BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS Bisnis Perusahaan PT Bank Victoria International, Tbk didirikan pada 28 Oktober Dalam menjalankan usahanya, perusahaan menghimpun dana masyarakat yang kemudian disalurkan dalam bentuk pemberian kredit baik untuk perorangan maupun korporasi. Selain itu perusahaan juga melaksanakan transaksi antar bank serta kegiatan-kegiatan investasi melalui penempatan pada instrumen-instrumen keuangan yang aman dan menguntungkan. Hingga akhir tahun 2007, Bank Victoria telah memilik 46 jaringan kantor yang siap melayani nasabah khususnya di daerah Jabodetabek. Dengan fokus pada segmen ritel, Bank Victoria berusaha memenuhi kebutuhan nasabah dengan pemberian kredit konsumsi dalam bentuk Victoria KKB (Kredit Kendaraan Bermotor), Victoria KMG (Kredit Multi Guna), Victoria KPR (Kredit Pemilikan Rumah) dan Victoria KPS (Kredit Pemilikan Strata). Selain itu Bank Victoria juga aktif menyalurkan kredit ke dunia usaha baik berupa kredit komersil maupun UMKM melaluli Victoria KI (Kredit Investasi), Victoria PRK (Pinjaman Rekening Koran) dan lain sebagainya. Untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam hal penghimpunan dana, Bank Victoria juga siap dengan berbagai produk simpanan. Khususnya produk Tabungan, terdapat berbagai variasi produk yang menawarkan suku bunga yang menarik, serta bonus point, hadiah, dan lain sebagainya. Bank Victoria juga menawarkan produk tabungan investasi berjangka panjang yang memiliki perlindungan asuransi serta 30

2 berhadiah langsung, Giro dan simpanan berjangka untuk melayani kebutuhan masyarakat. Bank Victoria pada tahun 1999 mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, hinga sat ini aktif melaksanakan aksi korporasi seperti Penawaran Umum Terbatas dan menerbitkan Obligasi. Pada tahun 2007, Bank Victoria kembali menerbitkan Obligasi II dan obligasi Subordinasi I masing-masing berjumlah Rp. 200 miliar dan mendapat peringkat investment grade dari Moody s. Selain itu, untuk mendukung Arsitektur Pernbankan Indonesia, Bank Victoria juga telah melakukan akuisisi terhadap Bank Swaguna dan melakukan penyetoran modal untuk meningkatkan modal Bank Swaguna sehingga sesuai dengan persyaratan minimum permodalan bank menurut Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Berikut susunan para pemegang saham Bank Victoria Tabel 4.1 Tabel Susunan para pemegang saham Bank Victoria Per 31 Desember 2007 No Nama Pemegang Saham % Jumlah Saham yang ditempatkan 1 PT Victoria Sekuritas 35 2 Trans Universal Holding Ltd 13 3 PT Suryayudha Investindo Cipta 12 4 PT Nata Patindo 7 5 Masyarakat Lainnya (public) 34 Total 100

3 Dewan komisaris Bank Victoria terdiri dari Suzanna Tanojo sebagai komisaris, Sulistiawati sebagai Komisaris Utama/Independen, dan F.X Gunawan Tenggarahardja sebagai komisaris Independen. Posisi Desember 2007, Bank Victoria berhasil mencatatkan total Asset sebesar Rp 5.27 Triliun dan memiliki 46 jaringan kantor yang tersebar se-jabodetabek serta didukung oleh lebih dari 500 karyawan. Bank Victoria terus berikrar untuk semakin mengokohkan diri dalam dunia perbankan Indonesia serta mewujudkan visinya sebagai Bank ritel nasional yang kokoh, sehat, efisien serta terpercaya. PT Bank Victoria International Tbk ( Bank ) dalam menjalankan kegiatan usahanya berpedoman pada visi dan misi Bank yakni : Visi Menjadi Bank ritel nasional yang kokoh, sehat, efisien serta terpercaya. Misi Memberikan kualitas layanan yang terbaik kepada para nasabah secara konsisten dan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Memperbaiki pengelolaan risiko dan keuangan secara terus-menerus. Mengembangkan sumber daya manusia yang profesional, berprinsip dan berdedikasi dengan mendukung pengembangan kemampuan pribadi. Senantiasa menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. PT Bank Victoria International, Tbk berkantor pusat di Gedung Panin Senayan, lantai Dasar, Jalan Jendral Sudirman No. 1 Jakarta. Website :

4 Kini, perusahaan memiliki 46 kantor cabang yang tersebar di daerah Jabodetabek dan berencana untuk membuka 40 cabang baru di tahun 2008 di dalam dan luar kota seperti Bali, Surabaya, Lombok, dll. Seiring dengan kemajuan teknologi, tak bisa dipungkiri industri perbankan di Indonesia sangat tergantung terhadap sistem informasi. Tanpa sistem informasi tidak mungkin industri perbankan dapat mengalami kemajuan pesat seperti saat ini. Karena bisa dikatakan bahwa sistem informasi merupakan inti utama dari perbankan. Karenanya kegagalan sistem informasi merupakan suatu bencana bagi industri perbankan. Kegagalan sistem informasi akan menyebabkan terganggunya kegiatan operasional dan dapat mengancam kelangsungan hidup dari Bank. Penyebab terjadinya bencana atau resiko ini bisa bermacam-macam, meliputi semua kemungkinan yang menyebabkan gagalnya sistem informasi dapat terjadi, meskipun kemampuan teknologi informasi yang mendukung sudah sangat canggih dan dipandang aman.

5 Struktur Organisasi Bank Victoria Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Bank Victoria International, Tbk Sedangkan susunan dewan direksi PT Bank Victoria adalah sebagai berikut : 1. Direktur Utama : Daroel Oeloem Aboebakar 2. Direktur Bisnis : Suwito Ayub 3. Direktur Operasi & Sistem : Tamunan Kiting 4. Direktur Kepatuhan dan Manajemen Risiko : Oliver Simorangkir

6 Sejarah keputusan pembuatan Business Continuity Plan Merujuk pada peraturan BI dan penggunaan IT di organisasi perbankan, setiap organisasi perbankan perlu membangun sebuah Rencana Penanggulangan Bencana (Disaster Recovery Plan), DRP mampu memberikan layanan sementara dalam waktu yang cukup panjang dan dirancang untuk menangani kegagalan sistem IT yang diakibatkan oleh resiko yang bersifat besar baik dalam segi dampak dan luas arealnya. Pembangunan DRP dilanjutkan dengan pembangunan Rencana Kelangsungan Usaha (Business Continuity Plan BCP). Pada tanggal 31 Januari 2007, Direksi Bank Victoria mengeluarkan surat edaran No. 005/SE-DIR/1/07 mengenai Pedoman Business Continuity Plan, yang harus dibuat oleh unit kerja Teknologi Sarana Informasi yang dikepalai oleh Bapak Robby Yuwono selaku Kepala Divisi TSI, sebagai acuan apabila terjadi Bencana/Disaster pada Bank Victoria. Robby Yuwono telah bekerja di Bank Victoria sejak tahun 2005, dan memiliki banyak pengalaman tentang teknologi khususnya dibagian perbankan. Beberapa analisis dilakukan oleh Robby Yuwono dalam membuat prosedur Business Continuity Plan, antara lain dengan : 1. Membagi tugas dan menyusun struktur anggota BCP. 2. Menelaah segala asset dan infrastruktur IT Bank Victoria, seperti hardware, network, komunikasi, software dll. 3. Melakukan Business Impact Analysis, yaitu untuk membantu memahami dampak yang terjadi dari bencana terhadap proses bisnis suatu perusahaan.

7 4. Melakukan Risk Assesment, yaitu memperkirakan resiko-resiko/bencana apa yang dapat terjadi 5. Membuat Standard Operasional Procedure apabila terjadi bencana/disaster. Dalam membuat prosedur BCP, Robby Yuwono mengalami banyak masalah yang dihadapi antaranya: 1. Sulitnya mendapatkan data asset IT seperti hardware, network. Karena data-data tidak terinci secara lengkap. 2. Dalam melakukan Bisnis Impact Analysis, beliau harus mengetahui segala proses bisnis yang dilakukan oleh unit kerja-unit kerja Bank Victoria yang begitu dinamis seiring dengan kebutuhan mereka. 3. Menentukan tingkat kerugian apabila terjadi bencana yang terjadi.

