BAGAIMANA KINERJA PEMERINTAH DAN EKONOMI?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAGAIMANA KINERJA PEMERINTAH DAN EKONOMI?"

Transkripsi

1 LAPORAN KEMAJUAN November 2014 BAGAIMANA KINERJA PEMERINTAH DAN EKONOMI? Gustav F. Papanek Penasihat Senior Pusat Transformasi Kebijakan Publik Foto : Mohamad Burhanudin Pengukuran Obyektif atas Kemajuan Sasaran Pertumbuhan 10 persen dan 4 Juta Pekerjaan Layak per Tahun Sasaran Presiden meliputi pertumbuhan 7 persen pada tahun 2017 dan peningkatan penghasilan masyarakat miskin. Untuk mencapai sasaran Presiden ini, kami mengusulkan pertumbuhan 10 persen pada tahun terakhir pemerintahan beliau, serta 21 juta pekerjaan layak yang baru, sebagian besar di sektor manufaktur, sebagai satu-satunya jalan untuk secara permanen meningkatkan penghasilan masyarakat miskin. Laporan ini memberikan evaluasi professional yang obyektif tentang ekonomi Indonesia dan kemajuannya untuk mencapai sasaran tersebut. Penekanan laporan ini adalah hal yang paling penting bagi masyarakat miskin di Indonesia: apakah mereka mempunyai pekerjaan yang layak dengan penghasilan tetap. INDIKATOR PRIMER Upah buruh tani terus menurun sejak Buruh tani termasuk di dalam 20 persen masyarakat termiskin. Penurunan upah mereka sebesar 12 persen, sementara penghasilan rata-rata meningkat 28 persen, menunjukkan kegagalan untuk meningkatkan penghasilan masyarakat miskin dan adanya peningkatan dalam hal ketidaksetaraan. Tentu saja buruh tani tidak terbantu oleh adanya peraturan upah minimum atau serikat pekerja. Upah mereka ditentukan oleh pasar. Saat ini persediaan tenaga kerja meningkat sebesar dua juta pekerja setiap tahun, tapi hanya satu juta pekerjaan yang diciptakan.

2 Dengan persediaan meningkat lebih cepat daripada permintaan, upah akhirnya jatuh: lebih banyak pekerja yang mencari pekerjaan dibandingkan dengan jumlah pekerjaan yang tersedia. Perubahan upah pertanian adalah salah satu indikator yang paling sensitif untuk menunjukkan keberhasilan atau kegagalan kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan dari 40 persen masyarakat termiskin. Konsumsi riil dari 40 persen masyarakat termiskin menunjukkan peningkatan kecil namun stabil sejak 2011, yaitu sekira lima persen per tahun. Upah riil buruh tani turun, namun upah pekerja industri naik secara signifikan jika mereka dilindungi oleh undang-undang upah minimum. Mereka tidak termasuk ke dalam 20 persen masyarakat termiskin, tapi 20 persen di atasnya. Kemajuan dalam meningkatkan kuantitas ekspor manufaktur padat karya tidaklah memadai, yaitu sekitar lima persen per tahun. Targetnya adalah 22 persen. Ini adalah pengukuran yang menunjukkan jumlah pekerjaan layak yang diciptakan di sektor manufaktur. Jika kuantitas ekspor meningkat, pabrik-pabrik harus mempekerjakan lebih banyak pekerja, namun jika harga-harga barang yang diekspor meningkat, tidak diperlukan pekerja tambahan. Jadi lapangan kerja di sektor manufaktur hanya dapat diciptakan jika jumlah barang yang diekspor meningkat, bukan jika nilai ekspor meningkat karena kenaikan harga. Mengukur Kemajuan terhadap Sasaran Pertumbuhan 10% dan 4 Juta Pekerjaan Layak per Tahun INDIKATOR PRIMER Sebagian di tahun Sasaran Indeks upah riil buruh tani (2008 = 100) Pendapatan per kapital riil dari 40% masyarakat termiskin (dalam juta rupiah)* Pendapatan per kapital riil dari 40% masyarakat termiskin sebagai % dari 20% masyarakat terkaya* 17.4% 17.5% 17.5% 17.2% 17.7% Jumlah ekspor manufaktur padat karya pada harga konstan (dalam miliar dollar AS) INDIKATOR SEKUNDER Sebagian di tahun Sasaran Ekspor manufaktur padat karya pada harga konstan (dalam miliar dollar AS) Ekspor manufaktur pada harga konstan (dalam miliar dollar AS) Rata-rata upah bulanan sektor industri (dalam dollar AS)* Investasi swasta langsung luar negeri (dalam miliar dollar AS) Upah minimum di Jawa Tengah (dalam dollar AS)* Ketimpangan antara upah sektor manufaktur di Jaw Tengah & pesaing terendah (Bangladesh) dalam % & dollar* 116% 116% 24% $44 $44 $16 Lapangan kerja sektor manufaktur formal (dalam juta)* Lapangan kerja tambahan untuk pekerja berpendidikan rendah di sektor manufaktur (dalam juta) Peringkat daya saing* Peringkat infrastruktur* Peringkat korupsi* Peringkat kemudahan melakukan usaha* CATATAN: *Mengindikasikan bahwa data TIDAK tersedia setiap bulan. Angka berwarna hitam mengindikasikan tidak adanya perubahan atau hanya perubahan kecil. Angka berwarna merah dan miring mengindikasikan pergerakan negatif. Angka berwarna biru dan tebal mengindikasikan peningkatan yang signifikan. Jumlah yang diekspor adalah nilai pada harga konstan. Inilah satu-satunya cara menghitung jumlah agregat. Upah minimum di Jawa Tengah adalah rata-rata upah minimum untuk Provinsi tersebut, bukan upah di Semarang.

