BAB 1 PENDAHULUAN. Catatan kinerja sektor industri makanan dan minuman Indonesia di tahun 2010
|
|
- Yulia Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Catatan kinerja sektor industri makanan dan minuman Indonesia di tahun 2010 masih menunjukkan pertumbuhan industri nasional walaupun diiringi bayangbayang akan adanya peningkatan produk makanan dan minuman impor. Industri makanan dan minuman masih menjadi cabang yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan industri nasional. Data dari Departemen Perindustrian menunjukkan bahwa di tahun 2010 industri makanan dan minuman memberikan kontribusi sebesar 34,35% atas pertumbuhan industri nasional nonmigas yang sampai Triwulan III 2010 mencapai 4,69%. Data GAPMMI juga menunjukkan pertumbuhan industry makanan dan minuman dalam negeri yang cukup baik. Volume penjualan di tahun 2007 mencapai Rp 383 Trilyun, di tahun 2008 mencapai Rp. 505 Trilyun, di tahun 2009 mencapai Rp. 555 Trilyun dan ekspektasi di tahun 2010 adalah untuk mencapai Rp. 605 Trilyun. Total nilai impor produk makanan dan minuman periode January November 2010 menunjukkan peningkatan sebesar 22,95% dibanding periode yang sama di tahun 2009 dengan negara asal impor terbesar dari Malaysia, Cina, Thailand, Singapura dan Amerika Serikat. Sedangkan triwulan pertama tahun 2011 ini pertumbuhan industri makanan dan minuman tidak sebagus kondisi bulan yang sama pada tahun 2010 lalu, yaitu berkisar antara 2%-
2 2 3% yang masih jauh dibandingkan tahun lalu yang pertumbuhannya sampai 10%- 13%. Ironisnya, meskipun industri makanan dan minuman merupakan salah satu kontributor terbesar dalam pertumbuhan industri Indonesia, masih banyak faktor termasuk kebijakan pemerintah yang masih belum sepenuhnya mendukung perkembangan industri makanan dan minuman itu sendiri, seperti rendahnya pengawasan sehingga produk illegal masih mudah masuk ke Indonesia. Sementara ancaman dari produk makanan dan minuman impor terus bertambah sejalan dengan integrasi perekonomian Indonesia dengan perekonomian regional dan global. Selain itu kenaikan harga energi khususnya minyak setelah krisis timur tengah disusul kenaikan harga bahan baku paska bencana tsunami di Jepang juga menghambat perkembangan industri makanan dan minuman di Indonesia. Salah satu perusahaan yang bergerak dibidang industri makanan dan minuman adalah CV. Terlaksana Sukses Mandiri yang merupakan distributor dari Frisian Flag atau lebih dikenal oleh masyrakat dengan susu bendera. CV. Terlaksana Sukses Mandiri ini telah menjadi distributor Frisian Flag sejak tahun 2005, yang merupakan distributor tunggal dan resmi untuk mendistribusikan semua jenis produk dari Frisian flag, mulai dari susu kental manis (kaleng, shaset, pouch), Powder ( susu bubuk), Mainstream atau bubuk rasa (coklat, vanilla, madu, instan full cream), serta Infant ( susu formula). Dalam menjalani usaha ini CV.Terlaksana Sukses Mandiri memiliki pembagian wilayah yang telah ditetapkan oleh Frisian Flag dimana mencangkup Wilayah III Cirebon yang meliputi Kota Cirebon, Kuningan, dan sebagian Kabupaten seperti Losari,
