FERDINAND HUKAMA TAQWA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FERDINAND HUKAMA TAQWA"

Transkripsi

1 PENGARUH PENAMBAHAN KALIUM PADA MASA ADAPTASI PENURUNAN SALINITAS DAN WAKTU PENGGANTIAN PAKAN ALAMI OLEH PAKAN BUATAN TERHADAP PERFORMA PASCALARVA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei ) FERDINAND HUKAMA TAQWA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Pengaruh Penambahan Kalium pada Masa Adaptasi Penurunan Salinitas dan Waktu Penggantian Pakan Alami oleh Pakan Buatan terhadap Performa Pascalarva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei), adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2008 Ferdinand Hukama Taqwa NRP. C

3 3 ABSTRACT FERDINAND HUKAMA TAQWA. The Effect of Potassium Addition during Salinity Acclimatization and Natural Food Substitution Time by Artificial Diet on Performance Pacific White Shrimp Postlarvae (Litopenaeus vannamei). Under direction of D. DJOKOSETIYANTO and RIDWAN AFFANDI. The objectives of this research were to study the effect of potassium addition during salinity acclimatization from 25 ppt until 2 ppt and natural food substitution time by artificial diet after salinity acclimatization on performance of Litopenaeus vannamei postlarvae. The first experiment was done to determine optimal dosage of potassium which can increase survival and reduce stress level after salinity acclimatization. Animal test used was PL 20 of white shrimp (0,001 g). Experimental design used was completely randomized design with four treatments and three replications of different potassium addition level to freshwater : 0 ppm (A), 25 ppm (B), 50 ppm (C) and 75 ppm (D). Dilution of salinity was done in gradual using freshwater during 4 days from 25 ppt to 2 ppt. The research of the second experiment was conducted to determine natural food substitution time by artificial diet after salinity acclimatization which can increase survival and growth. The densities of PL 25 white shrimp were 20 PLs/50 liters of 2 ppt media. Design experiment was completely randomized design with five treatments and three replications of food substitution time by artificial diet at day : 1 (A), 7 (B), 14 (C), 21 (D) and full natural food without artificial diet (E) during 28 days rearing period. Artificial diet (40,71% of crude protein) and natural food frozen Chironomus sp (62,76% of crude protein) was used in this experiment. The result of the first experiment indicated that addition of 25 ppm potassium (potassium level in media was 51 ppm) increase survival, also reduce energy cost for osmoregulation and level of stress of PL 24 after passing a period of salinity acclimatization during 4 days. The result of the second experiment showed that the use of artificial diet as soon as after salinity acclimatization (PL 25 ) gives best performance production compared to which only that was given natural food Chironomus sp during experiment or with treatment by artificial diet substitution at day-7, day-14 or day-21. Keywords : potassium, acclimatization, salinity, natural food, artificial diet, white shrimp

4 4 RINGKASAN FERDINAND HUKAMA TAQWA. Pengaruh Penambahan Kalium pada Masa Adaptasi Penurunan Salinitas dan Waktu Penggantian Pakan Alami oleh Pakan Buatan terhadap Performa Pascalarva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Dibimbing oleh D. DJOKOSETIYANTO and RIDWAN AFFANDI. Kalium merupakan salah satu mineral penting yang dibutuhkan pascalarva udang vaname di media bersalinitas rendah terutama untuk mempertahankan keadaan konstan dalam hemolim dan berhubungan dengan aktifitas enzim Na + K + - ATPase. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahap. Penelitian tahap pertama merupakan penelitian untuk mendapatkan penambahan kalium optimal yang dapat menurunkan beban osmotik, tingkat stres dan laju metabolisme standar sehingga dapat meningkatkan sintasan pascalarva udang vaname setelah melalui masa adaptasi penurunan salinitas. Penelitian tahap kedua merupakan penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan yang berbeda terhadap pertumbuhan dan sintasan pascalarva udang vaname hasil aklimatisasi tebaik tahap pertama selama masa pemeliharaan 28 hari di media bersalinitas 2 ppt dengan kadar kalium media yang optimum. Dalam penelitian tahap pertama, hewan uji yang digunakan adalah PL 20 udang vaname yang sebelumnya telah didaptasikan di laboratorium. Wadah percobaan berupa akuarium kaca ukuran 59x29x40 cm. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan yang diterapkan ialah penambahan kalium ke air tawar pengencer masing-masing sebanyak 0 ppm (A), 25 ppm (B), 50 ppm (C) dan 75 ppm (D). Penurunan salinitas dilakukan secara gradual selama 4 hari dari salinitas 25 ppt hingga mencapai 2 ppt. Pakan yang diberikan berupa Artemia salina yang telah diperkaya dengan vitamin C sebanyak 100 mg/l selama 12 jam. Data yang diolah secara statistik meliputi sintasan, tingkat kerja osmotik dan kadar glukosa darah, sedangkan tingkat konsumsi oksigen dan fisika kimia air diinterpretasikan secara deskriptif. Hasil percobaan tahap pertama menunjukkan bahwa penambahan kalium sebanyak 25 ppm hingga kadar kalium media menjadi 51 ppm dapat meningkatkan sintasan dan menurunkan beban osmotik, tingkat stres serta laju metabolisme standar pascalarva udang vaname setelah melalui masa adaptasi penurunan salinitas selama 96 jam (4 hari). Pada penelitian tahap kedua dilakukan pemeliharaan lanjutan PL 25 selama 28 hari di media bersalinitas 2 ppt hasil adaptasi terbaik tahap pertama untuk mengetahui performa PL udang vaname yang meliputi tingkat konsumsi pakan, retensi protein, retensi energi, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, sintasan, dan fisikia kimia air. Secara keseluruhan data yang didapat diolah secara statistik kecuali untuk data fisika kimia air. Wadah percobaan yang digunakan seperti pada tahap pertama dengan padat tebar 20 ekor/50 liter/wadah. Rancangan percobaan berupa rancangan acak lengkap dengan perlakuan yang diterapkan berupa waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan pada hari : ke-1 (A), ke-7 (B), ke-14 (C), ke-21 (D) dan pakan alami (E) selama masa pemeliharaan. Pakan yang diberikan berupa pakan udang komersil dengan kadar protein 40% dan pakan

5 alami Chironomus sp beku dengan kadar protein 62%. Hasil percobaan tahap kedua menunjukkan bahwa pemberian pakan buatan segera setelah masa adaptasi penurunan salinitas (hari ke-1 atau saat stadia PL 25 ) memberikan performa pascalarva udang vaname terbaik bila dibandingkan dengan yang hanya diberi pakan alami selama masa pemeliharaan maupun waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan pada hari ke-7, ke-14 dan hari ke-21. 5

6 6 Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 7 PENGARUH PENAMBAHAN KALIUM PADA MASA ADAPTASI PENURUNAN SALINITAS DAN WAKTU PENGGANTIAN PAKAN ALAMI OLEH PAKAN BUATAN TERHADAP PERFORMA PASCALARVA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei ) FERDINAND HUKAMA TAQWA Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Departemen Budidaya Perairan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

8 8 Judul Tesis Nama NRP Program Studi : Pengaruh Penambahan Kalium pada Masa Adaptasi Penurunan Salinitas dan Waktu Penggantian Pakan Alami oleh Pakan Buatan terhadap Performa Pascalarva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) : Ferdinand Hukama Taqwa : C : Ilmu Perairan Disetujui Komisi Pembimbing Dr. Ir. D. Djokosetiyanto, DEA Ketua Dr. Ir. Ridwan Affandi,DEA Anggota Diketahui Ketua Program Studi Ilmu Perairan Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Prof. Dr.Ir. Enang Harris, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar N, MS Tanggal Lulus : Tanggal Ujian : 12 Agustus 2008

9 9 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rakhmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengaruh Penambahan Kalium pada Masa Adaptasi Penurunan Salinitas dan Waktu Penggantian Pakan Alami oleh Pakan Buatan terhadap Performa Pascalarva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Dari hasil penelitian ini diperoleh informasi tentang metode aklimatisasi penurunan salinitas dengan penambahan kalium di media pengencer dan waktu penggantian alami oleh pakan buatan yang tepat sehingga dapat meminimalkan stres, meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih udang vaname di media bersalinitas rendah. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. D. Djokosetiyanto, DEA dan Dr. Ir. Ridwan Affandi, DEA selaku komisi pembimbing atas saran dan pengarahan dalam penyusunan tesis ini. 2. Evi Aprianti, S.Si dan ananda Azrell Ilham Ferdinand atas doa, pengertian dan kesabarannya selama penulis menyelesaikan studi serta dukungan moril orang tua, mertua dan keluarga besar di Pekalongan dan Prabumulih. 3. Catur Agus P dan Hidayat Suryanto S atas kebersamaan dari awal perkuliahan, beserta Erly Kaligis dan Azis dalam perjuangan kelulusan studi. 4. Agung dan Dina dari PT TSI Labuan Banten atas bantuan PL udang vaname. 5. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa program studi Ilmu Perairan, sekolah Pascasarjana IPB angkatan 2006 atas kekompakan, kerjasama yang baik serta bantuannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan yang perlu dilengkapi sehingga segala saran untuk perbaikan akan sangat dihargai demi kesempurnaan hasil penelitian ini di masa mendatang. Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan budidaya udang vaname di media pemeliharaan bersalinitas rendah. Bogor, Agustus 2008 Ferdinand Hukama Taqwa

