BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah bangunan gedung, yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya. Di indonesia dalam dunia teknik listrik aturan yang ada antara lain PUIL ( Persyaratan Umum Instalasi Listrik). 2.2 Syarat-Syarat Instalasi Listrik Disamping Persyaratan Umum Instalasi Listrik dan peraturan mengenai kelistrikan yang berlaku, harus diperhatikan pula syarat-syarat lain yang berkaitan dalam pemasangan instalasi listrik, antara lain : a. Mudah digunakan Tujuan pemasangan instalasi listrik disebuah gedung adalah agar listrik dapat digunakan dengan mudah dan cepat. Pemilik tidak perlu bersusah payah menggunakan lsitrik untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti penerangan, kegiatan yang menyangkut medik yang banyak menggunakan perlatan listrik. b. Keandalan Dengan pemasangan yang baik dan benar, instlasi listrik dapat diandalkan dan memberikan manfaat seperti petujuan penggunaannya. Jadi kapan pun dibutuhkan, instalasi listrik dalam bangunan rumah sakit tersebut sudah siap digunakan dan berkinerja baik. c. Aman Pemilihan dan pemasangan bahan instalasi listrik yang baik dan benar dapat menjamin keamanan isntalasi dan perlengkapannya. Hal ini juga 5

2 bertujuan untuk menjamin keselamatan manusia, mahluk hidup lain, dan keamanan harta benda kita. Kesalahan pemilihan dan pemasangan bahan instalasi lisrtrik dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran. d. Ramah lingkungan Dengan pemasangan dan penggunaan energi listrik yang baik dan benar, kita turut menjaga dan melindungi lingkungan sekitar. Pemanfaatan energi listrik dengan benar juga menghemat penggunaan energi listrik, dan pada akhirnya mengurangi eksplorasi potensi alam. 2.3 Bahan Penghantar Penghantar (inti) kabel biasanya terbuat dari bahan tembaga, baja, dan alumunium. Dalam kabel-kabel PVC terdapat penghantar-penghantar concentric yang berfungsi sebagai kawat netral yang digroundkan atau penghantar pengaman dan juga sebagai pengaman kejut. Penghantar-penghantar concentric biasanya terletak dibawah selubung plastic kabel PVC, untuk melindungi dari karat akibat pengaruh lingkungan. Dalam pemasangan instalasi listrik umumnya digunakan penghantar bahan tembaga atau alumunium dan yang kemurniannya sekurang-kurangnya 99,9%. Tahanan jenis tembaga lunak atau penghantar listrik telah dibakukan secara internasional tidak boleh melebihi 0, ohm mm 2 /m dalam temperature 20 o C. Sedangkan alumunium mempunyai tahanan jenis secara baku tidak boleh melebihi 0, ohm mm 2 /m. Namun berat penghantar alumunium dan tembaga pada suhu 20 o C dengan perbandingan masing-masing 2,7 dan 8,9. Untuk itu konstruksi jaringan dengan menggunakan penghantar tembaga tentu harus lebih kokoh. Namun bila diperhatikan diameter alumunium lebih besar 28% dari tembaga akan diperlukan isolasi yang lebih besar dibandingkan dengan tembaga. Dari pertimbangan diatas, bahwa untuk hantaran saluran udara lebih menguntungkan menggunkan konduktor alumunium dibanding dengan tembaga karena pertimbangan berat dan ridak diperlukan isolasi kabel sehingga konstruksi jaringannya lebih murah. 6

3 2.3.1 Pengertian Kabel Kabel adalah panjang dari satu atau lebih penghantar, baik yang berbentuk solid maupun serabut yang masing-masing dilengkapi dengan isolasinya sendiri akan membentuk satu kesatuan. Dengan demikian ada tiga hal pokok dari kabel yaitu: 1. Konduktor atau penghantar merupakan media untuk menghantarkan isolasi. 2. Isolasi merupakan bahan dielektrik untuk mengisolir dari yang satu terhadap yang lain dan juga terhadap lingkungannya. 3. Pelindung luar memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanis, pengaruh bahan kimia, api atau gangguan dari pengaruh lainnya yang merugikan Jenis Kabel Dilihat dari jenisnya penghantar dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu : a. Kabel Instalasi Untuk kabel instalasi yang dipasang di tempat yang aman dan di dalam dinding digunakan kabel jenis NYA dan NYM. Dalam susunannya kabel NYA sangat sederhana, yaitu hanya terdiri dari penghantar tembaga plos dengan isolasi PVC, dan permukaannya licin. Karena itu NYA sangat mudah ditarik ke dalam pipa instalasi. 7

4 Gambar 2.1 kabel NYA Sedangkan kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan memiliki isolasi luar sebagai pelindung. Gambar 2.2 kabel NYM b. Kabel Tanah Kabel tanah dibedakan menjadi dua jenis: 1. Kabel tanah termoplastik tanpa perisai Untuk kabel termoplastik seperti NYY, penggunaan utamanya sebagai kabel tenaga ialah untuk instalasi insdutri didalam gedung maupun alam terbuka, disaluran kabel. NYY dapat juga ditanam dalam tanah, asalkan diberikan perlindungan secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis. 8

5 Gambar 2.3 kabel NYY 2. Kabel tanah termoplastik berperisai Kabel tanah termoplastik berperisai yang paling banyak digunakan di Indonesia ialah NYRGbY dan NYFBbY. NYRGbY lebih tahan terhadap tarikan daripada NYFGbY, perisainya juga sedikit lebih baik. NYRGbY dan NYFBbY digunakan dimana NYY tidak dapat digunakan karena adanya kemungkinan gangguan mekanis. Untuk ditanam didalam tanah umumnya digunakan kabel berperisai. Gambar 2.4 kabel NYFGbY c. Kabel Fleksibel Kabel fleksibel biasanya digunakan untuk hubungan yang dapat dipindahpindahkan, jadi tidak dipasang tetap pada dinding, langit-langit dan sebagainya. Dan ditempat dengan kemungkinan gangguan mekanis atau perlakuan kasar harus digunakan kabel fleksibel. 9

6 2.3.3 Secara Standarisasi PUIL 2000 Secara standarisasi PUIL 2000 yang tertera dalam lampiran C pada halaman 475 sampai 478 yang berjudul Nomenklatur kabel bahwa notasi huruf adalah sebagai berikut : A : Selubung atau lapisan perlindungan luar dari bahan serat AA B C CE CW D E F G G 2G : Selubung atau perlindungan luar dua lapis dari bahan serat juga : Perisai dari perisai pita baja ganda : Penghantar konsentris tembaga : Penghantar konsentris pada masing-masing inti, dalam hal kabel berinti banyak : Penghantar konsentris pada masing-masing inti, yang dipasang secara berlawanan arah untuk kabel tegangan minimal 0,6/1kV : Spiral anti tekanan : Kabel dengan masing-masing intinya berselubung logam : Perisai kawat baja pipih : Spiral dari kawat baja pipih : Isolasi karet/epr : Isolasi karet butil dengan daya tahan lebih tinggi terhadap panas Gb : Spiral pita baja (mengikuti F atau R) H K KL : Lapisan penghantar di atas isolasi, untuk membatasi medan listrik : Selubung timbal : Selubung alumunium KWK : Selubung dari pita tembaga yang terpasang dan dilas memanjang 10

