BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan rasa. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga (Natoadmodjo, 2007). Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai maslah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara probabilitas bayesain adalah benar atau berguna (Faudbahsin, 2008). 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup mempunyai 6 tingkatan yakni : a. Tahu (know) diartikan sebagai meningkatkan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan.

2 b. Memahami (Comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tetang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3 c. Aplikasi (Aplication) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan perhitungan hasil penelitian. d. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen komponen, yang didalamnya masih ada kaitannya satu dengan lainnya. e. Sintesis (Synthesis) menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu teori atau objek. Penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada. (Natoadmodjo, 2007). 3. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut (Natoadmodjo, 2007), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : a. Umur Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan didalam penyelidikan epidemiologi. Angka angka kesakitan maupun kematian menunjukan adanya hubungan dengan umur seseorang. Pembagian umur menurut tumbuh kembang anak yaitu : a. Usia dewasa muda: tahun b. Usia dewasa menengah : tahun b. Intelegensi 30

4 Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berfikir abstrak guna untuk menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu factor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar. Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berfikir dan berbagai informasi secara terarah sehingga ia mampu menguasai lingkungan. c. Pendidikan Pendidikan berarti bimbangan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita cita tertentu yang menentukan manusia untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan (Wawan, 2010). d. Informasi Orang tua yang mempunyai banyak sumber informasi dapat memberikan peningkatan terhadap tingkat pengetahuan orang tua tersebut. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui media massa seperti majalah, koran, berita televisi, dan salah satunya juga dapat diperoleh melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan. e. Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berfikir seseorang. f. Pengalaman Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang berkaitan dengan umur dan pendidikan individu. Hal ini mengandung maksud bahwa semakin bertambah umur dan pendidikan yang tinggi, maka pengalaman seseorang akan lebih jauh dan lebih luas. 31

5 g. Sosial Ekonomi Dalam mendapatkan informasi yang memerlukan biaya (misalnya sekolah), tingkat sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, maka orang tersebut akan lebih mudah mendapatkan informasi (Wahyuni, 2007). E. Sikap (Attitude) 1. Defenisi Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku (Natoadmodjo, 2007). Menurut Azwar, (2007), sikap adalah bentuk evaluasi atau perasaan seseorang terhadap suatu objek yaitu perasaan mendukung atau memihak (Favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (Unfavorable) pada objek tersebut. Dari bermacam-macam pendapat tersebut dapatlah ditarik kesimpulan bahwa sikap itu merupakan pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang difikirkannya, yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respon tahu tindakan dalam cara yang tertentu yang dipilihnya. 2. Komponen Pokok Sikap Sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu: a. Rancangan untuk bertindakatau berperilaku terbuka (kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek). b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, artinya bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang tersebut terhadap objek. 32

6 c. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka (tindakan). Ketiga komponen tersebut menjadikan sikap yang utuh (total attitude) (Notoatmodjo, 2007). 3. Berbagai Tingkatan Sikap Menurut (Natoadmodjo, 2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni : a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). b. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima Ide tersebut. c. Menghargai (vauling) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tinggi. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. 4. Struktur Sikap Menurut (Azwar, 2007), dalam struktur sikap terdiri atas 3 kompenen yang saling menunjang yaitu : 33

7 a. Komponen kognitif Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap b. Komponen afektif Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Namun pengertian perasaan pribadi seringkali sangat berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap. c. Komponen konatif Komponen konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana bersikap atau kecenderungan bersikap yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Pengertian kecenderungan bersikap menunjukkan bahwa komponen konatif meliputi bentuk sikap yang tidak hanya dapat dilihat secara langsung saja, akan tetapi meliputi pula bentuk-bentuk sikap yang berupa pernyataan atau perkataan yang diucapkan oleh seseorang. 5. Proses Pembentukan Sikap Menurut (Azwar, 2007) Faktor-faktor yamg mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu. Berikut ini akan diuraikan peranan masing-masing faktor dalam membentuk sikap manusia. a. Apa yang telah dan sedang dialami seseorang ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus. Tanggapan akan menjadi salah satu dasr terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis. 34

8 b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi sikap. Pada umumnya individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflikdengan orang yang dianggap penting tersebut. c. Pengaruh kebudayaan Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap seseorang. d. Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi yang berupa televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan kepercayaan dan opini seseorang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti dan tugas yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru lagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. e. Lembaga pendidikan dan agama Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatau yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 35