10 10 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pekalongan, pada tanggal 8 Februari 1976 dari pasangan Bapak Akhmad Lazim Rozaq, B.Sc dan Ibu Sri Endah Rahadjeng, BA sebagai anak pertama dari 4 bersaudara. Tahun 2004 penulis menikah dengan Evi Aprianti, S.Si dan dikaruniai seorang putra Azrell Ilham Ferdinand pada tahun Pendidikan sekolah dasar di SDN Keputran VI Pekalongan dari tahun 1982 hingga 1988, dilanjutkan di SMPN 1 Pekalongan dari tahun 1988 hingga 1991 dan pendidikan menengah atas penulis selesaikan di SMAN 1 Pekalongan, Jawa Tengah pada tahun Pendidikan sarjana ditempuh pada Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro dari tahun 1995 dan lulus pada tahun Pengalaman kerja di bidang perikanan dimulai pada tahun 2000 saat penulis bekerja di bagian produksi pada salah satu perusahaan nasional pengolahan hasil perikanan di kawasan Muara Baru, Jakarta Utara dan pada tahun 2001 diterima sebagai staf pengajar tetap di Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Penulis melanjutkan studi ke Program Studi Ilmu Perairan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor dengan bantuan dana Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPs) yang diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia pada tahun 2006 dan dinyatakan lulus pada tanggal 12 Agustus 2008.

11 11 DAFTAR ISI Halaman Daftar Tabel... xiii Daftar Gambar... xiv Daftar Lampiran... xv Pendahuluan... 1 Latar Belakang... 1 Permasalahan... 4 Pemecahan Masalah... 5 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7 Hipotesis... 7 Tinjauan Pustaka... 9 Taksonomi dan Biologi Udang Vaname... 9 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Salinitas Aklimatisasi Mineral Kalsium dan Kalium Glukosa Darah sebagai Indikator Respon terhadap Stres Fisika Kimia Air Metodologi Penelitian Metode Penelitian Penelitian Tahap Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Pelaksanaan Percobaan Pengambilan Data Parameter yang Diukur Analisis Data Penelitian Tahap Tempat dan Waktu Penelitian... 26

12 12 Bahan dan Alat Pelaksanaan Percobaan Pengambilan Data Parameter yang Diukur Analisis Data Hasil dan Pembahasan Penelitian Tahap Pertama Hasil Pembahasan Penelitian Tahap Kedua Hasil Pembahasan Simpulan dan Saran Daftar Pustaka Lampiran... 59

13 13 DAFTAR TABEL Halaman 1. Perbedaan kandungan konsentrasi ion air tawar dan air laut Kandungan mineral pada udang (USDA, 2006) Alat dan metode pengukuran parameter fisika kimia air Konsentrasi mineral pada air bersalinitas rendah (2 ppt) yang digunakan selama masa aklimatisasi penurunan salinitas Kisaran nilai fisika kimia air selama penelitian tahap ke Rerata sintasan pascalarva udang vaname pada setiap perlakuan selama 4 hari masa aklimatisasi dengan penambahan kalium pada air tawar pengencer Nilai rataan kadar glukosa darah (mg/dl) pascalarva udang vaname akibat penambahan K + pada media aklimatisasi Rerata konsumsi pakan pascalarva udang vaname di akhir percobaan (dalam gram bahan kering) Data laju pertumbuhan bobot harian (LPBH) pascalarva udang vaname untuk setiap perlakuan (% bobot basah) Efisiensi pakan pascalarva udang vaname untuk setiap perlakuan (% bobot kering) Rerata sintasan pascalarva udang vaname pada setiap perlakuan selama 28 hari masa pemeliharaan Kisaran nilai fisika kimia air selama penelitian tahap ke

14 14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Diagram alir pendekatan masalah pengaruh penambahan Ca ppm dan penambahan mineral kalium pada masa aklimatisasi pascalarva udang vaname ke media bersalinitas rendah dan pemeliharaan lanjutan di media bersalinitas rendah dengan waktu penggantian pemberian pakan alami oleh pakan buatan yang berbeda Skema rangkaian kegiatan penelitian Hubungan tingkat kerja osmotik pascalarva udang vaname dengan penambahan K + selama masa adaptasi penurunan salinitas Pengaruh penambahan K + terhadap tingkat konsumsi oksigen pascalarva udang vaname selama masa aklimatisasi penurunan salinitas Retensi protein pascalarva udang vaname untuk setiap perlakuan Retensi energi pascalarva udang vaname untuk setiap perlakuan... 44

15 15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Prosedur pengukuran osmolaritas media dan cairan tubuh pascalarva udang vaname (SOP Osmometer Automatic Roebling Type 13) Metode pengambilan hemolim pascalarva udang vaname Prosedur analisis kadar glukosa darah menggunakan KIT Glucose GOD FS dari DiaSys International Prosedur pengoperasian spektrofotomer untuk analisis kadar glukosa darah (SOP CAMSPEC SERI 2001) Prosedur pengukuran tingkat konsumsi oksigen pascalarva udang vaname Prosedur preparasi sampel air dan pengukuran kandungan mineral air dengan metode spektrofotomer serapan atom (AAS) (SOP Shimadzu AA-680) Prosedur analisis proksimat pakan dan tubuh pascalarva udang vaname Sintasan pascalarva udang vaname setelah melalui masa aklimatisasi pada penelitian tahap ke Osmolaritas hemolim, osmolaritas media dan tingkat kerja osmotik (TKO) pascalarva udang vaname setelah melalui masa aklimatisasi Kadar glukosa darah pascalarva udang vaname setelah melalui masa aklimatisasi di media bersalinitas rendah Tingkat konsumsi oksigen (OC) pascalarva udang vaname pada masing-masing perlakuan Sintasan pascalarva udang vaname selama masa pemeliharaan 28 hari di media bersalinitas rendah (2 ppt) Data bobot rerata pada awal dan akhir penelitian, konsumsi pakan, efisiensi pakan dan laju pertumbuhan harian selama 28 hari masa pemeliharaan pascalarva udang vaname di media bersalinitas 2 ppt Hasil analisis proksimat pakan alami Chironomous sp, pakan

16 16 udang komersil serta proksimat tubuh pascalarva udang vaname pada awal dan akhir penelitian Penghitungan retensi protein pascalarva udang vaname (dalam gram bahan kering) Penghitungan retensi energi pascalarva udang vaname (dalam gram bahan kering) Analisis ragam dan uji lanjut Duncan data sintasan pascalarva udang vaname pada percobaan tahap pertama (SAS Ver. 6.12) Analisis ragam dan uji lanjut Duncan data tingkat kerja osmotik pascalarva udang vaname pada percobaan tahap pertama (SAS Ver. 6.12) Analisis ragam dan uji lanjut Duncan data kadar glukosa darah pascalarva udang vaname pada percobaan tahap pertama (SAS Ver. 6.12) Analisis ragam dan uji lanjut Duncan data konsumsi pakan pascalarva udang vaname pada percobaan tahap kedua (SAS Ver. 6.12) Analisis ragam dan uji lanjut Duncan data retensi protein pascalarva udang vaname pada percobaan tahap kedua (SAS Ver. 6.12) Analisis ragam dan uji lanjut Duncan data retensi energi pascalarva udang vaname pada percobaan tahap kedua (SAS Ver. 6.12) Analisis ragam dan uji lanjut Duncan data laju pertumbuhan harian pascalarva udang vaname pada percobaan tahap kedua (SAS Ver. 6.12) Analisis ragam dan uji lanjut Duncan data efisiensi pakan pascalarva udang vaname pada percobaan tahap kedua (SAS Ver. 6.12) Analisis ragam dan uji lanjut Duncan data sintasan pascalarva udang vaname pada percobaan tahap kedua (SAS Ver. 6.12)... 84

