EVALUASI JALAN TAMBANG BERDASARKAN GEOMETRI DAN DAYA DUKUNG PADA LAPISAN TANAH DASAR PIT TUTUPAN AREA HIGHWALL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI JALAN TAMBANG BERDASARKAN GEOMETRI DAN DAYA DUKUNG PADA LAPISAN TANAH DASAR PIT TUTUPAN AREA HIGHWALL"

Transkripsi

1 EVALUASI JALAN TAMBANG BERDASARKAN GEOMETRI DAN DAYA DUKUNG PADA LAPISAN TANAH DASAR PIT TUTUPAN AREA HIGHWALL Thoni Riyanto 1*, Agus Triantoro 2, Riswan 2, Yosua Dinata Olla 3 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat 2 Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat 3 Deputy Operation Department Head, PT Pama Indo Mining *riyantothoni@gmail.ac.id ABSTRAK Pada kegiatan pemindahan material overburden, jalan tambang merupakan parameter penting untuk menunjang kinerja alat angkut. Pada jalan tambang sering dijumpai kerusakan-kerusakan di badan jalan seperti, jalan berlubang dan permukaan jalan tidak mulus. Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi geometri jalan dan daya dukung tanah pada jalan tambang yang belum memenuhi standar, sehingga perlu dilakukan evaluasi. Penelitian penelitian dilakukan di Jalan Alphard, Dodge dan Cadillac dengan jalan 3720 meter di Pit Tutupan Highwall PT Pamapersada Nusantara Jobsite PT Adaro Indonesia. Pemilihan lokasi jalan penelitian berdasarkan jalan yang memiliki data jumlah alat angkut dan jumlah fleet paling banyak, serta data kecepatan alat angkut paling rendah. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menganalisis geometri jalan, daya dukung tanah jalan terhadap beban yang melewatinya, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan jalan dan perbaikan geometri. Penelitian dimulai dengan pengambilan data geometri aktual jalan dan daya dukung tanah aktual jalan (CBR subgrade dan rolling resistance). Kemudian membandingkan dengan standar teoritis, diperoleh geometri ideal untuk desain kecepatan 60 km/jam yaitu lebar jalan lurus 24 meter, lebar jalan tikungan 28 meter, grade maksimal 8%, superelevasi 8% dan cross slope 2-4%. Daya dukung tanah jalan diperoleh CBR ideal 40% dan rolling resistance 65 lb/ton (3,25%). Dapat diketahui bahwa jalan dalam kondisi paling rusak adalah jalan Cadillac Kemudian membandingkan travel speed alat angkut kondisi jalan aktual dan kondisi simulasi pada jalan Cadillac, dan didapat selisih waktu tempuh sebesar menit. Tidak terlalu menjadi masalah jika alat angkut harus kehilangan waktu cycle time sebesar menit. Berdasarkan pertimbangan tersebut, tidak terlalu disarankan untuk melakukan perbaikan perkerasan di jalan Cadillac, cukup dengan hanya melakukan pemeliharaan dan perawatan jalan meliputi grading, compacting dan water spraying. Namun jika jalan Cadillac dalam kondisi rusak parah, mengganggu keselamatan kerja dan diharuskan melakukan perkerasan, maka berdasarkan data CBR yang ada, ketebalan lapisan perkerasan yang dapat diberikan yaitu 1 lapisan di atas subgrade, sebesar 9.64 inci material batulempung (claystone). Kata-kata kunci : Daya dukung jalan tambang, evaluasi jalan tambang, geometri jalan tambang PENDAHULUAN PT Pamapersada Nusantara Jobsite PT Adaro Indonesia dalam operasional pertambangannya, menerapkan metode tambang terbuka yang erat kaitannya dengan aktivitas pengangkutan di jalan tambang. Salah satu penentu keberhasilan metode penambangan ini adalah kelancaran pengangkutan material overburden dan batubara. Jalan angkut yang baik tentunya dapat mendukung kinerja alat angkut yang melaluinya. Oleh karena itu, jalan tambang perlu mendapat perhatian khusus agar dapat menunjang kinerja peralatan mekanis. Pada jalan tambang sering dijumpai kerusakan-kerusakan di badan jalan seperti jalan berlubang, permukaan jalan tidak mulus. Hal ini biasanya disebabkan oleh kondisi geometri jalan dan daya dukung tanah pada jalan tambang yang belum memenuhi standar. Jalan angkut yang dijadikan tempat penelitian yaitu jalan Alphard, jalan Dodge dan jalan Cadillac yang terletak di Pit Tutupan area High Wall PT Pamapersada Nusantara. Material yang membentuk jalan-jalan ini adalah material lempung yang sifatnya relatif stabil pada kondisi kering, namun pada kondisi hujan dan basah daya dukungnya akan menurun karena air akan meresap ke dalam permukaan jalan sehingga kondisinya akan menjadi lembek. Jika kondisi geometri dan daya dukung tanah pada jalan tidak dalam kondisi terbaiknya, maka kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada jalan tersebut. Hal ini akan memperbesar nilai waktu edar (cycle time) alat angkut serta menurunnya travel speed alat angkut. Oleh karena perlu adanya perhatian yang cukup agar kondisi jalan tambang dari waktu ke waktu agar dapat dipertahankan. 50 Jalan angkut tambang yang baik tentunya dapat mendukung kinerja alat angkut yang melaluinya. Hal di atas yang melatarbelakangi penulis untuk melaksanakan penelitian dengan judul evaluasi jalan tambang berdasarkan geometri dan daya dukung pada lapisan tanah dasar Pit Tutupan area Highwall PT Pamapersada Nusantara Job Site PT Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan. Permasalahan umumnya terdapat pada jalan tambang yang ingin diteliti dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Terdapat beberapa geometri jalan dan daya dukung tanah pada jalan tambang yang belum memenuhi standar, sehingga perlu dilakukan evaluasi. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung tanah yang tidak memenuhi standar pada jalan tambang berdasarkan alat angkut terbesar dump truck Komatsu HD Kegiatan dan pokok bahasan penelitian ini hanya dibatasi pada evaluasi terhadap jalan angkut diantaranya yaitu : 1. Lokasi penelitian dibatasi hanya pada jalan dari pit EX1719 menuju disposal HW1 di Pit Tutupan Highwall yaitu jalan Alphard, Dodge dan Cadillac. 2. Pemilihan lintasan jalan berdasarkan data jumlah truck, data jumlah fleet, data travel speed dan data laporan kerusakan jalan oleh operator alat angkut. 3. Melakukan evaluasi terhadap geometri jalan dan daya dukung tanah dasar (subgrade) jalan terhadap beban terberat alat angkut dump truck komatsu HD di Jalan Alphard, Dodge dan Cadillac.