9 f. Pengaruh faktor emosional Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama. 6. Pengukuran Sikap Menurut (Azwar, 2007) Salah satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Ada beberapa metode pengukuran sikap antara lain dengan pertanyaan langsung, pengungkapan langsung dan skala sikap. Pengungkapan sikap dalam bentuk self report merupakan metode yang dianggap paling baik. Hal ini dilakukan dengan menggunakan daftar pernyataanpernyataan yang harus dijawab oleh individu dan disebut sebagai sikap. Skala sikap (attitude scale) yaitu berupa kumpulan pernyataan-peryataan mengenai suatu objek sikap. Respon subjek pada setiap pernyataan itu kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. Salah satu sifat skala sikap adalah isi pernyataan yang dapat berupa pernyataan lansung yang jelas tujuan ukurannya bagi responden. Walaupun responden dapat mengetahui bahwa skala tersebut bertujuan mengukur sikap namun pernyataan tidak langsung ini biasanya tersamar dan mempunyai sifat proyektif. Respon individu terhadap stimulus (pernyataan-pernyataan) sikap yang berupa jawaban setuju atau tidak setuju itulah yang menjadi indikator sikap seseorang. Respon tampak yang dapat diamati langsung dari jawaban yang diberikan seseorang merupakn bukti satu-satunya yang kita peroleh dan itulah yang menjadi dasar untuk menyimpulkan sikap seseorang. 36

10 C. Konsep Tindakan 1. Defenisi Tindakan Suatu sikap optimis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain ada fasilitas (Natoadmodjo, 2007). 2. Tingkatan Tindakan a. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkatan pertama. Misalnya seseorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya. b. Responsi terpimpin (guide response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengna urutan yang besar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Misalnya, seseorang ibu dapat memasak dengan benar, mulai dari mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya. c. Mekanisme Apabila sesorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya seseorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. d. Adopsi (adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi 37

11 kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih bahan-bahan yang murah dan sederhana. Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau memperaktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan prilaku kesehatan Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas, yakni melalui proses perubahan pengetahuan (knowladge), sikap (attitude), praktik (pratice) atau KAP. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun peneliti lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan didalam praktik sehari-hari terjadi sebaiknya. Artinya, sesorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif. Untuk memeperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan (recall) atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberpa waktu yang lalu. (Natoadmodjo, 2007). D. Konsep Diare 1. Defenisi Diare Diare merupakan kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair. Diare dapat meningkatkan mortalitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal yang mengakibatkan gangguan dari absorbsi dan cairan elekrolit yang berlebihan. Diare yang terjadi merupakan proses dari transport aktif akibat rangsangan dari toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, 38

12 mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal dan dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal (Haryanto, 2010). Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Diare juga diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau tinja yang encer dan jumlahnya lebih banyak dari biasanya. Untuk neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar lebih dari empat kali dalam 24 jam, sedangkan untuk bayi berumur dari satu bulan dan anak bila frekuensinya lebih dari tiga kali dalam 24 jam (Soegijanto, 2009). 2. Klasifikasi Diare yang Meliputi : Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya kurang dari tujuh hari) yang mengakibatkan dehidrasi sebagai penyebab utama kematian. a. Disentri, yaitu diare yang disertai dalam tinjanya yang mengakibatkan anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat dan kemungkinan terjadinya komplikasi pada mukosa. b. Diare persisten adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus-menerus yang mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan metabolisme. c. Diare dengan masalah lain adalah anak yang menderita diare (diare akut dan diare persisten) mungkin juga disertai dengan penyakit lain seperti : demam, gangguan gizi dan penyakit lain (Widoyono, 2008). 3. Penyebab Kejadian Diare Menurut (Zein, 2011), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu: a. Faktor infeksi 1) Infeksi interal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada balita. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut: 39

13 Infeksi bakteri :vibrio, E. Coli, Salmonella, Shingella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan sebagainnya. (2). Infeksi virus :Entrovirus (virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain. (3). Infeksi parasit :cacing (Ascaris, Thrichuris, Oxyuris, Strongyloides): Protozoa (Entamoeba histolityca,giardia lamblia, Trichomonas homonis). Jamur (Candida albicans). 2) Infeksi parenteral infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : Otitis Media Akut (OMA), tonsilitis / tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensafalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada balita dibawah umur 2 tahun. b. Faktor malabsorbsi adalah 1) Malabsorbsi karbohidrat :disakardia (intoleransi, laktosa, maltosa dan sukrosa); monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada balita yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa) 2) malabsorbsi lemak 3) malabsorbsi protein. c. Faktor makanan Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan. 40

