ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR KEISTY LAW PRIBADI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2013 Keisty Law Pribadi NIM H Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

4 ABSTRAK KEISTY LAW PRIBADI. Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SITI JAHROH. Peternak ayam broiler mandiri di Kabupaten Bogor pada umumnya memiliki skala usaha kecil yang dihadapkan dengan keterbatasan modal, teknologi budidaya sederhana, manejemen sumberdaya yang masih kurang, risiko harga dan risiko produksi. Hambatan dan keterbatasan dalam melakukan usaha ayam broiler tersebut akan berdampak juga pada pendapatan usaha peternak. Pengelolaan usaha ternak ayam broiler yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan peternak dalam meminimalkan risiko. Salah satu upaya untuk meminimalkan risiko peternakan ayam broiler yaitu dengan menjalin kerjasama dengan kemitraan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah dengan peternak mitra, (2) menganalisis karakteristik peternak mitra dan peternak mandiri, serta (3) menganalisis pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri. Analisis dilakukan dengan analisis usahatani didukung oleh data primer dan sekunder. Hasil penelitan menunjukkan bahwa kemitraan dapat memberikan manfaat kepada peternak antara lain dalam penyediaan sapronak, bimbingan teknis budidaya ayam broiler dan menjamin hasil produksi ayam. Karakteristik peternak mitra dan peternak mandiri tidak jauh berbeda. Karakteristik tersebut meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pengalaman beternak ayam. Hasil perhitungan pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan peternak mitra lebih besar dibandingkan dengan pendapatan peternak mandiri. Dengan demikian, adanya kemitraan dapat memberikan manfaat kepada peternak dalam meningkatkan pendapatan. Kata kunci: karakteristik peternak, manfaat, risiko, usahatani, usaha ternak ABSTRACT KEISTY LAW PRIBADI. Partnership Implementation Analysis of Broiler Chickens at CV. Barokah and Partner and Independent Farmers Income in Bogor District. Supervised by SITI JAHROH. Independent broiler farmers in Bogor District are generally characterized by small scale and face capital constraints, simple cultivation technology, less resource management, price and production risks. These constraints and limitations in broiler business will give an impact on farmers income. High risk of broiler raising leads to the needs of knowledge in minimizing the risk. One effort to minimize the risk of broiler business is partnership program. This study aims to (1) describe the implementation of partnership run by CV. Barokah with partner farmers, (2) analyze the characteristics of independent and partner farmers, and (3) analyze the income of partner and independent farmers. Farm management analysis was conducted using primary and secondary data. The results showed that the partnerships could provide benefits to farmers by

5 providing production inputs, technical guidance on broiler raising and buying the products. Characteristics of partner and independent farmers were not much different. These characteristics include age, gender, education, and experience of broiler raising. Income analysis showed that partner farmers income was greater than independent farmers income. Thus, the partnership can provide benefits to farmers in increasing income. Keywords: benefit, broiler raising, characteristics of farmers, farm management, risk

6 ANALISIS PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA CV. BAROKAH DAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI DI KABUPATEN BOGOR KEISTY LAW PRIBADI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

7 Judul Skripsi : Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Petemak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor Nama : Keisty Law Pribadi NIM : Disetujui oleh t '\ Pembimbing Diketahui oleh Tanggal Lulus: o5 SEP 2013

8 Judul Skripsi : Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor Nama : Keisty Law Pribadi NIM : Disetujui oleh Siti Jahroh, Ph.D. Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. Ketua Departemen Agribisnis Tanggal Lulus:

9 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya akhir dengan judul Analisis Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler pada CV. Barokah dan Pendapatan antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri di Kabupaten Bogor sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta salam semoga selalu tetap tercurahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW, beserta sahabatnya, keluarganya, serta pengikutnya hingga akhir masa. Terimakasih penulis ucapkan kepada Siti Jahroh, Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama penyusunan skripsi. Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis, seluruh peternak mitra dan peternak mandiri di Kabupaten Bogor, serta seluruh pihak yang telah membantu memberikan berbagai informasi kepada penulis. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak dan ibu, keluarga dan teman-teman sekalian atas doa yang tak pernah putus, nasehat, kasih sayang, serta tukar pikiran yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Bogor, Agustus 2013 Keisty Law Pribadi NIM H

10 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 6 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia 6 Analisis Pola Kemitraan 7 Analisis Pendapatan Kemitraan 9 KERANGKA PEMIKIRAN 11 Kerangka Pemikiran Teoritis 11 Kerangka Pemikiran Operasional 21 METODE PENELITIAN 24 Lokasi dan Waktu Penelitian 24 Jenis dan Sumber Data 24 Metode Pengumpulan Data 24 Metode Analisis Data 24 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 27 Pelaksanaan Kemitraan 36 Karakteristik Peternak Mitra dan Peternak Mandiri 43 Analisis Pendapatan Usaha Peternak Ayam Broiler 48 DAFTAR PUSTAKA 55 LAMPIRAN 57 RIWAYAT HIDUP 71 DAFTAR TABEL 1. Konsumsi daging per kapita tahun Populasi ternak ayam ras di Kabupaten Bogor tahun (ekor) 2 3. Hak dan kewajiban pelaku kemitraan Perbandingan penggunaan input dalam budidaya ayam broiler oleh peternak mitra dan peternak mandiri per ekor Perbandingan manajemen budidaya ternak ayam broiler peternak mitra dan peternak mandiri Pelaksanaan kemitraan antara CV. Barokah dengan peternak mitra Harga garansi ayam broiler hidup Harga garansi CV. Barokah Bonus intensif FCR Daftar jumlah dan lokasi peternak mitra dan mandiri di Kabupaten Bogor tahun

11 11. Kelompok umur responden Jenis kelamin peternak mitra dan peternak mandiri Tingkat pendidikan peternak mitra dan peternak mandiri Status kepemilikan kandang peternak Pekerjaan diluar usaha ternak ayam broiler Alasan beternak Pengalaman peternak dalam beternak ayam broiler Alasan peternak mitra mengikuti kemitraan Alasan peternak mandiri tidak mengikuti kemitraan Sumber informasi mengenai CV. Barokah Struktur biaya produksi peternak mitra dan peternak mandiri Komposisi penerimaan peternak mitra dan peternak mandiri Perhitungan pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri 52 DAFTAR GAMBAR 1. Pola kemitraan inti-plasma Pola kemitraan sub kontrak Pola kemitraan dagang umum Pola kemitraan keagenan Pola kemitraan kerjasama operasional Pola kemitraan waralaba Kerangka pemikiran operasional Struktur organisasi CV. Barokah Perbandingan rata-rata harga DOC pasar dan CV. Barokah 41 LAMPIRAN 1. Populasi dan tingkat mortalitas ayam broiler peternak mitra Populasi dan tingkat mortalitas ayam broiler peternak mandiri Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri Hasil Uji-t total biaya peternak mitra dan peternak mandiri Hasil Uji-t total penerimaan peternak mitra dan peternak mandiri Hasil uji-t pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri Foto-foto manajemen ayam broiler peternak mitra dan peternak mandiri 69

12 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dapat dilihat dengan tingginya keanekaragaman hayati, dan potensi kekayaan alam lainnya yaitu letak negeri ini yang berada di antara garis khatulistiwa sehingga mempunyai iklim yang tropis. Kekayaan alam tersebut menjadi salah satu modal dalam pengembangan sektor pertanian. Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Kontribusi sub sektor peternakan terhadap pertanian Indonesia ditentukan oleh seberapa besar kemampuan pelaku di sub sektor ini untuk mengembangkan usaha peternakan tersebut agar mempunyai prospek yang baik di pasaran. Terkait dengan hal tersebut, maka sub sektor peternakan yang ingin dibangun di masa depan adalah yang mampu menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasar dan mampu berkembang secara berkelanjutan. Salah satu komoditas peternakan yang mengalami peningkatan produksinya dan berpotensi untuk dikembangkan adalah ayam ras pedaging atau yang biasa disebut dengan ayam broiler. Ayam broiler merupakan populasi ternak jenis ras unggulan hasil persilangan dari ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi dan salah satu hewan yang dibudidayakan manusia untuk diambil dagingnya. Pada tahun 2011 jumlah produksi daging ayam broiler mencapai ribu ton atau sebesar persen dari keseluruhan produksi daging nasional (Direktorat Jenderal Peternakan 2013). Peningkatan produksi daging ayam broiler di Indonesia di dukung oleh kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi daging sebagai makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi dan sebagai pemenuhan protein hewani. Daging ayam broiler memilki kandungan gizi seperti protein sebesar persen dan air sebesar persen lebih tinggi dari pada daging sapi dan kambing sedangkan kandungan lemak paling kecil dibandingkan dengan daging sapi dan kambing (Balai Besar Industri Hasil Pertanian 2009). Hal ini menunjukkan bahwa daging ayam dapat dikonsumsi sebagai pemenuhan protein hewani dibandingkan dengan daging sapi dan kambing. Tabel 1. Konsumsi daging per kapita tahun Kg/Tahun Komoditi Persentase Persentase Persentase (%) (%) (%) Sapi potong , Babi , Ayam Ras , Ayam Kampung , Unggas lainnya , Daging Lainnya , Jumlah ,06 Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2013)

13 2 Tabel 1 menunjukkan bahwa konsumsi daging mengalami peningkatan di setiap tahunnya tak terkecuali daging ayam rasa atau ayam broiler. Konsumsi daging ayam broiler pada tahun 2011 mencapai 3.65 kg/kapita/tahun atau sebesar persen dari keseluruhan konsumsi daging masyarakat Indonesia. Faktor lain yang juga menjadi pertimbangan masyarakat dalam mengkonsumsi ayam broiler adalah harga daging yang relatif lebih murah dibandingkan dengan harga daging lainnya. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, dapat diketahui bahwa ayam broiler memilki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Peternakan ayam broiler mempunyai banyak kelebihan, salah satunya adalah siklus produksi yang sangat pendek yaitu sekitar hari. Siklus produksi yang pendek inilah yang menjadi daya tarik bagi para peternak karena perputaran modalnya relatif lebih cepat. Hal inilah yang mendukung perkembangan usaha ayam broiler di Indonesia. Di Indonesia usaha ayam broiler juga sudah dijumpai hampir di setiap provinsi. Usaha ini berkembang dengan pesat di berbagai provinsi di Indonesia, salah satunya adalah Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang menghasilkan populasi ayam broiler terbesar di Indonesia (Dirjen peternakan, 2013). Usaha ternak ayam broiler di Jawa Barat yang terbesar berasal dari daerah Sukabumi, Bogor, Cianjur, dan Karawang. Kabupaten Bogor merupakan salah satu daerah sentra produksi ayam broiler di Jawa Barat. Pada Tabel 2 dapat dilihat mengenai informasi populasi ternak ayam di Kabupaten Bogor. Tabel 2. Populasi ternak ayam ras di Kabupaten Bogor tahun (ekor) No. Tahun Jumlah Pertumbuhan (%) Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan (2013) Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat bahwa pertumbuhan populasi ayam ras atau ayam broiler di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan jumlah populasi ayam broiler di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 8.90 persen dari tahun Peningkatan produksi ayam broiler di Kabupaten Bogor disebabkan karena sebagian besar produksi ayam broiler diperuntukkan untuk memenuhi permintaan pasar yang ada di Jakarta. Saat ini, kebutuhan akan daging ayam di kota Jakarta kurang lebih sebanyak 1 juta ekor per hari. 1 Selain itu, peningkatan produksi ayam 1 Konsumsi Ayam Broiler di Jakarta Maret 2013

14 broiler di Kabupaten Bogor dipengaruhi oleh lokasi usaha peternakan ayam yang tidak jauh dari pemasaran dan tersedianya sarana transportasi yang mendukung. Usaha peternakan ayam broiler tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam mengusahakan peternakan ayam broiler. Umumnya usaha ternak ayam broiler di Kabupaten Bogor merupakan usaha ternak mandiri yang memiliki skala usaha relatif kecil. Kondisi peternakan di Kabupaten Bogor dihadapkan pada permasalahan permodalan yang terbatas, teknologi budidaya sederhana, dan manejemen sumberdaya yang masih kurang. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh peternak kecil adalah tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Aziz (2009) yang melakukan penelitian mengenai risiko dalam usaha ayam broiler di Bogor mengatakan risiko yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler ini adalah risiko harga, seperti tingginya harga-harga input seperti Day Old Chick (DOC), pakan dan obat-obatan, maupun ketidakjelasan informasi pasar yaitu harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Risiko lain yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler adalah risiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit. Pengelolaan usaha ternak ayam broiler yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan peternak dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan peternak untuk meminimalkan risiko, sehingga peternak bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal. Salah satu upaya untuk meminimalkan risiko di sektor peternakan khususnya peternakan ayam broiler yaitu dengan adanya lembaga-lembaga kemitraan. Hal ini dikaitkan dengan adanya landasan peraturan mengenai kemitraan di Indonesia yang di atur oleh Peraturan Pemerintah No.44 tahun 1997 yang menyebutkan bahwa kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Artinya kemitraan merupakan suatu sinergi dalam meningkatkan kinerja pelaku agribisnis khususnya peternak kecil. Pada kemitraan pihak perusahaan memfasilitasi pengusaha kecil dengan modal usaha, teknologi, manajemen yang baik dan kepastian pemasaran hasil. Sementara pihak pengusaha kecil melakukan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari pihak perusahaan kemitraan. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah mempunyai keberpihakan kepada peternakan rakyat yang merupakan bagian utama dalam pembangunan agribisnis peternakan Indonesia. Melalui pola kemitraan dengan memberikan kesempatan usaha bagi peternak rakyat yaitu berupa kemudahan mendapatkan fasilitas pendukung untuk budidaya ternak ayam ras serta pemasaran produk ternak ayam ras. Adanya kendala dan risiko yang dihadapi oleh peternak mandiri, serta melihat tingginya peluang dalam usaha peternakan ayam broiler, maka menyebabkan pula tingginya pertumbuhan perusahaan kemitraan di Kabupaten Bogor. Salah satu perusahaan kemitraan ayam broiler di Kabupaten Bogor adalah CV. Barokah. CV. Barokah merupakan perusahaan peternakan ayam broiler yang melakukan kerjasama dengan peternak di Kabupaten Bogor melalui pola kemitraan inti-plasma. Tujuan pola kemitraan ini adalah meningkatkan pendapatan, meningkatkan kualitas sumberdaya peternak, serta peningkatan skala usaha baik dari pihak perusahaan maupun peternak. 3

15 4 Dalam perjanjian kemitraan, peran perusahaan kemitraan kepada pihak peternak antara lain membantu peternak dalam menyiapkan sarana produksi berupa DOC, pakan, obat-obatan, vaksin dan vitamin. Selain itu, perusahaan kemitraan memberikan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia peternak melalui pelatihan, pembinaan, dan keterampilan teknis produksi. Perusahaan mitra juga mempunyai peran menjamin pembelian hasil produksi peternak sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan peternak mitra melakukan proses produksi sesuai dengan petunjuk teknis dari pihak perusahaan kemitraan dan menjual hasil produksinya kepada perusahaan kemitraan. Adanya manfaat yang ditimbulkan dari pola kemitraan ini, diharapkan peternak sebagai pelaku usaha mendapatkan manfaat dalam kemitraan dengan tujuan tidak hanya dapat meminimalikan risiko yang dihadapi dalam usaha ayam broiler tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan dengan adanya jaminan saran produksi peternakan dan pelatihan pemeliharaan yang diberikan oleh perusahaan kemitaraan. Perumusan Masalah Peternak ayam broiler mandiri di Kabupaten Bogor pada umumnya memiliki skala usaha kecil yang dihadapkan dengan keterbatasan modal, teknologi budidaya sederhana, dan manejemen sumber daya yang masih kurang. Kegiatan usaha ternak ayam broiler yang dilakukan oleh peternak mandiri dilakukan secara sendiri, mulai dari pemasokan sarana dan produksi hingga pemasaran hasil panen. Semua sarana produksi peternakan diperoleh dari pihak luar dengan menggunakan modal sendiri, demikian halnya dengan ketika menjual hasil produksi ayam broiler sangat tergantung pada pihak luar. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh peternak mandiri adalah harga DOC, pakan dan harga jual ayam yang selalu naik turun bahkan tidak hanya mingguan tetapi sampai harga harian. Naik turunnya harga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karena adanya ketidakpastian pasokan pakan dan permintaan pasar. 2 Ketika harga sarana produksi naik dan diikuti dengan turunnya harga jual produk ayam broiler, maka semua risiko kerugian ditanggung oleh peternak mandiri. Naiknya harga sarana produksi menyebabkan peningkatan terhadap biaya produksi yang dikeluarkan, sehingga hal ini akan berdampak pada pendapatan yang diperoleh peternak. Kondisi ini dapat menyebabkan peternak mandiri lebih rentan terhadap dampak krisis ekonomi. Hal ini memberikan pengaruh besar pada usaha ayam broiler secara mandiri. Adanya hambatan dan keterbatasan dalam melakukan usaha ayam broiler, maka akan berdampak juga pada pendapatan dari usaha peternak. Oleh karena itu, beberapa peternak memilih bergabung dengan perusahaan kemitraan. Salah satu perusahaan kemitraan di wilayah Bogor adalah CV. Barokah. Perusahaan CV. Barokah merupakan anak cabang dari perusahaan Janu Putra Sejahtera yang berpusat di Yogyakarta. CV. Barokah berlokasi di perumahan Taman Yasmin sektor 3 Bogor dan telah berdiri selama 7 tahun. Saat ini, jumlah peternak ayam 2 Fluktuasi Harga Pakan dan Harga Jual Ayam Broiler Maret 2013

16 5 broiler yang bermitra dengan CV. Barokah berjumlah 38 peternak yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bogor. Sebelum melakukan kerjasama, CV. Barokah dan peternak mitra perlu melakukan kontrak perjanjian di awal periode. Perjanjian kontrak berguna untuk penetapan harga input, harga output dan bonus yang didapat peternak selama melakukan kerjasama. Di dalam kontrak perjanjian terkandung aspek-aspek perjanjian berupa identitas kedua belah pihak, luas areal peternak mitra, hak dan kewajiban kedua belah pihak. Selain itu, didalam kontrak juga disepakati jalan yang akan diambil jika timbul perselisihan diantara kedua belah pihak dan bagaimana cara penyelesaian perselisihan tersebut. Keberadaan perusahaan kemitraan CV. Barokah banyak memberikan keuntungan bagi peternak plasma. Peternak dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan karena adanya bantuan modal berupa DOC, pakan dan obatobatan dari perusahaan inti, dimana modal tersebut akan dikembalikan kepada perusahaan mitra setelah panen. Selain itu, perusahaan mitra ikut membuka kesempatan kerja bagi peternak, menjamin pemasaran dan turut berperan dalam mengembangkan usaha ayam broiler. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian dalam menganalisis pendapatan usaha ternak ayam broiler pada peternak kemitraan dan peternak mandiri untuk membuktikan dalam pola kemitraan dapat meminimalkan risiko yang dihadapi peternak serta untuk mengetahui pengelolaan usaha ternak mana ynag lebih baik dan lebih menguntungkan. Namun, dalam kegiatan kemitraan yang dijalankan pada CV. Barokah tidak selalu berjalan sesuai harapan dari kedua belah pihak. Fakta yang terjadi di lapangan, pernah terdapat peternak plasma menjual hasil panen kepada pihak lain. Hal tersebut terjadi karena peternak plasma ingin memperoleh pendapatan yang lebih besar. Dalam pola kemitraan, baik pihak perusahaan kemitraan maupun peternak yang bermitra mempunyai tujuan masing-masing dalam menjalankan usahanya. Perbedaan kepentingan ini akan menimbulkan masalah diantara CV. Barokah dengan peternak plasma. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan kepentingan diantara kedua belah pihak yaitu berhubungan dengan pendapatan yang ingin dicapai masing-masing pelaku kemitraan. Hal tersebut yang menyebabkan permasalahan yang mengakibatkan ketidakharmonisan antara peternak dengan CV. Barokah. Sehingga, mengindikasikan bahwa kemitraan yang terjalin belum memberikan manfaat sepenuhnya kepada kedua belah pihak. Hal inilah yang menjadi acuan peneliti untuk mengetahui peranan kemitraan dalam peningkatan pendapatan peternak mitra. Berdasarkan kondisi di atas, pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan antara CV. Barokah dengan peternak mitra? 2. Bagaimana karakteristik peternak mitra CV. Barokah dan karakteristik peternak mandiri? 3. Bagaimana tingkat pendapatan peternak mitracv. Barokah dan peternak mandiri?