2 4. Parameter kerusakan dan kondisi jalan berdasarkan dari standar perusahaan tempat melakukan penelitian. 5. Tidak menghitung umur jalan, besar parit, dan dimensi tanggul. 6. Analisis tidak memperhitungkan biaya pengerjaan perbaikan jalan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengatasi beberapa geometri jalan dan daya dukung tanah yang belum memenuhi standar. 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung tanah yang tidak memenuhi standar pada jalan tambang, berdasarkan alat angkut terbesar dump truck Komatsu HD METODOLOGI Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan pengamatan dan pengambilan data secara langsung di lapangan pada jalan Alphard, Dodge dan Cadillac. Berikut merupakan data-data perlu di ambil, data primer (data utama) antara lain profil dan geometri jalan angkut tambang, CBR tanah dasar (subgrade) aktual lapangan jalan angkut, rolling resistance dan grade resistance, kecepatan aktual alat angkut, foto-foto lapangan. Data sekunder (data pendukung) antara lain gambaran umum daerah penelitian, keadaan umum perusahaan, spesifikasi semua alat angkut, road condition report bulan april 2015, peta kesampaian daerah, peta geologi. Data yang telah diperoleh kemudian dikelompokkan sesuai dengan kegunaannya untuk lebih memudahkan dalam pengolahan penganalisisan, yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik, atau perhitungan penyelesaian. Dari data primer dan sekunder yang diolah maka akan didapatkan beberapa data seperti, geometri jalan aktual, geometri jalan ideal, daya dukung tanah aktual, daya dukung tanah ideal dan lain-lain. Hasil pengolahan data digunakan untuk mengevaluasi jalan angkut apakah sudah sesuai dengan spesifikasi alat angkut terbesar yang digunakan. Hasil analisis kemudian akan dibuat ke dalam suatu rekomendasi sebagai solusi dari permasalahan yang terjadi. Hasil data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan tertulis untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan penelitian penelitian. Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat di sepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja. Geometri Jalan Angkut Tambang Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada umumnya, yaitu lebar jalan angkut tambang, jari-jari tikungan dan superelevasi, cross slope serta kemiringan jalan. a. Lebar Jalan Angkut Tambang Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut AASHTO Manual Rural High Way Design dapat digunakan cara sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum. Jumlah jalur dapat ditentukan dengan pers (1), dimana v adalah kecepatan kendaraan di km/jam, d b adalah jarak aman normal antara truk dalam satuan meter, dan t adalah kepadatan lalu lintas kendaraan per jam. 51 n = t.d b 100 v Maka lebar jalan angkut pada jalan lurus dapat dihitung sebagai berikut : Tabel -1. Lebar jalan angkut minimum Jumlah jalur Faktor x Lebar kendaraan maksimum Lebar jalan angkut pada belokan atau tikungan selalu lebih besar dari pada lebar jalan lurus. Lebar jalan minimum pada belokan, dapat dihitung menggunakan rumus (2) dan (3). W = n (U + Fa + Fb + Z) + C (2) C = Z = 0.5 (U + Fa + Fb) (3) Keterangan : W = lebar jalan angkut minimum pada tikungan, m U = lebar jejak roda (center to center tires), m Fa = lebar juntai depan (overhang), m Fb = lebar juntai belakang, m Z = lebar bagian tepi jalan, m C = jarak antar kendaraan, m b. Jari-jari Tikungan dan Superelevasi Pada saat kendaraan melalui tikungan atau belokan dengan kecepatan tertentu akan menerima gaya sentrifugal yang menyebabkan kendaraan tidak stabil. Untuk mengimbangi gaya sentrifugal tersebut, perlu dibuat suatu kemiringan melintang ke arah titik pusat tikungan yang disebut superelevasi. Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan normal pada bagian jalan yang lurus sampai kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian jalan yang lengkung. Jari-jari tikungan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : R = W sin β Keterangan: R = Jari-jari belokan jalan angkut, m W = Jarak poros roda depan dan belakang, m β = Sudut penyimpangan roda depan, m c. Cross slope Cross slope adalah sudut yang dibentuk oleh dua sisi permukaan jalan terhadap bidang horisontal. Dibuat demikian dengan tujuan untuk memperlancar penyaliran. Gambar-1. Penampang melintang jalan angkut (1) (4)

3 Angka Cross slope dinyatakan dalam perbandingan jarak vertikal (b) dan horisontal (a) dengan satuan mm/m. Jalan angkut yang baik memiliki Cross slope antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m sampai 40 mm/m. d. Kemiringan Jalan Angkut Kemiringan (grade) adalah tanjakan dari jalan angkut, kelandaian atau kecuramannya sangat mempengaruhi produksi (output) alat angkut, sebab adanya kemiringan jalan (grade) menimbulkan tahanan tanjakan (grade resistance) yang harus diatasi oleh mesin alat angkut. Grade = h x 100% (5) x Keterangan: Δh = Beda tinggi antara 2 titik yang diukur (m) Δx = Jarak datar antara 2 titik yang diukur (m) Kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut khususnya dump truck, berkisar antara 7% - 10%. Sedangkan untuk jalan naik maupun jalan turun pada daerah perbukitan lebih aman kemiringan jalan maksimum 8%. Daya Dukung Tanah Beban kendaraan yang dilimpahkan ke lapisan perkerasan melalui roda-roda kendaraan selnjutnya disebarkan kelapisan-lapisan dibawahnya dan akhirnya diterima oleh tanah dasar. Dengan demikian tingkat kerusakan konstruksi perkerasan selama masa pelayanan tidak saja ditentukan oleh kekuatan dari lapisan perkerasan tetapi juga oleh tanah dasar. Daya dukung tanah dasar dipengaruhi oleh jenis tanah, tingkat kepadatan, kadar air, kondisi drainase dan lain-lain. a. CBR (California Bearing Ratio) Berdasarkan cara medapatkan contoh tanahnya, CBR dapat dibagi atas : 1) CBR Lapangan CBR ini disebut juga CBR inplace atau field CBR, berguna untuk mendapatkan nilai CBR asli dilapangan, sesuai dengan kondisi tanah dasar saat itu. Umumnya digunakan untuk perencanaan tebal lapisan perkerasan yang lapisan tanah dasarnya sudah tidak akan dipadatkan lagi. 2) CBR Lapangan Rendaman Disebut juga undisturbed soaked CBR. Gunanya untuk mendapatkan besarnya nilai CBR asli dilapangan pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami pengembangan (swell) yang maksimum. 3) CBR Rencana Titik Disebut juga CBR laboratorium atau design CBR. Tanah dasar (subgrade) pada konstruksi jalan baru merupakan tanah asli, tanah timbunan atau tanah galian yang sudah dipadatkan sampai mencapai kepadatan 95% kepadatan maksimum. b. Distribusi Beban Kemampuan material untuk mendukung alat yang berada di atasnya. Suatu alat yang ditempatkan di atas material akan memberikan ground pressure. Perlawanan yang diberikan material itulah yang disebut daya dukung material. Beban pada roda untuk setiap kendaraan dapat diketahui berdasarkan spesifikasi dari pabrik pembuatnya, sedang untuk menghitung luas bidang kontak (contact area) dapat dihitung dengan menggunakan pers (6). Luas kontak (in x Berat pembebanan pada roda (lb) ) = Tekanan dalam ton (Psi) Setelah luas bidang kontak antara roda kendaraan dengan permukaan jalan diketahui, maka besarnya beban kendaraan yang diterima oleh permukaan jalan dapat dihitung dengan pers (7). Luas kontak (in 2 Beban pada tiap roda (lb) ) = Contact area (in 2 ) c. Tahanan Gulir (Rolling resistance) Tahanan gulir / tahanan gelincir (Rolling resistance, biasa disingkat RR) merupakan segala gaya-gaya luar yang berlawanan arah atau tahanan yang berusaha menahan putaran roda dan arah gerak kendaraan di atas suatu jalur. Bagian yang mengalami RR secara langsung adalah ban kendaraan. Faktor-faktor yang menimbulkan rolling resistance adalah: 1) Internal Friction merupakan gesekan yang terjadi karena putaran-putaran mulai dari engine flywheel sampai ke velg roda. Jadi ini dikarenakan oleh komponen mekanis. 2) Tire flexing, yaitu tahanan gelinding yang terjadi pada roda ban dikarenakan kenylempetan ban (tire flexing). Besar kecilnya kenylempetan ban tergantung pada desain ban, tire inflation, tekanan udara dalam ban dan keadaan permukaan jalan lintasannya. 3) Penetrasi Ban (Tire Penetration) adalah amblasnya ban pada permukaan jalan lintas, dan ini bisa menambah besar angka roling resistance. Setiap amblas 1 inchi diperkirakan akan memperbesar RR sebesar 30 lbs/ton. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Adapun hasil pengambilan data di lapangan yang didapatkan yaitu Jalan Alphard, Dodge dan Cadillac dibagi menjadi 15 segmen, 10 segmen jalan lurus dan 5 segmen jalan tikungan untuk pengukuran geometrinya. Adapun hasil pengamatan geometri aktual jalan angkut. 1. Lebar Jalan Angkut Lebar jalan lurus di jalan Alphard, Cadillac dan Dodge yaitu antara m m. Sedangkan lebar jalan tikungan yaitu antara m m. 2. Jari-jari Tikungan Berdasarkan pengambilan data di lapangan pada segmen tikungan jalan Alphard, Dodge dan Cadillac maka didapat jari-jari tikungan paling besar sebesar m di segmen dan paling kecil sebesar m pada segmen Superelevasi Berdasarkan pengukuran geometri jalan di lapangan, didapatkan nilai superelevasi tikungan jalan Alphard, Cadillac dan Dodge paling rendah sebesar 1.75% dan paling tinggi sebesar 5.25%. 4. Cross slope Cross slope pada jalan Alphard, Cadillac dan Dodge dibentuk menjadi double cross slope. Berdasarkan pengambilan data di lapangan, cross slope di jalan Alphard, Cadillac dan Dodge, paling rendah sebesar 0.03% dan paling tinggi sebesar 6.03%. 5. Grade Berdasarkan pengukuran dilapangan, maksimal grade di jalan Alphard, Cadillac dan Dodge sebesar 5.56 %, (6) (7) 52