14 4. Patofisiologi Infeksi malabsorbsi Makanan Psikologis Kuman masuk Tekanan osmotik Toksin tidak Hiperperistaltik Dan berkembang meningkat dapat diabsorbsi Dalam usus Kemampuan absorbsi Toksin dalam Pergeseran air dan Hiperperistaltik Dinding usus halus elektrolit kerongga Menurun usus Kemampuan absorbsi menurun hipersekresi air dan elektrolit meningkat Isi rongga usus meningkat DIARE Patogenesis dan Patofisiologi Diare Sumber : Dr. W.C.Marrsall, Institute of Child Health Yniversity of London (Azis.A.M, 2006). 5. Gejala dan Tanda Diare Pada Balita Gejala diare atau mencret pada balita adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai : muntah, badan lesu atau lemah, panas, darah dan lendir dalam kotoran. Rasa mual dan muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tibatiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam, penurunan nafsu makan atau kelesuan. Selain itu, dapat pula mengalami sakit perut dan kejang perut, serta gejala-gejala lain seperti flu misalnya agak demam, nyri otot atau kejang, dan sakit kepala. Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja mengandung darah atau demam tinggi. 41

15 6. Manifestasi Klinis Sebagai akibat kehilangan cairan (dehidrasi) yang berlangsung sangat cepat berat badan turun dalam waktu singkat pula, karena sebagian besar tubuh terdiri atas cairan tergantung pada sedikit banyaknya kehilangan berat badan. Dehidrasi ringan apabila berat badan kurang dari 5% dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5-10% dan dehidrasi berat bila penurunan berat badan lebih dari 10%. Berat ringannya dehidrasi akan menentukan jenis terapinya dan mati hidupnya anak serta pertumbuhannya di kemudian hari (Aziz Alimul, 2006). Tabel 2.1 Klasifikasi Tanda dan Dehidrasi pada Balita Gejala Klinis Ringan Sedang Berat Kesadaran Rasa haus Nadi Pernafasan Ubun-ubun besar Mata Turgor dan tonus Diuresis Selaput lendir Baik + Normal Biasa Agak cekung Agak cekung Biasa Normal Normal Gelisah ++ Cepat Agak cepat Cekung Cekung Agak kering Oliguria Agak kering Apatis-koma ++++ Cepat sekali Kusmaul Cekung sekali Cekung sekali Kering sekali Anuria Kering/asidosis (Azis Alimul, 2006) 7. Dampak Diare Menurut (Maryunani, 2010), dapat dilihat dibawah ini akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi : a. Dehidrasi Kehilangan cairan dan elektrolit karena kehilangan air/output lebih banyak dari asupan/input. 42

16 b. Gangguan keseimbangan asam-basa/metabolik asidosis metabolik asidosis terjadi karena : 1. Kehilangan Natrium bersama feses 2. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam darah 3. Terjadi penimbunan asam-laktat karena adanya anoreksia jaringan 4. Produk metabolisme yang bersifat asam mengikat karena tidak dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oligoria/anuria) 5. Pemindahan ion natrium dari cairan ekstra-seluler kedalam cairan intra seluler. c. Hipoglikemia Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang menderita diare dengan Kekurangan Kalori Protein (KKP), hal ini terjadi karena : 1. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu 2. Adanya gangguan absorbsi glukosa d. Gangguan gizi Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini desebabkan karena : 1. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan atau muntahnya bertambah hebat. Orang tua hanya memberikan air teh saja pengenceran susu yang diberikan terlalu lama. 2. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan absorbsi lebih baik karena adanya hiperperistaltik. e. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi 43