7 L N NA NF O Q R RR S SE T 2X Y 2Y Z Z : Perisai dari jalinan kawat bulat : Kabel standard penghantar tembaga : Kabel standard penghantar alumunium : Kabel udara berisolasi dipilin : Perisai terbuka dari kawat-kawat baja : Jalinan dari kawat-kawat baja berselubung seng : Perisai dari kawat-kawat baja bulat : Dua lapisan perisai dari kawat-kawat baja bulat : Perisai dari tembaga : Pelindung listrik dari pita tembaga yang menyelubungi masing-masing inti kabel : Tali penggantung dari baja : Selubung isolasi dari XLPE : Selubung isolasi dari PVC : Selubung isolasi dari polyethylene : Perisai dari kawat-kawat baja yang masing-masing mempunyai bentuk Z : Penghantar berisolasi dengan beban tarik. 2.4 Pemilihan Penghantar Dalam pemilihan jenis penghantar yang akan digunakan dalam suatu instalasi dan luas pengahantar yang akan dipakai dalam instalasi ditentukan berdasarkan pertimbangan dibawah ini : 11

8 1. Kemampuan Hantar arus (KHA) Untuk menentukan luas penampang penghantar yang diperlukan maka, harus di tentukan berdasarkan atas arus yang akan melewati penghantar tersebut. Arus nominal yang melewati suatu penghantar dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut : a) Untuk sumber listrik arus searah (DC) : (2.1) b) Untuk arus bolak balik satu fasa : (2.2) c) Untuk arus bolak balik tiga tiga fasa : (2.3) Dimana : I = Arus Nominal (A) P = Daya Aktif (W) V = Tegangan (V) Cos φ = Faktor Daya Kemampuan hantar arus yang dipakai dalam pemilihan penghantar adalah 1,25 kali dari arus nominal yang melewati penghantar tersbeut. Apabila kemampuan hantar arus sudah diketahui maka tinggal menyesuaikan dengan tabel untuk mencari luas penampang penghantar yang diperlukan. 2. Drop Tegangan (susut tegangan) Susut tegangan antara PHB dan setiap titik beban, tidak boleh lebih dari 5% dari tegangan di PHB. Rugi tegangan biasanya dinyatakan dalam satuan persen % dalam tegangan kerjanya. 3. Kondisi Suhu Setiap penghantar memiliki suatu resistansi (R), jika penghantar tersebut dialiri oleh arus maka akan terjadi rugi-rugi I 2.R, yang kemudian rugi-rugi tersebut berunah menjadi panas, jika dialiri dalam waktu t detik maka panas yang 12

9 terjadi ialah I 2.R.t, jika dialiri dalam waktu yang cukup lama maka aka nada kemungkinan terjadinya kerusakan pada penghantar tersebut. 4. Kondisi Lingkungan Di dalam pemilihan jenis penghantar yang digunakan, harus disesuaikan dengan kondisi dan tempat penghantar tersebut akan ditempatkan. Apakah penghantar tersebut akan ditanam atau di udara. 5. Kekuatan Mekanis Penentuan luas penampang penghantar kabel juga harus diperhitungkan apakah kemungkinan adanya tekanan mekanis ditempat pemasangan kabel itu besar atau tidak, dengan demikian dapat diperkirakan besar kekuatan mekanis yang mungkin terjadi pada kabel terbut. 6. Kemungkinan Perluasan Setiap instalasi listrik yang akan dirancang dan dipasangkan dengan perkiraan penambahan beban yang akan dipasang pada waktu yang akan datang. Oleh Karena itu luas penampang harus dipilih setingkat diatas luas penampang yang sebenarnya, dengan tujuan jika dilakukan penambahan beban maka penghantar tersebut masih mencukupi. 2.5 Panel Hubung Bagi (PHB) PHB adalah panel hubung bagi / papan hubung bagi / panel berbentuk lemari (cubicle), yang dapat dibedakan sebagai : Panel utama / MDP Panel cabang / SDP : Main Distribution Panel : Sub Distribution Panel Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantran utamanya merupkan kabel feeder dan biasanya menggunakan kabel NYFGBY. 13

10 Didalam panel biasanya busbar / rel dibagi menjadi dua segmen yang saling berhubungan dengan saklar pemisah, yang satu mendapat saluran masuk dari APP (pengusaha ketenaga listrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik sendiri (genset). Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara langsung atau melalui SDP dan atau SSDP. Tujuan busbar dibagi menjadi dua segmen ini adalah jika sumber listrik dari PLN mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan, maka suplai ke beban tidak akan terganggu dengan adanya sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan. Peralatan pengaman arus listrik untuk penghubung dan pemutus terdiri dari : a. Circuit Breaker (CB) MCB (Miniatur Circuit Breaker) MCCB (Mold Case Ciscuit Breaker) NFB (No Fuse Circuit Breaker) ACB (Air Circuit Breaker) VCB (Vacuum Circuit Breaker) b. Sekring dan pemisah Switch dan Disconnecting Switch (DS) Peralatan tambahan dalam PHB antara lain : a. Rele proteksi b. Trafo tegangan, trafo arus c. Alat-alat ukur besaran listrik : amperemeter, voltmeter, frekuensimeter, d. Lampu-lampu tanda e. Dan lain - lain Peralatan dan rangkaian dari busbar sampai ke beban seperti pada PHB sistem tegangan rendah. Contoh gambar diagram satu garis bias dilihat pada gambar di bawah ini : 14

11 Gambar 2.5 Diagram satu garis instalasi pada bangunan / gedung sistem Tegangan Menengah dan Tegangan Rendah Syarat-syarat dari PHB sesuai dengan PUIL 2000 a. PHB untuk pemasangan diluar harus dipasang ditempat yang cukup tinggi sehingga tidak akan terndam saat banjir. b. Penyambungan saluran masuk keluar dari PHB harus menggunakan terminal, sehingga penyambungannya dengan komponen dapat dilakukan dengan mudah, teratur dan aman. c. Disekitar PHB harus terdaat ruang yang cukup luas sehingga pemeliharaan, pemeriksaan, perbaikan, pelayanan dan lalu lintas dapat dilakukan dengan mudah dan aman. d. Untuk memudahkan pelayanan dan pemeliaharaan, harus dipasang bagan sirkit PHB yang mudah dilihat. 15

12 e. Instrument ukur dan indicator yang dipasang pada PHB harus terlihat jelas dan harus ada petunjuk tentang besaran apa yang dapat diukur dan gejala apa yang ditunjukan. 2.6 Pengaman Alat pengaman berfungsi untuk memutus arus saat terjadi beban listirk berlebih dan terjadi hubung pendek (korsleting). Alat pengaman merupakan bagaian dari PHB (perlengkapan hubung bagi). Alat pengaman yang umum digunakan sebagai berikut : 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) MCB adalah suatu rangkaian pengaman yang dilengkapi dengan komponen thermos (bimetal) untuk pengaman lebih dan juga dilengkapi relay elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu fasa dan tiga fasa. Keuntungan menggunakan MCB, yaitu : a) Dapat memutuskan rangkaian tiga fasa walaupun terjadi hubung singkat pada salah satu fasa. b) Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat atau beban lebih. c) Mempunyai respon yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban lebih. Pada MCB terdapat dua jenis pengaman secara thermis dan elektromagnetis, pengaman thermis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. 16