4 minimal grade sebesar %, dan rata-rata grade sebesar 3.28 %. Adapun daya dukung tanah pada jalan angkut penelitian yang diamati sebagai berikut : 1. CBR Lapangan Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai CBR tanah dasar (subgrade) di lapangan. Nilai rata-rata CBR untuk jalur tidak bermuatan secara berurutan di jalan Alphard, Dodge dan Cadillac adalah 36.58%, 24.17% dan 15.95%. Sedangkan nilai rata-rata CBR untuk jalur bermuatan secara berurutan 36.17%, 28.67% dan 17.5%. 2. Tahanan Gulir (Rolling resistance) Nilai rata-rata Rolling resistance untuk jalan Alphard sebesar lb/ton, jalan Dodge sebesar lb/ton dan jalan Cadillac sebesar lb/ton. Jarak jalan dari front penambangan EX1719 menuju disposal HW1 sejauh 3.72 km, berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dapat diketahui rata-rata waktu edar dump truck Komatsu HD adalah menit. Dapat diketahui, untuk jalan Alphard, Dodge dan Cadillac rata-rata kecepatan aktual alat angkut untuk lajur tidak bermuatan berturut-turut sebesar 27.6 km/jam, 23.4 km/jam, 23.9 km/jam dan untuk lalur bermuatan sebesar 20.6 km/jam, 18.4 km/jam, 20.9 km/jam. Pengolahan Data Adapun hasil pengolahan data yang didapatkan adalah perhitungan geometri jalan angkut ideal yang memenuhi standar AASHTO. 1. Lebar Jalan Angkut Jalan Alphard, Dodge dan Cadillac menggunakan dua rute arah perjalanan yaitu rute menuju tambang dan rute keluar tambang, oleh karena itu dapat diketahui jumlah lajur yang dibutuhkan adalah sebesar 2 lajur. Dengan hasil perhitungan lebar jalan lurus minimal sebesar 24 m dan lebar jalan tikungan sebesar 28 m. Untuk lebar jalan lurus yang kurang dari 24 m yaitu, pada jalan Alphard di titik meter 150 dan 1300, jalan Dodge di titik meter 1750, 2000 dan 2050 dan jalan Cadillac di titik meter , 2950, dan Untuk lebar jalan tikungan yang kurang dari 28 m yaitu jalan Alphard di titik meter 900 dan 1000, jalan Dodge di titik meter dan jalan Cadillac di titik meter 2800, 2900 dan Superelevasi Berdasarkan kecepatan rencana desain jalan tambang sebesar yaitu 60 km/jam. maka, superelevasi yang digunakan pada area jalan angkutnya adalah sebesar 1/125 m/mm atau maksimal 8 %. Superelevasi yang tidak sesuai hanya terdapat di jalan Cadiilac segmen yaitu sebesar -5,98%, dengan nilai kemiringannya superelevasi negatif. 3. Cross slope Berdasarkan perencanaan jalan tambang, jalan angkut yang baik memiliki cross slope antara 1/50 sampai 1/25 atau 20 mm/m (2%) sampai 40 mm/m (4%). Berdasarkan data yang telah di ambil, cross slope yang belum sesuai standar yaitu jalan Alphard di titik meter , 250, dan 1300, jalan Dodge di titik meter 1400, , , dan serta jalan Cadillac di titik meter , 3300, dan Grade (Kemiringan Jalan Angkut) Berdasarkan Kecepatan desain rencana jalan tambang sebesar 60 km/jam, maka menurut data Bina 53 Marga, kemiringan jalan angkut maksimum yang baik digunakan yaitu sebesar 8% untuk jalan naik atau turun pada lereng bukit agar lebih aman. Dilihat dari data kemiringan jalan pada jalan Alphard, Dodge dan Cadillac, maka tidak ditemukan kemiringan jalan yang melebihi dari angka 8%. Berdasarkan grafik CBR (California Bearing Ratio), nilai CBR yang baik (good) untuk jalan dengan perkerasan lentur yaitu antara 15% - 40%, dan PT Pamapersada Nusantara juga menetapkan target perkerasan jalan sebesar 40%. Gambar-2. Kategori Penilaian Perkerasan Lentur Grafik CBR Berdasarkan data CBR lapangan yang telah diambil, Jalan Cadillac memiliki nilai CBR paling rendah dibandingkan jalan Alphard dan Dodge, yaitu % untuk jalur tidak bermuatan dan 17.5% untuk jalur bermuatan. Nilai CBR ini terbilang cukup jelek, karena mendekati kategori fair jika dilihat dari Gambar 2. Hasil perhitungan distribusi beban maksimum yang dihasilkan oleh Komatsu HD pada masing-masing roda adalah sebesar 16,000 lb/ft 2, ini nantinya digunakan sebagai dasar penentuan kesesuaian daya dukung material tanah dasar (subgrade) di jalan Alpard, Dodge dan Cadillac terhadap beban yang melintas di atasnya. Apakah sudah mampu menahan beban di atasnya atau belum. Pembahasan Standar Geometri Jalan Angkut Tambang Berikut hasil analisis geometri aktual dengan geometri standar teoritis. a. Lebar Jalan Angkut Berdasarkan pengamatan dan pengukuran lebar jalan di jalan Alphard, Dodge dan Cadillac, maka didapatkan hasil lebar jalan yang bervariasi yaitu antara m. Tabel-2 dan Tabel-3 menunjukkan penambahan lebar jalan untuk jalan yang kurang dari standar lebar jalan. Penyempitan jalan dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penumpukan spoil di pinggir jalan secara terus menerus dan kondisi jalan yang berbatasan langsung dengan tebing. Lebar jalan tambang yang tidak sesuai standar dapat memperlambat kecepatan unit alat angkut dan berpotensi menyebabkan kecelakaan tabrakan antar unit. b. Superelevasi Dibeberapa tikungan tidak ada terdapatnya superelevasi yang melebihi standar ketentuan, terkecuali tikungan segmen di jalan Cadillac, terdapat superelevasi yang arah kemiringannya terbalik, sebesar - 5,98%. Tikungan jalan dengan superelevasi terbalik akan menyebabkan gaya sentrifugal unit saat di tikungan berkurang, sehingga dapat menyebabkan unit terguling jika unit angkut melewati tikungan tersebut dengan kecepatan tinggi. Selain menyebabkan terbalik, tikungan dengan