8 Unit Kerja Business Continuity Plan Sesuai dengan pembagian unit kerja Business Continuity Plan yang dilakukan oleh Robby Yuwono, berikut adalah Unit kerja IT yang bertanggung jawab apabila terjadi disaster/bencana di Bank Victoria. Direktur Utama PT. Sigma Caraka Direktur Operasional dan Sistem Kepala TSI Kabag TSI TBH Sisdur Networking Hardware Support System Develop Gambar 4.2 Unit Kerja Business Continuity Plan Bank Victoria Robby Yuwono selaku Kepala TSI telah mengatur tugas untuk masing-masing jabatan, setiap jabatan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing apabila terjadi disaster/bencana. Bagian Network akan bertugas untuk melakukan pemulihan terhadap

9 kerusakan network/jaringan, melakukan setting ulang terhadap perangkat jaringan, melakukan penggantian perangkat apabila terjadi kerusakan terhadap infrastruktur jaringan. Bagian hardware bertugas menangani masalah hardware/perangkat keras seperti komputer, printer, scaner, server, dll. Bagian support bertugas untuk menangani instalasi komputer, printer, scaner dll. System Develop bertugas dalam menangani semua aplikasi yang digunakan dalam kegiatan operasional Bank Victoria. Kepala TSI memliki wewenang tertinggi dalam memimpin proses Business Continuity Plan serta bertugas dalam memantau keadaan yang sedang terjadi, serta memberikan keputusan terhadap pemulihan yang harus dilakukan apabila terjadi disaster/bencana. Kemudia bagian Sisdur (sistem dan prosedur) memastikan standard operasional procedure BCP (SOP) sesuai dengan pelaksanaannya pada saat terjadi disaster/bencana. Selain personel diatas, pihak eksternal seperti vendor, supplier dan asuransi juga memiliki tugas dalam melakukan BCP apabila terjadi bencana, karena Bank Victoria telah menjalin service level agreement dengan vendor, supplier, asuransi. Untuk itu pengumpulan data-data personel baik internal maupun eksternal sangat diperlukan. Format data tersebut seperti :

10 Kepala Teknologi Sistem Informasi Robby Yuwono Jl Merdeka no 1 Tulung Agung, Jakarta Pusat Tel Rumah : (021) Tel Kantor : (021) ext 9493 Handphone: (0818) robby.yuwono@victoriabank.co.id (kantor) Robby.yuwono@yahoo.com (pribadi) Infrastruktur Jaringan Bank Victoria Bank Victoria memiliki topologi jaringan yang menghubungkan kantor pusat dan semua kantor cabangnya, infrastruktur dibagi menjadi dua berdasarkan medianya: a. Topologi Dial Up Topologi Dial Up menggunakan media line Telkom untuk komunikasi datanya, dengan bandwidth sebesar 56 kbps.

11 Gambar 4.3 Infrastruktur Jaringan Bank Victoria (Topologi Dial Up)

12 b. Topologi V-SAT Menggunakan jasa PT. Indonet, dengan bandwidth : 64 kbps. Gambar 4.4 Infrastruktur Jaringan Bank Victoria (Topologi V-SAT) Dalam pelaksanaan Business Continuity Plan, Robby Yuwono telah melakukan investigasi dengan tim Network Bank Victoria, serta vendor jaringan yaitu Lintas Artha yang memberikan koneksi jaringan di Bank Victoria. Topologi jaringan Bank Victoria, seperti dijelaskan pada gambar diatas, Data center Bank Victoria berada di PT. Sigma Cipta Caraka, berlokasi di Serpong. Semua kantor cabang maupun pusat Bank Victoria

13 harus mendapatkan koneksi ke SIGMA selaku Data center. Infrastruktur jaringan sudah disiapkan oleh Bank Victoria, untuk beberapa kantor cabang masih menggunakan line Dial Up, yang rencananya dalam akhir tahun 2008 ini, akan migrasi menggunakan line VSAT. Untuk komunikasi cabang yang menggunakan Dial Up, cabang tersebut harus memiliki router, modem dan line telepon biasa sebagai media koneksinya. Cabang tersebut akan terhubung ke kantor pusat Bank Victoria melalui router pusat, yang kemudian dari kantor pusat akan dialihkan ke SIGMA melalui koneksi fiber optic. Disetiap kantor cabang Bank Victoria tersedia modem dan router backup sebagai cadangan apabila router dan modem tersebut mengalami kerusakan. Namun belum terdapat fasilitas pengganti apabila line telepon yang digunakan ternyata tidak berfungsi. Beberapa aplikasi Bank Victoria, seperti Pembayaran PLN, Telkom, KAI, Telkomsel, Aplikasi Product Bank Victoria seperti V-Plan, V-Pro dll, membutuhkan server dalam penyimpanan data/pemrosesannya, sehingga koneksi kantor cabang dan kantor pusat tetap diperlukan. Sedangkan untuk komunikasi cabang yang menggunakan line VSAT, cabang tersebut melalui receiver/transceiver akan mengirimkan data ke satelit yang akan ditangkap oleh Indonet selaku penyedia jasa layanan ini. Kemudian paket data akan disambungkan ke SIGMA. Teknologi VSAT ini jauh lebih baik daripada menggunakan dial up, karena dengan teknologi ini, cabang-cabang tidak perlu langsung berhubungan dengan kantor pusat untuk mengakses Data center dan mendapatkan bandwidth dan koneksi yang lebih baik.

14 Bank Victoria menyerahkan data sepenuhnya kepada PT Sigma Cipta Caraka, selaku vendor/outsourcing Bank Victoria. Apabila terjadi disaster pada data center maka sudah menjadi tanggung jawab vendor dalam melakukan DRC (Disaster Recovery Center). Bank Victoria melakukan uji coba disaster (DRC) dua kali dalam setahun, yang bertujuan untuk memastikan agar kegiatan perbankan tetap dapat berjalan meskipun terjadi bencana. Gambar 4.5 Infrastruktur BCP Bank Victoria

15 Analisis Dampak Usaha (Business Impact Analysis) Dalam pembuatan prosedur Business Continuity Plan, Robby Yuwono juga melakukan analisis dampak usaha, yaitu mengetahui proses bisnis apa saja yang dilakukan oleh Bisnis Unit Teknologi Informasi Bank Victoria yang mana berpengaruh terhadap bisnis unit yang lain serta kelangsungannya tidak boleh terhenti (continuity) serta mengidentifikasi dampak operasional oleh Teknologi Sarana Informasi. Business Impact Analysis digunakan untuk membantu memahami dampak yang terjadi dari bencana terhadap proses bisnis suatu perusahaan. Dampak bisa secara finansial (kuantitatif) atau operasional (kualitatif, seperti ketidak mampuan untuk merespon komplain dari pelanggan). Berikut adalah identifikasi proses Bisnis dari divisi Teknologi Sistem Informasi Bank Victoria. Tabel 4.2 Identifikasi Proses Bisnis Divisi Teknologi Sistem Informasi Proses Bisnis Penyediaan Laporan-Laporan Keterangan Laporan yang dibutuhkan oleh semua unit bisnis Bank Victoria dan Bank Indonesia. Pembuatan Aplikasi Pembuatan program-program yang dapat dijadikan sebagai pengambilan keputusan (decision support system) serta dapat digunakan dalam melakukan pemrosesan, penyimpanan data, dan laporan. Jaringan dan komunikasi Merancang jaringan agar komunikasi data, aplikasi, dapat berjalan secara optimal di Bank Victoria. Hardware dan Software Memberikan spesifikasi hardware komputer, dan software untuk semua divisi Bank Victoria.