17 jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat dapat mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaranmenurun dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal dunia. 8. Pencegahan Diare Pada Balita Diare mudah dicegah antara lain : 1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang anak, setelah membersihkan anak dari BAB, dan sebelum menyiapkan makanan. 2. Makanan dapat terkontaminasi oleh penyebab diare pada tahap produksi dan persiapan, dan penyimpanan. Oleh karena itu, masaklah makanan dengan benar, pisahkan makanan yang telah dimasak, pisahkan pula makanan yang telah dicuci bersih dan yang belum dicuci serta jaga makanan dari serangan lalat. 3. Minum air yang sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merebus. 4. Pengolahan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, lipas dan lain-lain). 5. Tutup makanan dan minuman dan diletakkan ditempat yang aman dan bersih sehingga terhindar dari berbagai binatang. 6. Ajari dan biasakan anak mencuci tangan memekai air bersih dan sabun sebelum makan. 7. Buang air besar dan air kecil pada tempatnya (Surasvati, 2010). 9. Upaya upaya Tindakan Pencegahan Penyakit Diare Menurut faisal (2004) penyakit diare merupakan penyakit saluran pencernaan, maka pencegahannya terutama cukup hanya dengan meningkatkan sanitasi air minum dan makanan. Selain itu perlu ditingkatkan budaya mencuci tangan sebelum makan 44

18 Menurut Ramaiah (2007), upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah diare antara lain: 1. Berikan ASI ekslusif sampai empat atau enam bulan dan teruskan menyusui sampai setidaknya setahun 2. Gunakan makanan matang yang baru dimasak untuk memberi makanan pada balita 3. Bersihkan wadah untuk mengumpulkan dan menyimpan air minum setiap hari 4. Jika anda tidak yakin tentang kualitas air minum, rebuslah sampai mendidih dan tutuplah serta simpanlah dalam wadah yang sama. 5. Hindari pemberian susu botol. Setelah usia 4-6 bulan, berikan makanan yang bergizi, brsih dan aman untuk mulai menyapih 6. Hindari kontak antara tangan dan air minum ketika menyajikannya 7. Cucilah tangan dengan sabun dibawah air yang mengalir sebelum memberi makan anak, memasak, setelah pergi ke WC atau membersihkan anak. 8. Buanglah tinja yang dikeluarkan anak dalam WC segera mungkin 9. Segeralah mencuci baju yang terkena tinja anak dengan air hangat 10. Pastikan bahwa daerah dimana anak bermain atau merangkak tetap bersih. Cucilah mainan yang anak mainkan secara teratur. 10. Perawatan Diare Pada Balita Penyakit diare walaupun tidak semua menular, tetepi perlu perawatan dikamar yang terpisah dengan perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi (selalu tersedia desinfeksi dan air bersih) serta tempat pakaian kotor tersendiri. Masalah pasien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadi gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko terjadi komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit (surasvati, 2010). Resiko terjadinya ganguan sirkulasi darah. Diare menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit, mengakibatkan pasien menderita dehidrasi dan jika tidak 45

19 segera diatasi menyebabkan terjadinya dihidrasi asidosis, bila masi berlanjut akan terjadi asidosis metabolic, ganguan sirkulasi darah dan pasien jatuh dalam keadaan renjatan (syok). Perawatan yang dilakukan pada anak yang mengalami diare jika sudah mengalami dehidrasi yaitu : 1. Bila dehidrasi ringan Berikan minum sebanyak banyaknya, kira kira 1 gelas setiap setelah pasien defekasi, cairan harus mengadung elektrolit: seperti oralit. Bila tak ada oralit dapat diberikan larutan gula garam dengan 1 gelas air matang yang agak dingin di larutkan dalam 1 sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam dapur. Pengganti air matang dapat teh atau air tajin. Untuk bayi dibawah 6 bulan oralit dilakukan 2 kali lebih encer ( untuk 1 gelas menjadi 2 gelas ). Jika anak terus menerus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu di berikan melalui sonde. Bila pemberian cairan oral tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan ringer laktat (RL). Atau yang tersedia setempat jika tidak ada ringer laktat (RL), ( atas persetujuan dokter ). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan terutama pada jam jam pertama karna diperlukan untuk segera mengatasi dehidrasi. 2. Pada dihidrasi Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang diperhitungkan, jumlah cairan yang masuk tubuh dapat dihitung dengan cara : a. Jumlah tetasan permenit dikalikan 60, dibagi 15/20 ( sesuai set infus yang dipakai ). Contoh : tetesan permenit 12 tetes : banyak cairan yang habis ( masuk kedalam tubuh ) dalam 1 jam adalah 12 x 60 /15 = 46 cc (bila pada set infus yang setiap cc nya berisi 15 tetes ). Jika kontrol cairan di lakukan setiap 2 jam berati 48x2 = 96 cc, berikan 46