17 17 PENDAHULUAN Latar Belakang Udang vaname merupakan salah satu jenis udang yang telah menjadi perhatian dunia perikanan, karena pertumbuhannya yang cukup cepat dan salah satu komoditi perikanan yang nilai ekonomisnya tinggi sebagaimana ditunjukkan dengan semakin meningkatnya permintaan pasar udang vaname baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini berarti peluang untuk mengembangkan komoditas udang vaname semakin tinggi. Selain itu komposisi daging udang vaname (66-68%) yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan udang windu (62%) menjadi faktor pendorong lainnya bagi berkembangnya budidaya udang vaname (Subjakto, 2005). Setelah melalui serangkaian penelitian dan kajian, maka pemerintah melalui SK Menteri KP No. 41/2001 secara resmi melepas udang vaname sebagai varietas unggul pada tanggal 12 juli 2001 (Anonim, 2003; Poernomo, 2002; Widigdo, 2002). Beberapa keunggulan udang vaname antara lain lebih tahan terhadap penyakit, pertumbuhan lebih cepat, tahan terhadap gangguan lingkungan, waktu pemeliharaan lebih pendek yakni sekitar hari per siklus, sintasan tergolong tinggi, hemat pakan dan dapat dibudidayakan dengan padat tebar yang tinggi. Selain itu udang vaname bersifat euryhalin (Haliman dan Adijaya, 2005) sehingga dapat dipelihara di daerah perairan pantai dengan kisaran salinitas 1-40 ppt (Bray et al., 1994). Usaha budidaya udang vaname di Indonesia belum banyak dilakukan di daerah yang jauh dari sumber air laut, terutama pada kondisi wilayah yang hampir sebagian besar terdiri dari daerah rawa dengan nilai ph relatif asam. Di sisi lain banyak dijumpai area tambak udang windu yang terletak di daerah yang jauh dari daerah pantai atau pesisir dengan tingkat salinitas rendah yaitu di bawah 15 ppt dan ph perairan yang cukup rendah. Hal ini tentunya menjadi peluang untuk mengembangkan budidaya udang vaname, mengingat walaupun budidaya udang windu sudah dapat dilakukan di lokasi tersebut tetapi belum maksimal produksinya. Langkah tersebut merupakan salah satu alternatif yang tepat untuk

18 18 mengoptimalkan potensi lahan tambak bersalinitas rendah melalui budidaya udang vaname, karena udang jenis ini mempunyai kisaran toleransi yang tinggi terhadap perubahan salinitas. Selain itu masalah lain yang kadang dijumpai pada unit pembesaran udang vaname adalah tidak semua lokasi tambak dekat dengan sumber air laut, sehingga dijumpai pada suatu area tambak beragam tingkat salinitasnya. Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan untuk mengatasi ketergantungan pasokan air laut dalam pemeliharaan benih udang vaname hingga mencapai ukuran konsumsi adalah dengan melakukan adaptasi benih udang vaname pada media bersalinitas rendah dan pada masa mendatang tidak tertutup kemungkinan untuk membudidayakan udang ini di lingkungan air tawar. Hal ini penting dilakukan mengingat banyaknya sentra perikanan budidaya air payau yang berlokasi jauh dari daerah pantai dan mempunyai potensi besar untuk pengembangan budidaya udang vaname. Di Indonesia, prospek budidaya udang vaname di tambak bersalinitas rendah sangat menjanjikan mengingat di beberapa daerah, banyak terdapat tambak yang berjarak 2-3 km dari pantai yang bersalinitas rendah bahkan mendekati 0 ppt. Selain itu budidaya udang di air tawar dapat mencegah terjangkitnya penyakit terutama virus dan bakteri penyebab kematian udang (Sugama, 2002). Akan tetapi kendala yang dihadapi adalah ketersediaan bibit udang yang siap tebar pada kondisi salinitas rendah sangat terbatas sehingga teknologi adaptasi dari air laut ke air bersalinitas rendah mutlak diperlukan. Keberhasilan pada tahap pengadaptasian awal merupakan faktor yang sangat menentukan untuk proses berikutnya demi mendapatkan benih yang tahan dan berkualitas sehingga setelah ditebar di tambak bersalinitas rendah menghasilkan performa produksi yang signifikan. Kegiatan budidaya udang vaname sekarang ini tidak hanya dilakukan di air payau tetapi telah berkembang sampai ke air tawar bersalinitas rendah. Budidaya udang vaname di tambak air tawar bersalinitas rendah telah dipraktekkan di beberapa negara seperti Thailand, Amerika (Florida, Texas, Arizona dan Alabama) dan Amerika Latin (Panama dan Ekuador) (Sugama, 2002). Berbagai

19 19 metode dan teknik aklimatisasi udang vaname ke media bersalinitas rendah telah banyak dikembangkan diantaranya oleh McGraw et al., (2002); Davis et al., (2002) dan Saoud et al., (2003). Kendala yang masih dijumpai pada tahap pemeliharaan lanjutan udang vaname di media pemeliharaan bersalinitas rendah yaitu masih tingginya tingkat mortalitas sehingga produksi budidaya belum maksimal. Oleh sebab itu teknik aklimatisasi yang diterapkan harus disempurnakan terutama dalam hal perbaikan karakteristik lingkungan media aklimatisasi sehingga dapat menekan mortalitas. Salah satu metode yang dapat diterapkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup benih udang vaname saat aklimatisasi ke media bersalinitas rendah ialah dengan penambahan mineral penting dalam media air tawar pengencer. Ketika terjadi perubahan salinitas secara bertahap ke media bersalinitas rendah maka akan diiringi penurunan alkalinitas dan ph, sehingga udang mudah stres/lemah, kurang nafsu makan, serta cenderung berkulit tipis. McGraw et al., (2002) dan Hana (2007) melaporkan tentang teknik aklimatisasi benih udang vaname hingga mencapai salinitas 2 ppt, namun kelangsungan hidup pascalarva udang vaname yang diperoleh masih rendah (di bawah 50%). Upaya yang dapat dilakukan pada aklimatisasi ke salinitas rendah yaitu dengan penambahan mineral kalsium dalam media pemeliharaan. Davis et al., (2004) menyatakan bahwa alkalinitas sangat berperan bagi udang yang dipelihara di media bersalinitas rendah. Peningkatan ph salah satunya dapat dilakukan dengan penambahan kalsium karbonat (CaCO 3 ). Selain itu kalsium berguna untuk osmoregulasi dan pergantian kulit (kalsifikasi) pada krustasea. Hasil penelitian Hukom (2007) mengindikasikan bahwa dengan penambahan kalsium pada proses aklimatisasi benih udang vaname ke salinitas rendah dapat meningkatkan kelangsungan hidup benih udang vaname tersebut, akan tetapi masih terdapat keterbatasan informasi tentang tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih udang vaname pada tahap pemeliharaan lanjutan di media bersalinitas rendah. Pada pemeliharaan lanjutan di media bersalinitas rendah ternyata kelangsungan hidup pascalarva udang vaname masih rendah. Oleh sebab itu

20 20 kemungkinan dibutuhkan upaya penambahan mineral lain selama masa adaptasi penurunan salinitas dan pemeliharaan lanjutan di media bersalinitas rendah. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Davis et al., (2002); McGraw dan Scarpa (2003) menunjukkan bahwa kurangnya kalium (K + ) di media bersalinitas rendah secara signifikan mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan pascalarva vaname. Dengan dasar pemikiran tersebut maka dengan pemberian kalsium dan kalium dalam media kemungkinan dapat mengurangi beban osmotik selama masa aklimatisasi, sehingga akan meningkatkan kelangsungan hidup pascalarva udang vaname. Selain itu, untuk menunjang proses fisiologis dalam rangka menopang pertumbuhan dan kelangsungan hidup dibutuhkan makanan sebagai sumber energi dan materi. Pada stadia larva sumber makanan yang biasa digunakan adalah makanan alami, namun penggunaaan pakan alami yang berlanjut secara praktis dan ekonomis tidak menguntungkan. Demikian juga kandungan gizi pakan alami seringkali sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pascalarva udang vaname, sehingga pemberian pakan yang tepat merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup pascalarva udang vaname selama masa pemeliharaan di media bersalinitas rendah. Permasalahan Permasalahan yang dihadapi dalam aklimatisasi benih udang vaname di media bersalinitas rendah yaitu masih rendahnya tingkat kelangsungan hidup. Hal ini diduga pada media bersalinitas rendah terjadi kekurangan mineral-mineral penting yang dibutuhkan oleh benih udang vaname untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selanjutnya pada pemeliharaan di media bersalinitas rendah juga masih dihasilkan tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih udang vaname yang rendah. Hal ini disebabkan oleh penurunan kualitas air sehingga kerja osmotik terhambat dan pada akhirnya menyebabkan ketahanan hidup menurun. Selain itu penerapan teknik aklimatisasi salinitas yang dilakukan kemungkinan belum tepat sehingga berpengaruh terhadap penurunan tingkat kelangsungan hidup benih udang vaname.

