EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN"

Transkripsi

1 Laporan Penelitian EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2012

2 1

3 EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN RINGKASAN Sebelum membangun gardu induk, banyak hal yang perlu diperhatikan mengingat gangguan yang terjadi dapat merusak peralatan yang ada maupun orang yang berada dalam gardu induk tersebut. Untuk menghindari bahaya tersebut, maka sangat dibutuhkan suatu sistem pembumian yang memenuhi persyaratan. Salah satu parameter untuk menentukan perencanaan sistem pembumian gardu induk adalah mengetahui besarnya tahanan jenis tanah di sekitar gardu induk. Untuk mengevaluasi gardu induk perlu dilakukan pengukuran dari tahanan jenis tanah pada saat sekarang. Kemudian dilakukan perhitungan dari parameter-parameter yang lain. Hasil perhitungan dari sistem pembumian gardu induk yang diperoleh pada saat ini, akan dibandingkan dengan hasil perhitungan dari sistem pembumian gardu induk yang sebenarnya. Dari hasil perhitungan, dapat disimpukan bahwa sistem pembumian gardu induk Belawan masih dapat dipertahankan, dengan kata lain masih belum diperlukan perubahan atau pergantian. 1. PENDAHULUAN Sistem pembumian sangat dibutuhkan untuk melindungi sistem dari gangguan hubungan singkat ke tanah dan pada saat terjadi pemutusan oleh circuit breaker. Bunga api yang timbul karena terjadi gangguan atau pada waktu circuit breaker bekerja melakukan pemutusan, diharapkan dapat padam sendiri, sebab nasalah ini dapat merusak peralatan-peralatan dan juga membahayakan keselamatan manusia. Salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang mempunyai peranan yang sangat penting adalah gardu induk. Sebelum membangun gardu induk, banyak hal yang perlu diperhatikan mengingat gangguan yang terjadi dapat 2

4 merusak peralatan yang ada maupun orang yang berada dalam gardu induk tersebut. Untuk menghindari bahaya tersebut, maka sangat dibutuhkan suatu sistem pembumian yang memenuhi persyaratan. Salah satu persyaratan untuk menentukan perencanaan sistem pembumian gardu induk adalah mengetahui besarnya tahanan jenis tanah di sekitar gardu induk. Hal inilah yang menjadi topik pembahasan dari isi tulisan ini, yaitu tentang evaluasi pembumian dari gardu induk aplikasi gardu induk Belawan, di mana besarnya tahanan jenis tanah yang diperoleh pada perhitungan sistem pembumian gardu induk pada saat ini, akan dibandingkan dengan sistem pembumian gardu induk sebenarnya. Tujuan dari dari peneltian ini adalah untuk mengetahui sistem pembumian dari gardu induk belawan, apakah masih memenuhi persyaratan yang diizinkan atau tidak. Dengan menghitung besarnya tegangan-tegangan yang berbahaya akibat timbulnya beda potensial tanah pada saat terjadi gangguan, dengan memperhatikan pengaruh dari jumlah konduktor paralel pada kisi-kisi utama (n), jarak antara elektroda (D), diameter konduktor (d), kedalaman penanaman konduktor (h), tahanan jenis permukaan tanah ( ρ s ) yang telah dilapisi batu koral dan serta lamanya waktu gangguan (t). 2. PERUMUSAN MASALAH Tahanan Jenis Tanah Tahanan jenis tanah suatu daerah diberbagai tempat tidaklah sama, tergantung dari beberapa faktor yaitu: jenis tanah, lapisan tanah, kelembaban tanah dan temperatur. Adapun kesulitan yang biasanya dijumpai pada saat pengukuran jenis tanah adalah bahwa dalam kenyataannya komposisi tanah tidak sama, sehingga pada suatu lapisan tanah mungkin terdapat dua atau lebih jenis tanah dengan tahanan jenis yang berbeda. Sering dicoba untuk mengubah komposisi kimia tanah dengan memberikan garam ke tanah dekat elektroda pembumian, dengan maksud mendapatkan tahanan jenis tanah yang rendah. Cara ini hanya baik untuk sementara saja, sebab proses penggaraman harus dilakukan secara periodik sedikitnya enam bulan sekali. 3

5 Dengan memberikan air atau dengan membasai tanah yang akan diukur juga dapat mengubah tahanan jenis tanah. Untuk mendapatkan tahanan jenis tanah rata-rata untuk keperluan perencanaan maka diperlukan penelitian atau pengukuran dalam jangka waktu tertentu misalnya dalam jangka waktu satu tahun. Biasanya tahanan jenis tanah juga tergantung pada tingginya permukaan tanah dari permukaan air yang konstan. Untuk mengurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh musim, pembumian dapat dilakukan dengan menanamkan elektroda pembumian hingga mencapai tempat dimana terdapat air tanah yang konstan. Pada sistem pembumian batang elektoda tidak perlu ditanam lebih dalam, karena variasi harga tahanan jenis tanah sangat besar akibat kelembaban dan temperature bervariasi, maka harga tahanan jenis tanah harus diambil untuk keadaan yang paling buruk yaitu tanah kering dan dingin. Biasanya harga tahanan jenis tanah yang diambil adalah harga tahanan jenis tanah yang tertinggi, maka berdasarkan harga tahanan jenis tanah ini dibuatkan suatu perencanaan pembumian. Jadi pada suatu sistem perencanaan, pengukuran tahanan jenis tanah harus dilakukan terlebih dahulu pada tempat dimana akan didirikan gardu induk. Untuk tujuan mengevaluasi pembumian Gardu induk. Belawan dilakukan pengukuaran tahanan jenis tanah di lokasi gardu induk dengan metode 4 titik. Pengkuran tahanan jenis tanah dengan metode empat titik menggunakan empat batang elektroda, sebuah batere, sebuah amperemeter dan sebuah voltmeter yang sensitif, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. V A Elektroda a a a Lapisan tanah Gambar 2.1 Pengukuran Tahanan Jenis Tanah Dengan Metode Empat Elektroda Dari gambar di atas dapat ditentukan bahwa harga tahanan elektroda 3 dan 4 adalah 4