20 tanda cairan pada waktu memantau tetesan tersebut pada botol infusnya. b. Perhatikan tanda vital : nadi, pernapasan, suhu dan tekanan darah bila masi terdapat hipotensi beri tahu dokter apakah kecepatan tetesan perlu di tambah ( keadaan ini dapat terjadi pada pasien kolera ). c. Perhatikan frekuensi buat air besar anak apakah masih sering, encer atau sudah berubah konsistensinya. d. Berikan minum teh atau oralit 1 2 sendok setiap jam untuk mencegah bibir dan selaput lendir mulut kering. Cara membuat dan memberikan larutan oralit 1. Cara membuat : a. Sediakan 1 gelas air yang telah di masak atau air teh ( 200 cc ) b. Masukan 1 bungkus oralit 200 cc c. Aduk sampai larut Usia Anak dibawah 1 tahun 2. Cara memberikan : Tabel 2.2 Jumlah Pemberian Oralit Sesuai Usia Jumlah cairan 3 jam pertama 1 ½ gelas,selanjutnya ½ gelas setiap kali mencret Antara 1-4 tahun Antara 5 12 tahun 3 jam pertama 3 gelas, selanjutnya 1 gelas setiap kali mencret 3 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap kali mencret Anak diatas 12 tahun dan orang 3 jam pertama 12 gelas, selanjutnya 3 gelas dewasa setiap kali mencret (Azis Alimul, 2006) 47

21 Pengobatan yang dilakukan ibu pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi adalah dengan memberikan makanan dan minuman yang ada dirumah seperti air kelapa, air tajin. Pengobatan tradisional yang biasa dilakukan adalah dengan memberikan perasaan air ketimun direbus, daun jambu biji, biji bunga matahari (Maryunani, 2010). 11. Komplikasi Komplikasi pada pasien diare yang paling sering ialah dehidrasi asidosis. Tetapi komplikasi dapat juga terjadi sebagai akibat tindakan pengobatan seperti : 1. Infeksi pada bagian yang dipasang infuse atau terjadi hematoma flebilitis 2. Koplikasi pada kulit akibat seringnya berak-berak dan adanya asam laktat dalam tinja dapat menyebabkan iritasi dan lecet pada anus dan sekitarnya. Untuk menjaga lecet pada kulit, setiap habis buang air besar dibersihkan dengan kapas (kapasnya disiram air panas dahulu kemudian diperas / kapas cebok) yang dibasahi dengan minyak sayur /kelapa tetapi jangan dibedakan lagi karena akan lengket. Jika telah lecet, setelah dibersihkan dengan minyak keringkan dengan tisu kemudian oleskan salep. 3. Kejang kejang pada pasien yang diare bila bukan karena kebanyakan cairan dapat karena hipoglikemia. Karena itu bila ada kejang pada pasien diperisakan gula darah nya dan tindakan selanjutnya setelah ada instruksi dokter. 4. Komplikasi lain bila diare menjadi kronis dapat nyebabkan pasien menderita malnutrisi energy protein. Oleh karena itu, pasien diare harus diobati sesuai dengan penyebabnya agar dapat sembuh benar dan orang tua harus diikuti sertakan untuk mencegah berulangnya diare ( Ngastiah, 2005). 48