17 6 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan antara peternak mitra dengan CV. Barokah. 2. Menganalisis karakteristik peternak mitra CV. Barokah dan peternak mandiri. 3. Menganalisis pendapatan peternak mitra CV. Barokah dengan peternak mandiri. Manfaat Penelitian 1. Perusahaan, sebagai masukan atau bahan pertimbangan yang berguna bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan dan menetapkan kebijakan untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan peternak. 2. Penulis, penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisa permasalahan bedasarkan data dan fakta yang diperoleh dan disesuaikan dengan pengetahuan yang didapat selama kuliah. 3. Pihak lain, penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam melihat karakteristik dan tingkat pendapatan peternak pada skala tertentu serta dijasikan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya. TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Pada tahun 1960, galur murni ayam broiler telah diketahui. Ayam ras pedaging disebut juga sebagai ayam broiler, yang meupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Namun, ayam broiler komersial seperti yang banyak beredar sekarang ini baru popular pada periode 1980-an. Semula ayam yang dipotong adalah ayam petelur, karena masyarakat Indonesia masih banyak yang antipati terhadap ayam broiler karena terbiasa dengan daging ayam kampung. Sehingga pada akhir 1980-an, pemerintah menggalakkan konsumsi daging ayam. Kelebihan dan kekurangan antara ayam broiler dan ayam kampung ternyata saling melengkapi dan tidak saling bersaing karena beberapa masakan khas dareah di Indonesia yang memerlukan pemasakan lama tetap membutuhkan ayam kampung yang mempunyai tekstur daging yang lebih liat. ementara untuk makanan sehari-hari ayam broiler sudah menjadi menu rutin. Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan terkenal pada awal 1980-an. Laju perkembangan usaha ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta

18 7 kondisi keamanan (Fadilah, 2006) dalam Sari (2012). Usaha komersial ayam broiler tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Daerah penyebaran ayam broiler komersial di Indonesia bagian barat adalah Pulau Jawa dan sebagian Sumatera. Indonesia bagian tengah adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, serta Indonesia bagian timur adalah Pulau Sulawesi. Dari ketiga bagian daerah tersebut, Indonesia bagian barat merupakan penyebaran ayam broiler komersial. Populasi ayam broiler terbanyak di Indonesia bagian barat terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Banten dan Jawa tengah. Menurut Fadilah (2006) dalam Sari (2012), Indonesia bagian barat menjadi daerah penyebaran ayam komersial karena hampir semua perusahaan pembibitan ayam broiler komersial serta pangsa pasar terbesar masih didominasi oleh Indonesia bagian barat, khususnya Pulau Jawa. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Dengan jangka waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka hal ini menjadi pendorong peternak baru bermunculan di berbagai wilayah di Indonesia. Namun, bersamaan dengan semakin diterimanya daging ayam oleh konsumen pada tahun 1981 usaha peternakan ayam broiler banyak dikuasai oleh pengusaha besar, keadaan ini membuat peternak kecil semakin sulit dalam melakukan usaha ternak ayam. Untuk melindungi peternak kecil, pada tahun 1981 dikeluarkan Kepres No 51 yang intinya membatasi jumlah ayam petelur konsumsi hanya ekor dan ayam broiler sebanyak 750 ekor per minggu. Dengan adanya Kepres tersebut peternakan-peternakan ayam komersial banyak mengalami penurunan. Setelah sembilan tahun berjalan, kebijakan tersebut telah membuat sektor peternakan tidak berkembang, sampai akhirnya Kepres No 51 tersebut dicabut dan diganti dengan kebijakan 28 Mei Kebijakan tersebut merangsang berdirinya peternakan-peternakan besar untuk tujuan ekspor dan menjadi industri peternakan yang handal dan menjadi penggerak perekonomian. Pada tahun 1997, terjadi krisis moneter yang menagkibatkan perubahan drastis pada sektor peternakan yang mengalami kemunduran pada industi perunggasan. Harga bahan baku impor untuk industri perunggasan menjadi sangat tinggi, sementara harga ayam dan telur domestik terus menurun seiring dengan menurunnya daya beli masyarakat. Akibatnya, permintaan pakan dan DOC juga menurun dan berdampak pada penurunan populasi ternak di Indonesia. Sehingga, pada tahun 1998 populasi ayam broiler berkurang hingga 80 persen dari tahun sebelumnya. Namun pada akhir tahun 1998, usaha peternakan unggas mulai berkembang, harga daging ayam dan telur mulai dapat dikendalikan dan menguntungkan bagi para peternak, walaupun pada saat ini mayoritas peternak sudah tidak berusaha secara mandiri lagi melainkan bergabung menjadi mitra perusahaan terpadu. Analisis Pola Kemitraan Definisi kemitraan menurut undang-undang dicantumkan dalam Undang Undang No 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dijelaskan bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar, disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan

19 8 saling menguntungkan. Definisi lain diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling mambutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Dari beberapa definisi tersebut, kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dengan prinsip saling menguntungkan. Menurut Sumardjo et al. (2004) dalam Sari (2012), salah satu pola kemitraan yang dilakukan dalam usaha ternak ayam broiler adalah pola inti plasma. Pola ini merupakan kerjasama antara peternak sebagai plasma dan perusahaan mitra sebagai inti. Dalam pola inti plasma, perusahaan mitra menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis dan memasarkan hasil produksi yaitu ayam broiler. Sedangkan kelompok mitra hanya bertugas dalam memnuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Pada dasarnya, baik pihak perusahaan kemitraan dan peternak mitra mempunyai kedudukan yang sejajar dalam keberlangsungan usaha sesuai dengan prinsip saling menguntungkan. Saputra (2011) yang melakukan penelitian analisis kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan ayam broiler mengatakan, baik pihak inti maupun plasma memiliki kedudukan yang sama penting. Dalam kegiatan kemitraan yang dilakukan, tidak ada pihak yang posisinya lebih tinggi dari pihak lain. Setiap kegiatan yang berlangsung dalam kerjasama kemitraan telah disepakati di dalam kontrak kerja sama, begitupun dengan kontrak harga sarana produksi dan harga ayam hidup. Keberadaan perusahaan kemitraan dalam usaha ternak ayam broiler adalah untuk membantu kendala-kendala peternak. Kendala yang sering dihadapi oleh peternak ayam broiler antara lain keterbatasan modal, teknologi yang dipakai masih sederhana, sumber daya manusia atau manajemen yang kurang baik, serta terjadinya fluktuasi harga sapronak dan harga jual ayam broiler. Dengan adanya kemitraan, peternak diberi bantuan modal berupa sarana produksi seperti DOC, pakan, obat-obatan, dan vitamin. Selain itu, perusahaan kemitraan memberikan pelatihan, pembinaan, dan keterampilan teknis produksi serta menjamin pembelian hasil produksi peternak sesuai dengan kesepakatan. Penelitian yang dilakukan Lestari (2009) mengenai analisis pendapatan peternak pada kemitraan inti plasma, mengatakan keberadaan perusahaan kemitraan banyak memberikan keuntungan bagi peternak plasma. Salah satunya peternak dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan karena kendala modal yang biasanya dihadapi oleh peternak dapat teratasi dengan adanya pinjaman barang modal berupa DOC, pakan dan obat-obatan dari perusahaan inti. Modal tersebut akan dibayarkan jika peternak telah mendapat hasil panen. Perusahaan inti ikut membuka kesempatan kerja bagi peternak, menjamin pemasaran dan pasokan sapronak, dan turut berperan dalam mengembangkan usaha peternakan. Oleh karena itu, tujuan dari adanya kemitraan diharapkan menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya agribisnis peternakan terutama mengatasi masalah peternak yang kurang dalam hal permodalan, teknologi, pasar dan manajemen

20 9 (Firwiyanto, 2008). Sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak dan memenuhi ketersediaan daging ayam dalam dimensi jumlah, kualitas, dan waktu. Dalam sistem pola kemitraan inti plasma terdapat beberapa hal yang perlu diketahui dan diperhatikan agar kerjasama dapat berjalan dengan lancar, yaitu mekanisme kemitraan inti plasma. Saputra (2011) mengatakan, mekanisme kemitraan inti plasma meliputi sistem dan prosedur penerimaan mitra, syarat menjadi mitra, hak dan kewajiban perusahaan mitra dan peternak dan penetapan harga input, output dan bonus. Sistem dan prosedur penerimaan mitra dilakukan dengan peternak mendaftarkan diri kepada perusahaan sebagai calon mitra. Kemudian pihak perusahaan melakukan proses seleksi yang meliputi lokasi kandang, kondisi, serta kelengkapan fasilitas kandang calon peternak plasma. Selanjutnya setelah dinyatakan layak oleh perusahaan mitra untuk bergabung dalam kemitraan, peternak menyerahkan persyaratan dan jaminan serta penandatanganan kontrak perjanjian kerjasama. Syarat bergabung menjadi peternak mitra yang ditetapkan perusahaan kemitra berbeda-beda. Namun pada dasarnya, syarat menjadi mitra yaitu meliputi kapasitas ayam broiler, dan lokasi kandang dengan menyerahkan jaminan dapat berupa bukti kepemilikan tanah, bpkb, atau uang tunai. Pihak inti mempunyai hak dalam menentukan pilihan sarana produksi ternak yang meliputi DOC, pakan, obat-obatan, vaksin serta menentukan harga kesepakatan kontrak. Selanjutnya kewajiban pihak inti adalah menentukan dan menyusun program pemeliharaan ayam melalui petugas penyuluh lapang (PPL). Pihak inti juga berkewajiban mengontrol kesehatan ayam peternak dan memberikan bimbingan teknis kepada peternak. Sedangkan hak dari peternak plasma adalah menerima bantuan modal sapronak dan mendapat bimbingan manajemen yang baik dan benar dari perusahaan mitra. Kewajiban peternak plasma yaitu bertanggung jawab dalam mengelola ternaknya dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan oleh pihak perusahaan mitra. Analisis Pendapatan Kemitraan Penelitian yang terkait dengan pendapatan usaha ternak ayam broiler telah dilakukan oleh Lestari (2009), Febridinia (2010), Deshinta (2006). Berdasarkan hasil penelitian, Lestari (2009) membagi skala usaha peternak menjadi 2, yaitu peternak dengan skala besar (skala II) dan skala sedang (skala I). Hasil penelitiannya menyatakan sebagian besar peternak mendapatkan keuntungan dari usaha ternak ini, antara peternak dengan skala besar (skala II) dan skala sedang (skala I) tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam perolehan pendapatan. Nilai rasio R/C peternak skala besar adalah sedangkan peternak skala sedang adalah Hal ini dikarenakan usaha ternak dalam skala kecil jika dibudidayakan dengan baik dan sesuai prosedur, maka hasil yang didapatkan juga bisa memuaskan. Pendapatan peternak plasma sangat dipengaruhi bagaimana peternak tersebut dapat mengelola ternak ayam dengan sebaik-baiknya, memperhatikan kesehatan ayam agar dapat menekan angka kematian pada ayam, dan menjaga kondisi ayam agar nafsu makan semakin meningkat, sehingga menghasilkan bobot ayam yang berat, tentu disertai dengan penggunaan pakan yang seefisien mungkin. Selain itu, pada kasus ini peternak dengan skala besar

21 10 mengeluarkan biaya produksi sedikit lebih murah, namun hanya sedikit peternak skala besar yang memperoleh bonus. Peternak skala sedang sebagian besar memperoleh bonus dari pihak inti, sehingga nilai rasio R/C peternak skala sedang lebih tinggi daripada peternak skala besar. Lestari juga melakukan analisis mengenai kepuasan peternak plasma terhadap PT. X di Yogyakarta yang menjadi mitra usahanya. Peneltian yang dilakukan adalah terhadap pelayanan administrasi penerimaan mitra, pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budidaya, dan pelayanan pasca panen. Berdasarkan hasil analisis kuadran kinerja dan kepentingan, didapatkan beberapa atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya dinilai masih rendah oleh peternak plasma. Atribut-atribut tersebut antara lain atribut kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan pemberian bonus. Hasil analisis kesesuaian juga menunjukkan keempat atribut tersebut memiliki nilai kesesuaian yang rendah. Secara keseluruhan peternak plasma merasa puas terhadap kinerja atribut-atribut yang terdapat dalam kemitraan PT X. Hal ini dapat diketahui dari nilai indeks kepuasan peternak sebesar persen, dimana nilai ini berada pada skala puas. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Febridinia (2010) yang juga menganalisis peran kemitraan dalam pendapatan peternakan ayam broiler. Penelitan ini menganalisis pendapatan pada peternak yang bermitra dan peternak non mitra. Hasil penelitian ini menyatakan terdapat perbedaan total biaya, penerimaan dan pendapatan antara peternak mitra dan non mitra. Biaya tunai peternak mitra lebih besar dibandingkan dengan peternak non mitra, sehingga ada indikasi bahwa peternak non mitra lebih banyak mengakses input dari pasar. Tingkat keuntungan antara peternak mitra dan non mitra juga dapat dilihat dari besarnya R/C rasio. Rasio atas biaya tunai peternak mitra sebesar 1.11 dan peternak non mitra sebesar Sedangkan rasio atas biaya total juga diperoleh lebih tinggi oleh peternak mitra yaitu sebesar 1.03 dan 1.02 untuk peternak non mitra. Hal ini berarti usaha ayam peternak mitra lebih efisien dibandingkan dengan peternak non mitra. Berdasarkan perhitungan uji-t didapat hasil bahwa ada perbedaan pendapatan tunai antara peternak mitra dan non mitra. Hal ini dapat dilihat dari p-value yang diperoleh sebesar lebih kecil dari nilai α yang ditentukan yaitu Deshinta (2006) melakukan penelitian mengenai dampak kemitraan terhadap peningkatan pendapatan peternak yang dilakukan pada PT Sierad Produce di Kabupaten Sukabumi. Hasil penelitian ini menyatakan pendapat bersih yang diperoleh peternak mitra lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri. Berdasarkan nilai R/C rasio terhadap total biaya diperoleh hasil Rp untuk peternak mitra, sedangkan peternak mandiri memperoleh tambahan lebih besar yaitu Rp Hal tersebut disebabkan oleh jumlah biaya yang ditanggung peternak mitra lebih besar dari peternak mandiri seperti pembelian sapronak yang dijual oleh perusahaan kemitraan. Dari hasil uji t yang dilakukan terhadap total pendapatan bersih diperoleh kesimpulan terima Ho, ini menunjukkan bahwa antara pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri tidak memiliki perbedaan secara nyata, atau dapat disimpulkan bahwa kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Berdasarkan hasil berbagai penelitian mengenai peran kemitraan dalam peningkatan pendapatan peternak, dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian yang

22 11 dilakukan oleh Lestari (2009) dan Febridinia (2010) menyatakan terdapat manfaat yang positif dari pelaksanaan kemitraan.manfaat tersebut antara lain peternak yang bermitra mendapatkan jaminan sapronak, risiko usaha lebih rendah, mendapatkan kepastian dalam memasarkan hasil panen dan mendapatkan bimbingan serta penyuluhan dari pihak perusahaan mitra. Namun, pada penelitian Deshinta (2006) dapat dikatakan bahwa adanya kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Peternak mandiri lebih menguntungkan daripada peternak yang bermitra. Hal ini dipengaruhi oleh biayabiaya yang dikeluarkan oleh peternak mitra lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan oleh peternak mandiri, sehingga mengakibatkan kemitraan menjadi tidak signifikan dampaknya terhadap pendapatan peternak. Beberapa hal yang menjadi persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang dilakukan antara pihak peternak dengan perusahaan kemitraan dan menghitung tingkat pendapatan antara peternak mitra dan peternak mandiri dengan alat analisis yang sama. Adapun perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah lokasi usaha. Lokasi usaha diduga akan memberikan dampak yang berbeda terhadap pelaksanaan kemitraan karena berbeda topografi wilayah, berbeda sumberdaya manusia, budaya kerja dan berbeda pergerakan harga di pasar. Penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Bogor dengan perusahaan kemitraan yaitu CV. Barokah. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari 2 kata, mitra adalah teman, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Sementara kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Definisi lain diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling mambutuhkan dan saling membesarkan. Pengertian kemitraan juga terdapat secara jelas pada peraturan perundangundangan antara lain: 1. Undang-undang Nomor. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, Pasal 1 angka menyatakan bahwa kemitraan adalah Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang kemitraan, pasal 1 angka 1, kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.