5 superelevasi terbalik dapat menyebabkan muatan tumpah. Oleh karena perlu dilakukan perbaikan, yaitu dengan cara pembentukan kembali superelevasi sesuai arah kemiringan tikungan dengan menambah material baru di sisi jalur tidak bermuatan dengan kemiringan superelevasi maksimal 8%. c. Cross slope Jalan angkut tambang yang baik memiliki cross slope 2-4%. Sehingga untuk jalan angkut ideal dengan lebar 24 m, tengah jalan haruslah memiliki beda tinggi sebesar cm terhadap sisi jalannya untuk double cross slope, sedangkan untuk single cross slope haruslah memiliki beda tinggi sebesar cm. Berdasarkan data cross slope aktual, di jalan Alphard, Dodge dan Cadillac, masih ditemukan cross slope belum sesuai standar. Penyebab tidak terbentuknya cross slope jalan dengan baik adalah pada saat tahap road construction yang kurang diperhatikan. Perbaikan bentuk potongan melintang (cross slope) dapat dilakukan dengan melakukan grading menggunakan unit Motor Grader. d. Grade (Kemiringan Jalan) Berdasarkan data geometri aktual di lapangan, nilai grade (kemiringan jalan) jalan Alphard, Dodge dan Cadillac semua masih terbilang aman, dikarenakan tidak adanya grade yang melebihi angka 8%. Namun perlu diperhatikan, jika terdapat grade tinggi pada jalan tambang, selain berpengaruh terhadap penggunaan bahan bakar (fuel consumption) dan cycle time, juga sangat berpengaruh terhadap keselamatan kerja, jalan dengan grade yang tinggi dapat menyebabkan unit tidak mampu naik dan tergelincir akibatnya akan terjadi kecelakaan terhadap unit. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan menurunkan grade dengan melakukan penimbunan atau pemotongan, menambah panjang segmen jalan, membuat alternatif jalan, menambahkan tinggi tanggul untuk mengurangi keparahan jika terjadi kecelakaan. No. Tabel-2. Penambahan Lebar Jalan Lurus Titik (m) Lebar (m) Lebar Standar Penambahan (m) A. Jalan Alphard B. Jalan Dodge C. Jalan Cadillac Tabel-3. Penambahan Lebar Tikungan No. Titik (m) Lebar (m) Lebar Standar Penambahan (m) A. Jalan Alphard B. Jalan Dodge C. Jalan Cadillac Daya Dukung Tanah Dasar a. Rolling resistance Jalan Cadillac memiliki nilai tahanan gulir (rolling resistance) yang paling besar dibandingkan jalan Alphard dan Dodge yaitu sebesar lb/ton. Nilai ini cukup mewakili bahwa jalan tersebut dalam kondisi yang cukup rusak. Perbaikan yang dapat dilakukan adalah dengan meratakan permukaan jalannya menggunakan alat mekanis motor grader atau road grader. Rolling resistance ideal untuk jalan tambang adalah sebesar 65 lb/ton. Karena semakin keras dan mulus permukaan jalan atau semakin rata jalan tersebut, maka rolling resistance akan semakin kecil. b. Distribusi Beban Dump Truck HD Berdasarkan pengamatan di lapangan, jenis material tanah jalan Alphard, Dodge dan Cadillac termasuk dalam jenis material Hard dry consolidatd clay yang memiliki nilai daya dukung material sebesar 10,000 lb/ft 2. Jika dibandingkan dengan hasil perhitungan distribusi beban maksimum masing-masing roda alat angkut terbesar Komatsu HD yang lewat di atasnya yaitu sebesar 16,000 lb/ft 2. Maka, jalan tersebut tidak akan dapat menahan beban unit yang melintas di atasnya dan jalan akan cenderung sering rusak. c. CBR Lapangan Berdasarkan hasil pengujian dan pengolahan data, jalan yang memiliki nilai CBR yang paling rendah terdapat pada jalan Cadillac (Tabel-4 dan Tabel-5), yaitu pada jalur tidak bermuatan diketahui CBR paling rendah terdapat pada segmen sebesar 11% dengan rata-rata nilai CBR sebesar 15.95%. Sedangkan pada jalur bermuatan diketahui CBR paling rendah terdapat pada segmen sebesar 12.6% dengan rata-rata nilai CBR sebesar 17.5%, dengan nilai DCP Index maksimal kedua jalur sebesar 14.3 mm/blow 16.4 mm/blow. Semakin keras dan padat kondisi jalan, maka nilai CBR-nya akan semakin besar (maksimal 100%) dengan nilai DCP index per blow (penetrasi) yang kecil, begitu juga sebaliknya, jika kondisi jalan dalam keadaan lembek dan rusak, maka nilai CBR yang dihasilkan akan kecil dan nilai DCP index-nya akan yang besar. Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan nilai kepadatan tanah (CBR) jalan Cadillac menjadi minimal 40% (kondisi baik), dimana hal ini bertujuan untuk