22 E. Hasil Penelitian Terkait Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhamadi, Irawan (2009) hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pencegahan penyakit diare di Desa Tumbang Manjul Kecamatan Seruyan Hulu Kabupaten Seruyan Kalimantan Tengah. Dari hasil penelitian ini ditemukan karakteristik umur ibu 20 sampai 30 tahun (45,0%), tingkat pendidikan ibu lulus SD (31,7%), pekerjaan ibu petani (36,7%). Tingkat pengetahuan ibu rata-rata secara signifikan berpengetahuan baik (91,4%) terhadap tindakan pencegahan diare pada balita (berdasarkan hasil uji chisquare diperoleh p 0,011 (p<0,05). Sedangkan sikap ibu terhadap tindakan pencegahan diare pada balita rata-rata secara signifikan bersikap positif (89,1%) (berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh p 0,003 (p<0,05). Mengingat tingginya penderita diare maka kepada pihak puskesmas hendaknya lebih meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat dan bekerjasama dengan lintas sektoral, kepada ibu-ibu yangmempunyai balita supaya menjaga kebersihan baik kebersihan lingkungan maupun kebersihan perorangan dan selalu menjaga kebersihan alat masak serta disarankan agar selalu menggunakan air bersih untuk minum dan memasak sehari -hari. Kata kunci :pengetahuan dan sikap, pencegahan daire daftar pustaka : 21 ( ). Berdasarkan hasil penelitian Pujiastuti Sri Pratiwi (2003) hubungan pengetahuan, sikap dan praktik ibu terhadap pencegahan penyakit diare pada anak berusia di bawah umur lima tahun di Desa Mojogedang Kecamatan Mojogedang Kabupaten Karanganyar, Hasil penelitian menunjukkan 88,1% responden berumur tahun; 44,8% tamat SD dan 62,7% buruh tani. Berdasarkan pengetahuan, sikap dan praktik yang dimiliki responden 41,8% berpengetahuan kurang, 46,3% bersikap kurang dan 49,8% mempunyai praktik kurang. Hasil dari analisa statistik dapat disimpulkan, bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap responden; pengetahuan dengan praktik responden dan sikap dengan praktik responden dalam pencegahan penyakit diare pada anak berusia di bawah umur lima tahun. Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik responden dalam pencegahan penyakit diare, dianjurkan responden di desa Mojogedang rajin mendatangi penyuluhan 49

23 terutama penyuluhan mengenai diare dan apabila anaknya sakit diare segera dibawa ke sarana pelayanan kesehatan (Pusat Kesehatan Masyarakat). F. Kerangka Konsep Adapun kerangka dalam penelitian ini adalah : Variabel Bebas Skema 2.1 Variabel Terikat Pengetahuan Tindakan Pencegahan Penyakit Diare Sikap G. Hipotesa 1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pencegahan penyakit diare pada balita umur 1-5 tahun di Dusun 6 Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun Ada Hubungan sikap ibu dengan tindakan pencegahan penyakit diare pada balita umur 1-5 tahun di Dusun 6 Desa Sendang Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan. 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Konsep diare a. Definisi Diare Diare pada dasarnya adalah buang air besar dengan konsistensi encer dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, angka kejadian anak yang mengalami penyakit tropis cukup tinggi. Hal ini ditunjang oleh kelembaban daerah tropis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare 2.1.1. Definisi Diare Menurut Latief, dkk. (2005), diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dan frekuensinya lebih banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. Pengertian Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku saku diare adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004). 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN DIARE Diare adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan keadaan feses bayi encer dan atau berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, kadang disertai muntah

Lebih terperinci

Pola buang air besar pada anak

Pola buang air besar pada anak Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare Menurut WHO (2005), diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari, dan biasanya berlangsung selama dua hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Makanan Tambahan Dini a. Pengertian Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol, sebagai penambah kekurangan ASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Pengertian diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terjadinya Diare Anak Usia Toodler (1-3 Tahun) 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DRPs 2.1.1 Definisi DRPs DRPs adalah adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang diinginkan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiyah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Definisi diare Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi

Lebih terperinci

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan ibu ibu atau warga desa mampu : Menjelaskan pengertian diare

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan ibu ibu atau warga desa mampu : Menjelaskan pengertian diare SAP DIARE PADA BALITA Topik : Penyakit Berbasis Lingkungan Sub topik : Diare dan pertolongan pertama penderita diare Sasaran : Warga Desa / Ibu Balita Tempat : Desa Ciawi Hari/Tanggal : Selasa, 13 Agustus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Pengertian diare Diare adalah penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya atau lebih dari tiga kali disertai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Definisi Penyakit Diare Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Diare adalah BAB (Buang Air Besar) lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali dalam sehari) (Depkes RI, 2000).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan 4 milyar kasus diare terjadi di dunia dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak di bawah umur 5 tahun.