16 Maintenance Pemeliharaan data, database, laporan, sistem, jaringan dan lain sebagainya. Tabel berikut adalah hasil Identifikasi Dampak Operasional oleh Teknologi Sarana Informasi. Tabel 4.3 Dampak Operasional Teknologi Informasi Dampak Operasional Value Arus Kas (Cash Flow) 0 Keuntungan Persaingan (Competitive Advantage) 2 Kepercayaan Pemegang Saham (Shareholder Confidence) 4 Laporan Keuangan (Financial Reporting) 0 Gambaran Perusahaan (Industry Image) 3 Moral Karyawan (Employee Morale) 1 Pelayanan Nasabah (Customer Service) 4 Relasi Vendor (Vendor Relations) 4 Peraturan (Regulatory) 3 Peningkatan Hutang (Increase in Liability) 0 Lainnya (Other;Technical Training) 3 Diisi dengan 0 4, 0 tidak berdampak, 4 sangat berdampak.

17 Beberapa asset IT Bank Victoria yang penting antara lain sebagai berikut : - Physical Data (Hardisk, Server) - Aplikasi-aplikasi - Data Keuangan - Data Operasional / aktifitas day to day - - Data keamanan dari kamera CCTV. Akibat atau dampak yang ditimbulkan apabila data tersebut di atas rusak akan beragam dan waktu yang dapat ditoleransi juga akan beragam tergantung berapa strategisnya data tersebut untuk perusahaan. Data yang berbentuk physical data merupakan prioritas yang harus diselamatkan terlebih dahulu apabila terjadi bencana. Karena apabila physical data tersebut rusak maka akan sulit untuk merecovernya. Selain physical data, data operasional (day to day) juga perlu untuk diselamatkan terlebih dahulu. Waktu yang dapat ditoleransi apabila terjadi bencana adalah kurang dari 24 jam sejak peristiwa bencana itu terjadi. Prioritas dari recovery adalah physical data dan data operasional (day-to-day), dengan demikian BCP yang dibangun lebih fokus terhadap asset IT tersebut. Risk Assessment Penilaian dan analisis resiko (Risk Assessment) yang dilakukan oleh Robby Yuwono selaku kepala TSI, dilakukan dengan beberapa pendekatan. Terdapat dua pendekatan yang digunakan untuk dalam proses ini. Pendekatan tersebut adalah : Pendekatan Kuantitatif

18 Sebuah pendekatan yang berdasarkan nilai-nilai finansial dan formulaformula tertentu. Pendekatan ini mampu memberi gambaran yang jelas mengenai besaranya kerugian bila sebuah resiko terjadi. Namun pendekatan ini relatif sulit dilakukan dan tidak mampu memperhitungkan aspek-aspek intangibel secara baik. Pendekatan Kualitatif Sebuah pendekatan yang berdasarkan penilaian, intuisi dan pengalaman terhadap sistem dan resiko-resiko yang dihadapi. Pendekatan ini relatif mudah dilakukan karena tidak melibatkan angka-angka analisis yang besar, namun tidak dapat memberikan gambaran tentang nilai-nilai finansial terhadap sistem dan resiko yang ada. Merujuk pada peraturan BI tentang penerapan manajemen resiko bagi bank umum, dimana dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa salah satu komponen kegagalan operasional adalah kegagalan sistem informasi. Pendekatan yang tepat bagi sektor perbankan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif tidak dapat dilakukan secara murni kuantitatif, mengingat terdapat beberapa aspek yang bersifat intangible dalam sistem atau organisasi. Diperlukan asumsi-asumsi, pendekatan kualitatif dan pendekatan lain yang mampu menganalisis aspek intangible yang ditemukan menjadi sebuah nilai yang bersifat tangible. Berikut formula-formula baku yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif.

19 Exposure Factor (EF) adalah Persentase kehilangan asset yang disebabkan resiko yang terindentifikasi. Nilainya berada diantara 0% sampai 100% Annualized Rate of Occurrence (ARO) adalah estimasi frekwensi kejadian sebuah resiko dalam setahun. Resiko yang terjadi 10 tahun sekali dituliskan dengan 1/10, resiko yang terjadi 2 kali dalam 8 tahun dituliskan dengan 2/8 Asset Value (AV) adalah nilai asset IT yang dapat berupa nilai tangible dan intangible. Single Loss Expectancy (SLE) adalah nilai kerugian terhadap asset bila sebuah resiko yang teridentifikasi terjadi. SLE = AV x EF Annualized Loss Expectancy (ALE) adalah nilai estimasi kerugian pertahun terhadap asset bila sebuah resiko yang teridentifikasi terjadi. ALE = SLE x ARO Safeguards Cost/Benefit Analysis adalah analisis cost/benefit terhadap langkahlangkah penanganan resiko yang telah dimiliki bagi setiap resiko yang teridentifikasi. (ALE Sebelum Pembuatan Safeguards) (ALE Setelah Pembuatan Safeguards) (Biaya Tahunan Safeguards) = Nilai Safeguards Terhadap Organisasi. Pada tahap Risk Assessment, setiap potensi resiko terhadap sistem IT diidentifikasi secara terperinci oleh Robby Yuwono. Resiko dikategorikan dalam beberapa jenis, diurutkan berdasarkan frekwensi kejadian dan tingkat kerusakannya. Identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan data-data statistik dari lembagalembaga independen dan pemerintahan baik nasional dan internasional yang terkait,

20 Seperti BMG, Kepolisian, FEMA, NIST dan lain-lain. Identifikasi resiko dapat juga dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi yang diambil dari pengalaman internal organisasi. Tabel dibawah ini adalah daftar resiko yang umum dihadapi sistem IT perbankan. Tidak ada batasan jumlah identifikasi resiko dan besarnya parameter-paramenter resiko. Tabel 4.4 Identifikasi Resiko Kategori Resiko Nama Resiko Frekwensi Kejadian Tahunan (ARO) Bencana Alam Kegagalan Sistem Manusia Persentase Tingkat Kerusakan (EF) Banjir 1,00 0,80 Kebakaran 0,25 0,75 Gempa Bumi 0,20 0,60 Tsunami 0,01 0,90 Kegagalan 1,00 Kelistrikan 0,25 Aplikasi Bugs 0,17 0,05 Kegagalan sistem 0,33 telekomunikasi 0,20 Kesalahan 1,00 0,02 pemasukan data Pencurian Data 0,10 Penting 0,30 Serangan Hacker 1,00 0,35 Serangan Virus 3,00 0,25 Serangan teroris 1,00 0,22 Data di atas berdasarkan pada tingkat frekuensi kejadian dari bencana yang pernah terjadi sejak tahun Identifikasi terhadap asset IT dilakukan untuk melakukan analisis resiko dan analisis dampak terhadap bisnis. Secara umum asset IT dikategorikan menjadi Hardware, Software, Communication, and Network. Identifikasi asset dilakukan dengan mengumpulkan data-data sebagai berikut: Daftar perangkat keras dan perangkat lunak yang membentuk sistem IT.

21 Identifikasi nilai asset masing-masing komponen IT. Nilai asset setiap komponen diperoleh dari seperti dokumen project, faktur pembelian, dokumen kontrak kerjasama dan lain-lain. Identifikasi proses bisnis dalam tiap departemen yang meliputi jumlah transaksi perhari, rata-rata nilai transaksi, waktu kerja dan nilai produktifitas setiap proses bisnis. Pemetaan hubungan antara proses bisnis pada masing-masing departemen terhadap komponen IT yang ada. Komponen-komponen yang terintegrasi atau komponen yang digunakan secara bersama-sama haus dipetakan terlebih dahulu. Tabel dibawah ini adalah data asset IT Bank Victoria yang berhasil diolah : Tabel 4.5 Inventaris Asset Divisi Teknologi Informasi Bank Victoria Nilai IT Asset (AV) IT Asset (Rp-Juta) Aplikasi General Ledger 10 Mail Server 25 Web Server 25 Server dan aplikasi database Gaji 30 Telephone dan PABX 45 Server dan aplikasi database Keuangan 70 Aplikasi Decesion support system 85 Aplikasi Telkom dan Server 100 Aplikasi PLN dan Server 150

22 Server dan aplikasi database E-Commers 100 Server dan aplikasi database Pelanggan 110 LAN (Router, Switch, Modem) 200 Komputer 1500 WAN 750 Core Banking 1000 Total 4200