3 Periode yang dicakup dalam kolom Sebagian di Tahun : Indeks upah riil buruh tani Jumlah ekspor padat karya Pendapatan per kapita riil dari 40% masyarakat termiskin Ekspor padat karya Ekspor manufaktur Rata-rata upah bulanan sektor industri Investasi swasta langsung luar negeri Lapangan kerja di sektor manufaktur formal Lapangan kerja tambahan di sektor manufaktur : Januari Oktober : Januari Juli : Januari Maret : Januari Juli : Januari Juli : Januari Juni : Januari Juni : Mei : Mei Foto : Mohamad Burhanudin INDIKATOR SEKUNDER Indikator sekunder adalah pengukuran kemajuan secara tidak langsung. Nilai ekspor manufaktur dan padat karya tidak terlalu penting bagi penciptaan lapangan kerja. Hal ini sudah stagnan selama 3 tahun. Peningkatan upah di sektor manufaktur adalah indikator negatif, karena hal itu mengurangi kemampuan Indonesia untuk bersaing di pasar dunia. Upah minimum di Jawa Tengah telah meningkat sekitar empat persen per tahun, sebuah peningkatan yang kecil. Akibatnya, ketimpangan antara upah di Jawa Tengah dan di Bangladesh, pesaing dengan upah terendah, telah berkurang dari 44 dollar AS menjadi 16 dollar AS dan dari 116 persen menjadi hanya 24 persen, suatu peningkatan yang besar. Bulan lalu, ketimpangan antara upah di Indonesia dan Bangladesh telah mengecil dan tenaga kerja Indonesia telah menjadi lebih kompetitif akibat dari terjadinya sedikit devaluasi nilai rupiah. Posisi kompetitif Indonesia secara keseluruhan meningkat dengan dramatis dari peringkat 55 ada tahun 2008 menjadi peringkat 34 pada tahun Alasan utama peningkatan ini adalah kualitas tata kelola pemerintah publik dan swasta (naik 14 tingkat menjadi peringkat 53). Indonesia tertahan oleh kinerja buruknya terkait pasar tenaga kerja, yaitu peringkat 110 (turun tujuh tingkat) dan penggunaan teknologi komunikasi informasi (ICT) menurut populasi, di mana peringkatnya adalah ke 94 (turun 10 tingkat). Korupsi dan kemudahan melakukan usaha menunjukkan sedikit peningkatan, tapi peringkat Indonesia masih sangat rendah dan hal itu seharusnya dapat ditingkatkan.

4 Foto : Nury Sybli Peringkat Kemudahan Peringkat korupsi Negara Melakukan Usaha Peringkat daya saing Indonesia Bangladesh India Vietnam KESIMPULAN Hanya sedikit kemajuan yang dibuat untuk mencapai sasaran pertumbuhan 10 persen dan 4 juta pekerjaan layak per tahun pada tahun 2013 atau di enam bulan pertama pada tahun Hal ini tidak mengejutkan karena sasaran tersebut hanya dapat dicapai dengan perubahan kebijakan, yang diusulkan untuk diterapkan pada tahun Di antara pengukuran utama keberhasilan, upah buruh tani terus menurun. Jumlah barang yang diekspor sedikit meningkat pada ahun 2013, namun jauh dibawah 22 persen per tahun, angka yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran tersebut. Lapangan kerja di sektor manufaktur merupakan indikator positif, sedikit meningkat pada tahun 2012 dan sejauh ini pada tahun Namun, itu hanya sedikit lebih baik dari rata-rata peningkatan yang terjadi dalam 12 tahun terakhir, dan jauh dibawah sasaran untuk Kinerja pada tahun 2013 dan enam bulan pertama pada tahun 2014 sekali lagi menggarisbawahi perlunya perubahan kebijakan yang substansial apabila Indonesia ingin mengambil alih sebagian pasar Tiongkok, yang dimungkinkan karena Tiongkok semakin tidak mampu bersaing dalam hal barang padat karya dan tersedianya jutaan pekerja surplus di Indonesia.