23 12 Dari beberapa definisi tersebut, kemitraan merupakan jalinan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua belah pihak atau lebih dengan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Hal ini dapat terjadi jika kedua belah pihak saling melengkapi kelebihan satu sama lain, seperti pihak pengusaha yang memiliki tanggung jawab untuk melakukan pembinaan terhadap peternak agar mampu mengembangkan usahanya. Sementara pihak peternak mampu menjalankan kegiatan sesuai dengan perjanjian yang dibuat antara kedua belah pihak. Berkaitan dengan kemitraan yang telah diuraikan diatas, maka kemitraan mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: a. Kerjasama Usaha Dalam konsep kemitraan, kerjasama yang dilakukan antara pengusaha besar atau usaha menengah dengan usaha kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama antar kedua belah pihak yang bermitra. Hal ini berarti kedua belah pihak mempunyai hak dan kewajiban yang setara dan tidak ada pihak yang dirugikan. Sehingga tujuan kemitraan tercapai dengan meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usaha tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain dan berkembangnya rasa saling percaya diantara kedua belah pihak yang bermitra. b. Pembinaan dan Pengembangan Bentuk pembinaan dalam kemitraan yang dilakukan oleh pengusaha besar atau pengusaha menengah terhadap pengusaha kecil dapat berupa pembinaan mutu produksi, pembinaan manajemen usaha, pembinaan manajemen produksi, pembinaan peningkatan sumber daya manusia dan lain-lain. c. Prinsip Saling Memerlukan, Saling Memperkuat dan Saling Menguntungkan. Pada dasarnya adanya kemitraan diawali dengan mengenal dan memahami posisi kelebihan dan kelemahan kedua belah pihak yang bermitra, sehingga menghasilkan sinergi yang berdampak pada efisiensi dan turunnya biaya produksi. Dalam kemitraan diharapkan pengusaha besar atau pengusaha menengan dapat bekerjasama saling memerlukan, memperkuat dan menguntungkan dengan pengusaha kecil untuk mencapai kesejahteraan bersama. 2. Manfaat dan Tujuan Kemitraan Pada dasarnya tujuan kemitraan di antara pengusaha besar dan pengusaha kecil adalah mengarah pada pola hubungan simbiosis mutualisme atau saling menguntungkan yang pada akhirnya bermuara pada win-win solution. Tujuan saling menguntungkan tersebut di dasarkan pada kesejajaran kedudukan antara kedua belah pihak sehingga tidak ada yang merasa saling dirugikan. Dalam hal ini, (Hafsah, 1999) mengatakan ciri kemitraan terhadap hubungan timbal balik antara kedua belah pihak yang bermitra bukan sebagai buruh dan majikan atau atasan dan bawahan melaikan sebagai adanya pembagian risiko dan keuntungan yang proposional. Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan adalah: 1. Meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat 2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan 3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat usaha kecil

24 13 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional 5. Memperluas kesempatan kerja 6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional Kemintraan bermanfaat bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama didalamnya. Manfaat yang dapat dicapai dari usaha kemitraan antara lain (Hafsah, 1999): a. Produktivitas Bagi perusahaan kemitraan, manfaat dari adanya kerjasama dengan petani adalah dapat mengoprasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki lahan dan pekerja lapang sendiri karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Sedangkan bagi petani, dengan adanya kemitraan dapat meningkatkan produktivitas secara simultan dengan cara menambah unsur input baik kualitas maupun kuantitas dalam jumlah tertentu sehingga memperoleh hasil dalam jumlah dan kualitas yang berlipat. b. Efisiensi Perusahaan dapat menghemat penggunaan tenaga dalam mencapai target tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki petani. Sedangkan untuk petani yang relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi, dengan bermitra dapat menghemat waktu produksi melalui produksi yang di sediakan oleh perusahaan. c. Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan poduktifitas di pihak petani yang dapat menentukan terjaminnya pasokan pasar. d. Risiko Kemitraan bermanfaat mengurangi risiko bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama. Kontrak akan mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan karena tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian yang sangat luas. Sedangkan bagi petani dapat mengurangi risiko produksi dan risiko harga dengan adanya kerjasama melalui kemitraan. 3. Pola Kemitraan Menurut Keputusan Menteri Pertanian No. 940/kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian yang merupakan penjabaran dari Undang- Undang No. 9 Tahun 1995 dan PP No. 44 Tahun 1997, pola kemitraan dibagi kedalam enam kelompok yaitu inti plasma, subkontrak, dagang umum, keagenan, kerjasama operasional agribisnis dan waralaba. 1. Pola Inti Plasma Pola ini merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra sebagai plasma. Dalam pola kemitraan inti plasma, perusahaan inti berperan dalam penyediaan sarana produksi, menampung hasil produksi, membeli hasil produksi, memberikan bimbingan teknis dan pembinaan manajemen kepada kelompok mitra, memberikan pelayanan kepada kelompok mitra berupa permodalan/kredit, sarana produksi dan teknologi, mempunyai usaha budidaya pertanian/memproduksi kebutuhan perusahaan serta mneyediakan lahan. Sedangkan kelompok mitra bertugas sebagai pengelola seluruh usaha bisnisnya sampai dengan panen, menjual hasil produksi kepada perusahaan mitra dan

25 14 memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati (Hafsah, 2000). Adapun kelebihan dari pola inti plasma antara lain: a) Kemitraan inti plasma memberikan manfaat timbal balik antara kedua belah pihak yang bekerja sama dengan saling ketergantungan dan saling menguntungkan b) Terciptanya peningkatan usaha c) Pola kemitraan inti plasma dapat mendorong perkembangan ekonomi Kelemahan dari pola inti plasma antara lain: a) Kelompok mitra belum memahami hak dan kewajibannya dengan baik sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati b) Perusahaan mitra sebagai inti belum sepenuhnya menjalani komitmen dalam memenuhi fungsi dan kewajiban sesuai apa yang diharapkan oleh pihak plasma Plasma Plasma Perusahaan Inti Plasma Plasma Gambar 1. Pola kemitraan inti-plasma Sumber: Departemen Pertanian (2013) 2. Sub Kontrak Pola kemitraan sub kontrak merupakan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Pola kemitraan sub kontrak mensyaratkan bahwa kelompok mitra harus: 1) memproduksi kebutuhan yang dibutuhkan oleh perusahaan mitra sebagai komponen produksinya, 2) menyediakan tenaga kerja, dan 3) membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan waktu. Sedangkan tugas perusahaan mitra adalah: 1) menampung dan membeli komponen produksi yang dihasilkan oleh kelompok mitra, 2) menyediakan bahan baku/modal kerja, dan 3) melakukan kontrol kualitas produksi. Menurut Hafsah (1999), keuntungan dari pola kemitraan sub kontrak adalah dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan dan menjamin pemasaran produk kelompok mitra usaha. Sementara kelemahan pola kemitraan sub kontrak antara lain: a) Seringkali memberikan kecendrungan mengisolasi produsen kecil sebagai sub kontrak pada satu bentuk hubungan monopoli dan monopsoni terutama dalam penyedian bahan baku dan pemasaran. b) Terjadi penekanan terhadap harga input yang tinggi dan harga output yang rendah karena telah berkurangnya nilai-nilai kemitraan antar kedua belah pihak.

26 15 c) Adanya gejala eksploitasi tenaga untuk mengejar target produksi. Pola kemitraan sub kontrak biasanya ditandai dengan adanya kontrak bersama yang mencakup volume, harga, mutu dan waktu. Pola ini menunjukkan bahwa kelompok mitra memproduksi komponen produksi yang dibutuhkan oleh perusahaan mitra sehingga hasil produksi yang dihasilkan oleh kelompok mitra sangat penting untuk keberlangsungan usaha mitra. Oleh karena itu, pihak perusahaan mitra perlu melakukan pembinaan kepada kelompok mitra secara intensif. Kelompok Mitra Kelompok Mitra Perusahaan Mitra Kelompok Mitra Kelompok Mitra Gambar 2. Pola kemitraan sub kontrak Sumber: Departemen Pertanian (2013) 3. Dagang Umum Pola dagang umum merupakan hubungan antara usaha kecil sebagai kelompok mitra dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai perusahaan mitra dimana perusaha mitra berfungsi memasarkan hasil produksi kelompok mitranya atau kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra. Pola kemitraan ini memerlukan struktur permodalan yang kuat dari kedua belah pihak yang bermitra, baik mitra usaha besar maupun usaha kecil membiayai sendiri dari kegiatan usaha yang dijalankan masing-masing pihak yang bermitra. Hal ini dikarenakan sifat dari pola kemitraan ini pada dasarnya adalah hubungan membeli dan menjual terhadap produk yang dimitrakan. Menurut Hafsah (1999), keuntungan dari pola dagang umum ini adalah adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dengan kualitas yang telah ditentukan atau disepakati. Sedangkan kelemahan dari pola kemitraan dagang umum anatara lain pengusaha besar menentukan dengan sepihak mengenai harga dan volume yang sering merugikan pengusaha kecil. Selain itu, dalam prakteknya pembayaran barang-barang pada kelompok mitra sering tertunda sehingga beban modal pemasaran produk harus ditanggung oleh kelompok mitra. Kondisi seperti ini sangat merugikan perputaran uang pada kelompok mitra yang memiliki keterbatasan permodalan.

27 16 Kelompok Mitra Perusahaan Mitra Konsumen/Industri Memasarkan Produksi Kelompok Mitra Gambar 3. Pola kemitraan dagang umum Sumber: Departemen Pertanian (2013) 4. Keagenan Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa dari usaha perusahaan mitra. Hafsah (1999) menerangkan bahwa perusahaan besar/menengah bertanggung jawab atas mutu dan volume produk (barang atau jasa), sedangkan usaha kecil sebagai mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa tersebut dengan target-target yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Kelebihan dari pola keagenan ini adalah agen dapat merupakan tulang punggung dan ujung tombak pemasaran usaha besar dan usaha menengah. Oleh karena itu, kepiawaian kelompok mitra dalam memasarkan produk dan mempertahankan pelanggan merupakan keberhasilan bagi perusahaan mitra. Hal ini tentunya dapat terjadi bila perusahaan mitra tetap menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas dari produk yang dipasok kepada kelompok mitra. Kelompok Mitra Memasok Perusahaan Mitra Memasarkan Konsumen Gambar 4. Pola kemitraan keagenan Sumber:Departemen Pertanian (2013) 5. Kerjasama Operasional Pola KOA adalah hubungan kemitraan antara petani atau kelompok mitra dengan perusahaan mitra. Petani atau kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal serta sarana untuk mengusahakan dan membudidayakan suatu komoditi pertanian. Kelompok mitra dan perusahaan menggabungkan sumberdaya yang dimilikinya untuk membudidayakan suatu komoditi. Selain itu, perusahaan mitra berperan sebagai penjamin pasar dan mengolah produk tersebut serta dikemas lebih lanjut

28 17 sebagai nilai tambah untuk dipasarkan. Kemudian hasil yang diperoleh dari kerjasama tersebut akan dibagi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah pihak. Keuntungan dari pola kemitraan ini pada dasarnya sama dengan pola kemitraan inti-plasma. Sedangkan kelemahan dari pola kerjasama operasional anatara lain pengambilan untung yang terlalu besar dalam penjualan produk dan pengolahan produk dirasakan tidak adil oleh kelompok mitra karena dapat mengurangi keuntungan yang didapat. Kelompok Mitra Kelompok Mitra Lahan Sarana Tenaga Biaya Modal Teknologi Pembagian hasil sesuai kesepakatan Gambar 5. Pola kemitraan kerjasama operasional Sumber: Departemen Pertanian (2013) 6. Waralaba Pola kemitraan waralaba merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra waralaba dengan memberikan hak lisensi, merek dagang, bantuan manajemen dan saluran distribusi kepada pengelola waralaba. Namun, pemilik waralaba tetap bertanggung jawab terhadap sistem operasi, pelatihan, program pemasaran dan hal-hal lain yang diserahkannya kepada penerima waralaba. Sedangkan pihak pengelola waralaba hanya mengikuti pola yang telah ditetapkan oleh pemilik waralaba serta memberikan sebagian pendapatannya dalam bentuk royalti dan biaya lainnya untuk menunjang usaha yang dilakukannya sesuai kesepakatan bersama. Menurut Hafsah (1999), kelebihan dari pola waralaba adalah kedua belah pihak yang bekerja sama yaitu pemilik waralaba dan perusahaan terwaralaba mendapatkan keuntungan sesuai dengan hak dan kewajibannya. Keuntungan tersebut dapat berupa adanya alternatif sumber dana, penghemtan modal, dan efisiensi. Selain itu, pola waralaba ini dapat membuka peluang kesempatan kerja kepada masyarakat secara luas. Sementara kelemahan dari pola waralaba ini adalah rentan terjadi perselisihan karena salah satu pihak ingkar dan tidak patuh dalam kesepakatan yang telah dibuat. Selain itu, ketergantungan yang sangat besar

29 18 dari perusahaan terwaralaba kepada pemilik waralaba dalam hal teknis dan atau peraturan yang mengikat. Pemilik Waralaba Penerima Waralaba Hak lisensi Merk dagang Bantuan Manajemen Saluran Distribusi Gambar 6. Pola kemitraan waralaba Sumber: Departemen Pertanian (2013) 4. Peranan Pelaku Kemitraan Usaha Menurut Hafsah (1999), peranan pengusaha/perusahaan pembimbing antara lain: 1. Perusahaan menyediakan rancangan kerja agribisnis 2. Pengusaha sebagai penyandang dan atau penjamin kredit untuk permodalan peternak 3. Melaksanakan pengemasan dan pemasaran. 4. Menyediakan tenaga penyuluh untuk memberikan bimbingan usahatani kepada peternak. 5. Memberikan pelayanan dan menyediakan segala keperluan untuk usahatani 6. Pengusaha menjamin akan membeli produksi sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui. 7. Pengusaha membayar semua hasil produksi sesuai dengan kesepakatan. Menurut Hafsah (1999), dalam kerjasama kemitraan, peternak banyak berperan dalam kegiatan budidaya, antara lain: a. Kelompok peternak menyusun rencana kerja, dengan berpedoman pada hasil kesepakatan dengan pengusaha b. Melaksanakan usaha peternakan dengan teknologi dan ketentuan dengan hasil kesepakatan dengan pengusaha c. Melaksanakan kerjasama diantara peternak baik pada pra panen maupun pasca panen sesuai dengan kebutuhan. d. Peternak berkewajiban mematuhi dan melaksanakan semua ketentuan dan perjanjian sesuai dengan kesepakatan bersama. 5. Mekanisme Kemitraan Dalam kemitraan terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan agar kemitraan dapat berjalan dengan lancar. Terdapat beberapa syarat untuk melakukan kemitraan, antara lain 3 : a. Menyediakan kandang beserta peralatan peternakan dengan ukuran teknis dan kapasitas yang direkomendasikan oleh perusahaan kemitraan. 3 Peranan Pola Kemitraan Pada Peternak Usaha Ayam Broiler www. disnaksusel.com (20 April 2013)

30 19 b. Lokasi kandang harus mempunyai fasilitas listrik, cukup tersedia air bersih dan dapat dijangkau oleh kendaraan roda empat untuk mengangkut sapronak daan panen ayam. c. Dapat bekerjasama dengan petugas lapangan inti (technical service) untuk melaksanakan manajemen usaha sesuai dengan petunjuk perusahaan inti. d. Bersedia memberikan jaminan (sertifikat tanah atau BPKB) serta pengadaan dan penyediaan sarana produksi 6. Hak dan Kewajiban Pelaku Kemitraan Dalam mencapai tujuan kemitraan antara perusahaan kemitraan dengan peternak mitra, maka tanggung jawab masing-masing pelaku kemitraan harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan untuk mencapai tujuan dari kemitraan yaitu menjamin kelangsungan kerjasama anatara kedua belah pihak. Adapun hak dan kewajiban perusahaan kemitraan dan peternak mitra dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hak dan kewajiban pelaku kemitraan Perusahaan Inti Hak 1. Menerima hasil produksi dari peternak. 2. Jaminan mutu ayam broiler yang baik dari peternak. 3. Pembayaran kredit dari peternak. Kewajiban 1. Memberikan kredit modal usaha berupa DOC, pakan dan OVK. 2. Melakukan pembinaan dalam kegiatan budidaya. 3. Membeli kembali hasil produksi dengan harga kontrak. Sumber :www. disnaksusel.com (20 April 2013) Peternak Plasma 1. Adanya jaminan sapronak secara kredit. 2. Mendapatkan bimbingan teknis budidaya ayam broiler. 3. Jaminan pemasaran dari perusahaan kemitraan. 1. Menyediakan kandang beserta peralatannya. 2. Melaksanakan budidaya ayam broiler. 3. Menyerahkan hasil produksi kepada perrusahaan kemitraan 7. Analisis Usahatani Kegiatan usahatani merupakan kegiatan produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk (output) dimana kegiatan usahatani tidak terlepas dari penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan suatu produk yang kemudian dijual (ditawarkan) kepasaran untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan usahatani tersebut. Dalam suatu kegiatan usahatani, petani maupun peternak sebagai pelaku usahatani mengharapkan produksi yang lebih besar agar mendapatkan pendapatan yang besar pula. Untuk itu, petani atau peternak menggunakan modal, tenaga dan sarana produksinya sebagai alat untuk mendapatkan produksi yang diharapkan Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan usahatani meliputi faktor intern dan faktor ekstern diantaranya adalah: faktor-faktor pada usahatani itu sendiri (intern) seperti; petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja, modal,

31 20 tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan jumlah keluarga, faktor-faktor diluar usahatani (ekstern) antara lain: tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil, harga saprodi dan lain-lain) serta sarana penyuluhan bagi petani. Menurut Suratiyah (2006), keberhasilan suatu usahatani dapat terjadi apabila kegiatan usahatani tersebut dapat memenuhi kewajiban membayar bunga modal, alat-alat yang digunkan, membayar tenaga kerja luar keuarga serta sarana produksi yang lain termasuk kewajiban terhadap pihak ketiga dan dapat menjaga keberlangsungan usahanya. Oleh karena itu, keberhasilan suatu usahatani sangat ditentukan oleh bagaimana manajemen yang dijalankan dalam usaha tersebut. Bagaimana pengelolaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan modal yang dimiliki menjadi efektif dan efisien. Salah satu ukuran keberhasilan suatu kegiatan ushatani adalah tingkat pendapatan yang diterima oleh petani maupun peternak. Berikut komponen pendapatan petani yang meliputi penerimaan dan biaya yang dikeluarkan. 1. Penerimaan Penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk bibit, dan yang digunakan sebagai pembayaran yang disimpan. Penilaian ini berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. Menurut Soekartawi et al. (1986), penerimaan total usahatani (farm receipt) didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani. Sedangkan menurut Hernanto (1988), menyatakan bahwa penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua usahatani meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil, dan nilai yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani juga dapat diartikan sebagai total penerimaan atau imbalan balas jasa yang diterima oleh petani maupun keluarganya dari kegiatan usahataninya yang diterima pada akhir proses produksi. Penerimaan ushatani dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku. Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi 2, yaitu penerimaan bersih usahatani dan penerimaan kotor usahatani (gross income). Penerimaan bersih usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai dalam proses produksi, tidak termasuk tenaga kerja dalam keluarga petani. Sedangkan penerimaan kotor usahatani adalah nilai total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun tidak dijual (Soekartawi et al. 1986). Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. 2. Biaya atau Pengeluaran Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil. Menurut kerangka waktu, biaya dapat dibedakan menjadi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap (fixed cost)

32 21 dan biaya variabel (variable cost), sedangkan dalam jangka panjang semua biaya dianggap atau diperhitungkan sebagai biaya variabel (Hernanto, 1988). Biaya usahatani akan dipengaruhi oleh jumlah pemakaian input, harga dari input, tenaga kerja, upah tenaga kerja dan intensitas pengelolaan usahatani. a) Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya yang besarnya tidak tergantung pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dihasilkan. Biaya tetap dalam usahatani meliputi gaji yang dibayar tetap, sewa tanah, pajak tanah, alat dan mesin, bangunan ataupun bunga uang serta biaya tetap lainnya. b) Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya variabel merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Artinya biaya variabel berubah menurut tinggi rendahnya ouput yang dihasilkan, atau tergantung kepada skala produksi yang dilakukan. Biaya variabel dalam usahatani meliputi biaya bibit, biaya pupuk, biaya obat-obatan, serta termasuk ongkos tenaga kerja yang dibayar berdasarkan penghitungan volume produksi. 3. Pendapatan Pendapatan usahatani adalah total pendapatan bersih yang diperoleh dari seluruh aktivitas usahatani yang merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Menurut Soekartawi et al. (1986) membagi pendapatan menjadi 2, pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor (gross farm income) merupakan nilai produk total usahatani baik yang (1) dijual, (2) dikonsumsi oleh rumah tangga petani, (3) digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak, (4) digunakan untuk pembayaran, (5) disimpan atau ada digudang pada akhir tahun. Sedangkan pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani dapat digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan kedalam usahatani. Oleh karena itu, pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat dipakai untuk dapat membandingkan penampilan beberapa usahatani. Kerangka Pemikiran Operasional Saat ini, perkembangan usaha peternakan ayam broiler di Jawa Barat mengalami peningkatan salah satunya di Kota Bogor. Peningkatan usaha peternakan ayam broiler di Kota Bogor dilakukan untuk memenuhi permintaan ayam broiler yang terus meningkat. Namun usaha peternakan ayam broiler mandiri tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kondisi peternakan mandiri dihadapkan pada permasalahan permodalan yang terbatas, teknologi budidaya sederhana, dan manejemen sumberdaya yang masih kurang. Selain itu, kendala yang dihadapi oleh peternak kecil adalah tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Risiko yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler ini adalah risiko harga, seperti tingginya harga-harga input seperti DOC, pakan dan obat-obatan,

33 22 maupun ketidakjelasan informasi pasar yaitu harga jual output berupa ayam hidup dan daging. Risiko lain yang dihadapi dalam usaha ternak ayam broiler adalah risiko produksi yang disebabkan oleh cuaca dan iklim serta penyakit. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam mengusahakan peternakan ayam broiler secara mandiri. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama yang saling menguntungkan antara peternak mandiri dan perusahaan inti dalam bentuk kemitraan. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas menjadi faktor yang sangat penting dalam melaksanakan program kemitraan ini. Hasil yang diharapkan dari program kemitraan ini bagi petani adalah produksi lebih meningkat, resiko relatif lebih kecil dan terjaminnya pasar ayam broiler yang diproduksi oleh peternak serta dapat meningkatkan pendapatan antara kedua belah pihak. Dengan adanya program kemitraan ini juga diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah atau kendala-kendala yang timbul sehingga program kemitraan ini dapat dilanjutkan. Dalam evaluasi pelaksanaan kemitraan antara peternak mitra dengan CV. Barokah ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh kedua belah pihak yang bermitra. Selain itu juga untuk mengetahui tingkat pendapatan peternak selama mengikuti program kemitraan. Kemitraan yang dikaji pada CV. Barokah pada intinya ditujukan untuk mengetahui perbedaan mengenai pendapatan para peternak mitra dan peternak mandiri, sehingga dapat diketahui secara lebih signifikan peranan kemitraan bagi kesejahteraan peternak. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, analisis pendapatan usahatani dan R/C rasio, serta analisis uji-t. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah dengan peternak mitra. Selain itu, analisis deskriptif juga digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik peternak mitra dan peternak mandiri yang ada di sekitar wilayah Kabupaten Bogor. Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan peternak mitra yang bermitra dengan CV. Barokah dan peternak mandiri. Sedangkan analisisis uji-t digunakan untuk mengukur seberapa besar peran kemitraan dalam peningkatan pendapatan peternak mitra dengan membandingkan pendapatan peternak mandiri. Adapun bagan kerangka operasional dapat dilihat pada gambar berikut.