3 3 Palimanan, Cilimus dan lain-lain. Target dari pendistribusian CV. Terlaksana Sukses Mandiri adalah toko tradisional dan modern, dimana untuk toko tradisional seperti toko-toko pada umunya, sedangkan untuk toko modern seperti swalayan-swalayan dan mini market yang ada. Untuk mendistribusikan produknya CV. Terlaksana Sukses Mandiri menggunakan sistem Taking Order dimana produk akan didistribusikan ke agen atau toko setelah menerima orderan. Dimana pendistribusian akan dilakukan secepatnya pada saat menerima orderan dengan waktu paling lama 1x24 jam. Dalam mendistribusikan barangnya CV. Terlaksana Sukses Mandiri menggunakan truk engkel yang bermuatan 700 carton dan truk double yang bermuatan 1350 carton. Pendistribusian akan tetap dilakukan pada saat menerima orderan, walaupun jumlah orderan tidak memenuhi kapasitas truk yang digunakan. Sedangkan untuk jenis pendistribusian yang digunakan oleh CV.Terlaksana Sukses Mandiri adalah jenis distribusi tidak langsung yaitu CV.TSM agen/toko Customer, dimana CV. Terlaksana Sukses Mandiri mendistribusikan barangnya kepada customer melalui bantuan pihak perantara agen atau toko sebelum sampai ke customer. Analisis persaingan industri terhadap CV. Terlaksana Sukses Mandiri ini dapat dilihat dengan menggunakan analisis lima kekuatan Porter yaitu sebagai berikut: Potensi Masuknya Pesaing Baru Ancaman kompetitor baru dalam produk yang sama bagi CV. Terlaksana Sukses Mandiri bisa dikatakan rendah karena CV. Terlaksana Sukses Mandiri merupakan distributor tunggal dan resmi dari Frisian Flag yang menguasai Wilayah III Cirebon dengan batasan wilayah sebelah barat adalah Palimana, bagian timur
4 4 adalah Losari, bagian selatan adalah Kunigan, sehingga sulit untuk pesaing baru untuk masuk tanpa adanya kepercayaan yang kuat dari pihak Frisian Flag. Persaingan Antar Perusahaan Sejenis Persaingan antar perusahaan sejenis bagi CV. Terlaksana Sukses Mandiri bisa dikatakan kuat karena banyaknya perusahaan lain yang juga bergerak di bidang distribusi barang. Potensi Pengembangan Produk Pengganti Potensi Pengembangan Produk Pengganti bagi CV. Terlaksana Sukses Mandiri bisa dikatakan tidak kuat karena untuk produk susu formula pengembangan produk pengganti masih sedikit. Daya Tawar Pemasok Daya Tawar Pemasok bisa dikatakan lemah karena CV. Terlaksana Sukses Mandiri merupakan distributor resmi dari Frisisan Flag, sehingga semua produk hanya dipasok melalui Frisian Flang, hal ini membuat harga suatu produk dikendalikan oleh Frisian Flag. Daya Tawar Pembeli Daya Tawar Pembeli bisa dikatakan kuat karena untuk produk susu formula terdapat banyak jenis dengan pangsa pasar yang sama sehingga pembeli memiliki kekuatan untuk membeli sesuai dengan keinginan konsumen. CV. Terlakssana Sukses Mandiri merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak dibidang pendistribusian makanan dan minuman. CV. Terlaksana Sukses Mandiri tergolong dalam perusahaan menengah yang mencangkup area penjualan yang luas, sedangkan perusahaan tersebut memiliki sistem distribusi yang belum
5 5 optimal, dimana dapat dilihat dari adanya pola orderan yang terlalu rumit, rute kunjungan yang belum tertata dengan baik, dan pola orderan yang memerlukan proses yang panjang sehingga pendistribusian barang mengalami keterlambatan, sehingga tanpa sistem distribusi yang optimal dikhawatirkan pendistribusian barang mengalami keterlambatan sehingga berdampak kepada tingkat penjualan yang menurun. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pendistribusian pada CV. Terlaksana Sukses Mandiri yang bergerak sebagai distributor dibidang makanan dan minuman. Dengan melihat dan memahami pentingnya sistem pendistribusian dalam mendistribusikan barang bagi perusahaan, maka penulis mengambil judul skripsi ANALISIS OPTIMALISASI SISTEM PENDISTRIBUSIAN BARANG ( KASUS : CV.TERLAKSANA SUKSES MANDIRI ) 1.2 Identifikasi Masalah 1) Bagaimana sistem pendistribusian barang pada CV. Terlaksana Sukses Mandiri. 2) Faktor faktor apa yang menjadi penyebab keterlambatan barang pada CV. Terlaksana Sukses Mandiri. 3) Bagaimana mengoptimalkan sistem pendistribusian pada CV.Terlaksana Sukses Mandiri.