6 R = (1) Jadi tahanan jenis tanah diperoleh dengan rumus : dimana: ρ = 2πaR (2) a = jarak antara elektroda (meter) R 34 = tahanan antara elektroda 3 dan 4 (Ohm) ρ = tahanan jenis tanah (W-m) 2.3. Bahaya-Bahaya Yang Timbul Pada Saat Gangguan Tanah Secara umum bahaya-bahaya yang mungkin dapat ditimbulkan oleh tegangan maupun arus listrik yang mengalir terhadap manusia mulai dari ringan sampai yang paling berat yaitu: terkejut, pingsan atau mati, yang meliputi: 1. Tegangan dan kondisi orang terhadap tegangan tersebut. 2. Besarnya arus yang melewati tubuh manusia 3. Jenis arus, searah atau bolak-balik. Pada sistem tegangan tinggi sering terjadi kecelakaan terhadap manusia dalam hal ini terjadi kontak langsung atau dalam hal manusia berada dalam suatu daerah yang mempunyai gradient tegangan yang tinggi. Perlu jelaskan bahwa yang menyebabkan bahaya terhadap tubuh manusia adalah besarnya arus yang mengalir dalam tubuh manusia. Pada gardu-gardu induk kemungkinan terjadi bahaya terutama disebabkan oleh timbulnya gangguan arus yang mengalir ke tanah. Arus gangguan ini akan mengalir pada bagian-bagian peralatan yang terbuat dari metal dan juga mengalir dalam tanah di sekitar gardu induk. Arus gangguan tersebut menyebabkan gradien tegangan di antara peralatan dengan peralatan, peralatan dengan tanah dan juga tegangan dipermukaan tanah itu sendiri. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa tegangan akan berbahaya apabila sentuhan dengan tegangan yang menyebabkan mengalirnya arus listrik yang cukup besar di dalam tubuh. Ada tiga jenis tegangan yang dapat menyebabkan terjadinya arus yang mengalir ke tubuh manusia, yaitu: 1. tegangan sentuh (touch voltage) 5

7 2. tegangan langkah (step voltage) 3. tegangan pindah (transfer voltage) Tegangan Sentuh Tegangan sentuh adalah tegangan yang terdapat antara suatu objek yang disentuh dalam suatu titik berjarak 1 (satu) meter, dengan asumsi bahwa objek yang disentuh dihubungkan dengan kisi-kisi pentanahan yang berada dibawahnya, dimana besar arus gangguan dibatasi oleh tahanan orang dan tahanan kontak ke tanah dari kaki orang tersebut. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2.8. Dari gambar 2.8. dapat diperoleh hubungan sebagai berikut: dimana : E s = R + I k (3) E s = tegangan sentuh (volt) R t = tahanan tubuh manusia (1000 ohm) R k = tahanan kontak ke tanah (R k = 3ρ ) I k = besarnya arus yang melalui badan manusia (Ampere) T = waktu kejut atau lama gangguan tanah (detik) = merupakan tahanan jenis permukaan tanah yang dilapisi koral setebal 10 cm = 3000 Ohm-meter Dengan menggantikan R k = 3ρ maka besarnya tegangan sentuh menjadi: Tegangan Langkah E s = R + ρ I k (4) Tegangan langkah adalah tegangan yang timbul diantara dua kaki manusia yang berdiri di atas permukaan tanah yang sedang dialiri oleh arus kesalahan tanah, di mana panjang langkah diasumsikan 1 meter sedangkan besar kecilnya tegangan langkah berbanding langsung dengan panjang langkah antara dua kaki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut ini: dimana: E l = (R t +2R k )I k (5) 6

8 E l = tegangan langkah (volt) R t = tahanan badan manusia (1000 Ohm) R k = tahanan kontak dari suatu kaki = 3 = arus gangguan tanah (Ampere) I k (Ohm) Dengan demikian besarnya tegangan langkah menjadi: E l = (R t +6ρ )I k (6) Tegangan Pindah E pindah = I. R o (7) Dengan anggapan I k << I sebab + R R dan R = ρ + ρ dan r = π denan : I = arus gangguan (ampere) I k = arus yang melalui badan (ampere) r = jari-jari ekivalen deri luas gardu induk (meter) L = panjang total dari konduktor (meter) A = luas areal pembumian (m 2 ) R o = tahanan pembumian (ohm) = tahanan jenis rata-rata tanah (ohm-meter) Dengan memperhatikan kondisi di atas maka terlihat bahwa arus gangguan total I terbagi menjadi dua, dimana arus I k akan melewati badan, dan sisanya sebesar I - I k akan langsung menuju ke tanah. Karenan besarnya Arus I adalah dalam orde ratusan sampai ribuan ampere, sedangkan arus I k hanya dalam orde miliampere, maka arus I k dapat diabaikan terhadap harus I. Dengan demikian maka dapat dianggap bahwa tegangan antara peralatan dengan tanah sebelum dan sesudah dipegang dapat dikatakan sama Tegangan Mesh 7

9 Tegangan mesh merupakan salah satu bentuk tegangan sentuh. Tegangan mesh didefenisikan sebagai tegangan peralatan yang di ketanahkan terhadap tengah-tengah daerah yang dibentuk kisi-kisi (center of mesh) selama gangguan tanah. Tegangan mesh ini menyatakan tegangan tertinggi yang mungkin timbul sebagai tegangan sentuh yang dapat dijumpai dalam sistem pembumian gardu induk. Dan inilah yang diambil sebagai tegangan untuk desain yang sama. Tegangan mesh ini secara pendekatan sama dengan I, dimana merupakan tahanan jenis tanah dalam ohm meter dan I adalah arus yang melalui konduktor kisi-kisi. Oleh karena itu untuk mencakup pengaruh-pengaruh jumlah konduktor paralel (n), jarak -jarak konduktor paralel (D), diameter konduktor (d), dan ke dalam penanaman (h), maka tegangan mesh dapat dihitung dengan persamaan: dimana : dimana : k m = + ( ) ( ) k i D h d n I L E ms = k m k i (8) = faktor koreksi untuk ketidakmerataan kerapatan arus yang dihitung dengan rumus empiris = 0,65 + 0,172 n = jarak antara konduktor-konduktor paralel pada kisi-kisi (m) = kedalaman penanaman konduktor (n) = diameter konduktor kisi-kisi (m) = jumlah konduktor paralel dalam kisi-kisi utama, tidak termasuk sambungan melintang = besar gangguan tanah (ampere) = tahanan jenis rata-rata tanah (ohm-meter) = panjang konduktor pentanahan yang ditanam, termasuk semua batang pertanahan (m) Tegangan Langkah Maksimum Sebenarnya Tegangan langkah sebenarnya adalah perbedaan tegangan yang terdapat diantara kedua kaki, bila manusia berjalan diatas permukaan tanah dari sistem pertanahan pada keadaan terjadi gangguan. Tegangan langkah maksimum sebenarnya dapat dihitung dengan persamaan: 8