21 21 Untuk mengatasi permasalahan yang ada diperlukan upaya pengaturan aklimatisasi salinitas dan media yang tepat. Penelitian Hana (2007) menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup pascalarva vaname masih rendah (48%) saat diaklimatisasikan ke salinitas 2 ppt selama 96 jam. Selanjutnya Hukom (2007) menambahkan mineral kalsium pada saat penurunan ke salinitas rendah dalam media air tawar pengencer dan ternyata dapat meningkatkan kelangsungan hidup pascalarva udang vaname hingga mencapai 100% selama aklimatisasi 96 jam, tetapi kualitas benih pada pemeliharaan tahap berikutnya belum diketahui. Mineral kalsium dalam bentuk kapur berperan dalam menunjang proses fisiologis udang, serta dapat mempertahankan kualitas air (ph) media ketika terjadi penurunan salinitas. Oleh karena itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup baik pada masa aklimatisasi maupun pemeliharaan selanjutnya di media bersalinitas rendah maka perlu dilakukan penambahan mineral penting lainnya. Salah satu mineral penting yang diduga berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan pascalarva udang vaname di media pemeliharaan bersalinitas rendah adalah kalium (K + ). Oleh karena itu perlu dikembangkan teknik aklimatisasi baru dengan penambahan kalium, begitu pula selama pemeliharaan lanjutan di media bersalinitas rendah selain dilakukan penambahan mineral kalium dalam media kultur juga perlu ditunjang dengan pemberian pakan yang tepat terutama dari kandungan nutrisi, sehingga kebutuhan mineral pascalarva udang vaname terutama yang berperan penting untuk metabolisme akan terpenuhi. Pemecahan Masalah Salah satu upaya untuk mempertahankan vitalitas dan kualitas pascalarva udang vaname pada media pemeliharaan bersalinitas rendah adalah dengan pengelolaan dan pengoptimalan kondisi lingkungan media yang dapat mendukung kelangsungan hidup dan pertumbuhan pascalarva udang vaname. Adanya mineral kalsium selama aklimatisasi akan menciptakan kondisi media optimal, serta menghasilkan benih yang prima untuk perkembangan di lingkungan salinitas

22 22 rendah. Mineral kalsium berfungsi utama dalam menetralisir ph air dan mineralisasi kulit (eksoskeleton). Mineral kalsium bersama dengan ion kalium (K + ) berperan dalam mekanisme kerja osmotik udang. Saat kemampuan osmoregulasi pascalarva meningkat maka akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup pascalarva. Mineral kalsium merupakan kofaktor proses enzimatik (Davis dan Gatlin III, 1991). Kelarutan kalsium yang optimal dalam media akan meningkatkan efisiensi enzim Na + K + -ATPase. Selain itu adanya keseimbangan mineral media juga mempengaruhi keseimbangan isoosmotik antara cairan tubuh dan lingkungan. Pada saat kondisi media optimal maka kebutuhan energi (beban osmotik) akan berkurang untuk aktifitas enzim Na + K + -ATPase sehingga tersedia banyak energi (katabolisme) yang dipergunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup udang saat kondisi stres. Sedangkan penambahan kalium (K + ) berpengaruh terhadap metabolisme yaitu dalam kestabilan transpor sel sehingga kemampuan kerja/aktifitas enzim berjalan normal walaupun terjadi fluktuasi salinitas lingkungan. Dengan adanya penambahan kedua mineral ini pada media bersalinitas rendah maka pascalarva udang vaname mampu mempertahankan kelangsungan hidup karena kebutuhan akan mineral penting terpenuhi. Pada awal pemeliharaan pascalarva udang vaname, jenis makanan yang biasa digunakan adalah pakan alami. Langkah ini jika berlanjut dalam waktu yang lebih lama selain tidak praktis dan kurang ekonomis, ternyata kandungan gizi pakan alami seringkali sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan pascalarva udang vaname. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui saat yang tepat dilakukan penggantian pakan alami oleh pakan buatan yang dapat memacu kelangsungan hidup dan pertumbuhan pascalarva udang vaname. Skema pendekatan dan pemecahan masalah pengaruh penambahan kalium selama aklimatisasi dan waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan untuk pascalarva udang vaname selama pemeliharaan di media bersalinitas rendah disajikan pada Gambar 1.

23 23 Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian dilaksanakan dengan tujuan : 1) Mengetahui pengaruh penambahan kalium terhadap performa pascalarva udang vaname selama masa aklimatisasi ke media bersalinitas rendah. 2) Mengetahui pengaruh waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup pascalarva udang vaname selama pemeliharaan di media bersalinitas rendah dengan kadar kalium yang optimum. Dari hasil penelitian ini diharapkan diperoleh informasi tentang kadar kalium terbaik yang dapat meminimalkan stres sehingga meningkatkan kelangsungan hidup pascalarva udang vaname. Disamping itu dengan diketahuinya saat penggantian pakan alami oleh pakan buatan yang tepat, dapat lebih mengefisienkan penggunaan pakan dan memacu pertumbuhan pascalarva udang vaname. Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis yang dikembangkan adalah sebagai berikut : 1. Apabila penambahan mineral kalium pada masa adaptasi penurunan salinitas rendah mampu menunjang pemenuhan kebutuhan mineral pascalarva udang vaname, maka tingkat stres akan minimal dan kelangsungan hidup akan meningkat. 2. Apabila waktu penggantian pakan alami oleh pakan buatan selama masa pemeliharaan di media bersalinitas rendah tepat, maka pemenuhan kebutuhan nutrisi pascalarva udang vaname akan terpenuhi sehingga pertumbuhan dan kelangsungan hidup akan meningkat.

24 24 Aklimatisasi salinitas + Ca + 50 ppm + penambahan kalium (K + ) Pascalarva udang Manajemen kualitas air Beban osmotik Kadar glukosa darah (tingkat Konsumsi oksigen (pembelanjaan - Kualit as air layak + Kelangsungan hidup pascalarva Biomassa dan kualitas Konsumsi pakan Pakan Manajemen pakan Perkembangan Stadia dan pertumbuhan Efisien si pakan - + Pertumbuhan Pascalarva Gambar 1. Diagram alir pendekatan masalah pengaruh penambahan Ca ppm dan penambahan mineral kalium pada masa aklimatisasi pascalarva udang vaname ke media bersalinitas rendah dan pemeliharaan lanjutan di media bersalinitas rendah dengan waktu penggantian pemberian pakan alami oleh pakan buatan yang berbeda

25 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Biologi Udang Vaname Wyban dan Sweeney (1991) mengklasifikasikan udang vaname dalam filum: Arthropoda, kelas : Malacostraca, sub kelas: Eumalacostraca, superordo: Eucarida, ordo: Decapoda, subordo: Dendrobrachiata, famili : Penaeidae, genus : Litopenaeus serta dalam species : Litopenaeus vannamei. Udang vaname disebut udang putih karena berwarna putih bening dengan corak kebiru-biruan, mempunyai 10 kaki dan bagian karapas berkembang hingga menutupi seluruh kepala dan thorak. Ciri lain udang vaname adalah gigi pada rostrum bagian atas dan bawah dimana bagian ventral dari rostrum terdapat 2 gigi, sedangkan bagian dorsal terdapat 8-9 gigi. Selain itu pada udang vaname mempunyai telikum terbuka tanpa tempat penyimpanan sperma pada udang betina serta ciri antena yang panjang. Udang vaname termasuk jenis omnivora atau pemakan detritus dan digolongkan sebagai organisme katadromous dimana udang vaname dewasa hidup di laut sedangkan udang muda akan berpindah ke daerah pantai. Haliman dan Adijaya (2005) menyatakan udang vaname merupakan tipe pemakan lambat, tetapi terus menerus dan mencari makan melalui organ sensor. Pemijahan udang vaname secara alami terjadi pada kolom air laut pada suhu C dengan salinitas sekitar 35 ppt. Telur akan menetas menjadi larva dan mulai menyukai permukaan air laut. Selama berada di permukaan laut, larva akan mengalami perubahan bentuk mulai dari nauplius, zoea, mysis dan post larva. Pascalarva masih membutuhkan pergantian cangkang beberapa kali. Menurut Murtidjo (1989) pascalarva udang vaname mulai mencari tempat di muara sungai. Setelah beberapa bulan di daerah estuari, udang dewasa akan kembali ke lingkungan laut dalam dan mengalami kematangan seksual, kawin serta bertelur (Wyban dan Sweeney, 1991).