6 6 1.3 Tujuan Penelitian 1) Mempelajari sistem pendistribusian barang pada CV. Terlaksana Sukses Mandiri.(T-1) 2) Mengidentifikasi faktor faktor penyebab keterlambatan barang pada CV. Terlaksana Sukses Mandiri.(T-2) 3) Mengoptimalkan sistem pendistribusian pada CV. Terlaksana Sukses Mandiri.(T-3) 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari peneltian ini adalah sebagai berikut : Untuk Perusahaan Dapat memberikan masukan pemikiran dan gambaran bagi manajemen CV. Terlaksana Sukses Mandiri dalam mengefisienkan dan mengoptimalkan sistem pendistribusian barangnya, sebagai bagian dalam mengambil keputusan dan perbaikan bagi manajemen. Untuk Pihak Lain Dapat memberikan manfaat dan memberikan inspirasi yang berguna bagi pihak lain yang tertarik untuk mendalami dan melakukan penelitain lebih lanjut dalam bidang usaha yang sama dan untuk tujuan lain sesuai dengan kebutuhan yang lain.
BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diraih apabila suatu perusahaan bisa mengambil keputusan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendistribusian adalah salah satu kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen sehingga penggunaannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar di Asia Tenggara saat ini mengalami perubahan yang cukup berarti. Dalam kacamata kesehatan, pola hidup dan kesadaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama pasca krisis ekonomi global tahun 2008 yang melanda dunia, perekonomian dunia mengalami berbagai penurunan ekspor non migas. Beberapa negara di dunia membatasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya dunia usaha umumnya, maka banyak. perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan berkembangnya dunia usaha umumnya, maka banyak perusahaan-perusahaan yang mengalami pertumbuhan (growth) menjadi perusahaan lebih besar. Sehubungan dengan hal
Lebih terperinciANALISIS OPTIMALISASI SISTEM PENDISTRIBUSIAN BARANG ( KASUS : CV. TERLAKSANA SUKSES MANDIRI )
ANALISIS OPTIMALISASI SISTEM PENDISTRIBUSIAN BARANG ( KASUS : CV. TERLAKSANA SUKSES MANDIRI ) Hendra Wijaya Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia dan Christopher Budhiwadaya Binus University,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan ritel modern terhadap ritel tradisional merupakan fenomena global sejak tahun 1990-an. Hal tersebut dipicu oleh liberalisasi penanaman modal asing dan tuntutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh yang memiliki dua bentuk yaitu padat dan cair. Pangan merupakan istilah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.21/04/Th.XIV, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$14,40 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,40
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan usaha di Indonesia saat ini sangat ketat karena setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat menciptakan produk yang diminati oleh
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82
Lebih terperinciOUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU
OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004
No. 56 / VII / 1 NOVEMBER PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan menembus angka US$ 7 milyar, yakni mencapai US$ 7,15 milyar, atau 13,33 persen lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penjualan barang konsumsi (consumer goods) susu bendera atau yang dikenal dengan nama Frisian Flag saat ini adalah adanya peningkatan yang nyata pada setiap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cairan hasil sekresi dari kelenjar susu mamalia yang digunakan. untuk menghidupi keturunannya. Susu dianggap sebagai makanan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu didefinisikan oleh Purnomo dan Adiono (1987) sebagai cairan hasil sekresi dari kelenjar susu mamalia yang digunakan untuk menghidupi keturunannya. Susu dianggap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara. Perkembangan industri manufaktur di sebuah negara juga dapat digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada saat ini cukup berkembang, hal
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada saat ini cukup berkembang, hal ini dapat terlihat dari berdirinya perusahaan-perusahaan baru dan semakin berkembangnya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau
Lebih terperinciterhadap impor dalam kelompok perdagangan nonmigas yang meningkat menandakan bahwa peranan migas di dalam ekspor total nasional semakin kecil.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan antar negara bertujuan untuk memperlancar hubungan perekonomian antar negara yang mencakup kegiatan ekspor maupun impor. Ekspor bagi suatu negara adalah cerminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondusif, khususnya di Indonesia. Akibat krisis global yang melanda saat ini,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi perekonomian negara-negara berkembang saat ini kurang kondusif, khususnya di Indonesia. Akibat krisis global yang melanda saat ini, berdampak juga pada berbagai
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR, IMPOR, DAN NERACA PERDAGANGAN
No. 06/02/15/Th. IV, 1 Februari 2010 PERKEMBANGAN EKSPOR, IMPOR, DAN NERACA PERDAGANGAN NILAI EKSPOR PROVINSI JAMBI BULAN DESEMBER 2009 TURUN 6,39 PERSEN, SEDANGKAN IMPOR NAIK 26,9 PERSEN Nilai ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005
No. 53 / VIII/ 1 Nopember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan mencapai US$ 7,38 milyar, lebih tinggi 4,94 persen dibanding ekspor bulan Agustus sebesar
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT DESEMBER 2013
07/02/13/Th. XVII, 3 Februari 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT DESEMBER I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER MENCAPAI US$196,6 JUTA Nilai ekspor Sumatera Barat bulan Desember mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Salah satu peranan sektor pertanian adalah sebagai penyedia pangan. Menurut Husodo
