SIMULASI PRODUKSI DAN ASPEK FINANSIAL KEBUN HUTAN (MUNAAN) GENERASI KEDUA DI KABUPATEN KUTAI BARAT
|
|
- Widya Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3 November 2014 ISSN E-ISSN SIMULASI PRODUKSI DAN ASPEK FINANSIAL KEBUN HUTAN (MUNAAN) GENERASI KEDUA DI KABUPATEN KUTAI BARAT Simulation of Production and Financial Aspect of Second Generation Forest Garden (Munaan) in West Kutai Regency Marten Apuy 1, Abubakar M.Lahjie 2, B.D.A.S. Simarangkir 2, Syarir Yusuf 2 1. Mahasiswa Program Doktor Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman 2. Program Doktor Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman ABSTRAK. Pelaksanaan penelitian pada kebun hutan (munaan) di Kabupaten Kutai Barat Kalimantan Timur Indonesia bertujuan untuk (1) mengetahui simulasi produksi dan besarnya pendapatan jenis-jenis tanaman kebun hutan (munaan) generasi kedua oleh rakyat; (2) mengetahui tingkat kelayakan finansial pengusahaan kebun hutan (munaan) muda oleh rakyat. Objek penelitianya adalah petani atau masyarakat yang mengusahakan kebun hutan generasi kedua oleh rakyat dengan komoditi tanaman yang akan diteliti adalah tanaman durian, rambutan, cempedak, langsat, meranti dan kapur. Adapun plot penelitian di lakukan pada 5 kampung/desa di Kecamatan Barong Tongkok dengan masing-masing plot berukuran 20 x 20 m. Analisis data yang digunakan dengan menggunakan rumus volume, riap, basal area untuk menghitung pohon meranti dan kapur, produksi buah-buahan dengan cara menimbang berat buah-buahan tersebut, sedangkan hubungan antar variabel dengan menggunakan persamaan regresi polynomial dengan melihat nilai koefisien regresi determinasi (R 2 ); analisis kelayakan finansial menggunakan yaitu Pay Back Periode (PP), Net Present Value (NPV), Net B/C ratio dan IRR. Besarnya tingkat pendapatan pada masing-masing jenis buah durian, rambutan, langsat dan cempedak berbeda-beda tergantung besarnya produksi buah dan harga jualnya. Sedangkan besarnya total pendapatan pengusahaan kapur dan meranti tergantung total volume kayu sesuai dengan diameter dan basal areanya dan dikalikan dengan harga kayu itu sendiri. Kebun hutan (munaan) oleh rakyat sangat layak untuk diusahakan dengan nilai Pay Back Periode, Net Present Value (NPV) dan Net B/C pada tingkat diskon faktor 5% berturut-turut sebesar 19,8 tahun; Rp ,- dan 1,40 serta IRR sebesar 6,8%. Kata Kunci: simulasi, produksi, finansial dan kebun hutan (munaan) generasi kedua ABSTRACT. The implementation of the research on forest garden (munaan) in West Kutai Regency, East Kalimantan, Indonesia was aimed to (1) discover the simulation of production and the amount of revenue of plant types of second generation community forest garden (munaan); (2) to discover financial feasibility level of young community forest garden (munaan) cultivation. The research objects were farmers or community with cultivated second generation community forest garden, while plant commodities which were studied were durian, rambutan, cempedak, langsat, meranti and camphor. The research plots were 5 villages in Barong Tongkok Sub-district, with 20 x 20 m plot for each village. The data analysis used volume, diameter increment, basal area formulas to calculate meranti and camphor trees, weighing fruits to discover fruit production, while the relation between variables was analyzed by polynomial regression equation based on the value of coefficient of determination (R2); financial feasibility analysis used Pay Back Period (PP), Net 249
2 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 Present Value (NPV), Net B/C ratio and IRR. The revenues from durian, rambutan, langsat and cempedak were different, depending on the amount of fruit production and selling price. Total revenue of camphor and meranti cultivations depended on total wood volume, based on diameter and basal area and multiplied with price of wood. Community forest garden (munaan) was very feasible to be cultivated with Pay Back Period, Net Present Value (NPV) and Net B/C at factor discount level 5% were 19,8 years; Rp ,- and 1,40, respectively, and IRR amounting to 6,8%. Keywords: Simulation, Production, Financial, Forest Garden Penulis untuk korespondensi, surel: prof_abudir@yahoo.com LATAR BELAKANG Kebun hutan merupakan salah satu wujud yang dinamis dari suatu proses sosial ekonomi dan ekologi masyarakat tradisional, dimana perwujudan kebun hutan bagi petani di daerah pedesaan sekitar hutan. Ada beberapa suku/kelompok masyarakat di Kalimantan Timur khususnya Kabupaten Kutai telah mencoba untuk melaksanakan penanaman/ pemeliharaan berbagai jenis vegetasi khususnya tanaman buah-buahan serta jenis tanaman yang dapat menghasilkan untuk kebutuhan dapur dalam bentuk kebun hutan (forest garden), dimana kebun hutan merupakan suatu percontohan lahan hutan sekunder dalam pemberdayaan masyarakat juga pengembangan kehutanan yang berorientasi pada masyarakat di wilayah tropis lembab dengan peran serta penuh dari masyarakat lokal dengan pengembangan kebun hutan seperti durian, rambutan, langsat, cempedak, kapur dan meranti. SIMULASI PRODUKSI DAN FINANSIAL KEBUN HUTAN Pengusahaan hutan rakyat telah berlangsung lama dan merupakan sistem agroforestry yang mampu meningkatkan ekonomi pedesaan. Definisi hutan rakyat adalah hutan yang dimiliki rakyat dengan luas minimal 0,25 ha dan penutupan tajuk tanaman lainnya lebih dari 50% atau pada tanaman tahun pertama minimal sebanyak 500 tanaman per hektar (Anonim, 2005 dalam Iku, 2012). Mengingat hutan rakyat dapat berada pada berbagai kawasan fungsi, tingkat kekritisan lahan, pemasaran, teknik silvikultur, kondisi sosial ekonomi dan penanganan pasca panen seperti pengelolaan hasil. Diharapkan hasil dari hutan rakyat tetap dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebagai investasi dan penghasilan tambahan yang dapat diandalkan (Krisdianto dan Muslich, 2006 