6 Kecepatan (Km/h) JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No.2, Agustus 2016 : meningkatkan daya dukung tanah di jalan Cadillac agar beban yang melewati jalan tersebut bisa didistribusikan ke tanah dasar (subgrade) secara memadai, sehingga tanah dasar dapat terlindungi dari tekanan yang berlebihan. Tabel-4. CBR Lapangan Jalan Cadillac Jalur Bermuatan No. Segmen DCP INDEX (mm/blow) CBR (%) Rata-rata 17.5 Tabel-5. CBR lapangan Jalan Cadillac Jalur Tidak Bermuatan No. Segmen DCP INDEX (mm/blow) CBR (%) Rata-rata Saran perbaikan yang bisa diberikan untuk peningkatan nilai kepadatan tanah dasar (subgrade), yaitu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Kupas badan jalan yang mengalami kerusakan sampai lapis tanah keras. 2) Tambahkan material baru, material yang disarankan yaitu batulempung. 3) Lakukan pembentukan geometri badan jalan sesuai standar teoritis (crossfall, superelevation, drainage, tanggul). 4) Penyiraman air dengan menggunakan water truck. 5) Lakukan pemadatan dengan compactor. 6) Lakukan uji CBR Lapangan, dan jika belum berhasil mencapai nilai CBR 40%, lakukan pemadatan kembali. Dalam pemilihan material batulempung (claystone), pertimbangan untuk memilih material tersebut adalah dikarenakan kemudahan mendapatkannya di lapangan dan jumlahnya yang banyak terdapat di area penambangan, dengan begitu akan menjadi lebih ekonimis karena hanya memakai material yang terdapat di area tambang. Gambar-4. Grafik Perbandingan Kecepatan Aktual dan Simulasi kecepatan Komatsu HD di Jalan Cadillac Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui selisih waktu tempuh yang akan dihasilkan alat angkut untuk jalur bermuatan adalah sebesar 0.67 menit dan jalur tidak bermuatan sebesar 1.31 menit. Tabel-6. Selisih Waktu Tempuh Kecepatan Aktual dan Simulasi Jalan Cadillac Jalur Pengangkutan No. Keterangan Bermuatan Tidak Bermuatan Kecepatan Aktual (km/jam) Simulasi Jarak 1420 m 1420 m Waktu Tempuh Aktual Simulasi Aktual 4.07 menit 3.56 menit Simulasi 3.40 menit 2.25 menit 4 Selisih Waktu 0.67 menit 1.31 menit Waktu tersebut tidaklah terlalu besar dan tidak terlalu menjadi masalah jika alat angkut harus kehilangan waktu cycle time sekitar menit dalam aktivitas pengangkutan. Selain itu, jalan Cadillac hanya merupakan jalan tambang di dalam pit yang sifatnya hanya sementara, dan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan kemajuan penambangan. Oleh kerena itu, tidak terlalu disarankan untuk melakukan perbaikan perkerasan di jalan Cadillac. Cukup dengan hanya melakukan pemeliharaan dan perawatan jalan secara rutin dan terjadwal menggunakan unit motor grader. Namun jika suatu saat kondisi jalan Cadillac sangat rusak dan dapat mengganggu keselamatan kerja, maka alternatif rekomendasi perbaikan yang dapat diberikan yaitu dengan melakukan perkerasan jalan dengan menambahkan 1 lapisan di atas subgrade sebesar 9.64 inci menggunakan material batulempung seperti ada gambar di bawah ini. Gambar-3. Batulempung (Claystone) Simulasi Kecepatan Alat Angkut Pada penelitian ini jalan Cadillac dilakukan simulasi perhitungan kecepatan untuk alat angkut Komatsu HD 785-7, hal ini bertujuan sebagai bahan pertimbangan yang nantinya apakah jalan Cadillac perlu dilakukan perbaikan sampai perkerasan ataukah hanya perlu dilakukan perawatan secara rutin. Gambar-4 menunjukkan grafik perbandingan hasil perhitungan simulasi kecepatan HD dengan kecepatan aktualnya. 55 Gambar-5. Ketebalan Lapisan Perkerasan Jalan Cadillac KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Geometri jalan dan daya dukung tanah yang belum memenuhi standar, yaitu sebagai berikut: a. Pada beberapa segmen jalan lurus dan segmen tikungan di jalan Alphard, Dodge dan Cadillac,

7 masih ditemukan jalan yang lebarnya kurang dari 24 meter dan 28 meter. b. Terdapat superelevasi yang arah kemiringannya terbalik sebesar -5.98% pada jalan Cadillac. c. Pada beberapa segmen jalan lurus di jalan Alphard, Dodge dan Cadillac, masih ditemukan Cross slope yang kemiringannya kurang dari 2% dan melebihi 4%. d. Jalan Cadillac merupakan jalan yang memiliki nilai California Bearing Ratio (CBR) paling rendah, untuk jalur bermuatan sebesar 17.5% dan untuk jalur tidak bermuatan sebesar 15.95%. Dengan nilai rolling resistance sebesar lb/ton. 2. Selisih waktu tempuh yang didapatkan berdasarkan kecepatan aktual dan simulasi yaitu untuk jalur bermuatan adalah sebesar 0.67 menit dan jalur tidak bermuatan sebesar 1.31 menit. 3. Rekomendasi perbaikan untuk mengatasi jalan yang belum memenuhi standar yaitu : a. Melakukan rekonstruksi ulang terhadap geometri jalan yang belum standar b. Melakukan pemeliharaan dan perawatan jalan secara rutin dan terjadwal menggunakan unit motor grader. c. Jika kondisi jalan sangat rusak dan dapat mengganggu keselamatan kerja, maka dapat melakukan perkerasan jalan dengan menambahkan 1 lapisan di atas subgrade sebesar 9.64 inci menggunakan material batulempung. 4. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung tanah yang tidak memenuhi standar pada jalan tambang, yaitu sebagai berikut: a. Beban alat angkut melebihi kapasitas daya dukung tanah jalan. b. Karena lapisan jalan tidak adanya perkerasan. c. Proses pemadatan jalan yang tidak maksimal. d. Superelevasi dan cross slope belum memenuhi standar, mengakibatkan air akan tergenang di badan jalan. e. Konsentrasi lintasan kendaraan pada jalan secara berulang-ulang UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada : Bapak Murodi, selaku Enginering Depertement Head PT Pamapersada Nusantara Job Site PT Adaro Indonesia, serta seluruh staf dan karyawan Mine Infrastructure PT Pamapersada Nusantara Job Site PT Adaro Indonesia yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Anonim Mine Road Design Manual. BHP Engineering Brisbane, Australia. [2] Anonim Specifications & Application Handbook Edition 30. Komatsu, Japan. [3] Darling, P SME Mining Engineering Handbook. Society For Mining, Metallurgy and Exploration, inc., United States of America. [4] Hustrulid, W., Kuchta, M., dan Martin R Open Pit Mine Planing and Design. Taylor and Francis Group, LLC., United States of America. [5] Indonesianto,Y Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan UPN Veteran, Yogyakarta. [6] Pramono, S. W Meningkatkan Productivity Dengan Kosistensi. TOSD Departement. Pamapersada Nusantara, Tabalong. [7] Sukirman, Silvia, 1999, Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, NOVA, Bandung. [8] Sukirman, S Perkerasan Lentur Jalan Raya. NOVA. Bandung. [9] Suwandhi, A Diktat Perencanaan Tambang Terbuka seri Perencanaan Jalan Tambang. Universitas Islam Bandung, Bandung. [10] Tannant, D.D., Regensburg B Guidelines For Mine Haul Road Design. University of Alberta, Canada [11] Wedhanto, S Diktat Kuliah Alat Berat dan Pemindahan Tanah Mekanis. Jurusan Teknik Sipil, Universitas Negeri Malang. 56

EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM

EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 3, Desember 216 : 57-61 EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM Achmad 1*, Agus Triantoro 2,

Lebih terperinci

EVALUASI PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RIUNG MITRA LESTARI SITE RANTAU

EVALUASI PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RIUNG MITRA LESTARI SITE RANTAU JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 3, Desember 216 : 62-66 EVALUASI PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RIUNG MITRA LESTARI SITE RANTAU Agus Arie Yudha 1*, Agus Triantoro 2, Uyu Saismana

Lebih terperinci

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako USULAN JUDUL Kepada Yth Bapak Ketua Jurusan Teknik Petambangan Di,- Makassar Dengan Hormat, Dengan ini saya sampaikan kepada Bapak bahwa kiranya dengan tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI PENGUPASAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 2 1.3 Ruang

Lebih terperinci

PERBAIKAN JALAN ANGKUT TAMBANG : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR LAPIS JALAN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT

PERBAIKAN JALAN ANGKUT TAMBANG : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR LAPIS JALAN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT PERBAIKAN JALAN ANGKUT TAMBANG : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR LAPIS JALAN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT Adip Mustofa 2*, Jaka Guruh Wicaksono 1, Nurhakim 2, Afriko 3, Sari Melati 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akses jalan merupakan faktor penting dalam ketercapaian volume batuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akses jalan merupakan faktor penting dalam ketercapaian volume batuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akses jalan merupakan faktor penting dalam ketercapaian volume batuan yang dipindahkan. Sebelum menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka perlu diketahui

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008)

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008) BAB III TEORI DASAR 3.1. Penggunaan Bahan Bakar pada Mesin Kendaraan 3.1.1 Sistem Penggerak Daya mesin dan gigi pengoperasian merupakan faktor utama yang menentukan besar tenaga yang tersedia untuk drawbar

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN Hj. Rezky Anisari rezky_anisari@poliban.ac.id Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN HAULING PADA PT. GURUH PUTRA BERSAMA SITE DESA GUNUNG SARI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN HAULING PADA PT. GURUH PUTRA BERSAMA SITE DESA GUNUNG SARI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA JGP (Jurnal Geologi Pertambangan 12 KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN HAULING PADA PT. GURUH PUTRA BERSAMA SITE DESA GUNUNG SARI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : Akhmad Rifandy 1 dan Hefni

Lebih terperinci

Oleh: Lukman Yunianto Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No.Hp: ,

Oleh: Lukman Yunianto Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No.Hp: , OPTIMALISASI KECEPATAN DUMPTRUCK CATERPILLAR 789B PADA KEGIATAN PENGANGKUTAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT PINANG SOUTH DEPARTMENT JUPITER PT KALTIM PRIMA COAL SANGATTA KALIMANTAN TIMUR Oleh: Lukman Yunianto

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 460-6499 Evaluasi Geometri Angkut dari Lokasi Pengupasan Overburden ke Disposal pada Sektor Penambangan Bijih Besi Blok D di PT. Adidaya Tangguh, Desa Tolong, Kecamatan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT KONSTRUKSI JALAN ANGKUT Tujuan utama perkerasan jalan angkut adalah untuk membangun dasar jalan yang mampu menahan beban pada poros roda yang diteruskan melalui lapisan fondasi, sehingga tidak melampaui

Lebih terperinci

Evaluasi Jalan Angkut dari Front Tambang Andesit ke Crusher II pada Penambangan Batu Andesit di PT Gunung Kecapi, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa

Evaluasi Jalan Angkut dari Front Tambang Andesit ke Crusher II pada Penambangan Batu Andesit di PT Gunung Kecapi, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Jalan Angkut dari Front Tambang Andesit ke Crusher II pada Penambangan Batu Andesit di PT Gunung Kecapi, Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Road

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT. PUTERA BARAMITRA BATULICIN KALIMANTAN SELATAN Oleh Riezki Andaru Munthoha (112070049)

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Jalan Angkut dari Front Tambang Batubara menuju Stockpile Block B pada Penambangan Batubara di PT Minemex Indonesia, Desa Talang Serdang Kecamatan

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 mor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT UW PT.BORNEO ALAM

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB vi vii ix xi xiii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

Jl. Raya Palembang Prabumulih KM.32 Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

Jl. Raya Palembang Prabumulih KM.32 Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia   ABSTRAK ABSTRACT EVALUASI TEKNIS GEOMETRI JALAN ANGKUT OVERBURDEN UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI 240.000 BCM / BULAN DI SITE PROJECT MAS LAHAT PT. ULIMA NITRA SUMATERA SELATAN TECHNICAL EVALUATION OF GEOMETRIC OVERBURDEN

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI TON/BULAN DI PT SEMEN PADANG INDARUNG SUMATERA BARAT

KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI TON/BULAN DI PT SEMEN PADANG INDARUNG SUMATERA BARAT Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. Nomor. 2 Periode: Sept. 205 Feb. 206 KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI 780.000 TON/BULAN DI PT SEMEN PADANG INDARUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan perusahaan. pertambangan Batubara di Indonesia termasuk di Propinsi Jambi, salah

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan perusahaan. pertambangan Batubara di Indonesia termasuk di Propinsi Jambi, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan permintaan pasar akan Batubara yang semakin meningkat mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan perusahaan pertambangan Batubara di Indonesia

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Kinerja Ban Dump Truck Pada Pengangkutan di Tambang Lempung-pasiran PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN 4.1. Data Situasi Lapangan Pada kegiatan penambangan material lapisan batuan penutup, prioritas pekerjaan berada pada daerah utara pit Tanah Putih (lihat Gambar 4.1). N LP 1

Lebih terperinci

ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING

ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING Yudhidya Wicaksana, Nuhindro P. Widodo, Suseno Kramadibrata, Ridho K. Wattimena, Fajar Ismail, Batara Nainggolan

Lebih terperinci

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 + 4.3. Perhitungan Daerah Kebebasan Samping Dalam memperhitungkan daerah kebebasan samping, kita harus dapat memastikan bahwa daerah samping/bagian lereng jalan tidak menghalangi pandangan pengemudi. Dalam

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Tanah Bahan Timbunan 1. Berat Jenis Partikel Tanah (Gs) Pengujian Berat Jenis Partikel Tanah Gs (Spesific Gravity) dari tanah bahan timbunan hasilnya disajikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Bukit Makmur Mandiri Utama (PT BUMA) adalah sebuah perusahaan kontraktor pertambangan yang memiliki kerjasama operasional pertambangan dengan PT Bahari Cakrawala

Lebih terperinci

Artikel Pendidikan 23

Artikel Pendidikan 23 Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram

Lebih terperinci

EVALUASI PRODUKSI ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI PADA PT PAMA PERSADA NUSANTARA DISTRIK KCMB

EVALUASI PRODUKSI ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI PADA PT PAMA PERSADA NUSANTARA DISTRIK KCMB EVALUASI PRODUKSI ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI PADA PT PAMA PERSADA NUSANTARA DISTRIK KCMB Hambali 1*, Nurhakim 2, Riswan 2, Marselinus Untung Dwiatmoko 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Perkerasan jalan secara umum dibedakan atas dua macam yaitu perkerasan lentur (flexible pavement) dan perkerasan kaku (rigid pavement). Pada dasarnya perkerasan lentur

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR Dosen : Runi Asmaranto (runi_asmaranto@ub.ac.id) Secara umum perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat, yaitu : (a) Secara