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri. Satu hal yang sangat berarti dalam meningkatkan kinerja
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era persaingan pasar global dewasa ini, tuntutan konsumen atas peningkatan kualitas produk dan jasa bertambah. Terjadi pula peningkatan penawaran produk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015
No. 50/11/36/Th. IX, 2 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,85 PERSEN MENJADI US$706,27 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 5,85 persen
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT MARET 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor perindustrian ini adalah dengan cara mengembangkan industri kecil.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor perekonomian yang sedang mendapat perhatian dari pemerintah pada saat ini adalah sektor perindustrian. Untuk dapat meningkatkan sektor perindustrian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009
BADAN PUSAT STATISTIK No. 72/12/Th. XII, 1 Desember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$11,88 miliar atau mengalami peningkatan sebesar
Lebih terperinciBAB II DATA DAN ANALISA
BAB II DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini akan diambil dari berbagai sumber yang ada, diantaranya adalah : Literatur : buku, serta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup
Lebih terperinciBanyak kalangan pebisnis yang memprediksi bahwa tren pasar consumer. naiknya permintaan maupun konsumsi produk-produk fast moving consumer
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak kalangan pebisnis yang memprediksi bahwa tren pasar consumer goods di Indonesia akan meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ukuran pasar dalam sektor industri tertentu mengindikasikan potensi pasar dan tingkat kompetisi dalam industri tersebut. Jika pertumbuhan ukuran
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2009
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.158/02/21/Th. V, 1 Februari 2010 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 1. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sekarang ini sedang berada dalam tren yang sangat positif. Walaupun ada beberapa Negara lain sedang mengalami krisis ekonomi, dimana
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016
No. 25/05/36/Th.X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 13,14 PERSEN MENJADI US$757,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 13,14 persen dibanding
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) dikenal sebagai tanaman serbaguna. Bagi Indonesia, tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman perkebunan yang bukan impor kolonialis
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016
No. 44/08/36/Th.X, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI NAIK 12,20 PERSEN MENJADI US$889,48 JUTA Nilai ekspor Banten pada Juni naik 12,20 persen dibanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil, diawali dengan krisis
BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil, diawali dengan krisis moneter pada tahun 1997 dimana nilai tukar rupiah sangat terpuruk terhadap mata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian dewasa ini yang menuju era globalisasi dan perdagangan bebas, merupakan perekonomian yang menuju kepada persaingan ketat. Kemajuan itu perlu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 2011
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.35/06/21/Th. VI, 1 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU MARET 1. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan kegiatan transaksi jual beli antar negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh setiap negara untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam
BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 0 tahun terakhir terus menunjukkan
Lebih terperinciSusu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan
Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan Oleh : Feryanto W. K. Sub sektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian serta bagi perekonomian nasional pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. urbanisasi dan peningkatan pendapatan, serta tren kebugaran dan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Konsumsi susu cair di Indonesia berpotensi terus tumbuh ditopang urbanisasi dan peningkatan pendapatan, serta tren kebugaran dan kesehatan (duniaindustri.com,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI UTARA BULAN NOVEMBER 2013
No. 02/01/71/Th. VIII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI UTARA BULAN NOVEMBER EKSPOR NOVEMBER MENCAPAI US$ 83,50 JUTA Nilai ekspor produk (nonmigas) Sulawesi Utara mencapai US$ 83,50
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008
BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013
02/01/13/Th. XVII, 2 Januari 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT NOVEMBER 2013 I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2013 MENCAPAI US$252,0 JUTA Nilai ekspor Sumatera Barat bulan November
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.123/07/21/Th. IV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPRI APRIL 1. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Provinsi Kepri April mencapai US$ 709,43 juta atau mengalami
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, maka Indonesia dapat menjadi pasar yang sangat berpotensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan produk-produk
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat No. 56/10/32/Th. XIX, 2 Oktober 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI JAWA BARAT Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Barat Agustus 2017 Ekspor Agustus 2017
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016
No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terhadap dunia investasi di Indonesia. Di samping itu, pemerintah juga. internasional adalah Cina dan Mexico (Deperindag, 2002).