23 Tabel 4.6 Proses Bisnis dan asset IT yang digunakan Departemen Proses Bisnis Jumlah Transa ksi Harian (Rp- Juta) Keuangan Transaksi Harian Marketing Direksi IT Gaji Pegawai Transaksi Pembayaran telkom & PLN Data Pelanggan Nilai Produktifitas (Hari) Jam kerja (Jam/Hari) Penagihan Tunggakan Pelayanan Pelanggan Promosi Perhitungan Rugi/Laba Decision Support N/A 40 8 System Layanan Dasar IT N/A N/A 24 IT Asset Server Dan Aplikasi Database Keuangan Server Dan Aplikasi Database Gaji Server Dan Aplikasi Telkom/PLN Server Dan Aplikasi Database Pelanggan Telepon & PABX Aplikasi Workflow Aplikasi General Ledger Aplikasi Decision Support System LAN WAN Telephone Dan PABX Mail Server Web Server Desktop Komputer

24 Proses BCP Bank Victoria Proses BCP terbagi atas 2 (dua) bagian, yaitu : Secara Manual BCP secara manual dilakukan berdasarkan laporan-laporan yang digunakan sebagai acuan dalam transaksi pada saat terjadinya kondisi darurat dimana sistem yang ada mengalami kerusakan, misalnya computer tidak dapat digunakan karena rusak, komunikasi tidak dapat dilakukan. Secara Sistem BCP secara sistem mengacu pada ketentuan Kebijakan dan Prosedur/SOP BCP Bank Victoria. Standard Operasional Procedure (SOP) pada masa Contingency Plan Standard Operasional Procedure berikut adalah prosedur yang telah dirancang oleh Kepala TSI Robby Yuwono pada saat terjadi bencana. Testing dilakukan 2 kali dalam setahun, karena Bank Indonesia mengudit mengenai pelaksanaan BCP bagi Bank Umum sesuai dengan PBI 9/15/PBI/2007 tentang Penerapan Menejemen Resiko dalam penggunaan teknologi informasi oleh bank umum terkait Business Continuity Plan. Testing BCP dilaksanakan pada hari-hari kegiatan operasional tidak terjadi, seperti pada hari sabtu, minggu, atau hari libur lainnya. Berikut adalah SOP pada saat terjadi disaster / bencana :

25 Nasabah hanya dapat melakukan transaksi pada Cabang dimana nasabah tersebut membuka rekening. Transaksi nasabah yang melibatkan rekening antar cabang tidak diperbolehkan. Laporan-laporan saldo akhir hari dijadikan sebagai dasar/acuan atas transaksi yang akan dilakukan nasabah. Laporan tersebut adalah : a. Laporan Saldo Akhir Hari Retail, yaitu PR19K b. Laporan Outstanding/Nominative Deposito, yaitu PD07K c. Laporan Outstanding Loan, yaitu LN141K d. Laporan General Ledger, yaitu : - Laporan Trial Balance, yaitu GLL02K - Laporan Neraca, yaitu GLL932_011 Untuk transaksi yang telah dilakukan sebelum terjadinya kondisi darurat, maka pada setiap Cabang/Capem/KK dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Berdasarkan hasil laporan akhir hari (End Of Day/EOD) yang didapatkan dari pihak ketiga dalam hal ini adalah PT. Sigma Cipta Caraka, maka saldo terakhir yang dapat digunakan nasabah adalah saldo yang terdapat pada laporan dikurangi dengan jumlah nominal transaksi yang telah dilakukan nasabah sebelum kondisi darurat.

26 b. Mengkonfirmasikan saldo akhir yang telah dikurangi tersebut di atas kepada Cabang/Capem/KK pembuka rekening atas transaksi yang telah dilakukan nasabahnya. Untuk transaksi pembayaran Telkom, PLN tidak dapat dilakukan melalui ATM semenjak terjadinya bencana. Namun transaksi tetap dapat dilakukan pada kantor cabang maupun pusat Bank Victoria. Untuk transaksi seperti kliring, RTGS, LLG dapat tetap dilakukan apabila pada jaringan antara Bank Victoria dan Bank Indonesia (Leased Line) tidak terdapat gangguan yang cukup berarti. Limitasi Setiap transaksi yang dilakukan nasabah selama masa Contingency Plan terdapat limitasi jumlah penarikan yang dapat dilakukan nasabah. Besarnya limitasi tersebut ditetapkan sebesar Rp ,- per nasabah. Service Level Agreement (SLA) Service Level Agreement (SLA) mengenai BCP mengacu pada Perjanjian Jasa Operasional Data center antara PT. Bank Victoria dengan PT. Sigma Cipta Caraka yaitu :

27 Data Communication Link Merupakan service yang dapat diberikan untuk menunjang kelancaran jalur komunikasi data : berdasarkan service level yang diberikan oleh penyedia jasa komunikasi yang terlibat dalam hal ini adalah PT. Lintasarta. Data Processing Availability Merupakan service yang dapat diberikan untuk kesiapan dari mesin AS/400, sehingga Bank tetap dapat beroperasi. a. Mesin AS/400 (diluar komunikasi) : 100% b. Human Resources : 100% c. Response time maximum 7-10 detik, untuk space DASD<= 70% bisa dicapai dengan suatu kondisi yang memenuhi persyaratan teknis dari cabling, networking, perangkat hardware maupun aplikasi terutama di sisi Bank Victoria yaitu : Besarnya bandwith (Frame Relay atau Dial Up) yang kebutuhannya bisa bervariasi tergantung dari jumlah titik user atau terminal (level Cabang atau level KPO). Memiliki Perangkat hardware dengan standar kualitas yang sudah terbukti, misalnya : Router dari Cisco, Hub 3com 8/16 port, Server dan PC dengan konfigurasi yang disesuaikan dengan kebutuhan, topology client access dengan UTP.

28 Tergantung bagaimana service level yang diberikan oleh Communication Provider dalam hal ini adalah PT. Lintasarta. Operasi Data center a. Dalam hal terjadi kerusakan atau hambatan yang mengganggu kelancaran pemberian Jasa Operasional Data center, maka PT. Sigma Cipta Caraka diwajibkan untuk memberitahukannya dengan segera kepada Bank sejak terjadinya gangguan dimaksud berikut alternatif usaha pemulihan kerusakan atau hambatan tersebut. b. Semua laporan-laporan data perbankan hasil proses akhir hari dan awal hari akan disampaikan PT. Sigma Cipta Caraka kepada Bank baik Kantor Pusat maupun Cabang-Cabang paling lambat pada pukul 9:00 WIB pada keesokkan harinya terhitung sejak dari dilakukannya transaksi dimaksud dengan catatan cut off time untuk proses akhir hari (semua cabang) dilakukan paling lambat jam 22:00 WIB. c. Penyampaian laporan di atas adalah dalam bentuk spool file dengan tujuan printer yang telah ditentukan sebelumnya dan disampaikan setiap hari setelah proses akhir hari da awal hari selesai dijalankan agar dapat dicetak oleh Bank. d. Untuk transaksi dan mutasi data perbankan yang berkaitan dengan laporan keuangan, statement rekening Koran dan

29 tabungan disampaikan oleh PT. Sigma Cipta Caraka kepada Bank dalam hal ini adalah Kantor Pusat dalam bentuk spool file sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya dan akan dicetak oleh Bank. Helpdesk Maksimum response time Helpdesk adalah maksimum waktu yang dijanjikan untuk meresponse setiap permasalahan yang diajukan oleh Bank secara lisan atau tertulis mengenai resolusi permasalahan yang akan dilakukan oleh PT. Sigma Cipta Caraka. Dalam hal ini maksimum response time adalah 30 menit yang dapat disampaikan secara lisan atau tertulis. Tahap Recovery Unit Kerja Teknologi Sistem Informasi a. Melakukan koordinasi dengan Data center SCC dan memastikan bahwa jaringan komunikasi ke mesin production sudah tidak bermasalah. b. Melakukan koordinasi ke Cabang/Capem/K.Kas untuk melakukan pengetesan koneksi ke mesin production.