34 23 Kendala peternak dalam menjalankan usaha yang meliputi keterbatasan modal, teknologi, manajemen, dan informasi pasar terbatas. Peternak Mandiri Peternak Mitra Modal terbatas Teknologi sederhana Manajemen sumberdaya kurang Ketidakpastian informasi pasar bagi peternak. Modal tidak terbatas Teknologi modern Manajemen sumberdaya baik Kepastian informasi pasar bagi peternak. Pendapatan Konsep Pendapatan Analisis usahatani R/C Rasio Tunai Uji -t Analisis Analisis usahatani R/C Rasio Tunai Uji -t Perbandingan pendapatan dan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan peternak mitra. Menjadi bahan pertimbangan peternak mandiri untuk melakukan kemitraan dan perbaikan kinerja serta pelaksanaan kemitraan Gambar 7. Kerangka pemikiran operasional

35 24 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor dengan responden para peternak ayam broiler yang bermitra dengan perusahaan kemitraan yaitu CV. Barokah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa CV. Barokah merupakan perusahaan yang sedang berkembang dengan lokasi peternak yang mudah dikunjungi, serta adanya kesediaan perusahaan untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April-Juni Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung terhadap keadaan usaha peternak ayam broiler. Data primer juga diperoleh dari wawancara dengan peternak dan dibantu dengan kusioner yang telah dipersiapkan sebelumnya agar dapat mempermudah peternak dalam pengisian kuisoner tersebut. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain dalam bentuk tidak langsung berasal dari usaha yang diteliti atau berasal dari luar. Data ini dapat diperoleh dari buku, Departemen Pertanian, Badan Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan LSI IPB, internet dan literatur lain yang berkaitan dan relevan dengan penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive)dalam menentukan lokasi penelitian yaitu CV. Barokah. Begitupun penentuan peternak yang akan di wawancara menggunakan teknik pengumpulan data secara purposive yaitu peternak ayam broiler yang bermitra dengan CV. Barokah dan peternak mandiri sebagai pembanding. Peternak mitra yang dipilih sebagai responden adalah peternak yang aktif atau sedang melakukan usaha ternak ayam broiler dengan CV. Barokah. Sedangkan untuk peternak mandiri yang dipilih menjadi responden adalah peternak yang tersebar di Kabupaten Bogor mendatangi wilayah yang menjadi pusat usaha ayam broiler. Pengumpulan data dari responden dilakukan melalui teknik wawancara dengan panduan kuisioner. Seluruh peternak mitra dan peternak mandiri yang menjadi responden tersebar di berbagai wilayah Kabupaten Bogor yang menjadi pusat peternakan ayam broiler. Jumlah responden peternak dalam penelitian ini berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang peternak mitra dan 30 orang peternak mandiri. Metode Analisis Data Metode analisis data merupakan suatu proses lanjutan setelah dilakukannya pengumpulan data. Menganlisis data bertujuan agar data yang telah ada dapat memberikan informasi dan dapat memberikan jawaban atas perumusan permasalahan yang terdapat dalam penelitian. Analisis dan pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk

36 25 mendeskripsikan karakteristik peternak dan peran pelaksanaan kemitraan yang terjalin antara peternak yang bermitra dengan perusahaan kemitraan CV. Barokah. Selain itu, data kualitatif diguanakan untuk menguraikan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan peternak mitra. Data kualitatif akan diuraikan secara deskriptif. Sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk menghitung tingkat pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri dengan melakukan analisis pendapatan, analisis R/C rasio, dan uji-t. Kemudian diolah dengan menggunakan program komputer dan disiapkan dalam bentuk tabulasi, sampai akhirnya diuraikan secara deskriptif. 1. Analisis Usahatani Analisis usahatani yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh peternak mitra dan peternak mandiri. Komponen yang diperlukan dalam analisis ini adalah penerimaan, biaya dan pendapatan usahatani. a. Penerimaan Menurut Soekartawi (2002), penerimaan atau pendapatan kotor adalah seluruh pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu kegiatan usahatani dan pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran dalam kegiatan usahatani. Dengan demikian, penerimaan usahatani adalah penerimaan usahatani semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu usahatani dalam 1 periode tertentu, 1 musim tanam atau dalam satuan tahun kegiatan usaha. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut : TR = P XQ Dimana: TR = Penerimaan (revenue) usahatani per periode (Rp) Q = Hasil produksi (quantity) per periode (kg) P = Harga jual (price) produk per unit (Rp/kg.) b. Biaya Biaya adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam suatu periode produksi tertentu yang dinyatakan dalam nilai uang tertentu. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap merupakan biaya atau pengeluaran yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan dan tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang didapat. Biaya tetap dalam usaha ternak ayam broiler meliputi biaya sewa lahan, pajak, penyusutan peralatan, penyusutan bangunan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh prodduksi yang dihasilkan. Biaya variabel dalam usaha ternak ayam broiler meliputi biaya pembelian DOC, pembelian pakan, pembelian obat, sekam, vaksin dan biaya untuk membayar tenaga kerja luar keluarga. Dalam usaha ternak ayam broiler ini terdapat kandang dan peralatan. Oleh karena itu, perlu diperhitungkan biaya penyusutan. Biaya penyusutan alat alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan

37 26 nilai sisa yang ditafsirkan dengan lamanya modal dipakai (Metode Garis Lurus), dengan rumus sebagai berikut: Biaya penyusutan = N N Dimana: Nb = Nilai pembelian (Rp) Ns = Tafsiran nilai sisa (Rp) n = Jangka umur ekonomi (tahun) c. Pendapatan Analisis pendapatan uasahatani digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan pada usaha ternak ayam broiler.pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani per musim atau per tahun. Secara metematis ditulis sebagai berikut: π bersih = TP (BT+BV) Dimana: π = Pendapatan usahatani per periode (Rp) TP = Total penerimaan per periode (Rp) BT = Biaya tetap per periode (Rp) BV = Biaya variabel per periode (Rp) 2. Analisis R/C Ratio Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu, analisa pendapatan selalu diikuti dengan pengukuran efisiensi. Salah satu ukuran efisiensi adalah Analisis Return Cost (R/C) Ratio merupakan perbandingan (rasio) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Analisis R/C Rasio digunakan untuk menunjukkan berapa besar tambahan penerimaan yang diperoleh sebagai manfaat di setiap rupiah yang dikeluarkan. Makin besar R/C makin baik usahatani tersebut. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan petani, digunakan rumus sebagai berikut: Rasio R/C = T P T B Suatu usaha dikatakan berhasil bila nilai R/C rasio > 1. Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usaha akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya, bila nilai R/C < 1 maka setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan kurang dari satu rupiah, sehingga petani menderita kerugian.

38 27 Jika nilai R/C ratio = 1 berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi keuntungan normal. 3. Uji Statistik dengan Uji-t Uji-t merupakan uji perbandingan (uji komparatif), tujuan dari uji-t ini adalah untuk membandingkan atau membedakan apakah kedua data (variabel) sama atau berbeda. Dalam penelitian ini, Uji-t digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan secara nyata antara pendapatan peternak mitra dengan peternak mandiri. Perbedaan antara kedua kondisi tersebut dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata pendapatan peternak mitra dengan pendapatan petani mandiri. Langkah-langkah untuk menghitung uji-t adalah sebagai berikut: a. Merumuskan hipotesa Ho: Pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri tidak berbeda nyata H1: Pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri berbeda nyata b. Menghitung statistik t dengan bantuan spss. c. Menentukan daerah penolakan, jika t hitung > t tabel = tolak Ho d. Mengintepretasikan berdasarkan hasil uji-t tersebut. Setelah dilakukan pengujian terhadap data pendapatan kedua peternak maka dapat dilakukan pengujian hipotesis. Apabila t hitung > t tabel atau probabilitas < 0.05 maka diambil kesimpulan tolak Ho. Sebaliknya, jika t hitung < t tabel atau probabilitas > 0.05 maka diambil kesimpulan terima Ho. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah dan Perkembangan Umum Perusahaan CV. Barokah merupakan salah satu perusahaan sebagai inti kemitraan peternakan ayam broiler yang ada di Kabupaten Bogor yang berdiri pada tahun CV. Barokah dipimpin oleh Bapak Joko Tri Handoko sebagai kepala cabang. CV. Barokah merupakan cabang usaha dari PT Janu Putro Sejahtera yang dimiliki oleh H. Singgih Januratmoko dan berpusat di Yogyakarta. Pada awalnya PT Janu Putro Sejahtera merupakan perusahaan dengan berbagai unit usaha yang berdiri sejak Unit usaha tersebut antara lain bergerak dibidang peternakan, travel dan butik. Pada tahun 2003, unit usaha yang bergerak dibidang peternakan berdiri sendiri dengan nama PT. Bejo Farm namun masih dalam satu organisasi dengan PT. Janu Putro Sejahtera. Dalam perkembangannya, PT. Bejo Farm memiliki dua unit usaha yaitu breeding ayam broiler dan obat - obatan ayam (Jaya Medica). Pada awalnya, PT. Bejo Farm hanya melakukan kemitraan dan menyediakan sarana produksi bagi peternak ayam broiler yang berada di daerah Yogyakarta saja. Namun, pada tahun 2003 juga PT. Bejo Farm membuka beberapa cabang usaha kemitraan diberbagai daerah, antara lain yakni CV Barokah Farm (Bogor), CV Parahyangan (Bandung), CV JPS (Kalimantan), CV Andalas (Lampung). Cabang usaha kemitraan tersebut dibentuk karena pada tahun

39 , peternakan ayam broiler kembali bangkit lagi setelah krisis moneter pada tahun Namun, peternak masih terkendala dengan modal karena sulit membeli sarana produksi yang dibutuhkan dalam usaha ternak ayam broiler. Oleh karena itu, PT. Bejo Farm ingin membantu kendala yang dihadapi oleh peternak dengan melakukan kemitraan. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi yang menghasilkan populasi ayam broiler terbesar di Indonesia salah satunya berada di Kabupaten Bogor. Hal inilah yang menjadi alasan PT. Janu Farm membuka cabang usaha kemitraannya di Kabupaten Bogor. Perusahaan tersebut adalah CV. Barokah Farm. Perusahaan melakukan kemitraan dengan menyediakan sarana produksi ayam broiler yang meliputi DOC (Day Old Chicken), pakan, obat, vitamin, vaksin, tenaga penyuluh lapang (PPL) dan pemasaran. Pada awal berdirinya, CV. Barokah hanya memiliki 2 karyawan dan 1 kepala cabang. Jumlah populasi ayam broiler saat itu hanya berjumlah ekor dengan 6 peternak mitra. Pada saat itu, CV. Barokah terus mencari peternak untuk diajak kerjasama dengan perusahaan melalui survei ke beberapa wilayah yang menjadi sentra produksi ayam broiler. Perusahaan terus mengembangkan usahanya untuk dapat memenuhi permintaan yang meningkat terhadap hasil produk ayam broiler. Saat ini, CV Barokah Farm telah berkembang menjadi perusahaan kemitraan ayam broiler dengan kapasitas ekor per periode produksi dengan 50 peternak mitra. Peternak mitra tersebar diberbagai lokasi antara lain di Cibening, Ciakar, Jasinga, Pamijahan. 2. Struktur Organisasi CV. Barokah Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antar bagian-bagian komponen serta posisi dalam suatu organisasi serta bagaimana mengkoordinasikan aktivitas organisasi. Kegiatan perusahaan akan berjalan dengan baik dan lancar apabila perusahaan mengelola kegiatan usahanya dengan sebaik mungkin.

40 29 Kepala OperasionalCV Barokah Koordinator PPL Admin produksi & sales Marketing Admin logistik& kasir PPL 1 PPL 2 Gambar 8. Struktur organisasi CV. Barokah Adapun tugas dan tanggung jawab dari bagian struktur organisasi perusahaan CV Barokah Farm adalah sebagai berikut: 1. Kepala Operasional a. Kepala Operasional bertanggung jawab untuk mewakili Direksi Pusat menjalankan perusahaan di cabang (region). b. Memberikan laporan kemajuan cabang kepada Direksi Pusat termasuk keuangannya. c. Mengambil semua tindakan yang diperlukan agar cabang berjalan lancar. d. Menjalankan program perusahaan untuk cabang itu/mengejar target. e. Berhak atas promosi dan bonus jika cabang maju melebihi target perusahaan, mengkoordinasi, memimpin dan mengelola, mengontrol segala aktivitas perusahaan secara keseluruhan serta mempunyai wewenang penuh untuk mengambil keputusan dalam menentukan kebijakan perusahaan 2. Admin produksi a. Bekerja sama dengan bagian logistik dan bagian pembelian agar bahanbahan produksi tersedia pada saat dibutuhkan. b. Mengawasi jalannya kegiatan produksi secara keseluruhan sehingga sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. c. Memeriksa laporan-laporan yang diterima dari PPL sebelum meneruskannya kepada fungsi-fungsi yang terkait. d. Membuat laporan hasil usaha setiap periode produksi pada akhir periode untuk setiap farm agar diketahui hasil produksi ayam menguntungkan atau tidak

41 30 e. Mencatat setiap transaksi yang ada pada perusahaan baik itu pengeluaran maupun pemasukan perusahaan f. Menghitung hasil penjualan per periode produksi untuk setiap farm 3. Koordinator PPL a. Memeriksa DOC ke kandang pada saat chick in dan juga pada saat chick out. b. Mengarahkan PPL dalam melakukan tugas dan tanggungjawabnya. c. Menentukan tanggal pengajuan chick in. d. Menghitung hasil penjualan per periode produksi untuk setiap farm 4. Marketing a. Menentukan harga jual, produk yang akan di launching, jadwal kunjungan serta sistem promosi untuk memastikan tercapainya target penjualan b. Memonitor perolehan order serta merangkumkan forecst untuk memastikan kapasitas produksi terisi secara optimal c. Memonitor jumlah stock seluruh admin sales dan marketing untuk memastikan umur stock perusahaan tidak melebihi target yang telah ditentukan. d. Menganalisa dan mengembangkan strategi marketing untuk meningkatkan jumlah pelanggan dan area sesuai dengan target yang ditentukan 5. Admin logistik dan kasir a. Mengelola keuangan yang ada dikantor sesuai dengan ketentuan b. Membuat surat pengajuan chick in untuk masing-masing farm kepada kepala sub operasional c. Membuat laporan pembelian dan penjualan obat-obatan, pakan ternak dan bibit ayam broiler (DOC) d. Melakukan pengecekan surat jalan pembelian e. Membuat laporan bulanan logistik. 6. PPL (Petugas penyuluh lapang) a. Membuat catatan harian (recording) mengenai perkembangan pertumbuhan ayam serta kebutuhan pakan dalam 1 periode produksi. b. Memantau pertumbuhan ayam setiap hari c. Melakukan koordinasi menegnai teknik pemeliharaan dan pengawasan kesehatan ayam dengan kepala kandang dan anak kandang d. Melakukan koordinasi dengan bagian marketing dalam menentukan apakah ayam layak panen atau belum. e. Memantau persediaan pakan dan obat-obatan di kandang (untuk PPL own farm) dan membuat laporan persediaan ke kantor jika persediaan kurang. CV. Barokah sudah memiliki struktur organisasi yang baik. Hal tersebut dapat dilihat adanya pembagian tugas kerja yang jelas sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Staff dan karyawan memiliki kemampuan dan pendidikan sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Kepala Operasional sebagai manajer bertugas sebagai pemegang kendali perusahaan, pembuat kebijakan dan bertanggung jawab atas kelangsungan usaha kemitraan yang dijalankan. Setiap

42 31 keputusan yang diambil oleh perusahaan dimusyawarahkan antara pemimpin dengan kepala-kepala bagian. CV. Barokah memiliki 4 orang kepala bagian pada bagiannya masing-masing. Kepala produksi bertugas dalam pengadaan DOC, pakan, dan obat-obatan untuk kebutuhan peternak mitra agar usaha yang dijalankan peternak berjalan dengan baik. Bagian marketing bertugas dalam menentukan harga jual, melakukan promosi untuk meningkatkan jumlah pelanggan dan area sesuai dengan target yang ditentukan. Pada bagian petugas penyuluh lapang (PPL) bertanggung jawab terhadap pemmeliharaan di kandang masing-masing peternak yang sudah ditentukan. Saat ini, perusahaan memiliki 3 orang PPL yang setiap masing-masing bertanggung jawab atas 15 peternak mitra. Hal tersebut membuat PPL tidak bekerja secara maksimal karena umumnya setiap orang PPL bertugas memegang 10 peternak. Oleh karena itu, perusahaan harus mencari PPL tambahan agar kegiatan usaha yang dijalankan berjalan dengan baik. 3. Manajemen Budidaya Ayam Broiler Manajemen memegang peranan penting dalam kesuksesan peternakan broiler mulai dari persiapan kandang, pemeliharaan dan panen. Keberhasilan suatu usaha ternak ayam broiler sangat ditentukan oleh manajemen pemeliharan. Budidaya ayam broiler yang baik sangat diperlukan agar hasil produksi yang dihasilkan maksimal. Sebagian besar peternak, baik peternak mitra dan peternak mandiri menyatakan bahwa beternak ayam broiler tidak membutuhkan penanganan yang begitu sulit. Berikut perbandingan penggunaan manajemen budidaya ayam broiler pada peternak mitra dan peternak mandiri. Tabel 4. Perbandingan penggunaan input dalam budidaya ayam broiler oleh peternak mitra dan peternak mandiri per ekor Input Satuan Peternak mitra Peternak mandiri Pakan Kilogram Obat-obatan botol 1 1 Sekam Karung Pemanas Tabung gas Tenaga kerja orang 1 1 Rata-rata umur panen Hari Tingkat mortalitas Persen Pakan merupakan input terbesar dalam budidaya ayam broiler. Penggunaan pakan pada peternak mitra sebesar kg per ekor dan peternak mandiri sebesar kg per ekor. Penggunaan pakan peternak mitra lebih efisien dibandingkan dengan peternak mandiri. Hal tersebut dikarenakan pada peternak mitra memperoleh bimbingan teknis dari perusahaan inti untuk mnggunakan input yang efisien. Untuk penggunaan obat-obatan baik peternak mitra maupun peternak mandiri menggunakan 1 botol obat-obatan untuk ekor, karena dalam penggunaan obat-obatan sudah sesuai takaran atau petunjuk yang tersedia. Penggunaan sekam untuk peternak mitra sebanyak 30 karung lebih kecil dibandingkan penggunaan sekam peternak mandiri yaitu sebanyak 33 karung untuk ekor. Peternak mitra maupun peternak mandiri rata-rata menggunakan gas untuk pemanas. Pemanas yang digunakan peternak