I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI UMUM Pertumbuhan ekonomi nasional berdasarkan proyeksi pemerintah pada tahun 2004, berada pada kisaran angka 4,5%-5% (BPS, 2003). Harapan yang optimis ini dibarengi dengan kebijakan
Lebih terperinciNILAI EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI BULAN NOVEMBER 2009 MENGALAMI PENURUNAN
No. 02/01/15/Th. IV, 4 Januari 2010 NILAI EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI BULAN NOVEMBER 2009 MENGALAMI PENURUNAN Nilai ekspor November turun 43,33% dibanding bulan sebelumnya. Dari USD 94,29 juta pada bulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode
1.1. Latar Belakang Pada umumnya perekonomian di negara-negara sedang berkembang lebih berorientasi kepada produksi bahan mentah sebagai saingan dari pada produksi hasil industri dan jasa, di mana bahan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT MEI 2015
36/06/13/Th. XVIII, 15 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT MEI I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$133,2 JUTA Nilai ekspor Sumatera Barat bulan mencapai US$133,2 juta, terjadi penurunan
Lebih terperinci6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN
6 PEMETAAN KARAKTERISTIK DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Hasil tangkapan di PPS Belawan idistribusikan dengan dua cara. Cara pertama adalah hasil tangkapan dari jalur laut didaratkan di PPS Belawan didistribusikan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015
No. 07/02/16/Th.X, 1 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2015 Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 172,12 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 16,62 Juta. Nilai ekspor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian yang merupakan tempat para petani mencari nafkah, pada situasi krisis moneter yang melanda lndonesia saat ini harus memikul tanggung jawab paling besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Supply chain (rantai pasok) merupakan suatu sistem yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis pada suatu produk mulai dari hulu hingga ke hilir dengan tujuan menyampaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. strategi rantai pasok tersebut umumnya terjadi trade off antara kecepatan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Undang-undang No. 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengembangkan potensinya secara optimal. Di Sumatera
Lebih terperinciEkspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi Sepanjang Sejarah
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp/Fax: 021-3860371 www.depdag.go.id Ekspor Nonmigas Agustus 2010 Mencapai US$ 11,8 Miliar, Tertinggi
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT APRIL 2017 No. 34/06/32/Th.XIX, 2 Juni 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2017 MENCAPAI USD 2,24 MILYAR
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan UD. TRIJAYA adalah sebuah home industry yang bergerak di bidang makanan ringan yang masih bersifat tradisional,
Lebih terperinciKEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III ENDANG SUPARMAN SKOM,MM. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI
Modul ke: 04 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI ENDANG SUPARMAN SKOM,MM Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA MARKETING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. arah pasar konsumen artinya kondisi pasar di tangan konsumen. Konsumen. bebas menggunakan uang yang dimilikinya serta bebas untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian suatu negara akan mengubah pola pikir masyarakat. Demikian pula yang terjadi di Indonesia, masyarakat menentukan sendiri barang dan kualitas
Lebih terperinciVIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan
VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah
Lebih terperinciPembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013
Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013 Indonesia memiliki potensi sapi potong yang cukup besar. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) hasil Sensus Pertanian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) / ASEAN Economic Community (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini merupakan agenda utama negara
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI 2004
No. 37 / VII / 1 JULI PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Mei kembali bertahan di atas US$ 5 milyar, yaitu mencapai US$ 5,50 milyar atau lebih tinggi 5,60