13 Gambar 2.6 MCB 2. MCCB (Moulded Case Circuit Breaker) MCCB merupakan salah satu alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat penghubung. Jika dilihat dari dari segi pengaman, maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu pengaman ini, mempunyai kemampuan yang dapat diatur sesuai yang diinginkan. Gambar 2.7 MCCB Menghitung Kapasitas Pengaman Pemasangan kapsitas pengaman dalam PHB harus sesuai dengan kebutuhan peralatan yang akan diamankan. Peralatan berupa mesin-mesin listrik seperti motor listrik akan membutuhkan arus yang besar, karena selain memiliki sifat arus induktif juga memerlukan torsi mula yang besar sat mesin mulai 17

14 berputar. Dengan demikian arus mula untuk mesin-mesin listrik biasanya memerlukan tiga kali arus nominal mesin. Berbeda dengan mesin-mesin listrik, untuk beban berupa lampu pijar, dan pemanas yang mana alat tersebut merupakan beban resistif sehingga arus yang mengalir dalam beban menjadi sefasa dengan tegangan. Dengan demikian daya yang tersedia menjadi optimal. Untuk menghitung kapasitas pengaman dapat dilakukan dengan persamaan sebagai berikut : a) Untuk sumber listrik arus searah (DC) : P = I x V watt (2.4) b) Untuk sumber listrik arus bolak balik (AC) : P = I x V f x cos φ Watt (sistem satu fasa) (2.5) P = I x V L x cos φ x Watt (sistem tiga fasa) (2.6) V f = tegangan fasa-netral 220 Volt V L = tegangan fasa-fasa 380 Volt. Dari persamaan daya di atas dapat dihitung arus nominal (In) beban. (2.7) (2.8) Sedangkan untuk menghitung besarnya pengaman Ip = In x k, dimana : In : arus nominal beban k : konstanta, k = 1,1 s/d 2,5 untuk pengaman beban lebih 2.7 Beban Listrik Beban listirk adalah piranti / peralatan yang menggunakan atau mengkonsumsi energi listrik. Jenis beban listrik yang akan dibahas secara garis besar adalah sebagai berikut : Untuk penerangan dengan lampu pijar, pemanas listrik yang bersifat resistif. 18

15 Untuk peralatan yang menggunakan motor-motor listrik (pompa air, alat pendingin / AC), penerangan dengan lampu tabung yang menggunakan ballast/trafo bersifat induktif (lampu TL, komputer, sodium, TV, dll). Jenis beban listrik dalam gedung / bangunan dapat dikelompokkan menjadi: 1. Penerangan 2. Stop kontak 3. Motor-motor listrik Instalasi Penerangan Penerangan gedung merupakan pengunaan yang dominan, karena dibutuhkan oleh semua gedung dan juga waktu penggunaannya yang panjang. Jumlah lampu yang digunakan akan mempengaruhi pembagian group dari panel penerangan, penampang penghantarnya dan pengamannya (sekring atau MCB) serta sakelar pengendalinya. Pada bangunan besar seperti perkantoran, rumah sakit, hotel, pabrik, mal, gedung olah raga dan sebagainya. Juga memerlukan penerangan untuk ruang kerja, lab, bengkel, ruang pertemuan, ruang pasien, ruang messin pada pabrik dan sebagainya. Untuk diluar bangunan, penerangan yang diperlukan adalah PJU (Peneranagn Jalan Umum), lampu dekorasi, lampu rekalme dan sebagainya Stop Kontak Stop kontak adalah istilah popular yang biasa digunakan sehari-hari. Dalam PUIL 2000, stop kontak ini dinamakan KKB (Kotak Kontak Biasa) dan KKK (Kotak Kontak Khusus) KKB adalah kotak kontak yang dipasang untuk digunakan sewaktu-waktu (tidak secara tetap) bagi piranti listrik jenis ini apapun yang memerlukannya, asalkan penggunaannya tidak melebihi batas kemampuannya. KKK adalah kotak kontak yang dipasang khusus untuk digunakan secara tetap bagi suatu jenis piranti listrik tertentu yang diketahui daya maupun tegangannya. Dengan demikian, KKK mempunyai tempat/lokasi tertentu dengan 19

16 beban tetap, dan dihubungkan langsung ke panel sebagai group tersendiri. Sedangkan KKB tersebar diseluruh bangunan dengan beban tidak tetap dan biasanya satu dengan group tegangan penerangan Motor-motor Listrik Motor-motor listrik merupakan beban kedua terbanyak sesudah penerangan, motor listrik digunakan untuk menggerakkan pompa, kipas angin, kompresor yang merupakan bagian penting dari pendingin udara, dan juga sebagai penggerak mesin-mesin industri, elevator escalator, dll. Motor dikategorikan sebagai motor fraksional (kurang dari 1HP), integral (diatas 1HP), dan motor kelas medium sampai sebesar (diatas 5HP). 2.8 Satuan-satuan Teknik Penerangan Satuan-satuan penting yang digunakan dalam teknik penerangan ialah: Satuan untuk intensitas cahaya : candela (cd) Satuan untuk flux cahaya : lumen (lm) Satuan untuk intensitas penerangan atau iluminasi : lux (lx) Satuan untuk sudut ruang ialah steradian (sr) Steradian Radian adalah sudut pada titik tengah lingkaran antara dua jari-jari dimana kedua ujung busurnya jaraknya sama dengan jari-jari tersebut (misal R = 1m) oleh karena keliling lingkaran = 2πR, maka 1 radian = = 57,3 0 (2.9) 20

17 Gambar 2.8 Radian Sedangkan steradian adalah sudut ruang pada titik tengah bola antara jarijari terhadap batas luar permukaan bola sebesar kuadrat jari-jarinya. Gambar 2.9 Steradian Karena luas permukaan bola = 4πR 2, maka di sekitar titik tengah bola terdapat 4π sudut ruang yang masing-masing = 1 steradian. Jumlah steradian suatu sudut ruang dinyatakan dalam lambang ω (omega). 21