30 c. Memastikan bahwa semua jaringan komunikasi baik dari Cabang/Capem/K.Kas ke Kantor Pusat maupun dari Kantor Pusat ke data center sudah dapat berfungsi dengan baik. Satuan Kerja Audit Intern a. Memeriksa kebsahan data-data yang telah di restore oleh pihak Data center ke mesim production. b. Melaporkan kepada Direktur Operasi dan Sistem keabsahan data-data tersebut. Pejabat Yang Berwenang di Kantor Pusat a. Menerima Notifikasi Penghentian Operasi DRC dari PT. Sigma Cipta Caraka. b. Meminta persetujuan dari Direksi untuk penghentian pengoperasian DRC. c. Mengirimkan kembali copy Notifikasi Penghentian Operasi DRC yang telah ditandatangani oleh Direksi kepada PT. Sigma Cipta Caraka dengan menggunakan faximile. d. Menginformasikan kepada Cabang/Capem/K.Kas mengenai kondisi recover dengan mengirimkan copy Notifikasi Penghentian Operasi DRC dengan menggunakan faximile.

31 e. Menyimpan Notifikasi Penghentian Operasi DRC sebagai file. Kantor Cabang/Capem/K.Kas atau Unit Kerja di Kantor Pusat a. Menerima konfirmasi Notifikasi Penghentian Operasi DRC dari Kantor Pusat. b. Mengembalikan konfigurasi setting jaringan komunikasi untuk kembali ke mesin production. c. Melakukan pengetesan koneksi ke mesin production. d. Melaporkan hasil koneksi ke Unit Kerja Teknologi System Informasi. Implementasi Business Continuity Plan di Bank Victoria Salah satu upaya untuk meningkatkan pengamanan informasi dan implementasi BCP/DRC di Bank Victoria adalah dengan mengimplementasikan ISO/IEC 27001:2005 dan ISO 17799:2005 tentang Pengaman Informasi (Information Security Management System)

32 Gambar 4.6 ISO/IEC 27001:2005 dan ISO 17799:2005 Bencana yang pernah dialami oleh Bank Victoria yaitu pada tahun 2002 dan 2007, saat terjadi Banjir yang hampir meliputi seluruh wilayah Jakarta. Pada saat itu kondisi beberapa cabang Bank Victoria tidak dapat beroperasi secara normal, bahkan beberapa cabang terpaksa menghentikan kegiatan operasionalnya dan melakukan kegiatan operasional cabang pada kantor pusat. Beberapa peralatan yang terdapat (TI dan non-ti) didalamnya rusak dan tidak dapat digunakan, Fasilitas pendukung seperti listrik, komunikasi serta telpon mati dan bahan bakar sulit untuk dijangkau. Komunikasi hanya dapat dilakukan menggunakan telepon seluler. Beberapa komputer mengalami kerusakan

33 karena terendam banjir, sehingga mengakibatkan data yang tersimpan di komputer tersebut hilang. Data-data fisik seperti laporan, ikut terendam banjir sehingga mengalami kerusakan. Dengan kondisi seperti diatas berdampak pada kegiatan operasional Bank Victoria, yang dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Pada saat terjadi bencana banjir, Tim BCP Bank Victoria yang dikepalai oleh kepala TSI Robby Yuwono sudah mempersiapkan beberapa prosedur yang harus dilakukan (sesuai dengan standard operasional procedure pada saat terjadi bencana). Cabang-cabang Bank Victoria melakukan evakuasi barang-barang yang ada agar tidak terendam banjir, khususnya peralatan yang elektronik seperti komputer, printer, scanner, mesin fotokopi, peralatan jaringan dan lain sebagainya. Pada saat listrik padam, genset mulai dinyalakan dan komunikasi menggunakan telepon seluler dan flexi. Untuk operasional beberapa personil didatangkan dari kantor pusat untuk membantu karena keterbatasan/ketidak tersediaan personil. Implementasi BCP pada waktu itu dilakukan dengan baik, sehingga kegiatan operasional Bank Victoria dapat tetap berjalan seperti biasa, untuk cabang-cabang yang terendam banjir melakukan kegiatan operasionalnya pada kantor pusat, menunggu hingga banjir surut.

LAMPIRAN. 1. Struktur Organisasi Bank yang menunjukkan posisi Organisasi Teknologi Informasi.

LAMPIRAN. 1. Struktur Organisasi Bank yang menunjukkan posisi Organisasi Teknologi Informasi. LAMPIRAN MANAJEMEN 1. Struktur Organisasi Bank yang menunjukkan posisi Organisasi Teknologi Informasi. 2. Struktur Organisasi khusus satuan kerja Teknologi Informasi 3. IT Steering Committee (ITSC) a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan bisnis (business continuity) merupakan sebuah hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan bisnis (business continuity) merupakan sebuah hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangsungan bisnis (business continuity) merupakan sebuah hal yang sangat penting dalam sebuah bank. Untuk itu pada tanggal 30 November 2007 Bank Indonesia selaku

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO KEAMANAN INFORMASI (INFORMATION SECURITY). STUDI KASUS: POLIKLINIK XYZ

ANALISA RESIKO KEAMANAN INFORMASI (INFORMATION SECURITY). STUDI KASUS: POLIKLINIK XYZ ANALISA RESIKO KEAMANAN INFORMASI (INFORMATION SECURITY). STUDI KASUS: POLIKLINIK XYZ Dodi Wisaksono Sudiharto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Informatika, Institut Teknologi Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, -1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung tercapainya sistem pembayaran

Lebih terperinci

Business Continuity Plan & Disaster Recovery Plan. Abdul Aziz

Business Continuity Plan & Disaster Recovery Plan. Abdul Aziz Business Continuity Plan & Disaster Recovery Plan Abdul Aziz Email : abdulazizprakasa@ymail.com BCP Rencana bisnis yang berkesinambungan DRP Rencana pemulihan dari kemungkinan kerusakankerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N

No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N No. 11/10 /DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N Perihal : Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI

MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI MITIGASI RISIKO KEAMANAN SISTEM INFORMASI Pengertian Risiko Sesuatu yang buruk (tidak diinginkan), baik yang sudah diperhitungkan maupun yang belum diperhitungkan, yang merupakan suatu akibat dari suatu

Lebih terperinci

No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N. Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money)

No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N. Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money) No. 11/11/DASP Jakarta, 13 April 2009 S U R A T E D A R A N Perihal : Uang Elektronik (Electronic Money) Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/12./PBI/2009 tanggal 13 April

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung kelancaran sistem pembayaran diperlukan

Lebih terperinci

- 1 - UMUM. Mengingat

- 1 - UMUM. Mengingat - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM UMUM Dalam rangka meningkatkan efisiensi kegiatan

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 75 /POJK.03/2016 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

enyatukan dan Memadukan Sumber Daya

enyatukan dan Memadukan Sumber Daya M enyatukan dan Memadukan Sumber Daya Keunggulan kompetitif BCA lebih dari keterpaduan kekuatan basis nasabah yang besar, jaringan layanan yang luas maupun keragaman jasa dan produk perbankannya. Disamping

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penetapan kebijakan moneter, pemantauan stabilitas sistem keuangan,

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1 Sejarah PT.Bank Bukopin tbk PT. Bank Bukopin, tbk yang sejak berdirinya tanggal 10 Juli 1970 menfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan berkembang menjadi

Lebih terperinci

No. 18/2/DPTP Jakarta, 28 Januari S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PEMILIK REKENING GIRO DI BANK INDONESIA

No. 18/2/DPTP Jakarta, 28 Januari S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PEMILIK REKENING GIRO DI BANK INDONESIA 1 No. 18/2/DPTP Jakarta, 28 Januari 2016 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA PEMILIK REKENING GIRO DI BANK INDONESIA Perihal : Penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia Government Electronic Banking Sehubungan

Lebih terperinci

2016, No.267.