10 E l = k s k i (9) dan dimana : K s = ( ) H D k i I m L = tahanan jenis rata-rata tanah (ohm-meter) = kedalaman penanaman konduktor (n) = jarak antara konduktor-konduktor pembumian (meter) = 0,65 + 0,172 n = arus gangguan tanah maksimum (ampere) = panjang konduktor pembumian yang ditanam, termasuk semua batang elektroda pembumian (m) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Data Pengukuran Pengukuran tahanan jenis tanah yang dilakukan disekitar gardu induk tersebut menggunakan metode empat titik dengan jarak masing-masing elektroda 3,5 m dan dilakukan sebanyak 10 kali pada tempat yang berbeda di areal gardu induk Belawan. Kemudian diambil nilai rata-rata dari hasil pengukuran arus dan tegangan. Adapun hasil pengukuran tegangan dan arus dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Data Hasil Pengukuran Jenis Tanah Pada Gardu Induk Belawan Titik yang Jarak atara Arus (A) Tegangan (V) diukur elektroda 1. 3,5 Meter 0,20 0, ,5 Meter 0,26 0, ,5 Meter 0,20 0, ,5 Meter 0,17 0, ,5 Meter 0,24 0, ,5 Meter 0,11 0, ,5 Meter 0,18 0,23 9

11 8. 3,5 Meter 0,26 0, ,5 Meter 0,11 0, ,5 Meter 0,18 0,23 Dari hasil pengukuran di atas dapat diperoleh harga dari arus rata-rata dan tegangan rata-rata sebagai berikut: I = V = 0,20 + 0,26 + 0,20 + 0,17 + 0,24 + 0,11 + 0,18 + 0,26 + 0,11 + 0,18 10 = 0,191 Ampere = 0,231 Volt 0,25 + 0,28 + 0,23 + 0,21 + 0,25 + 0,18 + 0,23 + 0,28 + 0,17 + 0,23 10 Substitusi harga arus rata-rata dan tegangan rata-rata arus tersebut ke persamaan (1) untuk mendapatkan harga tahanan tanah sebagai berikut: R = =,, = 1,209 Kemudian substitusikan harga R 34 ke persamaan ( 2) dengan jarak Elektroda a = 3,5 m untuk mendapatkan harga tahanan jenis tanah sebagai berikut: ρ = R x 2πa = 1,209 x 2 x 3,14 x 3,5 = 26,573 -m Dari hasil pengukuran tegangan dan arus terhadap tanah di sekitar gardu induk Belawan dengan jenis tanah adalah tanah pasir, jarak antara elektroda adalah 3,5 kedalama penanaman elektroda 0,7 m serta diameter 3,01 mm diperoleh harga tahanan jenis tanah sebesar 26,576 -m Tata Letak (Lay Out) Sistem pembumian yang dipakai pada gardu induk Belawan adalah sistem grid (kisi -kisi) dengan menggunakan konduktor tembaga yang ditanam pada 10

12 seluruh areal gardu induk Belawan, dimana kisi-kisi pembumian dihubungkan dengan peralatan yang satu dengan peralatan lainnya. Data sistem pembumian gardu induk Belawan adalah sebagai berikut: 1. Panjang = 230 meter 2. Lebar = 100 meter 3. Luas = meter 2 4. Elektroda yang digunakan a. Jenis = tembaga (Cu) b. Panjang batang elektroda = 2,80 meter c. Diameter konduktor kisi-kisi (d) = 0,015 meter d. Jarak antara konduktor-konduktor parallel (D) = 12 meter e. Kedalaman penanaman konduktor (h) = 1 meter 5. Jumlah konduktor kisi-kisi melintang: 12 x 100 = 1200 meter 6. Jumlah konduktor kisi-kisi melintang: 8 x 230 = 1840 meter 7. Panjang batang-batang pembumian: 96 x 2,80 = 269 meter 8. Panjang konduktor keseluruhan (L) = 3309 meter 9. Jumlah konduktor parallel pada isi utama(n) =12 buah Adapun gambar sistem pembumian pada gardu induk Belawan dengan bentuk kisi-kisi (grid) dapat dilihat pada gambar Perhitungan Komponen Pembumian Berdasarkan hasil pengukuran tahanan jenis tanah dan data gardu induk Belawan dapa dihitung parameter-parameter sebagai pertimbangan evaluasi. 1. Tahanan Jenis Tanah Berdasarkan data PLN jenis tanah di areal gardu induk Belawan adalah jenis tanah ladang yang lembab dengan permukaan tanah yang dilapisi batu koral setebal 10 cm. Adapun harga jenis tanahnya adalah sebagai berikut: 1. Tahanan jenis tanah rata- rata = 24,576 Ω -m 2. Tahanan jenis permukaan tanah =3000 Ω -m 11

13 2. Arus Gangguan Besar arus gangguan yang terjadi pada gardu induk Belawan 150 KV adalah sebesar 3000 Ampere. 3. Jumlah Batang Pembumian yang Diperlukan batang adalah Dengan data di atas maka kerapatan arus yang diizinkan pada permukaan i = 3,1414 x 10-5 d δ.θ ρ. = 3,1414 x ,, = 3,1414 x ,, = 3,1414 x , = 1,181 Amp/m 2 Untuk mengetahui jumlah batang pembumian minimum yang akan dipakai dapat dihitung dari persamaan (3.2) sebagai berikut: Jumlah barang yang diperlukan = =,, = 11 batang 4. Arus Fibrilasi Untuk menghitung besar arus fibrilasi dapat diperoleh dengan persamaan sebagai berikut: I = 0,116 t Jika waktu kejut atau lama gangguan t = 0,75 detik, maka I =, =,, = 0,134 Amper 12