18 ω = steradian (2.10) Intensitas Cahaya Menurut sejarah, sumber cahaya buatan adalah lilin (candela). Candela dengan singkatan Cd ini merupakan satuan intensitas cahaya (I) dari sebuah sumber yang memancarkan energi cahaya ke segala arah. (cd) (2.11) Keterangan : I = Intensitas cahaya (cd) F = Flux cahaya (lumen) ω = Sudut ruang (steradian) Flux Cahaya Flux cahaya adalah jumlah cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Φ adalah lambang untuk flux cahaya satuannya lumen. Satu lumen adalah fluks cahaya yang dipancarkan dalam 1 steradian dari sebuah sumber cahaya 1cd pada permukaan bola dengan jari-jari R = 1m Intensitas Penerangan Intensitas penerangan atau iluminansi disuatu bidang ialah flux cahaya yang jatuh pada 1 m 2 dari bidang itu. Satuan untuk intensitas penerangan adalah lux (lx), dan lambangnya E. Jadi 1 lux = 1 lumen per m 2. Kalau suatu bidang yang luasnya A m 2, diterangi dengan φ lumen, maka intensitas penerangan rata-rata dibidang itu sama dengan : E rata-rata = lux. (2.12) Kalau 10 m 2 diterangi dengan 1000 lumen, didapat: E rata-rata = = =100 lux. (2.13) 22

19 2.8.5 Luminansi Luminansi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang terlalu besar akan menyilaukan mata, seperti halnya sebuah lampu pijar tanpa armatur. Luminansi L suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya adalah intensitas cahayanya dibagi dengan luas semu permukaan. Dalam bentuk rumus. Tabel 2.1 Pencahayaan Minimum yang direkomendasikan Fungsi Ruang Tungkat Keterangan Pencahayaan (lux) Rumah Tinggal : Teras 60 Ruang Tamu Ruangg Makan Ruang Kerja Ruang Tidur Ruang Mandi 250 Dapur 250 Garasi 60 Perkantoran : Ruang Direktur 350 Ruang Kerja 350 Ruang Komputer 350 Gunakan armatur berkisi untuk mencegah silau akibat pentulan layar monit Ruang Rapat

20 Ruang Gambar 750 Gunakan pencahayaan setempat pada meja gambar Gudang Arsip 150 Raung Arsif Aktif 300 Lembaga Pendidikan : Ruang Kelas 250 Perpustakaan 300 Laboratorium 500 Ruang Gambar 750 Kantin 200 Hotel dan Restoran : Lobby dan koridor 100 Pencahayaan pada bidang vertikal sangat penting untuk menciptakan suasana / kesan ruang yang baik. Ballroom / Ruang 200 Sistempencahayaanharus Sidang dirancanguntuk menciptakansuasana sesuaisistempengendalian Switching dan dimming dapatdigunakan untukmemperolehberbagai efekpencahayaan 24

21 Ruang Makan 250 Cafetaria 250 Kamar Tidur 150 Diperlukan lampu tambahan pada bagian kepala Dapur 300 Rumah Sakit : Ruang Rawat Inap 250 Ruang Operasi, Ruang Bersalin, Laboratorium, Ruang Reakreasi dan rehabilitasi 300 Pertokoan / Ruang Pamer : Ruang Pamer dengan ukuran besar (misalnya mobil) 500 Tingkat pencahayaan ini harus dipenuhi pada lantai. Untuk beberapa produk tingkat pencahayaan pada bidang vertikal juga penting. Toko Kue dan Makanan 250 Toko Buku dan Alat 300 Tulis Toko Perhiasan 500 Barang kulit dan Sapatu 500 Toko Pakaian

22 Pasar Swalayan 500 Toko Alat Litrik 250 Industri Umum : Gudang 100 Pekerjaan Kasar Pekerjaan Sedang Pekerjaan Halus Pekerjaan Amat Halus Pemeriksaan Warna 750 Rumah Ibadah : Mesjid 200 Gereja 200 Vihara 200 Sumber : SNI, BSN, 2000 Tabel 2.2 Fluks Cahaya No Type dan Daya Lampu (w) Fluks Cahaya (lumen) I Fluoresen a. Tabung Fluoresen,Warna standard : Tabung Fluoresen,Warna super (CRI 85): b. Kompak Fluoresen 2 pin - 2 tabung :

23 tabung - PL-C : c. 2 tabung / Fluoresen kompak : II Mercuri Tekanan Tinggi III Halide Metal Daya Rendah : Daya Tinggi : IV Sodium Tekanan Tinggi Standard :

24 CRI - 83 : V Sodium Tekanan Rendah Sumber : SNI, BSN, Penentuan Jumlah dan Kekuatan Lampu Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan jumah titik cahaya pada suatu ruangan : 1. Macam penggunaan ruangan (fungsi ruangan), setiap macam penggunaan ruangan mempunyai kebutuhan kuat penerangan yang berbeda-beda. 2. Ukuran ruangan, semakin besar ukuran ruangan semakin besar pula kuat penerangan yang dibutuhkan. 3. Keadaan dinding dan langit-langit (faktor refleksi), berdasarkan warna cat dari dinding dan langit-langit pada ruangan tersebut memantulkan atau menyerap cahaya. 4. Macam dan jenis lampu dan armature yang dipakai, tiap-tiap lampu dan armatur memiliki konstruksi dan karakteristik yang berbeda. Letak dan jumlah lampu pada suatu ruangan harus dihitung sedemikian rupa, sehingga ruangan tersebut mendapatkan sinar yang merata. Dan manusia yang berada didalam ruangan tersebut menjadi nyaman, penerangan untuk ruangan kerja harus dirancang sedemikian rupa sehingga pengaruh dari penerngan tidak membuat cepat mata lelah. Disamping itu harus diperhatikan juga perhitungan tingkat pencahayaannya., sebagai berikut : 28

25 a. Tingkat Pencahayaan Rata-rata (Erata-rata). Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan pada umunya didefinisikan sebagai tingkat pencahayaan rata-rata pada bidang kerja. Yang dimaksud dengan bidang kerja ialah bidang horizontal imajiner yang terletak 0,75 meter diatas lantai pada seluruh ruangan. Tingkat pencahayaan rata-rata Erata-rata (lux), dapat dihitung dengan persamaan : (2.14) Dimana : Ftotal = Fluks luminus total dari semua lampu yang menerangi bidang kerja (lumen). A = luas bidang kerja (m 2 ) Kp = koefisien penggunaan Kd = koefisien depresiasi (penyusutan) b. Koefisien Penggunaan (kp) Sebagian dari cahaya yang dipancarkan oleh lampu diserap oleh armatur, sebagian dipancarkan ke arah atas dan sebagian lagi dipancarkan ke arah bawah. Faktor penggunaan didefinisikan sebagai perbandingan antara fluks luminus yang sampai dibidang kerja terhadap keluaran cahaya yang dipancarkan oleh semua lampu. Besarnya koefisien penggunaan dipengaruhi oleh faktor : 1. Distribusi intensitas cahaya dari armatur. 2. Perbandingan antara keluaran cahaya dari armatur dengan keluaran cahaya dari lampu didalam armatur. 3. Reflektansi cahaya dari langit-langit, dinding dan lantai. 4. Pemasangan armatur apakah menempel atau digantung di langit-langit. 5. Dimensi ruangan. Besarnya koefisien penggunaan untuk sebuah armatur diberikan dalam bentuk tabel yang dikeluarkan oleh pabrik pembuat armatur yang berdasarkan hasil pengujian dari instansi terkait. Merupakan suatu kaharusan dari pembuat armatur untuk memberikan tabel kp karena tanpa tabel ini perancangan 29