2016, No.267. -2- dengan penggunaan teknologi informasi serta perkembangan standar nasional dan internasional, perlu dilakukan penyempurnaan ketentuan mengenai penerapan manajemen risiko dalam penggunaan teknologi informasi

Lebih terperinci

II. PT. BANK GANESHA

II. PT. BANK GANESHA II. PT. BANK GANESHA 2.1 Data Perusahaan 2.1.1. Identitas Perusahaan PT. Bank Ganesha adalah perusahaan yang bergerak dibidang Jasa Keuangan atau yang biasa kita kenal dengan sebutan Bank, yaitu sebagai

Lebih terperinci

No. 2/ 24 /DASP Jakarta, 17 November 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement

No. 2/ 24 /DASP Jakarta, 17 November 2000 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA. Perihal : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement No. 2/ 24 /DASP Jakarta, 17 November 2000 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DI INDONESIA Perihal : Bank Indonesia Real Time Gross Settlement Sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

PENYELARASAN STRATEGI SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN STRATEGI BISNIS PADA PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DAN BANK PEMERINTAH.

PENYELARASAN STRATEGI SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN STRATEGI BISNIS PADA PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DAN BANK PEMERINTAH. Media Informatika Vol. 14 No. 2 (2015) PENYELARASAN STRATEGI SISTEM INFORMASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI DENGAN STRATEGI BISNIS PADA PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DAN BANK PEMERINTAH Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

Ibnu Muakhori, S.Kom (WA)

Ibnu Muakhori, S.Kom (WA) Disampaikan Oleh: Ibnu Muakhori, S.Kom 0852 851 222 57 08380 736 1504 (WA) www.ibnu-muakhori.id ibnu0176@gmail.com SURAT PENAWARAN MAINTENANCE Kepada Yth, Bapak / Ibu Pimpinan PT Jakarta Konsultindo di

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan Berdasarkan usulan pemecahan masalah yang telah diajukan, telah diputuskan untuk membuat WAN menggunakan teknologi Frame Relay sebagai pemecahan

Lebih terperinci

I. PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU (APMK)

I. PENGAWASAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU (APMK) No.7/61/DASP Jakarta, 30 Desember 2005 SURAT EDARAN Perihal : Pengawasan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Sehubungan dengan telah diberlakukannya Peraturan Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Australia and New Zealand Banking Group Limited (XYZ Grup) didirikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Australia and New Zealand Banking Group Limited (XYZ Grup) didirikan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Australia and New Zealand Banking Group Limited (XYZ Grup) didirikan pada tahun 1835 dan saat ini merupakan salah satu perusahaan terbesar di Australia dan Selandia

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI. Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan 4.1.1 Usulan Perancangan Jaringan Perancangan jaringan pada PT. EP TEC Solutions Indonesia menggunakan teknologi Frame Relay. Daripada menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT National Label, kami telah mengumpulkan dan mengolah data berdasarkan kuisioner

Lebih terperinci

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSI Yth. 1. Penyelenggara Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi; dan 2. Pengguna Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/15/PBI/2007 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME karena atas kasih dan karunia-nya

KATA PENGANTAR. Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME karena atas kasih dan karunia-nya iv KATA PENGANTAR Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME karena atas kasih dan karunia-nya maka penulisan kajian ini dapat terselesaikan pada waktunya. Kajian yang bertemakan Businnes Continuity

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. modal dasar pada saat itu berjumlah Rp ,- (dua ratus lima

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. modal dasar pada saat itu berjumlah Rp ,- (dua ratus lima BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil penelitian 4.1.1 Sejarah perusahaan PT. BPR KARYAJATNIKA SADAYA berdiri pada tanggal 14 September 1990 berdasarkan Akta Pendirian yang dibuat oleh notaris

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN LAYANAN MEGA INTERNET

SYARAT DAN KETENTUAN LAYANAN MEGA INTERNET SYARAT DAN KETENTUAN LAYANAN MEGA INTERNET A. Definisi 1. Bank adalah PT Bank Mega, Tbk yang meliputi Kantor Pusat, Kantor Regional, Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu serta kantor lainnya yang merupakan

Lebih terperinci

No. 10/7/DASP Jakarta, 21 Februari 2008 S U R A T E D A R A N

No. 10/7/DASP Jakarta, 21 Februari 2008 S U R A T E D A R A N No. 10/7/DASP Jakarta, 21 Februari 2008 S U R A T E D A R A N Perihal : Pengawasan Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu (APMK) Sehubungan dengan diberlakukannya Peraturan Bank

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N

S U R A T E D A R A N No. 7/59/DASP Jakarta, 30 Desember 2005 S U R A T E D A R A N Perihal : Tata Cara Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu -----------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

FORMULIR PELAPORAN DAN PERMOHONAN PERSETUJUAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI

FORMULIR PELAPORAN DAN PERMOHONAN PERSETUJUAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI Lampiran 2 FORMULIR PELAPORAN DAN PERMOHONAN PERSETUJUAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI 1 DAFTAR ISI Lampiran 2.1 Laporan Penggunaan Teknologi Informasi Lampiran 2.1.1 Lampiran 2.1.2 Lampiran 2.1.3 Lampiran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar isi 1

DAFTAR ISI. Daftar isi 1 DAFTAR ISI Daftar isi 1 Pelaksanaan Good Corporate Governance PT. BPR DASSA 2 TAHUN 2017 Transparansi Penerapan Tata Kelola (Good Corporate Governance).... 3 A Pengungkapan Penerapan Tata Kelola... 3 1

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS. 11 Sumber: Dendawijaya, 2005: 55.

BAB II PROSES BISNIS. 11 Sumber: Dendawijaya, 2005: 55. BAB II PROSES BISNIS Untuk menggambarkan proses bisnis PT. Bank Nusantara Parahyangan, Tbk., perlu dipahami ketentuan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah melalui Undang-Undang

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Keamanan Informasi dan Pengelolaan Risiko. LPSE Provinsi Jawa Barat Rakerna LPSE november 2015

Sistem Manajemen Keamanan Informasi dan Pengelolaan Risiko. LPSE Provinsi Jawa Barat Rakerna LPSE november 2015 Sistem Manajemen Keamanan Informasi dan Pengelolaan Risiko LPSE Provinsi Jawa Barat Rakerna LPSE 2015 11 november 2015 Hasil Rakernas LPSE Provinsi 2015 di Banda Aceh Deklarasi Sabang Meningkatkan kesadaran

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 75 /POJK.03/2016 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH I. UMUM Peran

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard.

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. serta petunjuk arah yang terbuat dari neon sign maupun billboard. BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT. Mega Cipta Mandiri didirikan pada tanggal 6 Februari 1996 di Jakarta. PT. Mega Cipta Mandiri bergerak pada bidang periklanan yaitu billboard. Banyak

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH UMUM Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Pada tahun 2005 PT. Sinar Mas Multiartha, Tbk yang merupakan kelompok usaha sinarmas yang berada di bawah unit usaha Financial Services mengambil

Lebih terperinci

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PROFIL PERUSAHAAN BAB I PROFIL PERUSAHAAN 1.1. Sejarah Perusahaan PT Rahajasa Media Internet (RadNet) didirikan oleh dua orang pendiri, salah satu diantaranya adalah Roy Rahajasa Yamin, pada bulan November tahun 1994. RadNet

Lebih terperinci

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini telah masuk dalam era digital dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perbankan saat ini telah masuk dalam era digital dan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perbankan saat ini telah masuk dalam era digital dan teknologi informasi dimana layanan yang diberikan kepada para nasabah tidak hanya layanan yang bersifat konvensional,

Lebih terperinci

: Proteksi dan Teknik Keamanan Sistem Informasi pada Perusahaan Agen Properti PT. Griya Media

: Proteksi dan Teknik Keamanan Sistem Informasi pada Perusahaan Agen Properti PT. Griya Media Tugas Mata Kuliah : Proteksi dan Teknik Keamanan Sistem Informasi Kelompok : 102 Anggota : Andreas Fobi 7203012025 Ign. Rudy H. 7203012076 Irman Triharyanto 7203012114 Judul : Proteksi dan Teknik Keamanan

Lebih terperinci

STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15 /SEOJK.03/2017 TENTANG STANDAR PENYELENGGARAAN TEKNOLOGI INFORMASI BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH - 2 - DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa lalu lintas pembayaran dan sebagai sarana dalam kebijakan moneter.