Lebih terperinci

ANALISIS GEOMETRI JALAN DI TAMBANG UTARA PADA PT. IFISHDECO KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS GEOMETRI JALAN DI TAMBANG UTARA PADA PT. IFISHDECO KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS GEOMETRI JALAN DI TAMBANG UTARA PADA PT. IFISHDECO KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA Aldiyansyah¹, Jamal Rauf Husain², Arif Nurwaskito 1* 1. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI PIT 3000 BLOCK 1A NORTH BLOCK QUARTER II TAHUN 2015 DI

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS KEGIATAN PENGURANGAN DURASI SLIPPERY PADA JALAN ANGKUT OVERBURDENBLOK BARAT PT. MUARA ALAM SEJAHTERA LAHAT SUMATERA SELATAN

KAJIAN TEKNIS KEGIATAN PENGURANGAN DURASI SLIPPERY PADA JALAN ANGKUT OVERBURDENBLOK BARAT PT. MUARA ALAM SEJAHTERA LAHAT SUMATERA SELATAN KAJIAN TEKNIS KEGIATAN PENGURANGAN DURASI SLIPPERY PADA JALAN ANGKUT OVERBURDENBLOK BARAT PT. MUARA ALAM SEJAHTERA LAHAT SUMATERA SELATAN TECHNICAL STUDY OF REDUCTION OF THE SLIPPERYDURATION ACTIVITIES

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.2 Hubungan Tahanan Kemiringan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar

BAB V PEMBAHASAN. 5.2 Hubungan Tahanan Kemiringan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar BAB V PEMBAHASAN 5.1 Besar Kemiringan Jalan pada Jalur Angkut Dari beberapa jalur angkut yang diamati, terdapat kemiringan jalan yang bervariasi sehingga akan mempengaruhi nilai tahanan kemiringan yang

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN TAHANAN GULIR PADA BEBERAPA MATERIAL JALAN UNTUK OPERASI ALAT ANGKUT DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA

STUDI PENENTUAN TAHANAN GULIR PADA BEBERAPA MATERIAL JALAN UNTUK OPERASI ALAT ANGKUT DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA PROSIDING TPT XVIII & Kongres VII PERHAPI 2009 STUDI PENENTUAN TAHANAN GULIR PADA BEBERAPA MATERIAL JALAN UNTUK OPERASI ALAT ANGKUT DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA Yudhidya Wicaksana 1, Nuhindro Priagung Widodo

Lebih terperinci

EVALUASI GEOMETRI JALAN TAMBANG (RAMP) PADA KEGIATAN PENGUPASAN TANAH PENUTUP DI PIT SEAM 12 PT. KITADIN JOB SITE

EVALUASI GEOMETRI JALAN TAMBANG (RAMP) PADA KEGIATAN PENGUPASAN TANAH PENUTUP DI PIT SEAM 12 PT. KITADIN JOB SITE EVALUASI GEOMETRI JALAN TAMBANG (RAMP) PADA KEGIATAN PENGUPASAN TANAH PENUTUP DI PIT SEAM 12 PT. KITADIN JOB SITE EMBALUT KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARANEGARA Oleh : Akhmad Rifandy

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 161 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Berdasarkan keseluruhan hasil perencanaan yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. Nomor. 2 Periode: Sept. 205 Feb. 206 KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA PENGUPASAN OVERBURDEN DI TAMBANG BATUBARA PT. RIAN PRATAMA MANDIRI

Lebih terperinci

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012

ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN 0000-0000,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ANALISA TEKNIS PRODUKSI ALAT BERAT UNTUK PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA PIT X PT. BINTANG SYAHID

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA

KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA Saipul Rahman 1*, Uyu Saismana 2 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Jalan Angkut Dari Kilometer 21+400 Meter sampai dengan Kilometer 24+400 Meter pada Penambangan Nikel di PT. Bintangdelapan Mineral, Desa Fatufia,

Lebih terperinci

UJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) ASTM D1883

UJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) ASTM D1883 1. LINGKUP Percobaan ini mencakup pengukuran nilai CBR di laboratorium untuk tanah yang dipadatkan berdasarkan uji kompaksi. 2. DEFINISI California Bearing Ratio (CBR) adalah rasio dari gaya perlawanan

Lebih terperinci

V. CALIFORNIA BEARING RATIO

V. CALIFORNIA BEARING RATIO V. CALIFORNIA BEARING RATIO O.J. PORTER CALIFORNIA STATE HIGHWAY DEPARTMENT. METODA PENETRASI US ARMY CORPS OF ENGINEERS Untuk : tebal lapisan perkerasan lapisan lentur jalan raya & lapangan terbang CBR

Lebih terperinci

ANALISIS GEOMETRI JALAN DI TAMBANG UTARA PADA PT. IFISHDECO KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS GEOMETRI JALAN DI TAMBANG UTARA PADA PT. IFISHDECO KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS GEOMETRI JALAN DI TAMBANG UTARA PADA PT. IFISHDECO KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA Aldiyansyah¹, Jamal Rauf Husain², Arif Nurwaskito 1* 1. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN Ahmadi : 1213023 (1) Bambang Edison, S.Pd, MT (2) Anton Ariyanto, M.Eng (2) (1)Mahasiswa Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Pasir

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN

PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN Hj. Rezky Anisari, ST,MT (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( ) Oleh : ARIF SETIYAFUDIN (3107 100 515) 1 LATAR BELAKANG Pemerintah Propinsi Bali berinisiatif mengembangkan potensi pariwisata di Bali bagian timur. Untuk itu memerlukan jalan raya alteri yang memadai.

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KAJIAN TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI ALAT GALI-MUAT & ALAT ANGKUT PADA KEGIATAN PENGUPASAN TOPSOIL DI STOCKPILE PT. KALTIM PRIMA

Lebih terperinci

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman*

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman* 12 Spektrum Sipil, ISSN 1858-4896 Vol. 2, No. 1 : 12-21, Maret 2015 ANALISIS KELANDAIAN MELINTANG SEBAGAI ELEMEN GEOMETRIK PADA BEBERAPA TIKUNGAN RUAS JALAN MATARAM-LEMBAR Analysis Superelevation on Alignment

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Jalan adalah seluruh bagian Jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas umum,yang berada pada permukaan tanah, diatas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi :

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi : III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM. Untuk melakukan suatu perencanaan jalan perlu dilakukan proses analisa dari informasi data-data mengenai obyek yang akan kita rencanakan. Hal ini perlu dilakukan

Lebih terperinci

Spesifikasi geometri teluk bus

Spesifikasi geometri teluk bus Standar Nasional Indonesia Spesifikasi geometri teluk bus ICS : 93.080.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA Sabar P. T. Pakpahan 3105 100 005 Dosen Pembimbing Catur Arief Prastyanto, ST, M.Eng, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN

RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN PLANNING TECHNIC MINE OUT DUMP PIT C IN COAL MINE AT PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Semarang-Godong. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur E69 Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur Muhammad Bergas Wicaksono, Istiar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN 4.1.1 UMUM 1) Uraian a) Pekerjaan ini harus mencakup penambahan lebar perkerasan lama sampai lebar jalur lalu lintas yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 Penambangan dengan sistem tambang terbuka menyebabkan adanya perubahan rona/bentuk dari suatu daerah yang akan ditambang menjadi sebuah front penambangan Setelah penambangan

Lebih terperinci

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2 Reka Racana Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Sipil Itenas No.x Vol. Xx Juni 2015 Perencanaan Geometrik Simpang Susun Double Trumpet Pada Jalan Tol Jakarta Serpong Berdasarkan Transportation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii DAFTAR ISI RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab vii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 1 1.3 Identifikasi Masalah...