43 32 mitra sebanyak 12 tabung gas per ekor. Sedangkan peternak mandiri menggunakan tabung gas sebanyak 15 per ekor dalam 1 periode. Tenaga kerja yang digunakan peternak mitra dan mandiri untuk ekor adalah sebanyak 1 orang. Umur panen menjadi salah satu indikator keberhasilan seorang peternak ayam broiler. Umur panen dan berat badan ayam yang akan dihasilkan saling berkaitan satu sama lain. Peternak dituntut untuk menghasilkan ayam dengan berat badan sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya selama 1 periode pemeliharaan dengan umur panen hari. Peternak yang baik dalam mengelola manajemen ayam broiler, akan mendapatkan berat badan mencapai standar lebih cepat daripada waktu yang ditentukan sehingga panen menjadi lebih awal. Sehingga ayam yang memiliki pertumbuhan lebih baik maka akan mendapat keuntungan yang lebih banyak salah satunya dari pengurangan jumlah pakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peternak mitra mempunyai manajemen yang lebih baik daripada peternak mandiri dalam menghasilkan berat badan sesuai umur panen yang ditargetkan. Peternak mitra mengasilkan berat badan rata-rata sebesar 1.55 kg dengan rata-rata umur panen mencapai 30 hari. Berat badan tersebut sesuai dengan permintaan pasar dari CV. Barokah. Selain itu, peternak mitra sudah dapat mengefisienkan faktor-faktor input produksi seperti pakan, obat-obatan dan vaksin sesuai petunuj yang diberikan oleh PPL dari CV. Barokah. Sedangkan peternak mandiri menghasilkan rata-rata berat badan sebesar 1.36 kg dengan rata-rata umur panen mencapai 32 hari. Pada umumnya, peternak mandiri belum memahami bagimana mengefisienkan penggunnaan faktor-faktor input sehingga berat badan ayam yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan peternak mitra. Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap tingkat keuntungan peternak ayam pedaging adalah angka kematian atau mortalitas. Angka kematian pada ayam dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti bibit yang kurang baik kualitasnya, serangan penyakit, kebersihan kandang yang kurang terjaga, kesalahan manajeman pemeliharaan dan beberapa faktor lainnya. Angka kematian yang dapat ditoleransi adalah kurang dari 5 persen. Semakin rendah angka kematian ayam, maka keuntungan yang akan diperoleh peternak semakin tinggi pula. Demikian pula sebaiknya, semakin tinggi angka kematian, maka keuntungan peternak akan berkurang, bahkan tidak sedikit yang mengalami kerugian bahkan membawa pada kebangkrutan usaha. Pada peternak mitra tingkat kematian ayam rata-rata pada bulan April sebesar 4.27 persen lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri dengan tingkat kematian ayam rata-rata 5.01 persen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peternak mitra dapat menekan angka kematian dengan menjaga kebersihan kandang yang dapat menyebabkan berbagai penyakit sehingga dapat mengurangi tingkat kematian pada ayam yang dipeliharanya. Sedangkan peternak mandiri kurang menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya, sehingga timbul berbagai penyakit yang dapat menyerang pada ayam yang dipeliharanya. Pada umumnya, peternak ayam broiler di Kabupaten Bogor melakukan kegiatan budidaya ayam broiler melalui 3 tahapan produksi yaitu: persiapan kandang, pemeliharaan ayam dan masa panen. Secara rinci kegiatan budidaya ayam broiler dapat dilihat sebagai berikut.

44 33 Tabel 5. Perbandingan manajemen budidaya ternak ayam broiler peternak mitra dan peternak mandiri Kegiatan Peternak mitra Peternak mandiri Persiapan kandang 1. menggunakan mesin yang berisi campuran diterjen untuk membersihkan kandang bagian dalam Pemeliharaan 1. pemberian pakan secara teratur 2. pembersihan kandang 3. menimbang berat badan ayam 4. menjaga kesehatan ayam Panen 1. memasarkan hasil produksi ayam sepenuhnya kepada pihak inti, sehingga peternak mitra mendapat jaminan hasil produksinya 1. menggunakan peralatan tradisional yaitu dengan menggunakan ember plastik dan gayung 1. pemberian pakan secara teratur 2. pembersihan kandang 3. menimbang berat badan ayam 4. menjaga kesehatan ayam 1. peternak mandiri harus membaca informasi pasar dan memastikan kisaran harga pasar agar ayam yang dipanen tidak rugi 1. Persiapan Kandang (Masa Kosong Panen) Kegiatan budidaya ayam broiler diawali dengan persiapan kandang. Persiapan kandang meliputi persiapan tempat pakan dan tempat minum yang sudah dicuci, sekam, sumber air, bak penampung air (tandon), terpal, pemanas, pembatas dan lampu. Selain itu, kandang dibersihkan dari sisa kotoran ayam baik di dalam maupun di luar kandang. Setelah itu biasanya kandang bagian luar dibersihkan dengan cairan disinfektan agar bebas dari kuman dan penyakit. Selanjutnya pembersihan dilakukan pada kandang bagian dalam. Pada umumnya, peternak mitra menggunakan mesin yang berisi campuran diterjen untuk membersihkan kandang bagian dalam. Sementara, peternak mandiri umunya masih menggunakan peralatan tradisional yaitu dengan menggunakan ember plastik dan gayung. Tujuan dari persiapan kandang adalah untuk menjaga kandang dan peralatan dalam keadaan bersih agar meminimalisir dari kontaminasi mikroorganisme yang berbahaya. Chick In Proses check in adalah proses masuknya atau diterimanya DOC oleh peternak mitra dan mandiri yang selanjutnya dipelihara hingga masa panen. Persiapan yang harus dilakukan peternak meliputi persiapan kandang dan persiapan sapronak. Persiapan kandang dilakukan sebelum 3 hari datangnya DOC, dimana sekeliling kandang telah ditutup dengan layar atau terpal. Penggunaan terpal bertujuan untuk menjaga masuknya udara dari luar kandang agar DOC yang akan dipelihara tidak mati kedinginan. Selanjutnya di dalam kandang telah disiapkan sekam dengan ketebalan sekitar 5-7 cm. Persiapan sapronak meliputi tempat pakan, tempat minum, sekam, pakan, pemanas, pembatas, dan lampu telah dalam kondisi siap pakai. Pada umumnya, pembatas DOC yang dipakai oleh peternak mitra CV. Barokah terbuat dari lapisan seng

45 34 yang dibuat melingkar dengan diameter 6 m untuk ekor DOC. Sedangkan peternak mandiri, pembatas DOC terbuat dari bambu berbentuk persegi yang juga diisi untuk ekor DOC setiap pembatas. Selanjutnya pemanas dinyalakan dan dikontrol suhunya minimal 4 jam sebelum DOC tiba. Pemanas dipasang selama kurun waktu 2 minggu dan pada saat cuaca dingin. Pada umumnya, peternak mitra dan mandiri sudah memakai gas sebagai pemanas. Saat DOC tiba, beberapa peternak mengambil secara acak sampel DOC untuk ditimbang dan dilihat kondisinya. Namun ada juga sebagian peternak yang langsung memasukkan DOC ke dalam kandang. Setelah DOC diperiksa, maka DOC siap dimasukkan ke dalam kandang yang sudah hangat dari pemanas. Selanjutnya DOC diberi minum yang ditambahkan gula merah dengan tujuan untuk memulihkan kondisi ayam sewaktu dalam perjalanan menuju kandang. Banyaknya gula merah yang diberikan kurang lebih sebanyak 50gram/liter air. Pakan yang diberikan pada DOC secukupnya dan tidak terlalu banyak. Tempat pakan yang digunakan peternak untuk DOC sebagian menggunakan freeder tray yang berbentuk nampan dan sebagian peternak lain menggunakan kardus sebanyak 20 buah untuk anak ayam. Pada umumnya peternak mitra menggunakan DOC yang sudah divaksin saat diterima di kandang. Sedangkan peternak mandiri menggunakan DOC yang belum divaksin, sehingga pada DOC berumur 3 hari peternak harus memberikan vaksin sendiri. Pemberian vaksin ini bertujuan agar ayam yang dipelihara tidak mudah terserang penyakit. 2. Pemeliharaan (Budidaya) Masa pemeliharaan bertujuan untuk memperoleh ayam yang sehat dan tumbuh sesuai berat badan standar pihak perusahaan inti atau sesuai dengan keinginan dari peternak mitra. Pemeliharaan ayam broiler yang dilakukan oleh peternak mitra dan peternak mandiri pada dasarnya sama. Ayam broiler biasanya dipelihara sampai panen berkisar umur hari. Pemeliharaan ayam broiler sampai dengan panen harus diperhatikan dengan baik, hal ini dikarenakan dapat mempengaruhi hasil produksi ayam broiler yang dipelihara. Baik peternak mitra dan peternak mandiri biasanya membedakan tahapan dalam setiap minggunya pada masa pemeliharaan. Pada minggu pertama, peternak memberikan pakan dengan frekuensi sesering mungkin dan memberikan minum yang sudah dicampur dengan gula yang bertujuan untuk memulihkan energi yang habis selama diperjalanan. Pada minggu pertama, peternak tidak boleh terlambat dalam memberikan pakan dan minum untuk kelangsungan hidup DOC karena keterlambatan pemberian pakan dan minum akan berdampak negatif pada tahap pertumbuhan ayam broiler selanjutnya. Pemanas harus dipasang baik siang maupun malam hari dan layar atau terpal tidak dibuka. Selain itu, sebagian peternak melakukan vaksinasi ND pada umur 4 hari. Pembersihan kandang juga harus sering dilakukan peternak agar lingkungan kandang sehat dan terjaga kebersihannnya. Pada minggu kedua, layar atau terpal mulai dibuka sepertiga bagian bawah, pemanas dipasang hanya pada malam hari atau jika cuaca dingin. Pembatas DOC dilepas agar ayam dapat tumbuh dan bergerak dengan leluasa. Selanjutnya peternak melakukan vaksinasi gumboro pada umur 10 atau 14 hari. Setelah itu, pemberian pakan mulai diberikan ditempat pakan sebanyak 2 kali sehari.

46 35 Peternak juga melakukan penimbangan bobot ayam secara acak setiap minggunya. Minggu ketiga, layar atau terpal mulai dibuka dua per tiga bagian bawah atau dibuka semua jika cuaca panas pada siang hari. Pemanas mulai tidak digunakan lagi, namun jika cuaca dingin sewaktu-waktu pemanas dinyalakan kembali. Pada minggu ini, biasanya peternak melakukan pemeriksaan kondisi ayam dan juga melakukan penimbangan bobot ayam secara acak. Jika terdapat ayam yang sakit, ayam langsung dipisahkan atau dikeluarkan dari kandang dan dilakukan pemulihan agar tidak menimbulkan penularan penyakit pada ayam lainnya sehingga tidak menimbulkan mortalitas yang tinggi. Pada minggu keempat yaitu minggu terakhir masa pemilahaan ayam broiler, pemeliharaaan tidak jauh berbeda dari minggu sebelumnya. Hanya saja penimbangan bobot ayam lebih sering dilakukan sampai menjelang waktu panen. Kegiatan yang umum dilakukan setiap harinya yaitu pemberian pakan dan minum serta menjaga kesehatan ayam. Pada masa pemeliharaan terakhir biasanya terpal atau layar sudah dibuka seutuhnya. 3. Panen Dalam usaha peternakan ayam broiler hasil utama dalam produksinya adalah daging ayam. Selain itu hasil tambahan dari usaha ternak ayam broiler berupa kotoran ayam dan bulu ayam. Pada umumnya ayam dipanen pada kisaran umur hari, tergantung kebutuhan pasar. Oleh karena itu, peternak mandiri harus membaca informasi pasar agar ayam yang dipanen tidak rugi. Proses pemanenan yang dilakukan peternak mitra dan peternak mandiri pada dasarnya sama yaitu ayam dipanen pada pagi atau sore hari untuk menghindari stress pada ayam. Selain itu, ayam dipuasakan atau tidak diberi pakan dan minum kurang lebih 2 jam sebelum panen tiba. Pemanenan yang dilakukan oleh peternak mitra dengan memasarkan hasil produksi ayam sepenuhnya kepada pihak inti, sehingga peternak mitra mendapat jaminan hasil produksinya. Biasanya pihak inti sudah mempunyai pelanggan tetap dalam memasarkan ayam dari pihak kemitraan yaitu restoran padang atau langsung menjual kepasar. Harga hasil produksi ayam broiler pada peternak mitra sudah disepakati pada saat awal produksi. Lain halnya pemanenan yang dilakukan oleh peternak mandiri yaitu peternak terlebih dahulu memastikan kisaran harga pasar untuk ayam broiler yang siap panen. Jika harga yang didapatkan tinggi atau tidak terlalu rendah, maka peternak mandiri akan akan menghubungi brooker (tengkulak) untuk datang mengambil hasil produksinya. Namun jika harga yang didapatkan dirasa rendah, maka peternak mandiri akan menahan ayamnya dikandang dan menunggu hingga harga ayam dipasar bergerak naik. Hal ini dilakukan peternak mandiri untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Namun, hal ini pula dinilai kurang efektif karena pada ayam broiler yang terlalu lama dibiarkan dalam pemeliharaan akan menambah biaya pakan dan ayam menjadi tua yang menyebabkan daging ayam menjadi alot.

47 36 Pelaksanaan Kemitraan 1. Pola Kemitraan CV. Barokah Pola kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah umumnya sama dengan pola kemitraan yang dijalankan oleh perusahaan kemitraan lainnya. Berdasarkan konsep kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah, maka kerjasama kemitraan ini digolongkan kedalam pola inti plasma. Konsep tersebut tercantum dalam perjanjian kerjasama antara CV. Barokah dengan peternak mitra, dimana pihak CV. Barokah berperan sebagai inti dan peternak mitra berperan sebagai plasma. Peran CV. Barokah dalam kemitraan ini yaitu antara lain membantu peternak mitra dalam menyiapkan sarana produksi berupa DOC, pakan, obat-obatan, vaksin dan vitamin. Selain itu, perusahaan kemitraan memberikan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia peternak melalui pelatihan, pembinaan, dan keterampilan teknis produksi. Perusahaan mitra juga mempunyai peran menjamin pembelian hasil produksi peternak sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan peternak mitra tidak diperbolehkan menjual hasil produksinya dan memasok sarana produksi kepada perusahaan kemitraan selain CV. Barokah. Kerjasama kemitraan ini diatur dalam dokumen tertulis yang disebut dengan surat kesepakatan. Di dalam surat kesepakatan tersebut terdapat 18 pasal yang memuat tentang ruang lingkup kerjasama, jangka waktu perjanjian, hak dan kewajiban CV. Barokah dan peternak mitra, cara pembayaran hasil, tuntutan dan larangan, sanksi dan denda, jaminan dah hutang, pembatalan kerjasama serta penyelesaian perselisihan. Sementara kesepakatan tentang harga sapronak, peralatan, ukuran ayam dan harga panen tercantum dalam surat kesepakatan per periode. Surat kesepakatan per periode ini dapat berubah setiap periode produksi mengikuti perkembangan harga sapronak yang terjadi di CV. Barokah. Tabel 6. Pelaksanaan kemitraan antara CV. Barokah dengan peternak mitra MOU Standar Pelaksanaan 1. Peternak mendaftarkan diri kepihak perusahaan untuk bergabung menjadi mitra 2. Survey dan seleksi oleh PPL kepada peternak mengenai lokasi kandang, kondisi kandang dan kelengkapan fasilitas kandang 30 peternak 30 peternak Prosedur dan peternak syarat penerimaan mitra 3. Peternak menyerahkan syaratsyarat berupa fotokopi KTP dan KK. 4. Peternak menyerahkan jaminan berupa BPKB, surat tanah atau berupa deposit uang tunai 5. Peternak Menandatangani surat perjanjian kesepakatan kerjasama kemitraan 30 peternak 30 peternak 30 peternak Hak kewajiban peternak dan 1. Menerima sarana produksi berupa bibit ayam (DOC), pakan ayam, obat-obatan, dan vaksin dari CV. 30 peternak

48 37 Hak kewajiban Barokah dan CV. Penetapan harga input, output dan bonus Sanksi dari pihak inti Barokah 2. Mendapatkan pembinaan, pengarahan dan pengontrolan dalam hal pemeliharaan ayam broiler 3. Menyediakan kandang ayam beserta alat perlengkapan dan tenaga kerja pemeliharaan ayam broiler 4. Memelihara dan menggunakan sarana produksi ayam broiler sesuai dengan petunjuk dan saran perusahaan 5. Melunasi pembayaran sarana produksi sebelum siklus periode berikutnya 1. Menerima hasil produksi dari peternak. 2. Pembayaran kredit dari peternak. 3. Memberikan kredit modal usaha berupa DOC, pakan dan OVK. 4. Melakukan pembinaan dalam kegiatan budidaya. 5. Membeli kembali hasil produksi dengan harga kontrak. 1. Penetapan harga sapronak dan harga jual ayam sesuai dengan kontrak perjanjian 2. Peternak mendapatkan bonus FCR 1. Peternak mengetahui dan memahami sanksi yang ditetapkan pihak perusahaan untuk kondisikondisi tertentu 30 peternak 30 petrnak 30 peternak 30 peternak 27 peternak 30 peternak 30 peternak 30 peternak 30 peternak 30 peeternak 30 peternak 27 peternak Pembahasan mengenai pelaksanaan kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah dan peternak mitra dapat dijelaskan lebih rinci sebagai berikut: 1. Sistem dan Prosedur Penerimaan Mitra Bagi CV. Barokah, peternak mitra merupakan mitra kerja yang harus dipertahankan hubungannya agar usaha kemitraan dapat terus berlanjut dan berkesinambungan. Peternak juga merupakan aset yang harus dikembangkan dan ditambah jumlahnya, karena salah satu indikator yang menjadi keberhasilan perusahaan inti diukur dari berapa jumlah peternak mitra yang dimiliki beserta total populasi ayamnya. Tentu saja peternak yang diharapkan oleh CV. Barokah adalah peternak yang baik dan berkualitas dalam melakukan budidaya ayam broiler. Oleh karena itu, perusahaan terus mencari dan menyeleksi calon peternak mitra dengan seksama. CV. Barokah sendiri tentunya telah membuat sistem dan prosedur penerimaan calon peternak mitra. Sistem dan prosedur tersebut dibuat dengan tujuan agar dapat memberikan kepastian mitra dengan selektif dan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan. Peternak yang ingin bergabung mendatangi kantor CV. Barokah untuk mendaftarkan diri sebagai calon mitra.