14 5. Tegangan Sentuh yang Diizinkan (E s ) Dengan menggunakan persamaan ( 3) maka tegangan sentuh (E s ) yang diizinkan adalah sebagai berikut: E s = + = ( (1,5 x 3000) x 0,134) = 737 Volt 6. Tegangan Mesh atau Tegangan Sentuh Maksimum Sebenarnya (E ms ) Besar tegangan mesh atau tegangan sentuh dapat dicari dengan persamaan (7) sebagai berikut: E = k k ρ dimana : Untuk n =12 k = 1 2xπ In D 16. h. d + 1 3,14 In 3 4 x 5 6 x 7 8 x 9 2(n 2 + 1) x x 10 2(n 2) + 2 = 1 2 3,14 1 3, = 0,159 In, + 0,318 (,, = 0,159 x 4, ,318 x (-1,089) = 0, , = 0, ) Jadi = 0,65 + 0,172 = 0,65 + 0,172 x 12 = 2,714 E = k k ρ = 0,34644x2,714x30x = 25,55 Volt 7. Tegangan Langkah yang Diizinkan (E l ) 13

15 Dari persamaan ( 5), maka diperoleh besar tegangan langkah yang diizinkan sebagai berikut: E l = R + 6ρ I = ( (6 x 3000)x 0,134 = 2546 Volt 8. Tegangan Langkah Maksimum yang sebenarnya (E ls ) Dari persamaan ( 8), maka diperoleh besar tegangan langkah maksimum sebenarnya adalah sebagai berikut: dimana: k = 1 π E ls = k s k i Karena n = 12, maka ; 1 2h + 1 D + h + 1 2D + 1 3D (n 1)D k s = 0,318 x(0,5+0,077+0,042+0,028+0,02+0,017+0,014+0,012+0,010+9,26x ,57x10-3 ) = 0,318 x 0, = 0,237 maka: E ls = k s k i ρ = 0,237 x 2,714 x = 0,582 Volt 9. Tegangan Pindah (E p ) Besar tegangan pindah dapat diperoleh dari persamaan ( 6) sebagai berikut: E pindah = I x R o dengan R o = + 14

16 dan r = = π π =, sehingga : = 85,95 meter R o = + Jadi: =, + = 0, = 0,096 Ω E pindah = I x R o = 3000 x 0,096 = 288 volt Dari hasi perhitungan di atas maka dapat dibuat tabel perhitungan sebagai berikut. No. Spesifikasi Satuan Hasil 1 Tahanan jenis permukaan tanah ( s) Ω-m Tahanan jenis rata-rata tanah ( ) Ω-m 30 3 Jumlah konduktor paralel pada kisi-kisi utama(n) Koefisien k m - 0, Koefisien k i - 2,714 6 Koefisien k s - 0,237 7 Panjang Konduktor keseluruhan (L) Meter Tegangan Sentuh yang diizinkan (E s ) Volt Tegangan Mesh sebenarnya (E ms ) Volt 29,98 10 Tegangan Langkah yang dizinkan (E 1 ) Volt

17 11 Tegangan Langkah Maksimum sebenarnya (E ls ) Volt 23,33 12 Tegangan Pindah (E p ) Volt Tahanan Pembumian (R o ) Ohm 0,129 Dengan demikian maka kondisi pembumian dari Gardu Induk belawan dapat dievaluasi dengan membuat perbandingan antara nilai dari hasil perhitungan dan nilai yang diizinkan, sperti ditunjukkan pada tabel berikut. Hasil Perhitungan diizinkan Jenis (Volt) (Volt) Tegangan Langkah Tegangan Sentuh Tegangan Pindah KESIMPULAN Dari hasil perhitungan yang dilakukan pada sistem pembumian gardu induk Belawan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengkuran di lapangan diperoleh tahanan jenis tanah rata-rata ( ) adalah 27,035 ohm-meter masi lehi kecil dari 40 ohm-meter. Maka jenis tanah pada gardu induk Belawan masih tetap dikategorikan sebagai tanah rawa 2. Berdasarkan hasil perhitungan untuk tegangan sentuh dan tegangan langkah masih dibawah harga yang diizinkan atau harga standar, Ini menunjukkan bahwa pemilihan jarak kisi-kisi dan panjang konduktor keseluruhan sudah memenuhi persyaratan dalam merencanakan suatu sistem pembumian gardu induk Belawan tersebut. 3. Harga tahanan pembumian (R o ) yang diperoleh dari hasil pengukuran adalah 0,096 Ohm, sedangkan besarnya suatu tahanan pembumian maksimum adalah 1 Ohm. Maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem pembumian gardu Induk Belawan masih berada dalam 16

18 batas toleransi keamanan, baik untuk mengamankan peralatan maupun manusia yang berada di dalam dan diluar gardu induk tersebut, karena tahanan pembumian (R o ) yang dihasilkan lebih kecil dari batas yang diizinkan 4. Sebagai evaluasi untuk sistem pembumian gardu induk Belawan masih dapat dipertahankan, dengan kata lain masih belum diperlukan perubahan atau pergantian. DAFTAR PUSTAKA A.S Pabla dan Abdul Hadi, Sistem Distribusi Daya Listrik, Erlangga, Jakarta, 1994 DR.A. Arismunandar, M.A.Sc. Teknik Tenaga Listrik, Jilid II, Pradnya Paramita, 1993 DR.A. Arismunandar, M.A.Sc. Teknik Tenaga Listrik, Jilid III, Pradnya Paramita, 1993 Ir. T.S. Hutauruk, M.E.E, Pengetahuan Netral Sisten Tenaga dan Pengetanahan Peralatan, Erlangga, PUIL 2000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, SNI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembumian Gardu Induk Menentukan sistem pembumian gardu induk yang berfungsi dengan baik dari keseluruhan pemasangan pembumian dan mempunyai arti untuk mengalirkan arus

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D 400 100 002 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Lebih terperinci

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN DI GARDU INDUK PLTU IPP (INDEPENDENT POWER PRODUCER) KALTIM 3 Jovie Trias Agung N¹, Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT.², Ir. Soemarwanto, M.T.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : IGNATIUS