26 pencahayaan yang menggunakan armatur tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik. c. Koefisien Penyusutan dan Faktor Depresiasi (kd) Lampu listrik setelah dipakai beberapa waktu akan mengalami pengotoran. Akibat dari terjadinya pengotoran, intensitas penerangan yang sampai pada bidang kerja menjadi berkurang. Pengotoran pada lampu listrik sifatnya berbeda-beda, yaitu mulai dari : 1. Pengotoran ringan (daerah yang hampir tak berdebu) 2. Pengotoran sedang / biasa 3. Pengotoran berat (daerah banyak debu) Pengotoran ringan terhadap sumber cahaya, biasanya terjadi pada ruang kelas, laboratorium, dan sejenisnya. Untuk pengotoran sedang biasanya terjadi pada ruangan yang berada dipinggir jalan seperti toko, supermarket dan sejenisnya. Sedangkan untuk jenis pengotoran berat biasa terjadi di pabrik-pabrik yang banyak menghasilkan debu seperti, pabrik kapur, keramik dan sejenisnya.untuk faktor pengotoran dapat dilihat pada table efisiensi. Faktor depresiasi juga ditentukan dari usia lampu. Bila tingkat pengotoran tidak diketahui, maka faktor depresi yang diambil sebesar 0,8. d. Jumlah armatur yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan tertentu. Untuk menghitung jumlah armatur, terlebih dahulu dihitung fluks luminus total yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang direncanakan, dengan menggunakan persamaan : (2.15) Kemudian jumlah armatur dihitung dengan persamaan : (2.16) Dimana : F1 = fluks luminus satu buah lampu n = jumlah lampu dalam satu armature 30

27 2.10 Penempatan Sumber Cahaya (lampu) Agar didapatkan sistem penerangan yang merata dalam suatu ruangan harus diperhitungkan sedemikian rupa sesuai dengan jenis lampu yang digunakan. Jarak penempatan sumber cahaya a, sedapat mungkin sama dengan tinggi efektif lampu h, di atas bidang kerja. Jarak penempatan lampu yang berada paling pinggir atau didekat dinding dapat dibuat 0,5 a. namun tidak mutlak seperti itu, hal itu disesuaikan dengan jenis lampu yang digunakan dan karakteristik dari lampu yang dipakai. ½ a a a ½ a Gambar 2.10 Teknik Penempatan Titik Cahaya Lampu Pijar Teknik penempatan lampu TL, perlu ada peneyesuaian, karena karakteristik intensitas cahaya lampu TL brbeda dengan lampu pijar. ½ a a a ½ a Gambar 2.11 Teknik Penempatan Titik Cahaya Lampu TL 31

28 2.11 Pemilihan Peralatan Jenis Lampu Pada saat sekarang, lampu listrik dapat dikategorikan dalam dua golongan, yaitu : lampu pijar dan lampu pelepasan gas. a. Lampu pijar Lampu pijar menghasilkan cahayanya dengan pemansan listrik dari kawat filamennya pada temperatur yang tinggi. Temperatur ini memberi radiasi dalam daerah tampak dari spectrum radiasi yang dihasilkan. Komponen lampu pijar terdiri dari : 1. Filament 2. Bola lampu 3. Gas pengisi, dan 4. Kaki lampu b. Lampu pelepasan gas Lampu ini tidak sama bekerjanya seperti lampu pijar. Lampu ini bekerja berdasarkan pelepasan elktron secara terus menerus didalam uap yang diionisasi. Kadang-kadang dikombinasikan dengan fosfor yang dapat berpendar. Pada umumnya lampu ini tidak dapat bekerja tanpa ballast sebagai pembatas arus sirkit lampu. Lampu pelepasan gas mempunyai tekanan gas tinggi atau tekanan gas rendah. Gas yang dipakai adalah merkuri atau natrium. Salah satu lampu pelepasan gas tekanan rendah dan memakai merkuri adalah lampu fluoresen atau disebut TL. c. Lampu fluoresen tabung Lampu fluoresen tabung dimana sebagian besar cahayanya dihasilkan oleh bubukfluoresen pada dinding bola lampu yang diaktifkan oelh energy ultraviolet dari pelepasan energy electron. Umumnya lampu ini berbentuk panjang yang mempunyai elektroda pada kedua ujungnya, berisi uap merkuri pada tekanan rendah dengan gas inert untuk penyalaannya. 32

29 Lampu fluoresen mempunyai dua sistem penyalaan, yaitu memkai starter dan tanpa starter. Lampu fluoresen jenis tanpa starter TL-RS, TL-X dan TL-M 2.12 Pentanahan Pentanahan pengaman adalah suatu tindakan pengaman dala instalasi listrik yang rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan badan peralatan yang diamankan melalui media elektroda atau penghantar. Tujuan dari pentanahan yaitu menghindari tegangan sentuh pada peralatan akibat tegangan induksi dari tegangan bolak balik. Dan akibat dari putusnya alat pengaman Jenis Elektroda Pentanahan 1. Elektroda Pita Alat ini di buat dari hantaran berbentuk pita, berpenampang bulat atau hantaran pilin, umumnya ditanam dangkal dalam tanah. Elektroda ini dapat ditanam secara dangkal pada kedalaman antara 0,5 sampai 1 meter dari permukaan tanah, tergantung dari kondisi dan jenis tanah. Dalam pemasangannya elektroda pita ini dapat ditanam dalam bentuk memanjang, radial, melingkar atau kombinasi dari lingkaran dan radial. 0,5-1 m 0,5-1 m 0,5-1 m (a). Radial (b). Lingkaran (c). Kombinasi lingkaran radial Gambar Jenis-jenis elektroda pita dan cara pemasangannya 33

30 2. Elektroda Batang Elektroda bentuk batang ini adalah elektroda berbentuk pipa atau batang profil atau logam lain yang ditanamkan tegak lurus ke dalam tanah dengan kedalaman antara 1 sampai 6 meter. Gambar 2.13 Elektroda batang 3. Elektroda Pelat Elektroda plat adalah elektroda dari plat logam. Pada pemasangannya elektroda ini dapat ditanam tegak lurus atau mendatar tergantung dari tujuan penggunaannya. Bila digunakan sebagai elektroda pembumian pengaman maka cara pemasangannya adalah tegak lurus dengan kedalaman kira-kira 1 meter di bawah permukaan tanah dihitung dari sisi plat sebelah atas. Bila digunakan sebagai elektroda pengatur yaitu mengatur kecuraman gradien tegangan guna menghindari tegangan langkah yang besar dan berbahaya, maka elektroda plat tersebut ditanam mendatar. 0.5 s/d 1 m Pelat 0.5 x 1 m 2 Gambar 2.14 Elektroda pelat 34