49 38 Sumber informasi mengenai CV. Barokah diperoleh peternak dari berbagai sumber, diantaranya didapatkan dari teman, peternak yang sudah bergabung dengan CV. Barokah atau langsung dari CV. Barokah sendiri langsung melakukan pendekatan PPL kepada peternak ayam broiler. Setelah peternak mendaftarkan diri menjadi calon mitra, pihak perusahaan yang diwakili oleh PPL akan mendatangi lokasi kandang untuk melihat keadaan beserta kelengkapan kandang calon peternak mitra. Data-data terkait dengan kandang calon peternak mitra dicatat untuk dijadikan pertimbangan. Proses seleksi dilakukan dengan beberapa pertimbangan, diantaranya lokasi kandang, kondisi kandang serta kelengkapan fasilitas kandang calon peternak mitra. Setelah proses survei kandang dilakukan, PPL akan menentukan layak atau tidaknya calon mitra tersebut untuk bergabung dengan perusahaan. Apabila layak, maka PPL akan menentukan jumlah kapasitas populasi ayam yang akan dibudidayakan nanti sesuai dengan ukuran kandang peternak. Selanjutnya, calon peternak mitra mendatangi kembali kantor CV. Barokah dengan membawa syarat-syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan. Syarat tersebut antara lain fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga dan jaminan baik berbentuk BPKB kendaraan atau surat tanah. Identitas calon peternak mitra harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Jaminan yang diberikan oleh calon peternak mitra akan disimpan di kantor CV. Barokah dan bersifat mutlak untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah menyerahkan jaminan, tahapan selanjutnya peternak mitra diminta membaca dengan seksama dan menandatangani kontrak perjanjian kerjasama yang diberikan stempel materai Rp Surat perjanjian kerjasama tersebut terdirir dari 18 pasal dan bersifat mengikatdan berlaku semenjak ditandatangani oleh kedua belah pihak. Perjanjian ini dapat berakhir apabila ada keinginan dari salah satu pihak, dengan ketentuan harus memberi tahu satu periode siklus sebelumnya dan kedua belah pihak tidak saling terikat tanggungan hutang piutang. Selain itu, peternak mitra dan perusahaan menadatangani juga surat kontrak harga yang berlaku setiap periode produksi dan akan diperbaharui sesuai kebijakan perusahaan inti dan disetujui oleh peternak mitra. 2. Syarat-syarat Calon Peternak Mitra Kandang dan peralatan merupakan modal utama untuk beternak dan keduanya harus dalam keadaan baik serta layak untuk digunakan karena akan berpengaruh terhadap perkembangan ayam broiler. Syarat kandang peternak yang dapat dijadikan mitra minimal ekor ayam. Hal ini dikarenakan agar biaya pengiriman sapronak menjadi efisien karena biaya transportasi sudah termasuk dalam harga sapronak. Status kepemilikan kandang dapat berupa kandang milik sendiri atau berupa kandang sewa. Peralatan yang dibutuhkan dalam usaha ternak ayam broiler harus sudah tersedia di kandang seperti tempat pakan, tempat minum dan pemanas. Lokasi kandang yang disyaratkan oleh CV. Barokah adalah mudah dijangkau oleh kendaraan, keamanan lokasi di sekitar kandang juga harus dijaga oleh peternak serta harus dipertimbangkan bagaimana tanggapan dari masyarakat lain yang bertempat tinggal dekat dengan lokasi kandang. CV. Barokah sangat menghindari lokasi kandang yang berdekatan dengan pemukiman penduduk

50 39 karena dapat membawa permasalahan sosial dan akan mempertinggi resiko kegagalan serta kerugian dalam usaha ternak. Lokasi kandang kurang lebih harus berjarak 500 m dari pemukiman. CV. Barokah tidak membatasi pengalaman minimal beternak, sehingga peternak yang memiliki pengalaman beternak maupun peternak pemula dapat bergabung menjadi peternak mitra CV. Barokah. Namun, syarat untuk bergabung menjadi peternakmitra harus menyerahkan jaminan yang dapat berupa surat kepemilikan tanah, BPKB, atau uang tunai. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi peternak mitra dalam menjalin kerjasama dengan CV. Barokah. Untuk menjamin kerjasama kemitraan berjalan dengan baik, peternak mitra harus dapat bersifat kooperatif karena hal ini akan memudahkan bagi perusahan inti untuk melakukan pembinaan dan pengawasan atau pengontrolan. Peternak juga diwajibkan mengikuti segala peraturan dan saran yang diberikan perusahaan. 3. Hak dan Kewajiban Peternak Mitra Hak dari peternak mitra adalah menerima bantuan modal sarana produksi berupa DOC, pakan, obat-obatan dan vitamin dari CV. Barokah. Selain itu, peternak mitra juga mendapatkan bimbingan manajemen ternak yang baik dan benar agar mendapatkan hasil produksi yang optimal. Bimbingan yang diberikan oleh pihak inti berupa pembinaan, pengarahan dan pengontrolan dalam hal teknik pemeliharaan ayam broiler. Kewajiban peternak mitra adalah bertanggung jawab dalam mengelola usaha ternaknya dengan baik mulai dari masuknya DOC sampai waktu panen. Peternak mitra juga wajib menyediakan biaya operasional diluar biaya sapronak yang dipberikan oleh perusahaan inti. Biaya tersebut antara lain biaya tenaga kerja, sekam, bahan bakar untuk pemanas, listrik dan lainnya. Peternak mitra juga berkewajiban memberikan laporan kepada pihak inti berupa laporan seluruh kegiatan pemeliharaan ayam broiler dengan mengisi formulir yang sudah disediakan oleh pihak inti. Peternak mitra tidak diperbolehkan menggunakan sapronak selain dari pihak inti dan tidak boleh menjual atau meminjamkan sapronak kepada peternak lain. Peternak mitra juga diwajibkan memberitahu kepada pihak inti jika terjadi kematian ayam yang tidak wajar atau lebih dari 2 persen dari jumlah total populasi ayam broiler yang dipelihara. Hal ini dilakukan agar pihak inti dapat mengambil tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu, peternak mitra wajib menjual seluruh hasil panen dan melunasi pembelian sapronak kepada pihak inti. Pada kemitraan CV. Barokah, apabila peternak mengalami kerugian, maka jumlah kerugian tersebut masuk kedalam hutang dan akan menjadi tagihan pada periode berikutnya dan pembayaran hutang tersebut dapat dibayar sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. 4. Hak dan Kewajiban Pihak Inti Pihak inti yaitu CV. Barokah dalam kemitraan ini mempunyai hak dalam menentukan harga sapronak berupa harga DOC, pakan, obat-obatan, vitamin, serta menentukan harga jual ayam yang tertulis didalam surat perjanjian kontrak harga yang ditandatangani oleh peternak mitra. Pihak inti berhak menentukan jadwal

51 40 pengiriman DOC, pakan dan panen ayam sesuai dengan kebutuhan. Selain itu, perusahaan inti berhak menerina hasil produksi dari peternan mitra dan menerima pembayaran kredit dari peternak mitra. Kewajiban pihak inti adalah menentukan dan menyusun program pemeliharaan ayam melalui petugas penyuluh lapang (PPL). PPL berkewajiban mengontrol kesehatan ayam dan memberikan bimbingan teknis budidaya agar mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu, PPL berkewajiban melakukan kunjungan langsung dalam waktu seminggu 2 kali untuk mengontrol keadaan di kandang milik peternak mitra. 5. Penetapan Harga Input, Output dan Bonus Dalam kegiatan usaha ternak ayam broiler dalam kemitraan ini, pasokan sapronak diperoleh dari beberapa supplier yang sudah bekerjasama dengan CV. Barokah. Pasokan DOC diperoleh dari beberapa perusahaan, anatar lain PT Japfa Comfeed Indonesia, PT Charoen Phokpand Indonesia, PT Malindo Feedmill, PT Multibreeder Adirama. Begitu pula untuk kebutuhan pakan dipasok oleh beberapa perusahaan tersebut. Pasokan obat-obatan diperoleh dari PT Jaya Medica, Sanbe dan Agrinusa. Penetapan harga sarana produksi, harga jual ayam hidup dan penetapan pemberian bonus dalam kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah dengan peternak mitra sepenuhnya ditetapkan oleh CV. Barokah. Daftar harga tersebut secara rinci telah ditetapkan dalam kontrak kerjasama yang ditandatangani oleh kedua belah pihak. Harga sarana produksi yang ditetapkan oleh CV. Barokah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Harga garansi ayam broiler hidup Jenis produk Satuan Harga (Rp) DOC Ekor 6000 Pakan starter Kg 6750 Pakan finisher Kg 6700 OVK Harga distributor Sumber: CV. Barokah (2013) Berdasarkan tabel 7, penetapan harga sapronak sudah ditetapkan CV. Barokah sejak bulan Januari 2013 hingga saat ini perusahaan belum melakukan perubahan harga sapronak. Jika harga sapronak yang ditetapkan oleh CV. Barokah di atas harga pasar, maka akan menjadi keuntungan pihak inti. Namun sebaliknya jika harga sapronak di pasar berada di atas harga CV. Barokah, maka perusahaan akan mengalami kerugian. Berikut salah satu perbandingan harga DOC di pasar dengan harga kontrak CV. Barokah dapat dilihat pada Gambar 9.

52 Januari Febuari Maret April Harga Pasar Harga CV. Barokah Gambar 9. Perbandingan rata-rata harga DOC pasar dan CV. Barokah Berdasarkan Gambar 9 diketahui bahwa dalam bulan Januari hingga April harga pasar untuk DOC terus mengalami peningkatan dari harga Rp menjadi Rp Berbeda dengan harga DOC yang ditetapkan oleh CV. Barokah yang stabil pada harga Rp Hal ini membuat perusahaan inti mengalami kerugian karena harga DOC di pasar berada diatas harga CV. Barokah. Namun, berdasarkan wawancara dengan pihak perusahaan menyatakan bahwa masih mendapatkan keuntungan dari pengambilan pakan dalam jumlah yang besar dari beberapa perusahaan pakan. Sama halnya dengan harga sapronak, harga jual ayam broiler siap panen juga bisa naik ataupun turun sesuai dengan pergerakan pasar. Namun CV. Barokah sebelumnya telah menetapkan harga garansi ayam hidup yang tertulis dalam kontrak sesuai dengan Tabel 8. Tabel 8. Harga garansi CV. Barokah Berat badan (kg) Harga garansi (Rp/kg) > Afkir Pada Tabel 8, menerangkan bahwa semakin tinggi bobot badan ayam hidup yang akan dipanen maka akan semakin tinggi pula harga jualnya. Hal ini dikarenakan biaya pemeliharaan ayam broiler pada bobot yang lebih besar, relatif lebih besar dibandingkan dengan ayam yang memliki bobot yang lebih kecil.

53 42 Total harga yang akan didapatkan peternak adalah hasil perkalian antara bobot ayam dengan harga jual per kg. Untuk mendapatkan bonus, peternak mitra harus dapat mencapai nilai FCR (feed convertion ratio) sama atau kebih rendah dari nilai FCR standar yang ditentukan oleh CV. Barokah. FCR adalah jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan satu kilogram bobot ayam hidup. Perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan total pemakaian pakan dengan membandingkan bobot daging yang dihasilkan oleh peternak, sehingga akan diketahui berapa kilogram pakan yang digunakan untuk setiap 1 kg bobot ayam hidup. Oleh karena itu, peternak harus menghasilkan performa ayam broiler yang sehat dan disertai dengan penggunaan pakan yang hemat. Sehingga semakin kecil nilai FCR, maka selisih yang didapatkan antara FCR aktual dengan FCR standar semakin besar dan akan semakin besar pula bonus yang diterima oleh peternak mitra. Perhitungan bonus dilakukan dengan menyesuaikan hasil produksi peternak dengan standar FCR yang ditetapkan oleh CV. Barokah. Terdapat tabel yang menentukan standar FCR untuk masing-masing bobot daging rata-rata ayam hidup yang dihasilkan oleh peternak. Berdasarkan kontrak harga terakhir, peternak mitra akan mendapat intensif FCR dengan ketentuan sebagai berikut. Tabel 9. Bonus intensif FCR Selisih FCR Intensif (Rp / kg) < dst 145 Sumber: CV. Barokah (2013) 6. Manfaat Pelaksanaan Kemitraan Manfaat dari pelaksanaan kemitraan antara CV. Barokah dengan peternak mitranya dirasakan oleh kedua belah pihak. Secara umum, kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah dengan peternak mitra yang ada di Kabupaten Bogor dimaksudkan untuk memenuhi dan menjaga kontinuitas ayam broiler di pasar. Berdasarkan wawancara dengan peternak mitra, peternak mengatakan dengan adanya kemitraan ini banyak memberikan keuntungan. Salah satunya peternak dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan karena kendala modal yang biasanya dihadapi oleh peternak dapat teratasi dengan adanya pinjaman barang modal berupa DOC, pakan dan obat-obatan dari perusahaan inti serta pemberian pinjaman modal berupa kredit uang untuk mengembangkan usaha dari peternak mitra. Modal tersebut akan dibayarkan jika peternak telah mendapat hasil panen dan untuk pinjaman berupa kredit uang dapat dicicil sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Selain itu, peternak mendapatkan jaminan pasar dari hasil ayam yang dipeliharanya. Peternak juga mendapatkan bimbingan teknis serta pengetahuan budidaya ayam broiler oleh petugas lapang. Hal ini di ungkapkan oleh beberapa peternak mitra yang baru bergabung dengan CV. Barokah dan belum berpengalaman dalam hal budidaya ayam broiler. Hal yang sama juga diungkapkan oleh peternak mitra yang sudah lama bergabung dengan perusahaan,

54 43 jika ayam yang dipelihara sakit atau terdapat masalah lainnya maka petugas lapang segera mengambil tindakan dan memberikan saran kepada peternak mitra. 7. Sanksi dari Pihak Inti Sebelum calon peternak mitra menandatangani surat perjanjian kesepakatan kerjasama kemitraan, terlebih dahulu harus membaca dan memahami hal-hal apa saja yang terdapat dalam surat perjanjian tersebut termasuk didalamnya sanksi yang ditetapkan oleh CV. Barokah. Sanksi tersebut diberikan apabila peternak mitra tidak memenuhi kewajiban-kewajiban berdasarkan perjanjian yang telah disepakati, maka perusahaan yaitu CV. Barokah berhak menghentikan kontrak kerjasama dengan peternak mitra tersebut. Berdasarkan wawancara dengan perusahaan, pernah didapat seorang peternak plasma menjual ayamnya kepada pihak lain selain perusahaan. Namun pihak inti tidak langsung memberikan sanksi atau menghentikan kerjasama, tetapi peternak yang melakukan hal tersebut hanya diberikan peringatan. Selain itu, pihak perusahaan juga melakukan pengawasan yang lebih intensif agar kejadian tersebut tidak terulang dikemudian hari. Karakteristik Peternak Mitra dan Peternak Mandiri Peternak mitra yang bekerjasama dengan CV. Barokah tersebar di beberapa wilayah Kabupaten Bogor, antara lain daerah Cibinong, Citeureup, Cibening, Ciakar dan Jasinga. Jumlah peternak mitra yang menjalin kerjasama dengan CV. Barokah adalah sebanyak 38 orang mitra. Namun dalam penelitian ini hanya diambil sebanyak 30 orang peternak mitra dan peternak mandiri sebanyak 30 orang sebagai responden. Daftar jumlah dan lokasi peternak mitra yang akan dijadikan responden dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Tabel 10. Daftar jumlah dan lokasi peternak mitra dan mandiri di Kabupaten Bogor tahun 2013 No. Daerah Jumlah Peternak mitra (orang) Peternak mandiri (orang) 1. Cibinong Citeureup Cibening Ciakar Jasinga 3 3 Jumlah Sumber: CV. Barokah (2013) a. Umur Umur dapat menentukan prestasi kerja sesorang. Umur juga dapat mempengaruhi seorang peternak dalam melakukan budidaya ayam broiler. Berdasarkan hasil survei terhadap responden, diperoleh kisaran umur peternak berusia 26 sampai 60 tahun. Peternak mitra dan peternak mandiri mempunyai sebaran yang berbeda. Peternak mitra memiliki sebaran terbanyak pada umur tahun dan sebaran umur terkecil pada umur lebih dari 56 tahun. Sedangkan

55 44 sebaran terbanyak peternak mandiri pada umur tahun dan sebaran terkelil pada umur tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak mitra berada di umur produktif yaitu umur tahun dibandingkan dengan peternak mandiri. Sebaran responden berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Kelompok umur responden Kelompok Peternak mitra Peternak mandiri umur (tahun) Jumlah (orang) Presentase (%) Jumlah (orang) Presentase (%) > Jumlah b. Jenis Kelamin Hampir seluruh peternak yang menjadi responden baik peternak mitra maupun peternak mandiri berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dipengaruhi oleh kecendrungan lai-laki sebagai pemimpin dalam keluarga. Namun, terdapat responden perempuan pada peternak mitra berjumlah 3 orang. Ketiga responden perempuan tersebut beralasan bergabung dengan kemitraan karena sebagai pekerjaan sampingan. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Jenis kelamin peternak mitra dan peternak mandiri Jenis kelamin Peternak mitra Peternak mandiri Jumlah (orang) Presentase (%) Jumlah (orang) Presentase (%) Laki-laki Perempuan Jumlah c. Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang biasanya akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam menerima ilmu dan informasi. Dalam hal budidaya ayam broiler, semakin tinggi pendidikan seorang peternak, maka akan semakin mudah menerima berbagai ilmu dan informasi mengenai teknologi budidaya ayam sehingga mampu mengembangkan usahanya dengan lebih baik. Seluruh responden tersebar dalam tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Sebagian besar peternak memiliki latar belakang pendidikan yaitu SD-SMA. Sebaran pendidikan terbesar peternak mitra maupun peternak mandiri adalah SMA. Sebanyak 50 persen peternak mitra memiliki latar belakang pendidikan SMA, sebanyak persen berpendidikan SD dan sisanya berpendidikan SMP dan perguruan tinggi.

56 45 Peternak mandiri mempunyai sebaran pendidikan terbesar yaitu SMA sebanyak persen dan sebaran pendidikan terkecil pada tingkat perguruan tinggi sebanyak 6.67 persen. Sebaran pendidikan peternak mitra dan peternak mandiri dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Tingkat pendidikan peternak mitra dan peternak mandiri Tingkat pendidikan Jumlah (orang) Peternak mitra Presentase (%) Jumlah (orang) Peternak mandiri Presentase (%) SD SMP SMA Perguruan tinggi Jumlah d. Status Kepemilikan Kandang Berdasarkan survei yang telah dilakukan, sebagian besar status kepemilkan kandang dari peternak mitra adalah milik sendiri yaitu sebasar persen atau sebanyak 26 peternak. Sisanya sebanyak persen atau 4 peternak menyewa kandang untuk ternak ayamnya. Namun berbeda dengan peternak mitra, sebagian besar status kepemilikan kandang peternak mandiri adalah kandang sewa yaitu sebanyak 60 persen dan sisanya sebanyak 40 persen adalah milik sendiri. Status kepemilikan kandang peternak mitra dan peternak mandiri dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Status kepemilikan kandang peternak Status kepemilikan kandang Jumlah (orang) Peternak mitra Presentase (%) Jumlah (orang) Peternak mandiri Presentase (%) Milik sendiri Sewa Jumlah e. Pekerjaan di Luar Usaha Ternak Ayam Berdasarkan survei yang dilakukan, sebagian besar peternak mitra dan peternak mandiri mengandalkan usaha ternak ayam broiler sebagai pekerjaan utama. Peternak mitra yang tidak mempunyai pekerjaan lain di luar usaha ayam broiler sebanyak persen dan sisanya sebanyak persen peternak memiliki pekerjaan di luar usaha ternak ayam broiler. Sama halnya dengan peternak mandiri, sebanyak persen peternak tidak memiliki pekerjaan di luar usaha ternak ayam broiler sedangkan persen sisanya memiliki

57 46 pekerjaan di luar usaha ternak ayam broiler. Pekerjaan peternak di luar usaha ternak ayam broiler secara rinci dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Pekerjaan diluar usaha ternak ayam broiler Jenis pekerjaan Jumlah (orang) Peternak mitra Presentase (%) Jumlah (orang) Peternak mandiri Presentase (%) Pegawai negeri Pegawai swasta Wiraswasta Pensiunan Tidak ada Jumlah f. Alasan Beternak Ayam Hampir seluruh peternak mitra dan peternak mandiri memilih usaha ternak ayam broiler ini sebagai pekerjaan utama mereka, yaitu masing-masing sebanyak 80 persen peternak mitra dan persen peternak mandiri. Dalam wawancara dengan peternak, alasan mereka memilih usaha ternak sebagai pekerjaan utama adalah perputaran modal yang cepat karena dalam waktu rata-rata 30 hari peternak sudah memperoleh keuntungan. Sebagian peternak lain, memilih usaha ternak ayam broiler ini sebagai pekerjaan sampingan dan usaha turun temurun. Alasan peternak melakukan usaha ternak ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Alasan beternak Alasan beternak ayam Jumlah (orang) Peternak mitra Presentase (%) Jumlah (orang) Peternak mandiri Presentase (%) Pekerjaan utama Pekerjaansampingan Usaha turun temurun Jumlah g. Pengalaman Beternak Pengalaman beternak ayam broiler peternak mitra maupun mandiri bervariasi, mulai kurang dari 5 tahun sampai dengan 36 tahun. Namun sebagian besar peternak mitra dan mandiri memiliki pengalaman beternak 6-15 tahun yaitu masing-masing sebanyak persen dan 50 persen. Hal ini disebabkan karena sebagian besar peternak memulai usahanya dengan beternak ayam ras. Pengalaman beternak dari responden dapat dilihat pada Tabel 17.