dalam Iku, 2012). Lahjie, 1996 menyatakan bahwa salah satu bentuk kegiatan pemanfaatan hutan rakyat adalah dengan penanaman buah-buahan oleh masyarakat desa telah lama dikenal sejak berabad-abad lamanya, dimana penanaman dilakukan secara sengaja/tidak dengan jarak tanam yang tidak teratur disekitar pondok (tempat tinggal sementara), mereka pada waktu berladang atau di sekitar rumah. Menurut Kristiningrum, R, 2013 simulasi mempunyai dua arti. Yang pertama yaitu metode pelatihan yang memperagakan sesuatu dalam bentuk tiruan yang mirip dengan keadaan yang sesungguhnya; arti yang kedua yaitu penggambaran suatu sistem atau proses dengan peragaan berupa model statistik atau pemeranan, sedangkan pengertian yang lain simulasi adalah suatu prosedur kuantitatif, yang menggambarkan sebuah sistem, dengan mengembangkan sebuah model dari sistem tersebut dan melakukan sederetan uji coba untuk memperkirakan perilaku sistem pada kurun waktu tertentu. Oleh karena itu berdasarkan data yang ada maka produksi buah-buahan dan kayu dapat dilakukan simulasi berdasarkan kaidah ilmiah yang ada. Dalam pengusahaan kebun hutan rakyat, petani selalu memiliki sumberdaya yang terbatas (luas lahan, tenaga kerja, sarana produksi, modal). Menurut Lahjie (2004), analisis biaya mempunyai peran sangat penting dalam keputusan manajerial, oleh karena itu kelayakan finansial diartikan sebagai 250
3 Marten Apuy, dkk: Simulasi Produksi dan...(2): suatu bentuk analisis keuangan.untuk mengetahui berapa besar investasi yang telah tertanam pada luas tertentu, maka perlu menggunakan analisis keuangan/biaya atau lebih dikenal dengan analisis finansial. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang diukur sebagai data ilmiah yang dianalisis berdasarkan kaidah ilmiah selanjutnya dianalisis sebagai berikut: 1. Keliling batang pohon dengan menggunakan pita ukur. 2. Tinggi pohon dengan menggunakan clinometers dengan bantuan tongkat ukur sepanjang 4 meter yang diletakkan vertikal pada batang pohon (Ruchaemi, 2013). 3. Analilis simulasi riap, basal area dan potensi tegakan. 4. Melakukan penimbangan berat buah-buahan dengan timbangan untuk mengetahui besarnya produksi buah-buahan agar dapat diketahui total pendapatanya. 5. Mengkaji hubungan suatu keeratan suatu variabel dengan menggunakan persamaan regresi polynomial dan dilanjutkan menggunakan uji koefisien regresi determinasi (R 2 ) meliputi hubungan antara; (a) umur dengan total volume atau total produksi; (b) umur dengan total pendapatan 6. Mengetahui kelayakan finansial kebun hutan dianalisis dengan menggunakan beberapa kriteria investasi (Lahjie 2004), sebagai berikut: (a) Payback Period (PP); (b) Net Present Value (NPV); (c) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C); dan (d) Internal rate of return (IRR); HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kabupaten Kutai Barat terletak diantara 113º49 Bujur Timur sampai 116º26 Bujur Timur dan 1º32 Lintang Utara sampai 1º04 Lintang Utara, dengan batas-batas wilayah sebelah Utara adalah Kabupaten Malinau, sebelah timur adalah Kabupaten Kutai, sebelah selatan adalah Kabupaten Pasir dan sebelah barat adalah Provinsi Kalimantan Tengah, Provinsi Kalimantan Barat dan Sarak Malaysia Timur. Tanah adat Maleo dan Tenam terdapat pada Kampung Barong Tongkok terletak di Kecamatan Barong Tongkok. Saat ini pusat pemerintahan Kabupaten Kutai Barat dengan ibukota Sendawar berada di wilayah Kecamatan Barong Tongkok. Kampung Barong Tongkok termasuk daerah dataran tinggi yang mempunyai ketinggian 80 m sampai 380 m dari permukaan laut, sesuai dengan budaya sistem pertanian gilir-balik memang sangat sesuai bila dikaitkan dengan peralatan/teknologi pertanian yang tersedia pada waktu itu dan juga faktor yang mendukung peluang pemasaran hasil produk pertanian sangat sulit dan jauh. Daerah ini dinamakan munaan. Munaan biasanya dipelihara dan dipertahankan sampai ratusan tahun, terlihat dari pepohonan yang ada berdiameter lebih besar dari satu pelukan orang dewasa, sehingga banyak munaan dianggap sebagai kebun hutan masyarakat. Tahun pertama kebun hutan ditanami dengan padi-padian, empon-empon dan sayur-sayuran Dan untuk tahun selanjutnya lahan tersebut di tanami jenis-jenis buah-buahan seperti rambutan, durian, langsat dan cempedak serta jenis tanaman tahunan seperti meranti dan kapur. SIMULASI PRODUKSI KEBUN HUTAN Kebun hutan generasi pertama biasanya dipelihara dan dipertahankan sampai puluhan tahun, terlihat dari pepohonan yang ada berdiameter lebih besar dari satu pelukan orang dewasa, sehingga banyak munaan yang diusahakan di dalam hutan, seteah itu dilanjutkan dengan kebun hutan generasi kedua. Adapun jenis dan umur tanamanya kebun hutan generasi kedua meliputi durian, langsat, cempedak, rambutan, kapur dan meranti yang umurnya mencapai 90 tahun. Masing-masing produksi jenis tanaman tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 251
4 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 POHON DURIAN Durian yang dibudidayakan pada kebun hutan generasi kedua berumur 90 tahun. Durian tersebut mulai berproduksi buahnya pada umur 20 tahun hingga 90 tahun dan mempunyai produksi dan pendapatan seperti tabel di bawah ini. Tabel 1. Simulasi Produksi dan Total Pendapatan Buah Durian Hasil Kebun Hutan Generasi Kedua Table 1. Simulation of Production and Total Revenue of Durian of Second Generation Forest Garden Umur (Age) n TR AR MR TP/ha , ,68 1, ,72 1, ,79 2, tahun total pendapatan sebesar Rp Durian mencapai pendapatan optimal pada umur 50 tahun dengan jumlah pohon sebanyak 16 pohon, maka total produksi/ha durian sebesar 906 kg, sehingga rata-rata produksi buah durian sebanyak 57 kg dan total pendapatan sebesar Rp Dan pada umur 90 tahun, jumlah pohon durian sebanya k 16 pohon, maka total produksi durian sebanyak kg, sehingga rata-rata produksi durian per pohon sebanyak 76 kg. Harga buah durian