BAB I PENDAHULUAN. jasa lalu lintas pembayaran dan sebagai sarana dalam kebijakan moneter. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan jasa yang menyediakan jasa keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat adalah bank. Bank mempunyai peranan penting dalam kehidupan perekonomian. Fungsi

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

Sistem Pembayaran Non Tunai

Sistem Pembayaran Non Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Sistem Pembayaran Non Tunai Tim Penyusun Ramlan Ginting Chandra Murniadi Dudy Iskandar Gantiah Wuryandani

Lebih terperinci

No.17/13/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 SURAT EDARAN

No.17/13/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 SURAT EDARAN No.17/13/DPSP Jakarta, 5 Juni 2015 SURAT EDARAN Perihal : Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/9/PBI/2015

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN BAB II TINJAUAN LOKASI PENELITIAN A. PT. MPM Finance PT. Elbatama Securindo didirikan di Jakarta sebagai perusahaan sekuritas. Pada tanggal 6 Juli 1990, perusahaan memperoleh pengesahan Menteri Kehakiman.

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. dilakukan pembagian beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Pengembangan produk low cost & acquirer platform

BAB V RENCANA AKSI. dilakukan pembagian beberapa kegiatan sebagai berikut: 1. Pengembangan produk low cost & acquirer platform BAB V RENCANA AKSI Dalam menindaklanjuti strategi dan rencana yang di bahas pada bab IV, perlu disusun rencana aksi yang perlu dilakukan oleh perusahaan. Penjabaran rencana aksi mencakup tata waktu kegiatan,

Lebih terperinci

IT Maintenance Proposal [ Client]

IT Maintenance Proposal [ Client] IT Maintenance Proposal [--------Client] Salinan ke Versi Tanggal Abstrak Dibuat oleh Proposal ini merepresentasikan penawaran flip_nine dalam rangka memberikan penawaran IT Maintenance Proposal. flip_nine

Lebih terperinci

Profil Perusahaan & Pengkinian Kinerja Keuangan. Kuartal 3 Tahun 2015

Profil Perusahaan & Pengkinian Kinerja Keuangan. Kuartal 3 Tahun 2015 Profil Perusahaan & Pengkinian Kinerja Keuangan Kuartal 3 Tahun 2015 Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi: Corporate Secretary PT Bank Victoria International Tbk Panin Tower Lantai 15 Senayan

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN PELATIHAN SDM PENGAMPU TI. 10 Urusan. Layanan E-Government

KOMPETENSI DAN PELATIHAN SDM PENGAMPU TI. 10 Urusan. Layanan E-Government KOMPETENSI DAN PELATIHAN SDM PENGAMPU TI 10 Urusan Layanan E-Government Administrator Server Administrator Server Mengelola komponen (server, workstation, sistem operasi) sistem informasi sesuai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3. 1 Riwayat Perusahaan PT Hipernet IndoData yang lebih dikenal dengan HyperNet yang berarti "jaringan yang melebihi layanan jaringan biasa", merupakan perusahaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY)

LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) LAMPIRAN SURAT EDARAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/DKSP TANGGAL 22 JULI 2014 PERIHAL PENYELENGGARAAN UANG ELEKTRONIK (ELECTRONIC MONEY) I. PERSYARATAN DOKUMEN PERIZINAN UANG ELEKTRONIK BAGI LEMBAGA SELAIN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 38 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/ 10 /PBI/2005 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/ 10 /PBI/2005 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 7/ 10 /PBI/2005 TENTANG LAPORAN HARIAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan tugas Bank Indonesia di sektor moneter, perbankan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 25 /PBI/2011 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN BAGI BANK UMUM YANG MELAKUKAN PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PIHAK LAIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meminimalisasi risiko tersebut, bank diharapkan memiliki Business

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meminimalisasi risiko tersebut, bank diharapkan memiliki Business BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan operasional perbankan tidak dapat terhindar dari adanya gangguan/kerusakan yang disebabkan oleh alam maupun manusia misalnya terjadi gempa bumi, bom, kebakaran,

Lebih terperinci

Lampiran SE No. 6/ 14 /DASP tanggal 31 Maret 2004 Lampiran 1 PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR TERTULIS PESERTA SISTEM BI-RTGS

Lampiran SE No. 6/ 14 /DASP tanggal 31 Maret 2004 Lampiran 1 PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR TERTULIS PESERTA SISTEM BI-RTGS Lampiran 1 PEDOMAN PENYUSUNAN KEBIJAKAN DAN PROSEDUR TERTULIS PESERTA SISTEM BI-RTGS DIREKTORAT AKUNTING DAN SISTEM PEMBAYARAN BANK INDONESIA 2004 ---------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENGUKURAN RISIKO TI 4.1 Latar Belakang Pembahasan Dalam pengukuran risiko yang dilakukan pada PT Informasi Komersial Bisnis, kami mengolah data berdasarkan wawancara kepada

Lebih terperinci

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/6/PADG/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

9

9 BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan ARTAJASA didirikan PT Aplikanusa Lintasarta (LINTASARTA) yang merupakan induk perusahaan telah menjadi mitra industri perbankan di Indonesia. Setelah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PEMBAHASAN 4.1 Analisis Biaya dan Manfaat Biaya-biaya operasional yang diperhitungkan mulai dari Januari 2008 sampain dengan Desember 2010 adalah sebagai berikut : 4.1.1 Kategori Biaya 4.1.1.1

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN NOBUPAY

SYARAT DAN KETENTUAN NOBUPAY SYARAT DAN KETENTUAN NOBUPAY DEFINISI 1. Bank adalah PT Bank Nationalnobu Tbk. 2. Aplikasi NobuPay adalah aplikasi yang dapat diakses melalui smartphone atau sarana lainnya yang akan ditentukan Bank kemudian

Lebih terperinci

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan. dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di

BAB II. PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan. dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958 di BAB II PROFIL PERUSAHAAN PT. BTPN Tbk Medan A. Sejarah Perusahaan Bank Tabungan Pensiunan Nasional terlahir dari pemikiran 7 (tujuh) orang dalam suatu perkumpulan pegawai pensiunan militer pada tahun 1958

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/1/PBI/2013 TENTANG LEMBAGA PENGELOLA INFORMASI PERKREDITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/1/PBI/2013 TENTANG LEMBAGA PENGELOLA INFORMASI PERKREDITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/1/PBI/2013 TENTANG LEMBAGA PENGELOLA INFORMASI PERKREDITAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Bank Indonesia berwenang untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan good corporate governance, bank perlu

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. melalui Five Forces Porter Analysis dan analisis SWOT, maka dapat diambil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. melalui Five Forces Porter Analysis dan analisis SWOT, maka dapat diambil BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis terhadap lingkungan eksternal dan internal melalui Five Forces Porter Analysis dan analisis SWOT, maka dapat diambil kesimpulan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO Kebijakan KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO Dalam menjalankan fungsi, Bank membentuk tata kelola manajemen risiko yang sehat, Satuan Kerja yang Independen, merumuskan tingkat risiko yang akan diambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disain jaringan komunikasi data antara kantor pusat dan cabang-cabang Bank Mega saat ini adalah wide area network (WAN) yang terkoneksi secara terpusat (centralized),

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. dalam bidang penyedia jaringan infrastruktur Wireless. Dengan layanan Wireless

BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN. dalam bidang penyedia jaringan infrastruktur Wireless. Dengan layanan Wireless BAB 3 ANALIS IS S IS TEM YANG BERJALAN 3.1 Profil Perusahaan PT. Quantum Tera Network adalah perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang penyedia jaringan infrastruktur Wireless. Dengan layanan Wireless

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/ 17 /PBI/2001 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penetapan kebijakan moneter serta pemantauan kondisi bank secara

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GENERAL LEDGER (F-GL) PT. FTF GLOBALINDO IT SOLUTION PROVIDER

SISTEM INFORMASI GENERAL LEDGER (F-GL) PT. FTF GLOBALINDO IT SOLUTION PROVIDER PRODUK PROFILE SISTEM INFORMASI GENERAL LEDGER (F-GL) PT. FTF GLOBALINDO IT SOLUTION PROVIDER I. SEKILAS TENTANG APLIKASI Sistem Informasi General Ledger (GL) adalah aplikasi komputer yang dikembangkan