26 10 Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Air beserta kandungan yang terlarut di dalamnya merupakan media bagi kehidupan organisme perairan. Setiap jenis organisme perairan dapat hidup dan melakukan semua aktifitas kehidupan dengan baik jika ditunjang oleh kualitas perairan baik secara fisik, kimia maupun biologi. Kelangsungan hidup organisme perairan ditentukan oleh kualitas perairannya. Udang mempunyai kisaran kualitas air tertentu dan toleransi berbeda-beda untuk melangsungkan aktifitas kehidupannya dengan baik. Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme awal saat penebaran yang dinyatakan dalam bentuk persen dimana semakin besar nilai persentase menunjukkan makin banyak organisme yang hidup selama pemeliharaan (Effendie, 2002). Faktor lingkungan merupakan hal yang paling mempengaruhi tingkat kelulusan hidup organisme secara langsung (Holliday, 1969). Jika salinitas diturunkan ternyata udang vaname masih tetap dapat hidup, tetapi masih dihadapkan pada tingkat kelangsungan hidup yang masih rendah (47%) selama pemeliharaan 125 hari pada salinitas 2-5 ppt (Green, 2004). Pertumbuhan adalah sebuah perubahan ukuran dari individu, biasanya meningkat serta dapat diukur dalam unit-unit panjang, berat atau energi (Wootton, 1995). Definisi sederhana pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satuan waktu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah. Akan tetapi jika dilihat lebih lanjut sebenarnya pertumbuhan merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor mempengaruhinya. Pertumbuhan dalam individu ialah pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input energi dan asam amino (protein) yang berasal dari makanan. Bahan yang berasal dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk metabolisme dasar, pergerakan, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh atau mengganti sel-sel yang sudah tidak terpakai. Bahan-bahan tidak berguna akan dikeluarkan dari tubuh melalui eksresi. Apabila terdapat bahan berlebih dari keperluan tersebut akan dibuat sel baru sebagai penambahan unit atau penggantian

27 11 sel dari bagian tubuh. Secara keseluruhan resultantenya merupakan perubahan ukuran (Effendie, 2002). Affandi dan Tang (2002) menyatakan bahwa pendekatan dalam mempelajari pertumbuhan dapat dilakukan melalui : (1) model pertumbuhan metabolik, (2) model matematik yaitu penelaahan pertumbuhan melalui pendekatan persamaan matematik dan kurva, dan (3) analisa pada tingkat sel melalui penelaahan pertumbuhan melalui perkembangan sel (multiplication, regeneration dan hypertrophy). Lebih lanjut dijelaskan bahwa beberapa aspek yang berkaitan dengan pertumbuhan individu terutama yang berkaitan proses fisiologis meliputi regenerasi, metamorfosa dan moulting. Regenerasi berkaitan dengan kondisi binatang/hewan yang memiliki kemampuan untuk menyusun kembali jaringan/bagian tubuh yang telah hilang, baik pada waktu proses fisiologis normal maupun rusak karena luka. Metamorfosa dihubungkan dengan reorganisasi jaringan pada stadia pasca embrio yang biasanya dialami suatu organisme dalam rangka mempersiapkan diri untuk hidup dalam suatu habitat yang berbeda. Pengertian moulting berkenaan dengan proses pelepasan secara periodik cangkang yang sudah tua dan pembentukan cangkang baru dengan ukuran yang lebih besar. Pada krustase (udang), pertumbuhan terjadi secara berkala setelah pergantian kulit. Pertambahan panjang dan bobot tubuh akan terhambat bila tidak didahului oleh ganti kulit. Seperti halnya arthropoda lain, pertumbuhan udang vaname tergantung dua faktor yaitu frekuensi moulting (waktu antara moulting) dan peningkatan pertumbuhan (berapa pertumbuhan setiap moulting baru) (Wyban dan Sweeney, 1991). Kecepatan pertumbuhan merupakan fungsi kedua faktor tersebut, namun akan menurun apabila kondisi lingkungan dan nutrisi tidak cocok (Wickins dan Lee, 2002). Hasil kajian Saoud et al., (2003) menyatakan bahwa laju pertumbuhan spesifik individu pascalarva udang vaname sebesar 3,69% selama 28 hari di tangki pemeliharaan bersalinitas 6 ppt. Sedangkan selama pemeliharaan 30 hari di tambak bersalinitas 35 ppt, ternyata laju pertumbuhan spesifik individu pascalarva udang vaname mencapai 15% (Budiardi, 2007).

28 12 Salinitas Salinitas didefinisikan sebagai jumlah padatan dalam gram dari garamgaram yang terlarut dalam satu kilogram air laut, setelah semua karbonat diubah menjadi oksida, semua bromide dan ion iodin sudah ditansformasikan sehingga ekuivalen dan semua bahan organik telah dioksidasi (Stickney, 1979). Definisi lain dari salinitas adalah konsentrasi total ion-ion yang terlarut di dalam air dan biasanya dinyatakan dalam satuan g/kg atau. Terdapat 7 ion yang sangat berpengaruh dalam menentukan salinitas perairan, yaitu Na, K, Mg, Ca, Cl, sulfat dan bikarbonat (Boyd, 1982). Salinitas merupakan salah satu faktor yang ada dalam sifat kimia air dan keberadaanya di dalam air dapat menjadi faktor penghambat atau pemacu pertumbuhan ikan. Salinitas merupakan faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi kehidupan organisme yakni jumlah pakan yang dikonsumsi, laju pertumbuhan, nilai konversi makanan dan daya kelangsungan hidup (Kinne, 1964). Salah satu aspek fisiologis ikan yang dipengaruhi oleh salinitas adalah tekanan dan konsentrasi osmotik serta konsentrasi ion dalam cairan tubuh (Holliday, 1969). Perbedaan konsentrasi cairan tubuh ikan dengan konsentrasi lingkungannya akan mengganggu kelangsungan poses fisiologis yang normal dalam tubuh ikan. Untuk mengatasi hal tersebut ikan akan melakukan proses osmoregulasi. Osmoregulasi adalah pengaturan tekanan osmotik cairan tubuh yang layak bagi kehidupan ikan sehingga proses-proses fisiologis tubuhnya berjalan normal (Rahardjo, 1980). Apabila salinitas meningkat maka pertumbuhan udang akan melambat karena energi lebih banyak terserap untuk proses osmoregulasi dibandingkan untuk pertumbuhan (Haliman dan Adijaya, 2005). Perubahan salinitas akan menyebabkan perubahan tekanan osmotik, dimana semakin rendah salinitas maka akan semakin rendah tekanan osmotiknya (Vernberg and Vernberg, 1972). Sifat osmotik air tergantung pada ion-ion yang terlarut dalam perairan. Semakin tinggi jumlah ion yang terlarut dalam air maka salinitas dan kepekatan

29 13 osmotik larutan akan semakin tinggi sehingga semakin tinggi juga tekanan osmotik media. Ion-ion yang dominan dalam menentukan tekanan osmotik air laut yaitu Na + dan Cl - dengan kandungan 30,61% dan 55,04% dari total seluruh ion yang terlarut di dalam air (Nybakken, 1988). Aklimatisasi Aklimatisasi adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan respon kompensasi dari suatu organisme terhadap perubahan beberapa faktor lingkungan, sedangkan jika hanya dipengaruhi oleh satu faktor lingkungan disebut dengan aklimasi (Affandi dan Tang, 2002). Larva udang vaname diproduksi pada salinitas ppt, tetapi pada stadia pascalarva salinitas yang digunakan biasanya lebih rendah. Sebelum dimasukkan ke tambak, pascalarva udang vaname harus diadaptasikan terlebih dahulu pada salinitas rendah secara gradual yang bertujuan untuk mengurangi resiko kematian akibat stres. Penurunan salinitas yang dilakukan tidak boleh lebih dari 1 atau 2 ppt per jam (Boyd, 1982). Krustase laut yang ditempatkan dalam air laut yang lebih encer akan mengalami kehilangan ion-ion melalui permukaan tubuh dan urin. Organisme tersebut bisa mati bila perubahan osmotik yang dialami sangat besar. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan sejumlah energi metabolik yang besar dan sebanding dengan laju kehilangan ion dari tubuh maupun urin (Lockwood, 1967 dalam Riani, 1990). Pada salinitas yang diturunkan, udang masih dapat hidup dan tumbuh, hanya saja masih sangat tergantung pada stadia udang. Pascalarva 10 udang vaname dapat hidup lebih baik pada salinitas di atas 4 ppt dibandingkan pada salinitas 2 ppt, namun pada PL 15 hingga PL 20 dapat hidup hingga 1 ppt. Selain stadia umur, aklimatisasi dan nutrisi, keberadaan unsur seperti kalium, kalsium dan sulfat juga mempengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan udang yang dibudidayakan di media bersalinitas rendah (Davis et al., 2002). Mineral Kalsium dan Kalium Mineral merupakan komponen dari eksoskeleton, enzim dan kofaktor beberapa protein, serta berperan dalam osmoregulasi dan aktifitas saraf. Tidak seperti hewan darat, krustasea air dapat memanfaatkan larutan mineral dalam air