31 Tahanan jenis tanah sangat menentukan tahanan pentanahan dari elektroda-elektroda pentanahan. Tahanan jenis tanah diberikan dalam satuan Ohm-meter. Dalam bahasan di sini menggunakan satuan Ohm-meter, yang merepresentasikan tahanan tanah yang diukur dari tanah yang berbentuk kubus yang bersisi 1 meter. Yang menentukan tahanan jenis tanah ini tidak hanya tergantung pada jenis tanah saja melainkan dipengaruhi oleh kandungan moistur, kandungan mineral yang dimiliki dan suhu (suhu tidak berpengaruh bila di atas titik beku air). Oleh karena itu, tahanan jenis tanah bisa berbeda-beda dari satu tempat dengan tempat yang lain tergantung dari sifat-sifat yang dimilikinya. Sebagai pedoman kasar, tabel berikut ini berisikan tahanan jenis tanah yang ada di Indonesia. Tabel 2.3 Tahanan Jenis Tanah Tanah Pasir dan Tanah liat & Pasir Kerikir Tanah Jenis tanah kerikil rawa tanah basah basah berbatu kering ladang Resistansi jenis (Ωm) Tabel berikut ini dapat digunakan sebagai acuan kasar harga tahanan pentanahan pada tanah dengan tahanan jenis tanah tipikal berdasarkan jenis dan ukuran elektroda. Tabel 2.4 Resistansi pembumian pada resistansi jenis ρ1 = 100 Ω-meter Pelat Jenis vertical Pita atau penghantar lain Batang atau pipa elektrode dengan sisi atas ± 1 m di 35

32 Resistansi pembumian (Ω) bawah permukaan tanah Panjang (m) Panjang (m) Ukuran (m 2 ) ,5x1 1x Elektroda Pentanahan Untuk menentukan diameter elektroda pentanahan dapat dihitung : (2.17) Dimana : ρ = tahanan jenis tanah (Ω) R = tahanan pentanahan (Ω) l = Panjang elektroda yang ditanam (m) d = diameter batang elektroda pentanahan (m) 2.13 Generator Set (Genset) Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam suatu kegiatan sehari-hari. Dalam suatu kegiatan banyak menggunakan peralatan-peralatan yang sangat tergantung pada kontinuitas daya listrik sehingga memerlukan pencatu daya listrik pengganti diluar catu daya utama (PLN). Genset diperlukan suatu sistem yang mampu mengatur penyaluran tenaga listrik, sehingga bila salah satu sumber listrik mngalami gangguan, maka dapat diambil alih oleh sumber lain (genset). Pada saat sumber PLN mengalami gangguan secara otomatis genset akan mengambil alih supply PLN ke supply genset. Sebaliknya, apabila sumber PLN sudah normal kembali, maka unit alat tersebut secara otomatis akan mengembalikan supply dari genset ke PLN. Alat yang dapat mentransfer kedua sumber listrik tersebut disebut sebagai Automatic Main s Failure (AMF). 36

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK

KOMPONEN INSTALASI LISTRIK KOMPONEN INSTALASI LISTRIK HASBULLAH, S.PD, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2009 KOMPONEN INSTALASI LISTRIK Komponen instalasi listrik merupakan perlengkapan yang paling pokok dalam suatu rangkaian instalasi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Umum BAB II TEORI DASAR 2.1 Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Umum Sistem distribusi listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi listrik bertujuan menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik atau pembangkit

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan,

BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN. Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, BAB IV ANALISIS HASIL PEKERJAAN 4.1 Analisis dan Pembahasan Sebelum suatu instalasi listrik dinyatakan layak untuk dapat digunakan, maka diperlukan pemeriksaan terhadap instalasi listrik tersebut. Hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Petunjuk teknis sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung didalam

Lebih terperinci

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA

PEDOMAN INSTALASI CAHAYA PEDOMAN INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI 2010 PENCAHAYAAN Dalam aspek kehidupan penerangan menempati porsi yang sangat penting Sumber cahaya adalah matahari Cahaya buatan adalah cahaya

Lebih terperinci

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta

Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta Oleh Maryono SMK Negeri 3 Yogyakarta - Circuit Breaker (CB) 1. MCB (Miniatur Circuit Breaker) 2. MCCB (Mold Case Circuit Breaker) 3. NFB (No Fuse Circuit Breaker) 4. ACB (Air Circuit Breaker) 5. OCB (Oil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 5 LANDASAN TEORI 2.1. Satuan-satuan Dalam teknik penerangan terdapat satuan-satuan yang biasa digunakan, antara lain: 1. Satuan untuk intensitas cahaya (I) adalah kandela (cd) Intensitas cahaya adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK

BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 57 BAB IV ANALISA DAN PERENCANAAN SISTEM INSTALASI LISTRIK 4.1. Sistem Instalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Talavera Suite menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon

DAFTAR ISI BAB I (Pendahuluan) BAB II (Landasan Teori) Rizky Maulana S, 2014 Perencanaan Instalasi Listrik Hotel Prima Cirebon DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pernyataan... ii Halaman Pengesahan... iii Abstrak... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... vi Daftar Gambar... ix Daftar Tabel... x BAB I (Pendahuluan)... 1 Latar

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA II.1 Umum 2 Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK PADA BLOK PASAR MODERN DAN APARTEMEN DI GEDUNG KAWASAN PASAR TERPADU BLIMBING MALANG JURNAL JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Disusun oleh: IKSAN SANTOSO NIM. 0910633053-63 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN BAB IV HASIL PERANCANGAN INSTALASI PENERANGAN 4.1 Hasil 4.1.1 Proses Perancangan Instalasi Penerangan Perancangan instalasi penerangan di awali dengan pemilian tipe lampu, penetapan titik lampu, penentuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Mekanikal dan Elektrikal Dalam suatu bangunan atau gedung terdapat 1 unsur yang tidak kalah pentingnya selain arsitektur dan struktur, yaitu sistem mekanikal dan elektrikal.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA 4.1. Sistem Kelistrikan Dalam mengevaluasi kelistrikan yang ada di gedung PT Sambuja Lestari di jalan Pluit Raya, Jakarta Utara hal yang harus diperhitungkan adalah jumlah

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN BAB II DASARDASAR PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN II.. Syaratsyarat Umum Dalam melakukan perencanaan suatu instalasi baik itu instalasi rumah tinggal, kantorkantor, pabrikpabrik ataupun alatalat transport,

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT

ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT ANALISA SISTEM INSTALASI LISTRIK DAN PEMBAGIAN DAYA 900 WATT PADA RUMAH 2 TINGKAT Desy Kristyawati [1], Rudi Saputra [2] Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh,

BAB IV ANALISIS DATA. menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang diperoleh, BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Analisis Intensitas Konsumsi Energi Perhitungan Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dibutuhkan data penunjang guna menentukan berapa besar energi yang dikonsumsi per tahun. Data yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN INSTALASI

BAB III PERANCANGAN INSTALASI BAB III PERANCANGAN INSTALASI 3.1 Tujuan Perencanaan Tujuan perencanaan adalah untuk untuk menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam merealisasikan ide atau gagasan yang akan dicapai berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dasar teori yang dijadikan landasan dalam pemasangan dan perencanaan intalasi listrik adalah standarisasi dan peraturan dasar teknik instalasi listrik, teknik dan sistem penerangan

Lebih terperinci

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat

Bahan Listrik. Bahan penghantar padat Bahan Listrik Bahan penghantar padat Definisi Penghantar Penghantar ialah suatu benda yang berbentuk logam ataupun non logam yang dapat mengalirkan arus listrik dari satu titik ke titik lain. Penghantar

Lebih terperinci

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP

PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP Posted on December 6, 2012 PRAKTIKUM INSTALASI PENERANGAN LISTRIK SATU FASA SATU GRUP I. TUJUAN 1. Mampu merancang instalasi penerangan satu fasa satu grup. 2. Mengetahui penerapan instalasi penerangan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA BAB V PERHTUNGAN DAN ANALSA 4.1 Sistem nstalasi Listrik Sistem instalasi listrik di gedung perkantoran Dinas Teknis Kuningan menggunakan sistem radial. Sumber utama untuk suplai listrik berasal dari PLN.