sebesar Rp /kg maka total pendapatan sebesar Rp Grafik pendapatan rata-rata tahunan (AR) dan pendapatan rata-rata tahunan berjalan (MR) durian yang di budidayakan pada kebun hutan generasi kedua berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diestimasi secara sistematis disajikan pada Gambar ,81 1, ,81 1, ,81 1, ,78 1, ,72 1, ,65 0, ,59 0, ,52 0, ,46 0, ,40 0, ,35 0, Keterangan : n : Jumlahpohon/hektar; TR : total revenue/total pendapatan (x.rp ); AR : Average Revenue /Pendapatan rata-rata(rp/ha/thn); MR : Marginal Revenue/Pendapatan Rata-Rata Tahunan Berjalan (Rp/ha/thn); TP : Total Produksi Buah Durian Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa durian yang dibudidayakan pada kebun hutan generasi kedua mulai berproduksi pada umur 20 tahun dengan jumlah pohon yang berproduksi sebanyak 16 pohon dengan total produksi sebanyak 330 kg, sehingga rata-rata 1 pohon durian menghasilkan durian sebanyak 21 kg. Harga buah durian per kilogram sebesar Rp sehingga pada umur Gambar 1. AR dan MR Durian pada Kebun Hutan Generasi Kedua (Data Tabel 1) Figure 1. AR and MR of Durian in Second Generation Forest Garden (Data of Table 1) Berdasarkan Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa titik perpotongan pendapatan optimal durian pada kebun hutan generasi kedua bertemu pada umur 50 tahun dengan total pendapatan sebesar Rp dengan nilai AR sebesar Rp/ ha/thn dan MR sebesar Rp/ha/thn. Secara grafis hubungan antara total produksi dan total pendapatan di kaitan dengan umur dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 252
5 Marten Apuy, dkk: Simulasi Produksi dan...(2): POHON LANGSAT Langsat yang dibudidayakan pada kebun hutan generasi kedua pohon langsatnya berumur 55 tahun namun kebun hutanya berumur hingga 90 tahun. Langsat tersebut mulai berproduksi buahnya pada umur pohon 20 tahun hingga 55 tahun dan mempunyai produksi dan pendapatan seperti tabel di bawah ini. (A) (B) Gambar 2. Hubungan antara Umur dengan Total Produksi (A) dan Hubungan antara Umur dengan Total Pendapatan (B) Durian yang Di Budidayakan pada Kebun Hutan Generasi Kedua Figure 2. The Relation between Age and Total Production (A) and the Relation between Age and Total Revenue (B) of Durian Cultivated in Second Generation Forest Garden Analisa regresi hubungan antara umur dengan total produksi dan umur dengan total pendapatan mempunyai hubungan yang linier dengan bentuk grafik polynomial dan mempunyai nilai regresi sebesar 99,83%. Tabel 2. Simulasi Produksi dan Total Pendapatan Buah Langsat Hasil Kebun Hutan Generasi Kedua Table 2. Second Generation Forest Garden Langsat of Second Generation Forest Garden Umur n TR AR MR TP/ha , ,29 0, ,30 0, ,31 0, ,33 0, ,33 0, ,33 0, ,33 0, Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa langsat yang dibudidayakan pada kebun hutan generasi kedua mulai berproduksi pada umur 20 tahun dengan jumlah pohon yang berproduksi sebanyak 96 pohon dengan total produksi sebanyak 143 kg. Harga buah langsat per kilogram sebesar Rp sehingga pada umur 20 tahun total pendapatan sebesar Rp /Rp Langsat mencapai pendapatan optimal pada umur 50 tahun dengan jumlah pohon sebanyak 96 pohon, maka total produksi/ha langsat sebesar 416 kg. Total pendapatan sebesar Rp /Rp Dan pada umur pohon langsat 55 tahun, jumlah pohon langsat sebanyak 50 pohon, maka total produksi langsat sebanyak 454 kg, sehingga ratarata produksi langsat per pohon sebanyak 9 kg. Harga buah langsat sebesar Rp.4.000/buah maka total pendapatan sebesar Rp
6 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 Grafik pendapatan rata-rata tahunan (AR) dan pendapatan rata-rata tahunan berjalan (MR) langsat disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. AR dan MR Langsat pada Kebun Hutan Generasi Kedua (Data dari Tabel 2) Figure 3. AR and MR of Langsat in Second Generation Forest Garden (Data of Table 2) Berdasarkan Gambar 3 dapat dijelaskan bahwa titik perpotongan pendapatan optimal langsat pada kebun hutan generasi kedua bertemu pada umur 50 tahun dengan total pendapatan sebesar Rp dengan nilai AR sebesar Rp/ ha/thn dan MR sebesar Rp/ha/thn. Secara grafis hubungan antara total produksi dan total pendapatan di kaitan dengan umur dapat dilihat pada gambar dibawah ini (B) Gambar 4. Hubungan antara Umur dengan Total Produksi (A) dan Umur dengan Total Pendapatan (B) Langsat yang Di Budidayakan pada Kebun Hutan Generasi Kedua Figure 4. The Relation between Age and Total Production (A) and the Relation between Age and Total Revenue (B) of Langsat Cultivated in Second Generation Forest Garden Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa analisa regresi langsat yang diusahakan pada kebun hutan generasi kedua hubungan antara umur dengan total produksi dan umur dengan total pendapatan mempunyai hubungan yang linier dengan bentuk grafik polynomial dan mempunyai nilai regresi sebesar 99,84%. POHON CEMPEDAK (A) Cempedak yang dibudidayakan pada kebun hutan generasi kedua berumur 85 tahun. Cempedak tersebut mulai berproduksi buahnya pada umur 20 tahun hingga 85 tahun dan mempunyai produksi dan pendapatan seperti tabel di bawah ini. 254