Lebih terperinciEKSPOR Perkembangan Ekspor Ekspor Migas dan Non Migas
EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan ober mencapai US$ 7,27 milyar, atau 1,62 persen lebih tinggi dibanding ekspor bulan lalu. Secara kumulatif, ekspor Januari - ober mencapai US$ 58,5 milyar atau naik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan manajemen untuk memberikan terobosan yang strategis untuk tetap dapat mengembangkan
Lebih terperinciPerkembangan Ekspor dan Impor
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Perkembangan Ekspor dan Impor Ekspor Banten Turun 0,46 Persen Menjadi US$985,67 Juta Impor Banten Naik 3,58 Persen Menjadi US$868,17 Juta Nilai ekspor Banten turun
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No. 43/08/32/Th.XIX, 01 Agustus 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI 2017 MENCAPAI USD 1,95 MILYAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT MARET 2015
24/04/13/Th. XVIII, 15 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA BARAT MARET I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$142,2 JUTA Nilai ekspor Sumatera Barat bulan mencapai US$142,2 juta, terjadi
Lebih terperinciBerkarir di Bidang Pangan Tak Pernah Lekang Oleh: Nur Aeni (Alumni Program Studi S1 Teknologi Pangan UNIMUS)
Berkarir di Bidang Pangan Tak Pernah Lekang Oleh: Nur Aeni (Alumni Program Studi S1 Teknologi Pangan UNIMUS) Seberapa besar prospek teknologi pangan? Sebesar jumlah penduduk dunia yang tahun 2012 diprediksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita sebagai bangsa yang dijajah, serba kekurangan dan miskin menggangap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Budaya minum susu di Indonesia secara tidak langsung diperkenalkan oleh para penjajah Belanda ketika mereka menjajah bangsa Indonesia. Pada masa itu kita
Lebih terperinciBPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPRI JULI 2009
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 138/10/21/Th. IV, 1 Oktober PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPRI JULI 1. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Provinsi Kepri mencapai US$ 544,39 juta atau mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen rantai pasok menurut Simchy-Levi dan Kaminsky (2003) adalah sebuah pendekatan yang digunakan secara efisien dalam mengintegrasikan pemasok, pabrik, gudang, dan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016
No. 61/11/36/Th.X, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,17 PERSEN MENJADI US$729,59 JUTA Nilai ekspor Banten pada September turun 5,17
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU JANUARI 2012
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI KEPULAUAN RIAU JANUARI 1. PERKEMBANGAN EKSPOR No.23/04/21/Th. VII, 2 April Nilai ekspor Provinsi Kepulauan Riau mencapai
Lebih terperinciPerkembangan Ekspor dan Impor
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN Perkembangan Ekspor dan Impor Ekspor Banten Turun 9,69 Persen Menjadi US$890,14 Juta Impor Banten Turun 5,24 Persen Menjadi US$822,17 Juta Nilai ekspor Banten turun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU
No. 03/01/17/Th.VI, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU Total Ekspor Provinsi Bengkulu November 2014 mencapai nilai sebesar US$ 16,32 Juta, yang tercatat 66,88 % diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah The Council of Logistics Management (CLM), organisasi pelopor logistik di Amerika Serikat yang memiliki anggota sekitar 15.000 orang mendefinisikan Manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, berbagai sektor industri mengalami tantangan yang sangat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2008, berbagai sektor industri mengalami tantangan yang sangat berat, dimulai naiknya harga bahan baku sehingga harga jual menjadi naik sementara
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciManajemen Saluran Distribusi Jumlah Saluran Distribusi Produk Pocari Sweat dan Soyjoy PT. AMERTA INDAH OTSUKA
Manajemen Saluran Distribusi Jumlah Saluran Distribusi Produk Pocari Sweat dan Soyjoy PT. AMERTA INDAH OTSUKA Allen Adila 1203110002 Hendy Rizkianto 1203110015 Suharsoyo 1203110035 Wahidin Sinaga 1203110166
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016
No. 23/05/16/Th.X, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI 2016 MARET Nilai Ekspor Asal Provinsi Jambi sebesar US$ 155,15 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 3,29 Juta. Nilai ekspor asal Provinsi
Lebih terperinci