5 Foto : Aries Subekti Ekspor RINGKASAN Harga komoditas terus menurun sejak Akibatnya, pendapatan ekspor Indonesia juga menurun. Jumlah ekspor batu bara dan kelapa sawit terus meningkat, tetapi tidak dapat menutupi penurunan harga. Jumlah ekspor minyak/gas bumi terus berkurang karena ladang minyak yang lama menjadi kurang produktif dan hanya ada sedikit pengeboran yang terjadi untuk menemukan atau mengembangkan ladang minyak baru. Ekspor manufaktur telah menjadi stagnan sejak 2011 dan karenanya tidak dapat menutupi penurunan pendapatan komoditas. Penurunan sebesar 27 miliar dollar AS dalam pendapatan ekspor dari tahun 2011 hingga 2013, terjadi terutama karena penurunan sebagai berikut: - Minyak/gas bumi sebesar 12 miliar dollar AS - Komoditas pertanian sebesar 7 miliar dollar AS, hanya 2 miliar dollar diantaranya kelapa sawit - Mineral sebesar 6 miliar dollar AS, 4 miliar dollar diantaranya tembaga dan 2 miliar dollar batu bara, atau - Berkurangnya pendapatan komoditas sebesar 25 miliar dollar dan hanya 2 miliar dollar berkurangnya pendapatan manufaktur. Gambaran jangka pendeknya adalah penurunan harga komoditas lebih jauh dan karena itu, tidak ada peningkatan signifikan dalam pendapatan ekspor. Ekspor tembaga akan meningkat seiring diselesaikannya persengketaan atas peleburan, tapi hal itu hanya berjumlah 5% dari total ekspor, sehingga hanya akan berdampak sedikit. Gambaran jangka panjangnya tidak pasti, karena hal ini tergantung pada investasi baru, yang tergantung pada kebijakan pemerintah. Dalam jangka menengah, peningkatan jumlah batu bara yang diekspor kemungkinan besar akan melambat, lalu berhenti. Dengan berkurang tajamnya harga-harga, investasi baru menjadi kurang menarik. Kelapa sawit masih menguntungkan di harga murah dan akan terus berkembang. Akan tetapi, hanya ekspansi cepat ekspor manufaktur, terutama ekspor manufaktur padat karya, yang dapat membawa peningkatan signifikan dalam pendapatan ekspor.