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH) SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH) Disusun oleh : M A R S O N O NIM. 03109021 PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan 1. Data Spesifikasi Jalan Ruas jalan Yogyakarta-Wates Km 15-22 termasuk jalan nasional berdasarkan Keputusan Meteri Pekerjaan Umum No. 631/KPTS/M/2009

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA Sudarman Bahrudin, Rulhendri, Perencanaan Geometrik Jalan dan Tebal Perkerasan Lentur pada Ruas Jalan Garendong-Janala PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KENDARAAN

KARAKTERISTIK KENDARAAN 1 KARAKTERISTIK KENDARAAN Dr.Eng. Muhammad Zudhy Irawan, S.T., M.T. Materi Kuliah PPI MSTT PENDAHULUAN 2 Kriteria untuk desain geometrik jalan dan tebal perkerasan didasarkan pada: 1. Karakteristik statis

Lebih terperinci

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR HD465 DAN HD785 DI PT BUKIT MAKMUR PADA LOKASI KERJA SEBUKU KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR HD465 DAN HD785 DI PT BUKIT MAKMUR PADA LOKASI KERJA SEBUKU KALIMANTAN SELATAN ANALISIS KONSUMSI BAHAN BAKAR HD465 DAN HD785 DI PT BUKIT MAKMUR PADA LOKASI KERJA SEBUKU KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana Teknik dari Institut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tahapan Perencanaan Jalan Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam perencanaan jalan pada prinsipnya supaya suatu jalan memenuhi syarat keamanan dan kenyamanan

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur Ferdiansyah Septyanto, dan Wahju Herijanto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2) LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma

Lebih terperinci

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Oleh 1) Dafiq Akhmedia Amin 2) Dr. Ir. Barlian Dwinagara, MT, Ir. Hasywir Thaib

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN PEMBANGUNAN JALAN RUAS ONGGORAWE MRANGGEN PROPINSI JAWA - TENGAH Diajukan Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Teknik Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH : SLAMET RIYADI

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik. Tabel 5.1 Spesifikasi data jalan berdasarkan TCPGJAK.

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik. Tabel 5.1 Spesifikasi data jalan berdasarkan TCPGJAK. BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik Perhitungan geometrik adalah bagian dari perencanaan geometrik jalan yang menitik beratkan pada perencanaan bentuk fisik, sehingga dapat memenuhi

Lebih terperinci

RANCANGAN BUKAAN TAMBANG BATUBARA PADA PIT JKG PT. BBE SITE KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, MENGGUNAKAN APLIKASI MINESCAPE 4.118

RANCANGAN BUKAAN TAMBANG BATUBARA PADA PIT JKG PT. BBE SITE KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, MENGGUNAKAN APLIKASI MINESCAPE 4.118 RANCANGAN BUKAAN TAMBANG BATUBARA PADA PIT JKG PT. BBE SITE KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, MENGGUNAKAN APLIKASI MINESCAPE 4.118 Asan Pasintik, Thresna Adeliana Lassa, Risanto Panjaitan Magister Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi dan Fungsi Jalan 3.1.1 Klasifikasi Menurut Fungsi Jalan Menurut Bina Marga (1997), fungsi jalan terdiri dari : a. jalan arteri : jalan yang melayani angkutan utama

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP I FC 30 20, '1" II FC 50 17, '7" III FC 50 66, '1" IV FC 50 39, '6" V FC 50 43, '8"

BAB V PENUTUP I FC 30 20, '1 II FC 50 17, '7 III FC 50 66, '1 IV FC 50 39, '6 V FC 50 43, '8 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa Superelevasi pada tikungan Jalan Adi Sucipto, segmen Unkris Undana. STA 0+000 sampai STA 0+850, sepanjang ± 850 meter maka dapat disimpulkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan jalan kolektor

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan jalan kolektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Kecamatan di Bekasi sering diberitakan kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,

Lebih terperinci

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB)

LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) BAB V LAPIS PONDASI AGREGAT SEMEN (CEMENT TREATED BASE / CTB) 5.1. UMUM a. Lapis Pondasi Agregat Semen (Cement Treated Base / CTB) adalah Lapis Pondasi Agregat Kelas A atau Kelas B atau Kelas C yang diberi

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA

TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TINJAUAN PELAKSANAAN PEMADATAN TANAH UNTUK PEKERJAAN JALAN DI KABUPATEN PURBALINGGA Taufik Dwi Laksono, Dosen Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto Dwi Sri Wiyanti, Dosen Teknik Sipil Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 Bab 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Studi Kasus Obyek studi kasus untuk penulisan Tugas Akhir ini adalah Perencanaan Jalan Tol Kertosono Mojokerto, Surabaya yang berada pada provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

2 Dosen Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.

2 Dosen Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional. KESERASIAN KERJA ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA KEGIATAN PENGAMBILAN LUMPUR DAN TANAH PUCUK DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA KABUPATEN SUMBAWA BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Khaerul Nujum 1, Ag.

Lebih terperinci

DESIGN OF DISPOSAL AREA FOR MINNING PLAN OF INUL EAST PIT DURING JULI 2013 TO DESEMBER 2014 IN HATARI DEPARTEMENT AT PT KALTIM PRIMA COAL

DESIGN OF DISPOSAL AREA FOR MINNING PLAN OF INUL EAST PIT DURING JULI 2013 TO DESEMBER 2014 IN HATARI DEPARTEMENT AT PT KALTIM PRIMA COAL RANCANGAN LOKASI DISPOSAL UNTUK RENCANA PENAMBANGAN PIT INUL EAST SELAMA BULAN JULI 2013 SAMPAI DESEMBER 2014 DI DEPARTEMEN HATARI PT KALTIM PRIMA COAL DESIGN OF DISPOSAL AREA FOR MINNING PLAN OF INUL

Lebih terperinci

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Oleh: DARWIN LEONARDO PANDIANGAN

Lebih terperinci

ABSTRAK PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN NGIPIK KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK

ABSTRAK PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN NGIPIK KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK ABSTRAK PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN NGIPIK KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK EDI SUSANTO 1), RONNY DURROTUN NASIHIEN 2) 1). Mahasiswa Teknik Sipil, 2) Dosen Pembimbing Universitas

Lebih terperinci

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN RISWAN 1, UYU SAISMANA 2 1,2 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG Oleh : AGUS BUDI SANTOSO JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA ABSTRAK Perencanaan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA 14+650 18+100 KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR Dosen Pembimbing : Ir. CHOMAEDHI. CES, Geo 19550319 198403 1 001 Disusun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA TEKNIK SIPIL JURNAL ILMIAH PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS ALAT BERAT DALAM PEKERJAAN LONGSORAN PADA RUAS JALAN SIMPANG PERDAU BATU

Lebih terperinci

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

Lebih terperinci