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang

BAB I KONSEP DASAR. Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah peradangan dari lambung dan usus yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan pathogen parasit (Wong, 1996: 403). Gastroenteritis adalah radang dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pada buang air besar perharinya. Berat daily stool dapat melebihi berat normal ratarata

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pada buang air besar perharinya. Berat daily stool dapat melebihi berat normal ratarata BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Diare 2.1.1.2 Definisi Diare Diare didefinisikan sebagai peningkatan keenceran, frekuensi, dan volume pada buang air besar perharinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap

Lebih terperinci

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat

PENANGANAN DIARE. B. Tujuan Mencegah dan mengobati dehidrasi, memperpendek lamanya sakit dan mencegah diare menjadi berat Yusi Meilia, S.ST, M.Kes Halaman : 1 / 5 NIP A. Pengertian Buang air besar yang frekuensi, lebih sering dari biasnya pada umumnya 3 kali atau lebih per hari dengan konsistensi cair berlangsung < 7 hari

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

6

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare A.1. Definisi Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ASI (Air Susu Ibu) ASI adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik bernutrisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Definisi Diare adalah peningkatan tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya dan terjadi paling sedikit 3 kali atau lebih dalam

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Perawatan Anak Dengan Diare Hari/Tanggal : Rabu/ 23 Januari 2008 Pukul : 11.00-11.45 Sasaran: Seluruh orang tua bayi/anak di RT 02 / RW 04 Kel. Andalas Timur Tempat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah salah satu zat terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama hidupnya (Gupte,

Lebih terperinci

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Diare 2.1.1 Pengertian Diare Diare atau penyakit diare berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroia yang berarti mengalir terus (to flow trough), merupakan keadaan abnormal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1

2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1 105 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU IBU TENTANG PENANGANAN AWAL DIARE DALAM MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI PADA BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2012 I. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini isu tentang penyakit diare sudah menjadi sebuah isu yang lagi marak beredar dalam masyarakat dan membuat resah masyarakat. Memang ada sebagian kelompok

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2001 anak di bawah usia 5 tahun yang meninggal karena diare diperkirakan 1,5 juta. Di Indonesia pada kelompok balita yang menderita diare sekitar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit diare 1. Definisi Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek dan dapat berupa air saja dengan frekuensi buang air besar lebih dari normalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Perilaku Menurut Bloom, derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik. Faktor perilaku

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Definisi diare Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. bakteri, virus dan pathogen parasit (Wong, 2004)

BAB II KONSEP DASAR. bakteri, virus dan pathogen parasit (Wong, 2004) BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Pengertian Gastro Entero adalah infeksi usus yang menyebabkan diare (kotoran berair atau encer) dan kadang-kadang muntah. (Suharyono, 2003). Gastroentestinal adalah inflamasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. DIARE 1.1. Defenisi Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita adalah masa post natal atau masa setelah lahir yang terdiri dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita adalah masa post natal atau masa setelah lahir yang terdiri dari beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah masa post natal atau masa setelah lahir yang terdiri dari beberapa periode yaitu masa neonatal, masa bayi, dan masa prasekolah (Narendra dkk, 2002). Bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Protozoa 1. Pengertian Protozoa Protozoa merupakan mahkluk hidup bersel satu yang sering menjadi penyebab penyakit diare, manusia yang terinfeksi oleh protozoa biasanya dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 200 g atau 200 ml/24 jam. Diare merupakan buang air besar encer lebih dari 3 kali

II. TINJAUAN PUSTAKA. 200 g atau 200 ml/24 jam. Diare merupakan buang air besar encer lebih dari 3 kali II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 1. Definisi diare Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Telaah Pustaka Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Definisi Diare Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya yang terjadi paling sedikit

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DIARE (GASTROENTRITIS) DENGAN MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DIARE (GASTROENTRITIS) DENGAN MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DIARE (GASTROENTRITIS) DENGAN MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING MAGDALENA SIMANJUNTAK DOSEN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA, STMIK KAPUTAMA ABSTRAK Expert system for diagnosis

Lebih terperinci

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)

RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN. Sumiyati* dan Siti Susiyanti**

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN. Sumiyati* dan Siti Susiyanti** HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN Sumiyati* dan Siti Susiyanti** *Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian a. Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari. Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2002

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Definisi penyakit diare Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi encer, dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare atau sering disebut dengan gastroenteritis merupakan masalah masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas atau Balai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN A DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN: DIARE DI RUANG MINA RS PKU HUHAMMADIYAH SURAKARTA Diajukan Guna Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk

Lebih terperinci

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan, perilaku manusia hakikatnya adalah suatu