30 14 (Deshimaru dan Yone, 1978; Wickins dan Lee, 2002). Kebutuhan kuantitas mineral adalah tidak tetap diantara individu spesies dan kondisi lingkungan. Hal ini salah satunya disebabkan oleh perbedaan karakteristik kandungan konsentrasi mineral yang terdapat pada air laut dan air tawar. Perbedaan kandungan konsentrasi ion yang terdapat pada air tawar dan air laut disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perbedaan kandungan konsentrasi ion air tawar dan air laut Ion Konsentrasi (ppm) Air Tawar* Air Laut # Cl Na SO Mg Ca K + 0, HCO Br H 3 BO 3-26 Sr Fe 2+ 0,1-3 - Sumber : * = Rump dan Krist (1992) dalam Effendi (2003) # = Gunter (1977) dalam Soewardi (2006) Kalsium tidak terdapat dalam bentuk bebas, namun berupa kation yang bermuatan dua ion positif (Piliang, 2005). Kalsium mempunyai peranan penting dalam pembentukan jaringan tubuh terutama tulang atau eksoskeleton. Hal ini disebabkan 99% kalsium dalam tubuh terdapat dalam jaringan eksoskeleton atau tulang. Penambahan kalsium pada kolam budidaya lewat pengapuran bertujuan untuk menetralkan ion Al, Fe, H, dan Mn, serta menambah unsur Ca dan Mg ke dalam perairan. Penetral utama dalam kapur yaitu karbonat (CO 2-3 ) yang menghasilkan OH -, sehingga akan merangsang perombakan bahan organik menjadi dipercepat. Wickins dan Lee (2002) mengemukakan bahwa adanya kandungan kapur yang tinggi dalam perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan

31 15 udang. Untuk golongan penaeid alkalinitas yang diperlukan sekitar mg/l CaCO 3 (Wickins dan Lee, 2002). Dalam osmoregulasi, keseimbangan osmotik antara cairan tubuh dan air media sangat penting bagi kehidupan hewan air. Fungsi biokimia mineral pada spesies perairan sama dengan hewan daratan. Ion-ion secara aktif diserap tubuh melalui insang ketika terjadi proses penyerapan air. Kebutuhan energetik untuk pengaturan ion secara umum akan lebih rendah pada lingkungan yang isoosmotik, dengan demikian energi yang disimpan dapat cukup substansial untuk meningkatkan pertumbuhan (Imsland et al., 2003). Kalium adalah suatu elemen intraseluler yang penting. Ion ini sangat berpengaruh dalam metabolisme ketika pengeluaran energi dibutuhkan dalam rangka menjaga konsentrasi konstan gradien melewati dinding sel. Berbagai jenis bahan yang dibutuhkan sel dibawa melalui transpor aktif natrium (Na + ) yang terhubungkan dengan transpor K + di bagian dalam sel melalui sepasang pompa ion. Sistem ini menggunakan energi dari ATP yang digambarkan sebagai Na + K + ATPase (Larvor, 1983). Ion kalium (K + ) merupakan unsur pokok yang ditemukan sedikit dalam perairan payau dan tawar. Pada krustase aktifitas enzim tergantung konsentrasi K + yang berperan mempertahankan keadaan konstan dalam hemolim ketika terjadi fluktuasi salinitas lingkungan perairan (McGraw dan Scarpa 2003). Kandungan mineral yang terdapat dalam udang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan mineral pada udang (USDA, 2006) Jenis Mineral Konsentrasi (mg/kg) Natrium Kalium Fospor Kalsium 390 Magnesium 340 Besi 30,89 Seng 15,60 Tembaga 1,93 Mangan 0,34

32 16 Berbagai penelitian melaporkan mengenai aklimatisasi ke media bersalinitas rendah, dan menunjukkan bahwa pemanfaatan kalium ternyata paling dominan berperan dalam peningkatan kelangsungan hidup pascalarva udang vaname (Davis et al., 2002; Davis et al., 2005; Roy et al., 2007). Roy et al., (2007 ) melaporkan bahwa adanya peningkatan K + media secara signifikan meningkatkan persentasi penambahan bobot dan kelangsungan hidup benih udang vaname. Perlakuan yang dicobakan yaitu 5 ppm, 10 ppm, 20 ppm, dan 40 ppm. Hasil maksimal yang dicapai yaitu pada konsentrasi kalium 40 ppm, sehingga belum memenuhi kebutuhan kalium optimal. Penelitian lain mengungkapkan bahwa penggunaan senyawa yang mengandung kalium ternyata dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan pascalarva udang vaname setelah aklimatisasi (Davis et al., 2005). Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kalium yang terkandung dalam bentuk larutan KCl atau campuran KCl dan MgCl 2 dalam media menghasilkan nilai kelangsungan hidup benih udang vaname relatif sama, sedangkan pada media tanpa penambahan kalium memperlihatkan tingkat kelangsungan hidup benih udang vaname yang rendah. Glukosa Darah sebagai Indikator Respon terhadap Stres Perubahan lingkungan (enviromental changes) akibat perubahan salinitas perairan dapat mengakibatkan stres pada udang. Bila udang mengalami stres, udang tersebut menanggapinya dengan mengembangkan suatu kondisi homeostatis yang baru dengan mengubah metabolismenya. Stres didefinisikan sebagai sejumlah respons fisiologis yang terjadi pada saat hewan berusaha mempertahankan homeostasis. Respon terhadap stres ini dikontrol oleh sistem endokrin melalui pelepasan hormon kortisol (Barton et al., 1980) dan katekolamin (Woodward, 1982). Sandnes dan Waagbo (1991) dalam Marzuqi et al., (1997) menyatakan bahwa akan terjadi peningkatan metabolisme glukosa pada tubuh yang dipicu oleh hormon kortisol dan katekolamin tersebut. Stres menyebabkan peningkatan sekresi kortisol (glukokortikoid). Dengan demikian, stres dapat meningkatkan glukosa darah. Beberapa mekanisme yang berperan dalam mempertahankan kestabilan glukosa darah adalah

33 17 glukoneogenesis, lipolisis, glikogenesis, dan lipogenesis. Homeostatis kadar glukosa dalam darah dipertahankan oleh beberapa mekanisme, yaitu mekanisme yang mengatur kecepatan konversi glukosa menjadi glikogen atau lemak yang disimpan, dan mekanisme yang mengatur pelepasan kembali dari bentuk simpanan untuk dikonversi menjadi glukosa yang masuk ke dalam darah. Oleh karena itu, dengan banyaknya mekanisme yang berperan dalam mempertahankan homeostatis glukosa darah, kestabilan glukosa darah menjadi sangat penting bagi kesehatan bahkan kehidupan (Piliang dan Djojosoebagio, 2000). Fisika Kimia Air Kelangsungan hidup udang sangat dipengaruhi oleh kualitas air yang menjadi media tempat hidupnya. Bila kualitas air tidak sesuai dengan yang dibutuhkan, maka kelangsungan hidup udang akan terganggu. Kualitas air dapat dinyatakan dalam berbagai parameter, yaitu parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi. Salah satu parameter fisika perairan yang sangat berperan terhadap kehidupan organisme air adalah temperatur. Suhu air sangat mempengaruhi laju metabolisme dan pertumbuhan organisme perairan (Effendi, 2003). Menurut Boyd (1982) bahwa laju biokimia akan meningkat 2 kali lipat setiap peningkatan suhu 10 0 C. Hirono (1992) dalam Budiardi (1998) menyatakan suhu optimal bagi pertumbuhan udang antara C. Nilai ph menggambarkan intensitas keasaman suatu perairan dan mewakili konsentrasi ion-ion hidrogen (Tebbut, 1992 dalam Effendi, 2003). Udang dapat hidup baik pada ph 6-9 (Boyd, 1991). Konsentrasi ph air akan berpengaruh terhadap nafsu makan udang dan reaksi kimiawi di dalam air. Selain itu ph air yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam ganti kulit dimana kulit menjadi lembek serta kelangsungan hidup menjadi rendah (Chien, 1992). Stickney (1979) menyatakan bahwa kekurangan oksigen terlarut akan membahayakan organisme air karena dapat menyebabkan stres, mudah terkena penyakit dan bahkan kematian. Haliman dan Adijaya (2005) menyatakan bahwa kandungan oksigen terlarut sangat mempengaruhi metabolisme tubuh udang. Kadar oksigen terlarut yang optimum bagi udang adalah di atas 4 mg/l (Liao dan

FERDINAND HUKAMA TAQWA

FERDINAND HUKAMA TAQWA PENGARUH PENAMBAHAN KALIUM PADA MASA ADAPTASI PENURUNAN SALINITAS DAN WAKTU PENGGANTIAN PAKAN ALAMI OLEH PAKAN BUATAN TERHADAP PERFORMA PASCALARVA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei ) FERDINAND HUKAMA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Biologi Udang Vaname

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Biologi Udang Vaname TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Biologi Udang Vaname Wyban dan Sweeney (1991) mengklasifikasikan udang vaname dalam filum: Arthropoda, kelas : Malacostraca, sub kelas: Eumalacostraca, superordo: Eucarida,

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai

V HASIL DAN PEMBAHASAN. pengamatan tersebut diberikan nilai skor berdasarkan kelompok hari moulting. Nilai V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Kecepatan moulting kepiting bakau Pengamatan moulting kepiting bakau ini dilakukan setiap 2 jam dan dinyatakan dalam satuan moulting/hari. Pengamatan dilakukan selama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perairan nasional Indonesia menyimpan potensi perikanan yang besar untuk dikembangkan. Dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang terus meningkat, maka sektor perikanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tahap I Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian diperoleh data sintasan (Gambar 1), sedangkan rata-rata laju pertumbuhan bobot dan panjang harian benih ikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984).