6 Pendapatan Ekspor Indonesia Tetap Sangat Tergantung pada Harga Komoditas Pendapatan ekspor meningkat lebih dari empat kali lipat dari tahun 1996 hingga Dari total peningkatan pendapatan ekspor sebesar 153 miliar dollar AS, 120 miliar dollar diantaranya terjadi karena peningkatan pendapatan dari komoditas, dan 33 miliar dollar karena peningkatan ekspor manufaktur. Peningkatan pendapatan komoditas terjadi terutama karena harga-harga yang meningkat. Naiknya harga juga menstimulasi peningkatan besar dalam jumlah kelapa sawit dan batu bara yang diekspor dan peningkatan yang lebih kecil pada komoditas lain. Namun, kenaikan harga adalah faktor utama yang mengakibatkan peningkatan besar dalam pendapatan ekspor. Peningkatan tersebut dibagi menjadi: - Peningkatan 85 miliar dollar AS terjadi karena kenaikan harga-harga dan - Peningkatan 35 miliar dollar AS terjadi karena meningkatnya kuantitas ekspor. Tentu saja peningkatan ini terjadi juga karena kenaikan harga. Jatuhnya harga komoditas setelah tahun 2011 mengakibatkan berkurangnya pendapatan ekspor sebesar 13%. Dua puluh lima miliar dollar AS dari penurunan tersebut terjadi karena pendapatan komoditas dan hanya 2 miliar dollar AS karena pendapatan dari sektor manufaktur. Berkurangnya Ekspor Minyak/Gas Bumi berkaitan dengan Kebijakan Sekitar separuh dari penurunan pendapatan ekspor sebesar 25 miliar dollar AS dari komoditas dari tahun 2011 hingga 2013 terjadi karena minyak dan gas bumi. Penuruan sebesar 30% dalam 2 tahun tersebut diikuti dengan penurunan 10% di tahun 2014 sejauh ini. Penurunan tajam ini salah satunya disebabkan oleh sekitar 10% nya- penuruan harga-harga dunia, tapi terutama karena penuruan jumlah yang diekspor. Penurunan kuantitas terutama terjadi karena kebijakan pemerintah, yaitu subsidi untuk membuat BBM di Indonesia murah dan peningkatan konsumsi domestik. Perjanjian bagi hasil yang lama, yang memberikan investor sebagian kecil dari keuntungan yang diperoleh hanyalah tepat ketika relatif mudah untuk menemukan ladang produktif di Indonesia. Kini, ketika minyak dan gas bumi sulit untuk ditemukan dan mahal untuk dikembangkan, hal itu tidak memberikan insentif yang memadai. Hasilnya, Indonesia tidak lagi dianggap lokasi yang menarik untuk berinvstasi dalam pengeboran minyak dan gas. Akibatnya, jumlah sumur yang dibor menurun drastis. Bukannya meningkatkan insentif untuk melakukan pengeboran di perairan dan lahan di Indonesia, justru terdapat pembicaraan untuk mengimpor Gas Alam Cair seperti Kontrak Bagi Hasil dimana bagian Indonesia adalah 0% dan bagian investornya 100%. Salah Satu Sebab Penurunan Tembaga dan Mineral Lain juga adalah Kebijakan. Penurunan pendapatan dari tembaga dan mineral lain dari tahun 2011 hingga 2013 terjadi seluruhnya karena penurunan harga dunia. Namun, penurunan lebih jauh di tahun 2014 terjadi karena persengketaan atas persyaratan bahwa bijih besi harus diproses di Indonesia. Ini akan mengurangi keuntungan menambang di Indonesia. Keuntungan sangatlah tinggi selama ledakan komoditas dan persyaratan peleburan dapat dengan mudah diserap. Namun, dengan turunnya harga tembaga menjadi 24% dari nilai tertinggi mereka di than 2011, Berinvestasi menjadi kurang menarik, dan tambahan biaya membangun pusat peleburan akan mengurangi investasi masa depan dan produksi, kecuali jika investor memperoleh konsensi lainnya atau keuntungan dari investasi tertentu cukup tinggi untuk menutupi biaya ekstra tersebut. Karena itu, tidak dapat dipastikan sejauh mana ekspor tembaga akan sekali lagi menyamai jumlah ekspor sebelumnya. Foto : Mohamad Burhanudin

7 LAPORAN KEMAJUAN EKSPOR NILAI EKSPOR DALAM MILIAR DOLLAR AS PADA HARGA TERKINI, DARI 1996 HINGGA JULI Jan-Juli 2013 Jan-Juli 2014 Minyak/Gas Bumi Komoditas Pertanian Minyak kelapa sawit & minyak lain Mineral Tembaga Batubara Hasil Hutan Sub-total: Ekspor berbasis komoditas Ekspor sektor manufaktur Sektor manufaktur padat karya Total VOLUME EKSPOR, DALAM MILIAR DOLLAR AS PADA HARGA KONSTAN, DARI 1996 HINGGA JULI Jan-Juli 2013 Jan-Juli 2014 Minyak/Gas Bumi Komoditas Pertanian Minyak kelapa sawit & minyak lain Mineral Tembaga Batubara Hasil Hutan Sub-total: Ekspor berbasis komoditas Ekspor sektor manufaktur Sektor manufaktur padat karya Total Sumber: Perdagangan Luar Negeri BPS (Badan Pusat Statistik) CATATAN: Ekspor bahan kimia dan pupuk biasanya digolongkan sebagai barang manufaktur. Namun sebenarnya kedua hal tersebut adalah bahan baku yang baru diproses. Karena itu, dalam tabel ini, mereka digolongkan sebagai ekspor komoditas. Gambaran ekspor kelapa sawit lebih baik daripada ekspor batu bara Meski terjadi penurunan harga minyak kelapa sawit sebesar 36% dan harga batubara sebesar 47% dari tahun 2011 hingga Oktober 2014, jumlah ekspor kedua komoditas itu terus meningkat hingga 2013, sehingga sedikit menutupi penurunan harga tersebut. Kelapa sawit tampaknya tetap menguntungkan bahwa di harga terkini yang rendan dan jumlah yang diekspor kembali meningkat di tahun Namun, peningkatan ekspor batubara terjadi karena adanya tambang-tambang baru yang dikembangkan ketika harga-harga masih tinggi. Di harga terkini yang rendah, sebagian besar pengembangan batubara telah berhenti: jumlah yang diekspor di tahun 2014 tidak lebih tinggi dibndingkan tahun Dengan harga yang semakin rendah setiap bulannya dibandingkan bulan sebelumnya, pendaptan ekspor dari batubara telah turun, dan akan tetap turun di tahun depan. Hanya kelapa sawit yang masih menjadi bintang terang di antara komoditas lainnya: peningkatan jumlah jauh melebihi harga-harga yang turun, dan total pendapatannya meningkat.