Lebih terperinci

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh

MALNUTRISI. Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh MALNUTRISI Prepared by Rufina Pardosi UNICEF Meulaboh Apa itu malnutrisi? Kebutuhan tubuh akan makronutrien (lemak, karbohidrat dan protein) tidak terpenuhi Penyebab : Asupan makanan kurang Penyakit Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya, termasuk manusia dan kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk

INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK I. Pengertian Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. dengan kata lain, pencegahan penyakit

Lebih terperinci

Christopher A.P, S. Ked

Christopher A.P, S. Ked Author : Christopher A.P, S. Ked Editor : Yayan Akhyar Israr, S.Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UNRI (http://www.files-of-drsmed.tk DIARE AKUT LATAR

Lebih terperinci

DIARE Oleh: Astrie Rezky Defri Yulianti Intan Farah Diba Angela Juliana Nur Aira Juwita Risna Sri Mayani Syarifa Andiana Tri wardhana Yuvi Zulfiatni

DIARE Oleh: Astrie Rezky Defri Yulianti Intan Farah Diba Angela Juliana Nur Aira Juwita Risna Sri Mayani Syarifa Andiana Tri wardhana Yuvi Zulfiatni DIARE Oleh: Astrie Rezky Defri Yulianti Intan Farah Diba Angela Juliana Nur Aira Juwita Risna Sri Mayani Syarifa Andiana Tri wardhana Yuvi Zulfiatni Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), Diare adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Diare a. Definisi Diare 1) WHO (2009), menyatakan bahwa diare adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering (lebih dari 3 kali sehari), dan bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja. a. Klasifikasi diare menurut terjadinya, yaitu :

BAB II TINJAUAN TEORI. berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja. a. Klasifikasi diare menurut terjadinya, yaitu : BAB II TINJAUAN TEORI A. Diare 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Diare Menurut WHO (1999) secara klinis diare didefinisikan sebagai bertambahnya defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya/lebih dari tiga kali sehari, disertai

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Diare a. Definisi Diare Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang

Lebih terperinci

Lampiran 1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011

Lampiran 1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 43 44 Lampiran 1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2011 KUESIONER PENELITIAN EVALUASI PEMBERIAN EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG OBAT ANTI DIARE PADA MASYARAKAT DESA KARANGPELEM KECAMATAN

Lebih terperinci

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt

Farmakoterapi I Diar dan konstipasi. Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt Farmakoterapi I Diar dan konstipasi Ebta Narasukma A, M.Sc., Apt DEFINISI Diare Peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi tinja dibandingkan dengan kondisi normal. BAB (defekasi) dengan jumlah tinja

Lebih terperinci

CATATAN PERKEMBANGAN. (wib) abdomen

CATATAN PERKEMBANGAN. (wib) abdomen CATATAN PERKEMBANGAN Implementasi dan Evaluasi Keperawatan NO. DX Hari/Tanggal Pukul (wib) Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP) 1 Senin/27 Januari 2014 2 Senin/27 Januari 2014 16.00 1. Mengkaji kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. diare yang diakibatkan oleh infeksi,alergi,tidak toleran terhadap makanan tertentu

BAB II TINJAUAN TEORI. diare yang diakibatkan oleh infeksi,alergi,tidak toleran terhadap makanan tertentu BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi,alergi,tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE Disusun Oleh : 1. Agustia Hastami P17420108041 2. Arsyad Sauqi P17420108044 3. Asih Murdiyanti P17420108045 4. Diah Ariful Khikmah P17420108048 5. Dyah Faria Utami P17420108050

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock, 2003). Gastroentritis adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gastroentritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang terjadi akibat salah makan, biasanya di sebabkan oleh penyebab mikrobiologi (Cristin Hancock,

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak, konsistensi tinja sncer dapat

BAB I KONSEP DASAR. bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak, konsistensi tinja sncer dapat 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak-anak, konsistensi tinja sncer dapat berwarna hijau atau dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare sering terjadi pada anak usia sekolah dan balita dimana angka kejadian diare merupakan penyakit utama yang kedua setelah flu rotavirus. Penyakit ini mempunyai

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit infeksi pencernaan yang merupakan masalah masyarakat di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat-zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Status gizi dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi:

Dehidrasi. Gejala Dehidrasi: Penyebab Dehidrasi: Dehidrasi Pengertian, Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan Pengertian: Dehidrasi adalah kondisi ketika tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang didapatkan, sehingga keseimbangan gula-garam

Lebih terperinci