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro, Universitas Udayana ABSTRAK Tahanan pentanahan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijay A BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijay A BAB II TINJAUAN PUSTAKA Politeknik Negeri Sriwijay A BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Induk Gardu induk adalah suatu instalasi yang terdiri dari peralatan listrik yang merupakan pusat beban yang diambil untuk menghubungkan sistem

Lebih terperinci

KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING. Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal

KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING. Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Grounding adalah sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada gardu induk harus memiliki sistem pembumian yang handal yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada gardu induk harus memiliki sistem pembumian yang handal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada gardu induk harus memiliki sistem pembumian yang handal yang memenuhi standard aman bagi manusia dan peralatan yang berada di area gardu induk. Sistem pembumian

Lebih terperinci

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN IGN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran Bali ABSTRAK

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad ABSTRAK Untuk mendapatkan hasil pembumian yang baik harus

Lebih terperinci

EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH

EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH EVALUASI TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH GARDU INDUK (GI) 150 kv KOTA BARU AKIBAT PERUBAHAN RESISTIVITAS TANAH Yoga Septria Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN

PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN PENGGUNAAN KONDUKTOR TEMBAGA DAN ALUMINIUM UNTUK SISTEM PENTANAHAN Galuh Renggani Wilis, Irfan Santosa Staf Pengajar Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal Jalan Halmahera KM.1

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP BESARNYA NILAI TAHANAN PENTANAHAN

ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP BESARNYA NILAI TAHANAN PENTANAHAN JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 35 ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP BESARNYA NILAI TAHANAN PENTANAHAN I Wayan Sudiartha, I Ketut TA, I Gede Nyoman Sangka Jurusan teknik Elektro Politeknik

Lebih terperinci

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN ELEKTRODA PEMBUMIAN SECARA HORIZONTAL TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT DAN TANAH PASIR

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Memperhatikan masalah keamanan baik terhadap peralatan dan pekerjaan, maka diperlukan usaha untuk membuat suatu sistem keamanan yang bisa melindungi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan 1 Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH Oleh : Sugeng Santoso, Feri Yulianto Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN

PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN PERUBAHAN KONFIGURASI ELEKTRODE PENTANAHAN BATANG TUNGGAL UNTUK MEREDUKSI TAHANAN PENTANAHAN Wiwik Purwati Widyaningsih Jurusan Teknik Mesin, Program Studi Teknik Konversi Energi Politeknik Negeri Semarang,

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG Wahyono *, Budhi Prasetiyo Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof Sudarto, SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang Sudaryanto Fakultas Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara Jl. SM. Raja Teladan, Medan Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari hasil data yang di peroleh saat melakukan penelitian di dapat seperti pada table berikut ini. Tabel 4.1 Hasil penelitian Tahanan (ohm) Titik A Titik

Lebih terperinci

EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV NGAWI

EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV NGAWI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV NGAWI Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Oleh: WIRATAMA BIMBY

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT UKUR TAHANAN TANAH (EARTH METER) DIGITAL

RANCANG BANGUN ALAT UKUR TAHANAN TANAH (EARTH METER) DIGITAL RANCANG BANGUN ALAT UKUR TAHANAN TANAH (EARTH METER) DIGITAL Oleh Hendra Firdaus ABSTRAK Tahanan tanah diperlukan sebagai proteksi instalasi listrik.jika terjadi hubung singkat. Besar kecilnya nilai tahanan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV ( Aplikasi Pada Tower Transmisi 150 kv Antara Gardu Induk Indarung Dengan Gardu Induk Bungus) Dea Ofika Yudha (1), Ir. Arnita, M. T (2),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Dari beberapa macam peralatan pengaman jaringan tenaga listrik salah satu pengaman yang paling baik terhadap peralatan listrik dari gangguan seperti ataupun hubung singkat

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN:

Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: Perhitungan Tegangan Sentuh Menggunakan Tahanan kontak kaki dalam Sistem Pembumian pada Gardu Induk Cikupa Mustari Lamma Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya

Lebih terperinci

BAB II TEORI UMUM PEMBUMIAN GRID PADA DUA LAPIS TANAH. Sistem pembumian peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya

BAB II TEORI UMUM PEMBUMIAN GRID PADA DUA LAPIS TANAH. Sistem pembumian peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya BAB II TEORI UMUM PEMBUMIAN GRID PADA DUA LAPIS TANAH 2.1 Umum Sistem pembumian peralatan-peralatan pada gardu induk biasanya menggunakan konduktor yang ditanam secara horisontal, dengan bentuk kisikisi

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya

Politeknik Negeri Sriwijaya 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Salah satu faktor kunci dalam setiap pengamanan atau perlindungan rangkaian listrik baik keamanan bagi peralatan maupun keamanan bagi manusia adalah dengan cara menghubungkan

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH II. 1 TEORI GELOMBANG BERJALAN II.1.1 Pendahuluan Teori gelombang berjalan pada kawat transmisi telah mulai disusun secara intensif sejak tahun 1910, terlebih-lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang dengan pesat dan besar. Apabila terjadi kesalahan di sistem tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pentanahan adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik, dengan pertumbuhan beban listrik yang terus meningkat menyebabkan sistem tenaga listrik terus

Lebih terperinci

SISTEM PENTANAHAN GRID PADA GARDU INDUK PLTU TELUK SIRIH. Oleh: ABSTRAK ABSTRACT

SISTEM PENTANAHAN GRID PADA GARDU INDUK PLTU TELUK SIRIH. Oleh: ABSTRAK ABSTRACT SISTEM PENTANAHAN GRID PADA GARDU INDUK PLTU TELUK SIRIH Oleh: AndiSyofian. ST. MT Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang ABSTRAK Sistem pentanahan bertujuan

Lebih terperinci

SISTEM PENTANAHAN SWITCHYARD DENGAN KISI-KISI (GRID) PADA GARDU INDUK 150 KV BANTUL

SISTEM PENTANAHAN SWITCHYARD DENGAN KISI-KISI (GRID) PADA GARDU INDUK 150 KV BANTUL JURNAL TKNOLOGI TCHNOSCINTIA Vol. 0 No. Agustus 07 ISSN: 979-845 SISTM PNTANAHAN SWITCHYARD DNGAN KISI-KISI (GRID) PADA GARDU INDUK 50 KV BANTUL Slamet Hani Jurusan Teknik lektro, Institut Sains & Teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3

DAFTAR ISI SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3 DAFTAR ISI 18.1. SISTEM PENTANAHAN (PEMBUMIAN) TITIK NETRAL 3 Halaman 18.1.1. Umum 3 18.1.2. Tujuan Pentanahan Titik Netral Sistem 4 18.1.3. Sistem Yang Tidak Ditanahkan (Floating Grounding) 5 18.1.4.