58 47 Tabel 17. Pengalaman peternak dalam beternak ayam broiler Pengalaman beternak (tahun) Jumlah (orang) Peternak mitra Presentase (%) Jumlah (orang) Peternak mandiri Presentase (%) < Jumlah h. Alasan Mengikuti dan Tidak Mengikuti Kemitraan Untuk peternak mitra, ada beberapa alasan yang mendasari keikutsertaan peternak dalam kemitraan. Alasan terbanyak sebesar persen adalah karena kesulitan modal untuk menjalankan usahanya. Dengan menjadi anggota kemitraan, peternak tidak perlu mengeluarkan biaya utama untuk sapronak seperti DOC, pakan, obat-obatan dan vitamin. Peternak hanya memesan pada saat awal periode produksi dan akan dibayar pada akhir periode. Sebanyak 30 persen peternak beralasan mengikuti kemitraan ini karena ingin mendapatkan jaminan pasar untuk ayamnya. Seringkali ayam yang dihasilkan peternak tidak sesuai dengan permintaan pasar, sehingga tengkulak tidak mau mengambilnya dan jika bisa dijual harganya pun akan turun. Dengan mengikuti kemitraan maka hasil panen akan dipasarkan oleh perusahaan. Alasan lainnya sebesar persen adalah peternak ingin meningkatkan keuntungan. Dengan mengikuti kemitraan, perusahaan inti diharapkan dapat membantu permasalahan yang dihadapi oleh peternak seperti kesulitan modal, dan manajemen budidaya ayam broiler. Sehingga dapat mengurangi risiko kerugian yang dihadapi serta dapat meningkatkan keuntungan peternak itu sendiri. Sebanyak 10 persen peternak mengikuti kemitraan ini adalah melihat orang lain berhasil dalam usahanya karena mengikuti kemitraan dengan CV. Barokah dan peternak tersebut kemudian bergabung dengan perushaan. Beberapa alasan peternak mengikuti kemitraan dengan CV. Barokah dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Alasan peternak mitra mengikuti kemitraan Alasan mengikuti kemitraan Peternak mitra Jumlah (orang) Persentase (%) Kesulitan modal Ingin mendapatkan jaminan pasar Ingin meningkatkan keuntungan Melihat orang berhasil Jumlah Lain halnya dengan peternak mitra, alasan terbanyak peternak mandiri tidak mengikuti kemitraan adalah sudah memiliki modal dan sudah mempunyai pasar sendiri yaitu masing-masing sebanyak 11 persen. Peternak mandiri sudah memiliki modal yang cukup untuk membeli sapronak sendiri dan untuk biaya

59 48 lainnya, sehingga peternak merasa tidak perlu mengikuti kemitraan. Selain itu, peternak mandiri sudah memiliki langganan atau tengkulak yang dapat membeli hasil panen mereka. Alasan selanjutnya adalah dengan tidak mengikuti kemitraan, peternak memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Hal tersebut terjadi ketika harga jual ayam yang siap panen di pasar sedang tinggi, sehingga peternak mandiri memperoleh keuntungan yang lebih tinggi. Alasan terkecil peternak mandiri tidak mengikuti kemitraan adalah peternak tidak suka di atur yaitu sebanyak 6.66 persen. Peternak mandiri tidak ingin terikat oleh peraturan yang dibuat oleh perusahaan inti. Alasan peternak mandiri tidak mengikuti kemitraan dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Alasan peternak mandiri tidak mengikuti kemitraan Alasan tidak mengikuti kemitraan Peternak mandiri Jumlah (orang) Persentase (%) Modal sudah cukup Sudah mempunyai pasar sendiri Keuntungan lebih tinggi Tidak suka diatur Jumlah i. Sumber Informasi Mengenai CV. Barokah Sumber informasi mengenai CV. Barokah paling banyak diperoleh dari teman-teman sesama peternak ayam broiler yaitu sebanyak persen. Peternak menyatakan bahwa informasi mengenai CV. Barokah diperoleh dari teman peternak yang sebelumnya telah bergabung dan merasakan manfaat dari kemitraan dengan CV. Barokah. Selanjutnya, informasi mengenai CV. Barokah diperoleh langsung dari perusahaan yaitu sebanyak persen. Dalam kegiatan usahanya, perusahaan melakukan promosi untuk mendapatkan calon peternak yang ingin bergabung dengan perusahaan. Sumber informasi mengenai perusahaan terkecil diperoleh dari kelurga yaitu sebanyak Sumber informasi peternak mengenai CV. Barokah dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Sumber informasi mengenai CV. Barokah Sumber informasi mengenai CV. Peternak mitra Barokah Jumlah (orang) Persentase (%) Teman Keluarga Langsung dari CV. Barokah Jumlah Analisis Pendapatan Usaha Peternak Ayam Broiler 1. Biaya Produksi usaha Ternak Ayam Broiler Komponen biaya yang dikeluarkan pada kegiatan budidaya ayam broiler terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel dalam usaha ternak ini adalah biaya DOC, pakan, obat-obatan, sekam, pemanas, tenaga kerja dan listrik.

60 49 Biaya untuk DOC, pakan dan OVK seluruhnya ditanggung oleh pihak inti, namun peternak tetap wajib membayarnya jika telah mendapatkan pembayaran hasil panen. Biaya tetap pada usaha ternak ayam broiler meliputi biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan, sewa kandang dan pemeliharaan kandang. Perhitungan biaya produksi yang dikeluarkan setiap kilogram bobot ayam hidup dilakukan dengan cara membagi biaya rata-rata dengan rata-rata kilogram bobot ayam yang dihasilkan. Struktur biaya usaha ternak ayam broiler untuk peternak mitra dan peternak mandiri dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Struktur biaya produksi peternak mitra dan peternak mandiri komponen biaya Peternak mitra (Rp/kg) Peternak mandiri (Rp/kg) A. Biaya Variabel DOC Pakan Obat-obatan Sekam Pemanas Tenaga kerja Listrik Total Biaya Variabel B. Biaya Tetap Pemeliharaan kandang Sewa kandang Penyusutan Total Biaya Tetap Total Biaya Berdasarkan Tabel 21, total biaya yang dikeluarkan oleh peternak mitra dan mandiri tidak terlalu berbeda karena pada saat dilakukan penelitian harga yang sedang berlaku dipasar sedang mengalami penurunan. Sehingga harga yang ditentukan oleh CV. Barokah lebih tinggi daripada harga yang berada di pasar. Namun, total biaya peternak mitra lebih besar dibandingkan dengan peternak mandiri yaitu sebesar Rp per kg untuk peternak mitra dan Rp per kg untuk peternak mandiri. Biaya variabel untuk DOC, pakan, dan biaya obatobatan merupakan biaya yang paling signifikan daripada biaya variabel lainnya. Jumlah biaya akan semakin besar seiring dengan bertambahnya populasi ayam yang dibudidayakan. Biaya variabel terbesar yang harus dikeluarkan adalah biaya untuk pembelian pakan. Biaya pakan yang dikeluarkan oleh peternak mitra dan peternak mandiri mencapai persen dari seluruh biaya variabel lainnya. Biaya variabel terbesar kedua yang dikeluarkan oleh peternak mitra dan peternak mandiri adalah biaya DOC. Biaya DOC peternak mitra lebih besar daripada peternak mandiri yaitu masing-masing sebesar Rp 9352 per kg dan Rp 9315 per kg. Hal ini dikarenakan harga DOC yang digunakan oleh peternak mitra mengikuti harga kontrak yang sudah ditetapkan oleh perusahaan inti. Sedangkan peternak mandiri bebas memilih DOC yang akan dipakai sehingga harganya dapat

61 50 lebih murah. Biaya obat-obatan pada peternak mitra sebesar Rp 475 per kg lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri yaitu sebesar Rp 544 per kg. Peternak mandiri memakai obat-obatan yaitu vitamin dan vaksin lebih banyak, karena ayam yang dibudidayakan oleh peternak mandiri lebih sering terkena penyakit sehingga memerlukan obat-obatan yang lebih banyak. Biaya variabel lain yang dikeluarkan oleh peternak adalah biaya sekam. Biaya sekam peternak mandiri sebesar Rp 194 per kg lebih besar dari peternak mitra yaitu sebesar Rp 170 per kg. Peternak mitra maupun peternak mandiri menggunakan lebih dari 100 karung sekam sebagai alas kandang dengan harga 6000 per karung. Biaya untuk bahan bakar pemanas lebih besar dikeluarkan oleh peternak mandiri. Biaya pemanas yang dikeluarkan oleh peternak mandiri untuk setiap kilogram bobot ayam sebesar Rp 122, sedangkan peternak mitra sebesar Rp 140. Hal ini disebabkan karena beberapa peternak mandiri masih menggunakan batu bara dan serbuk kayu, sedangkan sebagian peternak mitra menggunakan gas sebagai pemanas. Biaya pembelian bahan bakar lebih menghemat pada peternak mitra karena penggunaan gas lebih efisien dan lebih ramah lingkungan dari pada penggunaan batu bara. Biaya variabel untuk tenaga kerja pada peternak mitra dan peternak mandiri tidak jauh berbeda. Hal ini terlihat dari biaya tenaga keja yang dikeluarkan oleh peternak mitra sebesar Rp 203 per kg, sedangkan peternak mandiri sebesar Rp 194 per kg. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga pada umumnya akan digunakan jika peternak sudah mempunyai kapasitas ayam lebih dari 4000 ekor. Rata-rata pengeluaran upah tenaga kerja luar keluarga yang dikeluarkan oleh peternak mitra dan mandiri sebesar Rp 300 per ekor per periode. Biaya listrik yang dikeluarkan oleh peternak mitra sebesar Rp 41 per kg lebih kecil daripada peternak mandiri yaitu sebesar Rp 43 per kg. Hal ini disebabkan karena peternak mitra telah menggunakan tempat minum otomatis yang dapat menghemat penggunaan air. Sedangkan peternak mandiri masih menggunakan tempat minum manual yang lebih banyak dalam penggunaan air. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternak ayam broiler terdiri dari biaya pemeliaharaan kandang, sewa kandang dan penyusutan. Biaya pemeliharaan kandang pada peternak mitra lebih besar darpada peternak mandiri. Peternak mitra mengeluarkan biaya pemeliharaan kandang sebesar Rp 54 kg dan peternak mandiri sebesar Rp 48 per kg. Biaya sewa kandang peternak mitra yaitu sebesar Rp 27 per kg lebih kecil dari peternak mandiri sebesar Rp 152 per kg. Hal ini dikarenakan sebagian peternak mitra sudah memilki kandang sendiri sedangkan sebagaian peternak mandiri menyewa kandang untuk memelihara ayamnya. Biaya penyusutan yang dikeluarkan peternak terdiri dari penyusutan kandang dan penyusutan peralatan. Biaya penyusutan peternak mitra sebesar Rp 166 per kg lebih besar dari peternak mandiri yaitu sebesar Rp 83 per kg. 2. Penerimaan Usaha Ternak Ayam Broiler Penerimaan usaha ternak ayam broiler merupakan pendapatan kotor yang diperoleh peternak sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada usahanya. Penerimaan tersebut dapat diperoleh dari total produksi dikalikan dengan harga per satuan. Penerimaan yang diperoleh peternak mitra berasal dari

62 51 penjualan ayam, bonus FCR dan penjualan kotoran. Bonus FCR akan didapatkan oleh peternak jika menghasilkan nilai FCR lebih rendah atau sama dengan FCR standar perusahaan. Sedangkan penerimaan peternak mandiri diperoleh dari penjualan ayam dan penjualan kotoran. Penjualan kotoran rata-rata peternak dijual dengan harga Rp per karung. Komposisi penerimaan peternak mitra dan peternak mandiri dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Komposisi penerimaan peternak mitra dan peternak mandiri Keterangan Peternak mitra (Rp/kg) Peternak mandiri (Rp/kg) Penjualan ayam Penjualan kotoran Bonus FCR Total penerimaan Penerimaan dari usaha ternak yang utama adalah penerimaan dari hasil penjualan ayam, hasil penjualan ayam sangat tergantung pada bobot badan ayamyang dihasilkan. Apabila dapat mencapai bobot yang tinggi, disertai penggunaan pakan yang lebih hemat maka peternak akan mendapatkan hasil penjualan yang baik. Jadwal panen yang berbeda pada peternak mandiri menyebabkan harga yang berlaku di pasaran pada saat pemanenan juga berbeda. Total penerimaan yang diperoleh peternak mitra lebih besar daripada peternak mandiri. Peternak mitra memperoleh penerimaan sebesar Rp per kg, sedangkan peternak mandiri memperoleh penerimaan sebesar Rp Perbedaan jumlah penerimaan disebabkan karena peternak mandiri tidak mendapatkan bonus FCR, sehingga hal tersebut dapat menambah penerimaan peternak mitra. 3. Pendapatan usaha Ternak Ayam Broiler Pendapatan usaha ternak ayam broiler adalah selisih penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan selama proses produksi. Perhitungan pendapatan atas biaya total yang diperoleh peternak merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan usahatani. Sedangkan analisis imbangan penerimaan dan biaya total (R/C Rasio) menilai efisiensi usahatani yang dilaksanakan oleh peternak mitra dan peternak mandiri. Total biaya yang dikeluarkan oleh peternak mitra tidak jauh berbeda dengan peternak mandiri. Total biaya peternak mitra sebesar Rp per kg lebih besar dibandingkan dengan peternak mandiri yaitu sebesar Rp per kg. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah harga kontrak yang ditetapkan oleh CV. Barokah untuk biaya produksi peternak mitranya jauh lebih tinggi dari harga pasar yang di dapat oleh peternak mandiri. Sementara untuk total penerimaan yang diperoleh peternak mitra jauh lebih besar daripada total penerimaan yang diperoleh peternak mandiri, yaitu masing-masing sebesar Rp per kg dan Rp per kg. Perhitungan analisis pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri dapat dilihat pada Tabel 23.

63 52 Tabel 23. Perhitungan pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri Keterangan Peternak mitra (Rp/kg) Peternak mandiri (Rp/kg) Total penerimaan Total biaya Total pendapatan R/C Rasio Keterangan *: Ditunjukkan pada taraf nyata 5% Berdasarkan Tabel 23, dapat dilihat bahwa pendapatan peternak mitra lebih besar dibandingkan dengan pendapatan peternak mandiri. Pendapatan yang diperoleh peternak mitra sebesar Rp per kg sedangkan pendapatan yang diperoleh peternak mandiri sebesar Rp per kg. Berdasarkan pengamatan dilapangan, perbedaan pendapatan antara peternak mitra dan peternak mandiri dikarenakan peternak mandiri kurang dalam pengetahuan teknis budidaya ayam broiler yang baik dan benar. Beberapa dari peternak mandiri belum memahami bagaimana mengefisienkan penggunaan faktor-faktor input produksi seperti pakan, obat-obatan dan vaksin. Hal lain yang menyebabkan perbedaan pendapatan yang diterima oleh peternak mitra dan peternak mandiri adalah karena peternak mitra mempunyai penerimaan lain yaitu bonus FCR yang diberikan oleh perusaan inti. Selain itu, peternak mitra memperoleh jumlah panen yang lebih besar dengan tingkat kematian ayam rata-rata sebesar 4.27 persen lebih kecil dibandingkan dengan peternak mandiri dengan tingkat kematian ayam rata-rata sebesar 5.01 persen. Harga jual ayam juga mempengaruhi perbedaan pendapatan antara peternak mitra dan peternak mandiri. Pada periode bulan April, harga jual ayam siap panen dipasar lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ditetapkan oleh perusahaan CV. Barokah. Hal ini menunjukkan dengan tingkat biaya yang hampir sama, pengusahaan ayam broiler peternak mitra jauh lebih menguntungkan daripada peternak mandiri. Tingkat keuntungan antara usaha ternak ayam broiler yang dilakukan oleh peternak mitra dan peternak mandiri dapat dilihat dari besarnya R/C rasio. R/C rasio atas biaya total peternak mitra sebesar 1.13 lebih besar daripada R/C rasio yang diperoleh peternak mandiri yaitu sebesar Hal ini dapat dikatakan bahwa usaha yang dijalankan oleh peternak mitra lebih efisien dibandingkan dengan peternak mandiri. Namun, usaha yang dijalankan keduanya menguntungkan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari tiap unit biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil perhitungan pendapatan usahatani tersebut, maka dapat dilihat bahwa dengan adanya kemitraan dapat meningkatkan peternak ayam broiler. Walaupun usaha ternak dilakukan dalam skala kecil jika dibudidayakan dengan baik dan sesuai prosedur, maka hasil yang didapatkan juga bisa memuaskan. Pendapatan peternak sangat dipengaruhi bagaimana peternak tersebut dapat mengelola ternak ayam dengan sebaik-baiknya, memperhatikan kesehatan ayam agar dapat menekan angka kematian pada ayam, dan menjaga kondisi ayam agar nafsu makan semakin meningkat, sehingga menghasilkan bobot ayam yang berat, tentu disertai dengan penggunaan pakan yang seefisien