Lebih terperinci

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE

UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE UNIT I INSTALASI PENERANGAN PERUMAHAN SATU FASE I. TUJUAN 1. Praktikan dapat mengetahui jenis-jenis saklar, pemakaian saklar cara kerja saklar. 2. Praktikan dapat memahami ketentuanketentuan instalasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan.

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL). b. Letak titik sumber (pembangkit) dengan titik beban tidak selalu berdekatan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Distribusi Dan Instalasi Secara sederhana Sistem Distribusi Tenaga Listrik dapat diartikan sebagai sistem sarana penyampaian tenaga listrik dari sumber ke pusat

Lebih terperinci

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA

MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA KEGIATAN BELAJAR 1 MEMASANG INSTALASI PENERANGAN SATU PASA Lembar Informasi Menurut peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik nomor 023/PRT/1978, pasal 1 butir 5 tentang instalasi listrik, menyatakan

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S.

SOAL DAN PEMBAHASAN. : SMK Negeri Nusawungu. KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik : Siswanta, S. SOAL DAN PEMBAHASAN SEKOLAH : SMK Negeri Nusawungu MAPEL : MIPLBS KELAS / SEMESTER : XI /3 KOMP. KEAHLIAN : Teknik Instalasi Tenaga Listrik Oleh : Siswanta, S.Pd 1. Syarat-syarat instalasi listrik adalah...

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pembahasan Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : 1. Study literature, yaitu penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kelistrikan Sistem kelistrikan yang baik dan efisien perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi antara satu sama lainnya sesuai dengan ketentuan yang ada. Didalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Sistem distribusi tenaga listrik di gedung Fakultas Teknik UMY masuk pada sistem distribusi tegangan menengah, oleh karenanya sistim distribusinya menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebelumnya, terdapat beberapa penelitian yang dilakukan mengenai analisis sistem suplai daya instalasi listrik tenaga. Sehingga, dalam upaya

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK

STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK STUDI EVALUASI PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN HOTEL NEO BY ASTON PONTIANAK Putra Arif Dermawan Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura putra.pad16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Perencanaan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensip untuk menilai keberhasilan sistem dan untuk menentukan kefektifan dalam pengembangan

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK Pedoman Umum 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keperluan pencahayaan ruangan menempati urutan terbesar kedua setelah sistem tata udara. Sebagaimana diketahui bahwa sumber daya alam untuk membangkitkan listrik adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dibagian ini akan dibahas tentang fungsi Automatic Transfer Switch dan Automatic Mains Failure merupakan suatu bentuk sistem control energy listrik yang berfungsi untuk memastikan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik didalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

Bagian 2 Persyaratan dasar

Bagian 2 Persyaratan dasar Bagian 2 Persyaratan dasar 2.1 Proteksi untuk keselamatan 2.1.1 Umum 2.1.1.1 Persyaratan dalam pasal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia, dan ternak dan keamanan harta benda dari bahaya

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 32 BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1 Deskripsi Perancangan Dalam perancangan ini, penulis akan merancang genset dengan penentuan daya genset berdasar beban maksimum yang terukur pada jam 14.00-16.00 WIB

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Arus Nominal dan Kapasitas Dalam instalasi listrik faktor keamanan merupakan hal yang paling krusial, untuk itu penggunaan pengaman dalam instalasi listrik

Lebih terperinci

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000

INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SESUAI PUIL 2000 34 Instalasi pemanfaatan tenaga listrik adalah instalasi listrik milik pelanggan atau yang ada di sisi pelanggan. Definisi umum : 1. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB III PERANCANGAN DIAGRAM SATU GARIS RENCANA SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 3.1 TAHAP PERANCANGAN DISTRIBUSI KELISTRIKAN Tahapan dalam perancangan sistem distribusi kelistrikan di bangunan bertingkat

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI

INSTALASI CAHAYA. HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI INSTALASI CAHAYA HASBULLAH, S.Pd. MT TEKNIK ELEKTRO FPTK UPI JENIS INSTALASI LISTRIK Menurut Arus listrik yang dialirkan 1. Instalasi Arus Searah (DC) 2. Instalasi Arus Bolak-Balik (AC) Menurut Pemakaian

Lebih terperinci

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya

Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya SNI 0405000 Bagian 6 Perlengkapan Hubung Bagi dan Kendali (PHB) serta komponennya 6. Ruang lingkup 6.. Bab ini mengatur persyaratan PHB yang meliputi, pemasangan, sirkit, ruang pelayanan, penandaan untuk

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik adalah saluran listrik beserta gawai maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun diluar bangunan untuk menyalurkan arus

Lebih terperinci

STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR

STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR STUDI INSTALASI PENERANGAN SWISS-BELHOTEL BORNEO SAMARINDA LANTAI 1 SAMPAI LANTAI 5 TUGAS AKHIR Oleh : DEDY JUNIANSYAH NIM 14612016 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK 1. Yang dimaksud dengan instalasi tenaga listrik ialah : Instalasi dari pusat pembangkit sampai rumah-rumah konsumen. 2. Tujuan komisioning suatu

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi

DAFTAR PUSTAKA. [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember Peraturan Umum Instalasi DAFTAR PUSTAKA [1] Badan Standarisasi Nasional. Desember 2000. Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000(PUIL 2000). Jakarta. [2] Mohammad Hasan Basri. 2008. Rancang Bangun Diagram Satu Garis Rencana Sistem

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK. Lembar Informasi

PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK. Lembar Informasi PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Tahanan (resistansi) isolasi dari kabel instalasi listrik merupakan salah satu unsur yang menentukan kualitas instalasi listrik, mengingat fungsi

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI.