Lebih terperinci

SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK

SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK Latar Belakang Secara umum pentanahan adalah melakukan koneksi sirkuit atau peralatan ke bumi. Sistem pentanahan yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan kualitas

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv

PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv Yogjakarta, 3 November 2012 PENGARUH POROSITAS TANAH SISTEM PENTANAHAN PADA KAKI MENARA SALURAN TRANSMISI 150 kv Muhammad Suyanto 1 1 Jurusan Teknik Elektro Institut Sains & Teknologi AKPRIND Jogjakarta

Lebih terperinci

ANALISIS DESAIN SISTEM GRID PENTANAHAN PLTU BERAU KALIMANTAN TIMUR 2 X 7 MW

ANALISIS DESAIN SISTEM GRID PENTANAHAN PLTU BERAU KALIMANTAN TIMUR 2 X 7 MW ANALISIS DESAIN SISTEM GRID PENTANAHAN PLTU BERAU KALIMANTAN TIMUR 2 X 7 MW Syamsir Abduh & Mulia Sulistiani Jurusan Teknik Elektro Universitas Trisakti Jl. Kiai Tapa No 1, Grogol, Jakarta Barat 11410

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gardu induk maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan. Sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. gardu induk maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan. Sehingga pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gardu Induk merupakan bagian vital dari sistem tenaga listrik, tanpa adanya gardu induk maka tenaga listrik tidak dapat disalurkan. Sehingga pembangunan suatu gardu

Lebih terperinci

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI

ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI HASBULLAH, MT ADALAH PENGHANTAR YG DITANAM DALAM BUMI DAN MEMBUAT KONTAK LANGSUNG DGN BUMI PENGHANTAR BUMI YG TIDAK BERISOLASI YG DITANAM DALM BUMI DIANGGAP SEBAGI BAGIAN DARI ELEKTRODA BUMI ELEKTODA PITA,

Lebih terperinci

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang

BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA. Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang BAB II SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI RUMAH TANGGA II.1 Umum 2 Instalasi listrik merupakan susunan perlengkapan-perlengkapan listrik yang saling berhubungan serta memiliki ciri terkoordinasi untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 sebelumnya sistem sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK 150/20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI

STUDI PERANCANGAN SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK 150/20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI STUDI PERANCANGAN SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK 150/20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI Citra Rahmadhani*, Edy Ervianto** *Teknik Elektro Universitas Riau **JurusanTeknik Elektro Universitas Riau Kampus Binawidya

Lebih terperinci

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID Fransiscus M.S. Sagala, Zulkarnaen Pane Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN FISIKA DASAR 2012 LISTRIK STATIS 1. Ada empat buah muatan titik yaitu Q 1, Q 2, Q 3 dan Q 4. Jika Q 1 menarik Q 2, Q 1 menolak Q 3 dan Q 3 menarik Q 4 sedangkan Q 4 bermuatan negatif,

Lebih terperinci

by: Moh. Samsul Hadi

by: Moh. Samsul Hadi by: Moh. Samsul Hadi - 6507. 040. 008 - BAB I Latar Belakang PT. Unilever Indonesia (ULI) Rungkut difokuskan untuk produksi sabun batangan, deo dan pasta gigi PT. ULI Rungkut mempunyai 2 pabrik produksi,

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT Wahyono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jalan: Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH

STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH STUDI PENGARUH JENIS TANAH DAN KEDALAMAN PEMBUMIAN DRIVEN ROD TERHADAP RESISTANSI JENIS TANAH Zulfikar Limolang Dosen Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Islam Makassar Jl.Perintis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan september 2013 sampai dengan bulan maret 2014 dengan mengambil tempat di Gedung UPT TIK UNILA. 3.2

Lebih terperinci

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus :

3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : 3. Perhitungan tahanan pembumian satu elektroda batang. Untuk menghitung besarnya tahanan pembumian dengan memakai rumus : R = Dimana : = tahanan jenbis tanah ( ) L = Panjang elektroda batang (m) A = Jari-jari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Dalam penelitian ini data yang diambil dari pengukuran Hambatan pentanahan kaki tower SUTT 150 KV transmisi Bantul Wates. Data penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Distribusi Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan/mendistribusikan

Lebih terperinci

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Pengukuran RESISTIVITAS batuan. Resistivitas adalah kemampuan suatu bahan atau medium menghambat arus listrik. Pengukuran resistivitas batuan merupakan metode AKTIF, yaitu pengukuran dengan memberikan

Lebih terperinci

Analisis Pemilihan Pentanahan Titik Netral Generator Pada PLTMH 2 x 4,4 MW Nua Ambon

Analisis Pemilihan Pentanahan Titik Netral Generator Pada PLTMH 2 x 4,4 MW Nua Ambon Jurnal Reka Elkomika 2337-439X April 2014 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.2 No.2 Analisis Pemilihan Pentanahan Titik Netral Generator Pada PLTMH 2 x 4,4 MW Nua Ambon

Lebih terperinci

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS

LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS Muatan Diskrit LATIHAN UAS 2012 LISTRIK STATIS 1. Dua buah bola bermuatan sama (2 C) diletakkan terpisah sejauh 2 cm. Gaya yang dialami oleh muatan 1 C yang diletakkan di tengah-tengah kedua muatan adalah...

Lebih terperinci

PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PEMBUMIAN NETRAL ( TN ) DAN SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN ( TT ) DI AREA TANGERANG.

PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PEMBUMIAN NETRAL ( TN ) DAN SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN ( TT ) DI AREA TANGERANG. PENGAMANAN TERHADAP TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PEMBUMIAN NETRAL ( TN ) DAN SISTEM PEMBUMIAN PENGAMAN ( TT ) DI AREA TANGERANG. TUGAS AKHIR Diajukan Guna Memenuhi persyaratan Gelar Strata

Lebih terperinci

TM - 2 LISTRIK. Pengertian Listrik

TM - 2 LISTRIK. Pengertian Listrik TM - 2 LISTRIK Pengertian Listrik Kelistrikan adalah sifat benda yang muncul dari adanya muatan listrik. Listrik, dapat juga diartikan sebagai berikut: - Listrik adalah kondisi dari partikel sub-atomik

Lebih terperinci

Probabilitas Tegangan Sentuh dan Tegangan Langkah di Lokasi Rencana Gardu Induk 500 kv Antosari

Probabilitas Tegangan Sentuh dan Tegangan Langkah di Lokasi Rencana Gardu Induk 500 kv Antosari Teknologi Elektro, Vol. 15, No. 1, Januari-Juni 2016 1 Probabilitas Tegangan Sentuh dan Tegangan Langkah di Lokasi Rencana Gardu Induk 500 kv ntosari bdul Latif 1, Wayan Gede riastina 2, I Nyoman Setiawan

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( )

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( ) IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) Ija Darmana *, Dea Ofika Yudha, Erliwati Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik

Lebih terperinci

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI 20 kv MENGUNAKAN KOMBINASI GRID DAN ROD DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PADANG Oleh Junaidi Asrul 1, Wiwik Wiharti

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di bawah konduktor Gardu Induk Teluk Betung

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di bawah konduktor Gardu Induk Teluk Betung 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di bawah konduktor Gardu Induk Teluk Betung Bandar Lampung. Dengan mengambil beberapa titik penelitian diantara

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-39 Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Winanda Riga Tamma, I Made Yulistya Negara, dan Daniar Fahmi

Lebih terperinci

COMPARATIVE ANALYSIS OF GROUNDING RESISTANCE VALUE IN SOIL AND SEPTICTANK. Abdul Syakur, Juningtyastuti, Arif Dermawan *)

COMPARATIVE ANALYSIS OF GROUNDING RESISTANCE VALUE IN SOIL AND SEPTICTANK. Abdul Syakur, Juningtyastuti, Arif Dermawan *) COMPARATIVE ANALYSIS OF GROUNDING RESISTANCE VALUE IN SOIL AND SEPTICTANK Abdul Syakur, Juningtyastuti, Arif Dermawan *) Abstract The aim of grounding system to protect of electrical equipment and instrumentation

Lebih terperinci

METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK

METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK Hasrul, Metode Pengukuran dan Pengujian Sistem Pembumian Instalasi istrik METODE PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SISTEM PEMBUMIAN INSTAASI ISTRIK Hasrul Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah TUGAS AKHIR Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah Disusun : MT ERRY DANIS NIM : D.200.01.0055 NIRM : 01.6.106.03030.50055

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Sistem Pentanahan Sistem pentanahan merupakan sistem pengamanan terhadap perangkatperangkat yang mempergunakan listrik sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI. 4.1 Umum

BAB IV EVALUASI. 4.1 Umum BAB IV EVALUASI 4.1 Umum Resistansi pentanahan dari suatu sistem pentanahan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengatasi gangguan baik hubung singkat ataupun kegagalan isolasi. Karena nilai resistansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Melalui Tubuh Manusia Kemampuan tubuh manusia terhadap besarnya arus yang mengalir di dalamnya terbatas dan lamanya arus yang masih dapat ditahan sampai yang belum membahayakan

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN 1 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pentanahan belum digunakan ketika sistem tenaga masih memiliki ukuran kapasitas yang kecil (sekitar tahun 1920). Alasan saat itu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33)

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) Ija Darmana a, Dea Ofika Yudha b, Erliwati c a Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem Pentanahan adalah suatu rangkaian atau jaringan mulai dari kutub pentanahan atau elektroda, hantaran penghubung sampai

Lebih terperinci

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik (Depth Determination of Electrode at Sand and Gravel Dry for Get The Good Of Earth

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah Vokasi Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 ISSN 1693 9085 hal 121-132 Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah MANAGAM RAJAGUKGUK Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum 1 Salah satu faktor kunci dalam setiap pengamanan atau perlindungan rangkaian listrik, baik keamanan bagi peralatan maupun keamanan bagi manusia.adalah dengan cara menghubungkan

Lebih terperinci

Listrik Dinamis FIS 1 A. PENDAHULUAN. ρ = ρ o (1 + αδt) B. HUKUM OHM C. NILAI TAHANAN RESISTOR LISTRIK DINAMIS. materi78.co.nr. c.

Listrik Dinamis FIS 1 A. PENDAHULUAN. ρ = ρ o (1 + αδt) B. HUKUM OHM C. NILAI TAHANAN RESISTOR LISTRIK DINAMIS. materi78.co.nr. c. Listrik Dinamis A. PENDAHULUAN Listrik bergerak dalam bentuk arus listrik. Arus listrik adalah gerakan muatan-muatan listrik berupa gerakan elektron dalam suatu rangkaian listrik dalam waktu tertentu karena

Lebih terperinci

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang

Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang Arus listrik Arus listrik bergerak dari terminal positif (+) ke terminal negatif (-). Sedangkan aliran listrik dalam kawat logam terdiri dari aliran elektron yang bergerak dari terminal negatif (-) ke

Lebih terperinci

MENU PENGERTIAN HUKUM KIRCHHOFF HUKUM OHM RANGKAIAN LISTRIK ALAT UKUR TEGANGAN DC DAN AC GGL DAN TEGANGAN JEPIT ENERGI DAN DAYA LISTRIK

MENU PENGERTIAN HUKUM KIRCHHOFF HUKUM OHM RANGKAIAN LISTRIK ALAT UKUR TEGANGAN DC DAN AC GGL DAN TEGANGAN JEPIT ENERGI DAN DAYA LISTRIK DINAMIS CREATED BY: Deodatus Vito L Dywa Claudya C Elbert Evan Farhan Ramadzan N Felicia Tjokro Ghea Aprillia Haniina Fathimiyyah Kenty Lieanda Khalidian G Fiqri Kiara Puspa Dhirgantara M Rifki Putra MENU