64 53 mungkin. Selain itu, pembinaan dan pengawasan selama kegiatan usaha berlangsung yang dilakukan oleh petugas lapang dari pihak perusahaan sangat membantu peternak mitra dalam mengefisiensikan input-input produksi untuk memperoleh hasih yang maksimal. 4. Analisis Perbedaan Tingkat Pendapatan (Uji t) Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kemitraan terhadap pendapatan peternak, maka dilakukan uji t dengan 2 sampel bebas. Peranan kemitraan tersebut dapat dilihat dari perbedaan nyata antara pendapatan peternak mitra dengan mandiri. Dalam penelitian ini juga dilakukan uji beda total biaya antara peternak mitra dan peternak mandiri dan uji beda total penerimaan peternak mitra dan peternak mandiri. Hasil uji t total biaya, total penerimaan dan pendapatan antara peternak mitra dan peternak mandiri dapat dilihat pada Lampiran 9, Lampiran 10 dan Lampiran 11. Berdasarkan hasil uji t untuk total biaya pada peternak mitra dan peternak mandiri menghasilkan uji yang lebih besar dari nilai alfa (α) 5 persen, yaitu sebesar Hal ini berarti terima Ho, artinya bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil rata-rata total biaya antara peternak mitra dan peternak mandiri. Adapun nilai statistik uji t untuk total penerimaan mengahsilkan nilai uji yang lebih kecil dari nilai alfa (α) 5 persen yaitu sebesar Hal tersebut menunjukkan bahwa tolak Ho yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil rata-rata total penerimaan antara peternak mitra dan peternak mandiri. Demikian halnya dengan hasil uji t untuk pendapatan antara peternak mitra dan peternak mandiri. Pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri menghasilkan nilai statistk uji t yang lebih kecil dari nilai alfa (α) 5 persen yaitu sebesar Hal ini berarti menunjukkan bahwa tolah Ho yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan terhadap pendapatan antara peternak mitra dan peternak mandiri. Berdasarkan hasil uji t dapat diambil kesimpulan bahwa kemitraan berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Dengan demikian, adanya kemitraan dapat memberikan manfaat kepada peternak antara lain mendapatkan bantuan modal berupa sarana dan produksi usaha ternak ayam broiler, bimbingan teknis dan penyuluhan serta menjamin pemasaran hasil panen ayam broiler. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kemitraan yang dijalankan oleh CV. Barokah dengan peternak mitra yang ada di wilayah Kabupaten Bogor dijalankan dengan pola inti plasma. Kemitraan ini sudah berjalan selama 6 tahun. Peran CV. Barokah dalam kemitraan ini membantu peternak mitra dalam mengatasi permasalahan permodalan yaitu menyiapkan sarana produksi berupa DOC, pakan, obat-obatan, vaksin dan vitamin. Selain itu, perusahaan kemitraan memberikan bimbingan teknis dan menjamin pembelian hasil produksi peternak sesuai dengan kesepakatan. Pelaksanaan

65 54 kemitraan yang dijalankan antara CV. Barokah dengan peternak mitra sudah berjalan sesuai dengan standar atau MOU yang ditetapkan oleh perusahaan. Karakteristik peternak mitra dan mandiri tidak terlalu berbeda. Sebagian besar umur peternak mitra adalah usia antara tahun sebanyak 40 persen dan sebagian umur peternak mandiri adalah usia antara tahun sebanyak persen. Hampir seluruh peternak mitra dan peternak mandiri berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 90 persen dan 100 persen. Tingkat pendidikan peternak mitra dan mandiri adalah SMA yaitu sebesar 50 persen dan persen. Sebagian besar peternak mitra memilki status kepemilikan kandang milik sendiri sebanyak persen. Sedangkan status kepemilikan kandang peternak mandiri adalah sewa sebanyak 60 persen. Peternak mitra dan peternak mandiri memiliki pengalaman beternak antara 6-15 tahun sebanyak persen dan persen. Alasan terbesar peternak mitra mengikuti kemitraan adalah kesulitan modal senayak persen. Sedangkan alasan peternak mandiri tidak mengikuti kemitraan adalah modal sudah cukup dan sudah mempunyai pasar sendiri sebesar persen. Hasil analisis usahatani peternak mitra dan peternak mandiri menunjukkan bahwa terdapat perbedaan atas biaya total, penerimaan dan pendapatan. Total biaya peternak mitra sebesar Rp per kg lebih besar dibandingkan dengan peternak mandiri yaitu sebesar Rp per kg. Hal tersebut dikarenakan harga input-input produksi lebih murah dibandingkan dengan harga yang ditetapkan oleh CV. Barokah. Sementara untuk total penerimaan yang diperoleh peternak mitra jauh lebih besar daripada total penerimaan yang diperoleh peternak mandiri, yaitu masing-masing sebesar Rp per kg dan Rp per kg. Pendapatan yang diperoleh peternak mitra sebesar Rp per kg lebih besar dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh peternak mandiri sebesar Rp per kg. R/C rasio atas biaya total peternak mitra sebesar 1.13 lebih besar daripada R/C rasio yang diperoleh peternak mandiri yaitu sebesar Hal ini menunjukkan usaha yang dijalankan oleh peternak mitra dinilai lebih efisien dibandingkan dengan peternak mandiri. Dengan demikian, kemitraan berperan dalam meningkatkan pendapatan usaha ternak ayam broiler dengan cara melakukan pembinaan secara teknis budidaya ayam serta melakukan efisiensi penggunaan input-input produksi. Berdasarkan hasil uji t terhadap biaya total peternak mitra dan peternak mandiri, menunjukkan tidak berbeda secara signifikan terhadap rata-rata total biaya peternak mitra dan peternak mandiri. Sedangkan hasil uji t untuk total penerimaan dan pendapatan terdapat perbedaan yang signifikan antara peternak mitra dan peternak mandiri. Saran 1. Perusahaan inti yaitu CV. Barokah perlu menambah karyawan dibagian petugas penyuluh lapangan (PPL). Hal ini dikarenakan, saat ini jumlah PPL yang dimiliki CV. Barokah tidak sesuai MOU yang ada. 2. Pihak perusahaan sebaiknya memberikan sanksi yang tegas sesuai dengan kontrak kesepakatan kerjasama kemitraan, sehingga tidak ada peternak yang melakukan pelanggaran di kemudian hari.

66 55 3. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dimana pendapatan peternak mitra lebih besar daripada peternak mandiri, disarankan peternak mandiri bergabung dengan perusahaan kemitraan sehingga pendapatan peternak mandiri yang nantinya akan menjadi peternak mitra akan meningkat. Selain itu, dengan mengikuti kemitraan peternak mandiri akan mendapat bimbingan teknis mengenai manajemen budidaya ayam broiler sehingga tingkat kematian ayam broiler dapat diperkecil. DAFTAR PUSTAKA Aziz FA Analisis Risiko Dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor). Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan sebaran terkecil pada Institut Pertanaian Bogor: Bogor Balai Besar Industri Hasil Pertanian Kabupaten Bogor Diakses: 16 Maret 2013 Departemen Pertanian Pola Kemitraan. Jakarta Deshinta M Peranan Kemitraan Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Broiler (Kasus Kemitraan: PT Sierad Produce dengan Peternak di Kabupaten Sukabumi. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor Populasi ternak ayam ras di Kabupaten Bogor tahun Bogor Direktorat Jenderal Peternakan Konsumsi Daging per Kapita Tahun Diakses: 15 Maret 2013 Direktorat Jenderal Peternakan Populasi Ayam Broiler di Indonesia. Diakses: 15 Maret 2013 Direktorat Jenderal Peternakan Total Produksi Daging Nasional Tahun Diakses: 15 Maret 2013 Febridinia R Peranan Kemitraan Dalam Pendapatan Peternak Ayam Broiler (Kasus: Kemitraan Ternak Cibinong dengan CV Tunas Mekar Farm, Kecamatan Ciluar, Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanaian Bogor: Bogor Firwiyanto M Analisis Pendapatan Dan Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya Ps Sawangan, Depok). Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor Hafsah M.J Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta Hernanto F Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta Lestari M Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta). Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanaian Bogor: Bogor Rasyaf M Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya: Jakarta

67 56 Saputra D Analisis Kepuasan Konsumen Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm di Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanaian Bogor: Bogor Sari DP Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Dan Mandiri Di Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. Skripsi. Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanaian Bogor: Bogor Soekartawi Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press: Jakarta Soekartawi, dkk Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia: Jakarta Suratiyah K Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya: Jakarta

68 LAMPIRAN 57

69 58 Lampiran 1. Populasi dan tingkat mortalitas ayam broiler peternak mitra No. Chick In Chick out Mortalitas (%) Total Rata-rata

70 59 Lampiran 2. Populasi dan tingkat mortalitas ayam broiler peternak mandiri No. Chick In Chick Out Mortalitas (%) Total Rata-rata

71 60 Lampiran 3. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra Keternagan Biaya Variabel DOC Pakan Obat-obatan Sekam Pemanas Tenaga Kerja Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Pemeliharaan kandang Sewa kandang Penyusutan Total Biaya Tetap Total Biaya Penerimaan Penjualan ayam Penjualan kotoran Bonus FCR Total penerimaan Pendapatan R/C Rasio

72 61 Lampiran 4. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra Keterangan Biaya Variabel DOC Pakan Obat-obatan Sekam Pemanas Tenaga Kerja Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Pemeliharaan kandang Sewa kandang 209 Penyusutan Total Biaya Tetap Total Biaya Penerimaan Penjualan ayam Penjualan kotoran Bonus FCR Total penerimaan Pendapatan R/C Rasio

73 62 Lampiran 5. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mitra Keterangan Biaya Variabel DOC Pakan Obat-obatan Sekam Pemanas Tenaga Kerja Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Pemeliharaan kandang Sewa kandang Penyusutan Total Biaya Tetap Total Biaya Penerimaan Penjualan ayam Penjualan kotoran Bonus FCR Total penerimaan Pendapatan R/C Rasio Ratarata

74 63 Lampiran 6. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri Keterangan Biaya Variabel DOC Pakan Obat-obatan Sekam Pemanas Tenaga Kerja Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Pemeliharaan kandang Sewa kandang Penyusutan Total Biaya Tetap Total Biaya Penerimaan Penjualan ayam Penjualan kotoran Total penerimaan Pendapatan R/C Rasio

75 64 Lampiran 7. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri Keterangan Biaya Variabel DOC Pakan Obat-obatan Sekam Pemanas Tenaga Kerja Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Pemeliharaan kandang Sewa kandang Penyusutan Total Biaya Tetap Total Biaya Penerimaan Penjualan ayam Penjualan kotoran Total penerimaan Pendapatan R/C Rasio

76 65 Lampiran 8. Analisis pendapatan usaha ayam broiler peternak mandiri Keterangan Biaya Variabel DOC Pakan Obat-obatan Sekam Pemanas Tenaga Kerja Listrik Total Biaya Variabel Biaya Tetap Pemeliharaan kandang Sewa kandang Penyusutan Total Biaya Tetap Total Biaya Penerimaan Penjualan ayam Penjualan kotoran Total penerimaan Pendapatan R/C Rasio Ratarata

77 66 66 Lampiran 9. Hasil Uji-t total biaya peternak mitra dan peternak mandiri Group Statistics VAR N Mean Std. Deviation Std. Error Mean biaya_total E E Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means biaya_total Equal variances assumed Equal assumed variances not F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

78 Lampiran 10. Hasil Uji-t total penerimaan peternak mitra dan peternak mandiri Group Statistics VAR N Mean Std. Deviation Std. Error Mean total_penerimaan E E Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means total_penerimaa n Equal assumed variances Equal variances not assumed F Sig. t df Sig. (2- tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

79 68 Lampiran 11. Hasil uji-t pendapatan peternak mitra dan peternak mandiri 68 Group Statistics VAR N Mean Std. Deviation Std. Error Mean pendapatan Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means pendapatan Equal variances assumed Equal variances not assumed F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper

80 69 Lampiran 12. Foto-foto manajemen ayam broiler peternak mitra dan peternak mandiri Kandang peternak mitra Kandang peternak mandiri Tempat pakan dan minum peternak mitra Tempat pakan dan minum peternak mandiri

81 70 A pemanas peternak mitra Alat A pemanas peternak mandiri Alat Kegiatan pemeliharaan ayam peternak mitra Kegiiatan pemeliharaan ayam peternak mandiri

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER

PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER PERANAN KEMITRAAN DALAM PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER Kasus : Kemitraan Ternak Cibinong dengan CV Tunas Mekar Farm, Kecamatan Ciluar, Bogor, Jawa Barat. Oleh : RIZKY FEBRIDINIA H 34076132 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan ayam pedaging di Indonesia dimulai sejak tahun 1960, berlanjut hingga saat ini. Dunia perunggasan semakin popular di kalangan masyarakat, mulai dari usaha skala rumah

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA (Studi Kasus Peternak Plasma dari Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor, Jawa Barat) SKRIPSI MUHAMAD LUCKY MAULANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian pada masa sekarang adalah dengan meletakkan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek pembangunan), bukan lagi sebagai obyek pembangunan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Risiko Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu. Namun, secara sederhana artinya senantiasa mengena dengan kemungkinan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Rakyat 2.1.1 Definisi hutan rakyat Definisi Hutan rakyat dapat berbeda-beda tergantung batasan yang diberikan. Hutan rakyat menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor ini dapat diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, 1 BAB I PENDAHULUAN Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging, mengalami pasang surut, terutama pada usaha kemitraan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya fluktuasi harga

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN 6.1. Pola Kemitraan CV TMF Kemitraan antara peternak ayam di daerah Cibinong pada dasarnya adalah sama dengan semua kemitraan yang dijalankan di semua daerah kemitraan CV TMF.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan usaha ternak ayam di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970 an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat, yang kemudian mendorong

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan umum Ayam Broiler Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki sifat ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan. Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan masyarakat akan produk-produk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemitraan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 940/Kpts/OT.210/10/97 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan

I. PENDAHULUAN. serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor petenakan merupakan salah satu sub sektor yang berperan serta dalam menunjang pembangunan nasional. Salah satu tujuan pembangunan subsektor peternakan seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroindustri adalah usaha untuk mengolah bahan baku hasil pertanian menjadi berbagai produk yang dibutuhkan konsumen (Austin 1981). Bidang agroindustri pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Peneilitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Ternak Cibinong yang bermitra dengan CV Tunas Mekar Farm (TMF) di Kecamatan Ciluar, Kabupaten Bogor, Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Peternakan adalah kegiatan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dengan menerapkan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi. Peternakan merupakan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam PENGANTAR Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2014 subsektor peternakan berkontribusi tehadap Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian dari pertumbuhan industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam memenuhi kebutuhan pangan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA Muhammad Sujudi 1) Dhyvhy29@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Enok Sumarsih 2) sumarsihenok@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Oleh FAISHAL ABDUL AZIZ H34066044 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan sektor pertanian dalam arti luas yang bertujuan untuk pemenuhan pangan dan gizi serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin pesat dan memberikan kontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani. Unggas khususnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang berpeluang sangat besar untuk dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Kebutuhan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan Kemitraan merupakan sebuah istilah konsep kerjasama yang dikenal di Indonesia. Di negara lain terdapat tiga mekanisme dasar yang digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, dimana sub sektor ini memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus diimbangi dengan kesadaran masyarakat akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal

Lebih terperinci

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN PRODUCTION SHARING IN BROILER PARTNERSHIP IN PT. X IN MAROS REGENCY, SOUTH SULAWESI PROVINCE Mathina Ranggadatu¹,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

KERAGAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PARUNG BOGOR: PERBANDINGAN USAHA TERNAK MITRA DAN USAHA TERNAK MANDIRI SURYANI NURFADILLAH

KERAGAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PARUNG BOGOR: PERBANDINGAN USAHA TERNAK MITRA DAN USAHA TERNAK MANDIRI SURYANI NURFADILLAH i KERAGAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING DI KECAMATAN PARUNG BOGOR: PERBANDINGAN USAHA TERNAK MITRA DAN USAHA TERNAK MANDIRI SURYANI NURFADILLAH DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI DIAN SAPUTRA H34096021 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) SKRIPSI MEYLANI LESTARI H34066081 DEPARTEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Kerangkan pemikiran konseptual dalam penelitian ini terbagi menjadi empat bagian, yaitu konsep kemitraan, pola kemitraan agribisnis, pengaruh penerapan

Lebih terperinci

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak

VI POLA KEMITRAAN. Perusahaan Inti DUF. Perusahaan Pemasok Sapronak VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga

Lebih terperinci

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS" Oleh : Imas Nur ' Aini21 Abstrak Usaha peternakan ayam ras yang telah berkembang dengan pesat ternyata tidak disertai dengan perkembangan pemasaran

Lebih terperinci

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan

VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN. 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dilakukan secara individu oleh seluruh

Lebih terperinci

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister KEMITRAAN USAHA AYAM RAS PEDAGING: KAJIAN POSISI TAWAR DAN PENDAPATAN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan oleh :

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE POLA KEMITRAAN (Studi Kasus di Peternakan Plasma Sri Budi Ratini, Desa Candikusuma, Kecamatan Melaya,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR

OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OPTIMALISASI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING MITRA CV. JANU PUTRO DI KEC. PAMIJAHAN KAB. BOGOR OLEH ARI MURNI A 14103515 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia agar dapat hidup sehat, karena manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pembiayaan yang berdampak pada pemberhentian usaha. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. kesulitan pembiayaan yang berdampak pada pemberhentian usaha. Melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan peternakan ayam broiler 1 secara mandiri di Indonesia cenderung marginal, dalam artian keterbatasan dukungan pendanaan serta relatif sederhana. Adanya

Lebih terperinci

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember

Kemitraan Agribisnis. Julian Adam Ridjal. PS Agribisnis Universitas Jember Kemitraan Agribisnis Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember www.adamjulian.net KEMITRAAN AGRIBISNIS Teori Kemitraan Menurut Martodireso, dkk, (2001) dalam Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI KABUPATEN SRAGEN

TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI KABUPATEN SRAGEN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI KABUPATEN SRAGEN Kusnia Sari, Kusnandar, Wiwit Rahayu Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling

I. PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu sumber protein hewani yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, selain ikan dan telur, guna memenuhi kebutuhan akan protein.

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL 1 ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Profitability Analysis of Livestock Broiler Business with Partnership Pattern in the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor utama yang menopang kehidupan masyarakat, karena sektor pertanian menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk Indonesia. Sehingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian nasional dapat dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian Risiko harga suatu komoditas dapat bersumber dari fluktuasi harga output maupun harga input pertanian. Umumnya kegiatan produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat terhadap sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan perubahan selera, gaya hidup dan peningkatan pendapatan. Karena, selain rasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktivitas ayam buras agar lebih baik. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agribisnis ayam kampung pedaging merupakan bisnis yang penuh gejolak dan beresiko. Peternakan unggas memiliki peranan yang sangat penting dalam pemenuhan gizi masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu basis ekonomi kerakyatan di Indonesia. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kemitraan II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemitraan 2.1.1 Pola dan Aturan Kemitraan Bentuk serta pola kemitraan yang terjadi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia bervariasi sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk produk peternakan akan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PRODUKSI PANGAN INDONESIA 65 PRODUKSI PANGAN INDONESIA Perkembangan Produksi Pangan Saat ini di dunia timbul kekawatiran mengenai keberlanjutan produksi pangan sejalan dengan semakin beralihnya lahan pertanian ke non pertanian

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) Oleh : MAROJIE FIRWIYANTO A 14105683 PROGRAM

Lebih terperinci

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara. terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun

Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara. terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus menerus ke arah yang lebih baik dari keadaan semula. Dalam kurun waktu yang cukup panjang yakni hampir

Lebih terperinci

PERANAN KEMITRAAN PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING ALYSA NOVIANA

PERANAN KEMITRAAN PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING ALYSA NOVIANA PERANAN KEMITRAAN PADA USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING ALYSA NOVIANA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG

ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG ANALISIS DAMPAK PERUBAHAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP BIAYA INPUT DAN OUTPUT USAHATANI AYAM BROILER DI KABUPATEN DELI SERDANG Nidya Diani *), Iskandarini **), Luhut Sihombing ***) *) Alumni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian dan Pola Kemitraan Usaha Kemitraan usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h

JIIP Volume 2 Nomor 2, Desember 2016, h ANALISIS PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER POLA KEMITRAAN DI DESA BONTOMATENE KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS Iskayani, Veronica Sri Lestari, Wempie Pakiding Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI 06 164 001 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2011 PERBANDINGAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Perusahaan CV Cipta Usaha Sejahtera Cipta Usaha Sejahtera ( CV CUS ) merupakan perusahaan kemitraan Ayam Pedaging yang berdiri sejak tahun 2002 dengan No izin usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun menjadikan kebutuhan pangan juga semakin meningkat. Pemenuhan kebutuhan pangan tersebut tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting bagi Indonesia, sehingga peranan sektor pertanian dalam pembangunan tidak perlu diragukan lagi. Pemerintah memberikan amanat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2010 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas peternakan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan. Hal ini didukung oleh karakteristik produk yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Kondisi ini

Lebih terperinci