8 Nilai Ekspor Barang Manufaktur Perlahan Meningkat Sejak Nilai ekspor manufaktur meningkat perlahan sebesar 6% per tahun dari 1996 hingga Ini lebih lambat dibandingkan dengan negara Asian lainnya yang setara dengan Indonesia. Sementara nilai riil ekspor manufaktur Indonesia naik dua kali lipat, nilai tersebut di Vietnam naik 12 kali lipat. 1 Pertumbuhan bahkan lebih lambat hingga 2004 sebesar 5%, tapi tampak meningkat dengan cepat selama ledakan komoditas. Tampak, karena peningkatan tersebut terjadi karena kenaikan harga-harga dunia, bukan karena peningkatan jumlah yang diekspor. Bahkan pada harga konstan, yang merupakan pengukuran jumlah yang diekspor, ekspor manufaktur sebenarnya berkurang dari tahun 2004 hingga Lebih jauh lagi, hampir 8 miliar dollar AS dari 34 miliar dollar AS peningkatan pada harga terkini, atau hampir satu perempatnya, terjadi karena peningkatan ekspor pupuk dan bahan kimia. Kami mencantumkan ini di bawah ekspor komoditas, bukan ekspor manufaktur, karena hampir seluruh nilai ekspornya merupakan sumbangsih dari bahan baku yang digunakan sebagina besar minyak dan gas bukan dari prosesnya. Barang terbesar kedua adalah Peralatan Transportasi Lainnya, yang mencerminkan keputusan sebagian perusahaan mobil untuk menggunakan suku cadang Indonesia dalam proses produksi mereka. Industri padat karya menambahkan 8 miliar dollar AS ke dalam ekspor dalam 9 tahun ini. Namun lebih dari separuh peningkatan tersebut adalah karena naiknya harga-harga, dan karenanya tidak meningkatkan jumlah pekerjaan yang diciptakan. Fakta bahwa ini bukanlah peningkatan ekspor manufaktur yang sejati dapat juga dilihat dari kenyataan bahwa ketika ledakan komoditas berakhir di tahun 2011, begitu pula dengan pertumbuhan ekspor manufaktur. Pada harga terkini, pendapatan ekspor dari sektor manufaktur sedikit menurun hingga 2013 dan terlihat tidak berubah di tahun Indonesia tidak berhasil menutupi penurunan pendapatan dari ekspor komoditas dengan cepatnya peningkatan ekspor sektor manufaktur. 1 Dari 1997 hingga 2011; see Papanek, Pardede, Nazara Pilihan Ekonomi yang Dihadapi Presiden Baru, Transformasi 2014 Foto : Mohamad Burhanudin

9 Foto : Mohamad Burhanudin Tenaga Kerja dan Upah RINGKASAN Dalam enam tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga 2014, rata-rata pendapatan per kapita masyarakat Indonesia meningkat 28 persen. Rata-rata upah tenaga kerja sektor industri naik 39 persen selama periode yang sama, sebagai hasil dari meningkatnya rata-rata upah minimum. Buruh di sektor industri pun menerima pendapatan jauh di atas rata-rata pendapatan masyarakat Indonesia. Sebaliknya, upah tenaga kerja di sektor pertanian turun 12 persen pada periode yang sama. Akibatnya, ketimpangan antara dua kelompok sektor tenaga kerja tersebut kian melebar. Pada tahun 2008, upah rata-rata sektor industri 30 persen lebih tinggi daripada upah buruh di sektor pertanian. Peningkatan upah yang pesat sektor industri merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penurunan tingkat upah tenaga kerja pertanian (dan sektor informal lainnya). Upah sektor industri yang tinggi mengakibatkan lambatnya pertumbuhan sektor industri padat karya dan sektor-sektor yang mengandalkan metode-metode produksi lainnya. Akibat selanjutnya, permintaan jumlah tenaga kerja cenderung rendah daripada penawaran, dan tingkat upah tenaga kerja yang tak terproteksi oleh upah minimum, menjadi kian turun. Hanya sedikit tenaga kerja sektor konstruksi yang digaji sesuai dengan upah minimum. Sebagian besar hanya merupakan pekerja tidak tetap atau pekerja kasual. Selama era lonjakan harga komoditas (commodity boom), sektor konstruksi mengalami lonjakan, sehigga berdampak pada peningkatan upah tenaga kerja di sektor ini rata-rata sebesar 24 persen. Tapi, pada tahun 2014 upah di sektor konstruksi turun sekitar 5 persen. Upah pembantu rumah tangga meningkat kurang dari 1 persen per tahun. Jumlah tersebut jauh di bawah rata-rata peningkatan pendapatan rata-rata masyarakat Indonesia per tahun. Intinya, sekitar 20 persen tenaga kerja menerima manfaat dari upah minimum dalam enam tahun terakhir; namun 80 persen tidak tercakup dalam penerapan upah minimum tak menerima manfaatnya, yang ditandai degan menurunnya tingkat upah mereka. Akibatnya, distribusi pendapatan menjadi kian tak seimbang. Perubahan dalam tingkat upah pada kelompok tenaga kerja yang berbeda-beda tersebut menjelaskan kepada kita tentang apa yang sedang terjadi pada pendapatan kelompok terbesar di antara 40 persen penduduk termiskin di Indonesia itu.