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN KONTAK KAKI DALAM SISTEM PEMBUMIAN PADA GARDU INDUK CIKUPA

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN KONTAK KAKI DALAM SISTEM PEMBUMIAN PADA GARDU INDUK CIKUPA TUGAS AKHIR PERHITUNGAN TEGANGAN SENTUH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN KONTAK KAKI DALAM SISTEM PEMBUMIAN PADA GARDU INDUK CIKUPA Disusun Untuk Melengkapi Tugas Akhir Dan Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Gelar

Lebih terperinci

Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru

Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru Hasrul, Evaluasi Sistem Pembumian Instalasi Listrik Domestik di Kabupaten Barru MEDIA ELEKTRIK, Volume 5, Nomor 1, Juni 2010 EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN INSTALASI LISTRIK DOMESTIK DI KABUPATEN BARRU Hasrul

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan Jamaaluddin 1) ; Sumarno 2) 1,2) Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jamaaluddin.dmk@gmail.com Abstrak - Syarat kehandalan

Lebih terperinci

Uji kemampuan pertemuan 1 No Soal Jawaban 1 Tuliskan fungsi alat ukur amperemeter dan voltmeter!

Uji kemampuan pertemuan 1 No Soal Jawaban 1 Tuliskan fungsi alat ukur amperemeter dan voltmeter! Uji kemampuan pertemuan 1 No Soal Jawaban 1 Tuliskan fungsi alat ukur amperemeter dan voltmeter! 2 Perhatikan penunjukkan jarum amperemeter pada gambar berikut! Berapa besar kuat arus yang terukur? Amperemeter

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di

BAB II DASAR TEORI. adanya pengukuran, maka dapat diketahui seberapa besar nilai tahanan pembumian di BAB DASAR TEOR.1. Umum (1,) Pengukuran tahanan pembumian bertujuan untuk mendapatkan nilai tahanan pembumian yang diperlukan sebagai perlindungan pada instalasi listrik. Dengan adanya pengukuran, maka

Lebih terperinci

3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari

3. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mempelajari tentang muatan listrik bergerak (arus listrik) arus listrik aliran muatan positif yang mengalir dari potensial tinggi ke potensial rendah besar arus listrik dinyatakan dengan kuat arus listrik

Lebih terperinci

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter Achmad Budiman* 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

LISTRIK DINAMIS FIS 1 A. PENDAHULUAN B. HUKUM OHM. ρ = ρ o (1 + αδt) C. NILAI TAHANAN RESISTOR

LISTRIK DINAMIS FIS 1 A. PENDAHULUAN B. HUKUM OHM. ρ = ρ o (1 + αδt) C. NILAI TAHANAN RESISTOR A. PENDAHULUAN Listrik bergerak dalam bentuk arus listrik. Arus listrik adalah gerakan muatan-muatan listrik berupa gerakan elektron dalam suatu rangkaian listrik dalam waktu tertentu karena adanya tegangan

Lebih terperinci

BAB II BUSUR API LISTRIK

BAB II BUSUR API LISTRIK BAB II BUSUR API LISTRIK II.1 Definisi Busur Api Listrik Bahan isolasi atau dielekrik adalah suatu bahan yang memiliki daya hantar arus yang sangat kecil atau hampir tidak ada. Bila bahan isolasi tersebut

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. Soal-soal latihan ismillahirrahmaannirrahiim Katakan pada hati kalian bahwa aku bisa dengan pertolongan llah SWY, karena sesunggungnyaa llah SWT itu dekat dan sesuai pesangkaan hamba-nya I. Pilihlah jawaban

Lebih terperinci

LISTRIK DINAMIS B A B B A B

LISTRIK DINAMIS B A B B A B Listrik Dinamis 161 B A B B A B 8 LISTRIK DINAMIS Sumber : penerbit cv adi perkasa Kalian tentu tidak asing dengan bab ini, yaitu tentang listrik. Listrik sudah menjadi sumber energi banyak bidang. Di

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBUMIAN BERBENTUK JARING (GIRD) PADA GARDU INDUK 150 kv, DI JALAN SUNAN DERAJAT KECAMATAN LAMONGAN, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR

ANALISIS SISTEM PEMBUMIAN BERBENTUK JARING (GIRD) PADA GARDU INDUK 150 kv, DI JALAN SUNAN DERAJAT KECAMATAN LAMONGAN, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR ANALISIS SISTEM PEMBUMIAN BERBENTUK JARING (GIRD) PADA GARDU INDUK 150 kv, DI JALAN SUNAN DERAJAT KECAMATAN LAMONGAN, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR Disusun Oleh : Rudi, Dwi Songgo dan Anang Program Studi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BATANG PENTANAHAN SISTEM ARANG-GARAM (SIGARANG) SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN

KARAKTERISTIK BATANG PENTANAHAN SISTEM ARANG-GARAM (SIGARANG) SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN KAAKTESTK BATANG PENTANAHAN SSTEM AANG-GAAM (SGAANG) SEBAGA UPAYA PEBAKAN SSTEM PENTANAHAN Zainal Abidin Program Studi Teknik Elektro Universitas slam Lamongan E-mail: inal9474@gmail.com ABSTACT The research

Lebih terperinci

LEMBAR VALIDASI SOAL

LEMBAR VALIDASI SOAL LEMBAR VALIDASI SOAL PENGARUH PENGGUNAAN STRATEGI PROBLEM POSING TIPE FREE-PROBLEM POSING DAN TIPE STRUCTURED-PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN SOAL LISTRIK DINAMIS SISWA KELAS X SMAN I NGAGLIK

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY)

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY) STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY) (Dwi Agus Setiono, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura) ABSTRAK Nilai tahanan jenis sangat bergantung pada jenis tersebut.

Lebih terperinci

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA KABEL TANAH SINGLE CORE DENGAN KABEL LAUT THREE CORE 150 KV JAWA MADURA Nurlita Chandra Mukti 1, Mahfudz Shidiq, Ir., MT. 2, Soemarwanto, Ir., MT. 3 ¹Mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i2 ( )

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i2 ( ) IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) Ija Darmana *, Dea Ofika Yudha, Erliwati Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Universitas Bung

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab 107 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 1, JANUARI 2017 Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab Ilyas*, Yessi Marniati Politeknik Negeri

Lebih terperinci