Lebih terperinci

Lampiran 7 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lampiran 7 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009, Bank Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI. audit dari wawancara dengan manajer yang terkait dan bagian bagian yang

BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI. audit dari wawancara dengan manajer yang terkait dan bagian bagian yang BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI Pada bab ini dijelaskan mengenai pelaksanaan audit terhadap sistem informasi penjualan delivery fax pada PT Orindo Alam Ayu. Dalam pengumpulan temuan bukti audit dari wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Pemerintah Republik Indonesia mengubah nama Postspaarbank

BAB I PENDAHULUAN Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Pemerintah Republik Indonesia mengubah nama Postspaarbank BAB I PENDAHULUAN 1.1. Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. atau yang lebih dikenal dengan nama Bank BTN memiliki sejarah yang sangat panjang

Lebih terperinci

2 1. Perluasan akses kepesertaan yang tidak terbatas pada Bank Umum Saat ini kepesertaan SKNBI terbatas pada Bank Umum sehingga transfer dana melalui

2 1. Perluasan akses kepesertaan yang tidak terbatas pada Bank Umum Saat ini kepesertaan SKNBI terbatas pada Bank Umum sehingga transfer dana melalui TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Transfer Dana. Kliring. Berjadwal. Penyelenggaraan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 122). PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI)

PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI) PEMBUATAN DISASTER RECOVERY PLAN (DRP) BERDASARKAN ISO/IEC 24762: 2008 DI ITS SURABAYA (STUDI KASUS DI PUSAT DATA DAN JARINGAN BTSI) Julia Carolina Daud OUTLINE BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI BAB

Lebih terperinci

WIDE AREA NETWORK & ROUTER. Budhi Irawan, S.Si, M.T, IPP

WIDE AREA NETWORK & ROUTER. Budhi Irawan, S.Si, M.T, IPP WIDE AREA NETWORK & ROUTER Budhi Irawan, S.Si, M.T, IPP WIDE AREA NETWORK Pengertian WAN atau Wide Area Network adalah kumpulan komputer dan sumber daya jaringan yang terhubung melalui jaringan wilayah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.53, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Manajemen Risiko. Penerapan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5861). PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dictionary of Banking and financial service by Jerry Rosenberg dalam Taswan (2010) menyatakan bahwa yang dimaksud bank adalah lembaga yang menerima simpanan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO

BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992, dan mulai resmi beroperasi dalam

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (selanjutnya disebut Bank Mandiri atau Bank ) didirikan pada tanggal 2 Oktober 1998 di Negara Republik Indonesia dengan

Lebih terperinci

Profil Perusahaan & Pengkinian Kinerja Keuangan. Kwartal 1 Tahun 2015

Profil Perusahaan & Pengkinian Kinerja Keuangan. Kwartal 1 Tahun 2015 Profil Perusahaan & Pengkinian Kinerja Keuangan Kwartal 1 Tahun 2015 Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi: Corporate Secretary PT Bank Victoria International Tbk Panin Tower Lantai 15 Senayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. giro, deposito maupun investasi. Bank juga menjadi lembaga peminjaman dana. pinjaman rumah hingga untuk modal usaha perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. giro, deposito maupun investasi. Bank juga menjadi lembaga peminjaman dana. pinjaman rumah hingga untuk modal usaha perusahaan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat dalam transaksi pembayaran hingga penyimpanan dana (funding) dalam bentuk tabungan, giro, deposito

Lebih terperinci

Langkah langkah FRAP. Daftar Risiko. Risk

Langkah langkah FRAP. Daftar Risiko. Risk L1 Langkah langkah FRAP Daftar Risiko Risk Risiko Tipe Prioritas Awal # 1 Kerusakan Database dikarenakan kegagalan INT B hardware 2 Staff internal sengaja memodifikasi data untuk INT C keuntungan kelompok

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN. PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Nomor Pedoman : P2/DIT/2014/AI Tanggal : 1 Desember 2014

PEDOMAN PEDOMAN. PT JASA MARGA (Persero) Tbk. Nomor Pedoman : P2/DIT/2014/AI Tanggal : 1 Desember 2014 PEDOMAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 LEMBAR PENGESAHAN... 3 BAB I TUJUAN DAN RUANG LINGKUP... 4 BAB II DEFINISI... 4 BAB III KETENTUAN UMUM... 5 BAB IV AKUISISI APLIKASI... 5 BAB V PEMELIHARAAN APLIKASI...

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DAN EVALUASI. besar investasi yang dikeluarkan untuk pengadaan hardware, software, dan biaya

BAB 4 ANALISA DAN EVALUASI. besar investasi yang dikeluarkan untuk pengadaan hardware, software, dan biaya 54 BAB 4 ANALISA DAN EVALUASI 4.1 Analisa Biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan pada saat menginvestasikan suatu strategi termasuk saat pengimplementasian sistem SAP PT.

Lebih terperinci

Jaminan Nilai Premi yang Dibayarkan INVESTRA PLATINUM. Investasi Optimal dengan Perlindungan Ekstra

Jaminan Nilai Premi yang Dibayarkan INVESTRA PLATINUM. Investasi Optimal dengan Perlindungan Ekstra Jaminan Nilai Premi yang Dibayarkan INVESTRA PLATINUM Investasi Optimal dengan Perlindungan Ekstra INVESTRA PLATINUM Investasi Optimal dengan Perlindungan Ekstra INVESTRA PLATINUM adalah perlindungan asuransi

Lebih terperinci

FAQ MEGA INTERNET 1 / 5

FAQ MEGA INTERNET 1 / 5 FAQ MEGA INTERNET 1. Apa itu layanan Mega Internet? Mega Internet adalah layanan perbankan elekktronik yang disediakan bagi nasabah perorangan untuk melakukan transaksi perbankan non tunai dengan menggunakan

Lebih terperinci

No. 10/ 47 /DPNP Jakarta, 23 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 10/ 47 /DPNP Jakarta, 23 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 10/ 47 /DPNP Jakarta, 23 Desember 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Sistem Informasi Debitur Sehubungan dengan telah dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lembaga keuangan yang kegiatannya adalah dalam bidang jual beli uang.

BAB II LANDASAN TEORI. lembaga keuangan yang kegiatannya adalah dalam bidang jual beli uang. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sumber Dana Bank Sumber dana bank merupakan usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai kegiatan operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsi bank dalam lembaga keuangan yang

Lebih terperinci

SERVICE LEVEL AGREEMENT (SLA) LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI

SERVICE LEVEL AGREEMENT (SLA) LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI SERVICE LEVEL AGREEMENT (SLA) LAYANAN TEKNOLOGI INFORMASI PT. ABCDEFGH INDONESIA Tahun 2016 Nama Dokumen : Service Level Agreement Layanan TI Nomor Dokumen : SLATI/VI/ABCDEFGHI Versi Dokumen : 2.1 Dipersiapkan

Lebih terperinci

No. 18/25/DPU Jakarta, 2 November 2016 Oktober Perihal : Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah

No. 18/25/DPU Jakarta, 2 November 2016 Oktober Perihal : Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah No. 18/25/DPU Jakarta, 2 November 2016 Oktober 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Penyelenggara Jasa Pengolahan Uang Rupiah Sehubungan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/15/PBI/2016 tentang Penyelenggara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dari situs Bank Indonesia mengenai Statistik Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dari situs Bank Indonesia  mengenai Statistik Perbankan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini industri perbankan di Indonesia berkembang dengan pesat dan memiliki kegiatan usaha yang semakin beragam hal ini terbukti dari data yang diperoleh

Lebih terperinci

No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK

No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK No. 15/23/DASP Jakarta, 27 Juni 2013 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK DAN BADAN USAHA BERBADAN HUKUM INDONESIA BUKAN BANK Perihal : Penyelenggaraan Transfer Dana Sehubungan dengan diberlakukannya

Lebih terperinci