10 Upah sektor pertanian terus menurun Upah pekerja sektor pertanian terus menurun dalam istilah yang sesungguhnya, yang mengakibatkan menurunnya daya beli tenaga kerja di sektor ini, sejak tahun Meskipun ada sedikit kenaikan, selama periode ini upah secara keseluruhan berangsur turun dan pada bulan Oktober 2014 menjadi 12 persen lebih rendah daripada yang mereka pernah capai selama enam tahun. Upah tenaga kerja sektor pertanian selalu lebih rendah dibanding dengan mereka yang bekerja di sektor industri. Bahkan, upah mereka hanya setengah daripada pekerja di sektor manufaktur. Dan, upah mereka dari tahun ke tahun terus turun. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh kenyataan bahwa sejak tahun 1996 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian terus meningkat. Penawaran jumlah tenaga kerja terus meningkat dan lebih besar daripada permintaan tenaga kerja, sehingga makin banyak pekerja tak terlindungi kebijakan upah minimum, atau faktor lain terkait penurunan upah mereka seiring terjadinya inflasi. Foto : Joko Santoso Upah tenaga kerja sektor industri dan sektor lainnya yang dilindungi oleh kebijakan upah minimum yang terus meningkat Rata-rata nominal upah minimum di Indonesia meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun 2008 ke tahun 2014, yaitu sekitar 215 persen. Hasilnya, upah riil tenaga kerja yang tercakup oleh upah minimum meningkat, demikian pula daya belinya. Peningkatan upah minimum ini tidak hanya menguntungkan para pekerja yang berada di bawah upah minimum, tetapi juga pekerja yang berupah lebih tinggi daripada upah minimum. Ketika upah tenaga kerja yang dibayar paling rendah mengalami kenaikan, upah untuk tenaga kerja lain biasanya juga meningkat guna menjaga agar tenaga kerja yang lebih berketerampilan dan lebih pengalaman tetap menerima upah di atas tenaga kerja dengan upah terendah. Dampak dari upah minimum dan gerakan serikat pekerja, upah sektor industri rata-rata meningkat 39 persen antara tahun 2008 dan kuartal pertama tahun Proporsi jumlah tenaga kerja sektor industri yang telah tercakup oleh upah minimum terus bertambah. Kenaikan upah minimum pun meningkatkan rata-rata upah semua tenaga kerja di sektor industri. Kenyataannya, meskipun rata-rata upah minimum pada tahun 2014 mencapai Rp 1,6 juta per bulan, rata-rata aktual upah pekerja di sektor produksi mencapai Rp 2 juta per bulan. Dengan upah sektor pertanian yang terus menurun dan upah sektor industri terus melonjak selama 6 tahun terakhir sejak tahun 2008, ketimpangan antara dua kelompok tersebut kian melebar. Pada tahun 2008, upah di sektor industri hanya sekitar 30 persen di atas rata-rata upah di sektor pertanian. Tapi, pada tahun 2014 ketimpangan itu kini melebar hingga lebih dari 100 persen. Ini berarti upah sektor industri dua kali lipat dibanding upah sektor pertanian pada tahun 2014 ini.

