itu, penelitian-penelitian terdahulu mengenai PT. SHS, belum pernah membahas mengenai kemitraan yang diterapkan pada perusahaan tersebut. Penelitian ini berusaha mengkaji mengenai pola kemitraan yang diterapkan oleh PT. SHS, kinerja atribut kepuasan kemitraan, serta melihat perbandingan pendapatan antara penangkar benih padi mitra dengan penangkar benih padi non mitra. 22

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN

VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN VII ANALISIS KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN 7.1 Analisis Kepuasan Petani Mitra Evaluasi kemitraan dapat juga dilihat dari tingkat kepuasan petani mitra yang menjalankannya. Kepuasan

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT

EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang) SKRIPSI AMELIA KARTIKA YUSTIARNI

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional, Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk di Indonesia terus meningkat

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan Kemitraan merupakan sebuah istilah konsep kerjasama yang dikenal di Indonesia. Di negara lain terdapat tiga mekanisme dasar yang digunakan untuk

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dilakukan secara individu oleh seluruh

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame Edamame yang memiliki nama latin Glycin max(l)merrill atau yang biasa disebut sebagai kedelai jepang. merupakan jenis tanaman sayuran yang bentuknya

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kemitraan di Indonesia Jauh sebelum masyarakat Indonesia mengenal sistem kemitraan pertanian seperti sekarang, pada awalnya sistem kemitraan ini lebih dikenal dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penerapan Teknologi pada Padi

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penerapan Teknologi pada Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penerapan Teknologi pada Padi Berbagai teknologi tanaman padi telah diterapkan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Penerapan teknologi pada padi yang sudah dilakukan

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI

VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI 6.1 Gambaran Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Penangkar Benih Kemitraan antara PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih Pengertian 2.2. Klasifikasi Umum Tanaman Padi II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benih 2.1.1. Pengertian Benih adalah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan di dalam usaha tani, yang mana memiliki fungsi secara agronomis atau merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA

VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA VI KAJIAN KEMITRAAN PETANI PADI SEHAT DESA CIBURUY DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPLUBIKA 6.1 Motif Dasar Kemitraan dan Peran Pelaku Kemitraan Lembaga Petanian Sehat Dompet Dhuafa Replubika

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari daerah tersebut banyak ditemukan jenis-jenis padi liar. Hal ini didasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari daerah tersebut banyak ditemukan jenis-jenis padi liar. Hal ini didasarkan 29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Karakteristik Padi 2.1.1 Gambaran umum komoditas Padi Padi (Oryza sativa) adalah tanaman pangan yang dihasilkan terbanyak di dunia dan menempati daerah tersebar di daerah

Lebih terperinci

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan.

VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. VI SISTEM KEMITRAAN PT SAUNG MIRWAN 6.1 Gambaran Umum Kemitraan Kedelai Edamame PT Saung Mirwan sangat menyadari adanya keterbatasan-keterbatasan. Terutama dalam hal luas lahan dan jumlah penanaman masih

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) SKRIPSI MEYLANI LESTARI H34066081 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan ayam pedaging di Indonesia dimulai sejak tahun 1960, berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan masyarakat, mulai dari usaha skala rumah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto per Triwulan Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 (Miliar Rupiah) 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian selama ini memberikan sumbangan yang cukup besar untuk pembangunan nasional, seperti dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto), penyerapan tenaga kerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin pesat dan memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Unggas khususnya

Lebih terperinci

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. CV. Tunas Mekar Farm 5.1.1. Sejarah CV. Tunas Mekar Farm Tunas Mekar Farm (TMF) adalah perusahaan peternakan ayam broiler yang menerapkan sistem kemitraan pola inti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) LAMPIRAN 201 Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun 2009-2025 Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Total Konsumsi (000 ton) 2009 2010 2011

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

KERAGAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PARUNG BOGOR: PERBANDINGAN USAHA TERNAK MITRA DAN USAHA TERNAK MANDIRI SURYANI NURFADILLAH

KERAGAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PARUNG BOGOR: PERBANDINGAN USAHA TERNAK MITRA DAN USAHA TERNAK MANDIRI SURYANI NURFADILLAH i KERAGAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PARUNG BOGOR: PERBANDINGAN USAHA TERNAK MITRA DAN USAHA TERNAK MANDIRI SURYANI NURFADILLAH DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menghadapi persaingan di abad ke-21, UKM dituntut untuk melakukan restrukturisasi dan reorganisasi dengan tujuan untuk memenuhi permintaan konsumen yang makin

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun, secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Benih Menurut Sadjad et al. (1975) yang dimaksud dengan benih ialah biji tanaman yang dipergunakan untuk keperluan dan pengembangan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI KABUPATEN SRAGEN

TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI KABUPATEN SRAGEN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI KABUPATEN SRAGEN Kusnia Sari, Kusnandar, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang penduduk Indonesia bermata

Lebih terperinci

Gambar 5. Sebaran Peternak Berdasarkan Skala Usaha

Gambar 5. Sebaran Peternak Berdasarkan Skala Usaha V KARAKTERISTIK USAHA TERNAK DAN PETERNAK 5.1 Karakteristik Usaha Peternak Responden 5.1.1 Skala Usaha Ternak Jumlah ternak yang diusahakan oleh peternak plasma sangat tergantung pada kemampuan peternak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Konsep formal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh kedua belah pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU MEGA PRATIWI EKAWATI

ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU MEGA PRATIWI EKAWATI ANALISIS KEPUASAN PETANI TEBU MITRA TERHADAP KEMITRAAN DENGAN PG PAKIS BARU MEGA PRATIWI EKAWATI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT

VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT VI. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BANTUAN PINJAMAN LANGSUNG MASYARAKAT Pelaksanaan program BPLM di Kabupaten PPU bertujuan: (1) menumbuhkan usaha kelompok, (2) memberdayakan kelompok untuk dapat mengakses

Lebih terperinci

PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER

PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER Kasus : Kemitraan Ternak Cibinong dengan CV Tunas Mekar Farm, Kecamatan Ciluar, Bogor, Jawa Barat. Oleh : RIZKY FEBRIDINIA H 34076132 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang hal-hal yang mendasari penelitian diantaranya yaitu latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN

CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN CONTRACT FARMING SEBAGAI SUMBER PERTUMBUHAN BARU DALAM BIDANG PETERNAKAN PENDAHULUAN Sektor pertanian (dalam arti luas termasuk peternakan, perikanan dan kehutanan) merupakan sektor yang paling besar menyerap

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS SISTEM PERBENIHAN KOMODITAS PANGAN DAN PERKEBUNAN UTAMA Oleh : Bambang Sayaka I Ketut Kariyasa Waluyo Yuni Marisa Tjetjep Nurasa PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN

KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN KEMITRAAN PEMASARAN BENIH PADI DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH KALIMANTAN SELATAN Retna Qomariah, Yanuar Pribadi, Abdul Sabur, dan Susi Lesmayati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kalimantan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

7.1. Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja

7.1. Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja 2.000.000 sampai Rp 3.000.000, yaitu sebesar 11,11 persen, sementara pada tingkat pendapatan antara Rp 3.000.000 sampai Rp 4.000.000 memiliki persentase sebesar 15 persen. Kemudian responden yang memilki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI DIAN SAPUTRA H34096021 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Rencana Program dan Kegiatan adalah cara untuk melaksanakan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan supply chain atau rantai pasok dalam proses produksi suatu industri sangat penting demi memberikan nilai tambah baik bagi industri itu sendiri maupun bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor nonpertanian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor nonpertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara seperti Indonesia dengan proporsi populasi pertanian (petani dan keluarganya) yang sangat besar, sektor pertanian merupakan sumber yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA

BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA BAB VIII ANALISIS TINGKAT KEPENTINGAN DAN KINERJA 8.1 Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Produk Sarimurni dan Sosro Pada bab ini akan dijelaskan analisis tingkat kepentingan dan kinerja atribut produk

Lebih terperinci

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember Kemitraan Agribisnis Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net KEMITRAAN AGRIBISNIS Teori Kemitraan Menurut Martodireso, dkk, (2001) dalam Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama

Lebih terperinci

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI

EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI EVALUASI KEMITRAAN PETANI PADI DENGAN LEMBAGA PERTANIAN SEHAT DOMPET DHUAFA REPUBLIKA DESA CIBURUY, KECAMATAN CIGOMBONG KABUPATEN BOGOR SKRIPSI OKTIARACHMI BUDININGRUM H34070027 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 273/Kpts/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI LAMPIRAN 2 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU

PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU ISSN 1411 0067 Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Volume 6, No. 2, 2004, Hlm. 111-115 111 PERFORMAN PELAKSANAAN KEMITRAAN PT. PRIMATAMA KARYA PERSADA DENGAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING DI KOTA BENGKULU

Lebih terperinci

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING

V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING V. KELEMBAGAAN KEMITRAAN USAHATERNAK AYAM RAS PEDAGING 5.1. Profil Perusahaan Inti Perusahaan inti yang beroperasi di Kabupaten Karanganyar terdiri dari empat perusahaan yaitu Gema Usaha Ternak (anak cabang

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG INTENSIFIKASI PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN PERKEBUNAN TAHUN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1 Kebijakan pemberian subsidi, terutama subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

PERSEPSI PENUMPANG KERETA API TERHADAP TINGKAT PELAYANAN STASIUN TUGU YOGYAKARTA

PERSEPSI PENUMPANG KERETA API TERHADAP TINGKAT PELAYANAN STASIUN TUGU YOGYAKARTA TESIS PERSEPSI PENUMPANG KERETA API TERHADAP TINGKAT PELAYANAN STASIUN TUGU YOGYAKARTA WAWAN RIYANTA No. Mhs. 125101818 / PS/MTS PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran Halaman 1 Foto-Foto Penelitian... 81 xvi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan visi dan misi Provinsi Bali tahun 2009, prioritas pembangunan Provinsi Bali sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bagi negara berkembang seperti Indonesia landasan pembangunan ekonomi negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman pangan memberikan kontribusi

Lebih terperinci

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc

KOMPONEN AGRIBISNIS. Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Rikky Herdiyansyah SP., MSc KOMPONEN AGRIBISNIS Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mengetahui tentang komponen agribisnis Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan pembahasan

Lebih terperinci

ANALYSIS OF THE PLASMA FARMERS SATISFACTION ON BROILER PARTNERSHIP IN SINAR SARANA SENTOSA COMPANY USING IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS ABSTRACT

ANALYSIS OF THE PLASMA FARMERS SATISFACTION ON BROILER PARTNERSHIP IN SINAR SARANA SENTOSA COMPANY USING IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS ABSTRACT ANALYSIS OF THE PLASMA FARMERS SATISFACTION ON BROILER PARTNERSHIP IN SINAR SARANA SENTOSA COMPANY USING IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS Dimas Nuansa Adhitya Utama 1), Bambang Ali Nugroho 2) and Hari Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR KEISTY LAW PRIBADI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT KEPUASAN KEMITRAAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAYANAN PERUSAHAAN INTI (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet)

ANALISA TINGKAT KEPUASAN KEMITRAAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAYANAN PERUSAHAAN INTI (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet) ANALISA TINGKAT KEPUASAN KEMITRAAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAYANAN PERUSAHAAN INTI (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet) RANGGA NUDRIAN YUDHABASKARA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk 28 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasiona Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Penangkar benih padi Menurut Yustiarni (2011) Penangkaran benih merupakan upaya untuk menghasilkan benih unggul sebagai benih sumber maupun benih sebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian ( off farm) seperti biokimia, agrokimia (pupuk dan pestisida), alat

BAB I PENDAHULUAN. pertanian ( off farm) seperti biokimia, agrokimia (pupuk dan pestisida), alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agribisnis sebagai salah satu sektor perekonomian unggulan pemerintah memiliki peranan penting dalam meninggakatkan taraf hidup masyarakat. Hal ini di karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini metode deskriptif yang digunakan untuk

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditi salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia yang menjadi komoditas unggulan dan salah satu tanaman yang cocok untuk dikembangkan. Di Indonesia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan meliputi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan meliputi: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan meliputi: 1. Berdasarkan perhitungan Customer Satisfaction Index, secara keseluruhan indeks kepuasan jamaah

Lebih terperinci