TINJAUAN PUSTAKA. Pangasianodon, Spesies Pangasianodon hypopthalmus (Saanin 1984). 3 TINJAUAN PUSTAKA Ikan Patin Siam Pangasianodon hypopthalmus Ikan patin siam adalah ikan yang termasuk kedalam Kelas Pisces, Sub Kelas Teleostei, Ordo Ostariophsy, Sub Ordo Siluroidea, Famili Pangasidae,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup atau survival rate (SR) benih ikan patin yang dipelihara dengan masa pemeliharaan 30 hari memiliki hasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp. Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (1): 25 3 (25) 25 Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei 2.1 Biologi Udang Vannamei 2.1.1 Klasifikasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei (Litopenaeus vannamei) sebagai berikut : Kingdom Sub kingdom Filum Sub

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp.

PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. PENGARUH PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT PADA MEDIA BERSALINITAS 3 PPT TERHADAP TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN Pangasius sp. YENI GUSTI HANDAYANI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA

PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA PENGARUH TIGA CARA PENGOLAHAN TANAH TAMBAK TERHADAP PERTUMBUHAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei REZQI VELYAN SURYA KUSUMA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

Jl. Beringin 308, Mariana-Palembang Tel./Fax. (0711) Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal-Universitas Sriwijaya

Jl. Beringin 308, Mariana-Palembang Tel./Fax. (0711) Pusat Unggulan Riset Pengembangan Lahan Suboptimal-Universitas Sriwijaya PG-98 KELANGSUNGAN HIDUP, KERJA OSMOTIK DAN KONSUMSI OKSIGENPASCALARVA UDANG GALAH SELAMA PENURUNAN SALINITAS DENGAN AIR RAWAPENGENCER YANG DITAMBAHKAN KALIUM Ferdinand Hukama Taqwa 1,, Ade Dwi Sasanti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract Pengaruh Penambahan Probiotik EM-4 (Evective Mikroorganism-4) Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame (Osprhronemus gouramy) Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya 2 1 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Udang Galah

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Udang Galah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Udang Galah Sebagian besar udang air tawar termasuk dalam famili Palaemonidae dan genus Macrobrachium yang merupakan genus paling banyak jenisnya. Udang galah merupakan salah satu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Balashark

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Balashark 23 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ikan Balashark Ikan Balashark atau silver shark mempunyai nama lokal di kalimantan Barat disebut Ketutung, di Kalimantan Tengah disebut ridik angus dan di Sumatra selatan (Banyu

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN 4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN PAKAN Faktor lingkungan dapat mempengaruhi proses pemanfaatan pakan tidak hanya pada tahap proses pengambilan, pencernaan, pengangkutan dan metabolisme saja, bahkan

Lebih terperinci

Hasil Penelitian. setelah 100%. Percobaan ke-ii. 38 dan C. Hasil. Sintasan (%) ntasan (%)

Hasil Penelitian. setelah 100%. Percobaan ke-ii. 38 dan C. Hasil. Sintasan (%) ntasan (%) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian tahap pertama (uji bioassay) Untuk memperoleh suhu subletal, maka dilakukan uji bioassay yang terdiri dari 2 percobaan, masing-masingg dengan 4 perlakuan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P

Lebih terperinci

Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.)

Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.) Pengaruh Metode Aklimatisasi Salinitas Terhadap Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila (Oreochromis sp.) The Effect of Salinity Acclimatization on Survival Rate of Nile Fry (Oreochromis sp.) Yuliana Asri 1,*,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kualitas Air Dari hasil pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas pada masingmasing perlakuan selama penelitian adalah seperti terlihat pada Tabel 1 Tabel 1 Kualitas Air

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH NITROGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) OLEH RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) PADA SISTEM BUDIDAYA POLIKULTUR

PEMANFAATAN LIMBAH NITROGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) OLEH RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) PADA SISTEM BUDIDAYA POLIKULTUR PEMANFAATAN LIMBAH NITROGEN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) OLEH RUMPUT LAUT (Gracilaria verrucosa) PADA SISTEM BUDIDAYA POLIKULTUR MUSLIMATUS SAKDIAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT

Jl. Prof. Dr. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung Surel: ABSTRACT PENGARUH PEMBERIAN NAUPLII Artemia sp. YANG DIPERKAYA SUSU BUBUK TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN LARVA UDANG VANNAMEI ( Litopenaeus vannamei) Marta Purnama Sari 1), Wardiyanto 2) dan Abdullah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin TINJAUAN PUSTAKA Ikan Black Ghost (Apteronotus albifrons) Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin dalam Rahman (2012), sistematika ikan black ghost adalah sebagai berikut : Kingdom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha budidaya ikan pada dewasa ini nampak semakin giat dilaksanakan baik secara intensif maupun ekstensif. Usaha budidaya tersebut dilakukan di perairan tawar, payau,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Lampiran 1 Prosedur pengukuran osmolaritas media dan osmolaritas cairan tubuh(hemolim) juvenil udang galah 1. Kabel disambungkan ke sumber listrik

Lampiran 1 Prosedur pengukuran osmolaritas media dan osmolaritas cairan tubuh(hemolim) juvenil udang galah 1. Kabel disambungkan ke sumber listrik Lampiran 1 Prosedur pengukuran osmolaritas media dan osmolaritas cairan tubuh(hemolim) juvenil udang galah 1. Kabel disambungkan ke sumber listrik kemudian menekan tombol main power yang terletak di bagian

Lebih terperinci

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang

Gambar 4. Grafik Peningkatan Bobot Rata-rata Benih Ikan Lele Sangkuriang Bobot ikan (g) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Pertumbuhan Pertumbuhan merupakan penambahan jumlah bobot ataupun panjang ikan dalam satu periode waktu tertentu. Pertumbuhan dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Lele dumbo merupakan ikan hasil perkawinan silang antara induk betina lele Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Biologi Tetraselmis sp. Tetraselmis sp. merupakan alga bersel tunggal, berbentuk oval elips dan memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA

PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA PADA TAMBAK INTENSIF DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA Jurnal Akuakultur Indonesia, 4 (2): 153 158 (25) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 153 PENOKOLAN UDANG WINDU, Penaeus monodon Fab. DALAM HAPA

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU 110302072 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air

HASIL PENELITIAN. Kondisi Kualitas Air HASIL PENELITIAN Kondisi Kualitas Air Kualitas Air pada Tahap Eksplorasi Salinitas yang digunakan sebagai perlakuan didasarkan pada penelitian pendahuluan yang menghasilkan petunjuk batas kisaran optimal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB PENDAHULUAN.7. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudi dayakan di Indonesia. Ikan Nila menduduki urutan kedua setelah ikan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

INCREASING CALCIUM CARBONATE (CaCO 3 ) TO GROWT AND SURVIVAL RATE VANNAMEI SHRIMP (Litopenaeus vannamei))

INCREASING CALCIUM CARBONATE (CaCO 3 ) TO GROWT AND SURVIVAL RATE VANNAMEI SHRIMP (Litopenaeus vannamei)) INCREASING CALCIUM CARBONATE (CaCO 3 ) TO GROWT AND SURVIVAL RATE VANNAMEI SHRIMP (Litopenaeus vannamei)) By Unggul Fitrah Heriadi 1), Mulyadi 2), Iskandar 2) Aquaculture Technology Laboratory Faculty

Lebih terperinci

PENGGUNAAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa UNTUK MENINGKATKAN SISTEM KETAHANAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei YUDIANA JASMANINDAR

PENGGUNAAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa UNTUK MENINGKATKAN SISTEM KETAHANAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei YUDIANA JASMANINDAR PENGGUNAAN EKSTRAK Gracilaria verrucosa UNTUK MENINGKATKAN SISTEM KETAHANAN UDANG VANAME Litopenaeus vannamei YUDIANA JASMANINDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya ikan dapat dijadikan alternatif usaha yang dapat memberikan keuntungan dan memiliki prospek jangka panjang yang baik. Hal ini dikarenakan atas permintaan produk

Lebih terperinci

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani** PENGARUH PENAMBAHAN KIJING TAIWAN (Anadonta woodiana, Lea) DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus) Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**,

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PENGARUH PADAT PENEBARAN 1, 2 DAN 3 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN MAANVIS Pterophyllum scalare BASUKI SETIAWAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR DEPARTEMEN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota TINJAUAN PUSTAKA Biologi ikan koi (Cyprinus carpio) Ikan koi mulai dikembangkan di Jepang sejak tahun1820, tepatnya di kota Ojiya, Provinsi Niigata. Nenek moyangnya adalah ikan mas yang biasa disimpan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA TUGAS PENGENALAN KOMPUTER ZURRIYATUN THOYIBAH E1A012065 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelas : Crustacea. Ordo : Decapoda. Webster et al., (2004), menyatakan bahwa lobster merupakan udang air tawar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi Lobster Air Tawar Menurut Holthuis (1949) dan Riek (1968), klasifikasi lobster air tawar adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Kelas : Crustacea Ordo : Decapoda Famili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) 1 RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN) Angga Yudhistira, Dwi Rian Antono, Hendriyanto Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Lebih terperinci

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda 116 PEMBAHASAN UMUM Domestikasi adalah merupakan suatu upaya menjinakan hewan (ikan) yang biasa hidup liar menjadi jinak sehingga dapat bermanfaat bagi manusia. Domestikasi ikan perairan umum merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Budidaya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk

PENDAHULUAN. Budidaya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk PENDAHULUAN Latar Belakang Budidaya perikanan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi perikanan pada masa kini dan mendatang. Sampai saat ini usaha budidaya perikanan sudah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan 5 TINJAUAN PUSTAKA Estuari Estuari merupakan suatu komponen ekosistem pesisir yang dikenal sangat produktif dan paling mudah terganggu oleh tekanan lingkungan yang diakibatkan kegiatan manusia maupun oleh

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona

APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG. Mamihery Ravoniarijaona APLIKASI ASAM OKSALAT DAN Fe PADA VERTISOL DAN ALFISOL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SERAPAN K TANAMAN JAGUNG Mamihery Ravoniarijaona SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 APLIKASI ASAM OKSALAT

Lebih terperinci

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.) Dian Puspitasari Program studi Budidaya Perairan, Fakultas pertanian, Universitas Asahan Email: di_dianri@yahoo.com

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Ikan Bawal (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan spesies ikan yang potensial untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di keramba.

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH Hidup ikan Dipengaruhi lingkungan suhu, salinitas, oksigen terlarut, klorofil, zat hara (nutrien)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang

PENDAHULUAN Latar belakang 16 PENDAHULUAN Latar belakang Ikan nila merupakan salah satu komoditas unggulan perikanan yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Beberapa kelebihan yang dimiliki ikan ini adalah mudah dipelihara,

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Indeks Gonad Somatik (IGS) Hasil pengamatan nilai IGS secara keseluruhan berkisar antara,89-3,5% (Gambar 1). Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa bioflok

Lebih terperinci

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN: 282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 282-289 ISSN: 0853-6384 Short Paper Abstract PENGARUH SALINITAS TERHADAP KELULUSAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR, Colossoma macropomum THE

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm.

2. TINJAUAN PUSTAKA. berflagel. Selnya berbentuk bola berukuran kecil dengan diameter 4-6 µm. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nannochloropsis sp Mikroalga adalah tumbuhan tingkat rendah yang memiliki klorofil, yang dapat digunakan untuk melakukan proses fotosintesis. Mikroalga tidak memiliki

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA

ADAPTASI FISIOLOGI. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA ADAPTASI FISIOLOGI LINGKUNGAN Adaptasi : Proses penyesuaian diri secara bertahap yang dilakukan oleh suatu organisme terhadap

Lebih terperinci

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan 145 PEMBAHASAN UMUM Peranan mikroflora dalam fungsi fisiologis saluran pencernaan ikan bandeng telah dibuktikan menyumbangkan enzim pencernaan α-amilase, protease, dan lipase eksogen. Enzim pencernaan

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1) : (2014) ISSN :

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1) : (2014) ISSN : Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1) : 93-104 (2014) ISSN : 2303-2960 PEMANFAATAN SARI BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) UNTUK PENINGKATAN VITALITAS PASCALARVA UDANG VANAME (Litopenaeus Vannamei) SELAMA

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN

II. METODE PENELITIAN II. METODE PENELITIAN 2.1 Prosedur Penelitian Penelitian ini terdiri atas beberapa tahapan, dimulai dengan pemeliharaan udang vaname ke stadia uji, persiapan wadah dan media, pembuatan pakan meniran, persiapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tawes 2.1.1 Taksonomi Tawes Menurut Kottelat (1993), klasifikasi ikan tawes adalah sebagai berikut: Phylum : Chordata Classis Ordo Familia Genus Species : Pisces : Ostariophysi

Lebih terperinci

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :46-56 (2013) ISSN :

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :46-56 (2013) ISSN : Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :46-56 (2013) ISSN : 2303-2960 PENENTUAN POLA PERUBAHAN SALINITAS PADA PENETASAN DAN PEMELIHARAAN LARVA UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) ASAL SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Chaetoceros sp. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi parameter kualitas air terkontrol (Lampiran 4). Selama kultur berlangsung suhu

Lebih terperinci

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) di

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Maya Ekaningtyas dan Ardiansyah Abstrak: Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah salah satu jenis ikan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Clownfish Klasifikasi Clownfish menurut Burges (1990) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Chordata : Perciformes

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD

PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD PERTUMBUHAN DAN KONVERSI PAKAN ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) PADA KOMBINASI PAKAN KOMERSIAL DENGAN DEDAK PADI, ONGGOK DAN POLLARD SKRIPSI RISNA HAIRANI SITOMPUL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Ruang Lingkup Penelitian

BAHAN DAN METODE. Ruang Lingkup Penelitian 28 BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Kajian penelitian ini meliputi: (1) ketahanan hidup postlarva vaname selama tahapan aklimatisasi ke salinitas rendah, (2) perkembangan dan ketahanan hidup postlarva

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Udang windu menurut Mujiman dan Suyanto (2003) tergolong ke. Sub Ordo : Matantia. Famili: Penaedae.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Udang windu menurut Mujiman dan Suyanto (2003) tergolong ke. Sub Ordo : Matantia. Famili: Penaedae. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Udang Windu (Penaeus monodon) 2.1.1 Klasifikasi Klasifikasi Udang windu menurut Mujiman dan Suyanto (2003) tergolong ke dalam Filum : Arthropoda Sub Filum : Mandibulata

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH OLEH TEH HIJAU DAN ATAU TEH DAUN MURBEI PADA TIKUS DIABETES RUSMAN EFENDI

PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH OLEH TEH HIJAU DAN ATAU TEH DAUN MURBEI PADA TIKUS DIABETES RUSMAN EFENDI PENGENDALIAN KADAR GLUKOSA DARAH OLEH TEH HIJAU DAN ATAU TEH DAUN MURBEI PADA TIKUS DIABETES RUSMAN EFENDI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan

BAB IV HASIL. Pertumbuhan. Perlakuan A (0%) B (5%) C (10%) D (15%) E (20%) gurame. Pertambahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertumbuhan Bobot Mutlak dan Laju Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekologi Udang Udang adalah hewan kecil tak bertulang belakang (invertebrata) yang tempat hidupnya adalah di perairan air tawar, air payau dan air asin. Jenis udang sendiri

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva

TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan Larva Rajungan. Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Larva Rajungan Jenis Stadia dan Lama Waktu Perkembangan Larva Tingkat perkembangan rajungan pada umumnya tidak berbeda dengan kepiting bakau. Perbedaannya hanya pada fase

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian 2.1.1 Alat dan Bahan Bahan yang akan digunakan pada persiapan penelitian adalah kaporit, sodium thiosulfat, detergen, dan air tawar. Bahan yang digunakan pada

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Tujuan dan luaran pada penelitian ini dapat dicapai dengan melakukan serangkaian tahapan penelitian selama 3 tahun. Pada tahun pertama telah dilakukan budidaya ikan selais dengan

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga II TINJAUAN PUSTAKA. Genus Scylla mempunyai tiga spesies lain yaitu Scylla serata, S. oseanica dan S.

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga II TINJAUAN PUSTAKA. Genus Scylla mempunyai tiga spesies lain yaitu Scylla serata, S. oseanica dan S. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Kepiting Bakau Klasifikasi Scylla paramamosain menurut King (1995) dan Keenan (1999) dalam Pavasovic (2004) adalah sebagai berikut : Filum : Arthropoda Subfilum: Crustacea

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena,

I PENDAHULUAN. Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak itik mulai diminati oleh masyarakat terutama di Indonesia. Karena, menghasilkan produk peternakan seperti telur dan daging yang memiliki kandungan protein hewani

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam

Lebih terperinci