BAB III DASAR TEORI. 13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control

Lebih terperinci

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK

FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK KEGIATAN BELAJAR 1 FUNGSI DAN JENIS GAMBAR DALAM PERANCANGAN INSTALASI LISTRIK Lembar Informasi Selain menguasai persyaratan, perancangan dan memiliki pengetahuan tentang peralatan instalasi, hal yang

Lebih terperinci

BAB II SISTEM TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

BAB II SISTEM TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH BAB II SISTEM TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH 2.1 Umum Rancangan instalasi listrik membutuhkan analisis yang terus-menerus dan komprehensif untuk keberhasilan sistem dan untuk menentukan keefektifan dalam

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 4 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa terampil membuat perencanaan instalasi penerangan rumah bertingkat. 2. Mahasiswa terampil melakukan pemasangan instalasi

Lebih terperinci

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah)

PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN. MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) 1 PROPOSAL INSTALASI PERUMAHAN MERANCANG INSTALASI LISTRIK BANGUNAN SEDERHANA (Rumah Tinggal, Sekolah dan Rumah Ibadah) Disusun Oleh : EVARISTUS RATO NIM : 13.104.1011 Program Studi : Teknik Elektro Jurusan

Lebih terperinci

PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik

PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik Implementasi Rumah PUIL 2000 Pada Instalasi Listrik JB. Praharto, 1, Fitrizawati 2, Febri Ariwibowo 1, Fakultas Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknik Wiworotomo Abstract Event of a fire due to electrical

Lebih terperinci

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG

PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG PERANCANGAN KELISTRIKAN PADA KONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Ashydiq Chenny S 1, Drs., Ir. Moch Dhofir, MT. 2, Ir. Hery Purnomo, MT 1 Mahasiswa Teknik Elektro, 2 Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : 3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : R = Dimana : = tahanan jenbis tanah ( ) L = Panjang elektroda batang (m) A = Jari-jari

Lebih terperinci

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk

SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk SISTEM KELISTRIKAN PADA GEDUNG KANTOR BANK SUMSEL CABANG PANGKALPINANG DI PT. PEMBANGUNAN PERUMAHAN (Persero). Tbk 1 Oleh: Dedy Syah Putra 1, Ghiri Basuki Putra, S. T., M. T 2 2 Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan KWH meter 2. Mahasiswa dapat melakukan penyambungan kabel twist dari tiang listrik

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW) PROGRAM IbPE KELOMPOK USAHA KERAJINAN ENCENG GONDOK DI SENTOLO, KABUPATEN KULONPROGO Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya

Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya Peralatan Instalasi Listrik Rumah Tangga dan Fungsinya PERINGATAN!! Apakah anda sudah tau peralatan instalasi listrik rumah tangga beserta fungsinya masing masing? AWASS... BAHAYA bila anda belum tau.

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA PENGGUNAAN LAMPU HOTEL CIPUTRA SEMARANG Nugroho Utomo ( L2F008072) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang,

Lebih terperinci

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

LISTRIK DINAMIS B A B B A B Listrik Dinamis 161 B A B B A B 8 LISTRIK DINAMIS Sumber : penerbit cv adi perkasa Kalian tentu tidak asing dengan bab ini, yaitu tentang listrik. Listrik sudah menjadi sumber energi banyak bidang. Di

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000

REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 REKONSTRUKSI PANEL DISTRIBUSI DAYA LISTRIK PP-IB LABORATURIUM INSTALASI LISTRIK POLBAN MENURUT STANDAR SNI PUIL 2000 Fajar Septiansyah (091321076) Mahasiswa Diploma 3 Program Studi Teknik Listrik Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini BAB III MEODE PENELIIAN III.. Peralatan yang Digunakan Dalam mengumpulkan data hasil pengukuran, maka dilakukan percobaan pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBAHASAN

BAB III METODE PEMBAHASAN BAB III METODE PEMBAHASAN Tujuan dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk dapat memanfaatkan energi listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal. Pembahasan dalam penulisan ini

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Laporan Penelitian EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2012 1 EVALUASI SISTEM

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse.

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE. penulisan ini adalah perencanaan instalasi sebuah Gedung Clubhouse. 34 BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG CLUBHOUSE Tujuan utama dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk pemanfaatan energy listrik semaksimal dan seefisien mungkin, serta aman dan andal.

Lebih terperinci

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan

Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Menghitung kebutuhan jumlah titik lampu dalam ruangan Setiap ruang pada bangunan rumah, kantor, apartement, gudang, pabrik, dan lainnya, membutuhkan penerangan. Baik penerangan / pencahayaan alami (pada

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH Oleh : Sugeng Santoso, Feri Yulianto Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini sering kali terjadi kebakaran pada suatu bangunan baik rumah maupun gedung-gedung lainnya yang penyebabnya diduga karena hubung sing kat atau secara

Lebih terperinci

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK

MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK MATERIAL / PERALATAN INSTALASI DOMESTIK & NON DOMESTIK 117 Berdasarkan kondisinya : 1. Mentah, merupakan bahan dasar yang masih perlu diolah untuk dijadikan bahan setengah jadi atau bahan jadi (siap pakai).

Lebih terperinci

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Manusa putra D

PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Manusa putra D PERENCANAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG POLI GIGI UMS 5 LANTAI NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK BAB III PERENCANAAN INSTALASI LISTRIK GEDUNG SERBA GUNA DAN KANTOR PEMERINTAHAN DESA CITEPOK Tujuan utama dari suatu sistem instalasi listrik adalah untuk pemanfaatan energi listrik semaksimal dan seefisien

Lebih terperinci

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

RANCANGAN BUS BAR PERANGKAT HUBUNG BAGI (PHB) LISTRIK BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci-prfn.

RANCANGAN BUS BAR PERANGKAT HUBUNG BAGI (PHB) LISTRIK BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci-prfn. RANCANGAN BUS BAR PERANGKAT HUBUNG BAGI (PHB) LISTRIK BANGUNAN IRADIATOR GAMMA KAPASITAS 200 kci-prfn. Tukiman, Edy Karyanta Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir- BATAN Gedung 71, Kawasan PUSPIPTEK Serpong,Tangerang

Lebih terperinci

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH

BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH BAB VII PEMERIKSAAN & PENGUJIAN INSTALASI PEMANFAATAN TEGANGAN RENDAH 216 217 Pekerjaan instalasi listrik yang telah selesai dikerjakan dan akan dioperasikan, tidak serta merta langsung boleh dioperasikan.

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 7 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 7 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 7 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang apa itu tahanan isolasi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan pemakaian alat ukur

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEGANGAN TINGGI DAN PENGUKURAN LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS INDONESIA MODUL I [ ] 2012 PENGUKURAN ARUS, TEGANGAN, DAN DAYA LISTRIK

Lebih terperinci

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim

Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim KONDUKTOR Penghantar Fungsi penghantar pada teknik tenaga listrik adalah untuk menyalurkan energi listrik dari satu titik ketitik lain. Penghantar yang lazim digunakan adalah aluminium dan tembaga. Aluminium

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori dan kajian pustaka instalasi penerangan dan hal-hal yang berhubungan dengan perencanaan instalasi penerangan gedung,

Lebih terperinci

4. Memasang instalasi lampu penerangan pada bangunan gedung Indikator : a. Merangkai Papan Hubung Bagi sederhana

4. Memasang instalasi lampu penerangan pada bangunan gedung Indikator : a. Merangkai Papan Hubung Bagi sederhana RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) No :5 NAMA SEKOLAH : SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta MATA PELAJARAN : Instalasi Penerangan Listrik (MPHB) KELAS/ SEMESTER : XI / 3 MATERI POKOK :Lampu Penerangan (Lighting)

Lebih terperinci