7 Marten Apuy, dkk: Simulasi Produksi dan...(2): Tabel 3. Simulasi Produksi dan Total Pendapatan Buah Cempedak Hasil Kebun Hutan Generasi Kedua Table 3. Simulation of Production and Total Revenue of Cempedak of Second Generation Forest Garden Umur n TR AR MR TP/ha , ,50 1, ,53 1, ,55 1, ,58 1, ,61 1, ,61 1, ,59 1, ,56 1, ,52 1, ,47 0, ,41 0, ,34 0, ,28 0, Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa cempedak yang dibudidayakan pada kebun hutan generasi kedua mulai berproduksi pada umur 20 tahun dengan jumlah pohon yang berproduksi sebanyak 128 pohon dengan total produksi sebanyak 996 kg. Harga buah cempedak per kilogram sebesar Rp sehingga pada umur 20 tahun total pendapatan sebesar Rp Cempedak mencapai pendapatan optimal pada umur 50 tahun dengan jumlah pohon sebanyak 112 pohon, maka total produksi/ha cempedak sebesar kg dengan total pendapatan sebesar Rp Dan pada umur 85 tahun, jumlah pohon cempedak sebanyak 32 pohon, maka total produksi cempedak sebanyak kg Harga buah cempedak sebesar Rp.3.000/kg maka total pendapatan sebesar Rp Grafik pendapatan rata-rata tahunan (AR) dan pendapatan rata-rata tahunan berjalan (MR) cempedak yang di budidayakan pada kebun hutan generasi kedua disajikan pada Gambar 5 Gambar 5. AR dan MR Cempedak pada Kebun Hutan Generasi Kedua (Data dari Tabel 3) Figure 5. AR and MR of Cempedak in Second Generation Forest Garden (Data of Table 3) Berdasarkan Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa titik perpotongan pendapatan optimal cempedak pada kebun hutan generasi kedua bertemu pada umur 50 tahun dengan total pendapatan sebesar Rp dengan nilai AR sebesar Rp/ ha/thn dan MR sebesar Rp/ha/thn. Secara grafis hubungan antara total produksi dan total pendapatan di kaitan dengan umur dapat dilihat pada gambar dibawah ini (A) 255
8 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 Tabel 4. Simulasi Produksi dan Total Pendapatan Buah Rambutan Hasil Kebun Hutan Table 4. Simulation of Production and Total Revenue of Rambutan of Second Generation Forest Garden Umur n TR AR MR TP/kg (B) Gambar 6. Hubungan antara Umur dengan Total Produksi (A) dan Umur dengan Total Pendapatan (B) Cempedak yang Di Budidayakan pada Kebun Hutan Generasi Kedua Figure 6. The Relation between Age and Total Production (A) and the Relation between Age and Total Revenue (B) of Cempedak Cultivated in Second Generation Forest Garden Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa analisa regresi cempedak yang diusahakan pada kebun hutan generasi kedua hubungan antara umur dengan total produksi dan umur dengan total pendapatan mempunyai hubungan yang linier dengan bentuk grafik polynomial dan mempunyai nilai regresi sebesar 99,68%. POHON RAMBUTAN Rambutan yang dibudidayakan pada kebun hutan berumur 35 tahun. Rambutan tersebut mulai berproduksi buahnya pada umur 5 tahun hingga 35 tahun dan mempunyai produksi dan pendapatan seperti tabel di bawah ini Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa rambutan yang dibudidayakan pada kebun hutan mulai berproduksi pada umur 5 tahun dengan jumlah pohon yang berproduksi sebanyak 60 pohon dengan total produksi sebanyak kg. Harga buah rambutan per kilogram sebesar Rp sehingga pada umur 5 tahun total pendapatan sebesar Rp Rambutan mencapai pendapatan optimal pada umur 15 tahun dengan jumlah pohon sebanyak 40 pohon, maka total produksi/ha rambutan sebesar kg dan total pendapatan sebesar Rp Dan pada umur 35 tahun, jumlah pohon rambutan sebanyak 20 pohon, maka total produksi rambutan sebanyak kg maka total pendapatan sebesar Rp Grafik pendapatan rata-rata tahunan (AR) dan pendapatan rata-rata tahunan berjalan (MR) rambutan disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. AR dan MR Rambutan (Data dari Tabel 4) Figure 7. AR and MR of Rambutan (Data of Table 4) Berdasarkan Gambar 7 dapat dijelaskan bahwa titik perpotongan pendapatan optimal rambutan 256
9 Marten Apuy, dkk: Simulasi Produksi dan...(2): pada kebun hutan generasi pertama bertemu pada umur 15 tahun dengan total pendapatan sebesar Rp dengan nilai AR sebesar Rp/ha/thn dan MR sebesar Rp/ha/thn. Secara grafis hubungan antara total produksi dan total pendapatan di kaitan dengan umur dapat dilihat pada gambar dibawah ini (A) POHON MERANTI Meranti yang dibudidayakan pada kebun hutan berumur hingga 90 tahun dan hanya berjumlah 8 pohon saja. Meranti pada umur 5 tahun mempunyai diameter 12 cm dengan tinggi rata-rata sebesar 11 meter. Riap optimal meranti di capai pada umur 40 tahun dengan diameter rata-rata sebesar 44 cm dan tinggi rata-rata sebesar 21 cm. Data tabel produksi riap meranti dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5. Simulasi Produksi Kayu Bulat Meranti Table 5. Simulation of Production of Meranti Logged Umur n d h TV MAI CAI ,80 0, ,79 0,28 0, ,94 0,33 0, ,33 0,37 0, ,70 0,42 0, ,11 0,43 0, ,69 0,41 0, ,67 0,39 0, ,37 0,38 0, ,57 0,36 0, ,69 0,34 0,21 Gambar 8. Figure 8. (B) Hubungan antara Umur dengan Total Produksi (A) dan umur dengantotal Pendapatan (B) Rambutan yang Di Budidayakan pada Kebun Hutan Generasi Pertama The Relation between Age and Total Production (A) and the Relation between Age and Total Revenue (B) of Rambutan Cultivated in First Generation Forest Garden Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa meranti mencapai riap optimal pada umur 40 tahun dengan riap rata-rata tahunan sebesar 0,43 m 3 /ha/ thn dan riap rata-rata tahunan berjalan sebesar 0,44 m 3 /ha/thn dan total volume sebesar 17,11 m 3. Grafik MAI dan CAI meranti dapat diestimasi secara sistematis disajikan pada Gambar 9. Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa analisa rambutan yang diusahakan pada kebun hutan hubungan antara umur dengan total produksi dan umur dengan total pendapatan mempunyai hubungan yang linier dengan bentuk grafik polynomial dan mempunyai nilai regresi sebesar 99,53%. Gambar 9. MAI dan CAI Meranti (Data dari Tabel 5) Figure 9. MAI and CAI of Meranti (Data of Table 5) Secara grafis hubungan antara total volume dengan umur dapat dilihat pada gambar dibawah ini 257
10 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 Gambar 10. Hubungan antara Umur dengan Total Volume Meranti Figure 10. The Relation between Age and Volume Total of Meranti Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa kapur mencapai riap optimal pada umur 40 tahun dengan riap rata-rata tahunan sebesar 0,35 m 3 /ha/thn dan riap rata-rata tahunan berjalan sebesar 0,36 m 3 /ha/ thn dan total volume sebesar 14,15 m 3. Grafik MAI dan CAI kapur disajikan pada Gambar 11. Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa analisa regresi meranti yang diusahakan hubungan antara umur dengan total volume mempunyai hubungan yang linier dengan bentuk grafik polynomial dan mempunyai nilai regresi sebesar 99,88%. POHON KAPUR Pohon kapur yang dibudidayakan pada kebun hutan berumur hingga 90 tahun dan hanya berjumlah 8 pohon saja. Kapur pada umur 5 tahun mempunyai diameter 10 cm dengan tinggi rata-rata sebesar 9 meter. Riap optimal kapur di capai pada umur 40 tahun dengan diameter rata-rata sebesar 41 cm dan tinggi rata-rata sebesar 20 cm. Data tabel produksi riap kapur dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 6. Simulasi Produksi Kayu Bulat Kapur Table 6. Simulation of Production of Kapur Logged Umur n d h TV MAI CAI ,45 0, ,09 0,21 0, ,93 0,26 0, ,02 0,30 0, , ,53 0,35 0, ,15 0,35 0, ,36 0,35 0, ,05 0,33 0, ,54 0,32 0, ,61 0,31 0, ,59 0,30 0,20 Gambar 11. MAI dan CAI Kapur (Data dari Tabel 6) Figure 11. MAI and CAI of Kapur (Data of Table 6) Secara grafis hubungan antara total volume dengan umur dapat dilihat pada gambar dibawah ini Gambar 12. Hubungan antara Umur dengan Total Volume Kapur Figure 12. The Relation between Age and Total Volume of Kapur Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa kapur yang diusahakan pada kebun hutan generasi pertama jika dilakukan analisa regresi hubungan antara umur dengan total volume mempunyai hubungan yang linier dengan bentuk grafik polynomial dan mempunyai nilai regresi sebesar 99,91%. Dari keenam jenis pohon yang diusahakan pada kebun hutan generasi kedua mempunyai nilai keeratan yang sangat tinggi dimana nilai regresi menghasilkan nilai rata-rata diatas 90%. Hal ini berarti terdapat hubungan yang erat antara umur dengan total produksi dan hubungan umur dengan total pendapatan pada masing-masing jenis pohon. 258
11 Marten Apuy, dkk: Simulasi Produksi dan...(2): Berbicara tentang simulasi produksi tidak terlepas dari distribusi diameter. Hutan seumur mempunyai distribusi yang relative normal dan mengikuti bentuk kurva normal, dimana jumlah pohon yang paling banyak terletak pada diameter rataannya (Kramer, 1999 dalam Ruchaemi, 2013). Dalam kurva normal nampak bahwa hubungan antara tinggi dan jumlah pohon juga mengikuti bentuk yang mendekati kurva normal. Berbeda pada hutan tidak seumur bentuk kurvanya J terbalik yaitu jumlah pohon paling banyak didominasi oleh pohon berdiameter kecil dan semakin besar diameter maka jumlah pohonnya semakin sedikit (Fatawi, 1976, dalam Ruchemi, 2013). Berdasarkan pengertian diatas maka berkaitan dengan distribusi diameter suatu tegakan pada kebun hutan generasi kedua dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 13. Hubungan antara Distribusi Kelas Diameter dengan Frekuensi Jumlah Pohon Kebun Hutan Generasi Kedua Figure 13. The Relation between Diameter Class Distribution and Frequency of Total Second Generation Forest Garden Sedangkan hubungan regresi antara distribsi diameter dengan frekueensi jumlah pohon dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 14. Hubungan Regresi Distribusi Kelas Diameter dengan Frekuensi Jumlah Pohon Kebun Hutan Generasi Generasi Kedua Figure 14. The Relation between the Regression of Diameter Class Distribution and Frequency of Total Second Generation Forest Garden Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa distribusi diameter pada kebun hutan generasi kedua membentuk suatu huruf J terbalik dalam arti bahwa semakin besar suatu diameter tegakan maka frekuensi jumlah pohonya semakin sedikit atau semakin kecil suatu diameter tegakan maka jumlah pohonya semakin besar. Pernyataan ini didukung dengan persamaan regresi yang berbentuk logaritma sebagaimana gambar diatas. Bentuk distribusi diameter yang mempunyai bentuk seperti huruf J terbalik merupakan bentuk distribusi diameter pada hutan alam. Ternyata setelah dilakukan analisis, bentuk distribusi diameter kebun hutan berbentuk J terbalik dan hal ini berlaku untuk hutan alam padahal dalam praktek pembudidayaan kebun hutan termasuk dalam hutan tanaman. Hal ini disebabkan karena meskipun ada perlakuan manusia dalam pembudidayaan kebun hutan oleh rakyat namun karena lamanya jangka waktu pengusahaan/puluhan tahun menyebabkan distribusi diameter kebun hutan menyerupai distribusi diameter hutan alam. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Kebun Hutan Aliran kas pengusahaan kebun hutan generasi kedua menunjukkan bahwa biaya total yang diperlukan untuk pengusahaan kebun 259
12 Jurnal Hutan Tropis Volume 2 No. 3, Edisi November 2014 hutan generasi kedua selama 90 tahun sebesar Rp dan pendapatan kotornya sebesar Rp ,- maka usaha tersebut mempunyai nilai manfaat (B/C Ratio) sebesar 2,3 yang berarti bahwa pengusahaan kebun hutan tersebut layak untuk diusahakan karena setiap Rp biaya yang dikeluarkan, menghasilkan ouput sebesar Rp Pemanenan hasil kebun hutan generasi kedua dimulai umur 5 tahun hingga 90 tahun, namun diselasela tahun tersebut juga dilakukan pemanenan hasil kayu meranti dan kapur hingga pohon tersebut ditebang pada umur 90 tahun. Berdasarkan analisa arus kas bersih diketahui bahwa pengusahaan kebun hutan generasi kedua oleh rakyat dapat dinyatakan layak dengan discount factor sebesar 5% dengan nilai Pay Back Periode dan NPV berturut-turut sebesar 19,8 tahun dan Rp yang berarti jika pengusahaan kebun hutan oleh rakyat tersebut dijalankan, maka dalam jangka 90 tahun akan mampu mencetak manfaat dengan nilai kini sebesar Rp Angka Net B/C Ratio menunjukkan 1,40 yang berarti total manfaat yang akan diterima akan surplus sebesar 14% dari total biaya/pengeluaran yang dibelanjakan. Sedangkan IRR menunjukkan angka 6,8% artinya kegiatan pengusahaan kebun hutan generasi kedua oleh rakyat akan tetap layak diusahakan pada tingkat Discount Rate sebesar 6,8%. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Besarnya tingkat pendapatan pada masingmasing jenis buah durian, rambutan, langsat dan cempedak berbeda-beda tergantung besarnya produksi buah dan harga jualnya. Sedangkan besarnya total pendapatan pengusahaan kapur dan meranti tergantung total volume kayu sesuai dengan diameter dan basal areanya dan dikalikan dengan harga kayu itu sendiri. nilai Net Present Value (NPV) dan Net B/C berturutturut sebesar 19,8 tahun; Rp ,- dan 1,40 serta IRR sebesar 6,8% pada tingkat diskon faktor 5%. Saran Analisis kelayakan finansial kebun hutan generasi kedua diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemerintah untuk menentukan kebijakan kelaykan suatu usaha agar dapat tercapai tingkat pendapatan dan kesejahteraan ekonomi petani. Dengan adanya kelayakan suatu usaha hendakanya dapat dijadikan acuan bagi pemerintah untuk menentukan skala usaha. DAFTAR PUSTAKA Draper NR, and Smith H Applied Regression Analysis. 2nd Ed. John Wiley & Sons, Inc, New York. Iku Analisis Investasi Pengusahaan Kebun Hutan Oleh Rakyat di Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kehutanan. Universitas Mulawarman, Samarinda. Kristiningrum, R Simulasi Pertumbuhan dan Finansial Hutan Tanaman Dipterokarpa Dengan Teknik Silvikultur Intensif (Silin) di PT Balikpapan Forest Industries (PT BFI). Tesis. Program Pascasarjana Ilmu Kehutanan. Universitas Mulawarman, Samarinda. Lahjie, A.M Kajian Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Kalimantan Timur. Fakultas Kehutanan. Universitas Mulawarman. Lahjie, A.M Teknik Agroforestri. Universitas Mulawarman, Samarinda Ruchaemi, A Bahan Ajar Manajemen Hutan : Aspek Pertumbuhan dan Riap. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda. Kebun hutan (munaan) oleh rakyat sangat layak untuk diusahakan dengan nilai Pay Back Period, 260
ANALISIS INVESTASI PERMODELAN LAHAN HUTAN DENGAN SISTEM AGROFORESTRI LANDSKAP Forest Land Investment Analysis with Modeling Agroforestry Landscape
Jurnal Hutan Tropis Volume 1 No. 1 Maret 2013 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992 ANALISIS INVESTASI PERMODELAN LAHAN HUTAN DENGAN SISTEM AGROFORESTRI LANDSKAP Forest Land Investment Analysis with Modeling
Lebih terperinciD. 9. Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie 2 dan Rochadi Kristiningrum 3
D. 9 Produksi Kayu Bulat dan Nilai Harapan Lahan Hutan Tanaman Rakyat Gaharu (Aquilaria microcarpa) Di Desa Perangat Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL SISTEM AGROFORESTRI JATI, SUNGKAI DAN RUMPUT GAJAH DI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
ANALISIS FINANSIAL SISTEM AGROFORESTRI JATI, SUNGKAI DAN RUMPUT GAJAH DI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Budi Setiawan dan Abubakar M. Lahjie Laboratorium Politik, Ekonomi dan Sosial Kehutanan,
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL HUTAN TANAMAN RAKYAT KARET DAN SENGON DI KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI
ANALISIS FINANSIAL HUTAN TANAMAN RAKYAT KARET DAN SENGON DI KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI Ahyauddin 1, Abubakar M. Lahjie 2 dan Siti Balkis 3 1 Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sarolangun
Lebih terperinciABUBAKAR M. LAHJIE ISMAIL
REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM USAHA PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Diajukan: ISMAIL ABUBAKAR M. LAHJIE 1 Latar Belakang Permasalahan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit
III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN
Jurnal Ziraa ah Vol. 12 Nomor 1: 12-17, Februari 2005, ISSN 1412-1468 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur
47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan
Lebih terperinciPeternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,
Lebih terperinciASPEK FINANSIAL USAHA GULA AREN DENGAN SISTEM AGROFORESTRI DI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
ASPEK FINANSIAL USAHA GULA AREN DENGAN SISTEM AGROFORESTRI DI KECAMATAN SAMBOJA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Romi Antomi 1 dan Siti Balkis 2 1 Dinas Kehutanan Kabupaten Kutai Kartanegara. 2 Laboratorium
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. (2012) penelitian deskriptif adalah metode pencarian fakta dengan interpretasi
III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang analisis kelayakan usahatani salak nglumut di Gapoktan Ngudiluhur dilakukan di Desa Kaliurang, Kecamatan Srumbung, Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan
Lebih terperinciANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS
ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Ilmu Peternakan Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian
Lebih terperinciPRODUKSI KAYU BULAT DAN NILAI HARAPAN LAHAN JABON (Anthocephalus cadamba) DI PT INTRACA HUTANI LESTARI
Jurnal Hutan Tropis Volume 5 No. 1 Maret 2017 ISSN 2337-7771 E-ISSN 2337-7992 PRODUKSI KAYU BULAT DAN NILAI HARAPAN LAHAN JABON (Anthocephalus cadamba) DI PT INTRACA HUTANI LESTARI Logs Production and
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen
Lebih terperinciSATUAN ACARA PEMBELAJARAN (KULIAH 1)
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN (KULIAH 1) Departemen/PS : Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan/ Ekonomi Pertanian, Sumberdaya dan Lingkungan Nama/Kode/sks : Ekonomi Kehutanan/ESL 325/3(3-0) Jumlah Pertemuan Capaian
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti, serta penting untuk memperoleh
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL PERKEBUNAN GAMBIR RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT. Vera Anastasia
ANALISIS FINANSIAL PERKEBUNAN GAMBIR RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT Vera Anastasia Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl.Prof.A.Sofyan No.3 Medan HP: 85296624812 E-mail:
Lebih terperinciHerman Alfius Manusawai G
ANALISIS FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN GMELINA (Gmelina Arburea Roxb KELAS KAYU BAKAR (Tumba OLEH MASYARAKAT DI DESA PATTALLIKANG KEC. MANUJU KABUPATEN GOWA Herman Alfius Manusawai G51102128 ABSTRAK
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk
III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dalam Hutan Tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam Hutan
Lebih terperinciAnalisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat Karlie A. wurangian & Erwin Hardika Putra. Karlie A. Wurangian dan Erwin Hardika Putra
Analisis Kelayakan Usaha Hutan Rakyat Karlie A. wurangian & Erwin Hardika Putra ANALISIS KELAYAKAN USAHA HUTAN RAKYAT DENGAN SKEMA KEBUN BIBIT RAKYAT DI SULAWESI UTARA The Feasibility Study of Community
Lebih terperinciBalai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda Jl. A. Syahrani Samarinda Telp. (0541) Fax (0541)
STRUKTUR TEGAKAN TINGGAL PADA UJI COBA PEMANENAN DI HUTAN PENELITIAN LABANAN, KALIMANTAN TIMUR (Structure of Residual Stand in Logged Technique Experiment at Labanan Forest Research, East Kalimantan)*
Lebih terperinciJurnal AGRIFOR Volume XVI Nomor 1, Maret 2017 ISSN P : ISSN O :
Jurnal AGRIFOR Volume XVI Nomor 1, Maret 2017 ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PEMBIBITAN BUAH DURIAN LOKAL (Durio zibethinus L.) PADA TINGKAT KELOMPOK TANI KECAMATAN
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran
21 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Studi kelayakan pengembangan bisnis merupakan suatu analisis mendalam mengenai aspek-aspek bisnis yang akan atau sedang dijalankan, untuk mengetahui apakah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive
Lebih terperinciPaket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU
Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU Jenis Bambang Lanang Analisis Ekonomi dan Finansial Pembangunan Hutan Tanaman penghasil kayu Jenis bawang Analisis
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR
ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The
Lebih terperinciKOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM
KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM Muhdi Staf Pengajar Program Studi Teknologi Hasil Hutan Departemen Kehutanan USU Medan Abstract A research was done at natural tropical
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU
J. Agroland 22 (2) : 70-75, Agustus 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU Analysis of Financial
Lebih terperinciFeasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province
Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries
Lebih terperinciPERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU
PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS AGROFORESTRI KAYU BAWANG DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Hengki Siahaan* dan Agus Sumadi* * Peneliti pada Balai Penelitian Kehutanan Palembang ABSTRAK Pengembangan kayu bawang
Lebih terperinciMaspari Journal, 2013, 5 (2),
Maspari Journal, 2013, 5 (2), 134-139 http://masparijournal.blogspot.com Analisis Finansial Usaha Budidaya Tambak Polikultur Udang Windu (Penaeus monodon) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Desa Simpang
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penurunan produktivitas hutan alam telah mengakibatkan berkurangnya suplai hasil hutan kayu yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri kehutanan. Hal ini mendorong
Lebih terperinciPROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014
ANALISIS FINANSIAL DAN DAUR VOLUME MAKSIMUM TEGAKAN EUKALIPTUS Eucalyptus hybrid (IND-47) HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk., SEKTOR AEK NAULI SKRISI M IQBAL R NASUTION 091201016 / Manajemen
Lebih terperinci3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data
13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011. Tempat penelitian berada di dua lokasi yaitu untuk kapal fiberglass di galangan
Lebih terperinciV HASIL DAN PEMBAHASAN
V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keadaan Umum Responden Tingkat pendidikan di Desa Babakanreuma masih tergolong rendah karena dari 36 responden sebagian besar hanya menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SD,
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM Financial Feasibility Study of Herbal Instan Coffee Produced by UD. Sari Alam Hilda Rosmalia Saida 1), Nurhayati Nurhayati
Lebih terperinciOleh/By : Priyo Kusumedi dan Nur Ainun Jariyah
ANALISIS FINANSIAL PENGELOLAAN AGROFORESTRI DENGAN POLA SENGON KAPULAGA DI DESA TIRIP, KECAMATAN WADASLINTANG, KABUPATEN WONOSOBO (Financial Analysis of Agroforestry Management with Sengon Cardamom Pattern
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO
ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA RUMPUT LAUT DI DESA MALLASORO KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO Feasibility Analysis of Seaweed Farming in the Village Mallasoro Bangkala District Jeneponto Irmayani,
Lebih terperinciUniversitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT
PENENTUAN HUBUNGAN TINGGI BEBAS CABANG DENGAN DIAMETER POHON MERANTI PUTIH (Shorea bracteolata Dyer) DI AREAL HPH PT. AYA YAYANG INDONESIA, TABALONG, KALIMANTAN SELATAN Oleh/by EDILA YUDIA PURNAMA 1) ;
Lebih terperinciVII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL
VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) Ismael Limbong*), Mozart B Darus**), Emalisa**) *) Alumni
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran Kabupaten Pringsewu pada bulan Agustus 2013. B. Alat dan Objek Penelitian Alat
Lebih terperinciKETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... III LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING...
xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR... ii SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN TUGAS AKHIR... III LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING... iv LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI...
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ
STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi
23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadan Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Lokasi Penelitian Pada tahun 2003 Desa Salilama dimekarkan menjadi tiga desa, dimana Salilama bagian selatan berdiri menjadi
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciVII. ANALISIS FINANSIAL
VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar
Lebih terperinciBAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari
47 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari sampai dengan Februari 2011. 3.2 Bahan dan alat Bahan yang di
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pengusaha pengrajin batu alam di Kecamatan Dukupuntang Kabupaten Cirebon. Penelitian ini menganalisis kelayakan usaha
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi
ANALISIS FINANSIAL USAHATANI TUMPANGSARI MANGGIS DENGAN KAPULAGA Pipih Nuraeni 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Pipihnuraeni01@gmail.com Betty Rofatin 2) Fakultas Pertanian
Lebih terperinciVIII. ANALISIS FINANSIAL
VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENDAPATAN USAHATANI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH
OPTIMALISASI PENDAPATAN USAHATANI HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH Sofya A. Rasyid dan Abubakar M. Lahjie 2 Faperta Universitas Muhammadiyah, Palu. 2 Laboratorium Politik,
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JABON (Anthocephallus cadamba)
Jurnal Perennial, 2012 Vol. 8 No. 1: 19-24 ISSN: 1412-7784 Tersedia Online: http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial ANALISIS PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JABON (Anthocephallus cadamba) Growth and
Lebih terperinciANALISIS SENSITIVITAS USAHA PENGOLAHAN KERUPUK IKAN PIPIH DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN
177 ANALISIS SENSITIVITAS USAHA PENGOLAHAN KERUPUK IKAN PIPIH DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN (Sensitivity Analysis of Flat Fish Cracker Processing Busines in Seruyan Hilir Sub District of
Lebih terperinci(Financial Feasibility Study on Natural Rubber Manufacturer Factory Development at Labanan Jaya Village Teluk Bayur Sub district Berau Regency)
Studi Kelayakan Finansial Pembangunan Pabrik Mini Pengolahan Karet Alam (Hevea brasiliensis) 15 di Desa Labanan Jaya Kecamatan Teluk Bayur Kabupaten Berau (Hasbi Riduan) STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA IKAN KOI DI KECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR
ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA IKAN KOI DI KECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana
Lebih terperinciC E =... 8 FPI =... 9 P
3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian
Lebih terperinci3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data
19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,
Lebih terperinciANALISA PERTUMBUHAN TEGAKAN MUDA MERANTI (Shorea sp.) DENGAN TEKNIK SILVIKULTUR INTENSIF (SILIN) DI PT. TRIWIRAASTA BHARATA KABUPATEN KUTAI BARAT
Jurnal AGRIFOR Volume XV mor 2, Oktober 2016 ISSN P 1412-6885 ISSN O 2503-4960 ANALISA PERTUMBUHAN TEGAKAN MUDA MERANTI (Shorea sp.) DENGAN TEKNIK SILVIKULTUR INTENSIF (SILIN) DI PT. TRIWIRAASTA BHARATA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.65/Menhut-II/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.11/MENHUT-II/2009 TENTANG SISTEM SILVIKULTUR DALAM AREAL IZIN USAHA
Lebih terperinciVIII. ANALISIS FINANSIAL
VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT X, mengenai Peranan Capital Budgeting Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Untuk Pembelian Mesin
Lebih terperinciANALISIS FINANSIAL HUTAN TANAMAN CAMPURAN DI HINAS KIRI KALIMANTAN SELATAN. Mixed Forest Plantation in Hinas Kiri South Kalimantan)
ANALISIS FINANSIAL HUTAN TANAMAN CAMPURAN MERANTI MERAH ( Shorea spp.) DAN KARET RAKYAT ( Hevea brasiliensis) DI HINAS KIRI KALIMANTAN SELATAN (Financial Analysis of Red Meranti ( Shorea spp.) and Rubber
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra
III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kampung Agung Timur merupakan salah satu kampung yang menjadi sentra produksi ayam pedaging di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah, dengan jumlah peternakan
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi
Lebih terperinciJl. Tridharma Ujung No.1 Kampus USU Medan (Penulis Korespondensi,
IDENTIFIKASI POHON PLUS DI KECAMATAN LUMBAN JULU KPHL MODEL UNIT XIV TOBA SAMOSIR (Identification of Plus Trees in Lumban Julu Sub District at Toba Samosir Forest Management Unit) San France 1*, Rahmawaty
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alasan peneliti memilih desa Sipiongot kecamatan Dolok Kabupaten
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Sipiongot, Kec.Dolok, Kab. Padang Lawas Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2015sampai dengan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bogor merupakan salah satu kota wisata yang perlu mengembangkan wisata lainnya, salah satunya adalah wisata Batik. Batik merupakan warisan Indonesia
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya
Lebih terperinciANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 2 /Desember 2017 (118-125) ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di pertambangan bahan galian C
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini mengambil lokasi di pertambangan bahan galian C Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan.
Lebih terperinciOPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI
OPTIMASI UPAYA PENANGKAPAN UDANG DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM DAN SEKITARNYA JULIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... Halaman xii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,
Lebih terperinciBAB IV KERANGKA PEMIKIRAN
23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya
Lebih terperinciAnalysis Of Financial Feasibility Study Reprocessing Sample Table Waste Water Project at Cilacap Coal Power Plant
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL INVESTASI PEMANFAATAN AIR LIMBAH SAMPLE TABLE PLTU CILACAP Analysis Of Financial Feasibility Study Reprocessing Sample Table Waste Water Project at Cilacap Coal Power
Lebih terperinciRiska Dewi 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Agribusiness Department Faculty of Agriculture UR ABSTRACT
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TAHU (Agroindustri Tahu Bapak Iwan di Desa Pangkalan Pisang Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak Sri Indrapura) FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF TAHU AGROINDUSTRY
Lebih terperinci