11 Kenaikan upah sektor industri berkontribusi terhadap penurunan upah bagi tenaga kerja sektor pertanian Pesatnya kenaikan upah di sektor industri membuat industri padat karya di Indonesia menjadi kurang kompetitif di pasar global. Akibatnya, impor manufaktur tumbuh pesat, sedangkan ekspor manufaktur tumbuh lebih lambat. Biaya tenaga kerja yang lebih tinggi juga mengakibatkan padat karya sebagai metode produksi menjadi kurang kompetitif. Hasilnya, banyak pabrik lebih memilih meningkatkan penggunaan mesin dan mengurangi tenaga buruh. Selanjutnya, akibat dari dua kecenderungan itu, pertumbuhan penciptaan lapangan kerja di sektor manufaktur sangat lambat antara tahun tahun 2008 hingga Rendahnya permintaan tenaga kerja di sektor manufaktur, banyak tenaga kerja yang kemudian terdorong masuk ke sektor pertanian dan pekerjaan di sektor informal. Padahal, penghasilan di sektor-sektor tersebut tidak dilindungan oleh kebijakan upah minimum. Akibatnya, penghasilan mereka stagnan, bahkan turun. Pesatnya kenaikan upah di sektor industri and menurunnya upah di sektor pertanian menjadi saling terkait. Dengan upah yang lebih tinggi, sektor industri berkontribusi terhadap kian rendahnya upah di sektor pertanian dan sektor lapangan kerja informal lainnya. Secara absolut, sebenarnya upah sektor industri masih rendah dan, bahkan, sangat rendah dibandingkan negara lain. Sebuah argumen yang baik dapat dibuat sebagai alasan untuk terus menaikkan upah untuk pekerja industri. Tapi harus diakui, hal tersebut justru menghadirkan beban bagi pekerja berpenghasilan rendah yang tidak mendapatkan keuntungan dari upah minimum. Upah tenaga kerja sektor konstruksi berada di antara sektor industri dan pekerja sektor pertanian Hanya sedikit tenaga kerja di sektor konstruksi yang dilindungi oleh upah minimum. Rata-rata upah di sektor konstruksi meningkat 19 persen dari tahun 2008 ke tahun Angka tersebut masih jauh di bawah rata-rata upah tenaga kerja sektor industri, tetapi secara signifikan lebih tinggi daripada upah buruh sektor pertanian. Sebagian besar tenaga kerja di sektor konstruksi merupakan tenaga kerja tidak tetap atau bebas, yang diupah secara harian atau mingguan dengan upah yang setara dengan mereka yang bekerja di sektor pertanian, tapi sedikit lebih tinggi untuk mengimbangi biaya hidup yang lebih besar di daerah perkotaan. Sebagian kecil dari pekerja konstruksi secara permanen

12 Foto : Nury Sybli dipekerjakan terutama karena mereka lebih terampil dan berpengalaman. Jika majikan mereka perusahaan besar, mereka dapat mengambil manfaat dari kebijakan upah minimum. Jika tidak, mereka digaji dengan upah di bawah upah minimum. Kenaikan upah riil tenaga kerja sektor konstruksi terjadi antara tahun 2008 dan paruh pertama tahun 2003 selama periode lonjakan harga komoditas (commodity boom), saat konstruksi juga mengalami booming. Pada periode tersebut pula, permintaan tenaga kerja di sektor ini sangat tinggi. Seiring berakhirnya era commodity boom. Upah pekerja konstruksi juga turun. Jika kondisi perekonomian tumbuh lambat seperti sepanjang tahun 2014, upah tenaga kerja sektor konstruksi mungkin akan terus mengalami stagnasi atau bahkan penurunan. Upah pembantu rumah tangga hampir tidak pernah meningkat sejak 2008 Upah pembantu rumah tangga pernah meningkat sangat cepat sebesar 10 persen (pada 2009); kemudian jatuh beberapa persen, naik lagi, lalu turun lagi hingga tinggal 5 persen. Angka tersebut bertahan lebih dari setahun. Dengan kata lain, selama 6 tahun upah mereka hanya naik total 5 persen atau kurang dari 1 persen. Padahal, dalam periode ini, penghasilan per kapita di negeri ini sedang naik sekitar 3,5 persen per tahun. Upah merupakan bagian yang setidaknya paling diandalkan oleh pembantu rumah tangga, karena bagian substansial dari penghasilan pembantu rumah tangga memiliki bentuk sendiri dan berubah dalam elemen kompensasi yang tak terukur. Foto : Joko Santoso Foto : Nury Sybli Foto : Mohamad Burhanudin Didukung oleh : RAJAWALI FOUNDATION Transformasi Center for Public Policy Transformation Graha Iskandarsyah 11 th floor. Jalan Raya Sultan Iskandarsyah 66C. Melawai, Kebayoran Baru. Jakarta Indonesia Phone /2 Fax info@transformasi.org

BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?

BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN? LAPORAN KEMAJUAN January 2015 BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN? Pengukuran Kemajuan yang Obyektif Terhadap Sasaran Pertumbuhan Ekonomi 10% dan Penciptaan 4 Juta Pekerjaan Layak Setiap

Lebih terperinci

yang Dihadapi Presiden Baru

yang Dihadapi Presiden Baru 1 yang Dihadapi Presiden Baru Bisnis Seperti Biasa: 5% Pertumbuhan & 1 Juta Pekerjaan Layak setiap tahun atau Reformasi Tegas: 10% Pertumbuhan & 4 Juta Pekerjaan Layak setiap tahun Gustav F. Papanek, Professor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya. Pembangunan manusia seutuhnya selama ini, telah diimplementasikan pemerintah melalui pelaksanaan program pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014 No. 53/11/36/Th.VIII, 5 November 2014 PDRB Banten triwulan III 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2 persen, melambat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan

Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Ringkasan Eksekutif: Mengatasi tantangan saat ini dan ke depan Prospek pertumbuhan global masih tetap lemah dan pasar keuangan tetap bergejolak Akan tetapi, kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 76/11/35/Th. XI, 6 November 2013 KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2013 : TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA JAWA TIMUR SEBESAR 4,33 PERSEN Penduduk usia 15

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 273 VII. SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 7.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis deskripsi, estimasi, dan simulasi peramalan dampak kebijakan subsidi harga BBM terhadap kinerja perekonomian, kemiskinan,

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

KINERJA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA TIGA PEMERINTAHAN

KINERJA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA TIGA PEMERINTAHAN Kajian INDEF KINERJA PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA TIGA PEMERINTAHAN Oleh Dradjad H. Wibowo (Ekonom Senior INDEF, Wanhor PAN) Andry Satrio Nugroho (Peneliti INDEF) Nailul Huda (Peneliti INDEF) Izzudin Al Farras

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sektor riil melalui

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 05/6474/Th.V, 28 Desember 2016 TINJAUAN PDRB KOTA BONTANG MENURUT PENGGUNAAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Penggunaan Kota Bontang dalam tahun 2015

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE) merupakan salah satu pilar utama, disamping pendekatan konektivitas dan pendekatan pengembangan sumber daya manusia

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 No. 68/11/71/Th. VIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III/2014 Perekonomian Sulawesi Utara yang diukur berdasarkan besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada ulan III/2014

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI KOTA TASIKMALAYA KONDISI EKONOMI a. Potensi Unggulan Daerah Sebagian besar pusat bisnis, pusat perdagangan dan jasa, dan pusat industri di Priangan Timur berada di Kota Tasikmalaya. Wilayah

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KOTA BONTANG No. 03/14/Th.IV, 15 September 2014 TINJAUAN PDRB MENURUT KONSUMSI MENCAPAI 69,42 Triliun Rupiah, Net Ekspor 53,44 Triliun Rupiah Dari Harga Berlaku Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan kearah perbaikan yang orientasinya pada pembangunan bangsa dan sosial ekonomis. Untuk mewujudkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan mempertimbangkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 No.22/05/36/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 PDRB Banten triwulan I tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) tumbuh positif 0.87 persen, setelah triwulan sebelumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 11/02/34/Th.XVI, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN SEBESAR 5,40 PERSEN Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN

PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN No. 026/08/63/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERKEMBANGAN PDRB TRIWULAN II-2009 KALIMANTAN SELATAN Pertumbuhan ekonomi triwulan II-2009 terhadap triwulan I-2009 (q to q) mencapai angka 16,68 persen. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 44/02/16/Th.XVII, 1 Februari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua.

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batubara adalah batu sedimen organik yang terbentuk oleh tekanan di perut bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua. Batubara umumnya

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 BADAN PUSAT STATISTIK KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2014 FEBRUARI 2014: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 5,70 PERSEN No. 38/05/Th. XVII, 5 Mei 2014 Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA Abstrak yang berkualitas adalah pertumbuhan yang menciptakan pemerataan pendapatan,pengentasan kemiskinan dan membuka kesempatan kerja yang luas. Di

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR BADAN PUSAT STATISTIK No. 05/01/Th. XIII, 4 Januari 2010 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR NOVEMBER HARGA GROSIR NAIK 0,73 PERSEN Pada bulan November Indeks harga grosir/agen atau Indeks Harga

Lebih terperinci

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 02/01/16/Th.XVIII, 4 Januari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 No. 37/08/91/Th. VII, 02 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2013 Besaran PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2013 mencapai Rp 11.972,60 miliar, sedangkan menurut harga

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR *) TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR *) TRIWULAN II TAHUN 2014 k BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.041/08/64/Th.XVII, 5 Agustus q-to-q: -0,19 % y-on-y: 1,89 % PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TIMUR *) TRIWULAN II TAHUN Perekonomian Kalimantan Timur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci